bab ii landasan teori · landasan teori . 2.1 . akreditasi sekolah. upaya peningkatan mutu...

38
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akreditasi Sekolah Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu dilakukan strategi dan sekaligus membangun sistem pengendalian mutu pendidikan melalui empat program yang terintegrasi, yaitu standarisasi, evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. Standarisasi pendidikan haruslah dimaknai sebagai upaya penyamaan arah pendidikan secara nasional yang memiliki keleluasaan dan sekaligus keluwesan dalam implementasinya. Standar pendidikan harus dijadikan acuan oleh pengelola pendidikan, yang menjadi pendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas dalam mencapai standar yang ditetapkan. Menurut Zahra Chairani (2004) akreditasi sekolah mempunyai pengertian sebagai proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan dan kinerja lembaga atau suatu program pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas publik, alat regulasi diri (self regulation) sehingga suatu sekolah mengenal kekuatan dan kelemahan serta terus menerus meningkatkan kekuatan dan memperbaiki kelemahannya. Pengertian ini memberikan makna bahwa akreditasi merupakan suatu pengakuan terhadap standar kelayakan suatu sekolah berdasarkan aturan yang baku.

Upload: others

Post on 03-Dec-2020

10 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Akreditasi Sekolah

Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional

secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, perlu dilakukan strategi dan

sekaligus membangun sistem pengendalian mutu

pendidikan melalui empat program yang terintegrasi,

yaitu standarisasi, evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.

Standarisasi pendidikan haruslah dimaknai sebagai

upaya penyamaan arah pendidikan secara nasional yang

memiliki keleluasaan dan sekaligus keluwesan dalam

implementasinya. Standar pendidikan harus dijadikan

acuan oleh pengelola pendidikan, yang menjadi

pendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas dalam

mencapai standar yang ditetapkan.

Menurut Zahra Chairani (2004) akreditasi sekolah

mempunyai pengertian sebagai proses penilaian secara

komprehensif terhadap kelayakan dan kinerja lembaga

atau suatu program pendidikan sebagai bentuk

akuntabilitas publik, alat regulasi diri (self regulation)

sehingga suatu sekolah mengenal kekuatan dan

kelemahan serta terus menerus meningkatkan kekuatan

dan memperbaiki kelemahannya. Pengertian ini

memberikan makna bahwa akreditasi merupakan suatu

pengakuan terhadap standar kelayakan suatu sekolah

berdasarkan aturan yang baku.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

12

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa akreditasi merupakan alat regulasi

diri (self-regulation) agar sekolah mengenal kekuatan

dan kelemahan serta melakukan upaya yang terus

menerus untuk meningkatkan kekuatan dan

memperbaiki kelemahannya. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa proses akreditasi adalah penilaian dan

mutu suatu sekolah secara kelanjutan. Akreditasi

dalam makna hasil menyatakan bahwa suatu sekolah

telah memenuhi standar kelayakan pendidikan yang

telah ditentukan.

Hal tersebut dipertegas oleh Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 BAB XVI Pasal 60 tentang

akreditasi yang berbunyi:

1. Akreditasi dilakukan untuk menentukan

kelayakan program dan satuan pendidikan pada

jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap

jenjang dan jenis pendidikan. 2. Akreditasi terhadap program dan satuan

pendidikan dilakukan oleh Pemerintah dan/atau

lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk

akuntabilitas publik.

3. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.

4. Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Akreditasi sekolah juga didasarkan pada

Keputusan Menteri Pendidikan Nomor 087/U/2002

tanggal 4 Juni 2002 tentang Akreditasi Sekolah dan

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

039/0/2003 tentang Badan Akreditasi Sekolah Nasional

(BASN). BASN merupakan satu-satunya badan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

13

akreditasi yang ditunjuk dan diberi kewenangan oleh

pemerintah untuk mengakreditasi sekolah.

Untuk sekolah sebagai institusi, hasil akreditasi

memiliki makna yang penting, karena dapat digunakan

sebagai: (1) acuan dalam upaya peningkatan mutu

sekolah dan rencana pengembangan sekolah, (2) umpan

balik pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga

sekolah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan,

sasaran, strategi dan program sekolah, (3) pendorong

motivasi untuk sekolah agar terus meningkatkan mutu

sekolahnya secara bertahap, terencana, dan kompetitif

di tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, bahkan

Regional dan Internasional, (4) Bahan informasi bagi

sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan

dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor

swasta dalam hal profesionalisme, moral, tatanan dan

pendanaan.

Mengingat yang diakreditasi adalah sekolah yang

merupakan sisitem dari berbagai komponen dan saling

terkait dalam pencapaian komponen sekolah, maka

sesuai Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

087/V/2002 tanggal 14 Juni 2004 tentang Akreditasi

Sekolah, komponen sekolah yang menjadi bahan

penilaian adalah yang dikembangkan dari kualitas

sekolah yaitu kurikulum dan proses belajar mengajar,

manajemen sekolah, organisasi/kelembagaan sekolah,

sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta

didik, peran serta masyarakat dan lingkungan/kultur

sekolah. Setiap komponen terdiri atas berbagai aspek

dan indikator. Kurikulum dan proses belajar mengajar

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

14

terdiri 40 Indikator Utama (IU) dan 15 indikator

tambahan (IT). Administrasi/manajemen sekolah terdiri

dari 15 IU dan 15 IT, organisasi/kelembagaan sekolah 5

IU dan 5 IT, sarana dan prasarana 10 IU dan 5 IT,

peserta didik 10 IU dan 5 IT, peran serta masyarakat 10

IU dan 5 IT, pembiayaan 5 IU dan 5 IT,

lingkungan/kultur sekolah 10 IU dan 5 IT. Jika

dijumlahkan, maka terdiri atas 115 IU dan 70 IT.

Semua indikator tersebut merupakan butir dari

instrumen evaluasi diri yang harus dijawab sekolah

untuk menunjukkan bahwa sekolah mengajukan

permohonan pada BAS propinsi untuk SMA, dan BAS

Kabupaten/Kota untuk Sekolah Dasar. Untuk sekolah

yang belum siap, berdasarkan self evaluation mereka

memperbaiki kelemahan dan meningkatkan kekuatan

yang dimiliki.

2.2 Evaluasi Akreditasi Berdasarkan Standar

Nasional Pendidikan

Dengan menggunakan Standar Nasional

Pendidikan sebagai acuan, setiap sekolah/ madrasah

diharapkan dapat mengembangkan pendidikannya

secara optimal sesuai dengan karakteristik dan

kekhasan programnya. Standar Nasional Pendidikan

harus dijadikan acuan guna memetakan secara utuh

profil kualitas sekolah/madrasah. Oleh karena itu,

komponen instrumen akreditasi yang disusun

didasarkan pada delapan Standar Nasional Pendidikan.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

15

Delapan komponen akreditasi sekolah/madrasah

tersebut adalah :

2.2.1 Standar Isi

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan

tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria

tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,

kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran

yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan

jenis pendidikan tertentu.

Dalam kerangka dasar dijelaskan prinsip-prinsip

pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Dengan

penjelasan tersebut, maka kurikulum yang

dikembangkan dijamin bermutu dan dalam

pelaksanaanya dijamin bermutu. Struktur kurikulum

merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang

harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada

setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan

dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai

peserta didik sesuai dengan beban belajar yang

tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang

dimaksud terdiri atas Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yang dikembangkan berdasarkan

Standar Kompetensi Lulusan. Muatan lokal dan

kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral

dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar.

Dalam Oxfor Advance Learner’s Dictionari

dikemukakan bahwa implementasi adalah ”put

something into effec” (penerapan sesuatu yang

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

16

memberikan efek atau dampak). Berdasarkan defenisi

Implementasi tersebut, secara umum Implementasi

kurikulum khususnya muatan standar isi dapat kita

tarik sebuah pengertian yakni suatu proses penerapan

suatu ide, konsep, dan kebijakan dalam suatu aktivitas

pembelajaran ataupun aktivitas aktivas yang dianggap

baru sehingga dapat membantu sekelompok orang atau

anak didik untuk berinteraksi antara fasilitator sebagai

pengembang kurikulum ataupun mutan standar isi

dalam menguasi kompetensi ataupun perubahan

perubahan baru bagi setiap orang yang harapkan

berubah, sebagai bagian dari sebuah interaksi dengan

lingkungannya (Hadianas, 2010)

2.2.2 Standar Proses

Standar proses adalah Standar Nasional

Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan

pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk

mencapai standar kompetensi lulusan (Kebijakan dan

Pedoman Akreditasi Sekolah / Madrasah).

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses

pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.

Menurut Arsana (2012) mengemukakan dalam

penelitiannya bahwa Standar Proses Pendidikan (SPP)

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

17

merupakan jantungnya dalam sistem pendidikan.

Bagaimanapun bagus dan idealnya standar kompetensi

lulusan serta lengkapnya standar isi, namun tanpa

diimplementasikan ke dalam proses pendidikan,

semuanya akan kurang berarti.

2.2.3 Standar Kompetensi Kelulusan

Pendidikan berdasarkan standar adalah

pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai

kualitas minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiap

kurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan

sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar

Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas minimal

lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan. Standar

Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan,

dan keterampilan (PP Nomor 19 Tahun 2005).

2.2.4 Standar Pendidik dan Kependidikan

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK)

nasional ditentukan untuk mejaga kualitas pendidikan

atau output hasil pendidikan. Kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) yang tinggi dan unggul serta dengan

ketrampilan yang up to date hanya dapat dihasilkan dari

para pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang baik

akan sangat ditentukan bagaimana tenaga pendidikan

yang baik juga.

Menurut Hazairin (2011), Upaya untuk

meningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikan

akan terlaksana dengan baik apabila

mengimplementasikan beberapa langkah strategis, yaitu

: (1) evaluasi diri (self assessment), perumusan visi, misi,

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

18

dan tujuan, (3) perencanaan, (4) pelaksanaan, (5)

evaluasi, dan (6) pelaporan.

Menurut Mulyana (2010 : 104) Kompetensi

sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini

meliputi:

1) Kompetensi pedagogik

2) Kompetensi kepribadian;

3) Kompetensi profesional

4) Kompetensi sosial

Keempat kriteria tersebut biasanya didapat dan

dikembangkan ketika menjadi calon guru dengan

menempuh pendidikan di perguruan tinggi khususnya

jurusan kependidikan. Perlu adanya kesadaran dan

keseriusan dari guru untuk mengembangkan dan

meningkatkan kompetensinya. Karena kian hari

tantangan dan perubahan zaman membuat proses

pendidikan juga harus berubah.

2.2.5 Standar Sarana dan Prasarana

Sarana Prasarana pendidikan sebagai salah satu

penunjang keberhasilan pendidikan, yang mengacu

pada Standar sarana dan prasarana yang dikembangkan

oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri,

seringkali menjadi kendala dalam proses

penyelenggaraan pendidikan di sekolah, (Djamarah, dkk

2000). Kendala-kendala yang dihadapi antara lain

adalah adanya penyediaan sarana yang belum memadai

atau lengkap.

Permasalahan sarana dan prasarana sangat

penting untuk ditangani lebih serius, karena sangat

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

19

berpengaruh dalam kelancaran proses belajar mengajar,

karena disamping menjadi lebih nyaman, juga sekaligus

menjadi media pembelajaran dengan peralatan yang

harus disesuaikan termasuk penyediaan fasilitas yang

mutlak harus dipenuhi, yang tentunya kesemuanya itu

harus sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

ilmu dan pengetahuan.. Seringkali dalam pemenuhan

sarana dan prasana ditentukan oleh pihak sekolah

bersama komite sekolah berdasar pada keinginan dan

kebutuhan sekolah masing-masing semata, (Margono:

2005).

Bagi beberapa sekolah yang telah memenuhi

sarana dan prasarananya akan meningkatkannya agar

lebih baik lagi, hal ini adalah wajar sebagai upaya untuk

meningkatkan kwalitas proses belajar mengajar yang

pada tujuannnya untuk meningkatkan kualitas

pendidikan itu sendiri. Adapun permasalahan yang

sering timbul adalah tidak terkendalinya rencara yang

diprogramkan oleh pihak sekolah dengan harapan

untuk memenuhi keinginan secara maksimal yang

seringkali kurang effektif karena tidak langsung dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa di

sekolah yang bersangkutan, hal ini bisa terjadi karena

tidak adanya standarisasi yang diharuskan untuk

dipenuhinya (Azhari, Akyas, 2004).

Bagaimanapun juga peningkatan kualitas sekolah

memang bukan hal yang mudah, terutama jika alokasi

anggaran pendidikan di suatu daerah belum

memungkinkan untuk mencapai angka ideal. Oleh

karena itulah, berbagai alternatif kebijakan yang bersifat

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

20

efektif efisien namun mengena seperti peningkatan

sarana/prasarana secara partisipatif yang juga

mengikut sertakan kearifan lokal daerah (contoh.

Program Bedah Sekolah); peningkatan pengawasan

terpadu stake holder pendidikan dan pemerintahan

daerah berkaitan dengan kebijakan-kebijakan

pendidikan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sadiman, Arief S., dkk (2007) menunjukkkan bahwa ada

pengaruh positif yang signifikan antara kelengkapan

sarana prasarana terhadap kinerja guru dan kepuasan

siswa, sedangkan besarnya kontribusi kelengkapan

sarana prasarana sebesar 6,76%, sehingga terdapat

pengaruh positif yang signifikan secara simultan antara

kelengkapan sarana prasarana, kinerja guru, dan

metode pembelajaran terhadap kepuasan siswa.

2.2.6 Standar Pengelolaan

Standar pengelolaan adalah Standar Nasional

Pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan

pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,

provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan pendidikan. (Kebijakan dan

Pedoman Akreditasi Sekolah / Madrasah)

Dari seminar yang dilakukan oleh Syarwani (2010)

tentang Akreditasi Sekolah Muara Mutu Pendidikan

menyatakan bahwa jika pengelolaan sekolah dilakukan

dengan baik melalui penggunaan dan pemanfaatan

sarana dan prasarana belajar yang didukung oleh

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

21

kemampuan pimpinan, kemampuan oleh para guru,

maka harapan terhadap hasil belajar yang maksimal

akan terwurjud.

2.2.7 Standar Pembiayaan

Standar pembiayaan adalah standar yang

mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan

pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,

biaya operasi, dan biaya personal.

Dalam Jurnal Penelitian Pendidikan oleh

Kurniady, 2011 disebutkan bahwa Pembiayaan

pendidikan berfungsi untuk memfasilitasi atau

mendukung penyediaan sarana dan prasarana sekolah

yang lebih baik, sehingga hasilnya mempunyai standar

yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

2.2.8 Standar Penilaian Pendidikan

Standar Penilaian Pendidikan adalah standar

nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme,

prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta

didik. Standar ini mengacu pada Permendiknas No. 20

tahun 2007. Penilaian pendidikan pada jejang

pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1)

penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil

belajar oleh satuan pendidikan, dan (3) penilaian hasil

belajar oleh pemerintah.

Diperkuat oleh penelitian penelitian Poerwanti

(2008: 1) standar penilaian pendidikan adalah standar

nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme,

prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

22

didik. Pada Peraturan Pemerintah tersebut

diamanatkan tiga jenis penilaian yaitu; (1) penilaian oleh

pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk

memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil

pembelajaran, (2) penilaian oleh satuan pendidikan

bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi

lulusan untuk semua mata pelajaran sesuai programnya

sebagai bentuk transparansi, profesional, dan akuntabel

lembaga, (3) penilaian oleh pemerintah bertujuan

menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional

pada mata pelajaran tertentu. Penilaian oleh

pemerintah, dalam pelaksanaannya diserahkan kepada

BSNP. Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah

satu pertimbangan untuk pemetaan mutu program,

dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya,

penentuan kelulusan peserta didik, pembinaan, dan

pemberian bantuan kepada pihak sekolah dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan.

2.3 Tata Kelola Sarana dan Prasarana

Sekolah

Sekolah merupakan sebuah sistem yang memiliki

tujuan. Dalam rangka melaksanakan tugas-tugas yang

dikelompokkan sebagai sarana dan prasarana,

digunakan suatu pendekatan tertentu yang disebut tata

kelola sarana dan prasarana yang merupakan proses

pendayagunaan semua sumber melalui suatu tahapan

proses (Sergiovanni, 1987).

Bafadal (2004) mendefinisikan tata kelola

perlengkapan sekolah sebagai proses kerja sama

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

23

pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara

efektif dan efisien.

2.3.1 Ruang Lingkup

Sarana merupakan perlengkapan yang sifatnya

dapat digunakan secara langsung. Dalam konsep dasar

pengelolaan sarana prasarana pendidikan, sarana

berarti perlengkapan yang mendukung dan

berhubungan langsung dengan proses pembelajaran.

Sementara prasarana adalah fasilitas pokok yang

sifatnya mempunyai masa pakai yang cukup lama yang

mana dalam konsep dasar pengelolaan sarana

prasarana pendidikan, prasarana berarti fasilitas pokok

yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sarana prasarana pendidikan di sini dapat digambarkan

seperti sebuah ruang kelas, di dalamnya terdapat guru,

siswa, papan tulis, meja, kursi, LCD/Projector, dsb.

Maka kelas, meja, dan kursi di sini adalah fasilitas pokok

yang disebut prasarana pendidikan yang diperlukan

dalam mencapai tujuan pendidikan. Karena diperlukan

maka prasarana pendidikan harus ada sebelum suatu

proses pembelajaran di mulai. Sementara papan tulis

dan LCD/Projector, merupakan perlengkapan atau

sarana pendidikan yang mendukung proses

pembelajaran. Di sinilah guru dan siswa harus

bekerjasama menjaga dan mengelola agar sarana

prasarana dapat berfungsi dengan baik sehingga

memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Sarana

prasarana yang dikelola dengan baik akan memudahkan

guru dalam mengajar dan juga menambah kenyamanan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

24

siswa dalam belajar. Manajemen sarana prasarana

pendidikan merupakan suatu proses pengelolaan sarana

prasarana di sekolah supaya berfungsi dengan baik

sehingga antara guru dan siswa, keduanya dapat saling

menjalankan tugasnya dengan baik pula dan tujuan

pendidikan dapat tercapai secara optimal (Qomar,

2007:170-171).

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah

Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs),

Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

(SMA/MA) pasal 2 BAB II, disebutkan bahwa standar

sarana dan prasarana ini mencakup:

1. Kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot,

peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan

sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan

komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib

dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah,

2. Kriteria minimum prasarana yang terdiri dari

lahan, bangunan, ruang- ruang, dan instalasi

daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap

sekolah/madrasah.

Pada standar tersebut juga disebutkan bahwa

sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana

sebagai berikut: (a) ruang kelas, (b) ruang perpustakaan,

(c) laboratorium IPA, (d) ruang pimpinan, (e) ruang guru,

(f) tempat ibadah, (g) ruang UKS, (h) jamban, (i) gudang,

(j) ruang sirkulasi, dan (k) tempat bermain/berolahraga.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

25

Sarana prasarana merupakan fasilitas

pendukung yang dapat menunjang proses kegiatan

dalam organisasi apa saja termasuk di dalamnya adalah

satuan pendidikan atau sekolah. Akan tetapi yang lebih

penting adalah proses pengelolaan atau manajemen dari

sarana prasarana itu sendiri. Proses pengelolaan

tersebut dapat berpengaruh terhadap sukses tidaknya

suatu proses kegiatan. “Bagi sebuah organisasi,

manajemen merupakan kunci sukses, karena sangat

menentukan kelancaran kinerja organisasi yang

bersangkutan” (Arikunto 2008:2). Karena proses

pengelolaan sarana prasarana sangat penting dan

berpengaruh, maka memahami tentang konsep dasar

pengelolaan sarana prasarana dengan baik akan

membantu memperluas wawasan tentang bagaimana

berperan dalam merencanakan, menggunakan dan

mengevaluasi sarana prasarana yang ada sehingga

dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk mencapai

tujuan dari organisasi itu sendiri.

2.3.2 Tata Kelola Sarana dan Prasarana Sekolah

Pada garis besarnya Tata Kelola sarana dan

prasarana menurut PP No 9 Tahun 2005 meliputi 4 hal,

yakni : (1) Penentuan kebutuhan, (2) proses pengadaan,

(3) pemakaian, dan (4) pencatatan/inventarisasi.

Keterangan:

1. Penentuan kebutuhan

Menurut Arikunto (2008) penentuan

kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan

meliputi semua barang yang diperlukan baik yang

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

26

bergerak atau yang tidak bergerak. Kepala sekolah

bersama staf sekolah menyusun daftar kebutuhan

sarana dan prasarana serta mempersiapkan

perkiraan tahunan untuk diusahakan

pengadaannnya.

Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi (2007)

Penyusunan daftar kebutuhan sarana dan

prasarana di sekolah didasarkan pertimbangan

bahwa: (1) Pengadaan kebutuhan sarana dan

prasarana karena berkembangnya kebutuhan

sekolah, (2) pengadaan sarana dan prasarana

untuk penggantian barang-barang yang rusak,

dihapuskan atau hilang, dan (3) pengadaan sarana

dan prasarana untuk persediaan barang.

2. Proses pengadaan

Ary H Gunawan (1996) mendefinisikan

proses pengadaan pengadaan merupakan segala

kegiatan yang dilakukan dengan cara

menyediakan semua keperluan barang atau jasa

berdasarkan hasil perencanaan dengan maksud

untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar

berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan

tujuan yang diinginkan.

Pengadaan sarana pendidikan ada beberapa

kemungkinan yang bisa ditempuh : (a) pembelian

dengan biaya pemerintah, (b) block grant, (c)

bantuan dari komite sekolah, dan (d) bantuan dari

masyarakat lainnya.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

27

3. Pemakaian

Menurut Bafadal (2004), begitu barang-

barang yang telah diadakan didistribusikan kepada

bagian-bagian kelas, perpustakaan, laboratorium,

tata usaha atau personel sekolah berarti barang-

barang tersebut sudah berada dalam

tanggungjawab bagian-bagian atau personel

sekolah tersebut. Atas pelimpahan itu pula pihak-

pihak tersebut berhak memakainya untuk

kepentingan proses pendidikan di sekolahnya.

Dalam kaitan dengan pemakaian perlengkapan

pendidikan itu, ada dua prinsip yang harus selalu

diperhatikan yaitu prinsip efektifitas dan prinsip

efisiensi. Dengan prinsip efektifitas berarti semua

pemakaian sarana dan prasarana pendidikan di

sekolah harus digunakan semata-mata dalam

rangka memperlancar pencapaian tujuan

pendidikan sekolah, baik secara langsng maupun

tidak langsung, sedangkan dengan prinsip

efisisiensi berarti pemakaian semua sarana dan

prasarana pendidikan di sekolah secara hemat dan

dengan hati-hati sehingga semua perlengkapan

yang ada tidak mudah habis, rusak atau hilang.

Dari segi pemakaian (penggunaan) terutama

sarana alat perlengkapan dapat dibedakan atas:

a. Barang habis pakai

Yaitu barang atau bahan yang digunakan di dalam

pendidikan dan pembelajaran yang cepat habis pakai

misalnya : kertas, kapur, alat tulis, dan lain - lain

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

28

b. Barang tidak habis pakai

Yaitu barang – barang yang bisa bertahan lama

dalam penggunaannya dalam pendidikan dan

pembelajaran misalnya gedung, komputer dan lain –

lain.

Penggunaan barang habis pakai harus secara

maksimal dan dipertanggungjawabkan pada tiap

triwulan sekali. Sedangkan penggunaan barang tetap

dipertanggungjawabkan satu tahun sekali, maka perlu

pemeliharaan dan barang – barang itu disebut barang

inventaris.

4. Pencatatan/inventarisasi

Bafadal (2004) mengemukakan salah satu aktifitas

dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan di sekolah

adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki oleh

sekolah. Lazimnya, kegiatan pencatatan semua

perlengkapan itu disebut dengan istilah inventarisasi

perlengkapan pendidikan. Kegiatan tersebut merupakan

suatu proses yang berkelanjutan. Secata definitive,

inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar

barang milik Negara secara sistematis, tertib dan teratur

berdasarkan ketentan-ketentuan atau pedoman-

pedoman yang berlaku. Melalui inventarisasi

perlengkapan pendidikan diharapkan akan tercipta

ketertiban administrasi barang, penghematan

keuangan, mempermudah dalam pemeliharaan dan

pengawasan. Lebih lanjut, inventarisasi mampu

menyediakan data dan informasi untuk perencanaan.

Barang-barang perlengkapan di sekolah dapat

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

29

diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu barang

inventaris dan barang bukan inventaris. Barang

inventaris adalah keseluruhan perlengkapan sekolah

yang dapat digunakan secara terus menerus dalam

waktu yang relatif lama, seperti meja, bangku, papan

tulis, buku perpustakaan sekolah dan perabot-perabot

lainnya. Sedangkan barang-barang bukan inventaris

adalah semua barang habis pakai, seperti kapur tulis,

karbon, kertas, pita mesin tulis dan barang-barang yang

statusnya tidak jelas.

Baik barang inventaris maupun barang bukan

inventaris yang diterima sekolah harus dicatat di dalam

buku penerimaan. Setelah itu, khusus barang-barang

inventaris dicatat di dalam buku induk inventaris dan

buku golongan inventaris. Sedangkan khusus barang-

barang bukan inventaris dicatat di dalam buku induk

bukan inventaris dan kartu (bisa berupa buku) stok

barang.

Dengan demikian, pencatatan perlengkapan

pendidikan di sekolah yang tertib dan teratur dapat

digambarkan sebagai berikut:

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

30

Gambar 2.1 Tata Cara Pencatatan Perlengkapan Sekolah

(Bafadal, 2004)

Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau

barang inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk

perlengkapan baru kepada pemerintah, yaitu

departemennya. Sekolah-sekolah swasta wajib

melaporkannya kepada yayasannya. Laporan tersebut

seringkali disebut dengan istilah laporan mutasi barang.

Pelaporan tersebut dilakukan sekali dalam setiap

triwulan. Misalnya, pada setiap bulan Juli, Oktober,

Januari dan April tahun berikutnya. Biasanya di sekolah

itu ada barang rutin dan barang proyek. Bilamana

demikian halnya, maka pelaporannya pun harus

dibedakan. Dengan demikian, ada laporan barang rutin

dan laporan barang proyek

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

31

Untuk keperluan pengurusan dan pencatatan ini

disediakan instrumen administrasi berupa : (a) buku

inventaris, (b) buku pembelian, (c) buku penghapusan,

(d) kartu barang.

2.3.3 Standarisasi Sarana dan Prasarana Sekolah

Standar adalah ketentuan minimal yang harus

dipenuhi, ini berarti bahwa setiap satuan pendidikan

atau sekolah harus dapat mencapai kualitas minimal

sama dengan standar tersebut atau lebih tinggi dari

standar tersebut (Matry, 2008). Hal tersebut terkait

dalam Administrasi Sarana dan Prasarana Pendidikan,

Diklat Manajemen Sekolah Dasar oleh Departemen

Pendidikan Nasional 2006 yang dijelaskan tentang

Tujuan Standarisasi, Lingkup Standarisasi, Sasaran

Standarisasi, Prosedur Standarisasi dan Standar Sarana

dan Prasarana :

a. Tujuan Standarisasi

Standarisasi sarana dan prasarana bertujuan

untuk memberikan arahan teknis edukatif yang dapat

dijadikan pegangan dalam penentuan dan penerapan

persyaratan yang harus dipenuhi sarana dan prasarana

pendidikan sehingga memenuhi fungsinya dalam

menunjang proses pembelajaran. Dengan deminkian,

sarana dan prasarana pendidikan diharapkan : (1)

Memenuhi persyaratan dan bermutu sesuai tuntutan

kurikulum yang berlaku, (2) penggunaannya dapat

optimal dalam proses pembelajaran, dan (3)

penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan baik

secara teknis maupun edukatif.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

32

b. Lingkup Standarisasi

Lingkup standarisasi sarana dan prasarana

meliputi uji kualitas terhadap semua jenis sarana dan

prasarana pendidikan yang diperlukan dalam

pembelajaran pada pendidikan sekolah dasar. Uji

kualitas alat pelajaran meliputi kesesuaian dengan

kurikulum dan aspek teknis edukatif. Uji kualitas media

cetak meliputi segi isi/materi, bahasa, keamanan, dan

grafika.

c. Sasaran Standarisasi

Sasaran standarisasi sarana dan prasarana

meliputi : (1) Sarana pendidikan SD, meliputi: alat

peraga, alat pelajaran, media pembelajaran untuk

semua mata pelajaran di SD dan (2) prasarana

pendidikan SD meliputi: bangunan sekolah, perabot

sekolah, dan sarana tata usaha sekolah.

d. Prosedur Standarisasi

1. Penentuan persyaratan

Meliputi analisis kebutuhan sarana dan

prasarana serta identifikasi, pengumpulan dan

pengolahan data di lapangan dengan kajian

terhadap peraturan terkait.

2. Penyusunan naskah standarisasi

3. Pengesahan standarisasi

4. Penerapan standarisasi

Meliputi pembuatan contoh/model/maket,

penilaian sarana pendidikan dan pelatihan

pendayagunaan sarana pendidikan.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

33

e. Standar Sarana dan Prasarana

Stadarisasi Sarana dan Prasarana didasari oleh

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan meliputi pasal 42,

pasal 43, pasal 45, pasal 46 dan pasal 47. Dalam uraian

pasal – pasal tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut

: (1) Setiap satuan pendidikan termasuk Sekolah Dasar

harus memiliki sarana dan prasarana yang diperlukan

untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

berkelanjutan, (2) standar jumlah peralatan di sekolah

yang meliputi standar jumlah buku perpustakaan

dinyatakan dalam rasio minimal, (3) lahan Sekolah

Dasar harus memenuhi standar kenyamanan,

kesehatan lingkungan serta jarak tempuh minimal

dengan peserta didik, dan (4) jumlah ruang kelas harus

menggunakan rasio ruang kelas per peserta didik. Setiap

satu ruangan kelas memiliki kapasitas yang sesuai.

Sehubungan dengan hal di atas, maka kepala

sekolah yang bekerja sama dengan pihak terkait

senantiasa untuk mengaplikasikan pengelolaan sarana

dan prasarana sesuai dengan standar, sehingga

diharapkan terlaksananya proses pembelajaran yang

efektif dan efisisen dengan dukungan sarana dan

prasarana yang sesuai standar.

2.4 Manajemen Mutu

2.4.1 Manajemen Sekolah

Menurut Danim (2008), mutu masukan

pendidikan dilihat dari beberapa sisi. Pertama, kondisi

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

34

baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia

(kepala sekolah, guru laboran, staf tata usaha dan

siswa). Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria

masukkan material berupa alat peraga, buku-buku,

kurikulum, prasarana, sarana sekolah. Ketiga,

memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa

perangkat lunak, seperti peraturan, struktur organisasi

dan deskripsi kerja. Keempat, mutu masukan yang

bersifat harapan dan kebutuhan seperti visi, motivasi,

ketekunan dan cita-cita.

Mutu proses pendidikan dianggap baik apabila

sumber daya sekolah mampu mentranformasikan

multijenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat

nilai tambah tertentu bagi peserta didik. Hal-hal yang

termasuk dalam kerangka mutu proses pendidikan ini

adalah derajat kesehatan, keamanan, disiplin,

keakraban, saling menghormati, kepuasan dan lain-lain.

Hasil pendidikan dipandang bermutu jika

mampu melahirkan keunggulan akademik dan

ekstrakulikuler pada peserta didik yang dinyatakan

lulus untuk satu jenjang pendidikan atau

menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Selain

itu, mutu pendidikan juga dapat dilihat dari tertib

administrasi. Salah satu bentuk tertib administrasi

adalah adanya mekanisme kerja yang efektif dan efisien,

baik secara vertikal maupun horizontal.

2.4.2 Manajemen Mutu Pendidikan

Aplikasi manajemen mutu terpadu dalam dunia

industri telah lama dilakukan dengan hasil yang

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

35

memuaskan dalam meningkatkan mutu produksi untuk

memuaskan pelanggan. Industri yang menerapkan

manajemen mutu terpadu memiliki kemampuan daya

saing yang tinggi dalam mengusai pasar.

Dalam perkembangan lebih lanjut, manajemen

mutu terpadu telah mulai diterapkan di dunia

pendidikan oleh berbagai institusi pendidikan. Hasilnya

juga mengembirakan , yaitu institusi pendidikan yang

menerapkan manajemen mutu terpadu cenderung

unggul dalam bersaing untuk meninggakatkan mutu

pendidikan dalam memuaskan pelanggan. Namun

aplikasi manajemen mutu terpadu dalam dunia

pendidikan belum memasyarakat seperti halnya di dunia

industri, apalagi masyarakat awam pada umumnya

belum tau banyak mengetahui tentang manajemen mutu

terpadu dalam dunia pendidikan.

Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen

sekolah mengarah pada sistem manajemen yang disebut

MMT (Manajemen Mutu Terpadu). Pada prinsipnya

sistem manajemen ini adalah pengawasan menyeluruh

dari seluruh anggota organisasi (warga sekolah)

terhadap kegiatan sekolah. Penerapan MMT berarti

semua warga sekolah bertanggung jawab atas kualitas

pendidikan.

Manajemen Mutu Terpadu (MMT) dalam bidang

pendidikan tujuan akhirnya adalah meningkatkan

kualitas, daya saing bagi output (lulusan) dengan

indikator adanya kompetensi baik intelektual maupun

skill serta kompetensi sosial siswa/lulusan yang tinggi.

Dalam mencapai hasil tersebut, implementasi MMT di

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

36

dalam organisasi pendidikan (sekolah) perlu dilakukan

dengan sebenarnya tidak dengan setengah hati. Dengan

memanfaatkan semua entitas kualitas yang ada dalam

organisasi maka pendidikan kita tidak akan jalan di

tempat seperti saat ini. Kualitas pendidikan kita berada

pada urutan 113 dari 117 negara di dunia. data ini

diperoleh sesuai hasil survei tentang Human

Development Index (HDI) oleh United Nation

Development Program (UNDP) (Hadis, 2010: 2)

2.4.3 Manajemen Mutu Sekolah

Dalam membangun lembaga pendidikan,

(Brubacher dalam Gojali, 2011) menyatakan ada dua

landasan filosofi yaitu landasan epistemologis, dimana

lembaga pendidikan harus berusaha untuk mengerti

dunia sekelilingnya, memikirkan sedalam-dalamnya

masalah yang ada di masyarakat, dimana tujuan

pendidikan tidak dapat dibelokkan oleh berbagai

pertimbangan dan kebijakan, tetapi harus berpegang

teguh pada kebenaran. Sedangkan landasan politik

adalah memikirkan kehidupan praktis untuk tujuan

masa depan bangsa karena masyarakat kita begitu

kompleks sehingga banyak masalah pemerintahan,

industri, pertanian, perbankan, tenaga kerja, bahan

baku dan sebagainya yang perlu untuk dipecahkan oleh

tenaga ahli yang dicetak oleh lembaga pendidikan,

dimana lulusan yang bermutu diolah dan dihasilkan

oleh tenaga pendidik yang bermutu.

Ketika melihat lembaga pendidikan dari

kacamata sebuah corporate, maka lembaga pendidikan

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

37

adalah suatu organisasi produksi yang menghasilkan

jasa pendidikan yang dibeli oleh para konsumen. Apabila

produsan tidak mampu memasarkan hasil produksinya,

dalam hal ini jasa pendidikan, dikarenakan mutunya

tidak dapat memuaskan konsumen, maka produksi jasa

yang ditawarkan tidak laku. Artinya, lembaga

pendidikan yang memproses jasa pendidikan tidak

mampu memuaskan users educations sesuai dengan

need pasar, bahkan lembaga pendidikan tersebut tidak

akan berlaku untuk terus eksis.

Karena tidak berwujd, konsumen biasanya

melihat tanda-tanda dari sesuatu yang bisa dilihat atau

dirasakan untuk bisa menilai kualitas suatu dasar

pendidikan, meliputi kualitas kinerja guru, tata usaha,

karyawan sekolah, saran prasarana, media

pembelajaran, simbol-simbol yang digunakan sekolah

dan harga yang bisa mereka bayar kepada sekolah,

dengan demikian komponen lembaga pendidikan harus

melakukan up date pada sisi kompetensi.

2.5 Evaluasi Diri Sekolah

Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di tiap sekolah

menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan dilakukan

oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS) yang terdiri dari

Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah, orang tua peserta

didik, dan pengawas. Proses EDS dapat

mengikutsertakan tokoh masyarakat atau tokoh agama

setempat. Instrumen EDS ini khusus dirancang untuk

digunakan oleh TPS dalam melakukan penilaian kinerja

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

38

sekolah terhadap 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP)

yang hasilnya menjadi masukan dan dasar penyusunan

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dalam upaya

peningkatan kinerja sekolah. EDS sebaiknya

dilaksanakan setelah anggota TPS mendapat pelatihan.

Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,

seorang Kepala sekolah harus memiliki kompetensi-

kompetensi seperti tertera dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang

Standar Kepala Sekolah: - kompetensi kepribadian,

manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

Disamping itu sebagai orang yang paling bertanggung

jawab untuk meningkatkan mutu pendidikan di satuan

pendidikan dibawah tanggung jawabnnya, dia juga

harus mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang Sistim

Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) yang

mengharuskan “terbangunnya budaya mutu

pendidikan” serta “terpetakannya mutu pendidikan yang

rinci pada satuan pendidikan”.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka para

kepala sekolah/madrasah khususnya dan pemangku

kepentingan pendidikan pada umumnya, mutlak perlu

mengetahui secara benar konsep, maksud dan tujuan

serta mampu melaksanakan Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

di sekolahnya. Dengan melaksanakan EDS ini maka

kepala sekolah akan lebih dapat melaksanakan

kompetensi manajerialnya secara menyeluruh dan

bermakna yang akan membantu peningkatan kinerja

sekolah – khususnya dalam melihat sejauh manakah

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

39

sekolah telah mencapai Standar Pelayanan Minimal

(SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP), serta

kekuatan dan kelemahannya sehingga sekolah dapat

menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau

Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) berdasarkan keadaan

dan kebutuhan nyata mereka.

Peningkatan mutu pendidikan khususnya pada

satuan pendidikan memerlukan adanya kepala sekolah

yang handal, tangguh dan berkemampuan yang secara

bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan

di sekolah dapat memberikan pelayanan pendidikan

yang bermutu kepada semua peserta didik. Kepala

sekolah yang handal diharapkan dapat menjadi

lokomotif dan kekuatan untuk membimbing, menjadi

contoh, serta menggerakkan para pendidik dan tenaga

kependidikamn dalam melaksanakan upaya

peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Oleh karena

itu, program penguatan kemampuan kepala sekolah

perlu memasukkan pembahasan mengenai EDS, yang

merupakan bagian penting dalam kompetensi

manajerial, sebagai salah satu topik yang harus

diketahui dan dipahami secara benar untuk selanjutnya

dilaksanakan oleh para kepala sekolah.

Materi tentang EDS ini sejauh mungkin

diupayakan disusun dalam bentuk modul belajar

mandiri yang dapat juga dipakai sebagai bahan belajar

kelompok. Untuk dapat memperoleh manfaat maksimal,

dalam memakai materi ini seyogyanya dibarengi dengan

menyediakan dokumen dokumen utama tentang EDS

yaitu: (1) Instrumen EDS itu sendiri; (2) Pedoman Teknis

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

40

EDS; dan (3) Format Laporan EDS. Kesemuanya ini akan

memberikan pengertian menyeluruh tentang apa,

mengapa serta bagaimana EDS ini.

Dalam pelaksanaan EDS di sekolah, untuk

mempermudah pengisian Instrumen, mereka juga perlu

menyediakan semua Peraturan Menteri tentang

kedelapan SNP, Standar per standar, sebagai rujukan

dan panduan dalam menentukan tingkat pencapaian

sekolah dalam pelaksanaan tiap Standar. Dengan

demikian maka dalam memakai Instrumen EDS dan

mengisi Instrumen tersebut mereka akan sangat

terbantu untuk menentukan peringkat pencapaian yang

tepat pada setiap standar dengan merujuk langsung

kepada Peraturan Menteri pada tiap standar sebagai

dasar penentuan peringkat.

2.6 Rencana Pengembangan Sekolah

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

merupakan salah satu wujud dari salah satu fungsi

manajemen sekolah yang amat penting, yang harus

dimiliki sekolah untuk dijadikan sebagai panduan dalam

menyelenggarakan pendidikan di sekolah, baik untuk

jangka panjang (20 tahun), menengah (5 tahun) maupun

pendek (satu tahun).

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) memiliki

fungsi amat penting guna memberi arah dan bimbingan

bagi para pelaku sekolah dalam rangka pencapaian

tujuan sekolah yang lebih baik (peningkatan,

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

41

pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk

mengurangi ketidakpastian masa depan.

Menurut Slamet (2009), terdapat lima hal penting

dalam Rencana Pengembangan Sekolah yaitu :

1. Pentingnya Rencana Pengembangan Sekolah

(RPS)

RPS penting dimiliki untuk memberi arah dan

bimbingan para pelaku sekolah dalam rangka

menuju perubahan atau tujuan sekolah yang lebih

baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko

yang kecil dan untuk mengurangi ketidakpastian

masa depan.

2. Arti Perencanaan Sekolah/RPS

Perencanaan sekolah adalah suatu proses untuk

menentukan tindakan masa depan sekolah yang tepat,

melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan

sumberdaya yang tersedia.RPS adalah dokumen

tentang gambaran kegiatan sekolah di masa depan

dalam rangka untuk mencapai perubahan/tujuan

sekolah yang telah ditetapkan.

3. Tujuan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

RPS disusun dengan tujuan untuk: (1) menjamin

agar perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan

dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan

resiko yang kecil; (2) mendukung koordinasi antar

pelaku sekolah; (3) menjamin terciptanya integrasi,

sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku sekolah,

antarsekolah dan dinas pendidikan kabupaten/kota,

dan antarwaktu

4. Sistem Perencanaan Sekolah (SPS)

Sistem Perencanaan Sekolah adalah satu

kesatuan tata cara perencanaan sekolah untuk meng-

hasilkan rencana-rencana sekolah (RPS) dalam jangka

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

42

panjang, jangka menengah, dan tahunan yang

dilaksanakan oleh unsur penyelenggara sekolah dan

masyarakat (diwakili oleh komite sekolah).

5. Tahap-tahap Penyusunan Rencana

Pengembangan Sekolah (RPS)

Mencakup: (a) Melakukan analisis lingkungan

strategis sekolah; (b) Melakukan analisis situasi untuk

mengetahui status situasi pendidikan sekolah saat ini

(IPS); (c) Memformulasikan pendidikan yang

diharapkan di masa mendatang; (d) Mencari

kesenjangan antara butir 2 & 3; (e) Menyusun rencana

strategis; (f) Menyusun rencana tahunan; (g)

Melaksanakan rencana tahunan; dan (h) Memonitor

dan mengevaluasi

Standar Nasional Pendidikan (standar kelulusan,

kurikulum, proses, pendidikan dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan,

pengelolaan, dan penilaian pendidikan) merupakan

substansi penting dalam sistem pengelolaan sekolah

yang harus direncanakan sebaik-baiknya dan

diakomodir dalam penyusunan Rencana Pengembangan

Sekolah.

2.7 Pengembangan Tata Kelola Sarana dan

Prasarana Sekolah

Pengembangan tata kelola sarana dan prasarana

pendidikan di sekolah berkaitan erat dengan aktivitas-

aktivitas pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan

pemeliharaan, inventarisasi, dan penghapusan sarana

dan prasarana pendidikan di sekolah. Hal ini

menunjukkan bahwa perlu adanya suatu proses dan

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

43

keahlian di dalam mengelolanya. Tindakan prefentif

yang tepat akan sangat berguna bagi instansi terkait

(Mulyono, 2008).

Pengembangan tata kelola sarana dan prasarana

pendidikan yang baik diharapkan dapat menciptakan

sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan

kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun

peserta didik yang berada di sekolah. Di sampih itu juga

diharapkan tersedianya alat atau fasilitas belajar yang

memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan

dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara

optimal untuk kepentingan proses pendidikan oleh guru

sebagai pengajar maupun siswa sebagai peserta didik

(Mulyasa, 2003). Siklus yang terdiri dari analisis rencana

kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan,

penghapusan dan pengawasan dijelaskan sebagai

berikut:

2.7.1 Perencanaan Kebutuhan

Analisis kebutuhan menurut Syahril (2004:22)

adalah mengidentifikasi secara tepat kebutuhan sarana

prasarana pendidikan yang diperlukan dalam

pelaksanaan proses pembelajaran. Perencanaan sarana

dan prasarana pendidikan adalah kegiatan yang

dilakukan untuk menyatakan sarana prasarana yang

dibutuhkan.

2.7.2 Pengadaan

Menurut Gunawan (1996:40) pengadaan

merupakan segala kegiatan untuk menyediakan semua

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

44

keperluan barang, benda dan jasa bagi keperluan

pelaksanaan tugas.

2.7.3 Penyimpanan

Menurut Syahril (2004:51) penyimpanan adalah

menampung atau menyimpan hasil pengadaan barang-

barang tersebut demi keamanannya, baik yang belum

maupun yang sudah didistribusikan, disebut

penyimpanan. Penyimpanan barang biasanya

digunakan gudang. Untuk mempersiapkan gudang perlu

diperhatikan beberapa faktor pendukungnya seperti

lokasi, konstruksi, bentuk dan ketentuan tata letak

barang didalamnya sesuai jenis dan sifat barangnya.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan yaitu

keamanannya.

2.7.4 Pemeliharaan

Menurut Gunawan (1996:146) pemeliharaan atau

perawatan adalah kegiatan rutin untuk menjaga agar

barang tetap dalam kegiatan baik dan berfungsi dengan

baik juga. Kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan

menurut ukuran waktu dan ukuran keadaan barang

(setiap hari, secara berkala atau jangka waktu tertentu

sesuai dengan petunjuk penggunaan). Pemeliharaan

dapat dilakan oleh pemegangnya atau

penanggungjawabnya.

2.7.5 Penghapusan

Menurut Syahril (2004:94) penghapusan yaitu

kegiatan untuk menghapus atau menghilangkan barang

dari daftar inventaris berdasarkan ketentuan dan aturan

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

45

yang berlaku. Bila biaya rehabilitasinya terlalu besar

sedang daya pakainya terlalu singkat, maka barang

tersebut lebih baik tidak dipakai lagi dan dikeluarkan

dari daftar inventaris.

2.7.6 Pengawasan

Menurut R.Terry (2000:232) pengawasan adalah

suatu usaha untuk menjamin agar pelaksanaan

kegiatan berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan sehingga pemborosan biaya, waktu, tenaga

dapat dihindari. Pengawasan dilakukan untuk

mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana

pendidikan itu. Pengawasan harus dilakukan secara

objektif artinya pengawasan itu harus didasarkan pada

bukti-bukti yang ada.Apabila dari hasil pengawasan

atau pemeriksaan ternyata terdapat kekurangan-

kekurangan, maka kepala sekolah wajib melakukan

tindakan-tindakan perbaikan dan penyelesaian.

2.8 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjauan penelitian terdahulu merupakan

paparan hasil penelitian yang telah dilakukan para

peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian

ini. Para peneliti tersebut memfokuskan kajian pustaka

yang berbeda-beda namun orientasi kajiannya tetap

pada akreditasi sekolah.

a. Barokah dan Khafid (2006:75) meneliti Pengaruh

Akreditasi Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa

di SMA se-Kabupaten Banjarnegara. Dari pengujian

hipotesis tentang pengaruh Akreditasi Sekolah

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

46

terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan

bahwa variabel mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

Determinasi berganda sebesar = 0,958, secara

statistik berarti sumbangan variabel bebas

terhadap variabel terikat sebesar 95,80%. Sisa-nya

prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor lain

di luar penelitian.

b. Jannah (2013: 89) meneliti optimalisasi manajemen

sarana dan prasarana dalam meningkatkan mutu

pembelajaran di SMP Nasima Semarang. Dengan

menggunakan analisis kualitatif dalam penelitian

tersebut, diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian

bahwa manajemen sarana dan prasarana

merupakan suatu usaha yang diarahkan untuk

mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif

dan menyenangkan dengan kemampuan dan

kelengkapan sarana dan prasarana yang ada.

c. Suryana (2007: 9) meneliti akreditasi, sertifikasi

dan upaya penjaminan mutu pendidikan.

Kesimpulannya Akreditasi dan Sertifikasi

diharapkan dapat memberikan percepatan kepada

pencapaian mutu pendidikan, variasi mutu yang

ada dapat di arahkan kepada pencapaian yang

sama melalui benchmark sebagai pagu bagi

pelaksanaan dengan standarisasi yang sama

sehingga memperoleh hasil yang kompetetif.

Dampak negatif yang mungkin muncul

dapat dieliminasi melalui penataan system

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

47

penyelenggaraan yang terbuka (tranparant), bersih

(clean), dan komitmen yang tinggi dari para

pelaksana pendidikan.

Pencapaian Mutu Sekolah melalui kegiatan

Akreditas Sekolah diarahkan pada hal-hal berikut

ini : (1) Proses akreditasi mengarah pada

peningkatan kualitas sekolah, (2) Melihat dan

memperoleh gambaran kinerja sekolah yang

sebenarnya, (3) Sebagai alat pembinaan,

pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan

di sekolah, (4) Kelayakan sekolah dalam

penyelenggaraan dan pelayanannya, (5) Gambaran

menyeluruh bagi masyarakat tentang tingkat

sekolah dimana anaknya berada dengan sekolah-

sekolah lainnya.

Dengan akreditasi terhadap satuan

pendidikan dan sertifikasi untuk jenis pekerjaan

yang akan dilaksanakan akan memberikan

dorongan yang besar terhadap peningkatan mutu

pendidikan pada level kelembagaan dan

menudkung peningkatan mutu pendidikan

nasional.

Kajian kepustakaan di atas memaparkan

akreditasi sebagai upaya meningkatkan mutu

pendidikan. Barokah dan Khafid meneliti pengaruh

akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar siswa.

Jannah meneliti optimalisasi manajemen sarana dan

prasarana dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan

Suryana meneliti akreditasi, sertifikasi dan upaya

penjaminan mutu pendidikan.

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI · LANDASAN TEORI . 2.1 . Akreditasi Sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20

48

Kajian kepusatakaan diatas belum cukup untuk

meneliti secara khusus tentang tata kelola sarana dan

prasarana dalam upaya mencapai target akreditasi

maksimal untuk sekolah-sekolah dalam satu gugus.

Dengan demikian peneliti masih mempunyai

kesempatan untuk melakukan penelitian tentang

gambaran program peningkatan akreditasi yang

mendukung 8 Standar Nasional Pendidikan khususnya

standar sarana dan prasarana. Peneliti berpendapat

bahwa program peningkatan akreditasi yang

mendukung standar sarana dan prasarana berpengaruh

signifikan terhadap peningkatan peringkat akreditasi

artinya segala potensi yang ada pada sekolah yang

diprioritaskan pada peningkatan program komponen

akreditasi yang masih kurang maksimal akan

berpengaruh terhadap peningkatan penilaian peringkat

akreditasi.