bab ii landasan teori a. tinjauan pustaka · 5 bab ii landasan teori a. tinjauan pustaka 1. pekerja...

23
5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Dan pekerja merupakan setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan. Menurut Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No 555. K/26/M.PE/Tahun 1995 menyatakan bahwa pekerja tambang merupakan setiap orang yang langsung bekerja pada kegiatan usaha pertambangan. Kerja merupakan aspek evaluative yang bersifat menilai sesuatu hal.Pekerja dalam pekerjaannya selalu mendapatkan pengaruhmdari lingkungan kerjanya. Agar seorang pekerja dapat berprestasi secara optimal maka disamping pekerja tersebut sehat juga bekerja dalam lingkungan kerja serta dengan cara kerja yang memenuhi syarat kesehatan kerja baik secara fisik maupun mental (Geertz, 1979).

Upload: others

Post on 23-Sep-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pekerja

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja merupakan setiap orang

yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau

jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Dan pekerja merupakan setiap orang yang bekerja dengan menerima upah

atau imbalan.

Menurut Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No 555.

K/26/M.PE/Tahun 1995 menyatakan bahwa pekerja tambang merupakan

setiap orang yang langsung bekerja pada kegiatan usaha pertambangan.

Kerja merupakan aspek evaluative yang bersifat menilai sesuatu

hal.Pekerja dalam pekerjaannya selalu mendapatkan pengaruhmdari

lingkungan kerjanya. Agar seorang pekerja dapat berprestasi secara

optimal maka disamping pekerja tersebut sehat juga bekerja dalam

lingkungan kerja serta dengan cara kerja yang memenuhi syarat kesehatan

kerja baik secara fisik maupun mental (Geertz, 1979).

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

6

2. Tempat Kerja

a. Pengertian

Menurut Undang-undang No 1 Tahun 1970 Tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa tempat kerja merupakan tiap

ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tidak

bergerak, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki kerja

untuk keperluan suatu usaha dan diman terdapat sumber bahaya.

Menurut Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No 555.

K/26/M.PE/Tahun 1995 menyatakan bahwa tempat usaha

pertambangan merupakan setiap tempat yang bertujuan atau

berhubungan langsung dengan penyelidikan umum, eksplorasi, studi

kelayakan, konstruksi, operasi produksi, pengolahan, pengangkutan,

penjualan, bahan galian golongan a, b, dan c termasuk sarana

prasarana penunjang yang di atas maupun di bawah tanah. Baik yang

berada dalam satu wilayah atau pada tempat yang terpisah.

b. Kondisi tempat kerja

Menurut Aztanti dalam Sugeng Budiono A.M dkk (2003)

menjelaskan bahwa penyebab kelelahan akibat tidak ergonomisnya

kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja merupakan faktor

dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas kerja seorang

tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

7

lingkungan kerja sehat antara lain adalah sebagai penyebab timbulnya

kelelahan kerja.

3. Pekerjaan

Secara garis besar pekerjaan merupakan beban bagi pekerja. Beban

tersebut dapat berupa beban fisik, psikis, dan sosial dalam kehidupan

individu untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu

agar kelangsungan hidup individu dapat dipertahankan, dan taraf

kehidupan lebih baik dapat dicapai oleh pekerja yang bersangkutan.

Terdapat tiga kategori pekerjaan (Kurniawan, 1977), antara lain :

a. Pekerjaan yang terutama memerlukan tenaga pikiran.

b. Pekerjaan yang terutama memerlukan tenaga fisik.

c. Pekerjaan yang memerlukan tenaga pikiran maupun tenaga fisik.

4. Faktor Bahaya

Bahaya merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang

berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan penyakit akibat

kerja (OHSAS 18001, 2007).

Menurut PERMENAKERTRANS NO. 13 Tahun 2011, faktor

lingkungan kerja merupakan potensi-potensi bahaya yang kemungkinan

terjadi di lingkungan kerja akibat adanya suatu proses kerja. Adapun

faktor bahaya menurut PERMENAKERTRANS NO. 13 Tahun 2011

antara lain :

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

8

a. Faktor fisika adalah faktor di tempat kerja yang bersifat fisika yang

terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar

ultra ungu, dan medan magnet.

b. Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia

yang terdiri dari partikel atau padatan, gas, kabut, aerosol, dan uap

yang berasal dari bahan-bahan kimia.

Berdasarkan Suma’mur (2014) terdapat empat faktor bahaya di

tempat kerja, antara lain :

a. Faktor fisis yang terdiri dari getaran, iklim kerja, kebisingan, tekanan

udara, penerangan, dan bau-bauan.

b. Faktor biologi yang terdiri dari virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing,

kutu, pinjal dan mungkin tumbuhan atau hewan besar.

c. Faktor kimia

d. Faktor psikologi

Menurut Tarwaka (2008), Potensi bahaya terdapat hampir disetiap

tempat dimana dilakukan suatu aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun

di tempat kerja. Apabila potensi bahaya tersebut tidak di kendalikan

dengan tepat, maka akan menyebabkan kelelahan, sakit, cedera, dan

bahkan kecelakaan yang serius. Upaya untuk mencegah dan mengurangi

risiko yang mungkin timbul akibat pekerjaan perlu segera dilakukan.

Melalui hazard management procces, risiko yang mungkin timbul dapat

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

9

diidentifikasikan, dinilai dan dikendalikan sedini mungkin melalui

pendekatan preventif, inovatif dan partisipatif.

Harrington dan Gill (1983) mempertimbangkan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kesehatan pekerja. Terdapat empat fakor yang dapat

menimbulkan penyakit akibat kerja yaitu faktor fisik, faktor kimia, faktor

biologi dan faktor ergonomi.

5. Kelelahan Kerja

a. Pengertian kelelahan kerja

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar

tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan

setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada

susunan saraf terdapat sistem aktivasi dan inhibisi, istilah kelelahan

biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda pada setiap

individu tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan

penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2010).

Kelelahan merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot.

Sedangkan kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya

kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni,

intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab

mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean, 1993).

Kelelahan adalah kondisi akut, yang dimulai rasa letih yang

kemudian mengarah pada kelelahan mental atau fisik dan dapat

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

10

menghalangi seorang untuk dapat melaksanakan fungsinya dalam

batas normal. Perasaan lelah ini lebih dari sekedar perasaan letih dan

mengantuk, perasaan lelah terjadi ketika seseorang telah sampai batas

kondisi fisik atau mental yang dimilikinya (Australan Safety and

Compentation Counsil, 2006).

Kelelahan kerja menurut Suma’mur (2009), merupakan reaksi

fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang di pengaruhi

oleh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat dan sistem

penggerak tetapi semuanya bermuara kepada pengurangan kapasitas

kerja dan ketahanan tubuh.

Kelelahan kerja menurut Grandjean (1985), kelelahan kerja

adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaaan.

Kelelahan kerja tidak dapat di definisikan secara jelas tetapi

dapat dirasakan sebagai perasaan kelelahan kerja diserta adanya

perubahan waktu reaksi yang menonjol maka indikator perasaan

kelelahan kerja dan waktu reaksi dapat dipergunakan untuk

mengetahui adanya kelelahan kerja. Perasaan kelelahan kerja adalah

gejala subjektif kelelahan kerja yang dikeluhkan pekerja yang

merupakan semua perasaan yang tidak menyenangkan (Lientje, 2011).

b. Jenis kelelahan kerja

Berdasarkan waktu terjadinya, kelelahan dibagi menjadi dua

macam yaitu : kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

11

organ atau seluruh tubuh secara berlebihan. Kelelahan kerja kronis,

terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan.

Dalam hal ini kelelahan terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan

(Grandjean dan Kogi, 1971)

Berdasarkan penyebabnya kelelahan dibagi menjadi dua yaitu

kelelahan fisiologis dan kelelahan psikologis. Kelelahan fisiologis

disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja yaitu suhu dan kebisingan.

Sedangkan kelelahan psikologis disebabkan oleh faktor

psikologis(Singleton, 1972)

Kelelahan pada setiap orang berbeda-beda dalam pengungkapan

dan gejalanya biasanya bersifat subyektif tetapi kelelahan dalam hal

ini yaitu berupa penurunan efisiensi dan ketahanan dalam melakukan

suatu pekerjaan. Kelelahan umum dapat berupa keadaan sakit, apabila

kelelahan tersebut bersifat medis dan disertai dengan adanya gejala

yang ditemukan pada tenaga kerja berupa sakit kepala, berdebar-debar,

sesak nafas, hilangnya nafsu makan, gangguan pencernaan, gangguan

tidur dan sebagainya.Grandjean (1988), mengklasifikasikan kelelahan

kedalam 7 bagian, antara lain :

1) Kelelahan visual yaitu meningkatnya kelelahan pada mata.

2) Kelelahan pada tubuh secara umum merupakan suatu kelelahan

yang diakibatkan beban fisik yang berlebihan.

3) Kelelahan mental merupakan suatu kelelahan yang disebabkan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

12

oleh pekerjaan mental atau intelektual.

4) Kelelahan syaraf merupakan kelelahan yang disebabkan

olehadanya tekanan yang berlebihan pada salah satu bagian sistem

psikomotor, seperti pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan.

5) Pekerjaan yang bersifat monoton.

6) Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang disebabkan oleh

adanya akumulasi efek jangka panjang.

7) Kelelahan circadian merupakan bagian dari ritme siang-malam,

dan melalui periode tidur yang baru.

c. Penyebab Kelelahan Kerja

Kelelahan otot dapat disebabkan oleh aktivitas statis yang

berbeda dengan aktivitas dinamis, yang mana jika pengerahan otot

statis sebesar 15%-20% dengan pembebanan berlangsung sepanjang

hari akan menimbulkan rasa nyeri. Untuk mempertahankan kondisi

tubuh tanpa menimbulkan lelah yang berat, jika tenaga yang

dikeluarkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot.Tiga

pendapat mengatakan bahwa kebutuhan metabolism pada aktivitas

dinamis dan statis melampaui kapasitas energi yang dihasilkan

seseorang, maka kontraksi otot terpengaruh yang menimbulkan

kelelahan pada seluruh badan. Dengan demikian semakin lambat

gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot

seseorang (Tarwaka dkk, 2004).

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

13

Menurut Suma’mur (2009), terdapat lima kelompok sebab

kelelahan yaitu :

1) Monotoni.

2) Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental.

3) Keadaan lingkungan (seperti cuaca kerja, penerangan dan

kebisingan).

4) Keadaan kejiwaan (seperti tanggung jawab, khawatir atau konflik).

5) Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.

Menurut Tarwaka (2004) faktor-faktor penyebab kelelahan kerja

sangat bervariasi diantaranya adalah akibat :

1) Aktivitas kerja fisik.

2) Aktivitas kerja mental.

3) Stasiun kerja yang tidak ergonomis.

4) Sikap paksa.

5) Kerja statis.

6) Kerja bersifat monotoni.

7) Lingkungan kerja ekstrim.

8) Psikologis.

9) Kebutuhan kalori kurang.

10) Waktu kerja dan istirahat tidak tepat.

Gizi juga mempunyai pengaruh terhadap cepat atau lambatnya

seseorang mengalami masalah kelelahan kerja. Dengan gizi yang baik,

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

14

maka pekerja tidak akan mudah mengalami masalah kelelahan kerja,

tetapi jika gizi kerja yang tidak baik maka seseorang akan lebih cepat

mengalami masalah kelelahan kerja. Salah satu untuk meningkatkan

efisiensi dan produktivitas tenaga kerja adalah mengatasi masalah gizi,

yaitu dengan penyelenggaraan makan ditempat kerja yang memenuhi

nilai gizi makanan berimbang (Dewan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Nasional, 1994).

Menurut ILO (1983) bahwa penyebab kelelahan kerja umumnya

berkaitan dengan :

1) Sifat pekerjaan yang monoton.

2) Intensitas kerja dan ketahanan kerja mental atau fisik yang tinggi.

3) Cuaca ruang kerja, pencahayaan, kebisingan, dan lingkungan kerja

lain yang tidak memadai.

4) Faktor psikologis, rasa tanggung jawab, ketegangan, dan konflik.

5) Penyakit-penyakit, rasa kesakitan dan gizi.

6) Circadian rhythm.

d. Faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja

Faktor-faktor yang dapat berpengaruh terjadinya kelelahan kerja

mulai dari faktor lingkungan kerja yang tidak memadai, lama dan

ketepatan waktu istirahat, keadaan perjalanan, fasilitas kerja.Hal-hal

lain yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja

adalah adanya pemberian perhatian khusus bagi pekerja tertentu

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

15

seperti pekerja muda usia, pekerja wanita hamil atau menyusui,

pekerja lanjut usia, pekerja yang selalu bertugas malam dan pekerja

baru atau baru pindah dari bagian kain. Pencegahan minum alkohol

dan pencegahan kebiasaan minum obat-obatan tertentu diluar

pengawasan medis juga dapat member makna bagi penurunan

kecenderungan mengalami kelelahan kerja (Phoon, 1988).

Kondisi tempat kerja meliputi seluruh hal yang ada ditempat

kerja, dari segi ergonomi (tempat kerja, peralatan kerja, mesin

produksi), suhu di tempat kerja, kebisingan, getaran, debu dan lainnya

yang berkaitan dengan kondisi tempat kerja (Aztanti, 2003).

e. Tanda-tanda kelelahan

Menurut Suma’mur (2013), gejala atau perasaan yang

menandakan bahwa tenaga kerja mengalami kelelahan adalah :

1) Perasaan berat di kepala.

2) Menjadi lelah diseluruh badan.

3) Kaki merasa berat.

4) Menguap.

5) Merasa kacau pikiran.

6) Mengantuk.

7) Merasa berat pada mata.

8) Kaku dan canggung dalam gerak.

9) Tidak seimbang dalam berdiri.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

16

10) Mau berbaring.

11) Merasa susah berfikir dan lelah berbicara.

12) Gugup.

13) Tidak dapat berkosentrasi.

14) Tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu.

15) Cenderung lupa.

16) Kurang kepercayaan diri.

17) Cemas terhadap sesuatu.

18) Tidak dapat mengkontrol sifat.

19) Tidak dapat tekun dalam bekerja.

20) Sakit kepala.

21) Kekakuan dibahu.

22) Merasa nyeri dipunggung.

23) Merasa pernafasan tertekan.

24) Merasa haus.

25) Merasa pening.

26) Suara serak.

27) Spasme kelopak mata.

28) Tremor pada anggota badan.

29) Merasa kurang sehat.

Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan

melemahnya kegiatan, 11-20 menunjukkan melemahnya motivasi dan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

17

20-30 gambar terjadinya kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan

umum yang melelahkan(Suma’mur, 2013).

Kelelahan pada umumnya dikeluhkan sebagai kelelahan dalam

sikap, orientasi, dan penyesuaian pekerja yang mengalami kelelahan

kerja (Chavalitsakulchai dan Shahnavas, 1991).

Gilmer (1966) dan Cameron (1973) menyebutkan bahwa gejala-

gejala kelelahan kerja adalah sebagai berikut :

1) Gejala-gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti

penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan, dan hambatan

persepsi, cara berpikir atau perbuatan anti sosial, tidak cocok

dengan lingkungan, depresi, kurang tenaga, dan kehilangan

inisiatif.

2) Gejala umum yang sering menyertai gejala di atas adalah sakit

kepala, vertigo, gangguan fungsi paru, gangguan fungsi jantung

dan, kehilangan nafsu makan serta gangguan pencernaan

Kelelahan kerja kronis terdapat gejala-gejala yang tidak spesifik

berupa kecemasan, perubahan tingkah laku, kegelisahan, dan

kesukaran tidur (Gilmer, 1966 dan Cameron, 1973).

Menurut Grandjean (1995), bahwa gejala kelelahan kerja kronis

ada dua macam yaitu gejala subjektif dan obyektif . Gejala kelelahan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

18

kronis yang penting adalah adanya perasaan lelah, penurunan

kesiagaan, penurunan persepsi dan perlambatan kecepatan bereaksi.

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat

ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif

biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-

40% dari tenaga aerobic. Pengaruh seperti ini seperti berkumpul

didalam tubuh mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur, 1996).

f. Risiko terjadinya kelelahan kerja

Kelelahan kerja dapat menimbulkan beberapa keadaan yaitu

prestasi kerja yang menurun, fungsi fisiologis motorik dan neural yang

menurun, badan terasa tidak enak di sampig semangat kerja yang

munurun (Bartley dan Chute, 1982).

Perasaan kelelahan kerja cenderung meningkatkan terjadinya

kecelakaan kerja, sehingga dapat merugikan diri pekerja sendiri

maupun perusahaan karena ada penurunan produktivitas kerja (Gilmer,

1966 dan Suma’mur, 1984).

Menurut Tarwaka (2004), kelelahan kerja dapat menimbulkan

suatu dampak yang dapat merugikan kepada perusahaan, secara

langsung kelelahan kerja dapat mengakibatkan :

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

19

1) Motivasi kerja menurun.

2) Performansi rendah.

3) Kualitas kerja rendah.

4) Banyak terjadi kesalahan.

5) Stres akibat kerja.

6) Penyakit akibat kerja.

7) Cedera.

8) Terjadinya kecelakaan akibat kerja.

6. Pengukuran tingkat kelelahan kerja

Kelelahan kerja dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain :

a. Reaction Timer atau Waktu Reaksi

Tingkat kelelahan kerja dapat di ukur dengan menggunakan alat

yang disebut Reaction Timer atau Alat Pemeriksa Waktu Reaksi.Alat

pemeriksa waktu reaksi adalah alat yang digunakan untuk mengetahui

waktu yang diperlukan antara pemberian rangsang dan respon yang

ditimbulkan oleh rangsang baik yang berupa rangsang suara maupun

rangsang cahaya yang ditampilkan secara digital (Lientje, 2011).

Menurut Suma’mur (2009) waktu reaksi adalah waktu yang

terjadi antara pemberian rangsang tunggal sampai timbulnya respon

terhadap rangsang tersebut.Waktu reaksi ini merupakan reaksi

sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi yang memerlukan

koordinasi.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

20

Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian rangsang

sampai pada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan.

Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara,

sentuhan kulit atau goyangan badan (Tarwaka, 2010).

Kelemahan dalam uji ini adalah muncul suatu kenyataan bahwa

pada uji ini sering sekali membuat permintaan yang sulit pada subjek

yang diteliti, sehingga dapat meningkatkan ketertarikan (Granjean,

1997 dalam Putri, 2008).

Uji validitasi isi dari konstruk alat waktu reaksi L77

menunjukkan hasil yang baik. Untuk pengujian reliabilitas dilakukan

dengan metode test retest hasilnya : 0,89 (Lientje, 2011).

1) Tujuan pengukuran

Tujuan pengukuran waktu reaksi adalah untuk menentukan

waktu yang diperlukan antara pemberian rangsang sampai

timbulnya respon terhadap rangsang tersebut, yang dalam hal ini

berupa rangsang suara dan rangsang cahaya yang ditampilkan

secara digital pada alat pemeriksa waktu reaksi (Lientje, 2011).

2) Tingkat kelelahan kerja

Tingkat kelelahan kerja menurut Lientje (2011)

dikategorikan menjadi empat, antara lain :

a) Normal : 150-240 milidetik

b) Ringan : 240- <410

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

21

c) Sedang : 410- <580

d) Berat : >580

b. Uji Finger Tapping (Uji ketuk jari)

Uji Finger Tapping (Uji ketuk jari) adalah untuk mengukur kecepatan

maksimal mengetukkan jari tangan dalam suatu periode waktu

tertentu. Uji ini sangat lemah karena banyak faktor yang sangat

berpengaruh dalam proses mengetukkan jari-jari tangan dan uji ini

tidak dapat dipakai untuk menguji kelelahan kerja bermacam-macam

pekerjaan (Grandjean, 1995).

c. Uji Flicker fusion

Uji Flicker fusion adalah pengukuran kecepatan berkelipnya cahaya

yang secara bertahap ditingkatkan sampai kecepatan tertentu sehingga

cahaya tampak berbaur sebagai cahaya yang continue, uji ini hanya

dipergunakan untuk menilai kelelahan mata saja (Grandjean, 1995).

d. Uji Bourdon Wiersma

Uji Bourdon Wiersma adalah pengujian terhadap kecepatan bereaksi

dan ketelitian. Uji ini digunakan untuk menguji kelelahan pada

pengemudi (Manuaba dan Nala, 1971).

e. Pemeriksaan tremor pada tangan

Pemeriksaan tremor pada tangan dapat dipakai untuk mengukur

kelelahan pada tiap orang maupun pada tiap pekerjaan karena adanya

tremor pada tangan yang dapat terjadi tidak saja pada kelelahan tetapi

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

22

juga dapat terjadi sebagai bagian dari penyakit tertentu (Sutarman,

1972).

f. Metode Blink

Metode Blink adalah pengujian untuk kelelahan tubuh secara

keseluruhan dengan melihat objek yang bergerak dengan mata yang

terkejap secara cepat dan berulang ulang, cara ini tidak dapat untuk

menguji jenis kelelahan kerja pada tiap pekerjaan (Fuki dan Marioka,

1971).

7. Manajemen kelelahan kerja

Menurut Tarwaka (2004), upaya untuk mengatasi memburuknya

kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja adalah sebagai

berikut :

a. Disesuaikan dengan kapasitas kerja fisik.

b. Redesain stasiun kerja yang ergonomis.

c. Bekerja dengan sikap kerja alamiah.

d. Kerja lebih dinamis.

e. Kerja lebih bervariasi.

f. Redesain lingkungan kerja.

g. Reorganisasi kerja.

h. Kebutuhan kalori seimbang.

i. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

23

Menurut Suma’mur (2009), kelelahan dapat dikurangi bahkan

ditiadakan dengan melakukan pendekatan berbagai cara yang ditunjukkan

kepada aneka hal yang bersifat umum dan pengolahan kondisi pekerjaan

dan lingkungan kerja di tempat kerja. Penerapan ergonomi yang bertalian

dengan perlengkapan dan peralatan kerja, cara kerja serta pengolahan

lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologi dan psikologi kerja

merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan.

Menurut Suma’mur (2013), kelelahan kerja dapat dikurangi dengan

penyediaan sarana tempat istirahat, memberi waktu libur dan rekreasi,

penerapan ergonomi, organisasi proses produksi yang tepat dan pengadaan

lingkungan kerja yang sehat dan nyaman, penggunaan warna dan dekorasi

pada lingkungan kerja dan pengadaan musik ditempat kerja. Pemeriksaan

kesehatan bagi pekerja dengan sistem bergilir sebaiknya dilakukan tiap

enam bulan sekali.

Manajemen kelelahan kerja adalah suatu sistem dalam perusahaan

yang bertujuan untuk melakukan suatu progam pengaturan untuk

melakukan penanggulangan terhadap kelelahan sehingga dampak dari

kelelahan tersebut dapat dicegah dan diminimalkan dan pada akhirnya

akan menciptakan suatu hasil yang berupa peningkatan produktivitas

individu tiap tenaga kerja (Suma’mur, 2013).

Agar dapat dilakukan pengendalian kelelahan kerja maka

manajemen kelelahan kerja harus terintegrasi dengan manajemen K3

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

24

peruahaan. Guna memberikan kejelasan dalam manajemen kelelahan kerja

diutarakan terlebih dahulu manajemen K3 di perusahaan (Lientje, 2011).

Adapun progam penanggulangan kelelahan kerja menurut Lientje,

2011 antara lain :

a. Promosi kesehatan kerja

1) Promosi intrakurikuler, yang dimaksud dengan promosi ini adalah

memasukkan materi Hiperkes ke dalam kurikulum ilmu kesehatan

secara lebih intensif, mengadakan lomba mengarang tentang

hiperkes secara periodik, dan kegiatan-kegiatan lain yang

bertujuan memasukkan ilmu hiperkes kepada kehidupan para calon

pekerja maupun pekerja.

2) Promosi ekstrakurikuler, yang dimaksuda adalah memasukkan

materi hiperkes kedalam acara-acara atau peristiwa tertentu.

3) Promosi melalui perusahaan masing-masing. Pekerja memperoleh

penerangan tentang bekerja secara sehat, dengan produktivitas

yang setinggi mungkin melalui pendekatan ilmu ergonomi,

memonitorin lingkungan kerja yang sehat dan pemberian gizi.

4) Promosi melalui media masa. Yang dimaksud adalah memasukkan

materi hiperkes kedalam acara TV, RRI, radio swasta, dan surat

kabar.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

25

b. Pencegahan kelelahan kerja

Pencegahan kelelahan kerja ini terutama ditujukan kepada upaya

penekanan faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif pada

kelelahan kerja dan meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh

secara positif. Faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif yang

perlu ditekan misal adanya stres kronis dan stres akut, yaitu dengan

tidak menciptakan atau menghindarkan stres buatan manusia (Lintje,

2011).

c. Pengobatan kelelahan kerja

Mengingat kelelahan kerja merupakan keadaan yang dapat

mengganggu pekerja, perusahaan dan pihak masyarakat maka pekerja

dengan kelelahan kerja perlu mendapat pengobatan sesuai dengan

penyebabnya di samping penanganan kehadiran faktor-faktor lain yang

dapat berpengaruh terhadap kelelahan kerja. Pengobatan kelelahan

kerja ini dapat berbentuk obat-obat, terapi kognitif dan perilaku

pekerja yang bersangkutan, penyuluhan mental, bimbingan mental,

perbaikan lingkungan kerja, ergonomi, serta pemberian gizi kerja yang

memadai (Lintje, 2011).

d. Rehabilitasi kelelahan kerja

Rehabilitasi kelelahan kerja adalah melanjutkan tindakan dan

progam pengobatan kelelahan kerja serta mempersiapkan pekerja

tersebut bekerja secara lebih baik dan bersemangat (Lintje, 2011).

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

26

Perusahaan perlu membentuk unit konseling pengendalian

kelelahan kerja, di samping perbaikan pelayanan kesehatan dan

lingkungan kerja perusahaan serta pendokumentasian dan review

secara baik. Beberapa faktor pengetahuan, kondisi fisik serta pengaruh

keluarga dan rekan kerja merupakan faktor pembentukan performansi

seseorang dalam bekerja dan manajemen kelelahan kerja (Lintje,

2011).

e. Evaluasi progam pengendalian kelelahan kerja

Evaluasi progam pengendalian kelelahan kerja adalah salah satu

bagian dari progam perusahaan yang antara lain bersifat pemantauan

terhadap jalannya progam terkait yang bersifat terus menerus, yang di

sesuaikan dengan perkembangan zaman. Dalam evaluasi ini di

simpulkan, apakah progam dapat berjalan sesuai dengan rencana dan

sesuai dengan kebutuhan pekerja? Apakah kendala-kendala yang

dihadapi dan apakah perkembangan-perkembangan baru yang tidak

ada dalam progam yang perlu mendapat penanganan? Apakah hasil

progam ini secara objektf cukup bermakna dalam menurunkan kasus

kelelahan kerja kronis (Lintje, 2011).

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

27

B. Kerangka Pemikiran

Evaluasi

KET :

Tidak di teliti

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Pekerja

Faktor Bahaya

Pekerjaan

Kelelahan Kerja Penyebab

Kelelahan

Tempat Kerja

Otot

Tingkat

Kelelahan

Tidak

Tercapai

Manajemen Kelelahan :

a. Promosi kesehatan

b. Pencegahan kelelahan

c. Pengobatan kelelahan

d. Rehabilitas kelelahan

Fakto-faktor

yang

berpengaruh

Umum

Pengukuran

Kelelahan

Tercapai

Eksternal

Internal