bab ii landasan teori -...

13
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Pengertian Shift Kerja Tanpa disadari tubuh kita memiliki waktu tertentu yang dapat berpengaruh terhadap aktifitas dalam bekerja secara berulang dan teratur. Sebagai karyawan juga membutuhkan waktu yang tepat untuk beradaptasi dengan lingkungan dan tuntutan dalam bekerja. Dalam bekerja karyawan membutuhkan waktu-waktu tertentu dalam menjaga kebugaran tubuh, apalagi bila karyawan bekerja di perusahaan yang menggunakan sistem kerja rotasi atau shift kerja rotasi, karena di dalam dunia kerja dituntut produktifitas optimal dari pekerja sehingga mengharuskan pabrik berproduksi produksi selama 24 jam sehingga karyawan harus mengalami giliran kerja pada shift pagi, siang dan malam hari. Adanya shift kerja dapat berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karena tubuh manusia tidak dirancang untuk bekerja pada malam hari, karena manusia memiliki jam biologis tubuh atau sering di sebut ritme circadian. Rosa dan Colligan (1997) mendefinisikan ritme circadian sebagai suatu ritme tubuh yang “ups” dan “down” yang secara teratur dalam rentang waktu 24 jam. Fungsi-fungsi tubuh yang dimaksud antara lain suhu badan, kesiagaan, detak jantung, tekanan darah, pola tidur dan pola bangun, serta kemampuan mental. Fungsi-fungsi tubuh akan meningkat

Upload: truongnhu

Post on 02-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7334/2/T1_132006024_BAB II.pdf · sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Shift Kerja

2.1.1 Pengertian Shift Kerja

Tanpa disadari tubuh kita memiliki waktu tertentu yang dapat

berpengaruh terhadap aktifitas dalam bekerja secara berulang dan teratur.

Sebagai karyawan juga membutuhkan waktu yang tepat untuk beradaptasi

dengan lingkungan dan tuntutan dalam bekerja. Dalam bekerja karyawan

membutuhkan waktu-waktu tertentu dalam menjaga kebugaran tubuh,

apalagi bila karyawan bekerja di perusahaan yang menggunakan sistem

kerja rotasi atau shift kerja rotasi, karena di dalam dunia kerja dituntut

produktifitas optimal dari pekerja sehingga mengharuskan pabrik

berproduksi produksi selama 24 jam sehingga karyawan harus mengalami

giliran kerja pada shift pagi, siang dan malam hari. Adanya shift kerja

dapat berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karena tubuh

manusia tidak dirancang untuk bekerja pada malam hari, karena manusia

memiliki jam biologis tubuh atau sering di sebut ritme circadian.

Rosa dan Colligan (1997) mendefinisikan ritme circadian sebagai

suatu ritme tubuh yang “ups” dan “down” yang secara teratur dalam

rentang waktu 24 jam. Fungsi-fungsi tubuh yang dimaksud antara lain

suhu badan, kesiagaan, detak jantung, tekanan darah, pola tidur dan pola

bangun, serta kemampuan mental. Fungsi-fungsi tubuh akan meningkat

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7334/2/T1_132006024_BAB II.pdf · sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan

aktif pada siang hari tetapi akan menurun atau tidak aktif pada malam hari.

Selama siang hari disebut sebagai fase ergotropic yaitu kinerja manusia

berada pada puncak, sedangkan masa malam hari disebut fase trophotropic

yaitu terjadi proses istirahat dan pemulihan tenaga.

Ritme circadian untuk setiap karyawan berbeda-beda. Ada individu

yang merasa lebih aktif dan siaga pada siang hari dan ada yang merasa

lebih aktif dan siaga pada malam hari. Pola yang bersifat individual ini

disebut hronotype atau tipe circadian dan ini bersifat alamiah. Artinya,

individu dapat lahir dengan kecenderungan tipe circadian tertentu yang

tidak mudah berubah, namun dalam batas-batas tertentu mampu

melakukan adaptasi. Kemampuan adaptasi ini dapat dilihat pada saat

seseorang melakukan perjalanan yang melintasi beberapa zona. Pada saat

ia kembali di tempat tujuan untuk beberapa saat ia akan mengalami

ketidakseimbangan. Ada dua tipe circadian, yaitu tipe siang (Morningness)

dan tipe malam (Eveningness). Individu yang termasuk kategori tipe siang

(yang sering disebut dengan Larks) adalah individu yang ritme

circadiannya kurang lebih 2 jam lebih cepat/awal dari pada ritme circadian

populasi individu secara umum. Pada umumnya individu bangun sekitar

pukul 04.00 – 06.00 pagi dan tidur pada pukul 20.00 – 22.00 malam.

Sedangkan individu yang termasuk kategori malam (yang sering disebut

dengan istilah Owls) adalah individu yang ritme circadiannya kurang lebih

2 jam lebih lambat dari pada ritme circadian populasi individu umumnya.

Umumnya individu bangun sekitar pukul 08.00 – 10.00 pagi dan baru tidur

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7334/2/T1_132006024_BAB II.pdf · sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan

sekitar pukul 24.00 tengah malam – 02.00 pagi. Perbedaan waktu tidur dan

waktu bangun antara tipe siang dan tipe malam sangat jelas terlihat pada

pada saat libur kerja. Orang-orang tipe malam akan bangun lebih siang

dari pada orang-orang tipe siang. Tetapi dalam hal tidur, tidak ada

perbedaan diantara kedua tipe. Selain berbeda dalam waktu tidur dan

waktu bangun, tipe siang dan tipe malam juga berbeda dalam hal tingkat

tinggi atau rendahnya kesiagaan individu. Tingkat kesiagaan tertinggi

individu tipe siang terjadi sekitar pukul 10.00 siang dan terendah pukul

04.00 pagi, sedangkan individu tipe malam, tingkat kesiagaan tertinggi

terjadi sekitar pukul 14.00 siang dan terendah sekitar pukul 08.00 pagi.

Perbedaan kesiagaan ini penting untuk diperhatikan karena jika individu

bekerja dalam keadaan kurang siaga, maka ia akan mudah membuat

kesalahan bahkan dapat mengalami kecelakaan kerja.

Dalam hubungannya dengan motivasi kerja ditemukan bahwa tipe

circadian ini merupakan prediktor dari keberhasilan sistem kerja shift

rotasi. Dampak fisik dan psikososial dari sistem kerja shift rotasi tipe siang

lebih sering mendapat kesulitan dengan jadwal kerja yang mencakup kerja

malam dan ditemukan pula adanya ketidakseimbangan memotivasi diri

pada kelompok tipe siang dan kelompok pagi. Sebaliknya ditemukan

proporsi yang besar dari tipe malam yang stabil. Maka antara shift kerja

dengan ritme circadian sangat erat hubunganya.

Monk dan Folkard dalam (Kyla, 2008) menyatakan bahwa kerja

shift sangat bervariasi, tergantung dari sistem shiftnya. Dalam shift rotasi,

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7334/2/T1_132006024_BAB II.pdf · sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan

pengertian shift kerja adalah kerja yang dibagi secara bergilir dalam

jangka waktu 24 jam. Pekerja yang terlibat dalam sistem kerja shift dan

rotasi akan berubah-ubah waktu kerjanya, pagi, siang dan malam hari,

sesuai dengan sistem kerja rotasi yag ditentukan. Sistem kerja shift rotasi

ada yang bersifat lambat, ada yang bersifat cepat. Dalam sistem kerja

rotasi yang bersifat lambat, pertukaran shift berlangsung setiap bulan atau

setiap minggu, misalnya seminggu kerja malam, seminggu kerja siang, dan

seminggu kerja pagi. Sedangkan dalam sistem kerja shift rotasi yang cepat,

pertukaran shift kerja terjadi setiap satu, dua atau tiga hari. Di Indonesia,

sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan pengaturan

jam kerja secara bergilir mengikuti pola 5-5-5 yaitu lima hari shift pagi

(06.00-14.00), lima hari shift siang (14.00-22.00), dan lima hari shift

malam (22.00-06.00), sistem shift rotasi di Timatex dengan menggunakan

sistem shift kerja rotasi lambat.

Menurut Monk dan Folkard (1983) ada 3 sistem shift kerja:

1. Shift pagi

Jam kerja pagi di mulai pada jam 06.00 pagi sampai dengan 14.00

siang. Pada jam-jam ini biasanya para karyawan memiliki kondisi fisik

yang segar dan sangat produktif. Sehingga dalam jam-jam ini

karyawan masih memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam bekerja.

Apabila terdapat waktu istirahat pada tengah hari atau jam 12.00 maka

setelah mulai bekerja kembali karyawan lebih tinggi produktivitasnya

terhadap pekerjaan yang sedang dikerjakannnya, namun ada beberapa

karyawan yang mengeluh karena faktor kemacetan dan kebisingan,

pada waktu pagi hari, juga kurangnya waktu tidur yang dirasakan

belum memadai maka mempengaruhi motivasi kerjanya.

2. Shift siang

Jam kerja siang dimulai pada jam 14.00 siang sampai 22.00 malam.

Dalam waktu kerja siang sampai malam ini mulai ada keluhan-keluhan

dari karyawan yang menyangkut efektifitas bekerja dan efek adaptasi

terhadap perubahan yang terjadi secara berkala dalam siklus kerja.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7334/2/T1_132006024_BAB II.pdf · sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan

Juga terdapat aktivitas fisiologis yang menggangu produktivitas

karyawan, seperti suhu badan yang mencapai titik tinggi pada siang

hari menuju malam hari. Hal itu juga terjadi dalam tekanan darah,

denyut nadi, komposisi kimiawi darah. Sehingga bagi karyawan yang

bekerja pada jam kerja siang biasanya sering mengalami rasa ngantuk

yang sangat tinggi.

3. Shift malam

Jam kerja malam di mulai pada jam 22.00 malam sampai jam 06.00

pagi. Penelitian oleh Landy (dalam Ronald, 1990) menyatakan bahwa

ada indikasi jam kerja malam biasa mengacaukan kebiasan waktu tidur

dan pergantian irama pekerjaan tubuh bahkan bisa ke arah aspek

fisiologi dan menjadi masalah bagi tubuh individu seperti stress taraf

tinggi, keletihan, ketidakpuasan kerja, dan kurangnya motivasi dalam

bekerja. Namun ada beberapa pekerja yang lebih menyukai jam kerja

malam karena berbagai masalah pribadi, mulai dari berkurangnya

kemacetan lalu lintas pada saat berangkat dan pulang kerja sampai

pada alasan situasi yang menyenangkan di malam hari sehingga

karyawan lebih memilih kerja pada malam hari. Karena tubuh manusia

sudah memiliki jam kerja masing-masing ada yang kuat bila mendapat

kerja gilir malam ada juga yang lebih suka mendapat jam gilir siang.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Karyawan Agar Dapat Berhasil

Menghadapi Shift Kerja Rotasi

Menurut Monk dan Folkard (1983) ada tiga faktor yang harus baik

keadaannya agar dapat berhasil menghadapi shift kerja rotasi, yaitu:

1. Tidur

Dengan tidur yang cukup maka karyawan yang melakukan kerja shift

rotasi dapat beraktivitas dengan baik dan tidak mengganggu ketahanan

tubuh karyawan yang bekerja, baik bekerja saat shift siang maupun

bekerja saat shift kerja malam. Karena manusia memiliki jam tubuh

biologis yang sudah diatur oleh tubuh manusia, karena saat giliran shift

kerja malam bila kondisi dimana cahaya berkurang SCN (sel saraf

yang ada di otak) akan memberi tau otak kita untuk memproduksi

melatonil lebih banyak lagi sehingga mau tidak mau, kita akan

semakin mengantuk dan jatuh tertidur. Sedangkan perusahaan

menuntut untuk bekerja berganti shift selama 24 jam.

2. Kehidupan sosial dan keluarga

Hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain sangat

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dikarenakan manusia

merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri atau

membutuhkan hubungan dengan pihak lain. Bersosialisasi sangat

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7334/2/T1_132006024_BAB II.pdf · sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan

penting dalam menjalin hubungan yang baik antara manusia yang satu

dengan yang lainnya. Jika tidak adanya individu, maka keluarga dan

masyarakat pun tidak akan tercipta. Begitu pula dengan individu, tidak

akan bisa berjalan sendiri jika tidak ada keluarga dan masyarakat,

karena dengan adanya keluarga dan masyarakat, masing-masing

individu dapat mengekspresikan segala hal yang berhubungan dengan

sosial. Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah

aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan.

3. Ritme circadian

Apabila ritme circadian karyawan dalam bekerja dapat diatur dengan

sebaik-baiknya maka akan mempermudah untuk perpindahan jadwal

shift kerja rotasi. Menurut Monk dan Folkard (1983) ketidakcocokan

antara shift kerja dengan ritme circadian ini dapat menyebabkan

gangguan kesehatan, keselamatan kerja, dan aspek sosial antara lain:

a. Kelelahan kronis, yaitu perasaan lelah yang sangat hebat yang

kemudian dapat menyebabkan terjadinya penyakit lain serta

penurunan motivasi kerja. Selain itu, gangguan ini juga

menyebabkan terjadinya penurunan selera makan.

b. Masalah pencernaan, seseorang yang bekerja pada malam hari

memiliki kecenderungan untuk menderita gangguan pencernaan.

Hal ini disebabkan adanya ritme circadian yang turun naik

sehingga menciptakan kesulitan pada lambung untuk mencerna

makanan pada malam hari.

c. Meningkatkan resiko penyakit jantung. Seseorang yang bekerja

pada shift malam biasanya mengkonsumsi makanan rendah gizi,

kebiasan merokok khusus untuk karyawan cowok meningkat serta

tekanan-tekanan pada jantung akibat aktivitas berat di malam hari.

2.1.3 Dampak Shift Kerja

Menurut Monk dan Flokard (1983) menyatakan bahwa banyak

perusahaan beroperasi lebih dari 8 jam per hari untuk memenuhi

kebutuhan pasar dan karena keterbatasan peralatan, sumber daya atau

fasilitias. Konsekunsinya, perusahaan harus melakukan shift kerja. Shift

kerja sndiri merupakan periode waktu dimana suatu kelompok pekerja

dijadwalkan bekerja pada tempat kerja tertentu. Di samping memiliki

dampak positif yaitu memaksimalkan sumber daya yang ada, shift kerja

akan memiliki dampak negatif yang mempengaruhi karyawan yaitu:

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7334/2/T1_132006024_BAB II.pdf · sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan

1. Aspek Fisiologis

Ritme circadian adalah proses-proses yang saling berhubungan yang

dialami tubuh untuk menyesuaikan dengan perubahan waktu selama 24

jam. Circadian rhythms menjadi dasar fisiologis dan psikologis pada

siklus tidur dan bangun setiap hari. Fungsi dan tahapan fisiologis dan

psikologis memiliki suatu ritme circadian yang tertentu selama 24 jam

sehari, sehingga ritme circadian seseorang akan terganggu jika terjadi

perubahan jadwal kegiatan seperti perubahan shift kerja. Dengan

terganggunya ritme circadian pada tubuh karyawan akan terjadi

dampak fisiologis pada pekerja seperti gangguan pola tidur dan

gangguan kesehatan.

2. Aspek Psikologis

Stress akibat shift kerja akan menyebabkan kelelahan yang dapat

menyebabkan gangguan psikis pada karyawan, seperti kurangnya

motivasi kerja, ketidakpuasan kerja dan iritasi. Tingkat kecelakaan

kerja dapat meningkat dengan meningkatnya stress, kelelahan dan

ketidakpuasan akibat shift kerja.

3. Aspek Kinerja

Ada penelitian yang meneliti antara shift kerja sangat berpengaruh

terhadap kinerja karyawan. Kinerja karyawan, termasuk tingkat

kesalahan, ketelitian dan tingkat kecelakaan, lebih baik pada waktu

siang hari dari pada malam hari, sehingga dalam menentukan shift

kerja harus diperhatikan kombinasi dari tipe pekerja dan sistem shift.

4. Domestik dan Sosial

Shift kerja akan berpengaruh negatif terhadap hubungan keluarga

seperti tingkat berkumpulnya anggota keluarga dan sering berakibat

pada konflik keluarga. Secara sosial, shift kerja juga akan

mempengaruhi sosialisasi pekerja karena interaksinya terhadap

lingkungan sekitar rumah menjadi terganggu.

2.1.4 Mengukur Kerja Shift

Pengaturan shift kerja yang ada di dalam perusahaan sudah

tercantum dalam undang-undang ketenagakerjaan yang telah di sahkan

oleh pemerintah tentang ketentuan mengenai waktu kerja, Undang-Undang

mengenai kerja shift pagi, siang dan malam. Pengaturan jam kerja dalam

sistem shift diatur dalam UU no.13/2003 mengenai Ketenagakerjaan yaitu

diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut:

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7334/2/T1_132006024_BAB II.pdf · sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan

1. Jika jam kerja di lingkungan suatu perusahaan atau badan hukum

lainnya (selanjutnya disebut “perusahaan”) ditentukan 3 (tiga) shift,

pembagian setiap shift adalah maksimum 8 jam per-hari, termasuk

istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 2 huruf a UU No.13/2003).

a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dari 40 (empat puluh) jam 1 (satu)

minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)

minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja

yaitu 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi

dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap

masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh berhak atas

upah lembur.

2. Jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift tidak boleh

lebih dari 40 jam per minggu (Pasal 77 ayat 2 UU No.13/2003).

3. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam/hari

per-shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40 jam per

minggu, harus sepengetahuan dan dengan surat perintah (tertulis) dari

pimpinan (management) perusahaan yang diperhitungkan sebagai

waktu kerja lembur (Pasal 78 ayat 2 UU No.13/2003).

4. Menurut pasal 76 Undang-Undang No. 13 tahun 2003, pekerja

perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun

dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00,

yang artinya pekerja perempuan diatas 18 (delapan belas) tahun

diperbolehkan bekerja shift malam (23.00 sampai 07.00). Perusahaan

juga dilarang mempekerjakan pekerja perempuan hamil yang menurut

keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan

kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00

sampai dengan pukul 07.00.

5. Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai kerja shift pagi, siang

dan malam, karena tidak diatur secara spesifik mengenai pembagian

jam kerja ke dalam shift-shift dalam UU no.13/2003, berapa jam

seharusnya 1 shift dilakukan, maka pihak manajemen perusahaan dapat

melakukan pengaturan jam kerja shift (baik melalui Peraturan

Perusahaan, Perjanjian Kerja maupun Perjanjian Kerja Bersama)

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Melihat UUK perusahaan yang telah di survey memenuhi

persyaratan yang di ajukan oleh UUK tersebut, di dalam Perjanjian Kerja

Bersama (PKB) telah tercantum dalam pasal 14 ayat 1 yang berbunyi

waktu kerja adalah 7 jam sehari atau 40 jam seminggu bagi pekerja yang

bekerja 6 hari kerja atau 7 jam sehari atau 35 jam bagi pekerja yang

bekerja 5 hari kerja.

Monk dan Flokard (1983) menyatakan beberapa evaluasi yang

perlu diperhatikan dalam penyusunan shift kerja antara lain:

a. Pergantian shift kerja sebaiknya dengan pola rotasi maju dengan waktu

rotasi kurang dari 2 minggu dan dengan rata-rata 2 hari/minggu.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7334/2/T1_132006024_BAB II.pdf · sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan

b. Lama shift kerja sebaiknya tidak lebih dari 8 jam, jika lebih dari 8 jam

tesebut beban kerja sebaiknya dikurangi.

c. Pada pekerja dengan shift malam dianjurkan ada waktu tidur siang

sebelumnya dan bila melaksanakan pekerjaan dengan pertimbangan

khusus sebaiknya dilaksanakan sebelum jam 4 pagi agar kesalahan

dapat dikurangi.

d. Aspek demografis seperti jenis kelamin dan umur perlu diperhatikan

dalam penyusunan shift.

Individu yang merasakan kepuasan kerja akan memberikan

berbagai respon, antara lain dengan jumlah kehadiran yang baik, merasa

senang dalam merasakan pekerjaan, serta menerima pekerjaan dengan

penuh tanggung jawab. Begitupun sebaliknya, individu yang merasakan

ketidakpuasan dalam pekerjaannya akan memberikan respon negatif,

seperti kemangkiran dalam bekerja, jumlah kehadiran yang kurang, dan

biasanya memiliki motivasi kerja yang rendah terhadap pekerjaan yang

dijalaninya.

2.2 Motivasi Kerja

2.2.1 Pengertian Motivasi Kerja

Menurut Merlyn Gagne (1985).

“Work motivation is a process in which the needs that drive a person's

behavior at work, influenced by introjection, external, identification, and

intrinsic integred” Motivasi kerja adalah suatu proses dimana kebutuhan-

kebutuhan yang mendorong prilaku seseorang di tempat kerja, dipengaruhi

oleh introyeksi, eksternal, identifikasi, intrinsik dan integred. Kebutuhan

yang dimaksudkan suatu keadaan dalam diri yang menyebabkan hasil

pekerjaan menjadi menarik untuk dilakukan.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7334/2/T1_132006024_BAB II.pdf · sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan

2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Menurut Marlyne Gagne (1985) ada empat faktor yang

mempengaruhi motivasi kerja, yaitu:

1. Faktor Eksternal

Faktor yang mempengaruhi karyawan dalam bekerja agar

mendapatkan imbalan dalam bekerja, imbalan-imbalannya sebagai

berikut: gaji, kondisi kerja yang nyaman, penghargaan, jenjang karir

agar memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja.

2. Faktor Intrinsik

Faktor Intrinsik yaitu faktor dari dalam diri, dari perasaan dan pikiran

diri sendiri. Orang yang memiliki faktor internal, akan memandang

dirinya secara positif.

3. Faktor Identifikasi

Indentifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seorang individu untuk

menjadi sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya. Proses

identifikasi tidak hanya terjadi melalui serangkain proses peniruan pola

perilaku saja, tetapi Ketika ego mengidentifikasi khayalan mental

dengan kenyataan hasil persepsi, itu berarti suatu hal internal

dicocokkan dengan eksternal. Ketika orang yang mengidentifikasi

orang lain yang dihormati dan dihargainya, itu berarti dia membuat

ciri-ciri diri (yang internal) cocok dengan ciri orang lain (yang

eksternal). Juga melalui proses kejiwaaan yang sangat mendalam.

Identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan:

a. Identifikasi merupakan cara orang dapat memperoleh kembali

sesuatu (obyek) yang telah hilang. Anak yang merasa ditolak orang

tuanya cenderung membentuk identifikasi yang kuatdengan orang

tuanya itu dengan harapan dapat memperolehpenerimaan orang

tuanya.

b. Identifikasi dipakai untuk mengatasi rasa takut. Anak

mengidentifikasi larangan-larangan orang tuanya agar terhindar

dari hukuman.

c. Melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan

mencocokkan khayalan mental dengan kenyataan. Berarti orang

menghemat waktu dan enerji dengan mengambil tingkah laku,

sikap, dan gaya orang lain yang telah terbukti berguna. Proses

identifikasi sangat penting dalam dinamika dan perkembangan

kepribadian, jika orang harus belajar mereduksi tegangan dengan

mencoba-coba sendiri, mungkin manusia tidak pernah cukup

berkembang untuk berfungsi sebagai makhluk yang indpenden.

4. Faktor Introyeksi

Introyeksi (introjection) adalah proses pengembangan superego dengan

mengadopsi nilai-nilai orang lain.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7334/2/T1_132006024_BAB II.pdf · sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan

2.2.3 Aspek-aspek Motivasi Kerja

Menurut Marlyne Gagne (1985) ada tujuh aspekmotivasi kerja, yaitu:

1. Aspek otonomi

Pekerjaan dapat memberikan ruang yang cukup bagi seorang karyawan

di dalam melakukan metode, prosedur, dan keputusan secara

independen dalam ruang lingkup pekerjaannya

2. Aspek umpan balik internal

Pekerjaan yang dapat terlihat hasil akhirnya sehingga orang yang

mengerjakannya dapat mengetahui sudah sesuai dengan tujuan atau

tidak.

3. Aspek umpan balik eksternal

Adanya tolok ukur dan indikator keberhasilan dalam sebuah pekerjaan

yang disampaikan oleh manajer kepada karyawannya.

a. aspek interaksi social

Pemberi pekerjaan sebaiknya berinteraksi langsung dengan

pekerja.

b. aspek kejelasan pekerjaan dan tujuan

Pekerjaan harus memiliki tujuan yang jelas. Sebuah hal yang aneh

jika seseorang tidak tahu apakah pekerjaannya sudah selesai atau

belum, berhasil atau tidak.

c. aspek variasi dalam pekerjaan

Manajer hendaknya memberikan sedikit variasi dalam memberikan

pekerjaan kepada karyawan.

d. aspek kemampuan dan keahlian

Manajer hendaknya memberikan sedikit variasi dalam memberikan

pekerjaan kepada karyawan.

2.3 Kajian Yang Relevan Motivasi Kerja Dengan Shift Kerja

Hasil penelitian tentang perbedaan antara motivasi kerja karyawan

yang bekerja shift siang dengan shift malam menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan yaitu thitung sebesar 0,218 dan p = 0,028 < 0,05. Berarti,

semakin tinggi skor kondisi motivasi kerja karyawan yang bekerja shift siang

maka skor motivasi kerja karyawan yang bekerja shift malam pada karyawan

bagian seazing akan meningkat, dan sebaliknya semakin rendah skor kondisi

motivasi kerja karyawan shift kerja siang maka skor motivasi kerja karyawan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7334/2/T1_132006024_BAB II.pdf · sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan

shift kerja malam pada karyawan bagian seazing akan menurun. Hasil pra

penelitian ini sama dengan hasil penelitian Muchensky (1993) yang di peroleh

suatu hasil bahwa karyawan yang bekerja pada shift malam memiliki motivasi

kerja yang rendah dibandingkan dengan karyawan yang bekerja pada shift

siang. Maka ada perbedaan yang signifikan antara motivasi kerja karyawan

yang bekerja shift siang dengan shift malam, (www.mwsc.edu/psychology).

Hasil pra penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Minarti

(1899) yang dilakukan terhadap 30 orang karyawan di PT. Patayu Raya

Semarang, didaptkan hasil thitung sebesar 0,02 dengan p = 0,02 < 0,05 berarti

penelitian ini terdapat hasil ada perbedaan motivasi kerja karyawan yang

bekerja shift siang dengan shift malam.

Sedangkan penelitian Febrina (2009) yang dilakukan terhadap 30

orang karyawan di PT.Sari Husada Tbk Yogyakarta, didapat hasil thitung

sebesar 0,547 dengan p = 0,429 > 0,05 tidak ada perbedaan motivasi kerja

karyawan yang bekerja shift siang dengan shift malam.

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih harus diuji

kebenarannya melalui penelitian, sebagaimana yang dikemukakan Arikunto

(1998) bahwa Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbuka melalui data yang

terkumpul.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7334/2/T1_132006024_BAB II.pdf · sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan

yang signifikan antara motivasi kerja karyawan yang bekerja shift siang

dengan shift malam bagian weaving di PT.TIMATEX Salatiga.