bab ii landasan teori -...

21
16 BAB II Landasan Teori A. Pendampingan dan Konseling Pastoral Budaya A.1. Pastoral Kata Pastoral sendiri berasal dari bahasa latin yaitu Pastore, dalam bahasa Yunani disebut Poimen yang berarti Gembala. Kata gembala sering diartikan sebagai pendeta yang menjadi gembala bagi jemaatnya. Dalam pengertian gembala terdapat hubungan yang mendalam antara gembala dengan Allah. Karena itu dalam melakukan tugas sebagai pastor, maka fungsi yang diperlihatkan lebih kepada sifat dan fungsi seorang gembala yang selalu bersedia membimbing, merawat, memelihara, melindungi dan menolong orang lain. 1 Sering sekali kata pastor dihubungkan dengan dengan diri dan karya Yesus sebagai pastor sejati atau gembala Agung. Gembala Agung tidak mencari kepentingan sendiri tetapi memberi diri bagi orang lain bahkan sampai mengorbankan diri sendiri. Pengikutnya diharapkan ambil bagian dalam sikap dan pelayanan Yesus dalam kehidupan keseharian mereka. Sehingga tugas pastoral bukan sebatas pada pastor atau pendeta tetapi semua orang yang menjadi pengikut-Nya. 2 Istilah pastor yang diartikan sebagai merawat atau memelihara menjadi dasar bahwa segala tindakan pastoral harus mewarnai semua pelayanan setiap orang 1 J. D. Engel, Konseling Suatu Fungsi................................2 2 Aar Van Beek, Pendampingan.................................10-11

Upload: dangthu

Post on 15-May-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

16

BAB II

Landasan Teori

A. Pendampingan dan Konseling Pastoral Budaya

A.1. Pastoral

Kata Pastoral sendiri berasal dari bahasa latin yaitu Pastore, dalam bahasa

Yunani disebut Poimen yang berarti Gembala. Kata gembala sering diartikan

sebagai pendeta yang menjadi gembala bagi jemaatnya. Dalam pengertian

gembala terdapat hubungan yang mendalam antara gembala dengan Allah. Karena

itu dalam melakukan tugas sebagai pastor, maka fungsi yang diperlihatkan lebih

kepada sifat dan fungsi seorang gembala yang selalu bersedia membimbing,

merawat, memelihara, melindungi dan menolong orang lain.1

Sering sekali kata pastor dihubungkan dengan dengan diri dan karya Yesus

sebagai pastor sejati atau gembala Agung. Gembala Agung tidak mencari

kepentingan sendiri tetapi memberi diri bagi orang lain bahkan sampai

mengorbankan diri sendiri. Pengikutnya diharapkan ambil bagian dalam sikap dan

pelayanan Yesus dalam kehidupan keseharian mereka. Sehingga tugas pastoral

bukan sebatas pada pastor atau pendeta tetapi semua orang yang menjadi

pengikut-Nya.2

Istilah pastor yang diartikan sebagai merawat atau memelihara menjadi dasar

bahwa segala tindakan pastoral harus mewarnai semua pelayanan setiap orang

1 J. D. Engel, Konseling Suatu Fungsi................................2 2 Aar Van Beek, Pendampingan.................................10-11

17

sebagai orang yang telah diasuh dan dirawat Allah. Maka karya pastoral adalah

kita dipercayakan untuk menggembalakan domba-domba Allah yaitu sesama kita.

Bagi orang Kristen dalam upaya menolong orang lain untuk mampu menghadapi

dan menemukan cara untuk menyelesaikan masalah sering sekali dikaitkan

dengan kegiatan pastoral. Tugas pastoral awalnya berakar dari tugas seorang

pendeta karena bagian dari tanggungjawab profesinya sebagai pelayan umat.

Dalam perkembangannya, tugas pastoral tidak hanya sebagai tugas seorang

pendeta tetapi juga untuk setiap orang yang merasa terpanggil, terbebaskan

melakukan tugas pastoral tersebut. Aart V. Beek mengatakan “konseling

pastoral” dimulai dari Perjanjian Lama ketika Yonathan, saudara ayah Daud

adalah seorang “counsellor” (1Tawarikh 27 : 32) yang berarti penasehat. Istilah

counsellor dalam Perjanjian Baru sering dihubungkan dengan Roh Kudus yang

berfungsi sebagai penghibur. Pastoral yang dilakukan haruslah mencakup jasmani,

mental, sosial dan rohani. Pastoral itu memiliki aspek horizontal (dari manusia

kepada manusia) dan aspek vertikal (hubungan dengan Allah).3 Dalam hal ini

pastoral memiliki dua pendekatan yaitu :

a. Pendampingan Pastoral

Kata pendampingan pastoral adalah gabungan kata yang memiliki makna

pelayanan, yaitu kata pendampingan dan pastoral. Pertama yaitu pendampingan

berasal dari kata kerja mendampingi. Menurut Aart Van Beek mendampingi

adalah kegiatan menolong orang lain yang disebabkan oleh sesuatu hal sehingga

perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan mendampingi disebut sebagai

3 Aart Van Beek, Pendampingan....................................12

18

pendamping dan orang yang membutuhkan pendamping disebut sebagai yang

didampingi. Relasi antara pendamping dan didampingi bersifat sejajar atau relasi

timbal balik. Dalam proses interaksi pihak yang paling bertanggungjawab adalah

yang didampingi. Dengan demikian istilah pendampingan memiliki arti sebagai

sebuah kegiatan kemitraan, bahu membahu, menemani, membagi/berbagi dengan

tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan.4

Pendampingan pastoral disebut juga sebagai penyembuhan jiwa. Kondisi

dimana seseorang ada dalam kondisi marah, kecewa, serakah, marah, iri hati,

malas dan yang lainnya merupakan tanda bahwa jiwa sedang dalam kondisi sakit.

Penyembuhan jiwa dapat dilakukan melalui pendampingan pastoral. Jiwa yang

mengalami penyakit tersebut didampingi agar dapat bebas atau sembuh. Menurut

Clebsch dan Jackle bahwa jiwa yang sakit harus disembuhkan dengan

pendampingan pastoral. Pendampingan pastoral menghadirkan nilai Kristen yang

bertujuan untuk menyembuhkan, membimbing, mempertahankan atau

mendamaikan. Tujuan ini dirangkum dalam fungsi pendampingan pastoral.5

Pendampingan itu sendiri menyangkut persoalan fisik, mental, sosial dan

spiritual. Menurut Aart Van Beek dalam pendampingan di rumah sakit

membutuhkan lebih dari satu orang. Misalnya untuk satu orang ia membutuhkan

pendamping medis yang menolong aspek fisik, pendampingan spiritual yang

dilakukan dikalangan rohaniawan, pendampingan sosial oleh pekerja sosial yang

mendampingi persoalan sosial. Pendampingan seperti ini bersifat menyeluruh

4 Aart Martin Van Beek, Pendampingan...................................................................9-10 5 William A. Clebsch & Charles R. Jaekle, Pastoral Care in Historical Perspective, (Prentice Hall, Inc. 1964), 1-10, 136-137

19

atau holistik. 6 Rogers menambahkan bahwa dalam proses mendampingi,

hendaknya peran pendamping bukanlah sebagai penasehat karena kurang

menghargai subyektivitas klien. Arah dalam proses konseling hendaknya

ditentukan oleh yang didampingi (konseli) karena ia pusat perhatian dalam proses

tersebut. Pendamping hanya berperan menolong dan mendorong yang didampingi

agar mengungkapkan dan memahami perasaan-perasaan yang sesungguh

sungguhnya. 7 Totok menambahkan bahwa pendamping harus membuka

kacamatanya sendiri dan masuk dalam dunia yang didampingi serta menghayati

pengalaman yang didampingi tanpa melakukan penilaian, walaupun pendamping

tidak setuju pada ide yang didampingi. Sikap empatik pendamping akan

membantu yang didampingi untuk mengungkapkan yang dirasakan tanpa khawatir

atau takut dihakimi. Disinilah pendamping menerima yang didampingi apa

adanya.8

Pendampingan berarti menolong orang lain, menumbuhkan dan

mengaktualisasikan dirinya secara penuh. Hal ini merupakan proses

perkembangan hubungan antara seseorang dengan orang lain. 9 Pendampingan

pada dasarnya merupakan sebuah proses yang dibuat dengan tujuan untuk

menolong klien yang sedang bermasalah atau tidak. 10 Dengan demikian

pendampingan dapat terus berlangsung selama klien membutuhkan pertolongan

6 Totok Soemartha & Aart M. Van Beek, Mendampingi Orang Sakit (RS Bethesda Yogyakarta 1984), 43-44 7 Aart Martin Van Beek, Konseling Pastoral (Satya Wacana Press, 1987), 4 8 Totok S. Wiryasaputra, Mengapa Berduka (Kanisius, 2003), 151 9 Milton Mayeroff, Mendampingi untuk Menyembuhkan, (Jakarta: BPK-GM & Yogyakarta:

Kanasius , 1993). 15. 10 Anthony Yeo, Konseling suatu pendekatan Pemecahan Masalah, (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 1994). 137.

20

sehingga proses pendampingan tersebut menuntut terbentuknya suatu relasi antara

konselor dan konseli (klien) yang tujuannya adalah membantu seseorang yang

sedang mengalami kesulitan agar mampu menguasai masalah yang dihadapi dan

akan dihadapi.11

Engel menambahkan bahwa dalam tugas sebagai pendamping, dalam proses

yang dialami bersama yang didampingi, keduanya akan mengalami perubahan

bersama. Pendamping hadir dengan kepedulian dan sikap empati sehingga yang

didampingi tidak merasa sendirian. Sekaligus juga pendamping melakukan

pendampingan pada diri sendiri. Artinya pendamping juga mengalami luka-luka

secara pribadi, dalam proses pendampingan maka pendamping memberikan diri

sekaligus menyembuhkan luka-luka yang dialami. Berarti pendampingan adalah

sebuah proses yang terjadi terus menerus antara pendamping dan yang didampingi

yang berelasi sejara sejajar sehingga pendamping dan yang didampingi

mengalami perubahan dan pertumbuhan bersama ke arah yang lebih baik. 12

Berarti dalam proses pendampingan itu sendiri sangat dimungkinkan bagi

pendamping dan yang didampingi untuk mengalami perubahan bersama. Aspek

penting dalam pendampingan adalah kesediaan konselor dan konseli untuk

mengubah dirinya. Kesediaan konselor dan konseli untuk berubah akan membuka

peluang untuk pertumbuhan bersama dalam kasih karunia.13 Semakin memberi

diri atau terbuka terhadap diri sendiri, semakin dimungkinkan bagi pendamping

11 Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996). 22. 12 Engel, Konseling Suatu Fungsi Pastoral......................4-6 13 David J. Hesselgrave, Counseling Cross-Culturally (Baker Book House Company, 1984), 318-319

21

dan yang didampingi untuk menyembuhkan diri. Dengan memberi diri bagi orang

lain, proses penyembuhan terjadi pada semua pihak.

Relasi pendamping dan yang didampingi dibangun dalam bentuk relasi yang

mesra dan harmonis, yang memungkinkan untuk mengalami kedamaian dan

kebahagiaan, sehingga menumbuhkan sikap saling menghargai. Pendamping

mendasarkan relasi pada kasih (1 Korintus 13) sehingga hubungan pendamping

dan yang didampingi dapat menumbuhkan nilai spiritual. Hubungan ini

berdimensi spiritual karena peran pastoral mengandung pengertian hubungan

Allah dengan manusia yang membutuhkan pertolongan Allah yang memelihara

dan membimbing.14

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat dikatakan bahwa

pendampingan pastoral adalah (1) upaya untuk menolong orang lain dalam relasi

sejajar antara pendamping dan yang didampingin sehingga keduanya memiliki

kesempatan untuk bertumbuh bersama (2) yang bertanggung jawab dalam

keputusan adalah yang didampingi (3) tujuan akhir adalah kesembuhan jiwa yang

menyangkut kesehatan fisik, mental, sosial dan spiritual yang didasari oleh nilai-

nilai kristen.

b. Konseling Pastoral

Menurut Aart Van Beek, istilah konseling dari kata counseling (bahasa

Inggris) memiliki banyak pandangan yang berbeda. Awalnya konseling memiliki

14 J. D. Engel, Konseling Suatu Fungsi Pastoral............................1-4

22

pengertian memberi nasehat atau bimbingan.15 Bahkan kata konseling digunakan

dalam bidang hukum. Proses percakapannya disebut konseling. Diharapkan

melalui konseling, konseli menemukan kekuatan baru dan wawasan baru untuk

mengatasi masalah.16 Konseling pastoral terjadi ketika seseorang membutuhkan

bantuan atau pertolongan sehingga terjadilah perjumpaan dan percakapan pastoral.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konseling pastoral merupakan bahagian

dari pendampingan pastoral.17 Konseling pastoral memberikan kesempatan bukan

hanya memampukan klien menyelesaikan masalahnya tetapi meyakinkan klien

untuk mengembangkan spiritualnya. Sehingga konseling pastoral memberi tempat

pada spiritual maupun intelektual yang perlu dihargai sebagai mahkluk yang

bertumbuh, berkembang dan berkreatif. Pengembangan spiritual maka klien dapat

membangun, memperbaiki dan membina hubungan yang baik, mengalami

penyembuhan, pertumbuhan untuk mengembangkan potensi yang diberikan

Tuhan. Jadi konseling pastoral adalah suatu fungsi pastoral dimana ada relasi yang

bersentuhan antara konselor dan konseli, sekaligus menempatkan hubungan relasi

dengan Allah. Dalam relasi dengan Allah maka ia melihat orang lain berarti dan

berharga sehingga harus dicintai dan dihargai.

Peran konseling pastoral dalam kondisi krisis dan kemalangan hidup, baik

individu maupun kelompok adalah sebagai alat penyembuh dan pertumbuhan

untuk membantu klien memperbaiki dan berkembang dalam kondisi yang paling

sulit sekalipun. Dalam hal ini konselor (pendeta) harus menemukan identitas diri

15 Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral.....................................9-10 16 Aart Van Beek, Potret Diri Seorang Konselor (UKSW Press, 1997), 1-3 17 Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral.....................................9-10, 16-17

23

dan pemahaman baru dengan dasar teologis yang jelas serta teknik-teknik

menolong yang efektif sesuai dengan situasi klien. Disisi lain konselor pastoral

tahu tentang dirinya sendiri yang berkaitan dengan spiritualitas dan

kepribadiannya, citra, peran, fungsi dan tujuan sebagai seorang konselor. Hal ini

penting karena ketika konseli diarahkan mencari pemecahan masalah yang

didasarkan pada dimensi spirittualnya, maka konselor harus dikembangkan untuk

terus tumbuh dalam pengharapan kasih Allah.18

Engel menambahkan bahwa tugas konseling dan pendampingan pastoral

adalah suatu panggilan yang harus dilakukan semua orang percaya. Signifikan

konseling dan pendampingan pastoral secara konseptual dari segi fungsi adalah

sama. Perbedaannya adalah metode dan pendekatannya secara praksis dalam

penerapan fungsi-sungsi tersebut. Pendampingan pastoral adalah penemanan yang

menumbuhkan, juga mengembangkan pribadi konselor dan konseli dalam

kesadaran bahwa ia juga yang terluka. Dalam proses perjumpaan mau

menyembuhkan diri dan menyembuhkan konseli. Pendampingan pastoral dapat

berkembang menjadi konseling pastoral jika diperlengkapi keterampilan dan

pelatihan. Karena konseling pastoral adalah bagian dari pendampingan pastoral

dalam fungsi memperbaiki bagi yang membutuhkan. Sehingga orang dapat

membutuhkan pendampingan pastoral seumur hidupnya tetapi konseling pastoral

dilakukan ketika mengalami krisis. 19 Keduanya dipakai sebagai sarana kasih

karunia Allah, yang menempatkan Allah dalam membangun relasi dengan

18 Engel, Konseling Pastoral dan Isu-Isu Kontemporer, (BPK Gunung Mulia, 2016), 10-11 19Engel, Konseling Pastoral dan Isu-Isu Kontemporer........ 88

24

sesama. Sehingga tujuan akhir adalah lebih terbuka, tumbuh dan penuh kasih

dalam relasi dengan Allah menuju pada pengutuhan manusia.

Dari pendapat beberapa ahli tersebut maka menurut penulis konseling pastoral

pada prinsipnya sama dengan pendampingan pastoral, yang bertujuan untuk

mengutuhkan manusia sehingga dapat berkembang secara maksimal sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki. Perbedaaan keduanya terletak pada

pelaksanaan dimana pendampingan pastoral dilakukan seumur hidup sementara

konseling pastoral dilakukan ketika seseorang membutuhkan pertolongan. Upaya

pertolongan tersebut menggunakan metode yang sesuai dengan keadaan klien.

A. 2. Fungsi Pendampingan dan Konseling Pastoral

William A. Clebsch dan Charles dalam buku Basic Types of Pastoral Care &

Counseling mengatakan fungsi pendampingan dan konseling pastoral secara

tradisional ada empat,20 yaitu

1. Menyembuhkan (healing) untuk mengatasi gangguan dengan

mengembalikan orang pada keutuhan dan memimpin dia maju melampaui

kondisi sebelumnya. Fungsi ini sangat penting untuk mereka yang

mengalami dukacita karena kehilangan atau terbuang. Tekanan mental

yang terjadi dapat mengakibatkan penyakis psikosomatis, suatu penyakit

yang langsung maupun tidak yang muncul karena tekanan mental yang

berat.Tekakan mental sering terungkap melalui disfungsi tubuh. Pada

20Howard Clinebell, Basic Types of Pastoral Care & Counseling (Abingdon Press, 1966) 42-43

25

kondisi ini pendamping diharapkan dapat menolong dengan pendekatan

agar yang didampingi mengungkapkan perasaannya yang tertekan.

2. Mendukung (sustaining) berfungsi membantu seseorang yang terluka

untuk bertahan dan mengatasi keadaan menuju proses pemulihan atau

penyembuhan, dari luka yang paling berat sekalipun. Dukungan yang

dapat dilakukan biasanya melalui kehadiran dan sapaan yang meneduhkan

serta terbuka, ini dapat mengurangi penderitaan. Dukungan yang seperti

ini dapat mengurangi penderitaan yang berat atau memukul.

3. Membimbing (guiding) dilakukan ketika yang didampingi merasa

kebingungan untuk menentukan pilihan atau keputusan. Dalam

memgambil keputusan harus diketahui konsekwensi atau dampak dari

pilihan, baik sekarang maupun yang akan datang. Dalam hal ini

pendamping harus mengemukakan beberapa kemungkinan yang

bertanggungjawab dengan segala resiko sekaligus membimbing ke arah

pilihan yang berguna. Keputusan tetap di tangan orang yang didampingi

dengan mengetahui segala resiko dari keputusan.

4. Rekonsiliasi (reconciling) adalah usaha untuk membangun kembali

hubungan yang rusak antara yang didampingi dengan orang lain, begitu

juga yang didampingi dengan Tuhan. Rekonsiliasi ditempuh dengan cara

mendaikan melalui pengampunan dan kedisiplinan. Hubungan yang rusak

sering mengakibatkan penderitaan psikis maupun fisik. Karena itu

pendamping membantu untuk menganalisa faktor yang mengancam dan

merusak hubungan tersebut sehingga menemukan alternatif untuk

26

memperbaiki hubungan tersebut. Pendamping harus menjadi orang tidak

berpihak, tetapi penegah dari semua pihak yang didampingi. Clinebell

menambahkan fungsi ke lima. Tujuan pengasuhan adalah untuk

memungkinkan orang untuk mengembangkan potensi-potensi yang Allah

berikan pada mereka, proses ini berlangsung sepanjang hidup melewati

lembah, puncak. Pengasuhan ini menyangkut aspek emosional, cara

berfikir, motivasi dan kemauan, tingkah laku, kehidupan rohani dalam

interaksi. Pendampingan pastoral dalam pengasuhan memberi menolong si

penderita agar berkembang dan bertumbuh dalam potensi yang dimiliki.

Aart Van Beek menambahkan fungsi ke enam yaitu mengutuhkan yang

memiliki fungsi sentral karena merupakan tujuan utama dari

pendampingan pastoral. Menjadi tujuan sentral karena adanya pengutuhan

kehidupan manusia dalam seluruh aspek kehidupannya yakni fisik, sosial,

mental dan spiritual. Penderitaan manusia ada karena rusak atau

terganggung aspek fisik, sosial, mental dan spiritual. Oleh sebab itu,

pengutuhan berfungsi untuk mengutuhkan kembali semua aspek sehingga

manusia mengalami keutuhan dalam hidupnya.21

Ketika seseorang yang mengalami pengutuhan, maka pertumbuhan dimulai.

Aspek penting dalam proses pengutuhan menurut Clinebell22 yaitu :

21 Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral......................13-17 22 Jill Snodgrass, From Rogers to Clinbell : Exploring the History of Pastoral Psychology ; Jurnal Pastoral Psychol, (2007) 54 : 513-525. Lihat juga Howard Clinbell, Basic Type of Pastoral Care & Counseling, (Abingdong Press, 1984), 373, 376-380

27

1. Menghidupkan pikiran seseorang dengan melibatkan sumber daya,

pikiran, perasaan, kreativitas, memperluas intelektual

2. Merevitalisasi tubuh, dengan belajar dari pengalaman dan menggunakan

tubuh secara efektif serta penuh kasih sayang, termasuk pengurangan

stress dan kesehatan secara holistik lainnya

3. Memperbaharui dan memperkaya hubungan dengan orang lain, dengan

cara membantu orang, memperbaharui dan memperkaya jaringan dalam

kepedulian. Penyembuhan dan pertumbuhan yang baik tergantung kualitas

hubungan. Penyembuhan relasional dan keterampilan sangat penting untuk

keutuhan

4. Memperdalam hubungan seseorang dengan alam dan biosfer dalam

peningkatan kesadaran ekologis, persekutuan dan kepedulian. Menjadikan

seseorang lebih utuh secar fisik, mental dan spiritual ketika mereka

dibantu untuk mengembangkan dan menghargai interaksi

5. Pertumbuhan dalam kaitannya dengan lembaga-lembaga yang signifikan

dalam kehidupan seseorang, dengan cara membebaskan, memotofasi dan

memberdayakan bekerja dengan orang lain. Dengan ini terjadi

transformasi sosial dengan bekerja sama untuk mengubah masyarakat.

6. Pendalaman dan vitalis hubungan seseorang dengan Allah, dengan

terbuka, bermakna, sukacita yang diperoleh dalam keterikatan dengan Roh

Kasih. Sehingga terjadi pemberdayaan yang kreatif.

Berangkat dari pemikiran tersebut, maka pendampingan dan konseling

pastoral dapat dilakukan oleh semua orang yang didasari perspektif pastoral. Ciri

28

khas pendampingan dan konseling pastoral adalah bersifat holistik dengan ciri

keinginan melayani manusia secara utuh sesuai dengan teladan Yesus. Hoffman

mengatakan bahwa semua pendampingan dan konseling pastoral diarahkan untuk

menjadi sarana karunia Allah. 23 Ia adalah Gembala yang baik, yang

memperhatikan semua aspek kehidupan manusia. Tetapi Ia tetap melihat

keterbatasan manusia dalam mempertangungjawabkan pelayanannya. Dengan

demikian pendampingan dan konseling pastoral sama dengan pengembalaan, yang

dapat dilakukan oleh siapapun juga dengan keinginan untuk menolong diri sendiri

dan orang yang menderita menuju kepada pengutuhan secara mental, fisik, sosial

dan spiritual.24 Dapat disimpulkan bahwa keseluruhan hidup manusia, disadari

atau tidak, sering melakukan konseling dan pendampingan pastoral dengan orang

lain. Relasi yang terjadi, dengan peran menjadi konselor atau konseli selalu

bersentuhan dengan perasaannya sendiri. Kondisi ini memungkinkan keduanya

terbuka untuk penyembuhan dengan menghadirkan Allah dalam proses itu sendiri.

B. Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya

1. Makna Budaya dalam Konteks Pendampingan dan Konseling Berbasis

Budaya

Pendampingan dan Konseling berbasis budaya harus membahas budaya

dalam konteksnya sebagai dasar psikologi. Dalam hal ini psikologi memiliki dua

tujuan, pertama membangun pengetahuan tentang manusia, untuk memahami

prilaku ketika terjadi, mengapa terjadi dan memprediksi kejadian sebelum terjadi.

23 John C. Hoffman, Permasalahan Dalam Konseling (Kanisius & BPK, 1993), 25-26 24 Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, (BPK Gunung Mulia, 2016), 81-83

29

Kedua, melibatkan pengetahuan tubuh dan menerapkannya dalam kaitannya

dengan hidup bermasyarakat agar hidup menjadi lebih baik.25 Dengan demikian

budaya menyediakan prilaku-prilaku agar melaluinya kita melihat dan

mengevaluasi (menafsirkan) fenomena yang terjadi dalam keterkaitannya dengan

pastoral. Karena prilaku manusia bermakna jika dilihat dalam konteks sosial

budaya yang terjadi.26

Budaya dalam konteks psikology dapat dipahami melalui 3 pendekatan

yaitu pendekatan konseptual, metode dan sejarah. (1) pendekatan konseptual

yakni budaya melekat dalam diri manusia melalui tingkah laku sehari-hari.

Terkait dengan cara menafsirkan dunia dan orang lain melalui interaksi dan

komunikasi. Melalui pengetahuan bersama menghasilkan serangkaian praktek

sehari-hari. Masalah yang muncul diselesaikan dengan bersumber dari budaya itu

sendiri. (2) Pendekatan metodologis yaitu mempelajari proses untuk mencari

konstruksi makna dalam upaya pengembangan diri. Sekaligus mempelajari proses

perkembangan serta berpartisipasi dalam setiap proses perkembangan. Hubungan

individu dalam kelompok menghasilkan dua alternatif : memperioritaskan

individu atau memperioritaskan kelompok. Melalui budaya kita melihat dan

mengekspresikan dunia. Hasilnya ditemukan dalam bentuk simbolik. (3)

Pendekatan historis yaitu dengan mengacu pada kelompok sendiri maka

individu dapat memahami makna dan motif dibalik prilaku-prilaku dalam

kelompok. Interaksi dipelajari untuk menafsirkan makna yang tersembunyi. Miller

25 David Matsumo & Linda Juang, Culture and Psychology (Thomson Wadsworth, 2004) 24 26 Eric B. Shiraev & David A. Levy, Cross Cultural Psychology (Pearson Education, Inc, 2004) 4

30

menambahkan bahwa dalam psikologi budaya, pada tingkat teoritis budaya

merupakan landasan semua teori psikologi.27

Melalui tiga pendekatan psikologi budaya dapat ditemukan bahwa prilaku

individu dan kelompok yang terus berkembang serta bersumber dari budaya

sendiri untuk menyelesaikan konflik yang terus berproses melalui komunikasi

yang ada merupakan psikologi budaya. Dalam hal ini budaya mencakup

pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan setiap kemampuan serta

kebiasaan lainnya yang dibentuk melalui pengalaman bersama.28 Setiap budaya

yang unik itu memiliki sistem perkembangan budaya melalui informasi bersama

dalam kelompok yang ditransmisikan dari generasi ke generasi, yang bertujuan

memenuhi kebutuhan dasar hidup, mengejar kebahagiaan, kesejahteraan dan

makna dalam kehidupan. Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya adalah

konstruk sosial sekaligus konstruk individu.29

Koentjaraningrat dalam buku Simbolisme dalam Budaya Jawa

mengatakan wujud budaya yang ada dalam gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan

dan sebagainya ada dalam pikiran setiap individu yang diekspresikan melalui

kelakuan berpola dari individu dan masyarakat dalam sistem sosial serta hasil

karya masyarakat. 30 Sehingga dalam pola-pola tersebut konstruk individu dan

sosial melekat sistem nilai budaya. Bagian tertinggi dari budaya ada pada sistem

27 Patricia m. Greenfield, Three Approaches to The Psychology of Culture: where do they come from? Where can they go?, Asian Jurnal of Social Psychology (2000) 3 : 223-240 28 Cameron Rose, Culture and Context : Therapy Today, Psychology & Behavioral Sciences Collection (Feb 2017) Vol 28, Issue 1. 29 David Matsumo & Linda Juang, Culture and Psychology (Thomson Wadsworth, 2004), 19-24 30 Budiono Herusatoto, Simbolisme dalam Budaya Jawa, (PT. Hanindita, 1984) 8

31

nilai yang abstrak dari adat istiadat. Nilai budaya yang hidup dalam individu dan

kelompok tersebut merupakan hal yang bernilai dan berharga bagi kehidupan.

Karena sistem nilai budaya menjadi pedoman yang memberi arah dan orientasi

dalam masyarakat.31 Sistem budaya itu akan dikomunikasikan dari satu generasi

ke generasi berikutnya.32

Budaya yang dikomunikasikan dari generasi ke generasi dalam perspektif

psikologi pendampingan budaya merupakan pengetahuan yang timbul dari

tingkah laku atau pikiran manusia yang berasal dari kelompok. Semua ini

dikondisikan secara kultural sehingga diperoleh pengetahuan penting bagaimana

manusia melihat dirinya sendiri dan kelompok. Dalam budaya Timur

memperlihatkan bahwa kolektifitas atau saling ketergantungan, sehingga nilai

budaya dalam kelompok menjadi kontrol bagi tingkah laku manusia.33 Sanchez

mengatakan bahwa budaya sekaligus menjadi petunjuk yang mengarahkan

individu serta kelompok bagaimana berprilaku dalam kehidupan sehari-hari.34

Tingkah laku individu dan masyarakat terikat oleh kebudayaan yang

dalam perspektif psikologi pendampingan wujudnya terlihat dalam berbagai

aturan atau norma yang khusus, dimana aturan dan norma tersebut menjadi

kontrol bagi masyarakat. Sehingga kebudayaan adalah proses yang dipelajari dan

berkembang serta nilai-nilai yang ada diambil sekelompok masyarakat. Nilai atau

31 Koentjaraningrat, Masalah Kesukubangsaan dan Integrasi Nasional (Jakarta: UIP, 1993) hlm 3 32 Paul Cunningham, Empirical Rationalism and Transpersonal Epiricism: bridging the two epistemic cultural of transpersonal psychology, 2015 33 Archie Smith Jr, Indigenous and Cultural Psychology: Where does Faith Come in?: Pastoral Psychol (2007) 56:95-104. 34 Arthur R. Sanchez, Handbook Counseling Of Multicultural, (Sage Publication 2001) 674

32

aturan tersebut menjadi sebuah sistem nilai yang diatur. Nilai-nilai itu menjadi

tolak ukur prilaku individu dalam keterkaitannya dengan masyarakat dengan

keunikan yang dimilki sebagai identitas kelompok.35

Pendekatan yang dilakukan dalam konteks pendampingan dan konseling

berbasis budaya adalah pendekatan emik, dengan memakai budaya setempat

sebagai sumber. Pengetahuan timbul dari prilaku atau pikiran manusia yang

berasal dari kelompok sendiri.36 Pendekatan emik memiliki aspek kehidupan yang

konsisten di seluruh budaya yang berbeda beda.37 Pendekatan ini memakai prilaku

dalam budaya dengan 3 tahapan pendekatan, pertama, mengidentifikasi sebuah

konstruk etik yang memiliki status universal. Dua, konstruk tersebut

dikembangkan dan divalidasi. Tiga, akhirnya konstruk etik tersebut didefinisikan

emik yang dapat digunakan dalam lintas budaya. Artinya pendekatan emik

mencoba menggambarkan prilaku-prilaku dalam budaya tertentu hanya memakai

konsep yang ada dalam budaya.38 Untuk itu pendamping harus melihat budaya

yang didampingi dari sudut pandang yang didampingi sehingga dapat terhindar

dari etnosentris. 39 Sehingga pendekatan emik menjadi sebuah cara untuk

memahami dunia konseli dalam upaya menolong konseli dan konselor dalam

proses pastoral.

35 Berger P.I. & Thomas Lucmann. L., The Social Construction of Reality : a treatise in the sociology of knowledge, 1991, 99 36 Indegenous and Cultural Psychology...............................56 : 95-104 37 David Matsumo & Linda Juang, Culture and Psyochology...................24 38 Andrew R. Davidson, Cross-Cultural Model Testing: to ward a solution of the etic-emic dilema; International Journal of Psychology , (1976), vol 11, No. 1. 1-13 39 R. Warner, The Emics and Etics of Ouality of Life Assessment: Soc. Psychiatr Epidemiol (1999) 34:117-121

33

Pendekatan emik melihat bahwa budaya dilihat secara menyeluruh, dalam

arti dalam konteks sejarah, falsafah, agama lokal dan dalam kaitannya dengan

ekologi. Sehingga dalam pendekatan emik konsep pendampingan berbasis

budaya menerima bahwa psikologi bersifat subjektif, terikat pada nilai-nilai dan

khusus karena bersumber dari budaya itu sendiri. 40 Semua ini menghasilkan

pengetahuan yang dikordinasikan secara kultural yang dijadikan dasar bagi

pendamping untuk memahami dunia yang didampingi.

Dengan demikian penulis menyimpulkan, dalam melakukan

pendampingan dan konseling berbasis budaya, maka hal yang harus diperhatikan

adalah (1) menghormati perbedaan dalam perjumpaan budaya pada proses

pendamping sehingga pendamping menyadari bahwa memahami klien harus

melalui budaya klien (2) sumber penggalian dari tingkah laku klien berdasarkan

hidup keseharian klien (3) tingkah laku keseharian dipahami dan diinterpretasi

dalam konsep budaya klien (4) membuat konstruksi psikologi pendampingan dan

konseling dengan memperhatikan kepedulian terhadap masyarakat dan ekologi (5)

pendamping dan konseling sangat terbantu jika disertai pemahaman bahasa klien.

2. Aplikasi Pendampingan dan Konseling Pastoral yang berbasis Budaya

Kekuatan dalam pendampingan dan konseling dikenal melalui beberapa

pendekatan yaitu satu, pendekatan psikodinamik bertujuan pengembangan

kemampuan dan adanya upaya untuk memahami diri sendiri. Kedua, pendekatan

behavioris yang bertujuan mengembangkan prilaku baru, yang lebih efektif dalam

40 Archie Smith...........................56;95-104.

34

menangani masalah dengan meninggalkan prilaku yang merugikan, serta ketga,

pendekatan kognitif yang bertujuan membantu mengubah prilaku ke arah yang

baru dan lebih baik. Pendekatan ke empat adalah pendekatan emik sebagai

pendekatan yang bersumber pada budaya klien. Pendekatan emik menjadi

pendekatan keempat yang muncul karena adanya kesadar

Peran budaya membantu dalam proses untuk mendefinisikan tujuan

dengan memakai pengalaman hidup dan nilai budaya dari konseli, baik individu

maupun kelompok, yang didukung secara menyeluruh. Dalam hal ini budaya

menyediakan prilaku-prilaku untuk membuat strategi yang bertujuan untuk

penyembuhan dan menyeimbangkan nilai individu dan kelompok dalam sistem

budaya yang ada.41 Individu dalam masyarakat memiliki identitas yang bersumber

dari satu kultur atau beberapa kultur. Dampaknya adalah kultur seseorang atau

sekelompok orang terlihat dalam relasi, masalah emosi dan prilaku serta

pemahaman tentang hidup. Kultur tersebut ditemukan dalam simbol yang

diwariskan secara turun temurun untuk berkomunikasi, bertahan hidup dan

mengembangkan pengetahuan tentang hidup. Aspek penting yang terkait

didalamnya adalah konsep realitas, memahami diri, konstruksi moral, konsep

waktu, nilai penting tempat.42 Di dalam pendampingan pastoral budaya, aspek

fungsi dari berbagai ritus dan upacara kebudayaan penting dimaknai. Sebab di

dalam semua itu terkandung struktur-struktur dasar perilaku manusia. Dengan

demikian aspek kebudayaan dan kepribadian menjadi dua hal yang saling terkait.

41 Derald Wing Sue & David Sue, Counseling The Cultural Diverse, Theori and Practice (John Wiley & Sons, Inc, 2003)16-18 42 John McLeod, Pengantar Konseling : teori dan studi Kasus, (Kencana, 2010) 273-290

35

Maka dalam pendampingan dan konseling pastoral budaya, aspek kesadaran dan

kemampuan perlu dimiliki oleh seorang pendamping. Krisetya mengatakan setiap

ada tindakan menolong orang lain yang didasari oleh keyakinannya maka itu

merupakan pendampingan dan konseling pastoral. Tindakkkan menolong dalam

relasi yang diatur budaya adalah pendampingan dan konseling pastoral. Disebut

pendampingan dan konseling patoral karena tujuannya adalah menolong dan

disebut pastoral karena didasari oleh keyakinannya. Dan setiap orang dapat

melakukan pastoral disegala tempat dan setiap waktu 43

Dari paparan diatas penulis menyimpulkan dalam budaya ada nilai-nilai

kehidupan diberlakukan untuk individu maupun kelompok, bertujuan untuk

kebaikan manusia itu sendiri. Nilai-nilai dalam budaya diwariskan dari generasi

ke generasi untuk menghidupkan manusia sehingga manusia menemukan makna

dan nilai didalamnya. Semua ini tertuang dalam prilaku-prilaku yang diatur dalam

masyarakat sehingga menjadi dasar bagi ilmu psikologi untuk memahami

keberadaan seseorang dengan latar belakang yang dimiliki. Pengetahuan

psikologis yang berbasis budaya ini menjadi dasar atau sedikitnya dapat

membantu bagi pendampingan dan konseling pastoral untuk menemukan strategi

yang tepat, dimana prilaku-prilaku dalam budaya menjadi nilai penting untuk

pendampingan dan konseling yang efektif. Prilaku tersebut menjadi bermakna jika

dilihat dalam konteks budaya yang terjadi. Proses prilaku menunjukkan proses

mental yang pada dasarnya adalah produk interaksi antara budaya dan individu.

Sehingga prilaku-prilaku yang terbentuk merupakan manifestasi dari budaya itu

43 Mesach Krisetya, Kepemimpinan Pastoral..............2-3

36

sendiri, yang diwariskan turun temurun serta dimiliki oleh individu dalam

masyarakat.