pengelolaan risiko iklim untuk sistem usaha tani … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ......

189
SUCIANTINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI BERBASIS PADI MELALUI PEMANFAATAN KALENDER TANAM DINAMIK

Upload: vungoc

Post on 24-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

SUCIANTINI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI BERBASIS PADI

MELALUI PEMANFAATAN KALENDER TANAM DINAMIK

Page 2: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,
Page 3: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi saya yang berjudul

“Pengelolaan Risiko Iklim untuk Sistem Usaha Tani Berbasis Padi melalui Pemanfaatan Kalender Tanam Dinamik” adalah hasil karya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing. Disertasi ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun untuk memperoleh gelar program sejenis di perguruan tinggi lain mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2012

Suciantini NRP G261070031

Page 4: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

ABSTRACT

SUCIANTINI. Climate Risk Management Based on Operating Farming Systems for Rice through The Use of Dynamic Cropping Pattern. Supervised by RIZALDI BOER, IRSAL LAS, and AGUS BUONO.

El-Nino events can lead to decreased production of rice, due to the addition of the planting area is experiencing drought and loss yield. Early withdrawal of the rainy season could lead to the resignation of a second crop. This second crop is susceptible to drought. Therefore, the scheduling of planting taking into account the possibility of extreme climate events are contained within a planting calendar is one solution. Research preparation of the planting calendar has been started since 2007 (Las et al, 2007) by the Ministry of Agriculture. Output produced in the early years, a map of the plant which is divided into four scenarios, using historical data. On the other hand, Boer et al (2007) also researched the planting calendar with use decision and bayesian network. However, the resulting decision regarding just planting time only. Therefore, to develop a planting calendar that has been generated, the research done by adding the decision issued by measuring the utility function as an approach, in addition to overcome the problem of drought due to improper planting time. This study aimed to look for alternative cropping patterns ideal economically advantageous in terms of a combination of rice cultivation (planting time, fertilizer, irrigation, varieties) on a farm in a particular season, which gives the maximum production with minimal loss rate.

Key words : drought, Fuzzy Inference System, risk function

Page 5: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

RINGKASAN

SUCIANTINI. Pengelolaan Risiko Iklim untuk Sistem Usaha Tani Berbasis Padi melalui Pemanfaatan Kalender Tanam Dinamik. Dibimbing oleh: RIZALDI BOER, IRSAL LAS, dan AGUS BUONO.

Salah satu informasi penting dalam kaitan dengan penjadwalan penanaman petani adalah kalender tanam. Informasi kalender tanam tanaman pangan secara nasional sudah mulai disusun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian sejak tahun 2007. Output yang dihasilkan berupa peta waktu tanam yang terbagi ke dalam empat skenario, yaitu existing petani, waktu tanam tahun Normal, waktu tanam tahun La-Nina dan tahun El-Nino. Data yang digunakan merupakan data rata-rata historis jangka panjang. Kalender tanam ini mulai tahun 2011, diupdate setahun tiga kali, dan pada perkembangannya menyertakan juga hasil prakiraan musim BMKG.

Sejalan dengan itu, tahun 2007 Boer et al. juga melakukan riset terkait kalender tanam yang sudah lebih bersifat dinamik, karena sudah memasukkan hasil prakiraan musim. Kalender tanam yang dihasilkan menggunakan Bayesian network dan decision network. Namun demikian, decision yang dihasilkan oleh Boer et al. (2007) baru mencakup waktu tanam. Oleh karena itu, untuk mengembangkan kalender tanam yang sudah dihasilkan, dilakukan penelitian dengan menambah decision yang dikeluarkan. Decision network yang dihasilkan menggunakan suatu pemodelan risiko iklim dengan mengukur fungsi utility sebagai pendekatannya.

Pemodelan tersebut dikaitkan dengan strategi teknologi budidaya dalam hubungannya dengan produktivitas padi, yang dikuantifikasi berdasarkan komponen-komponen sistem informasi dan kalender tanam dalam hubungannya dengan produktivitas tanaman. Decision yang dihasilkan, tidak saja menyangkut waktu tanam, tetapi juga sudah memasukkan pilihan pupuk, irigasi dan varietas. Mengingat pemilihan pupuk, varietas maupun penggunaan irigasi akan memberikan produksi yang berbeda pada tanaman. Disamping itu, juga dilakukan analisis keuntungan dan kerugian berdasarkan hasil usaha tani dan output keluaran simulasi DSSAT (Decision Support System for Agrotechnology Transfer) (Jones et al. 2003). Decision network dioptimasi dengan penggunaan Sistem Inferensi Fuzzy, sebagai tool untuk mendukung penyusunan kalender tanam dinamik. Berdasarkan pilihan kombinasi pada decision, dapat diketahui keuntungan atau kerugian akibat pemilihan salah satu jenis teknologi tersebut.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari pola alternatif tanam ideal yang menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk, irigasi, varietas) pada suatu usaha tani pada suatu musim tertentu yang memberi produksi maksimal dengan tingkat kerugian yang minimal dengan menggunakan fungsi utilitas. Kebaruan dari penelitian ini adalah penyusunan model fungsi utilitas dengan menggunakan sistem inferensi fuzzy yang menghubungkan keragaman iklim dengan alternatif teknologi budidaya tanaman dengan menggunakan DSSAT sebagai tool, untuk diperoleh pilihan teknologi dengan tingkat risiko iklim minimum, atau memiliki nilai ekonomis yang terbaik.

Pemilihan teknologi didasarkan kepada hasil terbaik yang diperoleh dengan biaya yang lebih minimal. Simulasi yang dilakukan menggunakan perbedaan varietas, irigasi dan pemupukan. Berdasarkan BC Ratio yang diperoleh untuk setiap perlakuan, umumnya tanggal tanam merupakan peubah yang sangat menentukan terhadap keberhasilan atau kegagalan panen. Kerentanan terhadap

Page 6: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

produksi tanaman tertinggi pada musim tanam kedua (MK1), sehingga penanaman untuk waktu tanam ini perlu diantisipasi dengan persiapan yang lebih awal. Hal itu terkait dengan informasi prakiraan iklim yang diberikan, dan pilihan waktu tanam dan teknologi yang diterapkan. Tanggal tanam merupakan peubah yang paling menentukan keberhasilan atau kegagalan panen. Persamaan hasil yang diperoleh untuk pertanaman MT II, memperlihatkan bahwa penanaman bulan Februari yang paling menguntungkan, hal tersebut diindikasikan oleh error (RMSE) yang dihasilkan yang paling rendah, dibanding bulan Maret, April atau Mei. Untuk itu, penanaman pada MH sebaiknya menggunakan varietas genjah, dan menjelang penanaman MT II, perlu dilakukan sistem culik atau teknologi lain, sehingga waktu persemaian dapat disegerakan. Selain tanggal tanam, prediktor yang paling memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hasil yang diperoleh adalah irigasi dan varietas.

Penghitungan BC Ratio pada tahun-tahun Normal, El-Nino dan La-Nina didasarkan pada nilai curah hujan yang merupakan output hasil simulasi DSSAT Kecamatan Pacitan. Dengan menarik garis batas BC Rasio pada nilai 1.5, penanaman pada tahun-tahun Normal di Pacitan yang perlu mendapat perhatian lebih baik adalah pada 15 Februari hingga 15 Maret. Penanaman pada tahun-tahun El-Nino, perlu mendapatkan penanganan yang baik hampir sepanjang tahun, terutama dari Januari hingga Agustus, sedangkan pada tahun-tahun La-Nina, penanaman 15 Maret hingga 15 April harus direncanakan dengan sebaik-baiknya.

Sistem inferensi fuzzy dapat digunakan sebagai tool untuk prediksi luas kekeringan yang mungkin terjadi, dengan memasukkan nilai input yang digunakan. Berdasarkan fungsi keanggotaan dan penetapan rule, akan diperoleh gambaran/prediksi kekeringan yang mungkin terjadi. Namun demikian penetapan rule perlu menggunakan logika yang baik, sehingga dapat diperoleh kepekaan dalam penentuan/prediksi kekeringan yang diperoleh.

Kabupaten Pacitan seperti halnya wilayah lain yang memiliki pola hujan monsunal sangat terpengaruh oleh dampak keragaman iklim, yang apabila tidak diantisipasi dengan baik, dapat menyebabkan terjadinya risiko penurunan hasil tanaman. Risiko tersebut dapat diminimalkan dengan melakukan perencanaan tanam yang baik. Untuk mendukung perencanaan tanam petani, sudah dilakukan beberapa hal terkait, diantaranya adalah aplikasi kalender tanam. Kalender tanam sebagai salah satu informasi yang dibutuhkan petani perlu selalu diupdate. Untuk mendukung hal tersebut, maka informasi mengenai decision network, yang terkait dengan bayesian network, sistem inferensi fuzzy dan penilaian fungsi risiko berdasarkan teknologi yang terkait dengan varietas, pemupukan dan irigasi yang dilakukan, dapat menjadi tambahan informasi yang diharapkan dapat melengkapi kalender tanam yang sudah tersedia.

Page 7: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh hasil karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang Wajar Institut Pertanian Bogor

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin Institut Pertanian Bogor

Page 8: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

SUCIANTINI G. 261070031

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Program Studi Klimatologi Terapan

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI BERBASIS PADI

MELALUI PEMANFAATAN KALENDER TANAM DINAMIK

Page 9: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

Penguji Luar Komisi : Dr. Rini Hidayati Dr. Eleonora Runtunuwu

Page 10: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

Judul Disertasi : Pengelolaan Risiko Iklim pada Sistem Usaha Tani Berbasis Padi melalui Pemanfaatan Kalender Tanam Dinamik

Nama : Suciantini NRP : G261070031

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.Rizaldi Boer, M.Sc. Ketua

Prof. Dr.Ir.Irsal Las. M.S. Dr. Agus Buono, M.Si,M.Kom Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Klimatologi Terapan Dr. Ir. Impron, M.Agr.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :

Page 11: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil ‘alamin. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, Berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun Disertasi program Doktor pada program studi Klimatologi Terapan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan kepada semua pihak yang telah mendukung, membantu dan bekerja sama dalam penyelesaian penelitian. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Ketua Komisi

Pembinaan Tenaga Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Kepala Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian dan Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, atas perkenannya kepada penulis untuk melanjutkan dan melaksanakan tugas belajar serta mendapatkan beasiswa.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rizaldi Boer, M.Sc., atas kesediaannya menjadi ketua komisi pembimbing. Penulis sampaikan terima kasih atas segala bimbingan, nasehat, arahan, dukungan dan kerjasamanya dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan disertasi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Irsal Las, M.S., dan Bapak Dr. Agus Buono, M.Si, M.Kom, atas kesediaannya menjadi anggota komisi pembimbing, Penulis sampaikan terima kasih atas segala bimbingan, arahan, dan kerjasamanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas belajar dan menyusun disertasi ini.

4. Ketua program Studi Klimatologi Terapan IPB (Bapak Prof. Rizaldi Boer, Bapak Dr. Sobri, Bapak Prof. Handoko, dan Bapak Dr. Impron), atas bimbingan, kerjasama, dan dorongan semangatnya selama penulis menjadi petugas belajar.

5. Ibu Dr. Rini Hidayati dan Dr. Eleonora Runtunuwu, atas bimbingan, kerjasama, dan dorongan semangatnya selama penulis menjadi petugas belajar. Juga kesediaan untuk menjadi Penguji Luar Komisi.

6. Bapak Prof. Ahmad Bey, Bapak Prof.Hidayat Pawitan, dan Bapak serta Ibu Dosen Geomet atas bimbingan, nasihat, selama penulis menjalani perkuliahan.

7. Bpk Prof. Istiqlal Amien, Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA, Dr. Yayan Apriyana, Dr. Ir. Aris Pramudia, M.Si, Ir. Erni Susanti, Dr. Nani Heryani, Haryono, SP,MM. Ir. Elza Surmaini, M.Si, Dr. Popi, Dr. Budi Kartiwa, Fadhlullah Ramadhani, ST, MSc. Slamet Effendi, Drs. Ganjar Jayanto, Pak Suprapto, Wahyu Sukendar, Pak Sidik Talaohu, dan Gina Maulana, ST, atas dukungan moril, dorongan semangat, kerjasama, serta masukan pemikirannya selama penulis menjadi petugas belajar dan menyusun disertasi ini.

8. Rekan rekan peneliti, teknisi, dan staf di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi atas dukungan, kerjasama, dan kemudahan dalam memanfaatkan fasilitas untuk pengolahan data dan penyusunan disertasi.

Page 12: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

9. Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan, Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Pacitan, Ibu Budi beserta Staf, Bapak Reno, Bapak KOPT dan Bapak-bapak POPT Kecamatan di Kabupaten Pacitan dan Bapak/Ibu yang membantu di lapangan, atas dukungan perizinan, koordinasi lapangan dan bantuan data. Juga untuk Pak Agus driver, yang selalu setia mengantar ke lapangan.

10. Bapak Koesnomo Tamkani, atas inspirasi dan transfer ilmu Beliau di lapangan. 11. Rekan seperjuangan mahasiswa S3 Program Studi Klimatologi Terapan IPB,

Indah Prasasti atas kekompakan dan kerjasama yang baik selama masa perkuliahan. Juga untuk Woro Estiningtyas, dan Salwati atas dukungan dan kerjasamanya.

12. Pak Jun, Bu Indah, Mbak Wanti, Pak Pono, Aziz, Nandang, Pak Udin dan lain-lain di Departemen GEOMET atas partisipasinya dan bantuannya dalam berbagai aktifitas kepengurusan akademik.

13. Adik-adik CCROM (Adi, Kiki, Mbak Pipit, Ani, Sisi, Diva, Doddy, Ihsan, Gito, dan lain-lain) atas bantuannya selama masa tugas belajar.

14. Adik-adik yang membantu pengumpulan data di lapang (Icha, Rahmi, Galih, Andrea, Fajar, Fitri, Daniel dan Tamara).

15. Bapak R. Imam Mudrika Sanusi dan Bapak Iyeng Lendrawita beserta keluarga besar, atas do’a, kasih sayang, bimbingan serta dukungan moril.

16. Ayahanda H.O. Suryana (Alm), Ibunda tercinta Hj. Curasih, adinda Bena, Hadi, Yanti, Nur, atas do’a, kasih sayang, bimbingan, dukungan moril dan materil sampai selesainya tugas belajar. Juga untuk April, Rafi, Shaqila dan Afau, atas hari-hari yang menyenangkan.

17. Bapak dan Ibu Mertua, Bapak Damanhuri (Alm) dan Ibu Eti Suhaeti yang selalu memberikan do’a selama masa tugas belajar.

18. Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dan Perguruan Tinggi (KKP3T) DIPA TA. 2008-2009, atas dukungan dana selama penelitian berlangsung.

19. Program I-MHERE B2C IPB, atas dukungan penelitian. 20. Mbak Sian dan Teman-teman di Trio, atas bantuannya. 21. Semua pihak yang tidak disebutkan namanya, yang telah turut berpartisipasi

mendukung selama penulis melaksanakan penelitian hingga penulisan. 22. Terakhir, untuk suami tercinta Ade S Daman atas kesabaran dan

ketabahannya dalam mendampingi dan menghadapi masa tugas belajar penulis yang sangat tidak mudah untuk ditempuh.

Penulis berharap semoga do’a, bimbingan, dukungan, bantuan, dan kerjasama dari berbagai pihak menjadi amal sholeh dan mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu khususnya di bidang pertanian.

Bogor, Agustus 2012

Suciantini

Page 13: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 30 November 1967 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan H.O. Suryana (Alm) dan Hj. Curasih. Pendidikan dasar dan menengah penulis tempuh di SD Cibeber I Cimahi, lulus tahun 1980, SMP Negeri Leuwigajah Cimahi lulus tahun 1983, SMA Negeri I Cimahi lulus tahun 1986. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 di PS Agrometeorologi Jurusan Geofisika IPB dan lulus tahun 1992. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan studi S2 di PS. Agroklimatologi, diselesaikan pada tahun 2004. Selanjutnya pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa S3 di PS Klimatologi Terapan Fakultas MIPA IPB memperoleh beasiswa dari Badan Litbang Pertanian.

Sejak tahun 1994 hingga 1998 menjadi staf peneliti di Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta. Tahun 1998 tercatat sebagai staf peneliti di Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, pada kelti Agroklimat dan Hidrologi (sekarang Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumbedaya Lahan Pertanian). Sekarang penulis bekerja sebagai Peneliti Muda di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Bogor. Bidang penelitian yang menjadi tanggung jawab penulis adalah bidang Agroklimatologi dan Hidrologi. Penulis juga adalah anggota dan pengurus Pusat Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia. Sepanjang menempuh pendidikan S3, penulis sudah menghasilkan beberapa tulisan, dan salah satu yang berkaitan dengan disertasi diterbitkan di Jurnal Tanah dan Iklim yang diberi judul “Penentuan Fungsi Risiko pada Pengelolaan Risiko Iklim untuk Mendukung Kalender Tanam Dinamik”.

Page 14: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

xv

DAFTAR ISI DAFTAR ISI.........................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviiiiii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xviiii I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah / Kerangka Pemikiran .................................. 5 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6 1.4. Keluaran Penelitian ....................................................................... 6 1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7 1.6. Kebaruan (Novelty) ....................................................................... 7 1.7. Sistematika Penulisan .................................................................. 7 II. SINTESIS PERMASALAHAN PENGELOLAAN RISIKO IKLIM

UNTUK SISTEM USAHA TANI BERBASIS PADI MELALUI PEMANFAATAN KALENDER TANAM DINAMIK ..................................... 11

2.1. Kabupaten Pacitan ..................................................................... 11 2.2. Roadmap Sektor Pertanian ......................................................... 12 2.3. Keragaman dan perubahan iklim dan efeknya terhadap

produksi padi .............................................................................. 14 2.4. ENSO dan kaitannya dengan musim hujan dan

kekeringan .................................................................................. 15 2.5. Model Simulasi DSSAT............................................................... 17 2.6. Sistem Inferensi Fuzzy (Fuzzy Inference System) ...................... 20 2.7. Bayesian dan Decision Network ................................................ 24 2.8. Kalender Tanam ......................................................................... 25 III. EVALUASI DAMPAK KERAGAMAN IKLIM TERHADAP

KERAGAMAN HASIL TANAMAN PADA BERBAGAI TEKNOLOGI BUDIDAYA SERTA KELAYAKAN EKONOMI ..................... 33

3.1. Pendahuluan .............................................................................. 36 3.2. Metodologi .................................................................................. 36

3.2.1. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 36 3.2.2. Bahan, Alat dan Perangkat Lunak ........................................... 36 3.2.3. Metodologi Penelitian .............................................................. 36

3.3. Hasil dan Pembahasan ............................................................... 42 3.3.1. Karakteristik sistem usaha tani di Pacitan ................................ 42 3.3.2.Karakteristik ENSO dan hubungannya dengan curah

hujan 50 3.3.3. Dampak ENSO terhadap kekeringan ........................................ 57 3.3.4. Analisis hubungan keragaman Iklim dengan sistem

usaha tani padi ......................................................................... 60 3.4. Simpulan .................................................................................... 70 IV. ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI TEKNOLOGI BUDIDAYA

UNTUK PENANGGULANGAN RISIKO IKLIM .......................................... 73 4.1. Pendahuluan .............................................................................. 73 4.2. Metodologi .................................................................................. 74

Page 15: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

xvi

4.2.1. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 74 4.2.2. Bahan, Alat dan Perangkat Lunak .............................................. 74 4.2.3. Metodologi Penelitian .................................................................. 75

4.3. Hasil dan Pembahasan ............................................................... 77 4.2.1. Analisis BC Ratio Responden ..................................................... 77 4.2.2. Analisis kelayakan ekonomi teknologi budidaya ........................ 78

4.4. Simpulan .................................................................................. 86 V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI

INDONESIA UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM ............................. 87 5.1. Pendahuluan .............................................................................. 87 5.2. Pranata Mangsa, indigenous knowledge cikal bakal

kalender tanam ........................................................................... 90 5.3. Pengembangan Model Kalender Tanam di Indonesia ................. 95

5.3.1. Kalender Tanam Kementerian Pertanian ................................... 95 5.3.2. CCROM-IPB dengan BMKG ..................................................... 101 5.3.3. I-MHERE B2C IPB .................................................................. 106

5.4. Pengembangan Model Kalender Tanam Dinamik dalam penelitian ini .............................................................................. 108

5.5. Simpulan ................................................................................... 110 VI. PENGEMBANGAN DECISION NETWORK YANG DIOPTIMASI

DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN KALENDER TANAM DINAMIK ..................................... 113

6.1. Pendahuluan ............................................................................ 113 6.2. Metodologi ................................................................................ 114

6.2.1. Optimasi fungsi risiko yang diformulasi dengan model FIS ....................................................................................... 114

6.2.2. Verifikasi fungsi risiko yang diformulasi dengan model FIS ....................................................................................... 115

6.3. Hasil dan Pembahasan ............................................................. 115 6.3.1. Analisis optimasi fungsi risiko yang diformulasi dengan

model FIS .................................................................................. 115 6.3.2. Verifikasi fungsi risiko yang diformulasi dengan model

FIS ....................................................................................... 121 6.4. Simpulan ................................................................................... 124 VII. PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK

SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI ....................................................... 125 7.1. Pendahuluan ............................................................................ 125 7.2. Metodologi ................................................................................ 126

7.2.1. Penyusunan jejaring bayes (Bayesian Network) ...................... 126 7.2.2. Penyusunan jejaring pengambilan keputusan (Decision

Network). ................................................................................... 128 7.2.3. Penyusunan kalender tanam dinamik ....................................... 130

7.3. Hasil dan Pembahasan ............................................................ 131 7.3.1. Bayesian dan decision network ................................................ 131 7.3.2. Kalender tanam dinamik ........................................................... 133 7.3.3. Rekomendasi Teknologi ............................................................ 136

7.4. Simpulan ................................................................................... 138

Page 16: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

xvii

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM ....................... 141

IX. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 149 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 151 LAMPIRAN ...................................................................................................... 157

Page 17: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

xviii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Rata-rata luas areal tanam musim kemarau yang

dipengaruhi oleh kekeringan pada tahun-tahun El-Nino (Boer et al. 2011) ...........................................................................

Gambar 1.2 Kerangka Penelitian 2

....................................................................... 9 Gambar 1.3 Keterkaitan antar bab Penelitian .................................................. 10 Gambar 2.1 Peta administrasi Kabupaten Pacitan. ......................................... 12 Gambar 2.2 Kemungkinan pergeseran curah hujan di Jawa dan Bali

(Naylor et al. 2007). ..................................................................... Gambar 2.3 Sekilas komponen dan struktur modular dari DSSAT-

CSM

15

............................................................................................ .19 Gambar 2.4 Diagam blok Sistem Inferensi Fuzzy (Kusumadewi dan

Hartati 2010) ............................................................................... 22 Gambar 2.5 Kalender tanam existing (Lee et al. 2005) .................................... 26 Gambar 2.6 Kalender tanam usulan (Lee et al. 2005) ..................................... 27 Gambar 2.7 Peta kalender tanam level kabupaten untuk skenario

tahun basah Pulau Jawa (Las et al. 2007a) ................................ 28 Gambar 2.8 Peta Kalender Tanam level kabupaten untuk tahun

basah di Pulau Jawa (Las et al. 2007a). ..................................... 29 Gambar 2.9 Distribusi kalender tanam rata-rata propinsi Kalimantan:

(a) Kalimantan Barat, (b) Kalimantan Tengah, (c) Kalimantan Timur, dan (d) Kalimantan Selatan (Runtunuwu et al. 2009). ............................................................ 29

Gambar 2.10 Tampilan untuk masuk ke aplikasi web Kalender Tanam Terpadu ....................................................................................... 31

Gambar 2.11 Tampilan peta tematik kekeringan skala nasional pada Kalender Tanam Terpadu ............................................................ 31

Gambar 3.1 Diagram database, aplikasi, dan komponen perangkat lunak pendukung dan penggunaan model tanaman untuk aplikasi dalam DSSAT v3.5 (Jones et al. 2003)

.................. 39 Gambar 3.2 Diagram alir evaluasi dampak keragaman iklim terhadap

keragaman hasil tanaman ........................................................... 42 Gambar 3.3 Persentase luas sawah setiap kecamatan di Kabupaten

Pacitan ......................................................................................... 43 Gambar 3.4 Hamparan lahan sawah dan lahan kering di Kabupaten

Pacitan ........................................................................................ 43 Gambar 3.5 Luas lahan yang diusahakan Responden ..................................... 44 Gambar 3.6 Waktu tanam pada MT-1, MT-2, MT-3 menurut

Responden .................................................................................. 45 Gambar 3.7 Tanaman yang diusahakan Responden pada setiap

musim tanam ............................................................................... 46 Gambar 3.8 Tren produktivitas ubi kayu di Kabupaten Pacitan ........................ 48 Gambar 3.9 Pemakaian benih Responden pada MT-1 .................................... 49 Gambar 3.10 Jarak tanam yang digunakan ....................................................... 50 Gambar 3.11 Rata-rata CH bulanan setiap kecamatan...................................... 51 Gambar 3.12 Rata-rata CH tahunan setiap kecamatan ..................................... 51 Gambar 3.13 Rata-rata curah hujan bulanan dan simpangan baku

setiap kecamatan ......................................................................... 52

Page 18: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

xix

Gambar 3.14 Pola CH Pacitan tahun Normal dan tahun-tahun terjadinya ENSO .......................................................................... 54

Gambar 3.15 Awal musim hujan vs anomali SST Nino4 bulan Agustus ............. 55 Gambar 3.16 Panjang musim hujan vs anomali SST Nino4 bulan

Agustus ........................................................................................ 56 Gambar 3.17 Penyebab gagal panen menurut Responden ............................... 58 Gambar 3.18 Tahun terjadinya kekeringan menurut Responden ....................... 58 Gambar 3.19 Luas terkena dan puso areal padi tahun 1995-2010 .................... 59 Gambar 3.20 Luas areal padi yang mengalami puso tahun 2006-2008

di Pacitan ..................................................................................... 59 Gambar 3.21 Luas terkena kekeringan kecamatan pada tahun 1991,

1994, 1997, 2003, 2007 ............................................................... 60 Gambar 3.22 Luas panen padi bulanan dari tahun 2006 hingga 2010 di

Kabupaten Pacitan ....................................................................... 61 Gambar 3.23 Luas tambah tanam bulanan (ha) dan curah hujan tahun

2006 hingga 2009 ........................................................................ 62 Gambar 3.24 Luas panen dan produksi ubi kayu di Kabupaten Pacitan

dari tahun 1990 hingga 2010 ....................................................... 63 Gambar 3.25 Anomali luas panen padi per tahun di Kabupaten Pacitan ........... 63 Gambar 3.26 Perbedaan hasil setiap tanggal tanam dengan

menggunakan irigasi dan tanpa irigasi di Kecamatan Pacitan ......................................................................................... 66

Gambar 3.27 Perbedaan hasil setiap tanggal tanam dengan menggunakan perbedaan pupuk dan perbedaan irigasi di Kecamatan Pacitan ...................................................................... 66

Gambar 3.28 Plot error pada setiap tanggal tanam ........................................... 70 Gambar 4.1 Diagram alir analisis kelayakan teknologi budidaya ..................... 76 Gambar 4.2 BC Ratio sebagian Responden .................................................... 78 Gambar 4.3 BC Ratio pada tahun-tahun Normal ............................................. 80 Gambar 4.4 BC Ratio pada tahun-tahun El-Nino ............................................. 80 Gambar 4.5 BC Ratio pada tahun-tahun La-Nina ............................................ 81 Gambar 5.1 Ilustrasi salah satu pilar utama dalam sistem pengelolaan

risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia (Lassa et al, 2009) ....................................................... 89

Gambar 5.2 Sistem penanggalan musim bukti kepandaian ilmu astronomi nenek moyang (http://forum.vivanews.com/sejarah-dan-budaya/130540-teknologi-kuno-bangsa-indonesia-yang-canggih.html) ................. 92

Gambar 5.3 Diagram alir penyusunan peta kalender tanam aktual dan potensial (Syahbuddin 2007) ................................................. 96

Gambar 5.4 Diagram alir proses pembuatan sistem kalender tanam terpadu (Ramadhani et al. 2011) .................................................. 98

Gambar 5.5 Diagram alir kalender tanam dengan menggunakan informasi prakiraan iklim BMKG ................................................ 100

Gambar 5.6 Bayesian network dengan tiga peubah ...................................... 104 Gambar 5.7 Bayesian network....................................................................... 104 Gambar 5.8 Decision network ....................................................................... 105 Gambar 5.9 Model DN untuk kalender dinamik tanaman (Boer et al.

2010) ......................................................................................... 107 Gambar 6.1 Model FIS untuk pendugaan nilai risiko ...................................... 114 Gambar 6.2 Fungsi keanggotaan untuk Anomali SST Nino4 ........................ 118

Page 19: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

xx

Gambar 6.3 Fungsi keanggotaan untuk CHMK.............................................. 118 Gambar 6.4 Fungsi keanggotaan untuk PMH ................................................ 119 Gambar 6.5 Fungsi keanggotaan untuk kekeringan ....................................... 119 Gambar 6.6 Contoh pilihan skenario di fuzzy rule .......................................... 120 Gambar 6.7 Contoh output di fuzzy rule......................................................... 120 Gambar 6.8 Hasil verifikasi FIS dengan observasi ........................................ 122 Gambar 6.9 Perbandingan nilai kekeringan observasi dengan hasil

keluaran FIS ............................................................................. 123 Gambar 7.1 Bayesian network dengan empat peubah .................................. 127 Gambar 7.2 Decision network ........................................................................ 129 Gambar 7.3 Model Kalender tanam dinamik .................................................. 130 Gambar 7.4 Pengkategorian bencana kekeringan (Buono et al. 2011) .......... 131 Gambar 7.5 Peluang kekeringan pada tingkat/kategori kekeringan

(K1 hingga K5) di 10 kecamatan di Pacitan ................................ 133 Gambar 7.6 Ilustrasi antara peluang terjadinya kekeringan dengan

kejadian bencana kekeringan antara tahun 1988 hingga tahun 2007 (Buono et al. 2011) .................................................. 135

Gambar 7.7 Tingkat / kategori kekeringan berdasarkan bayesian.................. 135 Gambar 7.8 Ilustrasi pertanaman berdasarkan tanggal tanam ....................... 136 Gambar 7.9 Contoh prediksi kehilangan hasil ................................................ 137

Page 20: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

xxi

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Prediktor untuk membentuk persamaan hasil tanaman ................... 41 Tabel 3.2 Pola tanam existing petani .............................................................. 47 Tabel 3.3a Pengelompokan tahun-tahun normal, El-Nino dan La-Nina

berdasarkan Indeks ONI ................................................................. 53 Tabel 3.3b Pengelompokan tahun-tahun normal, El-Nino dan La-Nina

berdasarkan Indeks ONI yang diperbaharui tanggal 5 April 2012................................................................................................ 53

Tabel 3.4 Pengurangan hasil antara perlakuan irigasi dengan tanpa irigasi di Kecamatan Pacitan ........................................................... 65

Tabel 3.5 Persamaan hasil untuk Kecamatan Pacitan ................................... 67 Tabel 4.1 Prediktor untuk mendapatkan persamaan BC Ratio ....................... 77 Tabel 4.2 Ilustrasi penghitungan BC Ratio (Kecamatan Arjosari) ................... 79 Tabel 4.3 Persamaan BC Ratio setiap tanggal tanam .................................... 81 Tabel 4.4 Koefisien persamaan BC Ratio dan kontribusi masing-

masing prediktor ............................................................................ 85 Tabel 5.1 Contoh kalender tanam tanaman pangan (padi) pada

tahun normal ................................................................................ 100 Tabel 5.2 Nilai kelima peubah yang digunakan dalam penyusunan

bayesian network (Boer et al. 2007) ............................................. 102 Tabel 6.1 Contoh himpunan fuzzy untuk input (Anomali SST Nino 4,

PMH dan CHMK) ......................................................................... 116 Tabel 6.2 Contoh himpunan fuzzy untuk output (kekeringan) ....................... 117 Tabel 6.3 Contoh himpunan fuzzy untuk kekeringan Kecamatan

Tulakan ......................................................................................... 117 Tabel 7.1 Kategori kekeringan ...................................................................... 128

Page 21: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,
Page 22: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,
Page 23: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Salah satu sektor yang berperan penting terhadap perekonomian nasional

adalah sektor pertanian. Sektor ini menyerap sekitar 44,47% dari keseluruhan

tenaga kerja Indonesia. Pada tahun 2006, sektor ini menyumbang 13% PDB

nasional (Daryanto 2007), dan mencapai peningkatan pertumbuhan tertinggi dari

Triwulan II 2009 ke Triwulan III 2009, yaitu sebesar 7,3% (Badan Pusat Statistik

2009). Dari tahun 2004 hingga 2008, sektor pertanian berhasil meningkatkan

produksi padi dari 54,1 juta ton GKG pada tahun 2004 menjadi 60,3 juta ton GKG

pada 2008 atau meningkat rata-rata 2,8% per tahun, bahkan laju peningkatan

produksi padi tahun 2006-2008 mencapai 5,2% per tahun. Kenaikan produksi ini

menjadikan Indonesia kembali berswasembada beras pada tahun 2008. Selain

padi, produksi jagung dan kedelai juga mengalami peningkatan masing-masing

sebesar 9,5% dan 3,14% per tahun (Ditjen Tanaman Pangan 2009; Apryantono

et al. 2009). Namun demikian, sektor pertanian terutama tanaman pangan pada

umumnya paling rentan terhadap keragaman dan perubahan iklim (Stern et al.

2006) sehingga upaya adaptasi sangat diperlukan.

Kerentanan sektor pertanian terhadap perubahan iklim dapat didefinisikan

sebagai tingkat kekurangberdayaan sistem usaha tani dalam mempertahankan

dan menyelamatkan tingkat produktivitasnya secara optimal dalam menghadapi

cekaman iklim (Tim Roadmap Sektor Pertanian 2010). Pada dasarnya kerentanan

bersifat dinamis sejalan dengan kehandalan teknologi, kondisi sosial-ekonomi,

sumberdaya alam dan lingkungan. Kerentanan dipengaruhi oleh tingkat

keterpaparan (exposure) terhadap bahaya dan tingkat sensitivitas adaptif. Hal lain

yang berkaitan dengan kerentanan adalah dampak yang ditimbulkan yang

mungkin terjadi. Dampak adalah tingkat kondisi kerugian, baik secara fisik,

produk, maupun secara sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh cekaman

perubahan iklim (Tim Roadmap Sektor Pertanian 2010).

Di Indonesia, kejadian akibat cekaman perubahan iklim yang

mengakibatkan kondisi iklim ekstrim umumnya dipengaruhi oleh kejadian ENSO

(El-Nino Southern Oscillation). Kejadian El-Nino (periode hangat ENSO) secara

signifikan dapat mengurangi curah hujan pada musim kemarau. Selama periode

La-Nina, curah hujan meningkat secara signifikan. Akibatnya, selama periode El-

Page 24: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

2

Nino musim kemarau akan terjadi lebih panjang dibandingkan pada tahun-tahun

normal, dan sebaliknya selama La-Nina, musim kemarau akan berakhir lebih

cepat. Keeratan hubungan antara ENSO dan variabilitas iklim di Indonesia terjadi

di sebagian besar wilayah Indonesia, kecuali pada sebagian wilayah Sumatera

(Boer et al. 2011). Pengaruh yang kuat terjadi di sebagian besar wilayah

Kalimantan, Sulawesi dan sebagian Jawa, Nusa Tenggara dan Papua (Gambar

1.1).

Gambar 1.1. Rata-rata luas areal tanam musim kemarau yang dipengaruhi oleh

kekeringan pada tahun-tahun El-Nino (Boer et al. 2011).

Fenomena ENSO memungkinkan terjadinya fluktuasi Produksi padi di

Indonesia (Naylor 2007, Boer et al. 2011). Kejadian El-Nino dapat menjadi pemicu

penurunan produksi padi, akibat penambahan luas areal tanam yang mengalami

kekeringan dan puso. Mundurnya awal musim hujan dapat menyebabkan

mundurnya pertanaman kedua. Pertanaman kedua inilah yang rentan mengalami

kekeringan. Pada periode 1989-2010 untuk tingkat nasional, akumulasi luas

tanaman padi yang dilanda kekeringan berkisar antara 117 ribu sampai dengan

1,1 juta ha dan puso 8 ribu sampai dengan 263 ribu ha (Direktorat Perlindungan

Tanaman 2011), terutama pada tahun-tahun El Nino.

Tingkat kerentanan pertanaman padi di suatu wilayah, tergantung pada

tingkat kesiapan wilayah tersebut dalam menghadapi bencana. Dengan

melakukan antisipasi yang baik dari semua sektor terkait, akan membantu petani

dalam mengeliminir kerugian yang mungkin terjadi, karena sosialisasi yang baik

terhadap petani dalam menyesuaikan kegiatan pertanamannya akan memberikan

dampak yang signifikan, sejauh aplikasi yang dilakukan petani dalam merespon

Page 25: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

3

informasi yang disampaikan. Oleh karena itu, penjadwalan tanam dengan

memperhitungkan kemungkinan kejadian iklim ekstrim yang tertuang dalam suatu

kalender tanam merupakan salah satu solusi. Manfaat dari kalender tanam adalah

untuk memandu petani dalam menyesuaikan waktu dan pola tanam, mengingat

pentingnya jadwal penanaman, mulai dari masa persiapan tanah, penanaman

hingga panen.

Dalam mengintegrasikan dan menganalisis berbagai faktor atau informasi

penting dalam pelaksanaan strategi budidaya tanaman padi dalam kaitannya

dengan perubahan dan keragaman iklim, diperlukan suatu kemasan pemodelan.

Model tersebut merupakan gambaran pada kondisi bagaimana suatu informasi

iklim dan budidaya yang diaplikasikan dapat dikatakan memiliki risiko gangguan

iklim terendah secara sosial ekonomi. Pemodelan yang dimaksud merupakan

suatu pemodelan risiko iklim dengan mengukur fungsi utilitas yang dikaitkan

dengan strategi teknologi budidaya dalam hubungannya dengan produktivitas

padi, yang dikuantifikasi berdasarkan komponen-komponen sistem informasi dan

kalender tanam serta analisis sosial ekonomi dalam hubungannya dengan

produktivitas tanaman. Dalam penyusunan model utilitas tersebut digunakan

sistem inferensi fuzzy.

Informasi iklim yang dikeluarkan lembaga-lembaga penelitian dalam

kaitannya untuk peningkatan produktivitas tanaman padi sudah banyak dilakukan.

Salah satu informasi penting dalam kaitan dengan penjadwalan penanaman petani

adalah kalender tanam. Informasi kalender tanam tanaman pangan secara

nasional sudah mulai disusun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Kementerian Pertanian sejak tahun 2007. Produk kalender tanam yang

sudah dihasilkan adalah Peta Kalender Tanam Tanaman Pangan 1:1.000.000 dan

Atlas Kalender Tanam Tanaman Pangan 1:250.000 untuk Pulau Jawa (Las et al.

2007), Pulau Sumatera (Las et al. 2008), Pulau Kalimantan (Las et al. 2009a),

Pulau Sulawesi (Las et al. 2009b), dan wilayah Indonesia timur yang meliputi tujuh

provinsi (Bali, Maluku Utara, Maluku, NTB, NTT, Papua dan Papua Barat), (Las et

al. 2010). Adapun manfaat dari kalender tanam adalah untuk memandu petani

dalam menyesuaikan waktu dan pola tanam, mengingat pentingnya jadwal

penanaman, mulai dari masa persiapan tanah, penanaman, dan panen.

Informasi kalender tanam yang dibuat oleh Kementerian Pertanian tersebut

mengembangkan kalender tanam untuk tahun kering, normal dan basah (Las et al.

Page 26: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

4

2007). Kalender tanam yang sudah dikembangkan saat ini membagi tiga bentuk

pola tanam rekomendasi pada tahun ENSO dan tahun normal, namun belum

memperhatikan sifat (intensitas dan lama siklus) dari fenomena tersebut. Output

yang dihasilkan berupa Atlas waktu tanam yang terbagi ke dalam empat skenario,

yaitu existing petani, waktu tanam tahun Normal, waktu tanam tahun La-Nina dan

tahun El-Nino. Data yang digunakan merupakan data rata-rata historis jangka

panjang. Kalender tanam ini mulai tahun 2011, diupdate setahun tiga kali, dan

pada perkembangannya menyertakan juga hasil prakiraan musim BMKG. Sejalan

dengan itu, tahun 2007 Boer et al. juga melakukan riset terkait kalender tanam

yang disebut sebagai kalender pertanian. Kalender tanam yang dihasilkan sudah

lebih bersifat dinamik, karena sudah memasukkan hasil prakiraan musim, sebagai

alat bantu pengambilan keputusan. Kalender tanam yang dihasilkan menggunakan

Bayesian network dan decision network. Dalam Decision Network (DN),

keputusan pemilihan pola ditetapkan berdasarkan informasi iklim dan informasi

lainnya yang diperoleh sebelum keputusan dibuat (Buono et al. 2010). Informasi

dimaksud diantaranya adalah indeks ENSO yang dapat digunakan sebagai

indikator tentang kemungkinan perubahan awal masuk musim hujan, prakiraan

panjang musim hujan atau sifat hujan pada musim tanam. Hal itu sejalan dengan

pendapat Lo et al. (2007) dan Robertson et a.l (2009) yang menyatakan bahwa

awal musim serta kekuatan dan durasi dari musim hujan merupakan karakteristik

kunci dari keragaman hujan dan berkaitan dengan kuat pada keragaman pola

ENSO.

Decision yang dihasilkan oleh Boer et al. (2007) baru mencakup waktu

tanam. Oleh karena itu, untuk mengembangkan kalender tanam yang sudah

dihasilkan, dilakukan penelitian dengan menambah decision yang dikeluarkan.

Decision network yang dihasilkan menggunakan suatu pemodelan risiko iklim

dengan mengukur fungsi utility sebagai pendekatannya. Pemodelan tersebut

dikaitkan dengan strategi teknologi budidaya dalam hubungannya dengan

produktivitas padi, yang dikuantifikasi berdasarkan komponen-komponen sistem

informasi dan kalender tanam dalam hubungannya dengan produktivitas tanaman.

Sehingga decision yang dihasilkan, tidak saja menyangkut waktu tanam, tetapi

juga sudah memasukkan pilihan pupuk, irigasi dan varietas. Mengingat pemilihan

pupuk, varietas maupun penggunaan irigasi akan memberikan produksi yang

berbeda pada tanaman. Disamping itu, juga dilakukan analisis keuntungan dan

Page 27: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

5

kerugian yang dijabarkan melalui penggunaan Sistem Inferensi Fuzzy yang

digabung dengan hasil simulasi DSSAT (Decision Support System for

Agrotechnology Transfer) (Jones et al. 2003), sehingga berdasarkan pilihan

kombinasi pada decision, dapat diketahui keuntungan atau kerugian akibat

pemilihan salah jenis teknologi tersebut.

Adapun tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengembangkan kalender

tanam dinamik sebagai alat bantu pengambil keputusan dalam menyusun strategi

pertanaman yang dapat meminimalkan risiko iklim tetapi di sisi lain akan

meningkatkan keuntungan ekonomi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari

pola alternatif tanam ideal yang menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari

kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk, irigasi, varietas) pada suatu usaha

tani pada suatu musim tertentu yang memberi produksi maksimal dengan tingkat

kerugian yang minimal dengan menggunakan fungsi utilitas.

1.2. Perumusan Masalah / Kerangka Pemikiran Keragaman hasil tanaman semusim di Indonesia sangat berkaitan erat

dengan keragaman curah hujan. Bahkan pada kondisi iklim ekstrim, produksi

pertanian terutama tanaman pangan sangat terpengaruh. Sektor pertanian,

terutama subsektor tanaman pangan, paling rentan terhadap perubahan iklim

terkait tiga faktor utama, yaitu biofisik, genetik, dan manajemen. Hal ini disebabkan

karena tanaman pangan umumnya merupakan tanaman semusim yang relatif

sensitif terhadap cekaman, teutama cekaman (kelebihan dan kekurangan) air.

Secara teknis, kerentanan sangat berhubungan dengan sistem penggunaan lahan

dan sifat tanah, pola tanam, teknologi pengelolaan tanah, air, dan tanaman, serta

varietas tanaman (Las et al. 2008).

Tiga faktor utama yang terkait dengan perubahan iklim global, yang

berdampak terhadap sektor pertanian adalah: (1) perubahan pola hujan dan iklim

ekstrim (banjir dan kekeringan), (2) peningkatan suhu udara, dan (3) peningkatan

muka laut. Awal masuk, lama dan sifat musim yang merupakan kunci dalam

menentukan keragaman hasil tanaman, sangat dipengaruhi oleh fenomena global

seperti ENSO, IOD dan lainnya (Lo et al. 2007; Robertson et al. 2009).

Mundurnya awal musim hujan akan menggeser pola dan rotasi tanaman yang

menyebabkan risiko tanaman kedua terkena kekeringan meningkat. Sementara

Page 28: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

6

peningkatan hujan yang signifikan sampai jauh di atas normal pada musim hujan

juga berpotensi menimbulkan banjir.

Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, perlu diupayakan teknologi

budidaya adaptif, sehingga dapat mengurangi dampak dari kejadian iklim ekstrim.

Teknologi budidaya adaptif terhadap iklim ekstrim juga sudah dilakukan oleh

petani. Dalam kaitan ini, teknologi budidaya adaptif tersebut juga dipilah

berdasarkan hasil simulasi DSSAT yang digunakan untuk evaluasi dampak

keragaman iklim dan keragaman hasil tanaman pada berbagai teknologi budidaya.

Selanjutnya teknologi budidaya adaptif tersebut dievaluasi kelayakannya secara

ekonomi, baik teknologi adaptif yang sudah maupun yang belum digunakan

petani. Dalam menghubungkan keragaman iklim dan teknologi budidaya tanaman,

dilakukan penyusunan model utilitas (fungsi risiko) dengan menggunakan system

inferensi fuzzy (fuzzy inference system).

1.3. Tujuan Penelitian

1. Melakukan evaluasi dampak keragaman iklim terhadap keragaman

produksi tanaman yang dapat meminimumkan dampak negatif keragaman

iklim.

2. Melakukan evaluasi dampak keragaman iklim terhadap kelayakan ekonomi

teknologi budidaya untuk penanggulangan risiko iklim.

3. Menyusun state of the art pengembangan kalender tanam dinamik di

Indonesia untuk pengelolaan risiko iklim.

4. Menyusun Decision Network yang dioptimasi dengan sistem inferensi

fuzzy (Fuzzy Inference System) untuk penyusunan kalender tanam

dinamik.

5. Melakukan evaluasi pemanfaatan model kalender tanam dinamik untuk

pengelolaan risiko iklim.

1.4. Keluaran Penelitian 1. Informasi dampak keragaman iklim terhadap keragaman hasil tanaman

serta teknologi-teknologi budidaya terpilih untuk meminimumkan dampak

negatif keragaman iklim.

2. Informasi teknologi-teknologi budidaya terpilih yang layak secara ekonomi

untuk meminimumkan dampak negatif keragaman iklim.

Page 29: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

7

3. State of the art pengembangan kalender tanam dinamik di Indonesia untuk

pengelolaan risiko iklim.

4. Informasi Decision Network yang dioptimasi dengan sistem inferensi fuzzy

(Fuzzy Inference System) untuk penyusunan kalender tanam dinamik.

5. Informasi hasil evaluasi pemanfaatan model kalender tanam dinamik untuk

pengelolaan risiko iklim.

1.5. Manfaat Penelitian Kalender tanam dinamik merupakan pengembangan alat bantu

pengambilan keputusan yang diharapkan dapat membantu otoritas lokal untuk

mengevaluasi dan menilai tingkat risiko pengambilan keputusan tertentu pada

musim tanam tertentu berdasarkan prakiraan iklim yang diberikan. Dengan

demikian dapat membantu dalam mempersiapkan manajemen potensi risiko iklim

ke depan dan membantu petani untuk memperkirakan waktu tanam yang sesuai

dengan kondisi iklim, dan diharapkan dapat memperkecil potensi risiko iklim pada

musim tertentu.

1.6. Kebaruan (Novelty) Model fungsi utilitas dengan menggunakan sistem inferensi fuzzy yang

menghubungkan keragaman iklim dengan alternatif teknologi budidaya tanaman

dengan menggunakan DSSAT sebagai tool, untuk diperoleh pilihan teknologi

dengan tingkat risiko iklim minimum, atau memiliki nilai ekonomis yang terbaik.

Mengintegrasikan data dan interpretasi SST Nino4, varietas, pemupukan,

Irigasi, dan penggunaan bahan organik, yang digunakan sebagai input untuk

menghasilkan opsi-opsi teknologi dan kelayakan ekonomi teknologi dalam

penyusunan kalender tanam.

1.7. Sistematika Penulisan Penulisan disertasi ini direncanakan terdiri atas 9 Bab. Secara khusus Bab

1 membahas tentang latar belakang penyusunan kalender tanam yang didasarkan

kepada sektoral roadmap tentang kebijakan pemerintah, perumusan masalah yang

mendasari penelitian, tujuan, keluaran, manfaat, kebaruan penelitian dan

sistematika penulisan. Bab 2 berupa tinjauan pustaka yang memaparkan sintesis

dari penelitian yang berkaitan dengan lokasi penelitian, keragaman iklim,

Page 30: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

8

Roadmap Sektor Pertanian, ENSO dan kaitannya dengan musim hujan dan

kekeringan, fungsi utilitas, sistem inferensi fuzzy, kalender tanam, Bayesian dan

Decision Network dan mengenai model simulasi yang digunakan. Bab 3

membahas mengenai dampak keragaman iklim terhadap produksi padi, dikaitkan

dengan sistem budidaya dan teknologi adaptasi serta penggunaan simulasi

DSSAT, sebagai tool untuk menilai teknologi terpilih. Bab 4 membahas mengenai

tinjauan kelayakan ekonomi pada teknologi budidaya. Bab 5 menguraikan state of

the art pengembangan kalender tanam dinamik di Indonesia. Bab 6 menjelaskan

mengenai model fungsi risiko atau fungsi utilitas dalam bencana kekeringan

dengan menggunakan sistem inferensi fuzzy (Fuzzy Inference System) untuk

optimasi decision network dalam pengembangan kalender tanam dinamik. Bab 7

membahas mengenai pemanfaatan kalender tanam dinamik. Bab 8 menjelaskan

mengenai potensi dan kendala penerapan kalender tanam serta kebijakan terkait.

Bab 8 tersebut merupakan pembahasan menyeluruh dari bab 3 hingga bab 7.

Simpulan dan saran disajikan pada Bab 9. Keterkaitan antar Bab secara

keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 1.2 dan 1.3.

Page 31: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

9

Gambar 1.2. Kerangka penelitian

Data Seri Iklim

Data Sifat Genetis

Data Tanah

Teknologi Budidaya

DSSAT (Evaluasi dampak keragaman iklim dan

keragaman hasil tanaman)

Evaluasi Kelayakan Ekonomi

Data biaya-biaya, harga, hasil tanaman

State of the art Kalender Tanam Dinamik

Data ENSO

Data Sifat Musim

Sistem Inferensi Fuzzy untuk Decision Network dalam pengembangan Kalender Tanam Dinamik

Pemanfaatan Kalender Tanam Dinamik

Data Riil Observasi

Bab III

Bab VI

Bab V

Bab IV

Bab VII

Page 32: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

10

Gambar 1.3. Keterkaitan antar bab penelitian

Bab I. PENDAHULUAN

Bab VIII. Potensi dan Kendala Penerapan Kalender Tanam

dalam Mengantisipasi Kejadian Iklim Ekstrim

Bab V. State of the art pengembangan kalender tanam dinamik di Indonesia untuk

pengelolaan risiko iklim

Bab VII. Evaluasi pemanfaatan model kalender tanam dinamik untuk pengelolaan

risiko iklim

Bab III. Keragaman Iklim dan Teknologi Budidaya yang dapat Meminimumkan

Dampak Negatif Keragaman Iklim

Bab II. Sintesis Permasalahan Pengelolaan Risiko Iklim untuk Sistem Usaha Tani Berbasis Padi melalui Pemanfaatan

Kalender Tanam Dinamik

Bab IX. SIMPULAN dan SARAN

Bab IV. Evaluasi Kelayakan Ekonomi Teknologi Budidaya yang dapat

Meminimumkan Dampak Negatif Keragaman Iklim

Bab VI. Penyusunan Decision network yang dioptimasi dengan Sistem Inferensi

Fuzzy untuk penyusunan kalender tanam dinamik

Page 33: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

11

II. SINTESIS PERMASALAHAN PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI BERBASIS PADI MELALUI PEMANFAATAN KALENDER TANAM DINAMIK

2.1. Kabupaten Pacitan

Kabupaten Pacitan yang terletak di bagian paling barat daya Propinsi Jawa

Timur dan berada di kawasan pantai selatan Pulau Jawa berbatasan langsung

dengan Propinsi Jawa Tengah, memiliki luas wilayah daratan 1.419, 44 Km2.

Secara administratif terbagi dalam 12 kecamatan, 5 kelurahan, 159 desa dan

1.032 dusun. Letak geografis berada antara 110˚55’ – 111˚25’ Bujur Timur dan

7˚55’ – 8˚17’ Lintang Selatan. Sekitar 21% dari luas Kabupaten Pacitan adalah

kawasan pegunungan kapur (kars) dengan topografi: 85% wilayah berbukit

sampai bergunung, 10% bergelombang, dan 5% wilayah datar.

Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang cukup kering di

Provinsi Jawa Timur. Hal itu sejalan dengan Wahab et al. (2007) menyatakan

bahwa pada pada Musim Tanam 2002/2003, luas tanam Kab. Pacitan seluas

13.005 Ha, sedangkan pada MK 2003 seluas 3.071 Ha. Terjadi musim kemarau

panjang yang menyebabkan kekeringan dan puso. Luas areal yang terkena

bencana alam kekeringan pada MK-2003 adalah 2.074,67 Ha. Dari jumlah

tersebut 1.570,67 Ha mengalami puso. Bila rata-rata produktivitas padi di

Kabupaten Pacitan adalah 38,5 kw/ha GKG, maka terjadi kehilangan hasil

produksi padi sebesar 79,87 ton GKG atau sekitar 67.56%. Dari hasil survei yang

dilaksanakan pada 2(dua) desa menunjukkan bahwa semua petani mengalami

kekeringan dalam berusahatani terutama untuk tanaman pangan (padi + palawija).

Walaupun kekeringan yang melanda hampir terjadi setiap tahun, tetapi kekeringan

paling serius yang dialami petani pada 5 (lima) tahun terakhir adalah terjadi pada

tahun 2003 (Wahab et al 2007).

Akibat kekeringan tahun 2003, luas panen tanaman padi mengalami

penurunan sebesar 12,2 % dibanding luas tanam tahun 1999, sedangkan produksi

terjadi penurunan lebih besar yaitu mencapai 15,2 %. Bahkan untuk tanaman

kedelai telah terjadi penurunan lebih besar yaitu pada luas panen sebesar 28,5 %,

sedangkan untuk produksi mencapai penurunan sebesar 23,8 % (Wahab et al.

2007).

Page 34: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

12

Gambar 2.1 Peta administratif Kabupaten Pacitan

2.2. Road Map sektor Pertanian

Dalam hubungannya dengan pengelolaan risiko iklim terhadap pertanian,

diperlukan suatu acuan, yang tertuang dalam Road Map. Road Map 2012-2020

disusun berdasarkan analisis dan kajian secara komprehensif terhadap dinamika

dan skenario perubahan iklim, kerentanan sektor pertanian dan berbagai kebijakan

pemerintah terkait. Road map dipilah berdasarkan tahapan dan waktu

pelaksanaan kegiatan sejak 2012 sampai 2020. Program dan kegiatan tersebut

dikelompokkan ke dalam lima bagian utama: (1) penelitian dan pengembangan, (2)

diseminasi dan advokasi, (3) antisipasi perubahan iklim, (4) adaptasi dan mitigasi,

dan (5) manajemen adaptasi dan mitigasi (Tim Road Map Sektor Pertanian 2011).

1. Penelitian dan Pengembangan

Kegiatan penelitian dan pengembangan untuk mendukung rencana aksi

sektor pertanian secara umum bertujuan untuk melakukan inventarisasi emisi GRK

dan penyerapan karbon sektor pertanian, analis dampak perubahan iklim, mencari

teknologi mitigasi dan adaptasi, dan menetapkan strategi dan kebijakan.

Page 35: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

13

Penelitian adaptasi perubahan iklim sektor pertanian difokuskan pada

tanaman pangan dan hortikultura untuk RPJM 2012-2020. Ruang lingkup

penelitian adaptasi mencakup pengembangan varietas tanaman yang adaptif,

teknik pengelolaan tanah dan air, dan teknik budidaya tanaman. Penelitian mitigasi

perubahan iklim difokuskan pada subsektor perkebunan dan pertanian di lahan

gambut. Hasil penelitian akan disintesis untuk menghasilkan usulan kebijakan

dalam pembangunan pertanian, terutama yang berkaitan dengan antisipasi,

adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim.

2. Advokasi dan Diseminasi

Penelitian advokasi kebijakan dan diseminasi teknologi diarahkan bagi

upaya peningkatan pemahaman petani dan masyarakat luas tentang pemanfaatan

informasi iklim dan UU/peraturan terkait. Tindakan advokasi diarahkan pada

sosialisasi advokasi peraturan perundangan yang menyangkut ketentuan

pelestarian lingkungan dan pengembangan dan replikasi SLPTT.

3. Antisipasi Perubahan Iklim

Kegiatan antisipasi bertujuan untuk menetapkan arah dan strategi

kebijakan secara dini, serta menyiapkan program, teknologi, tool, pengembangan

kapasitas (capacity building), roadmap dan pedoman umum dalam rangka

menghadapi dampak perubahan iklim. Kegiatan antisipasi perubahan iklim tahun

2012-2020 diarahkan pada 1) pengembangan infrasruktur, terutama jaringan

irigasi, 2) Pengembangan sistem prediksi hujan dan awal musim, peringatan dini

banjir dan kekeringan, 3) penyusunan roadmap, pedoman umum mitigasi dan

adaptasi, kalender tanam dinamik, 4) Peningkatan kapasitas SDM dalam

pemahaman perubahan iklim dan penerapan teknologi adaptasi dan mitigasi

perubahan iklim dan 5) Penyusunan dan penerapan (enforcement) peraturan

perundangan mengenai lahan pertanian.

4. Adaptasi dan Mitigasi

Program adaptasi iklim mencakup fasilitasi pemerintah untuk aplikasi

teknologi budidaya pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim (penyediaan

varietas adaptif, fasilitasi penerapan teknik pengelolaan lahan dan air),

peningkatan indeks panen, penurunan risiko gagal panen, peningkatan

produktivitas dan kapasitas irigasi. Mitigasi GRK mencakup ekstensifikasi

perkebunan pada lahan terlantar, pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan,

dan aplikasi teknologi rendah emisi seperti penyiapan lahan tanpa bakar,

Page 36: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

14

pengembangan biofuel, penggunaan bahan organik dan pakan ternak rendah

emisi.

5. Manajemen Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

Untuk dapat mengukur kerberhasilan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan

iklim diperlukan manajemen mitigasi dan adaptasi perubahan iklim mencakup

aspek perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, monitoring, evaluasi dan

pelaporan.

2.3. Keragaman dan perubahan iklim dan efeknya terhadap produksi padi

Perubahan iklim mempengaruhi sektor pertanian baik secara langsung

maupun tidak langsung diantaranya melalui efeknya terhadap suhu dan perubahan

curah hujan dalam biologi dan fisik lingkungan (Brown dan Rosenberg 1997 yang

diacu dalam Mestre-Sanchís dan Feijóo-Bello 2009). Ketersediaan air merupakan

salah satu konsekuensi paling dramatis perubahan iklim untuk sektor pertanian

(Mestre-Sanchís dan Feijóo-Bello 2009). Penurunan kelembaban tanah

menyiratkan pengurangan yang signifikan pada produktivitas tanaman lahan

kering potensial. Di sisi lain, peningkatan hujan lebat berdampak pada erosi dan

tanah.

Ketika terjadi perubahan iklim, produksi tanaman terpengaruh. Ada

banyak studi yang mempertimbangkan jenis dan jumlah produksi untuk perubahan

tanaman tertentu, tempat dan skenario. Lainnya mencoba memperluas

pengetahuan tentang perubahan produksi dan dampak ekonomi serta

kesejahteraan daerah mereka (Adams et al. 1990; Brown dan Rosenberg 1997;

Brown et al. 2000; Easterling et al. 2000 dalam Mestre-Sanchís dan Feijóo-Bello

2009). Pendekatan yang digunakan untuk menilai respon tanaman untuk

perubahan iklim bervariasi dari model regresi sederhana hingga model yang

kompleks.

Dalam lima tahun terakhir, petani di Jawa dan Sumatera telah

mengeluhkan kejadian cuaca yang tidak normal yaitu permulaan musim hujan

bergeser 10-20 hari lebih lambat dan musim kemarau sekitar 10-60 hari lebih

cepat (Handoko et al. 2008). Perubahan iklim yang terjadi telah mengubah pola

tanam yang dilakukan oleh petani. Secara umum Provinsi Jawa Barat dan Jawa

Timur yang pasokan airnya lebih tersedia, memiliki intensitas tanam yang lebih

tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya di luar Jawa. Namun, di kedua

Page 37: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

15

provinsi tersebut telah terjadi perubahan pola tanam, yang sebelumnya padi-padi-

padi menjadi padi-padi-palawija. Hal ini mengindikasikan bahwa petani telah

menyesuaikan terhadap adanya perubahan iklim (utamanya berupa penurunan

curah hujan dan jumlah bulan hujan) dengan menyesuaikan jenis tanaman yang

diusahakan, yaitu dari padi yang memerlukan pasokan air yang banyak ke palawija

yang memerlukan lebih sedikit air (Handoko et al. 2008)

Naylor et al. (2007) memproyeksikan bahwa wilayah-wilayah sebelah

selatan garis ekuator seperti Sumatera, Jawa, Bali dan sebagian wilayah Timur

Indonesia akan mengalami keterlambatan awal musim hujan dengan periode

musim hujan yang lebih singkat dan intensitas hujan yang lebih tinggi. Pada musim

kemarau, curah hujan lebih rendah dengan awal musim yang lebih cepat (Gambar

2.2). Perubahan pola curah hujan tersebut akan meningkatkan frekuensi banjir dan

kekeringan. Mundurnya awal musim hujan 1 bulan akan berdampak pada

penurunan produksi padi di Jawa/Bali antara 7-18% (Naylor et al. 2007).

rain

fall

Aug Dec May

Frekuensi banjirmeningkat

Frekuensi kekeringanmeningkat

rain

fall

Aug Dec May

Frekuensi banjirmeningkatFrekuensi banjirmeningkat

Frekuensi kekeringanmeningkatFrekuensi kekeringanmeningkat

Gambar 2.2 Kemungkinan pergeseran curah hujan di Jawa dan Bali (Naylor et

al. 2007) 2.4. ENSO dan kaitannya dengan musim hujan dan kekeringan

Musim hujan di Indonesia dipengaruh oleh El Niño - Southern Oscillation

(ENSO) yang sangat kuat pengaruhnya pada bulan September-Desember

(Hamada et al. 2002). Pengaruh ENSO semakin berkurang selama bulan

Desember – Februari (Giannini et al. 2007) sehingga waktu masuknya musim

hujan dan kemarau dapat diramalkan dengan memperhatikan kekuatan pengaruh

Pola hujan sekarang

Pola hujan mendatang

Page 38: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

16

ENSO. Mengingat prediktabilitas variabilitas iklim musiman terkait dengan ENSO,

dapat digunakan untuk mengurangi resiko pertanian.

Haryanto (1998) menyatakan bahwa curah hujan DAS Citarum terkait erat

dengan fase SOI. Baik El-Nino maupun La-Nina hanya berkaitan erat dengan

anomali curah hujan pada musim kemarau, sedangkan dengan anomali curah

hujan musim penghujan keterkaitan fase SOI dengan curah hujan DAS Citarum

menjadi lemah. Bila pada musim kemarau terjadi El-Nino maka anomali terbesar

yang pernah terjadi pada curah hujan DAS Citarum adalah -84% atau rata-ratanya

-36%. Sedangkan bila terjadi La-Nina, anomali terbesar yang pernah terjadi adalah

+65% atau rata-ratanya +39%. Bila pada musim penghujan terjadi El-Nino, maka

anomali terbesar yang pernah terjadi pada curah hujan DAS Citarum adalah -31%

atau rata-ratanya -5%, sedangkan bila terjadi La-Nina anomali terbesar yang

pernah terjadi adalah +8% atau rata-ratanya +5%.

Falcon et al. (2006) melakukan pengamatan pengaruh ENSO terhadap

keragaman hujan di seluruh Provinsi di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa

keragaman curah hujan seluruh Provinsi di Pulau Jawa-Madura, dan Bali secara

signifikan dipengaruhi oleh fenomena ENSO. Lebih lanjut Battisti et al. (2007)

menganalisis korelasi ENSO terhadap curah hujan bulanan di Indonesia. Untuk

Pulau Jawa, keragaman curah hujannya pada bulan Januari-April tidak berkorelasi

dengan fenomena ENSO, curah hujan bulan Mei-Agustus berkorelasi dengan

ENSO sebesar 40-60%, sedangkan curah hujan pada bulan September-Desember

sangat berkorelasi (Nilai korelasi 80-100%).

Sejak tahun 1844, Indonesia telah mengalami kejadian kekeringan tidak

kurang dari 43 kali. Dari 43 kejadian tersebut, hanya 6 kali yang kejadiannya tidak

bersamaan kejadian fenomena ENSO (Boer dan Subbiah 2005). Hal ini

menunjukkan, bahwa keragaman hujan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh

fenomena ini. Pada saat fenomena El-Nino berlangsung, hujan pada sebagian

besar wilayah Indonesia umumnya di bawah normal. Pengamatan terhadap

tahun-tahun El-Nino yang terjadi dalam periode 1896 sampai 1987, diperoleh

bahwa untuk setiap 1oC peningkatan anomali suhu muka laut di daerah Nino 3

rata-rata curah hujan wilayah di Indonesia pada musim kering turun sekitar 60 mm.

Penurunan curah hujan wilayah dapat mencapai 80 mm dari normal apabila suhu

muka laut di Nino-3 naik sampai 1.8 oC di atas normal (Boer dan Subbiah 2005).

Page 39: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

17

Salah satu penyebab terjadinya kekeringan adalah musim hujan berakhir

lebih awal dari biasanya atau dari normalnya. Menurut Boer et al. (2009), pada

saat fenomena El-Nino berlangsung, pada banyak daerah musim hujan dapat

berakhir lebih cepat dari biasanya atau hujan mendadak hilang pada bulan-bulan

berikutnya, sehingga tanaman kedua terkena kekeringan. Masalah ini muncul

karena pada waktu musim tanam pertama berakhir, hujan biasanya masih banyak

dan petani biasanya akan melanjutkannya dengan penanaman kedua. Setelah

penanaman dilakukan, musim hujan berakhir lebih cepat sehingga tanaman

terkena kekeringan. Lebih lanjut Boer et al. (2009) menjelaskan bahwa dampak

dari kekeringan yang terjadi adalah kegagalan panen pada tanaman musim

kemarau. Gagal panen tidak hanya dapat terjadi pada lahan tadah hujan, tetapi

juga pada lahan beririgasi. Hal ini terjadi karena sumber air utama musim

kemarau adalah air irigasi, tetapi karena hujan turun di bawah normal, maka

jumlah air irigasi menjadi berkurang sehingga tidak cukup untuk bisa mengairi

semua pertanaman yang ada dan akhirnya menimbulkan masalah kekeringan.

2.5. Model Simulasi DSSAT

The decision support system for agrotechnology transfer (DSSAT) awalnya

dikembangkan oleh ilmuwan jaringan internasional, yang bekerja sama dalam

proyek Benchmark Sites Network for Agrotechnology Transfer (Jones et al. 2003),

untuk memfasilitasi penerapan model tanaman dalam pendekatan sistem

penelitian agronomi. Penyusunan awalnya didorong oleh kebutuhan untuk

mengintegrasikan pengetahuan tentang tanah, iklim, tanaman, dan manajemen

untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam mentransfer teknologi produksi

dari satu lokasi ke lokasi lain di mana tanah dan iklim berbeda (Jones et al. 2003).

DSSAT adalah kumpulan program-program independen yang beroperasi

bersama-sama. Database menggambarkan cuaca, tanah, kondisi percobaan dan

pengukuran, dan informasi genotipe untuk menerapkan model pada situasi yang

berbeda. Perangkat lunak membantu pengguna mempersiapkan database

tersebut dan membandingkan hasil simulasi dengan pengamatan untuk memberi

mereka keyakinan terhadap model atau untuk menentukan apakah modifikasi-

modifikasi diperlukan untuk meningkatkan akurasi (Jones et al. 2003). Selain itu,

program yang terdapat dalam DSSAT memungkinkan pengguna untuk

Page 40: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

18

mensimulasikan opsi untuk pengelolaan tanaman selama beberapa tahun untuk

menilai risiko yang terkait dengan opsi masing-masing.

DSSAT pertama kali dirilis (v2.1) pada tahun 1989; rilis tambahan dibuat

pada tahun 1994 (V3.0) (Tsuji et al. 1994 dalam Jones et al. 2003) Dan 1998

(v3.5) (Hoogenboom et al. 1999 dalam Jones et al. 2003). Dalam

perkembangannya DSSAT direvisi kembali dengan intinya adalah menyusun

cropping system model yang baru (DSSAT-CSM).

Tujuan dari DSSAT- CSM (Jones et al. 2003) adalah:

1. Untuk simulasi sistem produksi tanaman monokultur dengan

mempertimbangkan cuaca, genetika, tanah air, karbon tanah dan nitrogen, dan

manajemen dalam satu atau beberapa musim serta rotasi tanaman pada

setiap lokasi dimana input minimum disediakan.

2. menyediakan sebuah platform untuk menggabungkan modul faktor abiotik dan

biotik lainnya secara lebih mudah, seperti fosfor tanah dan penyakit tanaman.

3. untuk menyediakan platform yang memungkinkan seseorang untuk dengan

mudah membandingkan modul alternatif untuk komponen tertentu dalam

memfasilitasi perbaikan model, evolusi, dan dokumentasi, dan

4. untuk menyediakan kemudahan dalam memperkenalkan CSM ke aplikasi

tambahan program dalam suatu modul.

DSSAT-CSM memiliki driver program utama, sebuah unit modul lahan, dan

modul untuk komponen-komponen utama yang membentuk unit lahan dalam

sistem tanaman (Gambar 2.3). Modul Primer adalah cuaca, tanah, tanaman,

penghubung tanah-tanaman-atmosfer dan komponen-komponen pengelolaannya.

Secara keseluruhan, komponen ini menggambarkan perubahan-perubahan waktu

dalam tanah dan tanaman yang terjadi pada satu unit lahan sebagai respons

terhadap cuaca dan manajemen.

Untuk berjalannya model, DSSAT memerlukan data minimum, mencakup

data di wilayah mana model akan dioperasikan, pada cuaca harian selama siklus

pertumbuhan, karakteristik tanah pada awal siklus atau urutan tumbuh tanaman,

dan pada pengelolaan tanaman (misalnya tingkat pembibitan, aplikasi pupuk,

irigasi) (Jones et al. 2003 ; Thorp et al. 2008). Data cuaca yang diperlukan

mencakup data harian intensitas radiasi matahari total pada bagian atas kanopi

tanaman, suhu udara maksimum dan minimum di atas tanaman, dan curah hujan.

Namun, diakui bahwa semua data cuaca yang diperlukan untuk wilayah tertentu

Page 41: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

19

dan periode waktu tertentu sering tidak tersedia. Dalam kasus tersebut, untuk

memenuhi data minimum diupayakan dengan menghitung nilai pengganti atau

menggunakan data dari site di dekatnya. Untuk menghitung nilai pengganti,

statistik iklim di site tertentu adalah penting dan sangat mungkin diperlukan (Jones

et al. 2003).

Gambar 2.3 Sekilas komponen dan struktur modular dari DSSAT-CSM

Model tanaman DSSAT telah banyak digunakan selama 15 tahun terakhir

oleh banyak peneliti pada aplikasi yang berbeda. Banyak dari aplikasi ini telah

dilakukan untuk mempelajari manajemen pilihan pada lokasi penelitian, termasuk

pupuk, irigasi, hama, dan pertanian spesifik lokasi. Aplikasi ini telah dilakukan oleh

peneliti pertanian dari berbagai disiplin ilmu, sering bekerja dalam tim untuk

mengintegrasikan sistem analisis tanaman dengan menggunakan model bidang

penelitian agronomi dan informasi sosial ekonomi untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang kompleks tentang produksi, ekonomi, dan lingkungan.

Sebuah aspek penting dari banyak studi ini adalah pertimbangan bahwa

cuaca mempengaruhi kinerja tanaman, berinteraksi dengan cara yang rumit

dengan tanah dan tanaman. Peneliti telah menerapkan model-model untuk

mempelajari ketidakpastian produksi tanaman terkait dengan variabilitas cuaca

dan risiko ekonomi terkait dengan variabilitas iklim (Jones et al. 2003).

Page 42: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

20

Pada DSSAT versi 4.0, tersedia EasyGrapher (Yang dan Huffman 2004)

yaitu tampilan grafis dan program validasi statistik yang dirancang untuk model

DSSAT. EasyGrapher dapat mempercepat validasi DSSAT output, yang biasanya

membutuhkan waktu dan usaha untuk mengekspor output data ke dalam paket

statistik eksternal. Hal ini memungkinkan pengguna untuk membuat grafik validasi,

menampilkan simulasi data terhadap kebenaran data tanah dan menghitung

statistik validasi seperti root mean square error, mean error, efisiensi peramalan

dan t-tes berpasangan.

Selanjutnya Thorp et al. (2008) memperkenalkan sebuah prototipe sistem

pendukung keputusan (DSS) yang disebut Apollo yang dikembangkan untuk

membantu peneliti dalam menggunakan DSSAT model pertumbuhan tanaman

untuk menganalisis set data pertanian secara presisi. Karena model DSSAT ditulis

untuk mensimulasikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam unit

tanah homogen, Apollo DSS memiliki fungsi khusus untuk menjalankan model

DSSAT untuk mensimulasikan dan menganalisis variabel dan pengelolaan tanah

secara spasial. DSS memiliki modul yang memungkinkan pengguna untuk

membangun file input untuk model simulasi spasial di zona standar manajemen,

mengkalibrasi model untuk mensimulasikan hasil variabilitas spasial secara

history, validasi model untuk musim tidak digunakan untuk kalibrasi, dan

memperkirakan respon tanaman dan dampak lingkungan dari nitrogen, populasi

tanaman, kultivar, dan dosis irigasi.

2.6. Sistem Inferensi Fuzzy (Fuzzy Inference System)

Logika fuzzy merupakan salah satu komponen pembentuk soft computing.

Pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lofti A. Zadeh pada tahun 1965. Dasar

logika fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Pada teori himpunan fuzzy, peranan

derajat keanggotaan sebagai penentu keberadaan elemen dalam suatu himpunan

sangatlah penting. Nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan atau membership

function menjadi ciri utama dari penalaran logika fuzzy tersebut (Kusumadewi dan

Purnomo 2010). Dalam banyak hal, logika fuzzy digunakan sebagai suatu cara

untuk memetakan permasalahan dari input menuju output yang diharapkan.

Logika fuzzy dapat dianggap sebagai kotak hitam yang menghubungkan antara

ruang input menuju ke ruang output.

Page 43: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

21

Beberapa keunggulan logika fuzzy (Kusumadewi dan Purnomo 2010),

diantaranya adalah :

1. Konsep logika fuzzy yang menggunakan dasar teori himpunan, mudah

dimengerti.

2. Sangat fleksibel, artinya mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan

dan ketidakpastian yang menyertai permasalahan.

3. Memiliki toleransi terhadap data yang tidak tepat, sehingga jika ada data yang

tidak homogen, logika fuzzy memiliki kemampuan untuk menangani data

tersebut.

4. Mampu memodelkan fungsi-fungsi nonlinear yang sangat kompleks.

5. Dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman para

pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan.

6. Dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara konvensional.

7. Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami, sehingga mudah dimengerti.

Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan hanya ada dua

kemungkinan, yaitu 0 atau 1. Pada himpunan fuzzy, nilai keanggotaan terletak

pada rentang 0 sampai 1. Terkadang kemiripan antara keanggotaan fuzzy dengan

probabilitas menimbulkan kerancuan, karena keduanya memiliki nilai interval [0,1],

namun interpretasi nilainya sangat berbeda, antara fuzzy dan probablitas.

Keanggotaan fuzzy memberikan suatu ukuran terhadap pendapat atau keputusan,

sedangkan probabilitas mengindikasikan proporsi terhadap keseringan suatu hasil

bernilai benar dalam jangka panjang (Kusumadewi dan Purnomo 2010).

Ada tiga operator dasar untuk mengkombinasi dan memodifikasi himpunan

fuzzy, yang diciptakan Zadeh, yaitu operator AND, OR dan NOT (Kusumadewi dan

Purnomo 2010). Tiap-tiap aturan (proposisi) pada basis pengetahuan fuzzy akan

berhubungan dengan suatu relasi fuzzy. Bentuk umum dari aturan yang

digunakan dalam fungsi implikasi adalah :

IF x is A THEN y is B

Dengan x dan y adalah skalar, dan A dan B adalah himpunan fuzzy. Proposisi

yang mengikuti IF disebut sebagai anteseden, sedangkan proposisi yang

mengikuti THEN disebut sebagai konsekuen.

Sistem Inferensi Fuzzy (Fuzzy Inference System atau FIS) merupakan

suatu kerangka komputasi yang didasarkan pada teori himpunan fuzzy, aturan

fuzzy berbentuk IF-THEN, dan penalaran fuzzy (Kusumadewi dan Hartati 2010).

Page 44: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

22

Sistem inferensi fuzzy menerima input crisp. Input ini kemudian dikirim ke basis

pengetahuan yang berisi n aturan fuzzy dalam bentuk IF-THEN. Fire strength

akan dicari pada setiap aturan. Apabila jumlah aturan lebih dari satu, maka akan

dilakukan agregasi dari semua aturan. Selanjutnya, pada hasil agregasi akan

dilakukan defuzzy untuk mendapatkan nilai crisp sebagai output system (Gambar

2.4).

Aturan-1

fuzzy

crips

Aturan-n fuzzy

fuzzy

crisp Gambar 2.4 Diagram blok Sistem Inferensi Fuzzy (Kusumadewi dan Hartati

2010) Ada beberapa metode Fuzzy Inference System (FIS) (Kusumadewi dan

Purnomo 2010), yaitu :

1. Metode Tsukamoto

Metode Tsukamoto merupakan perluasan dari penalaran monoton, pada

metode ini, setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk IF-THEN harus

direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi

INPUT

IF-THEN

IF-THEN

AGREGASI

DEFUZZY

OUTPUT

Page 45: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

23

keanggotaan yang monoton. Sebagai hasilnya, output hasil inferensi dari

tiap-tiap aturan diberikan secara tegas (crisp) berdasarkan α-predikat (fire

strength). Hasil akhirnya diperoleh dengan menggunakan rata-rata

terbobot.

2. Metode Mamdani

Metode Mamdani dikenal sebagai metode max-min yang diperkenalkan

oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975.

Untuk mendapatkan output pada metode Mamdani, diperlukan 4 tahapan,

yaitu:

a. Pembentukan himpunan fuzzy

Pada Metode Mamdani, baik variabel input maupun variabel output

dibagi menjadi satu atau lebih himpunan fuzzy.

b. Aplikasi fungsi implikasi

Pada metode Mamdani, fungsi implikasi yang digunakan adalah Min.

c. Komposisi aturan

Ada 3 metode komposisi aturan yang digunakan dalam melakukan

inferensi sistem fuzzy, yaitu: max, additive dan probabilistik OR

(probor). Pada Metode Max, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan

cara mengambil nilai maksimum aturan, kemudian menggunakannya

untuk memodifikasi daerah fuzzy, dan mengaplikasikannya ke output

dengan menggunakan operator OR (union). Jika semua proposisi telah

dievaluasi, maka output akan berisi suatu himpunan fuzzy yang

merefleksikan kontribusi dari tiap-tiap preposisi. Pada metode Additive

(sum), solusi himpunan fuzzy diperoleh denagn cara melakukan

bounded-sum terhadap semua output daerah fuzzy. Sedangkan

metode probabilistik OR (probor), solusi himpunan fuzzy diperoleh

dengan cara melakukan product terhadap semua output daerah fuzzy.

d. Penegasan (defuzzy)

Input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang

diperoleh dari komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang

dihasilkan merupakan suatu bilangan pada domain himpunan fuzzy

tersebut. Sehingga jika diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range

tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai crisp tertentu sebagai

output.

Page 46: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

24

3. Metode Sugeno

Penalaran menggunakan metode Sugeno hampir sama dengan penalaran

pada metode Mamdani, hanya saja output system tidak berupa himpunan

fuzzy, melainkan berupa konstanta atau persamaan linear. Metode ini

diperkenalkan tahun 1985 oleh Takagi-Sugeno Kang, sehingga metode ini

sering juga dinamakan dengan metode TSK (Kusumadewi dan Purnomo

2010)

2.7. Bayesian dan Decision Network Dalam dekade terakhir, Bayesian Network semakin banyak diterapkan

dalam berbagai bidang ilmu. Barton et al. (2008) melaporkan bahwa Bayesian

Network juga diterapkan di bawah ketidakpastian pengelolaan lingkungan dan juga

untuk pengelolaan air terpadu.

Bayesian Network terdiri dari struktur grafis dan deskripsi hubungan

probabilistik antara variabel dalam sistem (Borsuk et al. 2004). Oleh karena itu,

maka pada Bayesian Network, peluang dari suatu peubah tertentu dapat diketahui

kalau diketahui nilai peubah lain. Lebih jauh Borsuk et al. (2004) menyatakan

bahwa struktur grafis secara eksplisit merupakan asumsi sebab akibat yang

memungkinkan suatu rantai sebab akibat terhubung secara kompleks yang

memungkinkan adanya hubungan bersyarat. Setiap hubungan ini kemudian dapat

secara independen diukur menggunakan sub model yang sesuai untuk jenis dan

skala informasi yang tersedia. Pendekatan ini sangat berguna untuk pemodelan

ekologis karena pola diprediksi dapat muncul pada berbagai skala, sehingga

dibutuhkan bermacam-macam bentuk model.

Sedangkan pada Decision Network, kita dapat mengetahui bagaimana

kaitan dari tiga hal, yaitu keputusan yang diambil, resiko yang terjadi, serta

ketidakpastian dari peubah-peubah dalam Bayesian Network. Decision Network

(DN) atau sering disebut juga sebagai Influenced Network merupakan

pengembangan dari Bayesian Network (BN).

Ada tiga hal yang merupakan hal penting dalam suatu Bayesian Network

yaitu :

• Himpunan node (setiap peubah diwakili satu node)

• Link antar dua node (merepresentasikan keterkaitan sebab-akibat dari node

sumber ke node terminal)

Page 47: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

25

• Tabel peluang bersyarat pada stiap node dengan syarat parent dari node

tersebut.

Pada Decision Network, kita dapat mengetahui bagaimana kaitan dari tiga

hal, yaitu keputusan yang diambil, resiko yang terjadi, serta ketidakpastian dari

peubah-peubah dalam Bayesian Network. Decision Network merupakan hasil

integrasi antara Bayesian Network dengan keputusan yang diambil dan fungsi

utility (fungsi keuntungan/risiko).

Decision Network (DN) terdiri dari tiga jenis node, yaitu :

a. Chance node : node yang merepresentasikan peubah-peubah dalam

BN. Node ini dilambangkan dengan simbol

b. Decision node : node yang merepresentasikan peubah keputusan,

sehingga nilai dari node ini adalah semua kemungkinan keputusan

yang bisa diambil. Decision node dilambangkan dengan :

c. Utility node : node yang merepresentasikan nilai resiko yang mungkin

terjadi. Oleh karena itu, nilai dari node ini adalah semua kemungkinan

resiko yang bisa terjadi akibat dari keputusan yang diambil dan

ketakpastian yang ada pada BN. Utility node dilambangkan dengan :

2.8. Kalender Tanam Sebuah studi mengenai kalender tanam dilakukan di Malaysia oleh Lee et

al. (2005). Studi ini membahas cara-cara dan sarana untuk mengatasi masalah

kelangkaan air dengan menetapkan kalender untuk jadwal tanam dengan

mempertimbangkan curah hujan, sungai yang tersedia dan kebutuhan air irigasi di

aliran sebagai acuan. Sebuah pendekatan neraca air dengan menggunakan data

cuaca dan curah hujan selama 48 tahun digunakan dalam penelitian ini.

Chance node :

Decision node :

Utility node :

Page 48: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

26

Pola tanam existing adalah padi-padi (Gambar 2.5). Kalender tanam

dicirikan oleh dua musim: main season dan off season. Dalam jadwal kalender ini,

off season berlangsung dari Mei sampai Oktober sedangkan main season dari

November sampai April. Pada off season, kalender tanam existing menghadapi

kelangkaan air. Varietas yang ditanam merupakan varietas dengan produksi tinggi

dan pematangan cepat, dengan durasi pertumbuhan 120-125 hari. Jadwal tanam

secara tradisional mengikuti pola curah hujan di Malaysia (Hill, 1977 dalam Lee et

al. 2005).

Gambar 2.5 Kalender tanam existing (Lee et al. 2005)

Jadwal penanaman tanaman yang telah disesuaikan untuk menghasilkan

manfaat maksimal dari aliran sungai maupun dari distribusi curah hujan

ditunjukkan pada Gambar 2.6. Jadwal tanam yang diusulkan memperhitungkan

fitur penting sebagai berikut: (1) periode persiapan lahan bertepatan dengan

curah hujan, (2) target panen dari tanaman dalam periode kering; dan (3)

menghindari penanaman pada bulan November / Desember dimana intensitas

angin musim timur laut pada puncaknya. Dengan demikian, tanaman main-season

kemudian harus dijadwalkan antara bulan September dan Februari, sedangkan

Page 49: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

27

panen off season ditetapkan antara bulan Maret dan Agustus. Jadwal tanam telah

diatur sebagai berikut; tanaman main-season dimulai sebelum dimulainya musim

timur laut, dan berakhir dengan panen pada bulan Februari, saat kering. Untuk

tanaman off season, ditargetkan untuk panen pada bulan Agustus, menghindari

datangnya monsun timur laut pada bulan September. Kalender tanam yang

diusulkan dapat mengurangi kebutuhan air irigasi sebesar 30% dan 19% masing-

masing pada saat main-season dan off season, sehingga jadwal tanam menjadi

lebih baik (Lee et al. 2005).

Gambar 2.6 Kalender tanam usulan (Lee et al. 2005)

Page 50: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

28

Gambar 2.7 Peta kalender tanam level kabupaten untuk skenario tahun basah

Pulau Jawa (Las et al. 2007a)

Penyusunan mengenai kalender tanam telah dilakukan mulai TA 2007

(Pulau Jawa), tahun 2008 (Pulau Sumatera) di Departemen Pertanian melalui

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dan telah menyusun Peta

Kalender Tanam Pulau Jawa dan Sumatera berbasis kabupaten dengan skala

1:1.000.000 (Gambar 2.7) dan berbasis kecamatan dengan skala 1:250.000

(Gambar 2.8). Peta ini menggambarkan waktu tanam dan pola tanam tanaman

semusim, terutama padi, berdasarkan potensi dan dinamika sumber daya iklim

dan air (Las et al. 2007a dan Las et al. 2007b). Sedangkan pada tahun 2009,

sudah disusun Peta Kalender Tanam Tanaman Pangan Pulau Kalimantan dan

Pulau Sulawesi 1:1.000.000 dan Atlas Kalender Tanam Tanaman Pangan Pulau

Kalimantan dan Pulau Sulawesi 1:250.000 (Runtunuwu et al. 2009).

Peta kalender tanam tersebut disusun berdasarkan kondisi periode tanam

yang dilakukan oleh petani saat ini, dan berdasarkan tiga kejadian iklim yaitu tahun

basah (TB), tahun normal (TN), dan tahun kering (TK). Dengan demikian kalender

dan pola tanam yang akan diterapkan dapat disesuaikan dengan masing-masing

kondisi iklim tersebut. Peta kalender tanam dalam atlas ini disusun sesederhana

mungkin agar mudah dipahami oleh para penyuluh, petugas dinas pertanian,

kelompok tani dan petani dalam mengatur kalender tanam dan pola tanam, sesuai

dengan dinamika iklim. Atlas ini juga memiliki keunggulan, yaitu dinamis, karena

Page 51: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

29

disusun berdasarkan beberapa kondisi iklim, operasional pada skala kecamatan,

spesifik lokasi, karena mempertimbangkan kondisi sumberdaya iklim dan air

setempat, mudah diperbaharui), dan mudah dipahami oleh pengguna karena

disusun secara spasial dan tabular dengan uraian yang jelas.

Gambar 2.8 Peta Kalender Tanam level kabupaten untuk tahun basah di Pulau

Jawa (Las et al. 2007a).

Kalimantan Barat

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

J F M A M J J A S O N D

Bulan

Luas

Tan

am (h

a)

2007 TN2006 TN2005 TK2004 TB2003 TN2002 TN2001 TK2000 TN

Kalimantan Timur

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

J F M A M J J A S O N D

Bulan

Luas

Tan

am (h

a)

2007 TN2006 TN2005 TK2004 TB2003 TN2002 TN2001 TK2000 TN

Kalimantan Tengah

0

10000

20000

30000

40000

50000

J F M A M J J A S O N D

Bulan

Luas

Tan

am (h

a)

2007 TN2006 TN2005 TK2004 TB2003 TN2002 TN2001 TK2000 TN

Kalimantan Selatan

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

J F M A M J J A S O N D

Bulan

Luas

Tan

am (h

a)

2007 TN2006 TN2005 TK2004 TB2003 TN2002 TN2001 TK2000 TN

Kalimantan Barat

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

J F M A M J J A S O N D

Bulan

Luas

Tan

am (h

a)

2007 TN2006 TN2005 TK2004 TB2003 TN2002 TN2001 TK2000 TN

Kalimantan Timur

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

J F M A M J J A S O N D

Bulan

Luas

Tan

am (h

a)

2007 TN2006 TN2005 TK2004 TB2003 TN2002 TN2001 TK2000 TN

Kalimantan Tengah

0

10000

20000

30000

40000

50000

J F M A M J J A S O N D

Bulan

Luas

Tan

am (h

a)

2007 TN2006 TN2005 TK2004 TB2003 TN2002 TN2001 TK2000 TN

Kalimantan Selatan

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

J F M A M J J A S O N D

Bulan

Luas

Tan

am (h

a)

2007 TN2006 TN2005 TK2004 TB2003 TN2002 TN2001 TK2000 TN

Gambar 2.9 Distribusi kalender tanam rata-rata propinsi Kalimantan: (a)

Kalimantan Barat, (b) Kalimantan Tengah, (c) Kalimantan Timur, dan (d) Kalimantan Selatan (Runtunuwu et al. 2009).

Page 52: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

30

Jika diperhatikan kalender tanam per propinsi pada Gambar 2.10, waktu

tanam di Kalimantan Barat relatif seragam antar tahun. Tidak terlihat perubahan

luas tanam yang signifikan pada tahun normal, tahun basah dan tahun kering.

Selain itu juga luas penanaman pada MT2 sangat kecil dibanding dengan luas

taman pada waktu MT1.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan kalender tanam Departemen Pertanian

juga mulai melakukan sosialisasi kalender tanam. Pada tahun 2007 selain telah

dihasilkan Atlas Kalender Tanam Tanaman Pangan Pulau Jawa yang berisikan

saran informasi tanggal tanam untuk setiap kecamatan di Pulau Jawa dengan

output yang dihasilkan, selain Atlas juga Buku, CD dan WEB. Kegiatan ini

dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

pertanian d seluruh Pulau Jawa. Pada bulan Desember 2007, kegiatan sosialisasi

telah dlakukan oleh Litbang Pertanian melalui Balai Besar Sumberdaya Lahan

Pertanian (BBSDLP) yang diikuti oleh Dinas Pertanian di Pulau Jawa. Pada tahun

2008, Litbang Pertanian bekerjasama dengan Direktorat Pengelolaan Lahan dan

Air juga melakukan kegiatan sosialisasi Kalender Tanam di seluruh Indonesia

secara bertahap (Runtunuwu et al. 2009).

Materi utama yang disampaikan pada setiap kegiatan sosialisasi ada tiga

hal, yaitu (1) Kalender Tanam Untuk Menghadapi Dampak Perubahan Iklim pada

Sektor Pertanian, (2) Dasar Penyusunan Kalender Tanam, dan (3) Cara membaca

Atlas dan Buku Kalender Tanam.

Sejak tahun 2010 dirintis pengembangan model kalender tanam dinamik,

yang mengakomodasi sifat dinamik perubahan variabel lain penentu sifat iklim,

seperti fase SOI dan SST. Model kalender tanam dinamik diharapkan dapat

mudah digunakan oleh pengambil kebijakan sebagai alat bantu pengambil

keputusan untuk menyusun strategi pertanaman pada musim tanam tertentu yang

menyesuaikan dengan kondisi iklim. Pengembangan alat bantu pengambilan

keputusan tersebut diharapkan juga dapat membantu otoritas lokal untuk

mengevaluasi dan menilai tingkat risiko pengambilan keputusan tertentu pada

musim tertentu berdasarkan prakiraan iklim yang diberikan, sehingga dapat

meminimalkan risiko iklim tetapi di sisi lain dapat meningkatkan keuntungan

ekonomi. Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan di proyek I-MHERE IPB 2-C (Boer

et al. 2010), dan pada saat yang sama risetnya dikembangkan lebih jauh lagi

Page 53: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

31

dengan kegiatan KKP3T dengan menggunakan metode yang lebih diperluas

cakupannya (Buono et al. 2010).

Salah satu pendekatan model kalender tanam dinamik adalah jejaring

pengambilan keputusan (Decision Network). Dalam Decision Network (DN),

keputusan pemilihan pola ditetapkan berdasarkan informasi iklim dan informasi

lainnya yang diperoleh sebelum keputusan dibuat (Buono et al. 2010). Informasi

dimaksud diantaranya anomali SST yang dapat digunakan sebagai indikator

tentang kemungkinan perubahan awal masuk musim hujan, prakiraan panjang

musim hujan atau sifat hujan pada musim tanam. Hal itu sejalan dengan pendapat

Lo et al. (2007) dan Robertson et al. (2009) yang menyatakan bahwa awal musim

serta kekuatan dan durasi dari musim hujan merupakan karakteristik kunci dari

keragaman hujan dan berkaitan dengan kuat pada keragaman pola ENSO.

Gambar 2.10 Tampilan untuk masuk ke aplikasi web Kalender Tanam Terpadu

Gambar 2.11 Tampilan peta tematik kekeringan skala nasional pada Kalender Tanam Terpadu

Page 54: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

32

Pada akhir tahun 2011, Badan Litbang Pertanian yang dimotori oleh Balai

Besar Sumberdaya Lahan Pertanian meluncurkan ”Soft Launching Kalender

Tanam Terpadu”. Pada kalender tanam terpadu sudah menggabungkan

teknologi-teknologi yang mendukung untuk tercapainya produksi yang optimal,

diantaranya varietas, pemupukan, metodologi identifikasi bencana banjir,

kekeringan dan OPT serta menggunakan prediksi musim. Kalender tanam tepadu

ditunjang dengan basisdata yang terorganisir dengan baik. Kalender tanam

terpadu dapat diakses pengguna dan bersifat user friendly. Pengguna dapat

mengakses dan juga menambahkan data pada feature yang sudah disediakan,

sesuai lokasi yang ingin diketahui. Akses tersedia di situs Badan litbang

Pertanian, http://www.litbang.deptan.go.id/, klik Kalender Tanam Terpadu.

Contoh tampilan dari Kalender Tanam Terpadu disajikan pada Gambar 2.10 dan

2.11.

Page 55: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

33

III. EVALUASI DAMPAK KERAGAMAN IKLIM TERHADAP KERAGAMAN HASIL TANAMAN PADA BERBAGAI

TEKNOLOGI BUDIDAYA 3.1. Pendahuluan

Keragaman iklim terutama curah hujan sangat besar variasinya, sesuai

dengan ruang dan waktu. Ada beberapa hal yang menyebabkan keragaman iklim

di Indonesia, seperti letak Indonesia yang berada di antara dua samudera (Pasifik

dan Hindia), posisinya diantara pulau-pulau, kondisi kontur dan pegunungan yang

mempengaruhi kondisi lokal, dipengaruhi oleh dua sirkulasi besar dunia yaitu

sirkulasi zonal (Walker) dan meridional (Hadley), pengaruh angin monsoon,

Indonesia juga dilalui garis khatulistiwa yang menyebabkan variasinya hujannya

semakin tinggi.

Faktor-faktor di atas mempengaruhi kondisi curah hujan di Indonesia,

meskipun besar pengaruhnya bervariasi antara satu dengan yang lain, tergantung

pada ruang dan waktu. Variasi iklim yang cukup besar pengaruhnya adalah

kondisi perubahan suhu muka laut di Samudera Pasifik yang menyebabkan

terjadinya banjir dan kekeringan di Indonesia.

Naylor et al. (2007) memproyeksikan bahwa wilayah-wilayah sebelah

selatan garis ekuator seperti Sumatera, Jawa, Bali dan sebagian wilayah Timur

Indonesia akan mengalami keterlambatan awal musim hujan dengan periode

musim hujan yang lebih singkat dan intensitas hujan yang lebih tinggi. Pada musim

kemarau, curah hujan lebih rendah dengan awal musim yang lebih cepat.

Perubahan pola curah hujan tersebut akan meningkatkan frekuensi banjir dan

kekeringan. Mundurnya awal musim hujan 1 bulan akan berdampak pada

penurunan produksi padi di Jawa/Bali antara 7-18% (Naylor et al. 2007).

Selain curah hujan keragaman iklim dapat juga diakibatkan karena kondisi

lain. Penelitian terbaru KP3I (Boer et al. 2008) menggambarkan bahwa

peningkatan suhu akibat naiknya konsentrasi CO2 akan menurunkan rata-rata

hasil tanaman dan secara langsung juga akan menurunkan tingkat produksi.

Dengan menggunakan asumsi bahwa tidak ada konversi sawah dan indeks

penanaman tidak mengalami peningkatan (Skenario 1), diperkirakan pada tahun

2025 produksi padi pada tingkat kabupaten akan mengalami penurunan antara

12.500 ton hingga 72.500 ton. Dengan menggunakan asumsi laju konversi lahan

Page 56: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

34

sawah 0.77% per tahun dan tidak ada perubahan indeks penanaman (Skenario 2),

maka penurunan produksi padi per kabupaten pada tahun 2025 dibanding

produksi saat ini berkisar antara 42.500 ton sampai 162.500 ton. Apabila

diasumsikan tidak terjadi konversi sawah di Jawa (Skenario 3), pengaruh negatif

dari kenaikan suhu terhadap produksi padi dapat dihilangkan dengan

meningkatkan indeks penanaman padi. Dengan asumsi indeks penanaman padi

dapat ditingkatkan mengikuti skenario 3, tingkat produksi padi tahun 2025 di

sebagian besar Kabupaten di Jawa dapat dipertahankan atau bahkan meningkat

dibanding tingkat produksi saat ini kecuali di beberapa kabupaten seperti

Tulungagung, Kediri, Purworedjo, Wonosobo, Magelang, Sleman, Klaten dan

Sukohardjo. Selanjutnya apabila konversi sawah tetap terjadi dengan laju 0.77%

per tahun, peningkatan indeks penanaman (Skenario 4) dalam mengurangi

dampak negatif kenaikan suhu pada tahun 2025 tidak lagi efektif terutama di

kabupaten-kabupaten di Jawa Tengah. Upaya peningkatan IP dapat

mempertahankan atau meningkatkan tingkat produksi tahun 2025 dari tingkat

produksi saat ini pada sebagian kabupaten-kabupaten di Jawa Barat dan Jawa

Timur.

Kejadian kekeringan di Indonesia pada umumnya berkaitan dengan

fenomena El-Nino. Namun demikian, apabila dikaitkan dengan produksi,

berlangsungnya El-Nino tidak selalu menyebabkan terjadinya penurunan produksi

yang mencolok. Misalnya produksi beras tidak mengalami penurunan yang

drastis akibat kejadian tersebut kecuali tahun 1991, 1994 dan 1997. Ada

beberapa faktor yang diperkirakan menyebabkan terjadinya kondisi tersebut yaitu

(Boer dan Meinke 2002; Malingreau 1987; Bottema 1997): (a) Perhitungan

produksi didasarkan pada tahun kalender, sementara kejadian iklim ekstrim (El-

Nino) tidak mengikuti tahun kalendar, (b) Pengaruh El-Nino kuat hanya pada

beberapa daerah pusat produksi saja. (c) Adanya perubahan keputusan petani,

misalnya dari menanam padi menjadi menanam kedelai akibat kurangnya

ketersediaan air pada waktu kejadian El-Nino (d) Terjadinya peningkatan hasil per

satuan luas pada lahan beririgasi pada tahun El-Nino karena adanya peningkatan

intensitas penurunan produksi juga terjadi setelah tahun El-Nino akibat

menurunnya jumlah input (pupuk, pestisida dll) yang diberikan oleh petani sebagai

akibat dari menurunnya daya beli.

Page 57: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

35

Penurunan dampak negatif keragaman iklim, dilakukan melalui langkah-

langkah berupa teknologi antisipasi yang dapat dilakukan. Dalam Sektoral Road

Map yang sudah dikeluarkan pemerintah, dibahas mengenai teknologi-teknologi

yang dapat diaplikasikan. Di samping itu, teknologi antisipasi dapat digali dari

kebiasaan petani setempat yang merupakan indigenous knowledge. Di daerah

tertentu, petani mempunyai langkah-langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk

meminimalkan risiko kehilangan hasil panen, yang sifatnya sudah menjadi

kebiasaan setempat. Di Indramayu Provinsi Jawa Barat dikenal beberapa

teknologi sederhana sebagai teknologi antisipasi, salah satunya adalah sistem

culik. Sistem culik adalah suatu teknologi untuk percepatan tanam pada musim

kemarau, sehingga kemunduran waktu tanam apabila awal musim hujan mundur,

tidak berpengaruh terhadap penanaman musim kemarau. Sisitem ini terkenal

dengan memanen sebagian kecil lahan lebih cepat, supaya dapat dilakukan

pembibitan, dan begitu panen musim hujan, tidak begitu lama untuk transplanting

tanaman musim kemarau, supaya tanaman pada musim kemarau tidak mengalami

kekeringan, sehingga kegagalan panen dapat ditekan.

Evaluasi teknologi adaptasi mengamati teknologi apa yang dilakukan

petani, bagaimana variasi sarana produksi yang digunakan petani, misalnya

bagaimana pupuknya, berapa takaran yang digunakan, varietas apa yang

digunakan, bagaimana sistem irigasinya. Salah satu hal yang dilakukan petani

untuk mempercepat panen diantaranya adalah dengan menggunakan varietas

genjah. Meskipun pada dasarnya, hal tersebut sesuai dengan kebiasaan petani

setempat. Sedangkan teknologi dari sisi irigasi biasanya yang dilakukan petani

adalah dengan membuat sumur bor, sehingga mempunyai cukup persediaan air

untuk waktu tanam tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi dampak keragaman iklim

terhadap keragaman produksi tanaman terutama padi yang dapat meminimumkan

dampak negatif keragaman iklim. Dengan menggunakan data-data yang

kemudian disimulasikan dalam DSSAT, akan diperoleh keragaman hasil (yield)

tanaman berdasarkan skenario atau alternatif teknologi budidaya yang bervariasi.

Teknologi budidaya yang menjadi input merupakan teknologi budidaya existing

dan skenario.

Page 58: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

36

3.2. Metodologi

3.2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Pacitan. Kabupaten Pacitan merupakan

salah satu kabupaten yang cukup kering di Provinsi Jawa Timur. Menurut Wahab

et al. (2007) bahwa pada pada Musim Tanam 2002/2003, terjadi musim kemarau

panjang yang menyebabkan kekeringan dan puso dan terjadi kehilangan hasil

produksi padi sekitar 67.56%.

3.2.2. Bahan, Alat dan Perangkat Lunak Bahan yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini, yaitu:

1. Data hujan harian pada beberapa stasiun di Kabupaten Pacitan

2. Data suhu harian dan bulanan dan data suhu maksimum dan minimum

harian

3. Data intensitas radiasi

4. Naskah Roadmap Sektor Pertanian 2010-2014

5. Data sawah Kabupaten Pacitan

6. Data produksi dan produktivitas padi

7. Data luas tanam dan panen

8. Data fisik dan kimia tanah

9. Data penggunaan pupuk existing

10. Data irigasi

11. Data varietas existing

12. Data pola tanam existing

13. Data tanah, meliputi fisik dan kimia tanah

3.2.3. Metodologi Penelitian 3.2.3.1. Survai Teknologi Budidaya untuk mengetahui karakteristik sistem

usaha tani padi di Pacitan

Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data Primer diperoleh melalui teknik wawancara (survai) dan dipandu

dengan kuisioner. Survai sistem usaha tani dimaksudkan untuk memahami model

pola tanam, varietas yang digunakan, pemupukan, irigasi dan kejadian kekeringan

yang dihadapi oleh petani di lokasi penelitian. Survai dilakukan di beberapa desa

Page 59: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

37

terpilih yang didasarkan kepada kerentanannya terhadap kondisi kekeringan,

namun demikian didominasi oleh sistem usaha tani berbasis padi. Pengambilan

responden dilakukan dengan teknik stratified random sampling. Stratifikasi sampel

berdasarkan golongan sistem pengairan yaitu irigasi teknis, setengah teknis dan

non-teknis (tadah hujan).

Survai dilaksanakan di Kecamatan Pringkuku, yang meliputi dua desa,

yaitu Desa Pringkuku dan Desa Candi. Desa Pringkuku mewakili wilayah

penelitian yang respondennya bervariasi. Ada petani yang menggunakan cara

irigasi penuh, semi serta tadah hujan. Luas lahan kering di lokasi ini sangatlah

besar persentasenya dari luas tanam tanaman pangan keseluruhan. Desa Candi

mewakili lokasi yang menggunakan irigasi penuh.

Informasi yang dikumpulkan melalui survai meliputi:

- Sumberdaya Pertanian. Bentuk informasi ini antara lain meliputi status

kepemilikan lahan, jadwal pergiliran tanaman per tahun (pola tanam), produksi,

sumber air di musim kemarau dan musim hujan, varietas, penggunaan pupuk

dan informasi penunjang lainnya.

- Masalah Iklim. Kejadian bencana iklim yang diidentifikasi adalah kekeringan.

Informasi yang diperlukan antara lain frekuensi dan distribusi waktu kejadian.

Data sekunder diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Pacitan,

Dinas Binamarga dan BMKG daerah. Data yang dikumpulkan meliputi; data

penggunaan lahan, varietas, kebiasaan budidaya petani, status irigasi lahan

pertanian, luas tanam dan panen, data iklim terutama curah hujan harian dan

bulanan, data kondisi pola tanam di sentra produksi tanaman pangan, data harga

komoditas pertanian, bencana iklim (banjir, kekeringan, angin kencang).

Pengumpulan data kondisi pola tanam di sentra produksi tanaman pangan serta

data iklim dari instansi terkait untuk mengetahui potensi curah hujan dalam kondisi

iklim normal, basah, dan kering. Pola tanam mencakup waktu tanam, intensitas

tanam, dan rotasi tanaman yang biasa dilakukan petani selama satu tahun di

masing-masing wilayah (desa). Selain itu, untuk mengetahui perubahan kondisi

ENSO, dikumpulkan data ENSO.

Hasil survai kemudian ditabulasi sesuai kebutuhan untuk pengolahan data.

Sebagian satuan data yang tidak sama dilakukan konversi. Pengolahan data

umumnya ditujukan untuk melihat persentase responden terhadap kondisi atau

permasalahan tertentu. Selanjutnya persentase responden ini digunakan sebagai

Page 60: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

38

acuan pengambilan kesimpulan untuk permasalahan tertentu, terutama ditujukan

untuk melengkapi mengenai informasi karakteristik usaha tani padi di Pacitan.

3.2.3.2. Analisis karakteristik ENSO dan hubungannya dengan sifat hujan

Analisis ini didasarkan kepada karakteristik ENSO pada tahun-tahun El-

Nino, Normal dan La-Nina yang dihubungkan dengan sifat curah hujan jangka

panjang. Karakteristik ENSO diperoleh berdasarkan indikator suhu permukaan

laut (SST pada NINO 4).

Adapun tahapan analisis adalah sebagai berikut :

a. Data mengenai keterkaitan antara fenomena ENSO dengan kejadian iklim

ekstrim dan bentuk informasi iklim yang diperlukan untuk penyusunan pola

tanam direkapitulasi dan diolah secara statistik deskriptif dan disajikan

hasilnya dalam bentuk tabulasi atau grafik sesuai kebutuhan.

b. Data ENSO yang digunakan menyangkut data SST terutama pada NINO 4.

Data yang diperoleh kemudian dihubungkan dengan kondisi curah hujan

menyangkut lama musim hujan dan sifat musim.

3.2.3.3. Analisis dampak ENSO terhadap kekeringan

Berdasarkan karakteristik ENSO, dilihat bagaimana hubungannya terhadap

bencana kekeringan dengan menggunakan analisis statistik, menyangkut luas

maupun bentuk bencana yang terjadi.

3.2.3.4. Analisis hubungan keragaman iklim dan kinerja SUT Padi

Dampak keragaman iklim jangka panjang kaitannya dengan produksi, dikaji

melalui tahapan sebagai berikut:

a. Data iklim menyangkut data curah hujan, suhu udara rata-rata, suhu udara

maksimum dan suhu udara minimum harian digunakan sebagai input untuk

menghitung file .wth, yaitu salah satu file yang dibutuhkan dalam proses

simulasi DSSAT. File .wth diperoleh dengan memasukkan data-data

tersebut dalam format excel, dan dipanggil di software Math lab. Data

terlebih dahulu disusun berdasarkan urutan tahun, sesuai dengan

ketersediaannya. DSSAT (Decision Support System for Agrotechnology

Page 61: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

39

Transfer) adalah paket perangkat lunak yang mengintegrasikan pengaruh

tanah, fenotipe tanaman, cuaca dan pilihan manajemen (Jones et al. 2003).

Gambar. 3.1 Diagram database, aplikasi, dan komponen perangkat lunak

pendukung dan penggunaan model tanaman untuk aplikasi dalam DSSAT v3.5 (Jones et al. 2003)

b. Sebagai input untuk simulasi DSSAT, selain data iklim adalah data fisik dan

kimia tanah menyangkut penggunaan pupuk tertentu, data varietas, irigasi,

dan skenario penggunaan alternatif-alternatif teknologi.

Data tanah diperoleh melalui pengambilan sampel tanah. Dengan

menggunakan peta land system sebagai acuan, diperoleh beberapa lokasi

pertanian yang mempunyai karakteristik tanah yang berbeda. Berdasarkan

penentuan ini dilakukan pengambilan sampel tanah, dengan membedakan

lahan sawah dan lahan kering pada beberapa kecamatan. Kecamatan yang

diambil sampel tanahnya meliputi, Kecamatan Pacitan, Arjosari, Kebon

Agung, Ngadirojo dan Pringkuku. Di Kecamatan Pacitan, sampel diambil

dari Desa Kayen, Mentoro dan Arjowinangun, dengan kategori tanah sawah.

Di Kecamatan Arjosari diambil dari Desa Burang dengan kategori tanah

sawah. Di Kecamatan Kebon Agung diambil dari Desa Kebon Agung

dengan kategori sawah. Di Kecamatan Ngadirojo, pengambilan sampel

untuk kategori tanah sawah irigasi diambil dari Desa Ngadirojo, Cokro

Kembang, dan Desa Tanjungpuro, sedangkan untuk kategori lahan kering

Page 62: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

40

diambil dari Desa Hadiwarno dan Sidomulyo. Di Kecamatan Pringkuku,

sampel di ambil dari Desa Candi dan Pringkuku yang mewakili tanah sawah,

serta Desa Pringkuku yang mewakili kategori lahan kering. Sampel tanah

untuk analisis fisik diambil dari dua kedalaman dengan menggunakan ring

sampel, sedangkan untuk analisis kimia diambil secara komposit. Adapun

analisis yang dilakukan adalah tekstur 3 fraksi (pasir, debu dan liat), pH, C-

Organik, N-Kjedahl, P tersedia, K tersedia, K-dd, Al-dd, NH4, NO3, Ca

tersedia, bulk density, dan lain-lain.

c. Penelaahan teknologi adaptasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelaahan

teknologi adaptasi yang dilakukan secara global dan penelaahan teknologi

adaptasi yang dilakukan oleh petani setempat. Penelaahan teknologi

didasarkan pada komponen teknologi apa yang digunakan oleh petani,

seperti pupuk, varietas, irigasi dan juga terhadap teknologi-teknologi yang

sudah dilakukan petani dalam waktu lama yang mungkin saja merupakan

kearifan lokal.

d. Proses berikutnya adalah pemilihan perlakuan yang digunakan, banyaknya

tahun untuk evaluasi dan running simulasi.

e. Output dari hasil simulasi DSSAT adalah diantaranya ‘hasil’ dalam kg, yang

menyatakan hasil pada tahun tertentu sesuai perlakuan yang digunakan.

f. Masukan teknologi yang bervariasi akan memberikan keragaman hasil yang

cukup menyebar. Berdasarkan hasil yang tertinggi, dengan menelaah

teknologi yang digunakan, kemudian dilakukan pemilihan teknologi-teknologi

budidaya. Proses tersebut disajikan pada Gambar 3.2.

g. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari output DSSAT, maka dapat dilihat

teknologi mana yang memberikan hasil terbaik pada tanggal-tanggal tanam

tertentu. Hal tersebut ditunjukkan oleh persamaan-persamaan yang diproses

dengan regresi menggunakan minitab ver. 14. Persamaan tersebut berasal

dari prediktor yang beberapa diantaranya dibuat variabel dummy (Tabel.

3.1). Untuk prediktor yang memberikan pengaruh yang signifikan, diberi

garis bawah pada persamaan, yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan

yang nyata pada taraf α=0.05.

Page 63: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

41

Tabel 3.1 Prediktor untuk membentuk persamaan hasil tanaman

No. Prediktor Keterangan 1. V menunjukkan varietas, 0=IR 64, 1=IR 8 Variabel dummy 2. AnoSSTNino4 adalah anomali SST Nino 4 bulan Agustus 3. CHfase1 adalah curah hujan fase 1 (merupakan Keluaran DSSAT akumulasi curah hujan pada umur tanaman 1-55 hari)

4. CHfase2 adalah curah hujan fase 2 (merupakan Keluaran DSSAT akumulasi curah hujan pada umur tanaman 56-75 hari)

5. CHfase3 adalah curah hujan fase 3 (merupakan Keluaran DSSAT akumulasi curah hujan pada umur tanaman

76-95 hari) 6. Irigasi, 0=tanpa irigasi, 1=pemberian Irigasi pada Variabel dummy fase 1 sebesar 349.8 mm, pada fase 2 sebesar 189 mm dan pada fase 3 sebesar 163.8 mm 7. Pupuk, terdiri dari 3 paket: -1, 0 dan 1. Variabel dummy -1 = Urea 250 kg-SP 36 100 kg- KCl 100 kg 0 = Urea 230 kg-SP 36 100 kg-KCl 50 kg 1 = Urea 200 kg-SP 36 50 kg-KCl 80 kg. (komposisi anjuran untuk Kecamatan Pacitan) 8. Organik, terdiri dari 3 paket: 0, -1 dan 1. Variabel dummy 0 = tanpa BO, -1 = diberi BO sebesar 5 ton jerami /ha,

1 = diberi BO sebesar 2 ton pukan /ha ___________________________________________________________________ Keterangan : CH fase berdasarkan data curah hujan hasil keluaran simulasi DSSAT

Page 64: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

42

Gambar 3.2 Diagram alir evaluasi dampak keragaman iklim terhadap keragaman

hasil tanaman 3.3. Hasil dan Pembahasan

3.3.1. Karakteristik Sistem Usaha Tani di Pacitan Data dari Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan

(2009) menyatakan bahwa dari 12 Kecamatan di Kabupaten Pacitan, semua

kecamatan melakukan pertanian tanaman pangan dengan persentase terbesar di

Kecamatan Nawangan (15%), Kebon Agung dan Tulakan (14%). Persentase

tersebut didasarkan kepada luas sawah yang diusahakan pada setiap kecamatan

(Gambar 3.3).

Opsi

teknologi

Persamaan hasil

TEKNOLOGI REKOMENDASI

berdasarkan Persamaan hasil terbaik

Pilihan teknologi

Data iklim, sifat genetis, tanah, dan alternatif teknologi

Hasil prediksi

keluaran model simulasi

DSSAT

Data irigasi dan SST Nino 4 bulan

Agustus

Curah hujan fase1, 2 dan 3 (output DSSAT)

Page 65: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

43

Gambar 3.3 Persentase luas sawah setiap kecamatan di Kabupaten Pacitan

Gambar 3.4 Hamparan lahan sawah dan lahan kering di Kabupaten Pacitan

Secara umum Kabupaten Pacitan memiliki empat tipe irigasi, yaitu sawah

dengan irigasi teknis seluas 264,17 Ha (0,19%), irigasi semi teknis sekitar

2.130,01 Ha (1,54%), irigasi sederhana sekitar 3.313,99 Ha (2,39%) dan sawah

tadah hujan sekitar 6.707,09 Ha (4,85%). Irigasi teknis terluas dapat ditemukan di

Kecamatan Ngadirojo, sedangkan irigasi semi teknis terluas di Kecamatan Bandar.

Lahan tadah hujan terluas di Kecamatan Nawangan, yang merupakan sentra

tanaman pangan terbesar di Pacitan. Di samping lahan tadah hujan yang cukup

luas, Kabupaten Pacitan juga memiliki lahan kering (tegalan) yang cukup luas,

yaitu sekitar 125.971,90 Ha (Anonimus 2006). Dari total luasan untuk lahan

sawah dan lahan kering sekitar 44.230 ha, maka 21.931 ha merupakan lahan

kering dengan hanya ditanami palawija satu kali setahun (sumber Dinas Pertanian

Page 66: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

44

dan Peternakan Kabupaten Pacitan 2010). Gambaran pertanaman pada kedua

tipe lahan tersebut disajikan pada Gambar 3.4.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Wahab et al. 2007), bahwa

wilayah Pacitan yang cukup kritis terhadap bencana adalah wilayah sebelah barat

meliputi Kecamatan Punung, Donorojo dan Pringkuku. Maka lokasi survai

kemudian terpilih di Kecamatan Pringkuku, yang ditinjau dari segi pengairan

maupun pola tanamnya relatif tidak jauh berbeda dengan Kecamatan Donorojo

maupun Punung. Untuk Kecamatan Pringkuku sendiri, lokasi diutamakan di Desa

Pringkuku, yang dianggap sudah mewakili dari beberapa tipe irigasi. Ada 4 tipe

irigasi di Pacitan, yaitu; irigasi teknis, irigasi semi teknis, irigasi swadaya dan lahan

kering. Ketiga sistem irigasi sudah terwakili di Desa Pringkuku, kecuali irigasi

teknis, yang banyak dilakukan di Desa Candi. Sehingga pengambilan sampel

berikutnya ke Desa Candi. Survai ke petani dilakukan melalui wawancara

mendalam. Diambil 75 sampel dari Desa Pringkuku dan 25 sampel dari Desa

Candi. Pengambilan sampel di wilayah ini dianggap sudah mewakili kondisi

Pacitan secara keseluruhan.

Responden di Pacitan sebagian besar mengusahakan sendiri pertanaman

tanaman pangannya, hanya sebagian kecil yang sewa atau maro. Luas lahan

yang diupayakan Responden sebagian besar berada pada luas < 1 ha. Hanya

sekitar 10% yang > 1 ha.

Gambar 3.5 Luas lahan yang diusahakan Responden

Pola budidaya pertanian dalam penelitian dimaksudkan sebagai kombinasi

dari Varietas, Pengolahan tanah, dan jarak tanam, pemupukan dan awal

penanaman. Pola tanam pada sawah dengan irigasi teknis secara umum

0 5 10 15 20 25 30 35 40

<= 0.25 ha

0.26 - 0.50 ha

0.51 - 0.75 ha

0.76 - 1.00 ha

>1 ha

ND

Persentase Responden

Page 67: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

45

mencakup padi-padi-padi yang dimulai umumnya pada bulan Oktober, November

atau Desember dan berakhir pada bulan September. Pertanaman MT II, dominan

dilakukan Responden pada bulan Maret. Sebagian Responden ada juga yang

melakukan penanaman MT II pada bulan Februari dan April. Penanaman MT III

semakin berkurang dan dilakukan Responden pada bulan Juni dan Juli.

Pertanaman padi musim tanam pertama (MT I) menggunakan varietas

dengan umur sekitar 100-110 hari, sedangkan untuk MT II dan MT III

menggunakan varietas yang lebih genjah. Varietas-varietas genjah (yang berumur

pendek) tersebut diantaranya adalah : Situ Bagendit, Situ Patenggang, dan Batu

Tegi. Namun demikian, pola tanam seperti ini hanya digunakan oleh sebagian

kecil petani yaitu mencakup sekitar 434 ha. Selain pola tanam padi-padi-padi,

pada lahan sawah irigasi teknis juga terdapat pola tanam padi-padi-palawija. Pola

tanam ini cukup luas digunakan oleh Petani Pacitan yaitu sekitar 4.176 ha.

Keserempakan waktu tanam, mempunyai toleransi lebih kurang 2 minggu. Jika

hujan 3 kali berturut-turut dalam jumlah yang cukup, petani sudah melakukan

penanaman. Tetapi jika hujan kurang lebat, petani ragu untuk mulai melakukan

penanaman, sehingga waktu bertanam menjadi tidak seragam.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus

Pers

enta

se R

espo

nden

MT1

MT2

MT3

Gambar 3.6 Waktu tanam pada MT I, MT II, MT III menurut Responden

Page 68: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

46

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

MT-3

MT-2

MT-1

Gambar 3.7 Tanaman yang diusahakan Responden pada setiap musim tanam

Berdasarkan catatan dari Responden diketahui bahwa pada umumnya

penanaman pada MT-1 adalah >90% padi monokultur, dan hanya sebagian kecil

yang menanam padi ditumpangsarikan dengan palawija. Tanaman pada MT II,

lebih bervariasi, karena pada umumnya petani sudah memahami kesulitan

pengairan untuk pertanaman padi, meskipun untuk sebagian kecil wilayah ada

yang mengusahakan padi bahkan hingga pertanaman ke 3, seperti di Desa Candi

Kecamatan Pringkuku.

Varietas yang banyak digunakan di Pringkuku adalah Ciherang (110 hari)

dengan produksi 4-6 ton/ha (di lahan sawah) dan 2-4 ton/ha (di lahan kering).

Varietas lain yang cukup bagus di Pringkuku adalah Situ Bagendit, tetapi karena

adanya serangan hama, petani kurang berminat untuk menanam kembali.

Sedangkan di Kecamatan Ngadirojo, yaitu salah satu sentra padi di Pacitan,

produksi padi sawah mencapai 5-8 ton/ha, dan kalau menggunakan Hibrida,

produksi rata-rata 8-11 ton/ha. Varietas yang digunakan di Ngadirojo : Ciherang,

IR 64, Cibogo, Situ Bagendit.

Terdapat variasi pola ketatalaksanaan usaha tani dikaitkan dengan kondisi

iklim dan produktivitas lahan di wilayah kajian. Pola tanam existing petani di

Kecamatan Pringkuku dan Ngadirojo disajikan pada Tabel 3.2.

Page 69: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

47

Tabel 3.2 Pola tanam existing petani

Kecamatan Pola tanam Karakteristik wilayah Pringkuku Padi-padi-bera Dominasi lahan kering Padi-padi-padi Padi-kedelai-bera Padi-kacang tanah-bera Padi-kedelai-sayuran Padi-kedelai-kacang hijau Padi-kacang tanah-sayuran Padi gogo/jagung/ketela pohon-kacang tanah

Ngadirojo Padi-padi Dominasi lahan sawah Padi-padi-padi Padi-padi-palawija Padi-palawija-palawija Palawija (kedelai, jagung, kacang tanah)

Pola tanam pada lahan sawah tadah hujan, umumnya adalah padi-

palawija/sayuran dan padi-bera. Pola tanam padi-palawija mencakup 1691 ha,

dengan penanaman dimulai bulan Desember atau Januari. Sedangkan pola

tanam padi-bera, mencakup luasan sekitar 5.027 ha. Di lahan kering penanaman

lebih cepat, umumnya sekitar pertengahan bulan November dengan pola

tanamnya adalah 1. padi gogo+palawija – palawija, 2. padi gogo+palawija-bera, 3.

palawija-palawija-bera dan 4. palawija saja. Luasan yang menanam palawija saja

di lahan kering merupakan luasan terbesar. Lahan kering ditanami padi gogo,

jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, ubi jalar dan sorgum.

Untuk lahan kering selain padi gogo, ubi kayu mendominasi penanaman. Ubi kayu

ditanam pada musim tanam kedua setelah padi. Ubi kayu dipanen pada saat

menjelang musim hujan, dimana penanaman padi pada musim hujan akan dimulai.

Produktivitas ubi kayu dari tahun 1990 hingga 2010 memperlihatkan tren kenaikan

(Gambar 3.8). Tren produktivitas ubi kayu tersebut terlihat lebih dipengaruhi oleh

penambahan luas tanam dibanding kondisi curah hujan. Hal ini dapat dilihat dari

pola curah hujan dari tahun ke tahun sebagaimana yang disajikan pada gambar

3.8.

Page 70: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

48

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

0

50

100

150

200

250

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

mm

ku/h

a

CH tahunan (mm) Produktivitas (ku/ha)

Gambar 3.8 Tren produktivitas ubi kayu di Kabupaten Pacitan

Tata cara pengolahan tanah secara umum ada dua, yaitu pengolahan

tanah dengan traktor dan pengolahan tanah dengan bajak. Pada umumnya,

petani di wilayah kajian melakukan pemupukan dengan komposisi Urea (800

kg/ha) + TSP ( 400 kg/ha)+ pupuk kandang.

Dalam hal penanaman awal, terlihat bahwa petani melakukan penanaman

secara normal pada kisaran bulan Oktober-November, yaitu dalam hal ini tanam

setelah 3 kali hujan dengan intensitas cukup tinggi. Rata-rata petani masih

menggunakan pranatamangsa, adanya tolu (Guntur) yang menggelegar sebagai

tanda akan mulai musim hujan. Jika ada hujan awal den-gan hitungan satu pacul

tanah basah, sekitar 20 cm, petani sudah berani memulai pertanaman.

Pada musim rendeng, pembenihan dilakukan dengan sistem “nyegat”

(sebar benih pada saat belum ada hujan di lahan langsung, kira-kira 1 bulan

sebelum hujan, pada saat hujan benih langsung tumbuh). Hal ini merupakan salah

satu teknik adaptasi dalam menghadapi perubahan iklim. Salah satu hal yang

mungkin terjadi akibat terjadinya perubahan iklim adalah terjadinya pergeseran

musim, yang menyebabkan musim menjadi tidak menentu. Salah satu kejadian

yang mungkin terjadi di areal penanaman adalah adanya hujan tipuan atau ‘false

rain’. Apabila terjadi hujan tipuan, biasanya benih akan rusak, sedangkan apabila

tidak ada hujan selama 1 bulan dan untuk selanjutnya hujan turun dengan

intensitas yang mencukupi untuk dilakukan penanaman, maka benih dapat

berhasil tumbuh dengan baik. Menurut beberapa orang petani, lebih baik

menanam segera, karena tanah masih ‘hangat’, hal ini dikaitkan dengan keaktifan

Page 71: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

49

mikroorganisma di dalam tanah, yang dapat membantu kesuburan tanah,

sehingga hasil panen lebih baik. Pengolahan tanah dilakukan dengan traktor dan

pada sebagian petani dengan menggunakan bajak. Penanaman benih di lahan

kering dilakukan dengan cara menugal.

Bencana iklim yang kerap terjadi di Pacitan adalah kekeringan, apalagi

pada topografi pengunungan karst. Namun demikian, banjir juga terjadi karena

adanya luapan Sungai Grindulu sebagai pusat pengairan pada irigasi usahatani

dan kondisi saluran yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.

Produksi pertanaman ditentukan oleh banyak hal, diantaranya adanya OPT

(organisma pengganggu tanaman). OPT utama yang berkembang pada tanaman

padi dan palawija di Kabupaten Pacitan meliputi : belalang kumbara, tikus, wereng

batang cokelat, penggerek batang, ulat grayak, keong mas, uret, Phyricularia

oryzae, Xanthomonas oryzae dan cercosphora oryzae. Berdasarkan hasil survai

pada petani megenai tingkat serangan OPT ternyata tingkat serangan OPT

dirasakan petani lebih berat pada musim hujan.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

<=10 kg

11-20 kg

21-30 kg

31-40 kg

41-50 kg

>50 kg

ND

Persentase Responden

Gambar 3.9 Pemakaian benih Responden pada MT-1

Pada usaha tani padi di Pacitan, petani rata-rata menggunakan benih 10-

20 kg/ha (Gambar 3.9). Harga benih di pasar sekitar Rp.7000 hingga Rp. 8000,

untuk IR-64 dan Ciherang. Banyak Responden mengusahakan benih sendiri dari

pertanamannya. Benih ditanam ke lapang, setelah 20-25 hari di persemaian.

Jarak tanam yang digunakan Responden bervariasi antara 10x25 hingga 40x80

cm. Namun umumnya Responden menggunakan jarak tanam 15x30 cm (Gambar

3.10). Pengeluaran untuk tenaga kerja berkisar antara Rp. 20.000 hingga Rp.

1.100.000. Hal itu karena banyak Responden melaksanakan sendiri sebagian

Page 72: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

50

penyelenggaraan bertaninya, sehingga biaya tenaga kerja tidak dihitung.

Kebanyakan pekerjaan yang dilakukan bersama dengan yang lain adalah tanam,

penyiangan dan panen. Untuk kegiatan panen dan tanam, mereka melakukan

secara bergotong royong. Sedangkan untuk pengolahan tanah, sebagian

memakai cangkul, dan sebagian lain menggunakan traktor dengan cara menyewa.

Untuk penggunaan pupuk, Responden kebanyakan menggunakan urea, ponska,

NPK, dan TSP. Sedangkan pemakaian KCl hanya ditemukan pada satu

responden.

Gambar 3.10 Jarak tanam yang digunakan

3.3.2. Karakteristik ENSO dan hubungannya dengan curah hujan

Berdasarkan gambaran pola hujan setiap kecamatan di Pacitan, terlihat

bahwa Pacitan seperti halnya wilayah Pulau Jawa lainnya, termasuk dalam pola

monsunal dengan satu puncak hujan. Aldrian dan Susanto (2003) memaparkan

bahwa El-Nino dan La-Nina di daerah dengan pola hujan monsun kuat

pengaruhnya, pada daerah berpola equatorial pengaruhnya lemah, sedangkan

pada daerah berpola lokal tidak jelas. Curah hujan setiap kecamatan bervariasi

pada jeluk hujannya, dengan bulan kering antara 2 hingga 5 bulan, dengan rata-

rata bulan kering 4 bulan (Gambar 3.11). Sedangkan bulan basah antara 4 hingga

6 bulan dan puncak hujan umumnya terjadi pada bulan Januari. Hal itu sejalan

dengan data yang diperoleh dari sebagian besar Responden di Pringkuku yang

menyatakan bahwa puncak hujan umumnya terjadi pada bulan Januari. Curah

hujan rata-rata tahunan bervariasi di atas 2000 mm yaitu antara 2012 (Kecamatan

Tegalombo) hingga 2837 mm (Kecamatan Kebonagung) (Gambar 3.12). Awal

Page 73: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

51

musim hujan menurut sebagian besar responden umumnya terjadi pada bulan

Oktober, sedangkan akhir musim hujan berakhir pada bulan Maret dan sebagian

responden lain menyatakan musim hujan berakhir bulan Mei.

0

100

200

300

400

500

600

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

CH (m

m)

bulan

ArjosariBandarDonorojoKebonagungNawanganNgadirojoPacitanPringkukuPunungSudimoroTegalomboTulakan

Gambar 3.11 Rata-rata CH bulanan setiap kecamatan

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

CH ra

ta-ra

ta ta

huna

n (c

m)

kecamatan

Gambar 3.12 Rata-rata CH tahunan (bawah) setiap kecamatan

Kecamatan Kebonagung merupakan kecamatan yang paling basah dengan

hanya memiliki rata-rata dua bulan kering per tahunnya. Sedangkan wilayah yang

paling kering di Pacitan, dengan 5 bulan kering terjadi di Kecamatan Arjosari,

Pacitan, Pringkuku, Punung dan Tegalombo. Gambaran curah hujan setiap

kecamatan yang diwakili dengan rata-rata curah hujan dan simpang bakunya

disajikan pada Gambar 3.13. Pola curah hujan pada hampir seluruh kecamatan

memperlihatkan gambaran bahwa bulan Agustus merupakan bulan terkering di

Pacitan. Sedangkan bulan terbasah umumnya terjadi pada bulan Januari, kecuali

di Kecamatan Pacitan, Kebonagung, Sudimoro dan Tulakan.

Page 74: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

52

050

100150200250300350400

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep Okt

Nov

Des

CH

(mm

)

Arjosari

0

100

200

300

400

500

600

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep Okt

Nov

Des

Bandar

0

100

200

300

400

500

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep Okt

Nov

Des

Donorojo

0

100

200

300

400

500

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep Okt

Nov

Des

CH

(mm

)

Kebonagung

050

100150200250300350400

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep Okt

Nov

Des

Nawangan

050

100150200250300350400

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep Okt

Nov

Des

Ngadirojo

050

100150200250300350400

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep Okt

Nov

Des

CH

(mm

)

Pacitan

050

100150200250300350400

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep Okt

Nov

Des

Pringkuku

050

100150200250300350400450

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep Okt

Nov

Des

Punung

050

100150200250300350400

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep Okt

Nov

Des

CH

(mm

)

Sudimoro

Rata-rata Simpangan baku

050

100150200250300350

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep Okt

Nov

Des

Tegalombo

Rata-rata Simpangan baku

050

100150200250300350400

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep Okt

Nov

Des

Tulakan

Rata-rata Simpangan baku

Gambar 3.13 Rata-rata curah hujan bulanan dan simpangan baku setiap

kecamatan

Karakteristik ENSO diwakili oleh kondisi curah hujan pada tahun-tahun El-

Nino dan La-Nina, yaitu pada saat kondisi curah hujan menyimpang dari kondisi

normalnya. Pada saat terjadi El-Nino, curah hujan di wilayah Indonesia umumnya

Page 75: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

53

akan berada di bawah normal (di bawah rata-rata jangka panjangnya). Sebaliknya

pada saat terjadi La-Nina, curah hujan akan berada di atas normalnya (di atas

rata-rata jangka panjangnya). Hadi et al. (2003) memaparkan bahwa dampak El-

Nino di wlayah Indonesia yang utama adalah memperparah atau memperpanjang

musim kering, sedangkan dampak La-Nina adalah memungkinkan lebih

banyaknya pertumbuhan awan di musim hujan. Fenomena ENSO terjadi karena

adanya perubahan tekanan antara Darwin dan Tahiti, yang menyebabkan

berpindahnya massa udara panas, yang berakibat terhadap lebih banyak atau

berkurangnya awan-awan hujan.

Tabel 3.3a Pengelompokan tahun-tahun Normal, El-Nino dan la-Nina

berdasarkan indeks ONI (Sumber : http://ggweather.com/enso/oni.htm)

Normal El-Nino La-Nina

Lemah Sedang Kuat Lemah Sedang Kuat 1981 1951 1986 1957 1950 1954 1955 1983 1963 1987 1965 1956 1964 1973 1985 1968 1994 1972 1962 1970 1975 1989 1969 2002 1982 1967 1998 1988 1990 1976 1991 1971 1999 1992 1977 1997 1974 2007 1993 2004 2009 1984 1996 2006 1995 2001 2000 2003 2005 2008

Tabel 3.3b Pengelompokan tahun-tahun Normal, El-Nino dan la-Nina

berdasarkan indeks ONI yang diperbaharui tanggal 5 April 2012 (Sumber : http://ggweather.com/enso/oni.htm)

Normal El-Nino La-Nina

Lemah Sedang Kuat Lemah Sedang Kuat 1981 1969 1951 1957 1950 1955 1973 1983 1976 1963 1965 1954 1970 1975 1985 1977 1968 1972 1956 1998 1988 1989 2004 1986 1982 1962 2007 1999 1990 2006 1987 1997 1964 2010 1992 1991 1967 1993 1994 1971 1996 2002 1974 2001 2009 1984 2003 1995 2005 2000 2008 2011

Page 76: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

54

Berbeda dengan kejadian El-Nino, pada saat terjadi La-Nina, curah hujan

turun lebih awal dan dalam selang waktu yang lebih lama sehingga waktu tanam

padi bisa lebih awal bahkan dapat dilakukan sepanjang tahun. Untuk pertanaman

padi, kondisi La-Nina dianggap cukup menguntungkan. Pengelompokan tahun-

tahun Normal, El-Nino dan La-Nina berdasarkan indeks ONI (Oceanic Nino Index),

seperti yang disajikan pada Tabel 3.3a. Tabel ini selanjutnya diacu dalam analisis

penentuan El-Nino maupun La-Nina.

Untuk mengetahui sejauhmana respon atau hubungan antara curah hujan

di Kabupaten Pacitan dengan ENSO, maka dilihat pola hujan berdasarkan tahun-

tahun Normal, El-Nino serta La-Nina. Pada tahun Normal, curah hujan >200 mm

terjadi pada bulan November hingga bulan Maret (Gambar 3.14). Sedangkan

pada tahun-tahun La-Nina, curah hujan maksimum pada bulan November,

Desember, Februari dan Maret. Pada tahun-tahun El-Nino kuat, curah hujan

maksimum terjadi pada bulan Desember hingga Februari. Hal ini menunjukkan,

bahwa semakin kuat terjadi peristiwa El-Nino, maka curah hujan maksimum

menjadi mundur waktunya dibandingkan dengan pada kondisi normal. El-Nino

dapat menyebabkan lambatnya onset dan mundurnya awal musim hujan

(Lansigan et al. 2000). Hal lain yang harus diwaspadai adalah terjadinya

penurunan curah hujan yang cukup signifikan pada kejadian El-Nino kuat terutama

pada bulan-bulan di musim hujan (mulai bulan Oktober).

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

CH (m

m)

CH tahun Normal CH tahun El-Nino CH tahun La-Nina

Gambar 3.14 Pola CH Pacitan tahun Normal dan tahun-tahun terjadinya ENSO

Page 77: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

55

Y= 2.8584X + 30.655R² = 0.2113p=0.005**

20

24

28

32

36

40

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Das

aria

nArjosari

Y= 1.9761X + 30.207R² = 0.1441p=0.039*

20

24

28

32

36

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Bandar

Y = 2.9149X + 30.809R² = 0.2537p=0.002**

20

24

28

32

36

40

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Donorojo

Y = 2.8786X + 28.623R² = 0.2209p=0.012*

20

24

28

32

36

40

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Das

aria

n

Kebonagung

Y = 2.4513X + 30.273R² = 0.2845p=0.002**

20

24

28

32

36

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Nawangan

Y= 2.9549X + 29.742R² = 0.2423p=0.003**

20

24

28

32

36

40

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Ngadirojo

Y = 3.073X + 29.112R² = 0.3012p=0.002**

20

24

28

32

36

40

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Das

aria

n

Pacitan

Y= 2.5859X+ 29.517R² = 0.1862p=0.011*

20

24

28

32

36

40

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Pringkuku

Y = 2.9218X + 30.527R² = 0.2201p=0.006**

20

24

28

32

36

40

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Punung

Y= 0.7991X+ 30.66R² = 0.0211

p=0.41320

24

28

32

36

40

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5Anomali SST Nino 4 bulan Agustus

Tegalombo

Y = 3.7815X + 29.058R² = 0.4025p=0.001**

20

24

28

32

36

40

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5Anomali SST Nino 4 bulan Agustus

Tulakan

Y = 3.6009X+ 28.591R² = 0.3571p=0.001**

20

24

28

32

36

40

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Das

aria

n

Anomali SST Nino 4 bulan Agustus

Sudimoro

Gambar 3.15 Awal Musim Hujan vs anomali SST Nino 4 bulan

Agustus

Page 78: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

56

Y = -1.8225X + 20.032R² = 0.0691

p=0.176

0

4

8

12

16

20

24

28

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Bandar

Y= -3.8779X + 17.196R² = 0.2237p =0.004**

0

4

8

12

16

20

24

28

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Das

aria

n

Arjosari

Y = -3.4497X+ 19.444R² = 0.2102p=0.014*

048

121620242832

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Das

aria

n

Kebonagung

Y = -2.5726X + 19.69R² = 0.1267p=0.005**

048

121620242832

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Nawangan

Y = -3.5354X + 18.278R² = 0.2175p=0.046*

0

4

8

12

16

20

24

28

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Ngadirojo

Y = -2.4266X+ 17.803R² = 0.16p=0.035*

0

4

8

12

16

20

24

28

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Das

aria

n

Pacitan

Y= -2.2205X+ 17.974R² = 0.0975

p=0.0720

4

8

12

16

20

24

28

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Pringkuku

Y = -4.0912X + 17.604R² = 0.2397p=0.006**

0

4

8

12

16

20

24

28

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Punung

Y= -3.0905X + 18.499R² = 0.1249

p=0.065048

121620242832

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Das

aria

n

Anomali SST Nino 4 bulan Agustus

Sudimoro

Y= -1.2857X + 19.057R² = 0.0387

p=0.2650

4

8

12

16

20

24

28

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5Anomali SST Nino 4 bulan Agustus

Tegalombo

Y = -3.6738X + 19.455R² = 0.365p=0.002**

0

4

8

12

16

20

24

28

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5Anomali SST Nino 4 bulan Agustus

Tulakan

Y = -3.0361X + 16.92R² = 0.1453p=0.026*

0

4

8

12

16

20

24

28

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

Donorojo

Gambar 3.16 Panjang Musim Hujan vs anomali SST Nino 4 bulan Agustus Hubungan antara anomali SST Nino 4 dengan curah hujan yang diwakili

dengan awal musim hujan dan panjang musim hujan diperlihatkan pada Gambar

3.15 dan 3.16. Penetapan SST Nino 4 dilakukan karena wilayah ini yang paling

dekat dengan Indonesia dan masih agak jarang penelitian di wilayah ini, juga

Page 79: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

57

terbukti memiliki pengaruh yang nyata terhadap kondisi curah hujan di Indonesia.

Hal ini dibuktikan dengan tingkat keterkaitan awal musim hujan yang nyata

terpengaruh SST Nino4 pada hampir seluruh kecamatan. Data SST Nino 4 yang

digunakan adalah data SST bulan Agustus. Hal ini diacu dari hasil penelitian Boer

et al. (2010) yang menyatakan bahwa indeks SOI bulan Agustus tahun berjalan

dapat digunakan untuk memperkirakan besar kerugian ekonomi MK tahun depan

di Kabupaten Indramayu. Selain itu Boer et al. (2010) juga menyatakan bahwa

fenomena ENSO sangat kuat pengaruhnya terhadap keragaman hujan musim

transisi, maka kemampuan untuk memprakirakan (forecast skill) masuknya awal

musim hujan dengan menggunakan indeks ENSO bulan-bulan awal

pembentukannya (Juni hingga September) cukup tinggi. Mengingat antara SOI

dengan SST, keduanya merupakan indikator ENSO, maka penetapan SST bulan

Agustus tahun berjalan sebagai acuan dirasakan cukup tepat.

Tingkat keragaman data awal musim hujan dalam kaitannya dengan SST

Nino 4 diperlihatkan dengan cukup besarnya kisaran koefisien determinasi

terkoreksi untuk kecamatan-kecamatan di Pacitan dari 0.0211 (Kecamatan

Tegalombo) hingga 0.4025 (Kecamatan Tulakan) (Gambar 3.15). Demikian juga

untuk panjang musim hujan koefisien determinasi terkoreksi sebesar 0.0387

(Kecamatan Tegalombo) hingga 0.365 (Kecamatan Tulakan) (Gambar 3.16).

Berdasarkan nilai p-value yang diperoleh awal musim hujan pada sebagian besar

kecamatan nyata dan sangat nyata dipengaruhi oleh SST Nino 4. Hanya satu

kecamatan yang memperlihatkan nilai yang berbeda. Panjang musim hujan juga

nyata dipengaruhi oleh SST Nino 4, namun hanya terjadi pada delapan

kecamatan.

3.3.3. Dampak ENSO terhadap kekeringan

Secara umum, masalah dalam pertanian di Pacitan adalah terjadinya

kegagalan panen, puso, salah prediksi iklim dan penanaman berulang kali.

Masalah-masalah tersebut muncul karena terjadinya bencana iklim yang akhirnya

menyebabkan produksi pertanaman menurun. Hasil survai menyatakan bahwa

kegagalan panen akibat kekeringan menempati urutan pertama (sekitar 60%

responden) di Pacitan (Gambar 3.17) dan tahun 1997 merupakan tahun yang

kering menurut responden (Gambar 3.18).

Page 80: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

58

Pada saat kejadian El-Nino berlangsung, Indonesia mengalami masa

kekeringan, yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi pertanian,

karena turunnya pasokan air hujan. Kerap kali musim hujan mundur dari waktu

normalnya, dan curah hujan turun dalam selang yang lebih singkat dibanding pada

kondisi normalnya, yang implikasinya terhadap sektor pertanian terutama tanaman

pangan menyebabkan kerugian pertanaman. Kekeringan yang terjadi di Desa

Pringkuku terutama terjadi pada MT 2005/06 yang menyerang tanaman kedelai

dan jagung. Luasan lahan usahatani yang mengalami kekeringan pada MT

2005/06 hanya terjadi pada MT-3. Kerugian yang ditimbulkannya berupa

penurunan produksi sebesar 58,7% (Wahab et al. 2007).

Berdasarkan data dari Direktorat Perlindungan Tanaman untuk luas

terkena di Kabupaten Pacitan periode tahun 1995 hingga 2010, terlihat bahwa

Kabupaten Pacitan mengalami kekeringan yang cukup luas pada tahun 1997,

1999, 2007 dan 2009. Dari luasan tersebut yang mengalami puso terbanyak tahun

1997 dan 1999 (Gambar 3.19). Sedangkan tahun 2007, meskipun mengalami luas

terkena yang sangat luas tetapi tidak sampai puso, hal itu dikarenakan terdapat

cukup pasokan air pada kondisi-kondisi kritis tanaman.

Gambar 3.17 Penyebab gagal panen menurut Responden

Gambar 3.18 Tahun terjadinya kekeringan menurut Responden

Page 81: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

59

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

luas

kek

erin

gan

(ha)

Terkena Puso

Gambar 3.19 Luas terkena dan puso areal padi tahun 1995-2010

Gambar 3.20 Luas areal padi yang mengalami puso tahun 2006-2008 di Pacitan

Berdasarkan data tahun 2006 hingga 2008, luas puso paling besar terjadi

pada bulan Agustus pada penanaman padi sawah. Dibanding padi sawah, puso

padi gogo tidak terlalu signifikan, kecuali pada Januari 2008. Untuk padi sawah,

puso terjadi mulai Juni hingga Januari dengan puncaknya terjadi pada bulan

Agustus (Gambar 3.20).

Hasil penelitian sebelumnya (Wahab et al., 2007), bahwa wilayah Pacitan

yang cukup kritis terhadap bencana kekeringan adalah wilayah sebelah barat

meliputi Kecamatan Punung, Donorejo dan Pringkuku. Gambar 3.21 menunjukkan

luas terjadi kekeringan setiap tahun di setiap kecamatan. Berdasarkan gambar

tersebut terlihat bahwa kecamatan di Pacitan berdasarkan data tahun 1989-2008,

umumnya mengalami kekeringan mulai dari tahun 1991 dan meningkat pada tahun

Page 82: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

60

1994, mencapai kekeringan yang cukup luas pada tahun 1997 dan puncaknya

terjadi pada tahun 2007. Kecamatan Tulakan merupakan kecamatan yang paling

rentan terhadap bencana kekeringan, hal itu terlihat dari besarnya luasan yang

terkena pada tahun-tahun yang disebutkan di atas.

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Arjosari Donorojo Kebonagung Nawangan Pacitan Pringkuku Punung Tegalombo Tulakan

luas

kek

erin

gan

(ha)

1991 1994 1997 2002 2004 2006

Gambar 3.21 Luas terkena kekeringan kecamatan pada 1991, 1994, 1997, 2003 dan 2007

3.3.4. Analisis hubungan keragaman iklim dengan sistem usaha tani padi

Berdasarkan data luas panen bulanan Pacitan tahun 2006 hingga 2010

(sumber data dari Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan

tahun 2007 hingga 2011) terlihat bahwa untuk padi sawah, persentase terbesar

pada bulan Februari hingga Mei, untuk penanaman musim hujan, dan kemudian

mengalami penurunan pada bulan-bulan berikutnya. Umumnya penanaman 2 kali

setahun, kecuali pada tahun 2010, karena curah hujan cukup tinggi sepanjang

tahun (Gambar 3.22). Sedangkan untuk padi gogo, penanaman dilakukan sekali

setahun, dan panen dari bulan Januari hingga Mei. Pada tahun 2007 terjadi

pergeseran puncak tanam yaitu pada bulan April, namun demikian luas panen

lebih tinggi dibanding bulan lainnya, karena pada tahun tersebut terjadi La-Nina.

Ilustrasi mengenai luas tambah tanam setiap kecamatan dari tahun 2006 hingga

2009 disajikan pada Gambar 3.23.

Page 83: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

61

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

20000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

luas

pan

en (h

a)

bulan

2006

2007

2008

2009

2010

Gambar 3.22 Luas panen padi bulanan dari tahun 2006 hingga 2010 di

Kabupaten Pacitan

Dari informasi luas panen dan luas tanam terlihat bahwa sentra produksi

padi untuk Kabupaten Pacitan adalah Kecamatan Pringkuku, Punung dan

Donorojo. Namun demikian, padi yang dihasilkan dominannya merupakan padi

lahan kering. Karena memiliki lahan kering yang luas, maka selain mengusahakan

padi, Kabupaten Pacitan juga mengusahakan tanaman pangan lain, seperti

jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu dan lain-lain. Dari beberapa tanaman

pangan non padi tersebut, ubi kayu ditanam paling luas, terutama pada tiga

kecamatan penghasil padi gogo, yaitu Donorojo, Punung dan Pringkuku.

Mengingat ketiga lokasi yang berada di sebelah Barat Pacitan ini memiliki kondisi

iklim yang relatif mirip. Ubi kayu biasa dipanen puncaknya pada bulan Agustus

hingga September. Luas panen dan produksi ubi kayu mengalami kenaikan cukup

signifikan mulai tahun 2003 (Gambar 3.24), kecuali pada tahun 2009-2010

mengalami penurunan, hal tersebut terjadi karena lahan yang biasa ditanami ubi

kayu, beralih ditanami padi, mengingat hujan berlangsung terus hingga

penanaman musim tanam ketiga.

Page 84: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

62

0100200300400500600

0100200300400500600

Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep

2006 2007 2008 2009

Luas

tam

bah

tan

am (h

a)

Arjosari

0100200300400500600

0200400600800

10001200140016001800

Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep

2006 2007 2008 2009

Bandar

0100200300400500600

01000200030004000500060007000

Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep

2006 2007 2008 2009

CH

(mm

)

Donorojo

0100200300400500600

0200400600800

10001200140016001800

Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep

2006 2007 2008 2009

luas

tam

bah

tan

am (h

a)

Kebonagung

0100200300400500600

0

500

1000

1500

2000

2500Ja

nM

ayS

ep Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep Jan

May

Sep

2006 2007 2008 2009

Nawangan

0100200300400500600

0100200300400500600700800

Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep

2006 2007 2008 2009

CH

(mm

)

Ngadirojo

0100200300400500600

0200400600800

100012001400

Jan

May

Sep Jan

May

Sep Jan

May

Sep Jan

May

Sep

2006 2007 2008 2009

luas

tam

bah

tan

am (h

a)

Pacitan

0100200300400500600

0100020003000400050006000

Jan

May

Sep Jan

May

Sep Jan

May

Sep Jan

May

Sep

2006 2007 2008 2009

Pringkuku

0100200300400500600

0500

100015002000250030003500400045005000

Jan

May

Sep Jan

May

Sep Jan

May

Sep Jan

May

Sep

2006 2007 2008 2009

CH

(mm

)

Punung

0100200300400500600

0100200300400500600

Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep

2006 2007 2008 2009

luas

tam

bah

tan

am (h

a)

Sudimoro

CH (mm) luas tambah tanam (ha)

0100200300400500600

0200400600800

10001200

Jan

May

Sep Jan

May

Sep Jan

May

Sep Jan

May

Sep

2006 2007 2008 2009

Tegalombo

CH (mm) luas tambah tanam (ha)

0100200300400500600

0200400600800

1000120014001600

Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep Jan

May

Sep Ja

nM

ayS

ep

2006 2007 2008 2009

CH

(mm

)Tulakan

CH (mm) luas tambah tanam (ha)

Gambar 3.23 Luas tambah tanam bulanan (ha) dan curah hujan tahun 2006

hingga 2009

Page 85: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

63

Gambar 3.24 Luas panen dan produksi ubi kayu di Kabupaten Pacitan dari tahun

1990 hingga 2010

Gambar 3.25 Anomali luas panen padi per tahun di Kabupaten Pacitan

Dalam kaitannya dengan produksi, tahun-tahun ENSO memperlihatkan

perbedaan. Sebagai contoh, berdasarkan data luas panen padi, diperoleh bahwa

pada tahun 1998 dan 1999 terdapat peningkatan luas panen (Gambar 3.25).

Meskipun demikian pada tahun 2003, yang menurut indeks ONI termasuk pada

tahun Normal, luas panen padi pada tahun tersebut mengalami penurunan luas

panen yang sangat signifikan, bahkan hingga hampir mencapai 4000 ha. Kejadian

Page 86: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

64

El-Nino tahun 1991 terlihat cukup signifikan mempengaruhi luas panen padi di

Pacitan, terjadi anomali luas panen negatif hingga mencapai 2000 ha. Hal tersebut

sejalan dengan Boer dan Setyadipratikto (2003) yang menyatakan bahwa anomali

produksi padi yang negatif umumnya terjadi pada tahun-tahun El-Nino sedangkan

yang positif terjadi pada tahun-tahun bukan El-Nino. Berdasarkan kajian yang

sudah dilakukan, penyebab penurunan produksi tersebut adalah; 1). El-Nino

berpengaruh terhadap masuknya awal musim hujan sehingga penanaman padi

pada MH, menjadi mundur dari biasanya. Akibatnya tanaman padi kedua

mengalami keterlambatan sehingga risiko terkena kekeringan menjadi tinggi

karena hujan sudah mengalami penurunan yang besar. 2). El-Nino menyebabkan

hujan pada musim kemarau turun jauh dari normal sehingga air yang tersedia tidak

cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman. 3). El-Nino menyebabkan awal

musim kemarau terjadi lebih awal dari biasanya sehingga tanaman padi kedua

mengalami cekaman kekeringan.

Alternatif pola tanam bila terjadi kejadian El-Nino kuat adalah dengan

waktu tanam padi mundur hingga beberapa dasarian atau mengganti dengan

tanaman palawija. Sedangkan pada kondisi La-Nina, waktu tanam padi dapat

dimajukan beberapa dasarian, atau dapat pula dilakukan penanaman palawija

yang berumur pendek sebelum menanam padi.

Untuk menjelaskan perbedaan perlakuan irigasi, dilakukan penghitungan

hasil simulasi pada perlakuan irigasi yang dibandingkan dengan hasil pada

perlakuan non irigasi. Untuk menghitung perbedaan hasil digunakan rumus yang

mengacu pada Soler et al. (2007),

Dimana, = pengurangan hasil (yield) = hasil (yield) pada kondisi tanpa irigasi = hasil (yield) pada kondisi irigasi

Pada Tabel 3.4 terlihat bahwa perbedaan hasil yang cukup signifikan akan

diperoleh apabila penanaman dilakukan pada 1 Maret hingga 15 Juni untuk

Kecamatan Pacitan. Diperlukan input irigasi yang cukup banyak, apabila

penanaman akan dilakukan pada Bulan ini. Sedangkan pada awal Januari,

November dan Desember perbedaan hasil tidak begitu tinggi karena pada bulan

tersebut curah hujan tinggi.

Page 87: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

65

Tabel 3.4 Pengurangan hasil antara perlakuan Irigasi dengan tanpa Irigasi di Kecamatan Pacitan

Tanggal tanam

Tanpa Irigasi (kg/ha)

Dengan Irigasi (kg/ha)

Yr (%) (pengurangan hasil)

1-Jan 2745 4674 41.3 15-Jan 2641 4425 40.3 1-Feb 2093 4751 55.9 15-Feb 2041 5009 59.3 1-Mar 1915 5121 62.6 15-Mar 1492 5102 70.8 1-Apr 1578 5374 70.6 15-Apr 1669 5484 69.6 01-Mei 1579 5540 71.5 15-Mei 1543 5361 71.2 1-Jun 1634 5141 68.2

15-Jun 1687 4663 63.8 1-Jul 1868 4476 58.3 15-Jul 2185 4333 49.6 01-Agu 2653 4264 37.8 15-Agu 3072 4210 27.0 1-Sep 3384 4051 16.5

15-Sep 3585 3971 9.7 01-Okt 3727 3915 4.8 15-Okt 3714 3854 3.6 1-Nov 3705 3959 6.4

15-Nov 3576 4039 11.5 01-Des 2936 4095 28.3 15-Des 2767 4134 33.1

Ilustrasi mengenai ‘hasil’ yang diperoleh pada perlakuan irigasi-tanpa

irigasi, varietas genjah-varietas dalam dan pemupukan di Kecamatan Pacitan

disajikan pada Gambar 3.26 dan 3.27. Penggunaan pupuk yang ditambah bahan

organik, sedikit meningkatkan hasil dari bulan Februari hingga Agustus, pada

kondisi tanpa Irigasi. Namun demikian, pada kondisi adanya penambahan Irigasi,

perlakuan pupuk tidak menunjukkan hasil yang berbeda. Dapat dikatakan bahwa

adanya irigasi, merupakan pelarut yang baik untuk pupuk yang diberikan, sehingga

menjadi lebih tersedia bagi tanaman. ‘Hasil’ pada varietas dipengaruhi oleh

kondisi endogen dan eksogen. Pada lingkungan eksogen yang sama, varietas

yang berbeda menampakkan hasil yang berbeda. Gambar 3.27 memperlihatkan

Page 88: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

66

bahwa pada kondisi tidak diirigasi, pemberian bahan organik dapat meningkatkan

hasil cukup besar, walaupun tidak nyata.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

hasi

l (kg

/ha)

tanggal tanam

Tanpa irigasi Dengan irigasi

Gambar 3.26 Perbedaan hasil setiap tanggal tanam dengan menggunakan Irigasi dan tanpa Irigasi di Kecamatan Pacitan

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

1-Ja

n15

-Jan

1-Fe

b15

-Feb

1-M

ar15

-Mar

1-Ap

r15

-Apr

1-M

ei15

-Mei

1-Ju

n15

-Jun

1-Ju

l15

-Jul

1-Ag

u15

-Agu

1-Se

p15

-Sep

1-O

kt15

-Okt

1-N

ov15

-Nov

1-D

es15

-Des

hasi

l (kg

/ha)

tanggal tanam

Tanpa BO-non irigasi

BO jerami-non irigasi

BO pukan -non irigasi

Tanpa BO + irigasi

BO jerami + irigasi

BO pukan + irigasi

Gambar 3.27 Perbedaan hasil setiap tanggal tanam dengan

menggunakan perbedaan pupuk dan perbedaan Irigasi di Kecamatan Pacitan

Page 89: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

67

Tabel 3.5 Persamaan hasil untuk Kecamatan Pacitan

Tanggal tanam

Persamaan R2 p RMSE

1 Jan Hasil_1 Jan = 3531 - 715 V – 43 AnoSSTNino4 - 0.877 CH-fase1 + 1.15 CH-fase2 - 0.596 CH-fase3 + 2735 Irigasi

58.4

- 1 Pupuk + 5 Organik

0.000 1237.1

15 Jan Hasil_15 Jan = 2833 - 469 V - 492 AnoSSTNino4- 0.331 CH-fase1 - 0.660 CH-fase2 + 1.89 CH-fase3 + 2528 Irigasi

53.8

- 42 Pupuk + 103 Organik

0.000 1242.3

1 Feb Hasil_1 Feb = 2161 - 604 V - 322 AnoSSTNino4 + 0.274 CH-fase1 - 0.595 CH-fase2 + 4.10 CH-fase3 + 3040 Irigasi

66.4

- 57 Pupuk + 166 Organik

0.000 1151.4

15 Feb Hasil_15 Feb = 2279 - 415 V - 297 AnoSSTNino4 - 0.256 CH-fase1 + 1.51 CH-fase2 + 1.79 CH-fase3 + 3266 Irigasi

67.2

+ 4 Pupuk + 78 Organik

0.000 1181.2

1 Mar Hasil_1 Mar = 2335 - 400 V - 291 AnoSSTNino4 - 0.447 CH-fase1 + 1.68 CH-fase2 + 0.44 CH-fase3 + 3390 Irigasi

62.3

- 13 Pupuk + 87 Organik

0.000 1358.5

15 Mar Hasil_15 Mar = 2202 - 603 V - 227 AnoSSTNino4 - 0.137 CH-fase1 - 0.758 CH-fase2 - 0.92 CH-fase3 + 3636 Irigasi

64.8

- 92 Pupuk + 187 Organik

0.000 1382.1

1 Apr Hasil_1 Apr = 1714 - 603 V - 96 AnoSSTNino4 + 0.349 CH-fase1 - 1.74 CH-fase2 + 8.23 CH-fase3 + 3636 Irigasi

71.1

- 92 Pupuk + 187 Organik

0.000 1253.1

15 Apr Hasil_15 Apr = 1590 - 549 V - 421 AnoSSTNino4 + 0.519 CH-fase1 + 3.34 CH-fase2 + 17.3 CH-fase3 + 3610 Irigasi

72.9

- 12 Pupuk + 0 Organik

0.000 1229.8

1 Mei Hasil_1 Mei = 1579 - 428 V - 204 AnoSSTNino4 + 0.858 CH-fase1 + 8.31 CH-fase2+ 7.60 CH-fase3 + 3538 Irigasi

70.4

- 57 Pupuk + 143 Organik

0.000 1266.6

15 Mei Hasil_15 Mei = 1412 - 441 V - 20 AnoSSTNino4 + 3.21 CH-fase1 + 7.83 CH-fase2+ 9.17 CH-fase3 + 3375 Irigasi

69.4

- 34 Pupuk + 189 Organik

0.000 1227.3

1 Jun Hasil_1 Jun = 1551 - 495 V + 99 AnoSSTNino4 + 4.90 CH-fase1 + 6.03 CH-fase2 + 3.78 CH-fase3 + 3124 Irigasi

70.0

- 35 Pupuk + 198 Organik

0.000 1137.9

15 Jun Hasil_15 Jun = 1604 - 599 V + 149 AnoSSTNino4 + 5.45 CH-fase1 + 0.16 CH-fase2 + 6.34 CH-fase3 + 2890 Irigasi

71.9

- 35 Pupuk + 286 Organik

0.000 1047.7

1 Jul Hasil-1 Jul = 1733 - 590 V + 134 AnoSSTNino4 + 7.07 CH-fase1 + 4.60 CH-fase2 + 4.10 CH-fase3 + 2547 Irigasi

67.8

- 58 Pupuk + 300 Organik

0.000 1042.7

Page 90: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

68

Tanggal tanam

Persamaan R2 p RMSE

15 Jul Hasil_15 Jul = 2140 - 757 V + 145 AnoSSTNino4 + 7.11 CH-fase1 + 1.89 CH-fase2 + 3.06 CH-fase3 + 2228 Irigasi

65.6

- 34 Pupuk + 164 Organik

0.000 986.7

1 Agu Hasil_1 Agu = 2722 - 763 V - 265 AnoSSTNino4 + 3.59 CH-fase1 + 0.969 CH-fase2 + 2.26 CH-fase3 + 1637 Irigasi

60.1

- 32 Pupuk + 158 Organik

0.000 888.1

15 Agu Hasil_15 Agu = 3320 - 707 V - 440 AnoSSTNino4 + 1.56 CH-fase1 + 1.33 CH-fase2 + 0.427 CH-fase3 + 1158 Irigasi

54.2

- 25 Pupuk + 110 Organik

0.000 780.6

1 Sep Hasil_1 Sep = 3604 - 824 V - 298 AnoSSTNino4 + 0.570 CH-fase1 + 0.904 CH-fase2 + 0.827 CH-fase3 + 743 Irigasi

52.4

+ 2.0 Pupuk + 106 Organik

0.000 645.1

15 Sep Hasil_15 Sep = 4012 - 866 V - 215 AnoSSTNino4 + 0.562 CH-fase1 + 0.455 CH-fase2 + 0.722 CH-fase3 + 409 Irigasi

65.5

+ 0.5 Pupuk + 17.5 Organik

0.000 400.5

1 Okt Hasil_1 Okt = 4272 - 911 V - 53.5 AnoSSTNino4 + 0.373 CH-fase1 + 0.375 CH-fase2 + 0.439 CH-fase3 + 244 Irigasi

71.6

+ 13.0 Pupuk - 6.0 Organik

0.000 314.3

15 Okt Hasil_15 Okt = 4389 - 922 V + 55.4 AnoSSTNino4 + 0.435 CH-fase1 + 0.224 CH-fase2 - 0.567 CH-fase3 + 320 Irigasi

48.3

+ 14.3 Pupuk - 11 Organik

0.000 529.0

1 Nov Hasil_1 Nov = 4576 - 937 V - 102 AnoSSTNino4 + 0.295 CH-fase1 - 1.78 CH-fase2 + 0.745 CH-fase3 + 467 Irigasi

47.4

+ 24.8 Pupuk - 55 Organik

0.000 602.8

15 Nov Hasil_15 Nov = 3987 - 559 V - 317 AnoSSTNino4 + 0.041 CH-fase1 - 0.932 CH-fase2 + 0.471 CH-fase3 + 883 Irigasi

34.5

+ 14 Pupuk + 28 Organik

0.000 796.7

1 Des Hasil_1 Des = 3786 - 640 V - 361 AnoSSTNino4 - 0.424 CH-fase1 - 0.831 CH-fase2 + 0.957 CH-fase3 + 1432 Irigasi

43.7

+ 20 Pupuk - 35 Organik

0.000 951.7

15 Des Hasil_15 Des = 4110 - 925 V - 333 AnoSSTNino4 - 0.625 CH-fase1 - 0.339 CH-fase2 + 0.629 CH-fase3 + 1411 Irigasi

48.2

+ 16 Pupuk - 77 Organik

0.000 909.3

Keterangan : yang diberi garis bawah, nyata pada taraf α=0.05 Hasil_1 Sep = 3604 - 824 V - 298 AnoSSTNino4 + 0.570 CH-fase1 + 0.904 CH-

fase2 + 0.827 CH-fase3 + 743 Irigasi + 2.0 Pupuk + 106 Organik

Page 91: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

69

Persamaan di atas bermakna :

• Konstanta = 3604, menunjukkan hasil yang diharapkan akan diperoleh pada tanggal tanam 1 September kalau menggunakan varietas IR 8, SST pada kondisi rata-rata, tidak ada hujan pada fase 1, fase 2 dan fase 3, tanpa irigasi, paket pupuk yang digunakan paket 230 kg Urea-100 kg SP-36-50 kg KCl dan tanpa bahan organik.

• - 824 V = Kalau menggunakan varietas yang pertama (IR 64) maka akan memberikan hasil yang lebih rendah 824 kg/ha dibanding varietas yang kedua (IR 8).

• - 298 AnoSSTNino4 = Kalau AnoSSTNino4 turun sebesar 1 satuan (1oC) akan menyebabkan peningkatan hasil sebesar 298 kg/ha.

• 0.57 CH fase1 = Setiap peningkatan CHfase1 satu satuan (1 mm) akan menyebabkan peningkatan hasil sebesar 0.57 kg/ha.

• 0.904 CH fase2 =Setiap peningkatan CHfase2 satu satuan (1 mm) akan menyebabkan peningkatan hasil sebesar 0.904 kg/ha.

• 0.827 CH fase3 =Setiap peningkatan CHfase3 satu satuan (1 mm) akan menyebabkan peningkatan hasil sebesar 0.827 kg/ha.

• 743 Irigasi =kalau menggunakan Irigasi maka akan memberikan hasil yang lebih tinggi sebesar 743 kg/ha dibanding tanpa Irigasi pada tanggal tanam 1 September

• 2 pupuk = kalau menggunakan kombinasi pupuk yang pertama maka akan terjadi pengurangan hasil 2 kg/ha, dibanding kalau menggunakan kombinasi pupuk yang kedua, sedangkan kalau menggunakan kombinasi pupuk yang ketiga akan memberikan penambahan hasil sebesar 2 kg/ha.

• 106 organik = kalau menggunakan bahan organik jerami maka akan terjadi pengurangan hasil 106 kg/ha dibanding kalau tanpa menggunakan bahan organik, sedangkan kalau menggunakan bahan organik pukan 2 ton/ha akan memberikan penambahan hasil sebesar 106 kg/ha.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari output DSSAT, maka dapat dilihat

teknologi mana yang memberikan hasil terbaik pada tanggal-tanggal tanam

tertentu. Hal tersebut ditunjukkan oleh persamaan-persamaan yang disampaikan

Tabel 3.5. Persamaan di atas memberikan tanggal tanam terbaik serta prediktor

apa yang berpengaruh pada hasil yang diperoleh. Prediktor tersebut sekaligus

merupakan indikator, teknologi apa yang perlu diperhatikan pada pertanaman

setiap tanggal tersebut. Tanggal tanam merupakan peubah yang paling

menentukan keberhasilan atau kegagalan panen. Persamaan hasil yang diperoleh

Page 92: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

70

untuk pertanaman MT II, memperlihatkan bahwa penanaman bulan Februari yang

paling menguntungkan, hal tersebut diindikasikan oleh error (RMSE) yang

dihasilkan yang paling rendah, dibanding bulan Maret, April atau Mei (Gambar

3.28). Selain tanggal tanam, prediktor yang paling memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap hasil yang diperoleh adalah irigasi dan varietas.

Gambar 3.28 Plot error pada setiap tanggal tanam

3.4. Simpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa iklim sangat

berpengaruh terhadap produksi tanaman, dan fluktuasi produktivitas tanaman

pangan terutama padi di Kabupaten Pacitan. Curah hujan sebagai unsur iklim

yang sangat erat kaitannya dengan ketersediaan air selama pertanaman, sehingga

fluktuasi penurunan curah hujan selama pertumbuhan tanaman akan

mempengaruhi keragaman hasil tanaman. Hal tersebut dijelaskan dengan

menurunnya produksi pada tahun-tahun kering, sebaliknya produksi tinggi pada

tahun-tahun basah. Curah hujan erat terkait dengan suhu permukaan laut (SST),

dan berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa terdapat hubungan nyata

dan sangat nyata antara awal musim hujan dengan SST Nino 4 bulan Agustus

pada hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan. Informasi mengenai

dampak keragaman iklim di suatu daerah tertentu, merupakan informasi yang

Page 93: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

71

menjadi perencanaan utama dalam menetapkan jadwal dan pola tanam, terutama

tanaman pangan.

Pilihan teknologi yang tersedia berupa pilihan varietas, pemupukan, irigasi,

bahan organik, yang didukung dengan informasi pola curah hujan dapat dijadikan

sebagi acuan petani dalam mencari waktu tanam terbaik, untuk meminimalkan

dampak variabilitas iklim. Pemilihan teknologi didasarkan kepada hasil terbaik

yang diperoleh dengan biaya yang lebih minimal.

Kerentanan terhadap produksi tanaman tertinggi pada musim tanam kedua

(MK1), sehingga penanaman untuk waktu tanam ini perlu diantisipasi dengan

persiapan yang lebih awal. Hal itu terkait dengan informasi prakiraan iklim yang

diberikan, dan pilihan waktu tanam dan teknologi yang diterapkan. Tanggal tanam

merupakan peubah yang paling menentukan keberhasilan atau kegagalan panen.

Persamaan hasil yang diperoleh untuk pertanaman MT II, memperlihatkan bahwa

penanaman bulan Februari yang paling menguntungkan, hal tersebut

diindikasikan oleh error (RMSE) yang dihasilkan yang paling rendah, dibanding

bulan Maret, April atau Mei. Untuk itu, penanaman pada MH sebaiknya

menggunakan varietas genjah, dan menjelang penanaman MT II, perlu dilakukan

sistem culik atau teknologi lain, sehingga waktu persemaian dapat disegerakan.

Selain tanggal tanam, prediktor yang paling memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap hasil yang diperoleh adalah irigasi dan varietas.

Bahasan pada Bab berikutnya adalah kelayakan ekonomi teknologi

budidaya yang dihasilkan. Berdasarkan perhitungan ekonominya, dipilih teknologi

yang terbaik dengan biaya minimal.

Page 94: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

72

Page 95: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

73

IV. ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI TEKNOLOGI BUDIDAYA UNTUK PENANGGULANGAN RISIKO IKLIM

4.1. Pendahuluan

Evaluasi teknologi adaptasi mengamati teknologi apa yang dilakukan

petani, bagaimana variasi sarana produksi yang digunakan petani, misalnya

bagaimana pupuknya, berapa takaran yang digunakan, varietas apa yang

digunakan, bagaimana sistem irigasinya, sehingga diperoleh pilihan teknologi

terbaik.

Untuk melakukan pemilihan teknologi terbaik, dilakukan dengan

pendekatan fungsi risiko. Fungsi risiko merupakan bagian dari fungsi produksi

dalam pertanian. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan

hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input)

(Pindyck dan Rubenfeld 2001 yang diacu dalam Rianse dan Abdi (2009)).

Produksi merupakan penciptaan kegunaan atau penciptaan barang dan jasa yang

ingin dibeli masyarakat (Rianse dan Abdi 2009). Teori produksi adalah

menganalisis perilaku suatu usaha dengan teknologi yang ada dan

menkombinasikan berbagai faktor input untuk menghasilkan output yang secara

ekonomi efisien.

Secara matematik fungsi produksi dapat diformulasikan sebagai berikut :

Y =f(Xi,X2,X3,....Xn)

Keterangan : Y = output yang dihasilkan

Xi,....Xn = faktor-faktor produksi yang merupakan variabel input seperti tenaga

kerja, pupuk, pestisida, bibit, jam penggunaan traktor dan lain-lain

Sedangkan apabila dikaitkan dengan faktor tetap (Z), maka : Y = f (Xi, Zi),

dimana Z terdiri dari lahan, peralatan, infrastruktur, pelayanan penyuluhan, dan

kondisi eksogen seperti cuaca dan lain-lain.

Dalam fungsi produksi yang ingin diketahui adalah seberapa besar

keuntungan atau keuntungan maksimum yang mungkin diperoleh dari suatu usaha

tani. Berkaitan dengan hal inilah fungsi risiko diperhitungkan. Fungsi risiko

merupakan fungsi yang diperoleh dari input-input penentu yang mempengaruhi

terhadap fluktuasi keuntungan atau kerugian suatu usaha tani.

Menurut Soekartawi (2006) adalah penting untuk memahami analisis

usaha tani. Ilmu usaha tani didefinisikan sebagi ilmu yang mempelajari bagaimana

Page 96: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

74

seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk

tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif

apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka

miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut

menghasilkan output yang melebihi input.

Pilihan teknologi yang tersedia berupa pilihan varietas, pemupukan, irigasi,

bahan organik, yang didukung dengan informasi pola curah hujan dapat dijadikan

sebagi acuan petani dalam mencari waktu tanam terbaik, untuk meminimalkan

dampak variabilitas iklim. Pilihan teknologi yang ideal memungkinkan suatu usaha

tani berlangsung secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, pemilihan teknologi

didasarkan kepada hasil terbaik yang diperoleh dengan biaya yang lebih minimal.

Penelaahan teknologi ini dilakukan melalui evaluasi dampak keragaman

iklim terhadap kelayakan ekonomi teknologi budidaya untuk penanggulangan risiko

iklim. Termasuk di dalamnya adalah upaya untuk memahami sistem usaha tani

petani, yang dilengkapi dengan cost analisis (benefit and cost ratio). Sehingga

dengan penggunaan teknologi adaptasi yang dilakukan tersebut dapat dihitung

untung ruginya. Sehingga diperoleh komponen teknologi dengan output yang

terbaik, mengingat masukan teknologi yang bervariasi, akan memberikan output

yang juga bervariasi.

4.2. Metodologi

4.2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Pacitan.

4.2.2. Bahan, Alat dan Perangkat Lunak Bahan yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini, yaitu:

14. Data penggunaan pupuk existing

15. Data irigasi

16. Data varietas existing

17. Data pola tanam existing

18. Output keluaran hasi simulasi DSSAT

19. Data harga

20. Data biaya

Page 97: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

75

4.2.3. Metodologi Penelitian

4.2.3.1. Analisis kelayakan ekonomi Teknologi budidaya Dampak keragaman iklim jangka panjang kaitannya dengan produksi, dikaji

melalui tahapan sebagai berikut:

h. Masukan teknologi yang bervariasi akan memberikan keragaman hasil yang

cukup menyebar. Berdasarkan hasil yang tertinggi, dengan menelaah

teknologi yang digunakan, kemudian dilakukan pemilihan teknologi-teknologi

budidaya. Opsi teknologi tersebut kemudian digunakan sebagai input dalam

penghitungan keuntungan dan kerugian. Proses tersebut disajikan pada

Gambar 4.1.

i. Penilaian teknologi menyangkut keuntungan atau kerugian dilakukan

berdasarkan kelayakan secara ekonomi, dengan menggunakan analisis

biaya manfaat. Dengan melakukan analisis biaya manfaat dapat dinilai

apakah suatu kegiatan atau teknologi dapat dilaksanakan atau tidak, sesuai

dengan masukan teknologi terpilih. Dalam prakteknya digunakan kriteria

investasi untuk menilai kelayakan yaitu Net Benefit-Cost Ratio (BCR).

Digunakan data biaya, data harga, data iklim dan opsi teknologi berdasarkan

keluaran model simulasi DSSAT yang diperoleh dari hasil sebelumnya.

Perhitungan Net BCR dilakukan untuk melihat berapa manfaat bersih yang

diterima oleh suatu kegiatan untuk setiap satu rupiah pengeluaran bersih.

Net BCR akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika Net

BCR >1. Sedangkan apabila Net BCR= 1, maka kegiatan tersebut tidak

untung dan juga tidak rugi (marjinal atau pas-pasan), sehingga terserah

kepada penilai pengambil keputusan dilaksanakan atau tidak. Apabila Net

BCR < 1 maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak

dilaksanakan. Persamaan net BC Ratio disajikan pada persamaan berikut.

j. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari output DSSAT, maka dapat dilihat

teknologi mana yang memberikan hasil terbaik pada tanggal-tanggal tanam

tertentu. Hal tersebut ditunjukkan oleh persamaan-persamaan mengenai BC

Ratio yang diproses dengan regresi menggunakan minitab ver. 14.

Page 98: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

76

Persamaan tersebut berasal dari prediktor yang beberapa diantaranya dibuat

variabel dummy (Tabel. 4.1). Untuk prediktor yang memberikan pengaruh

yang signifikan, diberi garis bawah pada persamaan, yang menyatakan

bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada taraf α=0.05.

Gambar 4.1. Diagram alir analisis kelayakan teknologi budidaya

Data biaya dan harga

BCR

Kelayakan teknologi budidaya

TEKNOLOGI REKOMENDASI

berdasarkan KELAYAKAN SECARA EKONOMI

Stop

Tidak layak

Layak

Data iklim, sifat genetis, tanah, dan alternatif teknologi

‘Yield’ keluaran model simulasi teknologi budidaya

Keuntungan Pendapatan

Page 99: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

77

Tabel 4.1 Prediktor untuk mendapatkan persamaan BC Ratio

No. Prediktor Keterangan 7. V menunjukkan varietas, 0=IR 64, 1=IR 8 Variabel dummy 8. AnoSSTNino4 adalah anomali SST Nino 4 bulan Agustus 9. CHfase1 adalah curah hujan fase 1 (merupakan Keluaran DSSAT akumulasi curah hujan pada umur tanaman 1-55 hari)

10. CHfase2 adalah curah hujan fase 2 (merupakan Keluaran DSSAT akumulasi curah hujan pada umur tanaman 56-75 hari)

11. CHfase3 adalah curah hujan fase 3 (merupakan Keluaran DSSAT akumulasi curah hujan pada umur tanaman

76-96 hari) 12. Irigasi, 0=tanpa irigasi, 1=pemberian Irigasi pada Variabel dummy fase 1 sebesar 349.8 mm, pada fase 2 sebesar 189 mm dan pada fase 3 sebesar 163.8 mm 7. Pupuk, terdiri dari 3 paket: -1, 0 dan 1. Variabel dummy -1 = Urea 250 kg-SP 36 100 kg- KCl 100 kg 0 = Urea 230 kg-SP 36 100 kg-KCl 50 kg 1 = Urea 200 kg-SP 36 50 kg-KCl 80 kg. (komposisi anjuran untuk Kecamatan Pacitan) 8. Organik, terdiri dari 3 paket: 0, -1 dan 1. Variabel dummy 0 = tanpa BO, -1 = diberi BO sebesar 5 ton jerami /ha,

1 = diberi BO sebesar 2 ton pukan /ha ___________________________________________________________________ Keterangan : CH fase berdasarkan data curah hujan hasil keluaran simulasi DSSAT

4.3. Hasil dan Pembahasan

4.3.1. Analisis BC Ratio Responden Perhitungan usaha tani Responden di Kecamatan Pringkuku didasarkan

kepada hasil survey Responden. Gambar 4.2 menyajikan hasil perhitungan BC

Ratio Responden yang bervariasi mulai dari 0 hingga 2.4. Asumsi yang

digunakan adalah tenaga kerja dihitung sebagai input biaya dan BC Ratio minus

dianggap keuntungan sama dengan nol. Hanya sebagian Responden yang

untung dalam usaha taninya, atau sekitar 42%. Usaha tani dikatakan untung

apabila nilai BC Ratio>1.

Page 100: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

78

Gambar 4.2 BC Ratio sebagian responden

4.3.2. Analisis kelayakan eknolomi teknologi budidaya Perhitungan BC Ratio dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung

analisis usaha tani. Sebagai input usaha tani adalah kebiasaan petani yang

diperoleh dari hasil survey. Sedangkan asumsi harga gabah disesuaikan dengan

kondisi terakhir. Hasil analisis usaha tani kemudian dibandingkan terhadap ‘hasil’

yang diperoleh dari simulasi DSSAT.

Hasil BC Ratio pada Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa tanggal tanam untuk

musim tanam kedua akan memberikan penurunan hasil, apabila waktu tanam

mundur. Penanaman hingga 1 Maret masih memberikan peluang yang

menjanjikan (BC Ratio>1) artinya penanaman masih menguntungkan.

Pemilihan teknologi didasarkan kepada hasil terbaik yang diperoleh dengan

biaya yang lebih minimal. Simulasi yang dilakukan menggunakan perbedaan

varietas, irigasi dan pemupukan. Berdasarkan BC Ratio yang diperoleh untuk

setiap perlakuan, umumnya tanggal tanam merupakan peubah yang sangat

menentukan terhadap keberhasilan atau kegagalan panen. Kombinasi tanggal

tanam dengan perlakuan pupuk, irigasi dan varietas, memberikan hasil bahwa

untuk musim tanam kedua, akan memberikan hasil yang terbaik apabila ditanam

pada pertengahan Januari atau awal Februari. Dengan pertimbangan saat itu,

Page 101: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

79

penanaman pada MH sudah panen. Untuk itu, penanaman pada MH sebaiknya

menggunakan varietas genjah, dan menjelang penanaman MT II, perlu dilakukan

sistem culik atau teknologi lain, sehingga waktu persemaian dapat disegerakan.

Tabel 4.2 Ilustrasi penghitungan BC Ratio (Kecamatan Arjosari)

Tanggal tanam

Hasil Arjosari

Harga gabah

Pendapatan Biaya produksi

Keuntungan BC RATIO

1-Jan 3,746.50 4,100.00 15,360,650.00 4,874,000.00 10,486,650.00 2.15 15-Jan 3,467.39 4,100.00 14,216,294.44 4,874,000.00 9,342,294.44 1.92 1-Feb 2,994.11 4,100.00 12,275,855.56 4,949,000.00 7,326,855.56 1.48

15-Feb 2,914.28 4,100.00 11,948,538.89 4,949,000.00 6,999,538.89 1.41 1-Mar 2,888.33 4,100.00 11,842,166.67 5,024,000.00 6,818,166.67 1.36

15-Mar 2,015.17 4,100.00 8,262,183.33 5,024,000.00 3,238,183.33 0.64 1-Apr 1,681.94 4,100.00 6,895,972.22 5,099,000.00 1,796,972.22 0.35

15-Apr 1,360.44 4,100.00 5,577,822.22 5,099,000.00 478,822.22 0.09 01-Mei 1,608.11 4,100.00 6,593,255.56 5,174,000.00 1,419,255.56 0.27 15-Mei 1,473.44 4,100.00 6,041,122.22 5,174,000.00 867,122.22 0.17

1-Jun 921.44 4,100.00 3,777,922.22 5,249,000.00 0 0.00 15-Jun 988.28 4,100.00 4,051,938.89 5,249,000.00 0 0.00

1-Jul 1,179.17 4,100.00 4,834,583.33 5,324,000.00 0 0.00 15-Jul 1,095.58 4,100.00 4,491,891.67 5,324,000.00 0 0.00

01-Agu 1,595.42 4,100.00 6,541,208.33 5,474,000.00 1,067,208.33 0.19 15-Agu 2,311.25 4,100.00 9,476,125.00 5,474,000.00 4,002,125.00 0.73

1-Sep 2,920.67 4,100.00 11,974,733.33 5,474,000.00 6,500,733.33 1.19 15-Sep 3,057.33 4,100.00 12,535,066.67 5,474,000.00 7,061,066.67 1.29 01-Okt 3,146.08 4,100.00 12,898,941.67 5,474,000.00 7,424,941.67 1.36 15-Okt 3,254.75 4,100.00 13,344,475.00 5,474,000.00 7,870,475.00 1.44 1-Nov 3,239.58 4,100.00 13,282,291.67 4,874,000.00 8,408,291.67 1.73

15-Nov 3,166.33 4,100.00 12,981,966.67 4,874,000.00 8,107,966.67 1.66 01-Des 3,063.67 4,100.00 12,561,033.33 4,874,000.00 7,687,033.33 1.58 15-Des 2,673.33 4,100.00 10,960,666.67 4,874,000.00 6,086,666.67 1.25

Penghitungan BC Ratio pada tahun-tahun Normal, El-Nino dan La-Nina

diilustrasikan pada Gambar 4.2 hingga 4.4. Penghitungan tersebut didasarkan

pada nilai curah hujan yang merupakan output hasil simulasi DSSAT Kecamatan

Pacitan. Dengan menarik garis batas BC Ratio pada nilai 1.5, penanaman pada

tahun-tahun Normal di Pacitan yang perlu mendapat perhatian lebih baik adalah

Page 102: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

80

pada 15 Februari hingga 15 Maret. Penanaman pada tahun-tahun El-Nino, perlu

mendapatkan penanganan yang baik hampir sepanjang tahun, terutama dari

Januari hingga Agustus, sedangkan pada tahun-tahun La-Nina, penanaman 15

Maret hingga 15 April harus direncanakan dengan sebaik-baiknya.

Gambar 4.2 BC Ratio tahun-tahun Normal Gambar 4.3 BC Ratio tahun-tahun El-Nino

Dat

a

15-D

es

01-D

es

15-N

ov

01-N

ov

15-O

kt

01-O

kt

15-S

ep

01-S

ep

15-A

gu

01-A

gu15

-Jul

01-Ju

l

15-Ju

n

01-Ju

n

15-M

ei

01-M

ei

15-A

pr

01-A

pr

15-M

ar

01-M

ar

15-Feb

01-Feb

15-Ja

n

01-Ja

n

6

5

4

3

2

1

0

1.5

BC Rasio Tahun-tahun Normal

Dat

a

15-D

es

01-D

es

15-N

ov

01-N

ov

15=Okt

01-O

kt

15-S

ep

01-S

ep

15-A

gu

01-A

gu15

-Jul

01-Ju

l

15-Ju

n

01-Ju

n

15-M

ei

01-M

ei

15-A

pr

01-A

pr

15-M

ar

01-M

ar

15-Fe

b

01-Fe

b

15-Ja

n

01-Ja

n

6

5

4

3

2

1

0

1.5

BC Rasio Tahun-tahun El-Nino

Page 103: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

81

Gambar 4.4 BC Ratio tahun-tahun La-Nina

Tabel 4.3 Persamaan BC Ratio setiap tanggal tanam

Tanggal tanam

Persamaan R2 p RMSE

1 Jan BCR_1 Jan = 2.20 - 0.605 V - 0.459 AnoSSTNino4 - 0.000863 CH-fase1 + 0.000607 CH-fase2 + 0.000137 CH-fase3 + 2.47 Irigasi - 0.476 Pupuk

59.2

+ 0.177 Organik

0.000 1.129

15 Jan BCR_15 Jan = 1.56 - 0.391 V - 0.425 AnoSSTNino4 - 0.000268 CH-fase1 - 0.000318 CH-fase2 + 0.00162 CH-fase3 + 2.28 Irigasi - 0.425 Pupuk

54.8

+ 0.138 Organik

0.000 1.130

1 Feb BCR_1 Feb = 0.994 - 0.463 V - 0.299 AnoSSTNino4 + 0.000258 CH-fase1 - 0.000537 CH-fase2 + 0.00374 CH-fase3 + 2.25 Irigasi - 0.331 Pupuk

58.4

+ 0.0935 Organik

0.000 1.047

15 Feb BCR_15 Feb = 1.06 - 0.302 V - 0.276 AnoSSTNino4 - 0.000225 CH-fase1 + 0.00137 CH-fase2 + 0.00163 CH-fase3 + 2.45 Irigasi - 0.324 Pupuk

59.3

+ 0.116 Organik

0.000 1.074

1 Mar BCR_1 Mar = 1.11 - 0.291 V - 0.268 AnoSSTNino4 - 0.000399 CH-fase1 + 0.00152 CH-fase2 + 0.000389 CH-fase3 + 2.50 Irigasi - 0.322 Pupuk

53.1

+ 0.108 Organik

0.000 1.232

15 Mar BCR_15 Mar = 1.05 - 0.472 V - 0.210 AnoSSTNino4 - 0.000094 CH-fase1 - 0.000710 CH-fase2 - 0.00085 CH-fase3 + 2.72 Irigasi - 0.318 Pupuk

56.4

+ 0.074 Organik

0.000 1.256

1 Apr

BCR_1 Apr = 0.831 - 0.457 V - 0.357 AnoSSTNino4 + 0.000011 CH-fase1 - 0.00170 CH-fase2 + 0.00884 CH-fase3 + 2.57 Irigasi - 0.312 Pupuk

60.0

+ 0.0948 Organik

0.000 1.231

Dat

a

15-D

es

01-D

es

15-N

ov

01-N

ov

15-O

kt

01-O

kt

15-S

ep

01-S

ep

15-A

gu

01-A

gu15

-Jul

01-Ju

l

15-Ju

n

01-Ju

n

15-M

ei

01-M

ei

15-A

pr

01-A

pr

15-M

ar

01-M

ar

15-Feb

01-Feb

15-Ja

n

01-Ja

n

6

5

4

3

2

1

0

1.5

BC Rasio Tahun-tahun La-Nina

Page 104: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

82

Tanggal tanam

Persamaan R2 p RMSE

15 Apr BCR_15 Apr = 0.379 - 0.418 V - 0.385 AnoSSTNino4 + 0.000474 CH-fase1 + 0.00308 CH-fase2 + 0.0157 CH-fase3 + 2.62 Irigasi - 0.362 Pupuk

65.5

+ 0.129 Organik

0.000 1.128

1 Mei BCR_1 Mei = 0.460 - 0.318 V - 0.191 AnoSSTNino4 + 0.000779 CH-fase1 + 0.00753 CH-fase2 + 0.00681 CH-fase3 + 2.51 Irigasi - 0.303 Pupuk

61.8

+ 0.0810 Organik

0.000 1.153

15 Mei BCR_15 Mei = 0.337 - 0.332 V - 0.020 AnoSSTNino4 + 0.00291 CH-fase1 + 0.00698 CH-fase2 + 0.00828 CH-fase3 + 2.38 Irigasi - 0.251 Pupuk

59.8

+ 0.0653 Organik

0.000 1.120

1 Jun BCR_1 Jun = 0.458 - 0.365 V + 0.094 AnoSSTNino4 + 0.00443 CH-fase1 + 0.00543 CH-fase2 + 0.00342 CH-fase3 + 2.06 Irigasi - 0.231 Pupuk

58.7

+ 0.0567 Organik

0.000 1.034

15 Jun BCR_15 Jun = 0.553 - 0.449 V + 0.139 AnoSSTNino4 + 0.00495 CH-fase1 + 0.00019 CH-fase2 + 0.00572 CH-fase3 + 1.87 Irigasi - 0.180 Pupuk

61.2

+ 0.0316 Organik

0.000 0.950

1 Jul BCR_1 Jul = 0.681 - 0.435 V + 0.123 AnoSSTNino4 + 0.00640 CH-fase1 + 0.00419 CH-fase2 + 0.00368 CH-fase3 + 1.49 Irigasi - 0.185 Pupuk

54.3

+ 0.0252 Organik

0.000 0.943

15 Jul BCR_15 Jul = 0.965 - 0.570 V + 0.130 AnoSSTNino4 + 0.00643 CH-fase1 + 0.00171 CH-fase2 + 0.00276 CH-fase3 + 1.20 Irigasi - 0.263 Pupuk

51.6

+ 0.0731 Organik

0.000 0.888

1 Agu BCR_1 Agu = 1.68 - 0.586 V - 0.177 AnoSSTNino4 + 0.00298 CH-fase1 + 0.000849 CH-fase2 + 0.00168 CH-fase3 + 0.668 Irigasi - 0.304 Pupuk

49.7

+ 0.0942 Organik

0.000 0.684

15 Agu BCR_15 Agu = 2.01 - 0.543 V - 0.394 AnoSSTNino4 + 0.00142 CH-fase1 + 0.00119 CH-fase2 + 0.000390 CH-fase3 + 0.358 Irigasi - 0.342 Pupuk

42.7

+ 0.110 Organik

0.000 0.706

1 Sep BCR_1 Sep = 2.31 - 0.608 V - 0.265 AnoSSTNino4 + 0.000446 CH-fase1 + 0.000794 CH-fase2 + 0.000744 CH-fase3 + 0.0515 Irigasi - 0.393 Pupuk

47.5

+ 0.144 Organik

0.000 0.557

15 Sep BCR_15 Sep = 2.58 - 0.686 V - 0.195 AnoSSTNino4 + 0.000506 CH-fase1 + 0.000422 CH-fase2 + 0.000654 CH-fase3 - 0.199 Irigasi - 0.413 Pupuk

67.4

+ 0.152 Organik

0.000 0.366

1 Okt BCR_1 Okt = 2.80 - 0.732 V - 0.0495 AnoSSTNino4 + 0.000341 CH-fase1 + 0.000344 CH-fase2 + 0.000406 CH-fase3 - 0.245 Irigasi - 0.435 Pupuk

76.6

+ 0.166 Organik

0.000 0.288

15 Okt BCR_15 Okt = 2.90 - 0.736 V + 0.0515 AnoSSTNino4 + 0.000398 CH-fase1 + 0.000204 CH-fase2 - 0.000490 CH-fase3 - 0.177 Irigasi - 0.433 Pupuk

52.6

+ 0.166 Organik

0.000 0.482

1 Nov BCR_1 Nov = 3.48 - 0.803 V - 0.0912 AnoSSTNino4 + 0.000268 CH-fase1 - 0.00159 CH-fase2 + 0.000686 CH-fase3 + 0.422 Irigasi - 0.105 Pupuk

56.8

- 0.614 Organik

0.000 0.541

15 Nov BCR_15 Nov = 2.59 - 0.461 V - 0.288 AnoSSTNino4 + 0.000037 CH-fase1 - 0.000841 CH-fase2 + 0.000430 CH-fase3 + 0.804 Irigasi - 0.450 Pupuk

40.5

+ 0.170 Organik

0.000 0.738

1 Des BCR_1 Des = 2.37 - 0.545 V - 0.330 AnoSSTNino4 - 0.000380 CH-fase1 - 0.000731 CH-fase2 + 0.000868 CH-fase3 + 1.30 Irigasi - 0.458 Pupuk

47.4

+ 0.180 Organik

0.000 0.867

15 Des BCR_15 Des = 2.66 - 0.802 V - 0.309 AnoSSTNino4 - 0.000556 CH-fase1 - 0.000332 CH-fase2 + 0.000507 CH-fase3 + 1.28 Irigasi - 0.495 Pupuk

51.5

+ 0.196 Organik

0.000 0.838

Keterangan : yang diberi garis bawah, nyata pada α=0.05

Page 105: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

83

BCR_1 Jun = 0.458 - 0.365 V + 0.094 AnoSSTNino4 + 0.00443 CH-fase1 + 0.00543 CH-fase2 + 0.00342 CH-fase3 + 2.06 Irigasi - 0.231 Pupuk + 0.0567 Organik

Persamaan di atas bermakna :

• Konstanta = 0.458, menunjukkan BC ratio yang diharapkan akan diperoleh pada tanggal tanam 1 Juni kalau menggunakan varietas IR 8, SST pada kondisi rata-rata, tidak ada hujan pada fase 1, fase 2 dan fase 3, tanpa irigasi, paket pupuk yang digunakan paket 230 kg Urea-100 kg SP-36-50 kg KCl dan tanpa bahan organik.

• - 0.365 V = Kalau menggunakan varietas yang pertama (IR 64) maka akan memberikan BC ratio yang lebih rendah 0.365 dibanding varietas yang kedua (IR 8).

• 0.094 AnoSSTNino4= Kalau AnoSSTNino4 naik sebesar 1 satuan (1oC) akan menyebabkan penurunan BCR sebesar 0.094

• 0.00443 CH fase1 = Setiap peningkatan CHfase1 satu satuan (1 mm) akan menyebabkan peningkatan BCR sebesar 0.00443.

• 0.00543 CH fase2 = Setiap peningkatan CHfase2 satu satuan (1 mm) akan menyebabkan peningkatan BCR sebesar 0.00543.

• 0.00342 CH fase3 = Setiap peningkatan CHfase3 satu satuan (1 mm) akan menyebabkan peningkatan BCR sebesar 0.00342.

• 2.06 Irigasi = kalau menggunakan Irigasi maka akan memberikan prediksi BCR yang lebih tinggi sebesar 2.06 dibanding tanpa Irigasi pada tanggal tanam 1 Juni

• -0.231 pupuk = kalau menggunakan kombinasi pupuk yang pertama maka akan terjadi peningkatan BCR sebesar 0.231, dibanding kalau menggunakan kombinasi pupuk yang kedua, sedangkan kalau menggunakan kombinasi pupuk yang ketiga akan menurunkan BCR sebesar 0.231.

• 0.0567 organik = kalau menggunakan bahan organik jerami maka akan terjadi pengurangan BCR 0.0567 dibanding kalau tanpa menggunakan bahan organik, sedangkan kalau menggunakan bahan organik pukan 2 ton/ha akan memberikan peningkatan BCR sebesar 0.0567.

Page 106: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

84

Berdasarkan penghitungan kelayakan ekonomi yang diwakili dengan

penghitungan BC Ratio, terlihat bahwa penanaman MT II pada tanggal tanam 1

Februari memberikan error yang paling rendah, dibanding bulan-bulan lain, dimana

petani biasa melakukan penanaman untuk MT II dan pada saat itu penanaman

pada MH sudah panen. Pada persamaan BC Ratio, selain irigasi dan varietas,

pupuk juga memperlihatkan nilai yang signifikan. Hal tersebut diperlihatkan

dengan kontribusi pupuk terhadap model persamaan yang diperoleh, yang

ditunjukkan pada Tabel 4.4. Koefisien dan SS (sumbangan keragaman terhadap

model/ persamaan yang dihasilkan memperlihatkan bahwa irigasi memberi

pengaruh dominan pada tanggal tanam, kecuali tanggal tanam 15 Agustus hingga

1 November. Pada tanggal-tanggal tersebut, keragaman persamaan lebih

diperlihatkan oleh perbedaan pupuk yang diberikan. Dengan demikian, pada

tanggal tanam 15 Agustus hingga 1 November perbedaan perlakuan pupuk

memberikan perbedaan BC Ratio yang cukup signifikan. Sejalan dengan

penggunaan pupuk, penggunaan varietas pada tanggal-tanggal tersebut juga

mmeberikan sumbangan keragaman yang dominan terhadap persamaan BC Ratio

yag dihasilkan.

Page 107: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

85

Tabel 4.4. Koefisien persamaan BC Rasio dan kontribusi masing-masing prediktor

Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS

K 1.56 1.59 0.99 1.06 1.11

V -0.39 2.54 -0.39 2.53 -0.46 3.58 -0.30 1.39 -0.29 1.27

AnoSST -0.42 3.28 -0.44 3.28 -0.30 2.30 -0.28 1.77 -0.27 1.39

CH-fase1 0.00 0.17 0.00 0.17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.11

CH-fase2 0.00 0.07 0.00 0.01 0.00 0.08 0.00 1.30 0.00 0.56

CH-fase3 0.00 1.17 0.00 1.35 0.00 5.42 0.00 0.28 0.00 0.05

Irigasi 2.28 86.53 2.28 86.41 2.25 84.73 2.45 91.95 2.50 93.39

Pupuk -0.42 5.61 -0.42 5.61 -0.33 3.61 -0.32 2.89 -0.32 2.88

Organik 0.14 0.63 0.14 0.63 0.09 0.29 0.12 0.41 0.11 0.35

Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS

K 1.05 0.83 0.38 0.46 0.34

V -0.47 2.82 -0.46 2.37 -0.42 1.86 -0.32 1.21 -0.33 1.52

AnoSST -0.21 0.62 -0.36 3.08 -0.38 2.87 -0.19 2.03 -0.02 1.12

CH-fase1 0.00 0.09 0.00 0.00 0.00 0.05 0.00 1.40 0.00 8.84

CH-fase2 0.00 0.14 0.00 1.18 0.00 9.39 0.01 13.43 0.01 7.61

CH-fase3 0.00 0.07 0.01 16.16 0.02 9.69 0.01 4.20 0.01 1.06

Irigasi 2.72 93.47 2.57 74.89 2.62 73.27 2.51 75.37 2.38 77.96

Pupuk -0.32 2.66 -0.31 2.11 -0.36 2.52 -0.30 2.20 -0.25 1.76

Organik 0.07 0.14 0.09 0.20 0.13 0.36 0.08 0.16 0.07 0.12

Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS

K 0.46 0.55 0.68 0.96 1.68

V -0.37 2.26 -0.45 3.64 -0.44 4.61 -0.57 9.93 -0.59 19.13

AnoSST 0.09 0.68 0.14 0.66 0.12 0.79 0.13 1.17 -0.18 17.97

CH-fase1 0.00 21.28 0.00 21.78 0.01 23.95 0.01 18.38 0.00 9.94

CH-fase2 0.01 1.28 0.00 0.29 0.00 9.74 0.00 13.58 0.00 12.18

CH-fase3 0.00 0.76 0.01 9.16 0.00 5.24 0.00 8.45 0.00 5.15

Irigasi 2.06 71.79 1.87 63.14 1.49 53.71 1.20 43.99 0.67 24.82

Pupuk -0.23 1.86 -0.18 1.30 -0.18 1.92 -0.26 4.18 -0.30 9.83

Organik 0.06 0.11 0.03 0.04 0.03 0.03 0.07 0.33 0.09 0.99

Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS

K 2.01 2.31 2.58 2.80 2.90

V -0.54 20.42 -0.61 33.94 -0.69 43.71 -0.73 51.13 -0.74 53.87

AnoSST -0.39 27.56 -0.26 18.93 -0.19 8.96 -0.05 1.20 0.05 0.01

CH-fase1 0.00 20.01 0.00 10.54 0.00 6.07 0.00 3.16 0.00 3.85

CH-fase2 0.00 5.57 0.00 1.05 0.00 1.85 0.00 1.38 0.00 0.47

CH-fase3 0.00 0.63 0.00 6.25 0.00 3.33 0.00 0.59 0.00 0.73

Irigasi 0.36 8.89 0.05 0.24 -0.20 3.67 -0.25 5.73 -0.18 3.12

Pupuk -0.34 15.24 -0.39 25.22 -0.41 28.11 -0.44 31.54 -0.43 32.47

Organik 0.11 1.68 0.14 3.82 0.15 4.30 0.17 5.27 0.17 5.48

Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS

K 3.07 2.59 2.37 2.66

V -0.80 42.95 -0.46 14.73 -0.54 11.27 -0.80 22.19

AnoSST -0.09 0.26 -0.29 8.43 -0.33 5.37 -0.31 2.79

CH-fase1 0.00 0.66 0.00 0.27 0.00 0.06 0.00 0.76

CH-fase2 0.00 7.43 0.00 2.55 0.00 1.71 0.00 0.10

CH-fase3 0.00 1.09 0.00 0.59 0.00 1.21 0.00 0.26

Irigasi 0.42 11.88 0.80 44.82 1.30 64.20 1.28 56.80

Pupuk -0.51 30.15 -0.45 24.61 -0.46 13.71 -0.49 14.45

Organik 0.20 5.57 0.17 4.01 0.18 2.46 0.20 2.66

15-Mar 1-Apr 15-Apr 1 Mei 15 Mei

1-Jan 15-Jan 1-Feb 15-Feb 1-Mar

15 Des

1-Jul 15-Jul 1-Aug

15-Aug 1-Sep 15-Sep 1-Oct 15-Oct

1-Nov 15-Nov 1 Des

15 Juni1 Juni

Page 108: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

86

4.4. Simpulan Berdasarkan BC Ratio yang diperoleh untuk setiap perlakuan, seperti

halnya produksi yang diperoleh, umumnya tanggal tanam merupakan peubah yang

sangat menentukan terhadap keberhasilan atau kegagalan panen. Kombinasi

tanggal tanam dengan perlakuan pupuk, irigasi dan varietas, memberikan hasil

bahwa untuk musim tanam kedua, akan memberikan hasil yang terbaik apabila

ditanam pada pertengahan Januari atau awal Februari. Penanaman MT II pada

tanggal tanam 1 Februari memberikan error yang paling rendah, dibanding bulan-

bulan lain.

Penghitungan BC Ratio pada tahun-tahun Normal, El-Nino dan La-Nina

didasarkan pada nilai curah hujan yang merupakan output hasil simulasi DSSAT

Kecamatan Pacitan. Dengan menarik garis batas BC Ratio pada nilai 1.5,

penanaman pada tahun-tahun Normal di Pacitan yang perlu mendapat perhatian

lebih baik adalah pada 15 Februari hingga 15 Maret dan 1 Juni. Penanaman pada

tahun-tahun El-Nino, perlu mendapatkan penanganan yang baik hampir sepanjang

tahun, terutama dari Januari hingga Agustus, sedangkan pada tahun-tahun La-

Nina, penanaman 15 Maret hingga 15 April harus direncanakan dengan sebaik-

baiknya.

Analisis kelayakan ekonomi yang dilakukan adalah untuk menghitung

pertanaman pada tanggal tanam berbeda yang didukung dengan pilihan teknologi

budidaya, sehingga diperoleh gambaran untuk memilih teknologi yang dianggap

terbaik. Informasi yang diperoleh ini merupakan salah satu dukungan terhadap

informasi kalender tanam dinamik. Oleh karena itu, pada bab berikutnya akan

dibahas mengenai state of the art (pengembangan) kalender tanam dinamik di

Indonesia untuk pengelolaan risiko iklim.

Page 109: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

87

V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM

5.1. Pendahuluan

Kalender tanam pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat tani oleh

Kementerian Pertanian (Syahbuddin et al. 2007; Las et al. 2007). Di pihak lain,

IPB melalui CCROM bekerja sama dengan BMKG, melakukan penelitian yang

menghasilkan sebuah Kalender Pertanian Indonesia (Boer et al. 2007). Gaung

kalender tanam semakin terdengar, ketika kalender tanam dipromosikan

Kementerian Pertanian mulai tahun 2007 dan dirangkum/direvisi dalam sebuah

kalender tanam terpadu mulai akhir tahun 2011 (http://www.katam.litbang.go.id).

Menurut Boer (2002), kalender tanaman merupakan sistem penanggalan

yang menunjukkan tingkat kepentingan hubungan antara kondisi lingkungan

dengan fase pertumbuhan tanaman. Jadi kalender tanaman akan memperlihatkan

kondisi lingkungan yang bagaimana yang tidak diinginkan atau diinginkan tanaman

dan pada fase pertumbuhan yang mana tanaman menjadi sangat sensitif terhadap

kondisi lingkungan tersebut. Pendapat Syahbuddin et al. (2007) menyatakan

bahwa Kalender tanam adalah suatu informasi yang menggambarkan potensi pola

tanam dan waktu tanam tanaman semusim, terutama padi, berdasarkan potensi

dan dinamika sumber daya iklim dan air. Kalender tanam ini merekomendasikan

alternatif pola tanam.

Pada awal perkenalan mengenai kalender tanam yang dikeluarkan Litbang

Pertanian, kalender tanam yang ada merupakan tabulasi dari tahun Normal, El-

Nino, La-Nina dan existing petani setempat. Namun demikian sudah

merekomendasikan pola tanam sampai level kecamatan, meskipun masih bersifat

statis. Di lain pihak, kalender pertanian yang diperkenalkan Boer et al. (2007),

menyampaikan permulaan teknik-teknik yang menyajikan informasi kalender

tanam yang dapat diakses dan digunakan pengguna dengan memasukkan nilai

tertentu pada web. Metode yang diperkenalkan dalam hal ini mengarah pada

penggunaan kalender tanam dinamik.

Kalender tanam perlu dikembangkan ke arah yang berorientasi dinamik,

karena dengan dikeluarkannya kalender tanam dinamik, dapat diketahui informasi

untuk setiap musim tanam, berdasarkan hasil prakiraan iklim yang dikeluarkan.

Page 110: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

88

Pengembangan kalender tanam dinamik berfungsi sebagai alat bantu

pengambilan keputusan. Kalender tanam dinamik diharapkan dapat membantu

otoritas lokal untuk mengevaluasi dan menilai tingkat risiko pengambilan

keputusan tertentu pada musim tertentu berdasarkan prakiraan iklim yang

diberikan. Informasi iklim pada musim yang akan datang, memungkinkan petani

mempunyai pilihan apakah akan menanam atau tidak, apa jenis tanaman yang

akan ditanam, varietas apa yang akan ditanam dan lain-lain. Sejalan dengan

pernyataan Buono et al. (2010) yang menegaskan bahwa penyusunan kalender

tanam dimaksudkan untuk memberi informasi kepada pengguna secara lebih

dinamis, sehingga diharapkan dapat menjadi panduan operasional baik bagi

penyuluh pertanian maupun petani dalam menjalankan usahataninya secara

berkelanjutan. Informasi yang komphrehensif dari berbagai sektor terkait dapat

membantu otoritas lokal untuk mempersiapkan manajemen potensi risiko iklim ke

depan dan membantu petani untuk memperkirakan waktu tanam menyesuaikan

dengan kondisi iklim.

Adapun manfaat Kalender Tanam, secara umum adalah (Runtunuwu et al.

2009):

• Menentukan waktu tanam per kecamatan berdasarkan kondisi iklim (basah-

kering-normal)

• Menentukan pola tanam berdasarkan potensi sumber daya air

• Menetapkan strategi penyediaan & distribusi sarana produksi

• Perencanaan budidaya & pengelolaan tanaman untuk

menghindari/mengurangi resiko iklim

Dalam kaitannya dengan kalender tanam, ada beberapa hal yang

melatarbelakangi mengapa kalender tanam perlu disusun. Hal ini terkait dengan

perlunya pengelolaan risiko iklim. Hal-hal tersebut, yaitu : 1). kejadian bencana

iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada ketersediaan air untuk

pertanian yang merupakan bagian dari risiko iklim, 2). Sebagai perencanaan awal

pertanian kaitannya dengan sistem informasi iklim, 3). teknologi yang digunakan

petani menyangkut pola bertanam petani sebagai bagian teknologi adaptasi yang

perlu disiapkan dan 4). kelembagaan yang menyertai, baik itu kelembagaan pusat

maupun daerah, menyangkut sarana dan prasarana.

Pribadi (2008) yang diacu dalam Lassa et al. (2009) menyatakan bahwa

suatu proses pengelolaan risiko bencana dapat melibatkan secara aktif

Page 111: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

89

masyarakat yang berisiko dalam mengkaji, menganalisis, menangani, memantau,

dan mengevaluasi risiko bencana untuk mengurangi kerentanannya dan

meningkatkan kemampuannya. Menurut Abarquez & Murshed (2004), dalam

pengelolaan risiko bencana diperlukan upaya pemberdayaan komunitas agar

dapat mengelola risiko bencana dengan tingkat keterlibatan pihak atau kelompok

masyarakat dalam perencanaan dan pemanfaatan sumber daya lokal dalam

kegiatan implementasi oleh masyarakat sendiri. Gambar 5.1. menyajikan sistem

pengelolaan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia dengan

mengutamakan komunikasi dan koordinasi pada pihak-pihak terkait.

Gambar 5.1 Ilustrasi salah satu pilar utama dalam sistem pengelolaan risiko

bencana dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia (Lassa et al. 2009)

Dalam kaitannya dengan kalender tanam, kegagalan dan keberhasilan

panen merupakan bagian dari pengelolaan risiko iklim. Berbicara mengenai risiko

(risk) berarti berbicara mengenai peluang (Boer 2002). Jadi dalam hal ini pilihan

pola tanam pada kalender tanam diharapkan dapat mengkalkulasi / menentukan

besarnya peluang suatu keadaan yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan

kegagalan atau kerusakan.

5.2. Pranata Mangsa, indigenous knowledge cikal bakal kalender tanam

Page 112: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

90

Secara tradisional, kalender tanam telah lama dikembangkan oleh petani

Indonesia. Masyarakat Jawa dan Bali menyebutnya Pranata Mangsa (Sunda),

Pranoto Mongso (Jawa) dan Kerta Masa (Bali). Pranata Mangsa dibutuhkan

sebagai penentuan atau patokan untuk bercocok tanam (Syahbuddin 2007)

Pranata mangsa merupakan pengetahuan indigenous. Menurut Johnson

(1992) yang diacu dalam Sunaryo dan Joshi (2003), pengetahuan indigenous

adalah sekumpulan pengetahuan yang diciptakan oleh sekelompok masyarakat

dari generasi ke generasi yang hidup menyatu dan selaras dengan alam.

Pengetahuan ini juga merupakan hasil kreativitas dan inovasi atau uji coba secara

terus-menerus dengan melibatkan masukan internal dan pengaruh eksternal

dalam usaha untuk menyesuaikan dengan kondisi baru setempat. Oleh karena itu

pengetahuan indigenous ini tidak dapat diartikan sebagai pengetahuan kuno,

terbelakang, statis atau tak berubah.

Pranata mangsa adalah semacam penanggalan yang dikaitkan dengan

kegiatan usaha pertanian, khususnya untuk kepentingan bercocok tanam atau

penangkapan ikan. Pranata mangsa berbasis peredaran matahari dan siklusnya

(setahun) berumur 365 hari (atau 366 hari) serta memuat berbagai aspek fenologi

dan gejala alam lainnya yang dimanfaatkan sebagai pedoman dalam kegiatan

usaha tani maupun persiapan diri menghadapi bencana (kekeringan, wabah

penyakit, serangan pengganggu tanaman, atau banjir) yang mungkin timbul pada

waktu-waktu tertentu.

Pranata mangsa berbentuk kalender tahunan yang bukan berdasarkan

kalender Syamsiah (Masehi) atau kalender Komariah (Hijrah/lslam) tetapi

berdasarkan kejadian-kejadian alam yaitu seperti musim penghujan, kemarau,

musim berbunga, dan letak bintang di jagat raya, serta pengaruh bulan purnama

terhadap pasang surutnya air laut (Wiriadiwangsa 2005). Pranata Mangsa

dibutuhkan pada saat itu sebagai penentuan atau patokan bila akan mengerjakan

sesuatu pekerjaan. Contohnya melaksanakan usaha tani seperti bercocok tanam

atau melaut sebagai nelayan, merantau dan mungkin juga berperang.

Tabel Pranata Mangsa selama setahun dengan sistem pertanaman padi

masih setahun sekali (IP100):

1. Kasa (Kahiji) 22/23 Juni - 2/3 Agustus. Musim tanam palawija.

Page 113: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

91

2. Karo (Kadua) 2/3 Agustus - 25/26 Agustus. Musim kapok bertunas tanam

palawija kedua.

3. Katiga (Katilu) 25/26 Agustus - 18/19 September. Musim ubi-ubian

bertunas, panen palawija.

4. Kapat (Kaopat) 18/19 September-13/14 Oktober. Musim sumur kering,

kapuk berbuah, tanam pisang.

5. Kalima (Kalima), 13/14 Oktober - 9/10 November. Musim turun hujan,

pohon asam bertunas, pohon kunyit berdaun muda.

6. Kanem (Kagenep) 9/10 November - 22/23 Desember. Musim buah-buahan

mulai tua, mulai menggarap sawah.

7. Kapitu (Katujuh) 22/23 Desember - 3/4 Pebruari. Musim banjir, badai,

longsor, mulai tandur.

8. Kawolu (Kadalapan) 2/3 Februari. Musim padi beristirahat, banyak ulat,

banyak penyakit.

9. Kasonga (Kasalapan) 1/2 Maret - 26/27 Maret. Musim padi berbunga,

turaes (sebangsa serangga) ramai berbunyi.

10. Kadasa (Kasapuluh) 26/27 Maret -19/20 April. Musim padi berisi tapi masih

hijau, burung- burung membuat sarang, tanam palawija di lahan kering.

11. Desta (Kasabelas) 19/20 April - 12/13 Mei. Masih ada waktu untuk

palawija, burung-burung menyuapi anaknya.

12. Sada (Kaduabelas) 121/13 April- 22/23 Juni. Musim menumpuk jerami,

tanda-tanda udara dingin di pagi hari (Sumber: Wiriadiwangsa, 2005 dari

Buku Unak-anik Basa Sunda Th.2000).

Page 114: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

92

Gambar 5.2 Sistem penanggalan musim bukti kepandaian ilmu astronomi nenek

moyang (http://forum.vivanews.com/sejarah-dan-budaya/130540-teknologi-kuno-bangsa-indonesia-yang-canggih.html)

Teknik membaca mangsa didasarkan atas nampaknya Rasi Waluku

(Orion) Apabila Rasi Waluku terbit pada waktu shubuh, hal ini berarti hari tersebut

adalah permulaan mangsa kasa (mangsa pertama). Dengan terbitnya Rasi Waluku

merupakan pertanda bagi para petani untuk mempersiapkan bajaknya (waluku-

nya). Apabila pada shubuh hari Rasi waluku telah merembang (dekat dengan

zenith) maka berarti permulaan mangsa kapat (mangsa labuh/hujan kiriman).

Apabila waktu shubuh Rasi Waluku mulai tenggelam berarti permulaan mangsa

kapitu (mangsa ketujuh). Pada mangsa kapitu biasanya ditandai dengan musim

hujan rendheng. Apabila pada waktu maghrib Rasi Waluku merembang maka

pertanda permulaan awal mangsa kasanga (mangsa kesembilan). Apabila pada

waktu maghrib Rasi Waluku mulai terbenam maka pertanda awal mangsa desta

(mangsa kesebelas). Pada masa ini orang-orang tidak bisa melihat Rasi Waluku,

sehingga diartikan sebagai masa selo atau apit. Yang artinya meng-apit waluku-

nya (menyimpan bajaknya).

Menurut Supriyono (2012), fenomena mongso untuk penciri dimulainya

pertanaman terbagi ke dalam empat musim, yaitu;

1. Fenomena Mongso Labuh (http://infotani.com/2012/01/05/pranata-mangsa-fenomena-cuaca-pertanian/) Mongso labuh adalah saat dimulainya kegiatan bercocok tanam setelah

musim kemarau yang dimulai pada mongso IV yang diawali dengan kegiatan

Page 115: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

93

pengolahan tanah. Untuk menanam benih, petani menunggu sampai tanah

menjadi dingin dan cukup lembab. Indikasi dinginnya tanah yang dipedomani

petani adalah mulai bertunasnya umbi-umbian, baik yang disimpan di rumah

maupun yang masih berada di kebun, seperti, gadung, uwi, talas dll. Apabila saat

itu tanah masih kering, mereka menunggu pergantian musim yang ditandai dengan

hembusan angin konstan berubah-ubah arah selama beberapa hari dan pada

saat angin berhenti itulah saat pergantian mongso yang sering disertai dengan

turunnya hujan yang disebut sebagai hujan menjelang pergantian mongso (udan

mapag mongso).

Komponen cuaca yang relevan dengan fenomena dinginnya tanah adalah

suhu tanah permukaan setiap jam 13.00 yang mendekati suhu maksimum

hariannya. Rata2 dasarian suhu tanah permukaan mencapai puncaknya pada

dekade ke 28 atau dekade-1 Oktober yang masih masuk mongso IV dan pada

dekade berikutnya yang mulai masuk mongso V suhu tanah permukaan mulai

menurun dan pada perioda tersebut umbi2an mulai bertunas dan rumput mulai

menghijau meskipun hujan belum turun.

Penyimpangan cuaca yang bisa mengacaukan perhitungan ini adalah

curah hujan berkepanjangan pada musim kemarau, terlebih pada saat munculnya

fenomena alam La-Nina, karena penyakit bulai sudah mulai muncul pada mongso

V. Meskipun demikian, pertanaman pada mongso V resikonya tetap lebih rendah.

2. Fenomena Mongso Bedhidhing

Mongso ke II dikenali masyarakat sebagai musim dingin atau mongso

bedhidhing dan masih bisa dijumpai setiap tahun. Fenomena alam yang sering

terjadi pada mongso ini adalah minyak kelapa membeku di pagi hari, banyak ayam

sakit dan mati sehingga sering disebut juga musim aratan atau pagebluk. Kapuk

randu mulai membentuk kuncup bunga sehingga ada masyarakat yang

menyebut bunga kapuk sebagai Karo.

Pada mongso I, bumi berada pada jarak terjauh ke matahari dan

dampaknya mulai dirasakan pada mongso ke II dimana udara malam sangat

dingin. Data cuaca pertanian yang relevan dengan fenomena ini adalah rata2

suhu udara minimum di malam hari, yang setiap tahun mencapai suhu terendah

pada dekade 23 atau dekade-2 Agustus, artinya yang masih bagian dari mongso

karo.

Page 116: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

94

3. Fenomena Mongso Rendengan

Sampai saat ini mongso VI masih diyakini sebagai masa tanam terbaik

untuk padi sawah dan sepanjang situasinya mendukung para petani berupaya

agar bisa tanam pada mongso VI. Kenyataan yang belum berubah sampai saat ini

adalah, padi yang ditanam pada mongso kanem memiliki resiko terendah

terhadap penyakit tanaman disamping produktivitasnya paling tinggi. Selama tiga

dekade pengamatan, dengan jenis padi dan cara tanam yang sama, tanaman

dengan masa panen sekitar mongso IX memiliki produktivitas tertinggi,

sedangkan memasuki mongso X produktivitasnya mulai menurun dan

penurunannya bisa mencapai 50%.

Faktor cuaca pertanian yang berperan disini bukan saja cuaca pada saat

tanam, tetapi juga cuaca menjelang panen, terutama untuk ukuran padi genjah,

yang relevan dengan jenis padi yang ditanam saat ini. Di dalam hal ini suhu tanah

pada kedalaman 1 meter setiap jam 07.00 pagi adalah komponen cuaca yang

paling berperan, terutama di dataran rendah. Suhu tanah ini mencapai puncaknya

pada dekade ke 10 atau dekade 1 April yang masuk mongso ke- X. Pada kondisi

suhu tinggi dari dalam tanah sawah akan keluar cairan berwarna merah pada

malam hari yang pada pagi harinya berubah menjadi kuning kecoklatan dan

dikenal sebagai karat tanah. Cairan inilah yang menyebabkan kerusakan

perakaran tanaman yang potensial dan mengganggu proses fisiologis sehingga

pengisian malai tidak sempurna atau dalam kata lain banyak bulir padi yang

kosong atau hampa.

4. Fenomena Mongso Gadu

Padi sawah yang ditanam pada mongso X – XI pertumbuhannya sangat

lambat dan anakannya kurang sehingga produktivitasnya juga kurang, tetapi yang

jauh lebih penting bagi petani adalah masalah hama tikus. Tanaman yang masa

tanamnya mongso X – XI apabila terserang hama tikus tingkat kepulihannya

<30%, sebaliknya, pertanaman mulai mongso XI pertumbuhannya berangsur-

angsur lebih bagus dan apabila terserang tikus tingkat kepulihan masih bisa >80%.

(Supriyono, 2012 diambil dari http://infotani.com/2012/01/05/pranata-mangsa-

fenomena-cuaca-pertanian/).

Masyarakat Dayak memilah Bulan Berladang atas Bulan-4 sampai Bulan-6

yang menandakan saatnya penyiapan lahan, kemudian dilanjutkan dengan

Page 117: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

95

pembakaran dan Bulan-7 sampai Bulan-9 saatnya menyemai benih. Bulan-4

ditandai apabila buaya mulai naik ke darat untuk bertelur. Bulan-6 ditandai

munculnya “Bintang Tiga” pada dinihari seperti kedudukan matahari jam 9.00 pagi

bertepatan dengan bulan Juli, saat kegiatan penebangan telah selesai. Bintang-

bintang yang ribuan banyaknya diantaranya yang muncul secara periodik juga

diyakini oleh masyarakat, khususnya di Kalimantan sebagai pertanda akan

datangnya air pasang atau mulainya air surut (Wisnubroto dan Attaqi 1997).

Pranata mangsa yang merupakan kearifan lokal ini merupakan kalender

tanam tradisional yang sudah diadopsi petani di suatu wilayah tertentu secara

turun temurun. Suatu tool untuk sinkronisasi kalender tanam dinamik dengan

pranata mangsa akan sangat berguna untuk menggabungkan keduanya.

5.3. Pengembangan Model Kalender Tanam di Indonesia

5.3.1. Kalender Tanam Kementerian Pertanian

Hasil-hasil penelitian mengenai kalender tanam telah dilakukan mulai TA

2007 (Pulau Jawa), tahun 2008 (Pulau Sumatera), tahun 2009 (Pulau Sulawesi

dan Kalimantan) dan 2010 (Bali, Papua Barat, NTB, NTT, Maluku) di Kementerian

Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kalender

tanam Kementerian Pertanian telah menyusun Peta Kalender Tanam Pulau Jawa

dan Sumatera berbasis kabupaten dengan skala 1:1.000.000 dan berbasis

kecamatan dengan skala 1:250.000. Peta ini menggambarkan waktu tanam dan

pola tanam tanaman semusim, terutama padi, berdasarkan potensi dan dinamika

sumber daya iklim dan air (Las et al. 2007a dan Las et al. 2007b).

Peta kalender tanam tersebut disusun berdasarkan kondisi periode tanam

yang dilakukan oleh petani saat ini, dan berdasarkan tiga kejadian iklim yaitu tahun

basah (TB), tahun normal (TN), dan tahun kering (TK). Dengan demikian kalender

dan pola tanam yang akan diterapkan dapat disesuaikan dengan masing-masing

kondisi iklim tersebut. Dengan kata lain, dalam penggunaannya kalender tanam

ini bersifat ‘look up table’. Peta kalender tanam dalam atlas ini disusun

sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh para penyuluh, petugas dinas

pertanian, kelompok tani dan petani dalam mengatur kalender tanam dan pola

tanam, sesuai dengan dinamika iklim. Atlas ini juga memiliki keunggulan, yaitu

dinamis, karena disusun berdasarkan beberapa kondisi iklim, operasional pada

Page 118: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

96

skala kecamatan, spesifik lokasi, karena mempertimbangkan kondisi sumberdaya

iklim dan air setempat, mudah diperbaharui), dan mudah dipahami oleh pengguna

karena disusun secara spasial dan tabular dengan uraian yang jelas.

Gambar 5.3 Diagram alir penyusunan peta kalender tanam aktual dan potensial (Syahbuddin 2007)

Dalam kalender tanam yang disusun Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

• Pola Tanam (waktu tanam, jenis tanaman, dll) dengan 4 skenario :

Eksisting

CH Normal,

Kering (El-Nino),

Basah (La-Nina)

• Pola curah hujan dan ketersediaan air irigasi

• Elastisitas ketersediaan air menurut skenario perubahan/anomali iklim

(maju-mundur, Basah, Kering, Normal) awal musim & jumlah CH

• Indeks & tingkat kekeringan, perubahan waktu dan durasi ketersediaan air

• Alternatif pola tanam (waktu tanam, varietas, dan jenis tanaman, dll)

Kalender tanam hasil riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

ditampilkan dalam dua bentuk yaitu :

- Spatial dalam bentuk Peta Kalender Tanam

- Tabular dalam bentuk Tabel Rekomendasi Pola Tanam (& Waktu Tanam) per

Kecamatan, oleh karena itu kalender tanam ini berdasarkan ‘look up table’.

Page 119: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

97

Publikasi dalam bentuk Atlas Kalender Tanam sudah disusun sebanyak 3

volume:

- Volume I : Jawa (+ Madura) (2007)

- Valume II : Sumatera, Kalimantan (2008)

- Valume III : Bali, NTB, Sulawesi,dll (2008/09)

- Volume IV : Papua, Maluku, Malut, Bali, NTT, NTB, dan Makasar (2010)

Kalender Tanam Terpadu

Pada akhir tahun 2011, Badan Litbang Pertanian meluncurkan ”Soft

Launching Kalender Tanam Terpadu”. Pada kalender tanam terpadu sudah

menggabungkan teknologi-teknologi yang mendukung untuk tercapainya produksi

yang optimal, diantaranya varietas dan proporsi benih yang dianjurkan, pemupukan

berimbang, metodologi identifikasi bencana banjir, kekeringan dan OPT serta

menggunakan prediksi musim. Kalender tanam tepadu ditunjang dengan basisdata

yang terorganisir dengan baik. Kalender tanam yang dihasilkan diharapkan dapat

membantu di dalam menetapkan strategi penyediaan dan distribusi sarana produksi

serta perencanaan pola tanam, teknik budidaya pengelolaan tanaman untuk

menghindari/mengurangi resiko iklim pada tanaman pangan lahan sawah. Oleh

karena itu, diharapkan para pengambil kebijakan dapat dengan mudah dan cepat

melakukan perencanaan pertanian tanaman pangan di lahan sawah yang

mempertimbangkan prediksi iklim near real time yang meliputi waktu tanam, luas

tanam, rekomendasi dan kebutuhan pupuk, rekomendasi varietas dan kebutuhan

benih, serta informasi wilayah rawan banjir, kekeringan dan rawan OPT (Ramadhani

et al. 2011). Pengguna dapat mengakses dan juga menambahkan data pada feature

yang sudah disediakan, sesuai lokasi yang ingin diketahui. Akses tersedia di situs

Badan litbang Pertanian, http://www.litbang.deptan.go.id/, klik Kalender Tanam

Terpadu.

Desain sistem kalender tanam terpadu terdiri dari tiga tahapan (Gambar

5.4) (Ramadhani et al, 2011):

1. Desain database, data yang sudah dikumpulkan dalam tahap sebelumnya

disimpan dalam bentuk tabel relasional. Dalam tahap ini, tabel dibuat sesuai

dengan tingkat data administrasi dan data pendukungnya.

Page 120: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

98

2. Desain aplikasi berbasis desktop untuk mendukung kemampuan updating

data secara otomatis, aplikasi desktop ini dibutuhkan sebagai alat penghasil

data dinamis jika data tertentu atau algortima analisis diperbaruhi sewaktu-

waktu, sehingga aplikasi berbasis web dapat menampilkan data atau

informasi yang telah diubah secara cepat dan mudah.

3. Desain aplikasi berbasis web untuk publikasi data, perancangan antar muka

dalam aplikasi berbasis web ini akan terdiri dari peta digital dan interaktif,

data tabular yang mudah digunakan, dan kemampuan menyediakan peta

digital yang sudah di-layout dalam bentuk Portable Document Format (pdf)

dan tabel tabularnya secara dinamis.

Brainstorming

Inventarisirhasil penelitian

Pembuatan desain sistemkalender tanam terpadu

Desain database

Penyusunanalgoritma

analisis

Desainaplikasiberbasis

web

Desainaplikasiberbasisdesktop

Pembuatan sistem informasikalender tanam terpadu

PembuatanAplikasidesktop

Layout petakalender tanam

PembuatanAplikasi

berbasis web

Testing aplikasi berbasis web dan desktop

Instalasi server di tempat colocationVerifikasi lapang

Gambar 5.4 Diagram alir proses pembuatan sistem kalender tanam terpadu

(Ramadhani et al. 2011)

Kalender tanam terpadu ini direncanakan akan diupdate setiap 3 kali

setahun, yaitu untuk informasi awal musim hujan, awal musim kemarau dan

informasi untuk MK II. Update pertama untuk tahun 2012 dilakukan untuk

informasi musim tanam II (MK I).

Adapun pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kalender

tanam terpadu pada dasarnya sama dengan informasi yang dikeluarkan

sebelumnya, yaitu penyusunan peta kalender tanam aktual dan potensial dengan

Page 121: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

99

menggunakan analisis klimatologis. Kalender tanam aktual didasarkan pada

informasi luas baku sawah dan luas tanam dengan menginformasikan kalender

tanam existing petani. Analisis dilakukan dengan menggunakan data luas tanam

rata-rata sepuluh harian per kecamatan untuk periode lima sampai sembilan tahun

terakhir tergantung ketersediaan data di setiap provinsi. Awal tanam MT I

ditentukan pada saat 8% dari luas baku sawah kecamatan yang bersangkutan

telah ditanami padi. Awal tanam MT II ditentukan pada saat 6% dari luas baku

sawah telah ditanami padi. Sedangkan awal tanam MT III ditentukan pada saat 2%

dari luas baku sawah telah ditanami padi (Runtunuwu et al. 2008).

Kalender tanam potensial berdasarkan informasi curah hujan (isohyets,

onset dan indeks pertanaman), informasi yang dikeluarkan berupa kalender tanam

pada kondisi tahun El-Nino, La-Nina dan Normal. Penyusunan kalender tanam

potensial menggunakan informasi iklim/curah hujan sebagai parameter utama di

dalam penentuan onset musim tanam. Komponen utama deliniasi kalender tanam

adalah curah hujan dan ketersediaan air irigasi. Kegiatan yang dilakukan pada

tahap awal adalah menginventarisasi data sumberdaya iklim, terutama curah

hujan, yang kemudian dianalisis untuk menentukan karakteristik curah hujan, yaitu

variabilitas iklim, zona agroklimat, potensi awal musim tanam (onset), dan

intensitas pertanaman (IP) (Runtunuwu et al. 2008).

Onset Waktu Tanam Potensial Onset mencirikan waktu tanam pada MT I.

Onset dimulai apabila curah hujan telah melebihi 35 mm/dasarian selama tiga

dasarian berturut-turut. Penentuan ini sangat terkait dengan jumlah dasarian (1

dasarian = 10 hari) selama setahun yang memiliki curah hujan lebih dari 35

mm/dasarian (LGP, length growth period).

Karakteristik sumberdaya iklim di atas masih merupakan informasi per

stasiun iklim, sehingga perlu dispasialkan untuk mendapatkan informasi utuh di

seluruh wilayah. Spasialisasi dilakukan berdasarkan tiga variabilitas iklim, yaitu

tahun basah, tahun normal, dan tahun kering. Dari masing-masing variabilitas iklim

tersebut dibuat dua layer zonasi digital, yaitu layer zona agroklimat dan layer

gabungan antara onset kalender tanam potensial dan IP. Kedua layer digital

selanjutnya ditumpangtepatkan (overlay) untuk mendapatkan kombinasi data yang

memiliki karakteristik iklim yang relatif homogen. Agar informasi yang diperoleh

sesuai dengan target, yaitu mengenai sawah, maka kedua layer tersebut juga

ditumpangtepatkan dengan layer distribusi sawah dari setiap kecamatan. Hasil

Page 122: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

100

overlay merupakan basis data kalender tanam yang kemudian digunakan untuk

menentukan onset setiap kecamatan, berdasarkan onset areal sawah yang

terluas.

Pada kalender tanam terpadu ada penambahan informasi baru berupa

informasi hasil prakiraan iklim sebagai input dinamik sekaligus mengembangkan

Atlas Kalender Tanam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementerian Pertanian menjadi suatu informasi yang dinamik dan interaktif. Hasil

prakiraan yang dikeluarkan merupakan hasil prakiraan Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hingga Januari 2012, terhadap hasil prakiraan

BMKG ini tidak dilakukan analisis, hanya dilakukan interpretasi saja.

Tabel 5.1 Contoh kalender tanam tanaman pangan (padi) pada tahun normal

Gambar 5.5 Diagram alir kalender tanam dengan menggunakan informasi

prakiraan iklim BMKG

Page 123: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

101

Informasi hasil prediksi musim yang terdiri dari prediksi awal musim,

pergeseran musim dan sifat hujan, serta perkembangan prediksi iklim near real

time dari BMKG sedemikian rupa dimanfaatkan sebagai input dinamik yang akan

menjadi dasar pemilihan skenario anomali iklim pada Kalender Tanam yang akan

diterapkan pada musim yang akan datang. Beberapa hal yang dilakukan antara

lain, mempelajari peluang kejadian skenario anomali iklim dalam 2-3 musim

berurutan, penyetaraan satuan peta dasar terkecil dari zona musim (ZOM) atau

daerah bukan zona musim (Non-ZOM) menjadi berbasis administrasi di tingkat

kecamatan, menterjemahkan informasi prediksi musim dari berbasis ZOM dan

Non-ZOM menjadi berbasis kecamatan, serta menyusun informasi awal tanam dan

luas tanam berdasarkan informasi prediksi musim dan perkembangan prediksi

iklim near real time (Gambar 5.5) (Pramudia et al. 2011).

Pada kalender tanam terpadu, selain dilengkapi dengan hasil informasi

prakiraan iklim, juga dilengkapi dengan informasi identifkasi OPT dan analisis

wilayah rawan banjir dan kekeringan, varietas dan pupuk. Untuk identifikasi

wilayah rawan kekeringan, banjir dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

dilakukan analisis tingkat kerawanan banjir dan kekeringan, analisis wilayah

endemis OPT dan waktu puncak luas serangan banjir, kekeringan dan OPT.

5.3.2. CCROM-IPB dengan BMG Sejalan dengan penyusunan kalender tanam Kementerian Pertanian, pada

tahun yang sama (tahun 2007) Boer et a.l juga melakukan riset terkait kalender

tanam yang disebut sebagai kalender pertanian. Kalender tanam yang dihasilkan

sudah lebih bersifat dinamik, karena sudah memasukkan hasil prakiraan musim,

sebagai alat bantu pengambilan keputusan. Kalender tanam yang dihasilkan

menggunakan Bayesian network dan decision network. Dalam Decision Network

(DN), keputusan pemilihan pola ditetapkan berdasarkan informasi iklim dan

informasi lainnya yang diperoleh sebelum keputusan dibuat (Buono et al 2010).

Informasi dimaksud diantaranya adalah indeks ENSO yang dapat digunakan

sebagai indikator tentang kemungkinan perubahan awal masuk musim hujan,

prakiraan panjang musim hujan atau sifat hujan pada musim tanam.

Page 124: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

102

Dalam penyusunan decision network, ada lima jenis data yang digunakan,

yaitu; data ENSO (dalam kajian ini ialah data SOI Phase), lama musim hujan, sifat

musim, luas tanam dan kejadian kekeringan untuk pengambilan keputusan bentuk

pola tanam dengan tingkat risiko terkena kekeringan minimum. Keterkaitan antara

informasi-informasi ini disusun dalam suatu perangkat lunak SIPOTAN dengan

menggunakan bahasa pemograman PHP berbasis web. Ke lima jenis data ini

disusun dalam bentuk Bayesian Network dan nilai yang digunakan dalam bentuk

kode nilai.

Tabel 5.2 Nilai ke lima peubah yang digunakan dalam penyusunan Bayesian

Network (Boer et al. 2007) No Variabel Nilai Arti Ketersedi

aan Data 1 E-Phase :

SOI Phase Bln Agustus

1 Near Zero Ags ’89 s/d Nov. ’07 2 Consistent Negative, Rapidly Falling

3 Consistent Positive, Rapidly Rising

2 CH : Curah Hujan

1 CH<(0.85*Rataan tahunan) Jan ’89 s/d Sep. ’06 2 (0.85*Rataan tahuan)<CH<1.15*Rataan

Tahunan)

3 CH>(1.15*Rataan Tahunan)

3 SDMH : Sisa Dasarian Musim Hujan

1 Sisa MH <10 dasarian Nov. ’89 s/d Des. ’01 2 Sisa MH : 10, 11, 12, dan 13 dasarian

3 Sisa MH > 13 dasarian

4 LT : Luas Tanam

1 LT<0.85*LT Rataan tahunan Okt. ’89 s/d Sep. ’06 2 0.85*LT Rataan tahunan<LT<1.15*LT Rataan

Tahunan

3 LT>1.15*LT Rataan Tahunan

5 K : Kekeringan

1 Tidak ada lahan kekeringan Jan. ’89 s/d Des. ’04 2 0<luas lahan kekeringan<5000 Ha

3 5000 Ha<luas lahan kekeringan<15.000 Ha

4 luas lahan kekeringan>15.000 Ha

Praproses untuk mentransformasi mendapatkan nilai-nilai setiap peubah kategori tersebut adalah sebagai berikut (Boer et al. 2007):

1. SOI (SOI Phase) : diambil dari situs www.longpadock.qld.gov.au. 2. CH (Curah Hujan) :

Page 125: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

103

a. Dihitung rata-rata tahunan nilai curah hujan untuk setiap bulan (ada 12 bulan)

b. Untuk setiap bulan, nilai CH adalah : CH = 1 jika : Nilai CH < 0.85*Rata-rata Tahunan CH = 2 0.85*Rata-Rata Tahunan<Nilai CH<1.15*Rata-rata Tahunan CH = 3 Nilai CH>1.15*Rata-rata Tahunan

3. SDMH (Sisa Dasarian Musim Hujan) : a. Ditentukan Jumlah Sisa Dasarian pada setiap bulan berdasar

informasi Awal Musim Hujan (AMH) dan Lama Musim Hujan (LMH). b. Nilai SDMH adalah sebagai berikut :

SDMH=1 Jika Jumlah Sisa Dasarian <10 dasarian SDMH=2 Jika Jumlah Sisa Dasarian 10, 11, 12, atau 13 dasarian SDMH=3 Jika Jumlah Sisa Dasarian >13

4. LT (LuasTanam) : a. Dihitung rata-rata tahunan nilai LuasTanam untuk setiap bulan (ada

12 bulan) b. Untuk setiap bulan, nilai Luas Tanam adalah :

LT = 1 jika : Nilai LT < 0.85*Rata-rata Tahunan LT = 2 0.85*Rata-Rata Tahunan<Nilai LT<1.15*Rata-rata Tahunan LT = 3 Nilai LT>1.15*Rata-rata Tahunan

5. K (Kekeringan) : Penentuan kode untuk variabel K adalah mengikuti aturan seperti pada berikut :

1 Tidak ada lahan kekeringan

2 0<luas lahan kekeringan<5000 Ha

3 5000 Ha<luas lahan kekeringan<15.000 Ha

4 luas lahan kekeringan>15.000 Ha

Dari grafik di atas, maka luas lahan kekeringan dibagi menjadi 4 daerah seperti telah disebutkan di atas.

Dalam kajian ini, untuk menentukan tingkat kekeringan terdapat empat

peubah, yaitu SOI Phase, Curah Hujan (CH), Sisa Dasarian Musim Hujan (SDMH)

dan Kejadian Kekeringan (K). Keterkaitan tiga peubah tersebut adalah seperti

dalam Gambar 5.6 berikut (Boer et al. 2007):

Page 126: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

104

Gambar 5.6 Bayesian Network dengan tiga peubah Setelah diperoleh diagram keterkaitan di atas, dengan menggunakan data sample,

maka pada setiap node dihitung tabel peluang bersyaratnya, (Conditional

Probability Table, CPT). Secara lengkap akan diperoleh suatu BN, seperti

digambarkan pada Gambar 5.7 berikut :

CH

K ENSOPhase SDMH

Nilai P(ENSO) 1 0.3630 2 0.3904 3 0.2466

E

P(CH|E) 1 2 3

1 0.3774 0.2075 0.4151 2 0.4737 0.0702 0.4561 3 0.3889 0.1944 0.4167

E

P(SDMH|E) 1 2 3

1 0.6792 0.1132 0.2075 2 0.6316 0.1579 0.2105 3 0.6667 0.0833 0.2500

CH SDMH P(K|CH,SDMH) n 1 2 3 4

1 1 0.6304 0.1957 0.0652 0.1087 46 1 2 1 0 0 0 7 1 3 0.8750 0.1250 0 0 8 2 1 0.8182 0.1818 0 0 11 2 2 1 0 0 0 5 2 3 0.8333 0.1667 0 0 6 3 1 0.8462 0.1538 0 0 39 3 2 1 0 0 0 6 3 3 1 0 0 0 18

Gambar 5.7 Bayesian network

CH

K ENSOPhase SDMH

Page 127: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

105

Kemudian dibentuk decision network untuk membentuk pola tanam (Gambar 5.8)

Gambar 5.8 Decision network

Nilai dari keputusan (D) adalah berupa pilihan pola penanaman, yaitu :

a. D1= padi-padi penanaman dimulai awal musim hujan

b. D2= padi-padi penanaman dimulai satu bulan setelah musim hujan

c. D3= padi-padi penanaman dimulai dua bulan setelah musim hujan

d. D4= padi-padi penanaman dimulai tiga bulan setelah musim hujan

Sedangkan node U adalah fungsi utilitas yang nilainya tergantung dari Keputusan

(D) yang diambil dan kemunculan (outcome) dari node Kekeringan (K). Oleh

karena node K mempunyai 4 kemungkinan nilai (Tabel 3.2) dan D juga mempunyai

4 kemungkinan tindakan, maka node U terdiri dari 4x4=16 kemungkinan/baris.

Dari sini dapat dihitung nilai harapan kerugian yang timbul dari setiap keputusan

yang diambil. Sedangkan penghitungan Fungsi Utilitasnya dengan

menggunakan alur logika sebagai berikut :

a. Penetapan 3 bulan mundur setelah AMH sebagai tanam kedua dari D1,

satu bulan berikutnya adalah tanam kedua dari D2, satu bulan berikutnya

lagi sebagai tanam kedua dari D3, dan satu bulan berikutnya sebagai

tanam kedua dari D4.

b. Penghitungan proporsi luas tanam setiap D1, D2, D3, dan D4 pada bulan

berjalan.

c. Proporsi luas tanam dikalikan dengan total luas lahan kekeringan

CH

K SOI Phase SDMH

D: Pola Tanam

U

Page 128: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

106

5.3.3. I-MHERE B2C IPB

Mulai tahun 2010 riset tentang kalender tanam dilaksanakan oleh

Departemen Geofisika dan Meteorologi dengan CCROM melalui I-MHERE B2C

IPB (Boer et al. 2010). Penelitian ini diberi judul besar “Improving Research

Excellence On Agricultural Adaptation (A)” dengan aktivitas “Increasing The

Resilience Of Agriculture System To Global Warming and Climate Change (A2)”.

Topik ini merupakan salah satu upaya dalam adaptasi terhadap perubahan iklim.

Salah satu rekomendasi untuk mengatasi penurunan produksi padi dalam

menghadapi keragaman dan perubahan iklim adalah dengan pengaturan waktu

tanam. Penelitian pada tahun I telah menghasilkan sistem penentuan kalender

tanam dinamik dan semi-dinamik berdasarkan kondisi iklim yang digambarkan

oleh kondisi ENSO. Penelitian ini merupakan pengembangan dari riset yang

dilakukan tahun 2007. Hasil penelitian tersebut memerlukan verifikasi dan

sosialisi kalender tanam yang telah dihasilkan. Verifikasi dilakukan untuk

mengetahui detail wilayah mana saja yang dapat ditanami pada ketiga musim

tanam dan memverifikasi berapa luas tanam maksimum yang dapat ditanami pada

ketiga musim tanam pada kondisi normal. Sebagai bahan sosialisasi dibuat

modul/panduan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Modul/panduan berupa

booklet dan dapat di download di website, berisi cara menggunakan kalender

tanam dinamik maupun semi-dinamik. Namun demikian pemanfaatan kelendar

tanaman dinamik tidak akan efektif apabila tidak disertai dengan pembangunan

kemampuan kelembagaan daerah untuk memanfaatkannya dalam menyusun

strategi dan program pengelolaan risiko iklim. Penguatan kelembagaan daerah

dalam pengelolaa risiko iklim dilakukan melalui konsultasi dengan pejabat

berwenang, diskusi, workshop dan pelatihan untuk para pemangku kepentingan

terkait serta pembentukan kelompok kerja yang akan berperan dalam melakukan

penataan dan penyusunan perangkat yang diperlukan dalam pengembangan

sistem pengelolaan risiko iklim yang lebih efektif.

Page 129: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

107

Gambar 5.9 Model DN untuk kalender dinamik tanaman (Boer et al. 2010)

Untuk tahun 2011, penelitian dilaksanakan dalam bentuk penelitian lapang

dan desk study. Penelitian lapang dilakukan untuk meninjau langsung

persawahan dan wawancara dengan PPL dan petugas lapangan pelapor

gangguan tanaman di setiap wilayah hujan untuk mendapatkan informasi

mengenai ketersediaan air irigasi dan periode tanam pada bagian wilayah

Page 130: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

108

kecamatan yang mendapat rekomendasi tanam. Informasi ini diperlukan untuk

mengetahui wilayah mana saja yang dapat ditanami pada ketiga musim tanam dan

memverifikasi berapa luas tanam maksimum yang dapat ditanami pada ketiga

musim tanam pada kondisi normal. Kegiatan lapang juga dilakukan dalam rangka

identifikasi dan penetapan SKPD yang akan menjadi pengguna kalender tanam

dinamik dan semi dinamik serta pelatihan terhadap petugas PPL dan SKPD dalam

memanfaatkan informasi kalender tanam yang telah disusun.

Desk studi dilakukan untuk melakukan validasi, evaluasi sistem

pengelolaan risiko iklim dan menyusun bahan panduan penggunaan kalender

tanam sebagai bahan sosialisasi hasil yang telah diperoleh dari penelitian tahun

2010. Bahan panduan yang disusun akan di upload di website CCROM_SEAP

dan Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB.

5.4. Pengembangan Model Kalender Tanam Dinamik dalam penelitian ini

Pengembangan kalender tanam dinamik dalam penelitian ini dititikberatkan

pada penambahan decision yang dihasilkan. Decision network yang dihasilkan

menggunakan suatu pemodelan risiko iklim dengan mengukur fungsi utility

sebagai pendekatannya. Dengan demikian, kalender tanam dinamik yang

dikembangkan merupakan sistem informasi yang menyajikan pemilihan

tatalaksana pertanaman (pola, awal penanaman, pemupukan, irigasi, varietas ,

teknik budidaya lain) yang mempertimbangkan kemunculan kejadian iklim yang

bersifat probabilistik untuk mengurangi risiko terkait kejadian iklim tersebut,

dengan menggunakan analisis ekonomi untuk melihat kombinasi pilihan

tatalaksana terbaik.

Pemodelan tersebut dikaitkan dengan strategi teknologi budidaya dalam

hubungannya dengan produktivitas padi, yang dikuantifikasi berdasarkan

komponen-komponen sistem informasi dan kalender tanam dalam hubungannya

dengan produktivitas tanaman. Sehingga decision yang dihasilkan, tidak saja

menyangkut waktu tanam, tetapi juga sudah memasukkan pilihan teknologi

budidaya seperti pupuk, irigasi dan varietas. Mengingat pemilihan pupuk, varietas

maupun penggunaan irigasi akan memberikan produksi yang berbeda pada

tanaman. Disamping itu, juga dilakukan analisis keuntungan dan kerugian yang

dijabarkan melalui penggunaan Sistem Inferensi Fuzzy yang digabung dengan

Page 131: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

109

hasil simulasi DSSAT (Decision Support System for Agrotechnology Transfer)

(Jones et al. 2003), sehingga berdasarkan pilihan kombinasi pada decision, dapat

diketahui keuntungan atau kerugian akibat pemilihan salah satu jenis atau

kombinasi teknologi tersebut.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari pola alternatif tanam ideal yang

menguntungkan secara ekonomi, ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi

(pupuk, irigasi, varietas) suatu usaha tani pada suatu musim tertentu. Kombinasi

teknologi budidaya tersebut diharapkan dapat memberi produksi maksimal dengan

tingkat kerugian yang minimal

Sistem Inferensi Fuzzy (Fuzzy Inference System) Fungsi utility diharapkan dapat menggambarkan potensi pola tanam dan

waktu tanam tanaman semusim, terutama padi, berdasarkan potensi dan dinamika

sumber daya iklim dan air, serta kalkulasi input dan output pada suatu usaha tani,

sehingga diketahui keuntungan dan kerugiannya. Nilai risiko untuk setiap

kombinasi antara keputusan pola tanam dengan kemunculan kejadian peubah

iklim diprediksi sebagai rata-rata dari beberapa tahun kejadian bencana

kekeringan. Dengan demikian, komponen ketakpastian dari data kurang

diakomodasi oleh model. Oleh karena itu, fungsi risiko yang memetakan

kombinasi keputusan dengan kejadian iklim ke nilai kerugian diformulasikan

dengan model Fuzzy Inference System (FIS). Dengan model FIS, tranformasi

dari kombinasi pola tanam dengan kejadian iklim ke nilai risiko dilakukan

berdasarkan kepakaran. Pengetahuan berdasar pakar tersebut selanjutnya

diformalkan dalam dengan aturan atau rule yang berbentuk (Jika ... Maka ...) dan

dinyatakan dalam logika fuzzy. Dengan demikian, faktor ketidakpastian

terakomodasi dan keterbatasan data dapat diatasi.

Pada Gambar 2, x sebagai peubah input dalam penelitian ini terdiri dari 3

peubah, yaitu nilai anomali SST Nino4, Panjang Musim Hujan (PMH), dan Curah

Hujan Musim Kemarau (CHMK). Selanjutnya ketiga input tersebut akan

memasuki rule 1 hingga rule ke r, untuk menghasilkan himpunan fuzzy output

yang merupakan nilai risiko kekeringan. Nilai prediksi risiko ini, yaitu y, dihitung

dengan formula defuzzykasi terhadap himpunan fuzzy aggregate dari hasil semua

rule.

Page 132: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

110

Hasil keluaran dari FIS berupa nilai kekeringan dalam ha. Untuk

mengetahui keuntungan dan kerugian usaha tani per ha, digunakan hasil dari

simulasi DSSAT yang digabungkan dengan hasil analisis usaha tani, sehingga

diperoleh input, output dan keuntungan / kerugian dalam bentuk rupiah. Kombinasi

yang paling menguntungkan itulah yang dipilih sebagai alternatif pola tanam ideal.

Dengan demikian pengembangan penelitian ini dari riset sebelumnya

adalah jumlah decision yang lebih banyak.dengan kombinasi yang bervariasi.

Kombinasi tersebut merupakan gabungan dari teknologi budidaya dengan tanggal

tanam, terutama ketersediaan air Irigasi yang sangat mempengaruhi hasil

tanaman. Hasil riset sebelumnya utility berupa table sehingga nilainya discret dan

data terbatas.

5.5. Simpulan

Riset kalender tanam dimulai sejak tahun 2007 oleh Kementerian Pertanian

yang lebih bersifat ‘look up table” dengan menggunakan tahun-tahun El-Nino,

La-Nina dan Normal yang diperoleh berdasarkan data rata-rata historis jangka

panjang. Prediksi disesuaikan dengan pola yang terbentuk pada tahun-tahun

tersebut dengan panduan peta dan table-tabel.

Riset kalender tanam yang disusun oleh Boer et al, lebih bersifat dinamik, karena

sudah memasukkan hasil prakiraan iklim, dan menggunakan Peluang yang

ditampilkan dalam Bayesian network. Decision yang dihasilkan adalah pilihan pola

tanam.

Pengembangan penelitian ini dari riset sebelumnya adalah jumlah decision

yang lebih banyak.dengan kombinasi yang bervariasi. Kombinasi tersebut

merupakan gabungan dari teknologi budidaya dengan tanggal tanam. Dengan

demikian, kalender tanam dinamik yang dikembangkan merupakan sistem

informasi yang menyajikan pemilihan tatalaksana pertanaman (pola, awal

penanaman, pemupukan, irigasi, varietas, teknik budidaya lain) yang

mempertimbangkan kemunculan kejadian iklim yang bersifat probabilistik untuk

mengurangi risiko terkait kejadian iklim tersebut, dengan menggunakan analisis

ekonomi untuk melihat kombinasi pilihan tatalaksana terbaik.

Page 133: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

111

Berdasarkan state of the art kalender tanam ini, maka pada bab berikutnya

akan dipaparkan mengenai pengembangan decision network yang dioptimasi

dengan sistem inferensi fuzzy untuk penyusunan kalender tanam dinamik.

Page 134: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

112

Page 135: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

113

VI. PENGEMBANGAN DECISION NETWORK YANG DIOPTIMASI DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN KALENDER TANAM DINAMIK

6.1. Pendahuluan

Secara umum, prinsip utama dalam pemodelan optimisasi adalah

menentukan solusi terbaik yang optimal dari suatu tujuan yang dimodelkan melalui

suatu fungsi objektif. Dalam hal ini, konsep dan prinsip ekonomis memegang

peranan penting sebagai parameter/indikator keberhasilan. Solusi optimal yang

dimaksud adalah solusi yang layak untuk diambil sebagai suatu keputusan dan

dapat mengatasi semua kendala yang muncul dalam pencapaian fungsi tujuan

tersebut. Dalam berbagai bidang, tingkat keuntungan yang maksimal atau tingkat

kerugian yang minimal menjadi fungsi tujuan yang ingin dicapai. Sehingga secara

alamiah, proses optimisasi sangatlah familiar dengan kehidupan manusia secara

umum (Sudradjat et al. 2009).

Lebih lanjut Sudradjat et al. (2009) menyatakan bahwa kondisi optimal

akan menjadi suatu tantangan untuk dicapai apabila muncul berbagai kendala

yang membatasi pencapaian kondisi optimal tersebut. Sebagai contoh pada

pemodelan optimisasi pola tanam pada lahan kering, terdapat variabel keputusan

yang tidak diketahui besarannya sebelum kondisi terbaik yang optimal tercapai

dengan mengatasi seluruh kendala yang ada.

Optimisasi decision network dimaksudkan dengan mencari nilai fungsi

utilitas yang paling optimal sebagai masukan untuk kalender tanam dinamik.

Optimisasi diformulasi dengan menggunakan fuzzy inference system (FIS).

Pengujian keabsahan model merupakan tahapan yang penting dalam

pemodelan, karena harus selalu disadari bahwa tidak ada model simulasi yang

berlaku untuk segala keadaan. Model selalu dikembangkan berdasarkan sejumlah

asumsi yang membatasi keabsahan model. Pertimbangan akhir dari model yang

teruji adalah model yang memenuhi kriteria : (1) model konseptual yang

memberikan representasi baik bagi proses sesungguhnya; dan (2) lulus pengujian

yang dilakukan dengan membandingkan hasil simulasi model dengan hasil

pengamatan eksperimental dan pengukuran lapang (Pawitan 2002). Pengujian

tersebut merupakan validasi model. Menurut Handoko (2002) validasi model

identik dengan pengujian hipotesis yang dalam hal ini, model itu sendiri

merupakan hipotesisnya. Validasi model dapat dilakukan melalui beberapa cara

Page 136: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

114

mulai dari yang bersifat deskriptif misalnya melalui perbandingan secara grafis,

yaitu membandingkan antara hasil keluaran model dengan hasil pengukuran

lapang pada grafik. Cara ini lebih mudah dilihat dan dibayangkan proses yang

dimodelkan serta bagaimana kesamaan atau perbedaannya dengan hasil

pengamatan lapang. Dalam bab ini, selain pemaparan mengenai fungsi risiko,

juga dipaparkan perihal verifikasi (validasi) fungsi risiko.

6.2. Metodologi

6.2.1. Optimasi fungsi risiko yang diformulasi dengan model FIS Fungsi risiko yang memetakan kombinasi keputusan dengan kejadian iklim

ke nilai kerugian diformulasi dengan model Fuzzy Inference System (FIS). Hal ini

dengan pertimbangan bahwa data yang tersedia sangat sedikit, sehingga tidak

mampu memprediksi parameter model dengan baik. Dengan model FIS,

tranformasi dari kombinasi pola tanam dengan kejadian iklim ke nilai risiko

dilakukan berdasarkan kepakaran. Pengetahuan berdasar pakar tersebut

selanjutnya diformalkan dengan aturan atau rule yang berbentuk (Jika ... Maka ...)

dan dinyatakan dalam logika fuzzy. Dengan demikian, faktor ketidakpastian

terakomodasi dan keterbatasan data dapat diatasi. Diagram model FIS secara

umum adalah sesuai gambar berikut :

VI.

VII.

Gambar 6.1 Model FIS untuk pendugaan nilai risiko

Pada Gambar 6.1, x sebagai peubah input dalam penelitian ini terdiri dari 3

peubah, yaitu indeks SST Nino 4, Panjang Musim Hujan (PMH), dan Curah Hujan

Page 137: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

115

Musim Kemarau (CHMK). Selanjutnya ketiga input tersebut akan memasuki rule

1 hingga rule ke r, untuk menghasilkan himpunan fuzzy output yang merupakan

nilai risiko kekeringan. Nilai prediksi risiko ini, yaitu y, dihitung dengan formula

defuzzykasi terhadap himpunan fuzzy aggregate dari hasil semua rule. Proses

Fuzzy Inference System (FIS) dilakukan di Mathlab ver.7. Pada optimisasi dengan

menggunakan FIS digunakan data observasi dan digunakan untuk menghitung

fungsi risiko Kabupaten Pacitan.

6.2.2. Verifikasi fungsi risiko yang diformulasi dengan model FIS Verifikasi terhadap fungsi risiko dilakukan dengan membandingkan

kekeringan yang diperoleh dari data observasi lapang dan dibandingkan dengan

kekeringan yang diperoleh dari model.

6.3. Hasil dan Pembahasan 6.3.1. Analisis Optimasi fungsi risiko yang diformulasi dengan model FIS

Fungsi risiko bencana kekeringan digunakan untuk mengetahui seberapa

besar bencana kekeringan dapat dihitung berdasarkan data-data kekeringan dan

luas tambah tanam historis. Optimasi dilakukan untuk mengetahui berapa kerugian

yang paling minimal yang mungkin diperoleh berdasarkan pilihan teknologi yang

digunakan, atau seberapa besar kerugian dapat ditekan pada penanaman

berikutnya apabila diketahui informasi prediksi komponen fungsi risiko.

Ada beberapa tahapan dalam proses fuzzy inference system (FIS).

Tahapan tersebut meliputi; perumusan masalah, penyusunan fuzzy membership,

penyusunan rule, serta proses lain di mathlab. Perumusan masalah merupakan

penentuan input dan output sebagai peubah penentu. Terdapat tiga peubah

penentu, yaitu; anomali SST Nino 4 bulan Agustus (oC), panjang musim hujan

(PMH) dalam dasarian, dan akumulasi curah hujan musim kemarau (bulan Mei

hingga Agustus). Digunakan SST Nino 4 bulan Agustus sebagai acuan untuk

prediksi curah hujan, karena pada bulan Agustus hampir >60% anomali curah

hujan di wilayah Indonesia mencapai nilai negatif (Aldrian 2003). Sedangkan

output adalah bencana kekeringan. Data yang digunakan merupakan data

tahunan.

Page 138: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

116

Langkah selanjutnya adalah penyusunan fuzzy membership (penetapan

fungsi keanggotan), yaitu penentuan range nilai sehingga dapat diketahui pada

posisi mana nilai tersebut berada. Range nilai tersebut adalah sebagai berikut;

peubah SST Nino 4 meliputi range nilai antara -2 hingga 2 dengan acuan

penetapan dari data jangka panjang (Tabel 6.1), panjang musim hujan berada

dalam kisaran 1 hingga 36 dasarian, curah hujan musim kemarau berada pada

kisaran <85% hingga >115% dari rata-rata tahunan untuk empat bulan musim

kemarau (Mei hingga Agustus). Sedangkan bencana kekeringan diklasifikasikan

menjadi tidak terkena, terkena ringan, terkena sedang, berat dan puso. Dimana

tidak terkena berarti tidak mengalami kejadian, atau kejadian tersebut sangat kecil

sehingga dapat diabaikan. Terkena ringan mempunyai rentang dari nol hingga

<Q1 (quartile 1) dari luas kekeringan, terkena sedang (Q1<luas kekeringan<Q2),

terkena berat (Q2<luas kekeringan<Q3), dan puso (>Q3). Rentang fuzzifikasi ini

dapat berbeda-beda pada setiap kecamatan, karena baik input terutama curah

hujan musim kemarau dan panjang musim hujan berbeda, juga outputnya,

mengalami luas kekeringan yang berbeda, sehingga rentangnya menjadi tidak

sama antar kecamatan.

Tabel 6.1 Contoh himpunan fuzzy untuk input (Anomali SST Nino 4, PMH dan CHMK)

Himpunan

Fuzzy Klasifikasi Representasi

Interval Rentang Fuzzifikasi

Anomali

SST Nino4

La-Nina 1 trapesium < -2.0, -1.5, -1.0 -0.5>

Normal 2 trapesium < -1.0, -0.5, 0.5 1.0 >

El-Nino 3 trapesium < 0.5 1.0, 1.5, 2.0 >

PMH Rendah 1 trapesium < 1, 1, 8, 12 >

Sedang 2 trapesium < 8, 12, 18, 22 >

Tinggi 3 trapesium < 18, 22, 36, 36 >

CHMK BN 1 trapesium < 0, 0, 115, 165>

N 2 segitiga <115, 165, 215 >

AN 3 trapesium < 165, 215, 600, 600>

Page 139: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

117

Tabel 6.2 Contoh himpunan fuzzy untuk output (Kekeringan)

Himpunan Fuzzy

Klasifikasi Representasi Interval

Rentang Fuzzifikasi

Kekeringan Tidak ada 1 0 atau nilai dapat diabaikan

Ringan 2 < 25 % luas kekeringan

Sedang 3 25 - 50% luas kekeringan

Berat 4 50 – 75% luas kekeringan

Puso 5 >75% luas kekeringan

Tabel 6.3 Contoh himpunan fuzzy untuk kekeringan Kecamatan Tulakan

Himpunan

Fuzzy Klasifikasi Representasi

Interval Rentang Fuzzifikasi

Kekeringan Tidak ada 1 0 atau nilai dapat diabaikan

Ringan 2 Luas kekeringan < 1,86 ha

Sedang 3 1.86 < luas Kekeringan< 7.04 ha

Berat 4 7.04 < luas Kekeringan < 43.02 ha

Puso 5 Luas kekeringan >43.02 ha

Sistem inferensi fuzzy dapat digunakan sebagai tool untuk prediksi luas

kekeringan yang mungkin terjadi, dengan memasukkan nilai input yang digunakan.

Berdasarkan fungsi keanggotaan dan penetapan rule, akan diperoleh

gambaran/prediksi kekeringan yang mungkin terjadi. sebagai contoh jika SST

Nino 4 bernilai +2, panjang musim hujan <10 dasarian, curah hujan musim

kemarau <85% dari nilai rata-rata tahunan (bawah normal/BN), dan luas tambah

tanam berada pada kisaran >115% (atas normal atau AN) maka bencana

kekeringan yang terjadi akan berada pada kisaran yang cukup luas. Misal, jika

SST Nino4 =1.12, PMH =13, CHMK =54, maka kekeringan yang mungkin terjadi

adalah seluas 250 ha. Namun demikian penetapan rule perlu menggunakan

logika yang baik, sehingga dapat diperoleh kepekaan dalam penentuan/prediksi

kekeringan yang diperoleh.

Page 140: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

118

Gambar 6.2 Fungsi keanggotaan untuk Anomali SST Nino4

Gambar 6.3 Fungsi keanggotaan untuk CHMK

Page 141: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

119

Gambar 6.4 Fungsi keanggotaan untuk PMH

Gambar 6.5 Fungsi keanggotaan untuk kekeringan

Page 142: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

120

Gambar 6.6 Contoh pilihan skenario di fuzzy rule

Gambar 6.7 Contoh output di fuzzy rule

Page 143: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

121

6.3.2. Verifikasi fungsi risiko yang diformulasi dengan model FIS Verifikasi terhadap fungsi risiko disajikan pada Gambar 6.8. Dari aspek

output nilai risiko kekeringan, terlihat bahwa prediksi nilai kekeringan dengan

model FIS memberikan nilai prediksi yang mengikuti pola observasi sebenarnya.

Namun demikian, secara umum ada trend bahwa prediksi dengan FIS berbias ke

atas. Hampir semua prediksi berada di atas nilai observasi (kecuali pada tahun

terakhir dan kecuali untuk Kecamatan Tulakan). Hal ini terjadi karena ada

beberapa hal yang ditempuh. Pertama, karena sudah diperkirakan lebih dahulu,

air tidak akan mencukupi, maka petani tidak melakukan penanaman. Kedua,

dilakukannya strategi antisipasi/adaptasi, sehingga dilakukan langkah-langkah

penanaman yang memperhitungkan kondisi ketersediaan air, sehingga kerugian

yang ditimbulkan dapat ditekan seminimal mungkin. Dengan demikian, maka pada

kondisi observasi/riil di lapang, kekeringan sering mendekati nilai lebih rendah

daripada yang dihitung dengan model, hal itu terjadi karena petani tidak

melakukan penanaman. Oleh karena itu perlu satu faktor koreksi dari model

tersebut agar hasil prediksi menjadi lebih tepat. Kepakaran dalam menentukan

selang fuzzy (fuzzy membership) juga memberikan kontribusi terhadap ketepatan

hasil prediksi.

Hasil FIS sangat jelas terlihat terutama pada tahun-tahun ketika terjadi El-

Nino, dan terjadi kekeringan seperti pada tahun 1991, 1994, 1997 dan 2007 pada

sebagian besar kecamatan (Gambar 6.8). Dengan hasil tersebut, FIS dapat

digunakan untuk memprediksi kejadian kekeringan dalam bentuk luasan yang

mungkin terjadi. Informasi SST Nino 4 yang dituangkan kemudian dalam prediksi

curah hujan, sehingga berikutnya dapat menghitung CHMK dan PMH, diharapkan

dapat memberikan informasi prediksi luas kekeringan yang mungkin terjadi.

Hasil regresi linier antara nilai Kekeringan observasi dengan nilai

kekeringan hasil FIS diperoleh koefisien determinasi pada selang yang cukup lebar

yaitu dari 0.37 (Kecamatan Arjosari) hingga 0.88 (Kecamatan Ngadirojo/ Gambar

6.9). Namun demikian, koefisien determinasi stasiun terbanyak berada pada nilai

0.7. Hal ini memperlihatkan bahwa hingga sekitar 70% dari persamaan

diakomodir oleh model/persamaan, sedangkan sisanya tidak dapat dijelaskan

oleh model. Prediksi FIS pada tahun 2003 memperlihatkan kemungkinan terjadi

kekeringan yang cukup luas, namun diperkirakan antisipasi petani sebelumnya

dapat menekan kemungkinan terjadi kerugian pada wilayah yang luas.

Page 144: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

122

0

100

200

300

400

500

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

luas

terk

ena

keke

ringa

n (h

a)

Arjosari

0

50

100

150

200

250

300

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Donorojo

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

luas

terk

ena

keke

ringa

n (h

a)

Kebonagung

0

50

100

150

200

250

300

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Nawangan

0

50

100

150

200

250

300

350

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

luas

terk

ena

keke

ringa

n (h

a)

Ngadirojo

0

50

100

150

200

250

300

350

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Pacitan

0

50

100

150

200

250

300

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

luas

terk

ena

keke

ringa

n (h

a)

Punung

0

50

100

150

200

250

300

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Pringkuku

0

100

200

300

400

500

600

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

luas

terk

ena

keke

ringa

n (h

a)

Tegalombo

Observasi FIS

0

300

600

900

1200

1500

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Tulakan

Observasi FIS

Gambar 6.8 Hasil verifikasi FIS dengan observasi

Page 145: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

123

y = 0.629x + 68.32R² = 0.3763

0

100

200

300

400

0 100 200 300 400 500

FIS

Arjosari

y = 1.7979x + 15.532R² = 0.7597

0

100

200

300

400

0 50 100 150 200 250

Donorojo

y = 0.5483x + 41.86R² = 0.7052

0

100

200

300

400

500

0 200 400 600 800

FIS

Kebonagung

y = 2.0232x + 14.356R² = 0.7631

0

100

200

300

400

0 50 100 150 200

Nawangan

y = 1.8843x + 9.4229R² = 0.8821

0

50

100

150

200

250

300

350

0 50 100 150 200

FIS

Ngadirojo

y = 1.4875x + 38.197R² = 0.7108

0

100

200

300

400

500

0 50 100 150 200 250 300

Pacitan

y = 0.7073x + 30.289R² = 0.7344

0

100

200

300

400

500

0 100 200 300 400 500 600

FIS

Luas terkena kekeringan observasi (ha)

Tegalombo

y = 0.3424x + 67.828R² = 0.6339

0

100

200

300

400

500

600

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Luas terkena kekeringan observasi (ha)

Tulakan

y = 1.9578x + 14.425R² = 0.7599

0

100

200

300

400

0 50 100 150 200

FIS

Punung

y = 1.3984x + 17.942R² = 0.7628

0

100

200

300

400

0 50 100 150 200 250 300

Pringkuku

Gambar 6.9 Perbandingan nilai kekeringan observasi dengan hasil keluaran FIS

Page 146: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

124

6.4. Simpulan Fungsi risiko bencana kekeringan digunakan untuk mengetahui seberapa

besar bencana kekeringan dapat dihitung berdasarkan data-data kekeringan dan

luas tambah tanam historis. Optimasi dilakukan untuk mengetahui berapa kerugian

yang paling minimal yang mungkin diperoleh berdasarkan pilihan teknologi yang

digunakan, atau seberapa besar kerugian dapat ditekan pada penanaman

berikutnya apabila diketahui informasi prediksi komponen fungsi risiko.

Sistem inferensi fuzzy dapat digunakan sebagai tool untuk prediksi luas

kekeringan yang mungkin terjadi, dengan memasukkan nilai input yang digunakan.

Berdasarkan fungsi keanggotaan dan penetapan rule, akan diperoleh

gambaran/prediksi kekeringan yang mungkin terjadi. Namun demikian penetapan

rule perlu menggunakan logika yang baik, sehingga dapat diperoleh kepekaan

dalam penentuan/prediksi kekeringan yang diperoleh.

Hasil regresi linier antara nilai kekeringan observasi dengan nilai

kekeringan hasil FIS diperoleh koefisien determinasi pada selang yang cukup lebar

yaitu dari 0.37 (Kecamatan Arjosari) hingga 0.88 (Kecamatan Ngadirojo).

Dalam penetapan rule untuk fuzzy inference system, diperlukan kepekaan

yang cukup tinggi untuk menghasilkan prediksi yang mendekati ketepatan, oleh

karena itu diperlukan suatu tool lain seperti algoritma genetika sebagai alat bantu

dalam meningkatkan tingkat ketepatan.

Sistem inferensi fuzzy merupakan suatu alat ukur dalam penyusunan

fungsi risiko, sebagai bagian dari decision network untuk mendukung kalender

tanam dinamik. Oleh karena itu, bahasan pada bab selanjutnya memaparkan

mengenai pengembangan kalender tanam dinamik.

Page 147: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

125

VII. PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI

7.1. Pendahuluan

Salah satu informasi yang dirasakan sangat penting dalam kaitan dengan

penjadwalan penanaman petani adalah kalender tanam. Manfaat dari kalender

tanam adalah untuk memandu petani dalam menyesuaikan waktu dan pola tanam,

mengingat pentingnya jadwal penanaman, mulai dari masa persiapan tanah,

penanaman, dan panen.

Informasi kalender tanam sudah mulai disusun oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian sejak tahun 2007 dan semakin

dikembangkan setiap tahun (Runtunuwu et al. 2009). Input awal dari kalender

tanam yang telah dilakukan adalah peta kalender tanam. Peta ini menggambarkan

potensi pola tanam dan waktu tanam tanaman semusim, terutama padi,

berdasarkan potensi dan dinamika sumber daya iklim dan air (Las et al. 2007).

Sejak tahun 2007 pula, Boer et al. merintis pengembangan model kalender

tanam dinamik, yang mengakomodasi sifat dinamik perubahan variabel lain

penentu sifat iklim, seperti fase SOI, decision dan bayesian network. Kegiatan ini

dilanjutkan dengan kegiatan di proyek I-MHERE IPB 2-C (Boer et al. 2010), dan

pada saat yang sama risetnya dikembangkan lebih jauh lagi dengan kegiatan

KKP3T dengan menggunakan metode yang lebih diperluas cakupannya (Buono et

al. 2010), dengan menggunakan pendekatan jejaring pengambilan keputusan

(Decision Network).

Decision Network (DN) dapat diaplikasikan sebagai strategi penyesuaian

bentuk pola tanam dengan prakiraan musim, untuk mengatasi masalah kekeringan

yang mungkin terjadi pada tanaman ke dua apabila sifat hujan di bawah normal,

atau awal masuk musim hujan mengalami keterlambatan dari normal sehingga

penanaman kedua mengalami kemunduran.

Dalam penyusunan decision network sehingga dihasilkan pola tanam

terbaik, dilakukan penggabungan fungsi utility dengan bayesian network sehingga

merupakan suatu pendekatan yang lebih komprehensif. Fungsi utility yang

merupakan strategi teknologi budidaya dalam hubungannya dengan produktivitas,

diperoleh dari hasil bab sebelumnya (Bab VI), sedangkan dari Bayesian Network,

kita dapat mengetahui peluang dari suatu peubah tertentu. Pada dasarnya

Page 148: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

126

Bayesian Network merupakan model visual menggunakan graph dari distribusi

bersama sejumlah peubah.

Mengingat Kalender tanam dinamik pada prinsipnya merupakan sebuah

model, oleh karena itu validasi yang dilakukan merupakan validasi yang digunakan

untuk sebuah model. Sedangkan validasi yang sebenarnya di lapangan, tidaklah

demikian, karena pada prinsipnya kalender tanam dinamik adalah sebuah

decision, yang dalam validasinya berbeda dengan simulasi biasa, namun

didasarkan kepada kondisi yang diperoleh sebagai hasil decision yang dikeluarkan

kalender tanam dinamik, yang kemudian disesuaikan dengan kondisi sebenarnya

di lapangan, sesuai skenario iklim yang terjadi. Mengingat harus dibuat skenario-

skenario, untuk membedakan kondisi pada tahun-tahun Normal, tahun-tahun

kering (El-Nino) dan basah (La-Nina). Namun demikian, karena tahun yang

digunakan dalam penelitian terbatas, sehingga belum mampu untuk melakukan

validasi pada kondisi tahun-tahun tersebut. Validasi yang dilakukan baru berupa

validasi acak terhadap kondisi tahun yang digunakan sebagai data validasi. Salah

satu hal lain yang kurang mendukung terhadap hal ini juga adalah kesulitan data

yang diperoleh di lapangan. Padahal data tersebut merupakan data-data yang

sangat diperlukan untuk mendukung akuratnya sebuah model dan validasinya.

7.2. Metodologi Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

7.2.1. Penyusunan jejaring bayes (Bayesian Network)

Untuk penentuan pola tanam ideal, digunakan data ENSO, musim hujan,

luas tanam, sifat musim dan kejadian bencana iklim. Bayesian Network merupakan

suatu Directed Acyclic Graph (DAG) untuk merepresentasikan secara visual

mengenai keterkaitan langsung antar peubah di atas.

Tahapan dalam penyusunan Bayesian Network:

a. Penentuan peubah untuk kekeringan. Dalam kajian ini, untuk menentukan

tingkat kekeringan terdapat empat peubah, yaitu 1). SST Nino 4, 2). Curah

Hujan Musim Kemarau (CHMK/CH bulan Mei+Juni+Juli+Agustus), 3).

Panjang Musim Hujan (PMH) dalam setahun dan 4). Kejadian Kekeringan

(K). Keterkaitan empat peubah tersebut adalah seperti dalam Gambar 5.1.

berikut :

Page 149: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

127

Bayesian Network

Q

S1 S2 S3

P3P2P1

K1 K2 K3 K5K4

C1 C2 C3

I1 I2 I3 I5I4

SST NINO4

CHMK PMH

queri

KEKERINGAN

Peluang akhir

)()(

)|(QP

QIPQIP j

j

∧=

Gambar 7.1 Bayesian Network dengan empat peubah

b. Transformasi untuk mendapatkan nilai-nilai setiap peubah kategori tersebut

adalah sebagai berikut:

- SST NINO 4 : diambil dari situs

http://www.cpc.ncep.noaa.gov/data/indices/ersst3b.nino.mth.ascii

- CHMK (Curah Hujan) :

a. Dihitung total nilai curah hujan bulan Mei,Juni, Juli dan Agustus.

b. Untuk setiap bulan, nilai CHMK adalah :

CH = 1 Nilai CH < 0.85*Rata-rata Total Mei-Juni-Juli-Agustus

CH = 2 0.85*Rata-Rata Tahunan<Nilai CH<1.15*Rata-rata Total

bulan Mei-Juni-Juli-Agustus

CH = 3 Nilai CH>1.15*Rata-rata Total Mei-Juni-Juli-Agustus

Contoh : Rata-rata CH bulan Juni adalah 21, maka jika CH bulan

tersebut kurang dari 21 akan diberi kode CH=1.

- PMH (Panjang Musim Hujan) :

a. Panjang Musim hujan ditentukan berdasarkan berapa lama musim

hujan pada satu tahun.

b. Dihitung berdasar informasi Awal Musim Hujan (AMH) hingga akhir

musim hujan.

Page 150: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

128

Untuk ilustrasi sebagai berikut : AMH 97/98 adalah dasarian 32 ini

artinya AMH pada pertengahan November th 1997. PMH = 21 Dasarian

- K (Kekeringan) :

Penentuan kode untuk variabel K adalah mengikuti aturan seperti berikut :

Tabel 7.1 Kategori kekeringan

Tingkat kekeringan Keterangan

1 Tidak ada lahan kekeringan

2 0<luas lahan kekeringan<Q1 (kuartil pertama)

3 Q1<luas lahan kekeringan<Q2 (kuartil kedua)

4 Q2<luas lahan kekeringan<Q3 (kuartil ketiga)

5 luas lahan kekeringan>Q3

Contoh teorema Bayesian :

Pada sistem yang akan dikembangkan, parameter model (yang berupa

tabel peluang bersyarat untuk setiap peubah dalam Bayesian Network)

diformulasikan selain menggunakan data historis, juga menggunakan informasi

iklim yang muncul (baik yang berasal dari data observasi maupun berdasar model

prediksi), sehingga secara dinamis sistem melakukan adaptasi terhadap kondisi

nyata yang sedang terjadi.

7.2.2. Penyusunan jejaring pengambilan keputusan (Decision Network)

Penyusunan kalender tanam dinamik dilakukan dengan

mengintegrasikan keseluruhan komponen yang dianggap menunjang

terhadap keluarnya sebuah keputusan yang diharapkan lebih akurat dalam

penentuan awal musim tanam, dalam suatu Decision Network (DN). Oleh

karena itu terdapat kombinasi alternatif decision yang sangat beragam.

Masing-masing alternatif decision dikembangkan sesuai dengan masukan

dari bayesian network, fungsi utility (yang diakomodir oleh

Page 151: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

129

Bayesian Network

Q

S1 S2 S3

P3P2P1

K1 K2 K3 K5K4

C1 C2 C3

I1 I2 I3 I5I4

SST NINO4

CHMK PMH

queri

KEKERINGAN

Peluang akhir

Decision Waktu tanam Irigasi Varietas Pemupukan D1 D2 D3 D4 D5 … Dn

T1 T2 T3 T4 T5 … Tn

I1 I1 I1 I1 I1 … In

V1 V1 V1 V1 V1 … Vn

P1 P1 P1 P1 P1 … Pn

Pilihan perlakuan (Waktu tanam,

Irigasi, varietas dan pemupukan)

DSSAT ‘Yield’ hasil simulasi

kg per hektar

Asumsi harga gabah (Rp.)

INPUT (Rp.) OUTPUT

(Rp.)

Keuntungan/kerugian

BAYESIAN FUNGSI UTILITY

DECISON

SIMULASI DSSAT

Gambar 7.2. Decision Network

Page 152: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

130

sistem inferensi fuzzy) dan hasil keluaran dari simulasi DSSAT. Pilihan

yang dikeluarkan untuk pengambilan keputusan dalam suatu decision

network sudah mengakomodir unsur-unsur itu, sehingga dapat diambil

keputusan terbaik (pola tanam terbaik), berdasarkan pilihan yang

dikeluarkan tersebut. Pola tanam terbaik adalah didasarkan kepada bukan

saja memberikan hasil yang terbaik, tetapi juga memperhatikan biaya yang

dikeluarkan. Sebagai ilustrasi Gambar 7.2. berikut menyajikan diagram dari

suatu DN.

7.2.3. Penyusunan kalender tanam dinamik

Dengan mengintegrasikan hasil survey, penyusunan jejaring bayes dan

penyusunan Decision Network, yang dikaitkan dengan hasil prakiraan iklim, maka

dapat dilakukan penentuan pola tanam dan onset musim tanam. Sebagai alat

bantu pengambil keputusan, pengembangan dari Kalender Tanam dinamik

diharapkan mampu menyediakan alternatif pola tanam atau teknologi berdasarkan

prakiraan yang diberikan untuk musim tertentu dengan risiko minimum dan di sisi

lain menyumbangkan hasil yang ditinjau secara ekonomi lebih tinggi.

Gambar 7.3. Model kalender tanam dinamik

Data CH

Informasi sifat hujan

Rekomendasi Teknologi

Penyusunan kalender tanam dinamik

Verifikasi

Penyusunan berbagai alternatif pola tanam

Data dinamika pola tanam

petani

Data luas

tanam

Penyusunan Bayesian dan Decision Network

Page 153: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

131

7.3. Hasil dan Pembahasan 7.3.1. Bayesian dan decision network

Peubah dalam BN yang berpengaruh langsung adalah kekeringan yang

terjadi pada pertanaman kedua. Dilakukan lima pengkategorian kekeringan.

Pengkategorian ini didasarkan pada data hasil observasi lapang mengenai

kejadian kekeringan, dan secara visual terlihat pada Gambar 7.4.

Batas-batas kategori kekeringan berdasar gembar di atas adalah sebagai berikut :

K1 : tidak ada kekeringan

K2 : terjadi kekeringan rendah, yaitu 0<Kekeringan≤Q1

K3 : terjadi kekeringan sedang, yaitu Q1<Kekeringan≤Q2

K4 : terjadi kekeringan tinggi, yaitu Q2<Kekeringan≤Q3

K5 : terjadi kekeringan sangat tinggi, yaitu Kekeringan>Q3

Hasil yang diberikan BN merupakan peluang kekeringan, yang dapat

digunakan untuk menduga potensi kekeringan di suatu daerah tertentu

berdasarkan peluang yang tersedia.

Gambar 7.4 Pengkategorian bencana kekeringan (Buono et al., 2011)

Berdasarkan perhitungan pada SST Nino 4, diperoleh hasil bahwa dalam

kurun waktu penggunaan data dari tahun 1989 hingga 2010, diketahui bahwa

peluang terjadi kekeringan hingga K5 lebih banyak didominasi pada kondisi El-

Nino. Sedangkan kondisi peluang K1 atau tidak terjadi kekeringan, diwakili pada

kondisi tahun La-Nina, tahun Normal, dan sedikit pada tahun El-Nino. Secara

umum peluang kekeringan untuk kondisi Elnino adalah lebih tinggi dibanding

1 1 2 2 3 4 515 16 20 22 23 25 25

3442 45

5561

96

131139

158

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Luas

laha

n Kek

ering

an

K2 K3 K4 K5

Page 154: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

132

kondisi Normal dan Lanina. Namun demikian, menurut Buono (2011), jika terjadi

curah hujan di musim kemarau diatas normal ataupun normal, maka peluang ini

mengecil. Sedangkan jika curah hujannya di bawah normal, maka peluang

kekeringan langsung meningkat tajam, baik kondisi ENSO Elnino, Normal maupun

Lanina. Pendapat lain dipaparkan oleh Liong et al. (2003) yang menyatakan

bahwa pada saat intensitas El-Nino tinggi akan menyebabkan kekeringan di

Indonesia, tetapi ketika intensitas El-Nino rendah pengaruh lain dapat menjadi

dominan sehingga mungkin saja kekeringan terjadi. Seperti dipaparkan oleh Lubis

et al. (2003), bahwa nilai anomali maksimum El-Nino tahun 1982/1983 >

1997/1998, akan tetapi Kekeringan yang terjadi tahun 1997/1998 > 1982/1983.

Decision network merupakan gabungan bayesian network, keputusan dan

fungsi utilitas. Dalam penelitian, risiko kekeringan diformulasikan dengan fungsi

utilitas yang dimodelkan dengan FIS seperti pada Bab sebelumnya. Selanjutnya

parameter Bayes diduga dengan data yang ada (dengan metode kemungkinan

maksimum) yang digabungkan dengan pertimbangan pakar. Hal ini diperlukan

mengingat data yang tersedia tidak mencukupi secara statistik untuk melakukan

pendugaan terhadap semua parameter dalam model Bayes.

Page 155: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

133

0.00.10.10.20.20.30.30.40.40.5

K1 K2 K3 K4 K5

Donorojo

0.00.10.10.20.20.30.30.40.40.5

K1 K2 K3 K4 K5

Pe

luan

g ke

keri

nga

nArjosari

0.00.10.10.20.20.30.30.40.40.5

K1 K2 K3 K4 K5

Kebonagung

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

K1 K2 K3 K4 K5

Pe

luan

g ke

keri

nga

n

Nawangan

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

K1 K2 K3 K4 K5

Ngadirojo

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

K1 K2 K3 K4 K5

Pacitan

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

K1 K2 K3 K4 K5

Pe

luan

g ke

keri

nga

n

Pringkuku

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

K1 K2 K3 K4 K5

Punung

0.00.10.10.20.20.30.30.40.40.5

K1 K2 K3 K4 K5

Tegalombo

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

K1 K2 K3 K4 K5

Pe

luan

g ke

keri

nga

n

Tulakan

La-Nina

Normal

El-Nino

Gambar 7.5 Peluang kekeringan pada tingkat / kategori kekeringan (K1 hingga

K5) di 10 kecamatan di Pacitan

7.3.2. Kalender tanam dinamik Dalam Decision Network diintegrasikan antara Bayesian Network yang

menyediakan informasi seberapa besar peluang kekeringan yang mungkin terjadi.

Page 156: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

134

Sedangkan fuzzy inference system memberikan informasi potensi luas kekeringan

yang mungkin terjadi. Hasil simulasi DSSAT memberikan informasi seberapa

besar ‘yield’ yang akan diperoleh pada kondisi iklim tertentu, pada kondisi tanah

tertentu dengan pemilihan teknik budidaya tertentu. Sehingga ketiga potensi

penduga ini dapat diintegrasikan untuk melengkapi satu dengan yang lain.

Berdasarkan nilai-nilai simulasi DSSAT maka nilai utility untuk setiap

pasangan pola tanam yang dipilih, Di, dan kejadian kekeringan Kj, dihitung dengan

rumus :

U(Di,Kj)=[Pi*(L-Kj)]*H-[Ci*(L-Kj)]

dengan :

U(Di,Kj) : perolehan rupiah kalau memilih pola Di dan terjadi

kekeringan kategori Kj, dengan i=1, 2, 3, …, 288, dan j=1,

2, 3, 4, 5.

Pi : produktivitas lahan per hektar kalau memilih pola Di

L : luas lahan yang tersedia

Kj : luas lahan yang terkena kekeringan pada kategori Kj

Kj merupakan perpaduan antara hasil peluang kekeringan

yang diperoleh dari Bayesian network, dengan luas

kekeringan yang diperoleh dari system inferensi fuzzy.

H : harga produk

Ci : biaya input yang harus dikeluarkan kalau memilih pola Di

Misal apabila diketahui peluang kekeringan sebesar 0.7 berdasarkan Bayesian

network, Peluang tersebut kemudian dikonversikan ke luas lahan yang tersedia,

akan diketahui luas lahan yang berpotensi kekeringan. Potensi luas lahan

kekeringan tersebut, dibandingkan dengan hasil pendugaan luas kekeringan dari

system inferensi fuzzy. Dengan demikian proyeksi luas kekeringan yang

diberikan diharapkan akan lebih mendekati ketepatan. Menurut Buono et al.

(2011), jika hasil observasi dikaitkan dengan kekeringan, dapat memperlihatkan

hasil prediksi sistem sudah tepat, yaitu jika diprediksi bahwa tahun depan terjadi

kekeringan dengan peluang tinggi, maka memang benar bahwa tahun depan

terjadi. Meskipun tidak menutup kemungkinan, terdapat beberapa kesalahan,

namun semua kejadian kekeringan mampu diprediksi dengan peluang yang tinggi,

seperti disajikan pada gambar berikut :

Page 157: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

135

Gambar 7.6 Ilustrasi antara peluang terjadinya kekeringan dengan kejadian bencana kekeringan tahun 1988 hingga 2007 (Buono et al. 2011)

Gambar 7.7 Tingkat/kategori kekeringan berdasarkan bayesian

Kesalahan dalam penggunaan model dapat terjadi yang disebabkan

beberapa hal, seperti : keterbatasan data, atau bisa juga bahwa petani telah

menerapkan teknik adaptasi dengan baik, sehingga meskipun hujan rendah, maka

bencana kekeringan tidak terjadi. Sehingga meskipun diprediksi peluang akan

terjadi kekeringan tinggi, namun karena petani sudah menyiapkan diri, maka

Kekeringan tidak terjadi.

Page 158: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

136

Dari hasil Bayesian dan FIS diketahui potensi terjadi kekeringan pada luas

tertentu, kemudian prediksi tersebut digabungkan dengan hasil simulasi DSSAT.

Dalam hal ini, harus diketahui terlebih dahulu, produksi rata-rata/musim tanam.

Keluaran dari hasil simulasi DSSAT (kg/ha), yang digabungkan dengan

produktivitas lahan dan luas lahan yang tersedia, yang ditunjang dengan input

biaya, akan diperoleh nilai fungsi risiko dalam rupiah.

7.3.3. Rekomendasi Teknologi

Rekomendasi dilakukan untuk pilihan terbaik dari hasil DSSAT yang

diperoleh sebelumnya. Hasil simulasi DSSAT dapat memberikan alternatif pilihan

kombinasi tanggal tanam dengan budidaya yang akan digunakan. Berdasarkan

hasil tersebut, pada umumnya tanggal tanam merupakan indikator yang sangat

penting untuk diperhatikan, terutama pada pertanaman kedua, untuk menghindari

risiko kekeringan (Gambar 7.8). Pada prinsipnya, rekomendasi dipilih berdasarkan

opsi-opsi teknologi yang dapat dikembangkan, dan dipilih opsi teknologi yang

memberi risiko minimum akibat kejadian kekeringan. Opsi tersebut sudah

termasuk di dalamnya tanggal-tanggal tanam, yang memberikan hasil yang tinggi

tetapi dengan risiko minimum dengan keuntungan maksimum.

Gambar 7.8. Ilustrasi pertanaman berdasarkan tanggal tanam

Risiko kekeringan pada MT 2 semakin bertambah akibat mundurya waktu tanam

Page 159: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

137

Gambar 7.9. Contoh prediksi kehilangan hasil

Hasil masing-masing kombinasi perlakuan terlihat pada jumlah kehilangan

hasil. Perlakuan terbaik juga mengindikasikan perlakuan yang mempunyai

kehilangan hasil yang paling minimal. Kehilangan hasil per tahun disajikan pada

Gambar di bawah ini. Perlakuan yang memberikan kehilangan hasil terendah

dapat digunakan sebagai acuan untuk rekomendasi teknologi budidaya pada

tahun-tahun El-Nino, La-Nina dan Normal. Sebagai pewakil tahun Normal

adalah tahun 1993, pewakil untuk tahun El-Nino adalah gambar dari tahun 1997,

pewakil tahun La-Nina adalah tahun 1998. Pada tahun 1993, perlakuan I1V2P3

(perlakuan tanpa Irigasi, varietas IR 8 dan pupuk ditambah dengan bahan organik

pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha) merupakan yang terbaik. Sedangkan untuk

tahun 1997 perlakuan terbaik adalah I2V2P3 (perlakuan dengan Irigasi, varietas IR

8 dan pupuk ditambah dengan bahan organik pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha).

Page 160: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

138

Sedangkan untuk tahun 1998, hanya dipengaruhi oleh perbedaan varietas.

Berdasarkan gambaran dari kehilangan hasil tersebut juga terlihat bahwa pada

tahun-tahun El-Nino, kehilangan hasil dalam rupiah mempunyai kemungkinan lebih

besar daripada tahun-tahun Normal dan tahun-tahun La-Nina. Sebaliknya pada

tahun-tahun La-Nina kehilangan hasil lebih rendah daripada tahun-tahun Normal

dan tahun-tahun El-Nino.

Perhitungan kehilangan hasil juga dilakukan dengan menggunakan

persamaan dari BC Ratio, sehingga diperoleh pada tanggal kapan yang secara

ekonomi layak dan memberikan keuntungan. Untuk pertanaman kedua,

penanaman tanggal 1 Februari memberikan hasil yang terbaik, hal tersebut

ditunjukkan dengan error yang paling rendah.

7.4. Simpulan

Kabupaten Pacitan seperti halnya wilayah lain yang memiliki pola hujan

monsunal sangat terpengaruh oleh dampak keragaman iklim, yang apabila tidak

diantisipasi dengan baik, dapat menyebabkan terjadinya risiko penurunan hasil

tanaman. Risiko tersebut dapat diminimalkan dengan melakukan perencanaan

tanam yang baik. Untuk mendukung perencanaan tanam petani, sudah dilakukan

beberapa hal terkait, diantaranya adalah aplikasi kalender tanam. Kalender tanam

sebagai salah satu informasi yang dibutuhkan petani perlu selalu diupdate. Untuk

mendukung hal tersebut, maka informasi mengenai decision network, yang terkait

dengan bayesian network, sistem inferensi fuzzy dan penilaian fungsi risiko

berdasarkan teknologi yang terkait dengan varietas, pemupukan dan irigasi yang

dilakukan, dapat menjadi tambahan informasi yang diharapkan dapat melengkapi

kalender tanam yang sudah tersedia.

Dalam Decision Network diintegrasikan antara Bayesian Network yang

menyediakan informasi seberapa besar peluang kekeringan yang mungkin terjadi.

Sedangkan fuzzy inference system memberikan informasi potensi luas kekeringan

yang mungkin terjadi. Hasil simulasi DSSAT memberikan informasi seberapa

besar ‘yield’ yang akan diperoleh pada kondisi iklim tertentu, pada kondisi tanah

tertentu dengan pemilihan teknik budidaya tertentu. Sehingga ketiga potensi

penduga ini dapat diintegrasikan untuk melengkapi satu dengan yang lain, sebagai

unsur pendukung untuk kalender tanam dinamik.

Page 161: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

139

Dalam aplikasinya, kalender tanam memerlukan keterpaduan banyak

pihak, terutama sektor terkait, dalam hal ini pengambil kebijakan, petani/ kelompok

tani/gapoktan, penyuluh, peneliti, LSM, lembaga yang terkait dengan keuangan

dan lain-lain. Sinergi antar sektor tersebut diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan petani pada akhirnya, mengingat untuk meningkatkan

kesejahteraan petani harus dilihat dari mulai hulu ke hilir, dari mulai penyiapan

benih, subsidi pupuk, informasi tanam dan lain-lain, hingga ke pasca panen dan

pemasaran.

Metode ini dapat lebih dioptimalkan dengan memasukkannya ke dalam

sistem yang terstruktur yang ketika suatu input dasar diterima, misalnya hasil

prakiraan iklim, dapat secara cepat memperlihatkan kemungkinan output yang

terjadi, sehingga informasi dapat lebih cepat disalurkan, dan bahkan pengguna

dapat menggunakan langsung dengan memasukkan input dasar tersebut. Metode

ini diharapkan dapat mendukung pengembangan sistem informasi Kalender

Tanam Terpadu yang sudah dikembangkan oleh Kementerian Pertanian.

Page 162: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

140

Page 163: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

141

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM

Persoalan mendasar sektor pertanian menurut Tim Penyusun Road Map

(2010) diantaranya adalah meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan

iklim global, ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air, status

dan luas kepemilikan lahan yang kecil (< 0.5 ha pada 9,55 juta KK), lemahnya

sistem perbenihan dan pembibitan nasional, keterbatasan akses petani terhadap

permodalan dan masih tingginya suku bunga usahatani, lemahnya kapasitas dan

kelembagaan petani dan penyuluh, masih rawannya ketahanan pangan dan

ketahanan energi, belum berjalannya diversifikasi pangan dengan baik, rendahnya

nilai tukar petani (NTP), belum terpadunya antar sektor dalam menunjang

pembangunan pertanian dan kurang optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi

pertanian.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masih rawannya ketahanan

pangan dan ketahanan energi. Berkaitan dengan ketahanan pangan yang

dikorelasikan dengan adanya perubahan iklim global, menuntut perhatian yang

lebih tinggi pada sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai visi misi yang

jelas sesuai yang tertuang pada Road Map untuk 2009-2014. Visinya adalah

“Pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk

meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan

petani”.

Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah mundurnya awal musim

hujan dan semakin panjangnya musim kemarau. Mundurnya awal musim hujan

selama 30 hari akan menurunkan produksi padi di Jawa Barat dan Jawa Tengah

6.5% dan Bali 11%. Sebagai langkah kebijakan strategis dalam menghadapi

kondisi di atas salah satunya adalah dengan menyiapkan beberapa tool dan

pedoman/panduan, yang merupakan bentuk penuangan dari kebijakan

pemerintah.

Menurut Pendleton dan Lawson (1988), iklim dan cuaca serta variasinya

sangat berpengaruh terhadap fluktuasi ketersediaan pangan. Handoko (2008)

menyatakan bahwa variabilitas dan perubahan iklim dengan segala dampaknya

yang terjadi berpotensi menyebabkan kehilangan produksi tanaman pangan utama

(padi) sebesar 20.6%, jagung sebesar 13,6% dan kedelai 12,4%.

Page 164: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

142

Kehilangan produksi tanaman pangan mengharuskan risiko iklim dikelola

dengan baik untuk meminimumkan kerugian. Pengelolaan risiko iklim, perlu

diberikan target, apakah untuk jangka pendek, sedang atau panjang. Kaitannya

dengan hal itu tentulah perencanaan menjadi bagian yang sangat penting,

mengingat pengelolaan risiko iklim juga perlu sumberdaya yang terkait dengan

masalah yang dihadapi. Dalam tataran jangka panjang, kita menggunakan

skenario-skenario untuk pelaksanaannya. Sedangkan untuk jangka pendek,

perencaan ini untuk meminimumkan dampak negatif yang mungkin terjadi.

Perencanaan perlu dilakukan sebagai suatu early warning system dengan

menyiapkan resources. Contoh kalau sudah diketahui berdasarkan prakiraan

iklim, bahwa kan terjadi kemarau panjang, maka dapat merubah varietas yang

akan digunakan dengan yang tahan kering.

Dalam pengelolaan risiko bencana terutama bencana iklim, ada siklus

sebagai berikut (Boer 2007):

1. Identifikasi: indetifkasi bahwa risiko ada dan beri nama risiko yang

dimaksud, misalkan risiko banjir.

2. Analisis: Tentukan tingkat risiko dalam bentuk matrix. Apabila risiko dapat

diabaikan maka tidak perlu diteruskan analisis, tapi kalau risiko dapat

menimbulkan kerusakan maka lakukan analisis lebih lanjut.

3. Rencana: Tentukan bagaimana mengatasi risiko tersebut sesuai dengan

tingkat keseriusannya dan kemungkinan terjadinya.

4. Mitigasi: Ikuti rencana yang telah disiapkan sebisa mungkin dan apabila

gagal, lakukan perencanaan ulang dan lakukan lagi upaya mitigasi kalau

masih belum bisa, lakukan analisis apakah tingkat kerusakan di bawah

batas toleransi.

5. Traking: Apabila risiko dapat dimitigasi dan diatasi sehingga tingkat

kerusakan berada dalam selang toleransi, simpan dan catat teknologi atau

cara mitigasi tersebut untuk memastikan keberlanjtan upaya pengendalian

risiko dimaksud di masa datang.

Semakin seringnya terjadi bencana yang berpengaruh terhadap kestabilan

pangan yang diakibatkan oleh iklim, mendorong pemerintah untuk mengeluarkan

kebijakan terkait iklim yang tertuang dalam bentuk Sektoral Road Map. Riset yang

dilakukan bertujuan untuk mendukung kebijakan pemerintah seperti yang tertuang

dalam Road Map tersebut, untuk membantu petani dalam penentuan waktu tanam

Page 165: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

143

dalam bentuk kalender tanam dinamik, supaya apabila terjadi bencana iklim,

khususnya kekeringan, akan lebih cepat ditanggulangi dan kerugian yang dapat

terjadi dapat diminimalkan. Mengingat apabila akibat bencana iklim, tidak

diantisipasi dengan baik dapat menyebabkan kegagalan panen petani.

Kegagalan panen akibat kejadian kekeringan merupakan salah satu bentuk

bencana iklim yang paling sering terjadi di Indonesia. Kegagalan panen yang

terjadi lebih sering karena antisipasi yang kurang dalam menyikapi kejadian iklim

ekstrim. Akibat kegagalan panen tentulah produksi menjadi menurun dari yang

telah ditargetkan. Peran kalender tanam dalam hal ini adalah menurunkan risiko

kegagalan panen tersebut, pada tingkat yang dapat diantisipasi, meskipun untuk

mewujudkan hal tersebut diperlukan keterpaduan pada banyak komponen dan

instansi pendukung. Di samping itu, dampak terjadinya perubahan ikim, juga

menyebabkan tingkat kekerapan bencana iklim akhir-akhir ini lebih sering dari

kurun waktu sebelumnya. Misalnya saja, kehilangan produksi padi nasional pada

era 1990 hingga 2000 hingga tiga kali lipat dibandingkan era 1980-1990 (Boer

2007). Intensitas bencana yang semakin sering, menjadi ancaman terhadap

produktivitas, karena menjadi semakin seringnya kegagalan panen terjadi, ujung-

ujungnya mempengaruhi terhadap perekonomian petani. Frekuensi kejadian

kemarau panjang atau kekeringan dalam periode 1844 dan 1960 hanya 1 kali

dalam 4 tahun, kemudian dalam periode 1961-2006 frekuensinya meningkat

menjadi 1 kali dalam 2-3 tahun (Boer dan Subbiah 2005; Boer 2007).

Suatu informasi iklim yang baik didukung oleh beberapa hal yang

tertangani dengan baik, diantaranya adalah kebutuhan terhadap data yang akurat

dapat dipenuhi, kelembagaan terstruktur dengan baik dan juga lancar dalam

realisasinya, analisis yang dilakukan akurat yang didukung dengan data dan tool

yang memadai dan lain-lain, yang semuanya itu mendukung terhadap sistem

informasi yang efektif dan efisien. Hal-hal tersebut merupakan permasalahan yang

kompleks di lapangan. Sebagai contoh, faktor kelembagaan merupakan daya

dukung yang sangat tepat untuk terciptanya suatu informasi dalam pelaksanaan

usaha tani oleh petani bahkan dapat mendukung kegiatan ekonomi di daerah.

Kelembagaan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi jika didukung dengan

adanya pembagian kerja yang jelas, berorientasi pada peningkatan pendapatan,

petani memberi keleluasaan pada perluasan usaha dan kebebasan untuk

memperoleh peluang ekonomi (Daryanto 2004).

Page 166: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

144

Berkaitan dengan peningkatan produksi dan produktivitas padi, terdapat

beberapa instrumen kebijakan yang yang harus dipenuhi untuk memberikan

dukungan bagi peningkatan produktivitas petani padi dan produksi beras nasional

meliputi: (1) pengembangan infrastruktur untuk mendukung usaha tani padi, (2)

peningkatan akses petani terhadap sarana produksi dan sumber pemodalan, (3)

peningkatan mutu intensifikasi usahatani padi dengan menggunakan teknologi

maju, (4) ekstensifikasi lahan pertanian di lahan kering, rawa pasang surut, lebak

dan daerah bukaan baru dan (5) peningkatan akses petani terhadap sarana

pengolahan pascapanen dan pemasaran (Kasryno et al. 2004).

Program kalender tanam merupakan program yang mempunyai potensi

yang sangat baik untuk terus dikembangkan. Agar diperoleh hasil yang baik,

diperlukan dukungan berupa informasi teknik budidaya untuk efisiensi, sehingga

input biaya lebih rendah dengan tingkat risiko gagal panen lebih rendah. Potensi

pemanfaatan kalender tanam untuk petani antara lain menjadi salah satu teknologi

terutama terkait dengan informasi untuk mendukung perencanaan waktu dan

pilihan teknologi penanaman untuk petani, agar diperoleh dari input yang minimal,

hasil yang optimal atau risiko kerugian yang minimal. Hal ini diharapkan terkait

dengan semakin optimalnya produktivitas yang diperoleh petani. Dengan adanya

kalender tanam yang merupakan acuan penjadwalan waktu tanam petani, dapat

diberikan pemahaman kepada petani dan pengambil kebijakan mengenai waktu

tanam yang tepat dan teknologi yang perlu diambil terkait waktu tanam tersebut.

Dalam penyusunan kalender tanam, seperti halnya penyusunan model lain

mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan, namun di sisi lain dalam

penerapannya dapat terkendala oleh hal-hal lain. Kendala-kendala yang dihadapi

tidak lepas dari kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk terwujudnya suatu

informasi iklim yang dapat diterima petani dan diaplikasikan di lapangan. Untuk

terwujudnya suatu sistem informasi yang baik diperlukan data dukung yang cukup

baik, juga pelayanan lain seperti infrastruktur, sarana produksi, serta sistem

penyaluran informasi yang diteruskan ke petani, mengingat yang diperlukan petani

adalah layanan yang tepat pada waktu yang tepat, sehingga dapat dimanfaatkan

sebaik-baiknya. Kesadaran petani akan pentingnya informasi yang akurat

merupakan salah satu hal yang perlu disediakan. Keterpaduan berbagai sektor

terkait dalam mengupayakan diterimanya informasi oleh petani sehingga dapat

diaplikasikan diharapkan dapat mengurangi risiko kerugian petani.

Page 167: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

145

Salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan usaha pertanian

diantaranya adalah tingkat adopsi petani terhadap teknologi yang didiseminasikan.

Semakin tinggi tingkat adopsi petani, yang diperlihatkan dengan aplikasinya di

lapang, maka kemungkinan untuk terjadinya kegagalan dapat diturunkan, dan

sebaliknya. Meskipun tidak menutup kemungkinan petani merasa bahwa teknologi

budidaya yang dilakukan, sudah cukup baik sehingga dirasakan tidak perlu lagi

mengadopsi teknologi budidaya yang dianjurkan. Boer dan Surmaini (2006)

menyatakan bahwa petani yang konsisten menggunakan informasi prakiraan iklim,

pada kurun waktu yang panjang akan mendapatkan income yang lebih tinggi

dibanding yang tidak merespon terhadap prakiraan iklim.

Dalam kaitan dengan tingkat adopsi petani, sebagai penerima dari

teknologi ini, mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang tidak mudah menerima

bahkan cenderung untuk menolak seperti :

1. Tidak mudah percaya kepada orang lain, terutama yang belum kenal dan

atau bukan dari kalangan petani seperti mereka. Kebiasaan seperti ini,

sering memperlambat kelancaran adopsi teknologi baru yang disuluhkan

para petugas penyuluhan dari lingkungan di luar mereka.

2. Tidak mudah menerima atau tidak bersedia (menolak) perilaku dan atau

kegiatan-kegiatan yang dianggapnya berbeda, apalagi yang bertentangan

dengan kebiasaan adat setempat. Penyimpangan dari kebiasaan, tidak

saja dianggap sebagai keanehan atau tindak kebodohan tetapi dipandang

telah menimbulkan pergesekan yang merupakan pelanggaran atau “dosa”

terhadap norma-norma tradisional yang harus dipertahankan atau

dihormati serta dijunjung tinggi (Tamba 2007).

Menurut Fujisaka (1993) dan Pretty (1995) yang diacu dalam Sunaryo dan

Joshi (2003) ada beberapa alasan yang menyebabkan teknologi dan informasi

yang ditawarkan ditolak para petani, antara lain: (1) Teknologi yang

direkomendasikan seringkali tidak menjawab masalah yang dihadapi petani

sasaran. (2) Teknologi yang ditawarkan sulit diterapkan petani dan mungkin tidak

lebih baik dibandingkan teknologi lokal yang sudah ada. (3) Inovasi teknologi justru

menciptakan masalah baru bagi petani karena kurang sesuai dengan kondisi

sosial-ekonomi-budaya setempat. (4) Penerapan teknologi membutuhkan biaya

tinggi sementara imbalan yang diperoleh kurang memadai. (5) Sistem dan strategi

penyuluhan yang masih lemah sehingga tidak mampu menyampaikan pesan

Page 168: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

146

dengan tepat. (6) Adanya ketidakpedulian petani terhadap tawaran teknologi baru,

seringkali akibat pengalaman kurang baik di masa lalu. (7) Adanya ketidak-pastian

dalam penguasaan sumber daya (lahan, dan sebagainya).

Para pemegang kebijakan, pakar atau peneliti kadang kala kurang dapat

memahami hambatan dan peluang yang berkembang di masyarakat sehingga

teknologi yang dianjurkan tidak menyentuh pada akar permasalahan yang ada.

Dengan demikian, diseminasi teknologi yang tidak tepat guna banyak yang tidak

diadopsi oleh masyarakat. Para pakar pertanian membantah bahwa gagalnya

masyarakat mengadopsi teknologi anjuran dikarenakan mereka konservatif,

irrasional, malas atau bodoh (De Boef et al. diacu dalam Sunaryo dan Joshi

2003), tetapi lebih dikarenakan 3 rancang-bangun teknologi anjuran tersebut tidak

sesuai dengan kondisi sosio-ekonomi dan ekologi masyarakat tani.

Perkembangan teknologi pada dasarnya tidak lepas dari perkembangan

masyarakatnya dalam menyikapi perubahan atau dinamika lingkungan tempat

mereka tinggal. Cerita panjang dan kejadian alam dari tempat mereka tinggal

menjadi sumber inspirasi, termasuk tanggapan mereka dalam mengatasi gejolak

alam yang menjadi catatan penting mereka, yang kemudian diceritakan dari

generagi ke generasi sebagai pengetahuan dalam menyikapi alam dan

perubahannya (Noor dan Jumberi 2012).

Keberhasilan kalender tanam di Indonesia tentunya tidak lepas dari riset

instansi lain yang mendukung. Misalnya, BB Padi secara aktif mengembangkan

teknologi budidaya untuk menanggulangi dampak perubahan iklim global salah

satunya adalah dengan penyaluran benih dari UPBS BB Padi untuk

menanggulangi dampak perubahan iklim (Sembiring 2011). BB Padi sebagai

lembaga penelitian padi satu-satunya di Indonesia, terus aktif mencari inovasi

mitigasi dan adaptasi perubahan iklim melalui pengembangan varietas sangat

genjah, tahan kering, tahan rendaman, tahan salinitas, dan tahan OPT.

Pembentukan varietas sawah tadah hujan toleran kekeringan dan berumur sangat

genjah. Pada tahun 2009, menyalurkan benih VUB 49.6 ton yang terdiri dari tahan

kekeringan (5.2 ton), umur sangat genjah (39 ton), tahan rendaman (253 kg),

tahan salinitas (367 kg), dan tahan wereng coklat (4.7 ton). Sedangkan tahun

2010 juga menyalurkan benih VUB 79.5 ton yang terdiri dari tahan kekeringan

(11.2 ton), umur sangat genjah (27.1 ton), tahan rendaman (2.6 ton), tahan

salinitas (19 kg), dan tahan wereng coklat (38.6 ton).

Page 169: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

147

Untuk tidak lanjut berikutnya, dapat diupayakan beberapa hal diantaranya

adalah; penggabungan dengan kearifan lokal, dengan mengeksplor kearifan lokal

yang dapat digabungkan pada kalender tanam yang telah ada, dan

penggabungan unsur-unsur iklim lain, serta memprogramkan kalender tanam

supaya lebih user friendly.

Hasil penelitian ini diharapkan merupakan salah satu pendukung dalam

upaya menyempurnakan Kalender Tanam Terpadu yang sedang dikembangkan

dan terus dikembangkan, mengingat informasi mengenai kalender tanam

merupakan suatu terobosan teknologi yang perlu terus dikembangkan sehingga

diharapkan secara kontinyu menjadi acuan rutin untuk petani dalam pelaksanaan

budidayanya.

Page 170: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

148

Page 171: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

149

BAB IX. SIMPULAN DAN SARAN 9.1. Simpulan

Informasi mengenai dampak keragaman iklim di suatu daerah, merupakan

informasi yang perlu untuk ditindaklanjuti lebih lanjut terkait pelaksanaan tanam,

terutama tanaman pangan, mengingat aspek inilah yang paling rentan dalam

kaitannya dengan variabilitas iklim yang terjadi. Informasi akurat yang diberikan

kepada petani diharapkan dapat meminimalkan tingkat kerugian petani, akibat

fluktuasi unsur iklim.

Pilihan teknologi yang tersedia berupa pilihan varietas, pemupukan, irigasi,

bahan organik, yang dilakukan pada tanggal tanam tertentu, dapat dijadikan

sebagi acuan petani dalam mencari waktu tanam terbaik yang dipadukan dengan

teknologi yang diaplikasikan, untuk meminimalkan dampak variabilitas iklim.

Pemilihan teknologi didasarkan kepada hasil terbaik yang diperoleh dengan biaya

yang lebih minimal.

Berdasarkan hasil yang diperoleh untuk setiap perlakuan, umumnya

tanggal tanam merupakan peubah yang sangat menentukan terhadap

keberhasilan atau kegagalan panen. Pertanaman yang sangat rentan terhadap

ketersediaan air terutama pada MT II, mengingat pada awal penanaman biasanya

air masih berlimpah, tetapi pada akhir penanaman kerap mengalami kekeringan

yang dapat menjadikan puso, terutama apabila kekeringan pada fase-fase dimana

tanaman masih membutuhkan cukup air. Persamaan hasil yang diperoleh untuk

pertanaman MT II memperlihatkan bahwa penanaman bulan Februari yang paling

menguntungkan, hal tersebut terlihat dari error yang dihasilkan yang paling

rendah, dibanding bulan Maret, April atau Mei. Demikian pula berdasarkan

penghitungan kelayakan ekonomi yang diwakili dengan penghitungan BC Rasio,

terlihat bahwa penanaman MT II pada tanggal tanam 1 Februari juga memberikan

error yang paling rendah dibanding bulan-bulan lain dimana petani biasa

melakukan penanaman untuk MT II, dengan pertimbangan penanaman pada MH

sudah panen. Untuk itu, penanaman pada MH sebaiknya menggunakan varietas

genjah, dan menjelang penanaman MT II, perlu dilakukan teknologi, sehingga

waktu persemaian dapat disegerakan.

Sistem inferensi fuzzy dapat digunakan sebagai tool untuk prediksi luas

kekeringan yang mungkin terjadi, dengan memasukkan nilai input yang digunakan.

Page 172: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

150

Berdasarkan fungsi keanggotaan dan penetapan rule, akan diperoleh

gambaran/prediksi kekeringan yang mungkin terjadi. Namun demikian penetapan

rule perlu menggunakan logika yang baik, sehingga dapat diperoleh kepekaan

dalam penentuan/prediksi kekeringan yang diperoleh.

Dalam mendukung perencanaan tanam petani, sudah dilakukan beberapa

hal terkait kalender tanam, baik oleh Kementerian Pertanian maupun Perguruan

Tinggi seperti IPB. Kalender tanam sebagai salah satu informasi yang dibutuhkan

petani semakin disempurnakan. Untuk mendukung hal tersebut, maka informasi

mengenai decision network, yang terkait dengan bayesian network, sistem

inferensi fuzzy dan penilaian fungsi risiko berdasarkan teknologi yang terkait

dengan varietas, pemupukan dan irigasi yang dilakukan, dapat menjadi tambahan

informasi yang diharapkan dapat melengkapi kalender tanam yang sudah tersedia.

9.2. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh, rekomendasi untuk tanggal tanam

terbaik pada MT II sebaiknya dilakukan pada bulan Februari, terutama tanggal 1

Februari. Apabila terjadi kemunduran awal musim hujan yang menyebabkan

mundurnya penanaman pada MH (MT I), maka perlu diantisipasi dengan

persiapan penanaman pada MT II yang dilaksanakan lebih cepat, dengan

melakukan pembibitan lebih awal dan penggunaan varietas genjah.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini masih banyak hal yang diperlukan untuk

memperbaiki metodologi yang dilakukan, mengingat hasil yang diperoleh sangat

terkait dengan spesifik lokasi dan dibutuhkan data yang berbeda untuk ruang yang

berbeda. Demikian pula dengan metodologi yang diaplikasikan, masih banyak hal

yang dapat dikembangkan yang disesuaikan dengan penggunaannya.

Diharapkan kerjasama yang baik antar sektor secara berkesinambungan,

sehingga informasi yang diperoleh dapat didelegasikan pada sektor yang

berhubungan dengan penyiapan musim tanam dan pasca panen hingga informasi

sampai ke petani pada waktu yang tepat dan hasil yang akurat. Untuk

meningkatkan kesejahteraan petani, banyak sektor yang harus dilibatkan, harus

dilihat dari mulai hulu ke hilir, mulai penyiapan benih, subsidi pupuk, informasi

tanam dan lain-lain, hingga ke pasca panen dan pemasaran.

Page 173: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

151

DAFTAR PUSTAKA Abarquez I, Murshed Z. 2004. Community based disaster risk management: Field

practitioners handbook. ADPC : Bangkok. Adams RM, Houston LL, McCarl BA, Tiscareño LM, Matus GJ, Weiher RF.2003.

The benefits to Mexican agriculture of an El Niño-southern oscillation (ENSO) early warning system. Agricultural and Forest Meteorology 2003;115: 183–194.

Aldrian E. 2003. Simulations of Indonesian rainfall with a hierarchy of climate models, PhD dissertation, Max Planck Institute for Meteorology.

Aldrian E, Susanto RD. 2003. Identification of three dominant rainfall regions within Indonesia and their relationship to sea surface temperature. Int. J. Climatol. 23 : 1435-1452.

Apryantono. A. Irianto SG, Suyamto, Las I, Soedaryanto T, Alamsyah T. 2009. Indonesia Experience : Regaining Rice Self-Sufficiency. Indonesian Ministry of Agriculture

Badan Pusat Statistik. 2009. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III-2009. Berita Resmi Statistik-Badan Pusat Statistik No.69/11/Th.XII, 10 November 2009. [http://dds.bps.go.id/brs_file/pdb-10nov09.pdf][5 Februari 2009].

Barton DN, Saloranta T, Moe SJ, Eggestad HO, Kuikka S. 2008. Analysis Bayesian belief networks as a meta-modelling tool in integrated river basin management — Pros and cons in evaluating nutrient abatement decisions under uncertainty in a Norwegian river basin. Ecological Economics 2008;66: 91-104.

Boer R. 2002. Analisis Resiko Iklim untuk Produksi Pertanian. Disampaikan pada Pelatihan Dosen perguruan Tinggi se Indonesia Barat dalam Bidang Pemodelan dan Simulasi Pertanian dan Lingkungan 1-13 Juli 2002. Bogor: FMIPA IPB kerjasama dengan Bagpro PKSDM Ditjen DIKTI Departemen Pendidikan Nasional.

Boer R, Meinke H. 2002. Pertumbuhan tanaman dan Osilasi Selatan. Dalam Kapan Hari Akan Hujan? Department of Primary Industry, Quensland, Australia.

Boer R, Setyadipratikto A. 2003. Nilai Ekonomi Prakiraan Iklim. Disajikan dalam Workshop “Pemanfaatan Informasi Iklim untuk Pertanian di Sumatera Barat” Auditorium Universitas Bung Hatta, Padang, 11-13 Agustus 2003.

Boer R, Subbiah AR. 2005. Agriculture drought in Indonesia. Dalam Vijendra S. Boken, Arthur P. Cracknell and Ronald L. Heathcote (eds.). Monitoring and Predicting Agricultural Drought: A Global Study. Oxford University Press, pp 330-344.

Boer R, Surmaini E. 2006. Economics benefits of using SOI Phase Information fo Crop Management Decision in Rice-Base Farming System of West Java, Indonesia. International Conference on Living with Climate Variability and Change : Understanding the Uncertainties and Managing the Risks.Espoo-Finland, 17-21 July 2006.

Boer R et al. 2007. Penyusunan Kalender Pertanian. Laporan Hasil Penelitian Tim Peneliti IPB dan Badan Litbang BMG.

Page 174: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

152

Boer R. 2007. Konsep tentang analisis risiko iklim. Bahan kuliah Klimatologi Pertanian Terapan. FMIPA-IPB. Bogor.

Boer R et al. 2008. Pengembangan Sistim Prediksi Perubahan Iklim untuk Ketahanan Pangan. Laporan Akhir Konsorsium Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim Sektor Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Boer R, Buono A, Sumaryanto, Surmaini E, Estiningtyas W, Kartikasari K, Fitriyani. 2009. Agricuture Sector. Technical Report on Vulnerability and Adaptation Assessment to Climate Change for Indonesia’s Second National Communication. Ministry of Environment and United Nations Development Programme, Jakarta.

Boer R, Buono A, Suciantini. 2010. Pengembangan Kalender Tanaman Dinamik sebagai Alat dalam Menyesuaikan Pola Tanam dengan Prakiraan Iklim Musiman. Bogor: Laporan Hasil Penelitian I-MHERE B2C-IPB.

Boer R, Faqih A, Ariani R. 2011. Relationship between Pacific and Indian Ocean Sea Surface Temperature Variability and Rice Production, Harvesting Area and Yield in Indonesia. Poster Presented at the 1st Intrenational Conference on Climate Services Columbia University, New York 17-19 November 2011.

Borsuk ME, Stow CA, Reckhow KH. 2004. A Bayesian Network of eutrophication models for synthesis, prediction, and uncertainty analysis. Ecological Modelling 2004;173: 219–239.

Bottema, J.W.T. 1997. A note on the estimation of the impact of a long dry season. Paper for UN/ESCAP/CGPRT Bogor.

[BMKG]. 2011. Prakiraan Musim Hujan 2011/2012. Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta. 88 hal.

Buono A, Boer R, Runtunuwu E, Suciantini, Ramadhan A. 2010. Pengembangan Fungsi Utilitas pada Decision Network untuk Model Kalender Tanam Dinamik dalam Pengelolaan Risiko Iklim Guna Menekan Kerugian Pertanaman hingga >40%. Bogor : Laporan Hasil Penelitian KKP3T, Kerjasama IPB-Sekretariat Badan Litbang Pertanian.

Buono A, Boer R, Pramudia A, Suciantini, Febriyanti S. 2011. Optimasi Fungsi Risiko pada Decision Network untuk Model Kalender Tanam Dinamik dan Sosialisasinya dalam Pengelolaan Risiko Iklim. Bogor : Laporan Hasil Penelitian KKP3T, Kerjasama IPB-Sekretariat Badan Litbang Pertanian.

Daryanto A. 2004. Penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat sebagai modal sosial pembangunan. Agrimedia Vol 9 No. 1, Maret 2004.

Daryanto, A. 2007. Peranan dan Pengembangan Hortikultura melalui Pendekatan Klaster dan Contract Farming. Kertas Kerja disampaikan dalam Konperensi Nasional (Konpernas) ke XV Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), Hotel Sahid Raya, Solo, 3-5 Agustus 2007.

Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan. Data Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Pacitan tahun 2006 hingga 2010.

Direktorat Jenderal Perlindungan Tanaman. 2011. Data luas kekeringan kabupaten. Direktorat Perlindungan Tanaman-Jakarta.

Page 175: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

153

Falcon W, Naylor R, Battisti D, Burke M. 2006. Climate variability, climate change, and Indonesian rice production. Makalah pada Roundtable Discussion : Coping With Climate Variability and Changes in Food Production. 8 November 2006. Bogor.

Giannini A, Robertson AW, Qian JH. 2007. A role for tropical tropospheric temperature adjustment to ENSO in the seasonality of monsoonal Indonesia precipitation predictability. J. Geophys. Res. (Atmosphere). 112: D16110, doi:10.1029/2007JD008519.

Hadi TW, Dupe ZL, Lubis A. 2003. Evolusi El-Nino/La-Nina di Pasifik dan dampaknya di Indonesia. Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional, 2002, Bandung 31 Juli 2002.

Hamada JI., Yamanaka MD, Matsumoto J, Fukao S, Winarso PA, Sribimawati T. 2002. Spatial and temporal variations of the rainy season over Indonesia and their link to ENSO. J. Meteo. Soc. of Japan. 80 : 285-310.

Handoko. 2002. Validasi Model. Makalah Disampaikan pada Pelatihan Dosen Perguruan Tinggi se Indonesia Barat dalam Bidang Pemodelan dan Simulasi Pertanian dan Lingkungan 1-13 Juli 2002. Bogor: FMIPA IPB kerjasama dengan Bagpro PKSDM Ditjen DIKTI Departemen Pendidikan Nasional.

Handoko I, Sugiarto Y, Syaukat Y. 2008. Keterkaitan perubahan iklim dan produksi pangan strategis : telaah kebijakan independen dalam bidang perdagangan dan pembangunan. SEAMEO BIOTROP. Bogor.

Haryanto U. 1998. Keterkaitan fase Indeks Osilasi Selatan (SOI) terhadap curah hujan di DAS Citarum. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Jones JW, Hoogenboom G, Porter CH, Boote KJ, Batchelor WD, Hunt LA, Wilkens PW, Singh U, Gijsman AJ, Ritchie JT. 2003. The DSSAT cropping system model. Europ. J. Agronomy 2003; 18: 235-265.

Kasryno F. 2004. Reposisi padi dan beras dalam perekonomian nasional. Dalam F Kasryno, E Pasandaran dan A.M. Fagi (Ed). Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian, Jakarta.

Kusumadewi S, Hartati S. 2010. Neuro-Fuzzy, Integrasi Sistem Fuzzy & Jaringan Syaraf. Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kusumadewi S, Purnomo H. 2010. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Lansigan FP, Santos WLDL, Coladilla JO. 2000. Agronomic impacts of climate variability on rice production in the Philippines. Agriculture, Ecosystems and Environment 82 (2000): 129-137.

Las I, Unadi A, Subagyono K, Syahbuddin H, Runtunuwu E. 2007a. Atlas Kalender Tanam Pulau Jawa. Skala 1:1.000.000 dan 1:250.000. Bogor : Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. 96 hal.

Las I, Surmaini E, Runtunuwu E. 2007b. Strategi Sektor Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim: Antisipasi, Mitigasi, dan Adaptasi. Dipresentasikan pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) IX: “Harmonisasi IPTEK, Alam, dan Budaya Menuju Masyarakat Sejahtera”, Jakarta, 20-22 November 2007.

Page 176: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

154

Las I, Unadi A, Syahbuddin H, Runtunuwu E. 2008. Atlas Kalender Tanam Pulau Sumatera. Edisi I. Skala 1:1.000.000 dan 1:250.000. Bogor : Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

Las I, Unadi A, Syahbuddin H, Runtunuwu E. 2009a. Atlas Kalender Tanam Pulau Kalimantan. Skala 1:1.000.000 dan 1:250.000. Bogor:Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

Las I, Unadi A, Syahbuddin H, Runtunuwu E. 2009b. Atlas Kalender Tanam Pulau Sulawesi (8 Jilid). Skala 1:1.000.000 dan 1:250.000. Bogor :Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

Las et al. 2010. Atlas Kalender Tanam Provinsi Bali, Maluku Utara, Maluku, NTB, NTT, Papua dan Papua Barat. Bogor :Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

Lassa J, Pujiono P, Pristiyanto D, Paripurno ET, Magatani A, Purwati H. 2009. Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komoditas (PRBBK). Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Lee TS, Haque MA, Najim MMM. 2005. Scheduling the cropping calendar in wet-seeded rice schemes in Malaysia. Agricultural Water Management 2005; 71 :71–84.

Liong TH, Siregar P, Bannu. 2003. Peranan pengelompokan dalam prediksi kekeringan di Indonesia. Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002; Pengembangan dan Aplikasi Teknik Prediksi Cuaca dan Iklim, Bandung, 31 Juli 2002. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). ISBN 979-8554-65-5.

Lo F, Wheeler MC, Meinke H, Donald A. 2007. Probabilistic forecasts of the onset of the North Australian wet season. Monthly Weather Review, 135: 3506–3520.

Lubis A, Dupe ZL, Hadi TW. 2003. Definisi Karakteristik El-Nino dan La-Nina. Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional, 2002, Bandung 31 Juli 2002.

Malingreau, J.P. 1987. The 1982-83 drought in Indonesia: Assessment and monitoring. In M. Blantz, R. Katz and M. Krenz. Climate crisis: The societal impacts associated with the 1982-83 worldwide climate anomalies. UNEP.

Mestre-Sanchís F, Feijóo-Bello ML. 2009. Analysis Climate change and its marginalizing effect on agriculture. Ecological Economics 2009; 68: 896-904.

Naylor RL, Battisti DS, Vimont DJ, Falcon WP, Burke MB. 2007. Assessing the risks of climate variability and climate change for Indonesian rice agriculture. Proc. Nat. Acad. Sci. 104 : 7752-7757.

Noor M, Jumberi A. Kearifan budaya lokal dalam perspektif pengembangan pertanian di lahan rawa. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. [http://balittra.litbang.deptan.go.id./lokal/Kearifan-1%20M-Noor.pdf.] [15 Juli 2012].

Pawitan, H. 2002. Terapan Pemodelan Hidrologi Daerah Aliran Sungai dalam Pertanian dan Pengelolaan Lingkungan. Disampaikan pada Pelatihan Dosen Perguruan Tinggi se Indonesia Barat dalam Bidang Pemodelan dan Simulasi

Page 177: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

155

Pertanian dan Lingkungan 1-13 Juli 2002. Bogor: FMIPA IPB kerjasama dengan Bagpro PKSDM Ditjen DIKTI Departemen Pendidikan Nasional.

Pendleton JW, and Lawson TL. 1988. Climatic Variability and Sustainability of Crop yields in the humid tropics. International Symposium on Climatic Varability and Food Security in Developing Countries 5 – 9 Februari 1987. New Delhi. IRRI: 54 – 58.

Pramudia A, Hariyanti KS, Trinugroho MW, Sarvina Y, Las I. 2011. Pengembangan Model Integrasi Kalender Tanam Dinamik Berdasarkan Hasil Prediksi BMKG. Pada Kegiatan Pengembangan Kalender Tanam Dinamik Terpadu Untuk Tanaman Pangan. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian-Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian-Kementerian Pertanian. Laporan Akhir Kegiatan.

Ramadhani F, Las I, Setyanto P, Syahbuddin H, Runtunuwu E, Nugroho MWT, Rahayu B. 2011. Pengembangan Kalender Tanam Terpadu Untuk Mengamankan Produksi Pangan Menghadapi Perubahan Iklim. Pada Kegiatan Pengembangan Kalender Tanam Dinamik Terpadu Untuk Tanaman Pangan. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian-Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian-Kementerian Pertanian. Laporan Akhir Kegiatan.

Rianse U, Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi Teori dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta.

Robertson AW, Moron V, Swarinoto Y, 2009. Seasonal predictability of daily rainfall statistics over Indramayu district, Indonesia. Int. J. Climatology, 29 : 1449-1462.

Runtunuwu et al. 2009. Penyusunan Kalender Tanam Kalimantan dan Sulawesi untuk Mengurangi Resiko dan dampak Variabilitas dan Perubahan Iklim. [Laporan Tengah Tahun 2009]. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.

Sembiring H. 2011. Kesiapan Teknologi Budidaya Padi Menanggulangi Dampak Perubahan Iklim Global. Prosiding Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi Nasional 2010. Buku 1. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian-Kementrian Pertanian. 2011. ISBN 978-979-540-056-1.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta : Universitas Indonesia (UI Press). Soler CMT, Hoogenboom G, Sentelhas PC, Duarte AP. 2007. Growth analysis of

maize grown off-season in a subtropical environment under rainfed and irrigated conditions. Journal of Agronomy and Crop Science. 193(4) : 247-261.

Sudradjat, Chaerani D, Supriatna AK, Hadi S. 2009. Model Optimasi Pola Tanam Pada Lahan Kering di Kabupaten Bandung. Laporan Akhir Hibah Penelitian Strategis Nasional 2009. Fakultas MIPA-Universitas Padjadjaran.

Sunaryo, Joshi L. 2003. Peranan pengetahuan ekologi lokal dalam sistem agroforetri. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Office. Bogor, Indonesia.

Page 178: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

156

Supriyono, 2012 diambil dari http://infotani.com/2012/01/05/pranata-mangsa fenomena-cuaca-pertanian/

Stern N, Peters S, Bakhshi V, Bowen A, Cameron C, Catovsky S, Crane D, Cruickshank S, Dietz S, Edmonson N, Garbett SL, Hamid L, Hoffman G, Ingram D, Jones B, Patmore N, Radcliffe H, Sathiyarajah R, Stock M, Taylor C, Vernon T, Wanjie H, Zenghelis D.. 2006. Stern Review : The Economics of Climate Change. HM Treasury. London.

Syahbuddin H, Las I, Unadi A, Runtunuwu E. 2007. Identifikasi Dan Delineasi Kalender Tanam Dan Pola Tanam Pada Lahan Sawah Terhadap Anomali Iklim Di Pulau Jawa. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi-Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian-Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian-Departemen Pertanian. Laporan Akhir Kegiatan.

Tamba M. 2007. Kebutuhan Informasi Pertanian dan Aksesnya bagi Petani Sayuran : Pengembangan Model Penyediaan Informasi Pertanian dalam Pemberdayaan Petani, kasus di Provinsi Jawa Barat. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Thorp KR, DeJonge KC, Kaleita AL, Batchelor WD, Paz JO. 2008. Methodology for the use of DSSAT models for precision agriculture decision support. Computers and Electronics in Agriculture 2008; 64 : 276–285

Tim Roadmap Sektor Pertanian. 2010. Road Map Strategi Sektor Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Tim Roadmap Sektor Pertanian. 2011. Road Map Strategi Sektor Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Wahab MI, Antoyo, Boer R. 2007. Farming System and Climate Related Problems at Pacitan District, East Java. Laporan Akhir CAPaBle.

Wiriadiwangsa D. 2005. Pranata Mangsa, Masih Penting untuk Pertanian. Tabloid Sinar Tani, 9 – 15 Maret 2005.

Wisnubroto S, Attaqi R. 1997. Pengenalan waktu tradisional “Bulan Berladang” kesamaannya dengan keadaan meteorologis dan pemanfaatannya untuk pertanian. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Desember 1997. 1(1): 61-66.

Yang JY, Huffman EC. 2004. EasyGrapher: software for graphical and statistical validation of DSSAT outputs. Application note. Computers and Electronics in Agriculture 45 (2004) 125–1321

[http:/ggweather.com/enso/oni.htm].El-Nino-La-Nina.[10 Oktober 2011]. [http:/ggweather.com/enso/oni.htm].El-Nino-La-Nina.[20 April 2012]. [http://www.katam.litbang.go.id [12 Desember 2011]. [http:/www.longpadock.qld.gov.au] [17 Januari 2010]. [http:/www.litbang,deptan.go.id].Kalender Tanam Terpadu.[12 Desember 2011]. [http://meteora.ucsd.edu/~pierce/elnino/nino_4_region.html. [5 Desember 2010]. [http://forum.vivanews.com/sejarah-dan-budaya/130540-teknologi-kuno-bangsa-

Indonesia-yang-canggih.html][ 5 Februari 2012].

Page 179: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

157

Lampiran 1. Paket teknologi budidaya

Tanggal tanam

Paket teknologi

V (varietas)

Irigasi Pupuk

Bahan Organik

Biaya (x Rp.1,000.00)

1 Januari 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

15 Januari 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

1 Februari 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.515 5.269 5.439

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.565 5.319 5.489

15 Februari 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.515 5.269 5.439

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.565 5.319 5.489

1 Maret 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.590 5.344 5.514

7 8

0 0

0 0

-1 0

0 -1

4.040 4.794

Page 180: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

158

9 0 0 1 1 4.964 10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.640 5.394 5.564

15 Maret 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.590 5.344 5.514

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.640 5.394 5.564

1 April 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.665 5.419 5.589

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.715 5.469 5.639

15 April 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.665 5.419 5.589

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.715 5.469 5.639

1 Mei 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.740 5.494 5.664

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.790 5.544 5.714

15 Mei 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.740 5.494 5.664

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 0 1 -1 0 4.790

Page 181: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

159

11 12

0 0

1 1

0 1

-1 1

5.544 5.714

1 Juni 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.890 5.644 5.814

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.940 5.694 5.864

15 Juni 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.890 5.644 5.814

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.940 5.694 5.864

1 Juli 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

5.040 5.794 5.964

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

5.090 5.844 6.014

15 Juli 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

5.040 5.794 5.964

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

5.090 5.844 6.014

1 Agustus 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.890 5.644 5.814

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.940 5.694 5.864

Page 182: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

160

15 Agustus 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.890 5.644 5.814

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.940 5.694 5.864

1 September 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.740 5.494 5.664

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.790 5.544 5.714

15 September 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.740 5.494 5.664

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.790 5.544 5.714

1 Oktober 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.590 5.344 5.514

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.640 5.394 5.564

15 Oktober 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.590 5.344 5.514

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.640 5.394 5.564

1 November 1 2

1 1

0 0

-1 0

0 -1

3.990 4.744

Page 183: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

161

3 1 0 1 1 4.914 4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

15 November 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

1 Desember 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

15 Desember 1 2 3

1 1 1

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

4 5 6

1 1 1

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

3.990 4.744 4.914

7 8 9

0 0 0

0 0 0

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

10 11 12

0 0 0

1 1 1

-1 0 1

0 -1 1

4.040 4.794 4.964

Keterangan : Irigasi, 0=tanpa irigasi, 1=pemberian Irigasi pada fase 1 sebesar 349.8 mm, pada fase 2 sebesar 189 mm dan pada fase 3 sebesar 163.8 mm

Pupuk, terdiri dari 3 paket: -1, 0 dan 1. -1=Urea 250 kg-SP 36 100 kg- KCl 100 kg

0=Urea 230 kg-SP 36 100 kg-KCl 50 kg 1=Urea 200 kg-SP 36 50 kg-KCl 80 kg. (komposisi untuk Kec.Pacitan) Bahan Organik, terdiri dari 3 paket: 0, -1 dan 1. 0=tanpa BO, -1=diberi BO sebesar 5 ton jerami /ha

1=diberi BO sebesar 2 ton pukan /ha

Page 184: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

162

Lampiran 2. Contoh perhitungan BC Ratio pada suatu usaha tani padi

a. Biaya produksi Unit Nilai / unit Rp. 1 Sewa lahan 1 500,000.00 500,000.00 2 Benih 25 7,000.00 175,000.00 3 Pupuk

- Urea 200 1,580.00 316,000.00

- ZA 50 1,650.00 82,500.00

- SP-35 100 1,640.00 164,000.00

-Ponska 50 3,000.00 150,000.00

- KCl 75 3,800.00 285,000.00

- PPC/ZPT 1 50,000.00 50,000.00

-pukan 40 3,000.00 120,000.00

4 Pestisida 1 100,000.00 100,000.00 5 Tenaga kerja

- Persemaian 5 15,000.00 75,000.00

- Pengolahan tanah dgn mesin 1 500,000.00 500,000.00

- Menanam 20 20,000.00 400,000.00

- Penyiangan 15 15,000.00 225,000.00

- Pemupukan 9 25,000.00 225,000.00

- Pemberantasan OPT 4 25,000.00 100,000.00

6 Panen dan pascapanen

- Merontok, keringkan, angkut 72 20,000.00 1,440,000.00

- Ongkos angkut ke pasar

0.00

7 Bunga Bank

300,000.00

Jumlah biaya produksi

5,207,500.00

b. Pendapatan 3535 4,000.00 14,140,000.00 c. Keuntungan

8,932,500.00

d. Parameter kelayakan usaha

B/C Ratio

1.72

Layak

Ket : asumsi harga gabah Rp. 4,000.00 dan hasil panen 3.54 ton

Page 185: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

163

Lampiran 3. Koefisien dan SS (sumbangan keragaman terhadap model) untuk 'yield'/hasil

1-Jan 15-Jan 1-Feb 15-Feb Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS K 3531.4 2832.7 2161.2 2279.4 V -714.7 6.131 -468.9 3.156 -604.5 3.594 -414.6 1.548 AnoSST -437.4 2.504 -491.8 3.472 -322.2 1.573 -296.7 1.205 CH-fase1 -0.9 0.968 -0.3 0.198 0.3 0.000 -0.2556 0.001 CH-fase2 1.1 0.407 -0.7 0.012 -0.6 0.051 1.5075 0.927 CH-fase3 -0.6 0.180 1.9 1.408 4.1 3.820 1.788 0.200 Irigasi 2735.4 89.810 2528.2 91.716 3040.0 90.885 3266.2 96.061 Pupuk -1.0 0.000 -41.6 0.004 -57.3 0.017 4.5 0.045 Organik 4.6 0.000 102.7 0.034 165.8 0.060 78 0.012

1-Mar 15-Mar 1-Apr 15-Apr Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS K 2335.3 2202.4 1714.5 1589.7 V -400.1 1.354 -602.6 2.655 -602.6 2.421 -548.8 1.902 AnoSST -290.8 0.924 -227 0.417 -96.1 0.380 -420.7 2.035 CH-fase1 -0.4468 0.081 -0.1369 0.076 0.3487 0.061 0.5188 0.031 CH-fase2 1.684 0.388 -0.7582 0.093 -1.74 0.686 3.34 6.682 CH-fase3 0.442 0.035 -0.924 0.047 8.231 8.255 17.344 7.048 Irigasi 3390.2 97.183 3635.9 96.656 3635.9 88.145 3610 82.300 Pupuk -13.3 0.020 -91.5 0.000 -91.5 0.000 -11.8 0.002 Organik 86.7 0.014 187.3 0.057 187.3 0.052 0.1 0.000

1 Mei 15 Mei 1 Juni 15 Juni Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS K 1578.7 1412.3 1550.8 1604.3 V -428 1.234 -440.9 1.464 -495.3 2.086 -598.9 3.288 AnoSST -204 1.356 -19.9 0.743 99.3 0.436 149.3 0.420 CH-fase1 0.8578 0.961 3.2133 5.912 4.8974 13.068 5.4533 13.390 CH-fase2 8.315 9.213 7.826 5.195 6.03 0.793 0.156 0.171 CH-fase3 7.597 2.930 9.173 0.715 3.779 0.465 6.3405 5.718 Irigasi 3537.6 84.271 3375.3 85.836 3123.7 82.987 2889.7 76.560 Pupuk -57.2 0.004 -34 0.074 -35.4 0.091 -34.7 0.286 Organik 142.9 0.031 189.5 0.060 197.8 0.074 285.8 0.166

Page 186: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

164

Lampiran 3. Lanjutan

1-Jul 15-Jul 1-Aug 15-Aug Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS K 1733.4 2139.6 2721.5 3319.8 V -589.8 3.918 -756.6 7.938 -762.9 12.591 -707.14 17.856 AnoSST 134.1 0.452 144.8 0.642 -265 12.786 -440.11 17.610 CH-fase1 7.0718 13.567 7.105 10.161 3.5904 5.326 1.5605 12.491 CH-fase2 4.605 5.500 1.8924 7.548 0.9686 7.480 1.3294 3.551 CH-fase3 4.1005 3.009 3.0598 4.700 2.2558 3.605 0.4274 0.388 Irigasi 2547.2 73.074 2228.2 68.843 1636.9 57.963 1158.45 47.921 Pupuk -58.1 0.255 -34.1 0.085 -31.6 0.129 -25 0.087 Organik 300.5 0.226 164 0.083 157.8 0.120 110.4 0.097

1-Sep 15-Sep 1-Oct 15-Oct Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS K 3603.7 4011.62 4271.59 4389.4 V -824.35 38.139 -865.71 63.391 -910.87 85.641 -922.46 83.797 AnoSST -298.36 15.282 -214.84 9.963 -53.48 1.540 55.42 0.016 CH-fase1 0.5697 9.379 0.5624 6.761 0.37324 4.106 0.4353 4.537 CH-fase2 0.904 0.867 0.4555 1.992 0.3752 1.775 0.2245 0.574 CH-fase3 0.8265 4.722 0.7221 3.702 0.4394 0.742 -0.5668 0.962 Irigasi 743.38 31.014 409.24 14.166 244.44 6.168 320.1 10.091 Pupuk 2.03 0.455 0.53 0.020 13.02 0.028 14.27 0.020 Organik 106.3 0.141 17.55 0.006 -5.96 0.001 -11.2 0.003

1-Nov 15-Nov 1 Des 15 Des Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS Koefisien SS K 4576.5 3986.8 3786 4110.4 V -936.69 68.955 -558.62 23.992 -640.4 15.039 -924.9 28.651 AnoSST -101.65 0.378 -316.89 11.294 -360.9 6.155 -332.9 3.156 CH-fase1 0.2952 0.939 0.0412 0.360 -0.4245 0.064 -0.6245 0.902 CH-fase2 -1.7849 11.000 -0.932 3.459 -0.8311 2.103 -0.3393 0.102 CH-fase3 0.7447 1.516 0.471 0.789 0.9574 1.422 0.6293 0.386 Irigasi 467.23 17.157 882.9 59.931 1432.1 75.207 1411.4 66.714 Pupuk 24.77 0.002 13.9 0.160 20.1 0.001 16 0.046 Organik -55.5 0.054 28 0.013 -34.8 0.010 -77.2 0.044

Page 187: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

165

Lampiran 4. Rekomendasi pemupukan di Kabupaten Pacitan (Sumber : Lampiran Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/SR.130/I/2006. Tgl 3 Januari 2006)

Kecamatan Tanpa BO Penambahan 5 ton jerami/ha

Penambahan pukan 2 ton/ha

Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl

Donorojo Punung Pringkuku Pacitan Kebonagung Arjosari Nawangan Bandar Tegalombo Tulakan Ngadirojo Sudimoro

200 200 200 250 250 250 250 200 200 200 250 200

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

180 180 180 230 230 230 230 180 180 180 230 180

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

150 150 150 200 200 200 200 150 150 150 200 150

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

80

Page 188: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

166

Lampiran 5. Posisi Nino 4 (http://meteora.ucsd.edu/~pierce/elnino/nino_4_region.html )

Page 189: PENGELOLAAN RISIKO IKLIM UNTUK SISTEM USAHA TANI … · 2015-08-28 · sebagai pendekatannya. ... menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk,

167

Lampiran 6. Anomali SST Nino 4 (2006-2010)