bab ii landasan teori ii.1 teori umum ii.1.1 kepuasan...

21
8 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Umum II.1.1 Kepuasan User II.1.1.1 Pengertian Kepuasan Menurut The Concise Oxford Dictionary Of Current Engglish 8th edition (1990, p380), ”satisfaction” adalah merasa terpenuhi yang didapat dari rasa keberhasilan suatu pekerjaan. Merasa terpenuhi adalah perasaan yang sering timbul karena keberhasilan suatu pekerjaan. Rasa keberhasilan adalah perasaan seseorang atas hasil kerja yang memuaskan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004, p770), kepuasan adalah perihal atau perasaan senang, kelegaan, kesenangan, dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah suatu tingkat perasaan user dalam menerima dan menghayati proses serta hasil kerja dari sistem ERP ini. II.1.1.2 Pengertian User Menurut O’Brien (1997, p4), user dapat diartikan sebagai semua orang yang memakai sistem informasi atau informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi tersebut. Menurut Larry Long dan Nancy Long (2002, p24), ”User is someone who uses the computer”, yang artinya user adalah seseorang yang

Upload: nguyenminh

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Teori Umum

II.1.1 Kepuasan User

II.1.1.1 Pengertian Kepuasan

Menurut The Concise Oxford Dictionary Of Current Engglish 8th

edition (1990, p380), ”satisfaction” adalah merasa terpenuhi yang didapat

dari rasa keberhasilan suatu pekerjaan. Merasa terpenuhi adalah perasaan

yang sering timbul karena keberhasilan suatu pekerjaan. Rasa keberhasilan

adalah perasaan seseorang atas hasil kerja yang memuaskan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004, p770), kepuasan

adalah perihal atau perasaan senang, kelegaan, kesenangan, dan sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah suatu tingkat perasaan

user dalam menerima dan menghayati proses serta hasil kerja dari sistem

ERP ini.

II.1.1.2 Pengertian User

Menurut O’Brien (1997, p4), user dapat diartikan sebagai semua orang

yang memakai sistem informasi atau informasi yang dihasilkan oleh sistem

informasi tersebut.

Menurut Larry Long dan Nancy Long (2002, p24), ”User is someone

who uses the computer”, yang artinya user adalah seseorang yang

9

menggunakan komputer. Menggunakan disini berarti mendayagunakan

sumber daya untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut James A. Senn (1998, p16), mengatakan ”User or end- user is

people who use Information Technology in their jobs or personal lives” yang

artinya user atau pengguna akhir adalah orang yang menggunakan teknologi

informasi dalam pekerjaan mereka atau dalam kehidupannya.

Jadi dapat disimpulkan dari teori-teori diatas bahwa user adalah orang-

orang yang menggunakan sistem informasi untuk memperoleh informasi-

informasi yang dibutuhkan untuk membantu kelancaran pekerjaan mereka.

II.1.1.3 Pengertian Kepuasan user

Menurut Remenyi, Money, dan Smith (2002, p153), kepuasan

informasi user secara umum dianggap sebagai hasil perbandingan antara

pengharapan atau kebutuhan user atas sistem informasi dengan kinerja

sistem informasi yang diterima. Hasil perbandingan disini dapat berupa

pendapat baik itu negatif maupun positif atau dapat juga dinyatakan dalam

perasaan senang ataupun tidak.

Menurut Pedro C. C; Carlos Gonzales; et al, (2003, p38), kepuasan

user meliputi dimensi :

1. Meeting User Expectatios (memenuhi harapan user)

Sistem informasi yang dibuat, tampilan dan caranya bekerja haruslah

cocok dengan kebiasaan dan sesuai dengan harapan pengguna. Targetnya

adalah user harus merasa puas atas pengunaan system informasi tersebut

10

sebagaimana ketika pengguna menggunakan sistem lainnya yang setara

dengan sistem tersebut. Meeting User Expectatios berarti sistem ERP

yang dipakai oleh PT. Srikandi Berkah Sejati harus sesuai dengan

harapan dari user yaitu user dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai

dengan target yang diinginkan.

2. Esthetic Appearance (estetika tampilan)

User haruslah merasa puas atas performa dan tampilan dari sistem

informasi tersebut. Targetnya adalah komponen visual akan didesain

secara profesional dan dibandingkan tingkat ketertarikan atas sistem

informasi tersebut dengan sistem informasi yang setara.

Tampilan adalah interface dari penyajian sistem ERP pada PT. Srikandi

Berkah Sejati haruslah dapat memudahkan user dalam memahami dan

beradaptasi atas interface sehingga user dapat merasa puas dalam

menggunakan sistem ERP tersebut.

3. Intituiveness and ease of learning, comfort and confidence in the long-

term (intuisi dan mengurangi waktu pembelajaran, memberikan

kenyamanan dan percaya diri dalam jangka waktu yang panjang).

User dapat menyelesaikan sebuah tugas dengan berdasarkan petunjuk

yang minimal dan merasakan kemudahan untuk mempelajari bagaimana

cara menggunakan sistem ERP tersebut, bagaimana untuk berinteraksi

dengan sistem ERP tersebut dan menemukan kenyamanan dalam

menggunakan sistem ERP tersebut.

11

Mudah dapat diartikan user tidak terlalu sukar atau tidak mengalami

kesulitan dalam menggunakan sistem ERP tersebut.

Nyaman dapat diartikan user mampu menikmati proses penggunaan

sistem ERP dan mampu merasakan efektifnya menggunakan sistem ERP.

Berdasarkan uraian dari kepuasan dan user diatas, maka dapat

disimpulkan kepuasan user pada PT. Srikandi Berkah Sejati berarti suatu

ukuran mengenai pendapat atau pertimbangan user baik itu positi maupun

negatif yang meliputi dimensi Meeting User Expectatios, Esthetic

Appearance dan Intituiveness and ease of learning, comfort and confidence

in the long-term terhadap kesanggupan sistem ERP pada PT. Srikandi

Berkah Sejati dalam memberikan informasi yang bermanfaat sesuai dengan

apa yang diinginkan oleh user yang menggunakan sistem tersebut.

II.1.2 Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Wilkinson et al (2000, p7), “Accounting information system is a

unified structured within an enity, such as business firm, that employs physical

resource and other components to transform economic data into accounting

information”. Dengan demikian, sistem informasi akuntansi adalah sebuah

struktur kesatuan di dalam suatu entitas, seperti perusahaan bisnis, yang

memperkerjakan sumber daya fisik dan komponen-komponen lainnya untuk

mengubah data ekonomi ke dalam informasi akuntansi.

Menurut Gellinas et al (2005, p15), Sistem informasi akuntansi adalah

sebuah spesifikasi subsistem dari sistem informasi, tujuannya untuk

12

mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berkaitan terhadap

aspek keuangan dari kegiatan bisnis, dimana terintegrasi dengan sistem

informasi dan tidak dapat membedakan sebagai pemisah subsistem.

II.1.3 Sistem Informasi Manajemen

Menurut McLeod (2001, p239) sistem informasi manajemen sebagai sistem

berbasis komputer yang meneyediakan informasi bagi pengguna yang memiliki

kepentingan yang sama yaitu, pengambilan keputusan untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan. Output SIM adalah

berupa laporan periodik, laporan khusus dan perhitungan sistematis.

II.2 Teori Khusus

II.2.1 Enterprise Resource Planning (ERP)

II.2.1.1 Pengertian Enterprise Resource Planning (ERP)

Menurut O’Brien (2005, p699), Enterprise Resource Planning adalah

software lintas fungsi terpadu yang merekayasa ulang proses manufaktur,

distribusi, keuangan, sumber daya manusia, dan proses bisnis dasar lainnya

dari suatu perusahaan untuk memperbaiki efisiensi, kelincahan, dan

profitabilitasnya.

Menurut Whitten (2004, p33), “ERP adalah aplikasi yang sepenuhnya

mengintegrasikan sistem informasi yang kecil maupun inti fungsi business

13

(termasuk proses transaksi dan manajemen informasi untuk fungsi bisnis itu

sendiri).

Menurut Brady, Monk, dan Wagner (2001, p153), ERP (Enterprise

Resource Planning) adalah sebuah sistem yang membantu untuk mengatur

proses bisnis seperti marketing, produksi, pembelian dan accounting dalam

suatu kesatuan yang terintegrasi. ERP menyimpan semua transaksi dalam

suatu database yang digunakan sisem informasi perusaham dan menyediakan

manajemen reporting tools.

Menurut Lau (2005), ERP memberikan keuntungan. Pertama, satu titik

pemasukkan data membantu mengurangi redundansi data dan membantu

pegawai menghemat waktu dalam memasukkan data, sehingga dapat

mengurangi tenaga kerja dan biaya tambahan. Kedua, pemusatan informasi,

pengambilan keputusan, dan kontrol berakibat pada peningkatan efisiensi

operasi dan produktivitas serta koordinasi antar departemen, divisi, dan

daerah. Ketiga, pembagian (sharing) basis data yang terpusat memberikan

informasi yang akurat dan terbaru pada manajer bisnis untuk membuat

keputusan bisnis yang berdasar. Keempat, integrasi fungsional

menggabungkan semua data, seperti data keuangan, manufaktur, dan

penjualan.

Berdasarkan pendapat Leon (2000, p4-5), sisi negatif dari sistem ERP

adalah pemaksaan satu prosedur untuk keseluruhan organisasi yang

mengharuskan semua orang untuk menyesuaikan diri dengan sistem yang

baru. Sistem ERP biasanya diadopsi dengan harapan bahwa biaya

14

komputansi akan lebih rendah dalam jangka waktu panjang. Dalam

kenyataannya, penghematan kadang tidak terealisasi dikarenakan kegagalan

mengantisipasi semua rincian kebutuhan pengguna serta perubahan dalam

lingkungan bisnis yang tidak terhindarkan. Selain itu, dibutuhkan pula biaya

pelatihan dan terjadi hilangnya produktivitas saat pengguna belajar

menguasai sistem baru yang kompleks.

Semua package ERP memiliki banyak modul. Jumlah dan kemampuan

dari modul-modul package ERP tersebut bervariasi. Modul yang umumnya

ada di semua package ERP adalah manajemen, keuangan, penjualan dan

distribusi, manajemen material, manufaktur, dan manajemen sumber daya

manusia. Modul-modul yang berbeda dalam sebuah sistem ERP saling

terintergrasi. Data dikirim dan diterima melewati batasan departemen. (Leon,

2000, p163-165).

II.2.1.2 Manfaat Enterprise Resource Planning (ERP)

Menurut O’Brien (2005, p320), sistem ERP dapat menghasilkan

manfaat bisnis yang signifikan bagi perusahaan. Berikut ini adalah berbagai

manfaat ERP, yaitu :

1. Kualitas dan Efisien

ERP menciptakan kerangka kerja untuk mengintegrasikan dan

meningkatkan proses bisnis internal perusahaan atau organisasi yang

menghasilkan peningkatan signifikan dalam kualitas serta efisiensi

layanan pelanggan, produksi, dan distribusi.

15

2. Penurunan Biaya

Banyak perusahaan melaporkan penurunan signifikan dalam biaya

pemrosesan transaksi dan hardware, software, serta karyawan

pendukung IT, jika dibandingkan dengan sistem warisan yang tidak

terintegrasi yang digantikan oleh sistem ERP baru mereka

3. Pendukung Keputusan

ERP menyediakan informasi mengenai kinerja bisnis lintas fungsi

yang sangat penting secara cepat untuk para manager agar dapat

secara signifikan meningkatkan kemampuan mereka dalam

mengambil keputusan secara tepat waktu di lintas bisnis keseluruhan

perusahaan

4. Kelincahan Perusahaan

Mengimplementasikan sistem ERP meruntuhkan banyak dinding

departemen dan fungsi atau berbagai proses bisnis, sistem informasi,

dan sumber daya informasi. Hal ini menghasilkan struktur organisasi,

tanggung jawab manajerial, dan peran kerja yang lebih fleksibel, dan

karenanya menghasilkan organisasi serta tenaga kerja yang lincah,

yang dapat dengan mudah memanfaatkan berbagai peluang bisnis

yang ada.

II.2.2 Sampel

II.2.2.1 Pengertian Sampel

Menurut Sugiyono (2006, p73), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

16

Berdasarka menurut pendapat Arikunto (1996, p117), sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Bila Populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua

yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan

waktu. Maka sampel yang digunakan untuk mewakili populasi harus betul-

betul representatif.

II.2.2.2 Teknik Sampling

Menurut Sugiyono (2006, p73), teknik sampling adalah merupakan

teknik pengambilan sampel.

Berdasarkan pendapat Supranto (2000, p55), samplel acak (random

sampling) adalah sampling dimana elemen-elemen sampelnya ditentukan

atau dipilih berdasarkan nilai probabilitas dan pemilihannya secara acak.

II.2.3 Pengumpulan Data

II.2.3.1 Pengertian Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2006, p97), Instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati. Secara spesifik, semua fenomena ini disebut vairabel penelitian.

17

II.2.3.2 Kuesioner

Menurut Sugiyono (2006, p135), Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Sedangkan menurut Arikunto ((1996, p139), kuesioner merupakan

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden dalam art laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia

ketahui. Tujuan pokok dari penyusunan kuesioner adalah :

• Merupakan informasi yang relevan dengan tujuan survey

• Memberikan urutan pertanyaan yang logis dan terarah pada pokok

persoalan kepada responden

• Memberikan format standar pencatatan fakta, pendapat dan sikap

• Memudahkan pengolahan data

II.2.3.3 Skala Likert

Menurut Sugiyono (2006, p86), skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah

ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai

variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa

pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang

18

menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai

sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain :

1. Sangat Setuju

2. Setuju

3. Ragu-ragu

4. Tidak Setuju

5. Sangat Tidak Setuju

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,

misalnya :

1. Sangat Setuju diberi skor 5

2. Setuju diberi skor 4

3. Ragu-ragu diber skor 3

4. Tidak Setuju diberi skor 2

5. Sangat Tidak Setuju diberi skor 1

II.2.4 Analisis Importance dan Performance Matrix yang sudah disempurnakan

II.2.4.1 Pengertian Analisis Importance dan Performance Matrix

Menurut Freddy Rangkuti (2002, p109), intinya, tingkat kepentingan

(expectation) diukur dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya

dikerjakan oleh perusahaan agar menghasilkan produk atau jasa yang

berkualitas tinggi. Namun dalam prakteknya, mengukur kepentingan

bukanlah pekerjaan yang mudah. Bila kita menanyakan kepada pelanggan

mengenai tingkat kepentingannya (dalam kaitannya dengan apa yang

19

seharusnya dilakukan perusahaan) akan timbul pertanyaan: apa tujuan

perusahaan itu melakukan hal tersebut? Perusahaan pada umumnya memiliki

tujuan yang berbeda-beda untuk setiap tindakan yang akan dilakukan.

Misalnya, penurunan harga, menurut pelanggan, adalah tindakan yang paling

baik yang harus dilakukan oleh perusahaan. Tetapi perusahaan memiliki

perhitungannya sendiri untuk tidak menurunkan harga. Akibatnya, tingkat

kepentingan pelanggan agar perusahaan menurunkan harga menjadi tidak

jelas.

Untuk memperjelas konsep ini, istilah expectation sebaiknya diganti

dengan importance atau tingkat kepentingan menurut persepsi pelanggan.

Dari berbagai persepsi tingkat kepentingan pelanggan, kita dapat

merumuskan tingkat kepentingan yang paling dominan. Diharapkan dengan

memakai konsep tingkat kepentingan ini, kita dapat mengkaitkan pentingnya

variabel inidengan kenyataan yang dirasakan oleh si user. Bila harga

dipersepsikan oleh pelanggan sebagai variabel yang sangat penting,

sedangkan kenyataanya pelanggan merasakan bahwa saat ini harga sangat

mahal, maka, kita dapat memperoleh hubungan antara tingkat kepentingan

mengenai harga dan kenyataan harga yang dirasakan oleh pelanggan sebagai

berikut: importance = high; performance = low

20

Diagram Importance & Performance untuk harga

HIGH

Importance

LOW

LOW HIGH Performance

Gambar 2.1

Keterangan : ● ← Variabel harga

Berdasarkan diagram diatas, kita dapat merekomendasikan kepada

perusahaan agar harga diturunkan untuk meningkatkan performance-nya atau

perusahaan melakukan strategi lainnya yang berkaitan dengan variabel harga,

yaitu meningkatkan superior customer value. Detailnya dapat dilihat pada

diagram dibawah ini.

● ←

21

Diagram Importance & Performance Matrix

HIGH

Importance

LOW

LOW HIGH Performance

Gambar 2.2

II.2.4.2 Analisis Meningkatkan Kepuasan dengan menggunakan Importance

dan Performance Matrix

Matriks ini terdiri dari 4 kuadran: kuadran pertama terletak di sebelah

kiri atas, kuadran kedua di sebelah kanan atas, kuadran ketiga di sebelah kiri

bawah, dan kuadran keempat di sebelah kanan bawah.

Strategi yang dapat dilakukan berkenaan dengan posisi masing-masing

variabel pada keempat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kuadran 1 (attributes to improve)

Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap

penting oleh pelanggan tetapi pada kenyataannya faktor-faktor

ini belum sesuai seperti yang ia harapkan (tingkat kepuasan

yang diperoleh masih sangat rendah). Variabel-variabel yang

masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan. Caranya adalah

perusahaan melakukan perbaikan secara terus-menerus sehingga

Attributes to maintain

Low Leverage

Attributes to De-emphasize

High Leverage

Attributes to improve

Attributes to maintain

22

performance variabel yang ada dalam kuadran ini akan

meningkat.

2. Kuadran 2 (maintain performance)

Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap

penting oleh pelanggan dan faktor-faktor yang dianggap

pelanggan sudah sesuai dengan yang dirasakannya sehingga

tingkat kepuasannya relatif tinggi. Variabel-variabel yang

termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan karena

semua variabel ini menjadikan produk/jasa tersebut unggul di

mata pelanggan.

3. Kuadran 3 (attributes to maintain)

Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap

kurang penting oleh pelanggan dan pada kenyataannya

kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel-variabel

yang termasuk dalam kuadran ini dapat di pertimbangkan

kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan

oleh pelanggan sangat kecil.

4. kuadran 4 (Main priority)

ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap

kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu berlebihan.

Variable-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat

dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya.

23

II.2.5 Uji Validitas Dan Reliabilitas Sebuah Angket

II.2.5.1 Pendahuluan

Salah satu instrument yang sering dipakai dalam penelitian ilmiah

adalah angket yang bertujuan untuk mengetahui pendapat seseorang

mengenai suatu hal, seperti sikap konsumen terhadap sebuah Jamu

Internasional, Pelayanan sebuah Bank, pendapat tentang kerusakan

lingkungan dan sebagainya.

Sebuah angket bisa disusun dengan pertanyaan yang bersifat terbuka

(berapa usia anda saat ini, bagaimana pendapat anda tentang perilaku remaja

saat ini), atau pertanyaan yang bersifat tertutup (kategori Usia Anda: < 20

tahun atau > 20 tahun), salah satu skala yang sering dipakai dalam

penyusunan angket adalah skala Likert, yaitu skala yang berisi lima tingkat

jawaban yang merupakan skala jenis ordinal. Penyusunan skala Likert

semula adalah :

1 = Sangat Setuju

2 = Setuju

3 = Ragu-ragu

4 = Tidak Setuju

5 = Sangat Tidak Setuju

Dikatakan jenis ordinal, karena pernyataan Sangat Setuju mempunyai

tingkat yang ’lebih tinggi’ dari Setuju, dan Setuju ’lebih tinggi’ dan ragu-

ragu. Demikian seharusnya skala bersifat urutan dan tidak bisa dikatakan

24

setara. Namun demikian, juga tidak bisa dikatakan bahwa 2 + 2 = 4, atau

’Setuju’ + ’Setuju’ malah menjadi ”Tidak Setuju”!

Perhatikan bahwa bisa saja penilaian dimulai dari 5 (Sangat Setuju) ke

1 (Sangat Tidak Setuju). Namun demikian, beberapa modifikasi telah

dilakukan, seperti skala diperlebar menjadi skala 1 sampai 7, atau skala

diperkecil menjadi skala 1 samapai 3 saja. Pada pembahasan ini, akan

digunakan skala Likert lima tingkat, sesuai dengan aslinya.

II.2.5.2 Validitas dan Reliabilitas

Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket, yaitu

keharusan sebuah angket untuk Valid dan Reliabel.

Suatu angket dikatakan Valid (sah) jika pertanyaan pada suatu angket

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket

tersebut. Seperti jika akan diukur kepuasan kerja seorang karyawan, maka

jika pada karyawan tersebut dibeikan serangkaian pertanyaan, maka

pertanyaan tersebut harus bisa secara tepat mengungkapkan tingkat kepuasan

kerjanya. Pertanyaan seperti ’apakah Anda senang jika prestasi Anda

meningkat, maka Anda akan mendapatkan kenaikkan gaji?’ tentu lebih tepat

dibandingkan ’apakah Anda senang jika mendapat gaji 1 milyar rupiah?!’.

Perbandingan yang praktis adalah: timbangan beras tentu tidak bisa (tidak

valid) untuk menimbang emas, karena selisih 1 gram pada emas akan sangat

berarti, sedangkan selisih beberapa gram akan diabaikan pada beras. Jadi

25

timbangan emas valid untuk menimbang emas, dan timbangan beras valid

untuk menimbang beras.

Sedangkan suatu angket dikatakan Reliabel (andal) jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Jadi jika seseorang menjawab ’tidak suka’ terhadap perilaku korupsi

para penjahat, maka jika beberapa waktu kemudian ia ditanya lagi untuk hal

yang sama, maka ia seharusnya tetap konsisten pada jawaban yang semula,

yaitu membenci perilaku korupsi. Jika demikian, hal itu dikatakan reliabel,

dan jika tidak maka dikatakan tidak reliabel.

Pada pembahasan ini, keandalan angket akan diukur dengan One –Shot.

Pengukuran reliabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan dua cara:

• Repeated Measure atau ukur ulang. Di sini seseorang akan disodori

pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda (sebulan lagi, lalu

dua bulan lagi dan seterusnya), dan kemudian dilihat apakah ia

tetap konsisten dengan jawabannya.

• One shot atau diukur sekali saja. Di sini, pengukuran hanya sekali

dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan

lainnya.

II.2.5.3 Validitas

Validitas menunjukkan ukuran yang mengukur apa yang akan diukur.

Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat test

tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa

26

yang seharusnya diukur. Suatu test dapat dikatakan mempunyai validitas

tinggi apabila test tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan

hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya test tersebut. Jika

peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian,

maka item-item yang disusun pada kuesioner tersebut merupakan alat test

yang harus mengukur apa yang menjadi tujuan penelitian.

Salah satu cara untuk menghitung validitas suatu alat test yaitu dengan

melihat daya pembeda item (item discriminality). Daya pembeda item adalah

metode yang paling tepat digunakan untuk setiap jenis test. Daya pembeda

item dalam penalitian ini dilakukan denan cara : “ korelasi item-total ”.

Korelasi item-total yaitu konsistensi antara skor item dengan skor secara

keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap

item dengan skor keseluruhan, yang dalam penelitian ini menggunakan

koefisien korelasi Point Biserial dengan langkah-langkah perhitungan

sebagai berikut :

Menurut Friedenberg (1995) biasanya dalam pengembangan dan

penyusunan skala-skala psikologi, digunakan harga koefisien korelasi yang

minimal sama dengan 0,30. Dengan demikian, semua item yang memiliki

korelasi kurang dari 0,30 dapat disisihkan dan item-item yang akan

dimasukkan dalam alat test adalah item-item yang memiliki korelasi diatas

0,30 dengan pengertian semakin tinggi korelasi itu mendekati angka satu

(1,00) maka semakin baik pula konsistensinya (validitasnya).

27

II.2.5.4 Reliabilitas

Reliabilitas artinya adalah tingkat keterpercayaan hasil suatu

pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran

yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Reliabilitas

merupakan salah satu ciri atau karakter utama intrumen pengukuran yang

baik. Kadang-kadang reliabilitas disebut juga sebagai keterpercayaan,

keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan, dan sebagainya, namun ide

pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran

dapat dipercaya, artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari

kekeliruan pengukuran (measurement error).

Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan oleh suatu

angka yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis, besarnya

koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 – 1,00; akan tetapi pada

kenyataannya koefisien reliabilitas sebesar 1,00 tidak pernah dicapai dalam

pengukuran, karena manusia sebagai subjek pengukuran psikologis

merupakan sumber kekeliruan yang potensial. Di samping itu walaupun

koefisien korelasi dapat bertanda positif (+) atau negatif (-), akan tetapi

dalam hal reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besarnya kurang dari nol

(0,00) tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada

koefisien reliabilitas yang positif.

28

II.2.5.5 Tujuan Analisis Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji buir-butir

pertanyaan yang ada dalam sebuah angket, apakah isi dari butir pertanyaan

tersebut sudah valid dan reliable. Jika butir-butir sudah valid dan reliable

berarti butir-butir tersebut sudah bisa untuk mengukur faktornya. Langkah

selanjutnya adalah menguji apakah faktor-faktor sudah valid untuk mengukur

konstrak yang ada.

Dalam pengujian butir tersebut, bisa saja ada butir-butir yang ternyata

tidak valid dan reliabel sehingga harus dibuang atau diganti dengan

pertanyaan yang lain. Sebagai contoh, untuk mengukur faktor 1 dipakai 14

butir pertanyaan. Setelah lewat pengujian ternyata ada 5 butir yang gugur,

maka yang valid dan reliable tinggal 9 butir.

Analisis ini dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu, baru

diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir tidak valid, maka otomatis

ia dibuang. Butir-butir yang sudah valid kemudian baru secara bersama

diukur reliabilitasnya.