bab ii landasan teori ii.1 biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00062-ak bab...

37
8 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diharapakan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi.” (hal.38) Bastian et al. mendefinisikan, “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.” (hal.4) Horngren et al. menyatakan, “Biaya sebagai sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam unit yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa.” (hal.34) Harnanto dan Zulkifli (2003) menyatakan, “Biaya adalah sesuatu yang berkonotasi sebagai pengurang yang harus dikorbankan untuk memperoleh tujuan akhir yaitu mendatangkan laba” (hal.14)

Upload: lamtu

Post on 14-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

 

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Biaya

II.1.1 Pengertian Biaya

Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000)

mendefinisikan, “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

untuk mendapatkan barang dan jasa yang diharapakan memberi manfaat saat ini

atau di masa yang akan datang bagi organisasi.” (hal.38)

Bastian et al. mendefinisikan, “Biaya adalah pengorbanan sumber

ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan

akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.” (hal.4)

Horngren et al. menyatakan, “Biaya sebagai sumber daya yang

dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya

biasanya diukur dalam unit yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan

barang atau jasa.” (hal.34)

Harnanto dan Zulkifli (2003) menyatakan, “Biaya adalah sesuatu yang

berkonotasi sebagai pengurang yang harus dikorbankan untuk memperoleh

tujuan akhir yaitu mendatangkan laba” (hal.14)

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

 

Rayburn yang diterjemahkan Sugyarto (1999) menyatakan, “Biaya

mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan

organisasi.” (hal.4)

Berdasarkan pengertian biaya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

biaya meruapakan pengorbanan sumber daya ekonomi dalam bentuk kas atau

aktiva lain (non kas) yang dikeluarkan untuk menghasilkan dan memperoleh

barang dan jasa yang diharapkan memberi manfaat bagi perusahaan di masa kini

maupun di masa yang akan datang.

II.2 Harga Pokok Produksi

II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar dalam menentukan harga

jual. Untuk menetapkan harga jual, penting bagi perusahaan untuk mengetahui

besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang akan dijual.

Biaya tersebut sering disebut sebagai harga pokok produksi.

Garrison dan Noreen yang diterjemahkan oleh Budisantoso (2000)

mendefinisikan, “Harga pokok produksi adalah biaya manufaktur yang berkaitan

dengan barang-barang yang diselesaikan dalam periode tertentu”. (hal.61). Pada

saat pekerjaan telah selesai, barang jadi ditransfer dari departemen produksi ke

gudang barang jadi. Pada saat itu, departemen akuntansi akan membebankan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

10 

 

bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik yang ditentukan

dimuka ke pekerjaan atau produk (hal.95)

Armanto (2006) mendefinisikan, “Harga pokok adalah sejumlah aktiva,

tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva tersebut dimanfaatkan untuk

membantu memperoleh penghasilan.” (hal.10)

Horngren et al. Menyatakan, “Harga pokok produksi menunjukkan biaya

barang yang sampai diselesaikan, apakah dimulai sebelum atau selama periode

akuntansi berjalan.” (hal.46)

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa harga pokok

produksi merupakan biaya produksi dan biaya non produksi. Harga pokok

produksi merupakan salah satu hal yang dijadikan landasan dalam pengambilan

keputusan mengenai harga jual produk sehingga keputusan mengenai harga jual

dapat dipertanggungjawabkan. Harga pokok produksi ditentukan oleh biaya

produksi (bahan baku, tenaga kerja langsung).

Tujuan perhitungan harga pokok produksi :

a. Untuk mengontrol pengeluaran

b. Untuk menetapkan harga jual dari barang-barang hasil produksi

c. Untuk memberikan dasar guna kebijaksanaan operasi perusahaan

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

11 

 

II.2.2 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi

Mengacu pada Rayburn (1999) terdapat tiga unsur utama dalam biaya

produksi :

a. Biaya bahan langsung

Biaya bahan langsung mencakup biaya perolehan semua bahan yang

diidentifikasikan sebagia bagian dari barang jadi yang dapat ditelusuri

ke barang jadi dengan cara yang mungkin secara ekonomis.

b. Biaya tenaga kerja langsung

Upah semua tenaga kerja dapat diidentifikasikan dengan cara yang

mungkin secara ekonomis terhadap produk barang jadi.

c. Biaya produk tidak langsung

Semua biaya yang bukan bahan langsung dan tenaga kerja langsung

yang berkaitan dengan proses produksi. Biaya produk tidak langsung

dibagi dalam dua kelompok :

- Overhead Pabrik Variabel

Contohnya : daya, perlengkapan, dan sebagian tenaga kerja

tidak langsung

- Overhead Pabrik Tetap

Contohnya : sewa, asuransi, PBB, penyusutan dan gaji

penyelia

Adakalanya dua dari ketiga unsur utama ini dikombinasikan

dalam istilah biaya sebagai berikut : Biaya Utama, yang terdiri dari bahan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

12 

 

langsung dan tenaga kerja langsung, Biaya Konversi yang terdiri dari

tenaga kerja langsung ditambah dengan overhead pabrik.

II.2.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Menurut Carter dan Usry yang diterjemahkan Krista (2006), ada dua

sistem akumulasi biaya, yaitu :

1. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Pesanan (Job Order Costing)

Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, biaya produksi

diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah. Suatu pesanan

adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan

pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item persediaan.

Tujuan harga pokok proses pesanan adalah setelah pengumpulan

(akumulasi) biaya produksi selesai dilakukan, maka dapat dihitung

harga pokok produksi untuk setiap pesanan. Menurut Armanto (2006),

perhitungan estimasi biaya produksi untuk menentukan harga jual,

sebagai berikut :

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

13 

 

Estimasi Biaya Tenaga Kerja xxx

Estimasi Biaya Bahan Baku xxx

Estimasi Biaya Overhead xxx +

Total Estimasi Biaya Produksi xxx

Margin Laba yang diharapkan xxx +

Harga Jual yang dibebankan kepada Pemesan xxx

2. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Proses (Process Costing)

Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku,

tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya

yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total

biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang

diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departemen, tetapi bisa juga

pusat pemrosesan dalam satu departemen. Persyaratan utama adalah

semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya selama suatu

periode harus sama dalam hal sumber daya yang dikonsumsi, bila

tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat mendistorsi biaya

produk.

Tujuan dari kalkulasi biaya proses adalah untuk menentukan jumlah

biaya (termasuk harga pokok) dari unit-unit yang diproduksi dalam

suatu periode.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

14 

 

Menurut Blocher dkk. yang diterjemahkan Ambarriani (2001)

menyebutkan, “perbedaan karakteristik antara sistem biaya pesanan

dengan sistem biaya proses adalah (hal.553) :

Sistem Biaya Pesanan

(Job Order Costing)

Sistem Biaya Proses

(Process Costing)

Biaya produksi diakumulasikan

berdasarkan biaya yang dikeluarkan

Biaya produksi diakumulasikan

berdasarkan proses atau departemen

Produk dan jasa berbeda-beda Produk dan jasa homogen diproduksi

secara massal

Biaya per unit dihitung dengan cara

membagi biaya pesanan total dengan

unit produk atau jasa yang diproduksi.

Penghitungan biaya per unit dilakukan

pada saat pesanan telah selesai

Biaya per unit dihitung dengan cara

membagi biaya proses total dalam

suatu periode dengan unit produk dan

jasa yang dihasilkan. Perhitungan

biaya per unit dilakukan pada setiap

akhir periode.

Tabel II.I Perbedaan Job Order Costing dengan Process Costing

II.3 Biaya Overhead Pabrik (BOP)

II.3.1 Pengertian BOP

BOP adalah semua biaya produksi selain biaya bahan langsung dan biaya

tenaga kerja langsung yang terdiri dari biaya bahan yang tidak langsung, biaya

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

15 

 

tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya-biaya yang tidak dapat secara

langsung dibebankan kepada produk.

BOP adalah golongan biaya yang digunakan untuk mengakumulasikan

semua biaya produksi tidak langsung.

II.3.2 Klasifikasi BOP

Mulyadi (1999) BOP dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan :

1. Penggolongan BOP menurut sifatnya, yaitu :

- Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan

untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan

sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak

menjadi bagian suatu produk.

- Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak dapat

ditelusuri secara langsung ke konstruksi atau komposisi dari

produk jadi. Tenaga kerja tidak langsung termasuk gaji pengawas,

pegawai pabrik, pembantu umum, pekerja bagian pemeliharaan

dan biasanya pekerja bagaian gudang.

2. Penggolongan BOP menurut perilakunya dalam hubungan dengan

perubahan volume produksi ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya

pabrik dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. BOP

dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

16 

 

- BOP Tetap

BOP tetap adalah BOP yang tidak berubah dalam kisaran

perubahan volume kegiatan.

- BOP Variabel

BOP Variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan.

- BOP Semi Variabel

BOP semi variabel adalah BOP yang berubah tidak sebanding

dengan perubahan volume kegiatan.

3. Penggolongan BOP menurut hubungannya dengan departemen.

Jika disamping memiliki departemen produksi perusahaan juga

memiliki departemen-departemen pembantu, maka BOP meliputi juga

semua biaya yang terjadi di departemen pembantu. Ditinjau dari

hubungannya dengan departemen-departemen yang ada, BOP dapat

digolongkan menjadi dua kelompok :

- BOP langsung departemen adalah BOP yang terjadi dalam

departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh

departemen

- BOP tidak langsung departemen adalah BOP yang manfaatnya

dinikmati oleh lebih dari satu departemen (hal.208)

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

17 

 

II.3.3 Langkah-langkah Penentuan Tarif BOP

Mengacu Mulyadi (2000), ada tiga tahap dalam menentukan BOP yaitu :

1. Menyusun anggaran BOP

Ada tiga kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan

anggaran BOP, yaitu :

- Kapasitas teoritis, yaitu kapasitas pabrik atau suatu departemen

untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti

selama jangka waktu tertentu.

- Kapasitas normal, yaitu kemampuan perusahaan untuk

memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang.

- Kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai

dalam tahun yang akan datang.

2. Memilih dasar pembebanan BOP pada produk

Hansen et al. mencatat, “Ada berbagai macam dasar yang dapat

dipakai untuk membebankan BOP pada produk, adalah :

- Satuan Produk

- Biaya Bahan Baku

- Biaya Tenaga Kerja

- Jam Tenaga Kerja Langsung

- Jam Mesin

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

18 

 

Pembebanan biaya overhead seharusnya mengikuti, sedekat mungkin,

hubungan sebab akibat. Usaha harus dilakukan untuk

mengidentifikasikan faktor-faktor tersebut yang menyebabkan konsumsi

overhead. Faktor-faktor penyebab ini diidentifikasi, untuk membebankan

biaya overhead pada produk.” (hal.147)

Carter et al, mencatat, “Dasar yang dapat digunakan untuk pembebanan

biaya overhead pabrik ada 6, yaitu :

1. Output fisik

Output fisik adalah dasar yang paling sederhana untuk membebankan

biaya overhead pabrik. Penggunaannya sebagai berikut :

Estimasi Overhead Pabrik / Estimasi Unit Produksi = Overhead Pabrik / unit

2. Dasar Biaya Bahan Baku Langsung

Tarif dasar biaya bahan baku langsung dapat dihitung dengan cara

membagi estimasi total overhead dengan estimasi total biaya bahan

baku langsung, sebagai berikut :

Estimasi Overhead Pabrik / Estimasi Biaya Bahan Baku x 100% =

Overhead Pabrik sebagai persentase dari Biaya Bahan Baku Langsung

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

19 

 

3. Dasar Biaya Tenaga Kerja Langsung

Menggunakan suatu dasar biaya tenaga kerja langsung untuk

membebankan overhead pabrik ke pesanan atau produk memerlukan

pembagian estimasi overhead dengan estimasi biaya tenaga kerja

langsung untuk menghitung suatu persentase

Estimasi Overhead Pabrik / Estimasi Tenaga Kerja Langsung x 100% =

Overhead Pabrik sebagai persentase dari Biaya Tenaga Kerja Langsung

4. Dasar Jam Tenaga Kerja Langsung

Tarif Overhead yang didasarkan pada jam tenaga kerja langsung

dihitung sebagai berikut :

Estimasi Overhead Pabrik / Estimasi Jam Tenaga Kerja Langsung =

Overhead Pabrik per Jam Tenaga Kerja Langsung

5. Dasar Jam Mesin

Ketika mesin digunakan secara ekstensif, maka jam mesin mungkin

merupakan dasar yang paling sesuai untuk pembebanan overhead.

Tarif per jam mesin ditentukan sebagai berikut :

Estimasi Overhead Pabrik / Estimasi Jam Mesin =

Overhead Pabrik per Jam Mesin

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

20 

 

6. Dasar Transaksi

Pendekatan berdasarkan transaksi atau alokasi overhead lebih dikenal

sebagai perhitungan biaya berdasarkan activity based costing.

3. Menghitung BOP

BOP = Biaya Overhead yang dianggarkan / Taksiran dasar pembebanan

II.4 ABC (Activity Based Costing)

II.4.1 Karakteristik ABC

Blocher, Chen, dan Lin yang diterjemahkan oleh Ambarriani, A. S. (2000)

menyatakan ada beberapa faktor dalam Activity Based Costing (ABC) yaitu

aktivitas, sumber daya, objek biaya, cost pool, elemen biaya dan cost driver.

Aktivitas, adalah pekerjaan yang dilakukan dalam suatu organisasi.

Aktivitas adalah tindakan, gerakan, atau rangkaian pekerjaan. Aktivitas juga

didefinisikan sebagai kumpulan tindakan yang dilakukan dalam organisasi yang

berguna untuk tujuan penentuan biaya berdasarkan aktivitas. Contohnya

pemindahan bahan merupakan aktivitas pergudangan.

Sumber daya, merupakan unsur ekonomis yang dibebankan atau

digunakan dalam pelaksanaan aktivitas. Gaji dan bahan merupakan contoh

sumber daya yang digunakan dalam melakukan aktivitas.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

21 

 

Objek biaya, bentuk akhir dimana pengukuran biaya diperlukan. Contoh

objek biaya adalah pelanggan, produk, jasa, kontrak, proyek atau unit kerja

lainnya, dimana manajemen menginginkan pengukuran biaya secara terpisah.

Elemen biaya, merupakan jumlah yang dibayarkan untuk sumber daya

yang dikonsumsu oleh aktivitas dan terkandung dalam cost pool. Contohnya cost

pool untuk hal-hal yang berkaitan dengan mesin mungkin mengandung elemen

biaya untuk tenaga, elemen biaya teknik, dan elemen biaya depresiasi.

Cost Driver, adalah faktor-faktor yag menyebabkan perubahan biaya

aktivitas, cost driver merupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk

membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk

atau jasa. Dua jenis cost driver adalah driver sumber daya (resources driver) dan

driver aktivitas (activity driver). (hal.120)

II.4.2 Definisi ABC

Garrison, Noreen (2000) yang diterjemahkan oleh A. Totok Budi Santoso

menyatakan, “Activity Based Costing (ABC) adalah metode costing yang

dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan

strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan

juga biaya tetap.” (hal.292)

Blocher, Chen, dan Lin yang diterjemahkan oleh Ambarriani, A. S. (2000)

menyatakan, “Activity Based Costing (ABC) adalah pendekatan penentuan biaya

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

22 

 

produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi

sumber daya yang disebabkan karena aktivitas.” (hal.120)

Armanto Witjaksono (2006) menyatakan beberapa definisi ABC :

a. suatu proses identifikasi aktivitas yang menyebabkan biaya dan

menentukan cost driver setiap aktivitas untuk setiap produk dan jasa

yang berbeda

b. salah satu upaya meningkatkan akurasi informasi biaya dari system

akuntansi biaya konvensional, dimana ABC berusaha meminimalkan

fenomena peanut butter costing

c. Penerapan ABC dimulai dengan identifikasi secara mendetail

mengenai aktivitas yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan

jasa melalui tiga tahap :

1. identifikasi activity driver, yakni aktivitas atau transaksi yang

menyebabkan timbulnya biaya

2. kaitkan biaya yang timbul dengan setiap aktivitas

3. jumlahkan seluruh biaya aktivitas pada poin ke-2 diatas

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem

Activity Based Costing (ABC) adalah suatu metode kalkulasi untuk

mengatur biaya-biaya yang timbul dalam memproduksi produk dengan

menghitung semua biaya yang timbul ke aktivitas-aktivitas yang

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

23 

 

bersangkutan dan dengan menggunakan cost driver yang sesuai

dibebankan ke produk yang bersangkutan.

II.4.3 Konsep Dasar ABC

Pada dasarnya ABC adalah suatu metode akuntansi biaya dimana

pembebanan harga pokok produk merupakan penjumlahan seluruh biaya

aktivitas yang menghasilkan (produksi) barang dan jasa. Sistem ABC digunakan

sebagai suplemen dan bukan sebagai pengganti dari sistem akuntansi formal di

perusahaan. ABC digunakan di perusahaan untuk menentukan produk dan biaya

untuk laporan khusus kepada manajer.

Blocher, Chen, dan Lin yang diterjemahkan oleh Ambarriani, A. S. (2000)

menyatakan bahwa dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah

produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang

dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya

biaya. Sumber biaya dibebankan ke aktivitas, kemudian aktivitas dibebankan

kepada objek biaya berdasarkan penggunaannya. ABC memperkenalkan

hubungan sebab akibat antara cost driver dengan aktivitas. (hal.120)

Menurut Drs. Krismiaji (2000) menyatakan bahwa sistem penentuan

harga pokok produk berbasis aktivitas (ABC) adalah sebuah sistem yang pertama

kali menelusuri biaya ke aktivitas yang menyebabkan biaya tersebut dan

membebankan biaya aktivitas kepada produk. Sistem penentuan harga pokok

produk konvensional juga menentukan harga pokok produk melalui dua tahap,

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

24 

 

yaitu menelusuri biaya ke tempat terjadinya biaya (misalnya departemen),

kemudian membebankan biaya ke produk. (hal.123).

Armanto Witjaksono (2006) menyatakan ABC adalah metodologi

akuntansi yang menghubungkan elemen-elemen berikut ini :

a. Biaya (Cost)

Biaya diklasifikasikan sebagai :

1. Biaya Produk, yakni biaya yang berkaitan dengan proses

manufaktur produk.

Biaya Produk kemudian diklasifikasikan lebih lanjut

- Biaya Langsung (traceable product cost)

- Biaya Tidak Langsung (indirect product cost)

Pengalokasian terhadap biaya dapat berdasarkan jam kerja.

2. Biaya Periode

b. Aktivitas (Activity)

Aktivitas adalah suatu kelompok kegiatan yang dilakukan dalam

sebuah organisasi atau suatu proses kerja, misalnya kegiatan

memproses tagihan

c. Sumber daya (Resources)

Yang dimaksudkan dengan sumber daya adalah pengeluaran

organisasi seperti gaji, utilitas, depresiasi, dan sebagainya

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

25 

 

d. Obyek Biaya (Cost Object)

Secara sederhana obyek biaya dapat diartikan sebagai alasan mengapa

perhitungan harga pokok harus dilakukan.

Dari hal-hal diatas, Garrison dan Noreen memberikan gambaran ABC

sebagai berikut :

Objek Biaya

(misal, Produk dan Konsumen)

Aktivitas

Konsumsi Sumber Daya

Biaya

II.4.4 Cost Driver

II.4.4.1 Definisi Cost Driver

Untuk memperjelas pembahasan ABC, penulis selanjutnya perlu

membahas masalah cost driver yang dapat didefinisikan sebagai berikut :

Blocher, Chen, dan Lin yang diterjemahkan oleh Ambarriani, A. S.

(2000), “Cost driver adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan

biaya aktivitas, cost driver merupakan faktor yang dapat diukur yang

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

26 

 

digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke

aktivitas lainnya, produk atau jasa. (hal.120)

Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan,

“Penggerak Biaya (cost driver) adalah faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya kegiatan; mereka menyerap kebutuhan yang ditempatkan pada

suatu kegiatan oleh produk atau jasa.” (hal.142)

Dapat disimpulkan bahwa cost driver adalah suatu aktivitas yang

merupakan pemicu biaya atau yang menyebabkan timbulnya atau

terjadinya biaya bagi perusahaan. Cost driver membebankan ke produk

berdasarkan sumber daya yang dikonsumsi oleh masing-masing produk

atau obyek.

II.4.4.2 Pemilihan Cost Driver

Untuk menentukan cost driver, ada dua faktor yang harus

dipertimbangkan, yaitu :

1. Biaya pengukuran

Dalam sistem ABC, perusahaan dapat menentukan dan

memilih cost driver untuk menghitung tarif BOP. Oleh karena

itu sebaiknya, dalam memilih cost driver, perusahaan

menggunakan informasi yang telah tersedia. Informasi yang

belum tersedia dalam sistem harus dihasilkan dan upaya untuk

menghasilkan informasi tersebut jelas akan menambah biaya.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

27 

 

Penggunaan homogeneous cost pool memeberikan kemudahan

dalam memilih sebuah cost driver. Dengan cara demikian,

pemilihan cost driver dapat menghemat atau meminimumkan

biaya pengukuran.

2. Derajat korelasi dan pengukuran tidak langsung

Struktur informasi yang ada dapat dieksploitasi dengan cara

lain untuk meminimumkan biaya perolehan kuantitas cost

driver. Dalam kondisi khusus, kadang-kadang cost driver

yang mengukur konsumsi aktivitas secara langsung dapat

diganti dengan cost driver pengganti yaitu cost driver yang

tidak secara langsung mengukur konsumsi aktivitas.

II.4.5 Klasifikasi Tingkat Aktivitas

Menurut Henry Simamora (1999), terdapat empat tingkat umum aktivitas,

dimana masing-masing aktivitas tersebut dibagi-bagi lagi menjadi pusat-pusat

aktivitas tertentu. Keempat tingkat aktivitas itu (hal.198) adalah

1. Aktivitas unit level adalah aktivitas-aktivitas yang muncul sebagai

akibat dari jumlah volume produksi yang melalui sebuah fasilitas

produksi. Unit level activity dilakukan setiap kali sebuah unit

diproduksi. Aktivitas-aktivitas tingkat unit merupakan aktivitas-

aktivitas repetitif. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk

menjalankan peralatan menjadi aktivitas unit level karena tenaga

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

28 

 

tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah

unit produksi.

2. Aktivitas Batch level adalah aktivitas-aktivitas tingkat gugus produk

(batch-level activites) mencakup tugas-tugas seperti penempatan

pesenan pembelian, penyiapan perlengkapan produksi, pengiriman

produk kepada pelanggan dan penerimaan bahan baku. Biaya-biaya

pada tingkat gugus ini (batch) ini dihasilkan menurut jumlah gugus

produk yang diproses ketimbang berdasarkan jumlah unit yang

diproduksi, jumlah unit yang dijual atau ukuran volume lainnya.

Sebagai contoh, biaya set up mesin untuk memproses batch sama

tanpa memperhatikan apakah batch berisi satu atau 5000 item.

3. Aktivitas Product level adalah aktivitas-aktivitas tingkat produk

(product level activites) berkaitan dengan produk tertentu yang

diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas-aktivitas ini mendukung

produksi dan penjualan masing-masing produk. Semakin banyak

produk dan lini produk, semakin tinggi biaya aktivitas-aktivitas

tingkat produk. Aktivitas-aktivitas ini berkaitan dengan suatu produk

tetapi tidak dengan produk lainnya. Sebagai contoh, melakukan

inspeksi mutu merupakan aktivitas tingkat produk karena beberapa

produk membutuhkan inspeksi, sedangkan produk lainnya tidak

membutuhkan inspeksi.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

29 

 

4. Aktivitas Facility level adalah aktivitas-aktivitas tingkat fasilitas

(facility level activities) biasanya digabung ke dalam sebuah pusat

aktivitas tunggal karena aktivitas-aktivitas ini berkaitan dengan

keseluruhan produksi dan tidak dengan gugus spesifikasi tertentu

ataupun produk tertentu yang diproduksi. Biaya tingkat fasilitas

meliputi unsur-unsur seperti manajemen pabrik, asuransi, pajak bumi

dan bangunan, dan fasilitas rekreasional karyawan.

II.4.6 Langkah-Langkah Implementasi

ABC merupakan proses dua tahap, yaitu pada tahap pertama sistem ABC

menelusuri biaya berdasarkan aktivitas penyebab timbulnya biaya, lalu tahap

kedua membebankan biaya aktivitas tersebut pada produk.

Menurut Hansen dan Mowen yang diterjemahkan Hermawan (1999),

tahapan untuk menerapkan ABC adalah :

a. Prosedur tahap pertama

Dalam prosedur tahap pertama ini, terdapat empat langkah untuk

menelusuri biaya berdasarkan aktivitas penyebab timbulnya biaya,

yaitu :

1. Identifikasi dan klasifikasi aktivitas

Hal pertama yang harus dilakukan adalah identifikasi dan

klasifikasikan semua aktivitas yang dilakukan perusahaan.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

30 

 

Aktivitas adalah pekerjaan yang dilakukan dalam suatu organisasi,

oleh karena itu identifikasi aktivitas memerlukan suatu daftar dari

semua jenis pekerjaan yang berbeda-beda.

2. Penentuan penggerak biaya (cost driver)

Setelah mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan aktivitas,

maka tahap selanjutnya adalah menentukan penggerak biaya

untuk masing-masing aktivitas.

3. Pengelompokkan biaya (cost pool) yang homogen

Menurut Hansen dan Mowen yang diterjemahkan Hermawan

(1999) menyatakan, “Untuk mengurangi jumlah tarif overhead

yang diperlukan dan perampingan proses, aktivitas-aktivitas

dikelompokkan pada kumpulan yang sejenis berdasarkan

karakteristik yang sama, yaitu secara logika berkorelasi dan

memiliki rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Biaya-

biaya dikaitkan dengan setiap kumpulan sejenis ini dengan

menjumlahkan biaya-biaya dari setiap aktivitas yang ada pada

setiap kumpulan jenis tersebut. Kumpulan biaya overhead yang

berkaitan dengan setiap kumpulan aktivitas disebut dengan

kelompok biaya sejenis.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

31 

 

4. Penghitungan tarif overhead kelompok (pool rate)

Langkah selanjutnya adalah menghitung tarif overhead kelompok

(pool rate). Tarif overhead dihitung dengan menggunakan rumus

tarif overhead dibagi dengan penggerak biayanya. Perhitungan

tarif kelompok menyelesaikan tahap pertama.

b. Prosedur tahap kedua

Pada prosedur tahap kedua ini, biaya dari setiap kelompok overhead

ditelusuri ke produk. Pembebanan dari setiap kelompok biaya kepada

setiap produk dihitung sebagai berikut : Tarif kelompok X Unit

Penggerak yang dikonsumsi oleh produk

Contoh perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan sistem ABC.

PT. X memproduksi dua produk A dan B. Berikut adalah data biaya produksi dan

data biaya yang dilaporkan oleh PT. X :

Keterangan Produk A Produk B Total

Volume Produksi 10 90 100

Biaya Utama Rp 780.000 Rp 7.380.000 Rp 8.160.000

Pesanan Produksi 4 10 14

Jam Mesin 2 18 20

Jam Tenaga Kerja Langsung 6.2 53.8 60

Jam Set Up Mesin 5 30 35

Jam Inspeksi 10 15 25

Luas Lantai Pabrik 100 250 350

Tabel II.2 Tabel Data Kegiatan Produksi

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

32 

 

Biaya Overhead :

Biaya Bahan Tidak Langsung Rp 200.000

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp 240.000

Biaya Listrik Rp 400.000

Biaya Inspeksi Rp 300.000

Biaya Set Up Mesin Rp 250.000

Biaya Penyusutan Mesin Rp 300.000

Biaya Penyusutan Gedung Pabrik Rp 400.000

Biaya Perekayasaan Rp 210.000

Total Biaya Overhead Rp 2.300.000

Tabel II.3 Tabel Data Biaya Overhead

Langkah-langkah dalam mengimplementasikan sistem ABC pada PT X :

1. Prosedur tahap pertama

a. Identifikasi dan Klasifikasikan aktivitas

Tabel II.4 Tabel Aktivitas dan Tingkat Aktivitas

Aktivitas Perusahaan Tingkat Aktivitas

Aktivitas penggunan bahan tidak langsung Unit

Aktivitas penggunaan tenaga kerja tidak langsung Unit

Aktivitas pemakaian listrik Unit

Aktivitas inspeksi Batch

Aktivitas set up mesin Batch

Aktivitas penyusutan mesin Unit

Aktivitas penyusutan gedung pabrik Fasilitas

Aktivitas perekayasaan Produk

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

33 

 

b. Penentuan penggerak biaya (cost driver)

Menentukan penggerak biaya yang akan digunakan untuk membebankan

biaya-biaya dari masing-masing aktivitas yang telah dikelompokkan

adalah langkah selanjutnya. Penentuan penggerak biaya akan disajikan

melalui tabel II.5

Aktivitas Perusahaan

Tingkat

Aktivitas

Cost Driver

Aktivitas penggunan bahan tidak langsung Unit Volume Produksi

Aktivitas penggunaan tenaga kerja tidak langsung Unit JTKL

Aktivitas pemakaian listrik Unit JM

Aktivitas inspeksi Batch JI

Aktivitas set up mesin Batch JS

Aktivitas penyusutan mesin Unit JM

Aktivitas penyusutan gedung pabrik Fasilitas LL

Aktivitas perekayasaan Produk PP

Tabel II.5 Tabel Biaya dengan Aktivitas dan Cost Drivernya

c. Pengelompokkan biaya (cost pool)

Berdasarkan cost driver yang telah ditentukan, maka biaya dari aktivitas

dapat dikelompokkan dalam suatu kelompok biaya yang sejenis (cost

pool). Pengelompokkan biaya yang homogen disajikan dalam tabel II.6

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

34 

 

Aktivitas Perusahaan Tingkat Aktivitas Cost Driver

Kelompok Biaya 1 :

Aktivitas penggunan bahan tidak langsung Unit Volume Produksi

Kelompok Biaya 2 :

Aktivitas penggunaan tenaga kerja tidak

langsung Unit JTKL

Kelompok Biaya 3 :

Aktivitas pemakaian listrik Unit JM

Aktivitas penyusutan mesin Unit JM

Kelompok Biaya 4 :

Aktivitas inspeksi Batch JI

Kelompok Biaya 5 :

Aktivitas set up mesin Batch JS

Kelompok Biaya 6 :

Aktivitas perekayasaan Produk PP

Kelompok Biaya 7 :

Aktivitas penyusutan gedung pabrik Fasilitas LL

Tabel II.6 Tabel Kelompok Aktivitas dan Kelompok Biaya Sejenis

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

35 

 

d. Perhitungan tarif overhead kelompok (pool rate)

Langkah selanjutnya adalah menghitung tarif overhead, yaitu dengan

cara membagi biaya overhead dan cost drivernya. Perhitungan pool

rate disajikan dalam tabel II.7 dibawah ini :

Kelompok Biaya 1 :

Overhead yang berhubungan dengan biaya produksi

Aktivitas penggunan bahan tidak langsung Rp 200.000

Volume Produksi 100.000 unit

Tarif overhead per kelompok biaya 1 Rp 2/unit

Kelompok Biaya 2 :

Overhead yang berhubungan dengan JKTL

Aktivitas penggunaan tenaga kerja tidak langsung Rp 240.000

JTKL 60.000 JTKL

Tarif overhead per kelompok biaya 2 Rp 4/JTKL

Kelompok Biaya 3 :

Overhead yang berhubungan dengan Jam Mesin

Aktivitas pemakaian listrik Rp 400.000

Aktivitas penyusutan mesin Rp 300.000

Total Biaya kelompok 3 Rp 700.000

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

36 

 

JM 20.000 Jam

Tarif overhead per kelompok biaya 3 Rp 35/JM

Kelompok Biaya 4 :

Overhead yang berhubungan dengan Jam Inspeksi

Aktivitas inspeksi Rp 300.000

JI 25 JI

Tarif overhead per kelompok biaya 4 Rp 12.000/JI

Kelompok Biaya 5 :

Overhead yang berhubungan dengan Jam Set Up

Mesin

Aktivitas set up mesin Rp 250.000

JS 35 JS

Tarif overhead per kelompok biaya 5 Rp 7142, 86/JS

Kelompok Biaya 6 :

Overhead yang berhubungan dengan Pesanan

Produksi

Aktivitas perekayasaan Rp 210.000

PP 14

Tarif overhead per kelompok biaya 6 Rp 15.000/PP

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

37 

 

Kelompok Biaya 7 :

Overhead yang berhubungan dengan Luas Lantai

Pabrik

Aktivitas penyusutan gedung pabrik Rp 400.000

LL 35 LL

Tarif overhead per kelompok biaya 7 Rp 1.142, 86/LL

Tabel II.7 Tabel Perhitungan Tarif Overhead

2. Prosedur tahap kedua

Pada tahap ini kita membebankan berbagai biaya aktivitas ke produk.

Besarnya alokasi biaya overhead pada masing-masing produk diperoleh

dengan cara mengalikan tarif overhead masing-masing penggerak biaya

dengan besarnya unit penggerak biaya yang dikonsumsi untuk tiap produk.

Setelah itu diketahuilah besarnya harga pokok produksi masing-masing

produk.

Keterangan Produk A Produk B

Biaya Utama Rp 780.000 Rp 7.380.000

Biaya Overhead :

Kelompok Biaya 1

Overhead yang berhubungan dengan biaya produksi

Rp 2/unit X 10.000 unit Rp 20.000

Rp 2/unit X 90.000 unit Rp 180.000

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

38 

 

Kelompok Biaya 2

Overhead yang berhubungan dengan JKTL

Rp 4/JTKL X 6.200 JTKL Rp 24.800

Rp 4/JTKL X 53.800 JTKL Rp 215.200

Kelompok Biaya 3 :

Overhead yang berhubungan dengan Jam Mesin

Rp 35/JM X 2.000 JM Rp 70.000

Rp 35/JM X 18.000 JM Rp 630.000

Kelompok Biaya 4 :

Overhead yang berhubungan dengan Jam Inspeksi

Rp 12.000/JI X 10 JI Rp 120.000

Rp 12.000/JI X 15 JI Rp 180.000

Kelompok Biaya 5 :

Overhead yang berhubungan dengan Jam Set Up Mesin

Rp 7142, 86/JS X 5 JS Rp 35.714, 30

Rp 7142, 86/JS X 30 JS Rp 214.285, 80

Kelompok Biaya 6 :

Overhead yang berhubungan dengan Pesanan Produksi

Rp 15.000/PP X 4 PP Rp 60.000

Rp 15.000/PP X 10 PP Rp 150.000

Kelompok Biaya 7 :

Overhead yang berhubungan dengan Luas Lantai Pabrik

Rp 1.142, 86/LL X 100 LL Rp 114.286

Rp 1.142, 86/LL X 250 LL Rp 285.715

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

39 

 

Total Biaya Produksi Rp 1.224.800,

30

Rp 9.235.200,

80

Volume Produksi 10 90

Harga Pokok Produksi Per Unit Rp 122.48 Rp 102.61

Tabel II.8 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan sistem ABC

O’ Guin (1999) menyatakan, the successful system depends on four key factors :

1. The system has top management support

Yang terjemahannya, sistem harus didukung oleh manajemen puncak

2. The ABC methods are understandable and explained

Yang terjemahannya, metode ABC dapat dimengerti dan dijelaskan

3. The systemis accessible

Yang terjemahannya, sistem dapat diperoleh dan dicapai

4. Internal people take ownership of the system

Yang terjemahannya, orang dalam mengerti akan sistem

II.4.7 Manfaat dan Kerbatasan ABC

Blocher, Chen, dan Lin yang diterjemahkan oleh Ambarriani, A. S. (2000)

menyatakan beberapa manfaat dan keterbatasan sistem ABC (hal.127).

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

40 

 

Manfaat utama ABC :

1. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, yang

mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat

dan kepada keputusan strategik yang lebih baik tentang penentuan

harga jual, lini produk, pasar dan pengeluaran modal.

2. ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang

dipicu oleh adanya aktivitas. Hal ini dapat membantu manajemen

untuk meningkatkan product value dan process value dengan

membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk,

mengendalikan biaya secara lebih baik dan membantu perkembangan

proyek-proyek peningkatan value.

3. ABC memudahkan manajer memberikan informasi tentang biaya

relevan untuk pengambilan keputusan bisnis.

Keterbatasan ABC :

1. Alokasi. Bahkan jika data aktivitas tersedia, beberapa biaya mungkin

membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran

volume yang arbitrer secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas

yang dapat menyebabkan biaya tersebut. Contoh, beberapa biaya

untuk mempertahankan fasilitas, seperti aktivitas membersihkan

pabrik dan pengelolaan proses produksi.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

41 

 

2. Mengabaikan biaya. Keterbatasan lain dari ABC adalah beberapa

biaya yang diidentifikasikan pada produk tertentu diabaikan dari

analisis. Aktivitas yang biayanya sering diabaikan adalah pemasaran,

advertensi, riset dan pengembangan, rekayasa produk, dan klaim

garansi. Tambahan biaya secara sederhana ditambahkan ke biaya

produksi untuk menentukan biaya produk total. Secara tradisional,

biaya pemasaran dan administrasi tidak dimasukkan ke dalam biaya

produk karena persyaratan pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh

GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) yang

mengharuskan memasukkannya ke dalam biaya periode.

3. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi. Sistem ABC sangat mahal

untuk dikembangkan dan diimplementasikan. Di samping itu, juga

membutuhkan waktu yang cukup banyak.

II.4.8 Perbedaan Sistem Tradisional dengan Sistem ABC

Carter dan Usry (2002) karakteristik dari sistem perhitungan biaya secara

konvensional :

1. Volume atau ukuran tingkat unit digunakan sebagai dasar mengalokasikan

overhead ke output

2. Jumlah tempat penampungan overhead dan dasar alokasi lebih banyak di

sistem ABC

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

42 

 

3. Suatu perbedaan umum antara sistem konvensional dengan sistem ABC

adalah homogenitas dari biaya dalam satu tempat penampungan biaya

4. Semua sistem ABC adalah sistem perhitungan dua tahap, sementara sistem

konvensional dapat merupakan perhitungan satu tahap atau dua tahap

II.5 Harga Jual

II.5.1 Metode Penentuan Harga Jual

Mengacu pada pendapat Garrison et al. terdapat dua pendekatan dalam

menentukan harga jual, yaitu :

1. Pendekatan Absorption Costing untuk Cost Plus Pricing

Pendekatan Absorption Costing untuk Cost Plus Pricing adalah proses

penentuan harga jual dengan cara menghitung biaya produksi per unit,

memutuskan berapa laba yang diinginkan, kemudian menentukan harga

jual. Tahapannya adalah produk yang dibuat, dihargai dan siap

dipasarkan segera setelah ditentukan harganya.

Harga Jual = Biaya + (Persentase Mark Up x Biaya)

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

43 

 

Pendekatan Absorption Costing untuk Cost Plus Pricing

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

BOP Variabel xxx

BOP Tetap xxx +

Biaya Produksi Per unit xxx

Ditambah : Mark Up (dalam persen) xxx +

Target Harga Jual Per Unit xxx

2. Target Costing

Target Costing adalah proses menentukan biaya maksimum, biasanya

untuk produk baru dan kemudian membuat prototype, yang dapat

memberikan keuntungan untuk target maksimum perhitungan biaya.

Tahapannya terbalik, perusahaan telah mengetahui berapa harga jual

produk dan kemudian baru membuat produk yang dapat dipasarkan

dengan tingkat laba yang telah ditentukan.

Target Biaya = Antisipasi Harga Jual – Laba yang Diharapkan

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00062-AK Bab 2.pdfII.2 Harga Pokok Produksi II.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok

44 

 

Target Costing dapat digambarkan sebagai berikut :

Proyeksi Penjualan xxx

Dikurangi : Laba yang diharapkan

(Persentase yang diharapkan x Nilai Investasi) xxx-

Target Biaya xxx

Target Biaya Per Unit = Target Biaya / Jumlah Unit