bab ii landasan teori -...

36
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sekolah Adiwiyata Adiwiyata dapat diartikan sebagai suatu tempat yang baik dan ideal. Suatu tempat untuk mendapatkan dasar berbagai ilmu pengetahuan dan norma serta etika. Sehingga manusia mempunyai dasar untuk mencapai kesejahteraan hidup dalam cita-cita pembangunan berkelanjutan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Direktorat Jendral Pendidikan Menengah mendukung pengembangan program Adiwiyata di sekolah menengah atas dan diharapkan program ini dapat menjadi bagian dari kurikulum di sekolah. Program Adiwiyata yang penting dapat diterapkan sebagai bagian dari pengembangan pendidikan karakter siswa (Panduan Adiwiyata 2012). Tujuan program adiwiyata dicapai dengan langkah menetapkan 4 (empat) komponen program adiwiyata. Empat komponen ini sebagai satu kesatuan yang utuh. Kebijakan berwawasan lingkungan merupakan komponen pertama, memiliki standar kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), standar upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

Upload: doankhanh

Post on 25-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sekolah Adiwiyata

Adiwiyata dapat diartikan sebagai suatu tempat

yang baik dan ideal. Suatu tempat untuk

mendapatkan dasar berbagai ilmu pengetahuan dan

norma serta etika. Sehingga manusia mempunyai

dasar untuk mencapai kesejahteraan hidup dalam

cita-cita pembangunan berkelanjutan. Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan bersama Direktorat

Jendral Pendidikan Menengah mendukung

pengembangan program Adiwiyata di sekolah

menengah atas dan diharapkan program ini dapat

menjadi bagian dari kurikulum di sekolah. Program

Adiwiyata yang penting dapat diterapkan sebagai

bagian dari pengembangan pendidikan karakter siswa

(Panduan Adiwiyata 2012).

Tujuan program adiwiyata dicapai dengan

langkah menetapkan 4 (empat) komponen program

adiwiyata. Empat komponen ini sebagai satu kesatuan

yang utuh. Kebijakan berwawasan lingkungan

merupakan komponen pertama, memiliki standar

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), standar

upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

10

hidup, dan standar RKAS serta standar program dalam

upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup. Komponen kedua adalah pelaksanaan

kurikulum berbasis lingkungan, memiliki standar

tenaga pendidik yang kompeten dalam

mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan

hidup, dan standar peserta melakukan kegiatan

pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup. Kegiatan lingkungan berbasis

partisipatif menjadi komponen ketiga yang memiliki

standar melaksanakan kegiatan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi

warga sekolah dan standar menjalin kemitraan dalam

rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup dengan berbagai pihak (masyarakat,

pemerintah, swasta, media, sekolah lain). Komponen

terakhir adalah pengelolaan sarana pendukung ramah

lingkungan. Komponen ini mempunyai kriteria yakni

ketersediaan sarana prasarana pendukung yang

ramah lingkungan. Dan didukung standar

peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan

prasarana yang ramah lingkungan di sekolah.

Program Sekolah Adiwiyata akan memberikan

lima keuntungan bagi pesertanya. Keuntungan yang

pertama yaitu mendukung pencapaian standar

kompetensi/kompetensi dasar dan standar kompetensi

11

lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.

Keuntungan kedua adalah penggunaan dana

operasional sekolah semakin efisien. Terjadi

penghematan dan pengurangan biaya dari bebagai

sumber daya dan energi. Sedangkan keuntungan

ketiga yakni menciptakan kebersamaan warga sekolah

dan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan

kondusif. Keuntungan lain adalah sekolah menjadi

tempat pembelajaran nilai-nilai karakter pelestarian

dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan

benar. Warga sekolah dan masyarakat sekitar

pengelolaan pelestarian lingkungan. Dan keuntungan

kelima adalah adanya peningkatan upaya

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

melalui kegiatan pengendalian pencemaran,

pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi

lingkungan di sekolah

2.2 Pentingnya Sekolah Adiwiyata

Tujuan program Sekolah Adiwiyata mempunyai

tujuan terwujudnya warga sekolah yang bertanggung

jawab terhadap lingkungan. Warga sekolah mampu

melindungi dan pengelolaan lingkungan hidup dengan

tata kelola sekolah yang baik sehingga pembangunan

berkelanjutan dapat berlangsung. Tujuan program

12

mendasar sekali sehingga penting sekali diadakan

program Sekolah Adiwiyata.

Program ADIWIYATA bertujuan membentuk karakter warga

sekolah, untuk peduli dan berbudaya lingkungan, sekaligus

mendukung dan mewujudkan sumberdaya manusia yang

memiliki karakter bangsa terhadap perkembangan

ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam mencapai

pembangunan berkelanjutan di daerah. (Panduan

Adiwiyata 2012)

Dari latar belakang di atas, dapat kita pahami

bahwa Sekolah Adiwiyata disiapkan untuk menjadi

sekolah berbudaya dan peduli lingkungan. Diharapkan

karakter ini menjadi habitus warga sekolah dan

disebarluaskan dan diimplementasikan disetiap segi

kehidupan. Ketika nantinya alumni-alumni ini terjun

kemasyarakat, pekerjaan ataupun pengambil kebijakan

publik tetap mempunyai budaya dan peduli pada

pelestarian lingkungan.

2.3 Pelaksanaan Program Adiwiyata

Program Adiwiyata merupakan salah satu

kebijakan Kementrian Lingkungan Hidup bekerjasama

Kementri Pendidikan dan Kebudayaan (Pedoman 2012)

untuk mengelola dan melestarikan lingkungan hidup

guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Melalui Program Sekolah Adiwiyata, sekolah turut

berpartisipasi dalam mengelola dan melestarikan

13

lingkungan. Sekolah menanamkan karakter peduli dan

budaya lingkungan melalui kebijakan berwawasan

lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis

lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif

dan pengelolaan sarana prasarana pendukung yang

ramah lingkungan.

2.4 Evaluasi

Sebelum membahas lebih jauh Sekolah Adiwiyata

perlu dipahami maksud dan tujuan evaluasi. Evaluasi

dimaksudkan untuk memeriksa persesuaian antara

tujuan dan hasil yang dicapai (Ibraham 2007). Lebih

lanjut Ibraham menjelaskan bahwa evaluasi digunakan

untuk umpan balik untuk keperluan memperbaiki

bagian-bagian program yang lemah. Arikunto (2004)

berpendapat lain, evaluasi merupakan kegiatan

mengumpulkan informasi mengenai pekerjaan sesuatu.

Selanjutnya informasi tersebut dimanfaatkan untuk

menentukan jalan alternatif lain yang tetap dalam

menentukan suatu keputusan.

Lebih rinci Wirawan (2012) mendefinisikan

evaluasi atau evaluasi riset sebagai riset untuk

mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan

informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi,

memilahnya dengan membandingkannya dengan

indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk

mengambil keputusan mengenai objek evaluasi.

14

Dari tiga pendapat di atas dapat diartikan bahwa

evaluasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan,

menganalisis dan menyajikan informasi untuk bahan

perbaikan pengambilan keputusan.

2.5 Program

Perlu dipahami bahwa Sekolah Adiwiyata

merupakan bagian dari program pendidikan. Untuk itu

pada awal bab ini akan dibahas terlebih dahulu tentang

pengertian program itu sendiri sebelum membahas

Sekolah Adiwiyata. Pengertian program menurut

Wirawan (2012) adalah suatu kegiatan yang

direncanakan untuk mengimplementasikan suatu

kebijakan dalam waktu yang lama. Sejalan dengan

Wirawan (2012) dan Jaedun (2010) mendifinisikan

program sebagai sebuah rencana yang dilakukan oleh

seseorang atau organisasi untuk mencapai tujuan.

Sedangkan Arikunto (2004) menerangkan

pengertian program lebih luas, yaitu program dapat

dipahami dalam dua pengertian, secara umum dan

khusus. Pengertian secara umum program dapat

diartikan sebagai rencana atau rancangan kegiatan

yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari.

Secara khusus, pengertian program dihubungkan

dengan evaluasi yang bermakna kesatuan kegiatan

yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu

15

kebijakan, yang berlangsung dalam proses

berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi

yang melibatkan sekelompok orang.

Program menurut Wirawan dan Jaedun

menitikberatkan pada suatu perencanaan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan Arikunto

memberi pengertian tentang program lebih luas yaitu

suatu perencanaan yang dilakukan organisasi dalam

bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan di masa yang

akan datang.

Pengertian program dari tiga pendapat di atas

dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang

dilaksanakan secara berkesinambungan dalam waktu

pelaksanaannya yang relatif panjang, terdiri atas

rangkaian kegiatan yang membentuk satu sistem yang

berkaitan satu sama lainnya dengan melibatkan

beberapa orang untuk melaksanakannya.

Pengertian program yang dikemukakan oleh

ketiga ahli di atas, terlihat bahwa pengertian program

cukup lengkap, namun dua definisi tersebut tidak

menyinggung masalah anggaran dan dampak

pelaksanaan program tehadap lingkungan sekitar.

Tanpa anggaran maka program tidak bisa berjalan

dengan baik. Sehingga dalam menjalankan program

sebaiknya tidak hanya mengandalkan sistem yang

16

berlaku karena instrumen input terkadang susah

dikendalikan seiring perkembangan global dan

kepesertaan warga sekolah terhadap pelaksanaan

program.

Di dalam penelitian ini, yang dimaksud program

adalah suatu perencanaan kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi dengan memanaj berbagai sumber daya

termasuk anggaran yang diwujudkan dalam berbagai

kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.

Sehingga evaluasi program dapat diartikan

sebagai memeriksa kesesuaian antara perencanaan

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam organisasi dengan memanaj berbagai sumber

daya termasuk anggaran dengan hasil pelaksanaan

yang telah dilaksanakan. Sularjo (2016) menjelaskan

bahwa tujuan utama dari evaluasi formatif program

adalah untuk melakukan evaluasi terhadap prose

perencanaan, implementasi dan monitoring terhadap

program yang sudah berjalan maupun sedang

berlangsung. Manfaat utama dan khusus dari studi

evaluasi adalah memberikan masukan untuk perbaikan

program yang sedang berjalan sehingga pada akhirnya

periode implementasi program dapat dilaksanakan

secara lebih baik, tercapai hasil yang optimal yaitu

berkelanjutannya dan kemandirian program.

17

2.6 Evaluasi Program

Sufflebeam dan Shinkield (2007) berpendapat

bahwa evaluasi merupakan pengumpulan dan analisis

informasi yang berkualitas bagi pengambil keputusan.

Sejalan dengan pendapat itu, Arikunto (2004)

menyatakan bawa evaluasi program adalah suatu

rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja

untuk melihat tingkat keberhasilan program. Lebih

lanjut, Wirawan (2012) menyatakan evaluasi program

merupakan metode-metode sistematik untuk

mengumpulkan informasi, menganalisa, dan

menggunakan informasi tersebut untuk menjawab

pertanyaan dasar mengenai program.

Dari tiga pendapat di atas Arikunto menekankan

bahwa evaluasi program merupakan kegiatan tanpa

mendefinisikan lebih rinci kegiatan apa saja yang dapat

melihat tingkat keberhasilan suatu program.

Sedangkan Sufflebeam dan Shinkield memberikan

penjelasan yang lebih rinci bahwa kegiatan yang

dilakukan untuk mengevaluasi program terdiri atas

pengumpulan dan analisis informasi yang berkualitas.

Sejalan dengan Sufflebeam dan Shinkield, Wirawan

menyatakan bahwa evaluasi program terdiri atas

metode-metode sistematik. Dalam hal tujuan program,

Arikunto lebih menekankan bahwa tujuan evaluasi

program adalah untuk melihat keberhasilan program

18

sedangkan Sufflebeam dan Shinkield dan Wirawan

lebih menekankan kepada pengumpulkan informasi

dalam rangka kontribusi dalam pengambilan

keputusan organisasi. Sayangnya, kedua pendapat

tersebut kurang memberikan definisi siapakah yang

berhak mengevaluasi program, apa saja yang perlu

dievaluasi untuk melihat sukses tidaknya program

dijalankan.

Berdasarkan konteksnya faktor-faktor penentu

keberhasilan evaluasi program dipengaruhi oleh

kualitas input (program, aktor, sarpras, dll.), kualitas

proses (mengumpulkan dan menganalisis informasi

secara berkualitas) serta kualitas output berupa

realisasi program dan pengambilan keputusan. Namun

demikian, banyak faktor yang bisa menghambat

pelaksanaan evaluasi program seperti faktor

subyektifitas dan minimnya pengetahuan evaluator

tentang evaluasi. Untuk menjadi evaluator diperlukan

pengetahuan dan keterampilan yang memadai sehingga

tujuan evaluasi program dapat tercapai.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa

evaluasi dilakukan oleh para ahli professional/ pakar

dengan kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan

memproses suatu informasi secara berkualitas untuk

melihat keberhasilan terhadap suatu program dan

kendala-kendala yang dihadapi sehingga organisasi

19

dapat mengambil sebuah keputusan tentang tindak

lanjut dari program tersebut.

Secara teoritis evaluasi program mempunyai

enam ciri, yaitu:

(1) Pertalian menyeluruh, konsep-konsep inti,

(2) Hipotesis-hipotesis teruji mengenai bagaimana

prosedur evaluasi yang menghasilkan hasil yang diharapkan,

(3) Prosedur yang dapat diterapkan,

(4) Persyaratan etika,

(5) Kerangka umum untuk mengarahkan praktik

evaluasi program, (6) Melaksanakan penelitian mengenai evaluasi

program (Stufflebeam & Shinkield, 2007).

Melalui enam ciri di atas, penyelenggaraan

evaluasi program dapat terlaksana sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan. Evaluasi yang bertujuan untuk

memperbaiki suatu program sering dikenal dengan

model evaluasi formatif. Menurut Arikunto (2012),

terdapat poin penting dalam evaluasi program yakni

pembahasan rangkaian kegiatan untuk melihat

ketercapaian program melalui evaluasi dan tindak

lanjut keputusan terhadap program tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa

hasil akhir evaluasi program adalah pemberian

keputusan tindak lanjut terhadap suatu program.

Terdapat empat macam kebijakan tindak lanjut

yang dapat diambil setelah dilakukannya sebuah

evaluasi terhadap suatu program sebagai berikut:

20

1. Kegiatan tersebut dilanjutkan, karena program tersebut sangat bermanfaat.

2. Kegiatan tersebut masih dilanjutkan tetapi dengan

revisi, karena pelaksanaanya kurang lancar.

3. Kegiatan tersebut dimodifikasi ulang, karena

diketahui kemanfaatannya masih kurang tinggi. 4. Kegiatan tersebut tidak dapat dilanjutkan, karena

dari data yang terkumpul hasilnya kurang

bermanfaat (Arikunto, 2012).

Sejalan dengan pendapat diatas, menurut

Sukardi (2008) evaluasi merupakan proses yang

menentukan kondisi dimana suatu tujuan telah dapat

tercapai. Proses penentuan kondisi ini, dipahami

sebagai pengumpulan informasi guna membuat

alternatif-alternatif keputusan.

Menurut Panduan Adiwiyata (2012,) pelaksanaan

program adiwiyata didasarkan pada dua prinsip, yaitu:

partisipatif dan berkelanjutan. Partisipatif merupakan

keterlibatan warga sekolah yakni guru, sisiwa dan

karyawan dalam manajemen sekolah. Manajemen

sekolah menyangkut keseluruhan proses perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan

peran. Serta berkelanjutan yang berarti seluruh

kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus

menerus secara komprehensif. Dasar ini mengandung

pengertian adanya partisipasi dalam melaksanakan

program secara berkelanjutan dengan perbaikan yang

terus menerus, perlu adanya evaluasi.

21

Dari beberapa pengertian di atas, evaluasi

program merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai

program guna mengambil suatu keputusan berikutnya.

Berkaitan dengan evaluasi program Sekolah Adiwiyata

di SMA Negeri 2 Salatiga, penelitian ini berupaya untuk

mengumpulkan informasi mengenai pelaksanaan

program Sekolah Adiwiyata sehingga dengan adanya

evaluasi tersebut dapat memperbaiki program serta

mengetahui faktor-faktor penghambat pelaksanaan

program Sekolah Adiwiyata yang pada akhirnya

bermanfaat terhadap keputusan tindak lanjut terhadap

Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga.

2.7 Model Evaluasi Program CIPP

Menurut Wirawan (2012) terdapat berbagai model

evaluasi program yaitu: (1) model evaluasi berbasis

tujuan, (2) model evaluasi bebas tujuan, (3) model

evaluasi formatif, (4) model evaluasi sumatif, (5) model

evaluasi responsif, (6) model evaluasi CIPP, (7) model

evaluasi adversary dan (8) model evaluasi ketimpangan.

Evaluasi terhadap program Sekolah Adiwiyata,

pada dasarnya membutuhkan jenis model yang cocok.

Dilihat dari beberapa substansinya bahwa evaluasi ini

berupaya untuk melihat hal yang melatarbelakangi

penyelenggaraan program, desain perencanaan

22

program, pelaksanaan program dan produk yang

dihasilkan dari program tersebut. Selain dilihat dari

keempat substansi tersebut, pada akhirnya evaluasi ini

akan memberikan rekomendasi terhadap keberadaan

program. Apabila dilihat dari beberapa substansi yang

ada, tidak semua model evaluasi cocok digunakan

sebagai model evaluasi program. Berdasarkan

pertimbangan tersebut, evaluasi terhadap program

Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga dilakukan

dengan menggunakan model evaluasi CIPP (Context,

Input, Process, Product). Model CIPP mulai

dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam pada tahun

1966. Stufflebeam menyatakan model evaluasi CIPP

merupakan kerangka yang komprehensif untuk

mengarahkan pelaksanaan evaluasi formatif dan

evaluasi sumatif terhadap objek program, proyek,

personalia, produk, institusi, dan sistem.

Menurut Arikunto & Jabar (2009), apabila kegiatan

evaluasi menggunakan model CIPP, analisis program

harus berdasarkan pada komponen-komponen tersebut

(CIPP), komponen dalam model evaluasi CIPP dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Evaluasi konteks berupaya mengidentifikasi mengenai

kebutuhan lingkungan yang belum terpenuhi, populasi

sampel yang dilayani dan tujuan program/proyek.

2. Evaluasi masukan berupaya mengidentifikasi tentang

kemampuan awal dari komponen yang ada (siswa atau

23

sekolah) dalam menunjang pelaksanaan program tersebut.

3. Evaluasi proses mengidentifikasi mengenai

pelaksanaan dari suatu program yang dapat meliputi

program apa yang akan dilaksanakan, siapa

penyelenggara program tersebut, waktu pelaksanaan program tersebut.

4. Evaluasi produk berupaya untuk mengidentifikasi hal-

hal atau perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan

program tersebut, serta ketercapaian dari pelaksanaan

program. (Arikunto & Jabar, 2009).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami

bahwa kegiatan evaluasi dengan model CIPP harus

menganalisis program berdasarkan komponen-

komponennya. Model evaluasi CIPP sengaja dipilih

karena komponen-komponen dalam penyelenggaraan

program Sekolah Adiwiyata dapat dianalisis dengan

menggunakan model ini. Pengaturan keempat

komponen dalam CIPP menjadi kunci terhadap

keberadaan tindak lanjut program Sekolah Adiwiyata di

SMA Negeri 2 Salatiga.

Lebih lanjut, Stufflebeam dalam Wirawan (2012)

mengungkapkan hal-hal yang perlu diungkap dalam

evaluasi model CIPP sebagai berikut :

1. Evaluasi Konteks

Mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang

mendasar disusunnya suatu program. 2. Evaluasi Masukan

Mengidentifikasi tujuan, prioritas-prioritas dan membantu

pemakai untuk menilai tujuan, prioritas dan manfaat-

manfaat dari program, menilai pendekatan alternatif,

rencana tindakan, rencana staf dan anggaran 3. Evaluasi Proses

24

Evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana untuk membantu staf program melaksanakan

aktivitas dan menilai program.

4. Evaluasi Produk

Evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan mengakses

keluaran dan manfaat, baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, baik jangka pendek maupun jangka

panjang. (Wirawan, 2011: 93-94).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami

bahwa kegiatan evaluasi dengan model CIPP harus

menganalisis program berdasarkan komponen-

komponennya. Model evaluasi CIPP memiliki beberapa

keunggulan dibandingkan dengan model lain, yaitu: (1)

memiliki sistem kerja dinamis; (2) pendekatan bersifat

holistik dalam proses evaluasinya sehingga dapat

memberikan gambaran yang detail dan luas terhadap

program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

tahun 2017/2018, mulai dari konteks hingga saat

proses implementasinya; (3) dapat melakukan

perbaikan selama program berjalan maupun dapat

memberikan informasi final; (4) memiliki potensi untuk

bergerak pada evaluasi formatif dan sumatif, dan (5)

lebih komprehensif dari model lainnya.

Bila dirinci, substansi dari komponen CIPP dalam

pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri

2 Salatiga sebagai berikut:

1. Evaluasi konteks, sasaran evaluasi konteks mencakup:

a). Deskripsi lingkungan; b). Kebutuhan yang belum terpenuhi dalam lingkungan ; c). Populasi/sampel; d).

Tujuan program; e). Peluang dan manfaat dari sekolah

dengan diselenggarakannya program tersebut.

25

2. Evaluasi Input, sasaran dalam evaluasi input meliputi: a). Kemampuan sekolah dalam menyelenggarakan

program; b). Perencanaan dan pengorganisasian; c).

Sumber dana; d). Staf/sumber daya manusia.

3. Evaluasi Proses, sasaran dalam evaluasi proses

meliputi: a) Monitoring dan penilaian aktivitas program; b). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran; c). Efektivitas

sarpras; d). Kompetensi guru; e). Masalah yang

dihadapi siswa dan guru; f). Kendala-kendala yang

dialami oleh pihak sekolah

4. Evaluasi Produk, sasaran dalam evaluasi produk

meliputi: a). Hasil belajar siswa, Kelulusan; b). Ketercapaian tujuan; c). Dampak bagi siswa; d).

Dampak bagi sekolah setelah program dilaksanakan.

(Stufflebeam 2007; Arikunto & Jabar 2009).

Untuk memudahkan pelaksanaan model evaluasi

CIPP, Stufflebeam yang dikutip Wirawan (2012:94-103)

mengembangkan 10 checklist sebagai panduan bagi

evaluator yang meliputi: kesepakatan kontrak, evaluasi

konteks, evaluasi masukan, evaluasi proses, evaluasi

pengaruh, evaluasi efektivitas, evaluasi keberlanjutan,

evaluasi transfortabilitas, evaluasi meta, sintesis

laporan final.

Dari kesepuluh checklist yang dipaparkan,

peneliti hanya akan fokus pada 6 checklist sesuai

dengan kebutuhan penelitian program Sekolah

Adiwiyata di SMA Negeri Negeri 2 Salatiga. Evaluasi

konteks menggunakan checklist evaluasi konteks,

evaluasi input menggunakan checklist evaluasi

masukan, evaluasi proses menggunakan checklist

evaluasi proses, checklist evaluasi pengaruh, checklist

26

evaluasi efektivitas, dan evaluasi hasil menggunakan

checklist evaluasi pengaruh dan keberlanjutan.

1. Checklist evaluasi konteks

Evaluasi konteks menilai kebutuhan-kebutuhan,

aset dan masalah yang digambarkan pada program

Sekolah Adiwiyata. Aktivitas evaluator dan klien

pemangku dilukiskan pada tabel 1.

Tabel 1 Aktivitas Evaluator dan Klien

dalam Evaluasi Konteks

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien Tujuan Program

Mengumpulkan dan mengakses

kebutuhan informasi, latar

belakang benefisiari yang dituju

dari sumber-sumber seperti

rekaman, kelas dan skor-skor tes,

proposal permintaan pendanaan,

dan arsip-arsip surat kabar.

Memakai temuan-temuan

evaluasi konteks untuk

menyeleksi dan atau

mengklarifikasi benefisiari

yang dituju

Mewawancarai para pemimpin

program untuk menelaah dan

mendiskusikan prespektif mereka

mengenai kebutuhan para

benefisiari untuk mengidentifikasi

setiap masalah yang perlu

diselesaikan program

Memakai temuan-temuan

evaluasi konteks untuk

menelaah dan merevisi, jika

cocok, tujuan-tujuan program

untuk memastikan secara

tepat

Mewawancarai para pemangku

kepentingan untuk memperoleh

pandangan lebih lanjut mengenai

kebutuhan-kebutuhan dan nilai

benefisiari yang dituju dan

potensial problem-problem untuk

program

Memakai temuan-temuan

evaluasi konteks untuk

memastikan bahwa program

memanfaatkan masyarakat

yang terkait dan aset-aset

lainnya.

27

Menilai tujuan program dalam

kaitannya dengan kebutuhan

benefisiari dan aset-aset potensial

yang bermanfaat

Memakai temuan-temuan

evaluasi konteks (sepanjang

atau pada akhir program)

untuk membantu menilai

efektivitas dan signifikansi

program dalam memenuhi

kebutuhan benefisiari yang

dinilai.

(Sumber: Wirawan, 2012:95-96)

Pada checklist panduan evaluasi konteks, peneliti

hanya menggunakan aktivitas yang diperlukan dalam

program Sekolah Adiwiyata. Stufflebeam yang dikutip

Wirawan (2012:94) mengatakan bahwa komponen

dalam evaluasi CIPP merupakan suatu rangkaian,

namun dalam pelaksanaannya evaluator dapat

melakukan satu jenis evaluasi saja atau kombinasi dari

dua atau lebih. Hal ini yang dijadikan dasar bagi

peneliti untuk menggunakan sebagian aktivitas yang

terdapat dalam panduan checklist yang dikemukakan

oleh Stufflebeam.

2. Checklist evaluasi masukan

Checklist evaluasi masukan (Input) berfungsi

untuk menjaring, menganalisis dan menilai strategi,

rencana kerja serta anggaran berbagai pendekatan. Apa

yang dilakukan evaluator dan klien dikemukakan dalam

tabel 2.

28

Tabel 2 Aktivitas Evaluator dan Klien

dalam Evaluasi Input

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien

Mengidentifikasi dan meneliti

program lain yang ada yang dapat dipergunakan sebagai

model untuk program yang

direncanakan

Memakai temuan evaluasi

masukan untuk merencanakan suatu strategi program yang

secara saintifik, ekonomis,

sosial, politik dan teknologi

dapat dipertahankan

Menilai strategi program yang diusulkan mengenai

kemampuan bereaksi terhadap

kebutuhan dan feasibilitasnya

Memakai temuan evaluasi masukan untuk memastikan

bahwa strategi program

memungkinkan untuk

memenuhi kebutuhan yang diperlukan

Menilai anggaran program

untuk menentukan

kecukupannya dalam membiayai pekerjaan yang

dibutuhkan

Memakai temuan evaluasi

masukan untuk mendukung

permintaan pendanaaan untuk kegiatan yang direncakanan

Menilai strategi program

dengan penelitian dan literatur yang berhubungan

Memakai temuan evaluasi

masukan untuk melatih staf untuk melaksanakan program

Menilai manfaat strategi

program dengan membandingkannya dengan

alternatif strategi yang

dipergunakan dalam program

yang serupa

Memakai hasil evaluasi

masukan untuk tujuan pertanggungjawaban dalam

melaporkan rasional untuk

strategi program yang dipilih

dan mempertahankan rencana

program

(Wirawan, 2012: 96-97)

Berdasarkan tabel 3, peneliti juga hanya

menggunakan beberapa checklist saja yang sesuai

dengan penelitian evaluasi program Sekolah Adiwiyata

di SMA Negeri 2 Salatiga

29

3. Checklist evaluasi proses

Checklist evaluasi proses dilakukan untuk

memonitoring, mendokumentasikan, dan menilai

aktivitas program. Aktivitas evaluator dan klien

ditunjukkan dalam tabel 3 berikut:

Tabel 3 Aktivitas Evaluator dan Klien

dalam Evaluasi Proses

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien

Menugaskan staf program dan konsultan dan/ atau anggota

tim evaluasi untuk menyusun

suatu direktori orang-orang dan

kelompok-kelompok yang

dilayani, membuat catatan mengenai kebutuhan mereka

dan mencatat layanan program

yang mereka terima

Memakai temuan evaluasi proses untuk mengontrol dan

memperkuat aktivitas staf

Mengumpulkan dan menilai sampai seberapa tinggi individu

dan kelompok yang dilayani

konsisten dengan kemanfaatan

program yang direncanakan

Memakai temuan evaluasi proses untuk memperkuat

desain program

Secara periodik mewawancarai para pemangku kepentingan di

wilayah program seperti

pemimpin masyarakat, para

pegawai, personil sekolah dan program sosial untuk

mempelajari perspektif mereka.

mengenai bagaimana program

mempengaruhi masyarakat

Memakai temuan evaluasi proses untuk menyusun suatu

rekaman kemajuan program

Memasukkan informasi yang diperoleh dan penilaian

evaluator ke dalam profil

program secara periodic

Memakai temuan evaluasi proses untuk membantu

menyusun suatu rekaman

biaya program

Menentukan sampai seberapa banyak program mencapai

Memakai temuan evaluasi untuk melaporkan kemajuan

30

suatu kelompok penerima

layanan yang tepat

program kepada sponsor

finansial program, dewan kebijakan dan para

pengembang program lainnya.

(Wirawan, 2012: 97)

4. Checklist evaluasi pengaruh

Checklist evaluasi pengaruh dipergunakan untuk

mengevaluasi proses dan produk pelaksanaan program

pengembangan Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2

Salatiga. Checklist ini menjaring dan menilai data

mengenai program yang mencapai audiens yang

ditargetkan. Aktivitas evaluator dan klien dikemukakan

dalam tabel 4.

Tabel 4 Aktivitas Evaluator dan Klien

dalam Evaluasi Pengaruh

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien

Menugaskan staf program

dan konsultan untuk

menyusun direktori orang/

kelompok yang dilayani,

membuat catatan mengenai

kebutuhan-kebutuhan

mereka, dan merekam

layanan program yang

mereka terima

Memakai temuan evaluasi

pengaruh untuk memastikan

bahwa program mencapai para

penerima manfaat yang

direncanakan

Mengakses dan membuat

penilaian mengenai sampai

seberapa tinggi individu dan

kelompok yang memperoleh

layanan konsisten dengan

Memakai temuan evaluasi

pengaruh untuk menilai

apakah program mencapai

atau tidak mencapai penerima

31

kemanfaatan program yang

direncakan

manfaat yang tidak tepat

Secara periodik

mewawancarai pemangku

kepentingan untuk

mempelajari perspektif

mereka mengenai bagaimana

program mempengaruhi

masyarakat

Memakai temuan evaluasi

pengaruh untuk menilai

sampai seberapa banyak

program sedang melayani atau

telah melayani penerima

manfaat yang berhak

Memasukkan informasi yang

diperoleh dan penilaian

evaluator dalam profil

program yang diperbaharui

secara periodik

Memakai temuan evaluasi

pengaruh untuk menilai

sampai seberapa tinggi

program memenuhi atau

sedang memenuhi kebutuhan

Menentukan sampai seberapa

tinggi program mencapai

kelompok penerima manfaat

yang tepat

Memakai temuan evaluasi

pengaruh untuk tujuan

pertanggungjawaban

mengenai kesuksesan program

dalam mencapai penerima

manfaat layanan program

yang dimaksud.

(Wirawan, 2012: 98)

5. Checklist evaluasi efektifitas

Checklist evaluasi efektifitas meneliti dan menilai

signifikansi manfaat (outcomes). Aktivitas dari evaluator

dan klien dapat dibaca pada tabel 5.

Tabel 5 Aktivitas Evaluator dan Klien

dalam Evaluasi Efektifitas

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien

Mewawancarai para pemangku kepentingan kunci untuk

menentukan penilaian mereka

Memakai temuan-temuan evaluasi efektifitas untuk

menimbang pengaruh positif

32

mengenai manfaat positif atau

negatif program

dan negatif program terhadap

penerima manfaat

Melakukan studi kasus mendalam mengenai penerima

manfaat tertentu

Memakai temuan evaluasi efektifitas untuk mengukur

pengaruh positif dan negatif

dari program terhadap masyarakat/ lingkungan.

Menugaskan anggota evaluasi

dan staf program untuk menyediakan dokumentasi

yang diperlukan untuk

mengidentifikasi dan

mengonfirmasi luasnya,

mendalamnya, kualitas, dan

signifikannya dari pengaruh program terhadap penerima

manfaat

Memakai temuan-temuan

evaluasi efektifitas untuk menyortir dan menilai

pengaruh sampingan

program yang penting

Mengumpulkan dan menilai informasi mengenai pengaruh

program terhadap masyarakat

Memakai temuan evaluasi efektifitas untuk meneliti

apakah rencana dan aktivitas

program perlu diubah

Menugaskan evaluator goal-free untuk memastikan apa

yang sesungguhnya dilakukan

oleh program dan untuk

mengidentifikasi pengaruh

sepenuhnya- positif atau

negatif, yang direncanakan

atau tidak direncanakan

Memakai temuan-temuan evaluasi efektifitas untuk

mempersiapkan dan

menyusun laporan

pertanggungjawaban program

Masukkan temuan-temuan

evaluasi efektivitas dalam draf

laporan dan menyajikannya kepada klien dan para

pemangku kepentingan yang

menginginkannya.

Memakai data assesmen

kebutuhan (dari temuan-

temuan evaluasi konteks),

temuan-temuan evaluasi efektivitas, dan bandingkan

dengan program evaluasi

yang sama di tempat lain

untuk membuat assesmen

dasar signifikan dari program.

(Wirawan, 2012: 99)

33

6. Checklist evaluasi keberlanjutan

Checklist evaluasi keberlanjutan digunakan untuk

menjaring, menganalisis dan menilai sampai seberapa

tinggi kontribusi program sukses diinstitusionalisasikan

dan terus berlanjut bersamaan dengan perkembangan

waktu. Aktivitas evaluasi keberlanjutan dapat dilihat

dalam tabel 6.

Tabel 6 Aktivitas Evaluator dan Klien

dalam Evaluasi Keberlanjutan

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien

Mengidentifikasi penilaian

pemimpin dan staf program

mengenai kesuksesan program

dan apa yang harus

dilanjutkan

Memakai temuan evaluasi

keberlanjutan untuk

menetapkan apakah staf dan

para penerima manfaat lebih

menyukai keberlanjutan

program

Mengidentifikasi penilaian

penerima manfaat mengenai

kesuksesan program dan apa

yang harus dilanjutkan

Memakai temuan evaluasi

keberlanjutan untuk menilai

apakah ada keberlanjutan

kebutuhan/permintaan dan

kasus yang meyakinkan

untuk keberlanjutan

layanan program

Menelaah data evaluasi

mengenai efektifitas program,

biaya-biaya program dan

kebutuhan penerima manfaat

untuk menilai program sukses

apa yang harus dan dapat

diteruskan

Memakai temuan evaluasi

keberlanjutan sebagai

jaminan untuk menentukan

tujuan-tujuan dan rencana

untuk melanjutkan

aktivitas-aktivitas

Mewawancarai para penerima

manfaat untuk

Memakai temuan evaluasi

keberlanjutan untuk

34

mengidentifikasi pemahaman

dan assesmen mengenai

persyaratan untuk

keberlanjutan

membantu menetapkan

bagaimana terbaik untuk

menugaskan otoritas dan

tanggung jawab untuk

keberlanjutan program

Memperoleh dan meneliti

rencana-rencana, anggaran,

penugasan staf dan informasi

lain yang relevan untuk

mengukur kemungkinan

bahwa program akan

diteruskan

Memakai temuan evaluasi

keberlanjutan sebagai

jaminan untuk membantu

rencana dan anggaran

aktivitas keberlanjutan

(Wirawan, 2012: 100)

Seperti yang telah peneliti paparkan sebelumnya

dalam tabel checklist panduan evaluator dan klien,

peneliti hanya menggunakan aktivitas yang diperlukan

dalam penelitian. Ada beberapa aktivitas yang peneliti

tidak gunakan dalam penelitian ini, karena beberapa

aktivitas tersebut tidak diperlukan dalam penelitian ini.

2.8 Penelitian Relevan

Hasil penelitian mengenai evaluasi program

Sekolah Adiwiyata secara utuh sejauh ini belum pernah

dilakukan. Namun ada beberapa penelitian yang ada

kaitannya dengan evaluasi program, program

pengelolaan lingkungan hidup dan program Sekolah

Adiwiyata.

Hasil penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh

Sonadi (2015) dengan judul Implementasi Kebijakan

35

Program Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan

(Adiwiyata) di SMP Negeri I Cimaung dan SMP Negeri I

Katapang Kabupaten Bandung. Hasil penelitian ini

berwujud disertasi Doktor Ilmu Pendidikan Program

Studi Administrasi Pendidikan UPI Bandung.

Implementasi program Sekolah Peduli dan

Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata) disebutkan dalam

desertasi tersebut sangat strategis untuk mengubah

perilaku masyarakat dalam mengatasi permasalahan

lingkungan hidup melalui proses pendidikan di SD,

SMP dan SMA. Namun sampai saat ini hasil pencapaian

sekolah Adiwiyata cenderung linear dengan daya

dukung sarana prasarana, daya dukung pemerintah

dan tingkat partisipasi warga seolah, dikarenakan

terkendala dengan permasalahan seperti dukungan dari

Pemerintah Daerah belum optimal, partisipasi dari

warga sekolah masih rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, arah

kebijakan yang diambil dalam mengimplementasikan

kebijakan adiwiyata telah tersedia dan dijadikan acuan

untuk melaksanakan Program Adiwiyata, namun belum

tersedia Surat Kesepakatan Bersama (SKB) Antara

Dinas Pendidikan Kebudayaan dengan Badan

Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH).

36

Proses implementasi program Adiwiyata sudah

dilaksanakan dan namun perlu perbaikan dengan

kegiatan yang dikembangkan Pendidikan Lingkungan

Hidup (PLH). Implementasi terkendala dengan proses

sosialisasi dengan pelaksanaan. Sumber daya manusia

masih terbatas yang berkompetensi PLH, demikian juga

sarana prasarana pendukung belum memadai dan

anggaran masih menggunakan dana bantuan

operasional sekolah (BOS).

Dampak penerapan kebijakan Program Sekolah

Adiwiyata adalah sangat positif pada prestasi siswa

yang cenderung meningkat, siswa mempunyai

keterampilan lingkungan hidup, terjadi perubahan

perilaku yang baik sehingga terwujud sekolah

berwawasan lingkungan hidup sebagai hasil proses

pendidikan.

Hasil penelitian lain dilakukan oleh Hidayati

(2013) yang berjudul Perilaku Warga Sekolah Dalam

Mengimplementasikan Program Adiwiyata di SMK

Negeri 2 Semarang. Hasil penelitian ini berupa Tesis

program Magister Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana

UNDIP Semarang.

Penelitian Hidayati mengeksplorasi perilaku

warga SMKN 2 Semarang, yang merupakan Sekolah

Adiwiyata kategori Mandiri, dalam implementasi

37

program Adiwiyata. Penelitian menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif. Ditemukan data dalam

penelitian bahwa perilaku warga sekolah SMKN 2

Semarang telah sesuai dengan program Sekolah

Adiwiyata yang terbentuk dari kebiasaan, pengertian,

dan contoh perilaku peduli lingkungan yang

menerapkan aturan sekolah secara eksplisit serta

sanksi tegas pelanggar aturan. Perilaku warga sekolah

tercermin dalam keseriusannya menjaga kebersihan,

memelihara taman, melakukan penghijauan,

penghematan air, listrik, kertas, dan bahan bakar serta

menerapkan reduce, reuse, dan recycle sampah untuk

pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan demi

keberlanjutan pembangunan. Pembiasaan perilaku

berkarakter lingkungan diajarkan dengan contoh,

ditularkan dan disebarkan kepada warga sekolah atau

masyarakat dengan membiasakan, memberikan

pengertian dan contoh perilaku peduli lingkungan.

Hasil penelitian relevan lain juga telah

dilakukan oleh Sighal dan Verma (2012) dalam

penelitiannya yang berjudul Environmental Awareness

among Higher Secondary Students of Jabalpur.

Penelitian dari Indian Journal ini menekankan bahwa

pendidikan lingkungan hidup adalah proses seumur

hidup dan harus ditangani secara sungguh-sunggsuh.

38

Komunitas pendidikan tinggi disebutkan

sebagai salah satu aktor utama dalam pendidikan

lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Namun,

Pendidikan Lingkungan masih belum menjadi prioritas

dalam kurikulum di universitas dan di institusi tinggi

lainnya. Mahasiswa belajar tentang lingkungan dari

kursus dasar tentang Studi Lingkungan.

Hasil penelitian Sighal menunjukkan bahwa

meskipun siswa mengambil banyak kursus tentang isu

lingkungan, namun kesadaran lingkungan mereka dan

tanggung jawab terhadap lingkungan lebih rendah dari

nalar dan tingkat kemampuan mahasiswa. Nilai tidak

menunjukkan hubungan signifikansi pada hasil.

Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tidak selalu

mempengaruhi kesadaran dan perilaku terhadap

lingkungan. Diperlukan kebijakan nasional untuk

pendidikan lingkungan hidup di perguruan tinggi.

Selain itu juga terdapat hasil penelitian yang

dilakukan oleh Burhan dan Ismail (2011) yang berjudul

Pre-Service Teachers' Perception Toward Environmental

Knowledge, Attitudes and Behaviours. Penelitian dari

Malaysia ini menyelidiki pengetahuan, sikap, dan

perilaku lingkungan yang dilakukan oleh guru dan

menentukan apakah ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan, sikap, dan perilaku lingkungan.

Temuannya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

39

yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan

perilaku.

Penelitian merekomendasi diperlukannya

tinjauan kurikulum pendidikan lingkungan dalam

kursus pelatihan guru sehingga dapat memberi

pengetahuan kepada para guru tentang masalah

lingkungan, serta untuk mengembangkan sikap dan

perilaku yang baik dari siswa mengenai masalah

lingkungan.

Sonadi dan Hidayati sama-sama melakukan

penelitian implementasi Sekolah Adiwiyata. Penelitian

ini menemukan hasil yaitu dukungan dari pemerintah

daerah dan partisipasi warga sekolah masih rendah

sehingga mengusulkan alternative solusi yaitu

merekomendasikan model hipotetik. Namun Hidayati

yang meneliti implementasi di sekolah kategori mandiri

dengan pendekatan deskriptif kualitatif tidak

menemukan kekurangan, perilaku warga sekolah

sudah sesuai dengan program Adiwiyata. Ada

perbedaan implementasi antara sekolah adiwiyata

nasional dengan sekolah adiwiyata mandiri.

Lain dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sighal dan Burhan, walaupun menggunakan metode

yang berbeda, Sighal menggunakan metode

40

perbandingan sedangkan Burhan menggunakan metode

deskriptif kuantitatif, keduanya memperoleh hasil

bahwa tingkat pendidikan dan kemampuan tidak linier

terhadap sikap, perilaku dan kepedulian pada

lingkungan. Pendidikan lingkungan perlu berkelanjutan

dan diterapkan dalam kurikulum serta diperlukan

contoh dari guru.

Penelitian lain adalah penelitian yang dilakukan

Maryani (2014) dengan judul Evaluasi Pelaksanaan

Program Sekolah Adiwiyata Ditinjau Dari Aspek

Partisipasif Di SDN Ungaran 1 Yogyakarta lebih

mendekati sama yang dilakukan peneliti. Penelitian ini

menggunakan metode CIPP, dengan analisis datanya

menggunakan kuantitatif dan unsur yang di analisis

hanya aspek kegiatan lingkungan berbasis partisipatif

(partisipasi peserta didik dan guru).

Partisipasi karyawan, komite dan pihak terkait

tidak dianalisis dan aspek kebijakan, aspek kurikulum

berbasis lingkungan, aspek sarana prasarana juga

tidak dianalisis, padahal aspek-aspek ini juga sangat

mempengaruhi keberhasilan program Sekolah

Adiwiyata yang dicanangkan. Hasil penelitian

menunjukan tingkat partisipasi warga sekolah

berpengaruh besar terhadap keberhasilan program

Sekolah Adiwiyata.

41

Penelitian ini mengevaluasi pelaksanaan program

Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga. Model

evaluasi yang akan digunakan peneliti adalah model

CIPP, Context, Input, Process dan Product. Sedangkan

obyek penelitian meliputi 4 (empat) komponen pokok

dalam pelaksanaan program adiwiyata, yaitu kebijakan

sekolah berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis

lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif

dan sarana prasarana ramah lingkungan

pendukungnya. Kelebihan dari penelitian ini adalah

peneliti akan mengungkap lebih dalam mengenai faktor

penghambat dan faktor pendukung serta berupaya

mengidentifikasi dan mengakses dampak/outcome

program Sekolah Adiwiyata bagi pihak-pihak yang

berkepentingan sehingga dapat memberikan masukan

bagi sekolah dan dinas terkait tentang pelaksanaan

Program Sekolah Adiwiyata.

2.9 Kerangka Berpikir

Evaluasi terhadap penyelenggaraan program

Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga bertujuan

untuk mengukur sejauh mana efektivitas program

tersebut terlaksana. Model evaluasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah model evaluasi CIPP

42

(context, input, process dan product). Selanjutnya

Evaluasi tersebut akan diterapkan pada empat

komponen adiwiyata yaitu: Kebijakan Berwawasan

Lingkungan, Pelaksanaan Kurikulum Berbasis

Lingkungan, Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

dan Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah

Lingkungan

Kegiatan evaluasi terhadap komponen konteks

dalam penyelenggaraan program Sekolah Adiwiyata

meliputi penilaian terhadap kebutuhan, kondisi

lingkungan, karakteristik, masalah, aset, peluang dari

penyelenggaraan tiap program manajemen Sekolah

Adiwiyata. Penilaian terhadap komponen input meliputi

perencanaan, strategi program, SDM, sarana dan

prasarana dan pembiayaan program.

Penilaian terhadap komponen evaluasi proses

meliputi pelaksanaan kegiatan, efektivitas penggunaan

sarana dan prasarana, kendala-kendala yang dihadapi

sekolah dalam pelaksanaan program ini. Sedangkan

penilaian terhadap evaluasi komponen produk meliputi

hasil pengembangan program, ketercapaian tujuan

yang telah dirancang (sejauh mana/seberapa besar

tujuan program tersebut tercapai), dampak yang

43

dialami sekolah setelah program Sekolah Adiwiyata

tersebut dilaksanakan.

Berdasarkan tujuan penelitian ini, kegiatan

evaluasi terhadap program Sekolah Adiwiyata berupaya

untuk menganalisis program adiwiyata tersebut melalui

keempat komponen dalam model CIPP. Hasil dari

analisis keempat komponen tersebut, nantinya akan

menghasilkan sebuah simpulan hasil evaluasi

penyelenggaraan program Sekolah Adiwiyata. Simpulan

tersebut diharapkan memberikan masukan dan

rekomendasi bagi sekolah dan dinas terkait tentang

pelaksanaan dan kendala yang dihadapi dalam

implementasi penyelenggaraan Program Sekolah

Adiwiyata.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat digambarkan

kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

44

Kerangka Berpikir Penalitian

Gambar 1. Kerangka Berpikir

BerpikiBerBerpikir

Context

Hasil Evaluasi

Rekomendasi pada pihak sekolah

Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

Input Process Product

Evaluasi :

Kebijakan

berwawasan

lingkungan,

Kondisi

Lingkungan,

Identifikasi

Kebutuhan,

Karakteristik

program,

Tujuan dan

manfaat Sekolah

Adiwiyata

Evaluasi : Kurikulum berwawasan lingkungan, Program dan jadwal, Mekanisme pelaksanaan, SDM, Pembiayaan, Sarpras, dan

Juklak

Evaluasi : (Partisipasi warga

sekolah, Pelaksana an kegiatan,Efek tivitas penggunaan

dana) berada di dalam 4 (empat) komponen program Adiwiyata, Faktor pendukung dan penghambat,

Efektivitas program

Evaluasi untuk

mengidentifikasi

hal-hal atau

perubahan yang

terjadi dalam

pelaksanaan

program,

ketercapaian dari

pelaksanaan

program, dampak

program,

Keberlanjutan

program