bab ii landasan teori dan pengembangan hipotesis ii…thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00069-ak...

34
10 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pembelanjaan negara demi kepentingan bersama. Terdapat beberapa definisi mengenai pajak yang di ungkapkan oleh tokoh-tokoh di Indonesia. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, yang dikutip dari buku karangan Mardiasmo (2009:h1), mendefinisikan pajak sebagai: “Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” Sementara menurut Prof. Dr. M. J. H. Smeets, yang dikutip dari buku karangan Ilyas, Wirawan B. dan Burton, Richard (2008:h6), mendefinisikan pajak sebagai berikut: “Pajak adalah prestasi kepada Pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra- prestasi yang dapat ditunjukan dalam hal individual: maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.”

Upload: hoangkhanh

Post on 18-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

10  

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

II. 1 Pemahaman Perpajakan

II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak

Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk

membiayai pembelanjaan negara demi kepentingan bersama. Terdapat

beberapa definisi mengenai pajak yang di ungkapkan oleh tokoh-tokoh di

Indonesia.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, yang dikutip dari buku

karangan Mardiasmo (2009:h1), mendefinisikan pajak sebagai:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum.”

Sementara menurut Prof. Dr. M. J. H. Smeets, yang dikutip dari buku

karangan Ilyas, Wirawan B. dan Burton, Richard (2008:h6), mendefinisikan

pajak sebagai berikut:

“Pajak adalah prestasi kepada Pemerintah yang terutang melalui

norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra-

prestasi yang dapat ditunjukan dalam hal individual: maksudnya adalah untuk

membiayai pengeluaran pemerintah.”

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

11  

Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pasal 1 angka 1

menjelaskan:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Dengan berbagai macam definisi mengenai pajak yang telah

dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan mengenai unsur-unsur pajak,

antara lain:

1. Iuran pajak berasal dari Wajib Pajak kepada negara,

2. Pajak bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang serta peraturan-

peraturan,

3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi secara langsung,

4. Digunakan untuk keperluan umum yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

II.1.2 Fungsi Pajak

Dalam perpajakan di Indonesia, pajak mempunyai 2 fungsi utama.

Mardiasmo (2009:h1) menjabarkan kedua fungsi tersebut yaitu:

1. Fungsi Budgeter

Merupakan pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

12  

2. Fungsi Regulerend

Adalah suatu fungsi pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contoh:

a) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk

mengurangi konsumsi minuman keras.

b) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk

mengurangi gaya hidup konsumtif.

c) Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor

produk Indonesia di pasaran dunia.

II.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Di Indonesia terdapat 3 jenis sistem yang berlaku dalam pemungutan

pajak. Ketiga sistem pajak tersebut, diberlakukan sesuai dengan pasal yang

dikenakan. Mardiasmo (2009:h7) menyebutkan ketiga sistem tersebut yaitu:

1. Official Asessment System

Merupakan suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak.

Ciri-cirinya:

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

fiskus,

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

13  

b) Wajib Pajak bersifat pasif,

c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

fiskus.

2. Self Asessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

Wajib Pajak sendiri,

b) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang,

c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. Witholding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan)

untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya:

Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang pada pihak ketiga,

pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

Berdasarkan ketiga prinsip pemungutan pajak tersebut, sistem

perpajakan nasional mewajibkan kepada Wajib Pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, dan membayar sendiri jumlah pajak yang seharusnya

terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

14  

Hal ini didasarkan pada penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang telah mengalami

beberapa kali perubahan dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994 lalu

diubah kembali dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000, dan

perubahan yang terakhir yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang

melatarbelakangi penerapan sistem perpajakan nasional dengan self

assesment.

II.1.4 Pembukuan dan Pencatatan

Setiap Wajib Pajak diharuskan melakukan pembukuan atau

pencatatan bergantung pada peredaran bruto (omset) yang dihasilkan selama

satu tahun. Jika Wajib Pajak memiliki omset diatas Rp 4,8 Miliar maka harus

menyelenggarakan pembukuan, sebaliknya jika Wajib Pajak memiliki omset

dibawah Rp 4,8 Miliar maka harus melakukan pencatatan atau boleh juga

menyelenggarakan pembukuan.

Berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 nomor 28

menyebutkan bahwa pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang

dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan

yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah

harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan

menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk

periode tahun pajak tersebut. Sementara pengertian mengenai pencatatan

lebih sederhana, yaitu membuat kronologis secara sistematis berdasarkan

urutan waktu selama satu tahun dan menyimpan dokumen pendukung yang

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

15  

menjadi dasar pencatatan selama sepuluh tahun sejak berakhirnya tahun

pajak. Lebih jelas mengenai pencatatan, Dirjen Pajak telah mengeluarkan

Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-4/PJ/2009 yang berisikan mengenai

kewajiban orang pribadi yang tidak menyelenggarakan pembukuan untuk

melakukan pencatatan.

Pembukuan atau pencatatan yang dilakukan para pemilik online shop

disesuaikan dengan penghasilan bruto mereka selama satu tahun. Hal ini

dilakukan sebagai dasar perhitungan pajak penghasilan yang mereka

bayarkan kepada negara.

II.1.5 Sanksi Pajak

Dalam Undang-Undang Ketentuan Perpajakan Nomor 28 Tahun

2007, menyebutkan beberapa sanksi perpajakan bagi Wajib Pajak, yang

tertuang dalam pasal 39 dan 39A.

Berikut ini bunyi pasal 39, yaitu:

1. Setiap orang yang dengan sengaja:

a) Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak

atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak,

b) Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib

Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,

c) Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan,

d) Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya

tidak benar atau tidak lengkap,

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

16  

e) Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 29,

f) Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang

palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan

keadaan yang sebenarnya,

g) Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia,

tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau

dokumen lain,

h) Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar

pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil

pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau

diselenggarakan secara program aplikasi online di Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11), atau

i) Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga

dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama

6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak

terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat)

kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

2. Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambahkan 1 (satu) kali

menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi

tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun,

terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

17  

3. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana

menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib

Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b, atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau

keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf d, dalam rangka mengajukan permohonan

restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak,

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling

lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi

yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan

dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan

dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.

Kemudian di antara Pasal 39 dan Pasal 40 disisipkan 1 (satu) pasal,

yakni Pasal 39A yang berbunyi sebagai berikut:

Setiap orang yang dengan sengaja:

1. Menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan

pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak

berdasarkan transaksi yang sebenarnya, atau

2. Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun

dan paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali

jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti

pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak 6

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

18  

(enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak,

bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.

II.2 Pajak Penghasilan

II.2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Pajak Penghasilan

Penghasilan adalah setiap tambahan nilai ekonomis yang diterima

atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan

Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Dasar hukum pajak penghasilan yaitu Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1991 lalu diubah kembali menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1994, dan terakhir diubah menjadi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2009. Selain itu juga berdasarkan

Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP/545/PJ/2000 yang diubah

dengan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor 15/PJ/2006, dan yang

terbaru adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 dan

PER-31/PJ/2009.

II.2.2 Subjek dan Non Subjek Pajak Penghasilan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mengenai Pajak

Penghasilan, ada beberapa subjek yang dapat digolongkan sebagai Subjek

Pajak Penghasilan dan yang Bukan Subjek Pajak Penghasilan.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

19  

Berikut ini yang menjadi Subjek Pajak Penghasilan, yaitu:

1. Orang pribadi,

2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak,

3. Badan,

4. Bentuk usaha tetap

Sementara yang bukan menjadi Subjek Pajak Penghasilan yaitu:

1. Kantor perwakilan negara asing,

2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat

lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada

mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka

dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak

menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan ataupekerjaanya

tersebut serta negara bersangkutan memberikan timbal balik,

3. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

a) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut, dan

b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada

pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota,

c) Pejabat-pejabat perwakilan dari organisasi internasional dengan

syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha,

kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari

Indonesia.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

20  

II.2.3 Objek dan Non Objek Pajak Penghasilan

Sehubungan dengan pengertian penghasilan diatas, objek pajak

penghasilan dapat dengan nama dan dalam bentuk apapun yang di sebutkan

dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 yaitu:

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,

komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk

lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini,

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan,

3. Laba usaha,

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

a) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,

dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal,

b) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,

sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan

badan lainnya,

c) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama

dan dalam bentuk apapun,

d) Keuntungan karena pengalihan harta keuntungan karena pengalihan

harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan

kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan

badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

21  

koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,

yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri

Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,

kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang

bersangkutan,

e) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagia atau seluruh

hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau

permodalan dalam perusahaan pertambangan.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak,

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang,

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil

usaha koperasi,

8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak,

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah,

12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing,

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva,

14. Premi asuransi,

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

22  

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak,

17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah,

18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan,

19. Surplus Bank Indonesia.

Sementara itu, yang bukan objek pajak penghasilan disebutkan dalam

pasal 4 ayat 3, diantaranya:

1. Bantuan atau Sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan

amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau

sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang

diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang

dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima

sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Pemerintah,

Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan

lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial

termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha

mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

23  

usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak

yang bersangkutan,

2. Warisan,

3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau

sebagai pengganti penyertaan modal,

4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari

Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib

Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak

yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15,

5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi beasiswa,

6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,

atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha

yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

a) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan,

b) Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha

milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan

yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima

persen) dari jumlah modal yang disetor,

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

24  

7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja

maupun pegawai,

8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana

dimaksud pada huruf g dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Keuangan,

9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,

perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan

kontrak investasi kolektif,

10. Dihapus,

11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan

pasangan usaha tersebut:

a) Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang

menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan

atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,

b) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,

13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang

bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan

pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

25  

yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan

pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu

paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang

ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan

14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

II.2.4 Tarif Pajak

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan, Tarif pajak dibedakan menjadi dua yaitu tarif pajak umum dan

tarif pajak khusus. Tarif pajak umum mengacu pada pasal 17 ayat (1) huruf a

yang menyebutkan bahwa tarif pajak untuk orang pribadi terdiri menjadi 4

lapisan, yaitu:

LapisanPenghasilan Kena Pajak Tarif Pajak sampai dengan Rp 50.000.000 5% diatas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000 15% diatas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000 25% diatas Rp 500.000.000 30%

Kemudian untuk tarif pajak badan disebutkan dalam pasal 17 ayat (1)

huruf b yakni wajib pajak badan dalam negri dan bentuk usaha tetap adalah

sebesar 28%. Namun pada pasal (2a) ada tambahan bahwa tarif sebagaimana

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

26  

dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% yang mulai berlaku sejak tahun

pajak 2010.

Sementara untuk tarif pajak khusus mengacu pada pasal 31E ayat 1

yaitu Wajib Pajak badan dalam negri dengan peredaran bruto sampai dengan

Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa

pengurangan tarif sebesar 50% dengan tarif sebagaimana dimaksud dalam

pasal 17 ayat 1 huruf b dan ayat 2a yang dikenakan atas Penghasilan Kena

Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00

(empat miliar delapan ratus juta rupiah).

II.3 Sosialisasi Pajak

II.3.1 Pengertian Sosialisasi Perpajakan

Kegiatan penyuluhan pajak memiliki andil besar dalam mensukseskan

sosialisasi pajak keseluruhan Wajib Pajak. Hal ini tertuang dalam Keputusan

Dirjen Pajak Nomor KEP 114/PJ/2005 Tentang Pembentukan Tim Sosialisasi

Perpajakan. Berbagai media diharapkan mampu menggugah kesadaran Wajib

Pajak dan meningkatkan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak baik badan

maupun pribadi dalam rangka meningkatkan jumlah penerimaan negara

sehingga pesan moral terhadap pentingnya pajak bagi pembiayaan negara

dapat tersampaikan. Pengertian sosialisasi menurut Soerjono Soekanto adalah

sutatu proses yang menempatkan anggota masyarakat yang baru mempelajari

norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di tempat dia menjadi anggota.

Sementara pengertian sosialisasi menurut Robert M.Z. Lawang adalah proses

mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

27  

diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan

sosial.

Menurut samudera (2004:h6) bahwa dalam melakukan sosialisasi

perlu adanya strategi dan metode yang tepat yang dapat diaplikasikan dengan

baik, yaitu : publikasi, kegiatan, pemberitaan, keterlibatan komunitas,

pencantuman identitas, dan pendekatan pribadi.

1. Publikasi

Adalah aktivitas publikasi yang dilakukan melalui media komunikasi,

baik media cetak seperti surat kabar, majalah maupun media audiovisual

seperti radio ataupun televisi. Hal ini di dukung oleh suatu pernyataan

kepala DJP wilayah Riau-Kepri, Nirwan Tjipto, saat acara sosialisasi

pajak untuk wartawan yang digelar dipekanbaru (29/03/2011) bahwa

“Media massa menjadi salah satu faktor penting dalam edukasi

perpajakan kepada masyarakat. Tentunya dengan kerja sama dan bantuan

media massa yang mensosialisasikan tata cara perpajakan dapat

membantu tugas kami dalam mengedukasi mayarakat.”

2. Kegiatan

Institusi pajak dapat melibatkan diri pada penyelenggaraan aktivitas-

aktivitas tertentu yang dihubungkan dengan program kegiatan

peningkatan kesadaran masyarakat akan perpajakan pada moment-

moment tertentu. Misalnya: kegiatan olahraga, hari-hari libur nasional,

dan lain sebagainya.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

28  

3. Pemberitahuan

Pemberitahuan dalam hal ini mempunyai pengertian khusus yaitu menjadi

bahan berita dalam arti positif, sehingga menjadi sarana promosi yang

efektif. Pajak dapat disosialisasikan dalam bentuk berita kepada

masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih cepat menerima informasi

tentang pajak.

4. Keterlibatan komunitas

Melibatkan komunitas pada dasarnya adalah cara untuk mendekatkan

institusi pajak dengan masyarakat, dimana iklim budaya indonesia

menghendaki adat ketimuran untuk bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh

setempat sebelum institusi pajak dibuka.

5. Pencantuman identitas

Berkaitan dengan pencantuman logo otoritas pajak pada berbagai media

yang ditujukan sebagai sarana promosi.

6. Pendekatan pribadi

Pengertian lobbying adalah pendekatan pribadi yang dilakukan secara

informal untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi

perpajakan merupakan suatu upaya dari DJP untuk memberikan pengertian,

informasi, dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan Wajib

Pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan

perpajakan dan perundang-undangan perpajakan.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

29  

I.3.2 Bentuk Sosialisasi Perpajakan

Kegiatan penyuluhan dan pelayanan pajak memegang peran penting

dalam upaya memasyarakatkan pajak sebagai bagian penting dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara dalam hal ini memberikan

mandat kepada pemerintah telah menjalankan kewajiban pemungutan pajak

kepada masyarakat. Namun proses pemungutan pajak ini tidak mudah tanpa

kesadaran dari masyarakat akan arti pentingnya pajak bagi pembiayaan

negara.

Program-program yang telah dilakukan oleh DJP berkaitan

dengan kegiatan penyuluhan tersebut antara lain dengan mengadakan

seminar-seminar ke berbagai profesi dan pelatihan baik untuk pemerintah

maupun swasta, memasang spanduk yang bertemakan pajak, memasang iklan

layanan masyarakat di berbagai stasiun televisi, mengadakan acara tax goes

to campus yang diisi dengan berbagai acara yang menarik mulai dari debat

pajak sampai dengan seminar pajak dimana acara tersebut bertujuan guna

menimbulkan pemahaman tentang pajak kepada mahasiswa yang dinilai

sangat kritis, selain mahasiswa para pelajar juga perlu dibekali tentang dasar-

dasar pajak melalui acara tax education road show, serta memberikan

penghargaan terhadap Wajib Pajak patuh pada setiap kantor pelayanan pajak.

Berbagai program tersebut juga ditunjang dengan sarana-sarana yang

mengakomodasi harapan masyarakat agar merasa mudah, cepat dan benar

dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sarana-sarana penunjang

tersebut diantaranya adanya website pajak yaitu www.pajak.go.id yang di

dalamnya tersedia berbagai macam fasilitas perpajakan secara online seperti

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

30  

e-filling. Sesuai dengan Surat edaran DJP Nomor SE-129/PJ.1/UP.90/2005

tentang sosialisasi E-filling, fasilitas ini masih terus di sosialisasikan kepada

masyarakat demi kemudahan dan bentuk perubahan modernisasi administrasi

perpajakan. kemudian saran penunjang lainnya adalah perpustakaan, majalah

pajak, jurnal pajak, adanya call centre, sms taxes, complaint centre, dan lain

sebagainya.

II.4 Sistem Administrasi Pajak

II.4.1 Pengertian Administrasi

Menurut A. Dunsire yang dikemukakan oleh Siti Resmi dan Sony

Devano, (2006:h71) tentang administrasi sebagai berikut:

“Administrasi diartikan sebagai arahan, pemerintahan, kegiatan,

implementasi, mengarahkan, penciptaan prinsip-prinsip implementasi

kebijakan, kegiatan melakukan analisis, menyeimbangkan dan

mempresentasikan keputusan, pertimbangan-pertimbangan kebijakan,

sebagai pekerjaan individual dan kelompok dalam menghasilkan barang dan

jasa publik, dan sebagai arena bidang kerja akademik dan teoritis (Yeremias

T. Keban). Selanjutnya administrasi merupakan suatu proses dinamis dan

berkelanjutan yang digerakkan dalam rangka mencapai tujuan dengan cara

memanfaatkan orang atau material melalui koordinasi dan kerja sama.”

II.4.2 Sistem Administrasi Pajak

Administrasi pajak hendaknya menjadi prioritas tertinggi yang harus

diperbaiki oleh pemerintah unutk menjalankan fungsinya secara efektif

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

31  

bergantung kepada jumlah uang yang dapat diperolehnya melalui

pemungutan pajak. Sistem administrasi pajak yang dijalankan haruslah tepat

sehingga memkasimalkan pendapatan negara dengan tingkat penyelewengan

pajak yang sangat minim.

Sistem administrasi pajak yang dijalankan Direktorat Jendral Pajak

saat ini berlandaskan pada good corporate governance (tata kelola

perusahaan yang baik). Dimana sistem yang dilakukan lebih modern dengan

menggunakan teknologi tinggi. Salah satu bentuk perubahan sistem

administrasi pajak yaitu dengan adanya sebuah sistem pengurusan pajak

secara on line. Pengurusan administrasi pajak ini diperkirakan baru akan

berjalan dengan baik sekitar tahun 2014 sesuai dengan yang disampaikan

Robert Pakpahan, Direktur Transformasi Bisnis Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan pada Indonesiafinancetoday.com. beliau pun

mempertegas bahwa perbaikan sistem administrasi ini diharapkan mampu

mengurangi kasus penyelewengan, karena tidak ada lagi pajak yang dinilai

secara manual.

Tujuan dilakukannya latar belakang modernisasi administrasi

perpajakan adalah untuk tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax

compliance) yang tinggi, tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap

administrasi perpajakan yang tinggi, dan tercapainya tingkat produktivitas

pegawai pajak yang tinggi.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

32  

II.5 Kepatuhan Wajib Pajak

II.5.1 Definisi Kepatuhan

Kata kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang dalam kamus besar

bahasa indonesia berarti suka menurut, taat (kepada perintah, aturan, dan

sebagainya) serta berdisiplin. Sementara kepatuhan artinya sifat patuh dan

ketaatan. Dalam perpajakan, definisi dari Wajib Pajak patuh adalah Wajib

Pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang

memenuhi kriteria tertentu yang Dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan

Kelebihan Pembayaran Pajak.

II.5.2 Karakteristik Wajib Pajak Patuh

Rahayu, S (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dalam

perpajakan, seorang wajib pajak dapat dikatakan patuh jika memilik 6

karakteristik sebagai berikut:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunnan dalam

2 (dua) tahun terakhir,

2. Dalam tahun terakhir, penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih

dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut,

3. SPT Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud dalam huruf b telah

disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa masa

pajak berikutnya,

4. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah

memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak dan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

33  

Tidak termasuk tunggakan pajak Sehubungan dengan STP yang

diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir,

5. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di

bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir,

6. Dalam hal laporan Keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapat wajar

tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian

sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.

II.6 E-commerce

II.6.1 Pengertian E-commerce

E-commerce menurut David Baum yang dikutip oleh John

Hutagalung, Darussalam, dan Danny Septriadi, (2007:h129) adalah :

“Satu set teknologi. Aplikasi, dan proses bisnis yang dinamis yang

menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui

transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan, dan informasi yang

dilakukan secara elektronik.”

Sedangkan menurut Eric Albarda yang dikutip oleh Hutagalung John

et al. (2007:h129) menyebutkan pengertian e-commerce adalah:

“Cara untuk melakukan transaksi bisnis melalui komputer dan

jaringan telekomunikasi.”

Secara sederhana, Association for electronik commerce

mendefinisikan e-commerce sebagai mekanisme bisnis secara elektronis. Dari

berbagai definisi yang telah disampaikan diatas, maka dapat disimpulkan

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

34  

bahwa e-commerce adalah semua aktivitas komersial yang dijalankan dengan

bantuan internet. Berdasarkan sifatnya, e-commerce dibedakan menjadi B2B

(Business to Busines) dan B2C (Business to Customer). Dalam transaksi

B2B umumnya dilakukan oleh para trading partners yang sudah saling kenal

dengan format data yang telah disepakati bersama. Sementara dalam

transaksi B2C sifatnya lebih terbuka untuk publik sehingga setiap indvidu

bisa mengaksesnya melalui suatu web server. Alasan utama menggunakan

internet untuk melakukan aktifitas komersial adalah jangkauan yang luas dan

bisa melakukan penghematan biaya.

II.6.2 Transaksi dalam E-commerce

Berkaitan dengan jenis-jenis pajak penghasilan atas transaksi e-

commerce, pada bulan januari tahun 1999, OECD membentuk The Technical

Advisory Group on Treaty Charactensation of Electronic Commerce

Payment yang disingkat OECD TAG on Characterisation, yang bertugas

merumuskan jenis-jenis penghasilan yang timbul atas transaksi e-commerce

dan perlakuan pajaknya. Pada awalnya dua puluh enak jenis penghasilan

yang timbul atas transaksi e-commerce, namun dalam perkembangannya

tertanggal 1 Februari 2001 The TAG Final Report menghasilkan transaksi-

transaksi e-commerce menjadi 28 jenis, yaitu:

1. Electronic order processing of intangible product,

2. Electronic ordering and downloading of digital product,

3. Electronic ordering and downloading of digital product for pupose of

commercial exploitation of the copyright,

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

35  

4. Updates and adds on,

5. Limited duration software and other digital informations licenses,

6. Single use software or other digital product,

7. Aplication hosting-separate license,

8. Aplicatio hosting-bundled contract,

9. Transaksi ASP (Aplication Service Provider),

10. ASP license fees,

11. Website hosting provider,

12. Software maintenance,

13. Data wirehousing,

14. Customer support over computer network,

15. Data retrieval,

16. Delivery of exclusive or other high-value data,

17. Advertising / banner adds,

18. Electronic access to professional advice, contoh jasa konsultasi,

19. Technical information,

20. Information delivery,

21. Access to an interactive web site,

22. Online shopping portals,

23. Online auctions,

24. Sales refferal program,

25. Content acquisition transaction,

26. Streamed (realtime) web based broadcasting,

27. Carriage fees,

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

36  

28. Subscription to web site allowing the downloading of digital products.

II.6.3 Mekanisme Dalam Transaksi E-commerce

Mekanisme transaski e-commerce dimulai dengan adanya penawaran

sutu produk tertentu oleh penjual melalui suatu web. Kemudian konsumen

dapat mengunjungi website tersebut dan melihat-lihat katalog dari apa yang

ditawarkan oleh penjual. Jika konsumen tertarik, konsumen tersebut akan

melakukan transaksi pembayaran sesuai dengan cara yang telah ditetapkan

oleh penjual.

Cara pembayaran yang dapat dilakukan oleh konsumen tersebut,

antara lain:

1. Transaksi model ATM,

2. Pembayaran langsung antara dua pihak yang berinteraksi tanpa perantara,

3. Dengan perantara pihak ketiga,

4. Micropayment (recehan),

5. Anonymous digital cash.

Namun saat ini visa dan mastercard telah mengembangkan suatu

sistem keamanan untuk pembayaran dengan menggunakan kartu bank, sistem

ini dikenal dengan secure electronic transaction (SET). Apabila proses

pembayaran tersebut telah di otorisasi, maka proses pengiriman dapat

dilakukan.

Berikut mekanisme pemasaran, pembelian, sampai dengan barang

sampai kepada pembeli yang dilakukan dalam bisnis online shop melalui

media facebook yang ditampilkan dalam Gambar 2.1:

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

37  

Gambar 2.1

Gambar Mekanisme Pemasaran

Setelah pemasaran dilakukan, kemudian penjual menunggu respon

dari para pembeli atau friends list yang ditawarkan barang dagangannya

melalui tag foto. Jika mereka sudah merespon, maka dilakukan tata cara

pembayaran sampai dengan barang tersebut sampai ke tangan pembeli.

Berikut mekanisme yang dilakukan, yang ditampilkan dalam Gambar 2.2:

Gambar 2.2

Gambar Mekanisme Pembelian sampai Barang Sampai ke

Pembeli

Pemilik online shop (barang hasil sendiri)

Pemilik online shop

Pesan barang kepada distributor

Upload foto barang di facebook

Mendeskripsikan barang dagangan & mencantumkan harga

Tag foto ke friends list

Friends list sebagai pembeli atau pengguna facebook lain akan memberikan comment 

Order dilakukan melalui message atau SMS dengan rincian barang dan alamat

Order dari pembeli dengan rincian barang dan alamat

Transfer lewat rekening bank tertentu  

Pembeli lapor ke penjual jika uang sudah di transfer 

Penjual contact kurir pengiriman

Barang siap dikirim (lama pengiriman tergantung daerah tujuan)

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

38  

II.6.4 Pasal Pajak Penghasilan Dalam Transaksi E-commerce

Dalam transaksi e-commerce terdapat beberapa pasal yang terkait

dalam pemenuhan kewajiban pajak penghasilan yang mengacu pada Undang

Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, antara lain:

a) Pasal 15

PPh pasal 15 merupakan pajak yang harus dipenuhi Wajib Pajak apabila

yang bersangkutan menggunakan perhitungan norma (deemed profit).

Pernyataan ini juga tertuang dalam Undang Undang Pajak Penghasilan

Nomor 36 Tahun 2008 pada pasal 4 ayat 3, dan pasal 14. Omset selama

satu tahun akan dikurangkan dengan besarnya omset tersebut dikalikan

dengan norma yang ada pada Tabel Norma perhitungan terakhir yang

dikeluarkan berdasarkan pada Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-

536/PJ./2000 yaitu untuk jenis transaksi e-commerce masuk kedalam

transaksi yang belum tercantum dengan nomor KLU 0000 sebesar 40%

untuk wilayah IbuKota. Hasil perhitungan dikurangkan dengan PTKP

sehingga menghasilkan Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang akan

dikalikan dengan pasal 17 sehingga menghasilkan PPh terutang.

b) Pasal 25

Besarnya angsuran perbulan yang harus dibayarkan sendiri oleh Wajib

Pajak dalam tahun berjalan disebut PPh pasal 25. Menurut Undang

Undang Nomor 36 Tahun 2008, besarnya angsuran pajak penghasilan

pasal 25 disamakan dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir

tahun pajak yang lalu, sehingga akhir tahun baru akan dihitung kurang

bayar atau lebih bayar dari pajak yang telah kita angsur setiap bulannya

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

39  

selama satu tahun. SPT yang dilaporkan yaitu SPT masa dengan batas

waktu penyampaian yaitu 20 hari setelah masa pajak berakhir.

c) Pasal 29

PPh pasal 29 adalah kurang bayar nominal pajak penghasilan yang harus

dilunasi, dikarenakan pajak terutang untuk suatu tahun pajak ternyata

lebih besar daripada kredit pajaknya. Dalam hal transaksi e-commerce,

perhitungan PPh pasal 29 baru akan diketahui setelah SPT Tahunan di isi

oleh Wajib Pajak yang bersangkutan atau sama seperti Wajib Pajak lain.

d) Pasal 4 ayat 2

Apabila Wajib Pajak yang menjalankan usaha e-commerce memiliki

penghasilan lain berupa sewa bangunan, sewa tanah, atau penghasilan

dari transaksi saham dan sekuritas, bunga deposito dan tabungan, serta

hadiah undian maka Wajib Pajak yang bersangkutan akan dipotong PPh

final yaitu PPh pasal 4 ayat 2 dengan tarif 10% untuk sewa tanah,sewa

bangunan, dan hadiah undian. 2% untuk transaksi saham, sekuritas, bunga

deposito dan tabungan. PPh final tidak akan ikut diperhitungkan lagi

dalam pengisian SPT Tahunan, karena Pajaknya telah dikeluarkan pada

saat mendapatkan penghasilan-penghasilan yang telah disebutkan diatas,

namun penghasilan tersebut tetap dicantumkan.

e) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

PBB terkait dengan letak dimana Wajib Pajak yang bersangkutan

menjalankan usaha. Karena bisnis yang dijalankan merupakan bisnis

dalam dunia maya yang keberadaanya sulit dilacak, maka dengan adanya

PBB dapat diketahui tempat usaha tersebut dijalankan. Dalam transaksi e-

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

40  

commerce, Wajib Pajak yang menjalankan usaha dirumah dengan

peralatan komputer, maka rumah dan komputer itulah yang dikenakan

Pajak Bumi dan Bangunan dengan masa manfaat dan tarif penyusutan

sesuai dengan ketentuan pasal 11 dan pasal 11A.

II.7 Hipotesis Penelitian

Segala sesuatu yang dapat menambah nilai ekonomis bagi Wajib

Pajak maka dapat dikatakan sebagai pendapatan. Pendapatan yang

didapatkan sebagai hasil usaha yang memiliki kriteria tertentu harus

dibayarkan pajak penghasilannya kepada negara. Tidak terkecuali pendapatan

yang diperoleh para pemilik online shop. Meskipun belum banyak yang

terjamah dan tidak terlalu mendapatkan perhatian khusus, jika ditelaah lebih

jauh banyak sekali objek pajak yang dapat dijaring dan akan menambah

penghasilan bagi negara.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya,

yaitu penelitian yang dilakukan oleh Olivia (2009) mengenai perilaku

pembayaran pajak penghasilan pemilik online shop friendster. Ruang lingkup

yang digunakan adalah pemilik online shop friendster di wilayah Jakarta.

Variabel yang digunakan yaitu satu variable independent (X) dan satu

variabel dependen (Y). Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa perilaku

membayar pajak para pemilik online shop ini masih tidak sesuai dengan

peraturan yang ada. Faktor yang mempengaruhi perilaku ini adalah besarnya

penghasilan dan pandangan bahwa online shop harus resmi.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

41  

Berdasarkan pada penelitian diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang

mempengaruhi pembayaran pajak penghasilan pemilik online shop. Terdapat

beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu:

1. Faktor-faktor lain yang ditentukan diantaranya :

1) Pengetahuan perpajakan

2) Sosialisasi pajak

3) Sistem administrasi pajak.

2. Situs jejaring yang digunakan adalah facebook, karena facebook

merupakan situs jejaring sosial yang sangat digemari saat ini, terbaru

sesuai dengan perkembangan jaman dan mempunyai keanggotaan yang

lebih banyak dari situs jejaring sosial friendster.

3. Metode design penelitian yang digunakan adalah empat variabel

independent yaitu X1, X2, X3, dan satu variabel dependen Y.

4. Jumlah sample yang di gunakan adalah 50 responden, berbeda dengan

penelitian sebelumnya sebanyak 37 responden.

Hipotesis menurut Sugiyono (2009:5) didefinisikan sebagai berikut :

“ Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori dan belum menggunakan fakta.” Jadi, jawaban

sebenarnya akan di dapat apabila telah dilakukan uji statistik dengan sample

yang relevan dan reliable serta valid dalam pengujian datanya.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

42  

Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan melibatkan beberapa

variabel. diantaranya tiga variable independen, yaitu:

X1 : Pengetahuan perpajakan

X2 : Sosialisasi pajak

X3 : sistem administrasi pajak

Serta satu variabel Dependen, yaitu:

Y : Kepatuhan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan

Hipotesis 1 : Apakah ada pengaruh pengetahuan perpajakan pemilik online

shop terhadap kepatuhan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan?

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan perpajakan

pemilik online shop terhadap kepatuhan dalam memenuhi kewajiban pajak

penghasilan.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan perpajakan pemilik

online shop terhadap kepatuhan kepatuhan dalam memenuhi pajak

penghasilan.

Hipotesis 2 : Apakah ada pengaruh sosialisasi pajak yang dilakukan oleh

fiskus terhadap kepatuhan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan

pemilik online shop?

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara sosialisasi pajak yang

dilakukan oleh fiskus terhadap kepatuhan dalam memenuhi pajak

penghasilan pemilik online shop.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II…thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00069-AK BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. 1 Pemahaman Perpajakan

43  

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara sosialisasi pajak yang dilakukan

oleh fiskus terhadap kepatuhan dalam memenuhi pajak penghasilan pemilik

online shop.

Hipotesis 3 : Apakah ada pengaruh sistem administrasi pajak negara

terhadap kepatuhan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan pemilik

online shop?

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan sistem administrasi pajak negara

terhadap kepatuhan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan pemilik

online shop.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan sistem administrasi pajak negara terhadap

kepatuhan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan pemilik online

shop.

Hipotesis 4 : Bagaimana pengaruh pengetahuan perpajakan, sosialisasi pajak

dan sistem administrasi pajak secara bersama-sama terhadap kepatuhan

dalam memenuhi pajak penghasilan pemilik online shop?

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan pajak,

sosialisasi pajak, dan sistem administrasi pajak secara bersama-sama

terhadap kepatuhan dalam memenuhi pajak penghasilan pemilik online shop.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan pajak, sosialisasi

pajak, dan sistem administrasi pajak secara bersama-sama dalam memenuhi

pajak penghasilan pemilik online shop.