bab ii kajian pustaka dan perumusan hipotesis a

16
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang telah dilakukan sebelum penulis dan digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian ini. Penelitian dari Wijaya (2014), yang berjudul “Pengaruh Upah Minimum, PDRB, dan Populasi Penduduk Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka (Studi Kasus Gerbang Kertasusila Tahun 2007- 2012)”. Berdasarkan hasil analisis data menyatakan 1) bahwa setiap kenaikan upah minimum sebesar 1 persen akan menurunkan tingkat pengangguran terbuka sebesar 0,09 persen di gerbangkertasusila, 2) menyatakan bahwa setiap kenaikan PDRB sebesar 1 persen maka tingkat pengangguran terbuka akan meningkat sebesar 0,03 persen di gerbangkertasusila, 3) menyatakan bahwa setiap kenaikan populasi penduduk sebesar 1 persen akan menurunkan tingkat pengangguran terbuka sebesar 0,03 persen di gerbangkertasusila. Selanjutnya, oleh Surya (2011) “ Analisis Tingkat Pengangguran di Kota Semarang”. Dengan hasil PDRB berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengangguran, Inflasi memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran, Tingkat BTP berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran. Pada uji F, PDRB Inflasi, dan Beban Tanggungan Penduduk secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap tingkat pengangguran yang terjadi di Kota Semarang.

Upload: others

Post on 11-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang telah dilakukan sebelum penulis dan digunakan sebagai

referensi untuk melakukan penelitian ini. Penelitian dari Wijaya (2014), yang

berjudul “Pengaruh Upah Minimum, PDRB, dan Populasi Penduduk Terhadap

Tingkat Pengangguran Terbuka (Studi Kasus Gerbang Kertasusila Tahun 2007-

2012)”. Berdasarkan hasil analisis data menyatakan 1) bahwa setiap kenaikan

upah minimum sebesar 1 persen akan menurunkan tingkat pengangguran terbuka

sebesar 0,09 persen di gerbangkertasusila, 2) menyatakan bahwa setiap kenaikan

PDRB sebesar 1 persen maka tingkat pengangguran terbuka akan meningkat

sebesar 0,03 persen di gerbangkertasusila, 3) menyatakan bahwa setiap kenaikan

populasi penduduk sebesar 1 persen akan menurunkan tingkat pengangguran

terbuka sebesar 0,03 persen di gerbangkertasusila.

Selanjutnya, oleh Surya (2011) “ Analisis Tingkat Pengangguran di Kota

Semarang”. Dengan hasil PDRB berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap tingkat pengangguran, Inflasi memberikan pengaruh yang negatif dan

signifikan terhadap tingkat pengangguran, Tingkat BTP berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tingkat pengangguran. Pada uji F, PDRB Inflasi, dan Beban

Tanggungan Penduduk secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap tingkat

pengangguran yang terjadi di Kota Semarang.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

8

Penelitian oleh Sirait (2009) “Analisis Beberapa Faktor yang Berpengaruh

Terhadap Jumlah Pengangguran Kabupaten/Kota di Provinsi Bali”. Berdasarkan

hasil analisis data menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan

tingkat pendidikan secara simultan berpengaruh terhadap jumlah pengangguran

kabupaten/kota provinsi Bali tahun 2004-2010. Kemudian pertumbuhan ekonomi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah pengangguran provinsi Bali,

UMK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah pengangguran di

provinsi Bali, dan tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap jumlah pengangguran di provinsi Bali.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang digunakan terdapat perbedaan

variabel pada penelitian ini dalam hal variabel dan konteks wilayah yang

digunakan. Dimana dalam penelitian ini lebih menyempurnakan penelitian-

penelitian sebelumnya dengan menggunakan data yang lebih terbaru dan juga

menggunakan variabel investasi dimana variabel investasi ini belum pernah

digunakan oleh Wijaya (2014), Surya (2011) dan Sirait (2009).

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah seluruh nilai tambah

yang timbul dari berbagai kegiatan ekonomi di suatu wilayah, tanpa

memperhatikan pemilik atas faktor produksinya, apakah milik penduduk

wilayah tersebut ataukah milik penduduk wilayah lain (Sukirno, 1994).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

9

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan

harga pada setiap tahun, sedangkan Produk Domestik Regional Bruto atas

dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar. Produk

Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat

pergeserah dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk

mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (Surya, 2011).

1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah terjadinya pertambahan/pengurangan

pendapatan nasional (produksi nasional/ GDP/ GNP) dalam satu tahun

tertentu, tanpa memperhatikan pertumbuhan penduduk dan aspek lainnya

(Mahyudi, 2004). Selanjutnya, pembangunan ekonomi perlu dipandang

sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita, karena kenaikan merupakan

penerimaan dan timbulnya dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Laju

pembangunan ekonomi suatu negara diukur dengan menggunakan tingkat

pertumbuhan GDP/GNP (Arsyad, 1997).

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik

Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakan kenaikan

tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau

apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).

Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang

dan jasa secara nasional. Salah satu sasaran pembangunan ekonomi daerah

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

10

adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan

ekonomi daerah akan diukur dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik

Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan seperti yang dikatakan oleh

(Tarigan, 2005).

1.2 Teori Pertumbuhan Neoklasik

Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Robert M. Solow

(1970) dari Amerika Serikat dan T.W Swan (1956) dari Australia. Model

Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,

kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi (Tarigan,

2005).

Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar

dapat menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu terlalu

banyak memcampuri/mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya

sebatas kebijkan fisikal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal

dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahanya penawaran tenaga

kerja, dan peningkatan teknologi (Tarigan, 2005).

Dalam model Solow-Swan masalah teknologi dianggap fungsi dari

waktu. Oleh sebab itu fungsi produksinya berbentuk:

( )

Dimana :

= Pertumbuhan ekonomi

K = Akumulasi Modal

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

11

L = Tenaga Kerja

t = Teknologi

Suatu daerah akan mengimpor modal jika tingkat pertumbuhan

modalnya lebih kecil dari rasio tabungan domestik terhadap modal. Dalam

pasar sempurna marginal productivity of labour (MPL) Adalah fungsi

langsung tapi bersifat terbalik dari marginal productivity of capital (MPK).

Hal ini bisa dilihat dari rasio modal tenaga kerja (K/L).

Apabila tiap daerah dimisalkan menghasilkan output yang homogen dan

fungsi produksi yang identik maka di daerah yang K/L-nya tinggi terdapat

upah riil yang tinggi dan MPK yang rendah. Adapun di daerah yang K/L-nya

rendah terdapat upah riil yang rendah tetapi MPK yang tinggi (Tarigan, 2005).

Sebagai akibatnya modal akan mengalir dari daerah yang upahnya tinggi ke

daerah yang upahnya rendah karena akan memberikan balas jasa (untuk

modal) yang lebih tinggi. Sebaliknya , tenaga kerja akan mengalir dari daerah

yang upahnya rendah ke daerah yang upahnya tinggi. Mekanisme di atas pada

akhirnya menciptakan balas jasa faktor-faktor produksi di semua daerah

daerah yang sama. Dengan demikian perekonomian regional/ pendapatan

perkapita regional akan mengalami konvergensi (makin sama).

2. Investasi

Investasi adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau

perusahaan untuk membeli barang modal dan perlengkapan-perlengkapan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

12

produksi untuk menambah kemampuan produksi barang-barang dan jasa-jasa

yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2006; 121).

Suparmoko (2002), investasi merupakan pengeluaran perusahaan

untuk penyelenggaraan kegiatannya, yaitu menghasilkan barang dan jasa.

Dalam prakteknya pengeluaran perusahaan tersebut digunakan untuk membeli

faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, mesin, tanah, dan bangunan.

Sedangkan Rahardja & Manurung (2005), mempertajam definisi investasi

sebagai pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal

(capital stock). Stok barang modal (barang modal tersedia) adalah jumlah

barang modal dalam suatu perekonomian, pada satu saat tertentu. Dari kedua

pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah

pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor

produksi yang bertujuan untuk memproduksi barang maupun jasa (Barry,

2014).

Menurut Mankiw (2000:453), berdasarkan penggunaanya investasi

dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:

1. Investasi tetap bisnis, berupa pengeluaran untuk membeli

peralatan dan struktur yang digunakan untuk proses produksi.

2. Investasi residensial, berupa pembelian rumah untuk tempat

tinggal atau disewakan.

3. Investasi persediaan, berupa barang-barang perusahaan yang

disimpan di gudang, termasuk bahan-bahan dan perlengkapan,

barang setengah jadi dan barang jadi.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

13

Menurut Maluya S.P. Hasibuan (1990; 112 dalam Artriyan, 2013)

investasi merupakan suatu alat untuk mempercepat pertumbuhan tingkat

produksi di Negara yang sedang berkembang, dengan demikian jelaslah bagi

kita penting dan strategisnya peran investasi (modal) untuk menciptakan

kesempatan kerja.

Investasi memiliki peran penting sebagai pembentuk lapangan

pekerjaan. Dengan adanya investasi akan menambah persediaan barang

modal, hal itu akan berpengaruh pada meningkatnya kapasitas produksi.

Kapasitas produksi yang semakin tinggi pasti membutuhkan tenaga kerja baru.

Investasi merupakan alat untuk mempercepat pertumbuhan tingkat produksi di

Negara yang sedang berkembang, dengan demikian investasi berperan sebagai

sarana untuk menciptakan kesempatan kerja dan menyerap pengangguran

(Artriyan, 2013).

3. Teori Upah

Upah merupakan kompensaasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja

yang berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya (Gregory Mankiw, 2000).

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomer 8/1981, upah merupakan suatu

penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu

pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan dan dinyatakan atau dinilai

dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan

perundang undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

14

pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik untuk karyawan itu sendiri

maupun untuk keluarganya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2003 (dalam Barry, 2014)

upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang

sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang

ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau

peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan

keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya partisipasi angkatan kerja adalah

tingkat upah. Semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak

anggota keluarga yang tertarik masuk pasar kerja (Simanjuntak, 1985)

Sedangkan menurut Suryahadi (dalam Nur Akbar, 2014) bahwa koefisien

dari upah minimum untuk semua pekerja dari angkatan kerja adalah negative. Hal

ini sesuai dengan kerangka teoritis bahwa upah minimum akan mereduksi

kesempatan kerja dari pekerja dengan skill yang rendah di sektor formal. Semakin

tinggi tingkat upah yang ditawarkan dalam pasar maka semakin banyak orang

yang tergolong ke dalam usia tenaga kerja lebih banyak memilih masuk ke

golongan angkatan kerja dari pada ke golongan bukan angkatan kerja. Dengan

adanya peningkatan upah maka harga waktu yang ditawarkan akan meningkat hal

ini menyebabkan para pekerja rela mengorbankan waktu senggangnya untuk

bekerja.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

15

4. Teori Pengangguran

Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang

tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif

dalam empat minggu terakhir untuk mencari pekerjaan (Kaufman dan

Hotchkiss, 1999).

Menurut Mulyadi (2003; 60) tingkat pengangguran adalah angka yang

menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif

mencari pekerjaan. Pengertian menganggur disini adalah aktif mencari

pekerjaan.

Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang

tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum

dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif

mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai pengangguran (Sukirno, 2006; 13).

Menurut (Sukirno, 2006; 328-329) ada 4 jenis pengangguran

berdasarkan penyebabnya.

1. Pengangguran normal atau friksional

Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan

pengangguran normal atau pengangguran friksional. Para pengangguran

ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh kerja, tetapi

karena sedang mencari kerja lain yang lebih baik. Dalam perekonomian

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

16

yang berkembang pesat tingkat pengangguran rendah dan pekerjaan

medah diperoleh dan sebaliknya pengusah kesulitan dalam mencari

pekerja. Maka pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi. Hal ini

mendorong pekrja untuk meninggalkan pekerjaan yang lama dan mencari

pekerjaan baru yang lebih tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan

keahliannya.dalam proses mencari kerja batu ini mereka digolongkan

sebagai pengangguran normal.

2. Pengangguran siklikal

Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi hal ini mendorong

pengusaha menaikan produksi sehingga lebih banyak pekerja baru yang

digunakan dan pengangguran berkurang. Dan sebaliknya permintaan

agregat menurun dengan banyaknya menyebabkan perusahaan mengurangi

pekerjanya atau bahkan menutup perusahaannya maka pengangguran akan

bertambah.pengangguran seperti ini dinamakan pengangguran siklikal.

3. Pengangguran struktural

Tidak semua industri atau perusahaan akan berkembang maju terus

adakalanya suatu perusahaan akan mengalami kemuduran karena beberapa

faktor. Dari kemerosotan itu akan menyebabkan kegiatan produksi dalam

industri menurun sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi

penganggguran. Pengangguran yang disebabkan perubahan struktur

kegiatan ekonomi tersebut dinamakan pengangguran struktural.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

17

4. Pengangguran teknologi

Pengangguran ini disebabkan karena adanya pergantian tenaga

manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Pengangguran yang

ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemahuan teknologi lainnya

dinamakan pengangguran teknolgi.

Jenis pengangguran berdasakan cirinya (Sukirno,2006; 330)

1. Pengangguran terbuka

Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan

lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja.

Sebagai akibat dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga

kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Pengangguran terbuka dapat

pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari

kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau

sebagi akibat dari kemunduran perkembangan suatu industri.

2. Pengangguran tersembunyi

Pengangguran ini terutam wujud di sektor pertanian atau jasa.

Setiap kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga

kerja yang digunkan tergantung kepada banyak faktor. Faktor yang

perlu dipertimbangkan adalah: besar atau kecilnya perusahaan, jenis

kegiatan perusahaan, mesin yang digunakan (apakah intensif buruh

atau intensif modal) dantingkat produksi yang dicapai. Dibanyak

negara berkembang seringkali didapati bahwa jumlah pekerja dalam

suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

18

diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien.

Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam

pengangguran tersembunyi.

3. Pengangguran bermusim

Pengangguran ini terutama terdapat disektor pertanian dan

perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat

melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim

kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya.

Disamping itu pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif diantara

waktu sesudah menanam dansesudah menuai. Apabila dalam masa

diatas para penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan

pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengangguran

seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.

4. Setengah menganggur

Dinegara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari

desa kekota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang

yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah.

Sebagiannya terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu. Disamping

itu ada pula yang tidak mengganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh

waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang

normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari

seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja yang

mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

19

setengah menganggur atau dalam bahasa inggris: underemployed. Dan

jenis penganggurannya dinamakan underemployment.

5. Hubungan antara PDRB terhadap pengangguran

Hubungan pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran dijelaskan

oleh Hukum Okun. Kenaikan tigkat pengangguran mestinya terasosiasi

dengan penurunan GDP riil. Relasi negatif antara pengangguran dan GDP ini

disebut Hukum Okun (Mankiw, 2006; 249). Teori ini menyatakan bahwa ada

hubungan antara pertumbuhan ekonomi (dalam hal ini PDB) dengan

pengangguran. Hukum okun menyatakan bahwa tingkat pengangguran 1

persen setiap ada kenaikan PDB riil 2 persen. Jika terjadi peningkatan output

nasional/daerah dalam hal ini pertumbuhan ekonomi maka akan menyebabkan

permintaan tenaga kerja naik dan pengangguran turun. Sebaliknya jika PDB

riil turun maka akan menyebabkan output yang diproduksi turun. Turunnya

produksi mengakibatkan produsen mengurangi input dalam hal ini tenaga

kerja yang akhirnya pengangguran meningkat (Artriyan, 2013)

6. Hubungan antara investasi terhadap pengangguran

Hubungan antara investasi dengan pengangguran dapat dilihat pada

teori pertumbuhan neoklasik yang mana modal atau investasi merupakan

kunci bagi pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini bisa dikatakan bahwa

pembentukan modal merupakan dasar dari pertumbuhan ekonomi. Semakin

banyak modal yang kucurkan maka pertumbuhan ekonomi akan semakin cepat

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

20

berkembang. Adanya akumulasi modal dapat membantu peningkatan output

dan pendapatan di masa yang akan datang sehingga akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 1999 dalam Sihombing 2008). Jika output

meningkat atau kapasitas produksi yang membesar maka membutuhkan

permintaan tenaga kerja yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun.

Jika kapasitas yang membesar ini tidak diikuti dengan permintaan yang besar

pula, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.

Adanya investasi tentu akan memperbesar kapasitas produksi

perekonomian dengan meningkatkan stok modal, artinya investasi akan

mempengaruhi dari sisi penawaran. Artinya jika kapasitas produksi besar

makan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan juga akan semakin besar pula

(hafiizh, 2015).

7. Hubungan antara upah terhadap pengangguran

Menurut Mankiw (2000; 140 dalam Novlin, 2013) upah merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran, karena naiknya

upah minimum akan mengurangi permintaan tenaga kerja yang akan

menimbulkan pengangguran. Sedangkan dari pihak tenaga kerja upah adalah

imbalan yang seharusnya diterima akibat balas jasa dari waktu dan tenaga

yang digunakan, akibat penambahan upah minimum dapat menarik angkatan

kerja untuk mau bekerja dan mencari pekerjaan.

Kekakuan upah menyebabkan pengangguran. Ketika upah riil berada

diatas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan, jumlah

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

21

tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta. Perusahaan harus

menjatah pekerjaan yang langka di antar para pekerja. Kekakuan upah riil

mengurangi tingkat perolehan tenaga kerja dan mempertinggi pengangguran

(Mankiw, 2006).

C. Kerangka Pemikiran

Pengangguran merupakan suatu masalah ketenagakerjaan yang sering

dihadapi oleh setiap Negara. Pengangguran biasanya terjadi karena adanya

ketimpangan antara para pencari kerja dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan

yang ada. Dalam penelitian ini jumlah pengangguran di provinsi Kalimantan

Timur sebagai (Y) dipengaruhi oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

sebagai (X1), investasi sebagai (X2) dan upah minimum sebagai (X3).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), investasi dan upah minimum di

provinsi Kalimantan Timur selama periode 2011-2015 dijadikan sebagai variabel

bebas yang secara bersama-sama maupun parsial diduga mempengaruhi jumlah

pengangguran di provinsi Kalimantan Timur. Skema hubungan antara

pengangguran dengan variabel yang mempengaruhinya dapat digambarkan

sebagai berikut.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A

22

Gambar 2.4 : kerangka pemikiran

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Dikatakan sementara karena, jawaban yang diberikan melalui

hipotesis baru didasarkan teori, dan belum menggunakan fakta. Hipotesis

memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan

dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti

mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel dalam persoalan

(Sugiyono, 2011).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Diduga PDRB berpengaruh negatif terhadap pengangguran

Diduga Investasi berpengaruh negatif terhadap pengangguran

Diduga Upah Minimum berpengaruh positif terhadap pengangguran

PDRB

Upah

Investasi

Pengangguran