bab ii landasan teori dan pengembangan hipotesisrepository.uph.edu/6706/5/chapter2.pdf.pdf · 2020....
TRANSCRIPT
12
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Definisi Konsep Dasar
2.1.1 Agency Theory
Agency Theory digunakan sebagai dasar untuk memahami hubungan antara
kualitas audit, audit report lag, dan karakteristik komite audit dengan periode
penyajian kembali laporan keuangan. Agency Theory timbul dikarenakan adanya
pemisahan dua kubu dalam perusahaan, yaitu pemilik perusahaan (pemegang
saham) sebagai prinsipal, dan manajer yang mengelola perusahaan sebagai agen.
Dalam hubungan yang terjadi antara prinsipal dan agen, seringkali
ditemukan ketidaksesuaian informasi yang diperoleh antara kedua belah pihak
tersebut, atau yang biasa disebut dengan asymmetric information. Kondisi ini
disebabkan karena manajemen memperoleh informasi yang lebih tepat waktu dan
lengkap dibandingkan dengan pemegang saham. Keadaan asymmetric information
antara prinsipal dan agen memberikan agen peluang untuk bertindak secara
oportunis dalam memenuhi kepentingan pribadi.
Jensen dan Meckling (1976) memilah dua penyebab terjadinya asymmetric
information, sebagai berikut:
1) Moral Hazard, yaitu kondisi di mana agen tidak melaksanakan hal
sebagaimana yang sebelumnya telah disepakati bersama di dalam kontrak
kerja.
13
2) Adverse Selection, yaitu kondisi di mana prinsipal tidak mampu memastikan
bahwa agen telah mengambil keputusan secara memadai berdasarkan
informasi yang tersedia atau lalai dalam melaksanakan tugasnya.
Hubungan kontrak yang muncul antara kedua belah pihak memungkinkan
terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest), sebagaimana dikemukakan
oleh Ross et al. (2010), sehingga diperlukan adanya kehadiran pihak ketiga sebagai
perantara atau mediator antara prinsipal dan agen. Dalam menanggapi hal ini,
auditor dan komite audit yang independen dianggap mampu untuk mengurangi
agency cost dengan cara menjadi perantara yang menjembatani kedua belah pihak
(Aprillia, 2013), dalam kondisi yang mana pihak agen memiliki informasi yang
lebih terperinci mengenai kondisi internal perusahaan dan pihak prinsipal yang
hanya memperoleh informasi mengenai kondisi perusahaan secara eksternal
melalui hasil kinerja yang diukur melalui laporan keuangan.
2.1.2 Teori Kepatuhan
Teori kepatuhan menurut Lunenburg (2012) merupakan suatu pendekatan
yang dilakukan oleh suatu struktur organisasi yang memiliki tujuan untuk
mengintegrasikan ide serta gagasan dari suatu hal melalui partisipasi manajemen.
Pengintegrasian ide serta gagasan tersebut akan disusun dalam bentuk peraturan,
yang pada umumnya disusun oleh pihak yang berwenang. Menurut Becker (1968),
satu-satunya mekanisme kebijakan yang mampu meningkatkan kepatuhan terhadap
regulasi adalah ancaman sanksi.
14
Terdapat beberapa motivasi yang secara simultan mempengaruhi sikap
kepatuhan yang dilakukan oleh suatu pihak, termasuk hubungan dengan norma
sosial, usaha untuk menghindari sanksi yang mungkin terjadi, harapan atas imbalan
atau keuntungan pribadi, perlindungan nilai, emosi, dan lain sebagainya (Étienne,
2010).
Khusus untuk penyampaian laporan keuangan, peraturan yang telah
terintegrasi sedemikian rupa dari ide serta gagasan yang disampaikan berisikan
tuntutan untuk patuh terhadap ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan
keuangan tahunan. Peraturan ini diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 29/POJK.04/2016 yang telah diperbaharui.
Peraturan tersebut menyatakan bahwa setiap perusahaan tercatat publik
wajib menyerahkan laporan tahunan yang tentunya telah disertai pula dengan
laporan audit untuk laporan keuangan periode terkait. Laporan-laporan ini hendak
diserahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, dan disampaikan kepada masyarakat
dengan batas periode paling lambat akhir bulan keempat setelah tanggal pelaporan.
Perusahaan terbuka yang memenuhi peraturan tersebut mengisyaratkan
kepatuhannya terhadap Otoritas Jasa Keuangan, sesuai dengan teori kepatuhan.
2.1.3 Kualitas Informasi
Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 8 Tahun 2010
menjabarkan tujuan pelaporan keuangan, yaitu untuk menyajikan informasi
keuangan dan rencana stratejik perusahaan, khususnya bagi pengguna primer yang
akan menggunakan informasi yang diperoleh sebagai dasar dalam pengambilan
15
keputusan. Oleh karena itu, setiap rincian informasi yang berbeda tentu akan
memberikan pertimbangan yang berbeda pula pada keputusan yang akan diambil.
Selain itu, SFAC No. 8 juga memaparkan perbedaan antara informasi yang bersifat
superior dan inferior dalam pelaporan keuangan. Informasi yang superior dianggap
mampu menggiring pengguna laporan keuangan pada keputusan yang paling
optimal. Penilaian kualitas informasi dalam laporan keuangan dapat didasarkan
pada beberapa karakteristik, seperti:
1) kualitas fundamental, yang mencakup dua kualifikasi:
a) relevansi
Sebuah informasi dapat dikatakan relevan apabila informasi tersebut
mampu memengaruhi proses pengambilan keputusan. Informasi yang
relevan harus memiliki tiga hal, yaitu (1) nilai prediksi (predictive value),
yaitu informasi dapat digunakan untuk memprediksi hasil masa depan; (2)
nilai konfirmasi (confirmatory value), yaitu dapat memastikan atau
mengubah evaluasi pada masa lalu; dan (3) materialitas (materiality), yaitu
ketika terjadi kesalahan pada informasi bersangkutan, maka keputusan akan
berbeda secara signifikan dibandingkan yang seharusnya.
b) faithful representation
Informasi dalam laporan keuangan mengandung berbagai kejadian
ekonomi dalam angka maupun dalam kata-kata. Informasi tersebut dapat
dikatakan berguna apabila menggambarkan seluruh kejadian bersangkutan
berdasarkan keadaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, dalam rangka
mencapai hal tersebut, informasi harus memiliki tiga karakteristik, yaitu (1)
16
lengkap (completeness), di mana seluruh informasi yang dibutuhkan
disajikan tanpa terkecuali termasuk penjelasan pendukungnya; (2) netral
(neutrality), yaitu informasi yang disajikan tidak bias; dan (3) bebas dari
kesalahan (free from error), yaitu tidak ada kesalahan pada saat menyajikan
informasi yang diperlukan.
2) karakteristik pendukung, yang mencakup 4 kemampuan:
a) dibandingkan (comparability)
Informasi dapat dikatakan berguna hanya apabila dapat diidentifikasi
perbedaan dan persamaan dengan informasi lainnya, yang kemudian dapat
mendukung pertimbangan pengambilan keputusan pengguna laporan
keuangan.
b) diverifikasi (verifiability)
Informasi harus dapat dipastikan kebenarannya agar dapat meyakinkan
pengguna laporan keuangan bahwa informasi yang diterima akurat dan
menunjukkan kejadian yang sebenarnya.
c) tepat waktu (timeliness)
Informasi perlu tersedia untuk memungkinkan pengambilan keputusan
dilaksanakan pada waktu yang tepat, sehingga informasi akan tetap
menggambarkan keadaan yang sesuai.
d) dipahami (understandability)
Informasi yang disajikan dengan jelas dan ringkas tentu akan
memudahkan pengguna laporan keuangan untuk memprosesnya dan dapat
menghasilkan keputusan dengan lebih efisien dan efektif.
17
2.1.4 Penyajian Kembali Laporan Keuangan (Restatement)
Penyajian kembali merupakan suatu bentuk amandemen pada pengukuran
atau pengungkapan elemen-elemen dalam laporan keuangan, sehingga seolah-olah
laporan keuangan periode sebelumnya disajikan berdasarkan penerapan koreksi
yang ada (IAI, 2018). Penyajian kembali laporan keuangan berupa revisi informasi
yang telah disajikan ke publik dapat dilakukan secara sukarela oleh perusahaan
ataupun berdasarkan dorongan dari auditor atau regulator. Tindakan ini merupakan
langkah penting yang perlu dilakukan oleh perusahaan, terutama apabila terdapat
perubahan yang memengaruhi laporan keuangan secara material.
Periode penyajian kembali laporan keuangan merupakan lamanya jangka
waktu yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan untuk menyajikan kembali laporan
keuangannya, yang dapat ditentukan dari jumlah hari antara tanggal penerbitan
awal laporan keuangan hingga tanggal penerbitan laporan keuangan yang telah
disaijkan kembali (Schmidt dan Wilkins, 2013).
Di Indonesia, perusahaan dapat berpedoman pada PSAK 25 dalam
melakukan penyajian kembali laporan keuangan. Faktor utama yang menyebabkan
perlunya dilakukan penyajian kembali dapat dikategorikan sebagai berikut:
a) perubahan kebijakan akuntansi
Setiap perusahaan diwajibkan untuk menerapkan suatu kebijakan
akuntansi secara konsisten pada setiap periode laporan keuangan,
kecuali jika terdapat PSAK baru yang secara spesifik mengatur
mengenai pengelompokan pos-pos dengan kebijakan akuntansi yang
berbeda. Ketika hal ini terjadi, maka perusahaan harus mengubah
18
kebijakan akuntansi yang telah diterapkan sebelumnya agar informasi
yang terkandung dalam laporan keuangan menjadi lebih andal dan
relevan bagi para penggunanya. Perusahaan akan melakukan
penyesuaian saldo awal komponen ekuitas yang terdampak dan
menyajikan informasi komparatif untuk setiap periode penyajian
seakan-akan kebijakan akuntansi tersebut telah diterapkan sebelumnya.
b) perubahan estimasi akuntansi
Perusahaan perlu menyajikan kembali laporan keuangannya apabila
terdapat perubahan estimasi akuntansi yang berdampak material pada
jumlah aset dan liabilitas, atau ekuitas tercatat. Tindakan yang perlu
dilakukan adalah menyesuaikan nilai aset, liabilitas, atau ekuitas terkait
pada periode yang terdampak. Jika periode yang terdampak hanya pada
periode terjadinya perubahan, maka perusahaan cukup menyajikan
kembali laporan keuangan periode tersebut, akan tetapi jika perubahan
tersebut berdampak ke periode-periode mendatang, maka perusahaan
perlu mengakuinya pada seluruh periode terdampak.
c) kesalahan
Ketika ditemukan kesalahan material yang menurunkan tingkat
keandalan laporan keuangan, perusahaan harus melakukan koreksi
mulai dari laporan keuangan lengkap pertama yang diterbitkan sejak
penemuan kesalahan tersebut. Dalam kondisi ini, perusahaan dituntut
untuk menyajikan kembali jumlah komparatif sebelum dan setelah
koreksi untuk periode terjadinya kesalahan.
19
Penyajian kembali laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan
dapat berupa berita baik maupun berita buruk. Persepsi publik menganggap
bahwa penyajian kembali dapat dikategorikan sebagai kabar baik apabila
perusahaan mengalami peningkatan earnings, dan hal yang sama berlaku
sebaliknya. Apabila earnings perusahaan mengalami penurunan setelah
penyajian kembali, maka penyajian kembali dianggap sebagai sebuah hal yang
buruk. Jika penyajian kembali membawa berita baik, perusahaan akan
mengungkapkannya dengan harapan memperoleh peningkatan pada arus kas
masa mendatang, membantu pihak luar seperti investor untuk menilai prospek
perusahaan dan mengambil keputusan secara optimal, serta meningkatkan
kualitas informasi (Enache et al., 2018). Sedangkan, terdapat beberapa alasan
lain ketika perusahaan memutuskan untuk mengungkapkan penyajian kembali
yang dapat dikategorikan sebagai berita buruk. Salah satu pendorongnya adalah
sebagai strategi perusahaan untuk meredam persaingan dan mencegah para
pesaing baru untuk memasuki pasar perusahaan (Krieger, 2017). Selain itu,
perusahaan juga dapat menghindari adanya risiko litigasi (Rogers dan Van
Buskirk, 2009).
2.1.5 Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan probabilitas gabungan penilaian pasar bahwa
auditor akan menemukan penyimpangan pada sistem akuntansi klien dan
melaporkannya (DeAngelo, 1981). Definisi ini memecahkan kualitas audit ke
dalam dua komponen, yaitu:
20
a) kemungkinan auditor menemukan salah saji yang ada; dan
b) kemungkinan auditor bertindak dengan tepat pada saat penemuan salah
saji.
Komponen pertama seringkali dikaitkan dengan tingkat kompetensi serta
upaya yang dimiliki oleh auditor. Sedangkan, komponen kedua dikaitkan dengan
objektivitas, professional skepticism, dan independensi dari auditor. Kedua
komponen ini menunjukkan bahwa berbagai aspek dari audit itu sendiri dapat
mempengaruhi kualitas audit secara menyeluruh.
International Standard on Quality Control (ISQC) 1 mewajibkan kantor
akuntan publik untuk memiliki pengendalian terhadap kualitas audit yang
diberikan, dalam rangka memberikan keyakinan yang wajar mengenai ketaatan
auditor terhadap peraturan dan hukum yang berlaku. Kualitas audit akan dicapai
oleh tim audit yang mamaparkan nilai, etika, dan sikap yang tepat; menyandang
pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan waktu yang cukup dalam melaksanakan
pekerjaan audit; menerapkan prosedur pengendalian kualitas audit dan proses audit
yang sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku; memberikan laporan yang
bernilai dan tepat waktu; serta berinteraksi secara tepat dengan pemangku
kepentingan yang relevan (IAASB, 2014).
Adapun Standar Profesional Akuntan Publik (2018) menyatakan beberapa
indikator kualitas audit pada tingkat kantor akuntan publik, yaitu:
1) kompetensi auditor;
2) etika dan independensi auditor;
3) penggunaan waktu personil kunci perikatan;
21
4) pengendalian mutu perikatan;
5) hasil reviu mutu atau inspeksi pihak eksternal dan internal;
6) rentang kendali perikatan;
7) organisasi dan tata kelola KAP; dan
8) kebijakan imbalan jasa.
Berdasarkan literatur dan penelitian terdahulu, kualitas audit seringkali
dikaitkan dengan Kantor Akuntan Publik Besar atau yang biasa disebut dengan
KAP Big-Four. Kantor akuntan publik yang besar cenderung memiliki sumber daya
yang lebih banyak untuk melakukan pelatihan staf yang lebih ekstensif, serta
memiliki insentif yang lebih besar untuk menyelesaikan masalah secara baik dalam
rangka menghindari potensi biaya litigasi (Schmidt dan Wilkins, 2013). Dengan
demikian, KAP Big-Four akan memiliki staf profesional yang lebih banyak, serta
sumber daya yang lebih memadai dalam mendukung terciptanya kualitas audit yang
lebih tinggi daripada KAP nonBig-four.
Berdasarkan International Accounting Bulletin (2017), Kantor Akuntan
Publik yang berada di dalam kategori Big-Four Worlwide Accounting Firm
berdasarkan market share adalah sebagai berikut:
1) Deloitte, dengan market share sebesar 19,2%;
2) PricewaterhouseCoopers (PwC), dengan market share sebesar 18,7%;
3) Ernst & Young (EY), dengan market share sebesar 15,5%; dan
4) KPMG (Klynfeld Peat Marwick Goedelar), dengan market share
sebesar 13,3%.
22
Adapun Kantor Akuntan Publik afiliasi Kantor Akuntan Publik Big-Four di
Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Kantor Akuntan Publik Imelda dan Rekan (Afiliasi dari Deloitte);
2) Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (Afiliasi
dari PricewaterhouseCoopers);
3) KAP Purwanto, Sungkoro, dan Surja (Afiliasi dari Ernst & Young); dan
4) KAP Siddharta Widjaja & Rekan (Afiliasi dari KPMG).
2.1.6 Audit Report Lag
Salah satu faktor penentu tingkat kualitas sebuah informasi adalah
timeliness atau ketepatan waktu. Informasi harus tersedia saat dibutuhkan agar
memiliki nilai untuk tindakan masa depan. Hal ini juga berlaku pada laporan audit.
Banyak pihak yang menggantungkan keputusan yang akan diambil di masa depan
pada informasi yang terkandung dalam laporan audit, seperti investor, bank,
pemasok, pelanggan, maupun publik secara keseluruhan. Oleh karena itu, semakin
tepat waktu sebuah laporan audit diterbitkan, maka semakin tinggi pula kualitas
durasi audit. Dalam penelitian ini, peneliti menilai kualitas durasi audit
menggunakan audit report lag.
Audit report lag merupakan periode waktu antara tanggal akhir fiskal
perusahaan hingga tanggal diterbitkannya laporan audit independen. Jangka waktu
ini dapat mempengaruhi timeliness dari informasi yang disampaikan, sehingga
berdampak pada peningkatan tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan
pada informasi tersebut (Sakka dan Jarboui, 2016).
23
Dyer dan McHugh (1975) mengungkapkan tiga jenis keterlambatan
pelaporan keuangan, antara lain:
a) preliminary lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan hingga penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa;
b) auditor’s report lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan hingga tanggal laporan auditor independen;
c) total lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
hingga tanggal penerimaan laporan oleh bursa.
Menurut Knechel dan Payne (2001) audit report lag dapat dikategorikan
menjadi tiga jenis, antara lain:
a) sceduling lag, yaitu selisih waktu antara tahun akhir fiskal perusahaan
dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor;
b) fieldwork lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan
auditor dan waktu penyelesaian pekerjaan tersebut;
c) reporting lag, yaitu selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan
lapangan dengan tanggal laporan auditor yang ditandatangani.
2.1.7 Karakteristik Komite Audit
Komite audit merupakan bagian dari dewan komisaris yang bertanggung
jawab untuk mengawasi pelaksanaan audit dan hal-hal yang berkaitan dengan
pelaporan keuangan perusahaan. Komite audit dibentuk untuk menjadi mediator
antara auditor dan manajemen perusahaan, dan terdiri atas tiga hingga lima, atau
terkadang tujuh orang (Arens et al., 2017). Berdasarkan POJK Nomor
24
55/POJK.04/2015, komite audit memiliki serangkaian wewenang dalam
melaksanakan tugasnya, seperti:
1) memiliki akses atas data, dokumen, maupun informasi terkait
perusahaan;
2) membangun komunikasi dengan karyawan, direksi, departemen
akuntansi, dan pihak internal audit;
3) bekerja sama dengan pihak independen lainnya di luar anggota komite
audit untuk mendukung pelaksanaan tugasnya; dan
4) menjalankan kewenangan lain-lain yang telah ditentukan oleh Dewan
Komisaris.
Karakteristik komite audit dapat ditinjau beberapa aspek, seperti tingkat
independensi komite audit, ukuran komite audit, keahlian di bidang finansial
dan/atau akuntansi komite audit, jumlah rapat yang dilaksanakan, masa jabatan
komite audit dan sebagainya. Dalam penelitian ini, aspek yang menjadi fokus
peneliti adalah keahlian di bidang finansial dan/atau akuntansi yang dimiliki oleh
ketua komite audit.
Dikarenakan salah satu tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh komite
audit adalah mengawasi pelaksanaan audit dan hal-hal yang berkaitan dengan
pelaporan keuangan perusahaan, maka menurut peraturan yang telah ditetapkan
oleh Otoritas Jasa Keuangan, komite audit harus memiliki minimal satu orang
anggota yang memiliki keahlian serta pengalaman di bidang finansial atau
akuntansi. Dalam penelitian ini, tim peneliti mempersempit hal ini dengan
memfokuskan penelitian pada latar belakang keahlian di bidang finansial dan/atau
25
akuntansi yang dimiliki oleh ketua komite audit. Hal ini dikarenakan ketua komite
audit dianggap sebagai mediator dalam hubungan antara komite audit dengan
dewan direksi, CFO, auditor internal, serta auditor eksternal. Ketua komite audit
menjadi anggota yang esensial di dalam komite audit dalam menentukan efektivitas
dari pekerjaan komite audit itu sendiri.
Penelitian Dickins et al. (2009) menunjukkan bahwa pengguna dari laporan
keuangan cenderung memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap laporan keuangan
ketika komite audit suatu perusahaan memiliki latar belakang pendidikan di bidang
finansial dan/atau akuntansi. Penelitian lain juga dilakukan oleh Schmidt dan
Wilkins (2013) terkait ketua komite audit yang memiliki keahlian di bidang
finansial dan/atau akuntansi, yang mana hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika
ketua komite audit memiliki keahlian di bidang finansial dan/atau akuntansi, maka
periode penyajian kembali akan lebih singkat. Dengan memiliki keahlian dan
pengalaman di bidang finansial dan/atau akuntansi, komite audit dianggap sudah
memiliki pemahaman yang cukup kuat atas konsep-konsep yang terdapat dalam
bidang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan proses pengawasan atas pelaporan
keuangan, termasuk mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan masalah yang
terjadi serta dapat memberikan penjelasan yang lebih tepat kepada auditor eksternal
(Abernathy, et al., 2014).
2.2 Telaah Literatur
Ringkasan tentang beberapa hasil penelitian sebelumnya yang terkait
dengan penelitian ini disajikan sebagai berikut.
26
Tabe
l 2.1
Tel
aah
Lite
ratu
r
Has
il Pe
nelit
ian
Inve
stig
asi k
ecur
anga
n (fr
aud)
ber
peng
aruh
pos
itif
pada
jang
ka w
aktu
pe
ngun
gkap
an p
enya
jian
kem
bali
lapo
ran
keua
ngan
.
Inde
pend
ensi
kom
ite a
udit
berp
enga
ruh
nega
tif te
rhad
ap
rest
atem
ent.
Jum
lah
angg
ota
kom
ite a
udit
yang
terd
iri d
ari
min
imal
tiga
ora
ng ti
dak
berp
enga
ruh
terh
adap
re
stat
emen
t. Au
dit c
omm
ittee
fin
anci
al e
xper
tise
berp
enga
ruh
nega
tif te
rhad
ap re
stat
emen
t. Fr
ekue
nsi p
erte
mua
n ko
mite
au
dit b
erpe
ngar
uh n
egat
if te
rhad
ap re
stat
emen
t.
Met
ode
Ana
lisis
Pe
nelit
ian
Ana
lisis
R
egre
si
Ber
gand
a
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Sam
pel
Pene
litia
n
1,31
5 pe
rusa
ha-
an d
i A
mer
ika
Serik
at
(tahu
n 19
97-
2005
)
88
peru
saha
-an
yan
g te
rdap
at d
i A
mer
ika
Var
iabe
l Pen
eliti
an
Var
iabe
l dep
ende
n:
Dis
clos
ure
lag
of
rest
atem
ent
Var
iabe
l ind
epen
den:
Re
stat
emen
t at
trib
utes
(fra
ud,
frau
d in
subs
idia
ry)
Var
iabe
l dep
ende
n:
Rest
atem
ent
Var
iabe
l ind
epen
den:
Au
dit c
omm
ittee
in
depe
nden
cy, A
udit
com
mitt
ee si
ze,
Audi
t com
mitt
ee
finan
cial
exp
ertis
e,
mee
ting
freq
uenc
y
Judu
l Pen
eliti
an
Acco
untin
g Re
stat
emen
ts
and
the
Tim
elin
ess o
f D
iscl
osur
es
Audi
t C
omm
ittee
C
hara
cter
istic
s an
d Re
stat
emen
t
Nam
a Pe
nelit
ian
(Tah
un)
Bad
erts
cher
, B
urks
(201
1)
Abb
ott,
Park
er,
et a
l. (2
004)
No.
1.
2.
27
Has
il Pe
nelit
ian
Inde
pend
ensi
kom
ite a
udit,
ju
mla
h ra
pat k
omite
aud
it,
ukur
an k
omite
aud
it, d
an
keah
lian
dari
kom
ite
audi
t ber
peng
aruh
seca
ra
sign
ifika
n te
rhad
ap
kem
ungk
inan
terja
diny
a pe
nyaj
ian
kem
bali.
Kua
litas
aud
itor,
keah
lian
akun
tans
i kom
ite a
udit,
dan
ke
ahlia
n ak
unta
nsi k
etua
ko
mite
aud
it be
rpen
garu
h ne
gatif
pad
a re
stat
emen
t dar
k pe
riod
.
Met
ode
Ana
lisis
Pe
nelit
ian
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Ana
lisis
R
egre
si
Ber
gand
a
Sam
pel
Pene
litia
n
700
peru
saha
an
di M
alay
sia
(tahu
n 20
08
hing
ga
2009
)
154
peru
saha
-an
di
Am
erik
a Se
rikat
(ta
hun
2004
-20
09)
Var
iabe
l Pen
eliti
an
Var
iabe
l dep
ende
n:
Like
lihoo
d of
re
stat
emen
t V
aria
bel
inde
pend
en: A
udit
com
mitt
ee
inde
pend
ence
, Aud
it co
mm
ittee
mee
tings
, Au
dit c
omm
ittee
si
ze, A
udit
com
mitt
ee
expe
rtis
e
Var
iabe
l dep
ende
n:
Rest
atem
ent d
ark
peri
od
Var
iabe
l in
depe
nden
: Au
dito
r qua
lity,
Au
dit c
omm
ittee
ex
pert
ise
Judu
l Pen
eliti
an
The
Effe
ct o
f C
omm
ittee
C
hara
cter
istic
son
Fina
ncia
l Re
stat
emen
t in
Mal
aysi
a
Brin
ging
Dar
knes
s to
Ligh
t: Th
e In
fluen
ce
of A
udito
r Qua
lity
and
Audi
t Com
mitt
ee
Expe
rtis
e on
the
Tim
elin
ess o
f Fi
nanc
ial S
tate
men
t Re
stat
emen
t D
iscl
osur
es
Nam
a Pe
nelit
ian
(Tah
un)
Moh
amm
ad, e
t al
. (20
18)
Schm
idt,
Wilk
ins (
2013
)
No.
3.
4.
28
Has
il Pe
nelit
ian
Kea
hlia
n ak
unta
nsi k
omite
au
dit,
keah
lian
non-
akun
tans
i ko
mite
aud
it, k
eahl
ian
peng
awas
an k
omite
aud
it,
dan
keah
lian
indu
stri
kom
ite
audi
t ber
peng
aruh
neg
atif
terh
adap
per
iode
pen
yajia
n ke
mba
li.
Met
ode
Ana
lisis
Pe
nelit
ian
Ana
lisis
R
egre
si
Ber
gand
a
Sam
pel
Pene
litia
n
631
sam
pel
obse
rvas
i di
A
mer
ika
Serik
at
(tahu
n 20
00-
2005
)
Var
iabe
l Pen
eliti
an
Var
iabe
l dep
ende
n:
Rest
atem
ent p
erio
d V
aria
bel i
ndep
ende
n:
Audi
t com
mitt
ee
acco
untin
g ex
pert
ise,
Au
dit c
omm
ittee
non
-ac
coun
ting
finan
cial
ex
pert
ise,
Aud
it C
omm
ittee
su
perv
isor
y ex
pert
ise,
Au
dit C
omm
ittee
in
dust
ry e
xper
tise
Judu
l Pen
eliti
an
Audi
t Com
mite
e Ex
pert
ise
and
Earl
y Ac
coun
ting
Erro
r D
etec
tion:
Ev
iden
ce fr
om
Fina
ncia
l Re
stat
emen
ts
Nam
a Pe
nelit
ian
(Tah
un)
Shin
, et a
l. (2
014)
No.
5.
29
Has
il Pe
nelit
ian
KA
P B
ig 4
ber
peng
aruh
ne
gatif
terh
adap
clie
nt
rest
atem
ent.
Kea
hlia
n ak
unta
nsi k
omite
au
dit d
an k
eahl
ian
indu
stri
kom
ite a
udit
berp
enga
ruh
nega
tif p
ada
kem
ungk
inan
ad
anya
pen
yajia
n ke
mba
li la
pora
n ke
uang
an,
disc
retio
nary
acc
rual
s, da
n bi
aya
non-
audi
t. Se
dang
kan,
kea
hlia
n ak
unta
nsi k
omite
aud
it da
n ke
ahlia
n in
dust
ri ko
mite
au
dit b
erpe
ngar
uh p
ositi
f pa
da b
iaya
aud
it.
Met
ode
Ana
lisis
Pe
nelit
ian
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Sam
pel P
enel
itian
1098
per
usah
aan
di
Am
erik
a pa
da
tahu
n 20
03-2
008
Sam
pel r
esta
tem
ent:
18,5
64 d
ata
obse
rvas
i da
ri Bo
ardE
x
Sam
pel d
iscr
etio
nary
ac
crua
ls: 1
6,69
3 da
ta
obse
rvas
i dar
i Bo
ardE
x
Sam
pel a
udit
&no
n-au
dit f
ees:
18,
567
data
obs
erva
si d
ari
Boar
dEx
Var
iabe
l Pen
eliti
an
Var
iabe
l de
pend
en:
Clie
nt R
esta
tem
ents
V
aria
bel
inde
pend
en:
Offi
ce
Size
Big
4
Var
iabe
l dep
ende
n:
Rest
atem
ent,
Dis
cret
iona
ry
accr
uals
, Aud
it fe
es,
Non
-aud
it fe
es
Var
iabe
l ind
epen
den:
Au
dit c
omm
ittee
ef
fect
iven
ess
Judu
l Pe
nelit
ian
Offi
ce S
ize
Big
4 Au
dito
rs a
nd
Clie
nt
Rest
atem
ents
The
Effe
ct o
f Au
dit
Com
mitt
ee
Indu
stry
Ex
pert
ise
on
Mon
itori
ng th
e Fi
nanc
ial
Repo
rtin
g Pr
oces
s
Nam
a Pe
nelit
ian
(Tah
un)
Fran
cis,
et a
l. (2
013)
Coh
en e
t al.
(201
3)
No.
6.
7.
30
Has
il Pe
nelit
ian
Frek
uens
i rap
at k
omite
aud
it
dan
ukur
an k
omite
aud
it be
rpen
garu
h se
cara
neg
atif
terh
adap
kej
adia
n pe
nyaj
ian
ulan
g. P
enge
tahu
an
akun
tans
i kom
ite a
udit
berp
enga
ruh
seca
ra p
ositi
f te
rhad
ap k
ejad
ian
peny
ajia
n ul
ang.
Inde
pend
ensi
kom
ite
audi
t tid
ak b
erpe
ngar
uh
terh
adap
kej
adia
n pe
nyaj
ian
ulan
g.
K
eber
adaa
n de
wan
pe
ngel
ola
risik
o be
rpen
garu
h po
sitif
te
rhad
ap k
ejad
ian
peny
ajia
n ul
ang.
Met
ode
Ana
lisis
Pe
nelit
ian
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Sam
pel
Pene
litia
n
250
peru
saha
-an
di
Mal
aysi
a (ta
hun
2005
-20
15)
Var
iabe
l Pen
eliti
an
Var
iabe
l dep
ende
n:
Fina
ncia
l res
tate
men
t V
aria
bel i
ndep
ende
n:
Audi
t com
mitt
ee
mee
tings
, Aud
it co
mm
ittee
size
, Aud
it co
mm
ittee
acc
ount
ing
know
ledg
e, A
udit
com
mitt
ee
inde
pend
ence
, Ris
k m
anag
emen
t com
mitt
ee
Judu
l Pen
eliti
an
Audi
t C
omm
ittee
C
hara
cter
istic
s, Ri
sk
Man
agem
ent
Cha
ract
eris
tics,
and
Fina
ncia
l Re
stat
emen
t
Nam
a Pe
nelit
ian
(Tah
un)
Ali,
et a
l.
(201
7)
No.
8.
31
Has
il Pe
nelit
ian
Kua
litas
aud
itor
berp
enga
ruh
posi
tif
pada
kem
ungk
inan
pe
nyaj
ian
kem
bali
lapo
ran
keua
ngan
.
Kon
sent
rasi
ke
pem
ilika
n, k
ompo
sisi
de
wan
, dan
in
depe
nden
si a
udit
(Big
4) b
erpe
ngar
uh
nega
tif te
rhad
ap
keja
dian
pen
yajia
n ul
ang.
Met
ode
Ana
lisis
Pe
nelit
ian
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Sam
pel
Pene
litia
n
31,5
19 d
ata
obse
rvas
i da
ri C
ompu
stat
(ta
hun
2005
-201
4)
465
peru
saha
an
non-
finan
sial
ya
ng
terd
afta
r di
Shen
zhen
an
d Sh
angh
ai
Secu
ritie
s M
arke
ts
(tahu
n 20
02-2
006)
Var
iabe
l Pen
eliti
an
Var
iabe
l dep
ende
n:
Rest
atem
ent R
ates
V
aria
bel
inde
pend
en:
Audi
t Qua
lity
Var
iabe
l de
pend
en:
Rest
atem
ent
Var
iabe
l In
depe
nden
: O
wer
nshi
p co
ncen
trat
ion,
Bo
ard
Com
posi
tion,
In
depe
nden
t Aud
it (B
ig4)
Judu
l Pen
eliti
an
Hig
her A
udit
Qua
lity
and
Hig
her
Rest
atem
ent R
ates
: An
Exa
min
atio
n of
Bi
g Fo
ur A
udite
e Re
stat
emen
ts
Doe
s Cor
pora
te
Gov
erna
nce
Affe
ct
Rest
atem
ent o
f Fi
nanc
ial R
epor
ting?
Ev
iden
ce fr
om C
hina
Nam
a Pe
nelit
ian
(Tah
un)
Row
e,
Siva
dasa
n (2
018)
Zhiz
hong
, et a
l. (2
011)
No.
9.
10.
32
Has
il Pe
nelit
ian
Inde
pend
ensi
kom
ite a
udit
dan
keah
lian
akun
tans
i ko
mite
aud
it be
rpen
garu
h ne
gatif
pad
a pe
nyaj
ian
kem
bali
lapo
ran
keua
ngan
. Se
lain
itu,
ket
erlib
atan
C
EO d
alam
pem
iliha
n de
wan
mem
perk
uat
hubu
ngan
neg
atif
anta
ra
inde
pend
ensi
kom
ite a
udit
dan
keah
lian
akun
tans
i ko
mite
aud
it de
ngan
ke
mun
gkin
an p
enya
jian
kem
bali
lapo
ran
keua
ngan
.
Kua
litas
aud
it be
rpen
garu
h ne
gatif
terh
adap
ke
mun
gkin
an te
rjadi
nya
peny
ajia
n ke
mba
li la
pora
n ke
uang
an.
Met
ode
Ana
lisis
Pe
nelit
ian
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Sam
pel
Pene
litia
n
157
peru
saha
an
di A
mer
ika
Serik
at (t
ahun
20
00-2
001)
557
peru
saha
an
yang
terd
afta
r di
Sha
ngha
i dan
Sh
enzh
en S
tock
Ex
chan
ge
(tahu
n 20
01-
2011
)
Var
iabe
l Pen
eliti
an
Var
iabe
l dep
ende
n:
Rest
atem
ents
V
aria
bel i
ndep
ende
n:
Audi
t Com
mitt
ee
Inde
pend
ence
, Aud
it C
omm
ittee
Fin
anci
al
Expe
rtis
e V
aria
bel m
oder
asi:
CEO
Invo
lvem
ent
Var
iabe
l dep
ende
n:
Acco
untin
g re
stat
emen
ts
Var
iabe
l ind
epen
den:
Au
dit Q
ualit
y
Judu
l Pen
eliti
an
CEO
In
volv
emen
t in
Sele
ctin
g Bo
ard
Mem
bers
, Aud
it C
omm
ittee
Ef
fect
tiven
ess,
and
Rest
atem
ents
Acco
untin
g Re
stat
emen
ts
and
Audi
t Q
ualit
y in
C
hina
Nam
a Pe
nelit
ian
(Tah
un)
Car
cello
, et a
l. (2
011)
Jian
g, e
t al.
(201
5)
No.
11.
12.
33
Has
il Pe
nelit
ian
Kua
litas
aud
it da
n fo
unde
rs
on b
oard
ber
peng
aruh
ne
gatif
terh
adap
pen
yajia
n ke
mba
li, se
dang
kan
raio
nalis
asi b
erpe
garu
h po
sitif
terh
adap
pen
yajia
n ke
mba
li.
Bo
ard
Inde
pend
ence
, M
ultip
le d
irec
tors
hip
dan
Audi
t Com
mitt
ee
inde
pend
ence
tida
k be
rpen
garu
h te
rhad
ap
Rest
atem
ent
Po
or fi
nanc
ial
perf
orm
ance
, fam
ily
owne
rshi
p da
n fo
reig
n ow
ners
hip
tidak
be
rpen
garu
h te
rhad
ap
rest
atem
ent.
Met
ode
Ana
lisis
Pe
nelit
ian
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Sam
pel
Pene
litia
n 17
0 pe
rusa
ha-
an y
ang
terd
afta
r di
Bur
sa
Efek
M
alay
sia
(tahu
n 20
05-
2011
)
Var
iabe
l Pen
eliti
an
Var
iabe
l dep
ende
n:
Acco
untin
g Re
stat
emen
t V
aria
bel i
ndep
ende
n:
Poor
Fin
anci
al
Perf
orm
ance
, Fam
ily
Ow
ners
hip,
For
eign
O
wne
rshi
p, B
oard
In
depe
nden
ce,
Opp
ortu
nity
of
Rest
atem
ent,M
ultip
le
Dir
ecto
rshi
p, A
udit
Com
mitt
ee
Inde
pend
ence
, Aud
it Q
ualit
y, R
atio
naliz
atio
n fo
r fin
anci
al
rest
atem
ent,
Rela
ted
Part
y Tr
ansa
ctio
n,
Foun
ders
on
Boar
d
Judu
l Pen
eliti
an
Fact
ors A
ssoc
iate
d w
ith F
inan
cial
Re
stat
emen
ts:
Evid
ence
from
M
alay
sia
Nam
a Pe
nelit
ian
(Tah
un)
Has
nan,
H
ussa
in (2
015)
No.
13.
34
Has
il Pe
nelit
ian
Bia
ya ja
sa a
udit,
K
AP
Big
4, d
an
spes
ialis
asi a
udito
r be
rpen
garu
h ne
gatif
terh
adap
pe
nyaj
ian
kem
bali
lapo
ran
keua
ngan
ku
arta
l mau
pun
tahu
nan.
Audi
t rep
ort l
ag
berp
enga
ruh
posi
tif
terh
adap
terja
diny
a pe
nyaj
ian
kem
bali
di
tahu
n m
enda
tang
.
Met
ode
Ana
lisis
Pe
nelit
ian
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Sam
pel
Pene
litia
n 4,
639
obse
rvas
i di
pe
rusa
ha-
an A
mer
ika
Serik
at
(tahu
n 20
00-2
009)
Peru
saha
-an
di
Am
erik
a Se
rikat
Var
iabe
l Pen
eliti
an
Mod
el 1
V
aria
bel d
epen
den:
Re
stat
emen
t (Q
uart
er)
Var
iabe
l ind
epen
den:
Au
dit E
ffort
(Aud
it fe
e,
Big4
firm
, Aud
itor
Spec
ialis
t) M
odel
2
Var
iabe
l dep
ende
n:
Rest
atem
ent
(Ann
ual)
Var
iabe
l ind
epen
den:
Au
dit
Effo
rt
(Aud
it fe
e,
Big4
, Aud
itor S
peci
alis
t) V
aria
bel d
epen
den:
Fu
ture
rest
atem
ents
V
aria
bel i
ndep
ende
n:
Audi
t rep
ort l
ag
Judu
l Pen
eliti
an
Rela
tion
betw
een
Audi
t Ef
fort
and
Fin
anci
al
Repo
rt M
isst
atem
ents
: Ev
iden
ce fr
om Q
uart
erly
an
d An
nual
Res
tate
men
ts
Are
Leng
thy
Audi
t Rep
ort
Lags
a W
arni
ng S
igna
l?
Nam
a Pe
nelit
ian
(Tah
un)
Lobo
, Zha
o (2
013)
Bla
nkle
y et
al.
(201
5)
No.
14.
15.
35
Has
il Pe
nelit
ian
Kea
hlia
n fin
ansi
al k
omite
au
dit b
erpe
ngar
uh se
cara
ne
gatif
terh
adap
pen
yajia
n ul
ang.
Inde
pend
ensi
dew
an
kom
isar
is d
an k
epem
ilika
n in
stitu
sion
al ti
dak
be
rpen
garu
h te
rhad
ap
peny
ajia
n ul
ang.
Peny
ajia
n ul
ang
berp
enga
ruh
posi
tif te
rhad
ap
perg
antia
n m
anaj
emen
.
Met
ode
Ana
lisis
Pe
nelit
ian
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Sam
pel
Pene
litia
n
70
peru
saha
-an
di
Indo
nesi
a (ta
hun
2010
-20
14)
Var
iabe
l Pen
eliti
an
Mod
el 1
V
aria
bel d
epen
den:
Pe
nyaj
ian
ulan
g V
aria
bel
inde
pend
en:
Inde
pend
ensi
dew
an
kom
isar
is,
Kep
emili
kan
inst
itusi
onal
, K
eahl
ian
finan
sial
ko
mite
aud
it M
odel
2
Var
iabe
l dep
ende
n:
Perg
antia
n M
anaj
emen
V
aria
bel
inde
pend
en:
Peny
ajia
n ul
ang
Judu
l Pen
eliti
an
The
Cau
ses a
nd
Con
sequ
ence
of
Rest
atem
ents
in
Indo
nesi
a
Nam
a Pe
nelit
ian
(Tah
un)
But
ar, S
ansa
loni
(2
018)
No.
16.
36
Sum
ber:
Has
il Pe
ngol
ahan
Dat
a ol
eh T
im P
enel
iti (2
019)
Has
il Pe
nelit
ian
Prop
orsi
kom
isar
is in
depe
nden
da
n tin
gkat
kep
emili
kan
bloc
khol
der b
erpe
ngar
uh se
cara
ne
gatif
dan
sigi
nifik
an te
rhad
ap
prob
abili
tas t
erja
diny
a ea
rnin
g re
stat
emen
t. Se
dang
kan
inde
pend
ensi
kom
ite a
udit
dan
peru
saha
an B
UM
N b
erpe
ngar
uh
posi
tif ti
dak
sign
ifika
n te
rhad
ap
earn
ing
rest
atem
ent.
Sela
in it
u, K
AP
Big
4
berp
enga
ruh
nega
tif d
an ti
dak
sign
ifika
n te
rhad
ap p
roba
bilit
as
terja
diny
a ea
rnin
g re
stat
emen
t.
Audi
t rep
ort l
ag b
erpe
ngar
uh
posi
tif d
an si
gnifi
kan
terh
adap
fin
anci
al re
stat
emen
t.
Met
ode
Ana
lisis
Pe
nelit
ian
A
nalis
is
Reg
resi
Lo
gist
ik
Ana
lisis
R
egre
si
Logi
stik
Sam
pel
Pene
litia
n
68 p
erus
ahaa
n no
n ke
uang
an d
i In
done
sia
(tahu
n 20
04-
2010
)
4,74
4 ob
serv
asi
pada
per
usah
aan
yang
terd
afta
r di
Chi
na S
tock
M
arke
t per
iode
20
09-2
012
Var
iabe
l Pe
nelit
ian
Var
iabe
l dep
ende
n:
Earn
ings
Re
stat
emen
ts
Var
iabe
l in
depe
nden
: Pr
opor
si
kom
isar
is
inde
pend
en,
Inde
pend
ensi
ko
mite
aud
it
Var
iabe
l dep
ende
n:
Fina
ncia
l re
stat
emen
t V
aria
bel
inde
pend
en: A
udit
Repo
rt L
ag
Judu
l Pen
eliti
an
Ana
lisis
M
ekan
ism
e C
orpo
rate
G
over
nanc
e te
rhad
ap
Prob
abili
tas
terja
diny
a Ea
rnin
gs
Rest
atem
ent
Empi
rica
l Stu
dy o
n Ph
enom
enon
of
Audi
t Rep
ort L
ag
and
Fina
ncia
l Re
stat
emen
t in
Chi
nese
Lis
ting
Cor
pora
tion
Nam
a Pe
nelit
ian
(Tah
un)
Kus
uma,
Indr
a B
ayu
dan
Abd
ul
Roh
man
(201
4)
Wei
et a
l. (2
017)
No.
17.
18.
37
Berikut ini merupakan kesimpulan atas interpretasi yang dilakukan oleh tim
peneliti berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang tertera pada tabel di
atas, khususnya untuk variabel-variabel yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan.
1) Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap penyajian kembali laporan
keuangan
Berdasarkan penelitian terdahulu, kualitas audit kerap dikaitkan dengan
kantor akuntan publik besar atau yang biasa disebut dengan KAP Big-Four.
KAP Big-Four dipercaya memiliki sumber daya yang lebih banyak dalam
berbakti pada pelatihan staf, serta insentif yang lebih besar untuk
menyelesaikan masalah dengan baik dalam rangka menghindari adanya
potensi biaya litigasi. Keahlian akuntansi yang dimiliki oleh auditor pun
akan mendukung auditor dalam menghadapi masalah klien yang
berhubungan dengan penyajian kembali beberapa saldo atau pos-pos dalam
laporan keuangan. Dengan demikian, kualitas audit yang tinggi akan
mengurangi periode penyajian kembali laporan keuangan oleh klien.
2) Audit report lag berpengaruh negatif terhadap terjadinya penyajian
kembali tahun berikutnya
Lamanya jangka waktu yang diperlukan untuk melaksanakan audit
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti adanya hubungan yang dekat
antara klien dan auditor, spesialisasi auditor pada sektor industri tertentu,
maupun tekanan waktu. Penelitian terdahulu menjabarkan bahwa dengan
38
jangka waktu audit yang panjang, maka akan memberi tekanan pada auditor
untuk segera menyelesaikan proses secepatnya, yang kemudian
menyebabkan penyajian kembali pada tahun berikutnya.
3) Keahlian di bidang finansial dan/atau akuntansi yang dimiliki oleh
komite audit berpengaruh positif terhadap penyajian kembali laporan
keuangan
Setiap negara memiliki peraturan mengenai pembentukan komite audit
yang mewajibkan perusahaan untuk menunjuk minimal satu orang anggota
yang memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian di bidang finansial
atau akuntansi. Arahan ini dimaksudkan agar komite audit perusahaan dapat
secara efektif berkontribusi pada proses pelaporan keuangan. Dengan
demikian, perusahaan dengan komite audit yang beranggotakan ahli di
bidang finansial dan/atau akuntansi, khususnya pada ketua komite audit,
dianggap memiliki pemahaman yang memadai mengenai proses akuntansi
dan pelaporan keuangan, sehingga meningkatkan kemungkinan
terdeteksinya salah saji material, yang kemudian akan berlanjut pada proses
diskusi dan pemecahan masalah yang ada. Dengan demikian, keahlian
finansial dan/atau akuntansi yang dimiliki oleh ketua komite audit dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya penyajian kembali laporan
keuangan.
39
4) Keahlian di bidang finansial dan/atau akuntansi yang dimiliki oleh
komite audit berpengaruh negatif terhadap penyajian kembali laporan
keuangan
Penelitian terdahulu terkait keahlian finansial dan/atau akuntansi yang
dimiliki oleh komite audit terhadap penyajian kembali laporan keuangan
menunjukkan bahwa dengan adanya komite audit yang memiliki keahlian
di bidang finansial dan/atau akuntansi, maka kemungkinan adanya
penyajian kembali lebih kecil. Teori juga mengemukakan bahwa keahlian
yang dimiliki akan sangat membantu dalam menilai penerapan yang benar
atas metode akuntansi yang digunakan, serta keakuratan estimasi yang
secara langsung berhubungan dengan proses pelaporan keuangan.
Penelitian sebelumnya juga membuktikan bahwa keahlian di bidang
finansial dan/atau akuntansi yang dimiliki oleh komite audit lebih mampu
menemukan kejanggalan akuntansi serta mengurangi earnings
restatements.
2.3 Kerangka Pemikiran
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh kualitas audit,
audit report lag, dan karakteristik komite audit terhadap periode penyajian
kembali. Oleh karena itu, penulis menyusun kerangka pemikiran sebagai berikut.
40
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Dirancang oleh tim penulis untuk penelitian ini (2019)
Model penelitian pada Gambar 2.1 menjelaskan bahwa penelitian ini
menggunakan tiga variabel independen yaitu kualitas audit, audit report lag, dan
karakteristik komite audit, serta satu variabel dependen yaitu periode penyajian
kembali laporan keuangan.
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Periode Penyajian Kembali Laporan
Keuangan
Definisi kualitas audit dapat dipecahkan ke dalam dua komponen, yaitu
kemungkinan auditor dalam menemukan salah saji yang ada dan kemungkinan
auditor bertindak dengan tepat pada saat menemukan salah saji tersebut. Komponen
pertama seringkali dikaitkan dengan tingkat kompetensi serta upaya yang dimiliki
Kualitas Audit (X1)
Audit Report Lag (X2)
Periode Penyajian Kembali Laporan Keuangan
(Y)
Karakteristik Komite Audit (X3)
H1 (-)
H2 (-)
H3 (-)
41
oleh auditor. Sedangkan, komponen kedua dikaitkan dengan objektivitas,
professional skepticism, dan independensi dari auditor (DeAngelo, 1981).
Adapun teori agency menekankan mekanisme pengawasan untuk
menyejajarkan kepentingan manajer (agen) dan pemegang saham (prinsipal), serta
dalam mengeliminasi konflik kepentingan yang melekat pada perusahaan dan sikap
manajer (Alzoubi, 2016). Fungsi audit menjadi salah satu daripada mekanisme
pengawasan tersebut untuk mengurangi informasi asimetris yang ada antara
manajer dan pemegang saham (Arens et al., 2017). Hal ini juga berkaitan dengan
teori kepatuhan, di mana salah satu cara untuk memastikan bahwa perusahaan
menaati peraturan yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang adalah dengan
merujuk pada kualitas audit yang akan meverifikasi bahwa peraturan telah
sepenuhnya dilaksanakan oleh perusahaan. Tingkat kepatuhan tersebut dapat dinilai
melalui laporan keuangan yang akan dipublikasi. Kualitas audit akan dicapai oleh
tim audit yang mamaparkan nilai, etika, dan sikap yang tepat; menyandang
pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan waktu yang cukup dalam melaksanakan
pekerjaan audit; menerapkan prosedur pengendalian kualitas audit dan proses audit
yang sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku; memberikan laporan yang
bernilai dan tepat waktu; serta berinteraksi secara tepat dengan pemangku
kepentingan yang relevan (IAASB, 2014). Melalui kualitas audit yang tinggi, maka
auditor dipercaya mampu lebih jeli dalam melakukan prosedur audit, serta
melaporkan salah saji yang ditemukan dalam rangka mengurangi kesenjangan
informasi yang ada dan meningkatkan reliabilitas informasi keuangan.
42
Dalam berbagai literatur dan penelitian akuntansi yang telah dilakukan,
kualitas audit pun sering dikaitkan dengan kantor akuntan publik besar atau yang
biasa disebut KAP Big-Four (Becker et al., 1998; DeAngelo, 1981; Francis and
Krishnan, 1999; Francis et al., 1999). Kantor Akuntan Publik Big-Four dipercaya
memiliki sumber daya yang lebih banyak untuk memberikan pelatihan staf, serta
insentif yang lebih besar untuk menyelesaikan masalah dengan baik dalam rangka
menghindari adanya potensi biaya litigasi (Schmidt dan Wilkins, 2013).
Periode penyajian kembali laporan keuangan berkaitan dengan kapabilitas
dan familiaritas akuntan internal dan auditor terhadap sistem akuntansi dan proses
bisnis klien. Penyajian kembali laporan keuangan terjadi ketika memenuhi dua
kondisi. Pertama, laporan keuangan yang telah diterbitkan sebelumnya perlu
mengandung eror atau iregularitas (sebagai contoh, salah saji). Kedua, manajer
maupun auditor perlu mendeteksi dan memperbaiki salah saji tersebut dengan cara
menyajikan kembali laporan keuangan tersebut (Rowe, 2018). Dengan demikian,
keahlian akuntansi yang dimiliki oleh seorang auditor eksternal akan membantu
auditor dalam mendeteksi dan merespons salah saji yang ada di dalam laporan
keuangan dengan lebih cepat. Demikian pula apabila Kantor Akuntan Publik Big-
Four menyandang keahlian dan objektivitas yang lebih tinggi, maka KAP Big-Four
berkemungkinan besar akan melakukan penegakan implementasi peraturan standar
akuntansi yang benar, sehingga berdampak pada penyajian kembali laporan
keuangan yang lebih sedikit di kemudian hari (Francis et al., 2013).
43
Penelitian oleh Francis et al. (2013), Zhizhong et al. (2011), Jiang et al.
(2015), Lobo (2013), serta Kusuma dan Rohman (2014) menunjukkan hasil bahwa
tingginya kualitas audit akan menurunkan frekuensi penyajian kembali.
Selanjutnya, Schmidt dan Wilkins (2013) melakukan penelitian lanjutan yang
membuktikan bahwa kualitas audit mempersingkat periode penyajian kembali.
Tetapi, penelitian oleh Rowe (2018) menunjukkan hasil yang bertentangan.
Dengan demikian, hipotesis yang digunakan adalah kualitas audit
mempersingkat periode penyajian kembali laporan keuangan. Hal ini disebabkan
auditor pada KAP Big-Four memiliki kualifikasi dan kemampuan, serta
pengetahuan yang lebih memadai, sehingga memungkinkan auditor untuk
mengidentifikasi salah saji secara ekstensif, yang kemudian akan menghasilkan
respons yang lebih cepat dalam penyajian kembali laporan keuangan. Alhasil, klien
yang diaudit KAP Big-Four membutuhkan jangka waktu yang lebih singkat dalam
hal penyajian kembali laporan keuangan.
H1: Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap periode penyajian kembali
laporan keuangan.
2.4.2 Pengaruh Audit Report Lag terhadap Periode Penyajian Kembali
Laporan Keuangan
Salah satu faktor penentu tingkat kualitas sebuah informasi adalah
timeliness atau ketepatan waktu. Informasi harus tersedia saat dibutuhkan agar
memiliki nilai untuk tindakan masa depan. Oleh karena itu, semakin tepat waktu
sebuah laporan audit diterbitkan, maka semakin tinggi pula kualitas durasi audit.
44
Jangka waktu ini dapat mempengaruhi timeliness dari informasi yang disampaikan
sehingga berdampak pada peningkatan tingkat ketidakpastian keputusan yang
didasarkan pada informasi tersebut (Sakka dan Jarboui, 2016). Berhubungan
dengan agency theory, maka peran daripada auditor sebagai mediator yang
berfungsi dalam menjamin keselarasan informasi antara agen dan prinsipal sangat
penting.
Audit report lag juga kerap dikaitkan dengan risiko audit yang dimiliki oleh
auditor. Apabila audit report lag merefleksikan upaya audit (Knechel dan Payne,
2001; Knechel et al., 2009; Tanyi et al., 2010), maka audit report lag yang lebih
pendek akan merefleksikan pelaksanaan proses audit yang lebih tidak menyeluruh,
sehingga mengurangi kemungkinan untuk menemukan salah saji yang material,
alhasil menunjukkan hubungan yang negatif antara audit report lag dan
kemungkinan salah saji di masa mendatang. Penelitian yang dilakukan oleh Bedard
dan Johnstone (2004) menunjukkan bahwa risiko audit berkaitan dengan jam audit
secara empiris, dan merupakan faktor yang dianggap penting oleh auditor. Mereka
telah melakukan survei kepada auditor dan menemukan bahwa auditor khususnya
menekankan pertimbangan atas dua hal, yang pertama berupa risiko potensial
adanya manipulasi keuangan, dan yang kedua berupa independensi dari dewan
direksi dengan para manajer. Kondisi ini akan memicu masalah agensi. Dengan
demikian, upaya audit akan semakin tinggi dengan biaya audit yang semakin tinggi
pula.
Berhubungan pula dengan teori kepatuhan, dimana ketika pihak auditor
menunjukkan audit report lag yang panjang, maka dapat diketahui bahwa auditor
45
melaksanakan proses audit dengan lengkap yang memberi indikasi bahwa auditor
mematuhi peraturan serta standar akuntansi yang berlaku dalam menjalankan
proses audit yang kemudian akan berpengaruh terhadap laporan keuangan
perusahaan.
Apabila panjangnya proses audit dikaitkan dengan tingginya kualitas audit,
maka akan terdapat hubungan yang negatif antara audit report lag dengan
kemungkinan penyajian kembali laporan keuangan di masa mendatang (Brankley,
et al., 2015). Hal ini sesuai dengan penelitian Blankley, et al. (2015) dan Wei, et al.
(2017).
Penelitian ini menggunakan tenggang waktu audit report lag yang terjadi pada
tahun sebelumnya untuk melihat hubungannya dengan periode penyajian kembali
laporan keuangan pada tahun berikutnya. Apabila audit report lag dikaitkan dengan
kualitas audit yang tinggi, maka hal ini mengindikasikan bahwa auditor
menerapkan prosedur audit dan professional due care yang lebih tinggi pula,
sehingga menyebabkan terjadinya periode audit yang panjang. Proses dan upaya
audit yang tinggi ini pun menunjukkan bahwa auditor telah berupaya melakukan
evaluasi yang lebih jeli atas kepatuhan laporan keuangan terhadap standar yang
berlaku. Hal ini pun dapat mempersingkat periode penyajian kembali laporan
keuangan di masa mendatang.
H2: Audit report lag berpengaruh negatif terhadap periode penyajian kembali
laporan keuangan
46
2.4.3 Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Periode Penyajian
Kembali Laporan Keuangan
Karakteristik komite audit yang akan difokuskan dalam penelitian ini adalah
keahlian finansial dan/atau akuntansi yang disandang oleh ketua komite audit. Salah
satu tugas dan tanggung jawab komite audit adalah mengawasi pelaksanaan audit
serta hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan keuangan perusahaan. Hal ini
berkaitan dengan Agency Theory yang mana apabila proses pengawasan atas
pelaporan keuangan semakin maksimal, maka akan mengurangi information
assymetry yang terjadi antara prinsipal dan agen. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan
juga menetapkan peraturan bahwa anggota komite audit yang harus memiliki
keahlian serta pengalaman di bidang finansial atau akuntansi minimal satu orang.
Keahlian finansial dan/atau akuntansi yang dimiliki oleh anggota komite audit akan
membantu dalam pengawasan atas proses pelaporan keuangan perusahaan tersebut.
Ketika aspek ini dapat terwujud dan terselenggara secara efektif, maka fungsi
komite audit dalam mempersingkat periode penyajian kembali laporan keuangan
akan semakin maksimal.
Teori lain yang berhubungan dengan hal ini adalah teori kepatuhan. Teori
kepatuhan dalam konteks ini menekankan bagaimana perusahaan harus menaati
peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak yang berwenang. Salah satu
pihak yang berperan dalam mengawasi proses kepatuhan atas peraturan tersebut
adalah ketua komite audit. Apabila komite audit diketuai oleh seseorang yang
merupakan ahli di bidang finansial dan/atau akuntansi, maka komite audit dapat
47
berkinerja secara lebih tepat waktu dan tepat sasaran dalam memastikan bahwa
laporan yang disajikan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Butar dan
Sansaloni (2018) yang mengemukakan bahwa anggota komite audit dengan
keahlian di bidang finansial dan/atau akuntansi akan mengurangi kemungkinan
dilakukannya penyajian kembali. Ketika komite audit menerapkan keahlian serta
pengalaman di bidang tersebut, hal ini secara langsung menunjukkan bahwa
pengendalian internal perusahaan akan meningkat, khususnya control environment
yang seharusnya akan menimbulkan dampak bahwa kemungkinan adanya salah saji
yang kecil. Hal ini didukung juga oleh penelitian menurut Krishnan dan
Visvanathan (2008) yang menunjukkan bahwa dengan memiliki keahlian di bidang
finansial dan/atau akuntansi, maka komite audit akan meningkatkan kualitas
pelaporan keuangan. Dengan meningkatnya kualitas pelaporan keuangan, maka
kemungkinan penyajian kembali juga menjadi lebih kecil.
Tanggung jawab komite audit mencakup penelaahan atas laporan keuangan,
memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris untuk pemilihan Kantor
Akuntan Publik, melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan proses pelaporan
keuangan, serta berbagai tanggung jawab lainnya. Berdasarkan tugasnya, komite
audit memiliki peran yang serupa dengan auditor eksternal, yaitu sebagai mediator.
Namun demikian, pihak yang dimediasi oleh komite audit lebih luas, yaitu pihak
pemilik perusahaan, pihak manajemen, dan pihak auditor eksternal. Ketua komite
audit sebagai anggota yang memiliki tanggung jawab dan pengaruh yang paling
esensial dalam komite audit dituntut untuk dapat menjembatani pihak prinsipal dan
48
agen agar tidak terjadi information assymetry dan melakukan upaya remediasi
dengan baik (Schmidt dan Wilkins, 2013).
Penelitian oleh Carcello et al. (2011), Cohen et al. (2013), dan Shin et al.
(2014) menunjukkan bahwa keahlian finansial dan/atau akuntansi yang dimiliki
oleh komite audit berpengaruh negatif terhadap penyajian kembali laporan
keuangan. Penelitian ini kemudian dikembangkan lagi oleh Schmidt dan Wilkins
(2013) yang menunjukkan bahwa ketua komite audit yang diketuai oleh ahli di
bidang finansial dan/atau akuntansi akan mengurangi periode penyajian kembali
laporan keuangan. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Ali et al. (2017)
menunjukkan hasil yang tidak serupa.
Dengan demikian, hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
keahlian di bidang finansial dan/atau akuntansi yang dimiliki oleh ketua komite
audit mempersingkat periode penyajian kembali laporan keuangan. Ketika posisi
ketua komite audit diduduki oleh seseorang yang merupakan ahli dalam bidang
finansial dan/atau akuntansi, maka instruksi mengenai pemecahan masalah dalam
proses penyajian kembali dapat diberikan dengan lebih cepat dan tepat, sehingga
dapat mempersingkat jangka waktu penyampaian laporan keuangan yang telah
disajikan kembali.
H3: Karakteristik komite audit berpengaruh negatif terhadap periode
penyajian kembali laporan keuangan