bab ii landasan teori 2.1. potensi pengembangan ii · pdf file12 bab ii landasan teori...
Post on 06-Feb-2018
215 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Potensi Pengembangan Peternakan Sapi
Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor
produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan
produk peternakan. Para peternak mengkombinasikan faktor-faktor produksi
tersebut untuk memproduksi produk peternakan yang diinginkan. Baik atau
tidaknya peternak dalam melaksanakan proses tersebut akan mempengaruhi
keberhasilan mereka.
Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga
unsur, yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau
pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan
perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan
kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan
hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja.4
Hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang bersifat teknis yang dilakukan
oleh peternak. Peternak sebagai pelaksana teknis dalam mengkombinasikan
faktor-faktor produksi dalam peternakan dituntut untuk dapat melaksanakannya
sebaik mungkin demi memperoleh produk peternakan yang diharapkan. Peternak
memilih mengusahakan ternak sapi bukan tanpa alasan, mereka memiliki tujuan
tertentu, salah satunya adalah untuk memperoleh pendapatan.
Besarnya kontribusi ternak sapi terhadap pendapatan
bergantung pada jenis sapi yang dipelihara, cara
pemeliharaan, dan alokasi sumber daya yang tersedia di
masing-masing wilayah.5
4 Achmad Suryana, 2004, Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi
Agribisnis dengan Pola Kemitraan, Jurnal Litbang Pertanian, hal. 28. 5 Achmad Suryana, ibid, hal. 29.
13
Jawa Tengah menjadi salah satu wilayah yang penduduknya menjadi
peternak sapi. Sebagian besar penduduk yang berprofesi sebagai petani
menjadikan usaha peternakan sebagai usaha yang mereka jalankan bersanding
dengan usaha pertanian mereka.
Populasi sapi perah pada tahun 2006 adalah 112.153
ekor, dengan produksi susu 78.231 ton serta jumlah
peternak 28.400 orang (Laporan Tahunan Dinas
Peternakan Prov. Jawa Tengah 2006).6
Berdasarkan pada informasi tersebut, kita dapat mengetahui adanya
peternakan sapi perah yang ada di Jawa Tengah. Hal ini tentunya menjadikan
Kecamatan Getasan sebagai salah satu bagian dari Propinsi Jawa Tengah juga
menjadi salah satu wilayah yang memiliki peternakan sapi. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kecamatan Getasan, populasi sapi yang ada
di Kecamatan Getasan pada tahun 2011 mencapai 20.423 ekor sapi perah dan 855
ekor sapi pedaging. Jumlah peternak sapi di Kecamatan Getasan sendiri mencapai
7.145 yang terdiri dari rumah tangga masyarakat dan beberapa peternakan sapi.
Jumlah ini dinilai akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pertambahan jumlah sapi yang dimiliki oleh peternak dinilai menjadi salah
satu indikator semakin meningkatnya kontribusi usaha peternakan sapi perah
dalam memberikan pendapatan bagi peternak di Kecamatan Getasan. Keuntungan
yang diperoleh oleh peternak tidak hanya berasal dari penjualan susu sapi
produksinya. Peternak yang memelihara sapi perah juga dapat memperoleh
penghasilan lain. Jika sapi perah melahirkan anak sapi atau sering disebut
6 Pranowo, 2010, Prospek Pengembangan Sapi Perah di Jawa Tengah,
http://sapiperahind.blogspot.com/2009/08/pranowoblog-blog-archive-prospek_27.html.
http://sapiperahind.blogspot.com/2009/08/pranowoblog-blog-archive-prospek_27.htmlhttp://sapiperahind.blogspot.com/2009/08/pranowoblog-blog-archive-prospek_27.html
14
pedet, maka mereka dapat menjualnya atau mengembangkannya sendiri. Anak
sapi berkelamin betina dapat dimanfaatkan sebagai calon induk baru dan anak sapi
berkelamin jantan dapat dimanfaatkan sebagai sapi pedaging yang nantinya dapat
dijual. Peternak yang memanfaatkan anak sapi berkelamin jantan sebagai sapi
pedaging biasanya memanfaatkan situasi-situasi tertentu dalam menjual sapi
mereka seperti pada saat hari raya atau momen-momen lain yang membutuhkan
daging sapi. Biasanya, pada saat tersebut terjadi kenaikan permintaan daging sapi.
Peternak juga dapat memperoleh keuntungan dari limbah kotoran sapi yang
mempunyai nilai jual karena sering dimanfaatkan sebagai pupuk kandang untuk
pertanian.
Selain keuntungan yang dapat diperoleh peternak, usaha sapi perah juga
dapat memberikan keuntungan bagi pihak lain yang berhubungan dengan sapi
perah. Ada pengumpul-pengumpul dan pengecer-pengecer susu sapi yang
menjadikan susu sapi sebagai komoditas usaha mereka. Ada pula makelar-
makelar sapi yang menjadikan sapi sebagai komoditas dagang mereka, baik sapi
perah maupun sapi pedaging. Masih ada pihak lain seperti petani yang
memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk kandang untuk tanaman yang mereka
tanam.
Selain susu segar yang diperoleh peternak sapi perah,
daging juga diperoleh dari penggemukan sapi perah
jantan serta kotoran untuk pupuk kandang dan biogas.
Hal inilah yang mendorong peternak sapi perah untuk
tetap mempertahankan usahanya dalam bidang
peternakan sapi perah.7
7 Pranowo, op. cit.
15
Melihat dari sekian banyak hasil dari peternakan sapi, yang paling banyak
dijadikan komoditas bisnis di Kecamatan Getasan adalah susu sapi. Susu sapi
hasil produksi peternak atau dikenal sebagai susu segar ini banyak dijadikan
pelaku-pelaku usaha sebagai komoditas usahanya. Nilai susu sapi menjadi salah
satu perhatian penting dalam hal ini. Daya tawar dan nilai tambah dari susu sapi
juga menjadi satu perhatian dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan.
Daya tawar adalah pencapaian posisi relatif perusahaan
dalam industri dari segi jumlah pemasok, jumlah pasokan,
penentuan harga, kualitas dan produk.8
Mengacu pada pengertian tersebut, produsen susu sapi yang dalam hal ini
adalah peternak sapi perah ingin memposisikan produknya dalam jumlah, harga
dan mutu produk pada level tertentu. Peternak ingin susu sapi yang mereka
produksi laku dipasaran dengan harga yang setinggi-tingginya. Supaya tujuan
tersebut dapat dicapai, mereka harus melaksanakan pemeliharaan sapi perah
dengan perlakuan-perlakuan tertentu untuk dapat mencapai mutu susu sapi yang
diharapkan dapat dihargai sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Peternak sapi
perah yang dapat memproduksi susu sapi dengan mutu yang tinggi dapat
menjadikan susu sapi hasil produksinya mempunyai daya tawar yang tinggi pula.
Nilai tambah dalam artian produksi diartikan sebagai
nilai yang muncul dari pengurangan nilai penjualan
produk dikurangi dengan nilai masukan utama dan nilai
barang tersebut ketika masih menjadi barang setengah
jadi. Nilai tambah jika dikaji dari artian perdagangan
dapat diartikan sebagai hasil pengurangan nilai
penjualan dikurangi dengan nilai pembelian suatu
barang.9
8 Rahayu, 2011, Analisis Rantai Nilai Susu Siap Minum, Skripsi, Universitas Kristen
Satya Wacana, hal. 27. 9 Rahayu, ibid, hal. 27.
16
Nilai tambah susu sapi dalam artian produksi susu sapi sangat diharapkan
oleh pihak-pihak yang menggunakan susu sapi sebagai bahan baku produksi
mereka. Pihak-pihak dalam hal ini seperti perusahaan susu kemasan siap minum,
susu kaleng, susu bubuk, produsen keju dan yogurt serta perusahaan-perusahaan
lain yang menggunakan susu sapi sebagai bahan baku produksi. Nilai tambah
dalam artian perdagangan merupakan nilai tambah yang diharapkan oleh pihak-
pihak yang menjadikan susu sapi sebagai komoditas usahanya yang dalam hal ini
mereka tidak merubah bentuk susu sapi tersebut kedalam bentuk lain.
Geliat usaha yang menggunakan susu sapi sebagai komoditas usaha baik
produsen suatu produk maupun usaha dagang terus berkembang. Di sisi lain
ternyata kebutuhan susu sapi di dalam negeri belum terpenuhi secara maksimal.
Kebutuhan susu sapi dalam negeri masih bergantung pada impor susu sapi. Hal ini
senada dengan apa yang diungkapkan oleh Priyono :
Industri Pengolahan Susu (IPS) supaya dapat memenuhi
kebutuhan konsumen, harus memperoleh bahan baku susu
segar dari industri peternakan. Industri peternakan di
Indonesia terbagi menjadi dua yaitu usaha peternakan
rakyat dan usaha intensif untuk tujuan komersil. Industri
peternakan dalam negeri saat ini hanya mampu memasok
30 % bahan baku susu segar untuk memenuhi permintaan
IPS. Hal ini menunjukkan bahwa 70 % bahan baku susu
segar masih harus diimpor. Dengan melihat kondisi ini,
maka usaha ternak sapi perah harus ditingkatkan lagi
populasi dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi
kebutuhan IPS.10
Melihat pendapat serta informasi yang disampaikan di atas, kita dapat
melihat bahwa peternakan sapi adalah salah satu usaha yang mempunyai potensi
10
Priyono, Analisi Usaha Tani Ternak Sapi Rakyat, 21 Agustus 2009,
http://sapiperahind.blogspot.com/2009/08/analisis-usaha-tani-ternak-sapi-perah.html.
http://sapiperahind.blogspot.com/2009/08/analisis-usaha-tani-ternak-sapi-perah.html
17
berkembang cukup baik