hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. landasan...

23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Pendidikan a. Pengertian Kurikulum Pendidikan adalah proses pengembangan dan latihan yang mencakup aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan kepribadian (character), terutama dilakukan dalam suatu bentuk formula kegiatan pendidikan mencakup proses dalam menghasilkan dan transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh individu atau organisasi belajar (dalam Nanang Fatah, 2004: 14). Fungsi pendidikan adalah menyiapkan manusia muda yang berkualitas, menyiapkan tenaga kerja dan menyiapkan warga negara yang baik (Dwi Siswoyo, dkk. 2007: 83). Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang Berdasarkan pengertian, fungsi dan tujuan pendidikan di atas, pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyiapan manusia untuk berkembang dan berlatih menjadi manusia berkualitas yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepribadian untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berpengetahuan, berketerampilan, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggungjawab untuk menjadi tenaga kerja dan warga yang baik. Kurikulum adalah suatu cara utama untuk mengurutkan isi dan tujuan pembelajaran di sekolah, yang harus diperhatikan guru dan peserta didik selama kegiatan mengajar dan belajar (Walker & Soltis, 2003: 5).

Upload: tranbao

Post on 27-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

1. Pendidikan

a. Pengertian Kurikulum Pendidikan

adalah proses pengembangan dan latihan yang mencakup aspek pengetahuan

(knowledge), keterampilan (skill) dan kepribadian (character), terutama dilakukan

dalam suatu bentuk formula kegiatan pendidikan mencakup proses dalam

menghasilkan dan transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh individu atau

organisasi belajar (dalam Nanang Fatah, 2004: 14).

Fungsi pendidikan adalah menyiapkan manusia muda yang berkualitas,

menyiapkan tenaga kerja dan menyiapkan warga negara yang baik (Dwi Siswoyo,

dkk. 2007: 83).

Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

Berdasarkan pengertian, fungsi dan tujuan pendidikan di atas, pendidikan

dapat diartikan sebagai proses penyiapan manusia untuk berkembang dan berlatih

menjadi manusia berkualitas yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan

kepribadian untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berpengetahuan, berketerampilan, cakap,

kreatif, mandiri, dan bertanggungjawab untuk menjadi tenaga kerja dan warga

yang baik.

Kurikulum adalah suatu cara utama untuk mengurutkan isi dan tujuan

pembelajaran di sekolah, yang harus diperhatikan guru dan peserta didik selama

kegiatan mengajar dan belajar (Walker & Soltis, 2003: 5).

Page 2: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Berdasarkan definisi yang diberikan Ross (2000: 9),

-kegiatan yang dirancang dalam kerangka organisasi untuk mengembangkan intelektual, kepribadian, kecerdasan sosial dan keterampilan fisik peserta didik. Kurikulum tidak hanya meliputi program formal pelajaran, tetapi juga program informal yang disebut kegiatan ekstrakurikuler serta semua kegiatan sekolah yang menghasilkan 'etos', seperti kualitas hubungan atau relasi, perhatian pada kesetaraan kesempatan, nilai-nilai yang dicontohkan sekolah dalam cara menetapkan tugas dan cara tugas ini diorganisir dan

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang

sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya

peranan kurikulum dalam pendidikan, maka dalam penyusunannya harus mengacu

pada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan kurikulum tidak

hanya diperlukan bagi para penyusun kurikulum (makro) atau kurikulum tertulis

yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan tetapi juga harus dipahami

dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum (mikro) yaitu

para pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lainnya yang terkait

dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan

instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi kurikulum di

setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dengan posisinya yang penting tersebut,

maka penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara

sembarangan, akan tetapi harus didasarkan pada berbagai pertimbangan, atau

landasan agar dapat dijadikan dasar pijakan dalam menyelenggarakan proses

pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya tujuan pendidikan dan

pembelajaran secara lebih efisien dan efektif.

Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat

penting, sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung

yang tidak menggunakan landasan atau fundasi yang kuat, maka ketika diterpa

angin atau terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut akan mudah rubuh dan

rusak. Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak memiliki dasar

pijakan yang kuat, maka kurikulum tersebut akan mudah terombang-ambing dan

yang akan dipertaruhkan adalah manusia (peserta didik) yang dihasilkan oleh

Page 3: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

pendidikan itu sendiri. Hornby c.s dalam

(Redja Mudyahardjo, 2001:8) mengemukakan definisi landasan

sebagai berikut:

underlying principles as the foundations of religious belief; the basis or starting

Jadi menurut Hornby landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan

yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari, contohnya seperti

landasan kepercayaan agama, dasar atau titik tolak. Dengan demikian landasan

pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, suatu asumsi,

atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan

kurikulum.

Robert S. Zais (1976:23) mengemukakan empat landasan pengembangan

Philosophy and the nature of knowledge, society and culture,

the individual, dan . Dengan berpedoman pada empat landasan

tersebut, maka dibuat model yang disebut an eclectic model of the curriculum and

its foundation.

Kurikulum sebagai suatu sistem terdiri atas empat komponen, yaitu:

komponen tujuan (aims, goals, objectives), isi/materi (contents), proses

pembelajaran (learning activities), dan komponen evaluasi (evaluations). Agar

setiap komponen bisa menjalankan fungsinya secara tepat dan bersinergi, maka

perlu ditopang oleh sejumlah landasan (foundations), yaitu landasan filosofis

sebagai landasan utama, masyarakat dan kebudayaan, individu (peserta didik), dan

teori-teori belajar. Tyler (1988) mengemukakan pandangan yang erat kaitannya

dengan beberapa aspek yang melandasi suatu kurikulum (school purposes), yaitu:

Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup

suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan

falsafah atau pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu,

terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara

dengan filsafat negara yang dianutnya. Sebagai contoh pada waktu Bangsa

Page 4: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Indonesia dijajah oleh Belanda, maka kurikulum yang dianut pada masa itu sangat

berorientasi pada kepentingan politik Belanda. Demikian pula pada saat negara

kita dijajah Jepang, maka orientasi kurikulumnya disesuaikan dengan kepentingan

dan sistem nilai yang dianut oleh negara Matahari Terbit tersebut. Setelah

Indonesia mencapai kemerdekaannya yang secara bulat dan utuh menggunakan

Pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan nilai-nilai

Pancasila itu sendiri. Perumusan tujuan pendidikan, penyusunan program

pendidikan, pemilihan dan penggunaan pendekatan atau strategi pendidikan,

peranan yang harus dilakukan pendidik/peserta didik senantiasa harus sesuai

dengan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

Paradigma baru yang harus dikembangkan di dunia pendidikan saat ini

adalah paradigma pendidikan yang mampu menempatkan pendidikan sebagai

media transformasi budaya disamping sebagai media transformasi pengetahuan.

Alternatif yang ditawarkan adalah pendidikan berwawasan multikulturalisme

(pendidikan multikultural).

Paradigma pendidikan multikultural tersebut bermuara pada terciptanya

sikap peserta didik yang mau menghargai, menghormati perbedaan etnis, agama

dan budaya dalam masyarakat. Kemudian juga, pendidikan multikultural

memberi penyadaran pada peserta didik bahwa perbedaan suku, agama dan

budaya serta lainnya tidak menjadi penghalang bagi peserta didik untuk bersatu

dan bekerjasama. Dengan perbedaan yang bermuatan solidaritas nasional

(national solidarity) justru menjadi pendorong untuk berlomba dalam kebaikan

bagi kehidupan bersama. Pengalaman lalu pada masa sentralisme kekuasaan

pemerintah Orde Baru tidak perlu terulang kembali, dengan pemaksaan

monokulturalisme yang nyaris seragam telah memunculkan reaksi balik

masyarakat. Langkah kebijakan ini bukan tanpa membawa implikasi negatif

terhadap upaya rekonstruksi kebudayaan nasional yang multikultural.

Di Indonesia pendidikan berwawasan multikulturalisme tergolong masih

baru, namun jika dipandang sebagai sebuah pendekatan maka pendidikan

berwawasan multikultural sangat sesuai bagi masyarakat Indonesia yang

Page 5: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

heterogin, terlebih pada masa pelaksanaan otonomi dan desentralisasi yang sudah

dimulai sejak tahun 1999/2000, dan hingga saat ini pelaksanaannya belum

mencapai harapan semua pihak. Pelaksanaan otonomi daerah tersebut secara

langsung atau pun tidak, memberi dampak bagi dunia pendidikan untuk

menciptakan otonomi pendidikan. Dengan demikian pendidikan multikultural

yang ditawarkan ini sejalan dengan pengembangan demokrasi yang berjalan

seiring dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Akan tetapi, jika

kebijakan otonomi daerah tidak dilaksanakan dengan hati hati, kebijakan ini

justru akan menggiring kita ke arah perpecahan bangsa atau disintegrasi bangsa.

Monokulturalisme di dunia pendidikan kita masih nampak sekali jika

ditilik dari beberapa segi pendidikan. Misalnya, mulai dari kurikulum, materi

pelajaran, hingga metode pembelajaran di kelas sama. Lengkap dengan

penyelenggaraan pendidikan yang etatisme dan diperkuat dengan sistem birokrasi

yang ketat. Semua peraturan perundang-undangan dan keputusan yang dibuat

pusat berlaku untuk semua daerah.

b. Pendidikan Berbasis Kompetensi

Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada

kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan.

Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional, mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan,

kemandirian, kreatifitas, kesehatan, ahklak, ketaqwaan dan kewarganegaraan.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 pasal 1 ayat 1

mengemukakan bahwa;

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara Definisi pendidikan tersebut menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses

memanusiakan manusia melalui proses pembelajaran dalam bentuk aktualiasasi

potensi peserta didik menjadi kemampuan atau kompetensi. Kemampuan yang

harus mereka miliki yaitu :

Page 6: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

1) Kekuatan spiritual keagamaan atau atau nilai-nilai keagamaan yang tergambar

dalam kemampuan pengendalian diri dan pembentukan kepribadian yang

dapat diamalkan dalam bentuk akhlak mulia, sebagai suatu aktualisasi potensi

emosional (EQ).

2) Kompetensi akademik sebagai aktualisasi potensi intelektuannya (IQ)

3) Kompetesni motorik yang dikembangkan dari potensi motorik yang

dikembangkan dari potensi indrawi atau potensi fisik.

Konsep Pendidikan berbasis kompetensi ini juga dijelaskan dalam Bab II

pasal 3 bahwa;

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

Hall dan Jones (1976: 29) menjelaskan mengenai kompetensi adalah

ampilan suatu kemampuan tertentu secara

bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat

untuk bersaing di tingkat global, karena persaingan yang terjadi adalah pada

kemampuan sumber daya manusia. Oleh karena. itu, penerapan pendidikan

berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan lulusan yang mampu

berkompetisi di tingkat global.

Paradigma pendidikan berbasis kompetensi menurut Wilson (2001);

mencakup kurikulum, paedagogik, dan penilaian yang menekankan pada standar

atau hasil. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik

melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan paedagogik yang mencakup strategi atau metode megajar. Tingkat

keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil belajar

yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan.

Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya

pengembangan silabus dan sistem penilaian yang menjadikan peserta didik

Page 7: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

mampu mendemonstrasikan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan

dengan mengintegrasikan life skill. Silabus adalah acuan untuk merencanakan dan

melaksanakan program pembelajaran, sedangkan sistem penilaian mencakup

indikator dan instrumen penilaiannya yang meliputi jenis taguhan, bentuk

instrumen, dan contoh instrumen. Jenis taguhan adalah sebagai bentuk ulangan

dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik, sedangkan bentuk

instrumen terkait dengan jawaban yang harus dikerjakan oleh peserta didik, baik

dalam bentuk tes maupun nontes.

c. Pendidikan Berbasis Multikultural

Pendidikan Multikultural berarti mempelajari tentang berbagai (multi)

warisan dan tradisi budaya. Namun jika budaya didefinsikan sebagai desain

kelompok sosial untuk bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya,

maka satu tujuan pendidikan multikul

berbagai kelompok sosial dan desain yang berbeda untuk hidup dalam masyarakat

Pendidikan Multikultural merupakan suatu rangkaian kepercayaan (set of

beliefs) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya

dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi,

kesempatan pendidikan dari individu, kelompok, maupun negara.

Multicultural education is an idea, an educational reform movement, and a process whose major goal is to change the structure of educational institutions so that male and female students, exceptional students, and students who are members of diverse racial, ethnic, and cultural groups will have an equal chance to achieve academically in school (Banks, 1993:1) Choirul Mahfud (2005:25) menjelaskan mengenai pendidikan

multikultural adalah sebagai berikut, pendidikan berwawasan multikultural dapat

diartikan suatu pendidikan yang mengapresiasi keragaman budaya sebagai realitas

berwawasan multikultural tujuannya adalah untuk mengeksplorasi perbedaan

sebagai keniscayaan, dan menciptakan budaya akademik yang toleran dan

inklusif.

Page 8: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Relevansi pendidikan berwawasan multikultural teradopsi dan

termodifikasi ke dalam konsep dasar pendidikan seperti tertuang dalam UU. No.

20 Tahun 2003 merumuskan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kemudian

dalam rumusan pengertian pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan

berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945 yang berakar pada nilai-

nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan

perubahan jaman.

Kurikulum dalam pendidikan multikultural bukan hanya sebagai Cource

Out of Line, melainkan mencakup seluruh pengalaman yang diberikan pada anak

dalam proses pendidikannya oleh guru. Hal ini sesuai dengan ungkapan Ronald

C. Doll yang menjelaskan bahwa kurikulum sudah tidak lagi hanya bermakna

sebagai rangkaian bahan yang akan dipelajari serta urutan pelajaran yang akan

dipelajari siswa, tapi seluruh pengalaman yang ditawarkan pada anak-anak peserta

didik di bawah arahan dan bimbingan sekolah. Pengalaman yang diperoleh siswa

dari program-program yang ditawarkan sekolah amat variatif, tidak sebatas hanya

pembelajaran di dalam kelas, tapi juga lapangan tempat mereka bermain di

sekolah , kantin, dan bahkan bis sekolah. Semua itu memberikan kontribusi

pengembangan siswa, yang mempengaruhi perubahan-perubahan pada mereka.

Kurikulum pendidikan multikultural adalah kurikulum yang berisi tentang

materi-materi yang dapat menghadirkan lebih dari satu perspektif tentang suatu

fenomena kultural. Untuk menghadirkan keragaman perspektif dalam kurikulum

ini, menurut James A. Bank sebagaimana dikutip Zoran Minderovic (2004: 2)

dapat dilakukan dengan 4 (empat) tahapan, yaitu: tahap kontribusi (contribution

level), penambahan (additive level), perubahan (transformative level), dan aksi

sosial (social action level). Bila pada tahap kontribusi, kurikulum memfokuskan

pada kebudayaan minoritas tertentu, maka pada tahap penambahan, kurikulum

memperkenalkan konsep dan tema-tema baru -misalnya tema-tema yang terkait

Page 9: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dengan multikulturalisme- dengan tanpa mengubah struktur kurikulum yang

esensial. Selanjutnya, bila pada tahap perubahan, kurikulum memfasilitasi para

siswa untuk melihat berbagai isu dan peristiwa dari perspektif budaya minoritas,

maka pada tahap aksi sosial, kurikulum mengajak para siswa untuk memecahkan

problem sosial yang disebabkan oleh persepsi budaya dalam satu dimensi.

Kurikulum pendidikan multikultural, fokus diarahkan pada dua

pendekatan, yaitu:

a. kurikulum sebagai silabus (curriculum as a body of knowledge to be

transmitted),

b. kurikulum sebagai proses (curriculum as process)

Kurikulum s

pernyataan atau daftar pokok-pokok bahasan, bahan ajar, dan sejumlah mata

pelajaran yang akan dijadikan sebagai bahan dalam proses pembelajaran.

2002: 3)

Kurikulum dimaknai sebagai kumpulan pengetahuan yang berbentuk mata

pelajaran menurut pengertian diatas. Sedangkan pendidikan yang menjadikan

kurikulum sebagai silabus, merupakan proses penyampaian sejumlah mata

pelajaran kepada siswa dengan metode tertentu.

Sekolah atau guru dalam memberikan pendidikan multikultural, perlu

menelaah secara kritis tentang materi dan bahan ajar yang akan disampaikan

dalam proses pembelajaran, agar tidak terjadi berbagai macam bias. Dalam kaitan

ini, Sadker sebagaimana dikutip Donna M. Gollnick & Philip C. Chinn (1983:

299-300) mencatat adanya 6 (enam) macam bias dalam buku teks yang digunakan

dalam pembelajaran. Keenam macam bias tersebut adalah: (a) bias yang tidak

kelihatan (invisibility), (b) pemberian label (stereotyping), (c) selektivitas dan

ketidakseimbangan (selectivity and inbalance), (d) tidak mengacu realitas

(unreality), (e) pembagian dan isolasi (fragmentation and isolation), dan (f)

bahasa (language).

d. Definisi Konseptual

Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada

kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan.

Page 10: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional, mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan,

kemandirian, kreatifitas, kesehatan, ahklak, ketaqwaan dan kewarganegaraan.

Sedangkan pendidikan multikultural adalah pendidikan interkultural yang

menekankan peningkatan pemahaman dan toleransi individu-individu yang

berasal dari kelompok minoritas terhadap budaya mainstream yang dominan, yang

pada akhirnya menyebabkan orang-orang dari kelompok minoritas terintegrasi ke

dalam masyarakat mainstream. Pendidikan multikultural sebenarnya merupakan

sikap "peduli" dan mau mengerti (difference), atau "politics of recognition" politik

pengakuan terhadap orang-orang dari kelompok minoritas.

e. Definisi Operasional

Pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, paedagogik, dan

penilaian yang menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum bersisi bahan ajar

yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Proses

pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan paedagogik yang mencakup

strategi atau metode mengajar. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai peserta

didik dapat dilihat pada hasil belajar yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan

pengamatan. Sehingga indikator dalam pendidikan berbasis kompetensi ini

adalah:

1) Kurikulum

a) Bahan ajar

b) Proses pembelajaran

2) Paedagogik

a) Strategi

b) Metode mengajar

3) Penilaian

a) Tugas-tugas

b) Pengamatan

Sedangkan kurikulum pendidikan multikultural disini adalah kurikulum

yang berisi tentang materi-materi yang dapat menghadirkan lebih dari satu

perspektif tentang suatu fenomena kultural. Untuk menghadirkan keragaman

Page 11: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

perspektif dalam kurikulum ini dapat dilakukan dengan 4 (empat) tahapan yang

dijadikan indikator, yaitu:

1) tahap kontribusi (contribution level)

2) penambahan (additive level)

3) perubahan (transformative level)

4) aksi sosial (social action level).

2. Kesadaran Multikultural

a. Pengertian Kesadaran

insyaf; merasa; tahu dan mengerti. Jadi, kesadaran adalah keinsyafan atau merasa

mengerti atau memahami segala sesuatu. Berbicara mengenai masalah kesadaran

berarti tidak akan terlepas dari masalah psikis. Adapun yang dimaksud psikis ini

adalah totalitas segala peristiwa kejiwaan baik yang disadari maupun yang tidak

disadari. Kehidupan kejiwaan manusia itu terdiri dari dua bagian yaitu alam sadar

dan tidak sadar. Kedua alam tersebut tidak hanya saling mengisi akan tetapi

saling berhubungan secara konvensatoris. Fungsi kedua alam tersebut adalah

untuk penyesuaian. Alam sadar berfungsi untuk penyesuaian terhadap dunia luar,

sedangkan alam tidak sadar berfungsi untuk penyesuaian terhadap dunia dalam

atau diri sendiri.

Kesadaran mempunyai dua komponen yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa

yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam orientasi terhadap

dunianya. Adapun yang dimaksud dengan fungsi jiwa menurut Jung adalah

s kejiwaan yang secara teori tidak berubah dalam lingkungan yang

berbeda. Sedangkan sikap jiwa merupakan arah daripada energi psikis yang

.(Wirawan, 1993:185)

Arah energi psikis ini dapat keluar atau ke dalam, demikian pula dengan

arah orientasi manusia terhadap dirinya dapat keluar ataupun kedalam. Manusia

dalam kehidupannya dapat bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di

masyarakat ataupun sebaliknya. Manusia yang dapat bertindak sesuai dengan

norrma-norma yang berlaku dapat dikatakan memiliki kesadaran moral, yaitu

Page 12: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

adanya keinsyafan dalam diri manusia bahwa sebagai anggota masyarakat dapat

melakukan kewajibannya. Berkaitan dengan hal tersebut Zubair (1995:51)

mengatakan :

Kesadaran moral merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berperilaku susila, lagi pula tindakannya akan sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran moral didasarkan atas nilai-nilai yang benar-benar esensial dan fundamental. Perilaku manusia yang berdasarkan atas kesadaran moral, perilakunya selalu direalisasikan sebagaimana yang seharusnya,kapan saja dan di mana saja. Orang yang memiliki kesadaran moral yang tinggi akan selalu bertindak

sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat dalam keadaan apapun

dan kapanpun. Dengan kata lain, norma-norma tersebut telah terinternalisasi

dalam kebiasaan berpikir dan bertindak orang tersebut.

Kesadaran moral merupakan pangkal otonomi manusia yang timbul dari

hati sanubari. Oleh karena itu tidak ada yang dapat secara mutlak mewajibkan

suatu hal kepada manusia kecuali atas dasar kesadarannya, sehingga kewajiban

tersebut dapat dilaksanakan secara sungguh-sungguh serta penuh tanggung jawab.

Suseno (1975:26) mengatakan bahwa :

Kesadaran moral itu begitu tegas, orang yang mengalaminya bagaikan suatu suara yang dibicarakan dalam dirinya dalam bahasa sehari-hari kesadaran akan kewajiban itu disebut suara batin. Jadi suara batin adalah suatu keinsyafan bahwa kewajiban itu di dalam batin melakukan sesuatu dan tidak melakukan sesuatu. Kesadaran moral yang timbul dan ada dalam diri manusia itu harus

diyakini serta menjadi tatanan moral yang dapat dilaksanakan. Agar kehidupan

manusia itu terjamin, maka setiap manusia harus memiliki kewajiban moral dalam

kewajiban yang mengikat batin seseorang dan terlepas dari pendapat teman,

kesadaran moral terdapat tiga unsur pokok, yaitu:

1) Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral itu ada dan terjadi di dalam setiap sanubari manusia, siapapun, di manapun dan kapanpun.

2) Rasional, kesadaran moral dapat dikatakan rasional karena berlaku umum, lagi pula terbuka bagi pembenaran atau penyangkalan.

Page 13: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Dinyatakan pula sebagai hal objektif yang dapat diuniversalkan, artinya dapat disetujui, berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi sejenis.

3) Kebebasan, atas kesadaran moralnya seseorang bebas untuk menaatinya. (Zubair, 1995:54)

Berbicara mengenai kesadaran akan selalu berkaitan dengan manusia

sebagai individu dan anggota masyarakat. Dengan kesadaran yang dimiliki oleh

setiap individu, maka ia dapat mengendalikan diri atau menyesuaikan diri pada

setiap kesempatan serta dapat menempatkan dirinya sebagai individu dan anggota

masyarakat. Sebagai individu ia akan mengetahui dan memperhatikan dirinya

sendiri, sedangkan sebagai anggota masyarakat, ia akan mengadakan kontak

dengan orang lain sehingga timbul interaksi diantara mereka.

Kesadaran dapat pula diartikan sebagai sikap/perilaku mengetahui atau

mengerti dan taat pada adat istiadat serta kebiasaan hidup dalam masyarakat.

Selanjutnya Widjaya (1986:14) mengatakan bahwa ada dua sifat kesadaran, yaitu:

1) Kesadaran bersifat statis, yaitu sesuai dengan peraturan perundangundangan berupa ketentuan-ketentuan dalam masyarakat.

2) Kesadaran bersifat dinamis yang menitikberatkan pada kesadaran yang timbul dari dalam diri manusia yang timbul dari kesadaran moral, keinsyafan dari dalam diri sendiri yang merupakan sikap batin yang tumbuh dari rasa tanggung jawab.

Konsekuensi logis dari sebuah kesadaran tidak hanya tergantung pada

kelengkapan perundang-undangan saja melainkan juga dikaitkan dengan

kesadaran pribadi terhadap moral, etika dan lingkungan. Apabila setiap manusia

memiliki kesadaran moral, maka masyarakat akan tertib dan aman. Kesadaran

seseorang akan tampak terlihat dari sikap dan tingkah lakunya sebagai akibat

adanya motivasi untuk bertindak.

Kesadaran memiliki beberapa tingkatan yang menunjukkan derajat

seseorang. Tingkatan-tingkatan kesadaran menurut N. Y Bull antara lain :

1) Kesadaran yang bersifat anomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan yang tidak jelas dasar dan alasannya atau orientasinya. Ini yang paling rendah dan sangat labil

2) Kesadaran yang bersifat heteronomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan yang berlandaskan dasar/ orientasi/ motivasi yang beraneka

Page 14: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

ragam atau berganti-ganti. Inipun kurang mantap karena mudah berubah oleh keadaan oleh suasana

3) Kesadaran yang bersifat sosio-nomous, kesadaran atau kepatuhan yang berorientasikan pada kiprah umum atau khalayak ramai.

4) Kesadaran yang bersifat autosnomous, adalah terbaik karena didasari oleh konsep atau landasan yang ada dalam diri sendiri. (Djahiri, 1985:24)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kesadaran adalah suatu proses kesiapan diri untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu, menanggapi hal tertentu dengan didasari atas pengertian,

pemahaman, penghayatan dan pertimbangan-pertimbangan nalar dan moral

dengan disertai kebebasan sehingga ia dapat mempertanggungjawabkannya secara

sadar.

b. Pengertian Kesadaran Multikultural

keseluruhan hal yang kompleks termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,

hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan yang lain yang diperoleh

Definisi multikulturalisme menurut C. W. Waston mengemukakan bahwa,

perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individual maupun secara kebudayaan

. (H. A. Dandri Hasyim dan Yadi Hartono,

2008:23)

Multikultural lebih menitik beratkan pada mengakui perbedaan dan

kesederajatan dalam kebudayaan. Sedangkan secara etimologis istilah

multikulturalisme (multikulturalism) berasal dari kata multi (banyak), kultur

(budaya), isme (pandangan-faham) atau faham budaya plural dan sebagai

lawannya adalah monokulturalisme atau faham budaya tunggal. Secara hakiki

dari istilah tersebut mengandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup

dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing. Setiap individu

merasa dihargai sekaligus merasa bertanggungjawab untuk hidup bersama

komunitasnya. Pengingkaran suatu masyarakat terhadap kebutuhan untuk diakui

Page 15: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

(politics of recognition) merupakan akar dari segala ketimpangan dalam berbagai

bidang kehidupan.

Parsudi Suparlan

wahana atau setara pengertian ideologi/faham, fungsinya untuk meningkatkan

:76)

Multikulturalisme sebagai sebuah alat atau ideologi, merupakan pengertian

kebudayaan yang terkandung di dalam istilah multikulturalisme, sehingga harus

dilihat dari perspektif fungsi bagi kehidupan manusia. Yang penting di sini

bagaimana kebudayaan dapat bekerja melalui pranata-pranata sosial. Sebagai

sebuah ideologi multikulturalisme terserap ke dalam berbagai interaksi yang ada

dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan, mencakup kehidupan sosial,

kehidupan ekonomi, kebudayaan dan politik.

untuk melihat keanekaragaman budaya sebagai realitas fundamental dalam

:76)

Kearifan akan segera muncul jika seseorang membuka diri untuk

menjalani kehidupan bersama dengan melihat realitas plural sebagai kemestian

hidup yang kodrati, baik dalam kehidupan dirinya sendiri yang multidimensional

maupun dalam kehidupan masyarakat yang lebih kompleks. Akhirnya muncul

kesadaran bahwa keanekaragaman dalam realitas dinamik, keniscayaan yang tidak

bisa ditolak, diingkari, apalagi dimusnahkan.

Ngaiun Naim dan Achmad Sauqi (2008:126) mengemukakan bahwa,

kebangsaan dapat mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya,

Pendapat lain menurut Calhoun, Light, & Keller menjelaskan tentang

Multikulturalism is an approach tolife in a pluralistic society

which calls for finding ways for people tounderstand and interact with one

another that do not depend on their samenessbut rather on respect for their

(Hermana Soemantrie, 2011: 35). Yang berarti, multikulturalisme

adalah suatu pendekatan untuk kehidupan dalam suatu masyarakat pluralistik,

Page 16: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

yang menuntut untuk menemukan cara-cara bagi orang-orang untuk memahami

dan berhubungan dengan yang lainnya yang tidak tergantung kepada persamaan

mereka, tetapi lebih pada penghargaan dari perbedaan mereka.

pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu

Lubis, 2006:174)

Bikhu Parekh (2001:97), menjelaskan bahwa :

Istilah multikulturalisme mengandung tiga komponen, yakni terkait dengan kebudayaan, konsep ini merujuk kepada pluralitas kebudayaan, dan cara tertentu untuk merespons pluralitas itu. Oleh karena itu, multikulturalisme bukanlah doktrin politik pragmatik melainkan sebagai cara pandang kehidupan manusia. Kymlicka (2002: 13-49) mengenai konsep multikultural, ia menjelaskan

bahwa multikultural adalah tentang bagaimana sekelompok orang dari beragam

ras, etnik minoritas, atau agama yang menganggap diri mereka berbeda dengan

orang lain yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari, atau sama artinya

mereka berbeda dengan kelompok mayoritas dalam suatu masyarakat bisa

bertahan atau survive dalam lingkungannya. Selain itu, ia mengungkap bahwa

secara ideologis, konsep multikultural terdiri atas seperangkat gagasan atau ide

yang relatif mempunyai koherensi dengan gagasan yang membentuk sebuah

mosaik kebudayaan. Sehingga multikultural dapat dikatakan sangat

mempengaruhi terciptanya satu budaya dalam kehidupan masyarakat yang

multikultur.

Perbedaan latar belakang kebudayaan mendeskripsikan bahwa bangsa

Indonesia tidak bisa terhindar dari keberagaman, karena dalam keberagaman itu

tidak bisa terlepas dari munculnya identitas ganda (multiple identities). Identitas

ganda itu terbentuk melalui keunikan dan kompleksitas akibat interseksi dari ras,

etnik, kelas sosial, gender, bahasa, agama, orientasi seksual, hingga kemampuan

personal.

Wujud multikultural di Indonesia di antaranya adalah tersebarnya berbagai

macam suku bangsa di Indonesia. Van Vollenhoven mengklasifikasikan berbagai

Page 17: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

suku bangsa Indonesia didasarkan pada sistem lingkaran hukum adat yang dibuat

hingga terbagi dalam 19 daerah sebagai berikut:

Aceh, Gayo-Alas dan Batak (termasuk Nias dan Batu), Minangkabau (termasuk Mentawai), Sumatera Selatan (termasuk Enggano), Melayu, Bangka dan Biliton, Kalimantan, Minahasa (termasuk Sangir-Talaud), Gorontalo, Toraja, Sulawesi Selatan, Ternate, Ambon Maluku (termasuk Kepulauan Barat Daya), Irian, Timor, Bali dan Lombok, Jawa Tengah dan Jawa Timur, Surakarta dan Yogyakarta, serta Jawa Barat. (Koentjaraningrat, 1996: 193-194) Pengklasifikasian juga dilakukan oleh Hidayat (2005:71), ia

mengemukakan bahwa :

Indonesia terdiri dari kurang lebih 400 suku bangsa, yang salah satunya didasarkan pada perbedaan bahasa yang dipergunakan. Wujud multikultural lainnya adalah mengenai agama dan aliran kepercayaan di Indonesia. Menurut Ensiklopedi Wikipedia Indonesia, disebutkan bahwa dari sekitar 238 juta penduduk Indonesia, mayoritas adalah Muslim yaitu sebanyak 88%, Kristen Protestan 5%, Katholik 3%, Hindu 2%, Budha 1%, sisanya beragama Kong Hu Chu, Yahudi, Tao, dan agama lain serta berbagai aliran kepercayaan. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata juga mencatat sebanyak 245 lebih aliran kepercayaan di Indonesia. Dari jumlah ini sebagian berafiliasi dengan agama yang berlaku di Indonesia. Mengkaji tentang gambaran yang lebih luas mengenai multikultural

peneliti mengutip dari pendapat ahli ciri khas atau karakteristik dari masyarakat

multikultural. Adapun karakteristik masyarakat multikultural menurut Pierre L.

van de Berghe mengemukakan bahwa masyarakat multikultural mempunyai

beberapa karakteristik yang khas, sebagai berikut:

1) masyarakat terbagi dalam segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok latar budaya subbudaya yang berbeda,

2) memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer, kurang adanya kemauan untuk mengembangkan consensus antaranggota masyarakatnya tentang nilai-nilai sosial yang fundamental,

3) kurangnya kesadaran mengembankan consensus relative sering menumbuhkan konflik antarkelompok subbudaya tersebut,

4) konflik bisa dihindari dan integrasi sosial dapat terjadi, tetapi dengan jalan secara relative menggunakan paksaan ditambah adanya ketergantungan satu sama lain dalam bidang ekonomi,

5) adanya dominasi politik kelompok satu atas kelompok yang lain. (Andrik Purwasito 2003:301)

Page 18: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Kesimpulan dari berbagai pendapat diatas adalah multikultural

menjelaskan tentang kehadiran dan daya tahan sekelompok orang dari beragam

ras dan etnik minoritas yang mendefinisikan diri mereka secara berbeda dengan

orang lain yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mengakui

keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku, etnis dan

agama.

Kesadaran multikultural merupakan :

kesadaran dari setiap individu ataupun kelompok, baik yang didasari atas kesamaan agama, etnis, dan budaya untuk menghargai keberadaan individu ataupun kelompok yang lain. Ini merupakan kondisi ideal suatu masyarakat plural sebagaimana dinyatakan oleh para pemikir multikulturalisme gelombang pertama, yaitu (1) kebutuhan terhadap pengakuan (the need of recognition) dan (2) legitimasi keragaman budaya atau pluralisme budaya (Tilaar, 2004:83). Kesadaran multikulturalisme adalah kesadaran yang menuntut seseorang

untuk selalu berprilaku humanis, pluralis, dan demokrasi. (Fajar, 2005: 88).

Sehingga kesadaran multikultural dapat dijelaskan bahwa kesadaran

tersebut berasal dari masing-masing budaya lokal untuk saling mengakui dan

menghormati keanekaragaman budaya yang dibalut semangat kerukunan dan

perdamaian, atau dengan kata lain suatu kesadaran yang diarahkan kepada

identitas nasional, integrasi nasional, dan kesadaran menempatkan agama untuk

kesatuan bangsa. Dengan demikian, kesatuan Indonesia dapat ditegakkan sejalan

dengan teks ideal Bhinneka Tunggal Ika.

c. Definisi Konseptual

Kesadaran multikultural adalah suatu proses kesiapan diri untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu, menanggapi hal tertentu dengan

didasari atas pengertian, pemahaman, penghayatan dan pertimbangan-

pertimbangan nalar dan moral dengan disertai kebebasan sehingga ia dapat

mempertanggungjawabkannya secara sadar untuk bersedia menerima adanya

kesederajatan diantara keragaman budaya, kebiasaan yang lain yang diperoleh

manusia baik secara individual maupun secara kebudayaan dapat mengakui

keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku, etnis dan

agama.

Page 19: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

d. Definisi Operasional

Dari definisi konseptual yang telah dijabarkan sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa definisi operasional kesadaran multikultural siswa

merupakan sikap dan perilaku yang ditunjukkan secara wajar oleh

seseorang (manusia) secara umum, sebagai bentuk kesadaran pada adanya

pemahaman terhadap perbedaan, yang didasarkan karena adanya

keberagaman etnis, ras, agama dan menghargainya tanpa harus ada unsur

paksaan. Indikatornya adalah sebagai berikut:

1) Pemahaman mengenai multikultural

a) Memahami budaya bangsa sendiri

b) Memahami keanekaragaman

2) Sikap terhadap multikutural

a) Menghargai keberagaman bahasa

b) Membangun sensitivitas gender

c) Meningkatkan kepedulian sosial

d) Apresiasi terhadap nilai-nilai kebudayaan

3. Teori yang mengaitkan variabel penelitian

Sekolah merupakan instansi yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat

transfer ilmu pengetahuan, akan tetapi juga merupakan tempat penanaman nilai-

nilai pendidikan termasuk nilai-nilai multikultural. Lembaga pendidikan manapun

mengharapkan peserta didiknya tidak hanya mampu mencapai prestasi yang

bersifat akademik semata melainkan juga kematangan mental dan perilaku.

Setiap sekolah dalam prakteknya memiliki kebijakan dan cara yang

berbeda dalam mengimplementasikan cita-cita tertinggi. Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri 3 Sukoharjo merupakan sekolah berbasis umum yang berdiri

dibawah naungan Diknas. SMA Negeri 3 Sukoharjo memiliki cita-cita agar out

put (keluaran) dari SMA Negeri 3 Sukoharjo mampu melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi serta mampu mengadakan hubungan timbal balik

dengan lingkungan social, budaya dan alam sekitarnya. Jika melihat cita-cita yang

dimiliki oleh SMA Negeri 3 Sukoharjo, didalamnya terkandung cita-cita luhur

Page 20: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

yang tidak hanya menjunjung bidang keilmuan (termaktub dalam kata-kata

nilai-nilai kemanusiaan yang didalamnya tidak terlepas dari nilai-nilai moral

(Mudyahardjo, 2001:25).

SMA Negeri 3 Sukoharjo untuk mewujudkan cita-citanya membuat

kurikulum yang mengacu kepada cita-cita SMA Negeri 3 Sukoharjo. Dalam

mewujudkan cita-cita di bidang keilmuan, SMA Negeri 3 Sukoharjo membuat

kurikulum pendidikan khusus yaitu penjurusan. Penjurusan ini menjadi bekal

dasar untuk melanjutkan pada tingkat pendidikan selanjutnya yaitu perguruan

tinggi. Sedangkan untuk mewujudkan cita-cita yang kedua yakni skill dalam

berhubungan dengan sekitar, SMA Negeri 3 Sukoharjo membuat kurikulum mata

pelajaran umum yang memuat mengenai nilai-nilai kemanusiaan. Diantara mata

pelajaran tersebut adalah pelajaran Agama, PPKN, pendidikan budi pekerti dan

lainnya, dimana mata pelajaran umum ini mengandung nilai-nilai multikultural.

SMA Assalaam Sukoharjo merupakan sekolah yang setara dengan SMA

umum dengan peran dan fungsi yang sama, akan tetapi memiliki basis yang

berbeda. SMA Assalaam Sukoharjo merupakan sekolah berbasis Agama Islam

dan berada dalam naungan Departemen Agama (Depag). SMA Assalaam

Sukoharjo memiliki cita-cita dapat menghasilkan lulusan yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah, berakhlaq mulia, mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratis,

menguasai dasar-dasar ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi (Masykur, 2006:45).

Perbedaan cita-cita antara SMA Assalaam Sukoharjo dan SMA Negeri 3

Sukoharjo cukup mencolok, cita-cita SMA Assalaam Sukoharjo lebih

menekankan kepada akhlak mulia dan keimanan kepada Allah sehingga bentuk

kurikulum juga berbeda. Dalam implementasinya Kurikulum SMA Assalaam

Sukoharjo terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan umum dan pendidikan agama.

Pendidikan umum sama dengan kurikulum SMA, dengan memiliki program

penjurusan yaitu program IPA, IPS, dan bahasa. Sedangkan pendidikan agama

teraplikasi dalam mata pelajaran agama dengan lebih spesifik dan terbagi lagi

Page 21: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

menjadi beberapa mata pelajaran bahkan terdapat program khusus keagamaan

yang didalamnya lebih banyak memuat mata pelajaran agama.

Perbedaan penggunaan kurikulum dalam suatu pendidikan akan

mempengaruhi hasil pendidikan itu sendiri.

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita ketahui bahwa pendidikan mempersiapkan generasi muda untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan, tetapi memberi bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Anak-anak berasal dari masyarakat mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristiknya dan kekayaan budayanya, menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan . (Sukmadinata, 2002:58)

4. Penelitian yang Relevan

Berkaitan dengan kesadaran multikultural siswa, penelitian yang dilakukan

oleh:

1. Tri Rahayu Budi Lestari, 2010, Perbedaan

Kesadaran Menyekolahkan Anak Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Dan

Pendidikan Orang Tua Di Pulisen, Boyolali .

Dalam penelitian ini mengemukakan bahwa: (1) Tidak terdapat perbedaan

kesadaran menyekolahkan anak ditinjau dari status social ekonomi orang tua

Tidak terdapat perbedaan kesadaran menyekolahkan anak ditinjau dari

yaitu 0,500 > 0,05. (3) Tidak terdapat perbedaan kesadaran menyekolahkan

anak ditinjau dari status sosial ekonomi dan pendidikan orang tua di Pulisen,

Boyolali, yang ditunjukka

2. Dwi Setya, 2012, Pengaruh Pemahaman

Mengenai Persamaan Kedudukan Warga Negara Terhadap Sikap

Multikultural (Studi Pada Siswa Kelas Sma Assalaam di Sukoharjo Tahun

Ajaran 2011/2012)

Page 22: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Dalam penelitian ini mengemukakan bahwa : Ada pengaruh yang signifikan

antara pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara terhadap

sikap multikultural. Hal ini didasarkan atas hasil analisis data yaitu hasil

thitung= 2,28 dantelah dikonsultasikan dengan t tabel = 1,684 atau 2,28 > 1,684

dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan tersebut diterima.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan

alur pikiran penulis secara menyeluruh dan sistematis dalam memberikan

penjelasan yang didasarkan pada penelitian. Kerangka berpikir dalam penelitian

ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 1 : Skema Kerangka Berpikir

Dari gambar tersebut maka dapat dijabarkan bahwa perbedaan jenis

pendidikan dapat mempengaruhi kesadaran multikultural siswa. Hal ini

disebabkan karena beberapa faktor antara lain lingkungan sekolah, kurikulum

sekolah dan pribadi warga sekolah yang berbeda. Semakin positif lingkungan

sekolah, kurikulum sekolah dan pribadi warga sekolah maka semakin tinggi pula

kesadaran multikultural siswa, terutama kesadaran multikultural siswa yang

bersekolah di SMA berbasis multikultural.

Jenis kurikulum

Kurikulum 2013

Kurikulum KTSP

Kesadaran multikultural siswa

Lingkungan sekolah, Kurikulum,

Pribadi warga sekolah

Page 23: hesti oktavia (k6410031) - digilib.uns.ac.id filepada landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan ... Dengan posisinya yang penting tersebut, ... Landasan pengembangan kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

C. Hipotesis

Hipotesis yang peneliti rumuskan berdasarkan kerangka berpikir diatas,

serta berdasarkan teori yang ada, adalah sebagai berikut : Ada perbedaan yang

signifikan kesadaran multikultural siswa yang bersekolah di SMA Assalam dan

SMA Negeri 3 Sukoharjo, sebagaimana dijelaskan dalam teori bahwa perbedaan

penggunaan kurikulum dalam suatu pendidikan akan mempengaruhi hasil

pendidikan itu sendiri. Sukmadinata (2002:58) menjelaskan, Kurikulum dapat

dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,

kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan . Penjelasan dari

perbedaan kurikulum disini, dikarenakan SMA Assalam dalam kurikulumnya

lebih menekankan kepada akhlak mulia dan keimanan kepada Allah dan dalam

implementasinya Kurikulum SMA Assalaam Sukoharjo terbagi menjadi dua,

yaitu pendidikan umum dan pendidikan agama, sedangkan di SMA Negeri 3

Sukoharjo hanya pendidikan umum saja.