2. landasan teori 2.1.pendahuluan · 1. bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin...

17
3 Universitas Kristen Petra 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan Industri konstruksi merupakan lapangan kerja yang memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi dibandingkan dengan lapangan kerja lainnya. Kesulitan dan kerumitan terjadi disebabkan oleh banyaknya item pekerjaan yang ada di dalamnya dan saling berhubungan satu sama lain. Salah satu item pekerjaan yang paling penting dan utama adalah pekerjaan pondasi. Pekerjaan pondasi ini harus dilakukan dengan benar dan tepat di lapangan agar tidak terjadi masalah dikemudian hari. Hal ini akan sangat mempengaruhi volume pekerjaan yang akan diselesaikan, dan tentunya hal ini juga akan berpengaruh pada cepat atau lambatnya waktu penyelesaian suatu proyek konstruksi. Waktu penyelesaian suatu proyek menjadi kunci utama keberhasilan suatu perusahaan jasa konstruksi. Salah satu usaha yang harus dilakukan untuk menjaga agar proyek konstruksi dapat selesai tepat waktu adalah dengan melakukan kontrol produktifitas kerja setiap item pekerjaan yang ada mulai dari awal proyek berlangsung. Dengan melakukan kontrol produktifitas kerja akan meminimalkan terjadinya keterlambatan (delay). Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan untuk melakukan kontrol produktifitas kerja agar proyek konstruksi dapat selesai tepat waktu. 2.2.Jacked Pile Driving 2.2.1.Pengertian Jacked Pile Driving Jacked pile driving merupakan alat berat yang digunakan untuk pekerjaan pondasi dalam, yang berfungsi untuk menancapkan tiang pancang ke dalam tanah hingga kedalaman tertentu. Baik tiang pancang maupun jacked pile driving yang digunakan memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran sesuai dengan kebutuhan proyek konstruksi.

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

3 Universitas Kristen Petra

2. LANDASAN TEORI

2.1.Pendahuluan

Industri konstruksi merupakan lapangan kerja yang memiliki tingkat

kesulitan dan kerumitan yang tinggi dibandingkan dengan lapangan kerja lainnya.

Kesulitan dan kerumitan terjadi disebabkan oleh banyaknya item pekerjaan yang

ada di dalamnya dan saling berhubungan satu sama lain. Salah satu item pekerjaan

yang paling penting dan utama adalah pekerjaan pondasi. Pekerjaan pondasi ini

harus dilakukan dengan benar dan tepat di lapangan agar tidak terjadi masalah

dikemudian hari. Hal ini akan sangat mempengaruhi volume pekerjaan yang akan

diselesaikan, dan tentunya hal ini juga akan berpengaruh pada cepat atau lambatnya

waktu penyelesaian suatu proyek konstruksi.

Waktu penyelesaian suatu proyek menjadi kunci utama keberhasilan suatu

perusahaan jasa konstruksi. Salah satu usaha yang harus dilakukan untuk menjaga

agar proyek konstruksi dapat selesai tepat waktu adalah dengan melakukan kontrol

produktifitas kerja setiap item pekerjaan yang ada mulai dari awal proyek

berlangsung. Dengan melakukan kontrol produktifitas kerja akan meminimalkan

terjadinya keterlambatan (delay). Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan salah satu

acuan untuk melakukan kontrol produktifitas kerja agar proyek konstruksi dapat

selesai tepat waktu.

2.2.Jacked Pile Driving

2.2.1.Pengertian Jacked Pile Driving

Jacked pile driving merupakan alat berat yang digunakan untuk pekerjaan

pondasi dalam, yang berfungsi untuk menancapkan tiang pancang ke dalam tanah

hingga kedalaman tertentu. Baik tiang pancang maupun jacked pile driving yang

digunakan memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran sesuai dengan kebutuhan

proyek konstruksi.

Page 2: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

4 Universitas Kristen Petra

2.2.2.Bagian Jacked Pile Driving

Gambar 2.1 berikut ini akan menjelaskan tentang bagian – bagian dari

jacked pile driving :

Gambar 2.1. Bagian Jacked Pile Driving

Sumber : Hartiman H.R. & Susan (1995)

Page 3: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

5 Universitas Kristen Petra

2.2.3.Kelebihan Jacked Pile Driving

Jacked pile driving merupakan teknik pemancangan dengan menggunakan

metode jacking system. Jacking system itu sendiri adalah sistem pelaksanaan

pemasangan tiang pondasi yang menggunakan dongkrak hidrolis. Jacked pile

driving mempunyai keunggulan dalam menjaga kelestarian lingkungan

dibandingkan metode pile driving yang lainnya. Selain itu, didalam penggunaan

jacked pile juga dapat diketahui besarnya gaya jack saat pelaksanaan melalui

manometer. Penggunaan jacking pile ini memiliki beberapa kuntungan antara lain :

1. Tidak ada polusi, getaran, dan tidak ada suara yang berlebihan (noise).

2. Kapasitas beban dari tiap tiang diketahui saat pelaksanaan.

3. Lebih ekonomis dibanding dengan sistem piling yang lain.

4. Akurasi yang tinggi dalam proses instalasi.

5. Waktu konstruksi yang cepat.

6. Pengngkutan dan penanganan yang praktis.

7. Steel-end plate dan rigid welded joint.

8. Aplikasi (penggunaan) yang luas.

2.2.4.Tahap Instalasi Jacked Pile Driving

Berikut ini merupakan tahapan instalasi jacked pile driving :

1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah

berada pada posisinya.

2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan dolly dan prosedur

jacking diteruskan untuk menggerakkan tiang sampai mencapai full length.

3. Segera setelah kepala tiang mencapai plat form, jack kembali diangkat ke

puncak tiang dan dolly dipindahkan keluar. Drive compartement sekarang

siap untuk menerima bagian tiang yang lain.

4. Bagian pile yang kedua dipasang dan dihubungkan dengan mengelas pada

bagian yang pertama. Proses ini kemudian diulangi sampai monitoring load

yang dibutuhkan dari manometer telah tercapai.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2

Page 4: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

6 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.2. Tahapan Instalasi Jacked Pile Driving

Sumber : Hartiman H.R. & Susan (1995)

Page 5: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

7 Universitas Kristen Petra

2.3.Produktifitas

2.3.1.Pengertian Produktifitas

Clifford and Mayo (1993) mengatakan bahwa produktifitas adalah output

per jam kerja atau value per jam kerja. Kontraktor biasanya cenderung untuk

menghubungkan definisi produktifitas dengan hasil yang diperoleh dari pekerjaan

karena hal tersebut dapat menyebabkan perubahan akan jam kerja, jumlah tenaga

kerja yang dibutuhkan, atau peralatan yang digunakan. Produktifitas dapat dihitung

dengan menggunakan formula : Productivity = Units of output (or output money

value) / worker hour

Nunnaly (1998) menyatakan bahwa disini terdapat ketidaksetujuan

mengenai definisi daripada produktifitas yang ada dalam industri konstruksi.

Sebagaimana pada umumnya produktifitas diartikan sebagai hasil (output) yang

berupa barang dan jasa konstruksi per jumlah penggunaan (input) pekerja. Dengan

jelas diketahui bahwa definisi tersebut telah mengabaikan pemasukan (kontribusi)

daripada teknologi dan modal investasi dalam proses penghitungan

produktifitas.Dalam industri konstruksi berat telah mendemonstrasikan bahwa

dengan menggunakan alat berat dalam jumlah yang lebih besar dan lebih produktif

dapat meningkatkan produktifitas dan menurunkan biaya pekerja dalam menghadapi

kenaikan biaya pekerja dan material. Sehingga kami menggunakan definisi

tradisional untuk mengartikan produktifitas, yaitu output per unit input pekerja dan

memfokuskan perhatian kami pada meningkatnya efektifitas biaya sesuai dengan

bertambah baiknya kemampuan dalam mengelola / mengatur.

2.3.2.Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Produktifitas

1. Lingkungan (Environment)

Lingkungan merupakan salah satu faktor utama yang dapat mendukung atau

menghambat produktifitas kerja pada industri konstruksi. Pada proses pemancangan

sering terjadi masalah yang berhubungan dengan faktor lingkungan, seperti

kebisingan yang ditimbulkan, asap tebal yang dihasilkan akibat proses pembakaran

pada alat pancang, getaran - getaran yang terjadi pada saat pemancangan

Page 6: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

8 Universitas Kristen Petra

berlangsung, dll. Hal – hal tersebut akan sangat mempengaruhi dan memberikan

dampak pada lingkungan sekitar seperti kerusakan bangunan tetangga di sekitar

lokasi pemancangan, kerusakan jalan raya sebagai akses menuju proyek, perubahan

kondisi tanah disekitar area proyek, dll. Oleh sebab itu faktor lingkungan ini perlu

mendapat perhatian lebih agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.

2.Peralatan (Equipment)

Pada proses pemancangan, kondisi daripada peralatan (jacked pile driving)

yang digunakan harus diperhatikan karena alat ini merupakan alat yang utama dan

paling penting pada proses pemancangan. Perawatan alat secara rutin akan

memberikan pengaruh yang berarti pada produktifitas kerja di lapangan. Perawatan

tersebut antara lain seperti mengganti oli mesin dan oli hidrolis tepat waktu,

Pengecekan gerak crane dan kapasitas kaitnya, Pengecekan pada kaki – kaki alat

dan roda penggeraknya. Apabila pada saat proses pemancangan sedang berlangsung

terjadi kerusakan pada alat, maka akan terjadi keterlambatan waktu pemancangan

dan menurunkan produktifitas kerja.

3.Pekerja (Labor)

Pekerja merupakan faktor utama yang paling komplek dibandingkan dengan

faktor – faktor yang lainnya. Pekerja merupakan sumber daya manusia yang

dipengaruhi oleh banyak hal sehingga tidak mudah dalam pengendaliannya. Pada

kasus ini adalah pekerjaan pondasi, yang mana jumlah pekerja yang ada tidak

terlalu banyak. Produktifitas disini dipengaruhi oleh kemampuan, pengetahuan,

kreatifitas dan kerjasama dalam tim, sehingga hal tersebut perlu mendapat perhatian

lebih.

Maslach dan Leiter (1997) mendidentifikasi adanya 6 area ketidak cocokan

antara pekerja dengan pekerjaannya yang mana hal tersebut dapat memicu

seseorang untuk melepaskan pekerjaannya atau menurunkan keefektifan /

produktifitas mereka dalam bekerja. 6 area tersebut antara lain :

• Kerja berlebih (work overload) : dimana terjadi penurunan hasil yang

diperoleh dan digunakan strategi untuk meningkatkan produktifitas secara

intensif adalah dengan menambah jumlah jam kerja dan volume pekerjaan.

Page 7: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

9 Universitas Kristen Petra

Hasil dari strategi yang tidak sesuai antara waktu dan tenaga para pekerja

ternyata menyebabkan menurunnya produktifitas kerja.

• Kurang atau tidak adanya pengendalian : dimana para pekerja tidak

memiliki kemampuan untuk menentukan prioritas kerja mereka dari hari ke

hari atau untuk keterlibatan mereka dalam mengambil keputusan

menggunakan sumber daya yang ada. Tanpa adanya pengendalian, pekerja,

tenaga ahli, tidak dapat menyeimbangkan kepentingan mereka dengan

sesamanya dalam organisasi dan kehilangan kepentingan dalam pekerjaan

mereka.

• Kurangnya upah atau gaji yang didapat : dimana pekerjaan memberikan

upah atau gaji yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang diharapkan

para pekerja. Tidak adanya ketertarikkan pada upah atau gaji akan

berpengaruh pada performa kerja yang baik, bekerja dengan rasa hormat

pada rekannya dan menikmati pekerjaan masing – masing merupakan

harapan yang penting. Kehilangan kenikmatan dalam bekerja akan

berdampak pada kreatifitas berpikir para pekerja dan kemampuan mereka

dalam menyelesaikan masalah kerja.

• Masalah dalam komunitas : kedekatan kerja yang rendah sering

menyebabkan pecahnya hubungan antar sesama dalam bekerja dan

menurunkan efektifitas kerjasama tim. Pertikaian yang terjadi sering

menjadi ancaman dalam lingkungan sosial organisasi. Masing – masing

pekerja menggunakan kemampuan individu dan tenaga tanpa meminta

bantuan rekannya, tetapi hal ini dapat mengembangkan kemampuan

seseorang dalam jangka waktu yang lama.

• Ketidak hadiran yang disengaja : pekerja membutuhkan untuk merasa

bahwa tempat kerja mereka baik, sebuah tempat yang dapat dipercaya,

terbuka dan memperlakukan orang dengan hormat. Apabila perasaan ini

hilang, maka para pekerja akan menjadi tidak nyaman di tempat kerja

mereka, dan memilih untuk tidak hadir saat jam kerja berlangsung.

• Peretentangan nilai : dimana disini terdapat pertentangan antara nilai dari

individu dengan organisasi mereka. Pertentangan nilai ini dapat terjadi

Page 8: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

10 Universitas Kristen Petra

akibat kode etik profesi dan realita keinginan mencari keuntungan pada

kehidupan nyata.

4.Material

Material memiliki arti penting dalam menentukan produktifitas kerja di

proyek. Keterlambatan datangnya material atau material yang diterima tidak sesuai

spesifikasi akan mempengaruhi jadwal proyek yang ada dan hal ini akan merugikan

kontraktor. Pekerja dan pile driving yang ada tidak dapat segera bekerja karena

tidak adanya material, dalam hal ini material berupa tiang pancang. Para pekerja

yang menunggu datangnya material menjadi tidak produktif karena waktu yang ada

tidak digunakan untuk bekerja.

5.Management

Pihak management merupakan pengatur atau pengelola para pekerja di

lapangan. Kemampuan dalam hal merencanakan, penempatan lokasi, pemantauan

kemajuan proyek akan sangat dibutuhkan disini. Management yang buruk akan

berpengaruh pada kinerja para pekerja di lapangan dan tentunya akan menurunkan

produktifitas kerja.

Untuk tiap – tiap proyek konstruksi akan diperoleh tingkat produktifitas

yang berbeda – beda, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain (Nunnaly, 1998) :

• Kombinasi antara pekerja dan peralatannya.

• Suhu udara (weather).

• Kemampuan dalam hal desain konstruksi (constructability).

• Lamanya jam kerja (workday).

• Day shift dan night shift.

• Efisiensi dari alat – alat yang digunakan.

• Usaha yang dilakukan oleh tenaga kerja.

• Tingkat pelatihan dari tenaga kerja.

• Jumlah tenaga kerja yang digunakan.

• Peraturan daerah

Page 9: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

11 Universitas Kristen Petra

2.4.Metode Productivity Delay Model

2.4.1.Konsep Umum

Metode productivity delay model merupakan salah satu metode yang dapat

digunakan untuk menghitung produktifitas kerja pada suatu proyek konstruksi.

Metode ini menghitung nilai / tingkat produktifitas kerja dengan mengacu pada

lamanya keterlambatan (delay) yang terjadi selama jam kerja. Keterlambatan

(delay) disebabkan oleh banyak hal, sehingga pada metode ini faktor penyebab

keterlambatan (delay) dikelompokkan menjadi 5 faktor, antara lain lingkungan

(environment), peralatan (equipment), pekerja (labor), material, dan management.

Untuk lebih jelasnya mengenai faktor penyebab keterlambatan (delay) dapat dilihat

pada Sub bab 2.4.2

Adrian (1974) mengatakan bahwa metode productivity delay model

(MPDM) adalah teknik hasil modifikasi dari traditional time dan motion study

concepts. Teknik ini dikembangkan untuk dapat memberikan pertimbangan kepada

perusahaan jasa konstruksi seperti perhitungan, perkiraan, dan peningkatan metode

produktifitas kerja. Ini terhubung dengan bagian dari teknik lain seperti work

sampling, production function analysis, statistical analysis, time study, and

balancing models. Masing – masing teknik tersebut mendukung untuk meyakinkan

kualitas dan aplikasi daripada produktifitas.

MPDM terdiri dari 4 tahap, antara lain pengumpulan data, pengolahan data,

penyusunan data, dan terakhir adalah pengimplementsaian data. Pada tahap

pengumpulan data harus terdapat 3 konsep dasar dari MPDM, antara lain (1) jumlah

produksi, (2) siklus produksi, (3) metode pemanfaatan sumber daya.

2.4.2.Faktor Keterlambatan (Delay) Pada MPDM

Metode productivity delay model ini selain menghitung jumlah produksi,

siklus produksi, dan waktu berlangsungnya proses produksi, namun juga

memperhitungkan terjadinya keterlambatan (delay) di lapangan. Keterlambatan

(delay) itu sendiri disebabkan oleh banyak faktor, namun pada metode ini faktor –

faktor tersebut dikelompokkan menjadi 5 bagian, antara lain :

Page 10: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

12 Universitas Kristen Petra

• Environment : perubahan kondisi tanah, perubahan dinding pembatas area

proyek, perubahan batas jalan.

• Equipment : tempat penyimpanan peralatan, cara mengoperasikan

peralatan yang digunakan.

• Labor : pekerja yang menunggu pekerja lain, pekerja yang malas,

pekerja yang mengalami kelelahan, pekerja yang tidak produktif karena

tidak memiliki pengetahuan dan pelatihan mengenai pekerjaan yang akan

dilakukan.

• Material : tidak tersedianya material ketika dibutuhkan untuk proses

pekerjaan di lapangan, adanya material yang tidak sempurna atau rusak.

• Management : perencanaan yang kurang baik, seperti penempatan sumber

daya yang kurang baik (baik material maupun pekerjanya), penataan site

lay-out yang kurang baik.

Macam – macam penyebab keterlambatan (delay) diatas dapat digunakan

sebagai acuan pada suatu proyek di dunia nyata dan dapat ditambah maupun

dikurangi sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Untuk pengamatan dan

pendokumentasian tiap penyebab keterlambatan (delay) pada masing- masing item

pekerjaan membutuhkan keterampilan dan ketelitian agar didapatkan hasil yang

akurat. “Kemampuan dalam menggunakan metode ini untuk penghitungan

productivity delay model akan meningkat seiring dengan bertambahnya

pengalaman latihan” (Adrian and Boyer, 1976).

“Sebuah contoh dengan skala kecil akan membantu dalam pemahaman

teknik pengumpulan data, mengolah, menyusun, dan mengimplementasikannya”

(Adrian, 1974). Dalam contoh yang ada dalam bukunya, ia menggunakan teknik

yang disebut production cycle delay sampling (PCDS) untuk mengumpulkan

data.Untuk meyakinkan bahwa nondelay cycles benar – benar nondelay, maka

harus selalu dikoreksi dan dilihat bahwa semua nondelay cycles times adalah

kurang dari delay cycle times. Jika setelah dikoreksi dan dilihat ternyata nondelay

cycle times lebih besar daripada delay cycle times, maka dianggap telah terjadi

kesalahan dalam pengumpulan data.

Page 11: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

13 Universitas Kristen Petra

2.4.3.Production Cycle Delay Sampling (PCDS)

Production cycle delay sampling merupakan metode yang digunakan untuk

proses pengumpulan data. Dengan menggunakan metode ini, maka akan didapatkan

lamanya waktu siklus produksi, lamanya waktu keterlambatan (delay) yang terjadi,

mengetahui faktor penyebab keterlambatan (delay). Dari data – data yang telah

diperoleh dari pencatatan langsung di lapangan, maka dapat diketahui siklus

produksi mana yang dapat selesai tepat waktu dan yang mengalami keterlambatan

waktu penyelesaiannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1

Sebelum menjelaskan langkah – langkah untuk mengolah data production

cycle delay sampling (PCDS), ini harus dijelaskan terlebih dahulu bahwa terdapat

dua metode yang berbeda dalam pengumpulan data informasi keterlambatan (delay)

menggunakan metode PCDS. Metode yang pertama adalah mendokumentasikan

lamanya waktu untuk tiap – tiap keterlambatan (delay) yang terjadi ketika siklus

produksi sedang berlangsung. Waktu keterlambatan (delay) ini terjadi degan cepat

sehingga pengumpul data juga harus bekerja dengan cepat dan disertai dengan

kemampuan untuk melihat dan mendokumentasikan semua keterlambatan (delay)

yang terjadi. Metode yang lainnya, yang mana membutuhkan ketelitian untuk

menghitung rata – rata waktu siklus tidak terjadi keterlambatan (nondelay) untuk

tiap – tiap aktifitas pekerjaan (Halpin, 1992).

Tabel 2.1.Contoh Form PCDS (Adrian, 1974) PRODUCTION CYCLE DELAY SAMPLING

Page__of__ Date : / / Unit :

Method : Contrived Example Production unit :

Delay No. Production

Time

Environmental Equipment Labor Material Management

Minus

Mean

Non-

Delay

Time

Delay

Remarks

Page 12: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

14 Universitas Kristen Petra

Keterangan Tabel 2.1 :

• Kolom 1 (No.) : Pada kolom ini akan diisikan nomor pengamatan.

• Kolom 2 (production time) : pada kolom ini akan diisikan hasil pencatatan

waktu pemancangan untuk satu titik pancang, dari awal pemancangan

dimulai hingga selesai.

• Kolom 3 (delay) : kolom ini terbagi menjadi 5, yang masing - masing

berisikan faktor penyebab terjadinya keterlambatan yang telah dijelaskan

sebelumnya. Pada saat pengamatan akan dicatat waktu keterlambatan yang

terjadi pada kolom faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan

tersebut.

• Kolom 4 (Minus mean non-delay time) : kolom ini adalah selisih waktu

antara siklus pemancangan yang mengalami keterlambatan dengan siklus

pemancangan yang tidak mengalami keterlambatan.

• Kolom 5 (delay remarks) : ini merupakan kolom yang disediakan untuk

mencatat keterangan mengenai keterlambatan yang terjadi.

2.4.4.Penggunaan Metode Productivity Delay Model (MPDM)

Setelah proses pengumpulan data di lapangan selesai dilakukan, maka data –

data tersebut akan diolah dengan menggunakan suatu metode tertentu agar dapat

dicapai tujuan daripada pengamatan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk

proses pengolahan data adalah metode productivity delay model (MPDM). Dari

hasil pengolahan data menggunakan metode ini akan diperoleh hasil berupa

besarnya produktifitas secara ideal (tanpa ada keterlambatan) dan produktifitas

secara keseluruhan (termasuk terjadinya keterlambatan), termasuk juga besarnya

pengaruh dari masing – masing faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan.

Proses pengolahan data dengan menggunakan MPDM ini hanya terdiri dari

penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Hal ini dilakukan untuk

memudahkan model perhitungan dan penerapannya di dunia nyata (Halpin, 1992).

Bentuk proses pengolahan data seperti terlihat pada Tabel 2.2 dengan menggunakan

data yang telah didapat dari Tabel 2.1.

Page 13: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

15 Universitas Kristen Petra

Keterangan Tabel 2.2 :

• Baris A : Non delayed production cycle

Non delayed production cycle merupakan hasil pencatatan waktu siklus

pemancangan yang tidak mengalami keterlambatan.

Baris ini terdiri dari :

1) Jumlah total nondelayed production cycle times.

2) Banyaknya nondelayed production cycles.

3) Nilai rata - rata dari nondelayed production cycles times.

4) Besarnya nilai variasi yang dapat dihitung dengan cara :

∑(│(non-delayed cycle time) – (mean non-delayed cycle time)│) / n

Tabel 2.2.Contoh form pengolahan data dengan MPDM (Adrian, 1974)

MPDM Processing

Date : __/__/____ Production Unit :

Method : Example

Unit Total Production Cycle Times Production Cycles Mean Cycle Times Σ(|(Cycle Time)-(Non-

Delay Cycle Time)|)/n

A) Non-delayed productioncycles

B) Overall production cycles

DELAY INFORMATION

Delay

Environment Equipment Labor Material Management

C) Occurrences

D) Total added time

E) Probability of occurrence *

F) Relative severity **

G) Expected % delay time per production cycle ***

Page 14: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

16 Universitas Kristen Petra

* Delay cycles / total number of cycles

** Mean added cycle time / mean overall cycle time = (row D / row C) / row B

*** Row E times row F times 100 %

• Baris B : Overall production cycles

Overall production cycles merupakan hasil pencatatan waktu siklus

pemancangan secara keseluruhan, baik yang mengalami keterlambatan

maupun yang tidak mengalami keterlambatan.

Baris ini terdiri dari :

1) Jumlah total dari seluruh production cycle times.

2) Banyaknya production cycles.

3) Nilai rata - rata dari overall production cycle times.

4) Nilai variasi yang dapat dihitung dengan cara :

∑(│(overall cycle time) – (mean overall cycle time)│) / n

• Baris C : Occurrences

Occurrences merupakan banyaknya kejadian keterlambatan saat proses

pemancangan.

Baris ini sederhana karena hanya berisi jumlah kejadian untuk tiap – tiap

faktor penyebab keterlambatan (delay) yang ditinjau.

• Baris D : Total added time

Total added time merupakan besarnya pertambahan waktu pemancangan

akibat keterlambatan (delay) yang terjadi.

Besarnya pertambahan waktu untuk masing – masing penyebab

keterlambatan (delay) ditampilkan di sini. Jika besarnya pertambahan waktu

untuk masing – masing penyebab keterlambatan telah diketahui, maka dapat

dihitung jumlah pertambahan waktu untuk masing – masing faktor penyebab

keterlambatan (delay).

• Baris E : Probability of occurrence

Probability of occurrence merupakan besarnya kemungkinan / peluang

terjadinya keterlambatan saat proses pemancangan.

Page 15: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

17 Universitas Kristen Petra

Besarnya probability of occurrence masing – masing penyebab

keterlambatan (delay) dapat dihitung dengan cara :

Occurrences / banyaknya overall production cycles

• Baris F : Relative severity

Relative severity merupakan besarnya tingkat kerumitan dari masing –

masing faktor penyebab keterlambatan yang terjadi.

Besarnya relative severity masing – masing penyebab keterlambatan (delay)

dapat dihitung dengan cara :

(Total added time / occurrences) / mean overall production cycle time

• Baris G : Expected percent delay time for production cycle

Expected percent delay time for production cycle merupakan besarnya

prosentase waktu keterlambatan siklus pemancangan yang diharapkan.

Besarnya expected percent delay time for production cycle ini dapat dihitung

dengan cara :

Probability of occurrence x relative severity x 100%.

2.4.5.Analisa Dan Kesimpulan Hasil MPDM Processing

Dengan melakukan pengumpulan dan pengolahan data secara lengkap

dengan metode productivity delay model (MPDM), maka dapat dianalisa dan ditarik

kesimpulan mengenai produktifitas kerja pada proyek yang ditinjau. Untuk

menganalisa hasil dari MPDM processing dapat digunakan persamaan produktifitas

(productivity equation) dan untuk hasil perhitungan data mengenai delay

information dapat dibuat bentuk diagramnya untuk memudahkan dalam

menganalisa dan menarik kesimpulan.

2.4.6.Persamaan Produktifitas (Productivity Equation)

Metode persamaan produktifitas merupakan metode yang dapat digunakan

untuk menganalisa produktifitas secara keseluruhan atau aktual sebagai suatu fungsi

Page 16: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

18 Universitas Kristen Petra

yang menyertakan faktor keterlambatan (delay) didalamnya. Metode persamaan

produktifitas ini dibagi menjadi dua bagian, antara lain :

1. Ideal productivity

Ideal productivity pada umumnya diasumsikan sebagai nilai produktifitas

yang didapatkan dari kondisi tidak terjadi keterlambatan (delay) pada siklus

produksinya. Hal ini tidak selalu tepat karena pada kondisi tertentu mungkin ada

beberapa keterlambatan (delay) tidak terdeteksi. Tetapi jika pengguna metode ini

merasa hal ini adalah tepat, maka dari hasil penelitian dengan menggunakan work

sampling didapatkan suatu metode yang dapat digunakan untuk menghitung ideal

productivity. Persamaan untuk menghitung ideal productivity seperti berikut ini :

Ideal productivity = 1 / mean nondelay cycle time

2. Overall productivity

Overall productivity merupakan penghitungan produktifitas yang sesuai

dengan yang terjadi pada kenyataan di lapangan. Metode penghitungan

produktifitas ini dikatakan sesuai dengan kenyataan karena memperhitungkan

juga adanya faktor keterlambatan (delay), sehingga besarnya produktifitas yang

dihasilkan tidak akan sama dengan yang diharapkan sebelumnya. Overall

productivity dapat dihitung dengan menggunakan persamaan seperti di bawah

ini :

Overall productivity = 1 / mean overall cycle time

Setelah dilakukan perhitungan produktifitas dengan menggunakan dua

metode diatas, maka akan didapatkan dua buah hasil yang berbeda. Dari kedua buah

hasil tersebut dapat dibandingkan antara ideal productivity dan overall productivity,

seberapa besar selisih dari keduanya. Semakin besar selisihnya, berarti semakin

buruk produktifitas kerja di lapangan karena menandakan bahwa sering terjadi

keterlambatan (delay), dan semakin kecil selisihnya, berarti produktifitas di

lapangan semakin mendekati ideal (sesuai harapan).

Sedangkan untuk data hasil delay information (Tabel 2.2) dapat dibuat

dalam bentuk diagramnya sehingga dapat terlihat faktor penyebab keterlambatan

Page 17: 2. LANDASAN TEORI 2.1.Pendahuluan · 1. Bagian tiang pertama dijacked separuh ke bawah dengan mesin yang sudah berada pada posisinya. 2. Jack secara berurutan diangkat untuk memasukkan

19 Universitas Kristen Petra

(delay) yang paling dominan dan sering terjadi, sehingga dapat membantu

kontraktor untuk mengambil tindakan antisipasi terhadap faktor penyebab

keterlambatan (delay) tersebut di kemudian hari.