bab ii landasan teori dan hipotesis -...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Di era saat ini pemasaran (terutama pemasaran jasa)adalah salah satu faktor
terpenting untuk menjalankan perusahaan yang bergerak dibidang jasa. Pemasaran
jasa merupakan upaya pemenuhan kebutuhan kepuasan pelanggan. Dengan demikian
keberadaan pelanggan sangat diutamakan didalam pemasaran jasa.
2.1 Pelayanan
Sesama manusia memiliki suatu kewajiban untuk melayani keperluan
orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan organisasi sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan (H.A.S. Moenir, 2001:16)
2.1.1 Pegertian Pelayanan
Pelayanan merupakan suatu bentuk kewajiban yang dilakukan oleh
sesama manusia untuk saling memenuhi kebutuhan dan kepentingannya
masing – masing. Pelayanan juga merupakan alat untuk menjalankan suatu
usaha yang bergerak dibidang jasa.
Sedangkan menurut Hoyer & Fassnacht (dalam Fandy Tjiptono &
Gregorius Chandra, 2005 : 49), mendefinisikan pelayanan sebagai strategi
bersaing. Orientasi layanan sebagai strategi bisnis diidentifikasi memiliki tiga
dimensi utama : (1) Jumlah layanan yang ditawarkan; (2) Jumlah pelanggan
yang ditawari masing – masing layanan yang bersangkutan ; dan (3) Seberapa
aktif pengecer menawarkan layanan – layanan tersebut kepada para pelanggan.
11
Berdasarkan pengertian tersebut pelayanan adalah suatu alat yang
berkaitan erat dengan strategi bersaing antar perusahaan jasa untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan pihak – pihak yang terkait.
2.1.2 Bentuk Pelayanan
Bentuk pelayanan merupakan wujud perlakuan secara nyata yang
mencakup ketiga hal, yaitu : Pelayanan dengan Lisan, Pelayanan melalui
tulisan, dan Pelayanan dengan perbuatan (H.A.S. Moenir 2001 : 190)
Adapun bentuk penjabaran dari ketiga bentuk pelayanan tersebut
meburut H.A.S. Moenir :
1. Pelayanan dengan Lisan
Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas dibidang hubungan
masyarakat (HUMAS), bidang layanan informasi dan bidang – bidang lain
yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun
yang memerlukan agar pelayanan lisan berhasil sesuai dengan yang
diharapan, ada syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan
tersebut, yaitu :
• Memahami benar masalah – masalah yang termasuk dalam bidang
tugasnya.
• Mampu memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar, singkat
tetapi cukup jelas sehinnga memuaskan bagi pihak yang
berkepentingan.
• Bertingkah laku sopan dan ramah – tamah.
• Meski dalam keadaan “sepi”, hendaknya tidak “ngobrol” atau bercanda
dengan teman, karena akan menyebabkan tamu menjadi segan untuk
bertanya.
• Tidak melayani orang – orang yang ingin sekedar “ngobrol” dengan
cara yang sopan.
2. Pelayanan dengan Tulisan
Pelayanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan yang paling
menonjol dalam pelaksanaan tugas, tidak hanya dari segi jumlah tetapi
juga dari segi peranannya. Pada dasarnya pelayanan melalui tulisan cukup
efisien terutama bagi pelayanan jarak jauh karena faktor biaya. Agar
pelayanan dalam bentuk tulisan dapat memuaskan pihak yang dilayani,
satu hal yang harus diperhatikan ialah faktor kecepatan, baik dalam
pengolahan masalah maupun dalam proses penyelesaiannya.
3. Pelayanan berbentuk Perbuatan
Dalam layanan sehari – hari jenis layanan ini memang tidak terhindar
dari layanan lisan, jadi antara layanan perbuatan dan layanan lisan sering
bergabung.
2.1.3 Komponen – komponen Pelayanan
Komponen – komponen ini diantaranya :
1. Fasilitas penunjang
Sumber daya fisik harus ada sebelum sebuah jasa dapat ditawarkan
kepada konsumen atau pelanggan.
2. Barang – barang pendukung (fasilitator)
Bahan – bahan yang dibeli atau dikonsumsi oleh pembeli atau
pelanggan. Kriteria penilaian konsumen untuk komponen ini
meliputi aspek konsistensi, kuantitas, dan variasi atau pilihan yang
tersedia.
3. Jasa – jasa eksplisit
Segala manfaat yang dapat diamati dan dirasakan dengan panca
indra.
4. Jasa – jasa implisit.
Manfaat psikologis yang hanya dirasakan oleh pengguna jasa
pelayanan secara samar – samar. Dengan kata lain, komponen ini
berupa karakteristik sekstrinsik yang melengkapi suatu jasa (Mudie
& Cottam, dalam bukunya Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra,
2005:39)
Dalam pelayanan terdapat beberapa factor pendukung yang penting,
diantaranya adalah :
1. Faktor kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung
dalam bidang pelayanan tersebut.
2. Faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan
3. Faktor organisasi yang merupakan alat serta system yang
memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan
4. Faktor pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup
minimum
5. Faktor ketrampilan petugas
6. Faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan
Keenam faktor tersebut masing – masing mempunyai peranan berbeda
tetapi saling berpengaruh dan secara bersama – sama akan mewujudkan
pelaksanaan pelayanan secara baik berupa pelayanan verbal, pelayanan tulisan
atau pelayanan dalam bentuk gerakan, tindakan atau tanpa peralatan (Moenir,
2001:88).
Pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau
sekelompok orang dengan dasar landasan adanya :
1. Kebutuhan : kebutuhan pelanggan ini merupakan dasar atau
landasan dimulainya kegiatan pemasaran. Para produsen atau
perusahaan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan
pelanggannya yang menjadi sasarannya untuk jasa yang
dihasilkan.
2. Prosedur : Tahap – tahap yang berusaha dicapai oleh perusahaann
dalam menyelesaikan suatu aktivitas pelayanan jasa ataupun dalam
memecahkan suatu permasalahan yang timbul dalam perusahaan
3. Metode : Cara yang teratur dan terfikir baik – baik untuk mencapai
maksud ( dalam bidang penyampaian pelayanan ) dan untuk
memudahkan pelaksanaan pelayanan guna mencapai tujuan yang
ditentukan
4. Sistem : Seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan
sehingga membentuk suatu totalitas dalam penyampaian jasa atau
pelayanan tersebut
(Moenir, 2001:27)
2.1.4 Orientasi Pelayanan
Konsep orientasi pelayanan erat kaitannya dengan orientasi pasar.
Bila orientasi pasar menekankan aspek praktik, kebijakan, dan prosedur
layanan sebuah organisasi, orientasi pelayanan lebih berfokus pada
penyelarasan antara kapabilitas unit organisasi dan kebutuhan pelanggan
dalam rangka mencapai tujuan kinerja bisnis (Fandy Tjiptono & Gregorius
Chandra, 2005:39).
Menurut Lytle, Hom & Mokwa 9dalam Fandy Tjiptono &
Gregorius Chandra, 2005:45), adapun cara pengukuran orientasi pelayanan,
yaitu dengan menggunakan skala orientasi pelayanan. Skala ini
dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana organisasi yang mengadopsi dan
menerapkan kebijakan, praktik dan prosedur spesifik yang mencerminkan
kesempurnaan pelayanan (service Excellece)
2.1.5 Strategi Pelayanan
Beberapa strategi yang dapat menghasilkan kesesuaian yang lebih
baik antara permintaan dan penawaran dalam bisnis jasa pelayanan.
Disisi Permintaan :
• Penetapan harga diferensial akan menggeser sejumlah permintaan
dari periode sibuk ke periode tidak sibuk.
• Mengusahakan permintaan untuk periode yang tidak sibuk.
• Jasa pelengkap dapat dikembangkan selama jam sibuk untuk
memberikan alternatif bagi pelanggan yang menunggu.
• Sistem pemesanan merupakan cara untuk mengelola level
permintaan.
Disisi Penawaran :
• Karyawan paruh waktu digunakan untuk melayani permintaan yang
tinggi.
• Rutinitas efisiensi pada jam sibuk dapat diperkenalkan. Pemberi jasa
hanya melakukan tugas – tugas ini selama periode sibuk.
• Meningkatkan partisipasi konsumen dalam tugas.
• Berbagai jasa dapat dikembangkan.
• Fasilitas untuk perluasan dimasa depan dapat dikembangkan.
(Philip Kotler, 2002:492)
Pelayanan merupakan suatu bentuk kinerja yang dapat memberi
tingkat kepuasan bagi pelanggan, maka dalam proses manajemennya harus
dapat memunculkan strategi – strategi yang memicu peningkatan pelayanan
jasa dalam perusahaan atau organisasi yang bersangkutan.
Strategi – strategi pelayanan tersebut dapat menjadi kunci
kesuksesan perusahaan jasa yang terkait. Dengan menerapkan strategi
pelayanan yang benar maka pelanggan atau konsumen pengguna jasa akan
merasa terpenuhi kebutuhannya dan akan menjadi pelanggan yang loyal
terhadap perusahaan jasa tersebut.
2.1.6 Aktivitas Pelayanan
Adapun aktivitas manajemen pelayanan Adapun aktivitas
manajemen pelayanan dalam rangka mencapai kepuasan pelanggan adalah
sebagai berikut :
a. Aktivitas menetapkan sasaran (Objectives) dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi.
Tujuan organisasi yang telah ditetapkan bersamaan dengan
pembentukan organisasi itulah yang harus dicapai oleh manajemen.
b. Menetapkan cara yang tepat.
Dalam hal ini termasuk menetapkan teknik pencapaian, prosedur dan
metode.
c. Melaksanakan pekerjaan dan Menyelesaiakan masalah
Manajemen tidak hanya memerintah tapi juga melakukan tugas atau
pekerjaan sendiri yang tidak dilimpahkan kepada orang lain atau
bawahannya
d. Mengendalikan proses kegiatan atau proses pelayanan
Meskipun aktivitas mengendalikan ini ditujukan pada kegiatan atau
proses, namun karena yang menjalankan kegiatan atau proses itu pada
dasarnya manusia maka kegiatan pengendalian pada dasarnya
mengendalikan manusianya.
e. Mengevaluasi pelaksanaan tugas atau pekerjaan.
Hasil evaluasi akan berguna untuk peninjauan kembali atau data
perbaikan terhadap penjabaran obyek, cara pencapaian sasaran,
pelaksanaannya, pengendalian kegiatan, bahkan terhadap cara
mengevaluasi itu sendiri.
( Moenir, 2001:164-170)
2.2 Kualitas Jasa
2.2.1 Pengertian kualitas jasa
Kualitas jasa diartikan sebagai suatu kesesuaian atau kecocokan
dengan persyaratan (Conformance Requirement). Dalam konteks bisnis jasa,
kualitas berdasarkan persepektif ini cenderung bersifat Operation Driven.
Hal semacam ini menekankan penyesuaian spesifikasi produksi dan operasi
yang disusun secara internal yang sering dipicu oleh keinginan untuk
meningkatkan produktivitas dan menekan biaya (Fandy Tjiptono &
Gregorius Chandra, 2005:114).
2.2.2 Faktor- faktor Kualitas jasa
Faktor – faktor yang menjadi penentu kualitas jasa, diantaranya
adalah sebagai berikut :
• Akses
Jasa harus mudah dijangkau dalam lokasi yang mudah dicapai.
• Komunikasi
Jasa harus dapat dengan mudah duraikan dalam usaha yang
dimengerti konsumen.
• Kompetensi
Pegawai harus mengerti dan memiliki ketrampilan dan pemahaman
tentang jasa yang diperlukan konsumen.
• Kesopanan
Pegawai harus dapat bersikap ramah, dan sopan terhadap konsumen.
• Kredibilitas
Perusahaan dan pegawainya harus dapat dipercaya dan memahami
keinginan dari konsumen.
• Reabilitas
Perusahaan harus dapat menyediakan jasanya dengan konsisten dan
cermat.
• Cepat Tanggap
Pegawai harus dapat memberikan tanggapan dari setiap keluhan
konsumen yang cepat.
• Kepastian
Jasa harus bebas dari bahaya dan resiko yang akan ditanggung
konsumennya.
• Hal yang berwujud
Hal yang berwujud dari jasa harus dapat diproyeksikan mutu jasa
yang diberikan.
• Memahami konsumen
Pegawai harus dapat memahami setiap kebutuhan dari konsumen.
(Nirwana, 2004:27-28)
Ada lima penentu kualitas jasa, berdasarkan tingkat kepentingannya:
1. Reliabilitas : Kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan
secara terpercaya dan akurat.
2. Daya tanggap : Kemampuan untuk membantu pelanggan dan
memberikan jasa dengan cepat.
3. Kepastian : Pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan
mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
4. Empati : Kesediaan untuk peduli, memberi perhatian pribadi kepada
pelanggan.
5. Berwujud : Penampilan fasilitas fisik, peralatan, petugas, dan materi
komunikasi (Philip Kotler, 2002:499-500)
2.2.3 Dimensi Kualitas Jasa
Service Quality dimensions merupakan dimensi kualitas jasa
dimana setiap jasa yang ditawarkan memiliki beberapa aspek yang dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat kualitasnya.
Adapun lima dimensi kualitas jasa, sebagai berikut :
1. Dimensi Reliability, diantaranya meliputi ;
• Pelayanan yang cepat dan tepat.
• Luas jaringan pelayanan.
• Kemudahan pelayanan komunikasi.
• Waktu pelayanan yang memadai.
2. Dimensi Responsiveness, diantaranya meliputi ;
• Kemampuan pihak staf pemasaran dalam menangani keluhan
pelanggan.
• Kemampuan pelayanan konsumen dalam menangani keluhan
pelanggan.
• Tindakan pegawai perusahaan yang cepat tanggap ketika
pelanggan sedang menghadapi masalah.
3. Dimensi Assurances, diantaranya meliputi ;
• Ketrampilan pihak staf pemasaran dalam melayani kebutuhan
pelanggan.
• Ketrampilan pelayanan konsumen dalam melayani kebutuhan
pelanggan.
• Ketrampilan pegawai lainnya dalam melayani kebutuhan
pelanggan.
• Pelayanan yang sopan dan ramah dari staf pemasaran
pemasaran kepada pelanggan.
• Adanya jaminan penggunaan produk jasa bagi para pelanggan.
4. Dimensi Empathy, diantaranya meliputi ;
• Memberikan perhatian terhadap segala keluhan pelanggan.
• Memberikan perhatian terhadap segala kebutuhan pelanggan.
• Pemberian pelayanan yang baik dari pihak perusahaan kepada
semua pelanggan.
5. Dimensi Tangible, diantaranya meliputi ;
• Adanya sarana halaman parkir yang nyaman dan memadai.
• Menjaga tingkat kebersihan interior dan eksterior di
lingkungan perusahan.
• Kerapian dalam berpakaian dari para pegawai atau staf
perusahaan.
• Adanya kelengkapan sarana dan prasarana penunjang, seperti
pesawat telepon, komputer, televisi, dan lain – lain.
(Nirwana, 2004:30-31)
Pendapat lain mengenai dimensi kualitas jasa menurut Garvin
1987, 1988 (dalam Fandy Thjiptono & Gregorius Chandra, 2005:130-131),
dikemukakan bahwa dimensi kualitas yang bisa digunakan sebagai rangka
perencanaan dan analisis strategik, adalah sebagai berikut :
1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti
yang dibeli.
2. Fitur atau ciri – ciri tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder
atau pelengkap.
3. Reliabilitas (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan atau gagal dipakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformace to spesification), yaitu
sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar –
standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk
tersebut dapat terus digunakan.
6. Kemampuan pelayanan (service ability), meliputi kecepatan,
kompetensi kenyamanan, kemudahan dan penanganan keluhan
secara memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indra.
8. Kualitas yag dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan
reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
2.2.4 Manfaat Kualitas jasa
Setiap pelanggan mendambakan suatu pelayanan jasa yang mampu
memahami kebutuhan spesifik mereka dan memberikan kualitas layanan
yang baik.
Sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan dengan
kualitas yang memuaskan berperan besar dalam menciptaka keunggulan
layanan. Untuk mencapai tingkat kualitas secara maksimal, maka setiap
karyawan wajib memiliki ketrampilan khusus, diantaranya memahani
produk atau jasa secara mendalam, berpenampilan rapi dan menarik,
bersikap ramah dan bersahabat, menunjukkan komitmen dan responsivitas
dalam melayani pelanggan, mengusai pekerjaan yang berkaitan langsung
dengan perusahaan yang bersangkutan, mampi berkomunikasi secara
efektif, bisa memahami dengan baik bahasa isyarat pelanggan secara
profesional.
Maka dari itu apabila sebuah organisasi atau perusahaan jasa
mampu memenuhi tingkat kualitas layanan yang memadai, maka manfaat –
manfaat yang akan diperoleh adalah sebagai berikut :
Manfaat kualitas pelayanan / jasa Sasaran
kualitas jasa Bagi pelanggan Bagi karyawan Bagi perusahaan
Memuaskan
pelanggan
Kebutuhan terpenuhi Lebih percaya diri Meningkatnya
citra profesional
Meningkatkan
loyalitas
pelanggan
Merasa dihargai &
mendapatkan
layanan yang baik
Tercipta kepuasan
pribadi
Kelangsungan
usaha perusahaan
terjamin
Meningkatkan
penjualan
produk & jasa
perusahan
Merasa dipercayai
sebagai mitra bisnis
Menambah
ketenangan
bekerja
Mendorong
masyarakat
untuk
berhubungan
dengan
perusahaan
Meningkatkan
pendapatan
perusahaan
Merasa menemukan
perusahaan yang
profesional
Memupuk
semangat untuk
meniti karir
Mendorong
kemungkinan
ekspansi dan
meningkatakan
laba perusahaan
(Elhaitammy, 1990, dalam bukunya Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra, 2005:119)
2.2.5 Prinsip – prinsip kualitas jasa
Dalam rangka menciptakan gaya manajemen dan lingkungan yang
kondusif bagi organisasi jasa untuk menyempurnakan kualitas, organisasi
atau perusahaan yang bersangkutan harus mampu mengimplementasikan
enam prinip utama yang berlaku baik bagi perusahaan manufaktur maupun
perusahaan jasa.
Keenam prinsip ini sangat bermanfaat dalam membentuk dan
mempertahankan lingkungan yang tepat untuk melaksanakan
penyempurnaan kualitas secara berkesinambungan dengan didukung oleh
para pemasok, karyawan dan pelanggan. Keenam prinsip tersebut terdiri
atas :
1. Kepemimpinan
Strategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan
komitmen dari manajemen puncak. Manajemen puncak harus
memimpin dan mengarahkan organisasinya dalam upaya
meningkatkan kinerja kualitas tanpa adanya kepemimpinan dari
manajemen puncak, usaha peningkatan kualitas hanya akan
berdampak kecil.
2. Pendidikan
Semua karyawan perusahaan, mulai dari manajer puncak
sampai karyawan operasional, wajib mendapatkan pendidikan
mengenai kualitas. Aspek – aspek yang perlu mendapatkan penekanan
dalam pendidikan tersebut antara lain konsep kualitas sebagai strategi
bisnis, alat dan teknik implementasi strategi kualitas, dan peranan
eksekutif dalam implementasi strategi kualitas.
3. Perencanaan strategik
Proses perencanaan strategik harus mencakup pengukuran dan
tujuan kualitas yang digunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk
mencapai visi dan misinya.
4. Review
Proses review merupakan satu – satunya alat yang paling
efektif bagi manajemen untuk mengubah perilaku organisasional.
Proses ini menggambarkan mekanisme yang menjamin adanya
perhatian terus menerus terhadap upaya mewujudkan sasaran –
sasaran kualitas.
5. Komunikasi
Implementasi strategi kualitas dalam organisasi dipengaruhi oleh
proses komunikasi organisasi, baik dengan karyawan, pelanggan,
maupun stakeholder lainnya.
6. Total human reward / imbalan karyawan
Reward dan recognition merupakan aspek krusial dalam
implementasi strategi kualitas. Setiap karyawan berprestasi perlu diberi
imbalan dan prestasinya harus diakui. Dengan cara seperti ini, motivasi,
semangat kerja, rasa bangga dan rasa memiliki setiap anggota
organisasi dapat meningkat, yang pada akhirnya berkontribusi pada
peningkatan produktivitas dan profitabilitas bagi perusahaan, serta
kepuasan dan loyalitas pelanggan.
(Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra, 2005:137-138)
Menurut Groroos (dalam Tjiptono, 2004:15) enam kriteria
yang dapat menilai kualitas jasa adalah sebagai berikut :
1. Profesionalisme dan Skill (Profesionalism and Skills)
Kriteria yang pertama ini merupakan out-come related criteria,
dimana pelanggan menyadari bahwa penyedia jasa, karyawan
sistem operasional, dan sumber daya fisik, memiliki pengetahuan
dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah
pelanggan secara profesional.
2. Sikap dan Perilaku (Attitudes and Behavior)
Kriteria ini adalah process- related criteria. Pelanggan merasa
bahwa karyawan perusahaan menaruh perhatian terhadap mereka
dan berusaha membantu dalam memecahkan masalah mereka
secara spontan dan senang hati.
3. Akses dan Fleksibilitas (Accessibility and Flexibility)
Kriteria ini termasuk dalam process- related criteria. Pelanggan
merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam kerja, karyawan dan
sistem operasionalnya, dirancang dan dioperasikan sedemikian
rupa sehingga pelanggan dapat melakukan akses dengan mudah.
Selain itu juga dirancang dengan maksud agar dapat bersifat
fleksibel dalam menyesuaikan permintaan dan keinginan
pelanggan.
4. Keandalan dan Kepercayaan (Reliability and Trustworthiness)
Kriteria ini juga termasuk dalam process- related criteria.
Pelanggan meyakini bahwa apapun yang terjadi, mereka bisa
mempercayakan segala sesuatunya kepada penyedia jasa beserta
karyawan dan sistemya.
5. Pemulihan (Recovery)
Recovery termasuk dalam process- related criteria. Pelanggan
menyadari bahwa bila ada kesalahan atau bila terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan, maka penyedia jasa akan segera mengambil
tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari pemecahan
yang tepat.
6. Reputasi dan Kredibilitas (Reputation and Credibility)
Kriteria ini merupakan image-related criteria. Pelanggan meyakini
bahwa operasi dari penyedia jasa dapat dipercaya dan memberikan
nilai atau imbalan yang sesuai dengan pengorbanannya.
2.3 Perilaku Konsumen Jasa
2.3.1. Pengertian perilaku konsumen jasa
Menurut james F. Engel dalam A.A.Anwar Prabu Mangkunegara
: 2002, perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan individu yang
secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan
barang jasa ekonomis ternasuk proses pengambilan keputusan yang
mendahului dan menentukan tindakan tersebut.
Jadi, perilaku konsumen jasa dapat pula diartikan sebagai
tindakan yang dilakukan oleh konsumen jasa, melalui beberapa tahapan
atau proses dalam rangka pencapaian kepuasan konsumen jasa.
2.3.2 Tahap – tahap dalam proses perilaku konsumen jasa
Didalam mengkonsumsi produk jasa konsumen akan dihadapkan
pada suatu proses pemilihan, pross pengkonsumsian, dan proses setelah
mengkonsumsi. Dengan demikian didalam menggunakan produk jasa
terdapat tiga tahap yang akan dilakukan oleh konsumen. Masing – masing
tahap tersebut meliputi tahap sebelum pembelian, tahap proses pembelian,
dan tahap setelah pembelian.
1. Untuk tahap sebelum pembelian .
Seorang konsumen akan menghadapi kondisi atau situasi munculnya
kebutuhan terhadap produk jasa yang sedang dikehendaki.
Dari munculnya kebutuhan tersebut seorang konsumen akan
melakukan suatu penggalian informasi tentang produk jasa itu, dan
mendefinisikan tingkat kebutuhannya dan mencari beberapa alternatif
pilihan terhadap produk jasa tersebut.
Maka langkah selanjutnya adalah melakukan beberapa evaluasi
terhadap beberapa alternatif produk jasa yang ditawarkan oleh
produsen. Dalam tahap ini seorang konsumen akan melakukan suatu
pencarian informasi berkaitan dengan produk jasa yang sedang
dikehendaki.
2. Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan pembelian.
Konsumen produk jasa telah melaksanakan proses pembelian,
kemudian menilai manfaat yang dirasakan dari produk jasa yang
dikonsumsinya. Pada tahap ini konsumen telah mendapatkan produk
jasa yang dikehendaki dan pihak produsen jasa tersebut telah
menyerahkan produk jasa yang diminta konsumen.
3. Tahap terakhir dari proses pembelian dari produk jasa adalah tahap
setelah pembelian.
Pada tahap ini konsumen telah mengkonsumsi produk jasa. Dengan
demikian konsumen dapat melakukan penilaian tentang manfaat yang
dirasakan dari produk tersebut. Jika produk jasa bersangkutan
memberikan manfaat, maka akan terjadi proses konsumsi selanjutnya
terhadap produk tersebut. Sebaliknya jika produk jasa dinilai tidak
menguntungkan maka dimasa yang akan datang dapat mempengaruhi
keputusan pembeliannya. Artinya, konsumen akan menghindari atau
mengurangi konsumsinya terhadap produk jasa bersangkutan.
(Nirwana, 2004:21-22)
2.3.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi jasa
Seorang konsumen didalam mengkonsumsi produk jasa akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut memiliki
pengaruh yang cukup kuat bagi seorang konsumen didalam memutuskan
produk jasa apa dan atau bagaimana mengkonsumsinya.
Menurut (Nirwana, 2004:24), faktor – faktor yang mempengaruhi
konsumen untuk mengkonsumsi produk jasa, diantaranya adalah :
1. Faktor kebutuhan, merupakan kebutuhan konsumen terhadap
keberadaan produk jasa yang diharapkan, serta keyakinan untuk
mendapatkan produk jasa yang sedang dikehendaki.
2. Faktor promosi dari produsen produk jasa tersebut, juga sangat
menentukan keputusan konsumen untuk mengkonsumsi produk
jasa tersebut. Dan kita telah memahami peran dari promosi yang
telah dilakukan oleh pihak produsen untuk mempengaruhi seorang
konsumen dalam menentukan pilihannya.
3. Informasi dari mulut ke mulut diantara para konsumen, terutama
yang pernah merasakan manfaat nyata dari produk jasa yang telah
dikonsumsi.
4. Pengalaman masa lalu juga menjadi faktor penentu konsumsi
dalam produk jasa. Jika faktor pengalaman masa lalu tersebut
merupakan pengalaman yang menyenangkan atau memuaskan,
maka merupakan faktor pendorong tersendiri dalam
pengkonsumsian produk jasa selanjutnya.
Pendapat lain lain diberikan oleh Alma (2005:99-100) yang
mengemukakan berbagai factor yang mempengaruhi pola konsumsi jasa
diantaranya :
1. Umur .
Beragam umur atau usia seseorang dapat mempengaruhi pola
konsumsi jasa, karena setiap individu dengan umur yang berbeda-
beda, pasti membutuhkan tingkat konsumsi jasa yang berbeda – beda
pula.
2. Jabatan Pekerjaan
Mata pencaharian atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang akan
sangat mempengaruhi pola konsumsinya.
3. Jumlah pendapatan
Pendapatan yang berbeda akan membawa perbedaan pula dalam pola
konsumsinya.
4. Pendidikan
Sebagai akibat dari adanya lembaga pendidikan tinggi, maka akan
menghasilkan kelompok khusus dalam masyarakat seperti ada
kelompok profesi ahli hukum, ahli ekonomi, dokter, guru dan
sebagainya.kelompok – kelompok ini memiliki pola konsumsi yang
berbeda dengan orang yang tidak mengenyam pendidikan tinggi.
2.4 Kepuasan Pelanggan
2.4.1. Pengertian kepuasa Pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah rangkuman berbagai intensitas
respons afektif, dan juga penilaian bahwa fitur produk atau jasa itu sendiri
memberi tingkat pemenuhan berkaitan dengan konsumsi yang
menyenangkan, termasuk tingkat Under-fullfillment dan Over- fullfillment
(fandy Tjiptono & Gregorius Chandra, 2005 : 196)
2.4.2. Manfaat kepuasan pelanggan
Pada prinsipnya, konsistensi dan superioritas kualitas jasa
berpotensi menciptakan kepuasan pelanggan yang pada gilirannya akan
memberikan sejumlah manfaat seperti :
1. Terjalin relasi saling menguntungkan jangka panjang antara
perusahaan dan para pelanggan.
2. Terbukanya peluang pertumbuhan bisnis melalui pembelian ulang,
cross- selling dan up-selling ( penjualan silang dan penjualan ke atas
).
3. Loyalitas pelanggan bisa terbentuk.
4. Terjadinya komunikasi mulut ke mulut ( gethok tular ) positif yang
berpotensi menarik pelanggan baru.
5. Persepsi pelanggan dan publik terhadap reputasi perusahaan semakin
positif.
6. Laba yang diperoleh bisa meningkat.
( Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra, 2005:140)
2.4.3. Pengukuran kepuasan pelanggan
Metode yang bisa digunakan bagi setiap perusahaan untuk
mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya adalah :
1. Sistem Keluhan dan Saran
Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan perlu
menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi
para pelanggannya guna menyampaikan saran, kritik, pendapata,
dan keluhan mereka.
2. Pembelanjaan Misteri ( Ghost Shopping )
Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan
pelanggan adalah dengan memperkerjakan beberapa orang ghost
Shoppers ( pembelanjaan misterius ) untuk berperan atau berpura –
pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing.
Para pembelanja misterius akan diminta untuk mengamati secara
seksama dan menilai cara perusahaan dan pesaingnya melayani
permintaan spesifik pelanggan, menjawab pertanyaan pelanggan
dan menangani setiap keluhan. Hal tersebut dilakukan sebagai cara
untuk melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan perusahaan.
3. Analisis Konsumen yang Berhenti
Sedapat mungkin perusahaan seyogyanya menghubungi para
pelanggan yang telah berhebti membeli atau yang telah pindah
pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya
dapat mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan
selanjutnya.
4. Survei Kepuasan Pelanggan
Sebagian besar riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan
menggunakan metode survei, baik survei melalui pos, telepon, e-
mail, internet, maupun wawancara langsung. Melalui survei
perusahaan akan memperoleh tanggapan dan balikan secara
langsung dari pelanggan dan juga memberikan kesan positif bahwa
perusahaan menaru perhatian terhadap para pelanggannya.
( fandy Tjiptono & Gregorius Chandra, 2005:210-211 )
2.4.4. Strategi Kepuasan Pelanggan
Melalui startegi kepuasan pelanggan, perusahaan berharap dapat
meningkatkan pangsa pasar, penjualan dan jumlah pelanggannya. Berikut
strategi kepuasan pelanggan yang dapat diterapkan pada perusahaan jasa :
1. Strategi Manajemen Ekspektasi Pelanggan
Ekspektasi pelanggan dibentuk dan didasarkan pada sejumlah faktor,
seperti pengalaman berbelanja dimasa lalu, opini teman dan kerabat,
serta informasi dan janji – janji perusahaan dan para pesaingnya.
2. Relasi Pemasaran dan Manajemen
Relasi pemasaran dan manajemen merupakan cara berpikir mengenai
pelanggan, pemasaran, dan penciptaan nilai, bukan sekedar
serangkaian alat, teknik dan taktik. Dengan kata lain, relasi
pemasaran dan manajemen merupakan ancangan integratif atau
holistik yang memperkokoh kompetensi pemasaran perusahaan.
3. Setelah Pemasaran (after marketing)
Tahap ini menekankan pentingnya aktivitas pemasaran dan
komunikasi setelah transaksi pembelian. Khususnya dalam rangka
memberikan keyakinan setelah tahap pembelian (agar konsumen
yakin bahwa keputusan pembelian yang dilakukannya benar – benar
bijaksana) dan membangun loyalitas merek.
4. Strategi Retensi Pelanggan
Strategi retensi pelanggan difokuskan pada teknik – teknik yang
digunakan untuk mempertahankan pelanggan agar pelanggan tidak
beralih pada pemasok atau perusahan jasa yang lain.
5. Pelayanan Pelanggan Superior
Pelayanan pelanggan superior diwujudkan dengan cara menawarkan
layanan yang lebih baik dibandingkan para pesaing.
6. Strategi Pemasukan atau Infusi Teknologi
Teknologi bisa dimanfaatkan secara efektif untuk meningkatkan dan
memuaskan pengalaman layanan kepuasan pelanggan.
7. Sistem Penanganan Komplain secara Efektif
Di dalam industri yang sama – sama bergerak dibidang jasa, wajib
untuk menanggapi komplain dari para pelanggannya, agar dapat
mengetahui tingkat kepuasan pelanggan. Pada hakikatnya ada dua
tujuan utama pelanggan menyampaikan komplain. Pertama, untuk
menutupi kerugian ekonomis, dan kedua adalah untuk memperbaiki
citra diri (self-image).
8. Strategi Pemulihan Layanan
Dalam perusahaan jasa, betapapun kerasnya usaha penyedia jasa,
tetap saja kekecewaan atau tidak kepuasan pelanggan tak
terhindarkan. Maka dari itu, taktik – taktik pemulihan layanan sangat
dibutuhkan guna memberikan dampak yang positif terhadap nilai
kepuasan pelanggan, minat pembelian ulang, loyalitas dan komitmen
pelanggan, juga persepsi pelanggan terhadap keadilan pelayanan
jasa.
( Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra, 2005:216-243)
Menurut Hawkins dan Looney (dalam Maylina, 2003:103), atribut
– atribut pembentuk kepuasan pelanggan adalah :
1. Service Quality : merupakan mutu dari semua komponen –
komponen yang membentuk jasa tersebut sehingga mempunyai
nilai tambah.
2. Service features : merupakan komponen – komponen fisik yang
mendukung berjalannya proses jasa tersebut.
3. Response to and remedy of problems : merupakan sikap dari para
karyawan dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan dan
membantu pelanggan didalam mengatasi masalah yang terjadi.
2.5 Kerangka Pemikiran
Dalam perusahaan, terutama perusahaan jasa sangat dibutuhkan suatu
pelayanan jasa yang memadai agar pelanggan dapat merasa nyaman. Bagi
organisasi atau perusahaan yang berorientasi layanan, Serviceexellence atau
pelayanan yang superior merupakan prioritas strategik dan diyakini dapat
memberikan dampak yang signifikan terhadap terciptanya kepuasan
pelangggan. Pelayanan yang merupakan kegiatan yang dilakukan seorang atau
sekelompok orang berlandaskan pada factor kebutuhan, prosedur, metode,
system dalam rangka usahanya untuk mencapai kepuasan pelanggan.
Kebutuhan yang merupakan dasar atau landasan dimulainya suatu
kegiatan pemasaran sangat mempengaruhi suatu kegiatan pelayanan dalam
sebuah perusahaan jasa seperti PT Telkom, apabila perusahaan tersebut tidak
dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan para
pelanggannya maka secara otomatis pelanggan akan menganggap bahwa
kualitas pelayanan yang diberikan. Prosedur adalah tahap – tahap yang
berusaha dicapai oleh perusahaan dalam menyelesaikan suatu aktivitas
pelayanan jasa dan penyelesaian berbagai macam masalah yang timbul, hal ini
dapat berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, terutama dalam mendapatkan
akses layanan dan respon terhadap komplain. Metode adalah cara pendekatan
atau approach yang terstruktur untuk memudahkan pelaksanaan pelayanan
dalam rangka mencapai maksud dan tujuan yang telah ditentukan, sehingga
perusahaan dapat memenuhi standar kualitas jasa guna memberikan kepuasan
bagi pelanggan. Sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas agar proses dalam
penyampaian pelayanan dapat berjalan secara optimal sesuai dengan komponen
– komponen fisik yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan pada uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan pada prinsipnya dipengaruhi
oleh keempat factor tersebut diatas.
Kualitas jasa memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan.
Kualitas jasa memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin
ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan
seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memehami dengan seksama
harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan memenuhi factor – factor
pendukung kualitas jasa seperti : reliabilitas, daya tanggap, jaminan, empati,
bukti fisik maka perusahaan akan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
Reliabilitas yang merupakan kemampuan untuk melaksanakan jasa yang
dijanjikan secara terpercaya dan akurat, akan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan apabila penerapannya sesuai dengan jasa yang telah dijanjikan
perusahaan. Daya tanggap adalah kemampuan karyawan untuk membantu
pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat, hal ini merupakan salah satu
faktor terpenting dalam terbentuknya suatu kepuasan pelanggan. Jaminan
adalah pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk
menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, agar pelanggan dapat merasa
nyaman dan puas dalam menggunakan jasa perusahaan.
Empati adalah kesediaan untuk peduli, memberi perhatian pribadi kepada
pelanggan, dengan adanya sikap kepedulian ini pelanggan akan merasa
dihargai dan percaya bahwa perusahaan dapat selalu memberikan solusi yang
terbaikterhadap keluhan yang diajukan. Bukti fisisk merupakan penampilan
fasilitas fisik, peralatan, petugas, serta materi komunikasi yang juga
mendukung berjalannya proses penyampaian pelayanan. Kelima factor diatas
sangatlah penting demi tercapainya kepuasan pelanggan.
Gambar Kerangka Pemikiran
Pelayanan (X1)
a. Kebutuhan
b. Prosedur
c. Metode
d. Sistem
(Moenir, 2001:27)
Kualitas Jasa (X2)
a. Reliabilitas
b. Daya tanggap
c. Kepastian
d. Empati
e. Bukti fisik
(Kotler, 2002:499-
500)
Kepuasan Pelanggan
a. Service Quality
b. Service features
c. Response to and
remedy of
problems
( Maylina, 2003:103)
2.6 Hipotesis
Sebuah hipotesis adalah perumusan jawaban sementara terhadap suatu
persoalan yang dimaksud sebagai tuntutan sementara dalam penelitian untuk
mencari jawaban yang sebenarnya (Winarno Surakhmad, 1985:39). Maka
hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul, mengacu pada landasan teori yang ada.
Berdasarkan perumusan dan tujuan dilaksanakan penelitian ini dapat
diambil rumusan hipotesi sebagai berikut ;
Ha : Diduga bahwa ada pengaruh pelayanan dan kualitas jasa terhadap
kepuasan pelanggan terhadap pelayanan pada PT Telkom Semarang.
Ho : Diduga tidak ada pengaruh pelayanan dan kualitas jasa terhadap kepuasan
pelanggan terhadap pelayanan pada PT Telkom Semarang.