bab ii landasan teori - bina sarana informatika · signifikan terhadap skor total (dinyatakan...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kualitas Pelayanan
2.1.1. Pengertian Kualitas
Perusahaan yang maju adalah perusahaan yang senantiasa memberikan
kualitas atas barang atau jasa yang dijualnya. Kualitas menjadi satu modal utama
perusahaan dalam memasarkan produknya kepada publik. Dengan kualitas yang
baik akan memberikan kesan kepada publik untuk menumbuhkan kepuasan
terhadap pelanggan.
Menurut (Riyanto, 2018) “kualitas diartikan sebagai ukuran seberapa bagus
tingkat layanan yang diberikan mampu atau sesuai dengan ekspektasi pelanggan”.
Tjiptono dalam (Riyanto, 2018) “kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan”.
Berdasarkan (Yuliansyah, 2014) “kualitas dapat dipahami sebagai
kesesuaian dengan spesifikasinya, dan juga sebagai bentuk kepatuhan dengan
tujuannya”.
Berdasarkan kutipan di atas bisa disimpulkan bahwa kualitas adalah suatu
ukuran atau mutu suatu barang atau jasa berdasarkan penilaian pelanggan
berdasarkan dari keinginan atau kebutuhan setiap individu.
8
2.1.2. Pengertian Pelayanan
Menurut (Sediawan, 2015) berpendapat bahwa “pelayanan adalah suatu
bentuk sistem, prosedur atau metode tertentu yang diberikan kepada orang lain
dalam hal ini konsumen agar kebutuhan konsumen tersebut dapat terpenuhi sesuai
dengan harapan mereka”.
Menurut Kotler dalam (Setyabudi, 2014) menjelaskan bahwa “pelayanan
adalah setiap kagiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan,
dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk
secara fisik”.
Menurut Gron Roos dalam (Setyabudi, 2014) mendefinisikan bahwa
pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat
tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya
interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang
disebabkan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk
memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.
Dari beberapa definisi di atas disimpulkan bahwa pelayanan adalah aktivitas
yang dilakukan oleh penjual kepada pelanggan demi memenuhi kebutuhan
pelanggan dalam pemuasan kebutuhannya.
2.1.3. Bentuk Pelayanan
Berdasarkan pendapat (Sediawan, 2015) pelayanan seperti diketahui di atas
merupakan bentuk memenuhi apa-apa yang diharapkan konsumen atas kebutuhan
mereka. Bentuk pelayanan dibedakan atas dua, yaitu:
1. Pelayanan atas produk berbentuk barang, yakni pelayanan yang diberikan
perusahaan atas produk perusahaan berupa barang yang berwujud.
9
2. Pelayanan atas produk berbentuk jasa, yakni pelayanan yang diberikan
perusahaan atas produk yang sifatnya tidak berwujud (tidak nyata).
2.1.4. Pengertian Kualitas Pelayanan
Berdasarkan Tjiptono dalam (Sediawan, 2015) mengemukakan “kualitas
pelayanan/jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas
tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen”.
Lewis & Booms dalam (Riyanto, 2018) bahwa “kualitas pelayanan
ditentukan oleh kemampuan perusahaan atau lembaga tertentu untuk memenuhi
kebutuhan yang sesuai dengan apa yang diharapkan atau diinginkan berdasarkan
kebutuhan pelanggan”.
Menurut Lewis & Booms Tjiptono dan Chandra dalam (Atmaja, 2018)
“kualitas layanan adalah ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan
mampu sesuai dengan ekspetasi pelanggan".
Soetjipto dalam (Sediawan, 2015) mengatakan “service quality
didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan para
konsumen atas layanan yang mereka terima/peroleh”.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan
adalah ukuran layanan yang diberikan penjual kepada pelanggan dalam memenuhi
kebutuhan konsumen demi tercapainya kepuasan pelanggan.
10
2.1.5. Faktor yang mempengaruhi Kualitas Pelayanan
Payne dalam (Sediawan, 2015) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
pelayanan dapat diidentifikasi lima aspek kunci sebagai berikut:
1. Faktor fisik (tangibles): fasilitas fisik, perlengkapan, penampilan personil.
2. Reliabilitas (reliability): kemampuan melakukan layanan atau jasa yang
diharapkan secara meyakinkan, akurat dan konsisten.
3. Daya tanggap (responsibility): kemampuan memberikan layanan cepat tanggap
dalam membantu konsumen.
4. Jaminan (assurances): pengetahuan, sopan santun, dan kemampuan karyawan
menyampaikan kepastian dan kepercayaan.
5. Empati (emphaty): perhatian individual kepada konsumen.
2.1.6. Dimensi Layanan
Layanan pada dasarnya adalah salah satu trik perusahaan dalam
menjalankan usahanya agar terus berkembang, oleh karena itu hampir seluruh
perusahaan membuat standar layanannya masing-masing.
Menurut Windasuri (2017:86) layaknya mata uang, perilaku layanan
pelanggan menjadi hal berharga yang ditukarkan dalam transaksi internal maupun
eksternal perusahaan. Layanan pelanggan memiliki dua sisi, atau sering disebut
dengan dimensi layanan, yaitu:
1. Dimensi Prosedural
11
Dimensi ini berisi system dan prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan dalam
proses penyampaian produk dan atau jasa. Dimensi ini umumnya dikenal
sebagai SOP, peraturan, atau kebijakan perusahaan. Terkadang SOP atau
pertauran perusahaan dibuat atau dirancang oleh pihak yang tidak bersentuhan
langsung dengan pelanggan eksternal, dibuat pada awal berdirinya perusahaan
atau departemen, dan dibuat sebelum proses transaksi antara pembeli dan
penerima layanan terjadi. Oleh karena itu, tak jarang beberapa hal mengenai
pelayanan, keluhan, maupun penyelesaian keluhan menghadapi kendala terkait
dengan SOP.
2. Dimensi Personal
Dimensi personal berkaitan dengan bagaimana pemberi layanan menggunakan
sikap, perilaku, dan kemampuan verbal dalam membangun dan berinteraksi
dengan pelanggan. Dimensi ini yang sering kali dijabarkan sebagai “service is
intangible” dimana layanan tidak mempunyai manifestasi fisik. Produk akhir
pelayanan sangat bergantung pada proses interaksi yang terjadi sebelum, selama
dan sesudah proses transaksi berlangsung. Layanan menyangkut unsur
hubungan manusia, antar pemberi layanan dan penerima (pelanggan).
2.2. Kepuasan Pelanggan
2.2.1. Pengertian Pelanggan
Di dalam perusahaan pelanggan adalah hal yang penting, dengan adanya
pelanggan perusahaan dapat berjalan dan berkembang.
12
Menuru Lupiyoadi dalam Windasuri (2017:3) “pelanggan (customer)
berarti orang yang secara kontinu dan berulang kali datang ke tempat yang sama
untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk, atau mendapatkan
suatu jasa dan memuaskan produk atau jasa tersebut”.
Menurut Windasuri (2017:3) mendifinisikan “pelanggan setiap orang, unit,
atau pihak dengan siapa kita berinteraksi, baik langsung maupun tidak langsung,
dalam penyediaan produk”.
Menurut Setyabudi (2014:49) “pelanggan adalah orang-orang yang
kegiatannya membeli dan menggunakan suatu produk baik barang maupun jasa
secara terus menerus”.
Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggan adalah
setiap orang atau unit yang membeli dan menggunakan produk atau jasa yang dijual
secara rutin.
2.2.2. Jenis Pelanggan
Berdasarkan Windasuri (2017:4) teori perihal pelanggan yang banyak
digunakan dalam customer service (layanan pelanggan) mengemukakan adanya
dua jenis pelanggan, yaitu:
1. Pelanggan eksternal yaitu yang dapat didefinisikan sebagai seorang yang
menggunakan layanan produk dan mempengaruhi skala produk atau layanan
tersebut.
13
2. Pelanggan Internal, adalah setiap orang yang terlibat dalam proses pemberian
produk dan layanan misalnya, dalam dunia pendidikan, pelanggan eksternal
adalah siswa, orang tua, dan masyarakat luas. Adapun pelanggan internal adalah
seluruh anggota staf, guru, dan pemimpin yang terlibat dalam kegiataan
operasional sekolah dan berperan besar dalam menentukan kualitas sumber daya
manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan jasa.
2.2.3. Harapan Pelanggan
Alma dalam (Sediawan, 2015) menyatakan kosumen menginginkan layanan
yang baik dengan harapan sebagai berikut:
1. Kualitas layanan yang konsisten
2. Sikap personil yang selalu ramah
3. Kejelasan suara, gambar, atau cetakan
4. Tidak terlalu sering gangguan, kerusakan, kalaupun ada cepat diperbaiki
5. Successfull Call Ratio (SCR) yang tinggi
Menurut Kertajaya dalam Windasuri (2017:65) harapan pelanggan selalu
ada karena empat hal, yaitu:
1. Individual need atau kebutuhan perseorangan
Jika pelanggan anda memang sudah punya tuntutan yang tinggi, ekspetasinya
sudah pasti tinggi juga.
2. Past experience atau pengalaman masa lalu
14
Orang yang sudah punya pelanggan baik di masa lalu akan berharap menerima
pelayanan minimal sama dengan yang dulu. Jika tidak, dia akan kecewa.
3. External communication atau komunikasi eksternal
Adalah suatu usaha perusahaan untuk menjanjikan sesuatu kepada pelanggan
dalam rangka menarik pelanggan.
2.2.4. Kebutuhan Pelanggan
Menurut Windasuri (2017:70) ada beberapa hal yang diperlukan pelanggan
eksternal adalah:
1. Kesesuaian dengan kebutuhan akan produk
2. Harga yang kompetitif
3. Kualitas dan realibitas
4. Pengiriman yang tepat waktu
5. Pelayanan purnajual
Adapun untuk pelanggan internal, yang diperlukan adalah:
1. Kerja tim dan kerja sama
2. Struktur dan system yang efisien
3. Kinerja yang berkualitas
4. Pengiriman yang tepat waktu
2.2.5. Pengertian Kepuasan Pelanggan
15
Kotler dalam (Atmaja, 2018) “kepuasan pelanggan adalah perasaan senang
atau kecewa seorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil)
produk yang diperkirakan terhadap kinerja yang diharapkan”.
Berdasarkan Windasuri (2017:64) “kepuasan pelanggan suatu tanggapan
emosional pada evaluasi terhadap pengalaman komsumsi suatu produk atau jasa”.
Menurut Kotler, Philip, dan Garry Amstrong dalam Windasuri (2017:64)
mendefinisikan “kepuasan pelanggan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dengan harapannya”.
Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan
pelanggan adalah perasaan puas atau kecewa pelanggan atas produk, jasa maupun
pelayanan yang diberikan penjual.
2.2.6. Macam-macam Kepuasan Pelanggan
Menurut Windasuri (2017:68) kepuasan pelanggan dapat dibedakan pada
tiga taraf, yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan dasar pelanggan
Contohnya: wiraniaga produk kosmetik A memberikan produk yang dibutuhkan
seorang pelanggan. Ia menanyakan produk yang dicari, kemudian menyiapkan.
2. Memenuhi harapan pelanggan dengan cara yang dapat membuat mereka kembali
lagi.
Contohnya: wiraniaga produk kosmetik B menginformasikan produk yang
dibutuhkan seseorang pelanggan. Ia menanyakan produk yang dibutuhkan, jenis
16
kulit pelanggan, lalu memberi referensi produk yang sesuai untuk jenis dan
warna kulit pelanggan.
3. Melakukan lebih daripada apa yang diharapkan pelanggan.
Contohnya: wiraniaga produk kosmetik C (selain seperti wiraniaga B) juga
menjelaskan berbagai hal tentang perbedaan produk yang ia referensikan dengan
yang diketahui pelanggan. Ia memberikan tip riasan natural yang tahan lama.
Setelah memproses pembelian, ia lalu menyerahkan produk sambil tersenyum
dan mengucapkan terimakasih.
2.2.7. Usaha dalam mencapai Kepuasan Pelanggan
Menurut Windasuri (2017:68) untuk mencapai kepuasan pelanggan dalam
konteks industri, diperlukan beberapa kondisi dalam usaha, anatara lain:
1. Filosofi kepuasan pelanggan
2. Mengenal kebutuhan atau harapan pelanggan
3. Membuat standard dalam mengukur kepuasan pelanggan
4. Orientasi karyawan
5. Pelatihan
6. Keterlibatan karyawan
7. Pengakuan
2.2.8. Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Menurut (Riyanto, 2018) kepuasan merupakan perbandingan kualitas
pelayanan yang dirasakan oleh konsumen dengan harapan dari konsumen, jika
17
kualitas yang dirasakan oleh konsumen berada dibawah harapannya, maka
konsumen tidak puas, jika kualitas yang dirasakan oleh konsumen sesuai dengan
harapan maka konsumen akan puas, dan jika kualitas yang dirasakan oleh
konsumen lebih dari harapannya maka konsumen akan amat puas.
Q = P-E
Dimana:
Q = Kualitas Pelayanan Pelanggan
E = Harapan Pelanggan atau Kualitas Pelayanan
P = Pelayanan yang sesungguhnya diterima
2.3. Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan
2.3.1. Kisi-kisi Operasioanal Variabel
Kisi-kisi operasional mencangkup dimensi-dimensi dan indikator dari dua
variable yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu Variabel Kualitas
Pelayanan (X) dan Variabel Kepuasan Pelanggan (Y).
Tabel II.1
Kisi-kisi Instrumen Variabel Kualitas Pelayanan (x)
Variabel
Penelitian
Dimensi Indikator Nomor
Item
Kualitas
Pelayanan
Tangibles Penampilan petugas 1
Kebersihan, kerapihan toko dan
kualitas produk
2,3
Peralatan petugas 4
Reliability Kecepatan pelayanan 5
Penjelasan petugas atas produk 6
18
Responsibility Menanggapi keluhan 7
Assurances Keramahan petugas 8
Kemampuan menjawab
permasalahan
9
Emphaty Harga yang sesuai 10
Sumber: (Riyanto, 2018)
Tabel II.2
Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepuasan Pelanggan (y)
Variabel
Penelitian
Dimensi Indikator Nomor Item
Kepuasan
Pelanggan
Tangibles Kerapihan penampilan
personil sudah terlihat baik
dan rapih
1
Barang dagang terjaga,
rapih dan kebersihan toko
sudah terjaga sesuai
harapan
2,3
Peralatan yang digunakan
petugas sudah sesuai
4
Reliability Petugas cepat dalam
melayani pelanggan
5
Petugas menjelaskan
produk dengan baik
6
Responsibility Petugas menanggapi
keluhan dengan sabar dan
memberikan solusi
7
Assurances Petugas ramah 8
Petugas mampu menjawab
dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi
konsumen dengan baik
9
19
Emphaty Harga produk yang dijual
sesuai yang dicantumkan
10
Sumber: (Riyanto, 2018)
2.3.2. Uji Instrumen Penelitian
Uji instrumen yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Uji Validitas
Menurut (Nurhidayati & Yuliantari, 2018) uji validitas digunakan untuk
mengetahui seberapa cermat suatu instrumen atau item-item dalam mengukur
apa yang ingin diukur. Item kuesioner yang tidak valid berarti tidak dapat
mengukur apa yang ingin diukur sehingga hasil yang didapat tidak dapat
dipercaya, sehingga item yang tidak valid harus dibuang. Teknik pengujian
yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan
Correlated Item – Total Correlation. Analisis ini dengan cara mengkorelasikan
masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari
keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan
skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan
dalam mengungkap apa yang ingin diungkap a Valid. Jika r hitung ≥ r tabel (uji
2 sisi dengan sig. 0,1) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi
signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). dan nilai r tabel dicari dengan
menggunakan tingkat signifikasi 0,1 dengan uji sisi 2 dan df = n – 2.
2. Uji Reliabilitas
Menurut (Nurhidayati & Yuliantari, 2018) uji relialibilitas digunakan untuk
menguji konsistensi alat ukur, apakah hasilnya tetap konsisten atau tidak jika
20
pengukuran diulang. Instrument kuesioner yang tidak reliabel maka tidak
konsisten untuk pengukuran sehingga hasil pengukuran tidak dapat dipercaya.
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang
disebut nilai koefisien reliabilitas. Tingkat reliabilitas instrument bisa dilihat dari
r hitung (r alpha) dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel II.3
Uji Reliabilitas
Nilai Reliabilitas Interpretasi
0,800 - 1,00 Sangat Tinggi
0,600 - 0,799 Tinggi
0,400 - 0,599 Cukup
0,200 - 0,399 Rendah
< 0,200 Sangat Rendah
Sumber: Sangadji dan Sopiah dalam Sugiyono (2010:249)
1.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
Konsep dasar perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Populasi dan Sampel
a. Pengertian Populasi
21
Menurut Menurut Sugiyono dalam Taat Kuspriyono (2016:21) “populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
b. Pengertian Sampel
Menurut Sugiyono dalam sampel Taat Kuspriyono (2016:21) “sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
Populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu”.
2. Skala Likert.
Menurut Siregar dalam (Agustina, 2017) dalam penerapan skala yang
mengguakan skala likert. Dengan menggunakan skala ini maka variabel yang
akan diukur dijabarkan dari variabel menjadi dimensi, dari dimensi dijabarkan
menjadi indikator, dan dari indikator dijabarkan menjadi subindikator yang
dapat diukur.
Tabel II.4
Skala Likert
Skor Jawaban
5 Sangat Setuju
4 Setuju
3 Netral
22
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju
Sumber: Siregar dalam (Agustina, 2017)
3. Koefisien Korelasi Product Moment
Koefisien Korelasi
Untuk mengetahui uji koefisien korelasi penulis menggunakan rumus korelasi
product moment. Menurut Sugiyono (2014:183) rumus korelasi product moment
yaitu:
Keterangan:
R = Koefisien korelasi
Nm = Jumlah responden
X = Variabel pelanggan
Y = Variabel kepuasan pelanggan
Tabel II.5
Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
23
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2014:184)
Koefisien Determinasi
Menurut Siregar dalam (Nurhidayati & Yuliantari, 2018) “koefisien determinasi
(KD) adalah angka yang menyatakan atau digunakan untuk mengetahui
kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh sebuah variabel atau lebih X
(bebas) terhadap variabel Y (terikat)”. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol atau satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variable-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variable dependen amat terbatas. Dan
sebaliknya jika nilai yang mendekati satu berarti variable-variabel independen
memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variable-variabel dependen.
Besarnya pengaruh variable X terhadap variable Y dapat diketahui dengan
menggunakan analisis koefisien determinasi atau disingkat KD, yang diperoleh
dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya, yaitu:
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD = Nilai koefisien determinasi
r= Koefisien korelasi product moment
100% = Pengali yang menyatakan dalam presentase
Persamaan Regresi
24
Menurut Trijono dalam (Nurhidayati & Yuliantari, 2018) regresi atau peramalan
adalah “suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling
mungkin terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan
sekarang yang dimiliki agar kesalahan dapat diperkecil”. Regresi juga dapat
diartikan sebagai usaha memperkirakan perubahan. Supaya tidak salah paham
bahwa peramalan tidak memberikan jawaban yang pasti tentang apa yang terjadi,
melainkan berusaha mencari pendekatan apa yang terjadi. Salah satu kegunaan
regresi dalam penelitian adalah untuk meramalkan atau memprediksi variabel
terikat/kriterion (Y) apabila variabel bebas/predictor (X) diketahui.
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan Persamaan Regresi Linier
Sederhana. Regresi Linier Sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh
hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel
bebas/predictor (X) terhadap variabel terikat/kriterion (Y). Skala pengukuran
data dua variabel yang dianalisis dengan regresi adalah skala interval atau rasio.
Misalnya kedua variabel tersebut adalah X dan Y maka hubungan antara Y
dengan X dikenal dengan regresi Y atas X.
Variabel X disebut predictor (variabel bebas) dan Y disebut kriterion (variabel
tidak bebas). Hubungan tersebut dinyatakan dalam persamaan matematika
sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Nilai yang diramalkan
a = Konstanta