bab ii landasan teori · 6 bab ii landasan teori 2.1. strategi dalam tjiptono (2015:4), istilah...
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Strategi
Dalam Tjiptono (2015:4), istilah strategi berasal dari kata strategia atau
strategios (bahasa Yunani), yang mengacu pada jendral militer dan
menggabungkan dua kata, stratos (tentara) dan ago (memimpin). Konteksnya
adalah perencanaan untuk mengalokasikan sumber daya (tentara, senjata, bahan
pangan, dan seterusnya) untuk mencapai tujuan (memenangkan perang).
Pemikiran para ahli strategi perang zaman dulu, seperti Sun Tzu, Xenophon,
Julius Caesar, Machiavelli, Carl von Clausewitz, dan Moltke dalam Tjiptono
(2015:4) masih banyak diadopsi hingga saat ini. Beberapa contoh di antaranya,
konsentrasi sumber daya, elemen kejutan (surprise) dalam pertempuran,
pemilihan medan perang sesuai dengan kekuatan yang dimiliki, organisasi dan
komunikasi antara jendral dan batalyon merupakan prioritas utama, koordinasi
rinci dan akurat antara tujuan strategik dan sumber daya, dan keunggulan
substansial melalui inovasi. Kata strategi digunakan pertama kali dalam konteks
bisnis oleh William Newman dalam Tjiptono (2015:4).
Mintzberg dalam Tjiptono (2015:5) mengajukan lima definisi strategi,
plan, ploy, pattern, position, dan perspective. Sebagai rencana (plan), strategi
didefinisikan sebagai consciously intended course of action, a guideline (or set of
guidelines) to deal with a situation. Karakteristik utama definisi ini adalah strategi
ditentukan sebelum tindakan diambil dan strategi disusun secara sadar dan sengaja
(terencana). Sebagai ploy, strategi diartikan sebagai manuver spesifik yang
7
dimaksud untuk mengecoh atau mengelabui lawan/pesain. Sebagai pola (pattern),
strategi adalah a pattern in a stream of action. Dengan kata lain, strategi lebih
merupakan konsitensi dalam perilaku, baik itu disengaja/terencana maupun tidak.
Sebagai posisi, strategi dirumuskan sebagai a means of locating an organization
in what organization theorists like to call an environment. Dalam koteks ini,
strategi merupakan mediating force atau wahana yang menyelaraskan lingkungan
internal dan eksternal organisasi. Sebagai perspektif, strategi mencerminkan
reflection and actions of the collective- how intentions diffuse through a group of
people to become shared as norms and values, and how patterns of behavior
become deeply ingrained in the group.
2.1.1. Strategi Acuan/Bauran Pemasaran
Dalam Assauri (2015:197), setiap perussahaan selalu berusaha untuk dapat
tetap hidup, berkembang, dan mampu bersaing. Dalam rangka inilah, maka setiap
perusahaan selalu menetapkan dan menerapkan strategi dan cara pelaksaan
kegiataan pemasarannya. Kegiatan pemasaran yang dilakukan, diarahkan untuk
dapat mencapai sasaran perusahaan yang dapat berupa tingkat laba yang diperoleh
perusahaan dalam jangka panjang dan share pasar tertentu serta total unit dan total
volume penjualan tertentu dalam suatu waktu jangka tertentu. Pengarahan
kegiatan pemasaran tersebut hanya mungkin dapat dilakukan dengan menetapkan
garis-garis besar pedoman atau patokan/panduan umum perusahaan dalam bidang
pemasaran, yang sering dikenal dengan kebijakan pemasaran. Kebijakan
pemasaran tentunya sejalan dengan konsep pemasaran, yang menekankan
pemberian pelayanan yang memuaskan kepada konsumen, melalui kegiatan dan
8
strategi pemasaran yang terpadu dan memungkinkan diperolehnya
keuntungan/laba dalam jangka panjang.
2.2. Pemasaran
Dalam Alma (2016:1), istilah pemasaran dalam bahasa Inggris dikenal
dengan nama marketing. Kata marketing ini boleh dikata sudah diserap ke dalam
bahasa kita, namun juga diterjemahkan dengan istilah pemasaran. Asal kata
pemasaran adalah pasar=market. Apa yang dipasarkan itu, ialah barang dan jasa.
Memasarkan barang tidak berarti hanya menawarkan barang atau menjual tetapi
lebih luas dari itu. Di dalamnya tercakup berbagai kegiatan seperti membeli,
menjual, dengan segala macam cara, mengangkut barang, menyimpan, mensortir
dan sebagainya. Di dalam marketing usaha ini kita kenal sebagai fungsi-fungsi
marketing.
Maynard and Backman dalam Alma (2016:1) menyatakan “Marketing
berarti segala usaha yang meliputi penyaluran barang dan jasa dari sektor produksi
ke sektor konsumsi”. Sedangkan Paul D. Converse. Harvey W. Huege, and Robert
V. Mitchell dalam Alma (2016:2), menyatakan “Marketing didefinisikan sebagai
kegiatan membeli dan menjual, dan termasuk didalamnya kegiatan menyalurkan
barang dan jasa antara produsen dan konsumen”. Dalam kalimat lain juga
dikemukakan bahwa marketing terdiri dari kegiatan-kegiatan penciptaan kegunaan
tempat, waktu, dan pemilikan.
Dari sudut pandang manajerial dikutip pengertian marketing menurut The
American Marketing Association dalam Alma (2016:5), marketing adalah proses
merencanakan konsepsi, harga, promosi dan distribusi ide, menciptakan peluang
9
yang memuaskan individu dan sesuai dengan tujuan organisasi. Adanya kepuasan
yang dirasakan oleh konsumen, menimbulkan respons positif berupa terjadinya
pembelian ulang, dan menganjurkan konsumen lain agar membeli produk yang
sama. Keuntungan berlipat ganda akan diperoleh produsen, melalui penyebaran
informasi positif dari konsumen ke konsumen lain. Hal ini lebih dikenal sebagai
mouth to mouth advertising.
Jadi yang paling penting harus diingat di sini ialah bahwa marketing itu
pertama-tama harus berhubungan dengan adanya pemindahan hak milik secara
memuaskan.
2.2.1. Tingkatan Pemasaran
Jika diperhatikan struktur sebuah perusahaan maka ada tingkatan-tingkatan
tertentu yang masing-masing memiliki penekanan pada tugas pemasarannya.
Dalam Alma (2016:5), terdapat 3 tingkatan pemasaran, yaitu:
1. Pada tingkat pimpinan pemasaran adalah penekanan pada analisis struktur
pasar, orientasi dan dukungan pelanggan, serta memposisikan perusahaan
dalam mengawasi rantai nilai (value chain). Dalam sebuah lembaga atau
perusahaan banyak bagian-bagian, atau departemen yang menghasilkan nilai
bagi pelanggan, misalnya bagian pembelian bahan baku, bagian produksi,
bagian keuangan, bagian urusan langganan dan sebagainya. Aktivitas mereka
ini harus dibina atau diarahkan agar lebih memuaskan para pelanggan.
2. Pada tingkatan bisnis atau SBU (Strategic Business Unit). Disini pemasaran
adalah untuk segmentasi pasar dan targeting pasar. Unit bisnis harus lebih
10
menekankan pada karakteristik produk yang akan dipasarkan dan lebih
mengenai needs dan wants dari konsumen.
3. Pada tingkatan Operasional, ini berarti marketing in action, para petugas harus
melaksanakan berbagai taktik marketing mix, mencari kombinasi dari bauran
yang paling maksimal, apakah akan lebih menekankan pada product, price,
place, atau promotion dan sebagainya.
2.2.2. Perkembangan Pemasaran
Dalam situasi perekonomian zaman dulu, yang dikenal dengan istilah
“economics of scarcity”, barang-barang yang dihasilkan belum begitu banyak,
sehingga barang-barang tersebut mudah diserap oleh konsumen. Produsen dengan
mudah bisa mengenal konsumennya. Waktu itu dikatakan oleh Jean Baptist Say
dalam Alma (2016:12) , bahwa supply always creates its own demand. Barang-
barang yang dijual (supply) akan laku dengan sendirinya sebab sudah ada
pembelinya.
Tapi sebaliknya, pada masa kini, terutama sejak adanya revolusi di Inggris,
produsen dengan teknik-teknik produksi yang baru, mulai menghasilkan barang
dan jasa secara besar-besaran dan mulailah pasar dibanjiri oleh barang-barang
tersebut. Dalam hal ini produsen tidak lagi dibuat dengan cara otomatisasi yang
bersifat missal. Produsen membuat barang untuk konsumen yang tidak dikenal
(for unknown consumer).
Dari situasi ini perekonomian semacam ini ditemui dalam Alma (2016:12)
dengan istilah “economics of realitive plenty” , barang-barang mulai banyak
tersedia dibandingkan dengan yang terbeli oleh konsumen. Keadaan ini makin
11
lama makin meruncing, persaingan makin lama makin tajam (keen competition),
sehingga mendorong kaum produsen untuk memikirkan bagaimana cara
menyalurkan barang-barangnya mendahului saingannya. Akhirnya pernyataan
J.B. Say dalam Alma (2016:12) bisa berbalik menjadi demand creates its own
supply, permintaan sesuai dengan selera konsumen harus dipenuhi oleh produsen.
Pada saat ini produsen harus memperhitungkan bagaimana selera konsumen masa
kini dan masa yang akan datang dan harus diperhitungkan dalam rencana desain
produksi yang akan dihasilkannya. Produsen harus mencari informasi untuk
mengetahui segala sesuatu mengenai konsumen, misalnya menyangkut jumlah
konsumen, selera daya beli, pendidikan, kebiasaan, dan sebagainya.
2.2.3. Filosofi Pemasaran
Dalam merancang strategi pemasaran dan membangun hubungan yang
menguntungkan dengan pelanggan/konsumen sebagai sasaran, manajemen
pemasaran perlu mempertimbangkan filosofi yang dipergunakan untuk
melaksanakan strategi pemasaran.
Kotler dan Armstrong dalam Abdurrahman (2015:7) mengemukakan lima
konsep alternatif yang mendasari langkah-langkah organisasi dalam merancang
dan melaksanakan strategi pemasaran, yaitu sebagai berikut:
1. Konsep Produksi (Production Concept)
Konsep produksi adalah ide bahwa pelanggan akan menyukai produk yang
tersedia dengan harga yang terjangkau. Oleh karena itu, perusahaan harus
berfokus pada peningkatan produksi dan efisiensi distribusi.
12
Tugas manajemen disini adalah memproduksi barang sebanyak mungkin
dengan harga yang terjangkau.
Konsep ini tidak cocok dengan inti dan tujuan pemasaran, yaitu memberikan
kepuasan kebutuhan dan membangun hubungan dengan pelanggan karena
fokusnya hanya pada produksi, bukan pada pelanggan.
2. Konsep Produk (Product Concept)
Konsep produk adalah ide bahwa konsumen akan menyetujui produk yang
menawarkan kualitas kinerja dan fitur terbaik. Oleh karena itu, perusahaan
harus menguras tenaganya untuk membuat peningkatan produk yang
berkelanjutan.
Kualitas dan peningkatan produk memang penting, tetapi jika memfokuskan
diri hanya pada produk, perusahaan tersebut tertinggal jauh dari perusahaan
lain.
3. Konsep Penjualan (Selling Concept)
Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen tidak akan membeli produk
perusahaan, kecuali jika produk itu dijual dalam skala penjualan dan usaha
promosi yang besar.
Dalam konsep ini, manajmen beranggapan bahwa perusahaan perlu
mengadakan kegiatan penjualan agresif dengan promosi yang gencar.
Perusahaan yang menggunakan konsep ini akan menghadapi resiko tinggi
karena hanya berfokus pada transaksi penjualan, bukan pada upaya membina
hubungan pelanggan jangka panjang yang menguntungkan.
Pelanggan yang kecewa pada produk perusahaan akan beralih pada
perusahaan lain.
13
4. Konsep Pemasaran (Marketing Concept)
Konsep pemasaran menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi
bergantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan
memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih baik dari pada pesaing.
Konsep ini mulai berfokus pada kebutuhan dan keinginan pelanggan dan
berusaha memberikan kepuasan pada konsumen semaksimal mungkin.
Menurut Kotler dan Armstrong dalam Abdurrahman (2015:8), fokus utama
konsep pemasaran ini adalah memberikan kepuasan yang lebih baik
dibandingkan dengan pesaing, menciptakan hubungan yang lebih baik
dengan pelanggan berdasarkan nilai dan kepuasan pelanggan.
5. Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial (Social Marketing Concept)
Konsep pemasaran sosial menyatakan bahwa perusahaan harus mengambil
keputusan pemasaran yang baik dengan memperhatikan keinginan konsumen,
persyaratan perusahaan, dan kepentingan jangka panjang masyarakat. Strategi
pemasaran harus dapat memberikan nilai bagi pelanggan, dengan cara
mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan
masyarakat.
Di samping kelima konsep di atas, Kotler, Armstrong, dan Keller dalam
Abdurrahman (2015:8) mengemukakan pula konsep pemasaran keenam,
yaitu Konsep Pemasaran Holistik.
6. Konsep Pemasaaran Holistik (Holistic Marketing Concept)
Konsep pemasaran holistik didasarkan pada pengembangan, perancangan dan
implementasi program pemasaran, proses pemasaran dan kegiatan pemasaran
yang mengakui keluasan, dan interdepedensi mereka.
14
Pemasaran holistik mengakui bahwa segala sesuatu bisa saja terjadi pada
pemasaran dari pemasaran prospektif yang luas dan terpadu sangat
dibutuhkan.
2.3. Unsur-unsur Strategi Pemasaran
Dalam (http://eprints.stainkudus.ac.id/692/5/5.%20BAB%20II.pdf) unsur-
unsur strategi pemasaran terdiri atas lima unsur yang saling terkait yaitu sebagai
berikut:
1. Pemilihan pasar
Memilih pasar yang akan dilayani. Keputusan ini berdasarkan pada faktor
persepsi terhadap fungsi produk dan pengelompokan teknoogi yang dapat
diproteksi dan di dominasi, keterbatasan sumber daya internal yang
mendorong perlunya pemusatan yang lebih sempit. Pengalaman komulatif
yang didasarkan pada trial dan error didalam menanggapi peluang dan
tantangan dan kemampuan khusus yang berasala dari akses terhadap sumber
daya langka atau pasar yang terproteksi.
2. Perencanaan produk
Meliputi produk spesifik yang dijual pembentukan lini produk, dan
penawaran individual pada masing lini.
3. Penetapan harga
Menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai kuantitatif dari produk
kepada pelanggan.
4. Sistem distribusi
15
Perdagangan grosir dan eceran yang melalui produk hingga konsumen akhir
yang membeli dan menggunakanya.
5. Komunikasi pemasaran (promosi)
Meliputi periklanan, personal selling, promosi penjualan, direct marketing,
dan public relation.
2.4. Macam-macam Strategi Pemasaran
Dalam (http://eprints.stainkudus.ac.id/692/5/5.%20BAB%20II.pdf)
strategi pamasaran secara umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Strategi pemasaran yang tidak membeda-bedakan pasar (Undifferentiated
marketing)
Dengan strategi ini perusahaan menganggap pasar sebagai sutau keseluruhan,
sehingga perusahaan hanya memperhatikan kebutuhan konsumen secara
umum. Oleh karena itu perusahaan hanya menghasilkan dan memasarkan
satu macam produk saja dan berusaha menarik semua pembeli dan calon
pembeli dengan suatu rencan pemasaran saja.
Strategi ini untuk melakukan penjualan secara masal, sehingga menurunkan
biaya. Perusahaan memusatkan perhatianya pada seluruh konsumen dan
kebutuhannya, serta merancang produk yang dapat menarik sebanyak
mungkin para konsumen tersebut. Perusahaan yang menggunaka strategi ini,
tidak menghiraukan adannya kelompok pembeli yang berbeda-beda. Pasar
dianngap sebagai suatu keseluruhan dengan ciri kesamaan dalam
kebutuhannya.
16
Salah satu keuntungan strategi ini adalah kemampuan perusahaan untuk
menekankan biaya sehingga dapat lebih ekonomis. Sebaliknya,
kelemahannya adalah apabila banyak perusahaan lain juga menggunakan atau
menjalankan strategi pemasaran yang sama, maka akan terjadi persaingan
yang tajam untuk menguasai pasar tersebut (hyper competition), dan
mengabaikan segmen pasar yang kecil lainnya. Akibatnya strategi ini dapat
menyebabkan kurang menguntungkannya usaha-usaha pemasaran
peerusahaan, karena banyak dan makin tajamnya persaingan.
2. Strategi pamasaran yang membeda-bedakan pasar (Differentiated marketing)
Dengan strategi ini perusahaan hanya melayani kebutuhan beberapa
kelompok konsumen tertentu dengan jenis produk tertentu pula. Jadi
perusahaan atau produsen menghasilkan dan memasarkan produk yang
berbeda-beda untuk tiap segmen pasar. Dengan kata lain, perusahaan atau
produsen menawarkan berbagai variasi produk dan produk mix, yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan kelompok konsumen atau
pembeli yang berbeda-beda, dengan pogram pemasaran yang tersendiri
diharapkan dapat dicapai tingkat penjualan yang tertinggi dalam masing-
masing segmen pasar tersebut.
Perusahaan yang menggunakan strategi ini bertujuan untuk mempertebal
kepercayaan kelompok konsumen tertentu terhadap produk yang dihasilkan
dan dipasarkan, sehingga pembeliannya akan dilakukan berulang kali.
Dengan demikian diharapkan penjualan perusahaan akan lebih tinggi dan
kedudukan produk perusahaan akan lebih kuat atau mantap di segmen pasar.
17
Keuntungan dari strategi ini adalah penjualan dapat diharapkan akan lebih
tinggi dengan posisi produk yang lebih baik di setiap segmen pasar, dan total
penjualan perusahaan akan dapat ditingkatkan dengan bervariasinya produk
yang ditawarkan, kelemahanya staregi ini adalah terdapat kecenderungan
biaya akan lebih tinggi karena kenaikan biaya produksi untuk modifikasi
produk, biaya administrasi, biasa promosi, dan biaya investasi.
3. Strategi pemasaran yang ekonsentrasi (Concentrated marketing)
Dengan strategi ini perusahaan mengkhususkan produknya dalam beberapa
segmen pasar, dengan pertimbangan keterbatasan sumber daya perusahaan,
dalam hal ini perusahaan produsen memilih segmen pasar tertentu dan
menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kelompok
konsumen yang ada pada segmen pasar itu, yang tentunya lebih spesifik.
Strategi pemasaran ini mengutamakan seluruh usaha pemaasaran pada satu
atau beberapa segmen pasar tertentu saja. Jadi perusahaan memutuskan
segala kegiatan akan memberikan keuntungan yang terbesar.
2.5. Manfaat Strategi Pemasaran
Dalam strategi pasar ini akan dapat ditetapkan segmen pasar tertentu yang
akan dijalankan sebagai target pasar perusahaan. Dalam
(http://eprints.stainkudus.ac.id/692/5/5.%20BAB%20II.pdf), ada beberapa
manfaat yang mungkin diraih perusahaan, antara lain:
1. Perusahaan dapat membandingkan segmen pasar yang terbaik bagi
perusahaan. Yaitu dengan memperhatikan kemampuan perusahaan serta
segmen pasar yang sudah jenuh dan potensi saingan.
18
2. Perusahaan dapat menyesuaikan kegiatan promosi dan kegiatan pemasaran
lainnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing segmen pasar.
3. Perubahan dapat memperoleh masukan yang dapat digunakan untuk
menyusun kebijaksanaan pemasaran.
Pada dasarnya segmen pasar yang belum dilayani atau belum terlayani
secara maksimal dan sesuai dengan karakteristik perusahaan merupakan pasar
yang potensi untuk dimasuki. Oleh karena itu perlu diambil tindakan-tindakan
sebagai berikut:
1. Menyelidiki luas dan potensi setiap segmen pasar yang hendak dimasuki.
2. Menyelidiki atribut yang diutamakan untuk setiap segmen pasar.
3. Menyelidiki potensi setiap produk yang sama dipasar.
4. Menyelidiki segmen pasar mana yang mungkin untuk dilayani perusahaan.