bab ii landasan teori 2.1. profesi guru -...

17
8 BAB II LANDASAN TEORI Bab II menjelaskan beberapa konsep yang terkait dengan penelitian tentang penguasaan kompetensi profesional antara guru yang sudah bersertifikat dan guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa. 2.1. Profesi Guru "Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. 1 Dengan demikian, pekerjaan sebagai seorang guru tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang ini biasa disebut sebagai profesi. Jadi, guru merupakan suatu profesi. Selain tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, profesi guru merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian dan pendidikan khusus. Berkaitan dengan profesi guru sebagai suatu jabatan, sebenarnya pada tahun 1948 sudah muncul konsep profesi guru. Konsep ini dibuat oleh Nasional Education Association (NEA) yang mengemukakan kriteria syarat-syarat profesi guru sebagai berikut: a. jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual; b. jabatan khusus yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus; c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama; d. jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan; e. jabatan yang menentukan standarnya sendiri; 1 Uno Hamzah, 2007, Profesi Kependidikan, Bumi Aksara, Jakarta, hal.15.

Upload: nguyenthuy

Post on 08-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II menjelaskan beberapa konsep yang terkait dengan penelitian tentang

penguasaan kompetensi profesional antara guru yang sudah bersertifikat dan guru

yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa.

2.1. Profesi Guru

"Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam

mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik”.1 Dengan demikian, pekerjaan

sebagai seorang guru tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Pekerjaan yang

tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang ini biasa disebut sebagai profesi. Jadi,

guru merupakan suatu profesi. Selain tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang,

profesi guru merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian dan

pendidikan khusus.

Berkaitan dengan profesi guru sebagai suatu jabatan, sebenarnya pada tahun

1948 sudah muncul konsep profesi guru. Konsep ini dibuat oleh Nasional Education

Association (NEA) yang mengemukakan kriteria syarat-syarat profesi guru sebagai

berikut:

a. jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual;

b. jabatan khusus yang menggeluti suatu batang tubuh

ilmu yang khusus;

c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang

lama;

d. jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang

berkesinambungan;

e. jabatan yang menentukan standarnya sendiri;

1 Uno Hamzah, 2007, Profesi Kependidikan, Bumi Aksara, Jakarta, hal.15.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

9

f. jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas

keuntungan pribadi;

g. jabatan yang mempunyai organisasi profesional.”2

Selain NEA, konsep profesi guru juga dikemukakan dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam pasal 7

ayat 1 Undang-Undang tersebut tertulis bahwa ”Profesi guru dan profesi dosen

merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagi

berikut:

a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu

pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;

c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang

pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya;

d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan

bidang tugas;

e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas

keprofesionalan;

f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai

dengan prestasi kerja;

g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar

sepanjang hayat;

h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan;

i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai wewenang

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas

keprofesionalan guru.”3

2.2. Guru yang Profesional

Guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan

tujuan pembangunan nasional, khususnya di bidang pendidikan, sehingga perlu

dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan profesional. Status guru

sebagai tenaga pendidik yang profesional didukung oleh pendapat beberapa ahli

2 Soetjipto dan Kosasi Raflis, 2000, Profesi Keguruan, PT Rineka Cipta, Jakarta, hal. 18. 3 Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 21.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

10

seperti Hazkew yang mengatakan bahwa ”Teacher is professional person who

conducts classes. Sedangkan menurut Grambs mengatakan bahwa ”Teacher are

those persons who consciously direct the experiences and behavior of an individual

so that education takes places.” 4

Pada dasarnya seperangkat tugas yang harus dilakukan oleh seorang guru

berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Pada perkembangannya, guru

yang professional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar,

metode pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki ketrampilan yang tinggi

dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki

pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia dan masyarakat. Dengan

demikian, setidaknya terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang

profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Keberhasilan

seorang guru dalam menjalankan tugas-tugasnya tersebut sangat bergantung kepada

kompetensi yang dimiliki.

Terdapat beberapa pengertian kompetensi, salah satunya adalah pengertian

Charles yang mengemukakan bahwa “Competency as rational performance which

satisfactorily meets the objective for a desired condition. Sedangkan Undan-Undang

No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam pasal 1 : 10 dijelaskan bahwa

kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan”.5 Dari kedua definisi tersebut, kompetensi guru menunjuk kepada

performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di

4 Uno Hamzah, Op. Cit, hal. 15. 5 Ibid. hal. 25.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

11

dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Pembahasan lebih lanjut mengenai

kompetensi ada dalam pasal 10 UUGD, yang mengemukakan bahwa “Kompetensi

guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,

kompetnsi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang

diperoleh melalui pendidikan profesi. Penjelasan mengenai salah satu kompetensi

tersebut adalah kompetensi profesional.

2.3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah ”kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta

didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan”.6 Kompetensi profesional ini merupakan suatu kemampuan yang

membedakan profesi guru dengan profesi yang lain.

Kompetensi profesional merupakan satu dari empat kompetensi yang harus

dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi profesional seorang guru adalah

”seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat

melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil”.7 Kompetensi profesional ini

disusun agar dalam mengajar guru terarah dan kreatif dalam mengajar. Disamping

itu juga kompetensi profesional ini disusun untuk membantu guru melakukan

tugasnya dalam mengajar, apa saja yang harus dilakukan agar dapat mengajar

dengan baik. Berbeda dengan tiga kompetensi yang lain, kompetensi profesional ini

terkait langsung dengan langkah-langkah yang harus dikuasai guru dalam mengajar

agar dapat dikatakan seorang guru yang profesional. Kompetensi profesional guru

6 Ibid. hal 135.

7 Hamzah B. Uno, Op. Cit, hal.18.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

12

terkait dengan pelaksanaan tugas mengajar seorang guru. Dalam kompetensi

profesional terdapat lima kompetensi inti guru yang harus dikuasai oleh guru.

”Lima kompetensi inti guru tersebut adalah:

1. menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir

keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar

mata pelajaran yang diampu.

3. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu

secara kreatif.

4. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan

dengan melakukan tindakan reflektif.

5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan diri”.8

Kompetensi profesional ini terkait langsung dengan mata pelajaran yang

akan diajarkan oleh guru. Lima kompetensi inti guru ini harus benar-benar dikuasai

oleh guru untuk dapat mengajar dengan benar pula. Salah satu yang dianggap

penting untuk dilaksanakan secara benar adalah mengembangkan materi

pembelajaran yang diampu secara kreatif.

2.4. Profesionalisasi Guru

Dalam kaitannya dengan tugas guru dalam bidang profesi, seorang guru

dituntut untuk mengembangkan keprofesionalannya dengan melakukan upaya-upaya

untuk meningkatkan kemampuan professional. Upaya ini sering disebut sebagai

profesionalisasi. Profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti

peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan

yang akan diberikan kepada masyarakat. Dengan kata lain, profesionalisasi guru

berarti upaya peningkatan profesionalisme guru.

8Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007

dalam Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Tahun 2005, Sinar Grafika, Jakarta,2007, hal

152-153.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

13

“Enam asumsi perlunya profesionalisasi dalam bidang

pendidikan, yakni sebagai berikut:

1. subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki

kemauan, pengetahuan, emosi, perasaan, dan dapat

dikembangkan segala potensinya;

2. pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara

sadar dan bertujuan, maka pendidikan diikat oleh

norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara

universal, nasional, maupun lokal;

3. teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis

dalam menjawab permasalahan pendidikan;

4. pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang

manusia, yakni manusia mempunyai potensi yang baik

untuk berkembang;

5. inti pendidikan terjadinya dialog antara peserta didik

dengan pendidik yang memungkinkan peserta didik

tumbuh kearah yang dikehendaki oleh pendidik dan

selaras dengan nilai yang dijunjung tinggi oleh

masyarakat;

6. sering terjadinya dilemma antara tujuan utama

pendidikan, yakni menjadikan manusia yang baik,

dengan misi instrumental yakni merupakan alat untuk

perubahan atau mencapai sesuatu”9.

Peningkatan profesionalisme guru merupakan hal yang tidak bisa ditawar

lagi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Profesionalisme guru disini adalah upaya

untuk membantu guru belum memiliki kualifikasi profesional menjadi profesional.

“Upaya peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan

melalui kegiatan:

1. peningkatan kualifikasi melalui jenjang pendidikan

formal;

2. peningkatan kompetensi melalui pendidikan dan

pelatihan;

3. peningkatan kompetensi melalui kegiatan yang

dirancang oleh organisasi profesi;

4. belajar mandiri”.10

Profesional guru sebagai suatu proses tidak dapat terlepas dari beberapa teori

yang melatar belakanginya, seperti teori konvergensi, konstruktivisme, dan

9 Soetjipto dan Kosasi Raflis, Op. Cit, hal.18. 10 Suparlan, 2005, Menjadi Guru Efektif, Hikayat Publishing, Yogyakarta, hal. 182.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

14

behavior. Ketiga toeri filsafat psikologi perkembangan tersebut memiliki keterkaitan

antara satu dengan yang lainnya.

“Teori konvergensi menjelaskan bahwa seorang guru telah memiliki bakat

sebagai pendidik sejak dilahirkan”11

. Perkembangan bakat itu sangat tergantung

dari lingkungannya. Jika lingkungan mendukung perkembangan tersebut, maka

besar kemungkinan terbentuk guru yang profesional. Demikian pula sebaliknya jika

lingkungan tidak mendukung, maka kemungkinan terbentuk guru yang profesional

sangat kecil.

Berbeda dengan teori konvergensi, teori konstruktivisme lebih dekat dengan

teori empirisme karya John Locke. “Teori konstruktivisme menekankan pada

pengetahuan yang merupakan bentukan dari pengalaman seseorang”12

.

Pengetahuan akan berkembang seiring dengan penambahan pengalaman. Dalam

kerangka proses profesionalisasi guru, pengetahuan yang dimaksud adalah

profesionalisme guru. Dengan demikian, profesioanlisme guru akan berkembang

seiring dengan pengalaman guru dalam kaitan dengan profesinya sebagai seorang

guru.

Teori behaviorisme yang dipelopori oleh John Watson, Skinner dan Pavlov

menyatakan bahwa manusia akan melakukan suatu respon tertentu apabila dia

dikenai dengan suatu stimulus tertentu. Dalam kerangka profesionalisasi guru,

seorang guru akan berpartisipasi aktif dalam upaya pengembangan profesionalisme

apabila terdapat stimulus tertentu. Stimulus yang dimaksud dapat berasal dari

lingkungan yang alami, dan lingkungan yang terkondisi. Lingkungan yang alami

11 Suparno Paul, 1997, Filsafat Konstrukstivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta,

hal. 11. 12 Ibid. hal. 18.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

15

adalah teman guru, siswa, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan yang terkondisi

adalah peraturan perundang-undangan, seperti UUGD yang menjajikan tunjangan

profesi bagi guru professional.

Bertolak dari teori-teori tersebut, pemerintah dirasa perlu campur tangan

dalam upaya profesionalisasi guru. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah

dalam rangka meningkatkan kemampuan profesional guru dilakukan dengan

mengadakan sertifikasi guru dalam jabatan.

2.5. Sertifikasi Guru

Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, mengemukakan “sertifikasi adalah proses pemberian

sertifikat pendidik untuk guru dan dosen”.13

Sedangkan dalam buku 2 pedoman

sertifikasi guru dalam jabatan dikemukakan bahwa “sertifikasi guru adalah proses

pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan yang

dibuktikan dengan dimilikinya sertifikat profesi pendidik”14

.

“Sertifikasi guru bertujuan untuk:

1. melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan;

2. melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak

kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga

kependidikan;

3. membantu dan melindungi lembaga penyelenggara

pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan

instrument untuk melakukan seleksi terhadap pelamar

yang kompeten;

4. membangun citra masyarakat terhadap profesi

pendidik dan tenaga kependidikan;

5. memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan dan tenaga kependidikan”15

.

13 Yamin Martinis, 2007, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Gaung Persada Press,

Jakarta, hal. 196. 14

Samani Muchlas, 2008, Buku 2 Pedoman Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Penilaian

Portofolio, Dirjen Dikti, Jakarta, hal 1. 15 Wibowo, Mungin Eddy, 2004, Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik dan

Tenaga Kependidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, hal. 35.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

16

Guru dapat memperoleh sertifikat pendidik melalui dua jalur, yaitu

pemberian sertifikat pendidik secara langsung dan melalui penilaian rencana

pembelajaran. Penilaian rencana pembelajaran pada hakikatnya adalah uji

kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Penilaian tersebut dilakukan

terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan jejak prestasi guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan agen pembelajaran. Penilaian menjadi

dasar untuk menentukan tingkat profesionalitas guru bersangkutan. Rencana

Pembelajaran (RPP) terdiri atas tujuh komponen, yaitu: materi pokok, alokasi waktu,

tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media alat dan sumber belajar, langkah-

langkah pembelajaran, dan penilaian.

2.5.1. Penguasaan Materi Pokok

Penguasaan materi pokok adalah “pokok- pokok materi yang harus dipelajari

siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan yang akan dinilai dengan

menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian

belajar”.16

Secara umum materi pokok dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis

yaitu fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Materi jenis fakta adalah materi yang

berupa nama-nama objek, tempat, orang, lembaga, peristiwa sejarah, bagian atau

komponen suatu benda, dan sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi

dan hakikat. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus dan paradigma. Materi jenis

prosedur berupa langkah- langkah mengerjakan sesuatu secara urut.

Materi pokok merupakan butir-butir bahan pelajaran yang dibutuhkan siswa

untuk mencapai suatu kompetesni dasar. Pengurutan materi pokok dapat

menggunakan pendekatan procedural, konkret ke abstrak, dan pendekatan tematik.

16 Kunandar, 2007, Guru Profesional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.229.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

17

“Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang

menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan

mempertimbangkan:

1. potensi peserta didik;

2. relevansi dengan karakteristik daerah;

3. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional,

sosial, dan spiritual peserta didik;

4. kebermanfaatan bagi peserta didik;

5. struktur keilmuan;

6. aktualisasi, kedalaman, dan keluasaan materi

pembelajaran;

7. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan

lingkungan;

8. alokasi waktu”.17

2.5.2. Penguasaan Alokasi Waktu

Alokasi waktu adalah “waktu yang diperlukan untuk menguasai masing-

masing kompetensi dasar”.18

Alokasi pada setiap kompetensi dasar dilakukan

dengan memperhatikan jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran

perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,

kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya. Alokasi waktu

dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh rata-

rata peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.

Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu,

meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan

lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri. Waktu libur adalah

waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada

satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah

semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari

libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.

17 Ibid, hal.232. 18Ibid, hal. 230.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

18

2.5.3. Penguasaan Tujuan Pembelajaran

“Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam

memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran”.19

Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir

pengajaran, sertá kemampuan yang harus dicapai siswa. Sasaran tersebut dapat

terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran.

Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses

disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi

mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam

memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan

ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa”.20

2.5.4. Penguasaan Metode Pembelajaran

“Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan,

menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa

untuk mencapai tujuan tertentu”.21

Di bawah ini digambarkan sinkronisasi antara

metode dengan kemampuan yang akan dicapai berdasrkan indikator yang telah

dirancang atau disepakati oleh guru atau guru bersama-sama siswa.

Tabel 2.5.1. Macam-macam Metode Pembelajaran

No Metode Kemampuan Yang Akan Dicapai Berdasarkan Indikator

1 Ceramah Menjelas konsep/prinsip/prosedur

2 Demonstrasi Menjelaskan suatu ketrampilan berdasarkan stándar prosedur

tertentu

3 Tanya Jawab Mendapatkan umpan balik/partisipasi/menganalisis

19 Martinis Yamin, 2008, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Gaung Persada

Press, Jakarta, hal. 133. 20 http://www.artikelbagus.com/2011/11/pengertian-tujuan-dan-cara-merumuskan-tujuan-

pembelajaran.html

21 Ibid, hal.138-139.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

19

4 Penampilan Melakukan sesuatu ketrampilan

5 Diskusi Menganalisis/memecahkan masalah

6 Studi Mandiri Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistesis/mengevalu

asi/melakukan sesuatu baik yang bersifat kognitif maupun

psikomotor

7 Kegiatan

Pembelajaran

Terprogram

Menjelaskan konsep/prinsip/prosedur

8 Latihan

Bersama

Teman

Melakukan sesuatu ketrampilan

9 Simulasi Menjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep dan

prinsip

10 Pemecahan

Masalah

Menjelaskan/menerapkan/menganalisis

konsep/prosedur/prinsip tertentu

11 Studi Kasus Menganalisis dan memecah masalah

12 Insiden Menganalisis dan memecah masalah

13 Praktikum Melakukan sesuatu ketrampilan

14 Proyek Melakukan sesuatu/menyusunkan laporan suatu kegiatan

15 Bermain

Peran

Menerapkan suatu konsep/prinsip/prosedur

16 Seminar Menganlisis/memecahkan masalah

17 Simposium Menganalisis masalah

18 Tutorial Menjelaskan/menerapkan/menganalisis

konsep/prosedur/prinsip

19 Deduksi Menjelaskan/menerapkan/menganalisis

konsep/prosedur/prinsip

20 Induksi Mensintesis suatu konsep, prinsip atau perilaku

21 Computer

Assisted

Learning

Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/mengeval

uasi sesuatu”.22

2.5.5. Penguasaan Media Alat dan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah “rujukan, objek dan bahan yang digunakan untuk

kegiatan pembelajaran”.23

Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik,

nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber

belajar dilakukan berdasarkan stándar kompetensi dan kompetensi dasar, indikator

kompetensi, serta materi pokok, dan kegiatan pembelajaran.

22 Ibid, hal 139. 23 Mulyasa, 2010, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan, Rosda, Bandung, hal. 206.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

20

Sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam KTSP di sekolah antara lain

laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola yang

profesional. Sumber belajar tersebut perlu didayagunakan seoptimal mungkin,

dipelihara, dan disimpan dengan sebaik-baiknya. Dalam pada itu, kreativitas guru

dan peserta didik perlu senantiasa ditingkatkan untuk membuat dan mengembangkan

alat-alat pembelajaran serta alat peraga lain yang berguna bagi peningkatan kualitas

pembelajaran.

Dalam pengembangan sumber belajar, guru disamping harus mampu

membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif

mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang lebih

konkrit. Pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar, misalnya memanfaatkan

batu-batuan, tanah, tumbuh-tumbuhan, keadaan alam, pasar, kondisi sosial, ekonomi,

dan budaya kehidupan yang berkembang di masyarakat.

2.5.6. Penguasaan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran adalah “bentuk atau pola umum kegiatan

pembelajaran yang akan dilaksanakan”.24

Strategi pembelajaran meliputi kegiatan

tatap muka dan non tatap muka (pengalaman belajar). Kegiatan tatap muka adalah

kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk

interaksi langsung antar guru dengan siswa, seperti ceramah, diskusi, presentasi,

kuis, dan sebagainya. Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik maupun mental yang

dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi ajar, baik dilakukan di dalam

maupun di luar kelas untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan.

24Ibid, hal.232.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

21

“Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan

kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. memberikan bantuan guru agar dapat melaksanakan

proses pembelajaran secara profesional.

2. memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan

peserta didik secara berurutan untuk mencapai

kompetensi dasar.

3. penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai

dengan hierarki konsep materi pembelajaran.

4. rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran

minimal mengandung dua unsur perinci yang

mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar

peserta didik, yaitu kegiatan siswa dan materi”.25

“Langkah-langkah Pembelajaran:

1. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu

pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk

membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian

peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran.

2. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk

mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik

melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

3. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan

dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan

refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut”.26

2.5.7. Penguasaan Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan

indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunkan tes dan nontes dalam bentuk

25

Ibid, hal. 235. 26 http://tirman.wordpress.com/pengembangan-rpp/

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

22

tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya

berupa tugas.

“Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk

memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang

proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan

secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi

informasi yang bermakna dalam pengambilan

keputusan”.27

“Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah

sebagai berikut:

1. penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian

kompetensi.

2. penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu

berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik

setelah mengikuti proses pembelajaran dan bukan

untuk menentukan posisi seseorang terhadap

kelompoknya.

3. sistem yang direncanakan adalah sistema penilaian

yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua

indikator ditagih.

4. hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak

lanjut. Tindak lanjut berupa proses pembelajaran

berikutnya.

5. sistema penilaian harus disesuaikan dengan

pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses

pembelajaran”.28

2.6.Kerangka Penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Penelitian Penguasaan Kompetensi Profesional Antara Guru

Yang Sudah Bersertifikat dan Guru Yang Belum Bersertifikat di SMP

Negeri se Kecamatan Ambarawa

27 Ibid, hal.235-236. 28 Ibid, hal.236.

Penguasaan Kompetensi Profesional

Guru Sudah Bersertifikat Guru Belum Bersertifikat

Kemampuan Guru

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

23

2.7. Hipotesis

Dengan mengacu pada kesimpulan teoritis yang telah dibuat, peneliti

merumuskan hipotesis kerja sebagai berikut.

1. Hipotesis kerja 1 :

Penguasaan kompetensi profesional antara guru yang sudah bersertifikat

lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se

Kecamatan Ambarawa.

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 > µ2

Nilai rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah

bersertifikat adalah µ1. Sedangkan nilai rata-rata penguasaan kompetensi profesional

guru yang belum bersertifikat µ2.

2. Hipotesis kerja 2 :

Penguasaan kompetensi Profesional guru SMP Negeri se Kecamatan

Ambarawa yang belum bersertifikat adalah rendah.

Ho: µ0 = 85

H1: µ1 < 85

Nilai rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru supaya lolos

penilaian rencana pembelajaran adalah µ1. Sedangkan nilai rata-rata kompetensi

profesional guru yang belum bersertifikat adalah µ2.

3. Hipotesis kerja 3 :

Penguasaan kompetensi Profesional guru SMP Negeri se Kecamatan

Ambarawa yang sudah bersertifikat adalah tinggi.

Ho: µ0 = 85

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesi Guru - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5560/3/T1_162009025_BAB II.pdf · c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional

24

H1: µ1 > 85

Nilai rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru supaya lolos

penilaian rencana pembelajaran adalah µ1. Sedangkan nilai rata-rata kompetensi

profesional guru yang sudah bersertifikat adalah µ2.