bab ii landasan teori 2.1. profesi guru -...
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II menjelaskan beberapa konsep yang terkait dengan penelitian tentang
penguasaan kompetensi profesional antara guru yang sudah bersertifikat dan guru
yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa.
2.1. Profesi Guru
"Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam
mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik”.1 Dengan demikian, pekerjaan
sebagai seorang guru tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Pekerjaan yang
tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang ini biasa disebut sebagai profesi. Jadi,
guru merupakan suatu profesi. Selain tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang,
profesi guru merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian dan
pendidikan khusus.
Berkaitan dengan profesi guru sebagai suatu jabatan, sebenarnya pada tahun
1948 sudah muncul konsep profesi guru. Konsep ini dibuat oleh Nasional Education
Association (NEA) yang mengemukakan kriteria syarat-syarat profesi guru sebagai
berikut:
a. jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual;
b. jabatan khusus yang menggeluti suatu batang tubuh
ilmu yang khusus;
c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang
lama;
d. jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan;
e. jabatan yang menentukan standarnya sendiri;
1 Uno Hamzah, 2007, Profesi Kependidikan, Bumi Aksara, Jakarta, hal.15.
9
f. jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas
keuntungan pribadi;
g. jabatan yang mempunyai organisasi profesional.”2
Selain NEA, konsep profesi guru juga dikemukakan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam pasal 7
ayat 1 Undang-Undang tersebut tertulis bahwa ”Profesi guru dan profesi dosen
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagi
berikut:
a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya;
d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas;
e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan;
f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai
dengan prestasi kerja;
g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat;
h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan;
i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai wewenang
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru.”3
2.2. Guru yang Profesional
Guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan
tujuan pembangunan nasional, khususnya di bidang pendidikan, sehingga perlu
dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan profesional. Status guru
sebagai tenaga pendidik yang profesional didukung oleh pendapat beberapa ahli
2 Soetjipto dan Kosasi Raflis, 2000, Profesi Keguruan, PT Rineka Cipta, Jakarta, hal. 18. 3 Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 21.
10
seperti Hazkew yang mengatakan bahwa ”Teacher is professional person who
conducts classes. Sedangkan menurut Grambs mengatakan bahwa ”Teacher are
those persons who consciously direct the experiences and behavior of an individual
so that education takes places.” 4
Pada dasarnya seperangkat tugas yang harus dilakukan oleh seorang guru
berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Pada perkembangannya, guru
yang professional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar,
metode pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki ketrampilan yang tinggi
dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki
pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia dan masyarakat. Dengan
demikian, setidaknya terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang
profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Keberhasilan
seorang guru dalam menjalankan tugas-tugasnya tersebut sangat bergantung kepada
kompetensi yang dimiliki.
Terdapat beberapa pengertian kompetensi, salah satunya adalah pengertian
Charles yang mengemukakan bahwa “Competency as rational performance which
satisfactorily meets the objective for a desired condition. Sedangkan Undan-Undang
No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam pasal 1 : 10 dijelaskan bahwa
kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan”.5 Dari kedua definisi tersebut, kompetensi guru menunjuk kepada
performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di
4 Uno Hamzah, Op. Cit, hal. 15. 5 Ibid. hal. 25.
11
dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Pembahasan lebih lanjut mengenai
kompetensi ada dalam pasal 10 UUGD, yang mengemukakan bahwa “Kompetensi
guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetnsi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Penjelasan mengenai salah satu kompetensi
tersebut adalah kompetensi profesional.
2.3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah ”kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan”.6 Kompetensi profesional ini merupakan suatu kemampuan yang
membedakan profesi guru dengan profesi yang lain.
Kompetensi profesional merupakan satu dari empat kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi profesional seorang guru adalah
”seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat
melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil”.7 Kompetensi profesional ini
disusun agar dalam mengajar guru terarah dan kreatif dalam mengajar. Disamping
itu juga kompetensi profesional ini disusun untuk membantu guru melakukan
tugasnya dalam mengajar, apa saja yang harus dilakukan agar dapat mengajar
dengan baik. Berbeda dengan tiga kompetensi yang lain, kompetensi profesional ini
terkait langsung dengan langkah-langkah yang harus dikuasai guru dalam mengajar
agar dapat dikatakan seorang guru yang profesional. Kompetensi profesional guru
6 Ibid. hal 135.
7 Hamzah B. Uno, Op. Cit, hal.18.
12
terkait dengan pelaksanaan tugas mengajar seorang guru. Dalam kompetensi
profesional terdapat lima kompetensi inti guru yang harus dikuasai oleh guru.
”Lima kompetensi inti guru tersebut adalah:
1. menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar
mata pelajaran yang diampu.
3. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu
secara kreatif.
4. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan melakukan tindakan reflektif.
5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri”.8
Kompetensi profesional ini terkait langsung dengan mata pelajaran yang
akan diajarkan oleh guru. Lima kompetensi inti guru ini harus benar-benar dikuasai
oleh guru untuk dapat mengajar dengan benar pula. Salah satu yang dianggap
penting untuk dilaksanakan secara benar adalah mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif.
2.4. Profesionalisasi Guru
Dalam kaitannya dengan tugas guru dalam bidang profesi, seorang guru
dituntut untuk mengembangkan keprofesionalannya dengan melakukan upaya-upaya
untuk meningkatkan kemampuan professional. Upaya ini sering disebut sebagai
profesionalisasi. Profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti
peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan
yang akan diberikan kepada masyarakat. Dengan kata lain, profesionalisasi guru
berarti upaya peningkatan profesionalisme guru.
8Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007
dalam Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Tahun 2005, Sinar Grafika, Jakarta,2007, hal
152-153.
13
“Enam asumsi perlunya profesionalisasi dalam bidang
pendidikan, yakni sebagai berikut:
1. subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki
kemauan, pengetahuan, emosi, perasaan, dan dapat
dikembangkan segala potensinya;
2. pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara
sadar dan bertujuan, maka pendidikan diikat oleh
norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara
universal, nasional, maupun lokal;
3. teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis
dalam menjawab permasalahan pendidikan;
4. pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang
manusia, yakni manusia mempunyai potensi yang baik
untuk berkembang;
5. inti pendidikan terjadinya dialog antara peserta didik
dengan pendidik yang memungkinkan peserta didik
tumbuh kearah yang dikehendaki oleh pendidik dan
selaras dengan nilai yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat;
6. sering terjadinya dilemma antara tujuan utama
pendidikan, yakni menjadikan manusia yang baik,
dengan misi instrumental yakni merupakan alat untuk
perubahan atau mencapai sesuatu”9.
Peningkatan profesionalisme guru merupakan hal yang tidak bisa ditawar
lagi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Profesionalisme guru disini adalah upaya
untuk membantu guru belum memiliki kualifikasi profesional menjadi profesional.
“Upaya peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan
melalui kegiatan:
1. peningkatan kualifikasi melalui jenjang pendidikan
formal;
2. peningkatan kompetensi melalui pendidikan dan
pelatihan;
3. peningkatan kompetensi melalui kegiatan yang
dirancang oleh organisasi profesi;
4. belajar mandiri”.10
Profesional guru sebagai suatu proses tidak dapat terlepas dari beberapa teori
yang melatar belakanginya, seperti teori konvergensi, konstruktivisme, dan
9 Soetjipto dan Kosasi Raflis, Op. Cit, hal.18. 10 Suparlan, 2005, Menjadi Guru Efektif, Hikayat Publishing, Yogyakarta, hal. 182.
14
behavior. Ketiga toeri filsafat psikologi perkembangan tersebut memiliki keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya.
“Teori konvergensi menjelaskan bahwa seorang guru telah memiliki bakat
sebagai pendidik sejak dilahirkan”11
. Perkembangan bakat itu sangat tergantung
dari lingkungannya. Jika lingkungan mendukung perkembangan tersebut, maka
besar kemungkinan terbentuk guru yang profesional. Demikian pula sebaliknya jika
lingkungan tidak mendukung, maka kemungkinan terbentuk guru yang profesional
sangat kecil.
Berbeda dengan teori konvergensi, teori konstruktivisme lebih dekat dengan
teori empirisme karya John Locke. “Teori konstruktivisme menekankan pada
pengetahuan yang merupakan bentukan dari pengalaman seseorang”12
.
Pengetahuan akan berkembang seiring dengan penambahan pengalaman. Dalam
kerangka proses profesionalisasi guru, pengetahuan yang dimaksud adalah
profesionalisme guru. Dengan demikian, profesioanlisme guru akan berkembang
seiring dengan pengalaman guru dalam kaitan dengan profesinya sebagai seorang
guru.
Teori behaviorisme yang dipelopori oleh John Watson, Skinner dan Pavlov
menyatakan bahwa manusia akan melakukan suatu respon tertentu apabila dia
dikenai dengan suatu stimulus tertentu. Dalam kerangka profesionalisasi guru,
seorang guru akan berpartisipasi aktif dalam upaya pengembangan profesionalisme
apabila terdapat stimulus tertentu. Stimulus yang dimaksud dapat berasal dari
lingkungan yang alami, dan lingkungan yang terkondisi. Lingkungan yang alami
11 Suparno Paul, 1997, Filsafat Konstrukstivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta,
hal. 11. 12 Ibid. hal. 18.
15
adalah teman guru, siswa, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan yang terkondisi
adalah peraturan perundang-undangan, seperti UUGD yang menjajikan tunjangan
profesi bagi guru professional.
Bertolak dari teori-teori tersebut, pemerintah dirasa perlu campur tangan
dalam upaya profesionalisasi guru. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
dalam rangka meningkatkan kemampuan profesional guru dilakukan dengan
mengadakan sertifikasi guru dalam jabatan.
2.5. Sertifikasi Guru
Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, mengemukakan “sertifikasi adalah proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru dan dosen”.13
Sedangkan dalam buku 2 pedoman
sertifikasi guru dalam jabatan dikemukakan bahwa “sertifikasi guru adalah proses
pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan yang
dibuktikan dengan dimilikinya sertifikat profesi pendidik”14
.
“Sertifikasi guru bertujuan untuk:
1. melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan;
2. melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak
kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga
kependidikan;
3. membantu dan melindungi lembaga penyelenggara
pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan
instrument untuk melakukan seleksi terhadap pelamar
yang kompeten;
4. membangun citra masyarakat terhadap profesi
pendidik dan tenaga kependidikan;
5. memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dan tenaga kependidikan”15
.
13 Yamin Martinis, 2007, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Gaung Persada Press,
Jakarta, hal. 196. 14
Samani Muchlas, 2008, Buku 2 Pedoman Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Penilaian
Portofolio, Dirjen Dikti, Jakarta, hal 1. 15 Wibowo, Mungin Eddy, 2004, Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, hal. 35.
16
Guru dapat memperoleh sertifikat pendidik melalui dua jalur, yaitu
pemberian sertifikat pendidik secara langsung dan melalui penilaian rencana
pembelajaran. Penilaian rencana pembelajaran pada hakikatnya adalah uji
kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Penilaian tersebut dilakukan
terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan jejak prestasi guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan agen pembelajaran. Penilaian menjadi
dasar untuk menentukan tingkat profesionalitas guru bersangkutan. Rencana
Pembelajaran (RPP) terdiri atas tujuh komponen, yaitu: materi pokok, alokasi waktu,
tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media alat dan sumber belajar, langkah-
langkah pembelajaran, dan penilaian.
2.5.1. Penguasaan Materi Pokok
Penguasaan materi pokok adalah “pokok- pokok materi yang harus dipelajari
siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan yang akan dinilai dengan
menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian
belajar”.16
Secara umum materi pokok dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis
yaitu fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Materi jenis fakta adalah materi yang
berupa nama-nama objek, tempat, orang, lembaga, peristiwa sejarah, bagian atau
komponen suatu benda, dan sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi
dan hakikat. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus dan paradigma. Materi jenis
prosedur berupa langkah- langkah mengerjakan sesuatu secara urut.
Materi pokok merupakan butir-butir bahan pelajaran yang dibutuhkan siswa
untuk mencapai suatu kompetesni dasar. Pengurutan materi pokok dapat
menggunakan pendekatan procedural, konkret ke abstrak, dan pendekatan tematik.
16 Kunandar, 2007, Guru Profesional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.229.
17
“Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang
menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan
mempertimbangkan:
1. potensi peserta didik;
2. relevansi dengan karakteristik daerah;
3. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional,
sosial, dan spiritual peserta didik;
4. kebermanfaatan bagi peserta didik;
5. struktur keilmuan;
6. aktualisasi, kedalaman, dan keluasaan materi
pembelajaran;
7. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan
lingkungan;
8. alokasi waktu”.17
2.5.2. Penguasaan Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah “waktu yang diperlukan untuk menguasai masing-
masing kompetensi dasar”.18
Alokasi pada setiap kompetensi dasar dilakukan
dengan memperhatikan jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran
perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya. Alokasi waktu
dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh rata-
rata peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.
Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu,
meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan
lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri. Waktu libur adalah
waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada
satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah
semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari
libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
17 Ibid, hal.232. 18Ibid, hal. 230.
18
2.5.3. Penguasaan Tujuan Pembelajaran
“Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam
memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran”.19
Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir
pengajaran, sertá kemampuan yang harus dicapai siswa. Sasaran tersebut dapat
terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran.
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses
disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi
mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam
memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan
ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa”.20
2.5.4. Penguasaan Metode Pembelajaran
“Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan,
menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa
untuk mencapai tujuan tertentu”.21
Di bawah ini digambarkan sinkronisasi antara
metode dengan kemampuan yang akan dicapai berdasrkan indikator yang telah
dirancang atau disepakati oleh guru atau guru bersama-sama siswa.
Tabel 2.5.1. Macam-macam Metode Pembelajaran
No Metode Kemampuan Yang Akan Dicapai Berdasarkan Indikator
1 Ceramah Menjelas konsep/prinsip/prosedur
2 Demonstrasi Menjelaskan suatu ketrampilan berdasarkan stándar prosedur
tertentu
3 Tanya Jawab Mendapatkan umpan balik/partisipasi/menganalisis
19 Martinis Yamin, 2008, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Gaung Persada
Press, Jakarta, hal. 133. 20 http://www.artikelbagus.com/2011/11/pengertian-tujuan-dan-cara-merumuskan-tujuan-
pembelajaran.html
21 Ibid, hal.138-139.
19
4 Penampilan Melakukan sesuatu ketrampilan
5 Diskusi Menganalisis/memecahkan masalah
6 Studi Mandiri Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistesis/mengevalu
asi/melakukan sesuatu baik yang bersifat kognitif maupun
psikomotor
7 Kegiatan
Pembelajaran
Terprogram
Menjelaskan konsep/prinsip/prosedur
8 Latihan
Bersama
Teman
Melakukan sesuatu ketrampilan
9 Simulasi Menjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep dan
prinsip
10 Pemecahan
Masalah
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
konsep/prosedur/prinsip tertentu
11 Studi Kasus Menganalisis dan memecah masalah
12 Insiden Menganalisis dan memecah masalah
13 Praktikum Melakukan sesuatu ketrampilan
14 Proyek Melakukan sesuatu/menyusunkan laporan suatu kegiatan
15 Bermain
Peran
Menerapkan suatu konsep/prinsip/prosedur
16 Seminar Menganlisis/memecahkan masalah
17 Simposium Menganalisis masalah
18 Tutorial Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
konsep/prosedur/prinsip
19 Deduksi Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
konsep/prosedur/prinsip
20 Induksi Mensintesis suatu konsep, prinsip atau perilaku
21 Computer
Assisted
Learning
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/mengeval
uasi sesuatu”.22
2.5.5. Penguasaan Media Alat dan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah “rujukan, objek dan bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran”.23
Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik,
nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber
belajar dilakukan berdasarkan stándar kompetensi dan kompetensi dasar, indikator
kompetensi, serta materi pokok, dan kegiatan pembelajaran.
22 Ibid, hal 139. 23 Mulyasa, 2010, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan, Rosda, Bandung, hal. 206.
20
Sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam KTSP di sekolah antara lain
laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola yang
profesional. Sumber belajar tersebut perlu didayagunakan seoptimal mungkin,
dipelihara, dan disimpan dengan sebaik-baiknya. Dalam pada itu, kreativitas guru
dan peserta didik perlu senantiasa ditingkatkan untuk membuat dan mengembangkan
alat-alat pembelajaran serta alat peraga lain yang berguna bagi peningkatan kualitas
pembelajaran.
Dalam pengembangan sumber belajar, guru disamping harus mampu
membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif
mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang lebih
konkrit. Pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar, misalnya memanfaatkan
batu-batuan, tanah, tumbuh-tumbuhan, keadaan alam, pasar, kondisi sosial, ekonomi,
dan budaya kehidupan yang berkembang di masyarakat.
2.5.6. Penguasaan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah “bentuk atau pola umum kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan”.24
Strategi pembelajaran meliputi kegiatan
tatap muka dan non tatap muka (pengalaman belajar). Kegiatan tatap muka adalah
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk
interaksi langsung antar guru dengan siswa, seperti ceramah, diskusi, presentasi,
kuis, dan sebagainya. Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik maupun mental yang
dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi ajar, baik dilakukan di dalam
maupun di luar kelas untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan.
24Ibid, hal.232.
21
“Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. memberikan bantuan guru agar dapat melaksanakan
proses pembelajaran secara profesional.
2. memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
peserta didik secara berurutan untuk mencapai
kompetensi dasar.
3. penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai
dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
4. rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran
minimal mengandung dua unsur perinci yang
mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar
peserta didik, yaitu kegiatan siswa dan materi”.25
“Langkah-langkah Pembelajaran:
1. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk
membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
2. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik
melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
3. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan
dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan
refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut”.26
2.5.7. Penguasaan Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunkan tes dan nontes dalam bentuk
25
Ibid, hal. 235. 26 http://tirman.wordpress.com/pengembangan-rpp/
22
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas.
“Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang
proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan”.27
“Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah
sebagai berikut:
1. penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian
kompetensi.
2. penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu
berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoknya.
3. sistem yang direncanakan adalah sistema penilaian
yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua
indikator ditagih.
4. hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak
lanjut. Tindak lanjut berupa proses pembelajaran
berikutnya.
5. sistema penilaian harus disesuaikan dengan
pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses
pembelajaran”.28
2.6.Kerangka Penelitian
Gambar 2.1. Kerangka Penelitian Penguasaan Kompetensi Profesional Antara Guru
Yang Sudah Bersertifikat dan Guru Yang Belum Bersertifikat di SMP
Negeri se Kecamatan Ambarawa
27 Ibid, hal.235-236. 28 Ibid, hal.236.
Penguasaan Kompetensi Profesional
Guru Sudah Bersertifikat Guru Belum Bersertifikat
Kemampuan Guru
23
2.7. Hipotesis
Dengan mengacu pada kesimpulan teoritis yang telah dibuat, peneliti
merumuskan hipotesis kerja sebagai berikut.
1. Hipotesis kerja 1 :
Penguasaan kompetensi profesional antara guru yang sudah bersertifikat
lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se
Kecamatan Ambarawa.
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 > µ2
Nilai rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah
bersertifikat adalah µ1. Sedangkan nilai rata-rata penguasaan kompetensi profesional
guru yang belum bersertifikat µ2.
2. Hipotesis kerja 2 :
Penguasaan kompetensi Profesional guru SMP Negeri se Kecamatan
Ambarawa yang belum bersertifikat adalah rendah.
Ho: µ0 = 85
H1: µ1 < 85
Nilai rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru supaya lolos
penilaian rencana pembelajaran adalah µ1. Sedangkan nilai rata-rata kompetensi
profesional guru yang belum bersertifikat adalah µ2.
3. Hipotesis kerja 3 :
Penguasaan kompetensi Profesional guru SMP Negeri se Kecamatan
Ambarawa yang sudah bersertifikat adalah tinggi.
Ho: µ0 = 85
24
H1: µ1 > 85
Nilai rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru supaya lolos
penilaian rencana pembelajaran adalah µ1. Sedangkan nilai rata-rata kompetensi
profesional guru yang sudah bersertifikat adalah µ2.