bab ii landasan teori 2.1 material handling equipmenteprints.umm.ac.id/47207/3/bab ii.pdfcrane,...
TRANSCRIPT
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Material Handling Equipment
2.1.1 Definisi Material Handling Equipment
Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan
yang digunakan untuk memindahkan muatan berat dari tempat ke tempat lain
dalam jarak yang tidak jauh, misalnya pada bagian atau department pabrik,
pada tempat-tempat penumpukan bahan, lokasi konstruksi, tempat
penyimpanan dan pembongkaran muatan. Mesin pemindah bahan hanya
memindahkan muatan dalam jumlah besar serta jarak tertentu dengan arah
perpindahan bahan vertikal, horizontal, dan atau kombinasi keduanya.
(Zainuri,2009). Berbeda dengan alat transportasi yang memindahkan muatan
berupa barang ataupun penumpang dengan jarak yang cukup jauh, mesin
pemindah bahan umumnya hanya digunakan untuk memindahkan muatan
berupa bahan hanya pada jarak tertentu. Mesin pemindah bahan
mendistribusikan muatan ke seluruh lokasi di dalam perusahaan,
memindahkan bahan unit proses yang terlibat dalam unit produksi, membawa
produk jadi ke tempat produk tersebut akan dimuat, memindahkan limbah
produksi dari lokasi produksi ke loading area.
2.1.2 Jenis-Jenis Material Handling Equipment
Mesin pemindah bahan dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Peralatan pengangkat (lifting device), yaitu peralatan yang ditujukan untuk
memindahkan muatan satuan dalam satu batch, misal :
a. Mesin pengangkat, kerek, dongkrak.
b. Crane, mobile crane, tower crane.
c. Elevator.
5
2. Peralatan pengangkut (konveyor) yaitu peralatan yang ditujukan untuk
memindahkan muatan curah maupun muatan satuan secara kontinyu,
seperti screw conveyor, belt conveyor, pneumatic conveyor, vibratory
conveyor, dan bucket conveyor.
3. Peralatan permukaan dan overhead, yaitu peralatan yang ditujukan untuk
memindahkan muatan curah dan satuan, baik batch maupun kontinyu,
seperti scrapper, eskavator, bulldozer.
Setiap kelompok mesin pemindah bahan dibedakan oleh sejumlah ciri
khas dan bidang penggunaan yang khusus. Perbedaan dalam desain kelompok
ini juga ditentukan oleh keadaan muatan yang akan ditangani, arah gerak
kerja, dan keadaan proses penanganannya. Klasifikasi mesin pemindah bahan
dapat dilihat pada gambar dibawah ini. (Zainuri,2009)
(Sumber: Zainuri, 2009.)
Gambar 2.1 Klasifikasi Material Handling Equipment
6
2.1.3 Pemilihan Material Handling Equipment
Menurut Zainuri (2009) mesin pemindah bahan harus dapat
memindahkan muatan ke tujuan yang ditentukan dalam waktu yang
dijadwalkan, dan harus diantar ke department atau unit produksi dalam
jumlah yang ditentukan. Mesin harus dapat dimekaniskan sedemikian rupa
sehingga memerlukan sesedikit mungkin operator untuk pengendalian,
pemeliharaan, perbaikan, dan tugas tambahan lainnya. Alat ini tidak boleh
merusak muatan yang dipindahkan ataupun menghalangi dan menghambat
proses produksi. Alat ini harus aman dalam operasinya dan ekonomis baik
dalam baiya operasi maupun modal awal. Faktor-faktor teknis yang harus
dipehatikan dalam pemilihan jenis mesin pemindah bahan anatara lain :
1. Jenis dan sifat bahan yang ditangani;
2. Kapasitas per jam yang dibutuhkan;
3. Arah dan jarak pemindahan;
4. Cara menyusun muatan pada tempat asal, akhir dan antara;
5. Karakteristik proses produksi yang terlibat dalam pemindahan muatan;
6. Kondisi lokal yang spesifik;
7. Jangka waktu penggunaan alat.
Pemilihan peralatan juga didasarkan atas faktor-faktor ekonomis, antara
lain :
1. Biaya pengeluaran modal (capital outlay), meliputi biaya peralatan (cost
of equipment), biaya pengangkutan, pemasangan, dan biaya konstruksi
yang diperlukan dalam operasi.
2. Biaya operasional, mencakup upah kerja, biaya bahan bakar, biaya
perawatan dan perbaikan, biaya pelumasan, pembersihan, dan perbaikan
menyeluruh.
Juga perlu dipertimbangkan parameter teknis dalam pengoperasian
mesin pemindah bahan, antara lain :
1. Kapasitas pemindahan dan kecepatan (ton/jam)
7
2. Berat mati peralatan
3. Kecepatan berbagai gerakan peralatan
4. Tinggi angkat
5. Ukuran geometris peralatan, antara lain bentangan, panjang, dan lebar.
2.2 Conveyor
Conveyor yang digunakan untuk memindahkan material angkut memiliki
karakteristik yang berbeda baik dilihat dari ukuran, bentuk dan massa jenis,
bentuk dan ukuran dari material tersebut mempengaruhi dalam kerja conveyor,
yaitu berpengaruh terhadap luas area yang terpakai oleh material angkut pada
conveyor dan berpengaruh terhadap kapasitas yang dihasilkan juga dipengaruhi
oleh sifat dan karakterisitik dari material yang diangkut. Berikut beberapa
informasi penting tentang material angkut yang perlu diketahui :
a. Ukuran lump, grain dan powder.
b. Distribusi lump, grain, dan powder.
c. Densitas material angkut (berat volume).
d. Angle of repose (keadaan standstill) material setelah penjatuhan,
e. Angle of surcharge (sudut ketika material dalam keadaan istirahat
selama pergerakan conveyor).
f. Moisture content.
g. Temperatur
h. Karakteristik khusus : kekerasan,debu, kelengketan, racun, bubuk,
kerapuhan.
i. Kondisi yang dibutuhakan selama diangkut.
2.2.1 Pemilihan jenis conveyor
Tabel berikut adalah pengelompokan material dan jenis conveyor yang
direkomendasikan sesuai dengan ukuran partikel nya.
8
Tabel 2.1 klasifikasi ukuran partikel dengan jenis conveyor
Jenis material ukuran besar dari partikel (mm)
Jenis conveyor
gumpalan besar over 160
overland conveyor, wire mesh conveyor, plastic belt
conveyor, bucket conveyor
gumpalan sedang 60-160
Gravity roller conveyor, plastic belt conveyor, bucket
conveyor, belt conveyor
gumpalan kecil 10-60
Drag conveyor, chain driven conveyor, screw conveyor, belt
conveyor
Butiran 0,5-10
Dust proof conveyor, pharmaceutical conveyor, screw conveyor, vibrating
conveyor
Halus bellow 0.5
Dust proof conveyor, pharmaceutical conveyor,
flexible conveyor
Selain itu material angkut juga dikelompokan berdasarkan berat jenisnya.
Berikut tabel pengelompokan material angkut berdasarkan berat jenis nya.
Tabel 2.2 klasifikasi berat partikel dengan jenis conveyor
Berat Berat, ton/m³
Material Jenis conveyor
Ringan sampai 0,6 Saw, dust, peat, coke
overland conveyor, wire mesh conveyor, plastic belt conveyor,
bucket conveyor, Dust proof conveyor
Sedang 0,6-1,1 wheat, coal, slag
Gravity roller conveyor, plastic belt
conveyor,
Berat 1,2-2,0 sand, gravel, core,
raw mix
Dust proof conveyor, pharmaceutical conveyor, screw
conveyor, vibrating conveyor
Sangat berat lebih dari 2,0 iron core, cobbe
stone Dust proof conveyor,,
flexible conveyor
9
Dari ukuran karakteristik material akan membentuk sudut subcharge
atau sudut tumpukan material pada bagian atas conveyor. Sudut ini menentukan
luas area angkutnya. Jika ukuran material berupa butiran kecil, maka akan
mengalami abrasi dan membentuk sudut subcharge yang kecil sedangkan jika
ukuran material angkut berupa gumpalan besar tidak akan terjadi abrasi
sehingga akan membentuk sudut subcharge yang besar.
2.2.2 Kapasitas conveyor
Kapasitas (ton per jam) merupakan hal utama dalam kerja dari suatu
conveyor, yangmana dapat dihitung menggunakan rumus : (Juanda,2002)
Q = A . v . ɤ . 60 (2.1)
Dimana :
Q = Kapasitas (tph)
A = Luas penampang
v = Kecepatan
ɤ = Densitas material
2.2.3 Luas Penampang
Luas penampang keseluruhan dari suatu conveyor yang berisi material
angkut diatasnya adalah penjumlahan dari segitiga sama kaki yang terjadi
akibat penumpukan material pada sisi sebelah atas dan luas trapesium
dibawahnya yang terjadi akibat posisi dudukan carriying roll.
Untuk menghindari tumpahan, lebar permukaan (b) diambil pada
sedikitnya 25% dari dasar segitiga. Jadi b= 0.8 .B. Pada ketentuan tertentu b=
0.9B-0,05 m, untuk B < 2 m. Oleh karena itu, asumsi b = 0.8B lebih
konservatif untuk B > 500 mm. Dimana B adalah lebar permukaan pada
kondisi terpasang. (Juanda,2002)
2.2.4 Kecepatan Conveyor
Kecepatan conveyor dapat dicari dapat dicari dengan menggunakan
rumus kapasitas setelah diketahui lebar permukaan, karakteristik material,
10
sudut- sudut yang dibentuk dari material dan kapasitas angkut yang
dihasilkan. Kecepatan permukaan meningkat seiring dengan lebar permukaan
yang digunakan. Yangmana dapat dihitung dengan rumus : (Juanda,2002)
𝑉 = 𝑄
𝐴 . 𝛾 .60 (2.2)
Dimana :
V = kecepatan
Q = Kapasitas
A = Luas penampang
ɤ = Densitas material
2.2.5 Berat Belt
Berat belt adalah berat yang dapat mempengaruhi gaya yang diterima
conveyor karena besaran tarikan dari head pulley pada saat conveyor
beroperasi. Sedangkan perhitungan berat belt pada pada conveyor dapat
menggunakan rumus sebagai berikut : (Juanda,2002)
qb = 1,1 x B (δ1 + δ2 + δ3) (2.3)
Dimana :
qb = Berat belt
B = Lebar sabuk
δ1 = Berat cover pada sisi beban
δ2 = Berat cover pada sisi roll
δ3 = Jumlah lapisan
2.2.6 Tarikan Sabuk Teoritis
Tarikan sabuk teoritis adalah gaya yang dapat dihitung untuk
mendapatkan batas maksimum dari keamanan belt terhadap suatu gaya tarik.
Tarikan sabuk teoritis dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut : (Juanda,2002)
W0 = B . qb + ɤ (2.4)
W0 = Tarikan sabuk teoritis
B = Lebar belt
11
qb = Berat belt
ɤ = Massa jenis material angkut
2.2.7 Daya Motor
Daya motor adalah daya yang dibutuhkan motor untuk dapat memenuhi
kebutuhan kapasitas. Daya motor dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut : (Juanda,2002)
P = W0 . v (2.5)
P = Daya motor
W0 = Tarikan sabuk teoritis
v = Kecepatan belt
2.2.8 Kecepatan Rotasi Motor
Kecepatan rotasi motor adalah laju putaran yang dihasilkan motor untuk
dapat menyesuaikan daya motor. Kecepatan rotasi motor dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (Juanda,2002)
𝑉 = 1000 .𝑣
𝑟 . 𝐷 (2.6)
V = Kecepatan rotasi motor
v = Kecepatan belt
r = Radius lingkaran
D = Diameter pulley
2.3 Perancangan
2.3.1 Definisi Perancangan
Menurut Ulrich dan Eppinger (1995) perancangan merupakan suatu
kegiatan untuk menyempurnakan, membuat karya baru, maupun menambah
nilai guna suatu produk. Sedangkan desain merupakan gambaran akhir yang
lengkap tentang sebuah hasil karya. Dari desain nantinya akan berpengaruh
pada daya tarik produk terhadap konsumen.
12
2.3.2 Perancangan Industri
Perhimpunan Desainer Industri Amerika (IDSA) mendefinisikan desain
industri sebagai jasa professional dalam menciptakan dan mengembangkan
konsep dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungsi-fungsi, nilai dan
penampilan produk serta sistem untuk mencapai keuntungan yang mutual
antara pemakai dan produsen. Sedangkan menurut Harsokusoemo (1999)
proses perancangan itu sendiri kemudian berlangsung melalui kegiatan-
kegiatan yang berurutan, yaitu :
1. Fase analisis masalah, penyusunan spesifikasi, dan perencanaan proyek.
2. Fase perancangan konsep produk.
3. Fase perancangan produk.
4. Fase evaluasi produk hasil rancangan
5. Fase penyusunan dokumen untuk pembuatan produk.
2.3.3 Alasan dilakukan perancangan dan pengembangan produk
Widodo (2003) mengemukakan alasan dilakukannya perancangan dan
pengembangan produk adalah sebagai berikut :
1. Financial goods : Tujuan yang didasari oleh motivasi mendapatkan
keuntungan finansial dari perancangan produk.
2. Sales Growth : Sukses penjualan produk sebelumnya mendorong untuk
mengembangkan produk baru.
3. Excess Capacity : Menghasilkan produk baru yang didasari oleh kelebihan
kapasitas (mesin, tenaga kerja, material, dll) yang dimiliki sehingga
dilakukan verifikasi daur hidup ulang.
4. Respon to Component : Menghasilkan produk yang lebih unggul untuk
dapat bersaing dengan industri lain sehingga dapat mempertahankan
bahkan memperluas pangsa pasar.
5. Produk Life Cycle : Secara garis besar nilai penjualan produk akan
memiliki pola kenaikan dan selanjutnya akan menurun menyerupai kurva
“S”. Kurva ini menunjukan daur hidup produk.
13
6. Respon to Changing Environment : Pengembangan produk disebabkan
oleh perubahan-perubahan kelangkaan, misalnya perubahan selera
konsumen, biaya material yang mahal, kelangkaan material, perubahan
demografi dan gaya hidup, munculnya pesaing baru, perubahan peraturan
pemerintah, penemuan teknologi baru.
2.4 Perancangan dan Pengembangan Produk
2.4.1 Definisi dan Sejarah Perancangan Produk
Perencanaan produk merupakan proses identifikasi portofolio produk-
produk yang dikembangkan oleh organisasi dan waktu pengenalannya
kepasar. Proses perencanaan mempertimbangkan peluang-peluang
pengembangan produk. Peluang tersebut diidentifikasikan oleh banyak
sumber, mencakup usulan bagian pemasaran, penelitian, pelanggan, tim
pengembangan produk, dan analisis keunggulan para pesaing. Nerdasarkan
peluang tersebut, suatu portofolio proyek dipilih, waktu proyek ditentukan
secara garis besarnya, dan sumber daya dialokasikan.
Rencana produk secara secara teratur diperbarui agar mencermikan
adanya perubahan dalam lingkungan persaingan, teknologi, dan informasi
keberhasilan produk yang sudah ada. Rencana produk dikembangkan dengan
memprediksi sasaran perusahaan, kemampuan, batasan dan lingkungan
persaingan. Memutuskan perencanaan produk melibatkan manajemen senior
organisasi yang dapat memakan waktu mulai dari penetapan target sampai
penentuan spesifikasi. (Ulrich-Eppinger, 2001)
Berdasarkan sejarah dari perencanaan serta pengembangan produk
sendiri bermula pada pertengahan 1990-an ketika Motorola meluncurkan
sebuah usaha pengembangan produk untuk memperbesar kesuksesan telepon
seluler MicroTAC dengan sebuah produk yang menarik. Jenis MicroTAC
dengan tutup yang dapat dibuka telah mempunyai lima generasi sebelumnya.
setiap model MicroTAC menggunakan konfigurasi yang sama untuk
kumpulan baterai, adaptor dan aksesoris, sehingga memudahkan pemakai
untuk meningkatkannya ke telepon yang lebih baru. Desain StarTAC yang
14
baru merupakan produk yang lebih enak dipakai daripada telepon seluler
sebelumnya. Hal ini membutuhkan sesunan bentuk yang baru, meninggalkan
desain dasar MictoTAC, seperti baterai dan aksesoris lainnya yang telah
dibentuk sedemikian rupa dengan ukuran lebar dan tinggi tertentu. Pada saat
produk itu diluncurkan pada tahun 1996, pelanggan menilai desain nya yang
diperlihatkan menjadi sama radikalnya dengan desain sebelumnya.
Penjualan pada pemakai awal datang dengan cepat setelah perkenalan ke
pasar yang melalui publik figur yang terlihat bersama dengan produknya.
Dalam waktu tiga tahun, penjualan StarTAC telah mencapai puluhan juta
unit. Kesuksesan ini dianggap banyak dipengaruhi oleh faktor perancangan
nya seperti : ukuran dan berat yang ringan, keistimewaan kinerja, keunggulan
ergonomik, daya tahan, kemudahan perakitan dan penampilan luar yang
mampu dihasilkan oleh tim-tim perancangan mencakup ahli elektikal,
mekanik, teknologi dan proses pembuatan sehingga produk dapat mencapai
kinerja, ukuran dan beratnya. Tim perusahan dapat dengan mudahnya dapat
mengembangkan telepon lainya yang lenih kecil dan ringan dari model
pendahulunya. Dengan konsep revolusioner yang diterapkan oleh para
desainer industri mengubah proyek ini menjadi lebih mudah dan aktif.
2.4.2 Fase Pengembangan Produk
(Sumber : Ulrich-Eppinger, 2001)
Gambar 2.2 Fase Pengembangan Produk
Sebagaimana ditunjukan pada gambar diatas, secara umum proses
pengembangan produk dibagi menjadi enam tahapan (fase). Pengembangan
produk. Enam fase tersebut adalah :
Fase 0
Perencanaan
Fase 1
Pengembangan
Konsep
Fase 2
Perancangan
tingkat sistem
Fase 3
Perancangan rinci
Fase 4
Pengujian &
perbaikan
Fase 5
Peluncuran
Produk
15
1. Fase 0. Perencanaan
Pada fase ini, kebutuhan dilakukan kegiatan perencanaan yang
sering dirujuk sebagai zero fase, yaitu kegiatan pendahuluan yang meliputi
persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.
2. Fase 1. Pengembangan Konsep
Pada fase ini, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep
produk dibangkitkan dan dievaluasi, dalam satu atau lebih konsepdipilih
untuk pengembangan dan percobaan pada fase selanjutnya.
3. Fase 2. Perancangan tingkat sistem
Dalam fase ini mencakup definisi arsitektur produk dan uraian
produk menjadi subsistem serta konponen. Gambaran rakitan akhir untuk
sistem produksi didefinisikan dalam fase ini. Output dari fase ini
mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap
subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses
rakitan akhir.
4. Fase 3. Perancangan rinci
Dalam fase ini mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material
dan toleransi dari seluruh komponen standar yang dibeli pemasok.
Rencana proses dinyatakan dan prealatan produksi dirancang untuk taip
komponen yang dibuat dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah
pencatatan pengendalian untuk produk, spesifikasi komponen yang dibeli,
serta rencana proses untuk pabrikasi dan perakitan produk.
5. Fase 4. Pengujian dan perakitan
Fase ini melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam
versi produksi awal produk. Prototipe awal dibuat menggunakan
komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sebenarnya,
namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama
dengan yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototipe
alpha diuji untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan
yang direncanakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan kepuasan
konsumen utama. Prototipe berikutnya dibuat dengan komponen yang
16
dibutuhkan pada proses namun tidak dirakit dengan menggunakan proses
perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya.
6. Fase 5. Peluncuran produk
Fase ini dikenal juga sebagai produksi awal.pada fase ini produk
dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan
dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam
memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi
sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan selama produksi awal,
akan disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati
dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan yang timbul. Peralihan
produksi awal menjadi produksi sesungguhnya berjalan melalui tahap
demi tahap. Pada beberapa titik dalam masa peralihan ini produk
diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan.
2.4.3 Proses Perencanaan Produk
Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi
proyek, pengarang mengusulkan lima tahapan proses berikut (Ulrich-
Eppinger, 2001) :
1. Mengidentifikasi peluang-peluang
Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasi peluang-peluang
pengembangan produk. Ide-ide untuk produk baru atau detail produk
berasal dari beberapa sumber, diantaranya :
Personel pemasaran dan penjualan
Penelitian dan organisasi pengembangan teknologi
Manufaktur dan operasional organisasi
Tim pengembangan produk saat ini
Pelanggan sekarang atau potensial
Pihak ketiga seperti pemasok,pencipta dan partner bisnis
Beberapa peluang dikumpulkan secara pasif, namun kami juga
merekomendasikan agar perusahaan juga secara eksplisit berusaha
untuk mencari peluang.
17
2. Mengevaluasi dan memprioritaskan proyek
Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang-peluang produk baru
secara fundamental meliputi :
Ukuran pasar
Tingkat pertumbuhan pasar
Intensitas persaingan
Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai pasar yang telah ada
Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai teknologi yang telah
ada
Kesesuian dengan produk-produk perusahaan lainnya
Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan
Sementara kriteria ini sebagian berguna dalam mengevaluasi
peluang produk baru secara fundamental, kriteria ini juga digunakan
untuk mengevaluasi peluang produk. Kriteria ini dapat digunakan pada
matriks penyaringan untuk mengevaluasi keseluruhan daya tarik dan
tipe-tipe resiko untuk beberapa peluang yang tersedia.
3. Mengalokasikan sumber daya dan merencanakan penentuan waktu
Dengan mempekirakan banyak sumberdaya yang dibutuhkan untuk
tiap proyek dalam rencana bulanan atau tahunan membuat organisasi
harus menghadapi kenyataan bahwa sumber daya mereka terbatas.
Dalam kebanyakan kasus, sumber daya utama yang diatur merupakan
usaha dari staf pengembangan, biasanya ditekankan dalam jam kerja
orang atau jam kerja bulanan. Sumberdaya kritis yang lainya juga
membutuhkan perencanaan yang hati-hati seperti pemodelan fasilitas
bengkel, peralatan prototipe, lini produksi awal, fasilitas pengujian, dsb.
Perkiraan kebutuhan sumber daya pada tiap periode dapat dibandingkan
dengan ketersedian sumberdaya untuk menghitung keseluruhan rasio
penggunaan kapasitas. Dalam menentukan waktu uraian proyek, kadang
digunakan istilah manajemen pipa (pipe management), yang harus
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
18
Penentuan waktu pengenalan proyek
Kesiapan teknologi
Kesiapan pasar
Persaingan
4. Menyelesaikan perencanaan proyek pendahuluan
Dalam rangka memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi
pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi
yang lebih detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari
operasional tim pengembangan. Keputusan-keputusan mengenai hal ini
akan dapat terdapat pada suatu pernyataan misi (mission statement).
Tabel 2.3 Contoh pernyataan misi proyek
Pernyataan Misi : Mesin pencatatan untuk kantor yang multifungsi
Uraian Produk 1. Dapat bersifat jaringan, mesin digital dengan kemampuan
fungsi memperbanyak pencetakan, fax, dan scan.
Sasaran bisinis
utama
1. mendukung strategi xerox dalam kepemimpinan peralatan
kantor digital
2. Menyediakan platform untuk seluruh produk digital B &
W dan solusi masa mendatang
3. mencapai 50% penjualan produk digital pada pasar utama
4. Ramah lingkungan
5. perkenalan produk yang pertama dilakukan kuartal
keempat tahun 1997
Pasar utama 1. Department kantor, volume menengah (40-65 pm, diatas
rata-rata 42000 copy/bulan
Pasar kedua 1. pasar pencetakan cepat
2. operasional satelit kecil
asumsi-asumsi dan
batasan-batasan
1. platform produk baru
2. teknologi bayangan digital
3. kompatibel dengan software centreware
4. peralatan input dibuat di Canada
5. Peralatan output dibuat di Brazil
19
6. Mesin pemroses bayangan dibuat di USA dan Eropa
Stakeholder 1. pembeli dan pengguna
2. operasional manufaktur
3. operasional jasa
4. distributor & penjual kembali
2.4.4 Pengembangan Konsep
Inti dari perencanaan desain adalah terletak pada pengembangan konsep,
Crawford mengemukakan bahwa konsep desain adalah kombinasi antara
lisan, tulisan, dan atau bentuk prototipe yang akan dilakukan perbaikan dan
bagaimana pelanggan menunjukan keuntungan dan kerugian.
Dalam fase pengembangan konsep ini, suatu proses pengembangan
konsep membutuhkan lebih banyak koordinasi terhadap bagian-bagian terkait
dalam tim pengembangan produk dibandingkan dengan fase-fase lainnya.
Secara umum proses pengembangan konsep ini dapat diperhatikan sebagai
suatu kegiatan yang saling berhubungan.
(Sumber : Ulrich-Eppinger, 2001)
Gambar 2.3 Tahap Pengembangan Konsep
2.4.4.1 Identifikasi kebutuhan pelanggan
Sasaran kegiatan ini adalah untuk memahamikebutuhan konsumen
dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengebang. Output
dari langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang
20
tersusun rapi, diatur dalam daftar hierarki, dengan bobot kepentingan untuk
tiap kebutuhan. Tujuan dari metode identifikasi kebutuhan pelanggan ini
adalah untuk :
Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan
konsumen
Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang tersembunyi dan tidak
terucapkan seperti halnya kebutuhan eksplisit
Menjadi basis untuk menentukan spesifikasi produk
Menjamin tidak adanya kebutuhan konsumne yang terlupakan
Identifikasi kebutuhan pelanggan sendiri adalah sebuah proses yang dibagi
menjadi beberapa tahap, yaitu :
a. Mengumpulkan data mentahmenjadi kebutuhan pelanggan
Tiga metode yang biasa dilakukan adalah :
Wawancara : satu atau lebih anggota tim pengembang
berdiskusi mengenai kebutuhan seorang pelanggan.
Kelompok diskusi : moderator memfasilitasi suatu diskusi
kelompok yang disebut kelompok fokus yang dapat terdiri dari
8-12 orang.
Observasi produk : mengamati pelanggan menggunakan produk
atau melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan produk
tersebut diciptakan, dapat memberi informasi yang penting
mengenai kebutuhan pelanggan.
Hasil akhir dari proses pengumpulan data adalah menyusun data
mentah, biasanya dalam kolom/lembaran pernyataan pelanggan.
Tabel dibawah ini menunjukan template yang digunakan untuk
mengorganisasikan bahan mentah.
21
Tabel 2.4 Pernyataan Pelanggan
b. Mengintepretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan
Contoh mengilustrasikan intepretasi petunjuk kebutuhan pelanggan
sangat menyenangkan bila saya dapat menggali
lubang kecil
obeng dapat digunakan untuk membuat lubang
pada material
Usulan perbaikan
Pewawancara : Jonathan dan Lisa
Sekarang menggunakan : Craftmans Model A3
Tanggal : 19 Desember 1999
Jenis penggunaan : untuk pemeliharaan gedung
tidak bisa mendorong sekrup pada kayu yang keras obeng dapat mendorong sekrup di kayu yang keras
kadang-kadang saya merusak kepala sekrup obeng tidak merusak kepala sekrup
suatu tambahan komponen yang memungkinkan
saya mencapai dalam lubang yang sempit
obeng dapat mengakses sekrup pada ujung lubang
yang dalam dan sempit
bagaimana saya dapat menghilangkan cat pelapis
dari sekrup
obeng memungkinkan pengguna untuk bekerja
dengan sekrup yang telah dilapisi cat
saya ingin alat bisa dikunci sehingga saya dapat
menggunakan nya tanpa baterai
Penggunaan tertentu
Hal-hal yang disukai terhadap
alat yang sekarang
pengguna dapat menggunakan nya secara manual
untuk mendorong sekrup
hal-hal yang tidak disukai
terhadap alat yang sekarang
magnet pada obengmenahan posisi sekrup
sebelum di dorong
ujung obeng tetap tinggal pada kepala sekrup
tanpa tergenlincir
saya terkadang melakukan pekerjaan menyekrup,
menggunakan skrup untuk lembaran logam
terdapat banyak peralatan listrik seperti, penutup
switch, outlet listrik, kipas angin, dan peralatan
rumah tangga
saya menyukai gagang genggamanpistil, kelihatan
bagus
saya menyukai ujung yang diberi magnet
saya tidak suka waktu ketika ujung alat tergelincir/
menjatuhkan sekrup
saya perlu mengoperasikan sekrup dengan cepat,
lebih cepat dari tangan
obeng mampu menyekrup lebih cepat dari pada
tangan
obeng membantu mendorong sekrup untuk
lembaran logam pada pekerjaan menyekrup
obeng dapat digunakan untuk memasang sekrup
pada peralatan rumah tangga
obeng nyaman untuk dipegang
Pertanyaan Pernyataan pelanggan Intepretasi kebutuhan
Pelanggan : Bill Espotito
Alamat : 100 memorial drive
Telepon : 617-864-1274
Apakah anda bersedia di follow up : Ya
22
Tabel 2.5 ilustrasi cara penulisan pernyataan kebutuhan pelanggan
c. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi hierarki
Tahap-tahap mengorganisasikan kebutuhan menjadi daftar hierarki :
Tuliskan setiap pernyataan kebutuhan pada kartu-kartu atau
secarik kertas yang terpisah
Kurangi pernyataan kebutuhan yang sama atau tidak dibutuhkan
lagi
Kelompokan kartu-kartu berdasarkan kesamaan kebutuhan
yang diekspresikan
d. Menetapkan kepentingan relatif setiap kebutuhan
Bobot kepentingan setiap kebutuhan dapat diungkapkan dengan
beberapa yaitu, nilai rata-rata, standar deviasi, atau jumlah respo untuk
setiap kategori kepentingan. Respon ini kemudian digunakan untuk
menilai bobot kepentingan setiap pernyataan kebutuhan skala 1-5 dapat
digunakan untuk menilai kepentingan setiap kebutuhan.
2.4.4.2 Penetapan Spesifikasi Target
Spesifikasi merupakan terjemahan dari kebutuhan konsumen menjadi
kebutuhan secara teknis. Output dari langkah ini adalah suatu daftar
spesifikasi target. Proses pembuatan target spesifikais terdiri dari 3 langkah:
saya suka jika dapat mengisi
ulang baterai obeng dari alat
pemantik rokok
baterai obeng dapat diisi ulang dari api
rokok didalam mobil
adaptor pemantik rokok dalam mobil
dapat mengisi ulang baterai obeng
atribut dari produk
saya benci jika saya tidak tahu
berapa banyak lagi isi baterai
obeng yang masih tersisa
obeng dilengkapi indikator tingkat
energi baterai
obeng harus dilengkapi dengan
indikator energi baterai
hindari harus dan mesti
saya sering menjatuhkan
obeng saya
obeng dapat beroperasi dengan normal
setelah jatuh berkali-kali
permukaan obeng dibuat kasarspesifik
tidak masalah jika hujan saya
perlu bekerja diluar rumah
pada hari sabtu
obeng dapat beroperasi normal pada
saat hujan
obeng tidak rusak saat hujanpositif tidak negatif
pernyataan kebutuhan yang salah
mengapa anda tidak
meletakan lapisan pelindung
disekitar kontak baterai
baterai obeng dilindungi dari kontak
pendek
kontak baterai obeng dilindungi dengan
pintu geser dari plastik
apa bukan bagaimana
Tuntunan Pernyataan pelanggan pernyataan kebutuhan yang benar
23
a. Menyiapkan daftar metrik kebutuhan dengan tingkat kepentingan
yang diturunkan dari tingkat kepentingan kebutuhan yang
direfleksikannya.
(Sumber : Ulrich-Eppinger, 2001)
Gambar 2.4 Contoh Matrik Kebutuhan
b. Mengumpulkan informasi tentang pesaing dan
mengkombinasikannya dengan tingkat kepuasan dari produk
pesaing.
24
Tabel 2.6 analisi pesaing berdasarkan respon teknis
No.
Metrik
kebutuhan respon
teknis
kepentingan satuan produk
pesaing 1
produk
pesaing 2
1 1,2,3
2 2
Dst
Tabel 2.7 penilaian kepuasan pelanggan terhadap produk pesaing
No. Kebutuhan Kepentingan Rating penilaian oleh pelanggan
produk pesaing 1 produk pesaing 2
1.
Tabel 2.8 spesifikasi target
No. Kebutuhan metrik kepentingan Satuan Nilai
marginal
Nilai
ideal
1.
2.
2.4.4.3 Penyusunan Konsep
Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai
teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Sasaran penyusunan konsep
adalah menggali lebih jauh area konsep-konsep produk yang mungkin
sesuai dengan kebutuhan konsumen. Konsep produk merupakan gambaran
singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan konsumen.
Proses penyusunan konsep ini terdiri atas 4 langkah, yaitu :
a. Mengembangkan model-model teknis suatu produk
25
(Sumber : Ulrich-Eppinger, 2001)
Gambar 2.5 Contoh Matrik Teknis
b. Mengembangkan model biaya dari sebuah produk
Tabel 2.9 daftar material dan perkiraan biaya
c. Memperbaiki spesifikasi, melakukan trade-off jika diperlukan
(Sumber : Ulrich-Eppinger, 2001)
Gambar 2.6 Peta persaingan
komponen 1
dst.
biaya
tinggikomponen jumlah
biaya
rendah
total biaya
tinggi
total biaya
rendah
26
Tabel 2.10 Spesifikasi akhir
No. Metrik Metrik Satuan Nilai
1.
2.
dst.
d. Menurunkan spesifikasi menjadi spesifikasi subsistem jika diperlukan
2.4.4.4 Pemilihan Konsep
Pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep
dianalisis secara berturut-turut, kemudian dieleminasi untuk
mengidentifikasikan konsep yang paling menjanjikan.
Pemilihan konsep terbagi atas dua tahap, yaitu :
a. Penyaringan konsep
Tujuan penyaringan konsep adalah mempersempit jumlah konsep
secara cepat dan untuk memperbaiki konsep.
Tabel 2.11 Matrik penyaringan konsep
b. Penilaian konsep
Pada tahap ini, tim memberikan bobot kepentingan relatif untuk setiap
kriteria seleksi dan memfokuskan pada hasil perbandingan yang lebih baik
dengan penekanan pada setiap kriteria
Total
Ranking
Lanjutkan
Nilai
BebanRating
Nilai
BebanRating
Nilai
Beban
Kriteria
seleksiBeban Rating
Nilai
BebanRating
KONSEP
A B C Dst
27
Tabel 2.12 Rating penilaian konsep produk
Tingkat kepentingan Rating
sangat buruk dibandingkan referensi 1
buruk dibandingkan referensi 2
sama seperti referensi 3
lebih baik dari referensi 4
sangat lebih baik dari referensi 5
2.4.4.5 Pengujian Konsep
Satu atau lebih konsep yang dihasilkan selanjutnya diuji/dievaluasi
untuk mengetahui apakah kebutuhan konsumen telah terpenuhi. Tahap ini
juga memperkirakan potensi pasar dari produk, dan mengidentifikasi
beberapa kelemahan yang harus diperbaikipada kegiatan proses
pengembangan selanjutnya.
2.5 Responden Penelitian
Dalam kamus bahasa Indonesia subyek ialah : pokok kalimat; orang yang
dipakai untuk percobaan. Jadi subyek penelitian dapat di defenisikan yaitu :
Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga
(organisasi), yang sifat-keadaannya (attribut-nya) akan diteliti. Dengan kata
lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau
terkandung objek penelitian. Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk
diteliti oleh peneliti.
Responden dalam kamus bahasa Indonesia adalah yang dituntut; juru
jawab; perhatian jadi responden penelitian dapat di defenisikan yaitu
Responden penelitian adalah seseorang yang diminta untuk memberikan
respon (jawaban) terhadap pertanyaan-pertanyaan langsung atau tidak
langsung, lisan atau tertulis ataupun berupa perbuatan yang diajukan oleh
peneliti. Dalam hal penelitian dilakukan dengan menggunakan tes, maka
‘responden’ penelitian ini menjadi ‘testee’ (yang dites). Responden penelitian
bisa subjek penelitian, bisa orang lain. Responden dari kata asal ‘respon’ atau
28
penanggap, yaitu orang yang menanggapi. Dalam penelitian, responden adalah
orang yang diminta memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat.
Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu ketika
mengisi angket, atau lisan, ketika menjawab wawancara.
Responden yang akan dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan
responden yang dianggap ahli dan berpengalaman dan akan menjadi pelanggan
dalam menggunakan material handling equipment yang akan dirancang.
Sehingga persepsi responden dalam hal ini pelanggan dianggap penting.
2.5.1 Metode Penentuan Responden
Teknik penarikan responden atau penentuan informan dikelompokkan ke
dalam dua kategori besar yaitu: Kualitatif dan Kuantitatif. Dalam pemilihan
responden peneliti menggunakan metode purposive kualitatif karena subjek
dalam penelitian telah ditentukan dan pelanggan yang ingin dituju telah jelas
sehingga memungkinkan didapat respon yang akurat dengan metode
purposive. Peneliti memilih informan menurut kriteria tertentu yang telah
ditetapkan. Kriteria ini dianggap sesuai dengan topik penelitian. Mereka yang
dipilih pun harus dianggap kredibel untuk menjawab masalah penelitian.
2.5.1.1 Purposive Sampling
Purposive sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang
sering digunakan dalam penelitian. secara bahasa yaitu berarti sengaja . Jadi,
purposive sampling berarti teknik pengambilan sempel secara sengaja.
Maksudnya , peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil tidak secara
acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti (Uswan, 2014).
Pengambilan sampel berdasarkan penilaian peneliti mengenai siapa-
siapa saja yang pantas memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel. oleh
karena itu latar belakang pengetahuan tertentu mengenai sampel dimaksud
tentu juga populasinya agar benar-benar bisa mendapatkan sampel yang
sesuai dengan persyaratan dan dianggap ahli dan tujuan peneliti sehingga
mendapat atau memperoleh data yang akurat.
29
2.5.1.2 Syarat – Syarat Responden Purposive
Dalam pemilihan responden diperlukan syarat-syarat agar dapat
memastikan data yang didapat sesuai dan akurat, dan syarat-syarat memilih
responden dengan metode purposive menurut Uswan (2014) adalah sebagai
berikut :
1. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam
studi pendahuluan dengan memilih responden yang expert di bidangnya
dan berhubungan langsung dengan sifat pertanyaan.
2. pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri, sifat-sifat atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi
3. subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek
yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.