bab ii landasan teori 2.1 material handling equipmenteprints.umm.ac.id/47207/3/bab ii.pdfcrane,...

26
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Handling Equipment 2.1.1 Definisi Material Handling Equipment Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan berat dari tempat ke tempat lain dalam jarak yang tidak jauh, misalnya pada bagian atau department pabrik, pada tempat-tempat penumpukan bahan, lokasi konstruksi, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan. Mesin pemindah bahan hanya memindahkan muatan dalam jumlah besar serta jarak tertentu dengan arah perpindahan bahan vertikal, horizontal, dan atau kombinasi keduanya. (Zainuri,2009). Berbeda dengan alat transportasi yang memindahkan muatan berupa barang ataupun penumpang dengan jarak yang cukup jauh, mesin pemindah bahan umumnya hanya digunakan untuk memindahkan muatan berupa bahan hanya pada jarak tertentu. Mesin pemindah bahan mendistribusikan muatan ke seluruh lokasi di dalam perusahaan, memindahkan bahan unit proses yang terlibat dalam unit produksi, membawa produk jadi ke tempat produk tersebut akan dimuat, memindahkan limbah produksi dari lokasi produksi ke loading area. 2.1.2 Jenis-Jenis Material Handling Equipment Mesin pemindah bahan dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu : 1. Peralatan pengangkat (lifting device), yaitu peralatan yang ditujukan untuk memindahkan muatan satuan dalam satu batch, misal : a. Mesin pengangkat, kerek, dongkrak. b. Crane, mobile crane, tower crane. c. Elevator.

Upload: others

Post on 19-Jan-2020

28 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Material Handling Equipment

2.1.1 Definisi Material Handling Equipment

Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan

yang digunakan untuk memindahkan muatan berat dari tempat ke tempat lain

dalam jarak yang tidak jauh, misalnya pada bagian atau department pabrik,

pada tempat-tempat penumpukan bahan, lokasi konstruksi, tempat

penyimpanan dan pembongkaran muatan. Mesin pemindah bahan hanya

memindahkan muatan dalam jumlah besar serta jarak tertentu dengan arah

perpindahan bahan vertikal, horizontal, dan atau kombinasi keduanya.

(Zainuri,2009). Berbeda dengan alat transportasi yang memindahkan muatan

berupa barang ataupun penumpang dengan jarak yang cukup jauh, mesin

pemindah bahan umumnya hanya digunakan untuk memindahkan muatan

berupa bahan hanya pada jarak tertentu. Mesin pemindah bahan

mendistribusikan muatan ke seluruh lokasi di dalam perusahaan,

memindahkan bahan unit proses yang terlibat dalam unit produksi, membawa

produk jadi ke tempat produk tersebut akan dimuat, memindahkan limbah

produksi dari lokasi produksi ke loading area.

2.1.2 Jenis-Jenis Material Handling Equipment

Mesin pemindah bahan dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Peralatan pengangkat (lifting device), yaitu peralatan yang ditujukan untuk

memindahkan muatan satuan dalam satu batch, misal :

a. Mesin pengangkat, kerek, dongkrak.

b. Crane, mobile crane, tower crane.

c. Elevator.

5

2. Peralatan pengangkut (konveyor) yaitu peralatan yang ditujukan untuk

memindahkan muatan curah maupun muatan satuan secara kontinyu,

seperti screw conveyor, belt conveyor, pneumatic conveyor, vibratory

conveyor, dan bucket conveyor.

3. Peralatan permukaan dan overhead, yaitu peralatan yang ditujukan untuk

memindahkan muatan curah dan satuan, baik batch maupun kontinyu,

seperti scrapper, eskavator, bulldozer.

Setiap kelompok mesin pemindah bahan dibedakan oleh sejumlah ciri

khas dan bidang penggunaan yang khusus. Perbedaan dalam desain kelompok

ini juga ditentukan oleh keadaan muatan yang akan ditangani, arah gerak

kerja, dan keadaan proses penanganannya. Klasifikasi mesin pemindah bahan

dapat dilihat pada gambar dibawah ini. (Zainuri,2009)

(Sumber: Zainuri, 2009.)

Gambar 2.1 Klasifikasi Material Handling Equipment

6

2.1.3 Pemilihan Material Handling Equipment

Menurut Zainuri (2009) mesin pemindah bahan harus dapat

memindahkan muatan ke tujuan yang ditentukan dalam waktu yang

dijadwalkan, dan harus diantar ke department atau unit produksi dalam

jumlah yang ditentukan. Mesin harus dapat dimekaniskan sedemikian rupa

sehingga memerlukan sesedikit mungkin operator untuk pengendalian,

pemeliharaan, perbaikan, dan tugas tambahan lainnya. Alat ini tidak boleh

merusak muatan yang dipindahkan ataupun menghalangi dan menghambat

proses produksi. Alat ini harus aman dalam operasinya dan ekonomis baik

dalam baiya operasi maupun modal awal. Faktor-faktor teknis yang harus

dipehatikan dalam pemilihan jenis mesin pemindah bahan anatara lain :

1. Jenis dan sifat bahan yang ditangani;

2. Kapasitas per jam yang dibutuhkan;

3. Arah dan jarak pemindahan;

4. Cara menyusun muatan pada tempat asal, akhir dan antara;

5. Karakteristik proses produksi yang terlibat dalam pemindahan muatan;

6. Kondisi lokal yang spesifik;

7. Jangka waktu penggunaan alat.

Pemilihan peralatan juga didasarkan atas faktor-faktor ekonomis, antara

lain :

1. Biaya pengeluaran modal (capital outlay), meliputi biaya peralatan (cost

of equipment), biaya pengangkutan, pemasangan, dan biaya konstruksi

yang diperlukan dalam operasi.

2. Biaya operasional, mencakup upah kerja, biaya bahan bakar, biaya

perawatan dan perbaikan, biaya pelumasan, pembersihan, dan perbaikan

menyeluruh.

Juga perlu dipertimbangkan parameter teknis dalam pengoperasian

mesin pemindah bahan, antara lain :

1. Kapasitas pemindahan dan kecepatan (ton/jam)

7

2. Berat mati peralatan

3. Kecepatan berbagai gerakan peralatan

4. Tinggi angkat

5. Ukuran geometris peralatan, antara lain bentangan, panjang, dan lebar.

2.2 Conveyor

Conveyor yang digunakan untuk memindahkan material angkut memiliki

karakteristik yang berbeda baik dilihat dari ukuran, bentuk dan massa jenis,

bentuk dan ukuran dari material tersebut mempengaruhi dalam kerja conveyor,

yaitu berpengaruh terhadap luas area yang terpakai oleh material angkut pada

conveyor dan berpengaruh terhadap kapasitas yang dihasilkan juga dipengaruhi

oleh sifat dan karakterisitik dari material yang diangkut. Berikut beberapa

informasi penting tentang material angkut yang perlu diketahui :

a. Ukuran lump, grain dan powder.

b. Distribusi lump, grain, dan powder.

c. Densitas material angkut (berat volume).

d. Angle of repose (keadaan standstill) material setelah penjatuhan,

e. Angle of surcharge (sudut ketika material dalam keadaan istirahat

selama pergerakan conveyor).

f. Moisture content.

g. Temperatur

h. Karakteristik khusus : kekerasan,debu, kelengketan, racun, bubuk,

kerapuhan.

i. Kondisi yang dibutuhakan selama diangkut.

2.2.1 Pemilihan jenis conveyor

Tabel berikut adalah pengelompokan material dan jenis conveyor yang

direkomendasikan sesuai dengan ukuran partikel nya.

8

Tabel 2.1 klasifikasi ukuran partikel dengan jenis conveyor

Jenis material ukuran besar dari partikel (mm)

Jenis conveyor

gumpalan besar over 160

overland conveyor, wire mesh conveyor, plastic belt

conveyor, bucket conveyor

gumpalan sedang 60-160

Gravity roller conveyor, plastic belt conveyor, bucket

conveyor, belt conveyor

gumpalan kecil 10-60

Drag conveyor, chain driven conveyor, screw conveyor, belt

conveyor

Butiran 0,5-10

Dust proof conveyor, pharmaceutical conveyor, screw conveyor, vibrating

conveyor

Halus bellow 0.5

Dust proof conveyor, pharmaceutical conveyor,

flexible conveyor

Selain itu material angkut juga dikelompokan berdasarkan berat jenisnya.

Berikut tabel pengelompokan material angkut berdasarkan berat jenis nya.

Tabel 2.2 klasifikasi berat partikel dengan jenis conveyor

Berat Berat, ton/m³

Material Jenis conveyor

Ringan sampai 0,6 Saw, dust, peat, coke

overland conveyor, wire mesh conveyor, plastic belt conveyor,

bucket conveyor, Dust proof conveyor

Sedang 0,6-1,1 wheat, coal, slag

Gravity roller conveyor, plastic belt

conveyor,

Berat 1,2-2,0 sand, gravel, core,

raw mix

Dust proof conveyor, pharmaceutical conveyor, screw

conveyor, vibrating conveyor

Sangat berat lebih dari 2,0 iron core, cobbe

stone Dust proof conveyor,,

flexible conveyor

9

Dari ukuran karakteristik material akan membentuk sudut subcharge

atau sudut tumpukan material pada bagian atas conveyor. Sudut ini menentukan

luas area angkutnya. Jika ukuran material berupa butiran kecil, maka akan

mengalami abrasi dan membentuk sudut subcharge yang kecil sedangkan jika

ukuran material angkut berupa gumpalan besar tidak akan terjadi abrasi

sehingga akan membentuk sudut subcharge yang besar.

2.2.2 Kapasitas conveyor

Kapasitas (ton per jam) merupakan hal utama dalam kerja dari suatu

conveyor, yangmana dapat dihitung menggunakan rumus : (Juanda,2002)

Q = A . v . ɤ . 60 (2.1)

Dimana :

Q = Kapasitas (tph)

A = Luas penampang

v = Kecepatan

ɤ = Densitas material

2.2.3 Luas Penampang

Luas penampang keseluruhan dari suatu conveyor yang berisi material

angkut diatasnya adalah penjumlahan dari segitiga sama kaki yang terjadi

akibat penumpukan material pada sisi sebelah atas dan luas trapesium

dibawahnya yang terjadi akibat posisi dudukan carriying roll.

Untuk menghindari tumpahan, lebar permukaan (b) diambil pada

sedikitnya 25% dari dasar segitiga. Jadi b= 0.8 .B. Pada ketentuan tertentu b=

0.9B-0,05 m, untuk B < 2 m. Oleh karena itu, asumsi b = 0.8B lebih

konservatif untuk B > 500 mm. Dimana B adalah lebar permukaan pada

kondisi terpasang. (Juanda,2002)

2.2.4 Kecepatan Conveyor

Kecepatan conveyor dapat dicari dapat dicari dengan menggunakan

rumus kapasitas setelah diketahui lebar permukaan, karakteristik material,

10

sudut- sudut yang dibentuk dari material dan kapasitas angkut yang

dihasilkan. Kecepatan permukaan meningkat seiring dengan lebar permukaan

yang digunakan. Yangmana dapat dihitung dengan rumus : (Juanda,2002)

𝑉 = 𝑄

𝐴 . 𝛾 .60 (2.2)

Dimana :

V = kecepatan

Q = Kapasitas

A = Luas penampang

ɤ = Densitas material

2.2.5 Berat Belt

Berat belt adalah berat yang dapat mempengaruhi gaya yang diterima

conveyor karena besaran tarikan dari head pulley pada saat conveyor

beroperasi. Sedangkan perhitungan berat belt pada pada conveyor dapat

menggunakan rumus sebagai berikut : (Juanda,2002)

qb = 1,1 x B (δ1 + δ2 + δ3) (2.3)

Dimana :

qb = Berat belt

B = Lebar sabuk

δ1 = Berat cover pada sisi beban

δ2 = Berat cover pada sisi roll

δ3 = Jumlah lapisan

2.2.6 Tarikan Sabuk Teoritis

Tarikan sabuk teoritis adalah gaya yang dapat dihitung untuk

mendapatkan batas maksimum dari keamanan belt terhadap suatu gaya tarik.

Tarikan sabuk teoritis dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut : (Juanda,2002)

W0 = B . qb + ɤ (2.4)

W0 = Tarikan sabuk teoritis

B = Lebar belt

11

qb = Berat belt

ɤ = Massa jenis material angkut

2.2.7 Daya Motor

Daya motor adalah daya yang dibutuhkan motor untuk dapat memenuhi

kebutuhan kapasitas. Daya motor dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut : (Juanda,2002)

P = W0 . v (2.5)

P = Daya motor

W0 = Tarikan sabuk teoritis

v = Kecepatan belt

2.2.8 Kecepatan Rotasi Motor

Kecepatan rotasi motor adalah laju putaran yang dihasilkan motor untuk

dapat menyesuaikan daya motor. Kecepatan rotasi motor dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (Juanda,2002)

𝑉 = 1000 .𝑣

𝑟 . 𝐷 (2.6)

V = Kecepatan rotasi motor

v = Kecepatan belt

r = Radius lingkaran

D = Diameter pulley

2.3 Perancangan

2.3.1 Definisi Perancangan

Menurut Ulrich dan Eppinger (1995) perancangan merupakan suatu

kegiatan untuk menyempurnakan, membuat karya baru, maupun menambah

nilai guna suatu produk. Sedangkan desain merupakan gambaran akhir yang

lengkap tentang sebuah hasil karya. Dari desain nantinya akan berpengaruh

pada daya tarik produk terhadap konsumen.

12

2.3.2 Perancangan Industri

Perhimpunan Desainer Industri Amerika (IDSA) mendefinisikan desain

industri sebagai jasa professional dalam menciptakan dan mengembangkan

konsep dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungsi-fungsi, nilai dan

penampilan produk serta sistem untuk mencapai keuntungan yang mutual

antara pemakai dan produsen. Sedangkan menurut Harsokusoemo (1999)

proses perancangan itu sendiri kemudian berlangsung melalui kegiatan-

kegiatan yang berurutan, yaitu :

1. Fase analisis masalah, penyusunan spesifikasi, dan perencanaan proyek.

2. Fase perancangan konsep produk.

3. Fase perancangan produk.

4. Fase evaluasi produk hasil rancangan

5. Fase penyusunan dokumen untuk pembuatan produk.

2.3.3 Alasan dilakukan perancangan dan pengembangan produk

Widodo (2003) mengemukakan alasan dilakukannya perancangan dan

pengembangan produk adalah sebagai berikut :

1. Financial goods : Tujuan yang didasari oleh motivasi mendapatkan

keuntungan finansial dari perancangan produk.

2. Sales Growth : Sukses penjualan produk sebelumnya mendorong untuk

mengembangkan produk baru.

3. Excess Capacity : Menghasilkan produk baru yang didasari oleh kelebihan

kapasitas (mesin, tenaga kerja, material, dll) yang dimiliki sehingga

dilakukan verifikasi daur hidup ulang.

4. Respon to Component : Menghasilkan produk yang lebih unggul untuk

dapat bersaing dengan industri lain sehingga dapat mempertahankan

bahkan memperluas pangsa pasar.

5. Produk Life Cycle : Secara garis besar nilai penjualan produk akan

memiliki pola kenaikan dan selanjutnya akan menurun menyerupai kurva

“S”. Kurva ini menunjukan daur hidup produk.

13

6. Respon to Changing Environment : Pengembangan produk disebabkan

oleh perubahan-perubahan kelangkaan, misalnya perubahan selera

konsumen, biaya material yang mahal, kelangkaan material, perubahan

demografi dan gaya hidup, munculnya pesaing baru, perubahan peraturan

pemerintah, penemuan teknologi baru.

2.4 Perancangan dan Pengembangan Produk

2.4.1 Definisi dan Sejarah Perancangan Produk

Perencanaan produk merupakan proses identifikasi portofolio produk-

produk yang dikembangkan oleh organisasi dan waktu pengenalannya

kepasar. Proses perencanaan mempertimbangkan peluang-peluang

pengembangan produk. Peluang tersebut diidentifikasikan oleh banyak

sumber, mencakup usulan bagian pemasaran, penelitian, pelanggan, tim

pengembangan produk, dan analisis keunggulan para pesaing. Nerdasarkan

peluang tersebut, suatu portofolio proyek dipilih, waktu proyek ditentukan

secara garis besarnya, dan sumber daya dialokasikan.

Rencana produk secara secara teratur diperbarui agar mencermikan

adanya perubahan dalam lingkungan persaingan, teknologi, dan informasi

keberhasilan produk yang sudah ada. Rencana produk dikembangkan dengan

memprediksi sasaran perusahaan, kemampuan, batasan dan lingkungan

persaingan. Memutuskan perencanaan produk melibatkan manajemen senior

organisasi yang dapat memakan waktu mulai dari penetapan target sampai

penentuan spesifikasi. (Ulrich-Eppinger, 2001)

Berdasarkan sejarah dari perencanaan serta pengembangan produk

sendiri bermula pada pertengahan 1990-an ketika Motorola meluncurkan

sebuah usaha pengembangan produk untuk memperbesar kesuksesan telepon

seluler MicroTAC dengan sebuah produk yang menarik. Jenis MicroTAC

dengan tutup yang dapat dibuka telah mempunyai lima generasi sebelumnya.

setiap model MicroTAC menggunakan konfigurasi yang sama untuk

kumpulan baterai, adaptor dan aksesoris, sehingga memudahkan pemakai

untuk meningkatkannya ke telepon yang lebih baru. Desain StarTAC yang

14

baru merupakan produk yang lebih enak dipakai daripada telepon seluler

sebelumnya. Hal ini membutuhkan sesunan bentuk yang baru, meninggalkan

desain dasar MictoTAC, seperti baterai dan aksesoris lainnya yang telah

dibentuk sedemikian rupa dengan ukuran lebar dan tinggi tertentu. Pada saat

produk itu diluncurkan pada tahun 1996, pelanggan menilai desain nya yang

diperlihatkan menjadi sama radikalnya dengan desain sebelumnya.

Penjualan pada pemakai awal datang dengan cepat setelah perkenalan ke

pasar yang melalui publik figur yang terlihat bersama dengan produknya.

Dalam waktu tiga tahun, penjualan StarTAC telah mencapai puluhan juta

unit. Kesuksesan ini dianggap banyak dipengaruhi oleh faktor perancangan

nya seperti : ukuran dan berat yang ringan, keistimewaan kinerja, keunggulan

ergonomik, daya tahan, kemudahan perakitan dan penampilan luar yang

mampu dihasilkan oleh tim-tim perancangan mencakup ahli elektikal,

mekanik, teknologi dan proses pembuatan sehingga produk dapat mencapai

kinerja, ukuran dan beratnya. Tim perusahan dapat dengan mudahnya dapat

mengembangkan telepon lainya yang lenih kecil dan ringan dari model

pendahulunya. Dengan konsep revolusioner yang diterapkan oleh para

desainer industri mengubah proyek ini menjadi lebih mudah dan aktif.

2.4.2 Fase Pengembangan Produk

(Sumber : Ulrich-Eppinger, 2001)

Gambar 2.2 Fase Pengembangan Produk

Sebagaimana ditunjukan pada gambar diatas, secara umum proses

pengembangan produk dibagi menjadi enam tahapan (fase). Pengembangan

produk. Enam fase tersebut adalah :

Fase 0

Perencanaan

Fase 1

Pengembangan

Konsep

Fase 2

Perancangan

tingkat sistem

Fase 3

Perancangan rinci

Fase 4

Pengujian &

perbaikan

Fase 5

Peluncuran

Produk

15

1. Fase 0. Perencanaan

Pada fase ini, kebutuhan dilakukan kegiatan perencanaan yang

sering dirujuk sebagai zero fase, yaitu kegiatan pendahuluan yang meliputi

persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.

2. Fase 1. Pengembangan Konsep

Pada fase ini, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep

produk dibangkitkan dan dievaluasi, dalam satu atau lebih konsepdipilih

untuk pengembangan dan percobaan pada fase selanjutnya.

3. Fase 2. Perancangan tingkat sistem

Dalam fase ini mencakup definisi arsitektur produk dan uraian

produk menjadi subsistem serta konponen. Gambaran rakitan akhir untuk

sistem produksi didefinisikan dalam fase ini. Output dari fase ini

mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap

subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses

rakitan akhir.

4. Fase 3. Perancangan rinci

Dalam fase ini mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material

dan toleransi dari seluruh komponen standar yang dibeli pemasok.

Rencana proses dinyatakan dan prealatan produksi dirancang untuk taip

komponen yang dibuat dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah

pencatatan pengendalian untuk produk, spesifikasi komponen yang dibeli,

serta rencana proses untuk pabrikasi dan perakitan produk.

5. Fase 4. Pengujian dan perakitan

Fase ini melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam

versi produksi awal produk. Prototipe awal dibuat menggunakan

komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sebenarnya,

namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama

dengan yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototipe

alpha diuji untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan

yang direncanakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan kepuasan

konsumen utama. Prototipe berikutnya dibuat dengan komponen yang

16

dibutuhkan pada proses namun tidak dirakit dengan menggunakan proses

perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya.

6. Fase 5. Peluncuran produk

Fase ini dikenal juga sebagai produksi awal.pada fase ini produk

dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan

dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam

memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi

sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan selama produksi awal,

akan disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati

dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan yang timbul. Peralihan

produksi awal menjadi produksi sesungguhnya berjalan melalui tahap

demi tahap. Pada beberapa titik dalam masa peralihan ini produk

diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan.

2.4.3 Proses Perencanaan Produk

Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi

proyek, pengarang mengusulkan lima tahapan proses berikut (Ulrich-

Eppinger, 2001) :

1. Mengidentifikasi peluang-peluang

Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasi peluang-peluang

pengembangan produk. Ide-ide untuk produk baru atau detail produk

berasal dari beberapa sumber, diantaranya :

Personel pemasaran dan penjualan

Penelitian dan organisasi pengembangan teknologi

Manufaktur dan operasional organisasi

Tim pengembangan produk saat ini

Pelanggan sekarang atau potensial

Pihak ketiga seperti pemasok,pencipta dan partner bisnis

Beberapa peluang dikumpulkan secara pasif, namun kami juga

merekomendasikan agar perusahaan juga secara eksplisit berusaha

untuk mencari peluang.

17

2. Mengevaluasi dan memprioritaskan proyek

Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang-peluang produk baru

secara fundamental meliputi :

Ukuran pasar

Tingkat pertumbuhan pasar

Intensitas persaingan

Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai pasar yang telah ada

Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai teknologi yang telah

ada

Kesesuian dengan produk-produk perusahaan lainnya

Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan

Sementara kriteria ini sebagian berguna dalam mengevaluasi

peluang produk baru secara fundamental, kriteria ini juga digunakan

untuk mengevaluasi peluang produk. Kriteria ini dapat digunakan pada

matriks penyaringan untuk mengevaluasi keseluruhan daya tarik dan

tipe-tipe resiko untuk beberapa peluang yang tersedia.

3. Mengalokasikan sumber daya dan merencanakan penentuan waktu

Dengan mempekirakan banyak sumberdaya yang dibutuhkan untuk

tiap proyek dalam rencana bulanan atau tahunan membuat organisasi

harus menghadapi kenyataan bahwa sumber daya mereka terbatas.

Dalam kebanyakan kasus, sumber daya utama yang diatur merupakan

usaha dari staf pengembangan, biasanya ditekankan dalam jam kerja

orang atau jam kerja bulanan. Sumberdaya kritis yang lainya juga

membutuhkan perencanaan yang hati-hati seperti pemodelan fasilitas

bengkel, peralatan prototipe, lini produksi awal, fasilitas pengujian, dsb.

Perkiraan kebutuhan sumber daya pada tiap periode dapat dibandingkan

dengan ketersedian sumberdaya untuk menghitung keseluruhan rasio

penggunaan kapasitas. Dalam menentukan waktu uraian proyek, kadang

digunakan istilah manajemen pipa (pipe management), yang harus

mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :

18

Penentuan waktu pengenalan proyek

Kesiapan teknologi

Kesiapan pasar

Persaingan

4. Menyelesaikan perencanaan proyek pendahuluan

Dalam rangka memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi

pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi

yang lebih detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari

operasional tim pengembangan. Keputusan-keputusan mengenai hal ini

akan dapat terdapat pada suatu pernyataan misi (mission statement).

Tabel 2.3 Contoh pernyataan misi proyek

Pernyataan Misi : Mesin pencatatan untuk kantor yang multifungsi

Uraian Produk 1. Dapat bersifat jaringan, mesin digital dengan kemampuan

fungsi memperbanyak pencetakan, fax, dan scan.

Sasaran bisinis

utama

1. mendukung strategi xerox dalam kepemimpinan peralatan

kantor digital

2. Menyediakan platform untuk seluruh produk digital B &

W dan solusi masa mendatang

3. mencapai 50% penjualan produk digital pada pasar utama

4. Ramah lingkungan

5. perkenalan produk yang pertama dilakukan kuartal

keempat tahun 1997

Pasar utama 1. Department kantor, volume menengah (40-65 pm, diatas

rata-rata 42000 copy/bulan

Pasar kedua 1. pasar pencetakan cepat

2. operasional satelit kecil

asumsi-asumsi dan

batasan-batasan

1. platform produk baru

2. teknologi bayangan digital

3. kompatibel dengan software centreware

4. peralatan input dibuat di Canada

5. Peralatan output dibuat di Brazil

19

6. Mesin pemroses bayangan dibuat di USA dan Eropa

Stakeholder 1. pembeli dan pengguna

2. operasional manufaktur

3. operasional jasa

4. distributor & penjual kembali

2.4.4 Pengembangan Konsep

Inti dari perencanaan desain adalah terletak pada pengembangan konsep,

Crawford mengemukakan bahwa konsep desain adalah kombinasi antara

lisan, tulisan, dan atau bentuk prototipe yang akan dilakukan perbaikan dan

bagaimana pelanggan menunjukan keuntungan dan kerugian.

Dalam fase pengembangan konsep ini, suatu proses pengembangan

konsep membutuhkan lebih banyak koordinasi terhadap bagian-bagian terkait

dalam tim pengembangan produk dibandingkan dengan fase-fase lainnya.

Secara umum proses pengembangan konsep ini dapat diperhatikan sebagai

suatu kegiatan yang saling berhubungan.

(Sumber : Ulrich-Eppinger, 2001)

Gambar 2.3 Tahap Pengembangan Konsep

2.4.4.1 Identifikasi kebutuhan pelanggan

Sasaran kegiatan ini adalah untuk memahamikebutuhan konsumen

dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengebang. Output

dari langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang

20

tersusun rapi, diatur dalam daftar hierarki, dengan bobot kepentingan untuk

tiap kebutuhan. Tujuan dari metode identifikasi kebutuhan pelanggan ini

adalah untuk :

Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan

konsumen

Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang tersembunyi dan tidak

terucapkan seperti halnya kebutuhan eksplisit

Menjadi basis untuk menentukan spesifikasi produk

Menjamin tidak adanya kebutuhan konsumne yang terlupakan

Identifikasi kebutuhan pelanggan sendiri adalah sebuah proses yang dibagi

menjadi beberapa tahap, yaitu :

a. Mengumpulkan data mentahmenjadi kebutuhan pelanggan

Tiga metode yang biasa dilakukan adalah :

Wawancara : satu atau lebih anggota tim pengembang

berdiskusi mengenai kebutuhan seorang pelanggan.

Kelompok diskusi : moderator memfasilitasi suatu diskusi

kelompok yang disebut kelompok fokus yang dapat terdiri dari

8-12 orang.

Observasi produk : mengamati pelanggan menggunakan produk

atau melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan produk

tersebut diciptakan, dapat memberi informasi yang penting

mengenai kebutuhan pelanggan.

Hasil akhir dari proses pengumpulan data adalah menyusun data

mentah, biasanya dalam kolom/lembaran pernyataan pelanggan.

Tabel dibawah ini menunjukan template yang digunakan untuk

mengorganisasikan bahan mentah.

21

Tabel 2.4 Pernyataan Pelanggan

b. Mengintepretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan

Contoh mengilustrasikan intepretasi petunjuk kebutuhan pelanggan

sangat menyenangkan bila saya dapat menggali

lubang kecil

obeng dapat digunakan untuk membuat lubang

pada material

Usulan perbaikan

Pewawancara : Jonathan dan Lisa

Sekarang menggunakan : Craftmans Model A3

Tanggal : 19 Desember 1999

Jenis penggunaan : untuk pemeliharaan gedung

tidak bisa mendorong sekrup pada kayu yang keras obeng dapat mendorong sekrup di kayu yang keras

kadang-kadang saya merusak kepala sekrup obeng tidak merusak kepala sekrup

suatu tambahan komponen yang memungkinkan

saya mencapai dalam lubang yang sempit

obeng dapat mengakses sekrup pada ujung lubang

yang dalam dan sempit

bagaimana saya dapat menghilangkan cat pelapis

dari sekrup

obeng memungkinkan pengguna untuk bekerja

dengan sekrup yang telah dilapisi cat

saya ingin alat bisa dikunci sehingga saya dapat

menggunakan nya tanpa baterai

Penggunaan tertentu

Hal-hal yang disukai terhadap

alat yang sekarang

pengguna dapat menggunakan nya secara manual

untuk mendorong sekrup

hal-hal yang tidak disukai

terhadap alat yang sekarang

magnet pada obengmenahan posisi sekrup

sebelum di dorong

ujung obeng tetap tinggal pada kepala sekrup

tanpa tergenlincir

saya terkadang melakukan pekerjaan menyekrup,

menggunakan skrup untuk lembaran logam

terdapat banyak peralatan listrik seperti, penutup

switch, outlet listrik, kipas angin, dan peralatan

rumah tangga

saya menyukai gagang genggamanpistil, kelihatan

bagus

saya menyukai ujung yang diberi magnet

saya tidak suka waktu ketika ujung alat tergelincir/

menjatuhkan sekrup

saya perlu mengoperasikan sekrup dengan cepat,

lebih cepat dari tangan

obeng mampu menyekrup lebih cepat dari pada

tangan

obeng membantu mendorong sekrup untuk

lembaran logam pada pekerjaan menyekrup

obeng dapat digunakan untuk memasang sekrup

pada peralatan rumah tangga

obeng nyaman untuk dipegang

Pertanyaan Pernyataan pelanggan Intepretasi kebutuhan

Pelanggan : Bill Espotito

Alamat : 100 memorial drive

Telepon : 617-864-1274

Apakah anda bersedia di follow up : Ya

22

Tabel 2.5 ilustrasi cara penulisan pernyataan kebutuhan pelanggan

c. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi hierarki

Tahap-tahap mengorganisasikan kebutuhan menjadi daftar hierarki :

Tuliskan setiap pernyataan kebutuhan pada kartu-kartu atau

secarik kertas yang terpisah

Kurangi pernyataan kebutuhan yang sama atau tidak dibutuhkan

lagi

Kelompokan kartu-kartu berdasarkan kesamaan kebutuhan

yang diekspresikan

d. Menetapkan kepentingan relatif setiap kebutuhan

Bobot kepentingan setiap kebutuhan dapat diungkapkan dengan

beberapa yaitu, nilai rata-rata, standar deviasi, atau jumlah respo untuk

setiap kategori kepentingan. Respon ini kemudian digunakan untuk

menilai bobot kepentingan setiap pernyataan kebutuhan skala 1-5 dapat

digunakan untuk menilai kepentingan setiap kebutuhan.

2.4.4.2 Penetapan Spesifikasi Target

Spesifikasi merupakan terjemahan dari kebutuhan konsumen menjadi

kebutuhan secara teknis. Output dari langkah ini adalah suatu daftar

spesifikasi target. Proses pembuatan target spesifikais terdiri dari 3 langkah:

saya suka jika dapat mengisi

ulang baterai obeng dari alat

pemantik rokok

baterai obeng dapat diisi ulang dari api

rokok didalam mobil

adaptor pemantik rokok dalam mobil

dapat mengisi ulang baterai obeng

atribut dari produk

saya benci jika saya tidak tahu

berapa banyak lagi isi baterai

obeng yang masih tersisa

obeng dilengkapi indikator tingkat

energi baterai

obeng harus dilengkapi dengan

indikator energi baterai

hindari harus dan mesti

saya sering menjatuhkan

obeng saya

obeng dapat beroperasi dengan normal

setelah jatuh berkali-kali

permukaan obeng dibuat kasarspesifik

tidak masalah jika hujan saya

perlu bekerja diluar rumah

pada hari sabtu

obeng dapat beroperasi normal pada

saat hujan

obeng tidak rusak saat hujanpositif tidak negatif

pernyataan kebutuhan yang salah

mengapa anda tidak

meletakan lapisan pelindung

disekitar kontak baterai

baterai obeng dilindungi dari kontak

pendek

kontak baterai obeng dilindungi dengan

pintu geser dari plastik

apa bukan bagaimana

Tuntunan Pernyataan pelanggan pernyataan kebutuhan yang benar

23

a. Menyiapkan daftar metrik kebutuhan dengan tingkat kepentingan

yang diturunkan dari tingkat kepentingan kebutuhan yang

direfleksikannya.

(Sumber : Ulrich-Eppinger, 2001)

Gambar 2.4 Contoh Matrik Kebutuhan

b. Mengumpulkan informasi tentang pesaing dan

mengkombinasikannya dengan tingkat kepuasan dari produk

pesaing.

24

Tabel 2.6 analisi pesaing berdasarkan respon teknis

No.

Metrik

kebutuhan respon

teknis

kepentingan satuan produk

pesaing 1

produk

pesaing 2

1 1,2,3

2 2

Dst

Tabel 2.7 penilaian kepuasan pelanggan terhadap produk pesaing

No. Kebutuhan Kepentingan Rating penilaian oleh pelanggan

produk pesaing 1 produk pesaing 2

1.

Tabel 2.8 spesifikasi target

No. Kebutuhan metrik kepentingan Satuan Nilai

marginal

Nilai

ideal

1.

2.

2.4.4.3 Penyusunan Konsep

Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai

teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Sasaran penyusunan konsep

adalah menggali lebih jauh area konsep-konsep produk yang mungkin

sesuai dengan kebutuhan konsumen. Konsep produk merupakan gambaran

singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan konsumen.

Proses penyusunan konsep ini terdiri atas 4 langkah, yaitu :

a. Mengembangkan model-model teknis suatu produk

25

(Sumber : Ulrich-Eppinger, 2001)

Gambar 2.5 Contoh Matrik Teknis

b. Mengembangkan model biaya dari sebuah produk

Tabel 2.9 daftar material dan perkiraan biaya

c. Memperbaiki spesifikasi, melakukan trade-off jika diperlukan

(Sumber : Ulrich-Eppinger, 2001)

Gambar 2.6 Peta persaingan

komponen 1

dst.

biaya

tinggikomponen jumlah

biaya

rendah

total biaya

tinggi

total biaya

rendah

26

Tabel 2.10 Spesifikasi akhir

No. Metrik Metrik Satuan Nilai

1.

2.

dst.

d. Menurunkan spesifikasi menjadi spesifikasi subsistem jika diperlukan

2.4.4.4 Pemilihan Konsep

Pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep

dianalisis secara berturut-turut, kemudian dieleminasi untuk

mengidentifikasikan konsep yang paling menjanjikan.

Pemilihan konsep terbagi atas dua tahap, yaitu :

a. Penyaringan konsep

Tujuan penyaringan konsep adalah mempersempit jumlah konsep

secara cepat dan untuk memperbaiki konsep.

Tabel 2.11 Matrik penyaringan konsep

b. Penilaian konsep

Pada tahap ini, tim memberikan bobot kepentingan relatif untuk setiap

kriteria seleksi dan memfokuskan pada hasil perbandingan yang lebih baik

dengan penekanan pada setiap kriteria

Total

Ranking

Lanjutkan

Nilai

BebanRating

Nilai

BebanRating

Nilai

Beban

Kriteria

seleksiBeban Rating

Nilai

BebanRating

KONSEP

A B C Dst

27

Tabel 2.12 Rating penilaian konsep produk

Tingkat kepentingan Rating

sangat buruk dibandingkan referensi 1

buruk dibandingkan referensi 2

sama seperti referensi 3

lebih baik dari referensi 4

sangat lebih baik dari referensi 5

2.4.4.5 Pengujian Konsep

Satu atau lebih konsep yang dihasilkan selanjutnya diuji/dievaluasi

untuk mengetahui apakah kebutuhan konsumen telah terpenuhi. Tahap ini

juga memperkirakan potensi pasar dari produk, dan mengidentifikasi

beberapa kelemahan yang harus diperbaikipada kegiatan proses

pengembangan selanjutnya.

2.5 Responden Penelitian

Dalam kamus bahasa Indonesia subyek ialah : pokok kalimat; orang yang

dipakai untuk percobaan. Jadi subyek penelitian dapat di defenisikan yaitu :

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi), yang sifat-keadaannya (attribut-nya) akan diteliti. Dengan kata

lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau

terkandung objek penelitian. Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk

diteliti oleh peneliti.

Responden dalam kamus bahasa Indonesia adalah yang dituntut; juru

jawab; perhatian jadi responden penelitian dapat di defenisikan yaitu

Responden penelitian adalah seseorang yang diminta untuk memberikan

respon (jawaban) terhadap pertanyaan-pertanyaan langsung atau tidak

langsung, lisan atau tertulis ataupun berupa perbuatan yang diajukan oleh

peneliti. Dalam hal penelitian dilakukan dengan menggunakan tes, maka

‘responden’ penelitian ini menjadi ‘testee’ (yang dites). Responden penelitian

bisa subjek penelitian, bisa orang lain. Responden dari kata asal ‘respon’ atau

28

penanggap, yaitu orang yang menanggapi. Dalam penelitian, responden adalah

orang yang diminta memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat.

Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu ketika

mengisi angket, atau lisan, ketika menjawab wawancara.

Responden yang akan dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan

responden yang dianggap ahli dan berpengalaman dan akan menjadi pelanggan

dalam menggunakan material handling equipment yang akan dirancang.

Sehingga persepsi responden dalam hal ini pelanggan dianggap penting.

2.5.1 Metode Penentuan Responden

Teknik penarikan responden atau penentuan informan dikelompokkan ke

dalam dua kategori besar yaitu: Kualitatif dan Kuantitatif. Dalam pemilihan

responden peneliti menggunakan metode purposive kualitatif karena subjek

dalam penelitian telah ditentukan dan pelanggan yang ingin dituju telah jelas

sehingga memungkinkan didapat respon yang akurat dengan metode

purposive. Peneliti memilih informan menurut kriteria tertentu yang telah

ditetapkan. Kriteria ini dianggap sesuai dengan topik penelitian. Mereka yang

dipilih pun harus dianggap kredibel untuk menjawab masalah penelitian.

2.5.1.1 Purposive Sampling

Purposive sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang

sering digunakan dalam penelitian. secara bahasa yaitu berarti sengaja . Jadi,

purposive sampling berarti teknik pengambilan sempel secara sengaja.

Maksudnya , peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil tidak secara

acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti (Uswan, 2014).

Pengambilan sampel berdasarkan penilaian peneliti mengenai siapa-

siapa saja yang pantas memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel. oleh

karena itu latar belakang pengetahuan tertentu mengenai sampel dimaksud

tentu juga populasinya agar benar-benar bisa mendapatkan sampel yang

sesuai dengan persyaratan dan dianggap ahli dan tujuan peneliti sehingga

mendapat atau memperoleh data yang akurat.

29

2.5.1.2 Syarat – Syarat Responden Purposive

Dalam pemilihan responden diperlukan syarat-syarat agar dapat

memastikan data yang didapat sesuai dan akurat, dan syarat-syarat memilih

responden dengan metode purposive menurut Uswan (2014) adalah sebagai

berikut :

1. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam

studi pendahuluan dengan memilih responden yang expert di bidangnya

dan berhubungan langsung dengan sifat pertanyaan.

2. pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri, sifat-sifat atau

karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi

3. subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek

yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.