bab ii landasan teori 2.1 literasi media 2.1.1 pengertian … · 2015. 4. 23. · pengalaman...
TRANSCRIPT
-
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Literasi Media
2.1.1 Pengertian Literasi Media
Literasi media dipahami sebagai proses pembacaan isi media
dengan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan membangun pesan
dalam bentuk yang luas dan bervariasi. Konteks literasi media adalah suatu
pengajaran pada anak-anak, remaja dan dewasa untuk kritis dan analitis
terhadap isi media massa baik media massa cetak maupun elektronik. Di
samping itu, dipahami literasi media sebagai penyusunan konsep literasi atau
pembacaan terhadap isi media, dimana terjadi perubahan dari sikap
mengkonsumsi pesan-pesan menjadi sikap yang aktif dan kritis terhadap isi
media yang dirasakan berdampak buruk bagi keluarga/masyarakat sehingga
anak-anak, remaja dan orang dewasa dapat mencegah dampak negatif (Media
Literasi, 20/03/2010). Jadi literasi media adalah upaya mendidik publik agar tidak
terpengaruh oleh isi media yang bersifat negatif terhadap kejiwaan dan aksi
atau tindakan publik penerimaan isi media tersebut. Dalam tulisan penelitian
ini media massa yang diteliti adalah televisi
Dalam Center for Media Literacy terdapat rumusan, literasi media
sebagai kemampuan berkomunikasi secara kompeten melalui semua media-
baik elektronik maupun cetak (Iriantara, 2009). Center for Media Literacy
-
7
(CML, 2003) menyebutkan bahwa literasi media mencakup beberapa
kemampuan, yaitu:
1. Kemampuan mengkritik media
Halayak dapat memahami secara tepat problematika proses-proses sosial
dalam media dan mampu memberi alasan secara terorganisasi dan
mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.
2. Kemampuan memproduksi media
Kemampuan dalam menciptakan media yang layak dilihat dan produk
dapat dikomunikasikan secara total yaitu audio, visual, dan gerak.
3. Kemampuan mengajarkan tentang media
Kemampuan memberikan cara-cara atau petunjuk tentang media kepada
halayak agar halayak dapat kritis dalam memilih.
4. Kemampuan mengeksplorasi sistem pembuatan media
Kemampuan identifikasi, pemanfaatan sistem untuk meraih keuntungan
dalam produksi media.
5. Kemampuan mengeksplorasi berbagai posisi
Kemampuan identifikasi dampak positif dan dampak negatif dari media
sehingga individu dapat mengambil keputusan secara tepat bahwa
dampak dari media baik atau tidak untuk diri individu.
6. Kemampuan berpikir kritis atas isi media
Kesadaran akan isi media sebagai ‘teks’ yang memberikan wawasan dan
pengetahuan ke dalam budaya kontemporer manusia dan diri manusia
sendiri.
-
8
2.1.2 Tujuan pembelajaran literasi media
Menurut Yosal, (2009) Tujuan pembelajaran literasi media sebagai berikut:
1. Dapat memahami dan mengapresiasi program yang ditonton
2. Menyeleksi dampak dari acara televisi
3. Dapat mengambil manfaat dari acara yang ditonton
4. Pembatasan jumlah jam menonton
2.1.3 Aspek-aspek literasi media
Menurut Yosal, (2009) Aspek-aspek literasi media sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang dunia media massa, dengan pokok bahasan:
a. Jenis-jenis media
1. Media Massa Cetak (Printed Media). Media massa yang dicetak
dalam lembaran kertas seperti: koran atau suratkabar, tabloid,
majalah, buku, newsletter, bulletin.
2. Media Massa Elektronik (Electronic Media). Jenis media massa
yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara
dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan
film.
3. Media Online (Online Media, Cybermedia), media massa yang
dapat ditemukan di internet (situs web).
b. Fungsi media
1. Fungsi pengawasan media adalah fungsi yang khusus
menyediakan informasi dan peringatan kepada masyarakat tentang
-
9
apa saja di lingkungan masyarakat. Media massa memperbaruhi
pengetahuan dan pemahaman manusia tentang lingkungan sekitar.
2. Fungsi interpretasi adalah fungsi media yang menjadi sarana
memproses, menginterpretasikan dan mengkorelasikan seluruh
pengetahuan atau hal yang diketahui oleh manusia.
3. Fungsi transmisi nilai adalah fungsi media untuk menyebarkan
nilai, ide dari generasi satu ke generasi yang lain.
4. Fungsi hiburan adalah fungsi media untuk menghibur manusia.
Manusia cenderung untuk melihat dan memahami peristiwa atau
pengalaman manusia sebagai sebuah hiburan.
c. Kepemilikan media.
d. Konsekuensi pemilihan media pada isi pesan media
2. Analisis isi pesan media massa, dengan pokok bahasan:
a. Proses penyusunan isi pesan media
b. Aturan main dalam penyusunan pesan media
c. Kelengkapan informasi media massa
3. Evaluasi isi pesan media, dengan pokok bahasan:
a. Isi pesan media dan kenyataan sehari-hari
b. Evaluasi isi pesan media berdasarkan norma sosial
c. Evaluasi isi pesan media berdasarkan aturan agama
4. Membuat isi pesan untuk media, dengan pokok bahasan:
a. Menuliskan hasil evaluasi isi pesan media masa
b. Menulis laporan untuk pihak terkait tentang isi pesan media
-
10
2.1.4 Tahap-tahap Literasi Media (televisi)
Bagi orang-orang yang telah memahami literasi media tahap-tahap
yang akan dilakukan adalah:
1. Pembatasan waktu untuk menonton televisi serta pemlihan terhadap
stasiun yang dianggap lebih baik.
2. Pendidikan publik agar dapat mengkritisi dan menganalisis tayangan
televisi melalui wadah kelompok aktif dan interatif terhadap isi media
televisi.
3. Mempelajari lebih mendalam tentang dapur produksi media seperti
a. Siapa yang memproduksi?
b. Apa tujuannya?
c. Siapa yang diuntungkan?
d. Siapa yang dirugikan?
e. Siapa yang membuat keputusan?
Pada tahap ini sering disebut dengan analisis politik ekonomi media
(Thomas, Elizabeth, 1955 dalam Dalila Sadida, 20 Maret 2010).
2.1.5 7 Keterampilan literasi media
Menurut W.James Potter, (2001) terdapat 7 keterampilan literasi
media sebagai berikut:
1. Analysis
Kemampuan menganalisa struktur pesan, yang dikemas dalam media,
mendayagunakan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan untuk memahami
-
11
konteks dalam pesan pada media tertentu, mampu mendayagunakan
informasi di media massa untuk membandingkan pernyataan-
pernyataan pejabat publik, dengan dasar teori sesuai ranah
keilmuannya.
2. Compare/Contrast
Kemampuan dalam menilai sebuah informasi itu dikemas dengan
baik atau tidak, membandingkan norma dan nilai sosial terhadap isi
yang dihadapi dari media.
3. Evaluation
Kemampu menghubungkan informasi yang ada di media massa
itu dengan kondisi dirinya, dan membuat penilaian mengenai
keakuratan, dan kualitas relevansi informasi itu dengan dirinya.
4. Abstracting
Kemampuan untuk meringkas/menangkap esensi dari isi pesan
media.
5. Deduction
Kemampuan dalam menggunakan prinsip-prinsip umum yang
ditarik kesimpulan untuk menjelaskan prinsip-prinsip khusus.
6. Induction
Kemampuan berpikir yang berbeda dari kaidah khusus untuk
menentukan kaidah umum dengan mengemukakan pertanyaan-
pertanyaan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas
-
12
dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum.
7. Synthesis
Kemampuan untuk meringkas/menggabungkan unsur-unsur
dalam struktur baru.
2.1.6 Sifat Literasi Media
Menurut W.James Potter, (2001)Sifat Literasi Media sebagai berikut:
Literasi media bersifat multidimentional
1. Dimensi kognitif (informasi faktual: nama, alamat, dan lain
sebagainya).
2. Dimensi emosional (informasi tentang perasaan: sesuatu yang ada
di hati).
3. Dimensi aestatik (berkenaan dengan bagaimana memproduksi
pesan media). Informasi ini memberikan dasar untuk melakukan
penilaian.
4. Dimensi moral (informasi tentang nilai). Dasar untuk melakukan
penilaian antara benar atau salah.
-
13
2.2. Iklan Televisi
2.2.1. Pengertian Iklan Televisi
Menurut Kotler (2002), periklanan didefinisikan sebagai bentuk
menyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh
suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran.
2.2.2 Jenis Iklan Televisi
Berdasarkan tujuannya, iklan diklasifikasikan menjadi 3 jenis meliputi:
1. Iklan Informatif (Informative Advertising)
Iklan Informatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bertujuan untuk membentuk atau menciptakan kesadaran /
pengenalan dan pengetahuan tentang produk atau fitur-fitur
baru dari produk yang sudah ada.
b. Menginformasikan perubahan harga dan kemasan produk.
c. Menjelaskan cara kerja produk.
d. Mengurangi kekuatan konsumen.
e. Mengoreksi produk.
2. Iklan Persuasif (Persuasive Advertising)
Iklan persuasif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bertujuan untuk menciptakan kesukaan, preferensi dan
keyakinan sehingga konsumen mau membeli dan
menggunakan barang dan jasa.
-
14
b. Mempersuasif khalayak untuk memilih merk tertentu.
c. Menganjurkan untuk membeli.
d. Mengubah persesi konsumen.
e. Membujuk untuk membeli sekarang.
3. Iklan Reminder (Reminder Advertising)
Iklan Reminder mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bertujuan untuk mendorong pembelian ulang barang dan
jasa.
b. Meningkatkan pembeli dimana membeli produk tersebut.
c. Menjaga kesadaran akan produk (consumer’s state of mind).
d. Menjalin hubungan baik dengan konsumen.
Katherine Miller (2005) mengungkap bahwa media massa merupakan
gratifikasi (kepuasan) bagi khalayaknya, sesuai dengan kategori yang
kebutuhannya masing-masing. Ada 4 (empat) kategori kepuasan khalayak, yaitu
informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan hiburan. Berikut
indikator dari tiap-tiap kategorinya.
-
15
No Kategori kepuasan Indikator
1 Informasi a. Menemukan kejadian dan kondisi yang relevan b. Mencari nasehat dalam praktik sehari-hari atau opini dan pilihan keputusan c. Memuaskan d. Belajar melalui pendidikan mandiri e. Dengan pengetahuan mendapatkan rasa aman
2 Identitas Pribadi a. Menemukan penguatan nilai pribadi b. Menemukan model perilaku c. Mengidentifikasi dengan nilai lain d. Memahami diri lebih dekat
3 Integrasi dan in-teraksi sosial
a. Memahami keadaan orang lain: empati sosial b. Mengenali orang lain dan merasa memiliki c. Menemukan basis untuk bercakap-cakap dan berinteraksi sosial e. Menemukan pengganti untuk pertemanan real life f. Membantu mengemban peran sosial g. Membuat seseorang mampu berhubungan dengan keluarga, teman, dan masyarakat
4 Hiburan a. Melarikan diri dari masalah b. Bersantai c. Memperoleh nilai budaya dan keindahan d. Mengisi waktu e. Melepas emosional f. Daya tarik seksual
Sumber : Miller, 2005
Uraian di atas sejalan dengan pandangan secara kaidah yang berlaku
bahwa media terutama televisi dan radio harus berfungsi sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol & perekat sosial, fungsi ekonomi dan
kebudayaan (pasal 4 UU 32/2002) dengan tujuan mencerdaskan bangsa,
membentuk watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa serta diarahkan
untuk meningkatkan kualitas SDM.
-
16
Kondisi siaran televisi saat ini berkontribusi terhadap perubahan nilai-nilai
budaya; termasuk perubahan pada sistem politik, ekonomi, agama, kependudukan
dan lingkungan. Budaya yang diperkenalkan dan terus-menerus disosialisasikan
melalui media televisi cenderung budaya massa/pop/urban padahal kita tahu
kondisi masyarakat Indonesia sangat majemuk. Artinya, televisi dan media massa
harus mencerminkan realitas yang sesungguhnya hidup di masyarakat, namun
berorientasi menuju kepada kualitas hidup yang lebih baik di kalangan remaja dan
anak-anak(Konsep-konsep Media Literacy, 2008).
2.3 Bimbingan Klasikal
2.3.1 Pengertian Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal adalah bimbingan yang berorientasi pada
kelompok siswa dalam jumlah yang cukup besar antara 30–40 orang
siswa (sekelas). Bimbingan klasikal lebih bersifat preventif dan
berorientasi pada pengembangan pribadi siswa yang meliputi bidang
pembelajaran, bidang sosial dan bidang karir (Siwabessy dan Hastoeti,
2008).
2.3.2 Tujuan Bimbingan Klasikal
Tujuan bimbingan klasikal adalah membantu individu agar
mampu menyesuaikan diri, mampu mengambil keputusan untuk
hidupnya sendiri, mampu beradaptasi dalam kelompok, mampu
-
17
menerima dukungan atau dapat memberikan dukungan pada teman-
temannya (Siwabessy dan Hastoeti, 2008).
2.3.3. Fungsi Bimbingan Klasikal
Secara rinci, fungsi bimbingan klasikal adalah sebagai berikut :
(Siwabessy dan Hastoeti, 2008).
1. Fungsi preventif atau pencegahan adalah fungsi bimbingan untuk
menghindarkan diri dari terjadinya tingkah laku yang tidak
diharapkan dan ataupun membahayakan dirinya dan orang lain.
2. Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan untuk membantu
siswa agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan
lingkungannya, sehingga mampu mengembangkan potensi diri
secara optimal, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
secara dinamis dan konstrukstif.
2.3.4. Keunggulan Bimbingan Klasikal
Keunggulan bimbingan klasikal berdasarkan pendapat Siwabessy
dan Hastoeti, (2008) sebagai berikut:
1. Informasi yang disampaikan atau jenis kegiatan layanan
bimbingan yang dilakukan dapat menjangkau sejumlah siswa
secara merata para siswa sekelas dapat menerima informasi yang
sama dari suatu sumber apakah guru/konselor atau sumber yang
lain secara bersama-sama dengan demikian dapat meminimalkan
pemahaman yang keliru atau kesalahan persepsi.
-
18
2. Bimbingan klasikal membuka peluang untuk siswa secara serempak
mempunyai pengalaman belajar yang sama dan seragam.
3. Bimbingan klasikal memberikan kesempatan bagi siswa-siswa untuk
mengimproviasasi kemampuan kreativitasnya dan sportivitasnya
apabila mampu memanagement kelas dengan baik.
4. Bimbingan klasikal memungkinkan para siswa saling memahami,
menilai, mengomentari dengan jujur dan tulus sesuai pengarahan
konselor.
5. Bimbingan klasikal membantu siswa membina sikap asertif yang
sangat diperlukan siswa dalam kehidupan mereka di masa mendatang.
6. Bimbingan klasikal akan memberikan peluang bagi siswa untuk belajar
bertoleransi siswa dalam memahami dan mengenal, menerima dan
dapat mengarahkan diri secara positif apabila konselor mampu
mengolah kelas dengan baik.
7. Bimbingan klasikal memberikan kesempatan bagi guru/konselor
mengenal bakat-bakat khusus siswa observasi kelas, antara lain
kepemimpinan, seni, olah raga, dan managerial.
8. Bimbingan klasikal juga akan membuka peluang bagi guru / konselor
menjaring masalah-masalah secara spesifik seperti kelainan tingkah
laku yang muncul pada siswa seperti penakut (phobia), pemalu, egois,
dan agresif.
-
19
9. Dalam bimbingan klasikal konselor menggunakan metode-metode
pembelajaran yang bervariasi, menarik dan menyenangkan dan
dapat dinikmati oleh siswa bersama-sama.
10. Metode belajar konsektual yang digunakan guru/konselor dalam
bimbingan klasikal memungkinkan siswa akan belajar dari
pengalaman diri sendiri bukan dari pemberian orang. Kemampuan
pengetahuan dan keterampilan mereka semakin diperluas
sehingga siswa mengetahui apa yang dimaksudkan dengan
belajar, bagaimana belajar, dan apa kegunaan dari pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki.
Melalui berbagai kelebihan dalam bimbingan klasikal ini akan
membantu para guru/konselor di sekolah untuk memanfaatkan bimbingan
klasikal secara efektif untuk membantu para siswa dalam menghadapi hal-
hal yang penting dan dapat menyelesaikan tugas perkembangan secara
maksimal.
2.3.5. Bimbingan Klasikal Memiliki Kelemahan
Menurut Siwabessy dan Hastoeti (2008) Kelemahan Bimbingan
Klasikal adalah sebagai berkut :
1. Tidak semua sekolah memprogramkan Guru Bimbingan dan
Konseling masuk kelas.
-
20
2. Kreativitas Guru Bimbingan dan Konseling untuk menyusun program
dan pengembangan materi bimbingan klasikal kurang.
3. Tidak ada paket panduan bimbingan klasikal.
4. Keterbatasan media elektronik.
5. Keterampilan dasar mengajar kurang memadai.
2.3.6 Layanan pribadi-sosial
Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek
pribadi-sosial konseli menurut Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional
rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur
pendidikan formal (2007).
adalah sebagai berikut:
1. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/
Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
2. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif
antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan
(musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan
ajaran agama yang dianut.
-
21
4. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan;
baik fisik maupun psikis.
5. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
7. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai
orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
8. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk
komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
9. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang
diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau
silaturahim dengan sesama manusia.
10. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik
bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
11. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek
pribadi-sosial individu dalam penyusunan model literasi media adalah poin
(6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat, poin (7)
Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang
lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya dan point (11)
Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
-
22
2.3.7 Metode pendekatan kelompok antara lain :
1. Grup proses yang membantu anggota kelompok untuk memelihara dan
mengembangkan identitasnya dan pengaruh terhadap anggota lain.
2. Bimbingan kelompok yang memberikan informasai kepada
sekelompok anak dengan tujuan agar para siswa dapat mengambil
keputusan dan bertingkah laku bijaksana, informasi dapat berupa
informasi sosial, agama, moral, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.
3. Konseling kelompok yang memberikan bantuan kepada sekelompok
siswa agar mereka mampu memecahkan masalah-masalah pribadinya
dan mengembangkan hidup pribadinya melalaui kelompok ini.
4. Konsultasi kelompok keluarga, yang memberikan bantuan anggota
keluarga khususnya anak agar mereka dapat mengembangkan interaksi
dan komunikasi sesama anggota keluarga, mengurangi percekcokan
keluarga mengembangkan kesadaran mereka akan peranan dan
pengaruh tingkah laku mereka terhadap anggota keluarga sendiri dan
menjelaskan peranan dan harapan setiap anggota keluarga.
5. T-Group yang membantu para peserta untuk saling menyadari
hubungan antarpribadi dan keterampilan berkomunikasi serta
pengetahuan mereka akan dinamika kelompok dan pengembangan
kelompok.
-
23
6. Sensitivity Training yang membantu para anggotanya untuk
berkembang dan untuk memahami dengan lebih jelas nilai- nilai hidup
serta peka dalam menerima dirinya dan orang lain serta perkembangan
pribadi secara utuh.
7. Encounter Group yang menekankan perkembangan pribadi melalui
perluasan kesadaran, ekspolasi intrapsikis dan masalah interpersonal
serta mengendurkan hambatan-hambatan.
8. Marathon Group yang merupakan aktifitas kelompok yang bertemu
secara terus menerus (maraton) dimana setiap anggota menjelajahi
pandagannya sendiri dan orang lain, hubungannya dengan orang-orang
yang berarti dalam hidupnya dan bagaimana cara bereaksi terhadap
pengalaman-pengalaman negatif seperti takut, iri, prasangka, dan tidak
setuju terhadap pandangan orang lain. (Hernisiaada, 2011)
2.4 Pengembangan Model
Di Indonesia penelitian pengembangan masih merupakan suatu hal
yang baru. Jenis penelitian tersebut merupakan penelitian yang
berorientasi pada produk. Diharapkan dengan adanya penelitian
pengembangan yang berorientasi pada produk dapat menjadi
jembatan kesenjangan kalangan penelitiyang menghasilkan teori dan
kalangan praktisi sebagai pengguna produk. Menurut Asim, (2001)
-
24
dalam Darmawan, (2006) hasilkan suatu produk para praktisi tinggal
mengimplementasikan hasil penelitian ke dalam aktivitas pendidikan.
Penelitian pengembangan dicirikan oleh: (1) penelitian
berdasarkan pada produk yang khas berdasarkan pengembangan,
yang mengandung makna dimasukkannya bukti-bukti empiris
mengenali kualitas pengembangan itu, (2) dihasilkan dari suatu
metodologi tertentu untuk mendesain dan mengevaluasi produk
pengembangan
Ada dua jenis penelitian pengembangan, yaitu: (1) studi yang
menghasilkan produk spesifik dan desain program, pengembangan
atau proyek evaluasi (riset yang didasarkan pada pengembangan
merupakan program atau produk inovatif). (2) penelitian itu
merupakan studi terhadap proses desain pengembangan atau proses
evaluasi. Alat atau model-model yang bertujuan menghasilkan
pengetahuan cara mendesain, mengembangkan atau mengevaluasi.
Menurut Rickey, (1996) dalam Darmawan, (2006), produk yang
dihasilkan melalui penelitian ini dapat beruba metode, teknologi,
kebijakkan, model.
2.4.1 Model Bimbingan Literasi Media Televisi
Model produk yang digunakan dalam bimbingan literasi
media ini adalah produk yang disusun dalam satuan layanan (Satlan).
Satuan layanan (Satlan) merupakan suatu wujud nyata dari kegiatan
-
25
layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa. Sebagai wujud
nyata, maka program kegiatan yang dikemas dalam satuan layanan
disesuaikan dengan kebutuhan siswa-siswa. Komponen-Komponen
dalam Satlan adalah:
1. Judul/spesifik layanan
2. Bidang bimbingan mencangkup seluruh upaya yang meliputi
bimbingan pribadi-sosial, bimbingan belajar dan bimbingan
karir (Akhamad Sudrajat, 2008).
3. Jenis layanan berupa layanan orientasi, layanan informasi,
layanan konten, layanan penempatan dan penyaluran, layanan
konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan
konseling kelompok, konsultasi, mediasi (Akhamad Sudrajat,
2008).
4. Fungsi layanan berupa fungsi pemahaman, fungsi pencegahan,
fungsi pengentasan, fungsi pemeliharan dan pengembangan
(Prayitno & Erman Amti, 2004).
5. Tujuan yang ingn dicapai, merupakan sasaran yang akan dicapai
dalam pembelajaran, tujuan tersebut berisi rumusan kompetensi
yang diharapkan yang dikuasai oleh siswa (Winkel dan Sri
Hastuti, 2006).
6. Sasaran layanan yaitu siswa asuh yang dikenai kegiatan layanan
bimbingan (Wibowo, 1997, dalam Agricola, 2010).
-
26
7. Uraian Kegiatan Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti(Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi)
dan kegiatan penutup (BSNP, 2007).
8. Materi, merupakan isi atau subtansi bahan yang akan diajarkan,
yang menunjang pengusaan kompetensiyang menjadi tujuan
pembelajaran. Materi pembelajaran ini hanya memuat garis-
garis besar bahan ajaran yang merupakan rincian dari topik
pembelajran (Sukmadinata, 2007).
9. Metode yang digunakan untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar siswa (BSNP, 2007).
10. Alokasi waktu, yaitu waktu yang ditentukan sesuai dengan
keperluan untuk mencapai tujuan layanan (BSNP, 2007).
11. Penyelenggara layanan adalah guru bimbingan konseling
(Winkel dan Sri Hastuti, 2006).
12. Alat dan perlengkapan, alat bantu pembelajaran yang
digunakan untuk membantu memperjelas atau mempermudah
penguasaan materi atau kompetensi yang ingin dicapai. Media
yang digunakan dalam bimbingan menggunakan Microsoft
Power Point yang akan dibuat untuk melengkapi satlan (Winkel
dan Sri Hastuti, 2006).
13. Rencana tindak lanjut adalah suatu kegiatan untuk membuatdan
mengenali apa yang harus dilakukan di masa yang akan datang
(Wibowo, 1997 dalam Agricola, 2010).
-
27
14. Rencana Penilaian, dapat berupa penilaian segera (Laiseg) yang
berikan setelah kegiatan selesai, penilaian jangka pendek
(Laijapen), penilaian jangka panjang (Laijapang), observasi,
penilaian proses (Wibowo, 1997 dalam Agricola, 2010).
2.5. Hasil Penelitian Literasi Media
Andayani (1997) melakukan penelitian terhadap beberapa film
kartun Jepang, seperti Sailor Moon, Dragon Ball, dan Magic Knight Ray
Earth. Ia menemukan bahwa film tersebut banyak mengandung adegan
antisosial (58,4%) daripada adegan prososial 41,6%). Hal ini sungguh
ironis, karena film tersebut bertemakan kepahlawanan. Studi ini
menemukan bahwa kategori perlakuan antisosial yang paling sering
muncul berturut-turut adalah berkata kasar (38,56%), mencelakakan
28,46%), dan pengejekan (11,44%). Sementara itu, katagori prososial,
perilaku yang kerapkali muncul adalah kehangatan (17,16%), kesopanan
(16,05%), empati (13,43%), dan nasihat 13,06%).
Dwyer (1994) menyimpulkan, sebagai media audio visual, TV
mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke
dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. TV mampu untuk
membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang individu
lihat dan dengar dilayar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan.
Secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang individu lihat di TV
setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian.
-
28
Pengaruh iklan, promosi dan sponsor rokok sangat hebat dan
menyebabkan kenaikan perokok anak dan remaja yang sangat cepat pada
berbagai tingkat umur. Pada kelompok umur 15-19 tahun, prevalensi
perokok meningkat dari 7,1% (1995) menjadi 12,7% (2001) dan 17,3%
(2004) atau naik 144% selama tahun 1995-2004. Dari tahun 2001-2004
prevalensi perempuan perokok meningkat 9,5 lipat dari 0,2% menjadi
1,9%. Pada tahun yang sama peningkatan perokok pemula anak usia 5-9
tahun meningkat hampir 5 kali lipat, dari 0,4% menjadi 1,8%.
Penyusunan modul literasi media untuk usia dini dan pendidikan
dasar.