bab ii landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/bab...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Industri Media
Kata “media” sangat erat kaitannya dengan “periklanan”. Hal ini membuat
banyak orang berpikir bahwa media hanya digunakan untuk periklanan. Semua pesan
yang dibawa oleh marketing communication disampaikan melalui berbagai macam
bentuk media. Publikasi brand, sales-promotion, sponsorship, dan lain sebagainya
menggunakan berbagai macam media untuk menyampaikan pesannya kepada
pelanggan. Media-media ini tidak hanya media tradisional seperti radio, TV, koran,
majalah, dan poster; tetapi juga termasuk internet, telepon, email, pena, mug, Yellow
Pages, business card, dan lain sebagainya. (Duncan, 2005, p.341)
Gambar 2.1 Klasifikasi Media
Selain itu, media juga memiliki berbagai macam kekuatan dan kelemahannya.
Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap setiap pesan komunikasi yang mereka
bawa. Tabel 2.1 menyimpulkan kekuatan dan kelemahan dari setiap media. (Duncan,
2005,p.349).
8
Tabel 2.1 Strengths and Weaknesses of Major Media
Medium Kekuatan Kelemahan Koran • Reader education and income
• Berwujud • Reader habit, loyalty, involvement • Short lead time • Biaya produksi rendah • High one‐time reach • Good for detailed copy
• Reputasi buruk, khususnya dalam warna
• Decreasing readership • Cluter • Media waste (mass audience)
Majalah • Target yang selektif • Expertise environment • Reproduksi kualitas tinggi • Tahan lama • Kredibilitas tinggi
• Long lead time • Low “mass” reach • Costly production • Low frequency (weekly, monthly, or quarterly)
Televisi • Impact: sight, sound, motion • Good builder of reach • Lokal dan nasional • Targeted cable channels
• Jumlah pemirsa yang banyak • Biaya produksi tinggi • Menggangu • Message short lived
Radio • Target yang selektif • “Theater of the mind” • Frequency builder • Biaya produk cenderung rendah
• Background (low attention) • Jangkauan rendah • Hanya suara saja • Umur pesan yang pendek
Outdoor • Localized • Frequency builder • Directional signage
• Low attention • Short exposure time • Reputasi buruk • Dibatasi oleh wilayah
Direct mail • Sangat selektif • Hasil dapat terukur • Bisa dipersonalisasi • Membutuhkan perhatian
• Clutter/junk‐mail perception • Biaya per pesan yang tinggi • Long lead time
Telemarketing • Personalisasi • Interaksi Real‐time • Attention getting • Hasil dapat terukur
• Membutuhkan biaya • Image yang buruk • Mengganggu
Internet • Mass and addressable • Bisa dipersonalisasi • Biaya sangat rendah • Bisa menjadi interaktif
• Clutter • Jangkauan terbatas • Opsi untuk kreatifitas terbatas
9
2.2 Media Planning
Media ialah salah satu bagian dari marketing communication yang
memerlukan biaya yang cukup mahal khususnya untuk produk barang dan jasa.
Media Planning adalah suatu proses untuk menentukan jenis media yang akan
digunakan dan biaya yang paling efisien dengan tujuan untuk menyampaikan pesan
dari suatu produk barang atau jasa secara maksimal dengan biaya yang minimal.
Tujuan dari media planning adalah untuk menganalisa dan memilih secara tepat dan
kreatif saluran komunikasi yang mengarahkan pesan iklan ke orang yang tepat di
tempat yang tepat dan pada saat yang tepat. Media planning ini harus dapat
menjawab beberapa pertanyaan seperti :
• Dimana seharusnya suatu perusahaan melakukan iklan ? (di Negara, propinsi,
atau kota apa?)
• Saluran media dan bentuk seperti apakah media yang seharusnya digunakan ?
• Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar pesan yang disampaikan melalui
media tersebut tepat sasaran?
• Seberapa sering suatu perusahaan tersebut harus beriklan?
Peran media planning sangat penting, karena menyangkut uang dari klien
yang tidak sedikit jumlahnya. Karena itu setiap rupiah yang dikeluarkan harus
diusahakan mendukung kegiatan periklanan untuk mengarah ke target pasar yang
tepat. Selain itu klien juga pasti menginginkan agar sebisa mungkin mencapai target
pasar dengan kombinasi media yang kreatif, namun dengan menggunakan dana
secara hemat. (Belch and Belch, 2004, p.306)
10
Seorang media planner harus kreatif dalam menganalisa aspek kuantitatif
dengan memahami dimensi kualitatif dan mengetahui bagaimana seseorang memilih
dan menggunakan suatu media, misalnya dengan mengetahui kapan pesan dalam
suatu produk harus disampaikan, bagaimana keadaan mood dari para pelanggan
ketika pesan dalam suatu produk disampaikan, apakah ketika pesan dalam suatu
produk yang telah disampaikan dapat mengubah mindset dari para customernya.
Terdapat 4 tahap dalam media planning, antara lain: (Duncan, 2005, p.424-
425)
11
Tabel 2.2 Four-Step Planning Process
Planning Step Question to Ask Tools/Sources For Answer1. Media Targeting Who is the target audience?
Where is the target audience? How big is the target audience? How much does the average target household consume? How is the brand doing in one market in comparison with other market?
Customer database CDI (category development index) BDI (brand development index) Internal sales data
2. Media Objectives How much reach and targeted reach?How much frequency and effective frequency? What frequency distribution is acceptable? How much media weight (GRPs, TGRPs)? Should media weight be equal in all markets?
MRI, Nielsen, and others media data sources Agency computer programs for determining rating and frequency Past history of campaigns and agency’s experience Share data from nielsen
3. Media Strategies Which media and how much of each in the media mix? What is the best balance of one and two‐way media? What is the target customer’s buying process? When is the best time (aperture) to reach customer s and prospects? How concentrated shpuld the media mix be? How should media be scheduled? Which media are compatible with creative? What media environment is most compatible with brand’s image? What are the best CPMs and CPPs?
Media kits from each media vehicle being considered (includes rate card) SRDS (Standard Rate and Data Services) Personal contact with media sales representative for latest costs and availabilities Review past campaigns to see what media weight created what result (must keep in mind other variables)
4. Media Schedule Should media be continuous, Flighted, or Pulsed? How seasonal is product buying?
BudgetAnalysis of sales by month, day of week Closing dates (when vehicles need to receive ads) from media kits or sales representative
12
2.3 Media Buying
Media Buying ialah eksekusi dari media plan. Media buyer melakukan
negosiasi dengan publishers, broadcasters, dan media representative lainnya untuk
merencanakan biaya kontrak pada media objektif yang akan dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Pada media buying, bukanlah biaya terendah yang menjadi tujuan
utama, melainkan efek dari media investment yang telah dilakukan yang bedampak
positif kepada target audience. (Duncan, 2005, p.424)
2.4 SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
Analisis SWOT bertujuan untuk mengukur kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses) perusahaan maupun kondisi eksternal perusahaan yang
berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats), yang bertujuan untuk
memberikan informasi keadaan perusahaan secara menyeluruh dalam menjalankan
usahanya. Analisis ini merupakan tools untuk mengukur kemampuan dan kelemahan
yang dimiliki suatu perusahaan, peluang yang ada di pasar, serta ancaman dari luar
yang akan berdampak kepada masa depan perusahaan.
13
Gambar 2.1 2 SWOT Analysis
2.5 Kondisi Persaingan
Dalam sebuah industri, umumnya perusahaan banyak menghadapi persaingan
ataupun ancaman dari para pesaingnya. Perusahaan dapoat melakukan beberapa
analisis untuk mengetahui seberapa besar kekuatan para pesaingnya dalam industri
yang sama.
Michael Porter mengidentifikasikan 5 (lima) komponen dengan menggunakan
diagram Five Competitive Forces untuk menentukan daya pikat sebuah industri atau
14
segmen pasar apakah masih menarik atau tidak untuk dimasuki beserta ancamannya
dari masing-masing komponen tersebut. (Kurtz, 2008, p.44).
Gambar 2.2 3 Porter’s Five Forces Model
Ancaman-ancaman tersebut berasal dari:
1. Threat of rivalry among competitor
Apabila pemain atau kompetitornya sudah banyak, kuat, dan agresif, maka
segmen pasar tersebut tidak lagi menarik untuk dimasuki, terlebih lagi jika
kondisinya sudah dalam posisi stabil (stagnant) dan menurun.
15
2. Threat of potential new entrants
Daya pikat sebuah segmen bervariasi berdasarkan tinggi rendahnya hambatan
untuk masuk dan keluar (entry and exit barriers). Segmen yang paling
menarik yaitu dimana hambatan untuk masuk industri tersebut tinggi dan
hambatan keluarnya dibilang rendah. Beberapa perusahaan dapat memasuki
industri tersebut, dan perusahaan yang berperforma buruk dapat keluar dengan
mudah. Sebuah perusahaan hendaknya berhati-hati tidak hanya pada pemain
lama dalam industri tersebut, tetapi juga kepada pemain baru yang potensial
untuk memasuki industri tersebut.
3. Threat of substitute products
Ancaman bagi suatu industri dapat timbul dari produk pengganti (substitute)
yang potensial dan memiliki daya pikat yang tinggi. Indikasi ketika suatu
produk pengganti lebih kuat ketika :
• Produk pengganti sudah tersedia atau produk yang baru muncul.
• Produk pengganti memiliki harga yang lebih rendah.
• Produk pengganti memiliki performa dan kualitas yang sebanding atau
bahkan lebih baik
• Produk pengganti lebih mudah dan lebih nyaman digunakan.
4. Threat of bargaining power of supplier
Suatu ancaman juga dapat timbul apabila supplier perusahaan memiliki
kekuatan dalam menaikkan harga, mengurangi kuantitas, ataupun kualitas dari
bahan baku yang disuplai. Hal ini dikarenakan oleh jumlah supplier penyedia
16
bahan baku kebutuhan perusahaan sangat sedikit, sehingga supplier tersebut
dapat menentukan harga bahan baku dengan bebas.
5. Threat of bargaining power of buyer
Ancaman lainnya timbul apabila kekuatan buyer untuk membeli dan menawar
suatu produk perusahaan memiliki posisi yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya pesaing dalam industri yang sama, sehingga buyer dapat
memilih dan menentukan produk yang dibeli dengan bebas.
2.6 Marketing Mix
Bauran pemasaran atau Marketing Mix merupakan salah satu konsep utama
dalam strategi pemasaran saat ini. Marketing Mix merupakan suatu marketing tools
yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan oleh
target pasar (Kotler, 2003, p.15).
17
Gambar 2.3 4 The 4P Component
Marketing tools tersebut terdiri dari empat variabel yang kemudian disebut
dengan 4P, yang antara lain:
1. Produk (product)
Produk adalah suatu barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
2. Harga (price)
Harga adalah sejumlah nilai yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk
mendapatkan produk tertentu.
18
3. Tempat (place)
Penempatan sebuah produk melibatkan kegiatan logistik perusahaan dan
kegiatan pemasaran dengan mendistribusikan suatu produk kepada pelanggan.
4. Promosi (promotion)
Promosi merupakan aktifitas-aktifitas yang mengkomunikasikan kelebihan
dan keunggulan dari suatu produk, dan mempengaruhi target pasar untuk
menggunakan produk tersebut.
2.7 Customer Loyalty
Customer loyalty atau loyalitas pelanggan adalah kesetiaan pelanggan kepada
suatu perusahaan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan, dan membuat
pelanggan merasa puas. Hal ini disebabkan oleh perusahaan yang dapat memahami
dan memenuhi kebutuhan, serta ekspektasi pelanggan terhadap produk mereka.
Setelah pelanggan merasa puas, mereka akan membeli dan menggunakan
produk tersebut di kemudian hari. Hal ini dapat terjadi berulang-ulang (retention)
apabila perusahaan terus menjaga kualitas produk mereka, serta tetap memenuhi
ekspektasi pelanggan (Kotler, 2003, p.76).
2.7.1 Proses Pembentukan Loyalitas Pelanggan
Dalam proses pembentukan loyalitas pelanggan, pada awalnya sebuah
perusahaan harus menyadari bahwa hubungan dengan pelanggan harus saling
mengenal layaknya sebuah pasangan. Loyalitas yang saling menguntungkan dan
kepercayaan harus dibangun secara bertahap. Perusahaan yang dapat membangun
19
suatu hubungan dapat memenangkan pertarungan untuk mempertahankan
pelanggannya. (Brown, 2000, p.57)
Gambar 2.4 5 The Path to Strategic Customer Care
Tahapan-tahapan dalam loyalitas pelanggan antara lain:
1. The Courtship
Perusahaan pertama-tama harus mengetahui siapa pelanggannya. Dalam
tahapan ini, tingkat loyalitas masih sangat lemah, karena loyalitas tidak
didasari pada suatu hubungan yang baik, tetapi semata-mata hanya dari “look
and feel” produk dan harga. Pada kenyataannya, pelanggan mungkin dapat
berpindah kepada kompetitor lain jika produk dan harga yang ditawarkan
lebih baik.
20
2. The Relationship
Pada tahap ini hubungan yang solid antara pelanggan dengan perusahaan telah
terbentuk. Perusahaan telah terlibat dengan sikap pelanggan baik sebelum dan
sesudah terjadinya transaksi. Loyalitas sudah tidak lagi berdasarkan harga dan
produk semata. Hubungan ini juga menjadi satu faktor, walaupun tidak ada
jaminan bahwa pelanggan tidak akan berpindah kepada kompetitor lain.
Tetapi hubungan ini cukup solid bagi pembentukan sebuah loyalitas. Pada
tahap ini keinginan yang mutual terjadi, dan kedua belah pihak mulai melihat
keuntungan untuk terus mengembangkan suatu hubungan.
3. The Marriage
Pada tahap ini, loyalitas didasari pada tingkat kepuasan yang tinggi dan
pelanggan secara pribadi dapat terlibat langsung dengan perusahaan. Disini,
kepuasan dan loyalitas pelanggan kepada perusahaan meningkat. Dasar dari
hubungan ini, masing-masing dapat menyatakan “true loyalty”, dimana
menjadi awal dari customer dependency.
Pada tahap hubungan ini, pelanggan telah menjadi advocates, dimana
dalam kehidupan sehari-harinya selalu mempromosikan, membanggakan, dan
merekomendasikan perusahaan kepada orang lain.
2.8 Customer Satisfaction
Kepuasan pelanggan setelah membeli dan menggunakan tergantung dari
performa dan kualitas barang yang digunakan yang berhubungan dengan
21
ekspektasi/harapan pelanggannya. Pengertian dari Satisfaction (kepuasan) adalah
perasaan seseorang yang merasa senang ataupun kecewa yang merupakan hasil dari
perbandingan antara performa dan kualitas produk yang digunakan dengan
ekspektasinya (Kotler, 2003, p.61).
2.8.1 Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Metode pengukuran kepuasan pelanggan antara lain dilakukan dengan metode
survei dengan cara langsung melalui pertanyaan kepada pelanggan dengan ungkapan
sangat tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas, dan sangat puas. Responden diberi
pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan suatu atribut tertentu dan
seberapa besar yang mereka rasakan. Responden diminta menuliskan masalah-
masalah yang mereka hadapi yang berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan
diminta untuk menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka sarankan. Responden
juga diminta untuk meranking elemen atau atribut penawaran berdasarkan derajat
kepentingan setiap elemen dan seberapa baik kinerja perusahaan pada masing-masing
elemen.
Beberapa dimensi pengukuran kepuasan pelanggan yang sering digunakan
antara lain:
1. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan untuk menolong
pelanggan dan ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik.
2. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai
yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
22
3. Empathy (empati), yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian secara
individual kepada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan, serta
pengetahuan untuk dihubungi.
4. Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan, kespoanan, serta sifat yang dapat
dipercaya, sehingga pelanggan terbebas dari resiko.
5. Tangibles (bukti langsung), bukti langsung ini meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan karyawan, dan sarana komunikasi.
Untuk mengetahui kepuasan pelanggan, Kotler (1999) mengajukan empat
sistem, yaitu:
1. Analisis Deskriptif
Sering kali penilaian kepuasan pelangga tidak hanya berhenti sampai
diketahui ppuas atau tidak puas, yaitu dengan menggunakan analisis statistik
secara deskriptif, misalnya melalui penghitungan nilai rata-rata, nilai
distribusi, serta standar deviasi.
2. Sistem Keluhan dan Saran
Tujuan penggunaan sistem keluhan dan saran ialah untuk memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada pelanggan untuk menyampaikan
saran, pendapat, serta keluahn mereka. Media yang digunakan dapat berupa
kotak saran yang diletakkan di tempat yang strategis dan terjangkau oleh
pelanggan, memberikan kartu komentar pada saat pelanggan selesai
menggunakan jasa, atau menempatkan staf khusus untuk menangani keluhan
pelanggan. Dapat juga disediakan jalur telepon khusus atau email untuk
23
memudahkan pelanggan untuk bertanya. Meskipun metode ini cenderung
pasif, sehingga sulit untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai tingkat
puas dan ketidakpuasan pelanggan, tetapi metode ini dapat memberikan
masukan-masukan yang berharga kepada perusahaan.
3. Survei Kepuasan Pelanggan
Cara ini dijalankan dengan menyebarkan kuesioner kepada pelanggan secara
periodik. Pelanggan yang diberi kuesioner dipilih secara acak. Inti dari
pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner adalam untuk mengetahui
apakah pelanggan merasa sangat puas, puas, biasa-biasa saja, tidak puas, atau
bahkan sangat tidak puas dengan cara menanyakan kepada pelanggan
mengenai sejumlah aspek dari performance yang diberikan oleh penyedia
jasa. Jawaban yang terkumpul dari pelanggan kemudian dianalisis.
Pengukuran kepuasan pelanggan dengan metode ini dapat dilakukan
dengan cara:
a. Directly Reported Satisfaction
Pengukuran dilakukan secara langsung melaui pertanyaan-pertanyaan
kepada responden untuk mengetahui apakan mereka sangat puas, puas,
cukup puas, tidak puas, atau sangat tidak puas terhadap kinerja
perusahaan. Maksud dari pengumpulan pendapat dan kebutuhan
pelanggan adalah untuk memberikan suatu indeks kepuasan pelanggan
(Customer Satisfaction Index), tujuannya adalah sebagai acuan standar
24
kinerja perusahaan dan standar nilai yang tetap dipelihara, dan jika
bisa ditingkatkan oleh perusahaan.
b. Derived Dissatisfaction
Pengukuran ini hanya menekankan kepada dua hal, yaitu besarnya
harapan pelanggan terhadap atribut tertentu, serta besarnya kinerja
yang mereka rasakan.
c. Problem Analysis
Pengukuran ini meminta responden (pelanggan) untuk
mengungkapkan dua hal pokok, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
penawaran perusahaan dan saran-saran untuk perbaikan.
d. Importance-Performance Analysis
Pengukuran ini meminta responden (pelanggan) untuk meranking dari
berbagai aspek pertanyaan sesuai dengan tingkat kepuasannya.
Responden juga diminta untuk menilai seberapa baik kinerja
perusahaan dalam masing-masing aspek tersebut, yaitu Importance
Analysis dan Performance Matrix.
Inti dari konsep ini adalah mengukur tingkat ekspektasi
pelanggan (customer expectation) diukur dalam kaitannya dengan apa
yang seharusnya dikerjakan oleh suatu perusahaan agar menghasilkan
produk atau jasa yang berkualitas tinggi. Secara umum pengukuran
importance dan performance matrix ini terdiri dari 4 kuadran, yaitu:
kuadran pertama terletak di sebelah kiri atas, kuadran kedua di sebelah
kanan atas, kuadran ketiga di sebelah kiri bawah, dan kuadran keempat
25
di sebelah kanan bawah. Secara jelas dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.4 6 Quadrant Analysis
• Kuadran I : Menunjukkan aspek-aspek penting yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap kinerja
pelaksanaannya, diperlukan penanganan dengan prioritas lebih. Di
sisi lain, tingkat kinerja perlu dipertahankan.
• Kuadran II : Menunjukkan aspek-aspek penting yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan telah sesuai dengan keinginan
26
dan harapan pelanggan. Di sisi lain, tingkat kinerja perlu
dipertahankan.
• Kuadran III : Menunjukkan aspek-aspek yang dinilai kurang
mempengaruhi kepuasan pelanggan. Tingkat kinerja pelaksanaan
biasa saja/cukup.
• Kuadran IV : Menunjukkan aspek-aspek yang mempengaruhi
kepuasan pelanggan dinilai berlebihan pelaksanaannya. Pelanggan
menganggap aspek tidak terlalu penting, tetapi pelaksanaannya
baik sekali sehingga memuaskan.
4. Lost Customer Analysis
Mencoba menghubungi pelanggan yang sudah berhenti berhubungan atau
yang telah beralih ke penyedia jasa yang lain untuk mengetahui mengapa hal
itu terjadi, dan supaya dapat mengambil kebijakan atau tindakan perbaikan
dan penyempurnaan.
5. Ghost Shopping
Memperkerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap seperti seorang
pelanggan atau pembeli, kemudian melaporkan kekuatan maupun kelemahan
yang mereka alami dari produk atau jasa dari pesaing. Dapat juga mengamati
atau menilai cara perusahaan dan pesaingnya menjawab pertanyaan
pelanggan, dan menangani setiap keluhan.
27
Selain itu, faktor penting dalam mengukur kepuasan pelanggan adalah agar
dapat memahami jumlah pelanggan pada resiko dari kelalaian dan juga mengukur
pendapatan pada resiko. Serta dapat membantu membuat pelanggan merasa lebih
senang dan loyal kepada produk atau jasa. Tipe pelanggan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pelanggan Reguler, adalah pelanggan yang menggunakan suatu jasa atau
produk secara rutin, dan apabila produk atau jasa tersebut tidak didapatkan
pada saat dibutuhkan, maka pelanggan tersebut akan berpindah ke produk/jasa
lain yang sejenis.
2. Pelanggan Royal, adalah pelanggan yang menggunakan suatu jasa atau
produk secara rutin, dan apabila produk/jasa tersebut tidak didapatkan pada
saat dibutuhkan, maka pelanggan tersebut tidak akan berpindah ke
produk/jasa yang lain.