bab ii landasan teoretis a. deskripsi teori 1. hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/muhamad robani...

45
14 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Menulis dan Proses Menulis Pada bagian ini berturut-turut disajikan hakikat menulis, proses menulis, jenis-jenis tulisan, dan unsur-unsur tulisan. Berikut adalah uraian singkat mengenai bagian-bagian tersebut. a. Hakikat Menulis Menulis menurut Tarigan (1998:21) adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Suriamiharja (1985: 2) mengemukakan bahwa menulis merupakan kegiatan berkomunikasi untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Widowson (1979 : 60) menjelaskan bahwa menulis merupakan kegiatan komunikasi antara penulis dan pembaca. Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan kegiatan menuangkan ide, gagasan, pesan, perasaan tentahg suatu masalah oleh penulis yang ingin disampaikan secara tertulis kepada pembaca. Dalam konteks kiat berbahasa (language art), Farris (1993) (Tim UPI, 2008: 229). mengemukakan bahwa menulis merupakan kegiatan yang paling kompleks untuk dipelajari siswa. Di sekolah dasar khususnya, menulis merupakan 14 Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

14

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Menulis dan Proses Menulis

Pada bagian ini berturut-turut disajikan hakikat menulis, proses menulis,

jenis-jenis tulisan, dan unsur-unsur tulisan. Berikut adalah uraian singkat

mengenai bagian-bagian tersebut.

a. Hakikat Menulis

Menulis menurut Tarigan (1998:21) adalah menurunkan atau melukiskan

lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh

seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut kalau

mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Suriamiharja (1985: 2)

mengemukakan bahwa menulis merupakan kegiatan berkomunikasi untuk

mengungkapkan perasaan, pikiran, dan kehendak kepada orang lain secara

tertulis. Widowson (1979 : 60) menjelaskan bahwa menulis merupakan kegiatan

komunikasi antara penulis dan pembaca.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan

kegiatan menuangkan ide, gagasan, pesan, perasaan tentahg suatu masalah oleh

penulis yang ingin disampaikan secara tertulis kepada pembaca.

Dalam konteks kiat berbahasa (language art), Farris (1993) (Tim UPI,

2008: 229). mengemukakan bahwa menulis merupakan kegiatan yang paling

kompleks untuk dipelajari siswa. Di sekolah dasar khususnya, menulis merupakan

14

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 2: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

15

keterampilan yang sulit diajarkan sehingga bagi guru, kegiatan mengajarkan

menulis merupakan tugas yang paling sulit dilakukan.

Senada dengan pendapat di atas, Mulyati (2008 : 13) menyatakan bahwa

menulis adalah keterampiklan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis

dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis

keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini karena menulis tidak sekedar menyalin

kata-kata dan kalimat, melainkan juga mengembangkan pikiran-pikiran dalam

struktur tulisan yang teratur.

Dalam menulis, penulis dituntut untuk memiliki keterampilan-keterampilan

yang diperlukan. Keterampilan-keterampilan mikro berikut adalah keterampilan

yang perlu dimiliki penulis untuk:

1) menggunakan ortografi dengan benar, termasuk penggunaan ejaan,

2) memilih kata-kata yang benar,

3) menggunakan bentuk kata dengan benar,

4) mengurutkan kata-kata dengan benar,

5) menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca,

6) memilik genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju,

7) mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas ole

hide-ide atau informasi tambahan,

8) mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren

sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang

disajikan,

9) membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh

pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 3: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

16

mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui untuk ditulis (Mulyati,

2008 : 14).

Dalam perkembangan menulis, Suwignyo (1997, dalam Tim UPI, 2008)

menyatakan bahwa menulis kadang-kadang berkembang secara

berkesinambungan, kadang-kadang tak dapat dikenali, dan kadang-kadang juga

menunjukkan perkembangan yang luar biasa/mengejutkan. Hal ini nampak pada

kemampuan menulis siswa di sekolah dasar. Ketika siswa diberikan pelajaran

keterampilan menulis, ada anak yang dengan cepat dapat melaksanakan tugas

mengarang, tetapi banyak pula siswa yang mengalami kesulitan.

b. Proses Menulis

Menulis merupakan proses berpikir dan menuangkan pemikiran itu dalam

bentuk wacana (karangan). Sebagai proses berpikir, ada tahapan-tahapan yang

dilalui seseorang ketika melakukan kegiatan menulis.

Tim UPI ( 2008 : 229 – 230 ) mengemukakan bahwa menulis merupakan

kegiatan yang dapat dipandang sebagai (a) suatu keterampilan, (b) proses

bernalar/berpikir, (c) kegiatan transformasi, (d) kegiatan komunikasi, dan (e)

sebuah proses.

Menulis sebagai suatu keterampilan berarti bahwa sebagaimana

keterampilan berbahasa lain, maka menulis pun perlu dilatihkan secara berulang-

ulang dan ajeg. Latihan yang terus menerus dan konsisten akan memberikan

keterampilan menulis yang lebih baik pada siswa.

Menulis sebagai proses bernalar/berpikir berarti bahwa dalam menulis

penulis dituntut memiliki penalaran yang baik sehingga tulisan yang dihasilkan

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 4: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

17

lebih baik. Hasil menulis antara lain berbentuk paragraf. Paragraf merupakan hasil

ungkapan gagasan, ide, perasaan yang diperoleh dari kegiatan berpikir secara

kritis dan kreatif. Dalam menulis paragraf, siswa tentu akan berpikir tentang

gagasan, ide, atau perasaan apa yang akan ditulis sehingga menghasilkan tulisan

yang baik.

Sebagai suatu kegiatan transformatif, dalam menulis diperlukan kemampuan

mengelola cipta, rasa, karsa dalam bahasa tulis. Selain itu juga diperlukan

kemampuan menggunakan bahasa tulis yang mencakup penguasaan kaidah tata

tulis, diksi, kalimat, paragraf, dan sebagainya.

Menulis juga merupakan kegiatan berkomunikasi, dalam arti bahwa dalam

menulis, penulis mempertimbangkan orang lain (pembaca) karena tulisan yang

dihasilkan ditujukan tidak hanya untuk diri sendiri. Dalam menulis harus

mempertimbangkan apa, siapa, kapan, untuk tujuan apa, dan sebagainya sehingga

tulisan itu komunikatif.

Beberapa pakar mengemukakan pendapatnya tentang menulis dipandang

sebagai proses. Menurut Harmer (2004 : 4-5), proses menulis adalah tahapan yang

dilalui oleh penulis untuk menghasilkan sesuatu dalam bentuk tulisan final

(karangan). Proses ini meliputi isi subjek tulisan (content of writing), jenis apa

yang ditulis (type of writing), misalnya menulis daftar belanja, menulis surat, esai,

laporan, atau novel, dan media untuk menulis (medium) (pena dan kertas,

komputer, dll. Dari semua hal di atas, terdapat empat elemen utama dalam proses

menulis, yaitu planning (perencanaan), drafting (penyusunan draf), editing

(refleksi dan revisi), dan final version (draf akhir). Proses menulis digambarkan

sebagai berikut :

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 5: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

18

Planning drafting editing final draft

Gambar 2.1 Tahapan Menulis Harmer

Senada dengan Harmer, Mulyati (2008: ) juga melukiskan proses menulis

terdiri atas empat tahap yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Diagram Tahapan Menulis

Seorang penulis merencanakan tulisannya, kemudian menulis, melakukan

revisi, dan selesailah tulisannya. Namun demikian, kenyataannya adalah bahwa

proses menulis tidaklah sesederhana itu. Dalam menulis, seorang memulai dengan

membuat perencanaan, kemudian yang bersangkutan langsung menulis, merevisi

tulisannya, lalu menulis lagi, merevisi lagi, dan menulis lagi. Tahapan itu

dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh tulisan akhir. Proses tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.3 Proses Menulis (Mulyati, 2008 : 15)

Perencanaan Tulisan

Revisi Menulis

Perencanaan Tulisan

Revisi Menulis

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 6: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

19

Proses menulis yang dapat membangkitkan semangat siswa di sekolah

dideskripsikan oleh Murray (Tim UPI, 2008: 231). Menurutnya, menulis

diberikan sebagai proses berpikir yang terus-menerus, proeses eksperimentasi, dan

proses review. Aktivitas menulis berkembang dalam tiga tahap: perencanaan

(rehearsing), penyusunan konsep (drafting), dan perbaikan (revising).

Tahap perencanaan adalah tahap penulis berusaha menemukan apa yang

akan ditulis. Pada kegiatan ini, guru dapat mendorong siswa untuk

menemukan/menentukan topik dengan cara curah pendapat sehingga

menungkinkan anak berpikir dan menulis berbagai hal tentang orang, tempat, atau

peristiwa yang bermakna bagi mereka.

Tahap berikutnya adalah penyusunan konsep (drafting). Pada tahap ini

kegiatan menulis masih bersifat sementara. Penulis menuangkan pikiran-pikiran

dan mempertimbangkannya untuk disampaikan kepada orang lain. Pada tahap ini

seolah-olah terjadi dialog penulis dengan dirinya.

Tahap ketiga adalah tahap perbaikan yang merupakan tahap akhir. Dalam

tahap perbaikan ini terdapat kemungkinan terjadi pada proses perencanaan dan

penyusunan konsep lebih lanjut.

Pendapat berbeda dikemukakan oleh Tompkins (1994). Sebagai suatu

proses, Tompkins (Sukino, 2010: 20) menjelaskan bahwa menulis merupakan

rangkaian kegiatan mulai dari menyusun rencana (pramenulis/prewriting),

menulis draf (pengedrafan/drafting), memperbaiki draf (perbaikan/revising),

menyunting draf (editing), dan pemublikasian tulisan (publishing). Berikut ini

adalah penjelasan dari kegiatan menurut Tompkins.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 7: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

20

1) Pramenulis (prewriting)

Pada tahap ini siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis.

Murray (1985) mengatakan tahap ini sebagai tahap penemuan menulis.

Menurutnya, lebih dari 70% waktu tersita pada tahap prapenulisan. Aktivitas

dalam tahap ini meliputi: a) memilih topik, b) membatasi topik, c) memikirkan

tujuan, bentuk, dan sasaran (audiens), d) memanfaatkan dan mengorganisasi

gagasan-gagasan, dan e) menyusun kerangka karangan (Sukino, 2010: 24).

Pada kegiatan ini, guru menggunakan berbagai strategi pramenulis yang

diimplementasikan di muka kelas untuk membantu siswa memilih topic/tema

dan menentukan kelancaran proses menulis. Apabila tema yang guru sampaikan

tidak sesuai dengan minat siswa, dipastikan pembelajaran menulis akan

terhambat Oleh karena itu, dalam memilih tema/topik hendaknya disesuaikan

dengan minat mareka.

Ketika siswa mengumpulkan gagasan-gagasan dan informasi serta

mencoba menyusun kerangka garis besarnya, guru dapat melakukan kolaborasi

melalui curah pendapat (brainstorming), membuat kluster (clustering) atau

menyusun daftar ide/ gagasan sehingga topic/tema yang dipilih merupakan tema

yang sesuai dengan minat dan keinginan siswa. Kegiatan bersama ini juga dapat

dilakukan melalui kegiatan membaca buku, melakukan observasi, atau

menggunakan carta dan gambar.

2) Penyusunan draf tulisan (drafting)

Pada tahap ini siswa menulis dan menyaring gagasan-gagasan mereka

melalui sejumlah konsep. Dalam hal ini siswa dihimbau untuk tidak merasa

takut melakukan kesalahan. Kesempatan dalam menuangkan ide, gagasan

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 8: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

21

dilakukan dengan memperhatikan ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanikal

yang lain. Aktivitas dalam tahap ini meliputi a) menulis draft kasar, b) menulis

konsep utama, dan c) menekanknan pada pengembangan isi (Sukino, 2010: 25).

3) Perbaikan (revising)

Pada tahap ini siswa membaca kembali tulisan yang telah dibuatnya untuk

selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide berkaitan

dengan penggarapan tulisannya. Siswa berkesempatan untuk merevisi

kekeliruannya, baik dalam penempatan gagasan, penyusunan tulisan, atau terkait

dengan isi tulisan. Perbaikan tersebut bisa hasil pemikiran penulisnya atau hasil

diskusi dalam kelompok, atau balikan dari teman-teman kelompoknya. Siswa

bertukar hasil tulisan berupa draf kasar. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini

adalah 1) membaca ulang draf kasar, 2) menyempurnakan draf kasar dalam

proses menulis, dan 3) memperbaiki bagian yang mendapat balikan dari

kelompok menulis (Tim UPI, 2008 : 232).

4) Penyuntingan (editing)

Penyuntingan perupakan penyempurnaan tulisan sampai pada bentuk

akhir. Fokus utama proses menulis adalah pada isi tulisan siswa dengan fokus

berganti pada kesalahan mekanik. Siswa menyempurnakan tulisan dengan

mengoreksi ejaan dan kesalahan mekanik lainnya. Tujuannya adalah tulisan siap

menjadi “ siap baca secara optimal” (Smith, 1982, dalam Tim UPI : 233).

Aktivitas pada tahap ini adalah meliputi: 1) mengambil jarak dengan

tulisan, 2) mengoreksi awal dengan menandai kesalahan, dan 3) mengoreksi

kesalahan.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 9: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

22

5) Pemublikasian (publishing)

Pada tahap akhir penulisan siswa mempublikasikan tulisan mereka dan

menyempurnakannya dengan membaca pendapat dan komentar yang diberikan

teman atau siswa lain, orang tua, dan komunitas mereka sebagai penulis.

Kegiatan pada tahap ini dapat dilakukan misalnya dengan membacakan di depan

kelas hasil tulisan/paragraf yang telah dibuat. Di sini bisa dilakukan berbagi

hasil tulisan (sharing) (Tim UPI, 2008 : 233).

Dari beberapa pendapat di atas, pada intinya, menulis sebagai suatu proses

meliputi tahap-tahap tertentu, yaitu merencanakan, menulis, perbaikan, dan

menulis akhir. Kemungkinan yang terjadi adalah tidak setiap tahap dilalui sesuai

dengan tahapan yang ada, namun ada tahap-tahap lain yang dilakukan secara

berulang-ulang sampai mendapatkan tulisan yang dikehendaki. Apabila tulisan

akhir telah sesuai yang dikehendaki , maka barulah tulisan itu dipublikasikan,

dan pada tahap ini pun masih dapat dilakukan perbaikan seperlunya.

c. Jenis-jenis Tulisan

Rusyana (1998 : 12) mengelompokkan tulisan berdasarkan fungsinya, yaitu

lukisan, bahasan, kisahan, dan cakapan. Weaver (1957) dan Morris (1964)

mengelompokkan tulisan menjadi empat jenis yaitu ekspositoris, naratif,

argumentatif, dan deskriptif (Tim UPI, 2008 : 230).

Berbeda dengan Weaver maupun Morris, Brook dan Warren (1979) (Tim

UPI, 2008:230) mengelompokkan jenis tulisan dalam empat jenis tetapi tidak

termasuk narasi, melainkan terdiri atas ekspositoris, persuatif, argumentatif, dan

deskriptif.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 10: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

23

Tarigan (2009 : 18) mengklasifikasi tulisan berdasarkan bentuknya, yaitu

tulisan (karangan) eksposisi, deskripsi, narasi, dan persuasi. Senada dengan

Tarigan, Alwasilah menyebut empat jenis tulisan dengan pokoknya EDAN, yakni

eksposisi, deskripsi, argumentasi, dan narasi (Alwasilah, 2007: 111). Fahrudin

(1988: 145) mengemukakan bahwa bentuk tulisan yang sesuai dengan maksud

penulis adalah pemaparan (eksposisi), pemerian (deskripsi), pengisahan (narasi),

pendalihan (argumentasi) dan pengimbauan (persuasi).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya

tulisan terdiri atas lima jenis, yaitu eksposisi, narasi, deskripsi, argumentasi, dan

persuasi. Berikut adalah penjelasan masing-masing jenis tulisan tersebut.

1) Karangan Narasi

Alwasilah (2007:125) menyatakan bahwa istilah narasi berasal dari bahasa

Inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan), dan to narrate

(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

serangkaian peristiwa menurut urutan kejadian atau kronologis atau dengam

maksud memberi arti kepada seluruh atau serentetan kejadian sehingga pembaca

dapat memetik hikmah dari cerita itu.

Akhadiah (Mulyati, 2008:7.21) mengatakan bahwa karangan narasi adalah

jenis karangan yang berusaha menceritakan suatu peristiwa baik bersifat nyata

atau rekaan, dan di dalamnya terdapat unsur pelaku, tempat terjadinya suatu

peristiwa, waktu terjadinya peritiwa, suasana dan juru cerita. Masih dalam

Mulyati (2008:7.21)), Suhendar (1997) mengungkapkan hal senada bahwa narasi

merupakan bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 11: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

24

peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami

peristiwa itu.

Menurut Keraf (Sukino, 2010: 57), karangan narasi sasaran utamanya

adalah tindakan-tindakan yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa

yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Oleh karena itu, unsur utama dalam

narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian

waktu.

Narasi bisa berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaan hasil imajinasi

pengarang. Narasi berbentuk fakta seperti biografi (riwayat hidup seseorang) dan

autobiografi (riwayat hidup seseorang yang ditulis sendiri).

Narasi yang berisi rekaan biasanya berbentuk novel, cerita pendek, cerita

bersambung dan cerita bergambar (Marahimin, 1999: 93).

Untuk menghidupkan karangan, disamping uraian biasa dalam narasi sering

kali terlihat adanya dialog antartokoh cerita. Lukisan watak, pribadi, kecerdasan,

sikap, atau tingkat pendidikan tokoh dalam cerita yang disajikan akan dapat lebih

mengena apabila ditampilkan dalam bentuk dialog.

2) Karangan Deskripsi

Kata deskripsi berasal dari kata bahasa latin describere yang berarti

menggambarkan atau memerikan suatu hal. Dari segi istilah, deskripsi adalah

suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu dengan keadaan sebenarnya,

sehingga pembaca mencitrai(melihat, mendengar, mencium, merasakan) apa yang

dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya. Karangan jenis ini bermaksud

menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat dan gerak-geriknya,

atau sesautu yang lain kepada pembaca (Tim UPI, 2008: 135).

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 12: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

25

Menurut Alwasilah (2007: 114), deskripsi adalah gambaran verbal ikhwal

manusia, objek, penampilan, pemandangan, atau kejadian. Cara penulisan ini

menggambarkan sesuatu sedemikian rupa sehingga pembaca dibuat mampu

seolah merasakannya, melihat, mendengar, atau mengalami sebagaimana

dipersepsi oleh panca indera.

Mengenai tulisan deskripsi, Sukino (2010: 63) mengatakan bahwa tulisan

deskripsi selalu berusaha melukiskan dan mengemukakan sifat, tingkah laku

seseorang, suasana atau keadaan suatu tempat atau sesuatu yang lain. Misalnya,

suasana kampung yang begitu damai, tenteram, dan saling menolong dapat

dilukiskan dalam bentuk deskripsi.

Berdasarkan objek yang dideskripsikan, terdapat karangan deskripsi orang

dan deskripsi tempat. Deskripsi orang terdiri atas beberapa aspek, yaitu: a)

keadaan fisik, b) deskrispi keadaan sekitar, c) deskripsi watak atau tingkah

perbuatan, deskripsi gagasan tokoh, dan deskripsi tempat.

3) Eksposisi Eksposisi

Kata eksposisi berasal dari kata exposition yang berarti membuka atau

memulai. Alwasilah (2007: 111) menyatakan bahwa:

eksposisi adalah tulisan yang tujuan utamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Penulis berniat memberi informasi atau petunjuk kepada pembaca. Eksposisi mengandalkan strategi pengembangan alinea/paragraf seperti pemberian contoh, proses, sebab-akibat, klasifikasi, definisi, analisis, komparasi, dan kontras. Menurut Tim UPI ( 2008 : 139), karangan ekposisi adalah karangan yang

bertujuan utama memberi tahu, mengupas, manguraikan, atau menerangkan

sesuatu. Masalah yang disampaikan atau dikomunikasikan adalah informasi, yang

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 13: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

26

dapat berupa: 1) data faktual, misalnya tentang kondisi yang benar terjadi,

bagaimana sesuatu bisa bekerja, atau bagaimana suatu operasi diperkenalkan, dan

2) suatu analisis atau penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta.

Secara singkat dan padat, menurut Sukino (2010: 68) karangan eksposisi

merupakan karangan yang berusaha menerangkan sesuatu hal atau sesuatu

gagasan. Supaya paparan bertambah jelas, dalam karangan eksposisi sering kali

dipergunakan contoh-contoh, ilustrasi, gambar-gambar, tabel dan sebagainya

dalam uraian.

4) Karangan Argumentasi

Mengenai karangan argumentasi, Alwasilah (2007: 116) menjelaskan bahwa

argumentasi adalah karangan yang membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran

dari sebuah pernyataan (statement). Sedangkan Sukino (2010: 70) mengatakan

bahwa karangan argumentasi ini merupakan karangan yang mengemukakan

argumen, alasan, bukti atau contoh yang dapat meyakinkan. Maksud tulisan ini

adalah meyakinkan pembaca agar membenarkan pendapat, gagasan, dan

keyakinan penulis.

Tim UPI (2008: 144) merangkum bahwa karangan argumentasi adalah

karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk

membangun suatu simpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk

memberikan alasan, memperkuat atau menolak gagasan, pendirian, atau pendapat.

Secara sederhana setiap argumen selalu menjelaskan pertalian antara dua

pernyataan atau asersi (assertion) yang biasanya diurutkan. Asersi pertama

merupakan alas an bagi asersi kedua.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 14: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

27

Banyak ahli mengatakan bahwa karangan argumentasi merupakan karangan

yang lebih sulit dari pada karangan lain. Hal ini seperti diungkapkan oleh Keraf

(2007), Alwasilah (2007), dan Tarigan (2009) Sukino (2010: 71). Kesulitan itu

terletak dalam upaya untuk meyakinkan orang lain agar terpengaruh dan

kemudian bertindak seperti yang diinginknan yang tentu ada persyaratannya. Di

sinilah pengarang/penulis dituntut untuk berpikir secara logis dan kritis.

Karangan argumentasi dikembangkan dengan dua teknik, yaitu teknik

induktif dan deduktif (Alwasilah, 2007:116). Teknik induktif adalah penyusunan

argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu bukti-bukti

kemudian diambil kesimpulan umum. Sedangkan pengembangan argumentasi

dengan teknik deduktif adalah penyusunan argumentasi yang dimulai dengan

suatu kesimpulan yang umum yang kemudian disusul uraian mengenai hal-hal

yang khusus.

5) Karangan Persuasi

Karangan persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya-bujuk,

berdaya-ajak, ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran

pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan secara implisit atau eksplisit

yang dilontarkan oleh penulis. Perbedaan karangan persuasi dengan argumentasi

adalah pada karangan persuasi selain menggunakan logika, perasaan juga

memegang peranan penting. Keterlbatan unsur logika dalam peruasi menyebabkan

persuasi sering menggunakan prinsip arggumentasi. Sebaliknya, kita tidak akan

dapat menerima ide orang lain jika tidak disertai penalaran. Oleh karena itu,

struktur karangan persuasi kadang-kadang sama dengan karangan argumentasi,

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 15: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

28

tetapi diksinya berbeda. Diksi pada karangan argumentasi mencari efek tanggapan

penalaran, sedangkan pada karangan persuasi diksinya mencari efek tanggapan

emosional.

Di samping itu, karangan argumentasi memiliki ciri khas yaitu karangan

yang berupaya membuktikan suatu kebenaran sebagai digariskan dalam proses

penalaran penulis. Sebaliknya, persuasi berusaha mencapai suatu persetujuan atau

persesuaian kehendak penulis dengan pembacanya, yang merupakan proses

meyakinkan pembaca agar pembaca mau menerima apa yang diinginkan penulis.

Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh penulis untuk dapat

menyusun karangan persuasi yang efektif adalah memanfaatkan alat-alat persuasi

yang berupa: (1) bahasa, (2) nada, (3) detail, (4) pengaturan/pengorganisasian, dan

(5) kewenangan.

2. Konsep Paragraf

a. Pengertian Paragraf

Paragraf disebut juga alinea. Paragraf berasal kata Inggris paragraph yang

terbentuk dari kata bahasa Yunani para- yang berarti sebelum, dan grafein

‘menulis’ atau ‘menggores’. Sedangkan kata alinea berasal dari bahasa Belanda

yang diambil dari kata Latin a linea yang artinya ‘mulai dari baris baru’ (Sakri,

2001 : 1).

Menurut Sakri (2001: 1), paragraf merupakan satuan terkecil sebuah

karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang

disampaikan oleh penulis dalam karangannya.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 16: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

29

Tarigan (2009 :11) mengemukakan pengertian paragraf adalah seperangkat

kalimat yang tersusun secara logis dan sistematis yang merupakan satu kesatuan

ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok. Sementara itu,

Akhadiah (2002 : 145) mengatakan bahwa paragraf merupakan inti penuangan

buah pikiran dalam sebuah karangan. Menurutnya, paragraf terkandung satu unit

buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf itu, mulai dari

kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas

sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat tersebut saling bertautan dalam

suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.

Pendapat Mulyati (2008: 5.22) menyebutkan bahwa paragraf merupakan

bentuk karangan terkecil. Dikatakan demikin karena sebuah paragraf memiliki

satu gagasan utama, disebut juga topik utama atau pikiran utama, yang

disampaikan penulis kepada pembaca melalui serangkaian tulisan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, paragraf merupakan satuan terkecil

dari karangan yang terdiri atas beberapa kalimat dan mengungkapkan satu

gagasan pokok (topik) sehingga membentuk satu kesatuan yang logis dan

sistematis.

b. Fungsi Paragraf

Fungsi paragraf sebagaimana dijelaskan oleh Tarigan (2009:3) adalah

sebagai berikut:

1) menampung fragmen pikiran atau ide pokok; 2) alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran pengarang; 3) alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara

sitematis;

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 17: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

30

4) pedoman bagi pembaca mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang;

5) sebagai penanda bahwa pikiran baru dimulai; 6) dalam keseluruhan karangan, paragraf berfungsi sebagai pengantar,

transisi, dan konklusi (penutup).

Senada dengan Tarigan, secara singkat Akhadiah (2002:145) menyatakan

bahwa kegunaan paragraf yang utama adalah untuk menandai pembukaan topik

baru, atau pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya (yang baru). Kegunaan

lain dari paragraf adalah untuk menambah hal-hal penting atau untuk memerinci

apa yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya atau paragraf terdahulu.

c. Unsur-unsur Paragraf

Sebuah paragraf yang lengkap dan padu tidak terlepas dari keterpaduan

antara unsur-unsur yang membentuk paragraf tersebut. Tarigan (2009: 13)

mengemukakan empat unsur paragraf sebagai berikut:

1) transisi (transision). 2) kalimat topik (topic sentence). 3) kalimat pengembang (development sentence), dan 4) kalimat penegas (punch-line).

Unsur transisi merupakan bagian bagian yang menghubungkan

antarparagraf. Keterpaduan kalimat dalam sebuah paragraf sehingga dapat

menjadi paragraf yang utuh karena dihubungkan oleh kata-kata penghubung.

Kalimat topik dalam sebuah paragraf merupakan unsur utama terbentuknya

sebuah paragraf. Hal ini bukan berarti unsur lain tidak penting, namun sebuah

paragraf dibuat berdasarkan kalimat topik yang kemudian dikembangkan oleh

kalimat-kalimat pengembang/pelengkap.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 18: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

31

Berikutnya unsur kalimat penegas biasanya terdapat pada paragraf berjenis

campuran. Kalimat penegas dibuat untuk menegaskan kembali kalimat topik yang

terletak di awal kemudian di akhir paragraf dipertegas kembali sebagai bentuk

pengulangan

d. Jenis-jenis Paragraf

Djago Tarigan (1995: 29) membagi paragraf atas sembilan (9) jenis, yaitu:

(1) paagraf deduksi, (2) paragraf induksi, (3) paragraf campuran, (4) paragraf

perbandingan, (5) paragraf pertanyaan, (6) paragraf sebab akibat, (7) paragraf

contoh, (8) paragraf perulangan, dan (9) paragran definisi. Di bawah ini adalah

penjelasan masing-masing jenis paragraf tersebut.

1) Paragraf deduksi yaitu paragraf yang diawali kalimat topik sebagai pernyataan umum dan diikuti oleh kalimat penunjang atau kalimat penjelas sebagai pernyataan khusus.

2) Paragraf induksi yaitu paragraf yang diawali dengan kalimat-kalimat khusus kemudian diikuti kalimat umum sebagai suatu simpulan.

3) Paragraf campuran yaitu paragraf yang terdiri atas kalimat utama di awal paragraf kemudian diikuti kalimat penjelas dan diakhiri kalimat penutup pengulangan kalimat utama yang ada di awal paragraf. Pengulangan merupakan penegas kembali kalimat utama.

4) Paragraf perbandingan yaitu paragraf yang isinya membandingkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Selain itu, pada paragraf perbandingan juga merupakan perincian yang lebih konkret.

5) Paragraf pertanyaan adalah paragraf yang kalimat topiknya merupakan kalimat tanya atau dalam bentuk pertanyaan dan kalimat-kalimat pengembang berikutnya merupakan jawabannya.

6) Paragraf sebab akibat adalah paragraf yang kalimat topiknya merupakan sebab atau akibat dari pernyataan kaliamt penjelas, kemudian dikemukakan sebab atau akibat dari kalimta penjelas.

7) Paragraf contoh yaitu pengembangan kalimat topik dengan memberkan contoh-contoh dengan maksud untk memperjelas kalimat topik.

8) Paragraf pengulangan yaitu pengembangan kalimjta topik dengan cara mengulang kembali kata atau kelompok kata pada kalimta penjelas.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 19: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

32

9) Paragraf definisi yaitu paragraf yang dikembangkan dengan menjelaskna kalimat topik agar jelas isinya (Tarigan, 1995 : 29). Keraf (2001: 70) membagi jenis paragraf dalam empat jenis, yaitu paragraf

deduktif, paragraf induktif, paragraf campuran, dan paragraf

deskriptif. Pembagian paragraf menurut Keraf ini didasarkan pada letak posisi ide

utama.

Akhadiah (2002: 18) membedakan paragraf berdasarkan tujuannya, yaitu

paragraf pembuka, penghubung, dan penutup. Berikut ini penjelasan jenis

paragraf tersebut.

1) Paragraf Pembuka

Paragraf pembuka berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada masalah

yang akan diuraikan. Oleh karena itu, paragraf pembuka harus dapat menarik

minat dan perhatian pembaca. Paragraf ini jangan terlalu panjang agar tidak

membosankan. Paragraf pembuka mempunyai dua kegunaan, selain menarik

perhatian, juga berfungsi menjelaskna tentang tujuan dari penulisan itu.

2) Paragraf penghubung

Masalah yang akan diuraikan terdapat dalam paragraf penghubung. Paragraf

penghubung berisi inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh karena itu, secara

kuantitastif paragraf inilah yang paling panjang, dan antara paragraf dengan

paragraf harus saling berhubungan secara logis.

3) Paragraf penutup

Paragraf penutup mengakhiri sebuah karangan. Biasanya pragraf ini berisi

kesimpulan dari paragraf penghubung. Dapat juga pada pargraf penutup berisi

penegasan kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 20: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

33

penghubung. Paragraf penutup yang berfungsi mengakhiri sebuah karangan tidak

boleh terlalu panjang, tapi juga tidak berarti harus diputus begitu saja. Penulis

harus dapat menjaga perbandingan antara paragraf pembuka, penghubung,

maupun penutup.

Menurut Adjat Sakri (2001 : 56), jenis-jenis paragraf terdiri atas paragraf

pembuka, paragraf pengembang, paragraf perangkai, dan paragraf pamungkas

(penutup). Selain itu, Sakri (2001 : 63) juga menyebutkan jenis-jenis paragraf

lainnya sebagai berikut:

1) paragraf lantas (langsung), yakni paragraf yang dimulai dengan pokok bahasan. pembaca langsung diberi tahu mengenai masalah yang dibahas dalam paragraf;

2) paragraf rampat, yakni paragraf yeng terdapat pada bagian akhir setelah didahului dengan serangkaian rincian. paragraf rampat seolah mengajak pembaca berkelana dari rincian satu ke rincian yang lain sampai pada paragraf akhir;

3) paragraf rincian, yaitu paragraf yang tidak mempunyai pernyataan pokok bahasan, seluruh paragraf terdiri atas pernyataan rincian;

4) paragraf tanya, paragfraf yang dibuka dengan pertanyaan. pertanyaan diajukan untuk menarik pembaca, agar pembaca lebih ingin tahu akan jawaban penulis atas pertanyaan;

5) paragraf terbagi, yaitu satu paragraf yang terdiri atas dua atau beberapa.

Menurut hemat penulis, pendapat Tarigan dan Akhadiah-lah yang lebih

mudah diterapkan dalam pembelajaran paragraf. Dari pendapat-pendapat tentang

jenis-jenis paragraf di atas, pada umumnya menyatakan bahwa setiap karangan

minimal terdapat paragraf pembuka, paragraf penghubung/perangkai/rincian, dan

paragraf penutup. Ditinjau dari letak pokok pikiran dan isi penalaran terdapat

paragraf induktif-deduktif, paragraf campuran, paragraf tanya, dan paragraf

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 21: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

34

lainnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa secara umum sebuah karangan terdapat jenis

paragraf awal, isi, dan paragraf akhir.

e. Syarat –syarat Paragraf

Sebuah paragraf untk dikatagorikan paragraf yang baik, haruslah

memenuhi persayaratan. Syarat-syarat paragraf yang baik seperti dikemukakan

oleh beberapa ahli berikut.

Akhadiah (2002: 148) menyebutkan tiga syarat sebuah paragraf, yaitu

kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Paragraf dianggap memiliki kesatuan jika

kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan

dengan topik.

Paragraf harus memenuhi kepaduan atau koherensi, artinya adanya

hubungan antara kalimat dengan kalimat. Kepaduan dalam sebuah paragraf

dibangun dengan memperhatikan: (1) unsur kebahasaan yang digambarkan

dengan: repetisi atau pengulangan kata kunci, kata ganti, kata transisi atau

ungkapan penghubung, dan paralelisme; dan (2) pemerincian dan urutan isi

paragraf. Perincian dapat diurutkan secara kronologis, logis (sebab-akibat, akibat-

sebab, umum-khusus, khusus-umum), urutan spasial (ruang), menurut proses, atau

dari sudut pandang satu ke sudut pandang lain.

Paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang

cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama.

Dengan kalimat yang berbeda, Sakri (2001: 2) juga menyebutkan tiga

syarat paragraf yang baik, yaitu paragraf harus memiliki kesatuan, kesetalian, dan

memiliki isi yang memadai.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 22: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

35

Djago Tarigan (2008: 36) menyebutkan setidaknya ada enam syarat

sebuah paragraf dikatakan paragraf yang baik, yaitu (1) isi paragraf harus berpusat

pada satu hal saja, (2) isi paragraf harus relevan dengan isi karangan, (3) paragraf

harus koheren dan unity, (4) kalimat topik harus dikembangkan dengan jelas dan

sempurna, (5) struktur paragraf harus bervariasi disesuaikan dengan latar belakang

pembaca, sifat media tempat karangan diterbitkan, dan sifat/tuntutan kalimat

topik, dan (6) paragraf harus tertulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dari beberapa syarat yang disajikan di atas, penulis sependapat dengan

Tarigan, sebab syarat paragraf yang disampaikan Tarigan telah mencakup apa

yang disampaikan oleh Akhadiah maupun Sakri. Dengan kata lain, apa yang

diuraikan oleh Tarigan memperjelas dan memperkuat pendapat kedua tokoh

tersebut. Namun demikian, penulis berpendapat, syarat ke-enam dari Tarigan,

bahwa paragraf harus ditulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

apabila karangan yang dibuat memang berbahasa Indonesia, syarat ini mutlak ada,

akan tetapi, bagaimana apabila paragraf ditulis dengan bahasa selain bahasa

Indonesia? Oleh karena itu, penulis berpendapat, bahwa syarat ke-enam adalah

paragraf ditulis dengan memperhatikan tata tulis dan tata bahasa sesuai dengan

bahasa yang digunakan.

f. Metode Pembentukan Paragraf

Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa paragraf yang baik harus

memenuhi syarat-syarat tertentu. Demikian pula dalam hal pembentukan paragraf.

Menurut Keraf (2001:67), syarat pembentukan paragraf adalah harus ada kesatuan

dan kepaduan paragraf.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 23: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

36

1. Kesatuan Paragraf

Keraf (2001: 67) menyatakan bahwa kesatuan paragraf adalah paragraf

yang mengemukakan dengan jelas maksud atau tujuan suatu tema tertentu.

Kesatuan tidak berarti bahwa paragraf hanya memuat satu hal saja, tetapi sebuah

paragraf dapat juga memiliki beberapa hal atau perincian. Unsur-unsur yang

membangun paragraf tersebut harus menunjang sebuah maksud atau tema tunggal.

Apa yang disampaikan oleh Keraf sesuai dengan pendapat Akhadiah dkk..

(2002: 148) bahwa dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran / gagasan

pokok atau satu topik yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut

sehingga membentuk sebuah gagasan.

2. Kepaduan Paragraf (koherensi)

Keraf (2001: 67) juga menyatakan bahwa sebuah paragraf harus memiliki

koherensi yang baik antara kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut.

Akhadiah (2002: 150) mempertegas pendapat Keraf, bahwa kepaduan atau

koherensi dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat. Satu

paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-

masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang

mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dapat lebih mudah memahami jalan

pikiran penulis tanpa hambatan loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan

pikiran yang teratur menunjukkan adanya kepaduan. Kepaduan sebuah paragraf

dibangun dengan memperhatikan unsur (1) kebahasaan dan (2) perincian atau

urutan isi paragraf.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 24: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

37

3 . Kedudukan Pembelajaran Menulis Paragraf dalam Kurikulum SD

Tim Depdiknas (2006: 317) menjelaskan bahwa bahasa memiliki peran

sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan

merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,

budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,

berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan

menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada

dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi

terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan

kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra

Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk

memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Lebih lanjut Tim Depdiknas (2006) menjelaskan, bahwa standar

kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan:

a. peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;

b. guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 25: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

38

berbahasa dan sumber belajar; c. guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar

kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;

d. orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah;

e. sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia;

f. daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah

dasar adalah sebagaimana tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006

tentang Standar Isi adalah sebagai berikut.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulis b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa negara c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. (Tim Depdiknas, 2006: 318).

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen

kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek: 1)

mendengarkan, 2) berbicara, 3) membaca, dan 4) menulis. Di antara keempat

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 26: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

39

keterampilan berbahasa dan bersastra tersebut, pada penelitian ini hanya akan

menitikberatkan pada keterampilan aspek menulis.

Sebagaimana diketahui, bahwa menulis bersifat keterampilan produktif.

Keterampilan menulis tidak diperoleh secara alamiah tetapi melalui proses belajar

mengajar. Keterampilan menulis hendaknya dilatihkan secara terus menerus dan

berulang-ulang agar memperoleh kemampuan sesuai yang diharapkan dalam

standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar aspek menulis.

Standar isi memuat kemampuan/kompetensi aspek menulis yang harus

dimiliki siswa sejak siswa memasuki sekolah sampai siswa meninggalkan kelas

VI. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar itu sebagaimana tercantum pada

Lampiran 2 halaman 117.

Sesuai dengan fokus pada penelitian bahwa penelitian ini hendak

mengungkap kemampuan menulis paragraf bagi siswa kelas IV, standar

kompetensi yang diharapkan adalah “(2) mengungkapkan pikiran, perasaan, dan

informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun

anak” dengan kompetensi dasar (KD) 8.1 ” menyusun karangan tentang berbagai

topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda

titik, tanda koma, dan lain-lain).”

4. Strategi dalam Pembelajaran Menulis

a. Latar Belakang

Pembelajaran menulis merupakan proses belajar mengajar menulis di

sekolah dasar. Pembelajaran menulis di SD meliputi pembelajaran menulis

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 27: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

40

permulaan bagi siswa kelas I sampai dengan kelas II, serta pembelajaran menulis

lanjut untuk kelas IV sampai dengan VI.

Dalam penelitian ini, pembelajaran menulis yang dimaksud adalah

pembelajaran menulis lanjut, yang dimulai dari kelas IV. Pembelajaran menulis

lanjut berisikan kegiatan-kegiatan berbahasa tulis yang biasa digunakan dalam

kehidupan sehari-hari pada umumnya dan bidang pekerjaan pada khususnya.

Pembelajaran menulis lanjut di SD menekankan pada penulisan berbagai bentuk

tulisan, misalnya surat, prosa, puisi, pidato, laporan, naskah drama, pengumuman,

iklan, cara meringkas bacaan, mengisi formulir, dan sebagainya.

Di kelas tinggi kegiatan menulis karangan sudah diperkenalkan. Namun

dalam kurikulum secara tersurat tidak ditemukan jenis/ragam karangan.

Sebagaimana diketahui, bahwa ada bermacam ragam bentuk karangan, yaitu

narasi, eksposisi, deskripsi, argumentasi, dan persuasi.

Kurikulum yang berlaku dewasa ini adalah kurikulum 2006 yang

pelaksanaannya tertuang dalam KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan)

yang bernafaskan PAKEM (pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan). Untuk mengimplementasikan pembelajaran yang PAKEM maka

perlu dilaksanakan pendekatan yang mendukungnya. Salah satu pendekatan

pembelajaran menulis yang memenuhi kriteria tersebut adalah pembelajaran

dengan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan model strategi berpikir-

berpasangan-berbagi(think-pair-share /TPS).

b. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model

Pembelajaran

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 28: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

41

Dalam pembahasan mengenai implementasi kurikulum atau proses

pembelajaran kita selalu ditemukan dengan istilah pendekatan, strategi, metode,

teknik, dan model pembelajaran. Istilah-istilah tersebut memiliki kemiripan

makna sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya.

1) Pendekatan

Menurut Joni (1993) dalam Atikah dkk. (2008: 1.23) pendekatan adalah

cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara memandang

terhadap pembelajaran. Contoh, pendekatan komunikatif dalam pembelajaran

bahasa, berarti pembelajaran bahasa yang memfokuskan pada fungsi-fungsi

komunikasi terutama aspek fungsional dan struktur bahasa (Azies dan Wasilah,

2006 : 4).

Dilihat dari pendekatannya, menurut Killen (1998) terdapat dua pendekatan

pembelajaran, yaitu pembelajaran yang pusat pada siswa ( student centered

approach) dan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered approach)

(Atikah,dkk. 2008 : 1.23)

2) Strategi

Strategi menurut Raka Joni (1993, dalam Atikah,dkk. 2008: 1.23) adalah

ilmu atau kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan

dikerahkan untuk mnencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu, Kemp

(Komalasari, 2010: 55) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. J.R. David menyatakan

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 29: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

42

bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan, artinya

strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa

ketercapaian tujuan pembelajaran (kompetensi dasar)dan perencanaan merupakan

acuan utama dalam proses belajar mengajar. Untuk merancang dan melaksanakan

strategi yang efektif, seorang guru harus memiliki kemampuan memilih metode

pembelajaran yang bervariasi.

Dalam pendekatan kontekstual, Tim Depdiknas (2003: 4-8) mengemukakan

tujuh (7) strategi pembelajaran kontekstual, yaitu: (1) belajar berbasis masalah; (2)

pengajaran autentik; (3) belajar berbasis inquiri; (4) belajar berbasis proyek; (5)

belajar berbasis kerja, (6) belajar berbasis jasa layanan, dan (7) belajar kooperatif

(cooperative learning).

3) Metode Pembelajaran

Hernawan (Atikah,dkk. 2008: 1.24) berpendapat bahwa kaitannya dengan

pembelajaran, metode adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan

siswa. Karena metode lebih menekankan pada peran guru maka sering disebut

metode mengajar. Komalasari secara jelas membedakan strategi dengan metode.

Jika trategi bersifat konseptual, maka metode merupakan cara yang digunakan

untuk mengimplementasikan rencana yang disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Komalasari, 2010: 56).

Metode-metode dalam pembelajaran antara lain metode: ceramah, tanya

jawab, tugas, diskusi, demonstrasi, brainstorming, debat, dan lain-lain.

4) Teknik

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 30: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

43

Teknik merupakan cara yang dilakukan seseorang dalam

mengimplementasikan metode secara spesifik. Menurut Joni (1993) teknik

pembelajaran mengacu pada ragam khas penerapan suatu metode sesuai dengan

latar penerapan tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan guru, kesiapan siswa,

ketersediaan alat/sarana prasarana, dan sebagainya (Atikah, 2008 : 1.25).

5) Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan rangkaian antara pendekatan, strategi,

metode, dan teknik menjadi satu kesatuan yang utuh. Model pembelajaran pada

dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal hingga akhir

yang disajikan secara khas oleh guru. secara singkat dapat dikatakan bahwa model

pembelajaran adalah bingkai atau bungkus dari penerapan suatu pendekatan,

strategi, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2010 : 57).

Dari beberapa istilah tersebut, guru dapat mengimplementasikannya dalam

pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat berdaya guna dan

berhasil guna.

5. Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Berbagi-Berpasangan-Berbagi

a. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan pendekatan

pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Holubec

dalam Nurhadi dkk., 2004: 60). Usaha kerja sama masing-masing anggota

kelompok mengakibatkan manfaat timbal balik sedemikian rupa sehingga semua

anggota kelompok memperoleh prestasi, kegagalan maupun keberhasilan

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 31: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

44

ditanggung bersama. Siswa mengetahui bahwa prestasi yang dicapai disebabkan

oleh dirinya dan anggota kelompoknya, siswa merasakan kebanggaan atas

prestasinya bersama anggota kelompoknya.

Situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dituntut untuk bekerja

sama dalam suatu tugas bersama, siswa harus mengoordinasikan usaha-usahanya

untuk menyelesaikan tugas. Pada pembelajaran kooperatif dua atau lebih individu

saling tergantung untuk suatu penghargaan apabila mereka berhasil sebagai suatu

kelompok.

Menurut Holubec dalam Nurhadi dkk. (2004: 60) pembelajaran kooperatif

memerlukan pendekatan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa

yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan

bersama. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota yang heterogen berdasarkan

kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras. Ada 5 (lima) unsur pembelajaran

kooperatif yaitu saling ketergantungan, akuntabilitas individu, keterampilan

antarpersonal, peningkatan interaksi tatap maka, dan pemrosesan.

Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam tim (team) untuk menuntaskan tujuan belajar, 2. Tim terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai tingkat keberhasilan tinggi,

sedang, dan rendah, 3. Bila memungkinkan tim merupakan campuran suku, budaya dan jenis

kelamin 4. Sistem penghargaan diorientasikan baik pada kelompok maupun individu

(Estiti, 2006:8),

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang memiliki

latar belakang dan kondisi yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu

sama lain atas tugas-tugas bersama sehingga mereka belajar untuk menghargai

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 32: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

45

satu sama lain meskipun mereka berbeda ras, budaya, kelas sosial maupun

kemampuan.

Ada banyak model pembelajaran kooperatif. Komalasari (2010: 62)

menuliskan model-model pembelajaran kooperatif meliputi strategi: (1) kepala

bernomor (Numbered Head Together), (2) skrip kooperatif (Cooperative Script),

(3) tim siswa kelompok prestasi (Student Teams Achievement Division/STAD),

(4) berpikir berpasangan berbagi (Think-Pair-Share/TPS), (5) model Jigsaw, (6)

melempar bola salju (Snowball Throwing), (7) Team Games Tornament (TGT),

(8) kooperatif terpadu membaca dan menulis (Cooperative Integrated Reading

And Composition/CIRC), dan (9) dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray).

b. Model Berpikir-Berpasangan-Berbagi (Think Pair Share/TPS)

Model Berpikir-Berpasangan-Berbagi (think pair share) dikembangkan

oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland tahun 1985.

Model Berpikir-Berpasangan-Berbagi memiliki prosedur secara eksplisit dapat

memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu

satu sama lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa

mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada

kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

Metode Berpikir-Berpasangan-Berbagi merupakan salah satu strategi

dalam pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk

berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan

kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 33: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

46

meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan

akademiknya.

Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan

masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa

untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan

untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat

didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu

konsep.

Strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi adalah salah satu strategi dalam

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa. Arends (1997) dalam Trianto (2010: 83) menyatakan bahwa Berpikir-

Berpasangan-Berbagi merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi

suasana pola diskusi kelas. Pada strategi ini, resitasi atau diskusi membutuhkan

pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang

digunakan dalam Berpikir-Berpasangan-Berbagi dapat memberi siswa lebih

banyak waktu berpikir, untuk merespon, dan saling membantu.

6. Langkah-langkah strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi

Ada tiga fase (langkah) dalam strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi

(Trianto, 2010: 83-84) sebagai berikut.

a. Langkah 1 : Berpikir (Thinking) Guru memberikan pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan

pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 34: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

47

b. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing) Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang

telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus diidentifikasikan. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

c. Langkah 3 : Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan

keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan melaporkan (Arends,1997 dalam Trianto, 2010: 84).

Secara teknis, langkah-langkah atau prosedur pembelajaran yang

menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi sebagaimana dikemukakan

oleh Frank Lyman (1985, dalam Trianto 2010: 85) adalah sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. b. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang

disampaikan guru. c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2

orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan

hasil diskusinya. e. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada

pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

f. Guru memberi kesimpulan. g. Penutup.

7. Keunggulan dan kelemahan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi

Strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi merupakan salah satu strategi

pembelajaran dengan metode diskusi yang dapat meningkatkan partisipasi siswa

dalam belajar. Keunggulan-keunggulan dari strategi ini antara lain adalah sebagai

berikut.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 35: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

48

a. Strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi melibatkan semua siswa secara

langsung dalam proses pembelajaran.

b. Hampir semua topik yang dibahas dapat dilakukan dengan strategi

Berpikir-Berpasangan-Berbagi.

c. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan

pelajarannya masing-masing.

d. Melalui Berpikir-Berpasangan-Berbagi dapat menumbuhkembangkan

cara berpikir dan bersikap ilmiah.

e. Dengan terlibatnya siswa dalam pembelajaran melalui pengajuan

pendapat dan mempertahankan pendapat, siswa dapat memperoleh

kepercayaan diri yang tinggi.

f. Melalui Berpikir-Berpasangan-Berbagi dapat memupuk sikap sosial

dan demokratis, menghargai orang lain, dan sikap terbuka menerima

saran dan kritik dari orang lain.

Adapun kelemahan dari strategi ini adalah sebagai berikut.

a. Perlunya perencanaan yang matang dan waktu yang banyak.

b. Jalannya pembelajaran kemungkinan dikuasai/didominasi oleh siswa-

siswa yang “menonjol”.

c. Kadang-kadang arah dan hasil pembelajaran menyimpang dari topik

yang sedang dibahas.

d. Siswa yang tidak biasa belajar secara kelompok merasa asing dan sulit

untuk bekerja sama.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 36: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

49

Model pembelajaran dengan menggunakan Berpikir-Berpasangan-Berbagi

digambarkan pada gambar berikut.

Gambar 2.4 Model Pembelajaran Berpikir-Berpasangan-Berbagi

(Soleha, 2009: 17, dengan penyesuaian)

8. Prosedur Penilaian Menulis Paragraf

a. Pengertian Penilaian

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam melakukan evaluasi, yaitu

evaluasi (evaluation), pengukuran (measurement), dan penilaian (assessment).

Arikunto (2010:2) menjelaskan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk

mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi

tersebut digunakan untuk menetukan alternatif yang tepat dalam mengambil

keputusan. Tyler (1950) dalam Mardapi (2008:9) mengatakan bahwa evaluasi

adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai.

Pengukuran menurut Allen dan Yen (Mardapi, 2008: 1) adalah penetapan

angka dengan cara sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Menurut

Prinsip Belajar Mengajar Pretes

Sintaks Berpikir-Berpasangan-Berbagi:

1. Penyampaian inti materi&Kompetensi.

2. Tahap Berpikir (T), siswa berfikir masalah.

3. Siswa berpasangan (P) dan menyampaikan hasil pemikiran

4. Guru memimpin pleno, siswa saling berbagi hasil diskusi

5. Pengarahan oleh guru tentang pokok masalah

6. Guru dan siswa membuat kesimpulan

Proses Belajar Mengajar

Siswa

Guru

Meningkatkan hasil belajar

Pembelajaran berkualitas

Saling menghargai

Bekerja sama

Hasil Belajar

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 37: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

50

Arikunto (2010 : 1 ) pengukuran mengacu pada kegiatan membandingkan sesuatu

hal dengan ukuran tertentu sehingga sifatnya kuantitatif. Komalasari (2010:146)

memberikan pengertian pengukuran sebagai proses menerapkan alat ukur

terhadap sesuatu objek, bisa barang ataupun gejala menurut aturan-aturan tertentu.

Penilaian (assessment) dalam dunia pendidikan merupakan proses

pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar

peserta didik (Komalasari, 2010:146) . Kegiatan mengumpulkan informasi

sebagai bukti dijadikan dasar menetapkan (judgement) terjadinya perubahan

sebagai hasil belajar. Keputusan lulus atau tidak, telah mencapai KKM (kriteria

ketuntasan minimal) atau belum, dan sebagainya merupakan bentuk penilaian.

Depdiknas (2007) melalui Permendiknas nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar

Penilaian menyebutkan bahwa penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan

dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta

didik.

Menurut Griffin dan Nix (Mardapi, 2008: 1), pengukuran, asesmen, dan

evaluasi adalah hierarki. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan

kriteria, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, dan evaluasi

merupakan penetapa nilai atau implikasi suatu perilaku.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pengukuran,

asesmen, dan evaluasi merupakan satu kesatuan, dan dalam setiap evaluasi

melibatkan kegiatan pengukuran maupun assesmen.

Hubungan antara pengukuran, penilaian dan evaluasi digambarkan sebagai

berikut.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 38: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

51

Gambar 2.5. Hubungan Evaluasi,Penilaian, dan Pengukuran

(Komalasari,2010:147)

b. Penilaian Otentik : Pengertian dan Karakteristik

Sesuai dengan pelaksanaan KTSP yang menekankan pada pendekatan

pembelajaran kontekstual (Contextual Learning) maka penilaian yang dilakukan

pun menuntut penilaian yang lebih akurat. Penilaian yang sesuai dan sedang

dikembangkan seiring dengan pelaksanaan KTSP adalah penilaian otentik.

Penilaian otentik sebagaimana dikemukakan oleh Mueller (Nurgiantoro,

2010: 9) adalah suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk

menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan esensi

pengetahuan dan keterampilan. Dalam penilaian otentik, kemampuan peserta

didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan

bermakna lebih ditekankan. Peniaian ini juga menekankan pada pengukuran

kinerja (doing something), menerapkan pengetahuan yang dimiliki. Dengan

demikian penilaian otentik mementingkan penilaian proses sekaligus penilaian

hasil.

Evaluasi Penilaian Pengukuran

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 39: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

52

Ada langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penilaian otentik. Mueller

(Nurgiantoro, 2010: 17) mengemukakan empat langkah, yaitu (a) penentuan

standar, (b) penetuan tugas otentik, (c) pembuatan kriteria, dan (d) pembuatan

rubrik.

Jenis-jenis penilaian otentik yang dapat dilakukan menurut Depdiknas

(2007) yaitu (a) penilaian kinerja, (b) observasi sistematik, (c) pertanyaan terbuka,

(d) portofolio, (e) penilaian pribadi, dan (f) jurnal. Perbedaan penilaian otentik

dengan penilaian tradisional, antara lain dari jenisnya, bahwa penilaian tradisional

menggunakan tes untuk mengukur kognitif, sedangkan dalam otentik menekankan

pada langkah nyata dan bermakna, sebagaimana jenis –jenis penilaian tersebut.

c. Penilaian Otentik Kompetensi Menulis

Pembelajaran bahasa Indonesia meliput empat aspek, yaitu mendengar,

berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek memiliki karakteristik

tersendiri sehingga dalam menentukan jenis penilaiannya juga berbeda.

Kemampuan menulis merupakan kemampuan menyampaikan gagasan lewat

tulisan. Orang menulis karena ada sesuatu yang ingin disampaikan. Bahasa hanya

merupakan sarana, karena pada hakikatnya ggasan yang ingin disampaikan itu yng

diutamakan. Aspek bahasa dan gagasan merupakan unsur bentuk dan isi,

keduanya saling memengaruhi. Unsur bentuk berkaitan dengan bagaimana cara

mengungkapkan dan cara memilih bahasa yang tepat, sedangkan unsur isi

berkaitan dengan apa yang ingin diungkapkan (Nurgiantoro, 2010: 76).

Secara lebih luas, Nurgiantoro menjelaskan bahwa:

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 40: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

53

Selain pertimbangan dari segi kebahasaan dan gagasan, pemilihan tugas membuat karya tulis harus juga mempertimbangkan bentuk, jenis, atau ragam yang secara nyata dibutuhkan dalam kebutuhan di dunia nyata. Jenis atau ragam tulisan yang bagaimana yang biasa digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti untuk keperluan kantor, jurnalistik, penerbitan dan lain-lain seperti surat-menyurat, membuat rangkuman, meringkas buku atau tulisan lain, menulis resensi buku, menulis berita, menulis laporan, menulis artikel, iklan, dan sebagainya. Jadi, tugas menulis tidak hanya mempertimbangkan unsur bentuk (kebahasaaan) dan isi (pesan) saja, melainkan juga ragam tulisan yang dibuat. Tugas menulis mempertimbangkan ketiga hal tersebut adalah tugas menulis yang benar-benar bermakna, tugas otentik. (Nurgiantoro, 2010 : 77).

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan membuat indikator yang akan

diukur capaiannya lewat tugas-tugas otentik, misalnya sebagai berikut.

Kelas IV, Semester 2

Menulis

Standar Kompetensi:

1. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam

bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak.

Kompetensi Dasar:

8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan

memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.)

8.2 Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta

memperhatikan penggunaan ejaan

Indikator:

1.2.1 Menyusun karangan dengan topik tertentu dengan menggunakan ejaan

yang baik dan benar.

1.2.2 Menyusun pengumuman dengan bahasa dan ejaan yang baik dan benar.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 41: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

54

Masih menurut Nurgiantoro, ia menguraikan profil penilaian untuk

mengarang, diantaranya dengan skor penilaian Hartfield yang lebih rinci, jelas dan

dapat dipertanggungjawabkan. Hartfield menitikberatkan pada unsur-unsur

karangan. Penilaian yang menekankan pada unsur-unsur karangan dikategorikan

sebagai penilaian analitik (analytic assessment). Hasil pemikiran Burhan

Nurgiantoro yang mengacu pada pendapat Hartfield tersebut sebagaimana tabel

berikut.

Tabel 2.1 Profil Penilaian Karangan Hartfield

Nama siswa : ................................................................................................ Judul : .................................................................................................

ASPEK SKOR KRITERIA

ISI

27-30 22-26 17-21 13-16

Sangat Baik, Sempurna: padat informasi, substansif, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permaslahan dan tuntas Cukup – baik: inforrmasi cukup, substansi cukup, pengembangan tesis terbatas, relevan dengan masalah tetapi tdk lengkap Sedang-cukup : Informasi terbatas, substansi kurang, pengembangan tesis tak cukup, permasalahan tak cukup Sangat kurang : tak berisi, tank substansif, tak ada pengembangan,tak ada permasalahan

OR

GA

NISA

SI

18-20 14-17 10-13 7 - 9

Sangat Baik, Sempurna: ekspresi lancar, gagasan diungkap dengan jelas, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif Cukup – baik: kurang lancar, kurang terorganisir tetapi ide utama nampak, bahan pendukung terbatas, urutan logis logis tapi tak lengkap, Sedang-cukup : tak lancar, gagasn kacau, terpotong-potong, , urutan tak logis, Sangat kurang : tak komunikatif, tak teroganisir, tak layak nilai

KO

SAK

AT

A

18-20 14-17 10-13 7 - 9

Sangat Baik, Sempurna: pemanfaatn kata canggih, pilihan dan ukapan kata tepat, menguasai pembantukan kata Cukup – baik: pemanfaatn kata agak canggih, pilihan dan ukapan kata kadang-kadang kurang tepattapi tak mnengganggu Sedang-cukup : pemanfaatn kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosakata dan dapat merusak makna Sangat kurang: pemanfaatn potensi asal-asalan, pengetahuan kosa kata rendah, tak layak nilai

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 42: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

55

BA

HA

SA

22-25 18-21 11-17 5-10

Sangat Baik, Sempurna: konstruksi kompleks dan efektif, tejadi sedikit kesalahan bentuk bahasa Cukup – baik: konstrusi sederhana dan efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi kesalahan tapi tak kabur. Sedang-cukup : konstruksi terjadi kesalahan serius, makna membingungkan atau kabur Sangat kurang: tak menguasai aturan sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tak komunikatif, tak layak nilai,

ME

KA

NIK

5 4 3 2

Sangat Baik, Sempurna: menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan Cukup – baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, tapi tak mengaburkan makna Sedang-cukup : sering terjadi kesalahan ejaan, makna membungungkan/kabur Sangat kurang: tak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tak terbaca, tak layak nilai

JUMLAH PENILAI : KOMENTAR

(Nurgiantoro, 2010 : 441 -442)

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang dilakukan para ahli dengan menggunakan strategi

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) termasuk model pembelajaran

berpikir berpasangan berbagi (think-pair-share) antara lain adalah sebagai berikut.

Lorning (1993) melakukan penelitian efek dari strategi pembelajaran

kelompok dalam interaksi lisan pada siswa dan perolehan prestasi berdasarkan

perubahan konsep bidang ilmu pengetahuan umum, hasil penelitian menunjukkan

bahwa kelompok siswa yang menggunakan strategi cooperative learning

memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi di banding kelompok siswa yang

tidak menggunakan strategi tersebut.

Slavin (dalam Trianto, 2010: 87) pada tahun 1986 melakukan penelitian

prestasi dari efek pembelajaran kooperatif yang dilakukan dari tahun 1972 sampai

tahun 1986 dengan hasil penelitian yaitu tidak ada efek negatif dari pembelajaran

kooperatif terutama pada pelajaran matematika, ilmu pengetahuan alam, bahasa

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 43: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

56

Inggris, membaca, dan menulis menunjukkan peningkatan prestasi akademik

yang signifikan.

Teti Sobari (2006) dalam laporan tesis yang berjudul “Pembelajaran

Menulis Paragraf dalam Karangan Argumentasi dengan Menggunakan Model

Kooperatif Tipe Jigsaw di SMU PGII 2 Bandung” menyimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis

paragraf dalam karangan argumentasi. Kualitas pembelajaran menulis dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif lebih baik.

Komalasari (2005) dalam Laporan Penelitian berjudul “Peningkatan

Kompetensi Siswa dalam Mata Pelajaran PKn melalui Penerapan CTL di kelas

VII-1 SMP Negeri 44 Bandung,” menyimpulkan bahwa melalui pembelajaran

kooperatif siswa tidak hanya menerima apa yang disajikan guru dlam

pembelajaran, tetapi bisa juga belajar dari siswa lainnya, sekaligus mempunyai

kesempatan membelajarkan siswa lain. Di samping itu, melalui strategi ini

meningkatkan siswa belajar dari pada pengalaaman belajar secara individual.

Hasil penelitiaannya juga menunjukkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi

(Komalasari, 2010 : 217-218).

Siti Sri Jayati (2005) dalam tesisnya berjudul “Upaya Peningkatan

Kompetensi Menulis Wacana Eksposisi dan Argumentasi Siswa Kelas II SLTP

Negeri I Pleret dengan Metode Pembelajaran Kontekstual” menunjukan bahwa

penerapan metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kompetensi

siswa menulis wacana eksposisi dan wacana argumentasi dalam hal keruntutan

dan kepaduan paragraf, kepaduan kalimat, ketepatan penggunaan kalimat,

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 44: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

57

penggunaan kata dan penggunaan ejaan dan tanda baca. Melalui pembelajaran

kontekstual juga dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas, suka bekerja sama,

menghargai dan lebih menumbuhkan rasa percaya diri.

C. Kerangka Berpikir

Strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi yang yang efektif dalam

pembelajaran menulis paragraf dengan memperhatikan karakteristik pembelajaran

menulis yang merupakan ekspresi pikiran, gagasan, pendapat yang dimiliki siswa

berdasarkan daya nalar akan dapat meningkatkan keterampilan para siswa dalam

hal menulis paragraf. Hal ini sangat logis terjadi mengingat strategi Berpikir-

Berpasangan-Berbagi yang penerapannya didukung dengan kegiatan yang

memberikan peluang kepada siswa untuk aktif dan kreatif melalui kegiatan

berpikir, berpasangan, dan berbagi dalam memecahkan masalah (membuat

paragraf).

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban yang masih bersifat sementara terhadap

masalah yang diteliti, sampai terbukti melalui data-data yang terkumpul

(Arikunto, 2007: 68). Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. ada perbedaan hasil belajar dengan menggunakan strategi berpikir-

berpasangan-berbagi dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf;

dan

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 45: BAB II LANDASAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Hakikat ...repository.ump.ac.id/7268/3/MUHAMAD ROBANI BAB II.pdf(bercerita). Karangan berbentuk narasi adalah karangan yang menyajikan

58

2. penggunaan strategi berpikir-berpasangan-berbagi dalam pembelajaran

keterampilan menulis lebih efektif dalam daripada pembelajaran menulis

secara konvensional.

Efektivitas Penggunaan Strategi..., Muhamad Robani, Program Pascasarjana UMP, 2012