bab ii landasan teorirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/chapter...jadi, berdasarkan...

17
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, hubungan kedua variabel dan hipotesa penelitian. Pada bagian pertama akan diuraikan mengenai teori perilaku konsumtif penelitian ini yang kemudian akan dilanjutkan dengan uraian mengenai teori tipe kepribadian dan juga teori tentang mahasiswa yang termasuk dalam rentang usia remaja akhir. Tidak lupa juga akan dijelaskan hubungan antara perilaku konsumtif dengan kepribadian. Pada bagian akhir akan dikemukakan mengenai hipotesa dalam penelitian ini. Perilaku Konsumtif Pengertian Perilaku Konsumtif Lubis (Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Sedangkan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah kencenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan dari pada kebutuhan. Sedangkan Anggasari (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Lebih lanjut Dahlan (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif yang ditandai oleh adanya kehidupan Universitas Sumatera Utara

Upload: phungtruc

Post on 08-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang digunakan dalam

penelitian ini, hubungan kedua variabel dan hipotesa penelitian. Pada bagian pertama

akan diuraikan mengenai teori perilaku konsumtif penelitian ini yang kemudian akan

dilanjutkan dengan uraian mengenai teori tipe kepribadian dan juga teori tentang

mahasiswa yang termasuk dalam rentang usia remaja akhir. Tidak lupa juga akan

dijelaskan hubungan antara perilaku konsumtif dengan kepribadian. Pada bagian akhir

akan dikemukakan mengenai hipotesa dalam penelitian ini.

Perilaku Konsumtif

Pengertian Perilaku Konsumtif

Lubis (Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang

tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya

keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Sedangkan

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku

konsumtif adalah kencenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas

dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan dari pada kebutuhan.

Sedangkan Anggasari (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku

konsumtif adalah tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak

diperhitungkan sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Lebih lanjut Dahlan (dalam

Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif yang ditandai oleh adanya kehidupan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang

memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup

manusia yang dikendalikan dan didorong oleh semua keinginan untuk memenuhi hasrat

kesenangan semata-mata.

Kesimpulannya adalah perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku membeli

dan menggunakan barang yang tidak didasarkan pada pertimbangan yang rasional dan

memiliki kencenderungan untuk mengkonsumsi sesuatu tanpa batas dimana individu

lebih mementingkan faktor keinginan dari pada kebutuhan serta ditandai oleh adanya

kehidupan mewah dan berlebihan, pengunaan segala hal yang paling mewah yang

memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif

Menurut Sumartono (2002), munculnya perilaku konsumtif dikalangan

mahasiswa disebabkan oleh dua hal yaitu :

1. Faktor Internal

Faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah

motivasi, harga diri, observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep diri.

2. Faktor Eksternal

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

Faktor eksternal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah

kebudayaan, kelas social, kelompok-kelompok social dan referensi serta

keluarga.

Berdasarkan uraian diatas, maka factor yang mempengaruhi perilaku konsumtif

dapat dibagi atas dua yakni faktor internal dan faktor eksternal.

Indikator Perilaku Konsumtif

Menurut Sumartono (2002), definisi konsep perilaku konsumtif amatlah

variatif, tetapi pada intinya muara dari pengertian perilaku konsumtif adalah membeli

barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan pokok. Dan secara

operasional, indikator perilaku konsumtif yaitu :

1. Membeli produk karena iming-iming hadiah.

Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika

membeli barang tersebut.

2. Membeli produk karena kemasannya menarik.

Konsumen mahasiswa sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang

dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna yang menarik. Artinya motivasi

untuk membeli produk tersebut hanya karena produk tersebut dibungkus dengan rapi

dan menarik.

3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.

Konsumen mahasiswa mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada

umumnya mahasiswa mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut,

dan sebagainya dengan tujuan agar mahasiswa selalu berpenampilan yang dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

menarik perhatian orang lain. Mahasiswa membelanjakan uangnya lebih banyak untuk

menunjang penampilan diri.

4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau

kegunaannya).

Konsumen mahasiswa cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya

kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling

mewah.

5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.

Mahasiswa mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik dalam berpakaian,

berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat

eksklusif dengan barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang

lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan symbol status agar

kelihatan lebih keren dimata orang lain.

6. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang

mengiklankan.

Mahasiswa cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannnya dalam bentuk

menggunakan segala sesuatu yang dapat dipakai tokoh idolanya. Mahasiswa juga

cenderung memakai dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan publik

figure produk tersebut.

7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan

menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.

Mahasiswa sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya

apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Cross dan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

Cross (dalam Hurlock,1999) juga menambahkan bahwa dengan membeli produk yang

mereka anggap dapat mempercantik penampilan fisik, mereka akan menjadi lebih

percaya diri.

8. Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda).

Mahasiswa akan cenderung menggunakan produk jenis sama dengan merek yang

lain dari produk sebelumnya ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis

dipakainya.

KEPRIBADIAN

Pengertian Kepribadian

Eysenck (dalam Suryabrata, 1998) memberi definisi kepribadian sebagai

berikut:

“Personality is the sum total of actual or potential behavior-patterns of

the organism as determined by heredirty and environment; it originates

and develops through the functional interaction of the three main sectors

into which these behavior patterns are the conative sector (character),

the affective sector (temperament), and the somatic sector (constution).

Kepribadian adalah totalitas pola perilaku yang nyata atau potensial dari

organisme yang ditentukan oleh gen dan lingkungan; kepribadian berasal dan

berkembang melalui interaksi fungsional dari tiga sektor utama yaitu sektor konatif

(karakter), sektor afektif (temperamen), dan sektor somatis (konstitusi).

Beberapa tokoh menjelaskan lebih lanjut mengenai kepribadian berdasarkan

tipe atau kategori tertentu. Menurut Eysenck (dalam Suryabrata, 1998):

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

“Type is an observed constellation of syndrome of traits.”

Jadi, tipe lebih luas daripada trait dan mencakup trait sebagai komponennya.

Salah satu bentuk pembagian tipe kepribadian adalah tipe kepribadian introvert dan

ekstrovert yang dikemukakan oleh Jung.

Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Konsep tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pertama sekali dikemukakan

oleh Carl Gustaf Jung. Jung (dalam Suryabrata, 1998) mengungkapkan konsep jiwa

sebagai dasar pembagian tipe kepribadian. Konsep sikap jiwa dijelaskan sebagai arah

daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi

manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energi psikis itu dapat ke luar ataupun ke

dalam, dan arah orientasi manusia terhadap dirinya, dapat keluar ataupun ke dalam.

Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu :

manusia yang bertipe introvert dan manusia yang bertipe ekstrovert.

Jung mendefinisikan tipe kepribadian introvert sebagai berikut :

“Introversion is an attitude of psyche characterized by an orientation

toward one’s own thoughts and feeling....when we say people are

introver, we mean they are withdrawn and often shy and they tend to

focus on themselves” (dalam Schultz dan Schultz, 1993).

Individu tipe kepribadian introvert terutama dipengaruhi oleh dunia

subjektifnya, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke

dalam : pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan faktor-faktor

subjektif. Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik; jiwanya tertutup, sukar bergaul,

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain (dalam

Suryabrata, 1998).

Tipe kepribadian introvert bertolak belakang dengan tipe kepribadian

ekstrovert, dimana Jung mengartikan tipe kepribadian ekstrovert sebagai berikut :

“Extraversion is an attitude of psyche characterized by an orientation

toward the external world and other people.....Extraverts are more open,

sociable, and socially assertive” (dalam Schultz dan Schultz, 1993).

Individu yang tipe kepribadian ekstrovert terutama dipengaruhi oleh dunia

objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju ke luar, pikiran,

perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya baik lingkungan

sosial maupun lingkungan non sosial. Individu bersikap positif terhadap masyarakatnya;

lebih terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar (dalam Suryabrata,

1998).

Jung (dalam Suryabrata, 1998) menyatakan bahwa setiap orang memiliki

kapasitas untuk kedua sikap tersebut, tetapi hanya satu yang dominan dan sadar dalam

kepribadiannya, sedangkan yang lain kurang dominan dan tidak sadar. Apabila ego

lebih bersifat ekstrovert dalam relasinya dengan dunia maka ketidaksadaran pribadinya

akan bersifat introvert.

Menurut Jung (dalam Ambarita, 2004) tipe-tipe ini dapat kita jumpai pada

semua lapisan masyarakat, baik laki-laki ataupun perempuan, pada orang dewasa

ataupun anak-anak. Pendidikan, lingkungan, jenis kelamin atau umur tidak berpengaruh

pada terjadinya tipe-tipe ini. Dikatakan juga bahwa dalam satu keluarga kedua tipe ini

dapat ditemukan sekaligus. Jadi sikap kedua tipe ini terhadap dunia luar atau

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

lingkungan sekitarnya bukanlah sikap yang diambil dengan sadar dan sengaja. Sikap

yang demikian harus kita anggap mempunyai sebab tak sadar dan instinktif atau lebih

tegas lagi dapat dikatakan bahwa tipe ini dalam lapangan ilmu jiwa memiliki dasar

biologis (dalam Ambarita, 2004). Jung menganggap sikap manusia terhadap dunia luar

itu sebagai suatu soal penyesuaian diri, sebab cara suatu tipe menyesuaikan diri dengan

dunia luar akhirnya akan bergantung kepada pembawaan si anak itulah yang pertama-

tama akan menentukan ke dalam tipe mana kelak ia masuk. Pembawaan itu pula yang

menentukan bagaimana anak itu akan menyesuaikan diri dengan dunia luar.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi tipe kepribadian introvert

dan ekstrovert yang diajukan oleh Jung, yaitu suatu bentuk arah orientasi sikap jiwa,

ada yang menuju ke luar dirinya (ekstrovert) dan menuju ke dalam dirinya (introvert).

Ciri-Ciri Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Tahun 1962 Isabel Myers meringkas buku tipe psikologi Jung dan bersama

ibunya Katharyn Briggs membuat alat tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang

bertujuan untuk membuat sebuah psikotes, yang dapat menggolongkan manusia sesuai

dengan teori Jung, sekaligus merumuskan teori Jung untuk penggunaan praktis (dalam

Ambarita, 2004). Berdasarkan MBTI (dalam Kevin, 1993) dapat diuraikan ciri-ciri tipe

kepribadian Jung. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ciri-cirinya adalah :

a. Ekstrovert

1. Senang berbicara

2. Mudah menjalin hubungan dengan orang lain

3. Mudah mengekspresikan perasaan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

4. Senang menceritakan pengalaman kepada orang lain

5. Senang melakukan pembicaraan dengan orang lain

6. Aktif dan enerjik

7. Lebih banyak berbicara daripada mendengar

8. Mudah untuk mengekspresikan pendapat tentang suatu hal

9. Senang memberi pendapat secara aktif dari pada hanya memikirkan saja

b. Kepribadian Introvert :

1. Senang berdiam diri

2. Lebih senang berpikir

3. Suka menarik diri

4. Berhenti sejenak jika sedang merasa ragu-ragu

5. Suka mengekpresikan dengan cara lain jika ingin mendeskripsikan sesuatu

6. Sering menahan rasa senang, sedih di dalam hati

7. Menyatakan diri secara perlahan-lahan

8. Lebih memilih menahan ide didalam pikiran sendiri

9. Sering menahan emosi.

Mahasiswa

Mahasiswa merupakan salah satu elemen masyarakat yang sedang melanjutkan

pendidikan di perguruan tinggi. Bila ditinjau dari segi biologis dan perkembangannya

mahasiswa termasuk dalam masa remaja akhir.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

Lazimnya masa remaja merupakan masa yang dimulai pada saat seorang anak

secara seksual menjadi matang dan berakhir sat ia mencapai usia kematangan secara

hukum. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1999), secara global seseorang

dikatakan memasuki masa remaja saat ia memasuki anatar 12-21 tahun, dimana remaja

awal ada pada usia 12-15 tahun, dimana remaja tengah ada pada usia 15-18 tahun,

dimana remaja awal ada pada usia 18-22 tahun. Hal senada juga diungkapkan oleh

Hurlock (1999) bahwa masa remaja akhir berada pada renatng usia 18/19-22/23 tahun.

Garis pemisah antara remaja awal dengan remaja akhir terletak kira-kira di usia

17 tahun, saat seorang remaja dianggap oleh orangtuanya hamper dewasa dan

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau mendapatkan pelatihan

ketenagakerjaan tertentu (Hurlock,1999).

Menurut Winkel (1997), mahasiswa merupakan kelompok usia remaja akhir

dan dewasa awal yang meliputi rentang umur 1-18 tahun sampai 24-25 tahun. Rentang

umur ini masih dapat dibagi-bagi lagi atas periode 17-18 tahun sampai 21-22 tahun dari

semester 1 sampai semester 4 dan periode 21-22 sampai usia 24-25 yaitu mahasiswa

semester 5 sampai semester 8. Lebih lanjut, Winkel mengemukakan bahwa mahasiwa

yang sedang memasuki masa remaja akhir dan masuk ke masa dewasa awal memiliki

ciri-ciri: stabilitas kepribadian yang relative stabil namun belum matang, pandangan

yang lebih realistis tentang diri sendiri dan lingkungannya, memiliki kemampuan untuk

menghadapi segala macam permasalahan secara lebih matang dan muali berkurangnya

gejolak-gejolak perasaannya

Hal senada juga dikemukakan oleh Mappiare (1984) yang menyatakan bahwa

mahasiswa memiliki sikap yang relative stabil. Sikap yang relative stabil ini memiliki

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

arti ia masih mudah untuk dipengaruhi oleh propaganda orang lain, berdasrkan penilain

baik-buruk, salah-benar. Lebih lanjut Mappiare (1984) mengatatakan bahwa remaja

yang memiliki sikap yang relative stabil tersebut akan berusaha menyesuaikan diri

secara pribadi maupun social dengan teman sebaya terutama dalam hal penampilan dan

pembelian suatu produk.

Menurut Hurlock (1999), mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya

berada diluar rumah bersam-sama dengan teman sebayanya sehingga dengan mudah ia

akan terpengaruh oleh sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku teman-

temannya daripada niali-nilai yang dianut oleh orang tuanya . dengan kata lain mereka

beranggapan bahwa dengan memakai model suatu produk tertentu mereka akan mudah

diterima oleh teman-teman sebayanya atau diterima oleh suatu kelompok social tertentu

atau bahkan malah dianggap berasal dari kelompok social ekonomi tertentu.

Lebih lanjut Hurlock (1999) menambahkan bahwa bagi mahasiswa adalah hal

yang sangat penting untuk mendapatkan dukungan social, popularitas dll.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rentang usia

mahasiswa ada pada usia 18/19-22/23 tahun dan biasanya sedang melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi. Sebagi remaja mereka memiliki sikap, pandangan dan

kepribadian yang mulai stabil dalam menghadapi dunia disekitarnya. Penyesuaian diri

pribadi dan penyesuaian social yang dipengaruhi oleh sikap teman-teman sebaya dan

juga public figure yang mereka idolakan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu universitas negeri di

Indonesia yang terletak di Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Jl. Dr. Mansyur Padang

Bulan Kecamatan Medan Baru.

Universitas ini terdiri dari 12 Fakultas yang membawahi beberapa jurusan baik

program Diploma-3, Diploma-4, Strata-1 (S-1) bahkan program Pasca Sarjana baik

Strata-2 (S-2) maupun Strata-3 (S-3). Universitas Sumatera Utara juga menyediakan

program pendidikan keprofesian seperti, Dokter Spesialis, Dokter gigi, Apoteker,

Notariat, Psikolog, Pengacara.

Berikut daftar Fakultas beserta Program Studi Strata-1 (S-1) yang ada di

Universitas Sumatera Utara (www.usu.ac.id):

1. Fakultas Kedokteran (FK)

Fakultas ini membawahi 2 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1

Ilmu Kedokteran Umum dan S-1 Ilmu Keperawatan.

2. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)

Fakultas ini membawahi 8 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1

Biostatistika, S-1 Ilmu gizi, S-1 Epidemiologi, S-1 Kesehatan dan

Keselamatan Kerja, S-1 Pendidikan Kesehatan dan Ilmu perilaku, S-1

Kesehatan lingkungan, S-1 Kesehatan reproduksi dan S-1

Administarsi dan Kebijakan Kesehatan

3. Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)

Fakultas ini membawahi 1 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1

Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

4. Fakultas Sastra (FS)

Fakultas ini membawahi 8 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu Bahasa

dan Sastra Indonesia, S-1 Bahasa dan Sastra Inggris, S-1 Bahasa dan

Sastra Arab, S-1 Bahasa dan Sastra Melayu, S-1 Bahasa dan Sastra

Cina, S-1 Bahasa dan Sastra Daerah, S-1 Etnomusikologi dan S-1

Ilmu Sejarah.

5. Fakultas Hukum (FK)

Fakultas ini membawahi 1 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1

Ilmu Hukum.

6. Fakultas Ilmu Social Dan Ilmu Politik (FISIP)

Fakultas ini membawahi 6 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1

Administrasi Negara, S-1 Ilmu Komunikasi, S-1 Kesejahteraan

Sosial, S-1 Sosiologi, S-1 Antropologi, S-1 Ilmu Politik.

7. Fakultas Pertanian (FP)

Fakultas ini membawahi 11 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1

Pemuliaan Tanaman, S-1 Teknik Pertanian, S-1 Penyuluhan

Pertanian, S-1 Budidaya Pertanian (Agronomi), S-1 Produksi

Ternak, S-1 Budidaya Hutan, S-1 Ilmu Tanah, S-1 Ilmu Hama dan

Penyakit Tumbuhan, S-1 Social Ekonomi Pertanian, S-1 Teknik

Hasil Pertanian dan S-1 Managemen Hutan.

8. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

Fakultas ini membawahi 5 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1

Matematika, S-1 Fisika, S-1 Kimia, S-1 Komputer dan S-1 Biologi.

9. Fakultas Farmasi (FF)

Fakultas ini membawahi 1 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1

Farmasi.

10. Fakultas Teknik (FT)

Fakultas ini membawahi 7 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1

Teknik Sipil, S-1 Teknik Mesin, S-1 Teknik Elektro, S-1 Teknik

Industri, S-1 Kimia, S-1 Arsitektur dan S-1 Teknik Piranti Lunak.

11. Fakultas Psikologi (F.Psi)

Fakultas ini membawahi 1 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1

Psikologi.

12. Fakultas Ekonomi (FE)

Fakultas ini membawahi 4 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1

Akuntasi, S-1 Managemen, S-1 Ekonomi Pembangunan, S-1

Akuntasi Kelas Ekstension..

Perbedaan Perilaku Konsumtif Individu yang Berkepribadian

Ekstrovert dan yang Berkepribadian Introvert.

Perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku yang tidak didasarkan pada

pertimbangan yang rasional dan memiliki kencenderungan untuk mengkonsumsi

sesuatu tanpa batas dimana individu lebih mementingkan faktor keinginan dari pada

kebutuhan serta ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, pengunaan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

segala hal yang paling mewah yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik.

Perilaku konsumtif ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Dalam

faktor eksternal, perilaku konsumtif individu dipengaruhi oleh kebudayaan, kelas social,

kelompok-kelompok sosial dan referensi serta keluarga sedangkan pada faktor internal

yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah motivasi, harga diri,

observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep diri (Sumartono, 2002).

Dalam hal ini kepribadian adalah salah satu faktor internal yang mmepengaruhi

perilaku konsumtif individu, dimana setiap tipe kepribadian mempunyai perilaku

konsumtif yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan Karena kepribadian mengarahkan

individu untuk membeli produk sesuai dengan membeli produk-produk yang tersedia

dipasaran akan menyesuaikan pembeliannya sesuai dengan tipe kepribadiannya masing-

masing. Orang yang kepribadiannya ektrovert dan orang yang kepribadiannya introvert

akan berbeda dalam perilaku konsumtifnya

Pada individu yang tipe kepribadiannya ekstrovert terutama dipengaruhi oleh

dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju ke luar, pikiran,

perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya baik lingkungan

sosial maupun lingkungan non sosial. Individu bersikap positif terhadap masyarakatnya;

lebih terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar (Suryabrata, 1998).

Dalam hal ini individu yang berkepribadian ekstrovert, perilaku konsumtifnya lebih

banyak ditujukan untuk membeli barang yang menunjukkan dirinya siapa atau dengan

kata lain membeli barang diluar kebutuhan pokoknya, sehingga orang-orang dapat

mengerti dan dapat melihat keadaan diri individu tersebut. Atau dengan kata lain

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

individu yang berkepribadian ekstrovert yang lebih mudah bergaul kemungkinan akan

lebih konsumtif dalam membeli produk (Hawkins dkk, 1986).

Sedangkan individu tipe kepribadian introvert terutama dipengaruhi oleh dunia

subjektifnya, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke

dalam : pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan faktor-faktor

subjektif. Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik; jiwanya tertutup, sukar bergaul,

sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain

(Suryabrata, 1998). Karena orientasinya terutama tertuju pada dunia dalam pikirannya

sendiri maka individu yang berkepribadian introvert lebih banyak membeli barang yang

hanya untuk keperluan pokok saja dan sangat jarang membeli barang diluar kebutuhan

pokoknya (Hawkins dkk, 1986). Selanjutnya Keith (1985) mengatakan bahwa orang

yang ekstrovert lebih banyak membeli barang yang menunjukkan jati dirinya daripada

orang introvert.

Hawkins (1986) mengatakan bahwa faktor konsumtif selain dipengaruhi oleh

nilai-nilai didalam masyarakat dan keluarga juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya

termasuk kepribadian. Artinya ketika seseorang melakukan pembelian suatu produk

maka banyak hal yang dipertimbangkannya.

Dengan kata lain, dapat dirumuskan bahwa perilaku konsumtif dipengaruhi antara

lain oleh faktor kepribadian pada diri individu. Dengan kepribadian ekstrovert maupun

introvert yang dimiliki mahasiswa maka ia akan memiliki sikap yang berbeda dalam

melihat dunia sekitarnya, yang berdampak pula dalam aktivitasnya dalam masyarakat

ketika berhubungan dengan orang lain, termasuk dalam membeli, menggunakan suatu

produk

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe

Hipotesa Penelitian

Dalam penelitian ini diajukan sebuah hipotesa sebagi jawaban sementara dari

permasalahan yang telah dikemukakan. Adapun hipotesa yang diajukan dalam

penelitian ini adalah :” Ada perbedaan perilaku konsumtif mahasiswa yang

berkepribadian ektrovert dengan mahasiswa yang berkepribadian introvert”

Universitas Sumatera Utara