bab ii konsep tentang riba dan bmt a. pengertian...

25
15 BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Riba Riba menurut bahasa berarti tambahan, bertambah, meningkat, membesar. Dengan kata lain riba adalah pertambahan, pembesaran, peningkatan, perkembangan pemberi pinjaman dari peminjam dari jumlah pinjaman pokok sebagai imbalan karena meninggalkan / berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu itu. Definisi riba menurut syara’ masih menjadi perselisihan para ahli fiqh sesuai dengan pengertian masing-masing menurut sebab penerapan haramnya. Golongan hanafi mislanya mendefinisikan, bahwa setiap kelebihan tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli dan penjual di dalam tukar menukar misalnya dirham dengan berat yang sama diperbolehkan. Menurut golongan syafi’i riba ialaha transaksi dengan imbalan tertentu yang tidak di ketahui kesamaan takarannya, maupun ukurannya, waktu di lakukan transaksi, atau dengan penundaan waktu penyerahan kedua barang yang ditukar salah satunya. Kesamaan tukaran/ukuran yang di maksud di sini adalah pada barang sejenis, seperti emas, perak dengan perak. Penundaan waktu penyerahan boleh jadi harga yang ditukar salah satu barang itu tekah berubah harganya. Menurut golongan syafi’i sebab larangan berlakunya pada barang makanan, meskipun barang tersebut pengukurannya menggunakan

Upload: lediep

Post on 16-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

15

BAB II

KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT

A. Pengertian Riba

Riba menurut bahasa berarti tambahan, bertambah, meningkat,

membesar. Dengan kata lain riba adalah pertambahan, pembesaran,

peningkatan, perkembangan pemberi pinjaman dari peminjam dari jumlah

pinjaman pokok sebagai imbalan karena meninggalkan / berpisah dari

sebagian modalnya selama periode waktu itu.

Definisi riba menurut syara’ masih menjadi perselisihan para ahli fiqh

sesuai dengan pengertian masing-masing menurut sebab penerapan haramnya.

Golongan hanafi mislanya mendefinisikan, bahwa setiap kelebihan

tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli dan

penjual di dalam tukar menukar misalnya dirham dengan berat yang sama

diperbolehkan.

Menurut golongan syafi’i riba ialaha transaksi dengan imbalan tertentu

yang tidak di ketahui kesamaan takarannya, maupun ukurannya, waktu di

lakukan transaksi, atau dengan penundaan waktu penyerahan kedua barang

yang ditukar salah satunya. Kesamaan tukaran/ukuran yang di maksud di sini

adalah pada barang sejenis, seperti emas, perak dengan perak. Penundaan

waktu penyerahan boleh jadi harga yang ditukar salah satu barang itu tekah

berubah harganya. Menurut golongan syafi’i sebab larangan berlakunya pada

barang makanan, meskipun barang tersebut pengukurannya menggunakan

Page 2: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

16

takaran/timbangan yang dilakukan tida secara tunai. Alasan larangan tersebut

pada barang yang sama, adalah hadits Ubadah bin Shamid, dari Nabi SAW

yang artinya: “emas dengan emas, perak dengan perak, kurma dengan kurma,

gandum dengan gandum, dan beras dengan beras, garam dengan garam

haruslah sebanding serta tunai”

Menurut golongan Hambali riba menurut syara’ adalah tambahan yang

diberikan pada barang tertentu, yang dimaksud dengan tertentu adalah yang

dapat ditukar atau di timbang dengan jumlah yang berbeda. 1 Tindakan inilah

yang dinamakan riba.

Dalam Islam riba secara khusus merujuk pada kelebihan yang diminta

dengan cara-cara tertentu seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar Asqalani

mengatakan bahwa inti dari pad ariba adalah kelebihan, baik itu dalam bentuk

barang/uang. Seperti dua puluh sebagai penukaran satu rupiah.

Sedangkan menurut Syah Waliullah dari Delhi, unsur riba terdapat

dalamm hutang yang diberikan dengan persyaratan bahwa peminjam akan

membayar lebih dari pada yang diterima dari pemberi pinjaman.2

Riba secara formal dapat didefinisikan sebagai suatu keuntungan

moneter tanpa ada nilai imbangan yang ditetapkan untuk salah satu dari dua

pihak yang mengadakan kontrak dalam pertukaran dua nilai moneter.3

Dalam bukunya M. Abdul Manan yang berjudul Teori dan Praktek

Ekonomi Islam mendefinisikan bunga sebagai berikut: “Praktek meminjamkan

1 M. Muslehudin, Asuransi dalam Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hlm. 24-25. 2 Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jlid III, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,

1996, hlm. 83-84. 3 Mervyn Lewis dan Latifa Algaoud, perbankan Syari’ah, Prinsip, Prospek, Jakarta: PT.

Serambi Ilmu semesta, 2001, hlm. 35.

Page 3: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

17

uang dengan bunga yang luar biasa tingginya, terutama dengan bunga yang

lebih tinggi dari pada yang di perkenankan oleh undang-undang”4

Adapun menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari

harta pokok atau modal secara batil. Ada beberapa pendapat dalam

menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang

menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi

jual beli maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dnegan

prinsip muamalah dalam Islam.

Mengenai hal ini, Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya

)29:النساء.... (يا أيها الذين آمنوا ال تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesama dengan jalan yang batil…”. (An-Nisa’ : 29)

Dalam kaitannya dengan pengertian al-bathil dalam ayat tersebut, Ibnu Al-

Arabi al-Malik dalam kitabnya, Ahkam Al-Qur’an, menjelaskan,

والربا ىف اللغة هو الزيادة واملردبه ىف االية كل زيادة مل يقابلها عوضArtinya: “Pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang

dimaksud riba dalam ayat al-Qur’an iniiadalah setiap penambahan

yang di ambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau

penyeimbang yang dibenarkan syari’ah”

Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu

transaksi bisnis atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan

4 M. Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,

1993, hlm., 165.

Page 4: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

18

tersebut secara adil, sperti transaksi jaul beli, gadai, sewa, atau bagi hasil

proyek. Dalam transaksi sewa, si penyewa membayar upah sewa karena

adanya manfaat sewa dari si penyewa, Mobil misalnya, sesudah dipakai maka

nilai ekonomisnya pasti menurun jika dibandingkan sebelumnya. Demikian

juga dalam bagi hasil, para peserta perkonsian berhak mendapatkan

keuntungan karena disamping menyertakan modal juga turut serta

menanggung kemungkinan risiko kerugian yang bisa saja muncul setiap saat.

Dalmtransaksi simpan pinjam dana, secara konvensional, si pemberi

pinjaman mengambil tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya suatu

penyeimbang yang diterima si peminjam tersebut. Yang tidak adil di sini

adalah si peminjam di wajibkan untuk selalu, tidak boleh, harus mutlak, dan

pasti untung dalam setiap penggunaan kesempatan tersebut.

Demikian juga dana itu tidak akan berkembang dengan sendirinya

hanya dengan faktor waktu semata tanpa ada faktor orang yang menjalankan

dan mengusahakannya. Bahkan ketika orang tersebut mengusahakan bisa saja

untung bisa juga rugi.

Pengertian senada disampaikan oleh Jumhur ulama sepanjang sejarah

Islam dari berbagai Mazahib Fiqhiyyah. Diantaranya sebagai berikut:

Page 5: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

19

1. Badrad Din Al-Ayni

Prinsip utama riba adalah penambahan, menurut syari’ah riba berarti

penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil.

2. Imam Sarakhsi dari Mazhab Hanafi

Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa

adanya iwadh (padanan) yang dibenarkan syari’ah atas penambahan

terebut.

3. Raghib al-Asfahan

Riba adalah penambahan atas harga pokok5

B. Macam-macam Riba

Mengani pembagian dan jenis riba, berkata Ibnu Hajar al-Haitsami,

sebagaimana dikutip oleh Muhammad Syafi’i Antonio menyebutkan macam-

macam riba sebagai berikut:

Riba itu terdiri atas tiga jenis: riba fadl, riba al-yaad dan riba an-nasi’ah. Al-

Mutawally menmabahkan jenis keempat, yaitu riba al-qard. Beliau jyga

menyatakan bahwa semua jenis ini diharamkan secara ijma’ berdasarkan nash

Qur’an dan Hadits Nabi.6

1. Riba Fadl

Menurut ualama Hanafiyah, riba fadl adalah:

زيادة عني مال ىف عقد بيع على املعيار الشرعى عند احتاد اجلنس

5 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani

Press, 2001, hlm. 37-38. 6 Ibid, hlm. 41.

Page 6: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

20

Artinya: “Tambahan zat harta pada akad jual-beli yang diukur dan

sejenis”. Dengan kata lain, riba fadl adalah jual-beli yang mengandung

unsur riba pada barang dengan adanya tambahan pada salah satu benda

tersebut. Oleh karena itu melaksanakan akad jual-beli antar barang yang

sejenis, tidak boleh di lebihkan salah satunya agar terhindar dari unsur

riba. 2. Riba Nasi’ah

Menurut ulama Hanafiyah, riba nasi’ah adalah:

فضل احللول على األجل وفضل العني علىالعني ىف املكيلني او املورمنني عند اختالف اجلنس او غري املكيلني اواملوزنني عند حتاد

اجلنسArtinya: “Memberikan kelebihan terhadap pembayaran dari yang

ditangguhkan atau ditimbang yang berbeda jenis atau selain yang ditakar dan ditimban yang sama jenisnya.

Maksudnya, menjual barang dengan sejensinya, tetapi satu lebih

banyak, dengan pembayaran diakhirkan, seperti menjual satu kilogram

gandum dengans atu setengah kilogram gandum, yang dibayarkan setelah

dua bulan. Contoh jual beli yang tidak ditimbang, seperti membeli satu

buah semangka dengan dua buah semangka yang aan dibayar setelah

sebulan.7

Adapun pengertian riba nasi’ah menurut Wahbah al-Zuhaily

adalah “penambahan harga atas barang kontan lantaran penundaan waktu

7 Rachmat Syafe’i, Figh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2004, hlm. 262-263.

Page 7: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

21

pembayaran atau penambahan ‘ain (barang kontan) atas dain (harga utang)

terhadap barang berdeda jenis yang ditimbang atau ditakar atau terhadap

barang sejenis yang tidak ditakar atau ditimbang”.8

3. Riba al-Yaad

Juali beli dengan mengakhirkan penyerahan (al-qabdu), yakni

bercerai berai antara dua orang yang akad sebelum timbang terima, seperti

menganggap sempurna jual beli antara gandum dengan sya’ir tanpa harus

saling menyerahkan dan menerima di tempat akad.9

4. Riba al-Qard

Bunga pinjaman, meliputi beban atas pinjaman yang bertambah

seiring dengan berjalannya waktu dengan kata lain merupaan pinjaman

berbunga dan kadang-kadang disebut sebagai riba an-nasia, tambahan

karena menunggu. Riba ii muncu apabila peminjam harta orang lain,

apapun bentuknya di bebani oleh si pemberi pinjaman untuk membayar

suatu tambahan tertentu disamping pokok pinjaman pada saat pelunasan.10

Dengan kata lain riba al-qara yaitu suatu manfaat atau tingkat

kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap berutang.11

8 Ghufron A. Mas’adi, figh Muamalah Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002,

hlm. 159-160. 9 Radimat Syafe’i, op. cit., hlm. 264. 10 Mervyn Lewis dan Latifa Algaoud, op. cit., hlm. 57. 11 M. Syafi’i Antonio, op. cit., hlm. 41.

Page 8: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

22

C. Dasar Hukum Riba

Umat Islam dilarang mengambil riba apa pun jenisnya. Larangan

supaya umat Islam tidak melibatkan diri dengan riba bersumber dari berbagai

surah dalam al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW.

1. Larangan riba dalam Al-Qur’an

Larangan riba yang terdapat dalam Al-Qura’an tidak diturunkan

sekaligus, melainkan diturunkan dalam empat tahap.

Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang

pada zahirnya seolah-olah menolong mereka yang memerlukan sebagai

suatu perbuatan mendekati atau taqarrub kepada Allah SWT.

من متيا آتمالله و دو عنبراس فال يال النوفي أم وبرربا لي من متيا آتمو )39:الروم(زكاة تريدون وجه الله فأولئك هم المضعفون

Artinya: “Dan, sesuatu riba (tamahan) yang kamu berikan agar dia

menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan, apa yang kau berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang –orang yang melipat-gandakan (pahalanya)”. (Q.S. Ar-Rum : 39)

Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah

SWT mengancam akan memberi balasan yang keras kepada orang Yahudi

yang memakan riba.

نع همدبصو مله ات أحلتبطي همليا عنمروا حاده الذين فبظلم منوأخذهم الربا وقد نهوا عنه وأكلهم أموال الناس . سبيل الله كثريا

Page 9: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

23

ع مهمن ا للكافرينندتأعاطل و161-160: النساء(ذابا أليما بالب(

Artinya: “Maka, disebabakan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan merke memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih”. (Q.S. An-Nisa’ : 160-161)

Tahap ketiga, riba diharamkan dnegan dikaitkan kepada suatu

tambahan yang berlipat ganda. Para ahli tafsir berpendapat bahwa

pengambilan bunga dengan tingkat yang cukup tinggi merupakan

fenomena yang banyak dipraktikkan pada masa tersebut. Allah berfirman.

لكملع قوا اللهاتفة واعضافا معبا أضأكلوا الروا ال تنآم ا الذينها أيي )130:آل عمران(تفلحون

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganah kamu meemakan riba

dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat kebenruntungan”. (Q.S. Ali Imran : 130)

Ayat ini turun pada tahun ke-3 Hijriah. Secara umum, ayat ini

harus dipahami bahwa kriteria berlipat ganda bukanlah merupakan syarat

dari terjadinya riba (jikalai bunga berlipat ganda bukanlag merupakan

syarat dari terjadinya riba), tetapi ini merupakan sifat umum dari praktik

pembungaan uang pada saat itu.

Page 10: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

24

Demikian juga ayat ini harus dipahami secara komprehensif

dengan ayat 278-279 dari surah al-Baqarah yang turun pada tahun ke-9

Hijriah (keterangan lebih lanjut, lihta pembahasan “Alasan pembenaran

pengambilan Riba”, poin “Berlipat Ganda”).

Tahap terakhir, Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharmakan

apa pun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman.

ا الذينها أييمننيؤم متبا إن كنالر من قيا بوا مذرو قوا اللهوا اتنآم . وسؤر فلكم متبإن توله وسرالله و ب منروا بحلوا فأذنفعت فإن لم

)279-278:البقرة(أموالكم ال تظلمون وال تظلمون

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka, jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya”. (Q.S. al-Baqarah : 278-279)12

Di dalam buku lain dijelaskan juga berapapun jumlahnya, baik

sedikit maupun banyak. Harta hasil riba hukumnhya jelas-jelas haram. Dan

tidak seorangpun boleh memilikinya, serta harta itu akan dikembalikan

kepada pemiliknya, jika mereka telah diketahui. Allah SWT. Berfirman

dalam Surah Al-Baqarah : 27513

12 Muhammad Syafi’i Antonio, op. cit., hlm. 48-50. 13 Taqyuddin An-Nabhani, Membangun Sitem Ekonomi Alternatif; Perpektif Islam,

Surabaya: Risalah Gusti, 1996, hlm. 200.

Page 11: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

25

ا كما يقوم الذي يتخبطه الشيطان من الذين يأكلون الربا ال يقومون إلالمس ذلك بأنهم قالوا إنما البيع مثل الربا وأحل الله البيع وحرم الربا

الله ومن عاد فمن جاءه موعظة من ربه فانتهى فله ما سلف وأمره إلى )275:البقرة(فأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون

Artinya: “Orang-orang yang maka (mengambil) ria tidak daatberdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan, lantaran (tekana) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jua;-beli itu sama dengan riba. Orang-orang yang teah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai padanya larangan Thannya, lalu terus berhenti (dari mengamil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penguni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah : 275)14

Adapun sifat yang tampak dalam riba tersebut adalah adanya suatu

keuntungan yang diambil oleh orang yang menjalankan riba, yaitu

mengeksploitasi tenaga orang lain, dimana ia mendapatkan upah tanpa

harus mencurhkan tenaga sedikit pun. disamping karena harta yang

menghasilkan riba itu dijamin keuntungannya, dan tidak mungkin rugi.

dan ini tentu bertantang dengan kaidah: al-gharam bil gharami

(maksdunya bila ada kuntungan, maka ada pula kerugian)

oleh karena itu, mengelola harta dengan perseroan -yang Islami-

semisal transaksi mudharabah dan musaqat dengan segala macam

persyaratannya adalah mubah. sebab,pengelolaan semacam ini bisa

14 0

Page 12: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

26

dimanfaatkan oleh suatu jama’ah, dimana tidak ada sedikitpun tenafa

orang lain yang dieksploitir. bahkan, ia merupakan sarana yang

memungkinkanmereka untuk memanfaatkan tenaga mereka sendiri,

dimana ia bisa menderita kerugian, begitu pula bisa mendapatkan

keuntungan. ini berbeda dengan riba.15

Kemudian, kecamatan keras dan pengharaman riba hyga terdapat

dalam surah al-Baqarah 276 yang merupakan jawaban kalimat kunci

hikmah pengharaman riba, yakni Allah bermaksud menghapuskan tradisi

riba dan menumbuhkan tradisi shadaqah16 dalam kondisi sempit maupun

lapangan merupakan sebagian pertanda orang yang bertakwa.

Berdasarkan uraian singkat tentang pernyataan al-Qur’an tentang

riba dalam surat al-Baqarah dan surat Ali ilmran, tampaklah bahwa

keduanya berada dalam konteks seruan shadaqah (termasuk seruan infaq fi

sabilillah dan kewajiban berzakat). Dalam pernyataan al-Qur’an antara

keduanya (yakni riba dan shadaqah) selalu dipertetangkan. Kecaman,

ancaman keras dan pengharaman riba dipertentangkan dengan seruan

shadaqah yang sangat gencar. Prkatek riba yang memungut keuntungan

secara berlipat ganda dipertentangkan dengan pahala shadaqah yang

spektakuler, dan riba sebagai hutang kepad manusia dipertentangkan

dengan shadaqah yang dinyatakan sebagai pinjaman kepada Allah.

Jelaslah bahwa tujuan dari semua itu adalah bahwa Allah bermaksud

15 Taqyuddin An-Nabhani, op. cit., hlm. 201. 16 Ghufron A. Mas’adi, op. cit., hlm. 152.

Page 13: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

27

menghapuskan tradisi Jahiliyah, yakni praktek riba, dan menggantinya

dengan tradisi baru, yakni tradisi shadaq.17

Pengharaman tentang riba dalam surah al-Baqarah ayat 278-279

yang dikutip oleh M. Syafi’i Antonio dalam bukunya Bank Syari’ah; dari

Teori ke Praktek, pernayataan senada juga dikutip oleh Yusuf Al-Qarwadi

yang dialih bahasakan oleh Muammal Al-Hamidy dalam kitabnya Halal

dan Haram dalam Islam. Yang intinya adalah Islam menutup pintu bagi

siapa saja yang berusaha mengembangkan uangnya itu dengan jalan riba.

Maka di haramkannyalah riba itu sedikit demi sdikit maupun banyak, dan

mencela orang-orang Yahudi yang menjalankan riba padahal mereka telah

melarangnya.18

2. Larangan Riba dalam Hadits

Pelarangan riba dalam hadits tidak hanya merujuk pada Al-Qur'an,

melainkan juga al-hadits. Hal ini sebagaimana posisi umum hadits yang

berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut aturan yang telah digariskan

melalui Al-Qur'an, pelarangan riba dalam hadits lebih terinci.

Dalam amanat terakhirnya pada tanggal 9 dzulhijjah tahun 10

Hijriyah, Rasulullah SAW masih menekankan sikap Islam yang melarang

riba.

“ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu dan Dia pasti akan menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba. Oleh karena itu, utang akibat riba harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu

17 Ibid, hlm. 154. 18 Syekh Muhammad Yusuf Al-Qardhawi, alih Bahasa Muammal Al-Hamidy, halal dan

Haram dalam Islam, Jakarta: Bina Ilmu, hlm. 264.

Page 14: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

28

adalah hak kamu, kamu tidak akan menderita ataupun mengalami ketidakadilan.”19 Selain masih banyak lagi hadits yang menguraikan masalah riba. Di

antaranya:

رأيت أيب إشترى حجاما فأمر : أخربنا عون بن أيب جحيفة قال مبحامجه فكسرت فسألته عن ذلك قال إن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم ى عن مثن الدم ومثن الكلب وكسب األمة ولعن الوامشة

.واملستومشة وأكل الربا وموكله ولعن املصورArtinya: “Diriwayatkan oleh Aun bin Abi Juhaifa, “Ayahku membeli

seorang budak yang pekerjaannya membekam (mengeluarkan darsah kotor dari kepala). Ayahku kemudian memusnahkan peralatan bekam si budak tersebut. Aku bertanya kepada ayah mengapa beliau melakukannya. Ayahkuu menjawab bahwa Rasulullah saw melarang untuk menerima uang dari transaksi darah, anjing, dan kasab busak perempuan. Beliau juga melaknat pekerjaan penato dan uang meminta ditato, menerima dan memberi riba serta beliau melaknat para pembuat gambar” (H.R. bukhari No. 2084 kitab Al-Buyu)20

3. Pendapat Para Ulama Tentangh Riba

Pendapat Syekh Muhammad Abu Zahrah, guru besar Syari’at

Silam pada Fakultas Hukum di Universitas Cairo: “Hukum mengharamkan

riba itu terdapat di dalam al-Qur’an dan dalam Sunah Rasul. Ulama besar

dari Salafus Saleh pun telah sekata mengharamkannya. Begitu juga ulama

mujtahidin yang datang di belakang merka. Abad berganti abad, ijma’

tersebut berlaku seperti biasa, segenap hati orang yang mu’min rela

dengan tenang menerima hukum riba itu haram; yang jengkel dan ribut

hanyalah orang yang berhati keras. Yang belakangan ini terkadang dengan

19 M. Syafi’i Antonio, op. cit., hlm. 51. 20

Page 15: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

29

cara berterusterang, terkadang dengan cara mencari-cari helah, melanggar

hukum tersebut.21

Menurut Hanafi bahwa tidak dibolehkan memberikan qiradl

kepada seseorang lain dengan syarat meminta sesuatu yang lain yang

berupa manfaat umpamanya dipinjamkan dengan qiradl 20 kurang gandum

yang belum bersih, dengan syarat harus dikembalikan 20 karung gandum

yang sudah bersih. Kalau disyaratkan, qiradl itu tidak sah.

Syafi’i berpendapat bahwa qiradl itu fasid dengan mensyaratkan

sesuatu yang menarik menfaat bagi yang meminjamkan. Dan ini diperinci

ke dalam tiga pasal:

a. Qiradl yang disyaratkan menarik manfaat, ini membinasakan bagi

aqad qiradl tersebut.

b. Syarat yang memberi keuntungan bagi yang meminjam saja,

seperti yang dikembalikan harus buruk, sedang yang dipinjam baik.

Sudah tentu qiradl ini tidak sah, karena merugikan kepada yang

mempunyai benda (kapital)

c. Syarat untuk menambah kepercyaan, seperti minta jaminan, borg,

maka syarat ini dapat dibenarkan.

Sedang Madzab Maliki bahwa mengadakan enam yang syarat

untuk qiradl ini, dan syarat yang keenam itu berbunyi tidak harus di dalam

aqad qiradl itu disyaratkan sesuatu syarat yang menarik manfaat bagi yang

meminjamkan, umpamanya yang meminjam harus memberi kepada

21 Moh. Fachruddin, Riba dalam Bank, Koperasi, Perseroan dan Asuransi, Bandung: PT.

Al-Maarif, 1993, hlm. 80

Page 16: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

30

sipeminjam rumah untuk tempat dan sebagainya. Demikian juga kepada

yang meminjam tidak harus memberi kurang daripada apa diterimanya.22

Adapun Madzab Hanbali, Ibnu Qayyim, juga mengatakan

pengharaman riba dengan aspek moralnya dengan merujuk kepada riba

pra-Islam, ia mengatakan bahwa dalam kebanyak kasus si debitur adalah

orang yang melarat yang tidak memiliki pilihan selain menunggak

pembayaran utang. Alasan inilah, menurut kaum modernis, yang membuat

pengharaman riba secara moral berlanjut dalam lingkungan sosial-

ekonomi yang berubah. Menurut salah seorang mufassir modern,

Muhammad Asad:

Garis besarnya, kekejian riba (dalam arti dimana istilah ini

digunakan dalam al-Qur’an dan dalam banyak ucapan Nabi) terkait dengan

keuntungan-keuntungan yang diperoleh melalui pinjaman-pinjaman

berbunga yang mengandung eksploitasi atas orang-orang yang berekonomi

lemah oleh orang –orang yang kuat dan kaya. Dengan menyimpan defini

ini di dalam benak, kita menyadari bahwa persoalan mengani jenis

transaksi keuangan mana yang jatuh kedalam kategori riba, pada akhirnya

adalah persoalan moral, yang sangat terkait dengan motivasi sosial-

ekonomi yang mendasari hubungan timbal balik antara dipeminjam dan

pemberi pinjaman.23

Imam Rozi juga mencoba menjelaskan alasan pelarangan riba,

pertama, karena riba berarti mengambil di peminjam secara tidak adil.

22 Ibid, hlm. 102. 23 Abdullah Saed, Menyoal Bank Syari’ah, Jakarta: E.J. Brill, 1996, hlm. 61.

Page 17: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

31

Pemilik uang biasanya berdalih ia berhak atas keuntyungan bisnis yang

dilaukan si peminjam. Namun, ia tampaknya lupa bila ia tidak

meminjamkan, uangnya tidak bertambah. Ia pun berdalih kesempatannya

berbisnis hilang karena meminjamkan uangnya karenanya berhak atas riba.

Ini pun keliru karena belum tentu bisnisnya menghasilkan untung dan

yang pasti ia harus menanggung risiko bisnis.

Kedua, dengan riba seseorang akan malas bekerja dan berbisnis

karena dapat duduk-duduk tenang sambil enunggu uangnya berbunga.

Imam Razi mengataan bahwa kegiatan produksi dan perdangan akan lesu.

Lihat saja saat ini, bisnis mana yang akan berkembang dengan bunga 60%.

Ketiga, riba akan mernedahkan martabat manusia karena untuk

memnuhi hasrat dunianya seseorang tidak segan-segan meminjam dengan

bunga tinggi walau akhirnya dikejar-kejar penagih utang. Saat ini, berapa

banyak orang yang terpandang kedudukannya menjadi pesakitan karena

tidak mampu membayar bunga kartu kreditnya. Keempat, riba akan

membuat yang kaya bertambah kaya dan yang miskin bertambah miskin.

Dalam masa krisis saat ini, orang kaya malah bertambah kaya karena

bunga deposito dan simpanan dolarnya. Kelima, riba jelas-jelas dilarang

oleh Al-Qur’an dan Sunnah.24

Sekalipun ayat-ayat dan hadits riba sudah sangat jelas dan sharih,

masih saja ada beberapa cendikiawan yang mencoba memberikan

pembenaran atas pengambilan bunga uang. Dia antaranya karena alasan:

24 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema

Insani, 2001, hlm. 71.

Page 18: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

32

1. Dalam keadaan darurat, bunga halal hukumnya

2. Hanya bunga yang berlipat ganda saja dilarang. Sedangkan suku bunga

yang “wajib” dan tidak mendzalimi, diperkenankan

a. Darurat

الضرورات تقدر بقدرهاArtinya: darurat itu ada msa berlakunya serta ada batasan ukuran

dan kadanya.

Contoh, seandainya dihutan ada sapi atau ayam maka dispensasi

untuk memakan daging babi menjadi hilan. Demikian juga

seandainya untuk mempertahankan hidup cukup dengan tig asuap

maka tidak boleh melampui batas hingga tujuh atau lebih.

b. Berlipat ganda

Pendapat bahwa bunga hanya dikategorikan riba bila sudah

berlipat-ganda dan memberatkan. Sementara bila kecil dan wajar-

wajar saja dibenarkan. Pendapat ini berasal dari pemahaman yang

keliru atas Surat Ali Imran ayat 130.

قوا اللهاتفة واعضافا معبا أضأكلوا الروا ال تنآم ا الذينها أيي )130:آل عمران(لعلكم تفلحون

Artinya: “Hai Orang-orang yang beriman, janganlah kalian

memakan riba dengan berlipat-ganda dan bertaqwalah

kalin kepad Allah supaya kalian mendapat

keberuntungan.”

Page 19: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

33

Menanggapi pembahasan Q.S. Ali Imran ayat 130 ini

Syaikh Umar Abdul Aziz al-Matruk, penulis buku Riba dan

transaksi lembaga keuangan dalam pandangan syari’ah Islam

menegaskan

“Adapun yang dimaksud dengan ayat 130 surat Ali Imran termasuk redaksi berlipat-ganda dan penggunaannya sebagai dalil, sama sekali tidak bermakna bahwa riba harus sedemikian banyak. Ayat ini menegaskan tentang karakteristik riba secara umum bahwa ia mempunyai kecenderungan untuk berkembang dan berlipat sesuai dengan berjalannya waktu. Dengan demikian redaksi ini (berlipat-ganda) menjadi sifat umum dari riba dalam terminologi syara (Allah dan Rasul-Nya)25

hal yang senada juga disebutkan oleh Yusuf Qardhawi yang di alih

bahasakan oleh Muammal Al-Hamidy dalam kitab halal dan

haram dalam Islam, sebagai berikut tetapi apabila di situ ada suatu

keharusan yang tidak dapat dihindari dan mengharuskan kepada si

peminjam untuk memberinya rente, maka waktyu itu dosanya haya

terkena kepada si pengambil rente saja.

Namun dalam hal ini diperlukan beberapa syarat:

1) adanya suatu dharurat yang benar-benar, bukan hanya sekedar

ingin kesempurnaan kebutuhan. Sedang apa yang disebut dharurat,

yaitu satu hal yang tidak mungkin dapat dihindari, apabila

terhalang, akan membawa kebinasaan. Seperti makanan pokok,

pakaian perlindungan dan berubat yang semesetinya dilakukan.

25 M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, hlm. 80-83.

Page 20: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

34

2) Kemudian perkenaan ini hanya sekedar dapat menutupi kebutuhan,

tidak boleh lebih. Maka barangsiapa yang kiranya cukup dengan

$ 9, - (9 pounds) mislanya, misalnya tidak halal butang $ 10,-

3) Dari segi lain, dia harus terus berusaha mencarai jalan untuk dapat

lolos dari kesulitan ekonominya. Dan rekan-rekan seagamanya pun

harus membantu dia untuk mengatasi problemanya itu. Jika tidak

ada jalan lain kecuali dengan meminjam dengan riba, maka barulah

dia boleh melakukan, tetapi tidak boleh dengan kesengajaan dan

melewati batas. Sebab Alah adalah maha pengampun dan

penyayang.

4) Dia berbuat begitu, tetapi harus dengan perasaan tidak senang.

Begitulah sehingga Allah memberikan jalan keluar kepadanya.26

26 Yusu Qardhawi, alih bahasa Muammal Al-Hammidy, op. cit., hlm. 368.

Page 21: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

35

D. Konseptualisasi tentang BMT

1. Pengertian BMT

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) pada dasarnya merupakan

pengembangan dari konsep ekonomi dalam Islam terutama bidang

keuangan. Istilah BMT adalah penggabungan dari baitul maal wa tamwil

dan baitut tamwil. Baitul maal adalah lembaga keuangan yang kegiatannya

mengelola dana yang bersifat Nirlaba (sosial). Sumber dana diperoleh dari

zakat, infaq, dan sadaqah atau sumber lain yang halal. Kemudian dana

tersebut disalurkan kepada mustakhiq,yang berhak atau untuk kebaikan.

Adapun baitut tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya

adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dan bersifat profit

motive. Penghimpunan dana diperoleh melalui simpanan pihak ketiga dan

penyalurnya dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investsi yang

dijalankan berdasarkan prinsip syari'at.1

Dengan demikian BMT menggabungkan dua kegiatan yang berbeda

sifatnya, laba dan nirbala dalam satu lembaga. Namun secara organisasi

BMT tetap merupakan entitas (badan) yang terpisah.

2. Produk BMT (Baitul Maal wa Tamwil)

Untuk dapat menarik minat anggota dalam menabung, maka BMT

perlu mengemas produknya ke dalam nama yang menarik dan mudah

diingat. Produk penghimpunan dana BMT harus mampu menampung

1Hertanto Widodo AT., Panduan Praktis Operasional BMT, Mizan, Jakarta, 1999, hlnm. 81

Page 22: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

36

keinginan nasabah. Jenis produk-produk dapat dikembangkan sebagai

berikut :

- Tabungan Haji (Taji) yakni tabungan khusus menampung keinginan

masyarakat yang akan menunaikan ibadah haji dalam jangka panjang.7

- Tabungan qurban (Taqur), yakni tabungan yang disediakan untuk para

shohibul qurban, yaitu masyarakat disediakan produk yang dapat

membantu merencanakan ibadah qurbannya.

- Tabungan Pendidikan (Tapen), yakni tabungan yang disediakan untuk

membantu masyarakat dalam menyediakan kebutuhan dana pendidikan

di masa yang akan datang.8

- Tabungan berjangka Mudharabah (Tobah), yakni deposito dengan

berjangka waktu tertentu.

Masing-masing jenis tabungan tersebut memiliki jangka waktu

yang berbeda, sehingga nisbah bagi hasilnya pun sangat mungkin juga

berbeda.

Di sisi lain BMT (baitukl Maal wa Tamwil) mempunyai banyak

produk yang ditawarkan dalam rangka memperdayakan ekonomi.

a. Al-Wadiah (Titipan/Simpanan)

Didalam kita al-Mathali bil Asar menyebutkan :

فرض على من لودعت عنه وديعة حفظها وردها إىل صاحبها إذا الدمسى، وقد صح رسول طلبها منه ومن الرب حفظ مال املسلم او

7Muhammad Ridwan, Manajemen BMT, UII press, Yogyakarta, 2004, hlm. 155 8Ibid., hlm. 158

Page 23: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

37

اهللا صلى اهللا عليه وسلم عن إضاعة املال، وهذى عموم ملال املرء ومال غريه

Artinya : “Orang yang mendapat titipan menjaga titipan itu sampai orang yang mempunyai titipan itu mengambilnya. Dan salah satu dari bentuk kebaikan adalah pemeliharaan harta orang muslim atau diizini (orang yang hidup dalam komunitas Islam (non Islam) dan sungguh sangat besar adanya larangan Nabi terhadap penyia-nyiaan harta baik hartanya sendiri apabila harta orang lain”.27

b. Al-Wakalah / Wakil

Al-Wakalah berarti Penyerahan Mandat Pendelegasian, Atau

Pemberian Mandat.28

c. Al-Kafalah / Jasa Peminjam

Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh

penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban

pihak kedua atau yang ditanggung.29 d. Ar-Rahn (Gadai)

Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam

sebagai jaminan atas peminjam yang diterimanya barang yang ditanam

tersebut memiliki nilai ekonomis.30

27 Abu Muhamad Ali bin Said bin Hazm al Andaluzy, Al Makhali bil Asar, Beirut : Darul

Kitab al Ilmiyah, 1978, hlm. 137. 28 Ibid., hlm. 89. 29 Muhamad Syafii Antonio, loc.cit., hlm. 176. 30 Ibid., hlm. 182.

Page 24: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

38

Sistem yang digunakan dalam BMT

Secara umum sistem yang digunakan dalam BMT adalah bagi hasil.

Dalam hal ini bagi hasil dikenal dengan istilah profit sharing.

Sesungguhnya prinsip bagi hasil dalam BMT dapat dilakukan

dalam empat yakni; Al-Musyarokah, al-Mudhorobah, al-Muzara’ah, dan

al-Musaqoh.31

Prinsip yang digunakan atau yang paling banyak dipakai adalah al-

Musyarokah dan al-Mudhorobah.

a. Al-Musyarokah adalah syirkah musyarokah adalah kerjasama antara

dua pihak kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu

dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan

keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan.32

Landasan syari'ah/landasan hukumnya ada dalam QS. As-Shod : 24

ا إنوكثري لطاء منغي الخبلي مهضعلى بض ععإلا ب وا الذيننءام

الصالحات وعملواArtinya : “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang

berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh”. (QS. As-Shod : 24).33

b. Al-Mudhorobah

Mudhorobah dapat didefinisikan sebagai sebuah perjanjian

diantara paling sedikit dua pihak dimana satu pihak pemilik modal

31 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syari'ah Suatu Pengenalan Umum, Tazkia Institut, Jakarta, 1999, hlm. 182.

32 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari'ah, Ekonosia, Yogyakarta, 2003, hlm. 63.

33 Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-Qur’an, loc.cit., hlm. 735.

Page 25: BAB II KONSEP TENTANG RIBA DAN BMT A. Pengertian Ribalibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1...tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan diantara pembeli

39

(shohibul maal atau rab al maal) mempercayakan sejumlah dana kedua

pihak lain. Pengusaha (mudharib) untuk menjalankan suatu aktifitas

atau usaha.34

c. Al-Muzaroah

Al-Muzaroah adalah kerjasama pengelolaan pertanian antara

pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk

ditanami dan dipelihara dengan memberi imbalan bagian tertentu

(persentase) dari hasil panen.35

d. Al-Musaqoh adalah bentuk yang lebih sederhana dari Muzaroah,

dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan

pemeliharaan. Sebagai imbalan si penggarap berhak atas nisbah

tertentu dari hasil panen.36

34 Henry K. Lewis Latifa M al Gasup, Perbankan Syari'ah, Prinsip, Praktek dan Prospek,

Sekambi, Jakarta, 2001, hlm. 66. 35 Muhammad Syafii Antonio, op.cit., hlm. 139. 36 Ibid., hlm. 140.