bab ii kerangka teoritis, hasil penelitian dan analisis a ... · a. kerangka teoritis 1. kajian...

52
1 BAB II KERANGKA TEORITIS, HASIL PENELITIAN dan ANALISIS A. KERANGKA TEORITIS 1. Kajian Pelayanan Publik Pelayanan publik yang menjadi fokus disiplin ilmu Administrasi Negara di Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara kualitatif misalnya dapat dengan mudah dibuktikan di mana berbagai tuntutan pelayanan publik sebagai tanda ketidakpuasan mereka sehari-hari banyak kita lihat. Harus diakui, bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus mengalami pembaruan, baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dan perubahan di dalam pemerintah itu sendiri. Meskipun demikian, pembaruan dilihat dari dua sisi tersebut belumlah memuaskan, bahkan masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang tidak berdaya dan termarginalisasikan dalam kerangka pelayanan. 1 Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik adalah Undang Undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri. Pelayanan publik telah diatur dalam UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, menjelaskan : 1 Lijan Poltak Sinambela, dkk., Reformasi Pelayanan Publik, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006, hal. 3

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB II

    KERANGKA TEORITIS, HASIL PENELITIAN dan ANALISIS

    A. KERANGKA TEORITIS

    1. Kajian Pelayanan Publik

    Pelayanan publik yang menjadi fokus disiplin ilmu Administrasi

    Negara di Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh

    perhatian dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara

    kualitatif misalnya dapat dengan mudah dibuktikan di mana berbagai tuntutan

    pelayanan publik sebagai tanda ketidakpuasan mereka sehari-hari banyak kita

    lihat. Harus diakui, bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada

    rakyat terus mengalami pembaruan, baik dari sisi paradigma maupun format

    pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dan perubahan

    di dalam pemerintah itu sendiri. Meskipun demikian, pembaruan dilihat dari

    dua sisi tersebut belumlah memuaskan, bahkan masyarakat masih diposisikan

    sebagai pihak yang tidak berdaya dan termarginalisasikan dalam kerangka

    pelayanan.1

    Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

    adalah Undang Undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan

    yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri.

    Pelayanan publik telah diatur dalam UU No. 25 tahun 2009 tentang

    Pelayanan Publik, menjelaskan :

    1 Lijan Poltak Sinambela, dkk., Reformasi Pelayanan Publik, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006, hal. 3

  • 2

    a. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

    b. Pelaksanaan pelayanan publik yang selanjutnya disebut Pelaksanan adalah pejabat, pegawai, petugas dan setiap orang yang bekerja di dalam Organisasi Penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik.

    c. Standar pelayanan adalah tolok ukur yang sipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur.

    d. Sistem informasi pelayanan publik yang selanjutnya disebut Sistem Informasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan informasi serta mekanisme penyampaian informasi dari Penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam bentuk lisan, tulisan, gambar serta disajikan secara manual ataupun elektronik.

    Unit penyelenggara pelayanan publik adalah unit pada kerja instansi

    pemerintah secara langsung memberi pelayanan kepada penerima pelayanan

    publik, sedangkan pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai

    instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan2. Pelayanan publik adalah

    pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang

    mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan produk

    dan tata cara yang telah ditetapkan.

    Pengertian Pelayanan Publik adalah segala kegiatan yang

    dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya

    pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, dalam pelaksanaan ketentuan

    peraturan perundang-undangan3. Peningkatan pelayanan publik yang efisien

    2 Moenir, 1992, Manajemen dan Pelayanan Umum di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta3 Masengi. E. Evi, 2008, Manajemen Pelayanan Publik, Cetakan Pertama, Maret 2008, Penerbit Rineka Malang.

  • 3

    dan efektif akan mendukung tercapainya efisiensi dan efektif akan

    mendukung tercapainya efisiensi pembiayaan, artinya ketika pelayanan

    umum yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan kepada pihak yang

    dilayani berjalan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya atau mekanisme

    atau prosedurnya tidak berbelit-belit, akan mengurangi biaya atau beban

    bagi pihak pemberi pelayanan dan juga penerima pelayanan.

    Penyelenggara Pelayanan Publik adalah instansi pemerintah yang

    terbagi ke dalam unit-unit pelayanan yang secara langsung memberikan

    pelayanan kepada masyarakat. Ukuran keberhasilan pelayanan akan

    tergambar pada indeks kepuasan masyarakat yang diterima oleh para

    penerima pelayanan berdasarkan harapan dan kebutuhan mereka yang

    sebenarnya. Namun sebenarnya pelayanan publik dapat bekerja sama

    dengan pihak swasta atau diserahkan kepada swasta apabila memang

    dipandang lebih efektif dan sepanjang mampu memberikan kepuasan

    maksimal kepada masyarakat.

    Melihat pentingnya sebuah pelayanan publik, maka pelayanan publik

    harus dipandang sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat dan hak

    hak dasar masyarakat sebagai Warga Negara, sehingga masyarakat

    menerima apa yang seharusnya mereka terima, baik pelayanan publik yang

    diselenggarakan pemerintah maupun penyelenggara swasta dengan

    berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

    Menurut ahli hukum, dalam sebuah pemerintahan yang baik harus

    dapat mengidentifikasikan asas – asas umum dalam menjalankan

  • 4

    pemerintahan. Asas – asas umum pemerintahan yang baik dirinci menjadi

    tiga belas (13) asas, yaitu4 :

    1. Asas Kepastian Hukum

    2. Asas Keseimbangan

    3. Asas Kesamaan dalam mengambil keputusan

    4. Asas bertindak cermat

    5. Asas motifasi untuk setiap keputusan

    6. Asas jangan mencampuradukan kewenangan

    7. Asas permainan yang layak

    8. Asas Keadilan atau kewajaran

    9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar

    10. Asas meniadakan akibat – akibat suatu keputusan yang batal

    11. Asas perlindungan atas pandangan hidup

    12. Asas kebijaksanaan

    13. Asas penyelenggaraan

    Dengan uraian yang sangat lengkap untuk semua asas – asas diatas

    tentunya setiap undang – undang yang disusun pemerintah akan mengacu

    pada asas – asas tersebut.

    Setiap pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan

    dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.

    Standar pelayanan merupakan ukuran yang harus dimiliki dalam

    penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan 4 Ridan dan Sudrajat, 2010, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Dilampiri UU RI No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, Cetakan 1 Juli 2010, Penerbit Nuansa Bandung.

  • 5

    penerima pelayanan. Standar pelayanan publik sekurang-kurangnya

    meliputi:

    a. Prosedur Pelayanan

    Prosedur pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan

    publik. Prosedur pelayanan harus dibakukan bagi pemberi dan penerima

    pelayanan publik, termasuk pengaduan sehingga tidak terjadi

    permasalahan dikemudian hari. Prosedur pelayanan harus ditetapkan

    melalui standar pelayanan minimal, sehingga pihak penerima pelayanan

    dapat memahami mekanismenya.

    b. Waktu Penyelesaian

    Waktu penyelesaian merupakan salah satu dari standar pelayanan

    publik. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan

    permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk

    pengaduan. Semakin cepat waktu penyelesaian pelayanan, maka akan

    semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang

    diberikan.

    c. Produk Pelayanan

    Produk pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.

    Hasil pelayanan akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

    ditetapkan. Produk pelayanan harus dipahami secara baik, sehingga

    memang membutuhkan sosialisasi kepada masyarakat.

  • 6

    d. Biaya Pelayanan

    Biaya pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.

    Biaya pelayanan termasuk rinciannya harus ditentukan secara konsisten

    dan tidak boleh ada diskriminasi, sebab akan menimbulkan

    ketidakpercayaan penerima pelayanan kepada pemberi pelayanan.

    Biaya pelayanan ini harus jelas pada setiap jasa pelayanan yang akan

    diberikan kepada masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kecemasan,

    khususnya kepada pihak atau masyarakat yang kurang mampu.

    e. Sarana dan Prasarana

    Sarana dan prasarana merupakan salah satu dari standar pelayanan

    publik. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

    penyelenggara pelayanan publik sangat menentukan dan menunjang

    keberhasilan penyelenggaraan pelayanan.

    f.Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

    Kompetensi petugas pemberi pelayanan merupakan salah satu dari

    standar pelayanan publik. Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus

    ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian,

    keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan agar pelayanan yang

    diberikan bermutu.

    1.1.1.Dasar Hukum Pelayanan Publik

    Pelayanan Publik untuk masyarakat umum menjadi tugas dan kewajiban

    pemerintah untuk melaksanakan, telah ditegaskan dalam :

  • 7

    a) Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1995 tentang Perbaikan Peningkatan

    Mutu Pelayanan Aparatur kepada Masyarakat.

    b) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :

    63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

    Pelayanan Publik.

    c) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :

    26/KEP/M.PAN/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan

    Akuntabilitas Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

    Peraturan peraturan Pemerintah ini menjadi dasar hukum pelaksanaan

    pelayanan publik dan salah satu bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan

    untuk masyarakat, adalah pelayanan publik bidang administrasi

    kependudukan, seperti pembuatan KTP.

    1.2. Ketentuan Tentang e-KTP

    1.2.1. Pengertian e-KTP

    Kartu Tanda Penduduk elektronik atau electronic-KTP (e-KTP)

    adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dibuat secara elektronik, dalam

    artian baik dari segi fisik maupun penggunaannya berfungsi secara

    komputerisasi. e-KTP ini sengaja diadakan untuk mempermudah

    pemerintah untuk mengambil data penduduk, karena dengan e-KTP

    pemerintah bisa langsung melihat data dari KTP elektronik tersebut tanpa

    harus menunggu daya yang harus disensus terlebih dahulu.

    e-KTP atau KTP Elektronik juga mempunyai pengertian dokumen

    kependudukan yang memuat sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi

  • 8

    administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database

    kependudukan nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu)

    KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan

    identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK

    yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor,

    Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis

    Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas

    lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

    Kependudukan).

    Program e-KTP diluncurkan oleh Kementerian Dalam Negeri

    Republik Indonesia pada bulan Februari 2011 dimana pelaksanannya terbagi

    dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai pada tahun 2011 dan berakhir pada

    30 April 2012 yang mencakup 67 juta penduduk di 2348 kecamatan dan 197

    kabupaten/kota. Sedangkan tahap kedua mencakup 105 juta penduduk yang

    tersebar di 300 kabupaten/kota lainnya di Indonesia. Secara keseluruhan,

    pada akhir 2012, ditargetkan setidaknya 172 juta penduduk sudah memiliki

    e-KTP.

    Secara sederhana, e-KTP berasal dari kata electronic-KTP, atau Kartu

    Tanda Penduduk Elektronik atau sering disingkat e-KTP. Lebih rincinya,

    menurut situs resmi e-KTP, KTP elektronik adalah dokumen kependudukan

    yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi

    ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada basis data kependudukan

    nasional.

  • 9

    Program e-KTP dilatar belakangi oleh sistem pembuatan KTP

    konvensional atau nasional di Indonesia yang memungkinkan seseorang

    dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis

    data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta

    tersebut memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang dalam hal-

    hal tertentu dengan manggandakan KTP-nya. Misalnya dapat digunakan

    untuk:

    a. Menghindari pajak

    b. Memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat diseluruh kota

    c. Mengamankan korupsi atau kejahatan/kriminalitas lainnya

    d. Menyembunyikan identitas (seperti teroris)

    e. Memalsukan dan menggandakan ktp

    Sesuai rencana awal, e-KTP dimulai pada bulan Agustus tapi molor

    sampai akhir September, bahkan dibanyak daerah malah mulai awal

    November 2011. Alasan pengunduran tersebut adalah soal ketersediaan

    peralatan untuk scan sidik jari dan retina mata. Namun belum lama ini

    (Kompas.com) mengutip pernyataan Menteri Dalam Negeri yang meralat

    bahwa e-KTP akan tuntas pada akhir 2012. Padahal sebelumnya pemerintah

    yakin bahwa rekam data penduduk untuk e-KTP selesai pada akhir 2011.

    1.2.2. Dasar hukum Penerapan e-KTP

    Pembuatan KTP diatur dan ditetapkan berdasarkan :

    a) Undang Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi

    Kependudukan

  • 10

    b) Peraturan Presiden Nomor 26 tahun 2009 tentang Penerapan KTP

    Berbasis NIK secara Nasional sebagaimana telah diubah dengan

    Peraturan Presiden Nomor 35 tahun 2010

    c) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 471.130.5-335 tahun 2010

    tentang Pembentukan Tim Teknis Penerbitan NIK dan Penerapan KTP

    berbasis NIK secara Nasional

    d) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 tahun 2011 tentang Standar dan

    Spesifikasi Perangkat Lunak dan Blanko KTP Berbasis NIK secara

    Nasional

    e) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 tahun 2011 tentang Pedoman

    Penerbitan KTP Berbasis NIK secara Nasional

    f) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 471.13/2715/MD tanggal 16

    Juni 2010 tentang Pemutakhiran Data Kependudukan.

    g) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 471.13/4141/SJ tanggal 13

    Oktober 2010 tentang Penerbitan NIK dan Persiapan Penerapan e-KTP

    tahun 2011

    Jabaran peraturan pemerintah pusat untuk pelaksanaan pembuatan KTP di

    Kota Salatiga, ditetapkan berdasarkan Undang Undang Nomor 23 tahun

    2006 tentang Administrasi Kependudukan, yang dijelaskan bahwa :

    “Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang

    tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan

    identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor

    NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam

  • 11

    penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok

    Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan

    penerbitan dokumen identitas lainnya.”

    1) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang

    Administrasi Kependudukan, dijelaskan bahwa: "penduduk hanya

    diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk

    Kependudukan (NIK)5. NIK merupakan identitas tunggal setiap

    penduduk dan berlaku seumur hidup". Nomor NIK yang ada di e-KTP

    nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin

    Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis

    Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas

    lainnya.

    2) Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP

    berbasis Nomor Induk Kependudukan6, yang berbunyi:

    a. KTP berbasis NIK memuat kode keamanan dan rekaman

    elektronik sebagai alat verifikasi dan validasi data jati diri

    penduduk

    b. Rekaman elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi

    biodata, tanda tangan, pas foto, dan sidik jari tangan penduduk

    yang bersangkutan

    5 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan6 Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional

  • 12

    c. Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk disimpan dalam basis

    data kependudukan

    d. Pengambilan seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana

    dimaksud pada ayat (3) dilakukan pada saat pengajuan

    permohonan KTP berbasis NIK, dengan ketentuan : Untuk WNI,

    dilakukan di kecamatan; dan untuk orang asing yang memiliki izin

    tinggal tetap dilakukan di instansi pelaksana

    e. Rekaman sidik jari tangan penduduk yang dimuat dalam KTP

    berbasis NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berisi sidik jari

    telunjuk tangan kiri dan jari telunjuk tangan kanan penduduk yang

    bersangkutan;

    f. Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana

    dimaksud pada ayat (3) dapat diakses oleh pihak-pihak yang

    berkepentingan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

    g. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perekaman sidik jari

    diatur oleh Peraturan Menteri

    1.2.3. Fungsi e-KTP

    1. Sebagai identitas jati diri

    2. Berlaku nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk

    pengurusan izin, pembukaan rekening Bank, dan sebagainya.

    3. Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP

    4. Terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung program

    pembangunan.

  • 13

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa e-KTP sangat perlu untuk

    dapat menciptakan sistem administrasi kependudukan yang rapi dan teratur

    dalam rangka mempermudah pemberian pelayanan publik oleh pemerintah

    kepada seluruh masyarakat. Pemanfaatan e-KTP diharapkan dapat berjalan

    lancar karena memiliki fungsi dan kegunaan yang sangat membantu

    pemerintah dan masyarakat yang bersangkutan dalam hal pemberian dan

    pemanfaatan pelayanan publik.

    1.2.4. Keunggulan e-KTP

    Keunggulan e-KTP juga dapat dilihat dari target jangka pendek

    pemerintah dalah Pemilu yang akan datang. Dengan e-KTP, kartu

    pemilihan untuk pemilu sudah tidak ada lagi. Artinya masyarakat cukup

    memperlihatkan e-KTP mereka masing-masing saat melakukan pemilu.

    Tentunya, hal ini memberikan penghematan yang luar biasa ke kas

    negara. Selain itu, e-KTP juga meminimalisir kecurangan dalam pemilu.

    Karena sudah komputerisasi, tidak ada lagi yang bisa memilih/nyoblos dua

    kali. Jadi, pemilu bisa lebih jujur, adil, dan bersih.

    Berdasarkan pernyataan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi di

    situs resmi e-KTP, Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) yang

    diterapkan di Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan e-KTP

    yang diterapkan di RRC dan India. e-KTP di Indonesia lebih

    komprehensif. Di RRC, Kartu identitas elektronik (e-IC) nya tidak

    dilengkapi dengan biometrik atau rekaman sidik jari. Di sana, e-IC hanya

    dilengkapi dengan chip yang berisi data perorangan yang terbatas. Sedang

  • 14

    di India, sistem yang digunakan untuk pengelolaan data kependudukan

    adalah sistem UID (Unique Identification Data), sedangkan di Indonesia

    namanya NIK (Nomor Induk Kependudukan). UID diterbitkan melalui

    pendaftaran pada 68 titik pelayanan, sedangkan program e-KTP di

    Indonesia dilaksanakan di lebih dari 6.214 kecamatan. Dengan demikian,

    e-KTP yang diterapkan di Indonesia merupakan gabungan e-ID RRC dan

    UID India, karena e-KTP dilengkapi dengan biometrik dan chip.

    e-KTP juga mempunyai keunggulan dibandingkan dengan KTP

    biasa/KTP nasional, keunggulan-keunggulan tersebut diantaranya:

    1. Identitas jati diri tunggal

    2. Tidak dapat dipalsukan

    3. Tidak dapat digandakan

    4. Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam Pemilu atau Pilkada (E-

    voting)

    Selain itu, sidik jari yang direkam dari setiap wajib e-KTP adalah

    seluruh jari (berjumlah sepuluh), tetapi yang dimasukkan datanya dalam

    chip hanya dua jari, yaitu jempol dan telunjuk kanan. Sidik jari dipilih

    sebagai autentikasi untuk e-KTP karena memiliki kelebihan-kelebihan

    sebagai berikut:

    1. Biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain

    2. Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari akan

    kembali ke bentuk semula walaupun kulit tergores

    3. Unik, tidak ada kemungkinan sama walaupun orang kembar

  • 15

    1.2.5. Kelemahan e-KTP

    Mengenai kelemahan, e-KTP ini sangat sensitif. e-KTP terdiri dari

    tujuh lapis. Di dalamnya ada data diri, tanda tangan, sidik jari, pupil mata,

    dan masih banyak lagi. Semuanya dalam bentuk elektrik. Jadi, jangan

    sampai e-KTP diletakkan di bearang-barang elektronik seperti handphone,

    televisi, kulkas, laptop, dan lainnya. Karena elektromagnetik yang terdapat

    dalam benda-benda tersebut dalam merusak sistem yang ada di e-KTP.

    Kekurangan yang lain adalah chip di dalam e-KTP bisa rusak jika kartu

    tersebut dilaminating bahkan dihekter. Berbeda dengan KTP sebelumnya,

    untuk mempercantik tampilan, kita bisa melaminating kartu tersebut. Jika

    beberapa hal tersebut dilakukan, bisa-bisa data diri kita di dalam e-KTP

    bisa rusak alias error.

    Dalam pelaksanaannya, penggunaan e-KTP terbukti masih

    memiliki kelemahan. Misalnya tidak tampilnya tanda tangan sipemilik di

    permukaan KTP. Tidak tampilnya tanda tangan di dalam e-KTP tersebut

    telah menimbulkan kasus tersendiri bagi sebagian orang. Misalnya ketika

    melakukan transaksi dengan lembaga perbankan, e-KTP tidak di akui

    karena tidak adanya tampilan tanda tangan. Ada beberapa kasus pemegang

    e-KTP tidak bisa bertransaksi dengan pihak bank karena tidak adanya

    tanda tangan. Tanda tangan yang tercetak dalam chip itu tidak bisa dibaca

    bank karena tak punya alat (card reader). Akhirnya pihak pemegang e-

    KTP terpaksa harus meminta rekomendasi dari Kepala Dinas

    Kependudukan dan Catatan Sipil untuk meyakinkan bank.

  • 16

    Mendagri Gamawan Fauzi telah menyampaikan melalui surat

    edaran resmi nomor: No. 471.13/1826/SJ bahwa e-KTP tidak

    diperkenankan difotokopi untuk menghindari kesalahan fatal terkait

    pembacaan menggunakan card reader7.

    1.2.6. Syarat dan prosedur pengurusan e-KTP

    Syarat:

    1. Berusia 17 tahun

    2. Menunjukkan surat pengantar dari kepala desa/kelurahan

    3. Mengisi formulir F1.01 (bagi penduduk yang belum pernah

    mengisi/belum ada data di sistem informasi administrasi

    kependudukan) ditanda tangani oleh kepala desa/kelurahan

    4. Foto kopi Kartu Keluarga (KK)

    Prosedur:

    Prosedur pembuatan e-KTP menurut versi pemerintah sangat

    simpel dan mudah. Secara umum, proses pembuatan e-KTP (menurut situs

    resmi e-KTP.com) adalah :

    a. Penduduk datang ke tempat pelayanan membawa surat panggilan

    b. Petugas melakukan verifikasi data penduduk dengan database

    c. Foto (digital)

    d. Tanda tangan (pada alat perekam tanda tangan)

    e. Perekaman sidik jari (pada alat perekam sidik jari) dan scan retina

    mata

    7 Surat Edaran Resmi Nomor : No. 471.13/1826/SJ

  • 17

    f. Petugas membubuhkan tanda tangan dan stempel pada surat

    panggilan yang sekaligus sebagai tanda bukti bahwa penduduk

    telah melakukan perekaman foto tanda tangan sidik jari

    g. Penduduk dipersilahkan pulang untuk menunggu hasil Proses

    Pencetakan 2 Minggu setelah pembuatan

    Namun nyatanya tidaklah semudah dan segampang itu, bahkan

    harus melalui prosedur yang rumit dan berbelit. Bagi yang belum dapat

    panggilan dari RT/Kelurahan maka warga tersebut tidak bisa mengurus

    e-KTP. Jadwal pemanggilan bergilir itu tidak tentu jadwalnya, hal ini

    akan bermasalah karena ada sebagia warga yang ada agenda keluar

    kota atau pindah domosili.

    1.2.7. Pencapaian

    Penerapan KTP Elektronik (e-KTP) merupakan amanat dari

    Undang-Undang (UU) nomor 23 tahun 2006 dan serangkaian peraturan

    lainnya seperti peraturan UU nomor 35 tahun 2010 yang menyatakan

    aturan tata cara dan implementasi teknis dari e-KTP yang dilengkapi

    dengan sidik jari dan chip. Program e-KTP di Indonesia telah dimulai

    semenjak tahun 2009 dengan ditunjuknya empat kota sebagai proyek

    percontohan e-KTP nasional. Adapun kota tersebut adalah Padang,

    Makasar, Yogyakarta, dan Denpasar. Ditunjuknya empat kota ini sesuai

    dengan Surat Dirjen Administrasi Kependudukan Departemen Dalam

    Negeri nomor 471. 13/ 3350/MD tentang pelaksanaan e-KTP berbasis NIK

    Nasional di empat kota percontohan tersebut. Sedangkan penerapan e-KTP

  • 18

    secara nasional baru dimulai pada bulan Februari 2012, meliputi 2348

    kecamatan dan 197 kabupaten/kota pada tahun 2011 dan di 3886 di

    kecamatan dan 300 di kabupaten/kota pada tahun 2012.

    E-KTP sangat perlu untuk dapat menciptakan sistem administrasi

    kependudukan yang rapi dan teratur dalam rangka mempermudah

    pemberian pelayanan publik oleh pemerintah kepada seluruh masyarakat.

    Pemanfaatan e-KTP diharapkan dapat berjalan lancar karena memiliki

    fungsi dan kegunaan yang sangat membantu pemerintah dan masyarakat

    yang bersangkutan dalam hal pemberian dan pemanfaatan pelayanan

    publik.

    1.2.8. Kelemahan Pelayanan Pembuatan e-KTP

    Adapun kelemahan pelayanan pembuatan e-KTP, adalah sebagai berikut :

    a) Kurang efektifnya pelayanan yang telah diberikan oleh petugas

    b) Kurangnya alat dalam pelayanan pembuatan e-KTP

    c) Kurangnya informasi yang jelas untuk masyarakat

    d) Listrik hambat pelaksanaan e-KTP

    e) Tidak dibayarnya tenaga honorer pembuatan e-KTP

    1.2.9. Masalah yang Timbul dalam Pelayanan Pembuatan e-KTP

    Dalam proses implementasi pelayanan e-KTP yang sampai saat ini

    berjalan, masih dijumpai beberapa permasalahan, yaitu :

    a) Terdapat kesalahan data penduduk.

    b) Aktivasi e-KTP

    c) Kesalahan foto dengan data yang tercantum

  • 19

    d) E-KTP tidak terbaca oleh Card Reader

    1.2.10. Pemecahan Masalah dalam Pelayanan Pembuatan e-KTP

    Ada tiga unsur yang memegang peranan penting dalam pencapaian target

    perekaman e-KTP, yaiyu :

    a) Konsorsium

    b) Pemerintah Daerah

    c) Pemerintah Pusat

    Agar ketiga unsur ini dapat mengimplementasikan tugas dan

    fungsinya, maka sebagian besar merupakan fungsi dari tim supervisi

    sebagai representasi dan pemegang peran kunci dalam mensukseskan

    program nasional e-KTP.

    Agar tidak ada penyalahgunaan pelayanan e-KTP, seluruh rantai

    proses pelayanan dan penerbitan e-KTP harus disupervisi secara ketat dan

    menyeluruh. Untuk itu, tim supervisi perlu memahami alur proses dan

    mensupervisi agar proses perekaman data penduduk dan pengiriman data

    hasil perekaman berjalan lancar. Selain itu, perlu secara periodik meriview

    permasalahan teknik dan nonteknis yang terjasi dan memberikan masukan

    rekomendasi pemecahan masalah kepada Dinas Kependudkan dan

    Pencatatan Sipil.

    B. HASIL PENELITIAN

    1. Profil Dukcapil Kota Salatiga

    a. Gambaran Umum

  • 20

    Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga, yang

    baru saja terbentuk pada awal tahun 2009 dibentuk berdasarkan Peraturan

    Daerah No. 10 tahun 2008. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

    semula berupa Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil yang berdiri pada

    awal tahun 2005, yang sebelumnya merupakan sub bidang pada Dinas

    Tenaga Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil sejak tahun 2002-2004.

    Awal tahun 2009 berdiri sendiri menjadi Dinas Kependudukan dan

    Pencatatan Sipil.

    Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga

    merupakan Dinas yang berada di bawah naungan Kementrian Dalam

    Negeri, yang berpotensi dalam bidang Kependudukan dan Pencatatan

    Sipil. Dalam proses pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik,

    tentunya Pemerintah berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan

    pelayanan administrasi kependudukan semaksimal mungkin. Sesuai

    dengan UU no 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan,

    dijelaskan bahwa Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan

    penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data

    kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,

    pengelolaan informasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya

    untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

    b. Visi dan Misi

    1) Visi

  • 21

    Untuk menunjang pelayanan administrasi kependudukan, maka Dinas

    Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga memiliki suatu visi

    sebagai pedoman pelayanan prima, yaitu :

    “Produktif, Dinamis dan Prima dalam Pelayanan”

    Produktif adalah melaksanakan pekerjaan/kegiatan yang

    sesungguhnya dan aktif untuk segera menyelesaikan.

    Dinamis adalah hasrat atau kemauan seseorang yang selalu ingin

    maju dan mau berubah untuk menjadi lebih baik.

    Prima dalam pelayanan adalah suatu pelayanan kepada pihak lain

    (masyarakat, dan yang sejenis) dengan memuaskan dan hasil

    terbaik.

    2) Misi

    Misi yang dirumuskan dalam mencapai Visi adalah sebagai berikut :

    Mewujudkan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

    Bahwa dalam mewujudkan kebijakan kependudukan diperlukan

    sistem informasi kependudukan dengan database, sebagaimana

    diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 23 tahun 2006

    tentang Administrasi Kependudukan.

    Meningkatkan / mewujudkan pelayanan administrasi

    kependudukan kepada masyarakat

    Mengandung arti bahwa dalam mewujudkan keserasian dan

    kebijakan kependudukan perlu menyadarkan masyarakat akan

    arti pentingnya dokumen kependudukan dan pencatatan sipil.

  • 22

    Dengan demikian pelayanan kita terhadap masyarakat sangat

    utama, oleh karena itu, di samping memperbaiki citra kita di

    mata masyarakat juga tidak kalah pentingnya untuk peningkatan

    PAD Kota Salatiga.

    Memasyarakatkan akta-akta catatan sipil dan pendaftaran

    penduduk

    Mengandung maksud agar seluruh masyarakat kota salatiga

    memiliki bukti diri atas peristiwa penting dalam kehidupan

    sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, sehingga

    apabila terjadi permasalahan hukum, akta tersebut dapat

    dijadikan sebagai alat bukti yang sah.

    Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di bidang

    pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil

    Mengandung maksud meningkatkan profesionalisme pelayanan

    di bidang administrasi kependudukan dan pencatatan sipil.

    c. Tujuan

    Berdasarkan visi dan misi di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah:

    Untuk memenuhi hak asasi setiap orang di bidang pelayanan

    administrasi kependudukan, sehingga dapat memberikan dukungan

    terhadap pembangunan sistem administrasi kependudukan.

    Untuk meningkatkan kesadaran penduduk akan kewajibannya,

    berperan serta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan.

  • 23

    Untuk mendukung perencanaan pembangunan kependudukan secara

    lokal.

    d. Strategi

    Untuk mewujudkan tercapainya visi, misi dan tujuan yang diinginkan,

    maka digunakan strategi sebagai berikut :

    Pembangunan database kependudukan sebagai agenda utama di

    bidang kependudukan dan pencatatan sipil. Konsep ini dimulai

    dengan pembangunan Sistem Informasi Kependudukan (SIK) Kota

    Salatiga pada tahun awal Rencana Lima Tahunan yaitu pada tahun

    2009 guna menyiapkan database penduduk sebagai awal dari

    langkah yang besar yaitu penerapan Sistem Informasi Administrasi

    Kependudukan (SIAK).

    Menyiapkan berbagai kegiatan dalam bidang kependudukan guna

    mendukung prioritas utama pembangunan database kependudukan.

    Kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan kependudukan, penyiapan

    blanko dokumen kependudukan, peningkatan kapasitas aparat

    kependudukan dan pencatatan sipil, peningkatan pelayanan publik

    dan sebagainya, tentu saja bertujuan untuk peningkatan pelayanan di

    bidang kependudukan dan pencatatan sipil, yang pada akhirnya

    bermuara pada peningkatan kualitas database kependudukan karena

    segala macam peristiwa kependudukan akan tercatat dalam database

    melalui Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

  • 24

    e. Kebijakan

    Berdasar pada tujuan dan strategi yang telah direncanakan, Dinas

    Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga telah menetapkan

    kebijakan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil sebagai pedoman

    pelaksanaan tugas pada Tahun Anggaran 2012. Kebijakan-kebijakan di

    bidang kependudukan dan pencatatan sipil tersebut diantaranya :

    Penyempurnaan sistem pendaftaran penduduk, pencatatan sipil dan

    pengelolaan informasi kependudukan melalui Sistem Informasi

    Administrasi Kependudukan (SIAK) sebagaimana diamanatkan

    Undang Undang Nomor 23 tahun 2006.

    Peningkatan kualitas produk hukum dengan menyusun atau

    mamperbaharui aturan-aturan di bidang kependudukan dan

    pencatatan sipil sesuai dengan aturan-aturan baru yang berlaku dan

    tuntutan dari perkembangan masyarakat.

    Peningkatan koordinasi dengan berbagai pihak, baik koordinasi

    dalam kebijakan-kebijakan kependudukan dengan dinas/instansi

    terkait maupun konsultasi perbaikan permasalahan-permasalahan

    yang dihadapi.

    Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan melalui

    peningkatan kapasitas aparat pelaksana, sosialisasi kebijakan

    kependudukan dan penyiapan fasilitas pelayanan melalui penyedia

    blanko dokumen kependudukan.

    Peningkatan kualitas pemeliharaan dokumen dan data.

  • 25

    f. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan

    Pencatatan Sipil Kota Salatiga

    1) Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan

    Susunan Kepegawaian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

    Kota Salatiga terdiri dari :

    Kepala Dinas

    Sekretariat

    Bidang-bidang terdiri dari :

    a) Bidang Pendaftaran Penduduk

    b) Bidang Administrasi Kependudukan

    c) Bidang Pencatatan Sipil

    Kelompok Jabatan Fungsional

    2) Tugas Pokok dan Fungsi Kepegawaian

    1. Kepala Dinas

    Tugas pokok :

    Membantu Walikota dalam penyelenggaraan Pemerintah

    Daerah di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

    Fungsi :

    a. Perumusan kebijakan di bidang Kepndudukan dan

    Pencatatan Sipil

    b. Penetapan kebijakan teknik di bidang Kependudukan dan

    Pencatatan Sipil sesuai dengan kebijakan yang

    ditetapkan oleh Walikota

  • 26

    c. Pengkoordinasian dan penanggungjawab pelaksanaan

    kegiatan dinas berdasarkan kebijakan Walikota

    d. Perumusan RKA dan DPA sesuai kebutuhan untuk

    diteliti

    e. Penetapan Renstra, Renja dan LAKIP, serta petunjuk

    operasional kegiatan unit kerja

    f. Perumusan pedoman dan petunjuk teknis di bidang

    kependudukan dan catatan sipil

    g. Mengadakan koordinasi dengan satuan kerja perangkat

    daerah terkait dalam hal penentuan jumlah kartu tanda

    penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) yang akan

    diterbitkan guna kelancaran pelaksanaan tugas

    h. Perumusan sistem administrasi kependudukan dan

    catatan sipil

    i. Penyelenggaraan pendaftaran dan pencatatan penduduk

    baik warga negara indonesia (WNI) maupun orang asing

    (WNA) sesuai dengan ketentuan yang berlaku

    j. Penerbitan akta kelahiran, perkawinan, perceraian,

    pengakuan dan pengesahan anak, akta kematian serta

    rekomendasi tentang mutasi penduduk sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku

    k. Pembinaan dan pengawasan seluruh kegiatan dinas

    l. Pembinaan ketatausahaan dinas

  • 27

    m. Pengaturan, pembinaan dan pengarahan pada bawahan

    n. Penyusunan evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan

    kegiatan

    o. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai

    bidang tugas

    2. Sekretariat

    Tugas pokok :

    Memberikan pelayanan teknis administratif meliputi

    pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, umum,

    perlengkapan, kearsipan, ketatalaksanaan, kehumasan dan

    penyusunan rencana kegiatan serta mengkoordinasikan

    kegiatan Dinas.

    Fungsi :

    a. Penyelenggaraan ketatausahaan dinas

    b. Perencanaan anggaran pembiayaan dan pendapatan

    c. Pengkoordinasian penyusunan rencana kegiatan dan

    biaya di lingkungan dinas

    d. Pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian, umum

    dan perencanaan

    e. Pelaksanaan pengendalian pembiayaan dan pendapatan

    f. Penyusunan rencana kegiatan dan laporan serta

    ketatalaksanaan

  • 28

    g. Penyajian data dan informasi, hubungan masyarakat,

    evaluasi serta penyelenggaraan inventarisasi

    h. Penyiapan penyusunan naskah peraturan pelaksanaan,

    keputusan, instruksi dan menghimpun peraturan

    perundang-undangan di bidang kependudukan dan

    catatan sipil

    i. Pengkoordinasian kegiatan di lingkungan dinas

    j. Pengumpulan, pengolahan serta penyajian data statistik

    kependudukan dan catatan sipil

    k. Pengkoordinasian penyusunan prosedur kerja

    l. Pengaturan, pembinaan dan pengarahan pada bawahan

    m. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan atas

    pelaksanaan kegiatan dinas

    n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai

    dengan bidang tugas

    Bagian sekretariat terdiri dari :

    a) Sub Bagian Perencanaan

    Tugas pokok :

    menyiapkan bahan rencana kegiatan, menyusun rencana

    kegiatan dan melaksanakan laporan pelaksanaan

    kegiatan dinas, serta menyajikan data sebagai bahan

    evaluasi.

    b) Sub Bagian Keuangan

  • 29

    Tugas pokok :

    Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan

    pengendalian pembiayaan, pendapatan dan pengelolaan

    administrasi keuangan serta menyajikan data sebagai

    bahan evaluasi.

    c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

    Tugas pokok :

    Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan

    pengendalian asministrasi keperluan dinas, pembinaan

    dan pengurusan kepegawaian dinas serta menyajikan

    data sebagai bahan evaluasi.

    3. Bidang Pendaftaran Penduduk

    Tugas pokok :

    Menyusun rencana kegiatan dan melaksanakan penyusunan

    prosedur kerja di bidang pendaftaran penduduk meliputi

    pendataan penduduk dan perpindahan serta perkembangan

    penduduk serta melakukan pengendalian, penilaian,

    monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan.

    Fungsi :

    a. Perumusan kebijakan teknis bidang pendaftaran

    penduduk

    b. Penyusunan rencana kegiatan bidang pendaftaran

    penduduk

  • 30

    c. Penyelengraan koordinasi dengan satuan kerja dan

    instansi terkait dalam rangka pendaftaran penduduk

    d. Pelaksanaan pendaftaran, pencatatan, penelitian

    dokumen Kependudukan Warga Negara Indonesia dan

    Orang Asing

    e. Pelaksanaan pengawasan dan pencatatan mutasi

    penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing

    f. Perumusan bahan petunjuk teknik pemberkasan dan

    penelitian berkas penerbitan KK, KTP, Karik, Karip dan

    KKBT

    g. Perumusan program-program aplikasi serta fasilitasi

    penerbitan KK, KTP, Karik, Karip dan KKBT

    h. Pembinaan dan pengembangan SDM pengelola

    pendaftaran penduduk

    i. Penyusunan prosedur kerja bidang

    j. Pengaturan, pembinaan dan pengarahan pada bawahan

    k. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan atas

    pelaksanaan kegiatan bidang pendaftaran penduduk

    l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai

    dengan bisang tugas

    Bagian Pendaftaran Penduduk terdiri dari :

    a) Seksi Pendataan Penduduk

    Tugas pokok :

  • 31

    Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan

    kegiatan di seksi pendataan penduduk, penyedia dan

    mengolah bahan laporan serta menyajikan data yang

    valid, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai

    bahan evaluasi.

    b) Seksi Perpindahan dan Perkembangan Penduduk

    Tugas pokok :

    Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan

    kegiatan di seksi perpindahan dan perkembangan

    penduduk, penyedia dan mengolah bahan laporan serta

    menyajikan data yang valid, akurat dan dapat

    dipertanggungjawabkan sebagai bahan evaluasi.

    4. Bidang Administrasi Kependudukan

    Tugas pokok :

    Menyusun rencana kegiatan dan melaksanakan penyusunan

    prosedur kerja di bidang administrasi kependudukan

    meliputi serta pendataan, penerbitan, pencatatan

    kependudukan melalukan pengendalian, penilaian,

    monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan.

    Fungsi :

    a. Perumusan kebijakan teknis bidang administrasi

    penduduk

  • 32

    b. Penyusunan rencana kegiatan bidang administrasi

    penduduk

    c. Penyusunan prosedur kerja bidang

    d. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan informasi

    administrasi kependudukan

    e. Pelaksanaan pengawasan atas pengelolaan informasi

    administrasi kependudukan

    f. Penyelenggaraan koordinasi dengan satuan kerja dan

    instansi terkait dalam rangka pengelolaan informasi

    administrasi kependudukan

    g. Penyelenggaraan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis,

    advokasi, supervisi dan konsultasi pengelolaan

    informasi administrasi kependudukan

    h. Penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan

    jaringan komunikasi dan kependudukan

    i. Penyelenggara system informasi administrasi

    kependudukan (SIAK)

    j. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan atas

    penyelenggaraan pendaftaran penduduk

    k. Pembinaan dan pengembangan SDM pengelola SIAK

    ditingkat Kecamatan dan Kelurahan

    l. Pengaturan, pembinaan dan pengarahan pada bawahan

  • 33

    m. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan atas

    pelaksanaan kegiatan bidang administrasi

    kependudukan

    n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai

    dengan bidang tugas

    Bagian Administrasi Kependudukan terdiri dari :

    a) Seksi Pengelolaan Sistem Informasi Administrasi

    Tugas pokok :

    Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan

    kegiatan di seksi pengelolaan system informasi

    administrasi, penyedia dan mengolah bahan laporan

    serta menyajikan data yang valid, akurat dan dapat

    dipertanggungjawabkan sebagai bahan evaluasi.

    b) Seksi Evaluasi dan Pelaporan

    Tugas pokok :

    Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan

    kegiatan di seksi evaluasi dan pelaoran, penyedia dan

    mengolah bahan laporan serta menyajikan data yang

    valid, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai

    bahan evaluasi.

    5. Bidang Pencatatan Sipil

    Tugas pokok :

  • 34

    Menyusun rencana kegiatan dan melaksanakan penyusunan

    prosedur kerja di bidang pencatatan sipil meliputi

    Pencatatan, Pendaftaran, Menerbitkan Akta Kelahiran, Akta

    Kematian, Akta Perkawinan, Akta Perceraian, Akta

    Pengakuan dan Pengesahan Anak, Akta Pengangkatan

    Anak, Menerbitkan Surat Keterangan Akta serta melakukan

    pengendalian, penilaian, monitoring dan evaluasi atas

    pelaksanaan kegiatan.

    Fungsi :

    a. Perumusan kebijakan teknis bidang pencatatan sipil

    b. Penyusunan rencana kegiatan bidang pencatatan sipil

    c. Penyusunan prosedur kerja bidang

    d. Penyelenggaraan koordinasi dengan satuan kerja dan

    instansi terkait dalam penyelenggaraan pengelolaan

    informasi administrasi kependudukan

    e. Penyelenggaraan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan

    teknis, advokasi, supervisi dan konsultasi pelaksanaan

    pencatatan sipil

    f. Penyelenggaraan Pencatatan, Pendaftaran, Penelitian

    Berkas, Penerbitan Akta Kelahiran, Akta Kematian,

    Akta Perkawinan, Akta Perceraian, Akta Pengakuan

    dan Pengesahan Anak, Akta Pengangkatan Anak dan

    Penerbitan Surat Keterangan Akta

  • 35

    g. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan atas

    penyelenggaraan pencatatan sipil

    h. Penyelenggaraan kegiatan pemeliharaan arsip-arsip akta

    catatan sipil sebagai dokumen sesuai kebutuhan untuk

    dipergunakan sewaktu-waktu

    i. Penyelenggaraan sosialisasi cara memperoleh akta dan

    kegunaan akta catatan sipil pada masyarakat pemanfaat

    sesuai dengan peraturan yang berlaku

    j. Pembinaan dan pengembangan SDM pengelola

    pencatatan sipil ditingkat Kecamatan dan Kelurahan

    k. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan atas

    pelaksanaan kegiatan bidang pencatatan sipil

    l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai

    dengan bidang tugas

    Bagian Pencatatan Sipil terdiri dari :

    a) Seksi Pelayanan

    Tugas pokok :

    Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan

    kegiatan di bidang catatan sipil meliputi pelayanan

    penerbitan akta-akta catatan sipil dan

    mengadministrasikan penerbitan akta-akta catatan sipil

    serta menyajikan data yang valid, akurat dan dapat

    dipertanggungjawabkan sebagai bahan evaluasi.

  • 36

    b) Seksi Dokumentasi dan Informasi

    Tugas pokok :

    Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan

    dokumentasi dan informasi meliputi pengumpulan data

    dan informasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil,

    pelayanan informasi serta menyajikan data yang valid,

    akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai bahan

    evaluasi.

    c) Sumber Daya di Dinas Kependudukan dan Pencatatan

    Sipil Kota Salatiga

    1. SDM untuk mendukung tugas pokok dan fungsi Dinas

    Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga, dapat

    diklasifikasikan sebagai berikut :

    Tabel 2.1Klasifikasi berdasarkan tingkat pendidikan

    Tingkat Pendidikan JumlahPasca Sarjana 4 orang

    Sarjana 21 orangSMA 10 orangSMP 1 orang

    Sumber : Data Primer pada Dukcapil Salatiga

    Tabel 2.2Klasifikasi berdasarkan golongan/ruang

    Golongan/ruang JumlahIV 3 orangIII 22 orangII 8 orang

    Sumber : Data Primer pada Dukcapil Salatiga

  • 37

    2. Kesediaan Prasarana dan Sarana

    Untuk mendukung kelancaran kegiatan, Dinas

    Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga memili

    aset berupa :

    Sebuah gedung dinas beserta mebeler

    Dua buah mobil dinas

    Lima buah sepeda motor dinas

    Lima unit komputer kependudukan

    Satu unit server database SIAK dan delapan unit

    komputer operasional SIAK

    3. Potensi Jumlah Penduduk Kota Salatiga

    Jumlah penduduk Salatiga sampai dengan bulan September

    2011 mencapai 176.167 jiwa dengan rincian penduduk

    perempuan 89.369 jiwa dan penduduk laki-laki 86.798 jiwa.

    Jumlah tersebut tersebar di 4 kecamatan dan 22 kelurahan,

    yang terdiri dari 199 RW dan 1.452 RT.

  • 38

    Gambar 2.1Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga

    Sumber: Renstra Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga Tahun 2011-2016

    Kepala Dinas

    Sekretariat

    Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

    Sub Bagian KeuanganSub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

    Bidang Pencatatan Sipil

    Seksi Pelayanan

    Seksi Dokumentasi dan Informasi

    Kelompok Jabatan Fungsional

    Bid. Pengelolaan Data dan Informasi Kependudukan

    Bidang Pendaftaran Penduduk

    Seksi Program dan Jaringan Komunikasi

    Data

    Seksi Pendataan Penduduk

    Seksi Informasi Administrasi

    Kependudukan

    Seksi Perpindahan dan Perkembangan

    Penduduk

    UPTD

  • 39

    g. Penerapan Standart Pelayanan e-KTP di Dukcapil Kota

    Salatiga

    Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Salatiga akan

    mulai menerapkan berlakunya elektronik KTP (e-KTP) mulai

    September 2011. Salatiga akan menjadi satu dari delapan kota dan

    kabupaten di Jateng yang menjadi percontohan awal penerapan e-KTP

    ini. Kepala Dispendukcapil Kota Salatiga, Afif Zufroningdyah, SH.,

    MH., didampingi Kabag Humas, Drs. Prasetiyo Ichtiarto, M.Si.,

    menjelaskan terkait penerapan e-KTP, pihaknya akan segera

    melakukan sosialisasi. Baik kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah

    (SKPD) yang ada di Pemkot Salatiga, Kecamatan, Kelurahan hingga

    tingkat RT dan RW.

    “Sosialisasi pertama kami laksanakan di ruang sidang II

    Kompleks Balai Kota, Selasa (14/6/2011) dan setelah itu ditingkat

    kelurahan,”jelas Arif. Sosialisasi tersebut akan meningkatkan

    pengetahuan mengenai e-KTP dan nantinya dapat ikut

    menyebarluaskan di lingkungan masing-masing. Saat ini pihaknya

    tengah melatih tenaga operator yang nantinya akan melayani

    pembuatan e-KTP, khususnya yang ada di Kecamatan. Untuk

    memenuhi kebutuhan listrik dan peralatannya, pihaknya mengajukan

    anggaran Rp 490 juta pada APBD 2011 perubahan. Prasetiyo

    menambahkan, sosialisasi itu merupakan bagian dari pelaksanaan

    Undang Undang No. 23/2006 tentang Administrasi Kependududkan.

  • 40

    Menurut Prasetiyo, e-KTP memiliki manfaat menutup peluang adanya

    KTP ganda dan KTP Palsu, serta demi terwujudnya database

    kependudukan yang akurat. “E-KTP di Salatiga akan berlaku efektif

    mulai tahun 2012 mendatang,” tandasnya8.

    Rekam data Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) di Kota

    Salatiga sampai 24 Maret 2012, sudah mencapai angka 97%. Kota

    Salatiga memiliki 111.846 potensi wajib e-KTP. Dari jumlah tersebut

    yang sudah melakukan rekam data 107.992 orang. Ditargetkan semua

    warga melakukan rekam data e-KTP sebelum akhir April 2012.

    Sekretaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Salatiga,

    Arief Wijayanto, menjelaskan, capaian 97% tersebut boleh dibilang

    bagus. Dia mengatakan, untuk menyelesaikan 3& kekurangan target

    rekam data tersebut, pihaknya akan menyisir masing-masing

    kecamatan. “Kami sosialisasi ke semua wajib e-KTP yang belum

    melakukan rekam data. Kami juga akan jemput bola bagi warga yang

    tidak memungkinkan datang ke Kecamatan sesuai dengan undangan9.”

    Proyek e-KTP dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP

    konvensional di Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat

    memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis

    data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia.

    Faktor tersebut memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang

    8 Wawancara dengan Kepala Dispendukcapil Kota Salatiga, Afif Zufroningdyah, SH., MH., didampingi Kabag Humas, Drs. Prasetiyo Ichtiarto, M.Si.9 Wawancara dengan Sekretaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Salatiga, Arief Wijayanto

  • 41

    terhadap Negara dengan menduplikasi KTP nya. Beberapa diantaranya

    digunakan untuk hal – hal tersebut :

    i. menghindari pajak

    ii. memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat

    diseluruh kota

    iii. mengamankan korupsi

    iv. menyembunyikan identitas.

    Program pemerintah pusat yang akan memberlakukan e–KTP

    pada awal tahun 2012 pada kenyataannya mengalami banyak kendala

    sehingga program pelaksanaan tersebut mengalami kemunduran yang

    disebabkan hasil cetak e–KTP dari pusat baru terdistribusi sebagian

    dan juga dalam pelaksanaan perekaman mengalami banyak kendala.

    Kendala perekamanan yang terjadi di lapangan membuat

    perintah dalam mencetak hasil juga terlambat. Untuk kota Salatiga

    sampai tanggal 28 Maret 2012 masih melaksanakan rekam data e–KTP

    bagi warga yang belum dapat undangan melaksanakan rekam ataupun

    yang mengalami kendala dalam proses rekam yang pertama dan telah

    ditargetkan oleh pemerintah kota Salatiga pada akhir 2012 perekaman

    data e-KTP dapat dituntaskan 100 %.

    Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga

    menyerahkan e-KTP kepada warga kota Salatiga di halaman kantor

    Dispendukcapil kota Salatiga. Penyerahan dilakukan secara simbolis

    kepada walikota Salatiga Yulianto. Pendistribusian e-KTP delakukan

  • 42

    secara bertahap. Warga dapat mengambil e-KTP dengan membawa

    undangan dan KTP reguler yang masih berlaku di tiap masing-masing

    kecamatan. Menurut kepala Dispendukcapil Kota Salatiga, Afif

    Zufroningdyah, pendistribusian e-KTP terpaksa dilakukan secara

    bertahap, karena hasil cetakan yang dikirim dari pusat pun bertahap.

    Pengirimannya pun secara acak hingga merepotkan dalam teknis

    pembagiannya.

    Menurut data dari Disdukcapil pada bulan Juli 2012 pihak kota

    Salatiga telah menyelesaikan rekam data 97 % dan kartu e–KTP yang

    tercetak baru sekitar 60 % dan juga yang terdistribusi. Hasil dari

    pelaksanaan program e–KTP menurut rekap data dari Dukcapil Kota

    Salatiga dari jumlah penduduk Kota Salatiga yang wajib rekap data E-

    KTP adalah 14.794 dengan pendistribusian dari Departemen Dalam

    Negeri pusat ke Kota Salatiga adalah 110.169 keping kartu e–KTP,

    dimana yang sudah menjadi kepingan e–KTP sebanyak 103.512 dan

    yang belum menjadi kartu e-KTP atau belum tercetak sebanyak 6.657.

    E-KTP atau KTP elektronik adalah dokumen kependudukan

    yang memuat sistem keamanan atau pengendalian baik dari sisi

    administrasi maupun teknologi informasi yang berbasis pada database

    kependudukan nasional.

    Penduduk hanya diperbolehkan memiliki satu KTP yang

    tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan

    identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup.

  • 43

    Autentifikasi Kartu Identitas (e ID) biasanya menggunakan biometrik

    atau validasi sistem melalui pengenalan karakteristik fisik atau tingkah

    laku manusia. Ada banyak jenis pengamanan dengan cara ini, antara

    lain sidik jari, retina mata, DNA, bentuk muka dan bentuk gigi. Pada

    e-KTP yg digunakan adalah sidik jari.

    E-KTP masih banyak yang menumpuk di ruang pelayanan baik

    di Kecamatan maupun di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan

    Sipil Kota Salatiga. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya

    penduduk yang belum mengambil e-KTP karena berbagai alasan

    kepentingan pribadi.

    Dalam melaksanakan pelayanan publik yang berkaitan dengan

    pelayanan e-KTP di kantor Dukcapil Kota Salatiga berpatokan pada

    beberapa peraturan yang telah diterbitkan yaitu :

    UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

    Keppres No. 67 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda

    Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional;

    Perpres No. 26 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Keppres No. 67

    Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis

    Nomor Induk Kependudukan secara Nasional

    Perpres No. 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Keppres

    No. 67 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk

    Berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional.

  • 44

    C. ANALISIS

    1. Implementasi Pelayanan Publik dalam Pembuatan e-KTP

    Menurut Poewadarminta (1990:327), implementasi berarti

    pelaksana atau penerapan. Kemudian J.A.M. Maarse mengatakan bahwa

    implementasi merupakan suatu upaya mencapai tujuan tujuan tertentu

    dengan sarana sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu.

    Adapula pendapat dari Charles O. Jones, bahwa implementasi atau

    penerapan adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk

    mengoperasikan sebuah program.

    Selanjutnya oleh George C. Edward, ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi implementasi, yaitu faktor komunikasi, faktor sumber

    daya, faktor sikap dan faktor struktur birokrasi.

    Berdasarkan faktor–faktor tersebut, maka dapat digambarkan

    Implementasi Pelayanan Publik pada Dinas Kependudukan dan

    Pencatatan Sipil Kota Salatiga dalam Pembuatan E-KTP :

    2. Faktor Komunikasi

    Faktor komunikasi yaitu suatu proses penyampaian informasi dari

    pejabat atau instansi tertentu yang secara hierarkis berkedudukan lebih

    tinggi, kepada pejabat atau instansi tertentu untuk melaksanakan

    kegiatan sesuai dengan informasi yang diberikan yang dilihat dari

    aspek transmisi atau pengiriman berita, aspek kejelasan dan

    konsistensi.

  • 45

    3. Faktor Sumber Daya

    Sumber daya yaitu sarana yang digunakan dalam implementasi, hal ini

    dilihat dari aspek staff/personil, informasi dan fasilitas.

    Sumber daya dari aparat yang melayani masih belum sepenuhnya baik

    karena seharusnya sebagai aparat yang melayani taat sepenuhnya

    kepada Prosedur Tetap yang telah ada, namun kenyataannya masih

    menunda-nunda penyelesaian pembuatan e-KTP.

    4. Faktor Sikap

    Yaitu sikap dari para pelaksana dalam melayani masyarakat, dilihat

    dari aspek pembagian tugas dan aspek insentif.

    Sikap yang ditunjukkan oleh petugas masih menunjukkan sikap selalu

    minta dihormati dan bukannya melayani masyarakat yang

    membutuhkan, sehingga kebutuhan pelayanan masyarakat akan KTP

    banyak sekali memakan waktu lama.

    5. Faktor Struktur Birokrasi

    Yaitu tatanan organisasi yang mengatur tentang pedoman kerja dan

    penjabaran wilayah tanggung jawab bagi pelaksana, dan dilihat dari

    aspek prosedur standar operasi dan pembagian wilayah tanggung

    jawab.

    Struktur birokrasi untuk pelayanan publik pembuatan e-KTP

    prosesnya sangat panjang, mulai dari RT/RW ke Kelurahan lalu

    Kecamatan dan seterusnya ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan

  • 46

    Sipil, sehingga proses untuk penyelesaian pembuatan e-KTP

    memakan waktu cukup lama.

    Karena sudah ada standar operasional prosedur yang berlaku, maka

    pelayanan dilakukan berdasarkan standar operasional prosedur.

    2. Hambatan yang dihadapi Dukcapil Kota Salatiga dalam pelayanan e KTP

    Faktor penghambat dalam menerapkan standar pelayanan yang dialami

    oleh bagian pelayanan e-KTP di Kantor Dukcapil Kota Salatiga adalah sebagai

    berikut:

    1. Faktor Masyarakat

    Rendahnya pengamatan eksternal dari masyarakat. Hal ini

    disebabkan karena dua hal, yaitu : pertama masyarakat belum

    terbiasa mengenai peraturan pelayanan publik sehingga masih

    merasa tabu dengan sistem tersebut. Kedua, masyarakat

    mengetahui mengenai peraturan pelayanan publik akan tetapi tidak

    memberikan masukan kepada pihak Kantor Dukcapil Kota

    Salatiga.

    2. Faktor Sarana dan Prasarana

    Ada sejumlah kendala dalam perekaman data e-KTP di Salatiga,

    misalnya perangkat lunak yaitu perangkat komputer, server data,

    perekam mata dan sidik jari yang terbatas. Idealnya agar bisa

    lancar, minimal ada tiga unit perangkat itu. Saat ini di setiap

    kecamatan hanya memiliki dua unit saja. Sering terjadi komputer

    mati karena terlalu panas, sehingga pengambilan data agak

  • 47

    tersendat. Selain itu, listrik juga sering padam dan ruangan tidak

    ada AC10. Jarak antara proses rekaman data dan pendistribusian

    pemerintah pusat kepada pemerintah Kota Salatiga yang cukup

    lama, menyebabkan banyaknya perubahan data konten e-KTP yang

    diterima penduduk.

    3. Faktor Undang Undang

    a) Berkaitan dengan permasalahan pertama, belum ada petunjuk

    dari pemerintah pusat perihal pergantian e-KTP yang mengalami

    perubahan data tersebut. Perlu diinformasikan, telah dikirim

    1.502 keping e-KTP yang harus direvisi kepada Kementrian

    Dalam Negeri tapi belum mendapat tanggapan sampai sekarang.

    b) Menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor

    471.13/1826/SJ tentang pemanfaatan e-KTP dengan

    menggunakan Card Reader dimana point ketiga disebutkan “

    larangan unit kerja/ badan usaha atau nama lain yang

    memberikan pelayanan kepada masyarakat, masih

    memfotocopy, menstapler dan perlakuan lainnya yang merusak

    fisik e-KTP, akan dberikan sanksi sesuai perundang – undangan

    yang berlaku, karena sangat merugikan masyarakat khususnya

    pemilik e-KTP. Larangan menfotocopy masih simpang siur,

    baik bagi pelaksana pelayanan publik maupun masyarakat

    selaku pemilik e-KTP.

    10 Wawancara dengan sekretaris Dukcapil Kota Salatiga, Arief Wijayanto.

  • 48

    c) Persiapan pelayanan e-KTP regular khususnya untuk SOP dan

    SPP belum dapat dipersiapkan secara masimal karena masih

    menunggu Juknis dari Pusat.

    3. Bidang Administrasi Kependudukan

    Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga, bagian yang

    melayani pembuatan e-KTP adalah bidang Administrasi Kependudukan, yang

    merupakan salah satu tugas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh

    pemerintah dalam rangka melayani masyarakat umum, yang meliputi tugas dan

    fungsi, mendaftarkan dan menerbitkan KTP, Kartu Keluarga, serta berbagai

    Akta Catatan Sipil maupun pencatatan Mutasi dan pengelolaan Data Penduduk.

    Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan

    penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui

    pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi

    kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan

    pembangunan sektor lain.

    Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependududkan dan

    peristiwa penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana. Sebab, setiap

    kejadian/peristiwa penting yang dialami (seperti kelahiran, kematian dan

    perkawinan) akan membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu

    Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan atau surat keterangan

    kependudukan lain yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status

    tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

  • 49

    Dokumen kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh

    Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti

    autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan

    sipil.

    Prosedur Administrasi Kependudukan berdasarkan UU No. 24 Tahun

    2013 adalah :

    a. Pendaftaran penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas

    pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan

    Administrasi Kependudukan.

    b. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang

    harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau

    perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan / atau surat

    Keterangan Kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan

    alamat serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

    c. Masa berlaku e-KTP yang semula 5 tahun diubah menjadi berlaku seumur

    hidup sepanjang tidak ada perubahan elemen data dalam e-KTP, antara

    perubahan status, perubahan nama, perubahan alamat, penambahan gelar,

    perubahan jenis kelamin, baik yang sudah diterbitkan maupun yang akan

    diterbitkan.

    d. Pencetakan dokumen/personalisasi e-KTP yang selama ini dilaksanakan

    terpusat di Jakarta, tahun 2014 dan seterusnya diserahkan kepada Dinas

    Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota, sesuai dengan amanat

    pasal 8 ayat 1 huruf C UU Nomor 24 Tahun 2013.

  • 50

    e. Larangan untuk tidak dipungut biaya (gratis), semula hanya utnuk

    penerbitan e-KTP, diubah menjadi gratis untuk penerbitan semua dokumen

    kependudukan, sepanjang diurus tepat waktu, sesuai dengan UU No. 24

    tahun 2013 dan Peraturan Daerah No. 2 tahun 2014 tanggal 22 April tahun

    2014 yaitu dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp 50.000,- (lima puluh

    ribu rupiah)

    f. Kartu Tanda Penduduk elektronik, selanjutnya di singkat e-KTP selanjutnya

    dilengkapi dengan cip yang menjadi identitas penduduk sebagai bukti diri

    yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana adalah Dinas Kependudukan dan

    Pencatatan Sipil.

    g. Dalam e-KTP rusak atau hilang pemilik wajib lapor kepada Instansi

    Pelaksana melalui Camat atau Lurah/Kepala Desa paling lambat 14 hari dan

    melengkapi :

    Surat kehilangan dari polsek setempat

    Surat pernyataan penyebab terjadinya rusak atau hilang

    h. Setiap orang yang memerintahkan dan / atau memfasilitasi dan atau

    memanipulasi data kependudukan dan atau elemen data penduduk

    sebagaimana dimaksud pasal 77 di pidana dengan pidana penjara paling

    lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling banyak Rp 75.000.000,- (tujuh

    puluh lima juta rupiah).

  • 51

    ALUR PROSES PELAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (e-KTP) SECARA UMUM

    Prosedur Penerbitan E-KTP

    PEMOHON RT

    LURAH/KADES RW

    CAMATKADISPENDUK &

    CAPIL

    Petugas Operator melakukan verifikasi data penduduk dan perekaman pas

    photo, tanda tangan, sidik jari dan iris mata penduduk di tempat pelayanan e-

    KTP. Kemudian data dikirim secara online ke Data Center.

    Data yang dikirim dari tempat Pelayanan e-KTP melalui pemancar

    diterima dan disimpan dalam database AFIS.

    Selanjutnya dilakukan proses identifikasi ketunggalan jati diri

    seseorang melalui mesin dan atau manual.

    Berdasarkan data tunggal dilakukan personalisasi (pencetakan dokumen

    e-KTP dengan memasukkan biodata, pas photo, sidik jari dan

    tanda tangan)di Kelurahan.

    e-KTP yang sudah dipersonalisasi disampaikan ke Kecamatan.

    Disampaikan kepada Penduduk Wajib KTP (undangan)

    Verifikasi dan Aktifasi di Kecamatan masing-masing

    Identifikasi tunggal

    Identifikasi ganda

  • 52

    Strategi yang dilakukan dalam rangka mewujudkan tertib administrasi

    kependudukan adalah melalui pemutakhiran database kependudukan;

    meningkatkan kualitas database kependudukan Kab/Kota, Provinsi dan Pusat

    melalui pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dengan

    menggunakan SIAK secara online dari Kabupaten/Kota ke Provinsi dan Pusat;

    percepatan penguatan regulasi di daerah melalui Perda penyelenggaraan

    administrasi kependudukan serta diikuti dengan penegakan hukum (Law

    Enforcement) bagi pelanggaran administrasi kependudukan; penerapan awal

    KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip;

    pemberian NIK kepada setiap penduduk paling lambat tahun 2011;

    menerapkan KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik

    jari dan chip (e-KTP) paling lambat tahun 2012; melakukan kerjasama antara

    Kemendagri dengan BPPT, Lembaga Sandi Negara, ITB dan APTIKOM untuk

    mengantisipasi kebutuhan tenaga teknis.

    Penerapan KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan

    sidik jari dan chip memiliki dasar hukum yang menjadi payung dalam

    pelaksanaannya. Pasal-pasal yang berkaitan dengan e-KTP (Perpres No. 26

    tahun 2009) adalah pasal 2 bahwa standart dan spesifikasi perangkat keras dan

    perangkat lunak dan blanko e-KTP diatur dengan Peraturan Menteri (jo

    Permendagri No. 38 tahun 2009); pasal 6 ayat 1 bahwa e-KTP memuat kode

    keamanan (sidik jari) dan rekaman elektronik (chip); pasal 10 bahwa penerapan

    e-KTP paling lambat akhir tahun 2011.