bab ii kerangka teoritik a. deskripsi teori 1. ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/bab ii.pdf10...

22
10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian Ketaatan Tata Tertib Sekolah Dalam mewujudkan suasana belajar mengajar yang kondusif, salah satu hal mendasar adalah faktor ketaatan dan kepatuhan peserta didik terhadap peraturan atau tata tertib yang disusun, diberlakukan, dan ditaati siswa di sekolah. Secara umum ketaatan sering juga disebut kepatuhan yang dapat diartikan sebagai sikap tunduk, penurut, mudah diatur, mau melakukan tugas dan kewajiban secara sukarela. Menurut Saronji Dahlan dan Asy’ari, menyatakan bahwa pengertian ketaatan siswa dalam mematuhi aturan yang belaku di sekolah, diantaranya: “Taat dan patuh adalah suatu sikap menerima serta melaksanakan suatu yang dibebankan kepada seseorang dengan rasa ikhlas dan penuh tanggung jawab tanpa ada paksaan dari siapa pun. Taat dan patuh terhadap peraturan yang berlaku berarti sikap menerima serta ikhlas melaksanakan peraturan yang berlaku dengan keteguhan hati tanpa paksaan dari siapa pun.” 2 Berdasarkan dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa ketaatan adalah suatu sikap menyadari peraturan-peraturan yang berlaku 2 Soranji Dahlan dan Asy’ari, Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP Kelas VII , (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), hlm. 2.

Upload: lamthuan

Post on 11-Aug-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

10

BAB II

KERANGKA TEORITIK

A. Deskripsi Teori

1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah

a) Pengertian Ketaatan Tata Tertib Sekolah

Dalam mewujudkan suasana belajar mengajar yang kondusif, salah

satu hal mendasar adalah faktor ketaatan dan kepatuhan peserta didik

terhadap peraturan atau tata tertib yang disusun, diberlakukan, dan ditaati

siswa di sekolah. Secara umum ketaatan sering juga disebut kepatuhan

yang dapat diartikan sebagai sikap tunduk, penurut, mudah diatur, mau

melakukan tugas dan kewajiban secara sukarela.

Menurut Saronji Dahlan dan Asy’ari, menyatakan bahwa

pengertian ketaatan siswa dalam mematuhi aturan yang belaku di

sekolah, diantaranya: “Taat dan patuh adalah suatu sikap menerima serta

melaksanakan suatu yang dibebankan kepada seseorang dengan rasa

ikhlas dan penuh tanggung jawab tanpa ada paksaan dari siapa pun. Taat

dan patuh terhadap peraturan yang berlaku berarti sikap menerima serta

ikhlas melaksanakan peraturan yang berlaku dengan keteguhan hati tanpa

paksaan dari siapa pun.”2

Berdasarkan dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa

ketaatan adalah suatu sikap menyadari peraturan-peraturan yang berlaku

2 Soranji Dahlan dan Asy’ari, Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP Kelas VII, (Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2009), hlm. 2.

Page 2: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

11

dilingkungan sekolah, untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif,

sehingga keharmonisan antarwarga sekolah akan tercermin, yaitu

menaati tata tertib yang berlaku tanpa paksaan dari siapaun, baik guru

maupun peserta didik yang lain.

Sedangkan Menurut McKendry dalam Krisnatuti, menjelaskan

bahwa ketaatan merupakan kecenderungan dan kerelaan seseorang untuk

memenuhi dan menerima permintaan, baik yang berasal dari seseorang

pemimpin atau yang bersifat mutlak sebagai sebuah tata tertib atau

perintah.3 Dengan demikian, bahwa ketaatan peserta didik adalah

kepatuhan terhadap suatu aturan hukum yang ada di sekolah seperti tata

tertib sekolah yang diimplementasikan dengan tindakan yang benar dan

berlaku bagi seluruh peserta didik yang berada di lingkungan sekolah

tersebut.

Selanjutnya pengertian dari tata tertib. Menurut Mulyo, Tata tertib

adalah kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat

anggota masyarakat.4 Beberapa hal yang mendasari tata tertib di sekolah,

yakni “tata tertib saat masuk sekolah, saat berada di dalam kelas, saat

istirahat, dan saat pulang sekolah. Berpedoman pada pendapat di atas,

ternyata tata tertib sekolah yang dibuat dan dilaksanakan peserta didik

meliputi semua perilaku peserta didik, sebelum masuk kelas, selama di

kelas, saat istirahat dan saat pulang. Perilaku peserta didik tersebut

3 Krisnatuti, Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Kepatuhan dan Kemandirian Santri

Remaja, (Bogor: Departemen Ilmu dan konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian

Bogor, 2011). Diambil darihttp://journal.ipb.ac.id/index.php/jikk/article/view/6433/11315.

Diakses pada tanggal 13 Januari 2018. 4 Mulyo, Kesadaran Berbangsa, (Bandung: Angkasa, 2000), hlm. 14.

Page 3: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

12

diwujudkan setiap hari dan harus berpedoman pada tata tertib yang sudah

ada untuk mencapai suasana belajar yang kondusif.

Menurut Depdiknas menyatakan bahwa kepatuhan siswa terhadap

tata tertib sekolah tersebut pada dasarnya berupa : (1) kepatuhan terhadap

ketentuan umum, (2) kepatuhan terhadap kewajiban-kewajiban, (3)

kepatuhan terhadap ketertiban dalam mengikuti pelajaran, dan (4)

ketertiban terhadap larangan yang diberlakukan sekolah.5

Secara umum dibuatnya tata tertib sekolah mempunyai tujuan

utama yaitu agar semua warga sekolah mengetahui tugas, hak dan

kewajiban serta melaksanakannya dengan baik sehingga kegiatan sekolah

dapat berjalan dengan lancar. Prinsip tata tertib sekolah adalah

diharuskan, dianjurkan dan ada yang tidak boleh dilakukan dalam

pergaulan di lingkungan sekolah.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka sekolah pada umumnya

menyusun pedoman tata tertib sekolah bagi semua pihak yang terkait,

baik dari guru, tenaga administrasi maupun peserta didik. Peraturan

sekolah merupakan aspek yang harus ada dalam upaya pengembangan

suasan sekolah yang kondusif, peraturan-peraturan yang ada di sekolah

antara lain peraturan tata tertib sekolah yang memuat hak, kewajiban,

sanksi, penghargaan. Tata tertib ini harus dipatuhi dan dilaksanakan

dengan penuh tanggung jawab oleh semua warga sekolah tanpa kecuali.

5 Depdiknas. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(Jakarta : Eko Jaya, 2003), hlm. 79.

Page 4: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

13

Berdasarkan penjelasan diatas, maka ketaatan tata tertib sekolah

adalah perilaku seseorang yang mampu melaksanakan suatu peraturan

yang ada, kriteriannya mengikat semua peserta didik secara keseluruhan,

tidak hanya sekedar membuat takut untuk melanggar pada peraturan,

tetapi membuat peserta didik sadar terhadap peraturan tata tertib sekolah

yang bertujuan menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik.

b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketaatan Tata Tertib Sekolah

Ketaatan peserta didik dalam melaksanakan tata tertib sekolah

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Graham dalam Normasari,

dikatakan ada empat faktor yang merupakan dasar kepatuhan seseorang

terhadap nilai tertentu, yaitu:

1. Normativist, biasanya kepatuhan pada norma-norma hukum.

selanjutnya dikatakan bahwa kepatuhan ini terdapat dalam tiga

bentuk, yaitu :

a. Kepatuhan terhadap nilai atau norma itu sendiri.

b. Kapatuhan pada proses tanpa memperdulikan normanya sendiri.

c. Kepatuhan pada hasilnya atau tujuan yang diharapkannya dari

peraturan itu.

2. Integralist, yaitu kepatuhan yang didasarkan pada kesadaran

dengan pertimbangan-pertimbangan-pertimbangan yang rasional.

3. Fenomenalist, yaitu kepatuhan berdasarkan suara hati atau sekedar

basa basi.

4. Hedonist, yaitu kepatuhan berdasarkan kepentingan diri sendiri.6

Dari keempat faktor dasar kepatuhan seseorang, faktor yang

diharapkan yaitu faktor kepatuhan yang bersifat normativist , sebab

6 Normasari, Kepatuhan Siswa Kelas X Dalam Melaksanakan Peraturan Sekolah di SMK

Muhammadiyah 3 Banjarmasin, (Banjarmasing: Program Studi PPKn FKIP Universitas

Lampung Mangkurat, 2013). Diambil dari http://eprints.ulm.ac.id/94/1/PDF_Output.PDF.

Diakses pada tanggal 12 Januari 2018.

Page 5: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

14

kepatuhan semacam ini didasari kesadaran akan nilai tanpa

mempedulikan apakah tingkah laku itu menguntungkan untuk dirinya

atau tidak.

Sedangkan menurut Gunarsa dalam Normasari, mengatakan bahwa

yang melatarbelakangi kepatuhan siswa, diantaranya yaitu:

a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri

(faktor internal), antara lain :

1) Kesehatan siswa

2) Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran disekolah

3) Kemampuan intelektual yang dimiliki oleh anak

b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri siswa (faktor eksternal),

antara lain :

1) Keadaan keluarga yang meliputi

a) Suasana keluarga

b) Cara orang tua menanamkan disiplin kepada anaknya

c) Harapan dari orang tua

2) Bimbingan yang diberikan oleh orang tua

3) Keadaan sekolah7

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

kedua faktor tersebut (faktor internal dan eksternal) akan saling

mempengaruhi dalam menentukan kepatuhan peserta didik dalam

menaati tata tertib sekolah. Apabila faktor internal dan eksternal tersebut

berjalan baik, maka keputuhan peserta didik dalam melaksanakan tata

tertib sekolah akan baik pula. Sebaliknya, apabila kedua faktor tersebut

tidak berjalan baik, maka keputuhan peserta didik dalam tata tertib

sekolah kurang baik.

Sementara menurut Suryosubroto, indikator ketaatan tata tertib

sekolah sedikitnya berisikan beberapa hal, yaitu:

7Ibid

Page 6: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

15

1. Sekolah wajib berpakaian sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan oleh sekolah.

2. Siswa wajib memelihara dan menjaga ketertiban serta

menunjung tinggi nama baik sekolah.

3. Siswa harus hadir di sekolah paling lambat 5 (lima) menit

sebelum pelajaran dimulai.

4. Siswa harus siap untuk menerima pelajaran yang akan diberikan

sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

5. Pada jam istirahat siswa tidak diperkenankan dalam ruangan

kelas atau meninggalkan pekarangan sekolah kecuali karena

alasan tertentu.

6. Selama jam sekolah berlangsung siswa harus berada dalam

lingkungan sekolah, kecuali dengan izin kepala sekolah.

7. Setiap siswa yang tidak dapat mengikuti pelajaran harus dapat

menunjukkan keterangan yang sah.

8. Setiap siswa wajib memelihara dan menjaga ketertiban sekolah.

9. Siswa tidak dibenarkan:

a) Merokok di dalam ruang kelas atau di dalam halaman.

b) Berpakaian yang tidak senonoh, dan meakai perhiasan yang

berlebihan.

c) Membaca buku dan atau membawa alat lain yang

mengganggu pendidikan dan pelajaran di sekolah.

d) Mengadakan kegiatan yang bersifat mengganggu jalannya

pelajaran dan atau persekolahan.8

Sehubungan dengan penjelasan diatas, indikator ketaatan tata tertib

sekolah harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar terciptanya

lingkungan belajar yang baik. Selain itu, ketaatan peserta didik dapat

dikembangkan melalui pemberian penghargaan bagi peserta didik yang

dianggap disiplin dalam menaati tata tertib yang berlaku di sekolah. Cara

tersebut cukup efektif untuk meningkatkan motivasi peserta didik untuk

taat dan patuh terhadap tata tertib sekolah.

Dari berbagai pendapat diatas, ketaatan tata tertib sekolah meliputi

8 (delapan) bagian, antara lain : (1) Berpakaian sesuai dengan ketentuan

8 B. Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 41-42.

Page 7: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

16

yang ditetapkan oleh sekolah, (2) Masuk sekolah 5 menit sebelum

pelajaran dimulai, (3) Mengikuti kegiatan belajar-mengajar, (4) Pada jam

istirahat siswa tidak diperkenankan dalam ruangan kelas atau

meninggalkan sekolah kecuali karena alasan tertentu, (5) Setiap siswa

yang tidak mengikuti pelajaran harus dapat menunjukkan keterangan

yang sah, (6) Memelihara dan menjaga ketertiban sekolah, (7) Tidak

merokok, dan (8) Tidak mengadakan kegiaatan yang mengganggu

jalannya pelajaran.

2. Pemberian Sanksi

a) Pengertian Pemberian Sanksi

Dalam menerapkan kehidupan yang aman, tertib, dan damai maka

harus selalu berdisiplin, cara yang terbaik yaitu dengan mematuhi

peraturan yang ada dan menjauhi dari segala penyimpangan-

penyimpangan dari peraturan tersebut. Akan tetapi, seiring dengan

berjalannya waktu hal tersebut tidak dapat berjalan sesuai dengan apa

yang diharapkan. Semakin dilarang anakpun justru merasa tidak suka dan

ia akan cenderung untuk menentang yang telah dilarang oleh orang tua

maupun guru. Anak pun sering melakukan pelanggaran yang

bertentangan dengan tata tertib yang ada tanpa disadarinya, antara lain

yaitu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mencontek, tidak patuh

terhadap guru, datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak mengerjakan

tugas, tidak mengikuti upacara setiap hari senin, dan lain sebagainya.

Page 8: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

17

Dalam hal mendidik anak harus ada cara yang dilakukan oleh orang

tua di rumah maupun guru di sekolah. Salah satu cara yaitu dengan

memberikan sesuatu yang memiliki efek jera terhadap seseorang yang

telah melakukan kesalahan berupa pemberian sanksi yang bertujuan agar

anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulangi lagi perbuatan-

perbuatan yang menyimpang dari peraturan yang ada.

Pemberian sanksi terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu pemberian dan

sanksi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pemberian diartikan sebagai

”Proses, cara, dan perbuatan memberi”.9 Dalam hal ini menyerahkan

sesuatu untuk seseorang. Pemberian ini dapat dibagi menjadi pemberian

positif dan negatif. Pemberian positif merupakan pemberian yang

dianggap telah berjasa dalam melakukan sesuatu kegiatan, Sedangkan

pemberian negatif merupakan pemberian atas dilakukannya sebuah

kesalahan dalam melakukan sebuah kegiatan.

Sedangkan sanksi diartikan sebagai “Tanggungan, (tindakan,

hukuman, dan sebagainya) untuk memaksa orang menepati perjanjian

atau menaati ketentuan undang-undang” dan “Tindakan, sebagai

hukuman kepada suatu negara”.10

Dapat disimpulkan bahwa pemberian sanksi adalah menjatuhkan

sanksi (hukuman) kepada seseorang yang melanggar peraturan yang

sudah ditetapkan sebagai balasan atas pelanggaran yang telah

9 Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Diambil dari http://jurnal-

oldi.or.id/public/kbbi.pdf. Diakses pada tanggal 21 Desember 2017. 10Ibid.

Page 9: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

18

dilakukannya dan diharapkan agar ia tidak mengulangi perbuatan yang

melanggar peraturan tersebut.

Menurut M. Ngalim Pruwanto, pemberian sanksi (hukuman) adalah

penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh

seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu

pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan.11 Dapat disimpulkan bahwa

pemberian sanksi merupakan suatu sarana yang ditujukan untuk

mengubah perilaku peserta didik setelah melakukan/terjadinya suatu

pelanggaran, sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Malik Fadjar, pemberian sanksi (hukuman) adalah suatu

perbuatan yang kurang menyenangkan, yang berupa penderitaan yang

diberikan kepada peserta didik secara sadar dan sengaja, sehingga sadar

hatinya untuk tidak mengulangi lagi.12 Dapat disimpulkan bahwa

pemberian sanksi (hukuman) diberikan kepada anak agar merasakan

bahwa perbuatan yang dilakukannya tersebut merupakan tindakan yang

tidak baik, sehingga anak akan sadar untuk tidak melakukan

perbuatannya kembali.

Pendapat tersebut sejalan dengan Amier Daien, yang menyatakan

bahwa hukuman (sanksi) adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak

secara sadar dan disengaja sehingga menimbulkan nestapa. Dan dengan

adanya nestapa itu anak akan menjadi sadar akan perbuatannya dan

11 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),

hlm. 243. 12 Malik Fajar, Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), hlm. 202.

Page 10: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

19

berjanji untuk tidak mengulanginya.13 Pemberian sanksi diberikan

kepada peserta didik agar merasakan bahwa perbuatan yang

dilakukannya tersebut merupakan perilaku yang tidak baik, sehingga

anak akan sadar dan menghindari perbuatan yang tidak baik tersebut.

Menurut pendapat Soeroso, menyatakan bahwa di lingkungan

sekolah, perlu adanya suatu aturan atau tata tertib dilengkapi dengan

sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggarnya yang berfungsi untuk mengatur

sedemikian rupa guna tercapainya tujuan pendidikan. Penerapan sanksi

pada peraturan atau tata tertib sekolah, selain dimaksudkan dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan juga untuk memelihara kedisiplinan peserta

didik dalam interaksi belajar mengajar agar tercapainya pengajaran yang

diharapkan.14

Dengan adanya pemberian sanksi, diharapkan supaya peserta didik

dapat menyadari kesalahan yang diperbuatnya, sehingga peserta didik

lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan. Dalam memberikan sanksi,

guru tidak boleh bertindak sewenang-wenang, sanksi yang diberikan itu

harus bersifat pedagogis dan bukan bersifat balas dendam. Pemberian

sanksi dikatakan berhasil apabila dapat menimbulkan perasaan

penyesalan akan perbuatan yang telah dilakukannya tersebut.

Dari beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian pemberian sanksi adalah perbuatan atau tindakan yang

dilakukan secara sadar dan sengaja oleh orang tua maupun seorang guru

13 Amier Daien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973),

hlm. 147. 14 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 27.

Page 11: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

20

terhadap peserta didik akibat dari kelalaian perbuatan atau tingkah laku

yang tidak sesuai dengan tata nilai yang berlaku dalam lingkungan

hidupnya. Dimana tindakan tersebut menimbulkan penderitaan terhadap

peserta didik dengan maksud supaya penderitaan tersebut benar-benar

dirasakannya dan tidak mengulangi perbuatannya kembali.

b) Kriteria Pemberian Sanksi

Menurut M. Ngalim Purwanto, syarat-syarat hukuman (sanksi)

yang bersifat pedagogis, antara lain sebagai berikut:

1. Tiap-tiap hukuman hendaknya dapat dipertanggung jawabkan. Ini

berarti hukuman itu tidak boleh dilakukan sewenang-wenang, tetapi

harus dilandasi dengan kasih sayang.

2. Hukuman itu sedapat-dapatnya bersifat memperbaiki yang berarti

bernilai mendidik.

3. Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam

yang bersifat perorangan, karena hukuman yang demikian tidak

memungkinkan adanya hubungan baik antara pendidik dengan

anak didiknya.

4. Hukuman jangan diberikan sewaktu sedang marah, sebab jika

demikian kemungkinan besar hukuman tersebut tidak adil atau

terlalu berat.

5. Tiap-tiap hukuman diberikan secara sadar dan diperhitungkan

terlebih dahulu.

6. Bagi siswa, hukuman itu dirasakan sendiri sebagai kedudukan atau

penderitaannya sehingga siswa merasa menyesal dan menyadari

untuk tidak mengulangi lagi.

7. Hukuman jangan diterapkan pada badan, karena hukuman badan

tidak menyakinkan adanya perbaikan pada si terhukum, tetapi

sebaliknya hanya menimbulkan dendam atau sikap suka melawan.

8. Hukuman tidak boleh merusak hubungan baik antara guru dengan

siswanya.

9. Sehubungan dengan butir diatas, maka perlu adanya kesanggupan

memberi maaf dari guru sesudah menjatuhkan hukuman dan

setelah siswa menginsafi kesalahannya.15

15 M. Ngalim Purwanto, op.cit. hlm 191-192.

Page 12: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

21

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa guru

sebagai pendidik dalam menjatuhkan sanksi kepada peserta didik yang

bersalah tidak dapat bertindak sewenang-wenang, tetapi harus diberikan

sanksi secara adil, sesuai dengan kepribadian peserta didik tersebut.

Disamping itu, peserta didik harus diberikan kepercayaan dan harapan

kembali bahwa peserta didik tersebut akan sanggup dan mampu untuk

berbuat baik.

Sementara menurut Umaedi, sanksi dapat diberikan secara bertahap

dari yang paling ringan dan yang paling berat. Sanksi tersebut dapat

berupa:

a) Teguran lisan atau tertulis bagi yang melakukan pelanggaran

ringan terhadap ketentuan sekolah yang ringan.

b) Hukuman pemberian tugas yang sifatnya mendidik, misalnya

membuat rangkuman buku tertentu, menerjemahkan tulisan

berbahasa inggris dan lain sebagainya.

c) Melaporkan secara tertulis kepada orang tua peserta didik

tentang pelanggaran yang dilakukan putra-putrinya.

d) Memanggil yang bersangkutan bersama orang tuanya agar yang

bersangkutan tidak mengulangi lagi pelanggaran yang

diperbuatnnya.

e) Melakukan skorsing kepada peserta didik apabila yang

bersangkutan melakukan pelanggaran peraturan sekolah

berkali-kali dan cukup berat.

f) Mengeluarkan yang bersangkutan dari sekolah, misalnya yang

bersangkutan tersangkut perkara pidana dan perdata yang

dibuktikan bersalah oleh pengadilan.16

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

besar ringannya sanksi yang akan diberikan kepada peserta didik sangat

tergantung pada besar kecilnya kesalahan yang ia perbuat. Dalam hal ini,

16 Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2001), hlm. 10.

Page 13: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

22

guru janganlah cepat-cepat memberikan hukuman terhadap peserta didik.

pada tahap pertama, peserta didik harus diberi kesempatan untuk

memperbaiki kesalahannya, sehingga ia mempunyai rasa kepercayaan

diri dan menghormati dirinya serta merasakan akibat dari perbuatannya

tersebut.

Apabila tahap pertama ini belum berhasil, maka dilanjutkan dengan

tahap kedua, yaitu berupa teguran, peringatan dan nasehat-nasehat.

Apabila pada tahap yang kedua ini masih belum berhasil, maka saatnya

guru mempertimbangkan untuk memberikan hukuman.

Dari berbagai penjelasan diatas, pemberian sanksi meliputi 4

(empat) bagian, antara lain: (1) Pemberian teguran atau nasehat apabila

pelanggaran yang ditimbulkannya tersebut dapat memberikan sedikit

efek merugikan untuk orang lain seperti menggangu teman yang sedang

belajar, (2) Pemberian tugas apabila pelanggaran yang ditimbulkannya

tersebut dapat memberikan cukup efek merugikan untuk orang lain

seperti membolos pelajaran, (3) Pemberian surat peringatan untuk orang

tua apabila pelanggaran yang ditimbulkannya tersebut dapat memberikan

banyak efek merugikan untuk orang lain seperti berkelahi dengan teman,

(4) Skorsing bagi siswa atau dikeluarkan dari sekolah apabila

pelanggaran yang ditimbulkannya tersebut dapat memberikan banyak

efek merugikan untuk diri sendiri, orang lain dan masyarakat seperti

tawuran antar pelajar atau melakukan tindak pidana lainnya.

Page 14: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

23

c) Tujuan Pemberian Sanksi

Sehubungan dengan pemberian sanksi yang dijatuhkan kepada

peserta didik, maka tujuan yang ingin dicapai yaitu agar peserta didik

yang melanggar tata tertib dapat merasa jera dan tidak ingin melakukan

kembali perbuatannya. Selain itu, tujuan pemberian sanksi merupakan

alat pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan dan

dapat menjadi alat motivasi bagi peserta didik.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Amier Daien Indra Kusuma,

yang menyatakan bahwa hukuman walaupun alat pendidikan yang tidak

menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif, namun dapat pula

menjadi alat motivasi atau alat pendorong untuk mempergiat belajar.

Peserta didik yang pernah mendapatkan hukuman karena kelalaian,

seperti tidak mengerjakan tugas, maka ia akan berusaha untuk selalu

memenuhi tugas-tugas belajarnya, agar terhidar dari hukuman.17 Hal ini

berarti ia didorong untuk selalu belajar membiasakan diri dengan

peraturan yang ada dan selalu bertingkah laku baik.

Menurut Charles Schaefer, tujuan pemberian sanksi terdapat 2

(dua), yaitu tujuan dalam jangka pendek dan tujuan dalam jangka

panjang. Tujuan dalam jangka pendek adalah untuk menghentikan

tingkah laku yang salah, sedangkan tujuan dalam jangka waktu yang

panjang adalah untuk mengajar dan mendorong peserta didik agar dapat

17 Amir Daien Indra Kusuma, op.cit. hlm 165.

Page 15: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

24

menghentikan sendiri tingkah lakunya yang salah, agar dapat

mengarahkan dirinya yaitu mematuhi aturan yang berlaku.18

Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto, tujuan pemberian sanksi

berdasarkan teori hukuman dibedakan menjadi beberapa bagian,

diantaranya yaitu:

1. Teori Pembalasan

Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembelasan dendam

terhadap kelainan dan pelanggaran yang telah dilakukan seseorang.

tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam pendidikan di sekolah.

2. Teori Perbaikan

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan.

Maksud dari hukuman ini adalah untuk memperbaiki si pelanggar

agar tidak mengulangi perbuatan yang telah dilakukannya.

3. Teori Perlindungan

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat

dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya

hukuman ini, masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan

yang telah dilakukan oleh si pelanggar.

4. Teori Ganti Rugi

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-

kerugian yang telah diderita akibat dari kejahatan atau pelanggaran

18 Charles Schaefer, Bagaimana Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Jakarta: Restu Agung,

2003), hlm. 91.

Page 16: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

25

tersebut. Hukuman ini biasanya dilakukan dalam masyarakat dan

pemerintahan.

5. Teori Menakut-nakuti

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan

takut kepada si pelanggar akan akibat perbuatannya yang

melanggar itu sehingga ia akan takut untuk melakukan perbuatanya

dan mau meninggalkan perbuatan yang melanggar peraturan.19

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap

teori sebenarnya dapat saling menunjang teori lainnya, karena antara

teori yang satu dengan yang lainnya sama-sama saling melengkapi dalam

pembahasannya. Akan tetapi, dalam penelitian ini, lebih menitikberatkan

pada teori perlindungan, teori perbaikan, dan teori menakut-nakuti,

sebagai mana teori tersebut cocok digunakan dalam ruang lingkup

pendidikan di sekolah.

Pemberian sanksi (hukuman) pada peserta didik hanya bersifat

untuk memperbaiki tingkah laku dan kebiasaan dari peserta didik, serta

mendidik kearah perbaikan. Setelah mengetahui tujuan dari pemberian

sanksi (hukuman) dalam pendidikan, maka guru perlu mengetahui sanksi

yang cocok untuk diterapkan dalam dunia pendidikan.

Selain itu, melalui proses pembelajaran dengan materi pendidikan

pancasila dan kewarganegaraan diharapkan dapat membantu penerapan

19 M. Ngalim Purwanto, op.cit. hlm. 187-189.

Page 17: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

26

pemberian sanksi kepada peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah

agar berjalan baik, sehingga peserta didik mampu untuk menaati

peraturan atau tata tertib sekolah yang ada.

3. Hubungan Pemberian Sanksi dengan Ketaatan Tata Tertib Sekolah

Setiap sekolah pasti mempunyai peraturan masing-masing, diataranya

tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah merupakan kumpulan aturan-aturan

yang dibuat secara tertulis dan mengikat di lingkungan sekolah. Tata tertib

sekolah ini harus dipatuhi oleh seluruh anggota sekolah khususnya peserta

didik. Tata-tertib merupakan peraturan yang bertujuan untuk kebaikan

bersama. Ketertiban dalam ruang lingkup sekolah akan didapat apabila

semua anggota sekolahnya berdisiplin dan tidak melanggar peraturan yang

ada. Tujuan diadakannya tata tertib di sekolah adalah agar tercipta suasana

yang teratur dan kondusif sehingga mendukung terciptanya tujuan

pendidikan yang baik.

Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa tata tertib sekolah

merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang

lain sebagai aturan yang berlaku di sekolah agar proses pendidikan dapat

berlangsung dengan efektif, efisien dan tertib.

Tata tertib sekolah harus mempunyai sanksi atau hukuman bagi yang

melanggarnya. Sanksi berperan penting dalam memelihara kedisiplinan

peserta didik. Pemberian hukuman (sanksi) merupakan cara terakhir yang

harus dilakukan oleh guru untuk menegakkan kedisiplinan peserta didik.

Page 18: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

27

Hukuman (sanksi) diberikan kepada peserta didik sebagai akibat atau

ganjaran atas kesalahan yang telah ia lakukan karena telah melanggar tata

tertib sekolah, sehingga ia akan sadar dan taat pada tata tertib yang berlaku

disekolah serta tidak mengulangi kesalahan yang telah ia perbuat.

Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat dari Tulus Tu’u, yang

menyatakan bahwa seseorang yang taat pada aturan cenderung disebabkan

karena dua hal, yang pertama karena adanya kesadaran diri, kemudian yang

kedua karena adanya hukuman. Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi,

dan meluruskan yang salah, sehingga orang kembali pada perilaku yang

sesuai dengan harapan.20

Lebih lanjut, Nur Uhbiyati menjelaskan tentang teori menjerakan

yang menyatakan bahwa teori menjerakan ini diterapkan dengan tujuan agar

si pelanggar sesudah menjalani hukuman merasa jera (kapok) dan tidak mau

dikenai hukuman semacam itu lagi sehingga ia tidak akan melakukan

kesalahannya kembali.21

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara pemberian sanksi/hukuman dengan ketaatan tata tertib

sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku peserta didik yang tidak

melakukan kesalahan kembali karena ia telah jera (kapok) dengan hukuman

yang diberikan oleh guru. Selain itu, pemberian sanksi/hukuman dapat

memberi dorongan dan kekuatan bagi peserta didik untuk menaati dan

mematuhi tata tertib sekolah. Sanksi hukuman yang diberikan seharusnya

20 Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004),

hlm. 48-49. 21 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hlm. 154.

Page 19: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

28

tidak terlalu ringan atau terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik

siswa untuk mengubah perilakunya. Dengan demikian, diharapkan tidak ada

lagi pelanggaran yang sama atau yang lainnya.

B. Kerangka Berfikir

Dalam lingkungan sekolah, masa perkembangan peserta didik terkadang

sering dilakukan dengan perbuatan-perbuatan menyimpang yang hampir

mengarah pada tindakan-tindakan yang melanggar peraturan yang ada. Bila

perbuatan-perbuatan menyimpang tersebut tidak ditangani secara serius, maka

perbuatan yang melanggar peraturan tersebut akan menggangu jalannya proses

belajar mengajar di lingkungan sekolah secara optimal.

Timbulnya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan peserta didik di

sekolah, secara sadar memang tidak dapat dihindari secara menyeluruh. Hal ini

merupakan kodrat manusia yakni sebagai makhluk tuhan yang tidak lepas dari

berbuat kesalahan, namun bukan berarti kita harus selalu mentolerir setiap bentuk

pelanggaran, melainkan harus berusaha sedemikian rupa untuk memperkecil

bentuk-bentuk pelanggaran yang diperbuat oleh peserta didik.

Salah satu diantaranya adalah dengan cara penerapan sanksi tata tertib

sekolah, sebagai tindakan sekolah untuk memaksakan peserta didik untuk menaati

peraturan yang telah ditetapkan. Melalui penerapan sanksi ini peserta didik harus

merasakan penderitaan yang diakibatkan oleh perbuatannya. Pemberian sanksi

tersebut dapat berupa pemberian tugas tambahan atau skorsing tidak boleh masuk

sekolah untuk beberapa waktu tertentu. Sehingga dengan dijatuhkannya sanksi ini

Page 20: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

29

peserta didik akan menjadi mengerti, bahwa ia mendapatkan hukuman sebagai

akibat dari kesalahan yang telah diperbuatnya. Dengan demikian, tujuan dari

penerapan pemberian sanksi tersebut yaitu menghentikan tingkah laku buruk yang

diperbuat oleh peserta didik. Selain itu, sanksi yang diberikan kepada peserta

didik dapat membawa perbaikan tingkah laku dan mengandung unsur pendidikan.

Berfungsi atau tidaknya suatu peraturan tata tertib sekolah, tergantung dari

penerapannya yang dapat dilihat dari perilaku sehari-hari peserta didik di

lingkungan sekolah. Peraturan tata tertib sekolah dikatakan berfungsi apabila

seluruh peserta didik yang berada di lingkungan sekolah tersebut berperilaku

sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan.

Penerapan sanksi ini ditujukan kepada peserta didik yang melakukan

pelanggaran terhadap tata tertib sekolah, namun tidak menutup kemungkinan bila

ada perbuatan guru yang dinilai termasuk melanggar peraturan sekolah perlu

mendapatkan peringatan dari pihak sekolah.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk

mengurangi terjadinya pelanggaran peserta didik terhadap peraturan yang ada,

dalam hal ini yaitu tata tertib sekolah dengan menerapkan sebuah sanksi secara

tegas dan konsekuen yang didalamnya mengandung unsur adanya perbaikan

perilaku ke arah yang lebih baik. Selain itu, untuk mewujudkan kedisiplinan

peserta didik dapat dipengaruhi oleh penerapan pemberian sanksi sebagai akibat

dari pelanggaran dalam tata tertib sekolah dengan ketaatan peserta didik dalam

menjalankan peraturan yang ada di lingkungan sekolah.

Page 21: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

30

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis

penelitian ini dapat dirumusakan sebagai berikut “Diduga terdapat hubungan

antara pemberian sanksi pelanggaran dengan ketaatan tata tertib sekolah di SMP

Negeri 71 Jakarta”.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didasarkan pada penelitian yang relevan. Adapun penelitian

yang digunakan yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Vivi Prasetya dari Program Studi Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

Jakarta tahun 2012 yang berjudul “Hubungan Pemberian Hukuman

(Punishment) dengan Perilaku Siswa Dalam Pelaksanaan Tata Tertib

Sekolah”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional

dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan

simple random sampling. Instrumen yang digunakan kedua variabel tersebut

yaitu menggunakan angket dengan skala likert. Penelitian ini menunjukkan

bahwa adanya hubungan yang positif antara Punishment dengan Perilaku

siswa di SMP Negeri 137 Jakarta Pusat. Hal tersebut dapat dilihat dari

perhitungan Uji Hipotesis Korelasi Product Moment menghasilkan rxy

sebesar = 0,620. Kemudian dilanjutkan dengan Uji-t signifikasi koefisien

korelasi, hasil yang diperoleh thitung = 4,19 sedangkan ttabel pada dk = (n-2) =

30-2 = 8. Taraf signifikannya 0,05 adalah 2,04 dengan berarti thitung ˃ ttabel.

Page 22: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan ...repository.unj.ac.id/2284/2/BAB II.pdf10 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Ketaatan Tata Tertib Sekolah a) Pengertian

31

Uji Koefisien determinasi menghasilkan KD = 38,49%. Sedangkan

perbedaan dalam penelitian ini adalah tidak menggunakan Perilaku sebagai

variabel Y.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Asep Ahmad Yani dari Jurusan Pendidikan

Ilmu Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah tahun 2013 yang berjudul “Pengaruh Hukuman terhadap

Tingkah Laku Siswa”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan

adalah angket dengan pilihan berganda. Sedangkan teknik korelasi

menggunakan product moment. Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara Hukuman dengan Tingkah Laku Siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rhitung sebesar 0,450 dan termasuk

dalam kategori sedang atau cukup. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang cukup dan signifikan antara hukuman dengan pembentukan

tingkah laku siswa di SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat. Sedangkan

perbedaan dalam penelitian ini adalah tidak menggunakan Tingkah Laku

sebagai variabel Y dan tidak menggunakan metode survey melainkan

menggunakan metode koresional.