bab ii kajian teoritik 2. 1. deskripsi...

35
9 BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan Ajar 1. Pengertian Menurut Hamdani (2011, hal. 30) bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar juga disebut teaching-material. Bahan ajar menurut National Center for Vocational Education Research Ltd yang dikutip oleh Andi Prastowo adalah segala bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang tidak tertulis (I'anah & Raharjo, 2014, hal. 6). Menurut Pannen yang juga dikutip oleh Andi Prastowo (2014, hal. 24) menyatakan bahwa bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa pengertian bahan ajar yang telah dijelaskan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas untuk menciptakan suasana/lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa berminat untuk belajar sehingga mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. 2. Klasifikasi Bahan Ajar Menurut Rivai (2003, hal. 39) bahan ajar terbagi atas:

Upload: others

Post on 03-Sep-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

9

BAB II

KAJIAN TEORITIK

2. 1. Deskripsi Teori

2.1.1. Bahan Ajar

1. Pengertian

Menurut Hamdani (2011, hal. 30) bahan ajar adalah segala bentuk bahan

atau materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru

atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta

lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar juga

disebut teaching-material.

Bahan ajar menurut National Center for Vocational Education Research Ltd

yang dikutip oleh Andi Prastowo adalah segala bentuk bahan, informasi, alat dan

teks yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa tertulis

maupun bahan yang tidak tertulis (I'anah & Raharjo, 2014, hal. 6).

Menurut Pannen yang juga dikutip oleh Andi Prastowo (2014, hal. 24)

menyatakan bahwa bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun

secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian bahan ajar yang telah dijelaskan di atas,

penulis dapat menyimpulkan bahwa bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran

yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan

oleh guru dalam pembelajaran di kelas untuk menciptakan suasana/lingkungan

pembelajaran yang memungkinkan siswa berminat untuk belajar sehingga

mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

2. Klasifikasi Bahan Ajar

Menurut Rivai (2003, hal. 39) bahan ajar terbagi atas:

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

10

a. Media tulis

b. Audio visual, elektronik

c. Interaktif, terintegrasi, yang kemudian disebut medienver bund (bahasa

Jerman yang berarti media terintegrasi) atau mediamix.

3. Peran Bahan Ajar

Pemanfaatan bahan ajar dalam proses pembelajaran memiliki peran penting.

Peran tersebut menurut Belawati (2003, hal. 45) yaitu:

a. Adanya bahan ajar, siswa dapat ditugasi mempelajari terlebih dahulu topik atau

materi yang akan dipelajarinya, sehingga guru tidak perlu menjelaskan secara

rinci.

b. Adanya bahan ajar maka pelajaran akan lebih efektif karena guru memiliki

bayak waktu untuk membimbing siswanya dalam memahami suatu topik

pembelajaran, dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif

karena guru tidak cenderung berceramah.

c. Siswa dapat belajar tanpa kehadiran atau harus ada guru.

d. Dapat dijadikan pelengkap atau suplemen buku siswa.

Bahan ajar sangat penting artinya bagi guru maupun siswa dalam proses

pembelajaran. Tanpa bahan ajar akan sulit bagi guru untuk meningkatkan

efektivitas pembelajaran. Demikian juga halnya dengan siswa, tanpa bahan ajar

akan sulit untuk menyesuaikan diri dalam belajar, apalagi jika gurunya

mengajarkan materi dengan cepat dan kurang jelas. Oleh karena itu, bahan ajar

dianggap sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan, baik oleh guru maupun siswa,

sebagai suatu upaya untuk memperbaiki mutu pembelajaran.

4. Modul

a. Pengertian Modul

Menurut Russel (Mehrabiah & Russell, 1974, hal. 19) modul sebagai suatu

paket pembelajaran yang berisi satu unit konsep tunggal. Modul pembelajaran

(Houtson & Howson, 1992, hal. 23) meliputi seperangkat aktivitas yang bertujuan

mempermudah peserta didik untuk mencapai seperangkat tujuan pembelajaran.

Pengertian-pengertian tersebut, dapat dilihat unsur-unsur sebuah modul

pembelajaran yaitu: (Wena, 2014, hal. 230)

1) Modul merupakan seperangkat pengalaman belajar yang berdiri sendiri,

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

11

2) Modul dimaksudkan untuk mempermudah peserta didik mencapai seperangkat

tujuan yang telah ditetapkan,

3) Modul merupakan unit-unit yang berhubungan satu dengan yang lain secara

hirarkis.

Menurut Walter Dick dan Lou Cary modul diartikan sebagai unit

pembelajaran berbentuk cetak. Mengajar terpadu yang memiliki satu tema terpadu,

menyajikan kepada siswa keterangan-keterangan yang diperlukan untuk menguasai

dan menilai pengetahuan dan keterampilan yang ditentukan, dan berfungsi sebagai

satu komponen dari keseluruhan kurikulum. Hal di atas sejalan dengan apa yang

dikemukakan oleh B. Suryosubroto bahwa modul adalah sejenis satuan kegiatan

belajar yang terencana, didesign guna membantu peserta didik menyelesaikan

tujuan-tujuan tersebut. Darwanto (2014, hal. 19) mengemukakan bahwa modul

adalah sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan guna keperluan

belajar.

Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modul merupakan

bahan belajar terprogam yang disusun sedemikian rupa dan disajikan secara

terpadu, sistematis dan terperinci. Mempelajari materi modul, peserta didik

diarahkan pada pencarian suatu tujuan melalui langkah-langkah belajar tertentu,

karena modul merupakan paket progam untuk keperluan belajar.

b. Karakteristik Modul

Menurut Ramadhan (2014, hal. 7) untuk menghasilkan modul yang mampu

meningkatkan motivasi belajar, pengembangan modul harus memperhatikan

karakteristik yang diperlukan sebagai modul.

1) Self Intruction

Self Intruction merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan

karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak

tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi self instruction, modul tersebut harus:

a) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas dan dapat menggambarkan

pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

b) Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang

kecil atau spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

12

c) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan

materi pembelajaran.

d) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan

untuk mengukur penguasaan peserta didik.

e) Kontekstual yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau

konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik.

f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.

g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.

h) Terdapat instrument penilaian, yang memungkinkan peserta didik

melakukan penilaian sendiri (self assessment).

i) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik

mengetahui tingkat penguasaan materi.

j) Terdapat informasi tentang rujukan/pertanyaan/referensi yang

mendukung.

2) Self Contained

Menurut Sugiyani (2014, hal. 5) mengatakan bahwa modul dikatakatan self

contained, bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul

tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik

mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas

kedalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan

materi dari satu standar kompetensi atau kompetensi dasar, harus dilakukan dengan

hati-hati dan memperhatikan keluasan standar kompetensi atau kompetensi dasar

yang dikuasai oleh peserta didik.

3) Berdiri Sendiri (Stand Alone)

Stand Alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak

tergantung pada bahan ajar atau media lain atau tidak harus digunakan bersama-

sama dengan bahan ajar atau media lain. Menggunakan modul, peserta didik tidak

perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan mengerjakan tugas pada modul

tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar

lain selain modul yang digunakan, bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai

modul yang berdiri sendiri.

4) Adaptif

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

13

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat

menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel

digunakan diberbagai perangkat keras (hardware).

5) Bersahabat (User Frendly)

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah User Frendly atau bersahabat

dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat

membantu dan bersahabat dengan pemakaianya, termasuk kemudahan pemakai

dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Pengguanaan bahasa

yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum

digunakan, merupakan salah satu bentuk User Frendly (Darwanto, 2014, hal. 187)

c. Langkah-langkah Pembuatan Modul

Menurut (Darwanto, 2014, hal. 189) mengatakan bahwa suatu modul yang

digunakan disekolah, disusun atau ditulis dengan menggunakan langkah-langkah

berikut ini:

1) Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk tingkah laku

siswa yang dapat diamati dan diukur.

2) Urutan tujuan-tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam

modul.

3) Test diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan dan

kemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat untuk menempuh

modul.

4) Adanya butir test dengan tujuan-tujuan modul.

5) Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul bagi siswa.

6) Kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing

siswa agar mencapai kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan.

7) Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar siswa.

8) Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa

setiap waktu memerlukannya (Nasution, 2013, hal. 217).

Secara teoritis penyusunan modul dimulai dengan perumusan tujuan, akan

tetapi dalam prakteknya sering dimulai dengan penentuan topik atau bahan

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

14

pelajarannya dapat dipecahkan dalam bagian-bagian yang lebih kecil yang akan

dikembangkan menjadi modul.

d. Menurut Kurniawan (2015, hal. 3) manfaat Modul Manfaat modul bagi

peserta didik adalah:

1) Peserta didik memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mendiri.

2) Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari diluar kelas dan diluar

jam pembelajaran.

3) Peserta didik berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai

dengan kemampuan dan minatnya.

4) Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan

yang disajikan didalam modul.

5) Mampu membelajarkan diri sendiri, mengembangkan kemampuan peserta

didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar

lainnya.

Selain itu modul juga memiliki manfaat bagi pendidik, manfaat modul

bagi pendidik yaitu:

a) Mengurangi ketergantungan terhadap ketersediaan buku teks.

b) Memperluas wawasan karna disusun menggunakan berbagai referensi.

c) Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar.

d) Membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dengan peserta didik

karena pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka.

e. Keunggulan dan Keterbatasan Modul

Menurut Ramadhan (2014, hal. 8) beberapa keunggulan modul dapat

dikemukakan sebagai berikut.

1) Berfokus pada kemampuan individual siswa, karena pada hakekatnya mereka

memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas

tindakan-tindakannya.

2) Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar kompetensi

dalam setiap modul yang harus dicapai oleh siswa.

3) Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara

pencapaiannya, sehingga siswa dapat mengetahui keterkaitan antara

pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya.)

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

15

Menurut Kurniawan (2015, hal. 8) selain keunggulan, modul juga

memiliki keterbatasan sebagai berikut:

1) Penyusunan modul yang baik membutuhkan keahlian tertentu. Sukses atau

gagalnya suatu modul bergantung pada penyusunnya. Modul mungkin saja

memuat tujuan dan alat ukur berarti, akan tetapi pengalaman belajar yang

termuat di dalamnya tidak ditulis dengan baik atau tidak lengkap. Modul

yang demikian kemungkinan besar akan ditolak oleh siswa, atau lebih parah

lagi siswa harus berkonsultasi dengan fasilitator. Hal ini tentu saja

menyimpang dari karakteristik utama sistem modul.

2) Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta membutuhkan

manajemen pendidikan yang sangat beda dari pembelajaran konvensional,

karena setiap siswa menyelesaikan modul dalam waktu yang berbeda-beda,

bergantung pada kecepatan dan kemampuan masing-masing.

3) Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar, pada umumnya cukup

mahal, karena setiap siswa harus mencarinya sendiri. Berbeda dengan

pembelajaran konvensional, sumber belajar seperti alat peraga dapat

digunakan secara bersama-sama dalam pembelajaran.

f. Menurut Darwanto (2014, hal. 176) perbedaan Modul dan Buku Teks

Modul:

1) Menimbulkan minat baca.

2) Ditulis dan dirancang untuk siswa.

3) Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel.

4) Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih.

5) Gaya penulisan komunikatif dan semi formal.

Buku:

1) Dirancang untuk dipasarkan secara luas.

2) Disusun secara linear.

3) Gaya penulisan naratif tetapi tidak komunikatif.

4) Struktur berdasar logika bidang ilmu.

5) Tidak mengantisipasi kesukaran belajar siswa.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

16

2.1.2. Multimedia

Multimedia adalah gabungan dari kata “multi” dan “media”. Multi berarti

banyak atau lebih dari satu dan media berarti bentuk atau jenis sarana yang dipakai

untuk menyampaikan informasi. Komputer, video, televisi, merupakan contoh

media penyampaian informasi yang melibatkan beberapa komponen sekaligus,

namun yang membedakan aplikasi multimedianya adalah adanya interaksi dengan

manusia lain.

Menurut Riyana (2009, hal. 125) mengatakan bahwa strategi peningkatan

kualitas pembelajaran dilakukan dengan berbagai strategi antara lain melalui

pembelajaran berbasis pemanfaatan Information and Communication Technology

(ICT) dengan bersandar pada penguasaan kompetensi (competensy based learning).

Pelaksanaan strategi tersebut dilakukan melalui (1) penataan kurikulum, (2)

penyusunan bahan ajar/modul, (3) penyusunan standar minimal (delivery system),

(4) penyelenggaraan pelajaran berbasis produksi (production based learning), (5)

pengembangan prosedur penilaian berbasis ICT yang bersandar pada kompetensi

(competency based assesment).

Dalam Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan dipaparkan pada Pasal 16 (1) Dalam

menyelenggarakan dan mengelola sistem pendidikan nasional, Kementerian

mengembangkan dan melaksanakan sistem informasi pendidikan nasional berbasis

teknologi informasi dan komunikasi. Pendekatan pembelajaran dengan

pemanfaatan ICT/TIK salah satunya melalui sistem pembelajaran dengan

menggunakan modul berbasis multimedia interaktif.

2.1.3. Multimedia Interaktif

Multimedia interaktif saat ini bisa dikatakan mengalami perkembangan

sangat pesat dalam dunia pendidikan dan memiliki peran penting. Menurut Riyana

(2009, hal. 126) penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran bertujuan

untuk mempermudah dan memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat

verbalistis, mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera para siswa, dapat

digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti: meningkatkan motivasi dan gairah

belajar para siswa untuk menguasai materi pelajaran, mengembangkan kemampuan

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

17

siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya

terutama bahan ajar yang berbasis ICT dan memungkinkan bagi siswa untuk

mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya. Multimedia interaktif

merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-

batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk

mencapai kompetensi/subkompetensi mata pelajaran yang diharapkan sesuai

dengan standarnya.

Terdapat beberapa istilah yang sering digunakan berhubungan dengan

media pembelajaran menggunakan komputer, diantaranya “Computer Based

Instruction” (CBI) yaitu setiap bentuk kegiatan belajar yang melibatkan komputer

baik sebagai bahan belajar maupun sebagai alat bantu. Beberapa contoh

penggunaannya diantaranya: penggunaan word processing dalam membuat

dokumen surat, menerjemahkan kata dalam bahasa Inggris mengunakan Transtool,

belajar menggunakan CD, dan lain– lain. Istilah lain adalah “Computer Assisted

Instruction (CAI)”. CAI lebih memposisikan komputer sebagai alat bantu dalam

belajar, materi pembelajaran sudah dikemas dan diprogram untuk dipelajari secara

mudah oleh siswa. Siswa cukup untuk mengikuti langkah-langkah yang terdapat

dalam program tersebut dari awal hingga akhir. Melalui CAI siswa tidak hanya

mempelajari satu materi tertentu melainkan juga dapat mengevaluasi hasil

belajarnya sendiri (self evaluation). Misalnya siswa mempelajari Ilmu Bangunan

Gedung melalui CAI yang sudah terprogram dan telah dilengkapi dengan visual,

audio, animasi, grafis dan video, selain itu siswa dapat berinteraksi langsung

dengan program secara interaktif.

Ada pendapat menyebutkan bahwa program CAI merupakan program yang

digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak

berupa program komputer yang berisi materi pelajaran. “Computer system can

delivery instruction by allowing them to interact with the lesson programmed into

the system this refered to CAI” (Roberth Heinich, Michele Molenda, James d.

Russel, 1996) dalam (Riyana, 2009, hal. 139). Buku tersebut, terdapat empat model

dasar (Computer Based Instruction) CBI/ CAI yaitu : Drill, Tutorial, Simulasi, dan

Games. Berikut dijelaskan masing-masing dari model tersebut.

a. Model Drill

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

18

Pada CAI merupakan satu teknik pembelajaran berbantuan komputer yang

bertujuan untuk memberikan pengalaman–pengalaman belajar pada diri siswa

mealui penyediaan latihan–latihan soal untuk menguji penampilan siswa melalui

kecepatan menyelesaikan soal latihan yang disediakan program.

b. Model Tutorial

Model ini dibuat untuk membantu siswa belajar keterampilan-keterampilan

baru yang diperoleh melalui penyajian informasi dan materi pelajaran yang diikuti

dengan pemberian latihan soal terkait dengan materi yang diberikan. Tambahan

informasi, penguatan, dan umpan balik diberikan berdasarkan respon siswa.

c. Model Simulasi

Menurut Lillir dalam Riyana (2009, hal. 155) mengatakan bahwa model

simulasi merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan

pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui tiruan-tiruan yang mendekati

bentuk sebenarnya. “Simulation differ from both simulasis and drill and practice

program in the interaction of the learners are not responses to question but rather

decisions they make a role-playing simulation”. Model ini dibuat untuk memahami

berbagai kejadian nyata atau peristiwa-peristiwa yang karena alsan tidak praktis dan

tidak efisien tidak mungkin disajikan secara langsung. Melalui model simulasi ini

sangat baik untuk menggambarkan hubungan sebab akibat, memodelkan

permasalahan, serta mengeliminasi beberapa faktor untuk memudahkan

penyelesaian suatu permasalahan.

d. Model eksperimen

Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditunjukkan pada

kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum di

laboratorium IPA, biologi atau kimia. Program menyediakan serangkaian peralatan

dan bahan, kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau kesperimen sesuai

petunjuk dan kemudian mengembangkan eksperimen-ekperimen lain berdasarkan

petunjuk tersebut. Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu

konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan

secara maya tersebut.

e. Model Games

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

19

Model Games adalah model pembelajaran berbasis komputer dengan

menggunakan format permainan, yang bertujuan untuk menyediakan suasana atau

lingkungan yang memberikan fasilitas belajar untuk menambah kemampuan siswa.

Untuk pembelajaran model games ini lebih dikenal dengan Instructional Games

yang memiliki komponen dasar sebagai pembangkitmotivasi dan memunculkan

cara berkompetisi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Distribusi

presentase model-model CAI terhadap penggunaannya untuk program-program

pembelajaran dapat dilihat pada Tabel II.1.

Tabel II.1

Distribusi Presentase Program Pembelajaran dengan Komputer Pembelajaran Komputer Presentase

Tutorial 32%

Latihan dan Praktik 22%

Penemuan 20%

Simulasi 13%

Permainan 3%

Lain-lain 10%

Jumlah Seluruhnya 100%

Sumber : (Sukmadinata, 2007, hal. 139)

Menurut Riyana (2009, hal. 133) mengatakan bahwa proses

pengembangan Multimedia Interaktif perlu dilakukan mengingat terdapat beberapa

keunggulan, antara lain: daya coba dan latihan tinggi, menumbuhkan kretifitas

mahasiswa, visualisasi informasi/proses yang bersifat abstrak (tidak kasat mata),

mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, ada stimulus-respon, meningkatkan

motivasi peserta didik, visualisasi relevan dengan materi, mengandung unsur teks,

visual (grafis, video/film, animasi) dan audio. Pengembangan multimedia interaktif

dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut: (1) pembuatan garis besar

program media (GBPM), (2) pembuatan Flowchart, (3) pembuatan storyboard, (4)

pengumpulan bahan-bahan yang dibutuhkan, (5) pemrograman dan (6) finishing.

2.1.4. Motivasi Belajar Matematika

Motivasi belajar bagi peserta didik secara tidak langsung mempengaruhi

gaya belajar siswa. Apabila motivasi belajar siswa menurun maka gaya belajar

siswa juga akan cenderung jelek dan secara tidak langsung juga akan berpengaruh

terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Di sini peranan guru sangat penting

sekali terhadap peningkatan motivasi belajar siswa. Guru merupakan faktor

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

20

dominan terhadap tinggi dan rendahnya motivasi siswa terhadap proses

pembelajaran yang sedang berlangsung. Guru merupakan komponen yang utama

pada dunia pendidikan, karena secara langsung berinteraksi dengan siswa.

Pengaruh guru terhadap peningkatan motivasi siswa sangat besar.

Guru harus dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan

proses belajar mengajar baik individu maupun klasikal sehingga diharapkan gaya

belajar siswa menjadi lebih baik. Ada beberapa definisi motivasi, seperti yang

diungkapkan Hamalik (1994, hal. 38) bahwa motivasi adalah perubahan energi

dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Supriyono (2004, hal. 83), motivasi sebagai

faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan

belajar. Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (2003, hal. 73) motivasi

adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah kegiatan belajar sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai" (Sardiman A. M.,

2003, hal. 75).

Menurut Purwanto (2004, hal. 64) apa saja yang diperbuat manusia, yang

penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung

resiko, selalu ada motivasinya. Motivasi adalah pendorongan suatu usaha yang

didasari untuk melakukan tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk

bertindak melakukan sesuatu sesingga akan mecapai hasil atau tujuan tertentu.

Pendapat Davis (1991, hal. 214) menyatakan bahwa motivasi merupakan kekuatan

tersembunyi didalam diri kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang

khas.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

21

Menurut Sardiman (2003, hal. 89) ada berbagai jenis motivasi, yaitu:

1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak

perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu. Seorang siswa melakukan belajar karena didorong tujuan

ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga

dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan

diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan

dengan aktivitas belajar. motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari diri

orang itu sendiri. Kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan

penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secra mutlak berkaitan dengan

aktivitas belajar itu.

Menurut Winkel (2005, hal. 169) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang

timbul karena adanya stimulus dari luar. Aktivitas belajar dimulai dan diteruskan,

berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan

aktivitas belajar sendiri. Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari diri

orang itu sendiri. Kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan

penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secra mutlak berkaitan dengan

aktivitas belajar itu.

Seseorang yang tidak memiliki motivasi namun dipaksa untuk

melaksanakan proses belajar mengajar hasilnya tidak akan maksimal. Sama halnya

dengan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), siswa yang memiliki motivasi

belajar dari dalam dirinya terdapat usaha dan sikap yang mengarah kepada

pencapaian hasil belajar yang baik. Akibatnya prestasi belajar mereka akan baik

pula. Siswa yang motivasi belajarnya rendah tidak akan memiliki usaha dan sikap

yang mengarah kepada pencapaian hasil belajar yang baik dan akibatnya prestasi

belajarnya tidak bagus.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

22

Menurut Teresa. N. Amabile yang dikutip Harjanto (1997, hal. 5) terdapat

4 aspek yang dapat memacu motivasi kreatif antara lain; ketertarikan atau

kesenangan, dedikasi, kerja bermain, bekerja, dan memusatkan diri. Ketertarikan

menekankan pada kesenangan terhadap pelajaran, dedikasi akan menimbulkan

semangat disiplin dan ketekunan belajar. Bekerja bermain, bermain bekerja

menekankan pada suatu usaha untuk menciptakan pekerjaan dengan rasa senang

dan sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas. Memusatkan diri atau

konsentrasi yaitu sebagai akibat dari ketiga dimensi yang telah diterapkan di atas.

Tingkat motivasi siswa yang berbeda-beda tersebut tidak mudah diketahui.

Menurut Munandar (1992, hal. 34-35) untuk mengetahuinya maka perlu diketahui

ciri-ciri orang yang bermotivasi, yaitu:

1) Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu

yang lama, tiada henti sebelum selesai),

2) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa),

3) Tidak memerlukan dorongan dari luar

4) Ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari,

5) Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin,

6) Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah,

7) Senang dan rajin belajar, penuh semangat dan tidak cepat bosan dengan

tugastugas rutin,

8) Dapat mempertanggung jawabkan pendapat-pendapatnya,

9) Mengejar tujuan jangka panjang (dapat menunda kepuasan sesaat yang ingin

dicapai kemudian),

10) Senang mencari soal dan memecahkan soal.

Menurut Arikunto (2007, hal. 24), tingkat motivasi dapat dikategorikan

dalam beberapa tingkatan dapat dilihat pada Tabel II.2.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

23

Tabel II.2

Kualifikasi Hasil Persentase Skor Angket motivasi belajar siswa

Presentase skor yang diperoleh Kategori

81% ≤ 𝑆 ≤ 100% Sangat tinggi

61% ≤ 𝑆 ≤ 80% Tinggi

41% ≤ 𝑆 ≤ 60% Sedang

21% ≤ 𝑆 ≤ 40% Rendah

𝑆 ≤ 20% Sangat rendah

Keterangan: S = skor rata-rata hasil angket motivasi.

Berdasarkan definisi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah dorongan pada diri seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu

pekerjaan baik yang timbul dari diri orang itu sendiri ataupun dari luar yang

berkaitan erat dengan tujuan dan cita-cita yang hendak dicapai dalam kaitannya

dengan belajar. Motivasi dapat dipandang sebagai keseluruhan daya penggerak

dalam diri siswa yang akan menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah

pada kegiatan belajar.

Motivasi instriksi yaitu adanya keinginan sendiri untuk belajar tanpa

adanya bujukan dari luar. Hal ini adalah kenyataan ideal yang dapat menghasilkan

pembelajaran yang sungguh-sungguh dan masalah pelajaran yang sedikit. Motivasi

ekstrinsik adalah adanya dorongan belajar karena adanya pengaruh / bujukan dari

luar misalnya tanda nilai penghargaan dari luar dan penghargaan nyata lainnya.

2.1.5. Pembelajaran Matematika

Kegiatan pembelajaran merupakan aktivitas untuk menciptakan kondisi

yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal di dalam lingkup

sekolah. Menurut Slameto (1995, hal. 2) belajar ialah proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Menurut Sardiman (1992, hal. 22) belajar merupakan perubahan tingkah

laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, seperti membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Belajar akan baik jika siswa mengalami

atau melakukannya secara langsung. Demikian belajar adalah proses perubahan

tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

24

Usman (2002, hal. 5) berpendapat bahwa belajar adalah proses perubahan

tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antar individu dan interaksi

antara individu dengan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa seseorang setelah

mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek

pengetahuannya, ketrampilannya, maupun aspek sikapnya. Hilgard dan Brower

yang dikutip oleh Hamalik (2002, hal. 45), mempunyai pendapat lain tentang

definisi belajar, menurutnya belajar adalah perubahan dalam perbuatan melalui

aktivitas, praktek, dan pengalaman.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu

dengan individu maupun dengan lingkungannya dalam perbuatan melalui aktivitas,

praktek, dan pengalaman.Dari perubahan itu didapatkan kemampuan baru berupa

pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), dan keterampilan (aspek

psikomotor).

Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih

terarah dan sistematik dari pada belajar yang hanya dari pengalaman dalam

kehidupan sosial di masyarakat. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar dan

mengajar dengan segala interaksi di dalamnya. Pembelajaran merupakan suatu

proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar

hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai

tujuan tertentu (Usman, 2000, hal. 4).

Dalam pembelajaran, guru diharapkan mampu menciptakan suasana

pembelajaran yang menarik, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang

dapat memberi kesan seluas-luasnya kepada siswa untuk berkembang sesuai

dengan keinginan dan kemampuan siswa. Sebenarnya belajar adalah berbuat dan

sekaligus merupakan proses yang membuat peserta didik harus aktif (Sardiman A.

M., 2003, hal. 2).

Tujuan utama diselenggarakannya pembelajaran adalah demi tercapainya

tujuan pembelajaran. Tujuan tersebut utamanya adalah keberhasilan siswa dalam

belajar dalam rangka pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran maupun

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

25

pendidikan pada umumnya. Jika guru terlibat didalamnya dengan segala macam

metode yang dikembangkan, yang berperan sebagai pengajar berfungsi sebagai

pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai pelajar

atau individu yang belajar. Usaha-usaha guru dalam proses tersebut utamanya

adalah membelajarkan siswa agar tujuan khusus maupun umum proses belajar itu

tercapai (Krismanto, 2003, hal. 1).

Upaya pengembangan strategi mengajar tersebut berdasar pada pengertian

bahwa mengajar merupakan suatu bentuk upaya memberikan bimbingan kepada

siswa untuk melakukan kegiatan belajar atau dengan kata lain membelajarkan siswa

seperti disebut di atas. Tercermin suatu pengertian bahwa balajar tidak semata-mata

berorientasi kepada proses. Kualitas proses akan memberikan sumbangan dalam

menentukan kualitas hasil yang dicapai. Ini menunjukkan bahwa setiap orang yang

belajar harus aktif sendiri, karena tanpa adanya aktivitas, proses belajar tidak

mungkin terjadi (Krismanto, 2003, hal. 1).

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathematike yang

mempunyai akar kata mathema yang berarti ilmu atau pengetahuan. Kata

matematika juga berhubungan dengan sebuah kata yang serupa, yaitu mathanein

yang berarti belajar atau berfikir. Jadi secara etimologis menurut Elea Tinggih

(1972) yang dikutip oleh Suherman (2001, hal. 16) kata matematika berarti ilmu

pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Matematika adalah ilmu tentang

logika mengenai bentuk susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan

satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran matematika

merupakan serangkaian proses kegiatan dalam mempelajari konsep-konsep dan

struktur-struktur yang melibatkan guru matematika dan siswanya dalam usaha

mencapai tujuan pembelajaran. Hal yang penting bagi guru adalah memahami

bagaimana siswa-siswanya memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika

guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, gurupun dapat

menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi murid-muridnya.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

26

2.1.6. Adobe Flash CS6

a. Pengenalan Adobe Flash CS6

Adobe flash merupakan program yang digunakan untuk mengembangkan

multimedia pembelajaran interaktif (MPI) karena mendukung untuk pembuatan

animasi, gambar, image, teks, dan pemrogaman (Nurtantio & Syarif, 2013, hal. 10).

Adobe flash memiliki kemampuan untuk membuat animasi mulai dari yang

sederhana hingga kompleks. Adobe flash jugadapat menggabungkan gambar, suara,

dan video ke dalam animasi yang dibuat (Hasrul, 2011, hal. 13). Keunggulan

multimedia interaktif berbasis adobe flash dibandingkan powerpoint adalah dengan

menggunakan adobe flash dapat membuat animasi dan simulasi. Animasi yang

dihasilkan oleh adobe flash dapat memotivasi peserta didik untuk belajar biologi

karena terdapat unsur audio dan visual yang mempermudah penyampaian suatu

materi, termasuk materi sistem reproduksi (Azaria, Panjaitan, & Titin, 2014, hal.

9).

Izham (2013, hal. 1) mengatakan bahwa Adobe Flash CS6 adalah software

yang menyajikan animasi yang merupakan salah satu bentuk visual bergerak yang

dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan materi pelajaran yang sulit disampaikan

secara konvensional. Diintegrasikan ke media lain seperti video, presentasi (power

point), atau sebgai bahan ajar tersendiri dengan animasi yang cocok untuk

menjelaskan materi-materi pelajaran yang secara langsung sulit disampaikan dlam

bentuk buku. Menurut Kardinata (2007, hal. 15) mengatakan bahwa aplikasi media

pembelajaran sebagai bahan ajar atau software pembelajaran dapat menyajikan

konsep dan keterampilan yang baik, yang memiliki keterkaitan antara satu unsur

dan unsur lainnya yang sulit diajarkan dan dipelajari melalui buku semata.

Flash merupakan software yag memiliki kemampuan menggambar

sekaligus menganimasikannya, serta mudah dipelajari. Flash tidak hanya

digunakan dalam pembuatan animasi, tetapi pada zaman sekarang ini flash juga

banyak digunakan untuk keperluan lainnya seperti dalam pembuatan game,

presentasi, membangun web, animasi pembelajaran, bahkan juga dalam pembuatan

film. Animasi yang dihasilkan flash adalah berupa file movie, movie yang dimaksud

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

27

dihasilkan dapat berupa grafik atau teks. Grafik yang dimaksud disini adalah grafik

yang berbasis vektor, sehingga saat diakses melalui internet, animasi akan

ditampilkan lebih cepat dan terlihat halus. Selain itu flash juga memiliki

kemampuan untuk mengimpor file suara, video maupun file gambar dari aplikasi

lain.

Flash adalah program grafis yang diproduksi pada tahun 1996.

Macromedia Flash telah diproduksi dalam beberapa versi. Versi terakhir dalam

Macromedia Flash adalah Macromedia Flash 8. Sekarang Flash telah berpindah

vendor ke Adobe. Semua tools pada dasarnya sama, hanya yang membedakan disini

adalah adanya jenis Action script 3.0. action script ii merupakan versi terbaru dari

penulisan action script di flash.

b. Area kerja Adobe Flash CS6

Izham (2013) menjelaskan bahwa halaman awal pada Adobe flash CS6

adalah tampilan yang pertama kali muncul ketika kita mengakses Adobe Flash CS6.

Cara mengakses Adove Flash CS6 pertama kali yaitu double klik pada icon yang

ada pada desktop atau lihat dari gambar program. Tampilan start page pertama kali

membuka Adobe Flash CS6 yaitu: Area kerja Adobe Flash CS6 terdiri atas lima

komponen, yaitu Menu, Toolbox, Timeline, Stage dan Panel. Dapat dilihat pada

Gambar II.1 dan Gambar II.2.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

28

Gambar II.1

Halaman Awal Adobe Flash CS6

Gambar II.2

Start Page Adobe Flash CS6

a) Menu berisi control untuk berbagai fungsi seperti membuat, membuka, dan

menyimpan file, copy, paste, dan lain-lain.

b) Stage adalah alat persegi empat yang merupakan tempat kita membuat objek

atau animasi yang akan dimainkan.

c) Toolbox berisi koleksi untuk membuat atau menggambar, memilih dan

memanipulasi isi stage dan timeline. Toolbox dibagi menjadi empat, yaitu:

Tols, View, Colors dan Options. Beberapa tools mempunyai bagian option.

Contohnya, ketika Selection tool dipilih, Option snap, smouth, straigten, rotate

dan scale akan muncul di bagian option.

d) Timeline adalah tempat kita dapat membuat dan mengontrol objek dan animasi.

e) Panels berarti control fungsi yang dipakai dalam flash, yaitu untuk mengganti

dan memodifikasi berbagai property objek atau animasi secara cepat dan

mudah.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

29

f) Properties merupakan window yang digunakan untuk mengatur property dari

objek yang kita buat.

g) Componen digunakan untuk menambahkan objek untuk web application yang

nantinya di publish ke internet.

2.1.7. Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kubus

Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam daerah persegi

yang kongruen.

Pada sebuah kubus, setiap daerah persegi disebut bidang (sisi). Setiap sisi

daerah persegi disebut rusuk kubus. Selanjutnya titik sudut-titik sudut daerah

persegi yang setitik disebut titik sudut kubus.

Unsur-unsur kubus :

a) Titik Sudut

b) Rusuk

c) Bidang (Sisi)

a. Titik Sudut

Titik sudut- titik sudut daerah persegi yang setitik disebut titik sudut kubus.

Titik suduk kubus merupakan titik pertemuan dari 3 rusuk kubus yang berdekatan.

Ada 8 buah titik sudut pada sebuah kubus yaitu:

1) Titik A 5) Titik E

2) Titik B 6) Titik F

3) Titik C 7) Titik G

4) Titik D 8) Titik H

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

30

b. Rusuk

Setiap sisi daerah persegi disebut rusuk kubus. Rusuk kubus yaitu ruas garis

yang merupakan perpotongan dua bidang sisi pada sebuah kubus.

Rusuk kubus terdiri dari rusuk datar dan rusuk tegak. 1) Rusuk datar Rusuk

datar terdiri dari rusuk atas dan rusuk bawah yaitu AB, BC,CD, AD, EF, FG, GH,

dan EH. 2) Rusuk tegak Rusuk tegak diperoleh dari pertemuan dengan sisi depan

kiri/kanan dan sisi belakang kiri/kanan yaitu AE, DH, BF, dan CG. Kubus memiliki

12 rusuk yang sama panjang yaitu:

1) Rusuk AB 7) Rusuk CG

2) Rusuk AD 8) Rusuk DH

3) RusukAE 9) Rusuk EF

4) Rusuk BC 10) Rusuk EH

5) Rusuk BF 11) Ruuk FG

6) Rusuk CD 12) Rusuk GH

c. Bidang (Sisi)

Setiap daerah persegi disebut bidang (sisi). Bidang (sisi) kubus merupakan

suatu bidang persegi (permukaan kubus) yang membatasi bangun ruang kubus.

Bidang (sisi) kubus terdiri dari bidang (sisi) alas dan bidang (sisi) atas, bidang (sisi)

depan dan (sisi) belakang, serta bidang (sisi) samping kiri dan bidang (sisi) samping

kanan. Bidang (sisi) tersebut masing-masing berpasangan dan kongruen. Ada 6

buah bidang (sisi) kubus yaitu ABCD, EFGH, ADHE, BCGD, ABFH, dan CDGH.

Sifat-sifat Kubus

1. Sifat-sifat titik sudut

a. Dua titik sudut kubus dikatakan berhadapan jika kedua titik tidak bersama-

sama menjadi titik sudut suatu bidang.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

31

Contoh:

1) A dengan G

2) B dengan H

3) E dengan C

4) F dengan D

b. Dua titik sudut kubus dikatakan berdekatan jika kedua titik merupakan titik

ujung-ujung suatu sisi.

Contoh:

1) A dengan B

2) A dengan E

3) B dengan C

4) C dengan G

2. Sifat-sifat Rusuk

a. Dua rusuk kubus dikatakan berhadapan jika kedua rusuk tidak mempunyai titik

sekutu dan tidak terletak pada satu bidang (sisi).

Contoh:

1) AE dengan CG

2) BF dengan DH

3) AD dengan FG

b. Dua rusuk kubus dikatakan berpotongan jika kedua rusuk memiliki titik

persekutuan.

Contoh:

1) AB dengan AE

2) AB dengan BF

3) BC dengan CG

4) DH dengan HE

c. Dua rusuk kubus dikatakan bersilangan jika kedua rusuk tidak dapat dibuat satu

bidang.

Contoh:

1) AE dengan BC

2) BF dengan EH

3) AD dengan CG

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

32

4) AB dengan DH

3. Sifat-sifat bidang (sisi)

a. Dua bidang (sisi) kubus dikatakan sejajar jika kedua sisi tidak bersekutu pada

satu garis.

Contoh:

1) ABCD sejajar dengan EFGH

2) BCGF sejajar dengan ADHE

3) BFE sejajar dengan CDHG

b. Dua bidang (sisi) kubus dikatakan berpotongan jika kedua sisi bersekutu pada

satu garis.

Contoh:

1) ABCD dengan CDHG

2) ABCD dengan ABFE

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

33

3) CDHG dengan EFGH

4) EFGH dengan BCGF

Jaring-jaring kubus

Jaring-jaring kubus adalah rangkaian sisi-sisi kubus yang jika

dibentangkan akan terbentuk sebuah bidang datar.

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

34

Diagonal

1) Diagonal sisi (bidang)

Diagonal sisi (bidang) adalah ruas garis yang menghubungkan dua

titik sudut sebidang yang saling berhadapan pada sisi kubus. Kubus

mempunyai 12 diagonal bidang (sisi) yaitu AF, BE,CH, DG, AC, BD, EG,

FH, AH, DE, BG dan CF.

Contoh:

a) Pada sisi ABCD, terdapat diagonal sisi AC dan BD

b) Pada sisi EFGH, terdapat diagonal sisi EG dan FH

2) Diagonal Ruang

Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua buah titik

sudut tidak sebidang yang saling berhadapan. Kubus mempunyai 4 diagonal

ruang yaitu AG, BH, CE dan DF.

Contoh:

a) Diagonal ruang AG

Page 27: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

35

b) Diagonal ruang BH

3) Bidang diagonal

Bidang diagonal adalah bidang didalam kubus yang dibuat melalui

dua buah rusuk yang saling sejajar tetapi tidak terletak pada satu bidang (sisi).

Kubus mempunyai 6 buah bidang diagonal yaitu ABGH, CDEF, ADGF,

BCHE, ACGE, dan BDHF.

Contoh:

a) Bidang diagonal BCHE

b) Bidang diagonal ABGH

c) Bidang diagonal BDHF

Page 28: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

36

Rumus mencari panjang diagonal bidang (sisi) kubus dan panjang

diagonal ruang kubus adalah

1. Panjang diagonal bidang (sisi) kubus

Pada bidang alas ABCD, garis BD merupakan diagonal

bidang (sisi) kubus, misalkan ukuran rusuk kubus

dinyatakan dengan r, per.hatikan ∆ABC yang siku-siku

di B.

Menurut teorema phytagoras:

BD2 = 𝐴𝐵2 + 𝐴𝐷2

BD2 = 𝑠2 + 𝑠2

BD = √𝑠2 + 𝑠2 = √𝑠2 = 𝑠√2

Jadi rumus panjang diagonal bidang (sisi) kubus adalah:

db = √𝑠2 + 𝑠2

db = √𝑠2 = 𝑠√2

Keterangan: db = panjang diagonal bidang (sisi) kubus

s = panjang rusuk kubus

2. Panjang diagonal ruang kubus

Pada bidang BDHF, garis HB merupakan diagonal

ruang kubus, misalkan ukuran rusuk kubus dinyatakan

dengan s,

Menurut teorema phytagoras:

HB2 = DH2 + BD2

Page 29: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

37

HB2 = s2 + 2s2

HB2 = 3s2

HB = √𝑠2 + 𝑠2 + 𝑠2 = √3𝑠2 = 𝑠√3

Jadi rumus panjang diagonal ruang kubus adalah:

dr = √𝑠2 + 𝑠2 + 𝑠2

dr = √3𝑠2 = 𝑠√3

Keterangan:

dr = panjang diagonal ruang kubus

s = panjang rusuk kubus

Luas permukaan (sisi) kubus

Luas permukaan (sisi) kubus adalah jumlah luas seluruh bidang sisi

kubus.

Pada gambar (a) menyatakan kubus yang panjang rusuknya adalah s.

Pada gambar (b) menyatakan jaring-jaring kubus yang terdiri dari 6 persegi

yang kongruen dengan sisi s.

Untuk mencari luas permukaan (sisi) kubus, berarti sama saja

dengan menghitung luas jaring-jaring kubus tersebut. Oleh karena jaring-

jaring kubus merupakan 6 buah persegi yang sama dan kongruen maka.

Page 30: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

38

luas permukaan kubus = luas jaring-jaring kubus

L = 6 × (s × s)

L = 6 × s2

L = 6 s2

Jadi, luas permukaan kubus dapat dinyatakan dengan rumus

L = 6 x s2

Keterangan: L = luas permukaan (sisi) kubus

s = rusuk kubus

Volume Kubus

Untuk menentukan volume kubus terlebih dahulu kita tentukan luas

alas kubus kemudian dikalikan dengan tinggi.

Luas alas kubus = s x s

tinggi kubus = s

Rumus volume kubus sebagai berikut:

Volume = luas alas x tinggi

V = (s x s) x s

V = s 3

Keterangan : V = volume kubus

s = rusuk kubus

Page 31: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

39

2. 2. Penelitian yang Relevan

1. Skripsi yang di tulis oleh Lusi Selfia (2017) jurusan Pendidikan Biologi

IAIN Raden Intan Lampung dengan judul “Pengembangan Modul Interaktif

Berbasis Kartun untuk Memberdayakan Berfikir Kreatif dan Minat Belajar

Siswa Kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung” Tahun Pelajaran 2017.

Berdasarkan hasil validasi ahli materi, ahli media dan ahli bahasa pada tahap

II terhadap media pembelajaran interaktif, skor rata-rata yang diperoleh

pada ahli materi adalah 81,45%, ahli media 89,23% dan ahli bahasa 82%.

Kemenarikan media pembelajaran berdasarkan uji coba satu lawan satu

yang dilakukan pada 6 peserta didik mendapatkan skor rata-rata 81,57%,

pada uji coba kelompok kecil yang dilakukan pada 12 peserta didik

mendapat skor rata-rata 82,63%, dan pada uji lapangan yang dilakukan pada

30 peserta didik mendapat skor 84,24%, sedangkan skor rata-rata pendidik

sebagai pengguna adalah 83,04%. Data-data tersebut dapat disimpulkan

bahwa modul layak digunakan.

2. Skripsi yang di tulis oleh Yusefdi (2014) jurusan Pendidikan Matematika

Universitas Bengkulu dengan judul “Pengembangan LKS Matematika

dengan Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif pada Materi Ruang

Dimensi Tiga Kelas X MAN 2 Bengkulu” Tahun Pelajaran 2014. Hasil

penelitian menunjukan bahwa: (a) LKS Matematika dengan Model

Pembelajaran Kreatif dan Produktif pada Materi Ruang Dimensi Tiga Kelas

X SMAN 6 Bengkulu termasuk dalam kategori valid dari aspek materi,

konstruksi dan bahasa dengan skor rata-rata 4,17, (b) LKS Matematika

dengan Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif pada Materi Ruang

Dimensi Tiga Kelas X SMAN 6 Bengkulu termasuk dalam kategori sangat

praktis dengan skor rata-rata 4,25, (c) LKS Matematika dengan Model

Pembelajaran Kreatif dan Produktif pada Materi Ruang Dimensi Tiga Kelas

X SMAN 6 Bengkulu termasuk dalam kategori efektif dengan skor rata-rata

4,10 dan pencapaian efektifitas : (1) Aktivitas dalam kegiatan belajar

mengajar aktif dengan skor rata-rata aktivitas siswa dan aktivitas guru

sebesar 4,08 ; (2) Respon siswa terhadap pembelajaran efektif dengan skor

rata-rata respon siswa sebesar 4,18 ; (3) Hasil belajar siswa kelas XE dan

Page 32: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

40

XF SMA Negeri 6 Kota Bengkulu efektif dengan skor sebesar 4,64 dan

persentase rata-rata jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan minimal

75 adalah 87 % untuk kelas XF dan 90% untuk kelas XE.

3. Skripsi yang di tulis oleh Latifa Arina Rizqi (2014) jurusan Pendidikan

Teknil Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Yogyakarta dengan judul “Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif

Berbasis Macromedia Flash Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Kompetensi Dasar Kejuruan Kelas X Program Keahlian Teknik

Gambar Bangunan SMK N 2 Depok” Tahun Pelajaran 2014. Berdasarkan

hasil penelitian, diperoleh rata-rata nilai hasil belajar pretest kelas kontrol

sebesar 47,19 dan nilai rata-rata posttest sebesar 78,75; sedangkan pada

kelas eksperimen nilai rata-rata pretest sebesar 49,22 dan nilai rata-rata

posttest sebesar 86,88. Peningkatan hasil belajar kelas kontrol sebesar 31,56

dan kelas eksperimen sebesar 37,66. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

siswa yang menggunakan multimedia interaktif berbasis macromedia flash

lebih besar dari hasil belajar siswa yang menggunakan metode konvensional

pada standar kompetensi mengidentifikasi ilmu bangunan gedung kelas X

Teknik Gambar Bangunan SMK N 2 Depok. Analisis hasil tes siswa yang

diuji dengan uji-t dengan perolehan t hitung > t tabel (5,183 > 1,671).

4. Skripsi yang di tulis oleh Lenny Puspita Dewi (2013) jurusan Pendidikan

Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Negeri Yogya dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Matematika Siswa Kelas X Sma N 2 Wates Melalui Pelaksanaan Team

Teaching” Tahun Pelajaran 2013. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh

kesimpulan bahwa pelaksanaan team teaching agar dapat meningkatkan

motivasi belajar matematika yaitu guru kelas X A sebagai guru 1 dan

peneliti sebagai guru 2 melaksanakan tahap perencanaan yang meliputi: (1)

Menyususun RPP dengan menetapkan metode pembelajaran kooperatif tipe

belajar bersama (learning together). (2) Pembagian peran dan tanggung

jawab guru anggota team teaching serta pembagian pos-pos pengawasan di

dalam kelas. (3) Menyusun teaching material yang berisi materi, LKS,

latihan soal dan penugasan terstruktur. (4) Menyiapkan media dan perangkat

Page 33: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

41

pembelajaran. Kemuadian pada tahap pelaksanaan meliputi: (1) Memeriksa

kesiapan siswa dengan cara membahas tugas terstruktur, pemberian

apersepsi dan motivasi. (2) Salah satu guru menyampaikan pengarahan

umum sedang guru yang lain melakukan tindak lanjut dan memonitor

perilaku dan kemajuan siswa. (3) Siswa bergabung dengan kelompoknya

yang terdiri dari 4 siswa. (4) Siswa berdiskusi dalam kelompoknya

mengerjakan LKS dan latihan soal pada teaching material sedangkan guru

1 dan guru 2 menempatkan diri pada pos-pos pengawasan membimbing

jalannya diskusi. (5) Perwakilan kelompok siswa mempresentasikan hasil

diskusi. (6) Menyimpulkan materi, diberikan tugas terstruktur dan pesan

mempelajari materi pertemuan berikutnya. Selanjutnya pada tahap refleksi

yaitu seusai proses pembelajaran di kelas, guru 1 dan guru 2 berdiskusi

mengenai pelaksanaan pembelajaran agar diperoleh berbagai rumusan

perbaikan yang tepat untuk pembelajaran berikutnya. Hasil observasi

keterlaksanaan team teaching, pada siklus I mencapai 90,48% dan 100%

pada siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan

motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan besarnya rata-rata

persentase dalam angket motivasi belajar siswa, yakni secara keseluruhan

pada siklus I sebesar 74,41% dengan kategori sedang menjadi 87,28%

dengan kategori tinggi pada siklus II.

Untuk menghindari adanya plagiasi dari penelitian terdahulu yang

ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan maka sebelum

melaksankan penelitian, peneliti menelusuri terlebih dahulu beberapa

penelitian yang dilakukan. Hasil penelusuran tersebut ditemukan hasil

penelitian yang ada kemiripan dengan masalah penelitian yang akan diteliti,

yang dapat dilihat pada Tabel II.3:

Page 34: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

42

Tabel II.3

Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitan Sebelumnya

No Nama

Metode Design Teknik Pengumpulan

Data

Variabel Independen Kuan

titatif

Kuali

tatif R&D Tes

Angk

et

Lemba

r

Valida

si

1 Lusi Selfia √ √ √

Memberdayakan

Berfikir Kreatif dan

Minat Belajar Siswa

2 Yusefdi √ √ √ √ Model Pembelajaran

Kreatif dan Produktif

3 Latifa Arina

Rizqi √ √ √ Hasil Belajar Siswa

4 Lenny Puspita

Dewi √ √ √

Meningkatkan

Motivasi Belajar

Matematika Siswa

5 Dika Dani

Septiati √ √ √

Meningkatkan

Motivasi Belajar

Matematika Siswa

Dika Dani Septiati Penelitian yang akan dilakukan dengan judul

“Pengembangan Modul Berbasis Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Matematika” menggunakan metode penelitian Reserch and

Depelopment dengan desain penelitian One Shot Case Study serta teknik sampling

yang digunakan untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel menggunakan

Purposive sampling.

2. 3. Kerangka Pemikiran

Era teknologi semakin berkembang masyarakat bahkan peserta didik tentu

sudah mengenal media komputer, yang dapat membantu memudahkan pekerjaan.

Modul berbasis Multimedia Interaktif merupakan media pembelajaran yang

digunakan dalam membantu kegiatan pembelajaran dalam bentuk softfile yang

dioperasikan melalui komputer. Modul berbasis Multimedia Interaktif memotivasi

siswa untuk belajar lebih semangat, aktif, dan mandiri. Proses pembelajaran

matematika di SMP Negeri 8 Kota Cirebon masih terjadi secara tekstual. Siswa

memerlukan media pembelajaran yang dapat membantu siswa aktif dan mandiri

dalam pembelajaran. Penggunaan modul berbasis multimedia interaktif ini

Page 35: BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teorisc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414152068.pdf · 2018. 8. 20. · BAB II KAJIAN TEORITIK 2. 1. Deskripsi Teori 2.1.1. Bahan

43

diarahkan kepada penyampaian materi yang sesuai dengan target waktu yang

disediakan sesuai dengan kondisi peserta didik.

Pengembangan modul berbasis Multimedia Interaktif untuk meningkatkan

motivasi belajar matematika pada mata pelajaran matematika ini juga dapat

menunjang peserta didik dalam kegiatan belajar mandiri. Peserta didik dapat

mempelajari materi dengan sendiri tanpa harus menunggu bantuan materi diberikan

oleh guru. Hal ini dapat membuat peserta didik mengembangkan pengetahuan dan

kemampuannya.

Pengembangan modul berbasis Multimedia Interaktif untuk meningkatkan

motivasi belajar matematika pada mata pelajaran matematika terdapat beberapa

tahapan. Tahapan yang dilakukan meliputi tahap potensi dan masalah,

pengumpulan data, desain, validasi desain, revisi, dan uji coba pemakaian. Modul

berbasis Multimedia Interaktif yang diterapkan akan melalui proses validasi dan uji

coba pemakaian sebelum dimanfaatkan.

Gambar II.3

Kerangka Pemikiran

Motivasi Belajar Matematika

Uji Coba Pemakaian Modul Berbasis Multimedia Interaktif

Revisi Produk

Validasi Produk

Desain Pengembangan Modul Berbasis Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika

Potensi dan Masalah