bab ii kajian teoritik a. deskripsi konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4796/3/bab ii_septyana...
TRANSCRIPT
6
6
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Kemampuan Penalaran Matematis
Terbentuknya kemampuan penalaran matematis merupakan salah
satu tujuan dari beberapa tujuan pembelajaran matematika. Kemampuan
penalaran yang ada dalam diri siswa, dapat diketahui sejauh mana siswa
telah memahami, menyelesaikan masalah, dan menghargai manfaat
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan bernalar
dalam matematika, diharapkan siswa mengetahui dan merasa yakin
bahwa matematika dapat dipahami, dipikirkan, dibuktikan, dan
dievaluasi.
Penalaran merupakan suatu kegiatan atau aktivitas berpikir untuk
menarik suatu kesimpulan yang benar. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan proses berpikir, berpikir merupakan
suatu kegiatan akal manusia untuk menemukan pengetahuan yang benar.
Suriasumantri (1999) menjelaskan bahwa penalaran merupakan suatu
proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Selain itu, Ihsan (2010) menjelaskan bahwa penalaran
adalah kegiatan berpikir yang memiliki karakteristik tertentu dalam
menemukan suatu kebenaran.
6
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016
7
7
Kemampuan penalaran matematis merupakan elemen kunci dari
matematika, sehingga merupakan bagian penting dalam pembelajaran
matematika di sekolah. Dalam NCTM (2000) penalaran merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam melakukan pembelajaran
matematika. Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Shadiq (2009)
karena materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran
dipahami melalui belajar materi matematika. Oleh karena itu,
kemampuan penalaran matematika harus dimiliki oleh siswa dalam
menyelesaikan persoalan matematika.
Kemampuan penalaran matematis merupakan proses berpikir secara
analitik akan cenderung mengenal pola, struktur, atau keberaturan baik di
dunia nyata maupun simbol-simbol (NCTM, 2000). Proses berpikir
tersebut untuk menarik kesimpulan dalam memecahkan permasalahan
secara logis untuk menemukan suatu kebenaran. Berdasarkan uraian di
atas, sehingga dapat didefinisikan bahwa kemampuan penalaran
matematis merupakan kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan atau
aktivitas berpikir secara sistematis untuk menarik kesimpulan yang benar
berdasarkan pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah
dibuktikan. Dalam hal ini kesimpulan diartikan sebagai penyelesaian atau
jawaban dari suatu permasalahan atau jawaban dari suatu soal maupun
tugas.
Penalaran juga memiliki suatu standar tertentu. Standar penalaran
dalam NCTM (2000) meliputi: (a) mengenal penalaran sebagai aspek
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016
8
8
mendasar matematika, (b) membuat dan menyelidiki dugaan matematika,
(c) mengembangkan dan mengevaluasi argumen matematika, (d)
memilih dan menggunakan berbagai tipe penalaran. Dalam
Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang aktifitas yang dinilai
dalam penalaran matematis siswa yaitu: (a) mengidentifikasi contoh dan
bukan contoh, (b) menduga dan memeriksa kebenaran suatu pernyataan,
(c) mendapatkan atau memeriksa kebenaran dengan penalaran induksi,
(d) menyusun algoritma proses pengerjaan/pemecahan masalah
matematika, (e) menurunkan atau membuktikan rumus dengan penalaran
induksi.
Penalaran digunakan dalam menarik sebuah kesimpulan, Ihsan
(2010) menjelaskan terdapat dua jenis cara penarikan simpulan yakni
secara deduktif dan induktif. Dalam Permendikbud No.58 Tahun 2014
menyatakan bahwa salah satu manfaat belajar matematika adalah cara
berpikir matematika itu secara deduktif, yaitu kesimpulan di tarik dari
hal-hal yang bersifat umum bukan dari hal-hal yang bersifat khusus.
Terkait uraian di atas, diketahui bahwa penarikan kesimpulan dalam
matematika dibedakan menjadi dua, yaitu secara induktif dan deduktif.
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai kedua penalaran tersebut:
1) Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah suatu cara penarikan simpulan pada
suatu proses berpikir dengan menyimpulkan sesuatu yang bersifat
umum dari berbagai kasus yang bersifat individual (Ihsan, 2010).
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016
9
9
Selain itu, Shadiq (2009) menjelaskan bahwa penalaran induktif
merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat
suatu pernyataan baru yang bersifat umum (general) berdasar pada
beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar. Pernyataan
tersebut diperjelas oleh Adjie (2006) menjelaskan bahwa penalaran
induktif merupakan kemampuan seseorang dalam menarik
kesimpulan yang bersifat umum melalui pernyataan yang bersifat
khusus dengan langkah menentukan pola, mengajukan dugaan, dan
melakukan generalisasi.
Penalaran induktif melibatkan persepsi tentang keteraturan,
keteraturan itu terlihat dalam kesimpulan dari kasus-kasus yang
bersifat khusus kemudian menemukan pola atau aturan yang
melandasinya. Dalam matematika, menarik kesimpulan dari kasus-
kasus yang bersifat khusus dapat menjadi dasar dalam rangka
pembentukan konsep. Proses penalaran dengan mengaitkan konsep
yang serupa dinamakan analogi matematika, sedangkan menarik
kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus dinamakan generalisasi
matematis. Penalaran induktif pada prinsipnya menyelesaikan
permasalahan matematika tanpa memakai rumus, melainkan dimulai
dengan memperhatikan data. Dapat disimpulkan bahwa penalaran
induktif merupakan proses penarikan kesimpulan dari pernyataan
yang bersifat khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016
10
10
2) Penalaran Deduktif
Adjie (2006) menjelaskan bahwa penalaran deduktif merupakan
penarikan kesimpulan berdasarkan pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum. Selain itu, Shadiq (2009) menjelaskan bahwa
penalaran deduktif merupakan proses berpikir menarik kesimpulan
dari pernyataan yang dianggap benar dengan menggunakan logika.
Hal tersebut diperjelas oleh Wardhani (2008) bahwa penalaran
deduktif merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan
tentang hal khusus yang berpijak pada hal umum atau hal yang
sebelumnya telah dibuktikan (diasumsikan) kebenarannya. Dalam
penalaran deduktif, Hendriana dan Soemarmo (2014) menjelaskan
bahwa kegiatan yang tergolong pada penalaran deduktif yaitu: a)
melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan/rumus tertentu, b)
menarik kesimpulan yang logis, c) menyusun pembuktian langsung,
pembuktian tidak langsung dan pembuktian dengan induksi
matematika, d) menyusun analisis dari beberapa kasus.
Dasar penalaran deduktif yang berperan dalam matematika
adalah kebenaran suatu pernyataan haruslah didasarkan pada
kebenaran pernyataan-pernyataan lain, maksudnya yaitu kebenaran
suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari
kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan
matematika bersifat konsisten. Dalam penerapan penalaran deduktif,
membutuhkan berbagai pengetahuan yang dapat mengantarkan
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016
11
11
dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi seperti ingatan,
pemahaman dan penerapan sifat/aturan/rumus/hukum. Dapat
disimpulkan bahwa penalaran deduktif merupakan proses berpikir
menarik kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum ke bentuk
yang khusus atau untuk mencapai kesimpulan yang spesifik.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola
pikir yang dinamakan silogisme. Silogisme adalah suatu proses
penalaran yang menghubungkan dua pernyataan yang berlainan
untuk menurunkan suatu kesimpulan (Keraf, 2007). Silogisme yang
standar tersusun atas dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Berdasarkan uraian tentang kemampuan penalaran matematis di atas,
maka dalam penelitian ini peneliti menetapkan indikator kemampuan
penalaran matematis sebagai berikut:
(1) Mampu mengajukan dugaan
Merupakan kemampuan siswa dalam merumuskan atau menemukan
berbagai kemungkinan alternatif penyelesaian persoalan dengan
pengetahuan yang dimilikinya.
(2) Mampu melakukan manipulasi matematika
Merupakan kemampuan siswa dalam mengerjakan atau
menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan cara
sehingga memudahkan perhitungan dalam menyelesaikan suatu
masalah matematika.
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016
12
12
(3) Mampu memeriksa kesahihan suatu argumen
Merupakan kemampuan yang menghendaki siswa agar mampu
menyelidiki tentang kebenaran dari suatu pernyataan yang ada.
(4) Mampu menarik kesimpulan dari suatu pernyataan
Merupakan kemampuan siswa dalam proses berpikir yang
memberdayakan pengetahuannya untuk menghasilkan sebuah
pemikiran.
2. Perbedaan Gender
Perbedaan gender hampir terjadi dalam berbagai bidang. Perbedaan
tersebut terjadi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, politik, dan
sebagainya. Penggolongan gender dalam bidang pendidikan dibedakan
menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Perbedaan gender tentu
menyebabkan perbedaan fisiologi dan memepengaruhi perbedaan
psikologis dalam belajar, sehingga laki-laki dan perempuan tentu
memiliki banyak perbedaan dalam bidang pendidikan.
Gender merupakan perbedaan karakteristik antara laki-laki dan
perempuan yang dipengaruhi oleh sosial dan budaya. Hal ini senada
dengan Santrock (2007) menjelaskan bahwa gender adalah dimensi
psikologis dan sosiokultural yang dimiliki karena seseorang adalah laki-
laki atau perempuan. Selain itu, Desmita (2010) menjelaskan bahwa
gender merupakan tingkah laku dan sikap yang diasosiasikan dengan
laki-laki atau perempuan.
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016
13
13
Santrock (2003) menyatakan bahwa ada dua teori pengaruh kognitif
terhadap gender yaitu teori perkembangan kognitif dan teori skema
gender yang menekankan bahwa individu secara aktif menyusun dunia
gendernya sendiri.
a) Teori perkembangan kognitif mengenai gender (cognitive
development theory of gender) menyatakan bawa tipe gender terjadi
setelah anak-anak memikirkan dirinya sendiri sebagai laki-laki atau
perempuan. Mereka memahami dirinya sendiri sebagai laki-laki dan
perempuan secara konsisten, anak memilih aktivitas, objek, dan
sikap sesuai dengan gendernya/laki-laki atau perempuan.
b) Teori skema gender (gender schema theory) menyatakan bahwa
jenis gender muncul ketika individu secara bertahap
mengembangkan skema gender yang sesuai dan tidak sesuai dengan
budayanya. Skema (schema) adalah struktur kognitif, suatu jaringan
yang saling berhubungan, yang mengatur dan mengarahkan persepsi
individu. Skema gender (gender schema) mengatur kehidupan
menurut jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Teori skema gender
(gender schema theory) mengemukakan bahwa perhatian dan
perilaku individu diarahkan oleh motivasi internal untuk
menyesuaikan diri terhadap standar dan stereotipe gender menurut
sosial budaya yang berlaku. Peran gender (gender role) merupakan
suatu harapan yang merumuskan bagaimana perempuan dan laki-laki
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016
14
14
seharusnya dalam berfikir, bertingkah laku, dan berperasaan
(Santrock, 2003).
Zhu (2007) menyatakan bahwa adanya perbedaan gender
dipengaruhi beberapa faktor lain yaitu:
1) Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif dibagi menjadi tiga yaitu kemampuan spasial,
kemampuan verbal, dan kemampuan matematika.
2) Faktor Biologis
Berdasarkan sisi fungsi otak belahan otak kiri dan otak kanan
perempuan lebih simetris (bilateral) yang digunakan untuk berbicara
dan fungsi spasial, dan laki-laki lebih asimetris (lateralised).
3) Faktor Psikologis
Berdasarkan faktor psikologi, gender dibagi menjadi dua yaitu gaya
belajar dan stereotipe. Gaya belajar adalah cara atau teknik
seseorang untuk mempermudah dirinya memproses informasi. Laki-
laki dan perempuan mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.
Perempuan lebih suka belajar matematika dengan berdiskusi
kelompok yang mendorong kolaborasi, dan berkontribusi dalam
bertukar pikiran. Laki-laki belajar melalui argumen dan aktivitas
individu yang mendorong kemandirian dan persaingan.
Berdasarkan uraian di atas sehingga dapat disimpulkan bahwa
gender merupakan perbedaan jenis kelamin seseorang yaitu laki-laki dan
perempuan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan istilah gender
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016
15
15
untuk membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam
dimensi biologis saja.
3. Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar
Dalam penelitian ini, pokok bahasan yang digunakan adalah pokok
bangun ruang sisi datar. Pokok bahasan bangun ruang sisi datar terdiri
dari bangun ruang kubus, balok, prisma tegak, dan limas. Dalam
penelitian ini, yang akan diamati yaitu bangun ruang kubus, balok,
prisma, dan limas. Pokok bahasan bangun ruang sisi datar tersebut
termasuk dalam aspek Geometri dan Pengukuran. Adapun Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dari pokok bahasan
bangun ruang kelas VIII SMP.
Standar Kompetensi (SK):
5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-
bagiannya serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar (KD):
5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas serta
bagian-bagiannya
5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma,dan
limas.
Indikator Pencapaian Kompetensi:
5.1.1 Siswa mampu menggunakan konsep unsur-unsur kubus dalam
menentukan suatu bangun ruang
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016
16
16
5.3.1 Siswa mampu menghitung luas permukaan kubus dan balok
5.3.2 Siswa mampu menghitung volume balok
5.3.3 Siswa mampu menghitung volume prisma
5.3.4 Siswa mampu menghitung volume limas.
B. Penelitian Relevan
Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan dan terkait dengan
kemampuan penalaran matematika siswa. Penelitian yang dilakukan oleh
Gunarti (2015), menyimpulkan bahwa siswa yang termasuk dalam kelompok
kemampuan penalaran matematis rendah mempunyai kemampuan penalaran
matematis baik namun masih banyak kesalahan dan kurang mampu
memahanmi sebagian besar pokok bahasan perbandingan, siswa yang
termasuk dalam kelompok kemampuan penalaran matematis sedang
mempunyai kemampuan penalaran matematis yang baik namun belum
semuanya benar masih sedikit kesalahan dan mampu memahami sebagian
besar pokok bahasan perbandingan, dan siswa yang termasuk dalam
kelompok kemampuan penalaran matematis tinggi mampu dalam melakukan
penalaran matematis yang baik dan sebagian menjawab dengan tepat dan
benar serta mampu memahami pokok bahasan perbandingan.
Selain itu, terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Rofi (2016),
menyimpulkan bahwa siswa kecerdasan tinggi memiliki kemampuan
penalaran tinggi, karena mampu menguasai kemampuan penalaran induktif
maupun deduktif, siswa kecerdasan sedang memiliki kemampuan penalaran
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016
17
17
sedang, karena hanya menonjol dalam penalaran deduktif, dan siswa
kecerdasan rendah memiliki kemampuan penalaran rendah, karena belum
mampu menguasai kemampuan penalaran induktif dan deduktif.
Serta terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Triyadi (2013),
menyimpulkan bahwa kemampuan matematis laki-laki mayoritas berada di
bawah kemampuan matematis perempuan, dan hanya kemampuan koneksi
matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis yang level
kemampuannya berada pada tingkatan yang sama dengan perempuan, tetapi
perbedaan tiga kemampuan matematis lainnya tidak jauh levelnya, serta
kemampuan matematis yang unggul pada siswa perempuan adalah
kemampuan pemahaman matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan
kemampuan penalaran matematis.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas, terdapat persamaan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaannya adalah mengacu pada
kemampuan penalaran matematis, sedangkan penelitian yang akan
dilaksanakan adalah mendeskripsikan bagaimana kemampuan penalaran
matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Karanglewas ditinjau dari
perbedaan gender. Penelitian yang akan dilakukan ini dirasa penting oleh
penulis, di samping belum adanya penelitian yang membahas tentang
kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Karanglewas ditinjau dari perbedaan gender dan diharapkan dari hasil
penelitian yang dilakukan dapat memberikan deskripsi yang jelas mengenai
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016
18
18
kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Karanglewas ditinjau dari perbedaan gender.
C. Kerangka Pikir
Penalaran matematika merupakan proses berpikir untuk menarik
kesimpulan berdasarkan beberapa pernyataan yang kebenarannya telah
dibuktikan sebelumnya. Salah satu tujuan pokok bahasan matematika adalah
agar siswa mampu melakukan penalaran. Melalui penalaran matematika,
siswa dapat mengajukan dugaan, melakukan manipulasi terhadap
permasalahan (soal) matematika, memeriksa kesahihan suatu argumen, dan
menarik kesimpulan dari pernyataan matematika dengan tepat dan benar.
Salah satu manfaat siswa memiliki kemampuan penalaran matematika adalah
membantu siswa meningkatkan kemampuan dari yang hanya sekedar
mengingat fakta, aturan, dan prosedur kepada kemampuan pemahaman.
Kemampuan penalaran matematis merupakan kemampuan proses
berpikir seseorang untuk memperoleh kesimpulan matematika yang logis.
Dalam penalaran hendaknya siswa belajar untuk membuat penyelesaian dari
persoalan matematika. Siswa harus dapat mengidentifikasi dan menggunakan
rumus serta menggunakan pengalaman dan observasi untuk membuat
kesimpulan, jika siswa tidak memiliki kemampuan penalaran matematika
maka siswa akan mengalami pengambilan keputusan atau kesimpulan yang
salah.
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016
19
19
Kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa pasti berbeda-beda, dalam
hal ini jika dilihat dari siswa laki-laki dan perempuan (gender). Ada
kemungkinan kemampuan penalaran matematika yang dimiliki oleh siswa
laki-laki dan siswa perempuan berbeda. Secara biologis antara laki-laki dan
perempuan tentulah berbeda. Tidak menutup kemungkinan kemampuan
penalaran anak laki-laki dan perempuan berbeda, karena cara berpikir anak
laki-laki dan perempuanpun berbeda.
Deskripsi Kemampuan Penalaran…, Septyana Wijayanti, FKIP UMP, 2016