bab ii kajian teoritik a. deskripsi konseptualrepository.ump.ac.id/3682/3/bab ii.pdf · indra fisik...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Tujuan pendidikan nasional salah satunya adalah untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Deporter dan
Hernacki (2015) berpikir kritis yaitu berlatih atau memasukan penilaian
atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau
produk. Ketika terdapat permasalahan sebaiknya dapat mengevaluasi dan
menilainya secara cermat. Hal tersebut dilakukan agar mempermudah
dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Santrock (2010) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah berpikir
reflektif dan produktif, dan melibatkan evaluasi bukti. Dalam berpikir kritis
dianjurkan untuk meninjau kembali sesuatu yang telah terjadi.
Menghasilkan pemikiran baru yang tidak hanya merupakan produksi dari
pengalaman yang lampau, dan adanya proses pengukuran akan efektivitas
strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan dengan disertai
bukti.
Duron (2006) “critical thinking focused upon valuing and making
judgments based upon information”. Mengambil keputusan sesorang harus
melihat bagaimana keadaan yang terjadi dan dapat menilainya dengan
bijak. Slavin (2009) pemikiran kritis yaitu kemampuan mengambil
Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Lela Nurchasanah, FKIP, UMP, 2017
9
keputusan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang harus
diyakini. Dalam mengambil keputusan tidak hanya beralasan, tetapi yakin
untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah.
Peter (2012) “students who are able to think critically are able to
solve problems effectively, knowledge or information is not enough students
must be able to solve problems to make effective decisions, they must be
able to think critically”. Seseorang yang mampu berpikir kritis mampu
memecahkan masalah secara efektif. Dalam pemecahan masalah hanya
memiliki pengetahuan atau informasi saja tidak cukup. Agar dapat
dilakukan secara efektif mereka juga harus mampu berpikir kritis untuk
dapat memecahkannya.
Ennis (2015) mengungkapkan berpikir kritis adalah berpikir secara
beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan
tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Terdapat tiga tingkatan
tinggi dalam berpikir kritis yaitu analisis, sintesis dan evaluasi. Berpikir
kritis yang Ennis kemukakan lebih menyoroti dalam pembuatan keputusan
oleh siswa, sehingga siswa akan memiliki kemampuan menganalisis,
menyintesis dan mengevaluasi.
Ennis (2015) berpendapat ada dua belas kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan tersebut sudah mewakili siswa untuk fokus pada pertanyaan,
termasuk ide merumuskan pertanyaan, mengidentifikasi atau merumuskan
kemungkinan jawaban, dan mempertanggungkan argumennya. Kemampuan
yang Ennis kemukakan yaitu: (1) Kemampuan untuk mengidentifikasi dan
Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Lela Nurchasanah, FKIP, UMP, 2017
10
menganalisis pendapat; (2) kemampuan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan klarifikasi atau tantangan; (3) Kemampuan untuk menilai
keakuratan data sumber; (4) Kemampuan untuk melakukan pengamatan; (5)
kemampuan untuk menyimpulkan dan menilai kebenaran dari suatu
argumen; (6) Kemampuan untuk menyimpulkan dan menilai secara umum
ke khusus, apakah pernyataan bersifat benar; (7) Kemampuan untuk
menyimpulkan dan menilai secara khusus ke umum, apakah pernyataan
bersifat benar; (8) kemampuan untuk membuat keputusan; (9) Kemampuan
untuk menegaskan dan mempertimbangkan ketentuan; (10) kemampuan
untuk menghubungkan anggapan yang tidak benar; (11) Kemampuan untuk
menggunakan pemikiran dugaan; (12) Kemampuan untuk menyusun,
menyatukan, membuat dan mempertahankan argumen yang baru.
Karakteristik berpikir kritis menurut Ferrett (1997) sesuai dengan
yang dikutip oleh Klimoviene (2006) berpendapat sebagai berikut; (1)
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan; (2) Menilai pertanyaan
dan argumen; (3) Dapat memperbaiki kekeliruan pemahaman atau
informasi; (4) Memiliki rasa ingin tahu; (5) Tertarik untuk mencari
informasi baru; (6) Dapat menjelaskan sebuah karakteristik untuk
menganalisis pendapat; (7) Ingin menguji kepercayaan, asumsi dan
pendapat serta membandingkan dangan bukti yang ada; (8) Mendengarkan
orang lain dengan baik dan dapat memberikan umpan balik; (9) Mengetahui
bahwa berpikir kritis adalah proses sepanjang hayat dari introspeksi diri;
(10) Mencari bukti ilmiah untuk mendukung asumsi dan keyakinan; (11)
Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Lela Nurchasanah, FKIP, UMP, 2017
11
Mengambil kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan
dipertimbangkan; (12) Mencari bukti; (13) Menguji masalah secara terbuka;
(14) Dapat menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang dimiliki
setiap orang untuk menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih
spesifik. Seseorang yang berpikir kritis memiliki karakter khusus yang dapat
di identifikasi dengan melihat bagaimana seseorang dalam menyikapi suatu
masalah. Karakter-karakter tersebut tampak pada kebiasaan dalam
bertindak, berargumen dan memanfaatkan kemampuan intelektualnya.
Indikator untuk kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu:
a. Kemampuan untuk menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan
Siswa dapat menyeleksi pernyataan-pernyataan yang dibutuhkan
untuk memecahkan masalah matematika. Kemampuan ini dapat dilihat
dari pekerjaan siswa yang diberi soal matematika dengan informasi yang
relevan dan tidak relevan. Siswa yang berpikir kritis tidak menggunakan
informasi yang tidak relevan tersebut, karena tidak sesuai dengan
permintaan soal yang diberikan.
b. Kemampuan untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan
konsep
Kemampuan ini dapat dilihat dengan menganalisis hasil pekerjaan
siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Untuk kemampuan ini
dapat digunakan tes yang sengaja dibuat menyalahi konsep dan aturan
Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Lela Nurchasanah, FKIP, UMP, 2017
12
dalam matematika, siswa yang berpikir kritis mampu mendeteksi
kesalahan dan dapat memperbaikinya dengan benar.
c. Kemampuan untuk mengambil keputusan atau kesimpulan setelah
seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan.
Setelah siswa dihadapkan pada satu masalah atau soal, kemudian
memecahkan masalah dengan bekal pengetahuan yang sebelumnya, serta
siswa mampu membuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari
permintaan soal.
d. Kemampuan untuk menguji asumsi serta membandingkan dengan bukti.
Karakter ini juga merupakan karakter seseorang yang berpikir
kritis. Dimana peserta didik menguji asumsi pada soal serta siswa
membandingkan asumsi tersebut dengan bukti yang ada. Jika siswa dapat
membandingkan dan memberikan kesimpulannya, maka siswa dapat
dikatakan memenuhi karakter berpikir kritis.
2. Gaya Berpikir
Wang (2012) “thinking style was the preference for representation
and processing of information in the mind, bound to the constituent
structure of personality, the consistent way of interacting with the
environment, and adapting new information”. Mengolah informasi dalam
pikiran yang berhubungan dengan kepribadian dan cara berinteraksi dengan
lingkungan serta beradaptasi untuk mendapatkan informasi baru. Dalam hal
ini memungkinkan siswa dapat memperoleh strategi untuk berpikir terkait
Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Lela Nurchasanah, FKIP, UMP, 2017
13
dengan penyelidikan, pengolahan informasi, penalaran, pemecahan masalah,
evaluasi dan refleksi.
Menurut Anthony Gregorc gaya berpikir adalah suatu proses
berpikir yang memadukan antara bagaimana pikiran menerima informasi
dan mengatur informasi tersebut dalam otak (Deporter dan Hernacki, 2015).
Menurutnya dalam berpikir seseorang dipengaruhi oleh dua konsep yaitu:
a. Konsepsi tentang objek/wujud yang dibedakan menjadi persepsi konkret
dan abstrak.
1) Konkret
Sifat ini memungkinkan anda untuk memahami dan secara
mental menunjukkan data melalui pengamatan langsung dan
menggunakan indra fisik. Anda dapat melihat secara nyata melalui
indra fisik anda seperti penglihatan, penciuman, sentuhan, rasa, dan
pendengaran.
2) Abstrak
Sifat ini memungkinkan anda untuk memahami, menyusun,
dan memvisualisasikan melalui kemampuan berpikir. Anda juga dapat
melihat dan memahami mengenai yang tidak terlihat dan tidak
berbentuk secara indra fisik anda.
b. Kemampuan pengaturan secara sekuensial (linier) dan acak (non linier)
1) Sekuensial
Sifat ini mengarahkan pikiran anda untuk memahami dan
mengatur informasi secara linier langkah demi langkah. Sekuensial
Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Lela Nurchasanah, FKIP, UMP, 2017
14
cenderung memiliki dominasi otak kiri. Hal ini dikarenakan berpikir
otak kiri bersifat logis, sekuensial linier dan rasional.
2) Acak
Sifat ini memungkinkan pikiran anda untuk memahami dan
mengatur informasi secara nonlinier dan banyak cara. Sifat ini
biasanya termasuk dalam dominasi otak kanan yang cara berpikirnya
bersifat acak atau tidak teratur.
Jika kedua konsep tersebut dikombinasikan, maka didapat 4
kelompok gaya berpikir, yaitu Sekuensial Konkret, Acak Konkret,
Sekuensial Abstrak, dan Acak Abstrak. Gaya berpikir merupakan cara
yang dimiliki oleh setiap siswa dalam menggunakan dominansi
otaknya untuk menerima dan mengatur informasi.
Menurut Depoter dan Hernacki (2015) ada 4 jenis gaya berpikir
yaitu:
1) Sekuensial Konkret
Siswa yang memiliki gaya berpikir sekuensial konkret
biasanya mengalami kesulitan apabila diminta untuk menangkap
sesuatu pelajaran yang bersifat abstrak dan yang memerlukan daya
imajinasi yang kuat. Selain itu, catatan dan makalah adalah cara
terbaik bagi pemikir sekuensial konkret untuk belajar.
Karakteristik yang dimiliki siswa sekuensial konkret yaitu:
a) Menerapkan gagasan dengan cara yang praktis
b) Menghasilkan sesuatu yang konkret dari gagasan yang abstrak
Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Lela Nurchasanah, FKIP, UMP, 2017
15
c) Bekerja dengan baik sesuai batas waktu
d) Bekerja dengan sistematis, selangkah demi selangkah
e) Mencermati sesuatu sampai hal yang sekecil-kecilnya
f) Menginterpretasikan sesuatu secara harfiah atau logika
2) Acak Konkret
Siswa yang memiliki gaya berpikir acak konkret biasanya
mereka berpikir berdasarkan kenyataan tetapi ingin melakukan
pendekatan coba-coba. Siswa dengan tipe ini cenderung mengalami
masalah dalam sistem pengajaran di sekolah karena ia bukan tipe
penurut.
Karakteristik yang dimiliki siswa Acak Konkret yaitu:
a) Memilki sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku kurang
struktur
b) Berani mengambil resiko
c) Memiliki dorongan yang kuat untuk menemukan alternatif
d) Mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri
e) Lebih berorientasi pada proses daripada hasil.
3) Sekuensial Abstrak
Siswa yang memiliki gaya berpikir sekuensial abstrak adalah ia
yang suka dengan teori dan pemikiran abstrak. Siswa ini cenderung
kritis dan analitis karena memiliki daya imajinasi yang kuat. Pada
umumnya ia menangkap peragaan yang konkret. Biasanya ia bersifat
Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Lela Nurchasanah, FKIP, UMP, 2017
16
pendiam dan menyukai pelajaran atau informasi yang disajikan secara
sistematis.
Karakteristik yang dimiliki siswa sekuensial abstrak yaitu:
a) Mengumpulkan data sebelum membuat kesimpulan
b) Menganalisis dan meneliti gagasan
c) Menggambarkan urutan peristiwa secara logis
d) Menggunakan fakta untuk membuktikan suatu teori
e) Mudah memahami sesuatu apabila mempelajarinya dengan
mengamati, bukan mengerjakannya
f) Hidup dalam dunia gagasan yang abstrak
g) Menyelesaikan suatu persoalan sampai tuntas.
4) Acak Abstrak
Siswa yang memiliki gaya berpikir acak abstrak biasanya
mengedepankan perasaan dan emosi, mereka tertarik pada nuansa, dan
sebagian cenderung pada mistisme. Pikiran acak abstrak menyerap
ide-ide, informasi, dan kesan mereka mengaturnya dengan refleksi.
Karakteristik yang dimiliki siswa acak abstrak yaitu:
a) Mendengarkan orang lain dengan sungguh-sungguh
b) Menciptakan situasi damai dengan orang lain
c) Menyadari kebutuhan emosional orang lain
d) Melakukan suatu sesuai dengan caranya sendiri
e) Memiliki banyak prinsip umum dengan siapa saja
f) Berperan serta dengan antusias dalam pekerjaan yang mereka sukai
Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Lela Nurchasanah, FKIP, UMP, 2017
17
g) Mengambil keputusan dengan perasaan, bukan dengan pikiran.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa gaya
berpikir terdapat empat kelompok. Maka, orang yang dapat
menggunakan gaya berpikir dan dapat mengetahui tipe dari gaya
berpikirnya, mudah sekali bagi mereka untuk mengatur dan menjalani
kegiatan secara terkontrol. Ketika anda mengetahui cara berpikir anda,
anda akan menjadi pemikir yang lebih seimbang dan sesekali memaksa
diri anda untuk mengagunkan cara berpikir dan menyerap informasi yang
kurang sesuai bagi anda (Depoter dan Hernacki, 2015).
B. Penelitian Relevan
1. Ramalisa (2013) dengan judul Proses Berpikir Kritis Siswa SMA Tipe
Kepribadian Thinking dalam Memecahkan Masalah Matematika. Hasil
penelitian menujukkan bahwa siswa tipe kepribadian thinking dapat
melewati tahapan memahami masalah dan memperoleh informasi yang
relevan tentang masalah, menyusun rencana pemecahan masalah,
melaksanakan rencana pemecahan masalah dan mengecek kembali hasil
penyelesaian masalah. Dari hasil penelitian tersebut siswa tipe kepribadian
thinking mampu menunjukkan hal tersebut hal ini dapat dilihat pada hasil
pekerjaan siswa tersebut yaitu pada tahap proses berpikir kritis yang
pertama ini terlihat siswa dapat mengidentifikasi apa saja yang diketahui
dari masalah, apa-apa saja yang ditanyakan pada soal tersebut dan siswa
Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Lela Nurchasanah, FKIP, UMP, 2017
18
juga mengetahui kecukupan syarat untuk memecahkan masalah yang
diberikan pada tahap memahami masalah.
2. Fatmawati (2014) dengan judul Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam
Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan
Persamaan Kuadrat. Hasil pada penelitian ini yaitu siswa cenderung berada
dalam tingkat berpikir kritis 1 atau TBK (Tingkatan Berpikir Kritis) 1.
Siswa dengan TBK 0 memenuhi kriteria yaitu tidak memenuhi semua
indikator berpikir kritis menurut Ennis. Siswa dengan TBK 0 sebanyak 7
siswa dengan persentase sebesar 19.4%. Siswa dengan TBK 1 memenuhi
kriteria dua atau tiga indikator berpikir kritis menurut Ennis yaitu
merumuskan pokok-pokok permasalahan, mengungkap fakta yang ada, atau
mendeteksi bias. Siswa dengan TBK 1terdiri atas 26 siswa dengan
persentase 72.2%. Siswa dengan TBK 2 memenuhi kriteria empat indikator
berpikir kritis menurut Ennis yaitu merumuskan pokok-pokok
permasalahan, mengungkap fakta yang ada, memilih argumen yang logis,
dan mendeteksi bias. Siswa dengan TBK 2 terdiri atas 2 siswa dengan
persentase 5.6%. Siswa dengan TBK 3 memenuhi kriteria semua indikator
berpikir kritis menurut Ennis yaitu merumuskan pokok-pokok
permasalahan, mengungkap fakta yang ada, memilih argumen yang logis,
mendeteksi bias, dan menarik kesimpulan. Siswa dengan TBK 3 terdiri atas
1 siswa dengan persentase 2.8%. Siswa kelas X AP 1 SMK Muhammadiyah
1 Sragen paling banyak berada pada TBK 1.
Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Lela Nurchasanah, FKIP, UMP, 2017
19
3. Fitriani (2016) dengan judul Deskripsi Kemampuan Generalisasi Matematis
Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto Ditinjau dari Gaya
Berpikir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) kemampuan generalisasi
matematis siswa dengan gaya berpikir tipe sekuensial konkret, acak abstrak,
dan acak konkret mampu dalam mengenal suatu aturan atau pola dan
mampu mengidentifikasinya. Siswa juga sudah mampu dalam menggunakan
hasil identifikasi pola untuk menentukan struktur data berikutnya; 2)
kemampuan generalisasi matematis siswa dengan gaya berpikir tipe
sekuensial abstrak belum mampu dalam mengenal suatu aturan atau pola
dan mampu mengidentifikasinya. Siswa juga belum mampu dalam
menggunakan hasil identifikasi pola untuk menentukan struktur/ data
berikutnya; 3) kemampuan generalisasi matematis siswa dengan gaya
berpikir tipe sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak abstrak, dan acak
konkret belum mampu dalam menemukan pola umum serta
memformulasikannya dan belum mampu dalam menggunakan pola umum
untuk menyelesaikan masalah.
Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian guna mendeskripsikan kemampuan berpikir
kritis siswa dalam menyelesaikan soal matematika ditinjau dari gaya
berpikir.
Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Lela Nurchasanah, FKIP, UMP, 2017
20
C. Kerangka Pikir
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah berpikir kritis.
Berpikir kritis merupakan salah satu dari kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Pengembangan kemampuan berpikir kritis dan cara mengukurnya menjadi
salah satu fokus pembelajaran matematika. Dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, setiap guru dihadapkan pada siswa yang memiliki
karakteristik yang berbeda-beda antara individu satu dengan yang lainnya.
Salah satu dimensi karakteristik siswa yang secara khusus perlu
dipertimbangkan, khususnya di pendidikan matematika adalah gaya berpikir.
Gaya berpikir dibagi menjadi empat yaitu sekuensial konkret, acak
konkret, acak abstrak dan sekuensial abstrak. Pemikir sekuensial konkret
bisanya mengalami kesulitan apabila diminta untuk menangkap pelajaran yang
bersifat abstrak. Pemikir acak konkret seperti sekuensial konkret berpikir
berdasarkan kenyataan tetapi ingin melakukan pendekatan coba-coba. Pemikir
acak abstrak biasanya menyerap ide-ide, informasi dan kesan mengaturnya
dengan cara refleksi. Pemikir sekuensial abstrak cenderung kritis dan analitis
karena memiliki daya imajinasi yang kuat.
Gaya berpikir yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik dapat
mempengaruhi kemampuan dalam berpikir kritis. Dengan mengetahui
bagaimana gaya berpikir yang dimiliki akan mempermudah dalam
memecahkan masalah yaitu dengan memilih solusi yang paling efektif dalam
pemecahannya. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan deskripsi
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari gaya berpikir.
Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Lela Nurchasanah, FKIP, UMP, 2017