bab ii kelompok iv

44
PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANG LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BAB III INSTRUMEN VENTILASI TAMBANG 3.1. TUJUAN Kegiatan praktikum pengukuran ventilasi tambang bawah tanah memiliki beberapa tujuan, yaitu : 1. Praktikan dapat merangkai pengukuran yang dipergunakan dalam pekerjaan ventilasi tambang bawah tanah. 2. Praktikan dapat melakukan berbagai kegiatan pengukuran dalam ventilasi tambang bawah tanah yang meliputi : pengukuran kualitas udara, pengukuran kecepatan aliran udara, pengukuran luas penampang jalur udara, pengukuran temperatur udara, dan pengukuran tekanan udara. 3. Praktikan mampu melakukan perhitungan dari hasil kegiatan pengukuran ventilasi tambang bawah tanah dan menganalisa hasil perhitungan tersebut. 3.2. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Kegiatan pengukuran Ventilasi Tambang Bawah Tanah dilaksanakan pada : Hari/tanggal : Rabu, 15 Mei 2013 Waktu : 12.15 wita – 13.15 wita Kelompok VI

Upload: thoni-riyanto

Post on 01-Dec-2015

152 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

yoo

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB III

INSTRUMEN VENTILASI TAMBANG

3.1. TUJUAN

Kegiatan praktikum pengukuran ventilasi tambang bawah tanah

memiliki beberapa tujuan, yaitu :

1. Praktikan dapat merangkai pengukuran yang dipergunakan dalam pekerjaan

ventilasi tambang bawah tanah.

2. Praktikan dapat melakukan berbagai kegiatan pengukuran dalam ventilasi

tambang bawah tanah yang meliputi : pengukuran kualitas udara,

pengukuran kecepatan aliran udara, pengukuran luas penampang jalur udara,

pengukuran temperatur udara, dan pengukuran tekanan udara.

3. Praktikan mampu melakukan perhitungan dari hasil kegiatan pengukuran

ventilasi tambang bawah tanah dan menganalisa hasil perhitungan tersebut.

3.2. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Kegiatan pengukuran Ventilasi Tambang Bawah Tanah dilaksanakan

pada :

Hari/tanggal : Rabu, 15 Mei 2013

Waktu : 12.15 wita – 13.15 wita

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Teknologi Pertambangan, Fakultas

Teknik Universitas Lambung Mangkurat

3.3. DASAR TEORI

Pengendalian kuantitas udara berkaitan dengan beberapa masalah

seperti, perpindahan udara, arah aliran, dan jumlah aliran udara. Dalam

pengendalian kualitas udara tambang baik secara kimia atau fisik, udara segar

perlu dipasok dan pengotor seperti debu, gas, panas, dan udara lembab harus

Kelompok VI

Page 2: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

dikeluarkan oleh sistem ventilasi. Dengan memperhatikan beberapa faktor

tersebut di atas, maka kebutuhan udara segar di tambang bawah tanah kadang-

kadang lebih besar dari pada 200 cfm/orang atau bahkan hingga 2.000

cfm/orang. Kondisi tambang bawah tanah saat ini sudah banyak yang

menyediakan aliran udara untuk sebanyak 10 – 20 ton udara segar per ton

mineral tertambang.

* Sumber : Diklat Ventilasi UNP, 2004

Gambar 3.1.Sistem Aliran Fluida

1. Prinsip Pengaliran Udara Serta Kebutuhan Udara Tambang

a. Head Loss

Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang

ditimbulkan antar dua titik dalam sistem. Energi yang diberikan untuk

mendapatkan aliran yang tunak (steady), digunakan untuk

menimbulkan perbedaan tekanan dan mengatasi kehilangan aliran (HL).

Head loss dalam aliran udara fluida dibagi atas dua komponen, yaitu :

‘friction loss (Hf)’ dan ‘shock loss (Hx)’. Dengan demikian head loss

adalah:

HL = Hf + Hx ………………………………………………………………………… (3.1)

Friction loss menggambarkan head loss pada aliran yang linear

melalui saluran dengan luas penampang yang tetap. Sedangkan shock

Kelompok VI

Page 3: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

loss adalah kehilangan head yang dihasilkan dari perubahan aliran atau

luas penampang dari saluran, juga dapat terjadi pada inlet atau titik

keluaran dari sistem, belokan atau percabangan, dan halangan-halangan

yang terdapat pada saluran.

b. Mine Head

Untuk menentukan jumlah aliran udara yang harus disediakan

untuk mengatasi kehilangan head (head losses) dan menghasilkan aliran

yang diinginkan, diperlukan penjumlahan dari semua kehilangan energi

aliran.

Pada suatu sistem ventilasi tambang dengan satu mesin angin

dan satu saluran keluar, komulatif pemakaian energi disebut ‘mine

head’, yaitu perbedaan tekanan yang harus ditimbulkan untuk

menyediakan sejumlah tertentu udara ke dalam tambang.

1) Mine statik head (mine Hs)

Merupakan energi yang dipakai dalam sistem ventilasi untuk

mengatasi seluruh kehilangan head aliran. Hal ini sudah termasuk

semua kehilangan dalam head loss yang terjadi antara titik masuk

dan keluaran sistem dan diberikan dalam bentuk persamaan:

Mine Hs = HL = (Hf + Hx) . ………………………….. (3.2)

2) Mine velocity head (mine Hv)

Dinyatakan sebagai velocity head pada titik keluaran sistem.

Velocity head akan berubah dengan adanya luas penampang dan

jumlah saluran dan hanya merupakan fungsi dari bobot isi udara dan

kecepatan aliran udara. Jadi bukan merupakan suatu head loss

kumulatif, namun untuk suatu sistem merupakan kehilangan, karena

energi kinetik dari udara dilepaskan ke atmosfer.

3) Mine total head (mine HT)

Merupakan jumlah keseluruhan kehilangan energi dalam

sistem ventilasi. Secara matematis, merupakan jumlah dari mine

statik (Hs) dan velocity head (Hv), yaitu :

Kelompok VI

Page 4: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Mine HT = mine Hs + mine Hv ………………………… (3.3)

2. Gradien Tekanan (Gradient Hidrolic)

Penampilan berbagai komponen head dari persamaan umum energi

secara grafis dapat menjelaskan gradien tekanan. Gambar 3.2

menunjukkan gradien tekanan untuk suatu sistem aliran udara sederhana.

Tampak dari gambar tersebut bahwa ada 3 gradien yang jelas, yaitu :

elevasi, statik + elevasi (termasuk tekanan atmosfer) dan head total. Dalam

ventilasi tambang, hanya gradien tekanan statik dan total yang di plot.

Efek elevasi dapat diabaikan dan datum yang digunakan paralel dengan

garis tekanan barometrik.

Pengaliran udara melalui sistem tekan (boeling) dilakukan dengan

meletakkan sumber penekan udara di lubang masuk dan menaikkan

tekanan udara tambang hingga diatas tekanan atmosfer (lihat gambar 3.3).

Pada gambar 3.3 tampak bahwa perubahan tekanan ditunjukkan oleh head

kecepatan (Hv), head gesek (Hf), subskrip a, b, c, menggambarkan posisi

saluran, sedangkan subskrip d, e, dan f masing-masing mewakili kondisi

shock losses akibat pengembangan, penyempitan, dan pengeluaran. Perlu

diperhatikan bahwa pada sistem ini semua head positif kecuali pada

bagian masuk.

*Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004

Gambar 3.2.Gradien Tekanan Untuk Sistem Aliran Udara Sederhana

Kelompok VI

Page 5: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004

Gambar 3.3. Gradien Tekanan Pada Sistem Ventilasi Tekan

Untuk menggambarkan sistem gradien tekanan perlu

memperhatikan beberapa hal berikut :

a. Head tekanan total selalu nol pada bagian masuk sistem, tetapi positif

dan sama dengan head kecepatan di bagian keluar.

b. Head keamanan statik selalu negatif dan sama dengan head kecepatan

pada bagian masuk tetapi nol pada bagian keluar.

c. Head total pada setiap titik digambarkan dahulu, dan head statik

berikutnya yang sama dengan pengurangan head total terhadap head

kecepatan.

Bila sumber tekanan aliran udara ditempatkan pada bagian keluar

disebut sistem ventilasi exhaust. Penggambarannya dilakukan sama

dengan sistem tekan, kecuali bahwa bagian masuk dianggap sebagai titik

mula (lihat gambar 3.4).

Pada sistem ‘booster’, sumber pembuat tekanan (fan) diletakkan

antara bagian masuk dan bagian keluar. Umumnya fan akan menerima

udara di bawah tekanan atmosfer dan mengeluarkan di atas tekanan

atmosfer (lihat gambar 3.5).

Kelompok VI

Page 6: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004

Gambar 3.4.Gradien Tekanan Sistem Ventilasi Exhaust

*Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004Gambar 3.5.

Gradien Tekanan Pada Sistem ‘Booster’

3. Keadaan Aliran Udara Di Dalam Lubang Bukaan

Dalam sistem aliran fluida akan selalu ditemui keadaan aliran :

laminer, intermediate dan turbulent. Kriteria yang dipakai untuk

menentukan keadaan aliran adalah bilangan Reynold (NRe). Bilangan

Reynold untuk aliran laminer adalah 2000 dan untuk turbulen di atas

4000.

Kelompok VI

Page 7: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

NRe = ( D V )/( ) = ( D V ) / () ……………………………. (3.4)

Dimana:

= rapat massa fluida (lb.det2/ft4 atau kg/m3)

= viskositas kinematik (ft2/detik atau m3/detik)

= viskositas absolut (= ; lb detik/ft2 atau a.detik)

D = diameter saluran fluida (ft atau m)

V = kecepatan aliran fluida (ft/detik)

Untuk udara pada temperatur normal = 1.6 x 10-4 ft2/detik atau

14.8 x 10-6 m2/detik.

Maka: NRe = 6.250 DV atau NRe = 67.280 DV untuk SI

Dengan menganggap bahwa batas bawah aliran turbulen

dinyatakan dengan NRe = 4.000, maka kecepatan kritis dari suatu dimensi

saluran fluida dapat ditentukan dengan :

Vc = (60 NRe)/ 6.250 D = (60)(4000)/ (6.250 D) = 38,4 / D (fpm) atau

kira-kira Vc 40 / D

Aliran turbulen hampir selalu terjadi pada lubang bukaan tambang

bawah tanah. Pipa saluran udara dengan diameter lebih kecil 1 ft jarang

dipakai di tambang, oleh karena itu kecepatan di atas 40 fpm selalu

menghasilkan aliran turbulen.

Distribusi kecepatan dan bilangan Reynold didalam suatu saluran

bulat ditunjukkan pada gambar 3.6 berikut.

Kelompok VI

Page 8: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004Gambar 3.6.

Distribusi Kecepatan Aliran di dalam Lubang Bulat

Kecepatan maksimum terjadi pada pusat lubang, tetapi bilangan

Reynoldnya berbeda-beda. Yang paling penting untuk ventilasi adalah

kecepatan rata-rata, karena itu pengukuran kecepatan pada garis sumbu

saja tidak cukup. Karena bilangan Reynold di dalam suatu sistem ventilasi

tambang biasanya lebih besar dari pada 10.000, kecepatan rata-rata

seringnya dapat dinyatakan sebagai berikut : V = 0.8 Vmax.

4. Perhitungan Head Loss

Head loss terjadi karena adanya aliran udara akibat kecepatan (Hv),

gesekan (Hf) dan tikungan saluran atau perubahan ukuran saluran (Hx).

Jadi dalam suatu sistem ventilasi distribusi head loss dapat disederhanakan

sebagai berikut :

Hs = HL

= (Hf + Hx)

Hv = Hv pada keluaran, dan

Ht = Hs + Hv

a. Velocity head

Walaupun bukan merupakan suatu head loss, secara teknis dapat

dianggap suatu kehilangan. Velocity head merupakan fungsi dari

kecepatan aliran udara, yakni:

Hv = (V2)/(2g) ………………………………………………… (3.5)

Dimana:

Hv = velocity head

V = kecepatam aliran (fps)

G = percepatan gravitasi (ft/dt2)

Dari persamaan diatas, diperoleh turunan berikut :

Hv = ((w V2)/(5,2)(64,4)(60)2) = w ((V)/ (1.098))2

Kelompok VI

Page 9: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Atau :

Hv = ((V)/(4.000))2

Persamaan terakhir menyatakan bahwa kecepatan aliran sebesar

400 fpm ekuivalen dengan head kecepatan sebesar 1 inchi. Untuk

mempermudah perhitungan konversi dari kecepatan dan head kecepatan

dapat menggunakan nomogram yang ditunjukkan pada gambar 3.7.

b. Friction Loss

Besarnya head loss akibat gesekan dalam aliran udara melalui

lubang bukaan di tambang bawah tanah sekitar 70 % hingga 90 % dari

total kehilangan (head loss). Friction loss merupakan fungsi dari

kecepatan aliran udara, kekasaran muka lubang bukaan, konfigurasi

yang ada di dalam lubang bukaan, karakteristik lubang bukaan dan

dimensi lubang bukaan.

Persamaan mekanika fluida untuk friction loss pada saluran

berbentuk lingkaran adalah:

HL = f (L/D)(V2/2g) …………………………………………… (3.6)

Dimana:

L = panjang saluran

D = diameter saluran (ft)

V = kecepatan (fpm)

F = koefisien gesekan

Untuk memudahkan perhitungan pada bermacam-macam bentuk

saluran, diperoleh dengan menyatakan head loss dalam bentuk radius

hidrolik (hydroulic radius) RH, yaitu perbandingan antara luas

penampang A terhadap perimeter atau keliling P dari saluran. Untuk

saluran berbentuk lingkaran, RH adalah:

RH = A/P = (1/4. D2)/.D = D/4 …………………………. (3.7)

Dengan demikian maka diperoleh persamaan :

HL = f (L/4 RH)(V2/2g) ……………………………………… (3.8)

Kelompok VI

Page 10: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Untuk friction loss pada ventilasi tambang (dikenal sebagai

rumus Atkinson) didapat sebagai berikut :

Hf = (f/5,2)(l/4RH)(0,075V2/2g(60)2) = (K/5,2)(L/RH)(V2)

= (KPLV2) / (5,2 A) = (KSV2)/ (5,2 A) …………………. (3.9)

karena debit , Q = V x A, maka persamaan ditas menjadi;

Hf = (KPLQ2) / (5,2 A3) …………………………………….. (3.10)

Dimana :

Hf = friction loss (inch water)

V = kecepatan aliran

K = faktor gesekan untuk densitas udara standar (lb.men2/ft4)

A = luas penampang saluran (ft2)

S = rubbing surface (ft2) = PL

P = keliling saluran (ft)

L = panjang saluran (ft)

Q = debit udara (cfm)

Faktor gesek K didalam sistem ventilasi tambang berhubungan

dengan koefisien gesek dalam aliran umum fluida. Untuk bobot isi

udara standard :

K (800)(10)-10 f

Sebenarnya di dalam aliran turbulen nilai f berubah sesuai

dengan NRe. Tetapi pada ventilasi tambang K dianggap konstan dan

besarnya untuk berbagai kondisi lubang bukaan tambang bawah tanah

bukan batubara dapat dilihat pada tabel 3.1.

Kelompok VI

Page 11: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Kelompok VI

Tabel 3.1.Hubungan Nilai Faktor Gesek dengan

Koefisien Gesek

Tabel 3.1.Hubungan Nilai Faktor Gesek dengan

Koefisien Gesek

Page 12: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

c. Shock Loss

Shock loss terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan arah

aliran dalam saluran atau luas penampang saluran udara dan merupakan

tambahan terhadap friction losses. Walaupun besarnya hanya sekitar 10

% - 30 % dari head loss total di dalam ventilasi tambang.

Berdasarkan sumber yang menimbulkan shock loss, pada

dasarnya berkurangnya tekanan sebanding dengan kuadrat kecepatan

atau berbanding lurus dengan velocity head. Perhitungan shock loss

dapat dilakukan secara langsung sebagai berikut :

Perhitungan shock loss, Hx dalam inci air dapat dihitung dari

velocity head, yakni

Hx = X Hv …………………………………………………... (3.11)

Dimana :

Hx = shock loss

X = faktor shock loss

Tabel 3.2.Panjang Ekuivalen Untuk Berbagai Sumber Shock Loss

Sumber LengthFeet Meter

Bend, acute, roundBend, acute, sharpBend, right, roundBend, right, sharpBend, obtuse, roundBend, obtuse, sharpDoorwayOvercastInletDischargeContraction, gradualContraction, abruptExpansion, abruptSplitting, straight branchSplitting, straight branch (90o)

3150170115706520651102030200

1451201520206201361060

Kelompok VI

Page 13: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Junction, straight branchJunction, deflected branch (90o)Mine car or skip (20 % of airway area)Mine car or skip (40 % of airway area)

6030100500

201030150

d. Kombinasi Friction dan Shock Loss

Head loss merupakan jumlah dari friction loss dan shock loss,

maka ;

HL = Hf + Hx

= (KP (L + Le)Q2)/ 5,2 A3 ………………………………. (3.12)

dimana ;

HL = head loss (inch air)

Le = panjang ekuivalen (ft)

K = faktor gesekan untuk density udara standar

Q = debit udara (cfm)

A = luas penampang saluran (ft2)

L = panjang saluran (ft)

5. Air Horsepower

Daya yang diperlukan untuk mengatasi kehilangan energi dalam

aliran udara disebut air horsepower (Pa) :

Pa = pQ = 5,2 HQ lb ft/menit

Pa = 5,2 HQ / 33.000 = (HQ / 6.346) HP ………………………(3.13)

6. Teori Perhitungan Jaringan Ventilasi

a. Hubungan Antara Head dan Kuantitas

Seperti sudah diketahui dari persamaan Atkinson bahwa head

merupakan fungsi kuantitas aliran udara

HL ~ Q2

HS ~ Q2

HV ~ Q2

HT ~ Q2

Oleh karenanya persamaan head loss untuk ventilasi tambang

ditulis sebagai berikut :

Kelompok VI

Page 14: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

H ~ Q2

Dalam upaya menanggulangi masalah ventilasi perlu diketahui

karakteristik ventilasi tambang dengan cara membuat grafik antara head

dan kuantitas aliran udara dari suatu sistem. Yang dimaksud dengan

sistem disini adalah sebagian dari tambang atau keseluruhan tambang

jika digunakan hanya 1 fan. Grafik ini disebut kurva karakteristik

tambang.

Dalam pembuatan kurva, kuantitas diasumsikan dahulu,

kemudian head ditentukan dengan persamaan :

H1/H2 = (Q1/Q2)2 , atau

H2 = H1 (Q2/Q1)2

b. Tahanan Saluran Udara Tambang (Airway Resistance)

Hubungan dasar antara head dengan kuantitas aliran udata

dinyatakan pada persamaan Atkinson yang dapat dituliskan sebagai

berikut :

HL = R Q2 …………………………………………………… (3.14)

Dimana , R = konstanta proporsionalitas.

R = KP (L + Le) / 5,2 A3

Untuk sistem ventilasi tambang, R kemudian disebut tahanan ekuivalen.

Tahanan ekuivalen serupa dengan sistem aliran listrik yang mengikuti

hukum Ohm.

c. Hukum Kirchoff

Ada dua dasar aturan dalam mempelajari sistem aliran listrik,

yang dapat digunakan pada sistem jaringan ventilasi.

d. Hukum Kirchoff 1

Bila ada aliran-aliran udara yang masuk melalui sutau titik

atau disebut juga Junction dan keluar lagi ke percabangan, maka

udara keluar harus sama dengan udara masuk (lihat gambar 3.7)

Q1 + Q2 = Q3 + Q4 = 0

Kelompok VI

Page 15: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Bila aliran udara keluar persimpangan dinyatakan positif dan

yang masuk dinyatakan negatif, maka;

Q1 + Q2 - Q3 - Q4 = 0 Atau Q = 0

*Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004

Gambar 3.7.Aplikasi Hukum Kirchoff 1

e. Hukum Kirchoff 2

Penjumlahan kehilangan tekanan pada jalur tertutup sama

dengan nol;

HL = 0

Menurut gambar 4-12 jelas bahwa head loss jaringannya

menjadi;

HL = Hla + HLb + HLc - HLd = 0

Hla , HLb dan HLc adalah positif karena aliran udara Q1 bergerak

melalui a, b, dan c dengan arah yang sama, sedangkan HLd adalah

negatif karena udara Q2 mengalir dengan arah berlawanan terhadap

aliran lainnya.

Kelompok VI

Q4

Q3Q1

Q2

Page 16: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004Gambar 3.8.

Aplikasi Hukum Kirchoff Menurut Atkinson, persamaan tersebut di atas dapat dibentuk

menjadi ;

HL = RaQ1Q1 + RbQ1Q1 + RcQ1Q1 – Rd Q2Q2 = 0

f. Jaringan Seri

Dalam sistem ventilasi ada dua kemungkinan jaringan Seri dan

Paralel (lihat gambar 3.9)

*Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004

Gambar 3.9. Rangkaian Jaringan Ventilasi Seri

Rangkaian jaringan ventilasi seri seperti tampat pada gambar

3.10.a dapat disederhanakan dalam bentuk jaringan ventilasi seri seperti

ditunjukkan pada gambar 3.10.b.

Kelompok VI

Page 17: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004

Gambar 3.10.Saluran Aliran Udara a) Hubungan Seri b) Saluran Ekuivalen

Jumlah aliran udara yang mengalir melalui masing-masing

saluran adalah sama:

Q = Q1 = Q2 = Q3 dan HL1 + HL2 + HL3 - Hm = 0

Dimana; Hm = head loss (head statik)

Maka persamaan head loss dapat ditulis sebagai berikut :

HL = R1Q2 + R2Q2 + R3Q2

Atau;

HL = (R1 + R2 + R3 + .. ) Q2 = Req.Q2. ……………………. (3.15)

Tahanan equivalen hubungan seri saluran adalah : Req. = HL / Q2.

g. Jaringan Paralel

Bila jaringan ventilasi dihubungkan secara paralel, maka aliran

udara dibagi menurut jumlah cabang paralel, yang besarnya masing-

masing tergantung kepada tahanan salurannya. Di dalam ventilasi

tambang, percabangan paralel ini disebut sebagai ‘splitting’ sedangkan

cabangnya sendiri disebut ‘split’. Kalau jumlah aliran udara dibagi ke

percabangan paralel menurut karakteristik alamiahnya tanpa peraturan,

hal ini disebut ‘natural splitting’

Sedangkan splitting terkendali berlaku bila pembagian jumlah

aliran udara diatur dengan memasang beberapa penyekat (regulator) di

dalam saluran udara yang dikehendaki.

Menurut hukum Kirchoff 1;

Q = Q1 + Q2 + Q3 + …

Maka bila aliran udara didalurkan kepercabangannya paralel maka

jumlah total aliran udara merupakan penjumlahan jumlah aliran udara

setiap saluran. Demikian juga halnya dengan head loss.

Kelompok VI

Page 18: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Menurut hukum Kirchoff 2 ;

HL = HL1 = HL2 = HL3 = …

Tahanan ekuivalen saluran hubungan paralel ditunjukkan pada

gambar 3.12. Pada gambar ini tampak bahwa aliran udara Q dibagi

menjadi Q1, Q2, dan Q3 yang masing-masing melalui tahanan saluran

R1, R2, dan R3. Bila tahanan saluran masing-masing dinyatakan dalam

satu nilai atau didapat tahanan ekuivalen yang perhitungannya sesuai

dengan cara yang dilakukan pada masalah listrik, maka persamaan

Atkinson untuk Junction A adalah;

Q = HL/R1 + HL/R2 + HL/R3

Atau;

Q = HL ( 1/R1 + 1/R2 + 1/R3) = HL (1/Req.) ………(3.16)

Sedangkan : 1/Req. = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + …

*S*

Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004Gambar 3.11.

Saluran Aliran Udara Paralel dan Saluran Ekuivalen

h. Analisis Jaringan Kompleks

Suatu jaringan disebut komleks jika sirkuit-sirkuit paralel saling

tumpang tindih dan terkait. Pemisahan sirkuit-sirkuit tersebut tidak

Kelompok VI

Page 19: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

dapat dilakukan atau dengan kata lain jaringan tersebut tidak dapat

disederhanakan menjadi saluran ekuivalen.

*S**Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004

Gambar 3.12.Penyelesaian Grafis Jaringan Ventilasi Sederhana

i. Pencabangan Terkendali

Jika saluran udara diatur secara paralel dan jumlah udara yang

mengalir ke setiap cabangnya ditentukan, maka diterapkan percabangan

terkendali (controlled splitting). Pengendalian tersebut umumya

dilakukan dengan cara membuat tahanan buatan pada salah satu cabang.

Cabang yang tidak diberi tahanan buatan disebut ‘free split’. Tahanan

buatan merupakan shock loss yang timbul oleh alat yang disebut

‘regulator’.

Dengan cara ini jumlah aliran udara ke permuka kerja atau

tempat-tempat lainnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Namun

dengan cara ini head total serta kebutuhan daya secara keseluruhanakan

meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan biaya.

j. Psikometri Udara Tambang

Udara segar yang dialirkan kedalam tambang bawah tanah akan

mengalami beberapa proses seperti penekanan atau pengembangan,

pemanasan atau pendinginan, pelembaban atau pengawalembaban.

Kelompok VI

Page 20: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Oleh karena itu maka volume, tekanan, kandungan energi panas dan

kandungan airnya juga akan mengalami perubahan. Ilmu yang

mempelajari proses perubahan sifat-sifat udara seperti temperatur dan

kelembaban disebut psikometri.

1) Sumber-sumber Panas

Ventilasi digunakan untuk memenuhi persyaratan

kenyamanan kerja di tambang bawah tanah yang kelanjutannya dapat

meningkatkan efisiensi dan produksi. Panas dan kelembaban

mempengaruhi manusia dalam beberapa hal antara lain :

a) Menurunkan efisiensi

b) Mampu menimbulkan kecerobohan dan kecelakaan

c) Menyebabkan sakit dan kematian.

Setelah temperatur mencapai tingkat tertentu, seseorang akan

kehilangan efisiensinya, dan bila temperaturnya naik lagi maka dia

akan megalami gangguan fisiologi. Tubuh manusia memiliki

keterbatasan dalam menerima panas sebelum sistem metabolismenya

berhenti.

Efisiensi kerja seseorang bergantung langsung kepada

temperatur ambient dan akan berkurang/menurun bila temperaturnya

berada diluar rentang 68–72oF. hubungan antara efisiensi kerja

dengan temperatur efektif dapat dilihat pada gambar 3.13 berikut.

*Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004Gambar 3.13.

Hubungan antara Efisiensi Kerja dan Temperatur Efektif

Kelompok VI

Page 21: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Tubuh manusia bereaksi terhadap panas dan selalau mencoba

untuk mempertahankan suhunya sekitar 37 oC dengan cara

mengeluarkan panas melalui cara konveksi, radiasi dan evaporasi.

Namun demikian tubuh manusia akan menerima panas kembali begitu

produksi metabolismenya naik, atau menyerap panas dari

lingkungannya, dan bisa juga kombinasi kedua faktor tersebut. Sistem

syaraf sentral akan selalu bereaksi untuk menjalankan mekanisme

pendinginan secara alamiah.

Akan tetapi, bila syaraf sentral tidak dapat bekerja karena satu

sebab dan lainnya, maka hal ini hal ini akan dapat menyebabkan sakit

dan kematian (lihat gambar 3.14 berikut);

*Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004Gambar 3.14.

Reaksi Fisiologis Terhadap Panas

Bila seseorang istirahat di dalam ruangan dengan kondisi udara

jenuh, maka batas kemampuannya untuk beradaptasi hanya akan

mencapai temperatur 90o F (32o C). namun bila ruangan tersebut dialiri

udara dengan kecepatan 200 fpm maka batas temperaturnya dapat naik

hingga 95o F (35o C). Sedangkan temperatur normal untuk seseorang

dapat bekerja dengan nyaman adalah 26 – 27o C.

Kelompok VI

Page 22: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Perbedaan antara temperatur cembung kering dan cembung

basah menyatakan faktor kenyamanan di dalam udara lembab. Agar

seseorang dapat bekerja dengan nyaman di lingkungan udara dengan

kelembaban relatif 80 % diperlukan perbedaan td-tw sebesar 5oF (28o C).

Kecepatan aliran udara merupakan faktor utama dalam mengatur

kenyamanan lingkungan kerja. Kecepatan aliran udara sebesar 150–500

fpm ( 0,8 – 2,5 m/detik) dapat memperbaiki tingkat kenyamanan ruang

kerja yang panas dan lembab. Dalam menduga temperatur efektif dari

suatu kondisi td-tw serta kecepatan aliran udara tertentu dapat

menggunakan grafik yang ditunjukkan pada gambar 3.15 berikut:

*Sumber : Diktat Ventilasi UNP, 2004Gambar 3.15.

Grafik Temperatur Efektif

Kelompok VI

Page 23: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

a) Kompresi Adiabatik

Bila kolom udara menurun di dalam suatu vertikal shaft,

tekanannya akan menaik sesuai dengan beratnya. Hal ini akan

menyebabkan temperatur udara menaik dan prosesnya dianggap

adibiatik bila kandungan uap air tetap, aliran udara tidak akan

mengalami gesekan, dan tidak ada perpindahan panas antara udara

dengan lingkungannya (batuan). Sudah barang tentu hal ini tidak

pernah terjadi di alam. Kenaikan panas akibat ‘autocompression’

sangat besar, sebagai contoh suatu tambang emas di Afrika Selatan

yang bekerja pada kedalaman 8.000 ft (2438,8 m) menimbulkan

autokompresi sebesar 1 juta Btu/menit (17.550 kw) atau

memerlukan refrigerasi sebanyak 5.000 ton/hari. Secara teoritik, bila

udara standard sebanyak 100.000 cfm (47,19 m3/det) dimasukkan

kedalam tambang bawah tanah sedalam 1.000 feet (304,8 m), maka

banyaknya refrigerasi yang dibutuhkan adalah:

………… (3.20)

9.637 Btu/menit = 48,2 ton refrigerasi/hari (169,5 kw)

Begitu udara mengalir ke bawah vertical shaft, tanpa ada

perpindahan panas antara vertical shaft dengan udara luar dan tidak

ada penguapan, udara sebetulnya ditekan seperti bila kompresor

menekan udara. Temperatur udara kering naik 5,4 oF (3,02 oC)

setiap perubahan kolom udara 1.000 feet.

Setiap penurunan elevasi sebesar 778 feet, ekuivalen dengan

penambahan panas sebesar 1 Btu (0,252 kcal). Dan untuk udara

kering, perubahan temperatur cembung kering adalah : 1/(0,24 x

778) = 0,00535oF/ft (0,00983 oC/m) atau sama dengan 1 oF/187 ft (1 oC/102 m).

Kelompok VI

Page 24: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Aliran udara kebawah shaft akan menaikan temperatur dan

bobot isinya sesuai dengan kedalaman. Maka kebutuhan ventilasi

akan meningkat dengan semakin dalamnya aktivitas penambangan.

Faktor lainnya dari kompresi adiabatik adalah kenaikan temperatur

cembung kering udara begitu mengalir melalui fan. Besarnya kurang

lebih 0,45 oF (0,25 oC) per 1 inchi air head statik. Fan yang biasa

dipakai di tambang bawah tanah mampu menekan hingga 10 inchi

air head statik.

b) Peralatan Listrik Mekanik

Jumlah panas total yang dikeluarkan oleh peralatan listrik

mekanik ke udara tambang bawah tanah tergantung dari besarnya

daya yang dipakai dan bentuk kerja yang dilakukan. Peralatan yang

banyak dipakai di tambang bawah tanah adalah listrik, diesel, dan

tekanan udara. Kesemua jenis peralatan tersebut banyak

menggunakan dayanya untuk mengatasi masalah beban gesek dan

rugi-rugi listrik yang akhirnya dikonversikan menjadi bentuk panas.

Panas yang dihasilkan oleh peralatan diesel tambang bawah

tanah ekuivalen dengan sekitar 90% dari nilai kalor bahan bakar

yang dikonsumsi. Angka ini relatif sama untuk berbagai kondisi

kerja mesin, baik dalam keadaan tidak berbeban maupun berbeban.

Nilai kalor bahan bakar solar adalah 140.200 Btu/gallon (9.334

kcal/liter). Untuk kepentingan praktis nilai kalor solar sebesar

125.000 Btu/gallon (8.322 kcal/liter) sering dipakai.

Peralatan listrik, seperti substation atau trafo merupakan

sumber panas yang cukup berarti. Sekitar 4 % energinya keluar

sebagai panas. Pompa non-submersibel bisa mengeluarkan panas

sebanyak 15 % dari energi inputnya.

c) Aliran Panas Dinding Batu

Persamaan umum aliran panas melalui dinding dapat ditulis

sebagai berikut:

Q = kA.dt/dL ………………………………………………(3.21)

Kelompok VI

Page 25: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Dimana :

Q = panas yang dialirkan, Btu/jam

A = luas daerah dinding yang mengeluarkan panas ft2

K = konduktivitas panas, biasanya relatif tetap untuk satu

jenis batuan. Angkanya berbeda menurut kandungan air

dan susunan perlapisan, Btu-in/ft2jamoF

dt = perbedaan temperatur, oF

dL = ketebalan batuan yang mengeluarkan panas, inchi

Dalam penentuan temperatur batuan biasanya batas kedalaman

minimum 50 feet dianggap sebagai awal perhitungannya. Tabel 3.7

berikut memberikan gambaran temperatur maksimum batuan induk

pada berbagai tambang dalam.

Tabel 3.7.

Temperatur Maksimum Batuan Induk

Tambang

Kedalaman Temperatur

(ft) (m) (oF) (oC)

Kolar Gold Field

India

South Africa

Morro velho, Brazil

Nort Broken

Hill,Australia

Great Britain

Bralorne.B.C.

Canada

Kirkland Lake, Ont.

Falconebridge Mine,

Ont

Lockerby Mine, Ont.

11000

10000

8000

3530

4000

4100

4000-

6000

4000-

6000

3000-

4000

7000-

3353

3048

2438

1076

1219

1250

1219-

1829

1219-

1829

914-

1219

2134-

152

125-

130

130

112

114

112.5

66-81

70-84

67-96

99-

128

54-78

66.7

51.7-

54.4

54.4

44.4

45.6

50.3

18.9-

27.2

21.1-

28.9

19.4-

35.6

Kelompok VI

Page 26: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Levark Borehild

(Inco),Ont

Garson Mine, Ont.

Lake Shore Mine,

Ont.

Holinger Mine, Ont.

Creighton Mine,

Ont.

Superior, Arizona

San Manuel, Arizona

Butte, Montana

Ambrosia Lake, NM

Brunswick Ni.12

New.

Belle Isle Salt

Mine,LA

10000

2000-

5000

6000

4000

2000-

10000

4000

4500

5200

4000

3700

1400

3048

610-

1524

1829

1219

610-

3048

1219

1372

1585

1219

1128

427

73

58

60-

138

140

118

145-

150

140

73

88

37.2-

53.3

12.1-

25.6

22.8

14.4

15.6-

58.9

60.0

47.8

60.8-

65.6

60.0

22.8

31.1

d) Panas Dari Peledakan

Panas peledakan merupakan panas singkat yang akibatnya

bisa membuat lingkungan udara di front kerja menjadi relatif lebih

panas dari pada tempat sekitarnya. Oleh karena itu aliran udara dapat

berbalik kembali ke front kerja, tempat dimana peledakan baru saja

terjadi. Konsekuensinya debu akibat bongkaran batuan tidak terbawa

keluar. Hal lain yang mungkin juga terjadi dari aktivitas peledakan

adalah meningkatnya uap air di sekitar front kerja tersebut. Pada

tabel 3.8 berikut ditunjukkan nilai-nilai kalor dari berbagai macam

bahan peledak:

Tabel 3.8.

Potensi Panas Dari Berbagai Jenis Bahan Peladak

Bahan Peledak Btu/lb Q (kJ/kg) Q (kal/gram)

Nitroglycerin 2555 5943 1420

Kelompok VI

Page 27: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

60 % Straight Dynamite

40 % Straight Dynamite

100 % Straight Gelatin

75 % Straight Gelatin

40 % Straight Gelatin

75 % Amonia Gelatin

40 % Amonia Gelatin

Semi Gelatin

AN-I-o 94.5/5.5

AN-FO 94.3/5.7

AN-AL-Water

1781

1673

5219

2069

1475

1781

1439

1691

1601

1668

2069

4143

3891

5859

4812

3431

4142

3347

3933

3724

3880

4813

990

930

1400

1150

820

990

800

940

890

927

1150

2) Sumber-sumber Panas

Penentuan sifat psikometri suatu udara pada kondisi tertentu

disebut titik keadaan (state point) dapat ditentukan ditemperatur

cembung kering dan cembung basah pada kondisi tekanan atmosfir

tertentu. Perhitungan sifat-sifat psikometri udara dapat dilakukan

dengan menggunakan persamaan hitungan tekanan uap jenuh berikut:

a) Tekanan uap jenuh pada td, Ps

……………... (3.22)

b) Menentukan semua parameter pada titik keadaan (state point)

Tekanan uap

…………… (3.23)

Kelembaban relatif

Kelompok VI

Page 28: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

………………………………………. (3.24)

Kelembaban spesifik

lb/lb (kg/kg) udara kering ………. (3.25)

Derajat kejenuhan

………………………………………... (3.26)

Volume spesifik

ft3/lb(m3/kg) udara kering …………………. (3.27)

Bobot isi udara (udara basah)

…………………. (3.28)

Entalpi

… (3.29)

Kelompok VI

Page 29: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3.4. PERALATAN

Peralatan yang dipergunakan dalam praktikum instrument ventilasi

tambang, antara lain :

a. Mesin angin (fan), berfungsi sebagai alat penghebus maupun penghisap

udara.

*Sumber : Laboratorium Teknologi Pertambangan

Gambar 3.16.Mesin Angin

b. Wire Fleksible beserta rangkaiannya, berfungsi sebagai media

penghembusan maupun pengisapan udara dalam jaringan ventilasi.

*Sumber : Laboratorium Teknologi Pertambangan

Gambar 3.17. Wire Fleksible

Kelompok VI

Page 30: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

c. Anemometer, berfungsi untuk mengukur kecepatan aliran udara, volume

udara, dan suhu di dalam tambang.

*Sumber : Laboratorium Teknologi Pertambangan

Gambar 3.18. Anemometer

d. Sling Psycometric, dipergunakan untuk mengukur kelembaban udara di

dalam tambang.

*Sumber : Laboratorium Teknologi Pertambangan

Gambar 3.19. Sling Psycometric

Kelompok VI

Page 31: Bab II Kelompok IV

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANGLABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3.5. LANGKAH KERJA

Prosedur kegiatan praktikum instrument ventilasi tambang adalah

sebagai berikut :

a) Menyiapkan seluruh peralatan yang akan dipergunakan.

b) Merangkai jaringan ventilasi tambang dengan menghubungkan antara fan

dengan wire flexible.

c) Mengukur kelembaban relative, temperatur kering dan temperatur basah di

sekitar jaringan vetilasi tambang dengan mengunakan sling psycometry

setiap jarak yang ditentukan

d) Mencatat data yang ditunjukkan oleh alat ukur sling psycometry.

e) Menghidupkan fan, kemudian melakukan pengukuran kecepatan aliran

udara yang dihembuskan pada penampang terowongan atau hose (atas,

tengah dan bawah) disetiap jarak yang ditentukan menggunakan

anemometer.

f) Mencatat data yang ditunjukkan oleh alat ukur anemometer.

g) Mematikan fan, setelah seluruh kegiatan pengukuran telah dilakukan.

Kelompok VI