bab ii kajian teori, hasil penelitian, dan pembahasan a ...€¦ · kajian teori, hasil penelitian,...

61
17 BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI Pada hakikatnya Indonesia merupakan Negara yang berdasarkan hukum (Rechstaat), maka persoalan apapun yang menyangkut tentang penyelenggaraan urusan pemerintahan di Indonesia haruslah berdasarkan hukum yang berlaku. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”, yang menganut desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 18 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan undang-undang”. 1 Dalam hal penyelenggaraan otonomi daerah, konsep pemikiran tentang otonomi daerah mengandung pemaknaan terhadap eksistensi otonomi daerah tersebut terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan 1 Ridwan HR, Op,Cit, h. 17.

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

17

BAB II

KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

A. KAJIAN TEORI

1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN

DESENTRALISASI

Pada hakikatnya Indonesia merupakan Negara yang berdasarkan

hukum (Rechstaat), maka persoalan apapun yang menyangkut tentang

penyelenggaraan urusan pemerintahan di Indonesia haruslah berdasarkan

hukum yang berlaku. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “Negara Indonesia

adalah Negara Hukum”, yang menganut desentralisasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan, sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu

dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota

mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan undang-undang”.1

Dalam hal penyelenggaraan otonomi daerah, konsep pemikiran

tentang otonomi daerah mengandung pemaknaan terhadap eksistensi otonomi

daerah tersebut terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan

1Ridwan HR, Op,Cit, h. 17.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

18

menggunakaan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab dalam

dalam urusan pemerintahan.2

Implementasi kebijakan terhadap suatu produk perundang-undangan

tertentu, seakan-akan merupakan sesuatu yang dianggap sangat sederhana,

tingkat implementasi suatu produk hukum dapat diaktualisasikan untuk

tercapainya tujuan yang ingin dikehendaki oleh hukum.3

Dengan adanya perkembangan yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat saat ini menandakan bahwa terdapat banyak peraturan perundang-

undangan yang dibuat oleh pemerintah dengan tujuan untuk menjaga

kelangsungan hidup masyarakat dan bernegara serta adanya norma-norma

hukum yang diciptakan untuk mengatur hak serta kewajiban masyarakat.

Menurut Robert B. Seidman untuk melihat berkerjanya hukum dalam

masyarakat dapat dilihat dari tiga element yaitu meliputi :

1. Lembaga pembuat peraturan.

2. Lembaga pelaksana peraturan.

3. Pemangku peran.

Ketiga element ini sangat penting untuk menilai berfungsinya hukum

atau bekerjanya hukum di masyarakat, sehingga perlu untuk dilaksanakan

oleh semua pihak baik itu pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan apa

yang telah diamanatkan dalam undang-undang. Dengan demikian peningkatan

kesejahteraan masyarakat dalam daerah otonom merupakan suatu pijakan

2Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 8. 3Siswanto Sunarno, Ibid, h. 82.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

19

utama penetapan strategi kebijakan dalam pembangunan daerah. Adapun

tujuan yang dimiliki untuk menjadikan sebuah daerah otonom yang baik dan

tepat sasaran yaitu dapat berupa :4

a. Mempercepat peningkatan kesadaran masyarakat

dalam hal pemberdayaan masyarakat, pelayanan

publik dan peningkatan daya saing.

b. Mengoptimalkan kinerja pemerintahan daerah dalam

pencapaian tujuan otonomi daerah.

c. Memperkuat aspek regulasi.

Selain adanya tujuan untuk membentuk daerah otonom yang tepat

sasaran, terdapat beberapa asas yang dapat digunakan dalam membantu

pelaksanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan yaitu :5

a. Asas desentralisasi : penyerahan wewenang

pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

dalam sistem NKRI.

b. Asas dekonsentrasi : pelimpahan wewenang

pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur,

sebagai wakil pemerintah kepada institusi vertikal di

wilayah tertentu.

c. Tugas pembantuan : adalah penugasan dari pemerintah

kepada daerah dan/atau desa; serta dari pemerintah

kabupaten/kota kepada desa untuk melakasanakan

tugas tertentu.

Ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan: “Urusan Pemerintahan

terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan

urusan pemerintahan umum”. Dengan demikian hubungan antara pemerintah

4www.depkes.go.id/resources/download/rakerkesnas.../Kemendagri.pdf, diakses pada tanggal 15 maret

2016. 5Siswanto Sunarno, Op,Cit, h. 7.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

20

pusat dan pemerintah daerah tidak dapat dipisahkan begitu saja, hubungan

fungsi pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah dilaksanakan

dengan pendekatan sistem otonomi yang meliputi sistem desentralisasi, sistem

dekonsentrasi, dan sistem tugas pembantuan.

Sebagaimana yang telah diuraikan diatas dalam hal penyelenggaraan

otonomi daerah, maka sudah selayaknya pemerintah sebagai penyelenggara

pemerintahan meningkatkan implementasi kebijakan yang dibuat lebih

berkualitas salah satunya di bidang kesehatan guna tercapainya kesejahteraan

masyarakat yang diinginkan. Dalam kaitannya terhadap penyelenggaraan

otonomi daerah dibidang kesehatan maka urusan perintahan yang paling tepat

adalah urusan pemerintahan konkuren.

Pembagian urusan pemerintahan dalam rangka merealisasikan

kebijakan dalam bidang kesehatan tentu menjadi kewajiban pemerintah yang

harus dipenuhi. Adanya kebijakan yang dibuat menjadikan pemerintah daerah

harus mengupayakan berbagai cara untuk tercapainya keberhasilan

pembangunan kesehatan di masing-masing daerah.

Otonomi daerah bidang kesehatan memberikan kesempatan yang

banyak kepada pemerintah untuk mengeksplorasi kemampuan daerah dari

berbagai aspek, mulai dari komitmen pemimpin dan masyarakat untuk

membangun kesehatan, sistem kesehatan daerah, manajemen kesehatan

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

21

daerah, dana, sarana, dan prasarana yang memadai, sehingga diharapkan

kesehatan masyarakat di daerah menjadi lebih baik dan tinggi.6

Berdasarkan Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah menyatakan: “Urusan pemerintahan konkuren

sebagaimana di maksud dalam Pasal 9 ayat (3) yang menjadi kewenangan

Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan

Pilihan”. Lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 11 ayat (3) “Urusan

Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian

substansinya merupakan Pelayanan Dasar”.

Adapun kewenangan yang dimiliki urusan pemerintahan wajib yang

harus dilakukan terhadap pelayanan dasar berdasarkan ketentuan dalam Pasal

12 (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

yaitu :

“Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan

Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (2) meliputi:

a. Pendidikan.

b. Kesehatan.

c. Pekerjaan umum dan penataan ruang.

d. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman.

e. Keketenteraman, ketertiban umum, dan

pelindungan masyarakat.

f. sosial.

6http://www.kompasiana.com/rizwanhamdi/otonomi-daerah-dan-pembangunan-kesehatan-di

indonesia_, diakses pada tanggal 15 maret 2016.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

22

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas menurut penulis

terhadap kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah terkait dengan

pelayanan bidang kesehatan diharapkan pemerintah mampu menjadikan

daerah otonomi yang dapat mensejahterakan masyarakat dalam bidang

pembangunan kesehatan, terlebih peran masyarakat juga diharapakan dalam

pelaksanaan pembangunan kesehatan karena masyarakat merupakan obyek

kebijakan desentralisasi yang dapat berpartisipasi dan berperan aktif dalam

rangka merealisasikan kesehatan yang layak bagi masyarakat. Menjadi pilihan

yang tepat ketika suatu daerah menggunakan prinsip otonomi daerah dalam

penyelenggaraan urusan pemerintahan karena dengan adanya prinsip otonomi

daerah ini menjadikan setiap daerah akan lebih mampu dan mandiri untuk

memberikan pelayanan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah.

Dengan demikian urusan pemerintahan baik wajib atau pilihan yang

telah didesentralisasikan kepada daerah otonom (baik pemerintah daerah

provinsi maupun pemerintah daerah kabupaten/kota) untuk diselenggarakan

berdasarkan asas otonomi maka daerah otonom tersebut dapat membentuk

peraturan daerah terkait dengan bidang urusan pemerintahan tersebut baik

wajib atau pilihan, dalam hal pemberian ASI Eksklusif sangat berkaitan

dengan urusan pemerintahan wajib yaitu bidang kesehatan, bidang

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, serta bidang keluarga

berencana dan keluarga sejahtera, maka daerah dimungkinkan secara

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

23

kewenangan untuk melakukan pengaturan tentang pemberian ASI Eksklusif

ke dalam Peraturan Daerah.7

2. PERAN DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI

DAN ASI EKSKLUSIF

Tingkat keberhasilan suatu pembangunan kesehatan di sebuah daerah

dapat dilihat dari penurunan angka kematian bayi dan peningkatan status gizi

masyarakat serta peningkatan kemauan, kesadaran dan kualitas sumber daya

manusia guna tercapainya hidup sehat bagi setiap masyarakat agar dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, maka

sudah menjadi kewajiban Negara dan/atau pemerintah sebagai penyelenggara

pemerintahan untuk mengupayakan agar hal tersebut dapat terlaksana dengan

baik, upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan merealisasikan kebijakan yang

dibuat guna terpenuhinya hak-hak masyarakat yang telah dijamin oleh

undang-undang. Indonesia saat ini masih menghadapi masalah gizi ganda

yaitu kondisi dimana disatu sisi masih banyaknya jumlah penderita gizi

kurang, sementara disisi lain jumlah masyarakat yang mengalami gizi lebih

cenderung meningkat. Masalah gizi ganda ini sangat erat kaitannya dengan

gaya hidup masyarakat dan perilaku gizi. Status gizi masyarakat akan baik

7Naskah Akademik Bab III Raperda Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif, Tahun 2013

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

24

apabila perilaku gizi yang baik dilakukan pada setiap tahap kehidupan

termasuk pada bayi.8

Salah satu kebijakan yang sedang digalakkan pemerintah saat ini

adalah pelaksanaan program Inisiasi Menyusu Dini (selanjutnya disebut IMD)

dan ASI Eksklusif bagi anak, karena pada dasarnya anak mempunyai peran

yang sangat penting yaitu sebagai generasi bangsa maka sudah selayaknya

Negara dan/atau pemerintah mempersiapkan segala sesuatu agar generasi

bangsa tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi anak pada masa awal

pertumbuhan, sehingga pemerintah perlu memperhatikan hal ini dengan

berupaya menyediakan fasilitas yang layak dan memadai guna mewujudkan

terselenggaranya program pemberian ASI Eksklusif di sebuah daerah

khususnya di Kota Salatiga.

Dengan demikian, untuk memenuhi pelaksanaan program ASI

Eksklusif yang telah diuraikan diatas, pemerintah membutuhkan aturan yang

mencangkup segala aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan program

pemberian ASI Eksklusif. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diatur

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air

Susu Ibu Eksklusif dan peraturan khusus untuk Kota Salatiga mengenai IMD

dan ASI Eksklusif yang terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga

Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.

8Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu

Eksklusif

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

25

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air

Susu Ibu Eksklusif pada hakikatnya memiliki tujuan untuk yang tertuang

dalam ketentuan Pasal 2 yaitu :

a. menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan

ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia

6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan

dan perkembangannya.

b. memberikan perlindungan kepada ibu dalam

memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

c. meningkatkan peran dan dukungan keluarga,

masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah

terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Dengan adanya tujuan yang diamanatkan dalam Pasal 2 diatas dapat

menjadi acuan bagi pemerintah dalam melaksanakan program pemberian ASI

Eksklusif sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat. Pemerintah

memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan program ini,

sehingga Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 mengatur bagaimana

tanggungjawab pemerintah dalam pelaksanaan program pemberian ASI

Eksklusif. Tanggungjawab pemerintah tersebut tertuang dalam ketentuan

pasal 3 yaitu :

a. menetapkan kebijakan nasional terkait program

pemberian ASI Eksklusif.

b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program

pemberian ASI Eksklusif.

c. memberikan pelatihan mengenai program pemberian

ASI Eksklusif dan penyediaan tenaga konselor

menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan

tempat sarana umum lainnya.

d. mengintegrasikan materi mengenai ASI Eksklusif

pada kurikulum pendidikan formal dan nonformal

bagi Tenaga Kesehatan.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

26

e. membina, mengawasi, serta mengevaluasi

pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI

Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan

pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana

umum, dan kegiatan di masyarakat.

f. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang berkaitan dengan ASI Eksklusif.

g. mengembangkan kerja sama mengenai program ASI

Eksklusif dengan pihak lain di dalam dan/atau luar

negeri. dan

h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi

dan edukasi atas penyelenggaraan program

pemberian ASI Eksklusif.

Tidak hanya pemerintah saja yang bertanggung jawab tetapi

pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota juga

memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan program ini, kedua hal tersebut

tertuang dalam ketentuan Pasal 4 dan Pasal 5. Pemerintah provinsi memiliki

tanggungjawab yang meliputi :

a. melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka

program pemberian ASI Eksklusif.

b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program

pemberian ASI Eksklusif dalam skala provinsi.

c. memberikan pelatihan teknis konseling menyusui

dalam skala provinsi.

d. menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum

lainnya dalam skala provinsi.

e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi

pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI

Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan

pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana

umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala

provinsi.

f. menyelenggarakan, memanfaatkan, dan memantau

penelitian dan pengembangan program pemberian

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

27

ASI Eksklusif yang mendukung perumusan

kebijakan provinsi.

g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. dan

h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi

dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI

Eksklusif dalam skala provinsi.

Selanjutnya pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki

tanggungjawab yang meliputi :

a. melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka

program pemberian ASI Eksklusif.

b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program

pemberian ASI Eksklusif dalam skala

kabupaten/kota.

c. memberikan pelatihan teknis konseling menyusui

dalam skala kabupaten/kota.

d. menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum

lainnya dalam skala kabupaten/kota.

e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi

pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI

Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan

pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana

umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala

kabupaten/kota.

f. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

program pemberian ASI Eksklusif yang mendukung

perumusan kebijakan kabupaten/kota.

g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi

dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI

Eksklusif dalam skala kabupaten/kota.

Tanggungjawab yang dimiliki pemerintah, pemerintah daerah

provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota tidak jauh berbeda, ketiganya

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

28

saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Tanggungjawab yang

diuraikan diatas menjadi gambaran bagi pemerintah bagaimana seharusnya

pemerintah bertindak dalam penyelenggaraan program pemberian ASI

Eksklusif ini. Tidak hanya mengatur tentang tanggungjawab pemerintah saja

tetapi Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air

Susu Ibu Eksklusif juga secara tegas mewajibkan ibu yang melahirkan untuk

menyusui bayinya secara Eksklusif. Hal ini dipertegas dalam ketentuan Pasal

6. Menyusui merupakan sebuah kewajiban bagi setiap ibu namun keberadaan

susu formula dikalangan masyarakat perlu menjadi perhatian pemerintah

karena dapat menghambat pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif. Seperti

yang ditegaskan dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1) yang menyatakan bahwa :

“Setiap Tenaga Kesehatan dilarang memberikan

Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya

yang dapat menghambat program pemberian ASI

Eksklusif kecuali dalam hal diperuntukkan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15”.

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air

Susu Ibu Eksklusif walaupun menegaskan larangan pemberian susu formula,

namun ternyata terdapat pengecualian yang dijelaskan dalam Pasal 17 ayat

(1), hal itu dapat terjadi jika dalam pemberian ASI Eksklusif tidak

dimungkinkan berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

7, yaitu berupa adanya indikasi medis, ibu tidak ada dan ibu terpisah dari bayi,

sehingga pemberian susu formula dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

29

dengan memberikan cara penyajian yang tepat dan benar kepada ibu dan atau

keluarga yang memerlukan susu formula bagi bayi.

Tidak hanya pemerintah saja yang berkewajiban mendukung

pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, karena bila dikaitkan dengan

status seorang ibu yang bekerja maka terdapat kewajiban sebagai pengurus

tempat kerja serta penyelenggara sarana umum untuk mendukung program

ASI Eksklusif, dalam hal ini tempat kerja yang dimaksud adalah perusahaan

dan perkantoran milik pemerintah, pemerintah daerah dan swasta

sebagaimana yang dijelaskan dalam ketentuan Pasal 31, serta penyelenggara

sarana umum seperti yang dijelaskan dalam Pasal 32.

Dengan diharuskannya pengurus tempat kerja dan penyelenggara

sarana umum untuk mendukung program pemberian ASI Eksklusif maka

keduanya memiliki kewajiban untuk melaksanakan program pemberian ASI

Eksklusif, adapun kewajiban yang harus dilakukan oleh pengurus tempat kerja

adalah dengan memberikan kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk

menyusui pada saat jam kerja ataupun memerah ASI selama di tempat kerja.

Selain itu guna menuju keberhasilan menyusui penyelenggara sarana umum

terutama adalah pelayanan kesehatan dapat melakukannya dengan

menggunakan 10 (sepuluh) pedoman yang terdapat dalam ketentuan Pasal 33

yang meliputi :

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

30

a. membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan

dikomunikasikan kepada semua staf pelayanan

kesehatan.

b. melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan

menerapkan kebijakan menyusui tersebut.

c. menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang

manfaat dan manajemen menyusui.

d. membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60 (enam

puluh) menit pertama persalinan.

e. membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan

menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya.

f. memberikan ASI saja kepada Bayi baru lahir kecuali

ada indikasi medis.

g. menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya

sepanjang waktu 24 (dua puluh empat) jam.

h. menganjurkan menyusui sesuai permintaan Bayi.

i. tidak memberi dot kepada Bayi dan

j. mendorong pembentukan kelompok pendukung

menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok

tersebut setelah keluar dari Fasilitas Pelayanan

Kesehatan.

Dari uraian yang telah dijelaskan penulis diatas mengenai kewajiban

pemerintah dan penyelenggara fasilitas umum dalam pelaksanaan program

pemberian ASI Eksklusif, maka pemerintah tidak boleh melupakan

pentingnya peran masyarakat dalam pelaksanaan program pemberian ASI

Eksklusif karena masyarakat juga dapat memberi dukungan kepada ibu

menyusui baik secara secara perorangan, kelompok, maupun secara

organisasi. Selain itu masyarakat juga dapat memberikan sumbangan

pemikiran terkait dengan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif,

dapat juga meyebarkan informasi kepada masyarakat luas terkait dengan

pemberian ASI Eksklusif. Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

31

program pemberian ASI Eksklusif dapat menjadi salah satu kunci

keberhasilan program ini.

Selain adanya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang

Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif yang mengatur secara keseluruhan

pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif maka dalam pelaksanaan

program pemberian ASI Eksklusif pada anak khususnya di Kota Salatiga,

pemerintah daerah membuat kebijakan terkait pelaksanaan program ASI

Eksklusif yang sedang digalakkan oleh pemerintah dengan mengeluarkan

Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi

Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, yang pada hakikatnya Peraturan Daerah ini

dilaksanakan dengan berdasarkan asas yang terdapat dalam ketentuan Pasal 2

yaitu :

a. asas kepentingan terbaik anak .

b. perlindungan terhadap ibu dan anak.

c. non diskriminasi.

Peraturan Daerah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan

perlindungan secara hukum bagi bayi untuk mendapatkan hak dasarnya,

memberikan perlindungan secara hukum bagi ibu untuk memberikan ASI

Eksklusif kepada bayinya dimanapun dan kapanpun, dan meningkatkan peran

serta dan dukungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah daerah terhadap

pelayanan IMD dan ASI Eksklusif sebagaimana telah dijelaskan dalam

ketentuan Pasal 3.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

32

Dengan demikian maka, pemerintah daerah perlu bekerja semaksimal

mungkin untuk dapat mewujudkan apa yang telah diamanatkan dalam

Peraturan Daerah ini dengan berupaya menyediakan fasilitas penunjang yang

dapat membantu pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, selain itu

pemerintah daerah juga memiliki kewajiban serta tanggungjawab untuk

melaksanakan program ini berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4 yang meliputi

:

a. melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka program

pemberian ASI Eksklusif.

b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program

pemberian ASI Eksklusif dalam skala provinsi.

c. memberikan pelatihan teknis konseling menyusui dalam

skala provinsi.

d. menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lainnya

dalam skala provinsi.

e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi

pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI

Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan

pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana

umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala

provinsi.

f. menyelenggarakan, memanfaatkan, dan memantau

penelitian dan pengembangan program pemberian ASI

Eksklusif yang mendukung perumusan kebijakan

provinsi.

g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan

edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif

dalam skala provinsi.

Sama halnya dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, Peraturan Daerah

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

33

Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air

Susu Ibu juga memberi ketentuan dalam Pasal 5 ayat (2) yang mewajibkan ibu

untuk menyusui. Namun, nampaknya ketentuan mengenai IMD dan ASI

Eksklusif dalam Peraturan Daerah ini menjelaskan lebih spesifik yaitu

memberi kewajiban pula bagi ibu apabila selama pemberian ASI Eksklusif

berat badan bayi tidak bertambah sesuai grafik pertumbuhan, maka ibu bayi

yang bersangkutan wajib mencari informasi kepada konselor atau tenaga

kesehatan9 yang hal ini tidak dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor

33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan penyelenggaran program

pemerintah mengenai pemberian ASI Eksklusif yang telah diatur dalam

Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi

Menyusu Dini dan Air Susu Ibu pemerintah daerah juga perlu mengupayakan

tersedianya tenaga kesehatan, konselor ASI, motivator ASI dan tenaga lainnya

yang memadai agar dapat memberikan informasi dan edukasi mengenai IMD

dan ASI Eksklusif kepada masyarakat.

Selain ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan

yang layak untuk menunjang pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif,

salah satu fasilitas lain yang dibutuhkan ibu menyusui adalah ruang ASI,

dimana berdasarkan ketentuan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan

9Ketentuan Pasal 9 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air

Susu Ibu.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

34

Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus

Mengenai Dan/Atau Memerah Air Susu Ibu ruang ASI ini bertujuan untuk

memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif dan

memenuhi hak anak untuk mendapatkan ASI Eksklusif sehingga pemerintah

perlu mengupayakan adanya ruang ASI ini di setiap fasilitas umum, pelayanan

kesehatan, serta instansi pemerintahan lain.

Kewajiban pemerintah daerah tidak hanya terbatas pada ketentuan

dalam Pasal 4, tetapi pemerintah daerah juga wajib melibatkan masyarakat

dalam penyelenggaraan Program IMD dan ASI Eksklusif serta mewajibkan

kepada instansi pemerintahan lain untuk ikut mendukung dan memberikan

kesempatan kepada ibu menyusui untuk memberikan ASI Eksklusif kepada

bayinya,10 sehingga guna mencapai keberhasilan dalam penyelenggaraan

program ASI Eksklusif masyarakat dapat ikut berperan aktif mendukung

keberhasilan penyelenggaraan IMD dan ASI Eksklusif dengan melakukan hal-

hal berupa :

a. pemberian motivasi dan dukungan kepada ibu

melahirkan untuk dapat melakukan IMD dan

memberikan ASI Eksklusif.

b. pemberian sumbangan pemikiran dan sarana

prasarana terkait dengan penentuan kebijakan

dan/atau pelaksanaan program IMD dan ASI

Eksklusif.

c. penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas

terkait dengan IMD dan ASI Eksklusif.

10Ketentuan Pasal 11 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air

Susu Ibu.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

35

d. penyediaan waktu dan tempat bagi ibu dalam IMD

dan ASI Eksklusif.

e. berpartisipasi dalam pelatihan teknis konseling

menyusui.

f. menyediakan diri sebagai tenaga konselor menyusui

di tempat fasilitas umum.11

Peraturan Daerah yang dibuat pemerintah daerah Kota Salatiga bukan

hanya dibuat karena merupakan kewajiban pemerintah daerah dalam

merealisasikan kebijakan nasional saja, tetapi juga pemerintah daerah

mendukung penuh terselenggaranya program pemberian ASI Eksklusif.

Dengan demikian adanya kebijakan yang dibuat pemerintah daerah Kota

Salatiga dalam Peraturan Daerah Kota Salatig Nomor 4 Tahun 2014 tentang

Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, diharapkan pemerintah mampu

melaksanakan program ini dengan baik dan tepat sasaran guna menciptakan

generasi penerus bangsa yang berkualitas dan cerdas.

3. HAK ASASI ANAK

Pada umumnya tujuan akhir setiap Negara yaitu menciptakan atau

mewujudkan kebahagiaan atau kesejahteraan bagi rakyatnya (bonum

publicum, common good, common wealth). Harold J.Laski (Budiardjo,

2008:55) mengemukakan tujuan negara yaitu menciptakan keadaan dimana

rakyat dapat mencapai keinginan-keinginan mereka secara maksimal (creation

11Ketentuan Pasal 17 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air

Susu Ibu.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

36

of those conditions under which the members of the state may attain the

maximum satisfaction of their desires).12

Dalam pelaksanaannya, Negara Indonesia memiliki tujuan yang

tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Hal ini menegaskan bahwa Negara dan/atau pemerintah memiliki

peranan penting dalam mewujudkan kesejahteraan hidup rakyatnya. Salah

satu peranan Negara dan/atau pemerintah dalam mensejahterakan rakyat

adalah dengan memberikan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia

(HAM). Berbicara mengenai HAM tentu sangat menjadi perhatian bagi setiap

orang, karena HAM yang melekat pada diri manusia seyogyianya harus

dijunjung tinggi dalam sebuah kehidupan. Hak Asasi Manusia (HAM)

merupakan seperangkat hak yang melekat/inheren pada diri manusia semata-

mata karena kodrat kemanusiaannya. Konsep HAM harus dimaknai sebagai

hubungan hukum sui generis antara penyandang hak atau pihak yang berhak

(rakyat) penanggung jawab hak atau pihak yang berwajib karena suatu hak

(Negara).13

12Umbu Rauta, Negara dan Konstitusi dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Hukum

Universitas Satya Wacana, h. 61. 13Titon Slamet Kurnia, Hak atas Derajat Kesehatan Optimal sebagi HAM di Indonesia, P.T. Alumni,

Bandung, 2007, h.10.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

37

Dalam hal kaitannya terhadap HAM, perlindungan terhadap anak

merupakan sebuah HAM yang harus dipenuhi karena sejatinya anak

merupakan generasi muda yang nantinya akan meneruskan cita-cita bangsa

dan mempunyai arti penting dalam pembangunan nasional, dengan demikian

maka perlu adanya kesempatan bagi seorang anak untuk mengembangkan diri

sesuai dengan usianya dan berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang,

berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan

diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan, hal ini dikarenakan bagaimanapun

juga di tangan anak-anak kemajuan suatu bangsa tersebut akan ditentukan14,

selain itu anak juga memiliki kedudukan sebagai subjek HAM. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa perlindungan terhadap hak anak juga

merupakan bagian dari sebuah HAM yang harus terpenuhi layaknya orang

dewasa dan tanpa terkecuali.

Sebagaimana Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menjamin perlindungan terhadap hak anak, ketentuan dalam

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 52

ayat (2) juga menjamin perlindungan terhadap hak anak, yang menyatakan

bahwa: “Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak

anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan”,

lebih lanjut dimuat dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

14http://e-journal.uajy.ac.id/7178/1/JURNAL.pdf, Perlindungan Hukum terhadap Anak korban

Eksploitasi Ekonomi, oleh Benedhicta Desca Prita Octalina S.H, diakses pada tanggal 10 februari

2016.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

38

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan anak yang menyatakan bahwa: “Hak anak adalah bagian dari

hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang

tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara”.

Adapun tujuan yang diinginkan dalam rangka pelaksanaan

perlindungan anak tercantum pada ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa :

“Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin

terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup,

tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara

optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak

Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan

sejahtera”.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Negara dan/atau pemerintah memiliki

peranan penting dalam rangka melindungi hak asasi anak karena tujuan dari

sebuah Negara adalah mensejahterakan rakyat, sehingga Negara dan/atau

pemerintah memiliki tanggungjawab dalam pelaksanaan perlindungan

terhadap hak anak agar dapat menjamin terpenuhinya semua hak dasar yang

dibutukan anak, tidak hanya peran pemerintah saja yang dibutuhkan dalam

perlindungan terhadap hak anak karena peran keluarga serta orangtua juga

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

39

penting dan berpengaruh dalam perkembangan diri seorang anak. Tanpa

dukungan keluarga anak tidak akan mampu berkembang secara optimal dalam

kehidupannya.

Adapun ketentuan peraturan yang menguatkan bahwa perlindungan

anak menjadi tanggungjawab bersama anatara pemerintah dan warga Negara

terdapat dalam Pasal 21 dan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak. Dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak,

pemerintah juga bertanggungjawab menyediakan fasilitas dan aksesibilitas

bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya

secara optimal dan terarah.

Bertitik tolak pada konsep perlindungan anak yang utuh, menyeluruh,

dan komperhensif maka undang-undang perlindungan anak meletakkan

kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas:15

1. Asas nondiskriminasi.

2. Asas kepentingan yang terbaik bagi anak.

3. Asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan

perkembangan.

4. Asas penghargaan terhadap pandangan/pendapat anak.

Hak dasar yang dimiliki seorang anak salah satunya dapat berupa hak

mendapat pelayanan kesehatan, hal ini diperkuat dengan adanya ketentuan

dalam sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang telah

15Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, h.

25.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

40

mensahkan Deklarasi tentang hak-hak anak pada tanggal 20 November 1959.

Dalam mukadimah deklarasi ini, tersirat bahwa umat manusia berkewajiban

memberikan yang terbaik untuk anak, pada poin 4 deklarasi ini memuat

ketentuan “anak berhak dan harus dijamin secara kemasyarakatan untuk

tumbuh kembang secara sehat. Untuk ini baik sebelum maupun setelah

kelahirannya harus ada perawatan dan perlindungan khusus bagi anak dan

ibunya. Anak berhak mendapat gizi yang cukup, perumahan, rekreasi, dan

pelayanan kesehatan”.16

Dengan adanya ketentuan tersebut maka pemerintah perlu

mengupayakan cara agar dapat terpenuhinya hak anak untuk menjadi sehat.

Peran orangtua khususnya ibu perlu dilibatkan dalam hal pemenuhan hak anak

atas kesehatan, maka cara yang dapat dilakukan salah satunya dengan

memperhatikan status gizi dan kesehatan pada anak. Gizi yang diperoleh

seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk

kehidupan anak begitupun terhadap kesehatan, anak yang sehat dipastikan

mendapat asupan gizi yang cukup dan seimbang pada masa pertumbuhannya.

Gizi yang paling utama dan baik pada masa awal pertumbuhan seorang anak

adalah pemberian ASI Eksklusif, maka pemberian ASI Eksklusif pada anak

mulai dari lahir sampai dengan usia 6 bulan wajib diberikan oleh ibu guna

mewujudkan generasi penerus bangsa yang berkualitas, sehat dan cerdas.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas terkait dengan hak

asasi anak terhadap pelayanan kesehatan diharapkan pemerintah mampu

16Maidin Gultom, Opcit ,. h. 45.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

41

menyelenggarakan kebijakan terkait hak anak dengan baik, dan optimal agar

tujuan untuk memenuhi hak-hak anak dapat terlaksana sesuai dengan yang

telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak. Dengan adanya penyelenggaraan perlindungan anak, diharapkan anak

yang menjadi tanggungjawab Negara dan/atau pemerintah serta masyarakat

dapat menyongsong masa depan secara baik dalam kehidupan, baik di

lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat.

4. HAK ATAS KESEHATAN

Kesehatan merupakan hal terpenting dalam sebuah kehidupan seorang

manusia, karena tanpa adanya hidup yang sehat seseorang tidak akan bisa

melakukan aktivitas sehari-harinya. Selain itu kesehatan juga merupakan

bagian dari hak asasi manusia yang harus terpenuhi, kesehatan sebagai hak

asasi manusia secara tegas diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H ayat (1) yang menyatakan bahwa:

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan”. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan mendefinisikan bahwa: “Kesehatan adalah keadaan

sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

42

setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”. Adapun

tujuan dari sebuah pembangunan kesehatan termaktub dalam ketentuan Pasal

3 Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

menyebutkan bahwa:

“Pembangunan kesehatan bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

manusia yang produktif secara sosial dan

ekonomis”.

Lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: “Setiap Orang Berhak

atas Kesehatan”. Hal ini berarti bahwa kesehatan menjadi salah satu ukuran

selain tingkat pendidikan dan ekonomi, yang menentukan mutu dari sumber

daya manusia. Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan

modal utama dalam pembangunan kesehatan.

Hak atas kesehatan seseorang telah diakui serta diatur dalam berbagai

instrument internasional maupun nasional. Jaminan pengakuan hak atas

kesehatan tersebut secara eksplisit dapat dilihat dari berbagai instrumen

sebagai berikut :17

a. Instrumen Internasional meliputi :

17http://www.academia.edu/5713466/Hak_Atas_Kesehatan_Dalam_Perspektif_HAM, oleh Dedi

Afandi, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran, Universitas Riau,

Pekanbaru, Indonesia, diunggah oleh Sri Hariana,

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

43

- Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights

(UDHR)

- Pasal 6 dan 7 International Convenant on Civil

and Political Right (ICCPR)

- Pasal 12 International Convenant on Economic,

Social and Cultural Right (ICESCR)

- Pasal 5 International Convention on the

Elimination of All forms of Racial

Discrimination (ICERD)

- Pasal 11, Pasal 12 dan 14 Convention on the

Elimination of All Forms of Discrimination

against Women (Women’s Convention)

- Pasal 1 Convention against Torture and Other

Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or

Punishment (Torture Convention, or CAT)

b. Instrumen Nasional

- Amandemen- II Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.

- Pasal 9 UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia.

- Pasal 4 UU Nomor 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan.

- UU Nomor 11 tahun 2005 tentang Ratifikasi

Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

Hak atas kesehatan bukan hanya hak agar setiap orang untuk menjadi

sehat atau pemerintah harus menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang

mahal di luar kesanggupan pemerintah, tetapi untuk mewujudkan derajad

kesehatan masyarakat yang baik dan layak maka menjadi tanggung jawab

bersama antara pemerintah dan seluruh masyarakat, dilaksanakan berdasarkan

prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka

pembentukan sumber daya manusia yang memiliki tingkat ketahanan dan

daya saing yang tinggi.

Tanggungjawab yang dimiliki pemerintah terhadap pembangunan

kesehatan yang layak bagi masyarakat tertuang dalam ketentuan Pasal 14 ayat

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

44

(1) Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang

menyatakan: “Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,

menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya

kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat”. Lebih lanjut

ketentuan dalam Pasal 49 ayat (1): “Pemerintah, pemerintah daerah dan

masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan upaya kesehatan.

Dengan adanya ketentuan yang mengatur tentang siapa yang

bertanggungjawab dalam urusan pembangunan kesehatan menjadikan

masyarakat juga dapat ikut berperan aktif dalam peningkatan kesehatan tiap

daerah sehingga menjadikan masyarakat dapat menikmati hidup yang sehat

serta dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, selain itu pemerintah

dan pejabat publik dapat membuat berbagai kebijakan dan rencana kerja yang

mengarah kepada tersedia dan terjangkaunya sarana pelayanan kesehatan

untuk semua dalam kemungkinan waktu yang secepatnya.18 Kebijakan

kesehatan merupakan acuan bagi pelaksanaan tugas-tugas mengurus dan

mengatur oleh pemerintah dalam rangka kewajiban Negara merealisasikan

hak atas derajat kesehatan yang optimal.19

Sebagaimana Undang-Undang telah menjamin hak atas kesehatan,

maka sudah sepatutnya pemerintah dapat mengupayakan suatu cara dalam

mewujudkan pembangunan kesehatan salah satunya adalah dengan

18http://www.academia.edu/5713466/Hak_Atas_Kesehatan_Dalam_Perspektif_HAM, oleh Dedi

Afandi, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran, Universitas Riau,

Pekanbaru, Indonesia, diunggah oleh Sri Hariana, 19Titon Slamet Kurnia, Op,Cit, h. 81.

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

45

memperhatikan penyelenggaraan kesehatan terhadap ibu dan anak. Hak atas

kesehatan bagi ibu dan anak patut diperjuangkan, mengingat bahwa besarnya

peranan ibu dalam mewujudkan generasi penerus bangsa dan juga terhadap

pengoptimalan tumbuh kembang anak sejak dini guna tercapainya

pengembangan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas, karena salah

satu kunci keberhasilan dalam pembangunan kesehatan adalah penurunan

angka kematian ibu, angka kematian bayi dan peningkatan status gizi

masyarakat.

5. ASI EKSKLUSIF

Pada hakikatnya anak yang baru dilahirkan membutuhkan sesuatu

yang dapat membuat seorang anak tumbuh sehat dan cerdas. Yang dibutuhkan

anak diawal kehidupannya yaitu dapat berupa:20

a. Kesehatan : sangat penting bagi ibu dan anak

sehingga akan menjamin kelangsungan hidup,

kesehatan , dan perkembangannya.

b. Pemenuhan Gizi : dengan gizi baik dan cukup pada awal

kehidupan, akan memberikan perkembangan fisik, mental

dan social pada anak.

c. Lingkungan Sekitar : anak akan lebih peka

terhadap bahaya lingkungannya karena masalah

kedewasaan/fisiologis, perilaku, pertumbuhan

fisik dan mental.

Salah satu upaya yang paling mendasar untuk menjamin pencapaian

kualitas tumbuh kembang anak secara optimal sekaligus memenuhi hak anak

adalah memberikan makanan terbaik bagi anak sejak lahir hingga usia dua

20Seminar ASI Eksklusif, Oleh Titik Kristina Anggraeni, Ikatan Konselor ASI Salatiga.

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

46

tahun. Makanan terbaik pada masa awal pertumbuhan anak adalah dengan

memberikan ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif pada anak sejak

dilahirkan sampai dengan usia 6 bulan (bayi) diperlukan pada masa

pertumbuhan, karena ASI Eksklusif merupakan sumber makanan paling

sempurna diantara lainnya. Kualitas ASI Eksklusf tidak perlu diragukan lagi

karena ASI Eksklusif memiliki banyak manfaat bagi perkembangan anak.

Anak yang minum ASI Eksklusif jauh lebih sehat dan rentan terhadap

penyakit.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjamin

pemenuhan hak bayi dalam pasal 128 menyatakan: “setiap bayi berhak

mendapatkan Air Susu Ibu Eksklusif, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah

daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan

penyediaan waktu dan fasilitas khusus”. Selanjutnya tanggungjawab

pemerintah dalam menjamin hak bayi dituangkan dalam pasal 129.

Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI

Eksklusif merupakan sebuah kebijakan yang dibuat untuk mendukung

pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, bertujuan untuk memenuhi

hak bayi dan memberi perlindungan kepada ibu menyusui serta meningkatkan

peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintahan daerah dan

pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif, selain itu Peraturan

Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 juga mengatur tugas dan tanggungjawab

pemerintah serta pemerintah daerah dalam pengembangan program ASI, salah

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

47

satunya menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan advokasi

dan sosialisasi serta melakukan pengawasan terkait program ASI Eksklusif.

Tidak hanya pada Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 saja

yang mengatur ketentuan mengenai pemberian ASI Eksklusif, apabila melihat

pada ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013 juga

mengatur tata cara dalam penyediaan fasilitas menyusui, lebih lanjut dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 tentang aturan

penggunaan susu formula bayi dan produk lainnya.

Dengan demikian dalam rangka mewujudkan keberhasilan ibu

menyusui serta guna mewujudkan derajat kesehatan ibu dan anak yang

diinginkan maka pemerintah memiliki peran penting dan bertanggungjawab

dalam pelaksanaan kebijakan mensejahterakan kesehatan ibu dan anak,

berbagai upaya harus dilakukan guna tercapainya pelaksanaan program

pemberian ASI Eksklusif ini, sama halnya dengan pemerintah, peran keluarga

dalam penyelenggaraan program ASI Eksklusif ini juga diperlukan hal ini.

Mengingat kunci keberhasilan dari seorang ibu menyusui salah satunya

dipengaruhi oleh dukungan keluarga.

5.1.Pengertian ASI

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012

tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Pasal 1 angka 1 mendefinisikan:

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

48

“Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi

kelenjar payudara ibu”.

ASI merupakan sumber kehidupan bagi sang bayi pada periode extro-

gestate atau pasca kelahiran. Tidak ada makanan sesempurna ASI bagi sang

bayi hingga umur 4-6 bulan dari kelahiran. Dalam keadaan normal, ASI sudah

lengkap dengan nutrisi yang diperlukan oleh sang bayi hingga umur extro-

gestate.21

5.2.Pengertian ASI Eksklusif

Ketetentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif juga menjelaskan

definisi dari ASI Eksklusif. Pasal 1 angka 2 menyatakan bahwa: “Air Susu

Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang

diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa

menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain”.

Menyusui (breast-feeding) memberi sang bayi makanan melalui

kecupan ke puting susu sang ibu kandung pasca kelahiran. Definisi menyusui

inilah yang dikatagorikan sebagai ASI Eksklusif. Menyusi tanpa melalui

puting susu ibu kandung bagi si bayi tidak dikatagorikan menyusui dan tidak

dikatagorikan ASI Eksklusif, karena hanya sekedar memberi makanan berupa

ASI. Jadi, menyusui melalui kecupan ke putting susu sang ibu kandung oleh

sang bayi disebut breast-fedding. (Jelliffe DB and Jelliffe EFP, 1978).

21Mangku Sitepoe, ASI Eksklusif Arti Penting Bagi Kehidupan, PT Indeks, Jakarta, 2013, Hal. 10.

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

49

Dengan menyusui melalui kecupan putting susu ibu kandung, bayi

mendapatkan makanan yang memenuhi kebutuhan jasmani dan sekaligus

mendapatkan kasih sayang serta cinta kasih, yang memenuhi kebutuhan psikis

atau batin sang ibu maupun sang bayi.22

5.3.Kandungan ASI

Kolostrum (susu awal) adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama

setelah bayi lahir, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental karena

banyak mengandung protein dan vitamin A serta zat kekebalan tubuh yang

penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Walaupun jumlah

kolostrum sedikit namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi, oleh karena

itu kolostrum jangan dibuang tetapi harus diberikan kepada bayi.

Selain itu kolostrum memiliki manfaat bagi bayi yaitu sebagai obat

yang mengandung zat kekebalan yang sangat berguna bagi bayi, karena dapat

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi, kolostrum dapat

memenuhi gizi bayi pada hari-hari pertama setelah kelahiran.23

5.4.Manfaat ASI

Kebutuhan ASI Eksklusif bagi bayi semata-mata bukan hanya karena

kebutuhan belaka saja, tetapi ASI Eksklusif memiliki manfaat yang sangat

22Mangku Sitepoe, Ibid ,. Hal. 4. 23Buku Konsultasi Gizi, Ibu Bekerja Tetap Memberikan Air Susu Ibu (ASI), Kegiatan Perbaikan Gizi

Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Salatiga, hal. 1 dan 3.

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

50

luar biasa dalam membantu proses tumbuh kembang anak, tanpa adanya ASI

Eksklusif bayi tidak dapat tumbuh secara optimal.

Adapun manfaat dari kandungan ASI Eksklusif yang diberikan kepada

bayi dapat berupa:24

a. Sumber Gizi Lengkap.

b. Imunisasi Awal Bayi.

c. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh.

d. Meningkatkan Kecerdasan Otak.

e. Meningkatkan Kecerdasaan Emosional dan Spiritual Anak.

Tidak hanya manfaat pada kandungan ASI saja yang menguntungkan

tetapi ada juga manfaat bayi yang mengkonsumsi ASI:25

a. Membantu mencegah konstipasi.

b. Mengurangi resiko kegemukan dan diabetes.

c. Mengurangi resiko berbagai infeksi.

d. Membantu mencegah alergi dan asma.

e. Membantu mencegah kematian mendadak pada bayi /

SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).

f. Membantu mencegah kerusakan gigi.

g. Bayi lebih cerdas.

Manfaat menyusui bukan hanya untuk bayi, namun juga bermanfaat

bagi tubuh ibu. ASI diproduksi secara alami oleh tubuh untuk memenuhi

kebutuhan bayi dan merupakan makanan terbaik untuk bayi.

Adapun manfaat yang bisa didapatkan bagi ibu menyusui:

a. Menciptakan kedekatan dan ikatan antara ibu dan bayi.

b. Membantu rahim kembali ke ukuran normal.

c. Membantu tubuh mengontrol pendarahan.

24Seminar ASI Eksklusif, Oleh Titik Kristina Anggraeni, Ikatan Konselor ASI Salatiga. 25id.theasianparent.com/14-manfaat-menyusui, diakses pada tanggal 20 januari 2016.

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

51

d. Mengurangi resiko kanker payudara dan Rahim.

e. Membantu diet setelah melahirkan.

f. Mengurangi biaya pembelian susu formula.

g. Hemat waktu.

5.5.Hambatan Bayi Menggunakan ASI

Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012

Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif telah tegas mengatur kewajiban ibu untuk

memberikan ASI kepada bayinya, Pasal 6 menyatakan bahwa: “Setiap ibu

yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi yang

dilahirkannya”. Namun sampai saat ini masih saja banyak ditemui ibu yang

enggan menyusui bayinya secara eksklusif. Salah satu factor penghambat

tersebut dapat berupa adanya pemberian susu formula yang menjadi pilihan

dan tidak dapat dielakkan, karena ikatan batin antara bayi dengan ibu kandung

telah terputus sedangkan sang bayi harus menjalani kehidupan pasca

kelahiran.

5.6.Hambatan Menyusui Secara Eksklusif Pada Ibu

Selain hambatan menyusu ASI Eksklusif yang dirasakan bayi ternyata

hambatan menyusui secara eksklusif juga terjadi pada ibu, hal ini terkadang

disebabkan karena faktor ibu yang tidak dapat menyusui karena adanya

indikasi medis sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ketentuan Peraturan

Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

Selain faktor yang dapat menghambat ibu menyusui secara eksklusif yang

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

52

telah diuraikan diatas, ada faktor lain yang sering dijadikan alasan ibu tidak

mau menyusui bayinya secara eksklusif. Menurut pendapat penulis beberapa

faktor yang menjadi hambatan tersebut dapat berupa :

1. ASI Tak Cukup

Sebagian besar ibu menjadi putus asa ketika mengetahui produksi

ASI tidak cukup sehingga enggan memberikan ASI pada bayinya,

sebenarnya sikap enggan menyusui tidak boleh dilakukan begitu saja

oleh ibu, mengingat hal ini dapat dicegah dan dapat diupayakan untuk

meningkatkan produksi ASI ibu misalnya dengan mengkonsumsi

makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI.

2. Ibu yang Harus Bekerja

Status ibu yang bekerja bukan menjadi alasan untuk tidak

memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Karena status ibu

yang bekerja pun masih bisa menyusui bayinya walaupun melalui

perahan ASI yang dipompa sebelum ibu bekerja, selebihnya ditempat

kerja pun ibu juga mempunyai waktu untuk menyusui sebagaimana

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pasal 83 menyatakan: “Pekerja/buruh perempuan yang anaknya

masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui

anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja”. Dengan

manfaatkan ruang laktasi yang ada yang sudah disediakan oleh

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

53

perusahaan tempat bekerja, sehingga alasan ibu bekerja tidak dapat

digunakan lagi untuk tidak menyusui bayinya.

3. Bayi Tetap Tumbuh Sehat

Sebagian orang beranggapan bahwa bayi yang tidak diberi ASI juga

dapat tumbuh sehat layaknya bayi yang diberi ASI. Mengganti ASI

dengan pemberian susu formula atau makanan lain yang dapat

membantu tumbuh kembang bayi dirasa cukup bagi sebagian orang.

Namun anggapan tentang bayi yang tidak diberi ASI tetap dapat

tumbuh sehat adalah anggapan yang salah. ASI adalah makanan

paling sempurna pada awal masa pertumbuhan karena kandungan

didalam ASI dapat membantu dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan bayi serta memiliki banyak manfaat, sehingga

kebanyakan bayi yang mengkonsumsi ASI terlihat lebih sehat dari

bayi yang tidak diberi ASI.

4. Penggunaan produk Susu Formula

Maraknya produk susu formula buatan pabrik menjadi pilihan bagi

ibu ketika enggan menyusui secara eksklusif, kebanyakan ibu

memilih susu formula karena selain praktis, mudah dicari, juga

memiliki nutrisi yang dirasa dapat membantu pertumbuhan bayi.

Tetapi anggapan ini juga salah, karena susu formula hanya akan

menjadi penghambat terhadap pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif.

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

54

Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun

2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif yang mewajibkan ibu

menyusui Pasal 6 menyatakan : “Setiap ibu yang melahirkan harus

memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi yang dilahirkannya”, sehingga

dengan adanya ulasan mengenai ASI Eksklusif diharapkan mampu menjadi

gambaran bagi ibu menyusui secara eksklusif untuk melakukan hal ini. Selain

mewajibkan ibu menyusui, Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012

tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif juga memberikan pengecualian,

terdapat dalam ketentuan Pasal 7: “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 tidak berlaku dalam hal terdapat: a. indikasi medis; b. ibu tidak ada;

atau c. ibu terpisah dari Bayi. Indikasi medis yang dimaksudkan dapat

ditentukan oleh tenaga kesehatan yang berhak sesuai dengn prosedur yang

berlaku. Sebagaimana undang-undang telah menjaminnya, maka dalam

pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini, pemerintah dituntut untuk

dapat mengupayakan suatu cara agar hambatan penggunaan ASI terhadap bayi

dan juga hambatan ibu menyusui dapat diminimalisir sehingga tidak akan ada

alasan lagi untuk tidak melaksanakan program pemberian ASI Eksklusif, serta

dengan adanya ulasan tentang ASI Eksklusif ini diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya ASI Eksklusif,

tidak hanya itu saja perlindungan terhadap hak ibu dan bayi ini juga harus

mendapat perhatian dari Negara dan/atau pemerintah, sehingga pelaksanaan

program pemberian ASI Eksklusif ini dapat berjalan dengan baik sebagaimana

mestinya.

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

55

B. HASIL PENELITIAN

B.1. TUPOKSI Dinas Kesehatan Kota Salatiga berdasarkan

Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas

Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada

Dinas Daerah Kota Salatiga

Setiap pejabat yang bekerja pada instansi pemerintahan di daerah

pastilah memiliki tugas dan fungsi disetiap pekerjaannya, tidak terkecuali

instansi pemerintahan seperti Dinas Kesehatan. Berdasarkan Tupoksi yang

terdapat dalam Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 Dinas

Kesehatan mempunyai tugas pokok yang terdapat dalam ketentuan Pasal 35

ayat (1) yaitu: “melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah dibidang

kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan”. Dalam ketentuan

Pasal 35 ayat (2) Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan.

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan

pemerintahan dibidang kesehatan.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kesehatan.

d. Pelaksanaan pelayanan kesekertariatan Dinas.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota.

Tugas dan fungsi yang telah dijelaskan dalam Peraturan Walikota

Salatiga tersebut perlu dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, mengingat

keberhasilan dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif tidak

terlepas dari peran Dinas Kesehatan. Dalam Tupoksi Peraturan Walikota

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

56

Nomor 54 Tahun 2011 tidak hanya menjelaskan tugas pokok yang harus

dilakukan oleh Dinas Kesehatan, tetapi Tupoksi ini juga membagi kedalam

beberapa bidang sesuai dengan tugasnya dalam rangka membantu kinerja

Dinas Kesehatan.

Dalam hal dikaitkan dengan pelaksanaan program pemberian ASI

Eksklusif maka Bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi Kesehatan

serta Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan yang cocok untuk hal ini, karena

apabila melihat pada ketentuan Pasal 41 ayat (1) Bidang Pemberdayaan

Kemitraan dan Promosi Kesehata memiliki tugas pokok melaksanakan fungsi

manajemen Bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi Kesehatan,

sehingga untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Bidang Pemberdayaan

Kemitraan dan Promosi Kesehatan menyelenggarakan fungsi antara lain :

a. Perumusan kebijakan teknis pembinaan dibidang

pemberdayaan kemitraan dan promosi kesehatan.

b. Penyusunan rencana kegiatan dan pengembangan

Bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi

Kesehatan serta unit pelaksana teknis lainnya.

c. Pembinaan dan pengawasan kegiatan dibidang

pemberdayaan kemitraan dan promosi kesehatan

d. Pengarahan, pembinaan, pengoordinasian dan

pengevaluasian pelaksanaan kegiatan Bidang

Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi Kesehatan

e. Pengawasan, pengendalian dan pemantauan atas

pelaksanaan kegiatan Bidang Pemberdayaan

Kemitaan dan Promosi Kesehatan.

f. Pembinaan dan pengarahan pada bawahan.

g. Penilaian prestasi kerja bawahan.

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

57

Lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 42 Bidang Pemberdayaan

Kemitraan dan Promosi Kesehatan terdiri dari :

a. Seksi Promosi Kesehatan dan Informasi Kesehatan.

b. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan.

c. Seksi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat.

Selanjutnya apabila melihat pada ketentuan Pasal 56 yang membahas

mengenai Bidang Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan maka bidang ini

memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan fungsi manajemen Bidang

Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan. Dengan menyelenggarakan fungsi

sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan dan

pembinaan kesehatan.

b. Penyusunan rencana kegiatan dan pengembangan Bidang

Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan.

c. Pembinaan dan pengawasan pengelolaan Unit Pelaksana

Teknis Dinas.

d. Pengarahan, pembinaan, pengoordinasian dan pengevaluasian

pelaksanaan kegiatan dibidang pelayanan dan pembinaan

kesehatan.

e. Pengawasan, pengendalian, dan pemantauan atas pelaksanaan

kegiatan Bidang Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan.

f. Pembinaan dan pengarahan pada bawahan.

g. Penilaian prestasi kerja bawahan.

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan.

Lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 57 Bidang Pelayanan dan

Pembinaan Kesehatan terdiri dari :

a. Seksi Pelayanan Dasar dan Rujukan.

b. Seksi Gizi.

c. Seksi Kesehatan Keluarga dan Keluarga Berencana.

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

58

Dengan dibentuknya Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun

2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada

Dinas Daerah Kota Salatiga tersebut diharapkan Peraturan Walikota Salatiga

Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas

Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga ini dapat menjadi acuan

bagi pelaksanaan kebijakan pemerintah khususnya mengenai penyelenggaraan

program pemberian ASI. Mengingat bahwa Peraturan Walikota Salatiga

Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas

Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga ini mengatur tata cara

serta tugas yang harus dilaksanakan instansi pemerintah (dalam hal ini Dinas

Kesehatan) Kota Salatiga.

B.2. Penyelenggaraan Program Pemberian ASI Eksklusif Di

Kota Salatiga

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor

4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, Peraturan

Daerah ini memiliki tujuan untuk menjamin pemenuhan hak Bayi untuk

mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam)

bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya,

memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

59

kepada bayinya, meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat,

Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Dengan demikian guna mewujudkan tujuan dari dibentuknya

Peraturan Daerah ini pemerintah daerah memiliki kewajiban melaksanakan

program IMD dan ASI Eksklusif. Pemerintah Daerah melalui Dinas

Kesehatan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis menurut

kepala seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga26 mengungkapkan bahwa

dalam rangka mewujudkan hak anak memperoleh ASI Eksklusif di Kota

Salatiga Dinas Kesehatan menyelenggarakan kegiatan pelaksanaan program

ASI Eksklusif dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang

dapat membantu dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif serta dalam

melaksanakan advokasi dan sosialisasi kepada masyarakat Dinas Kesehatan

melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui Pembinaan Kesejahteraan

Keluarga (PKK) dengan melakukan penyuluhan yang diadakan setiap satu

bulan sekali guna menekankan kepada masyarakat bahwa ASI itu penting,

Sumber daya manusia yang dimaksudkan meliputi tenaga kesehatan,

tenaga kesehatan lainnya, konselor ASI, motivator ASI dan tenaga terlatih

lainnya yang dapat membantu pelaksanaan program ASI Eksklusif ini. Tugas

Dinas Kesehatan tidak hanya melaksanakan sosialisasi dan advokasi saja

karena Dinas Kesehatan juga memberikan pelatihan teknis konseling

menyusui dengan melibatkan tenaga kesehatan untuk melakukan teknis

26Wawancara dengan Kepala seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Siti

Maesaroh, Salatiga, 25 Februari 2016.

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

60

konseling yang diwajibkan oleh World Health Organization (WHO) dengan

ketentuan waktu 48 jam yang ditempuh selama 5 hari.27 Bentuk pelatihan

teknis konseling meliputi menekankan pentingnya menyusui, cara kerja

menyusui, cara menilai proses menyusui, cara mengamati proses menyusui,

cara membangun rasa percaya diri dan memberi dukungan, meningkatkan

produksi ASI, mempertahankan menyusui, dan cara membantu ibu bekerja

untuk datpat menyusui.

Tenaga kesehatan yang disediakan pemerintah daerah diantaranya

adalah konselor ASI dan motivator ASI. Perbedaan antara konselor ASI dan

motivator ASI terlihat dari cara kerja keduanya dimana konselor ASI

memiliki tugas yang bersifat individu yaitu dengan cara menerima serta

mendengarkan permasalahan seseorang tentang ASI dan memberikan

dukungan kepada ibu untuk menyusui, sedangkan motivator ASI memiliki

tugas yang bersifat umum yaitu dengan cara bagaimana seorang motivator

bisa memotivasi seseorang untuk memberikan ASI pada bayinya.

Adapun kewajiban seorang konselor ASI adalah memberikan

dukungan dan support untuk ibu yang menyusui sampai dengan usia 2 tahun,

karena menurut World Health Organization (WHO) makanan bayi terbagi

kedalam 4 katagori yaitu meliputi :

1. Inisiasi Menyusu Dini

2. Pemberian ASI mulai usia 0-6 bulan

27Wawancara dengan Ketua Ikatan Konselor ASI Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Titik Kristiana

Anggraeni, Salatiga, 25 Februari 2016.

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

61

3. Makanan Pendamping ASI (MPASI)

4. ASI diberikan sampai dengan 2 tahun/lebih.28

Selain memiliki kewajiban untuk memberikan dukungan dan support

untuk ibu menyusui, Konselor ASI juga melakukan sosialisasi akan

pentingnya ASI Eksklusif dengan cara yang bersifat formal yaitu melakukan

kerjasama dengan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk

memberitahukan kepada masyarakat yang belum teredukasi masalah ASI

Eksklusif, dan menggunakan cara yang bersifat non formal yaitu dilakukan

apabila menemukan ibu menyusui di fasilitas umum dengan cara yang salah

supaya diperbaiki cara menyusuinya. Kewajiban pemerintah daerah dalam hal

menyediakan tenaga konselor sudah dilakukan dengan menyediakan di

fasilitas kesehatan maupun fasilitas umum. menurut ketua konselor ASI Kota

Salatiga sudah terdapat 41 orang konselor ASI yang ditempatkan diberbagi

instansi pemerintahan, fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan

puskesmas, serta perusahaan yang berdiri di kota salatiga. Berikut ini data

konselor ASI yang ada di Kota Salatiga.

Tabel 2. Jumlah Konselor ASI

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Jumlah - - - 32 orang 35 orang 44 orang 41 orang

Sumber : Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 s/d Tahun 2016

28Wawancara dengan Ketua Ikatan Konselor ASI Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Titik Kristiana

Anggraeni, Salatiga, 25 Februari 2016.

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

62

Dari data yang diuraikan diatas terlihat bahwa jumlah konselor dari

tahun 2013 s/d 2015 mengalami kenaikan, namun pada tahun 2016 terjadi

penurunan jumlah konselor. Dengan adanya konselor ASI yang ditempatkan

di setiap instansi Kota Salatiga diharapkan mampu membantu pemerintah

dalam penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif yang sedang

digalakkan pemerintah, sehinga dapat direalisasikan dengan baik dan tepat

sasaran.

Kewajiban pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan,

monitoring evaluasi, pengawasan pelaksanaan dan pencapaian program

pemberian ASI Eksklusif, menurut kepala seksi gizi29 Dinas Kesehatan

bekerjasama dengan lintas program lain yang ada dalam sturktur organisasi

Dinas Kesehatan yaitu dengan bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi

Kesehatan serta Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan untuk membantu dalam

pelaksanaan program ASI Eksklusif. Pembinaan yang dilakukan Dinas

Kesehatan adalah dengan mengadakan kelas ibu di setiap fasilitas pelayanan

kesehatan dan perusahaan yang berdiri di Kota Salatiga. Sasaran yang dituju

adalah ibu hamil, karena dalam kelas ibu yang diadakan Dinas Kesehatan

melakukaan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran ibu menyusui setelah

melahirkan dan menekankan kepada ibu bahwa pemberian ASI Eksklusif itu

penting bagi awal pertumbuhan anak.

29Wawancara dengan Kepala seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Siti

Maesaroh, Salatiga, 25 Februari 2016.

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

63

Pada dasarnya ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam

tumbuh kembang anak, seorang ibu dapat memberikan asupan gizi yang baik

pada anak guna pertumbuhan anak sejak dini yaitu dengan pemberian ASI

Eksklusif. Dengan demikian pemerintah perlu memperhatikan kesehatan si

ibu dan juga memberikan kesempatan bagi ibu untuk menyusui kapanpun dan

dimanapun, namun sampai saat ini angka kematian pada ibu masih ditemukan,

walaupun jumlahnya tidak banyak tetapi hal ini juga dapat menjadi

penghambat dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, sehingga

hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah. Berikut ini adalah data angka

kematian ibu yang diperoleh penulis di Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari

Tahun 2010 s/d bulan Maret Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Angka Kematian Ibu

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Ibu Mati 0

Kasus

6

Kasus

2

Kasus

7

Kasus

2

Kasus

5

Kasus

0

Kasus

Sumber : Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 s/d bulan

Maret Tahun 2016.

Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas terlihat bahwa kasus

kematian ibu sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan. Hal ini dapat

menjadi acuan bagi pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan serta

memperhatikan kesehatan ibu selanjutnya, karena berdasarkan ketentuan

dalam Pasal 126 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan yang menyatakan bahwa : “Upaya kesehatan ibu harus ditujukan

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

64

untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang

sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu”. Dengan

demikian pemerintah daerah Kota Salatiga dituntut untuk dapat bekerja secara

optimal agar angka kematian ibu dapat diminimalisir sehingga untuk tahun

berikutnya tidak terjadi lagi kasus ibu mati yang dapat menjadi salah satu

faktor penghambat pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif dengan

berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu secara aman, bermutu,

dan terjangkau, juga menjamin ketersediaan tenaga kesehatan, fasilitas serta

obat-obatan.

Selain adanya kewajiban pemerintah daerah untuk menjamin

kesehatan ibu agar angka kematian ibu untuk tahun berikutnya tidak

meningkat, pemerintah daerah juga perlu memperhatikan kesehatan bagi anak.

Namun berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis Dinas

Kesehatan Kota Salatiga, masih ditemukan angka kematian bayi yang cukup

tinggi, hal ini dapat dilihat dalam data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun

2010 s/d bulan Maret Tahun 2016 sebagai berikut :

Tabel 4. Angka Kelahiran Bayi dan Angka Kematian Bayi

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kematian

Bayi

29

Kasus

21

Kasus

31

Kasus

40

Kasus

37

Kasus

18

Kasus

10

Kasus

Bayi

Lahir

Hidup

3018 2845 2723 2507 2414 1557 571

Sumber : Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 s/d bulan Maret

Tahun 2016.

Page 49: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

65

Dari data yang telah diuraikan diatas, terlihat bahwa angka kelahiran

bayi dan angka kematian bayi dari tahun ke tahun mengalami penurunan, hal

ini dapat menjadi titik terang bagi pemerintah daerah untuk lebih

meningkatkan kualitas kinerja pemerintah daerah untuk menjamin kesehatan

pada anak agar pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif pada anak juga

dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal.

Dalam hal pelaksanaan monitoring, evaluasi, pelaksanaan dan

pencapaian program program ASI Eksklusif ini memiliki tujuan untuk

meningkatkan efektivitas pelaksanaan progam pemberian ASI dan juga

menilai tingkat keberhasilan daerah dalam mewujudkan hak anak memperoleh

ASI, dengan bentuk laporan kegiatan yang dibuat oleh posyandu untuk

diberikan kepada Dinas Kesehatan melalui puskesmas yang berisikan macam-

macam kegiatan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif yang

dilakukan di masyarakat. Tingkat keberhasilan pelaksanaan program ini

dilihat dari cakupan ASI Eksklusif yang ditargetkan oleh Dinas Kesehatan

yaitu sebanyak 80%. Namun berdasarkan hasil penelitian yang didapat

penulis, cakupan ASI Eksklusif dari tahun ke tahun masih jauh dari target

yang diharapkan, yaitu :30

Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2006 : 28,08%

Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2007 : 27,35%

Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2008 : 28,82%

Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2009 : 40,06%

30Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga

Page 50: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

66

Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2010 : 37,44%

Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2011 : 47,18%

Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2012 : 49,46%

Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2013 : 52,99%

Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2014 : 57,9%

Berdasarkan cakupan ASI Eksklusif yang telah di uraikan diatas, maka

Dinas Kesehatan perlu bekerja keras dengan mengupayakan suatu cara agar

target cakupan ASI Eksklusif di Kota Salatiga yang telah ditetapkan dapat

tercapai dengan sempurna, karena tingkat keberhasilan pelaksanaan program

ASI Eksklusif di Kota Salatiga juga dipengaruhi oleh cara kerja Dinas

Kesehatan dalam mewujudkan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif.

Tidak hanya cakupan ASI Eksklusif yang tidak sesuai target saja yang

menjadi penghambat karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

penulis Dinas Kesehatan masih menemukan hambatan lain dalam pelaksanaan

program ASI Eksklusif ini yaitu Dinas Kesehatan kesulitan untuk memantau

secara langsung ibu yang bekerja di luar Kota Salatiga untuk melaksanakan

pemberian ASI Eksklsif, dan Dinas Kesehatan masih menemukan tingkat

kesadaran ibu untuk mau menyusui yang rendah.

Dalam hal melakukan kerjasama dengan pihak lain juga merupakan

sebuah kewajiban bagi pemerintah daerah, bentuk kerjasama yang

dimaksudkan dapat berupa penyedian ruang ASI yang dibutuhkan ibu

menyusui baik di fasilitas pelayanan kesehatan maupun fasilitas umum. Pihak

lain yang dimaksudkan meliputi instansi pemerintah, fasilitas pelayanan

Page 51: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

67

kesehatan dan perusahaan yang berdiri di Kota Salatiga. Pemerintah Daerah

melakukan kerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat

(BAPERMAS), SAMSAT, POLRES, RSUD Salatiga, RS Puri Asih, RS

Mutiara Bunda, DKT, perusahaan PT Damatex, PT Unsavitalis, dan PT

Keefet.

Dalam menyediakan akses terhadap informasi dan edukasi atas

penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif, bidang promosi

kesehatan menyediakan brosur yang berisikan informasi yang berkaitan

dengan ASI Eksklusif dan disebarkan kepada masyarakat, dapat juga

menggunakan media cetak dengan mengiklankan misalnya kegiatan

sosialisasi yang akan diadakan Dinas Kesehatan ataupun seminar yang

berkaitan dengan ASI Eksklsuif. Menurut Bidan Sri Lestari31 masyarakat

dapat berperan aktif dengan cara memberikan dukungan kepada ibu untuk

menyusui dan juga dapat saling berbagai informasi terkait dengan pentingnya

pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Selain itu dapat juga menggunakan cara

lain yaitu menyampaikan informasi secara langsung atau dapat juga

dipraktekkan secara langsung setelah ibu bersalin. Dengan demikian

pemerintah daerah tidak dapat mengesampingkan peran masyarakat begitu

saja, mengingat peran masyarakat dapat juga menjadi salah satu kunci

keberhasilan dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini.

31Wawancara dengan Bidan, Narasumber: Ibu Sri Lestari Amd.Keb, Salatiga, 3 Mei 2016.

Page 52: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

68

Selain peran masyarakat, peran Pos Pelayanan Terpadu (selanjutnya

disebut Posyandu) juga menjadi penting mengingat bahwa posyandu memiliki

tujuan utama untuk menurunkan angka kematian bayi dan angka kematian ibu

melalui upaya pemberdayaan masyarakat, dengan sasaran yang dituju adalah

seluruh masyarakat terutama bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui. Posyandu

memiliki kegiatan yang terdiri atas kesehatan ibu dan anak, keluarga

berencana, imunisasi, perbaikan gizi, pencegahan, dan penanggulangan diare.

Dalam kegiatan posyandu masyarakat dapat menjadi pelaksana sekaligus

pihak yang memperoleh pelayanan kesehatan sehingga apabila dikaitkan

dengan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif maka kegiatan

posyandu yang tepat adalah mengenai perbaikan gizi.

Kegiatan posyandu ini dapat memantau gizi seorang anak apakah

mendapat ASI Eksklusif sesuai batas umur yang ditentukan dalam Peraturan

Pemerintah tentang pemberian ASI Eksklusif atau tidak, sehingga akan

terlihat jelas berdasarkan laporan tentang pemantauan gizi.32

Selanjutnya dalam hal pendanaan, berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif dana yang

didapatkan untuk melaksanakan program pemberian ASI Eksklusif adalah

berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan sumber

pendanaan lain yang sah yaitu berupa hasil kerjasama, dana tugas pembantuan

32Wawancara dengan Ketua Posyandu Sidorejo Kidul, Narasumber: Ibu Haning, Salatiga, 22 maret

2016.

Page 53: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

69

lain dan sebagainya. Namun, menurut ketua kepala seksi gizi bahwa dana

yang didapatkan setiap tahunnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Nasional (APBN), APBD 1 Provinsi, dan APBD Kota, tetapi

jumlahnya tidak menentu, karena jumlah dana yang didapatkan selalu berbeda

antara tahun-tahun berikutnya. Kepala seksi Gizi tidak dapat menjelaskan

secara rinci berapa dana yang didapatkan untuk pelaksanaan program ASI

Eksklusif di Kota Salatiga, karena jumlah serta rincian pendanaan setiap tahun

merupakan rahasia Dinas Kesehatan. Namun, penulis mendapatkan informasi

jumlah dana untuk tahun 2015 yang berasal dari APBD Provinsi yaitu sebesar

Rp. 31.291.000,00 yang kemudian dana ini dibagi untuk pembentukan

motivator ASI sebesar Rp.2.160.000,00.33

Berdasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh penulis, maka

dengan adanya Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang

Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu yang mengatur tentang ASI Eksklusif

saja tidaklah cukup, karena pada dasarnya Peraturan Daerah Kota Salatiga

Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu tidak

dapat berjalan sendiri sehingga dibutuhkan peran pemerintah didalamnya,

dengan demikian dapat dikatakan bahwa Peraturan Daerah Kota Salatiga

Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu dan

peran pemerintah harus berjalan secara berdampingan agar dapat mencapai

tujuan yang sebagaimana telah diamanatkan didalam ketentuan pasal 3

33Wawancara dengan Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Narasumber : Ibu Siti

Maesaroh, Salatiga, 25 Februari 2016.

Page 54: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

70

Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi

Menyusu Dini dan Air Susu Ibu. Dengan demikian maka disinlah letak

pentingnya Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang

Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu dalam penyelenggaran program

pemberian ASI Eksklusif guna meningkatkan peran pemerintah untuk

melaksanakan secara optimal dan tepat sasaran dan juga untuk meningkatkan

kesadaraan masayarakat terkait pemberian ASI Eksklusif khususnya di Kota

Salatiga.

Page 55: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

71

C. PEMBAHASAN

1. Analisis Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga Dalam

Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap

penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif di Kota Salatiga dapat

dikatakan bahwa Dinas Kesehatan sebagai pengganti Pemerintah Daerah dan

merupakan tim inti dari penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif

memiliki peranan yang sangat besar dalam mewujudkan hak anak

memperoleh ASI Eksklusif. Disamping Dinas Kesehatan terdapat pihak-pihak

yang juga dapat membantu dalam pelaksanaan program pemberian ASI

Eksklusif antara lain yaitu Instansi Pemerintahan lain, Tenaga Kesehatan,

Pelaku Usaha dan Masyarakat.

Kewajiban yang perlu dilakukan Dinas Kesehatan terdapat dalam

ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014

tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.34 Pemenuhan hak anak untuk

memperoleh ASI Eksklusif perlu diupayakan mengingat anak membutuhkan

gizi yang baik pada masa awal pertumbuhan dan perkembangannya sehingga

Dinas Kesehatan dalam melaksanakan hal ini mengacu pada ketentuan dalam

Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Dinas

Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota

Salatiga. Dalam hal dikaitkan dengan teori peran maka pelaksanaan program

34Lihat ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi

Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.

Page 56: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

72

ASI Eksklusif tidak terlepas dari tugas dan fungsi Dinas Kesehatan yang

dalam hal ini adalah bagian dari Bidang Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 59 ayat (2) huruf d Bagian Pelayanan dan

Pembinaan Kesehatan yang diantaranya meliputi seksi gizi memiliki tugas

untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi penyelenggaraan

monitoring (surveilans) gizi, maka status gizi yang baik pada seorang anak

juga dapat dipengaruhi oleh adanya pemberian ASI Eksklusif. Tidak hanya itu

saja penjelasan lebih lanjut berdasarkan ketentuan Pasal 60 ayat (2) huruf e

seksi kesehatan keluarga dan keluarga berencana memiliki tugas untuk

menyelenggarakan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian program

kesehatan bayi, balita, anak pra sekolah, dan kesehatan reproduksi.

Dengan adanya uraian mengenai tugas pokok yang perlu dilaksanakan

Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif maka diharapkan

penyelenggaraan program ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang

diamanatkan dalam ketentuan Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor

4 Tahun 2014 tentang Insisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu. Selain itu

apabila dikaitkan terhadap teori bekerjanya hukum dimasyarakat maka

menurut Robbert B. Seidman untuk melihat bekerjanya hukum dalam

masyarakat dapat dilihat dari tiga elemen yaitu meliputi :35

1. Lembaga pembuat peraturan

2. Lembaga pelaksana peraturan

3. Pemangku peran

35www.surabayapagi.com , Bekerjanya Hukum Dalam Masyrakat, diakses pada tanggal 16 Mei 2016.

Page 57: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

73

Ketiga elemen ini sangat penting untuk menilai berfungsinya hukum

atau bekerjanya hukum di masyarakat. Lebih lanjut penulis akan menjelaskan

pentingnya ketiga elemen ini dengan mengkaitkan dalam hal mewujudkan hak

anak memperoleh ASI Eksklusif.

Pertama, dalam hal lembaga pembuat peraturan, Pemerintah Daerah

Kota Salatiga telah mengeluarkan kebijakan terkait dengan pelaksanaan

program pemberian ASI Eksklusif khususnya di Kota Salatiga yang terdapat

dalam ketentuan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014

tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu. Dimana Peraturan Daerah ini

memiliki tujuan untuk menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan

ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya, memberikan

perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya,

meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah,

dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif. Selain itu Peraturan

Daerah ini juga mengatur bagaimana kewajiban dan tanggungjawab

pemerintah daerah dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif di

Kota Salatiga.

Tidak hanya isi dari Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun

2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu saja yang harus

dilakukan karena apabila melihat ketentuan pada Peraturan Walikota Nomor

54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat

Page 58: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

74

Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga dapat menjadi gambaran bagi

Dinas Kesehatan untuk melaksanakan pelaksanaan program pemberian ASI

Eksklusif ini sesuai dengan tugas pokok yang telah diamanatkan dalam

Peraturan Walikota tersebut. Dengan demikian pemerintah daerah dan pejabat

public lainnya harus bekerja secara optimal agar dapat mencapai tujuan yang

telah diuraikan di atas guna keberhasilan dalam mewujudkan hak anak

memperoleh ASI Eksklusif.

Kedua dalam hal pelaksana peraturan, bila dikaitkan terhadap

pemenuhan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif khususnya di Kota

Salatiga, Pemerintah Daerah serta instansi pemerintahan lain wajib

mendukung serta melaksanakan progam pemerintah ini. Dengan demikian

pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk melaksanakan program ASI

Eksklusif sesuai dengan amanat dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah

Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan ASI

Eksklusif.36 Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan

program pemberian ASI Eksklusif telah dilaksanakan berdasarkan ketentuan

dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 dan juga

berdasarkan tugas pokok serta fungsi Dinas Kesehatan yang terdapat dalam

ketentuan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 mulai dari

melakukan advokasi dan sosialisasi, melakukan pelatihan konseling, membina

memonitoring dan evaluasi pencapaian program ASI Eksklusif, melakukan

36Lihat Pasal 4 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan ASI

Eksklusif

Page 59: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

75

kerjasama dengan pihak lain, menyediakan konselor ASI di setiap Fasilitas

Pelayanan Kesehatan dan sebagainya. Namun, adanya uraian mengenai

pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif yang diuraikan dalam hasil

penelitian tentang cakupan ASI Eksklusif memperlihatkan bahwa cakupan

ASI Eksklusif yang ditargetkan Dinas Kesehatan yaitu sebanyak 80% sampai

dengan tahun 2014 belum terpenuhi yaitu hanya sebanyak 57,9%, hal ini

dapat menjadi penghambat bagi Dinas Kesehatan dalam menyelenggarakan

program ASI Eksklusif karena tingkat keberhasilan pelaksanaan dan

pencapaian program ASI Eksklusif dilihat dari pemenuhan target cakupan ASI

Eksklusif. Selain itu Dinas Kesehatan juga masih kesulitan untuk memantau

secara langsung ibu yang bekerja di luar Kota Salatiga untuk melaksanakan

pemberian ASI Eksklusif dan Dinas Kesehatan masih menemukan tingkat

kesadaran ibu untuk mau menyusui yang rendah karena disebabkan oleh

beberapa alasan salah satunya adalah kesibukan ibu bekerja sehingga tidak

memiliki waktu untuk menyusui.

Ketiga, dalam hal pemangku peran dapat dikaitkan dengan

keterlibatan masyarakat dan pelaku usaha dengan tujuan untuk meningkatkan

peran masyarakat dalam mendukung secara aktif pelaksanaan program

pemberian ASI Eksklusif ini dan meningkatkan kepedulian serta perhatian

pelaku usaha dalam memberikan dukungan bagi ibu bekerja dalam

pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 7

Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi

Page 60: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

76

Menyusu Dini dan Air Susu Ibu menyebutkan bahwa masyarakat berperan

aktif mendukung keberhasilan penyelenggaraan IMD dan ASI Eksklusif baik

secara perorangan, kelompok, instansi maupun organisasi.

Peran aktif masyarakat dapat dilakukan dengan memberikan

kesempatan untuk ikut memberi rencana atau masukan pemikiran terkait

dengan pelaksanaan ASI Eksklusif, dapat juga membantu menyebarkan

informasi dengan cara menyampaikan kepada masyarakat lain tentang

pentingnya ASI. Tidak hanya peran masyarakat saja yang dibutuhkan, karena

apabila melihat pada ketentuan Pasal 18 ayat (3) Peraturan Daerah Kota

Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu

Ibu dijelaskan bahwa peran pelaku usaha juga penting dalam pelaksanaan

program ASI Eksklusif37 sehingga pelaku usaha perlu mengupayakan

terselenggaranya pelaksanaan program ASI Eksklusif ini dengan menyediakan

fasilitas ruang ASI yang layak dan sesuai bagi pekerja wanita serta

memberikan kesempatan pada saat jam kerja untuk bisa menyusui ataupun

memerah ASI. Dengan demikian peran pelaku usaha tidak dapat

dikesampingkan begitu saja, mengingat pelaku usaha juga wajib mendukung

serta melaksanakan program pemberian ASI Eksklusif guna mewujudkan

pemenuhan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif.

37Lihat ketentuan Pasal 18 ayat (3) Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu

Dini dan Air Susu Ibu.

Page 61: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A ...€¦ · KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN . A. KAJIAN TEORI 1. KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

77

Segala upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan yang telah

diuraikan penulis diatas berdasarkan hasil penelitian guna mewujudkan hak

anak untuk memperoleh ASI Eksklusif telah dilakukan sesuai dengan apa

yang telah diamanatkan dalam ketentuan Pemerintah Daerah Kota Salatiga

Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, dan

dilakukan berdasarkan tugas pokok Dinas Kesehatan yang terdapat dalam

Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan

Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga. Hanya saja

apa yang sudah dilakukan menurut penulis masih kurang optimal.

Dengan demikian berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis

dengan menggunakan teori bekerjanya hukum dimasyarakat diharapkan dapat

dijadikan acuan bagi pemerintah daerah serta pejabat public lainnya dalam

melaksanakan kebijakan pemerintah terkait dengan pemberian ASI Eksklusif

secara optimal dan baik guna terpenuhinya hak anak untuk memperoleh ASI

Eksklusif di Kota Salatiga serta diharapkan dengan adanya ketentuan pelaku

usaha untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program ini, dapat menjadi

acuan pelaku usaha untuk menyelenggarakan pelaksanaan program ASI

Eksklusif tanpa adanya diskriminasikan terhadap apa yang mejadi hak ibu dan

anak.