bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori · 2016. 8. 31. · 6 bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori...

26
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada pembahasan kajian pustaka pada bab II ini, hal-hal yang akan dibahas adalah hal-hal yang terkait dengan variabel-variabel dalam penelitian ini antara lain: model pembelajaran inkuiri, tujuan dan alasan penggunaan model pembelajaran inkuiri, peranan model pembelajaran inkuiri, sasaran utama kegiatan belajar mengajar pada model pembelajaran inkuiri, kondisi-kondisi umum sebagai syarat tumbuhnya pembelajaran inkuiri, prinsip-prinsip penerapan inkuiri, jenis- jenis model pembelajaran inkuiri, tahap-tahap (langkah-langkah) pembelajaran inkuiri, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran inkuiri terbimbing, langkah-langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing, hasil belajar, factor-faktor yang mempengaruhi belajar, motivasi belajar, IPA, fungsi dan tujuan pembelajaran IPA di SD, ruang lingkup IPA di SD, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis tindakan. 2.1.1 Model Pembelajaran Inkuiri Istilah inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry”, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget (Mulyasa, 2007:108) mengemukakan bahwa inkuiri merupakan model pembelajaran yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas, agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan satu penemuan dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan peserta didik lain. Sclenker (Yudi, 2008: 76) mengungkapkan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat menghasilkan peningkatan pemahaman sains, produktivitas, berpikir kreatif, serta siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori Pada pembahasan kajian pustaka pada bab II ini, hal-hal yang akan dibahas

    adalah hal-hal yang terkait dengan variabel-variabel dalam penelitian ini antara

    lain: model pembelajaran inkuiri, tujuan dan alasan penggunaan model

    pembelajaran inkuiri, peranan model pembelajaran inkuiri, sasaran utama kegiatan

    belajar mengajar pada model pembelajaran inkuiri, kondisi-kondisi umum sebagai

    syarat tumbuhnya pembelajaran inkuiri, prinsip-prinsip penerapan inkuiri, jenis-

    jenis model pembelajaran inkuiri, tahap-tahap (langkah-langkah) pembelajaran

    inkuiri, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inkuiri, model

    pembelajaran inkuiri terbimbing, langkah-langkah model pembelajaran inkuiri

    terbimbing, hasil belajar, factor-faktor yang mempengaruhi belajar, motivasi

    belajar, IPA, fungsi dan tujuan pembelajaran IPA di SD, ruang lingkup IPA di

    SD, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis tindakan.

    2.1.1 Model Pembelajaran Inkuiri Istilah inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry”, yang secara harafiah

    berarti penyelidikan. Piaget (Mulyasa, 2007:108) mengemukakan bahwa inkuiri

    merupakan model pembelajaran yang mempersiapkan peserta didik pada situasi

    untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas, agar melihat apa yang terjadi,

    ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari

    jawabannya sendiri, serta menghubungkan satu penemuan dengan penemuan yang

    lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan peserta didik

    lain. Sclenker (Yudi, 2008: 76) mengungkapkan bahwa model pembelajaran

    inkuiri dapat menghasilkan peningkatan pemahaman sains, produktivitas, berpikir

    kreatif, serta siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis

    informasi.

    Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Suchman. Suchman

    meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan

  • 7

    sesuatu. Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan langsung pada mereka.

    Model pembelajaran inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang termasuk

    dalam model pembelajaran pemrosesan informasi. Menurut Joyce dan Weil

    (Wena, 2009: 76), model inkuiri adalah sebuah model yang intinya melibatkan

    siswa ke dalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah

    penyelidikan, membantu mengindentifikasi konseptual atau metode pemecahan

    masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa mencari jalan

    keluar dari masalah tersebut.

    Sanjaya (2008: 196), mendefinisikan model inkuiri adalah serangkaian

    kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan

    analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

    dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab

    antara guru dan siswa.

    Model pembelajaran inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang

    mampu menciptakan peserta didik yang cerdas dan berwawasan. Dengan model

    pembelajaran ini, siswa dilatih selalu berpikir kritis, karena membiasakan siswa

    memecahkan suatu masalah sendiri. Model pembelajaran ini bertujuan untuk

    melatih kemampuan peserta didik dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan

    memecahkan masalah secara ilmiah. Dalam proses inkuiri, guru dalam hal ini

    hanya bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Para

    siswa didorong mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan.

    Inkuiri merupakan model yang bersifat student center, dan guru disini

    berperan sebagai pembimbing, fasilitator, dan pengarah kerja siswa.

    Pada pelaksanaannya, model pembelajaran inkuiri tidak semata

    mengembangkan kemampuan intelektual, tetapi seluruh potensi yang ada,

    termasuk pengembangan emosional dan pengembangan ketrampilan. Pada

    hakikatnya, model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses. Proses ini

    bermula dari rumusan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti,

    menguji hipotesis dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan

    sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini siswa

  • 8

    yang bersangkutan. Semua tahap dalam proses inkuiri tersebut di atas, merupakan

    kegiatan belajar dari siswa (Gulo, 2002: 93).

    Dari seluruh pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    model pembelajaran inkuiri merupakan sebuah model pembelajaran yang

    mencoba memberikan pengalaman langsung kepada siswa, untuk merasakan

    secara nyata proses pembelajaran dengan melibatkan seluruh aspek kemampuan

    siswa. Sehingga, dengan merasakan langsung keterlibatannya pada saat kegiatan

    pembelajaran, siswa menjadi semakin yakin dengan kemampuan yang

    dimilikinya, sehingga proses belajar benar-benar terjadi, dan akhirnya terjadilah

    perubahan pada diri siswa yaitu perubahan pengetahuan, pemahaman, pengalaman

    serta tingkah laku.

    2.1.2 Tujuan dan Alasan Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Model pembelajaran inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan informasi dengan atau

    tanpa bantuan guru. Model pembelajaran ini melibatkan siswa dalam proses

    mental, dalam rangka penemuannya. Model pembelajaran inkuiri memungkinkan

    para siswa menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan, untuk

    mencapai tujuan pembelajarannya.

    Tujuan utama dari pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran

    inkuiri adalah menyediakan peralatan atau cara bagi siswa untuk mengembangkan

    kemampuan dan ketrampilan intelektualnya yang berkaitan dengan berpikir kritis

    dan memecahkan masalah. Secara lebih khusus, tujuan dari model pembelajaran

    inkuiri adalah sebagai berikut:

    1) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan arah dan proses bahan

    pelajarannya.

    2) Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan pengalaman

    belajarnya.

    3) Melatih siswa menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

    yang tidak ada habisnya.

    4) Memberi pengalamaan belajar seumur hidup.

  • 9

    Adapun alasan pengunaan model pembelajaran inkuiri sebagai model

    pembelajaran dalam di sekolah adalah sebagai berikut:

    1) Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan

    2) belajar tidak hanya diperoleh dari sekolah, tetapi juga lingkungan sekitar

    3) melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri akan kebutuhan

    belajarnya.

    4) Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.

    2.1.3 Peranan Model Pembelajaran Inkuiri Dalam perkembangannya, teranyata model pembelajaran inkuiri

    mempunyai peranan yang penting terhadap pendidikan di sekolah. Pelaksanaan

    penggunaan model pembelajaran inkuiri mempunyai peranan penting, baik bagi

    guru maupun para siswa. Perananannya antara lain sebagai berikut: (1)

    Menekankan kepada proses perolehan informasi oleh siswa; (2) Membuat konsep

    diri siswa bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya; (3)

    Memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan

    ketrampilan dalam proses memperoleh kognitif para siswa; (4) Penemuan-

    penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit

    melupakannnya; (5) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar,

    karena siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar

    (Sumantri, 1999: 166).

    2.1.4 Sasaran Utama Kegiatan Belajar Mengajar Pada Model Pembelajaran Inkuiri

    Sasaran utama dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran

    inkuri, adalah: (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan

    belaja. Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental, intelektual, sosial dan

    emosial; (2) keterarahan kegiatan belajar secara logis dan sistematis pada tujuan

    pengajaran; (3) mengembangkan siskap percaya pada diri sendiri (self-belief) pada

    diri siswa, tentang apa yang ditemukannya dalam proses pembelajaran inkuiri.

    Gulo (2002, 85), mengatakan bahwa sasaran utama dalam kegiatan pembelajaran

  • 10

    dengan model pembelajaran inkuiri berpusat pada perkembangan kepribadian dan

    intelektual siswa.

    2.1.5 Kondisi-Kondisi Umum Sebagai Syarat Timbulnya Pembelajaran Inkuiri

    Joyce (Gulo, 2002: 85) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang

    merupakan syarat bagi timbulnya pembelajaran inkuiri bagi siswa. Kondisi

    tersebut antara lain: (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang

    mengundang siswa berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas di dalam

    kelas, dimana siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan untuk

    mengemukakan pendapatnya; (2) inkuiri berfokus pada hipotesis. Siswa perlu

    menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif. Tidak ada

    kebenaran yang bersifat mutlak. Kebenaran selalu bersifat sementara; (3)

    penggunaan fakta sebagai evidensi. Dalam kelas, dibicarakan validitas dan

    reliabilitas tentang fakta, sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada

    umumnya. Dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri, ada kondisi umum

    yang perlu diperhatikan agar model pembelajaran inkuiri dapat tercipta di dalam

    proses pembelajaran di sekolah.

    2.1.6 Prinsip-Prinsip Penerapan Inkuiri Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang

    menekankan pada pengembangan intelektual anak. Dalam menggunakan model

    pembelajaran inkuiri, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh setiap

    guru, agar model pembelajaran ini benar-benar mencapai suatu keberhasilan

    dalam proses pembelajaran.

    Menurut Wina Sanjaya (2007: 199 – 201) ada beberapa prinsip yang

    harus diperhatiakn oleh seorang guru dalam menerapkan model pembelajaran

    inkuiri:

    1) Berorientasi pada pengembangan intelektual; maksudnya adalah model

    pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi pada

    proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran

  • 11

    dengan menggunakan model inkuiri, bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa

    dapat menguasai materi pelajaran, namun pada sejauh mana siswa beraktivitas

    mencari dan menemukan sesuatu.

    2) Prinsip interaksi; proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi,

    baik interaksi antar siswa maupun interaksi antara siswa dengan guru; bahkan

    interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses

    interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi

    sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu

    mengarahkan (directing), agar siswa bisa mengembangkan kemampuan

    berpikirnya melalui interaksi mereka.

    3) Prinsip bertanya; peran guru yang harus dilakukan dalam menerapkan model

    pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa

    untuk menjawab setiap pertanyaan, pada dasarnya sudah merupakan bagian

    dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam

    setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya

    perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah pertanyaan itu hanya sekedar meminta

    perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan

    kemampuan atau bertanya untuk menguji.

    4) Prinsip belajar untuk berpikir; belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta,

    akan tetapi belajar adalah proses berpikiri (learning how to think), yakni

    mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik

    otak reptil, otak limbik maupun otak neokorteks. Pembelajaran berpikir

    merupakan pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

    5) Prinsip keterbukaan; dalam pembelajaran, siswa perlu diberikan kebebasan

    untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan

    nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang

    menyediakan kemungkinan sebagai hipotesis, yang harus dibuktikan

    kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan

    kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis, dan secara terbuka

    membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

  • 12

    2.1.7 Jenis-Jenis Model Pembelajaran Inkuiri Sund dan Trowbridge (Mulyasa, 2007: 109) mengemukakan ada tiga

    macam jenis pembelajaran inkuiri, sebagai berikut:

    1) Inkuiri termbimbing (guided inquiry): siswa memperoleh pedoman sesuai

    dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa

    pertanyaan yang membimbing. Pembelajaran inkuiri jenis ini digunakan

    terutama bagi siswa yang belum berpengalaman, guru memberikan bimbingan

    dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya, sebgai besar

    perencanaan dibuat guru, dan siswa tidak merumuskan permasalahan.

    2) Inkuiri bebas (free inquiry), pada jenis ini, siswa melakukan penelitian sendiri

    bagaikan seorang ilmuwan. Siswa harus dapat mengidentifikasi dan

    merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.

    3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry). Pada jenis ini, guru

    memberikan permasalahan atau problem dan kemudian siswa diminta untuk

    memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan

    prosedur penelitian.

    2.1.8 Tahap (Langkah-Langkah) Pembelajaran Inkuri Menurut Dahlan (Trianto, 2007: 18) bahwa tahapan atau langkah-langkah

    pembelajaran inkuiri, terdiri dari lima tahap atau lima langkah, yaitu sebagai

    berikut:

    a. Penyajian Masalah

    Pada tahap ini, guru menjelaskan prosedur inkuiri kepada siswa, setelah itu

    guru menyajikan permasalahan yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa,

    sehingga siswa mulai bertanya-tanya baik kepada dirinya sendiri, maupun kepada

    guru. Dalam tahap ini, dialog atau kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa

    haru diatur sedemikian rupa, sehingga jawaban guru terhadap pertanyaan siswa

    terbatas pada jawaban “ya” atau “tidak”. Pertanyaan terbuka harus dihindarkan,

    dan siswa tidak boleh meminta guru menjelaskan tentang permasalahan yang

    dihadapi. Jadi, apabila siswa mengajukan pertanyaan yant tidak dapat dijawab

    dengan “ya” atau “tidak”, maka siswa harus menyusun kembali pertanyaannya.

  • 13

    Siswa harus mencari sendiri fakta-fakta untuk memecahkan permasalahan yang

    dihadapinya.

    b. Pengumpulan dan Verifikasi Data

    Dalam tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan data

    (informasi) sebanyak-banyaknya, mengenai masalah yang disajikan, sehingga,

    diharapkan ada kegiatan diskusi kelompok, untuk merumuskan suatu hipotesis

    sebagai jawaban sementara dari permasalahan tersebut. Data-data tersebut dapaat

    diperoleh melalui telaah buku, atau dapat juga melalui peristiwa yang mereka

    lihat, atau mereka alami (belum sampai melakukan kegiatan eksperimen).

    c. Eksperimen

    Dalam tahap ini, siswa melakukan kegiatan eksperimen yang

    prosedurunya telah disediakan oleh guru, serta jelas melalui lembar kerja siswa.

    Kegiatan tersebut bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan

    pada tahap sebelumnya. Adapun peran guru dalam tahapan ini ialah membimbing,

    mengarahkan, serta mengendalikan kegiatan eksperimen.

    d. Merumuskan Penjelasan

    Dalam tahap ini, siswa mengkoordinasikan dan menganalisis data, untuk

    membuat kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang telah disajikan. Guru

    mengajak siswa untuk merumuskan penjelasan mengenai permasalahan yang

    sedang dihadapi, yaitu dengan cara mengarahkan siswa mengemukakan

    informasi-infromasi yang mereka dapatkan melalui eksperimen. Kegiatan

    perumusan penjelasan ini, bertujuan untuk membimbing siswa kepada pemecahan

    masalah yang terarah. Apabila terdapat siswa yang menemui kesulitan dalam

    mengemukakan informasi, dalam bentuk uraian yang jelas (penjelalsan yang

    rinci), maka siswa didorong serta diarahkan untuk memberikan penjelasan yang

    sederhana saja, dan tidak begitu mendetail.

    e. Analisis Proses Inkuiri

    Pada tahap ini, siswa diminta untuk menganalisi pola-pola inkuiri yang

    telah mereka jalani. Dengan demikian, siswa akan memperoleh tipe-tipe informasi

    yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Hal ini penting bagi siswa, sebab hal

    tersebut dapat melengkapi dan memperbanyak data yang relevaan, serta

  • 14

    menunjang untuk menemukan pemecahan masalah. Tahapan ini penting untuk

    memperbaiki proses inkuiri itu sendiri.

    2.1.9 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri Setiap model pembelajaran, dipastikan memiliki kelebihan dan

    kekurangannya sendiri-sendiri. Model pembelajaran juga memiliki hal-hal

    tersebut, yaitu:

    a. Kelebihan

    1) Model pengajar menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi

    menjadi pengolahan informasi.

    2) pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered. Guru

    lebih banyak bersifat membimbing.

    3) dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri siswa.

    4) dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari, sehingga tahan

    lama dalam ingatan.

    5) memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber

    belajar, yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber

    belajar.

    6) menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal).

    b. Kekurangan

    1) memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi

    dari guru apa adanya, menjadi belajar mandiri dan kelompok dengan mencari

    dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal

    yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun.

    2) guru dituntut mengubah kemasan mengajar yang umumnya sebagai penyaji

    informasi, menjadi fasilitator dan motivator. Hal ini merupakan pekerjaan

    yang tidak gampang, karena umumnya, guru merasa belum mengajar dan

    belum puas, apabila tidak menyampaikan informasi (ceramah).

    3) model ini dalam pelaksanaannya, memerlukan penyediaan sumber belajar dan

    fasilitaas yang memadai, yang tidak selalu tersedia.

  • 15

    4) model ini tidak efisien, khususnya untuk mengajar siswa dalam jumlah besar,

    sedangkan jumlah guru terbatas.

    Mengatasi kekurangan-kekurangan dari penerapan model inkuiri

    terbimbing, maka hal-hal yang dapat dilakukan yaitu:

    1. Memupuk kebiasaan pada siswa untuk membentuk cara belajar mandiri, dan

    memberikan pemahaman bahwa sumber-sumber belajar tidak saja harus

    berpusat pada guru semata.

    2. Guru perlu berlatih untuk mendengarkan dan memposisikan diri menjadi

    fasilitator bagi siswa selama pembelajaran.

    3. Mengatasi kelas yang besar, maka sebaiknya siswa dibagi dalam kelompok-

    kelompok.

    2.1.10 Model Pembelajaran Inkuiri Termbimbing Model pembelajaran inkuiri terbimbing digunakan apabila dalam kegiatan

    pembelajaran, guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada

    siswa. Pada umumnya, model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri atas: (1)

    penyajian masalah; (2) kelas semester; (3) prinsip atau konsep yang ditemukan;

    (4) alat/bahan; (5) diskusi pengarahan; (6) kegiatan penemuan siswa; (7) proses

    berpikir kritis dan ilmiah; (8) pertanyaan yang bersifat open ended; (9) catatan

    guru.

    Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, guru memberikan

    petunjuk-petunjuk kepada siswa seperlunya. Petunjuk tersebut dapat berupa

    pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa, agar mampu menemukan sendiri

    arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan, untuk memecahkan

    permasalahan yang diberikan guru. Pengerjaannya dapat dilakukan sendiri atau

    dapat diatur secara berkelompok. Bimbingan yang diberikan kepada siswa,

    dikurangi sedikit demi sedikit, sering bertambahnya pengalaman siswa dengan

    pembelajaran secara inkuiri.

  • 16

    2.1.11 Tahap (Langkah-Langkah) Pembelajaran Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

    Tahap-tahap pembelajaran model inkuiri yang diterapkan dalam penelitian

    ini, diadopsi dari Eggen dan Kauchak (Trianto, 2007: 69), meliputi menyajikan

    pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan

    percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan dan menganalisis data, serta

    membuat kesimpulan. Sintaks pembelajarannya disajikan dalam tabel berikut ini:

    Tabel 2.1

    Sintaks Pembelajaran Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

    Fase Indikator Peran Guru

    1 Menyajikan pertanyaan atau

    masalah

    Guru membimbing siswa

    mengidentifikasi masalah dan

    dituliskan di papan tulis

    Guru membagi siswa dalam beberapa

    kelompok

    2 Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada

    siswa untuk curah pendapat dalam

    membentuk hipotesis

    Guru membimbing siswa dalam

    menentukan hipotesis relevan dengan

    permasalahan dan memprioritaskan

    hipotesis yang akan digunakan untuk

    dijadikan prioritas penyelidikan.

    3 Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada

    siswa untuk menentukan langkah-

    langkah yang sesuai dengan hipotesis

    yang akan dilakukan.

    Guru membimbing siswa dalam

    menentukan langkah-langkah

    percobaan.

  • 17

    4 Melakukan percobaan untuk

    memperoleh data

    Guru membimbing siswa mendapatkan

    data melalui percobaan.

    5 Mengumpulkan dan

    menganalisis data

    Guru memberikan kesempatan kepada

    tiap kelompok untuk menyampaikan

    hasil pengolahan data yang terkumpul.

    6 Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam

    membuat kesimpulan berdasarkan data

    yang telah diperoleh.

    2.1.12 Pengertian Belajar Robbins (Trianto, 2009:15) mendifinisikan “belajar sebagai proses

    menciptakan hubungan antara suatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan

    sesuatu (pengetahuan) yang baru”. Jadi dalam makna belajar, disini merupakan

    keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.

    Joko Susilo (2009: 23) mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau

    memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Dalam pengertian ini, belajar adalah

    merupakan suatu proses, satu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar

    bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yakni mengalami.

    Hasil belajar bukan penguasaan dan latihan, melainkan perubahan kelakuan.

    Selanjutnya menurut Winkel (1996:53), belajar adalah suatu aktivitas

    mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan

    lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

    pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

    Dari ketiga pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

    suatu aktivitas mental dimana aktivitas itu merupakan proses mencipatakan

    hubungan antara suatu pengetahuan dengan pengetahuan yang baru melalui

    interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan

    dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

  • 18

    2.1.13 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

    pengalaman belajarnya (Sudjana, 2001: 22). Abdullah, Ilyas (2008: 98)

    menjelaskan bahwa hasil belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh

    seseorang setelah melakukan kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas

    pengukuran tertentu. Seseorang yang telah melakukan kegiatan belajar yang

    diberikan berdasarkan atas pengukuran tertentu diharapkan dapat mencapai hasil

    yang maksimum. Seorang yang dapat melakukan memperoleh hasil maksimum

    dari kegiatan belajarnya maka sebuah prestasi belajar akan didapatkan.

    Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu

    bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan

    kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”

    Nana Sudjana (1999: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu

    kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

    Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar mengajar, disebabkan oleh

    pengalaman dan latihan. Selanjutnya menurut Bloom (dalam Oemar Hamalik

    2002: 79-82) mengatakan bahwa hasil belajar dapat dilihat pada ketiga aspek,

    yaitu:

    1. Ranah Kognitif Ranah kognitif meliputi kemampuan pengembangan ketrampilan

    intelektual (knowledge) dengan tingkatan-tingkatan yaitu:

    a. Recall of data (Hapalan/ C1)

    Merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip,

    prosedur atau istilah yang dipelajari. Tingkatan ini merupakan tingkatan paling

    rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Kemampuan yang

    dimiliki hanya kemampuan menangkap informasi kemudian menyatakan kembali

    informasi tersebut tanpa harus memahaminya. Pada tingkatan ini, siswa diminta

    untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana. Contoh kata

    kerja yang digunakan yaitu menyebutkan, mendefinisikan, menggambarkan.

  • 19

    b. Comprehension (Pemahaman/C2)

    Merupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi, interpretasi,

    intruksi (pengarahan) dan masalah. Syambasri Munaf (2001: 69) mengemukakan

    bahwa pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses

    berpikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui sesuatu

    hal yang dapat dilihatnya dari berbagai segi. Pada tingkatan ini, selain hafal siswa

    juga harus memahami makna yang terkandung, misalnya dapat menjelaskan suatu

    gejala, menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram, serta dapat menjelaskan

    konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Contoh kata kerja yang digunakan

    yaitu menyajikan, menginterpretasikan, menjelaskan.

    c. Application (Penerapan/C3)

    Merupakan kemampuan menggunakan konsep dalam situasi baru atau

    pada situasi konkret. Tingkatan ini merupakan jenjang yang lebih tinggi dari

    pemahaman. Kemampuan yang diperoleh berupa kemampuan untuk menerapkan

    prinsip, konsep, teori, hukum maupun metode yang dipelajarinya dalam situasi

    baru. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu mengaplikasikan, menghitung,

    menunjukkan.

    d. Analysis (Analisis/C4)

    Merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep ke dalam

    bagian-bagian, sehingga struktur susunannya dapat dipahami. Dengan analisis

    diharapkan seseorang dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang lebih

    rinci atau terurai dan memahami hubungan bagian-bagian tersebut satu sama lain.

    Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisa, membandingkan,

    mengklasifikasikan.

    e. Synthesis (Sintesis/C5)

    Merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang

    terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Syambasri Munaf (2001: 73)

    menyatakan bahwa kemampuan sintesis merupakan kemampuan

    menggambungkan bagian-bagian (unsur-unsur) sehingga terjelma pola yang

    berkaitan secara logis atau mengambil kesimpulan dari peristiwa-peristiwa yang

  • 20

    ada hubungannya satu dengan yang lain. Kemampuan ini misalnya dalam

    merencanakan eksperimen, menyusun karangan, menggambungkan obyek-obyek

    yang memiliki sifat sama ke dalam satu klasifikasi. Contoh kata kerja yang

    digunakan yaitu menghasilkan, merumuskan, mengorganisasikan.

    f. Evaluation (Evaluasi/C6)

    Merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan (penilaian)

    terhadap suatu situasi, nilai-nilai atau ide-ide. Kemampuan ini merupakan

    kemampuan tertinggi dari kemampuan lainnya. Evaluasi adalah pemberian

    keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan,

    cara kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk dapat membuat suatu penilaian,

    seseorang harus memahami, menerapkan, menganalisis dan mensintesis terlebih

    dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menilai, menafsirkan, menaksir

    dan memutuskan.

    2. Ranah Afektif Ranah afektif berkaitan dengan perkembangan emosional individu

    misalnya sikap (attitude), apresiasi (appreciation), dan motivasi (motivation).

    David Kartwohl (Clark, 2000: 100) membagi aspek afektif dalam lima kategori,

    yaitu:

    a. Receiving (Penerimaan)

    Mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan terhadap

    stimulus yang tepat. Sebagai contoh, siswa mampu mendengarkan penjelasan dari

    guru secara seksama tanpa memberikan respon terlebih dahulu.

    b. Responding (Pemberian Respon)

    Mengacu pada partipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Kemampuan ini

    meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi stimulus. Sebagai contoh, siswa

    menjawab pertanyaan guru dan memperdebatkan masalah yang dilontarkan guru

    serta mau bekerjasama dalam penyelidikan.

    c. Valuing (Penilaian)

    Mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus

    tertentu. Reaksi-reaksi yang dapat muncul seperti menerima, menolak atau tidak

  • 21

    menghiraukan. Sebagai contoh, siswa bertanggungjawab terhadap alat-alat

    penyelidikan dan bersikap jujur dalam pembelajaran.

    d. Organization (Pengorganisasian)

    Pengorganisasian dapat diartikan sebagai proses konseptualisasi nilai-nilai

    dan menyusun hubungan antara nilai-nilai tersebut, kemudian nilai-nilai terbaik

    untuk diterapkan. Sebagai contoh, kemampuan menimbang dampak positif dan

    negatif suatu perlakuan.

    e. Characterization (Karateristik)

    Karakteristik adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan

    oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap

    dan perbuatannya itu seolah-olah menjadi ciri-ciri perilakunya. Sebagai contoh,

    mau mengubah pendapatnya jika pendapat tersebut tidak sesuai dengan bukti-

    bukti yang ditunjukkannya.

    3. Ranah Psikomotorik Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan manual fisik (skills).

    Aspek psikomotorik dikemukakan oleh Dave (Clark, 2000: 101) menjadi lima

    kategori, yaitu:

    a. Imitation (Peniruan)

    Kemampuan ini dimulai dengan mengamati suatu gerakan kemudian

    memberikan respon serupa dengan yang diamati. Sebagai contoh, kemampuan

    menggunakan alat ukur setelah diperlihatkan cara menggunakannya.

    b. Manipulation (Manipulasi)

    Kemampuan ini merupakan kemampuan mengikuti pengarahan

    (instruksi), penampilan dan gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu

    penampilan. Sebagai contoh, melakukan kegiatan penyelidikan sesuai dengan

    prosedur yang dibacanya.

    c. Precision (Ketepatan)

    Kemampuan ini lebih menekankan pada kecermatan, proporsi dan

    kepastian yang lebih tinggi. Sebagai contoh, pada saat menggunakan alat ukur,

    memperhatikan skala alat ukur yang digunakan dan satuan yang digunakan dalam

  • 22

    mengambil data, orang yang memiliki ketepatan biasanya melakukan pengamatan

    berulang kali untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti.

    d. Articulation (Artikulasi)

    Merupakan kemampuan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan

    membuat urutan yang lebih tepat dan mencapai hasil yang diharapkan atau

    konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda. Sebagai contoh,

    menunjukkan tulisan yang rapi dan jelas, mengetik cepat dan tepat dan

    menggunakan alat-alat sesuai ketentuannya.

    e. Naturalization (Pengalamiahan)

    Menekankan pada kemampuan yang lebih tinggi secara alami, sehingga

    gerakan yang dapat dilakukan dapat secara rutin dan tidak memerlukan pemikiran

    terlebih dahulu.

    Mengacu pada taksonomi Bloom di atas, maka hasil belajar dapat diukur

    dengan menggunakan tiga indiktor perubahan pada diri siswa, namun

    demikian, dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan salah satu

    aspek dari ketiga aspek tersebut, yaitu aspek kognitif, dimana yang akan

    diukur adalah ingatan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3).

    2.1.14 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Merson (dalam Tu’u, 2004: 78), Slameto (2003: 54-60), Susilana

    (2006: 102), faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah

    sebagai berikut:

    a. Faktor dalam, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar

    yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor dalam meliputi:

    1) Kondisi fisiologis

    Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan

    belajar seseorang. Seorang siswa dalam keadaan segar jasmaninya akan

    berpengaruh terhadap hasil belajarnya, sebaliknya siswa yang fisiknya lelah juga

    akan mempengaruhi hasil belajarnya. Di samping kondisi tersebut yang tidak

    kalah pentingnya adalah kondisi panca indera, terutama penglihatan dan

    pendengaran. Sebagian besar yang dipelajari manusia adalah dengan membaca,

  • 23

    melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen,

    mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah keterangan orang lain.

    Jadi jelaslah di antara seluruh panca indera mata dan telinga mempunyai peranan

    yang sangat penting.

    Seperti yang dipaparkan oleh Edgar Dale (dalam Tu’u 2004: 40), bahwa

    pengalaman belajar manusia itu 75% diperoleh melalui indera lihat, 13% melalui

    indera dengar, dan 12% melalui indera lainnya.

    2) Kondisi psikologis

    Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap

    proses belajar yang juga bersifat psikologis. Beberapa faktor yang mempengaruhi

    terhadap proses dari hasil belajar yaitu:

    a) Kecerdasan

    Seorang siswa yang cerdas umumnya akan lebih cepat mampu belajar jika

    dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas, meskipun fasilitas dan waktu

    yang diperlukan untuk mempelajari materi atau bahan pelajaran sama.

    Hasil pengukuran kecerdasannya biasa dinyatakan dengan angka yang

    menunjukkan perbandingan kecerdasan yang dikenal dengan istilah IQ

    (Intelligence Quotion). Berbagai hasil penelitian menunjukkan hubungan yang

    erat antara IQ dengan hasil belajar di sekolah. Tinggi rendahnya kecerdasan yang

    dimiliki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi

    belajar, termasuk prestasi-prestasinya lain sesuai macam-macam kecerdasan yang

    menonjol yang ada pada dirinya. Hal itu dapat kita ketahui umumnya tingkat

    kecerdasan yang baik dan sangat baik cenderung lebih baik angka nilai yang

    dicapai siswa.

    b) Bakat

    Di samping Intelegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya

    terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bakat adalah kemampuan yang ada

    pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisan dari

    orang tua. Bagi seorang siswa bakat bisa berbeda dengan siswa lain. Ada siswa

    yang berbakat dalam bidang ilmu sosial, dan ada yang di ilmu pasti. Karena itu,

    seorang siswa seorang siswa yang berbakat di bidang ilmu sosial akan sukar

  • 24

    berprestasi tinggi di bidang ilmu pasti, dan sebaliknya. Bakat-bakat yang dimiliki

    siswa tersebut apabila diberi kesempatan dikembangkan dalam pembelajaran,

    akan dapat mencapai prestasi yang tinggi. Sebaliknya, seorang siswa ketika akan

    memilih bidang pendidikannya, sebaiknya memperhatikan aspek bakat yang ada

    padanya. Untuk itu, sebaiknya bersama orang tuanya meminta jasa layanan

    psikotes untuk melihat dan mengetahui bakatnya. Sesudah ada kejelasan, baru

    menentukan pilihan.

    c) Motivasi dan perhatian

    Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah

    melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan

    perhatian biasanya berkaitan erat. Apabila seorang siswa menaruh minat pada satu

    pelajaran tertentu, biasanya cenderung memperhatikannya dengan baik. Minat dan

    perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi

    prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, seorang siswa harus menaruh minat dan

    perhatian yang tinggi dalam proses pembelajaran-pembelajaran di sekolah.

    Dengan minat dan perhatian yang tinggi, kita boleh yakin akan berhasil dalam

    pembelajaran.

    d) Motivasi

    Motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk

    melakukan sesuatu. Motivasi belajar kondisi psikologis yang mendorong

    seseorang untuk belajar. Motivasi selalu mendasari dan mempengaruhi setiap

    usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam

    belajar, kalau siswa mempunyai motivasi yang baik dan kuat, hal itu akan

    memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang

    kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak kurang baik bagi

    prestasi belajarnya.

    e) Emosi

    Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam proses belajar seorang siswa akan

    terbentuk suatu kepribadian tertentu, atau tipe tertentu, misalnya siswa yang

    emosional dalam belajar, akan mudah putus asa. Hal ini mau tidak mau akan

  • 25

    mempengaruhi bagaimana siswa menerima, menghayati pengalaman yang

    didapatnya dalam suatu pembelajaran.

    f) Kemampuan kognitif

    Yang dimaksud dengan kemampuan kognitif yaitu kemampuan berpikir,

    menalar yang dimiliki siswa. Jadi kemampuan kognitif berkaitan erat dengan

    ingatan dan berfikir seorang siswa.

    b. Faktor luar, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat

    mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor tersebut adalah faktor

    lingkungan. Faktor lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu:

    1) Lingkungan alami, yaitu yaitu kondisi alami yang dapat berpengaruh terhadap

    proses dan hasil belajar, termasuk dalam lingkungan alami yaitu suhu, cuaca,

    udara, pada waktu itu dan kejadian-kejadian yang sedang berlangsung.

    2) Lingkungan sosial, dapat berwujud manusia, wujud lain yang berpengaruh

    langsung terhadap proses dan hasil belajar. Misalnya hubungan murid dengan

    guru, orang tua dengan anak, dan lingkungan masyarakat di luar sosial yang

    baik, mesra dapat membantu terciptanya prestasi belajar siswa.

    Sementara itu menurut Suryabrata (1998: 13), ada tiga faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor psikis, fisik, dan lingkungan. Slameto

    (2010) menambahkan salah satu faktor eksternal yang ikut mempengaruhi hasil

    belajar siswa adalah metode pembelajaran.

    2.1.15 Motivasi Belajar Sebelum membahas motivasi belajar, terlebih dahulu akan dibahas

    mengenai motivasi. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni

    “movere” yang berarti “menggerakkan” (Winardi, 2007: 41). Menurut James

    O Whittaker (Wasty Soemanto 2003: 205) motivasi adalah kondisi-kondisi atau

    keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada mahluk untuk

    bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.

    Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motif dan

    motivasi memiliki pengertian yang sama yaitu menunjukkan suatu dorongan yang

  • 26

    timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertndak

    melakukan sesuatu guna tujuan yang diinginkan.

    Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan oleh seseorang yang

    tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas

    belajar. Hal ini merupakan suatu pertanda yang akan dikerjakan itu tidak

    menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum

    tentu dapat membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai

    hubungan dengan kepentingannya sendiri.

    Seseorang yang melakukan aktivitas secara terus menerus tanpa motivasi

    dari dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas

    belajar. Namun seseorang yang tidak mempunyai keinginan belajar, dorongan dari

    luar merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh motivasi intrinsik

    dperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subyek

    belajar.

    Menurut Sadirman AM (2003: 33) mengatakan motivasi belajar adalah

    keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

    belajar, yang menjamin kelangsungan dan kegiatan belajar siswa dan memberikan

    arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar

    tercapai.

    Dari pengertian motivasi belajar, dapat disimpulkan 3 fungsi motivasi

    sebagi berikut:

    a. Mendorong manusia untuk berbuat (motivasi sebagai motor penggerak dari

    setiap kegiatan yang akan dilakukan).

    b. Menyeleksi sesuatu perbuatan (menentukan perbuatan-perbuatan) yang harus

    dilakukan untuk mencapai tujuan).

    c. Menentukan arah perbuatan (kearah tujuan yang hendak dicapai) (M Ngalim

    Purwanto, 2002: 33).

    Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang

    dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dalam diri

    individu untuk melakukan sesuatu tindakan, sehingga mencapai hasil yang lebih

    baik dari pada hasil sebelumnya. Hasil yang dimaksudkan disini adalah hasil

  • 27

    belajar. Karena itu, motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul baik dari

    dalam diri maupun dari luar diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar, demi

    mencapai hasil belajar yang memuaskan.

    2.1.16 Pengertian IPA Menurut Nash (Riwayal Haini, R. 2009: 67) IPA adalah suatu cara atau

    metode untuk mengamati alam. Cara Ilmu pengetahuan Alam (IPA) mengamati

    alam bersifat analitis, cermat dan lengkap, serta menghubungkan satu fenomena

    dengan fenomena lain, sehingga keseluruhan membentuk suatu perspektif yang

    baru tentang obyek yang diamatinya.

    Dalam KTSP 2006 (2006: 124) dijelaskan bahwa IPA berhubungan dengan

    cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

    penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau

    prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena

    itu, dalam pembelajaran IPA, siswa membangun pengetahuannya berdasarkan

    pengamatan, pengalaman, penyusunan gagasan, pengujian melalui suatu

    percobaan atau penyelidikan, penjelajahan dan pencarian informasi sangat

    diutamakan.

    2.1.17 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA di SD Menurut Depdiknas (2006: 27) tujuan pembelajaran IPA di SD/MI adalah

    sebagai berikut:

    1. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dalam

    kehidpuan sehari-hari;

    2. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA dan teknologi;

    3. mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

    memecahkan masalah, dan membuat keputusan;

    4. Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam;

    5. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi

    antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; dan

    6. Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  • 28

    Menurut BNSP (2007: 13), mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar

    peserta didik memiliki kemampuan:

    1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

    berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

    2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

    bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

    hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

    masyarakat.

    4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar

    memecahkan masalah dan membuat keputusan.

    5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara, menjaga dan

    melestarikan lingkungan alam.

    6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam semesta dan segala

    keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

    7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

    untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

    2.1.18 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP), ruang lingkup bahan kajian IPA

    meliputi beberapa aspek kajian pokok IPA yang diajarkan di SD, yaitu:

    1) mahkluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

    interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

    2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya.

    3) energi dan perubahannya, meliputi: magnet, listrik, cahaya, dan pesawat

    sederhana

    4) bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

    langit lainnya.

  • 29

    2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nasir (2012) dengan judul

    penelitian: “Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided

    Inqury) Untuk Meningkatkan Prestasi belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 03

    Samarinda. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah: Apakah

    ada pengaruh penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inqury)

    terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN 03 Samarinda? Rancangan

    penelitian ini adalah true experimental atau biasa disebut eksperimen yang

    sebenarnya. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan memberikan

    pre-test dan post-test group. Instumen yang digunakan adalah tes prestasi belajar

    siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara

    nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil analisis

    data diketahui bahwa rata-rata prestasi belajar siswa pada kelompok eksperimen

    86,10 lebih tinggi daripada rata-rata prestasi belajar kelompok kontrol sebesar

    72,76. Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri

    terbimbing (guided inqury) mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

    Penelitian yang dilakukan oleh Kikin Martiani (2012), dengan judul

    penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inqury)

    terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Kartika Siliwangi Cimahi Tahun

    Ajaran 2011/2012. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ekektivitas model

    pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam meningkatkan kemampuan hasil belajar

    IPA kelas IV SDN Kartika Siliwangi 2 Cimahi. Metode yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Hasil penelitian menyatakan rata-

    rata nilai pretest sebesar 66.47 dan rata-rata posttest 77.38. hasil ini menunjukkan

    peningkatan yang tinggi dari rata-rata sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa

    penerapan Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inqury) mampu

    meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

    Berdasarkan dua penelitian terdahulu di atas, maka persamaan penelitian ini

    dengan kedua penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:kedua penelitian

    terdahulu menggunakan subyek yang sama dengan penelitian yang dilakukan

    sekarang yaitu siswa kelas 4 SD. Kedua, sama dengan kedua penelitian terdahulu,

  • 30

    penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

    pembelajaran. Selain kesaaman-kesamaan dengan penelitian-penelitian terdahulu,

    ada beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Pertama,

    penelitian terdahulu menggunakan desain eksperimen, sedangkan penelitian ini

    menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Kedua, waktu penelitian. Kedua

    penelitian telah melaksanakan penelitian lebih dahulu. Ketiga, lokasi. Meskipun

    menggunakan subyek yang sama, namun lokasi penelitian kedua penelitian

    terdahulu dengan penelitian ini berbeda. Dengan demikian, dapat dipastikan

    bahwa sumber daya dari kedua penelitian terdahulu tentu berbeda dengan

    penelitian yang hendak dilaksanakan ini.

    2.3 Kerangka Berpikir Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan demi

    mengubah kondisi belajar yang terjadi dalam kelas. Perubahan kondisi ini adalah

    perubahan yang diarahkan hingga pada hasil akhir yang diharapkan, dimana hasil

    itu diacu berdasarkan kriteria ketuntasan minimal dalam kelas. Agar tujuan dari

    penelitian ini dicapai, diperlukan model pembelajaran yang mendorong terjadinya

    pencapaian tujaun itu. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan model

    pembelajaran inkuiri terbimbing. Pemilihan model pembelajaran inkuiri

    terbimbing dibangun atas dasar pemikiran bahwa belajar merupakan proses

    penemuan. Belajar karena itu, merupakan sebuah proses untuk menyelidiki.

    Konsep-konsep yang diajarkan, sepatutnya diperlakukan sebagai hipotesis yang

    perlu dipertemukan dengan fakta, lewat pengujian-pengujian ataupun eksperimen.

    Belajar dengan cara ini, membawa siswa lebih mudah memahami sebuah konsep,

    lebih mudah menyerap pelajaran, dan pelajaran akhirnya lebih tersimpan lama

    dalam ingatan siswa. Selain itu, penelitian ini juga hendak mengubah situasi kelas,

    dimana siswa diarahakan untuk termotivasi dalam belajar. Penelitian ini bertujuan

    untuk mengubah situasi kelas dimana siswa dari pasif menjadi aktif terlibat dalam

    proses belajar mengajar. Model pembelajaran inkuiri merupakan model

    pembelajaran dimana siswa lebih banyak terlibat dalam proses-proses belajar,

    mulai dari identifikasi masalah, merumuskan hipotesis pada masalah itu,

  • 31

    melakukan eksperimen sampai pada penyimpulan. Dengan demikian, model ini

    dirancang agar siswa terlibat aktif dalam belajar. Kata lain, model pembelajaran

    ini dirancang agar mendorong siswa memiliki hasil belajar yang tinggi.

    2.4 Hipotesis Tindakan Dengan mengacu pada keseluruhan pemaparan pada bab I maupun kajian

    teori pada bab II, maka hipotesis penelitian tindakan ini adalah: “Penggunaan

    Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat Meningkatkan Motivasi dan Hasil

    Belajar IPA KD: “Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari

    ke hari” Siswa kelas 4 SDN Salatiga 09 Semester II Tahun Ajaran 2012/2013”.