bab ii kajian pustaka

12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar yang Melandasi Paikem Gembira dan Berbobot 1. Teori Perkembangan Jean Piaget Menurut Jean Piaget (Nur dalam Lif Khoiru & Sofan, 2011: 47), seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, yaitu: tahap sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Pola perilaku atau berfikir yang digunakan anak dan orang dewasa dalam menangani obyek-obyek di dunia disebut skemata. Selanjutnya menurut Piaget bahwa anak membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Di sini peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para siswanya. (Hadisubroto dalam Lif Khoiru & Sofan, 2011: 49). Piaqet yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain itu, ia juga berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman sebayanya, khususnya berargumentasi, berdiskusi, membantu memperjelas pemikiran, pada akhirnya, membuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur dalam Lif Khoiru dan Sofan, 2011:50). Guru dapat menciptakan suatu keadaan atau lingkungan belajar yang memadai agar siswa dapat menemukan pengalaman-pengalaman nyata dan terlibat langsung dengan alat dan media. Jelas teori piaget tersebut menegaskan bahwa guru harus mampu menciptakan keadaan pembelajar yang mampu belajar mandiri. Artinya guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pembelajar, 9

Upload: alam-syah

Post on 16-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Skripsi Bab II

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Kajian Pustaka

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Belajar yang Melandasi Paikem Gembira dan Berbobot

1. Teori Perkembangan Jean Piaget

Menurut Jean Piaget (Nur dalam Lif Khoiru & Sofan, 2011: 47),

seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, yaitu:

tahap sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal.

Pola perilaku atau berfikir yang digunakan anak dan orang dewasa

dalam menangani obyek-obyek di dunia disebut skemata. Selanjutnya

menurut Piaget bahwa anak membangun sendiri skemata-skemata dari

pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Di sini peran guru adalah

sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu

menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para siswanya. (Hadisubroto

dalam Lif Khoiru & Sofan, 2011: 49).

Piaqet yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi

lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain itu, ia

juga berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman sebayanya,

khususnya berargumentasi, berdiskusi, membantu memperjelas pemikiran,

pada akhirnya, membuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur dalam Lif

Khoiru dan Sofan, 2011:50). Guru dapat menciptakan suatu keadaan atau

lingkungan belajar yang memadai agar siswa dapat menemukan

pengalaman-pengalaman nyata dan terlibat langsung dengan alat dan

media.

Jelas teori piaget tersebut menegaskan bahwa guru harus mampu

menciptakan keadaan pembelajar yang mampu belajar mandiri. Artinya

guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pembelajar,

9

Page 2: Bab II Kajian Pustaka

10

tetapi guru dapat membangun pembelajar yang mampu belajar dan terlibat

aktif dalam belajar

2. Teori Bandura

Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang

dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura sebagian besar

manusia belajar melalui pengamatan secara selektif mengingat tingkah

laku orang lain (Arends, 1997: 69).

Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati

tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian

dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan

pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Berdasarkan pola

perilaku ini, selanjutnya Bandura mengklasifikasikan empat fase belajar

dari pemodelan, yaitu fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase

motivasi.

3. Teori Bruner

Jerome Bruner, seorang ahli psikologi Havard adalah salah satu

seorang pelopor pengembangan kurikulum terutama dengan teori yang

dikenal dengan pembelajaran penemuan atau inquiri.

Aplikasi ide-ide Bruner dalam pembelajaran menurut Woolfolk,

(dalam Lif Khoiru & Sofan, 2011: 57) digambarkan sebagai berikut:

a. Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari.

b. Membantu siswa mencari hubungan antar konsep.

c. Mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba menemukan

sendiri jawabannya.

d. Mendorong siswa untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif.

Page 3: Bab II Kajian Pustaka

11

B. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan

proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok

dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.

Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan,

keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk

mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan

belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain

seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan

maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu

terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya teaching

& Media-A systematic Approach (1971) dalam Arsyad (2011: 3)

mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan

perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku

adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh

tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati”.

Sedangkan Menurut Gagne dalam Dahar (2006) belajar di

definisikan sebagai “suatu proses dimana suatu organisme berubah

perilakunya sebagai akibat dari suatu pengalaman”. Slameto (2003: 5)

menyatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Page 4: Bab II Kajian Pustaka

12

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.

Lebih lanjut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010: 35)

menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh

individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman

yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk

memperoleh tujuan tertentu”.

Dengan demikian dapat disimpulkan belajar adalah perubahan

tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya

berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk

kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,

penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian

kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sudjana (1990) adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya. Sedangkan

menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) hasil belajar adalah hasil yang

ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan

dengan nilai tes yang diberikan guru.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru

setiap selesai memberikan materi pelajaran.

Mulyasa (2006) mengemukakan hasil belajar berdasarkan teori

belajar tuntas, sebagaimana dikemukakan bahwa: “berdasarkan teori belajar

tuntas, maka seorang siswa dipandang tuntas belajar jika ia mampu

Page 5: Bab II Kajian Pustaka

13

menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran

minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan

kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai

minimal 65%, sekurang- kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas

tersebut”.

Hasil belajar dalam pengertiannya banyak berhubungan dengan

tujuan pembelajaran. Tipe-tipe hasil belajar biasanya tercantum dalam tujuan

pendidikan yang ingin dicapai. Hasil belajar ini dapat berupa kemampuan

intelektual, sikap maupun psikomotor (skill). Bloom dalam sudjana

(1990) mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga domain (ranah) yaitu

ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Maksud dari tiga

ranah di atas dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Ranah kognitif, berhubungan erat dengan pengetahuan dan

perkembangan keterampilan intelektual yang terdiri dari enam aspek

yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan

kreasi.

2. Ranah afektif, berkaitan dengan sikap dan sebagian hasilnya

berupa perubahan tingkah laku. Ranah afektif terdiri dari lima perilaku

dimulai dari perilaku paling sederhana hingga yang sangat kompleks.

Lima perilaku tersebut diantaranya yaitu menerima, merespon, menilai,

mengorganisasi, dan karakterisasi diri oleh nilai.

3. Ranah psikomotor, meliputi lima keterampilan, yaitu peniruan,

manipulasi, ketepatan, artikulasi, dan pengalamiahan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar

yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya

setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar seperti ranah kognitif, ranah

Page 6: Bab II Kajian Pustaka

14

afektif, dan ranah psikomotor. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat

diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar maupun non tes.

Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil

mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat

mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di

sekolah.

D. Hakikat PAIKEM Gembira dan Berbobot

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, Menyenangkan

(PAIKEM) adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik

mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap,

dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sementara,

guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk

pemanfaatan lingkungan, supaya pembelajaran lebih menarik,

menyenangkan, dan efektif (Asmani, 2011: 59-60). PAIKEM berasal dari

konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa (student-centered

learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun),

agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar

mereka tidak merasa terbebani atau takut. Untuk itu, maka aspek fun is

learning menjadi salah satu aspek penting dalam pembelajaran PAIKEM,

disamping upaya untuk terus memotivasi siswa agar siswa mengadakan

eksplorasi, kreasi, dan bereksperimen terus dalam pembelajaran (Rusman,

2011: 321).

Aktif, dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus

menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,

mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.

Page 7: Bab II Kajian Pustaka

15

Inovatif, dimaksudkan agar guru selalu mengemas kegiatan belajar

yang heterogen sehingga memiliki nilai tambah dalam memberikan pelayanan

pembelajaran kepada siswa.

Kreatif, dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang

beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.

Efektif, berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.

Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan, tetapi tidak efektif, maka

pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain biasa.

Menyenangkan, dimaksudkan agar guru mampu menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatian

secara penuh

Gembira, dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar yang

fun sehingga siswa mampu belajar dengan enjoy pada gilirannya siswa

mampu menyerap pelajaran

Berbobot, dimaksudkan agar guru dalam memberikan pembelajaran

kepada siswa memiliki mutu yang baik sehingga tercapai tujuan

pembelajaran.

Secara garis besar PAIKEM Gembira dan Berbobot (Lif Khoiru &

Sofan, 2011: 1-2) dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan

pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar

melalui berbuat (learning to do).

2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara dalam membangkitkan

semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar

untuk menjadikan pembelajaran menjadi menarik, menyenangkan, dan

cocok bagi siswa.

Page 8: Bab II Kajian Pustaka

16

3. Guru mengatur kelas dengan cara memajang buku-buku dan bahan ajar

yang lebih menarik.

4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,

termasuk belajar kelompok.

5. Guru mendorong siswa untuk menemukan cara sendiri dalam pemecahan

suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa

dalam menciptakan lingkungannya.

E. Peran Guru dan Siswa Dalam PAIKEM Gembira dan Berbobot

Dalam PAIKEM Gembira dan Berbobot, aktor utamanya adalah

guru dan siswa. Keduanya ada dalam interaksi yang dinamis dan kontekstual.

Kalau keduanya pasif dan tidak kreatif, maka PAIKEM Gembira dan

Berbobot tidak dapat berjalan sesuai dengan koridornya. Berikut ini

gambaran lengkap mengenai peran guru dan siswa dalam PAIKEM Gembira

dan Berbobot.

a. Pembelajaran Aktif

1) Guru aktif

i. memantau kegiatan belajar siswa,

ii. memberi umpan balik,

iii. mengajukan pertanyaan yang menantang, serta;

iv. mempertanyakan gagasan siswa.

2) Siswa aktif

i. membangun konsep tanya,

ii. bertanya,

iii. bekerja, terlibat dan berpartisipasi,

iv. menemukan dan memecahkan masalah,

v. mengemukakan gagasan,

Page 9: Bab II Kajian Pustaka

17

vi. mempertanyakan gagasan.

b. Pembelajaran Kreatif dan Inovatif

1) Guru kreatif

i. mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam,

ii. membuat alat bantu belajar,

iii. memanfaatkan lingkungan,

iv. mengelola kelas dan sumber belajar, serta,

v. merencanakan proses dan hasil belajar.

2) Siswa kreatif

i. membuat/merancang sesuatu,

ii. menulis/mengarang

c. Pembelajaran Efektif

1) guru mencapai tujuan pembelajaran

2) siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.

d. Pembelajaran Menyenangkan

1) Siswa senang karena

i. kegiatannya menarik, menantang, dan meningkatkan motivasi.

ii. mendapat pengalaman secara langsung,

iii. kemampuannya berpikir kritis dalam memecahkan masalah

semakin meningkat, dan

iv. tidak membuat siswa takut.

2) Guru senang karena mampu mengkondisikan anak agar mampu

i. berani mencoba/berbuat,

ii. berani bertanya,

iii. berani memberikan gagasan/pendapat, dan

iv. berani mempertanyakan gagasan orang lain

Page 10: Bab II Kajian Pustaka

18

F. Alasan Penerapan PAIKEM Gembira dan Berbobot

Sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa PAIKEM Gembira

dan Berbobot diterapkan di Indonesia, yakni sebagai berikut:

1. PAIKEM Gembira dan Berbobot lebih memungkinkan peserta didik dan

guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita

mengenal pembelajaran model konvensional yang dinilai hanya guru

yang aktif (monologis), sementara peserta didiknya pasif, sehingga

pembelajarannya dinilai menjemukan, kurang menarik, dan tidak

menyenangkan.

2. PAIKEM Gembira dan Berbobot lebih memungkinkan, baik peserta

didik maupun guru sama-sama kreatif. Guru berupaya kreatif, mencoba

berbagai cara melibatkan semua peserta didiknya dalam pembelajaran.

Sementara peserta didik juga dituntut kreatif pula dalam berinteraksi

dengan sesama teman, guru, maupun bahan ajar dengan segala alat

bantunya sehingga pada akhirnya hasil pembelajaran dapat meningkat.

G. Fase Pembelajaran PAIKEM Gembira dan Berbobot

Fase PAIKEM Gembira dan Berbobot pada dasarnya mengikuti

langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu. Secara umum sintaks

tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pendekatan yang

meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap

evaluasi (Prabowo, 2000: 6). Berkaitan dengan itu maka sintaks PAIKEM

Gembira dan Berbobot dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran

seperti model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif,

maupun model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based

instructions).

Page 11: Bab II Kajian Pustaka

19

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka sintaks pembelajaran terpadu

dapat bersifat luwes dan fleksibel. Artinya, bahwa sintaks dalam PAIKEM

Gembira dan Berbobot dapat diakomodasikan dari berbagai model

pembelajaran yang dikenal dengan istilah setting atau merekonstruksi.

Secara konkret sintaks pembelajaran terpadu dapat dilihat dalam tabel

dibawah ini. Sintaks ini dikembangkan dengan mengadopsi sintaks model

pembelajaran langsung yang diintegrasikan dengan model pembelajaran

kooperatif. Model pembelajaran langsung terlihat dari fase-fase yang

digunakan maupun langkah-langkah yang ditempuh guru, sedangkan sintaks

model pembelajaran kooperatif ditunjukkan pada kegiatan guru difase 3 dan 4.

Tabel 2.1. Sintaks PAIKEM Gembira dan Berbobot dalam setting

pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatif.

Tahap Tingkah Laku GuruFase-1Pendahuluan

1. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaransebelumnya

2. Memotivasi siswa3. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk

mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudahdikuasai oleh siswa

4. Menjelaskan tujuan pembelajaran (KompetensiDasar dan Indikator)

Fase-2Presentasi Materi

1. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai olehsiswa melalui demonstrasi dan bahan bacaan

2. Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan3. Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui

bagan4. Memodelkan penggunaan peralatan melalui bagan

Fase-3Membimbing Pelatihan

1. Menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompokbelajar

2. Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusisecara kelompok sesuai komposisi kelompok

3. Membagi buku siswa dan LKS4. Mengingatkan cara menyusun laporan hasil

kegiatan5. Memberikan bimbingan seperlunya6. Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas

waktu yang ditentukan

Page 12: Bab II Kajian Pustaka

20

Fase-4Menelaah Pemahaman danMemberikan Umpan Balik

1. Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusikelas

2. Meminta salah satu anggota kelompok untukmempresentasikan hasil kegiatan sesuai denganLKS yang telah dikerjakan

3. Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasilpresentasi

4. Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusiFase-5Mengembangkan denganmemberikan kesempatanuntuk pelatihan lanjutan danpenerapan

1. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadaptugas yang dilakukan

2. Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materipelajaran yang baru saja dipelajari

3. Memberikan tugas rumahFase-6Menganalisis danmengevaluasi

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atauevaluasi terhadap kinerja mereka

(sumber: Trianto (2005: 122) dalam Lif Khoiru dan Sofan (2011: 39).

H. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan

pendekatan PAIKEM Gembira dan Berbobot dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar IPA siswa kelas VII SMP Negeri 2 Wolo pada materi pokok

pemuaian dan kalor dengan tingkat pencapaian ketuntasan belajar ≥ 68 (KKM

dari sekolah).