bab ii kajian pustaka
DESCRIPTION
Skripsi Bab IITRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Belajar yang Melandasi Paikem Gembira dan Berbobot
1. Teori Perkembangan Jean Piaget
Menurut Jean Piaget (Nur dalam Lif Khoiru & Sofan, 2011: 47),
seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, yaitu:
tahap sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal.
Pola perilaku atau berfikir yang digunakan anak dan orang dewasa
dalam menangani obyek-obyek di dunia disebut skemata. Selanjutnya
menurut Piaget bahwa anak membangun sendiri skemata-skemata dari
pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Di sini peran guru adalah
sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para siswanya. (Hadisubroto
dalam Lif Khoiru & Sofan, 2011: 49).
Piaqet yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi
lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain itu, ia
juga berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman sebayanya,
khususnya berargumentasi, berdiskusi, membantu memperjelas pemikiran,
pada akhirnya, membuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur dalam Lif
Khoiru dan Sofan, 2011:50). Guru dapat menciptakan suatu keadaan atau
lingkungan belajar yang memadai agar siswa dapat menemukan
pengalaman-pengalaman nyata dan terlibat langsung dengan alat dan
media.
Jelas teori piaget tersebut menegaskan bahwa guru harus mampu
menciptakan keadaan pembelajar yang mampu belajar mandiri. Artinya
guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pembelajar,
9
10
tetapi guru dapat membangun pembelajar yang mampu belajar dan terlibat
aktif dalam belajar
2. Teori Bandura
Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang
dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura sebagian besar
manusia belajar melalui pengamatan secara selektif mengingat tingkah
laku orang lain (Arends, 1997: 69).
Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati
tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian
dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan
pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Berdasarkan pola
perilaku ini, selanjutnya Bandura mengklasifikasikan empat fase belajar
dari pemodelan, yaitu fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase
motivasi.
3. Teori Bruner
Jerome Bruner, seorang ahli psikologi Havard adalah salah satu
seorang pelopor pengembangan kurikulum terutama dengan teori yang
dikenal dengan pembelajaran penemuan atau inquiri.
Aplikasi ide-ide Bruner dalam pembelajaran menurut Woolfolk,
(dalam Lif Khoiru & Sofan, 2011: 57) digambarkan sebagai berikut:
a. Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari.
b. Membantu siswa mencari hubungan antar konsep.
c. Mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba menemukan
sendiri jawabannya.
d. Mendorong siswa untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif.
11
B. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan
proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok
dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan
belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain
seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan
maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya teaching
& Media-A systematic Approach (1971) dalam Arsyad (2011: 3)
mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan
perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku
adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh
tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati”.
Sedangkan Menurut Gagne dalam Dahar (2006) belajar di
definisikan sebagai “suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat dari suatu pengalaman”. Slameto (2003: 5)
menyatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
12
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
Lebih lanjut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010: 35)
menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman
yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu”.
Dengan demikian dapat disimpulkan belajar adalah perubahan
tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk
kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,
penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian
kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Sudjana (1990) adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya. Sedangkan
menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) hasil belajar adalah hasil yang
ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan
dengan nilai tes yang diberikan guru.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru
setiap selesai memberikan materi pelajaran.
Mulyasa (2006) mengemukakan hasil belajar berdasarkan teori
belajar tuntas, sebagaimana dikemukakan bahwa: “berdasarkan teori belajar
tuntas, maka seorang siswa dipandang tuntas belajar jika ia mampu
13
menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran
minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan
kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai
minimal 65%, sekurang- kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas
tersebut”.
Hasil belajar dalam pengertiannya banyak berhubungan dengan
tujuan pembelajaran. Tipe-tipe hasil belajar biasanya tercantum dalam tujuan
pendidikan yang ingin dicapai. Hasil belajar ini dapat berupa kemampuan
intelektual, sikap maupun psikomotor (skill). Bloom dalam sudjana
(1990) mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga domain (ranah) yaitu
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Maksud dari tiga
ranah di atas dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Ranah kognitif, berhubungan erat dengan pengetahuan dan
perkembangan keterampilan intelektual yang terdiri dari enam aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan
kreasi.
2. Ranah afektif, berkaitan dengan sikap dan sebagian hasilnya
berupa perubahan tingkah laku. Ranah afektif terdiri dari lima perilaku
dimulai dari perilaku paling sederhana hingga yang sangat kompleks.
Lima perilaku tersebut diantaranya yaitu menerima, merespon, menilai,
mengorganisasi, dan karakterisasi diri oleh nilai.
3. Ranah psikomotor, meliputi lima keterampilan, yaitu peniruan,
manipulasi, ketepatan, artikulasi, dan pengalamiahan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar
yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya
setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar seperti ranah kognitif, ranah
14
afektif, dan ranah psikomotor. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar maupun non tes.
Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat
mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di
sekolah.
D. Hakikat PAIKEM Gembira dan Berbobot
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, Menyenangkan
(PAIKEM) adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik
mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap,
dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sementara,
guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk
pemanfaatan lingkungan, supaya pembelajaran lebih menarik,
menyenangkan, dan efektif (Asmani, 2011: 59-60). PAIKEM berasal dari
konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa (student-centered
learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun),
agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar
mereka tidak merasa terbebani atau takut. Untuk itu, maka aspek fun is
learning menjadi salah satu aspek penting dalam pembelajaran PAIKEM,
disamping upaya untuk terus memotivasi siswa agar siswa mengadakan
eksplorasi, kreasi, dan bereksperimen terus dalam pembelajaran (Rusman,
2011: 321).
Aktif, dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
15
Inovatif, dimaksudkan agar guru selalu mengemas kegiatan belajar
yang heterogen sehingga memiliki nilai tambah dalam memberikan pelayanan
pembelajaran kepada siswa.
Kreatif, dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang
beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Efektif, berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.
Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan, tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain biasa.
Menyenangkan, dimaksudkan agar guru mampu menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatian
secara penuh
Gembira, dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar yang
fun sehingga siswa mampu belajar dengan enjoy pada gilirannya siswa
mampu menyerap pelajaran
Berbobot, dimaksudkan agar guru dalam memberikan pembelajaran
kepada siswa memiliki mutu yang baik sehingga tercapai tujuan
pembelajaran.
Secara garis besar PAIKEM Gembira dan Berbobot (Lif Khoiru &
Sofan, 2011: 1-2) dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat (learning to do).
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk menjadikan pembelajaran menjadi menarik, menyenangkan, dan
cocok bagi siswa.
16
3. Guru mengatur kelas dengan cara memajang buku-buku dan bahan ajar
yang lebih menarik.
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan cara sendiri dalam pemecahan
suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa
dalam menciptakan lingkungannya.
E. Peran Guru dan Siswa Dalam PAIKEM Gembira dan Berbobot
Dalam PAIKEM Gembira dan Berbobot, aktor utamanya adalah
guru dan siswa. Keduanya ada dalam interaksi yang dinamis dan kontekstual.
Kalau keduanya pasif dan tidak kreatif, maka PAIKEM Gembira dan
Berbobot tidak dapat berjalan sesuai dengan koridornya. Berikut ini
gambaran lengkap mengenai peran guru dan siswa dalam PAIKEM Gembira
dan Berbobot.
a. Pembelajaran Aktif
1) Guru aktif
i. memantau kegiatan belajar siswa,
ii. memberi umpan balik,
iii. mengajukan pertanyaan yang menantang, serta;
iv. mempertanyakan gagasan siswa.
2) Siswa aktif
i. membangun konsep tanya,
ii. bertanya,
iii. bekerja, terlibat dan berpartisipasi,
iv. menemukan dan memecahkan masalah,
v. mengemukakan gagasan,
17
vi. mempertanyakan gagasan.
b. Pembelajaran Kreatif dan Inovatif
1) Guru kreatif
i. mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam,
ii. membuat alat bantu belajar,
iii. memanfaatkan lingkungan,
iv. mengelola kelas dan sumber belajar, serta,
v. merencanakan proses dan hasil belajar.
2) Siswa kreatif
i. membuat/merancang sesuatu,
ii. menulis/mengarang
c. Pembelajaran Efektif
1) guru mencapai tujuan pembelajaran
2) siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.
d. Pembelajaran Menyenangkan
1) Siswa senang karena
i. kegiatannya menarik, menantang, dan meningkatkan motivasi.
ii. mendapat pengalaman secara langsung,
iii. kemampuannya berpikir kritis dalam memecahkan masalah
semakin meningkat, dan
iv. tidak membuat siswa takut.
2) Guru senang karena mampu mengkondisikan anak agar mampu
i. berani mencoba/berbuat,
ii. berani bertanya,
iii. berani memberikan gagasan/pendapat, dan
iv. berani mempertanyakan gagasan orang lain
18
F. Alasan Penerapan PAIKEM Gembira dan Berbobot
Sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa PAIKEM Gembira
dan Berbobot diterapkan di Indonesia, yakni sebagai berikut:
1. PAIKEM Gembira dan Berbobot lebih memungkinkan peserta didik dan
guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita
mengenal pembelajaran model konvensional yang dinilai hanya guru
yang aktif (monologis), sementara peserta didiknya pasif, sehingga
pembelajarannya dinilai menjemukan, kurang menarik, dan tidak
menyenangkan.
2. PAIKEM Gembira dan Berbobot lebih memungkinkan, baik peserta
didik maupun guru sama-sama kreatif. Guru berupaya kreatif, mencoba
berbagai cara melibatkan semua peserta didiknya dalam pembelajaran.
Sementara peserta didik juga dituntut kreatif pula dalam berinteraksi
dengan sesama teman, guru, maupun bahan ajar dengan segala alat
bantunya sehingga pada akhirnya hasil pembelajaran dapat meningkat.
G. Fase Pembelajaran PAIKEM Gembira dan Berbobot
Fase PAIKEM Gembira dan Berbobot pada dasarnya mengikuti
langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu. Secara umum sintaks
tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pendekatan yang
meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap
evaluasi (Prabowo, 2000: 6). Berkaitan dengan itu maka sintaks PAIKEM
Gembira dan Berbobot dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran
seperti model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif,
maupun model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based
instructions).
19
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka sintaks pembelajaran terpadu
dapat bersifat luwes dan fleksibel. Artinya, bahwa sintaks dalam PAIKEM
Gembira dan Berbobot dapat diakomodasikan dari berbagai model
pembelajaran yang dikenal dengan istilah setting atau merekonstruksi.
Secara konkret sintaks pembelajaran terpadu dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini. Sintaks ini dikembangkan dengan mengadopsi sintaks model
pembelajaran langsung yang diintegrasikan dengan model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran langsung terlihat dari fase-fase yang
digunakan maupun langkah-langkah yang ditempuh guru, sedangkan sintaks
model pembelajaran kooperatif ditunjukkan pada kegiatan guru difase 3 dan 4.
Tabel 2.1. Sintaks PAIKEM Gembira dan Berbobot dalam setting
pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatif.
Tahap Tingkah Laku GuruFase-1Pendahuluan
1. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaransebelumnya
2. Memotivasi siswa3. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk
mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudahdikuasai oleh siswa
4. Menjelaskan tujuan pembelajaran (KompetensiDasar dan Indikator)
Fase-2Presentasi Materi
1. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai olehsiswa melalui demonstrasi dan bahan bacaan
2. Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan3. Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui
bagan4. Memodelkan penggunaan peralatan melalui bagan
Fase-3Membimbing Pelatihan
1. Menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompokbelajar
2. Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusisecara kelompok sesuai komposisi kelompok
3. Membagi buku siswa dan LKS4. Mengingatkan cara menyusun laporan hasil
kegiatan5. Memberikan bimbingan seperlunya6. Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas
waktu yang ditentukan
20
Fase-4Menelaah Pemahaman danMemberikan Umpan Balik
1. Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusikelas
2. Meminta salah satu anggota kelompok untukmempresentasikan hasil kegiatan sesuai denganLKS yang telah dikerjakan
3. Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasilpresentasi
4. Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusiFase-5Mengembangkan denganmemberikan kesempatanuntuk pelatihan lanjutan danpenerapan
1. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadaptugas yang dilakukan
2. Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materipelajaran yang baru saja dipelajari
3. Memberikan tugas rumahFase-6Menganalisis danmengevaluasi
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atauevaluasi terhadap kinerja mereka
(sumber: Trianto (2005: 122) dalam Lif Khoiru dan Sofan (2011: 39).
H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan
pendekatan PAIKEM Gembira dan Berbobot dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar IPA siswa kelas VII SMP Negeri 2 Wolo pada materi pokok
pemuaian dan kalor dengan tingkat pencapaian ketuntasan belajar ≥ 68 (KKM
dari sekolah).