bab ii kajian teori a. kemampuan berpikir kreatifrepository.ump.ac.id/1114/3/bab ii.pdf ·...

24
8 BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam suatu pembelajaran matematika, kemampuan berpikir kreatif sangat diperlukan. Karena kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan yang sangat mendasar bagi seseorang dalam memecahkan masalah secara kreatif. Sebelum membahas arti berpikir kreatif, berikut adalah makna dari berpikir. Proses berpikir merupakan peristiwa mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi- persepsi, dan pengalaman sebelumnya (Kuswana, 2011). Kreatif berasal dari bahasa Inggris ‘create’ yang artinya menciptakan, sedangkan kreatif mengandung pengertian memiliki daya cipta. Munandar (2009) mengemukakan bahwa, kreatif berarti mengembangkan talenta yang dimiliki, belajar menggunakan kemampuan diri sendiri secara optimal, menjajaki gagasan baru, tempat-tempat baru, aktivitas-aktivitas baru, mengembangkan kepekaan terhadap masalah lingkungan, masalah orang lain, masalah kemanusiaan. Menurut Munandar (2009) bahwa berpikir kreatif divergen (juga disebut berfikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian. Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

Upload: doanbao

Post on 06-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Berpikir Kreatif

Dalam suatu pembelajaran matematika, kemampuan berpikir kreatif

sangat diperlukan. Karena kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan

yang sangat mendasar bagi seseorang dalam memecahkan masalah secara

kreatif. Sebelum membahas arti berpikir kreatif, berikut adalah makna dari

berpikir. Proses berpikir merupakan peristiwa mencampur, mencocokkan,

menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi-

persepsi, dan pengalaman sebelumnya (Kuswana, 2011).

Kreatif berasal dari bahasa Inggris ‘create’ yang artinya menciptakan,

sedangkan kreatif mengandung pengertian memiliki daya cipta. Munandar

(2009) mengemukakan bahwa, kreatif berarti mengembangkan talenta yang

dimiliki, belajar menggunakan kemampuan diri sendiri secara optimal,

menjajaki gagasan baru, tempat-tempat baru, aktivitas-aktivitas baru,

mengembangkan kepekaan terhadap masalah lingkungan, masalah orang lain,

masalah kemanusiaan.

Menurut Munandar (2009) bahwa berpikir kreatif divergen (juga disebut

berfikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban

berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman

jumlah dan kesesuaian.

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

9

Selain itu, menurut Satiadarma (2003), Kreativitas merupakan

kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa

gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri berpikir kreatif

maupun berpikir afektif, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan

hal-hal yang sudah ada.

Proses berpikir kreatif menurut Wallas (Satiadarma,2003) meliputi

empat tahapan yakni:

1) Persiapan (preparation)

Adalah tahap peletakan dasar. Dalam tahap ini dilakukan

pengumpulan informasi, data-data, dan bahan-bahan untuk memecahkan

masalah.

2) Inkubasi (incubation)

Adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam pra-

sadar. Tahap ini berlangsung dalam waktu tak menentu. Dalam tahap ini

pula terdapat kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya,

dan akan teringat lagi pada saat berakhirnya tahap pengeraman dan muncul

masa berikutnya.

3) Iluminasi (illumination)

Adalah tahap dimana munculnya aspirasi atau gagasan-gagasan untuk

memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk cetusan spontan,

ide/gagasan, pemecahan masalah, penyelesaian, cara kerja, dan jawaban

baru.

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

10

4) Verifikasi (verivication)

Adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi terhadap gagasan secara

kritis yang mulai dicocokan dengan keadaan nyata atau kondisi kenyataan.

Karakteristik pemikiran kreatif menurut Guilford (Satiadarma: 2003)

berkaitan dengan lima ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir kreatif

yakni:

1) Kelancaran (fluency) adalah kemampuan memproduksi banyak gagasan

2) Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengajukan berbagai

pendekatan atau jalan penyelesaian masalah.

3) Keaslian (originality) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan atau

ide sebagai hasil pemikiran sendiri.

4) Penguraian (elaboration) adalah kemampuan menguraikan sesuatu secara

terperinci

5) Perumusan kembali (fenition) adalah kemampuan untuk menkaji suatu

persoalan melalui cara atau perspektif yang berbeda dengan yang sudah

lazim

Selain itu, ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif yang dikemukakan oleh

Satiadarma (2003) meliputi :

1) Keterampilan berpikir lancar (fluency) : kemampuan ini menyebabkan

seseorang mampu mencetuskan banyak ide, gagasan, jawaban,

penyelesaian, suatu masalah atau pertanyaan

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

11

2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) : kemampuan ini menyebabkan

seseorang dapat menghasilkan jawaban atau pertanyaan bervariasi karena

dia mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

3) Keterampilan berpikir orisinil (Originality) : kemampuan ini mendorong

seseorang untuk menghasilkan ungkapan yang baru dan unik sebagai

ungkapan dari pemikiran mereka.

4) Keterampilan memperinci (mengelaborasi) : kemampuan ini meliputi

kemampuan memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau

produk

5) Ketrampilan menilai (mengevaluasi) : kemampuan ini membuat

seseorang menentukan patokan sendiri dalam menilai apakah suatu

pernyataan benar atau salah.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kesanggupan atau kecakapan

siswa untuk mencetuskan cara, strategi, ide-ide atau konsep dengan

menghubungkan dan mengembangkan hal-hal yang telah diketahui

sebelumnya dalam menyelesaikan permasalahan atau persoalan matematika.

Berpikir kreatif matematis adalah aktivitas mental yang disadari secara logis

dan divergen untuk menemukan jawaban atau solusi yang bersifat baru

dalam permasalahan matematika. Indikator kemampuan berpikir kreatif

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

12

1) Keterampilan Berpikir lancar (Fluency):

a) Mencetuskan banyak jawaban atau penyelesaian masalah atau gagasan

yang berhubungan dengan matematika.

b) Memberikan banyak cara atau solusi dalam menyelesaikan masalah

matematika

c) Selalu memikirkan lebih dari 1 jawaban

2) Keterampilan Berpikir Luwes (Fleksibelity):

a) Menghasilkan jawaban atau solusi yang bervariasi dalam menyelesaikan

permasalahan matematika.

b) Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

c) Mencari berbagai alternatif jawaban atau solusi yang berbeda dalam

menyelesaikan permasalahan matematika.

3) Keterampilan Berpikir Orisinil (Originality):

a) Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan suatu ide

yang berkaitan dengan matematika.

b) Mampu membuat kombinasi-kombinasi dari berbagai bagian atau unsur

yang ada.

c) Mampu mengungkapkan masalah matematika dengan menggunakan

bahasa, dan idenya sendiri.

4) Ketrampilan Memperinci (Elaboration):

a) Mampu mengembangkan atau memperkaya suatu gagasan.

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

13

b) Menambahkan atau memperinci suatu gagasan sehingga meningkatkan

kualitas gagasan tersebut.

B. Kecerdasan Interpersonal

Menurut Mork (Yaumi ,2013) bahwa, kecerdasan interpersonal adalah

kemampuan untuk membaca tanda dan isyarat sosial, komunikasi verbal dan

non-verbal, dan mampu menyesuaikan gaya komunikasi secara tepat. Dan

menurut (Lwin, et al., 2008), kecerdasan interpersonal adalah kemapuan

untuk berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Kecerdasan ini adalah

kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, tempramen,

suasana hati, maksud, dan keinginan orang lain kemudian menanggapinya

secara layak. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi

melakukan negosiasi hubungan dengan keterampilan dan kemahiran karena

orang tersebut mengerti kebutuhan tentang empati, kasih sayang, pemahaman,

ketegasan, dan ekspresi dari kebutuhan dan keinginan. Orang seperti ini

mengetahui bagaimana pentingnya berkolaborasi dengan orang lain,

memimpin ketika diperlukan, mengikuti jika memang keikutsertaan sangat

diperlukan, bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki ketrampilan

komunikasi yang berbeda-beda.

Yaumi (2013) mengatakan bahwa, pemahaman terhadap watak orang

lain yang menjadi ciri utama kecerdasan interpersonal merupakan faktor

penting bagi komunikasi yang efektif. Beberapa istilah yang sering dikaitkan

dengan kecerdasan interpersonal adalah komunikasi dan ketrampilan

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

14

interpersonal. Menurut Oak (Yaumi, 2013), komunikasi interpersonal adalah

bentuk komunikasi yang terjadi antara dua orang yang saling tergantung satu

sama lain untuk membagi (sharing) pengalaman, sedangkan ketrampilan

interpersonal adalah ketrampilan yang dibutuhkan untuk berinteraksi dalam

situasi sosial.

Mork (Yaumi, 2013) juga menekankan bahwa, pada empat elemen

penting dari kecerdasan interpersonal yang perlu digunakan dalam

membangun komunikasi. Keempat elemen penting tersebut, mencakup: (1)

membaca isyarat sosial,(2) memberikan empati (3) mengontrol emosi, dan (4)

mengekspresikan emosi pada tempatnya. Untuk memahami secara

komprehensif keempat elemen ini, perlu dijelaskan lebih perinci seperti

berikut ini.

1) Membaca isyarat sosial

Memerhatikan penuh bagaimana orang lain berkomunikasi,

memahami komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan dalam

berinteraksi .

2) Memberikan empati

Mencoba memposisikan diri berada pada perspektif orang lain ketika

berdiskusi tentang sesuatu khususnya jika ingin berkolaboratif dengan

orang tersebut, membuat keputusan atau menyelesaikan konflik,

mengajukan pertanyaan untuk mengetahui apa sebenarnya yang

diinginkan oleh orang tersebut dalam suatu situasi.

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

15

3) Mengontrol emosi

Jika merasa sedikit panas atau tegang tentang topik yang sedang

dibicarakan, sebaiknya melangkah sedikit ke belakang untuk

mendinginkan suasana, kemudian melanjutkan pembicaraan.

4) Mengekspresikan emosi pada tempatnya

Mengetahui kapan saatnya mengungkapnkan rasa iba dan kasih saying,

hubungan emosional, atau mengungkapkan emosi yang positif.

Yaumi (2013) mengemukakan secara khusus, karakteristik orang yang

memiliki kecerdasan interpersonal adalah:

1) Belajar dengan sangat baik ketika berada dalam situasi yang membangun

interaksi antara satu dengan yang lainnya.

2) Semakin banyak berhubungan dengan orang lain, semakin merasa bahagia.

3) Sangat produktif dan berkembang dengan pesat ketika belajar secara

kooperatif dan kolaboratif.

4) Ketika menggunakan interaksi jejaring sosial, sangat senang dilakukan

melalui chatting atau teleconference.

5) Merasa senang berpartisipasi dalam organisasi-organisasi sosial keagamaan,

dan politik.

6) Sangat senang mengikuti acara talkshow di tv dan radio.

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

16

7) Ketika bermain atau berolahraga, sangat pandai bermain secara tim daripada

main sendirian.

8) Selalu merasa bosan dan tidak bergairah ketika bekerja sendiri.

9) Selalu melibatkan diri dalam club-club dan berbagai aktivitas

ekstrakurikuler.

10) Sangat peduli dan penuh perhatian pada masalah-masalah dan isu-isu sosial.

Sedangkan Lwin, et al. (2008) mengemukakan tanda-tanda kecerdasan

interpersonal yang rendah jika dia:

1) Tidak suka berbaur atau bermain dengan anak-anak lain

2) Lebih suka menyendiri

3) Menarik diri dari orang lain, khususnya selama pesta anak-anak

4) Merebut dan mengambil mainan anak-anak lain

5) Memukul dan menendang anak-anak lain dan secara teratur terlibat dalam

perkelahian

6) Tidak suka bergiliran

7) Tidak suka berbagi dan sangat posesif (menonjolkan kepemilikan) akan

mainannya

8) Menjadi agresif dan berteriak-teriak ketika dia tidak mendapatkan yang dia

inginkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kecerdasan interpersonal siswa adalah kecakapan atau keterampilan

yang dimiliki oleh seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, kecakapan

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

17

atau ketrampilan untuk berkomunikasi baik verbal maupun non verbal.

Indikator kecerdasan interpersonal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Membaca Isyarat Sosial :

a) Memulai hubungan baru dengan orang lain

b) Menunjukkan keterbukaan dalam hubungan dengan orang lain

c) Menunjukkan kepercayaan kepada orang lain untuk berbagi perasaan

2) Memberikan Empati :

a) Menunjukkan perhatian kepada orang lain

b) Menjaga perasaan orang lain

c) Mengerti keinginan orang lain

3) Mengontrol Emosi :

a) Menghargai perbedaan pada orang lain

b) Berpikiran positif terhadap orang lain

c) Tidak menaruh curiga secara berlebihan

4) Mengekspresikan emosi pada tempatnya :

a) Memberi dukungan kepada teman

b) Memberikan penghargaan terhadap orang lain

c) Spontanitas

d) Menempatkan diri setara dengan orang lain

e) Mengakui pentingnya kehadiran orang lain

f) Komunikasi dua arah

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

18

C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek

dalam proses pembelajaran menjadi titik tolak, banyak ditemukannya berbagai

pendekatan pembelajaran yang inovatif. Guru dituntut dapat memilih model

pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif

ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif model

pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya ketrampilan berpikir

siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah

adalah Pembelajaran Berbasis Masalah atau disingkat PBM (Rusman, 2010).

Dalam bukunya Trianto (2009) istilah pembelajaran berbasis masalah

(PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Learning (PBI). Trianto

(2009) juga menambahkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah

merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya

permasalahan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang

nyata. Menurut Duch, et.al. (Rusman, 2010) menyatakan bahwa, prinsip dasar

yang mendukung konsep dari PBM ada sudah lebih dulu dari pendidikan

formal itu sendiri, yaitu bahwa pembelajaran dimulai (diprakasai) dengan

mengajukan masalah, pertanyaan, atau teka-teki, yang menjadikan pembelajar

(siswa yang belajar) ingin menyelesaikannya.

Tan (Rusman, 2010) juga menyebutkan bahwa, PBM telah diakui

sebagai suatu pengembangan pembelajaran aktif dan pendekatan yang berpusat

pada siswa, dimana masalah-masalah yang tidak terstruktur (masalah-masalah

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

19

dunia nyata atau masalah-masalah simulasi yang kompleks) digunakan sebagai

titik awal dan jangkar atau sauh untuk proses pembelajaran. Sedangkan Roh

(Rusman, 2010) mengatakan bahwa, pembelajaran berbasis masalah adalah

model pembelajaran dikelas yang mengatur atau mengelola pembelajaran

matematika disekitar kegiatan pemecahan masalah dan memberikan kepada

para siswa kesempatan untuk berfikir secara kritis, mengajukan ide kreatif

mereka sendiri, dan mengkomunikasikan dengan temannya secara matematis.

Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata

yang tidak terstruktur.

3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (Multiple Perspective).

4) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan

kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar

dan bidang baru dalam belajar.

5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan

evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM.

7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif .

8) Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari

sebuah permasalahan.

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

20

9) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah

proses belajar, dan

10) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Rusman (2010) mengemukakan bahwa, langkah-langkah Pembelajaran

Berbasis masalah adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1 Orientasi siswa pada

masalah

Menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan

logistic yang diperlukan, dan

memotivasi siswa terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah

2 Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Membantu siswa

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut

3 Membimbing pengalaman

individual/kelompok

Mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan

masalah.

4 Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai seperti

laporan, dan membantu mereka

untuk berbagai tugas dengan

temannya

5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Membantu siswa untuk

melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap penyelidikan

mereka dan proses yang mereka

gunakan

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

21

D. Strategi Pembelajaran (AIR) Auditory Intellectually Repetition

Strategi pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) merupakan

pengembangan dari strategi pembelajaran SAVI (Somatic Auditory Visual

Intellectually) dan VAK (Visual Auditory Kinesthetic).Yang membedakan

strategi pembelajaran (AIR) Auditory Intellectually Repetition dengan strategi

pembelajaran SAVI dan VAK adalah adanya Repetition yaitu pengulangan.

Menurut Ainia (2012), strategi pembelajaran Auditory Intellectually

Repetition (AIR) adalah salah satu strategi pembelajaran yang menekankan

pada tiga aspek yaitu Auditory (mendengar), Intellectualy (berpikir), Repetition

(pengulangan). Unsur-unsur pembelajaran (AIR) Auditory Intellectually

Repetition adalah sebagai berikut:

1) Auditory

Belajar Auditory sangat diajarkan terutama oleh bangsa Yunani kuno,

karena filosof mereka adalah jika mau belajar lebih banyak tentang apa saja,

maka bicarakanlah tanpa henti (Meier,2002). Auditory adalah learning by

talking, belajar dengan berbicara, mendengarkan menyimak, presentasi,

argumentasi, mengungkapkan pendapat, dan menanggapi. Menurut Meier

(2002) ada beberapa gagasan untuk meningkatkan penggunaaan Auditory

dalam belajar, antara lain:

a) Mintalah siswa untuk berpasangan, membincangkan secara terperinci apa

yang baru mereka pelajari dan bagaimana menerapkannya.

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

22

b) Mintalah siswa untuk mempraktekkan sesuai ketrampilan atau

memperagakan suatu konsep sambil mengucapkan secara terperinci apa

yang sedang mereka kerjakan.

c) Mintalah siswa untuk berkelompok dan berbicara saat penyusunan

pemecahan masalah.

Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi Auditory dapat

dilakukan dengan cara membentuk pembelajaran berkelompok dan diskusi

sehingga siswa dapat saling menukar informasi yang didapatnya, mengajak

siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, mengajak mereka

berbicara saat memecahkan masalah, mempresentasikan jawabannya di depan

kelas.

2) Intellectually

Menurut Meier (2002) bahwa “Intellectualy menunjukkan apa yang

dilakukan pembelajaran dalam pemikiran suatu pengalaman dan menciptakan

hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut”. Meier (2002)

juga mengatakan “Intellectually” menunjukkan apa yang dilakukan siswa

dalam pikirannya secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan

mereka untuk merenungkan suatu pengalaman tersebut. Lebih lanjut Meier

mendefinisikan Intellectually adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana

yang digunakan untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menghubungkan

pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna

baru lagi bagi dirinya sendiri.

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

23

Meier (2002) mengemukakan bahwa aspek dalam Intellectually dalam

belajar akan terlatih jika siswa dilibatkan dalam aktifitas memecahkan

masalah. Dengan demikian guru harus mampu merangsang, mengarahkan,

memelihara, dan meningkatkan intesitas proses berpikir siswa demi

tercapainya kemampuan pemecahan masalah yang maksimal pada siswa.

3) Repetition

Belajar bukanlah berproses dalam kekosongan, tetapi berproses dengan

penuh makna. Masuknya materi ke dalam otak yang diterima melalui proses

penginderaan akan masuk ke dalam memori jangka pendek, penyimpanan

informasi dalam memori jangka pendek memiliki jumlah dan waktu yang

terbatas. Agar kesan-kesan itu mudah diangkat ke alam sadar diperlukan

Repetition dengan memanfaatkan kesan-kesan berupa ilmu pengetahuan itu

sesering mungkin (Djamarah, 2010).

Menurut Ngalimun (2013) Repetition merupakan pengulangan, dengan

tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih

melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan kuis. Pengulangan disini

dimaksudkan agar siswa lebih mendalami materi ataupembelajaran yang telah

disampaikan.Sedangkan menurut Suherman (2008) Repetition berarti

pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam

dan luas, siswa perlu dilatih melalui pengajaran soal, pemberian tugas dan kuis.

Menurut Sihalolo (2012) ada beberapa gagasan untuk meningkatkan

penggunaan Repetition dalam belajar, diantaranya:

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

24

a) Guru memberikan tugas kepada siswa dalam bentuk soal-soal.

b) Guru mengarahkan siswa untuk mengerjakan tugas tersebut secara

individu.

c) Siswa diarahkan untuk menyelesaiakan tugas tersebut dengan mengingat

informasi-informasi yang sudah diterimanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah salah satu strategi

pembelajaran yang menekankan aspek Auditory yang berarti indra telinga

digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi,

argumentasi, dan menanggapi, Intellectually yang berarti kemampuan berpikir

perlu dilatih dengan melalui latihan menalar, mencipta, memecahkan masalah,

berpikir kreatif dan menerapkan, dan Repetition berarti pengulangan yang

diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan luas,

siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan kuis.

Menurut Meier (2002), langkah-langkah dalam strategi pembelajaran

Auditory Intellectually Repetition (AIR) yaitu:

Tabel 2.2 Langkah-langkah Strategi Pembelajaran AIR (Auditory

Intellectually Repetition)

Indikator Tingkah Laku Guru

Preparation

(Tahap persiapan)

Pada tahap ini guru meningkatkan minat

belajar siswa, menyampaikan tujuan

pembelajaran dan membagi kelompok dari

awal pembelajaran dengan tujuan agar

mencapai situasi belajar yang optimal.

Presentatiom Tujuan pada tahap penyampaian adalah

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

25

(Tahap penyampaian) membantu siswa menemukan materi belajar

yang baru dengan cara yang menarik,

menyenangkan, relevan, melibatkan panca

indra.

Practice

(Tahap pelatihan)

Pada tahap pelatihan, guru membantu siswa

untuk menyampaikan dan menyerap

pengetahuan dan ketrampilan baru dengan

berbagai cara.

Performance

(Tahap penampilan hasil)

Tujuan penampilan hasil adalah membantu

siswa untuk menerapkan dan memperluas

pengetahuan atau ketrampilan baru yang

mereka peroleh, sehingga hasil belajar akan

melekat dan terus meningkat.

E. Hubungan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi

Pembelajaran (AIR) Auditory Intellectually Repetition

Menurut Sanjaya (Rusman, 2010), model pembelajaran berbasis masalah

dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan

kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Model

pembelajaran berbasis masalah dapat di terapkan:

1) Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat

mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya

secara penuh.

2) Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir

rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan

pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya

perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan

dalam membuat judgement secara objektif.

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

26

3) Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan

masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.

4) Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih tanggung jawab dalam

belajarnya.

5) Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang

dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori

dengan kenyataan).

Menurut Trianto (2014), di dalam kelas PBM, peran guru berbeda dengan

kelas tradisional. Peran guru di dalam kelas PBM antara lain:

1) Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah

autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari.

2) Memfasilitasi/membimbing penyelidikan, misalnya melakukan

pengamatan atau melakukan eksperimen/percobaan.

3) Memfasilitasi dialog siswa, dan

4) Mendukung belajar siswa.

Sedangkan pengertian strategi pembelajaran (AIR) Auditory Intellectually

Repetition adalah salah satu strategi pembelajaran yang menekankan aspek

Auditoryyang berarti mendengar, Intellectually yang berarti kemampuan

berpikir dan Repetition berarti pengulangan.

Jika model pembelajaran berbasis masalah kita hubungkan dengan

strategi pembelajaran (AIR) Auditory Intellectually Repetition ada beberapa

persamaan, yaitu setiap tahap atau proses pembelajaran sama-sama

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

27

mempunyai 3 tahap penyampaian yang sama yaitu: yang pertama, guru

membantu siswa menemukan materi yang baru atau masalah dalam

pembelajaran, yang kedua siswa di ajak berfikir untuk memecahkan masalah

yang ada dan tahap yang ketiga adalah guru mengajak siswa untuk

mengevaluasi yang sudah di pecahkan secara berasama.

Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah dengan

Strategi Auditory Intellectually Repetition (AIR)

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1 Orientasi siswa pada

masalah

(Preparation)

Menjelaskan tujuan pembelajaran,

meningkatkan minat belajar siswa,

membagi kelompok dari awal

pembelajaran, menjelaskan

logistik/alat yang diperlukan, dan

memotivasi siswa terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah.

2 Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan,

menemukan materi belajar, dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah

tersebut.

3 Membimbing

pengalaman

individual/kelompok

(Presentation)

Mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah yang baru dengan

cara yang menarik, menyenangkan,

relevan, melibatkan panca indra.

4 Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

(Practice)

Membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan, dan

membantu mereka untuk berbagai

tugas dengan temannya.

5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

(Performance)

Membantu siswa untuk melakukan

refleksi/pengulangan serta evaluasi

terhadap pengetahuan dan ketrampilan

baru yang mereka peroleh, sehingga

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

28

hasil belajar akan melekat dan terus

meningkat.

F. Materi

Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel. Standar kompetensi dan kompetensi dasar

disesuaikan dengan silabus Kurikulum 2013 dalam BNSP (2006).

G. Kerangka Berpikir

Tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan yang diharapkan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling mendukung. Salah satu faktor

yang memiliki peran dalam rangka mencapai tujuan adalah ketepatan

mengorganisir peserta didik. Guru sebagai pemegang kendali dikelas,

mempunyai tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, guru di tuntut untuk

mencari model dan strategi pembelajaran yang dapat membawa pengaruh

besar pada pola pikir siswa dalam peningkatan berpikir kreatif matematis dan

kecerdasan interpersonal siswa, yaitu dengan menggunakan variasi model dan

strategi pembelajaran, diantaranya dengan model Pembelajaran Berbasis

Masalah dengan strategi Auditory Intellectually Repetition (AIR).

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas VIIIA SMP Bhakti Praja

Pangkah bahwa kemampuan berpikir kreatif dan kecerdasan interpersonal

siswa masih rendah.

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

29

Penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan strategi

Auditory Intellectually Repetition (AIR) menarik untuk digunakan jika materi

yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi

tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Dengan pembelajaran ini

diharapkan dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan kecerdasan

interpersonal siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berpendapat bahwa keterkaitan

pembelajaran berbasis masalah dengan strategi Auditory Intellectually

Repetition (AIR) dengan kemampuan berpikir kreatif dan kecerdasan

interpersonal siswa merupakan modal awal untuk mencapai keberhasilan

siswa. Keterkaitan tersebut menjadikan sebuah pemicu munculnya hasil yang

baik, yaitu dengan mengarahkan siswa pada sesuatu yang baru, praktis, sesuai

pada pengalaman yang nyata. Apabila dalam diri siswa sudah tertanam

motivasi yang besar, maka dengan sendirinya siswa tersebut mudah dan

penuh sadar melakukan sesuatu guna mencapai hasil yang diharapkan.

Untuk mendapatkan hasil memuaskan, guru dituntut menyajikan

materi dan mengelola siswa dalam KBM senantiasa menyenangkan dan tidak

membosankan dengan model pembelajaran yang variatif. Penggunaan model

Pembelajaran Berbasis Masalah dengan strategi Auditory Intellectually

Repetition (AIR) menjadi solusi terbaik bagi guru agar tercipta KBM yang

diinginkan dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

30

kecerdasan interpersonal siswa. Secara skematis, kerangka berpikir dapat

ditunjukkan di bawah ini:

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berpikir, maka dalam

penelitian tindakan kelas ini diajukan hipotesis tindakan, yaitu melalui

pembelajaran berbasis masalah dengan strategi Auditory Intellectually

Berpikir Kreatif Matematis dan

Interpersonal skill siswa meningkat

Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi (AIR) Auditory

Intellectually Repetition

1. Orientasi siswa pada masalah (Preparation)

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

3. Membimbing pengalaman individual/kelompok (Presentation)

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (Practice)

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

(Performance)

Kondisi Awal Siswa

Berpikir Kreatif Matematis dan

Interpersonal skill rendah

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017

31

Repetition (AIR) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis

dan kecerdasan Interpersonal siswa kelas VIIIA SMP Bhakti Praja Pangkah,

Kab. Tegal tahun pelajaran 2016/2017 pada pokok bahasan sistem persamaan

linear dua variabel (SPLDV).

Upaya Meningkatkan Berpikir..., Indah Dwi Hadiyanti, FKIP, UMP, 2017