bab ii kajian teori 2.1 penerimaan diri -...

12
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penerimaan Diri Penerimaan diri merupakan konsep yang di dalamnya membahas mengenai diri. Pendekatan yang banyak membahas mengenai diri adalah Rogerian, meskipun demikian penelitian ini tidak mengacu pada rumusan Rogers mengenai penerimaan diri namun menggunakan rumusan Albert Ellis. Pertimbangan penulis adalah karena penerimaan diri erat kaitannya dengan pikiran irasional dan rasional individu mengenai diri dan dibahas secara mendalam dalam REBT. Ellis (dalam Bernard, 2013), mengungkapkan bahwa individu yang tidak mampu menerima diri karena memiliki kepercayaan-kepercayaan irasional mengenai diri yang digunakan individu untuk mendefinisikan dirinya secara global. 2.1.2 Sejarah Penerimaan Diri Penerimaan diri adalah kekuatan karakter diri manusia yang tidak mendapat perhatian pada era sebelum humanistik. Bahkan tidak mendapat tempat dalam beberapa area bahasan psikologi positif yang mempelajari secara mendalam mengenai hubungan antara kekuatan karakter dengan kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis (Bernard 2013). Hoffman et al., (dalam Bernard, 2013), menuliskan bahwa konsep penerimaan diri muncul sebagai bentuk kritik aliran psikologi humanis terhadap aliran sebelumnya yang mengabaikan komponen potensial diri manusia. Aliran ini menyadari terdapat suatu elemen yang hilang dalam

Upload: haque

Post on 16-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penerimaan Diri - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4847/3/T1_132010030_BAB II… · KAJIAN TEORI. 2.1 Penerimaan Diri . Penerimaan diri merupakan

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Penerimaan Diri

Penerimaan diri merupakan konsep yang di dalamnya membahas

mengenai diri. Pendekatan yang banyak membahas mengenai diri adalah

Rogerian, meskipun demikian penelitian ini tidak mengacu pada rumusan

Rogers mengenai penerimaan diri namun menggunakan rumusan Albert Ellis.

Pertimbangan penulis adalah karena penerimaan diri erat kaitannya dengan

pikiran irasional dan rasional individu mengenai diri dan dibahas secara

mendalam dalam REBT. Ellis (dalam Bernard, 2013), mengungkapkan

bahwa individu yang tidak mampu menerima diri karena memiliki

kepercayaan-kepercayaan irasional mengenai diri yang digunakan individu

untuk mendefinisikan dirinya secara global.

2.1.2 Sejarah Penerimaan Diri

Penerimaan diri adalah kekuatan karakter diri manusia yang tidak

mendapat perhatian pada era sebelum humanistik. Bahkan tidak mendapat

tempat dalam beberapa area bahasan psikologi positif yang mempelajari

secara mendalam mengenai hubungan antara kekuatan karakter dengan

kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis (Bernard 2013).

Hoffman et al., (dalam Bernard, 2013), menuliskan bahwa konsep

penerimaan diri muncul sebagai bentuk kritik aliran psikologi humanis

terhadap aliran sebelumnya yang mengabaikan komponen potensial diri

manusia. Aliran ini menyadari terdapat suatu elemen yang hilang dalam

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penerimaan Diri - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4847/3/T1_132010030_BAB II… · KAJIAN TEORI. 2.1 Penerimaan Diri . Penerimaan diri merupakan

7

kemanusiaan manusia karena peniadaan pengalaman dan emosi manusia.

Kritik pertama kali datang dari Fromm (dalam Bernard, 2013), bahwa

manusia bukanlah benda. Aliran humanis dan eksistensialis berangkat dari

pandangan positif mengenai manusia bahwa pada dasarnya manusia itu

baik.

2.1.2 Nilai Manusia yang Sesungguhnya

Untuk sampai pada penerimaan diri perlu diawali dengan

pemahaman mengenai nilai manusia sesungguhnya. Ellis (dalam Bernard,

2013), mengemukakan tiga definisi diri manusia. Pertama diri adalah

manusia, kedua diri rentan melakukan kesalahan dan cenderung eror, dan

ketiga adalah diri itu unik. Selain itu diri halus tak kentara, abstrak, elemen

yang tidak terlihat dari kognisi, emosi, perilaku, persepsi dan memori. Diri

adalah sesuatu yang sangat kompleks mulai dari karakter, sifat, perasaan,

pikiran, gambaran, sensasi dan aspek-aspek fisik lainnya.

Oleh karena itu Dryden (dalam Bernard, 2013), menegaskan bahwa

diri secara keseluruhan tidak bisa divaliditas nilainya. Karena diri adalah

sesuatu yang abstrak, maka menghitung kelayakan diri yang abstrak untuk

dapat diterima merupakan tindakan sewenang-wenang dan problematik.

Harga diri manusia adalah sesuatu yang konstan atau absolut tidak dapat

diubah. Diri tidak dapat diberikan suatu generalisasi yang kemudian

digunakan untuk mendefinisikan totalitas dan harga diri individu. Nilai diri

manusia tidak dapat diukur dengan kondisi berubah-ubah.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penerimaan Diri - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4847/3/T1_132010030_BAB II… · KAJIAN TEORI. 2.1 Penerimaan Diri . Penerimaan diri merupakan

8

Ellis (dalam Bernard, 2013), menekankan bahwa menilai harga diri

individu dalam konteks perbuatan atau tindakan baiknya, hanya akan

berdampak pada penghargaan diri yang sementara dan rapuh. Afirmasi

nilai manusia semestinya melihat manusia lebih dari sekedar perilakunya.

Menghargai diri dalam konteks kemanusiaan dan keberadaannya adalah

solusi logis bagi esensi harga diri manusia.

2.1.3 Definisi Penerimaan Diri

Ellis (dalam Richard et al., 2011), mengemukakan konsep

penerimaan diri dengan istilah Unconditional Self-Acceptance (USA).

USA adalah solusi logis bagi disfungsi emosi yang timbul akibat penilaian

individu terhadap dirinya. Ellis menjelaskan lebih lanjut fondasi dasar

hidup rasional adalah individu berhenti menilai perilakunya, namun

sepenuhnya menerima diri yaitu eksistensi diri dan kemanusiaannya.

Selanjutnya Ellis (dalam Bernard et al., 2013), merumuskan

penerimaan diri dengan lebih spesifik yaitu 1) individu sepenuhnya dan

tak bersyarat menerima diri baik ketika individu mampu berperilaku

cerdas, tepat, dan sempurna atau tidak; baik orang lain mengakui,

menghargai dan mencintainya atau tidak, 2) Individu adalah manusia yang

rentan berbuat salah, dan memiliki kekurangan, 3) Individu tidak memberi

penilaian negatif atau positif terhadap harga diri secara menyeluruh, dan 4)

Individu adalah pribadi yang berharga hanya karena individu ada di dunia

meskipun individu melakukan kesalahan. Individu kehilangan harganya

apabila individu tersebut mati.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penerimaan Diri - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4847/3/T1_132010030_BAB II… · KAJIAN TEORI. 2.1 Penerimaan Diri . Penerimaan diri merupakan

9

Namun Ellis menggaris bawahi bahwa bukan berarti perilaku

individu tidak boleh dievaluasi atau mengabaikan kekurangan dan

kelemahan individu. USA membebaskan individu menilai sifat dan

tindakannya, serta menjadikan penilaian itu sebagai pendorong perubahan

diri, tapi penilaian tidak untuk ditujukan ke diri individu atau esensi diri

individu. USA fokus pada satu tindakan dan menggunakannya untuk

mencapai perilaku yang diharapkan di masa depan tanpa dibingungkan

oleh pemikiran-pemikiran mengenai diri sebagai sebuah kesatuan global.

Dengan demikian individu dapat menghindari tindakan melabel diri,

generalisasi dan penyimpulan yang salah mengenai diri.

Bernard et al., (2013), mendeskripsikan penerimaan diri kaitannya

dengan kekuatan karakter yaitu sebagai suatu kualitas khusus seseorang

yang relatif tetap stabil dari waktu ke waktu dalam berbagai situasi di

mana anak muda memiliki 1) kesadaran dan apresiasi diri terhadap

karakteristik positif yang dimiliki dan mengembangkan potensi-potensi

seperti kepribadian, bakat, keluarga, agama, karakteristik budaya, 2)

ketika peristiwa negatif terjadi (kurang sukses, kritik, penolakan dari

orang lain) atau ketika individu terlibat dalam perilaku negatif, individu

mampu merasa bangga atas dirinya dan menerima diri secara tidak

bersyarat, serta individu tidak menilai nilai diri dan harga dirinya secara

negatif.

Menurut Bernard apabila anak-anak muda mengadopsi pemikiran

ini, maka motivasi dalam mengatasi kelemahan dan tindakan yang buruk

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penerimaan Diri - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4847/3/T1_132010030_BAB II… · KAJIAN TEORI. 2.1 Penerimaan Diri . Penerimaan diri merupakan

10

bukan untuk membuktikan diri sebagai orang sukses dan baik, atau untuk

mencari penerimaan dan cinta dari orang lain. Sebaliknya lebih dimotivasi

oleh pemahaman bahwa pada dasarnya individu adalah pribadi yang baik.

Menurut Walters (2006), kesulitan yang ditemui orang dalam

menerima diri sebagaimana adanya berakar pada kesadaran yang sempit

mengenai realita bukan pada kekurangan-kekurangan yang dimiliki

individu. Sehubungan dengan ini Wang (dalam Bernard, 2013),

menjabarkan penerimaan diri yang autentik diperoleh dari kejujuran dari

dalam diri individu mengenai keadaan atau realita yang sesungguhnya.

Dengan demikian individu yang autentik dapat menerima diri berdasarkan

pemahaman dan penerimaan realita kemanusiaannya terlepas dari

perbuatan baik atau buruk individu.

2.1.4 Manfaat Penerimaan Diri

Menurut Fahmy (1982), penerimaan diri menolong individu

membangun hubungan yang sehat dengan orang lain karena cara orang

lain memandang individu mempengaruhi cara pandang individu terhadap

dirinya. Individu yang merasa diterima oleh orang lain, akan dapat

menerima keberadaan dirinya dan berimplikasi pada kepercayaan individu

terhadap dirinya, kekuatannya dan kepada orang lain.

Menurut Bernard (2013), penerimaan diri dapat memunculkan

emosi positif, hubungan sosial yang memuaskan, memampukan individu

melakukan penyesuaian terhadap peristiwa negatif. Individu terbuka

terhadap pengalaman hidup sehingga pemahaman diri individu semakin

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penerimaan Diri - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4847/3/T1_132010030_BAB II… · KAJIAN TEORI. 2.1 Penerimaan Diri . Penerimaan diri merupakan

11

meningkat. Hal ini menjadikan individu mampu berbicara mengenai

pengalamannya dan membentuk individu menjadi pribadi yang autentik.

Dengan demikian individu menjadi terbuka terhadap pengalaman orang

lain, dan oleh karena itu individu tidak bersikap menghakimi orang lain.

Menurut Ellis (dalam Bernard, 2013), penerimaan diri dapat

membebaskan individu dari kecemasan, depresi, dan menuntun individu

kepada penjelajahan baru yang dapat membawa individu menikmati hidup

dan kebahagiaan yang lebih besar

2.1.5 Membangun Penerimaan Diri

Menurut tokoh-tokoh psikologi humanis penerimaan diri dapat

dicapai melalui aktualisasi diri yang bersumber dari penemuan dan

pengembangan diri, membangun hubungan terapeutik, dan dengan

membebaskan diri dari ketergantungan sosial serta mengijinkan diri untuk

menjadi diri sebagaimana mestinya (Bernard, 2013).

Menurut Dryden dan Neenan (2006), di atas suatu kesalahan

individu tetap menghormati diri sebagai pribadi yang dapat berbuat salah,

tidak hanya memaafkan tindakan salah tersebut tapi mengambil

tanggungjawab atasnya, memahami mengapa individu bertindak demikian,

belajar dari pengalaman, membuat aturan yang sesuai dan melakukan hasil

pembelajaran sehingga dalam kesempatan lain individu dapat bertindak

sesuai kaidah moral.

Beberapa cara untuk mengembangkan penerimaan diri menurut

Bernard et al., (2013), yaitu; (1) Accepting myself – Self-talk, (2) Menulis

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penerimaan Diri - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4847/3/T1_132010030_BAB II… · KAJIAN TEORI. 2.1 Penerimaan Diri . Penerimaan diri merupakan

12

makna menerima diri sendiri, (3) Membaca cerita, (4) Latihan menerima diri,

dan (5) Self-help untuk penerimaan diri.

2.2. Sistem Pemasyarakatan di Indonesia

2.2.1 Sejarah Ringkas Pemasyarakatan

Di Indonesia istilah penjara merujuk pada tujuan pemenjaraan

yaitu “penjeraan” namun seiring waktu istilah tersebut tidak digunakan

lagi karena dianggap kurang sesuai. Istilah “penjara” diganti dengan

“pemasyarakatan”, seperti yang terkandung dalam penjelasan singkat

sejarah pemasyarakatan yang dikutip dari Surat Edaran Direktorat Jendral

Pemasyarakatan tanggal 14 April 2014 tentang Pedoman Upacara Bhakti

Pemasyarakatan ke-50 tahun 2014, yakni sebagai berikut:

Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila,

pemikiran-pemikiran mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi

sekedar penjeraan tetapi juga merupakan suatu usaha rehabilitasi

dan reintegrasi sosial Warga Binaan Pemasyarakatan yang telah

ditetapkan dengan suatu sistem perlakuan terhadap para pelanggar

hukum di Indonesia yang dinamakan dengan Sistem

Pemasyarakatan.

Istilah Pemasyarakatan untuk pertama kali disampaikan

oleh Almarhum Bapak Saharjdjo, SH (menteri kehakiman pada

saat itu) pada tanggal 5 Juli 1963 dalam pidato penganugrahan

gelar Doctor Honoris Causa oleh Universitas Indonesia.

Pemasyarakatan oleh beliau dinyatakan sebagai tujuan dari pidana

LP.

Satu tahun kemudian, pada tanggal 27 April 1964 dalam

Konferensi Jawatan KeLPan yang dilaksanakan di Lembang-

Bandung, istilah Pemasyarakatan dalam konferensi ini dinyatakan

sebagai satu sistem Inspekturan terhadap pelanggar hukum dan

sebagai suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk

mencapai reintegrasi sosial atau pulihnya kesatuan hubungan

hidup, kehidupan dan penghidupan Warga Binaan Pemasyarakatan

di dalam Masyarakat.

Dalam perkembangan selanjutnya, pelaksanaan Sistem

Pemasyarakatan semakin mantap dengan diundangkannya Undang

Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penerimaan Diri - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4847/3/T1_132010030_BAB II… · KAJIAN TEORI. 2.1 Penerimaan Diri . Penerimaan diri merupakan

13

Dengan adanya Undang Undang Pemasyarakatan ini maka

makin kokoh usaha-usaha untuk mewujudkan visi Sistem

Pemasyarakatan, sebagai tatanan mengenai arah dan batas serta

cara Inspekturan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan

Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Inspektur, yang

dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan

Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan

tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali

oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam

pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara

yang baik dan bertanggungjawab.

2.2.2 Keberadaan Narapidana di Rutan

Pemasyarakatan dibagi menjadi beberapa dan dua diantaranya

adalah Rutan (Rumah Tahanan) dan LP (lembaga pemasyarakatan). Rutan

adalah tempat penahanan sementara bagi individu yang belum mendapat

putusan hukum di pengadilan dan LP adalah tempat pembinan bagi

individu yang telah mendapat putusan pengadilan. Subyek penelitian ini

berstatus narapidana di mana setelah mendapat putusan hukum sebagai

narapidana dititipkan di Rutan yaitu Rutan Negara Kelas II B Salatiga.

Dari hasil wawancara dengan Ka Sub Sie Pengelolaan Rutan

Salatiga tanggal 24 April 2014, kebijakan mengenai penempatan

narapidana di Rutan-Rutan di Indonesia merupakan kebijakan tak tertulis.

Penempatan narapidana di Rutan bukan di LP dikarenakan beberapa hal,

yaitu 1) tidak semua kabupaten mempunyai LP atau terbatasnya jumlah

LP, 2) terbatasnya jumlah LP menyebabkan LP melebihi kapasitas daya

tampung, 3) terjadi peningkatan kejahatan sehingga LP tidak lagi dapat

menampung terpidana. Hal tersebut pula yang menjadi landasan

penempatan subyek di Rutan Salatiga bukan di LP.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penerimaan Diri - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4847/3/T1_132010030_BAB II… · KAJIAN TEORI. 2.1 Penerimaan Diri . Penerimaan diri merupakan

14

2.3. Narapidana Remaja

1.3.1 Definisi Narapidana Remaja

Diakui bahwa dalam istilah hukum tidak dikenal istilah remaja,

yang ada istilah di bawah umur atau belum cukup umur (Hadisuprapto,

2008). Dalam UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan terdapat

rumusan mengenai individu usia remaja yang melakukan tindak pidana

disebut dengan anak pidana. Rumusan ini terdapat dalam pasal 1 butir 8

huruf a yang menyatakan bahwa “Anak pidana adalah anak yang

berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LP Anak paling lama

sampai berumur 18 (delapan belas) tahun”. Menurut Gunarso (dalam

Hadisuprapto, 2008), secara sederhana remaja dapat dinyatakan sebagai

seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun. Dengan demikian dalam

rumusan UU No. 12 Tahun 1995 pasal 1 butir 8 huruf a secara tidak

langsung menunjuk pada isitilah remaja meskipun tidak menggunakannya

secara tertulis dalam undang-undang.

Seorang anak yang melakukan tindakan pidana disebut anak nakal

atau umumnya dikenal dengan istilah juvenile delinquency. Secara

etimologis istilah ini memiliki arti kejahatan anak. Namun karena

memiliki makna yang sangat tajam maka diganti dengan isitilah kenakalan

anak. Fuad Hasan memasukkan remaja dalam pengertian anak sehingga

muncul istilah kenakalan remaja. Pengertian ini digunakan oleh Bimo

walgito dalam bukunya yang berjudul “Kenakalan Anak”. Dari sinilah

kemudian istilah kenakalan remaja menjadi populer (Hadisuprapto, 2008).

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penerimaan Diri - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4847/3/T1_132010030_BAB II… · KAJIAN TEORI. 2.1 Penerimaan Diri . Penerimaan diri merupakan

15

UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak pasal 4 ayat (1)

merumuskan pembedaan perlakuan atau sanksi pidana terhadap anak

sesuai dengan umur anak, yaitu bagi anak masih berumur 8 sampai 12

tahun hanya dikenakan tindakan, sedangkan anak yang telah mencapai

umur 12 sampai 18 tahun dijatuhkan pidana (Soetodjo, 2006).

1.3.2 Remaja dan Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang pada remaja memiliki kaitan dengan tugas

perkembangan remaja dalam aspek perkembangan individualitas, emosi

dan sosial. Menurut Santrock (2007), dalam perkembangan

individualitasnya remaja sedang dalam proses mencari identitas diri yang

terbentuk melalui relasi sosialnya yang diwarnai oleh fluktuasi emosi.

Selain itu menurut Rice dan Dolgin (2008), fase remaja adalah masa

mencari status atau atribut yang dapat mengarah pada penerimaan dari

suatu kelompok meskipun kelompok tersebut memiliki nilai yang

bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Proses transisi dalam fase remaja disertai tingkah laku anti sosial

yang potensial, banyak pergolakan hati dan kekisruhan hati membuat anak

remaja kehilangan kontrol, kendali emosi yang meletup lalu menjadi

bumerang bagi diri remaja itu sendiri. Jika dibiarkan dan tidak mendapat

pembinaan hal ini dapat mengarah pada perilaku kenakalan remaja dan

berujung pada tindakan kriminal. Kenakalan remaja disebabkan oleh

faktor intrinsik seperti faktor intelegensi, usia, jenis kelamin, dan

kedudukan anak dalam keluarga. Faktor ekstrinsik seperti keluarga,

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penerimaan Diri - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4847/3/T1_132010030_BAB II… · KAJIAN TEORI. 2.1 Penerimaan Diri . Penerimaan diri merupakan

16

pendidikan dan sekolah, pergaulan anak dan pengaruh media masa

(Soetodjo, 2006).

Geldard dan Geldard (2011), masa remaja menghadirkan banyak

tantangan karena kompleksnya perubahan yang harus dihadapi dalam

pencapaian tugas perkembangan, salah satunya adalah pencarian identitas

diri. Erikson (dalam Hurlock, 1999), pencarian identitas mempengaruhi

perilaku remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk

menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.

Hurlock (1991), dalam proses mencari jati diri, remaja berhadapan

dengan berbagai kondisi baru dan tekanan-tekanan sosial. Di samping itu

remaja masa sekarang diperhadapkan dengan berbagai macam pilihan

lebih banyak dari peradaban sebelumnya. Izzaty dkk, (2008), menuliskan

remaja diharapkan dapat mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab.

Sebab menurut Piaget (dalam Hurlock, 1991), masa remaja adalah usia

individu dalam usaha berintegrasi dengan masyarakat dewasa di mana

individu harus menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang

ada untuk dapat diterima dalam masyarakat.

Hadisuprapto (2008), penyebab penyimpangan perilaku pada anak

salah satunya karena anak jaman sekarang tumbuh di belantara sistem

nilai. Masyarakat sedang mengalami proses perubahan sosial yang cepat

dari masyarakat agraris menuju industrial yang berdampak pada perubahan

norma di masyarakat, di satu sisi remaja sedang mengalami konflik

kejiwaan lalu diganggu oleh situasi yang berubah dan tidak jelas.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penerimaan Diri - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4847/3/T1_132010030_BAB II… · KAJIAN TEORI. 2.1 Penerimaan Diri . Penerimaan diri merupakan

17

1.3.3 Research Hubungan Perilaku Menyimpang dengan Penerimaan Diri

Dari hasil penelitian terhadap siswa Menengah Atas oleh Kaplan,

et al., (1986), tentang hubungan penolakan diri dengan perilaku

menyimpang ditemukan bahwa perilaku menyimpang dapat dimotivasi

oleh kebutuhan individu untuk mencapai penerimaan diri sebagai respon

terhadap nilai dirinya yang kurang dihargai. Individu melakukan tindakan

menyimpang karena bagian tertentu diri individu mendapat penolakan dari

orang lain, lalu melalui tindakan menyimpang sekalipun berbentuk

tindakan merusak diri akan individu lakukan agar mendapat penerimaan.

Menurut Winstone and Janice (2005), adolescent who are referred

to crisis intervention services are often admitted after an impulsive, self-

destructive act that is precipitated by a major loss, disappointment, or

narcissistic injuri to their self-concept. Sementara itu menurut Rogers dan

May (dalam Bernard et al., 2013), kurangnya penerimaan, sistem yang

tidak adil, pengaruh negatif dari dunia sekeliling individu yang

menjadikan individu terlibat dalam perilaku negatif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang pada

remaja dapat dipicu oleh kurangnya penerimaan. Remaja perlu mendapat

pendampingan melewati masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, dari

ketergantungan ke kemandirian dan dari idealisme ke dalam konsep-konsep

konkret kehidupan orang dewasa. Melalui pendampingan dan penerimaan

diharapkan remaja mampu mencapai perkembangan potensi diri yang maksimal.