bab ii kajian teori 2.1 hakikat belajar -...

22
8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar Pengertian belajar dalam arti sehari-hari dapat diartikan suatu proses usaha yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan suatu perubahan agar lebih baik yang disebabkan oleh pengalamannya sendiri di lingkungan. Belajar dapat ditandai dengan perubahan yang terjadi pada tingkah laku seseorang. Sebagai contoh siswa yang mendapatkan nilai jelek harus lebih rajin lagi membaca buku agar mendapatkan nilai yang lebih bagus dari sebelumnya. Menurut Hamalik (2003: 25), belajar adalah memodifikasi atau memperkuat perilaku yang lalui dengan pengalaman”. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan melainkan belajar itu bukan hanya mengghafal saja. Begitupun menurut Heri Rahyubi (2011: 2) menambahkan bahwa “belajar merupakan suatu aktivitas seseorang untuk mencapai kepandaian atau ilmu yang sebelumnya belum dimiliki”. Pada intinya belajar merupakan proses yang dapat mengubah perilaku seseorang yang dikarenakan adanya reaksi terhadap situasi tertentu atau adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi didalam diri seseorang. Lain halnya dengan Hakim (2007), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuam, sikap, kebiasaan, pemahaman, dan keterampilan. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dapat dilakukan siswa dan mengakibatkan siswa mengalami perubahan dalam dirinya berupa penambahan kecakapan, pengetahuam, sikap, kebiasaan, pemahaman, dan keterampilan dalam kehidupannya. Oleh karena itu, apabila setelah belajar peserta didik tidak mengalami sebuah perubahan tingkah laku yang positif dapat disimpulkan bahwa tingkat belajarnya kurang .

Upload: ngobao

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

8

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Hakikat Belajar

Pengertian belajar dalam arti sehari-hari dapat diartikan suatu proses usaha

yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan suatu perubahan agar lebih baik yang

disebabkan oleh pengalamannya sendiri di lingkungan. Belajar dapat ditandai

dengan perubahan yang terjadi pada tingkah laku seseorang. Sebagai contoh siswa

yang mendapatkan nilai jelek harus lebih rajin lagi membaca buku agar

mendapatkan nilai yang lebih bagus dari sebelumnya.

Menurut Hamalik (2003: 25), “belajar adalah memodifikasi atau

memperkuat perilaku yang lalui dengan pengalaman”. Belajar merupakan suatu

proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan melainkan

belajar itu bukan hanya mengghafal saja. Begitupun menurut Heri Rahyubi (2011:

2) menambahkan bahwa “belajar merupakan suatu aktivitas seseorang untuk

mencapai kepandaian atau ilmu yang sebelumnya belum dimiliki”. Pada intinya

belajar merupakan proses yang dapat mengubah perilaku seseorang yang

dikarenakan adanya reaksi terhadap situasi tertentu atau adanya reaksi terhadap

suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi didalam diri

seseorang. Lain halnya dengan Hakim (2007), belajar adalah “suatu proses

perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan

dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuam, sikap, kebiasaan, pemahaman, dan keterampilan”.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

aktivitas yang dapat dilakukan siswa dan mengakibatkan siswa mengalami

perubahan dalam dirinya berupa penambahan kecakapan, pengetahuam, sikap,

kebiasaan, pemahaman, dan keterampilan dalam kehidupannya. Oleh karena itu,

apabila setelah belajar peserta didik tidak mengalami sebuah perubahan tingkah

laku yang positif dapat disimpulkan bahwa tingkat belajarnya kurang

.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

9

2.2 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

2.2.1 Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari

berbagai fenomena-fenomena yang terjadi alam. IPA berkaitan dengan cara

mencari tahu mengenai alam secara sistematis, sehingga IPA tidak hanya

penguasaan kumpulan dengan berbagai pengetahuan, fakta, konsep, atau prinsip

saja, tetapi ipa juga merupakan proses penemuan.

Trianto (2010: 136) mengatakan bahwa “IPA adalah suatu kumpulan

pengetahuan tersusun secara sistematik, dan penggunaannya secara umum terbatas

pada gejala-gejala alam”. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya

kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah”. Lain halnya

dengan Susanto (2013: 167) berpendapat bahwa Sains atau IPA adalah “suatu

usaha yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan untuk memahami alam dengan

cara mengamati tepat sasaran, menggunakan prosedur serta dijelaskan dengan

penalaran untuk mendapatkan kesimpulan”.

Dari uraian pendapat mengenai IPA dapat disimpulkan bahwa IPA

merupakan proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan alam yang berhubungan

dengan lingkungan alam melalui suatu prosedur yang disebut metode ilmiah.

Upaya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan model pembelajaran yang variatif serta didukung oleh penggunaan

media pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Make A Match siswa aktif untuk mencari sebuah konsep dengan cara

mencocokakan sebuah materi sehingga siswa menemukan sendiri.

2.2.2 Pembelajaran IPA di SD

IPA merupakan salah satu dalam mata pelajaran pokok di sekolah yang

yang juga harus dipelajari, termasuk dijenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA

salah satu mata pelajaran yang dianggab sulit untuk siswa. Salah satu masalahnya

adalah melemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang telah diterapkan oleh

guru pada saat kegiatan belajar mengajar.

Dalam proses pembelajaran di kelas guru terpaku dengan buku paket yang

merupakan sumber satu-satunya yang dimiliki oleh guru pada saat menjelaskan

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

10

materi. Hal lain yang membuat melemahnya pembelajaran IPA di SD adalah

sistem penilaian guru terhadap siswa yang hanya menilai mengenai konsep yang

telah disaring dengan tes tertulis secara obyektif dan subyektif. Dengan demikian

guru hanya mengukur menenai penguasaan siswa terhadap materi yang

disampaikan. Guru belum melakukan kegiatan pembelajaran dengan

memfokuskan pada pengembangan keterampilan proses sains anak sebagai alat

ukurnya. Sesuai dengan apa yang dikatakan Ahmad Susanto (2013: 166) “yang

harus diutamakan untuk anak jenjang SD adalah bagaimana cara untuk

mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berfikir kritis mereka terhadap suatu

masalah”.

Dari uraian diatas mengenai pembelajaran IPA di SD dapat disimpulkan

bahwa siswa dalam pembelajaran IPA dapat menemukan sendiri dengan prektek

dan bukan hafalan dari sebuah konsep sehingga siswa dapat berfikir secara kritis,

dengan tujuan dalam mempelajari IPA memperoleh suatu perubahan perilaku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya merupakan proses untuk memperoleh ilmu

pengetahuan alam.

Teori kontruktivisme yang dikembangkan oleh Jean Piaget (1896-1980)

mengenai teori perkembangan kognitif. Pada usia sekolah dasar termasuk didalam

tahap perembangan ketiga dari keempat tahap perkembangan Piaget yaitu tahap

operasional konkret. Sesuai dengan tahap perkembangan Piaget, guru harus

pandai dalam mendesain pembelajaran semenarik mungkin agar tujuan yang

diinginkan tercapai.

Mayoritas guru dalam proses pembelajaran IPA masih kurang

memanfaatkan model pembelajaran dan media pembelajaran. Dikarenakan

ketersediaan media pembelajaran di SD juga masih banyak yang kurang. Cara lain

yang bisa digunakan oleh guru yaitu dengan menggunakan model pembelajaran

Make A Match dan video pembelajaran, dengan model pembelajaran Make A

Match berbantuan video pembelajaran siswa akan lebih aktif dengan cara belajar

sambil bermain menggunakan model pembelajaran Make A Match serta tertarik

untuk memahami materi melalui video pembelajaran.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

11

2.2.3 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran sains di SD dikenal dengan pembelajaran ilmu pengetahuan

alam (IPA). Konsep IPA di SD merupakan konsep yang masih terpadu, karena

belum dipisahkan secara tersendiri. Seperti mata pelajaran, kimia, fisika, dan

biologi. Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar berdasarkan Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) yaitu:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam sekitarnya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pembelajaran IPA di SD dapat

mengembangkan pemahaman siswa mengenai konsep IPA yang bermanfaat

sehingga dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari. Tingkat kesadaran siswa akan

meningkat untuk menghargai alam serta ikut menjaga melestarikan lingkungan

alam.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

mempunyai prinsip membentuk suatu kelompok-kelompok kecil, yang

didalamnya terdapat kerja sama antar anggota kelompok dan diskusi kelompok.

Menurut isjoni (2011: 12) mengemukakan “kooperatif learning merupakan

strategi pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda.” Begitupun sama menurut Suprijono (2009: 54) model

pembelajaran kooperatif adalah “suatu kegiatan pembelajaran dengan membagi

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

12

siswa dalam kelompok kemudian mengerjakan tugas yang dipimpin dan diarahkan

oleh guru”.

Lain halnya dengan Asih Widi Wisudawati (2013: 53) berpendapat bahwa

“pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan pencapaian akademik dan sikap sosial peserta didik melalui kerja

sama diantara mereka”. Pembelajaran kooperatif bertujuan dalam peningkatan

pencapaian akademik, peningkatan rasa toleransi dan menghargai perbedaan, serta

membangun keterampilan sosial peserta didik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kooperatif adalah

pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dengan teman

sekelas dengan tujuan meningkatkan sikap sosial serta menumbuhkan rasa gotong

royong bekerja sama untuk mencapai tujuan yang dicapai. Kerja sama yang

dilakukan oleh peserta didik dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif

menitik beratkan pada rasa tanggung jawab pribadi untuk pencapaian kelompok.

Pembelajaran kooperatif yang sesungguhnya bukan hanya menyerahkan pada

kelompok, tetapi bagaimana peserta didik mempunyai tanggung jawab untuk

dapat bersama-sama dalam satu kelompok untuk mencapai kompetensi yang

ditetapkan. Model pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa lebih untuk

mengembangkan pengetahuan, kemampuan, serta keterampilan yang telah

dimiliki secara penuh dalam kegiatan pembelajaran dalam suasana yang belajar

yang terbuka dan demokratis. Posisi siswa bukan hanya sebagai suatu obyek

dalam pembelajaran, tetapi siswa juga berperan sebagai tutor bagi teman-

temannya.

2.3.1 Make A Match

Make A Match merupakan salah satu permainan dalam suatu pembelajaran

dengan cara mencari pasangan sambil belajar mengenai materi yang sedang

dipelajari dengan alat bantu amplop yang berisi materi sebagai medianya. Make A

Match atau mencari pasangan ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bekerja sama dengan teman sekelasnya untuk memahami suatu materi yang

sedang diajarkan.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

13

Menurut Hamaruni (2009: 209), “model pembelajaran Make A Match

adalah cara menyenangkan agar siswa aktif untuk meninjau ulang materi

pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

berpasangan kepada teman sekelas”. Lain halnya dengan Sholeh Hamid (2011:

228) mengatakan bahwa “Make A Match permaiman mencari pasangan yang

membutuhkan alat bantu berupa kartu-kartu yang berisi dengan materi, konsep,

atau topik yang cocok untuk sesi review”.

Dari pengertian model pembelajaran Make A Match diatas dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran Make A Match suatu permainan dalam

pembelajaran dikelas dengan menggunakan kartu-kartu yang berisi sebuah materi

dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa agar lebih aktif saat

mengikuti pelajaran dengan cara berpasangan dengan teman sekelasnya untuk

memahami suatu materi.

2.3.2 Langkah-langkah Pembelajaran Make A Match

Pembelajaran Make A Match dilakukan di dalam kelas dengan suasana

yang menyenangkan karena dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk

berkompetisi mencari pasangan dari kartu yang sedang dibawanya dengan waktu

yang ditentukan. Dalam mencari pasangan siswa harus siap dengan kartu yang

akan didapatkan baik martu soal maupun kartu jawaban kemudian siswa mencari

pasangan yang cocok dengan kartu yang dipegang.

Menurut Miftahul Huda (2013: 252) langkah-langkah model pembelajaran

Make A Match (mencari pasangan) ini adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan materi

b. Siswa dibagi menjadi dua kelompok, misalnya kelompok A dan

kelompok B. Kedua kelompok tersebut diminta untuk berhadap-

hadapan.

c. Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu

jawaban kepada kelompok B.

d. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa meraka harus

mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok

lain. Guru juga menyampaikkan batasan maksimum waktu yang

diberikan.

e. Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya

dikelompok B. Jika mereka sudah menemukan pasangannya masing-

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

14

masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru

mencatat pada kertas yang sudah dipersiapkan.

f. Jika waktu sudah habis, mereka harus diberi tahu bahwa waktu sudah

habis. Siswa yang belum menemukan pasangannya harus berkumpul

tersendiri.

g. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan

siswa yang tidak mendapatkan pasangan memperhatikan dan

memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.

h. Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan

kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan

presentasi.

i. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai semua

pasangan melakukan presentasi.

Sama halnya dengan Aris Shoimin (2014: 98) langkah-langkah Make A

Match yaitu:

a. Guru menyiapkan beberaa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik

yang cocok sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian

lainnya kartu jawaban.

b. Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu.

c. Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

d. Setiap siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartunya (soal

jawaban).

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu

diberi point.

f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu

yang berbeda dari sebelumnya. Demikian selanjutnya.

g. Kesimpulan/penutup.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe Make A Match mempunyai langkah-langkah dengan siswa dibagi

menjadi 2 kelompok besar untuk mendapatkan kartu yang berisi mengenai

pertanyaan ataupun jawaban. Kemudian siswa mencari pasangannya masing-

masing sesuai dengan kartu yang di dapatkan. Setelah siswa mendapatkan

pasangannya, siswa maju kedepan untuk presentasi mencocokkan apakah jawaban

mereka cocok apa tidak. Bagi yang jawabannya benar akan mendapatkan reward

dari guru. Begitupun seterusnya kartu dikocok kembali agar tiap siswa

mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

15

2.3.3 Kelebihan Pembelajaran Make A Match

Dalam kegiatan pembelajaran Make A Match yang menyenangkan ini

mempunyai beberapa kelebihan salah satunya adalah mebuat siswa lebih aktif

serta membuat siswa menjadi lebih berani untuk tampil didepan teman-temannya.

Siswa yang belum terbiasa tampil didepan kelas akan menjadi percaya diri dengan

adanya kegiatan mencari pasangan ini siswa akan lebih aktif. Selain siswa lebih

aktif juga dapat meningkatkan terwujudnya kerja sama siswa dengan teman

lainnya.

Menurut Aris Soimin (2014: 99) kelebihan Make A Match yaitu:

a. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran.

b. Kerja sama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.

c. Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh siswa.

Lain hal dengan Miftahul Huda (2013: 253) berpendapat model Make A

Match mempunyai kelebihan, yaitu:

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif

maupun fisik.

b. Lebih menyenangkan, karena ada unsur permainan sehingga siswa lebih

aktif.

c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

d. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil

presentasi.

e. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan kegiatan Make A Match

ini dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Siswa menjadi cepat

memahami materi dengan menggunakan model ini. Siswa menjadi lebih berani

dan percaya diri untuk tampil didepan guru dan teman-temannya. Dalam kegiatan

didalam kelas terwujud rasa kerja sama dan gotong royong antar siswa satu

dengan siswayang lainnya.

2.3.4 Kelemahan Pembelajaran Make A Match

Selain mempunyai kelebihan, Make A Match juga mempunyai kelemahan.

Siswa didalam kelas menjadi ramai sehingga mengganggu kelas yang lainnya.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

16

Menurut Aris Shoimin (2014: 99) kelemahan Make A Match yaitu:

a. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan pembelajaran.

b. Suasana dikelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas lain

c. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai

Berbeda dengan Miftahul Huda (2013: 253) berpendapat bahwa

kelemahan Make A Match yaitu:

b. Jika model ini tidak dilakukan dengan persiapan yang baik, akan banyak

waktu yang terbuang.

c. Pada awal penerapan model, banyak siswa yang masih malu berpasangan

dengan lawan jenisnya.

d. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik akan banyak siswa yang

kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelemahan Make A Match

dapat mengganggu kelas yang lain karena ramai. Banyak waktu yang terbuang

dalam kegatan ini. Pada awal kegiatan ini siswa akan merasa malu karena dalam

kegiatan ini pasti ada yang malu berpasangan jika pasangannya lawan jenis.

2.4 Media Pembelajaran IPA

Media pembelajaran yang dikemas dengan baik oleh guru dapat menarik

perhatian siswa dan memotivasi siswa untuk belajar. Media pembelajaran IPA

merupakan alat yang sangat dibutuhkan oleh guru dalam mata pelajaran IPA

untuk membantu siswa dalam memahami suatu konsep saat belajar IPA. Sebagai

alat bantu, keefektifan dalam penggunaan media itu sendiri sangat tergantung

pada kemampuan guru dalam menggunakan dan memfasilitasi media itu sendiri.

Media pembelajaran digunakan untuk menggantikan sebagian besar dari peran

guru sebagai pemberi informasi atau pemberi materi pelajaran.

Sanaky (2009: 3) berpendapat media pembelajaran adalah “sebuah alat

yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran”. Azhar

Arsyad (2002: 15) menambahkan bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam

proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”. Penggunaan media pembelajaran

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

17

dalam proses belajar mengajar akan sangat membantu keefektifan proses

pembelajaran. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media

pembelajaran juga dapat meningkatkan pemahaman mengenai materi yang sedang

dipelajari. Sama halnya dengan Asra dkk (2007: 55) berpendapat bahwa “media

pembelajaran merupakan wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk

mengkondisikan seseorang untuk belajar. Pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung bahan belajar yang diterima siswa diperoleh melalui media”.

Jadi, dapat disimpulkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

memahami materi yang disampaikan memalui media pembelajaran tersebut.

Dalam penggunaan media, guru harus dapat menguasai media tersebut karena

nilai dan manfaat media sangat ditentukan oleh guru yang menggunakannya, agar

pada saat menyampaikan materi pembelajaran, siswa dapat memahami materi

dengan baik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.4.1 Video Pembelajaran

Video merupakan gambar yang bisa bergerak beserta suara yang

menyertainya, sehingga siswa merasa seperti berada disuatu tempat yang sama

dengan program yang ditayangkan dalam video tersebut.

Menurut Andi Prastowo (2013: 301) “video termasuk dalam kategori

bahan ajar audiovisual atau bahan ajar pandang dengar”. Bahan ajar audio visual

merupakan bahan yang mengombinasikan dua materi, yaitu materi visual dan

materi auditif. Materi auditif dapat berfungsi sebagai merangsang indra

pendengaran, sedangkan materi visual berfungsi sebagai merangsang indra

pengelihatan. Dengan kombinasi tersebut, guru dapat menciptakan proses

pembelajaran yang berkualitas, karena komunikasi berlangsung secara efektif.

Berbeda dengan Video pembelajaran menurut Sanaky (2009: 102)

merupakan “seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan

bersuara”. Media ini memadukan gambar dan suara untuk membentuk karakter

yang sama dengan obyek aslinya. Sama halnya dengan Daryanto (2013: 87)

menambahkan bahwa “video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya

informasi dan tuntas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung”.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

18

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa video merupakan

suatu mediun yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik

pembelajaran yang dilakukan secara besama-sama maupun individu. Video

merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan tuntas karena siswa

dapat melihat secara langsung. Selain itu, video juga menambah dimensi baru

terhadap pembelajaran. Hal ini karena karakteristik teknologi video yang dapat

menyajikan gambar yang bisa bergerak beserta suara yang menyertainya. Dengan

video pembelajaran tersebut membuat siswa lebih bisa mengingat suatu materi

yang ditayangkan melalui video pembelajaran.

2.4.2 Kelebihan Video Pembelajaran

Video pembelajaran dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang

dapat disaksikan secara berulang-ulang. Misalnya, langkah-langkah dan cara yang

benar dalam proses respirasi dalam tubuh manusia. Apabila video tersebut sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai, siswa akan mudah untuk memahami materi

pembelajaran ang disampaikan melalui video pembelajaran tersebut.

Menurut Andi Prastowo (2013: 303) video mempunyai kelebihan, yaitu:

a. Video dapat menambah dimensi baru didalam pembelajaran. Video

menyajikan gambar bergerak kepada siswa disamping suara yang

menyertainya.

b. Video dapat menampilkan suatu fenomena yang sulit untuk dilihat

secara nyata.

Lain halnya kelebihan media video menurut Sanaky (2009: 106) adalah

sebagai berikut:

a. Menyajikan obyek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran

secara realistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman

belajar.

b. Sifatnya yang audio visual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan

dapat menjadi pemacu atau memotivasi pembelajar untuk belajar.

c. Sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik.

d. Dapat mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikombinasikan

dengan teknik mengajar secara ceramah dan diskusi persoalan yang

ditayangkan.

e. Menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang obyek belajar yang

dipelajari pembelajar.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

19

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa video pembelajaran

mempunyai beberapa kelebihan, yaitu video pembelajaran dapat menampilkan

suara dan gambar yang bergerak dengan tujuan memberikan informasi mengenai

materi pelajaran secara bersama-sama didalam kelas. Serta siswa tidak merasa

jenuh pada saat belajar sehingga siswa mudah untuk mengingat materi.

2.4.3 Kelemahan Video Pembelajaran

Video pembelajaran selain mempunyai keunggulan disatu sisinya juga

mempunyai kekurangan salah satunya apabila dalam suatu sekolah tidak

dilengkapi dengan peralatan yang mendukung, dalam pemutaran video

pembelajaran tersebut tidak akan berjalan dengan lancar. Sebagai contoh dalam

pemutaran video pembelajaran didalam kelas tidak terdapat LCD, maka

pemutaran video pembelajaran akan terganggu karena tidak semua siswa dapat

melihat video pembelajaran dengan jelas dan memerlukan tenaga listrik apabila

listrik padam pemutaran video pembelajaranpun akan terganggu.

Menurut Andi Prastowo (2013: 306), kelemahan video antara lain :

a. Ketika akan digunakan, peralatan video tentu harus sudah tersedia

ditempat penggunaan serta haru cocok ukuran dan formatnya dengan

pita video atau piringan video yang akan digunakan.

b. Menyusun naskah atau skenario video bukanlah pekerjaan yang mudah,

disita menyita waktu yang banyak.

c. Biaya produksi video terlalu tinggi dan hanya ada beberapa orang yang

mampu mengerjakannya.

d. Layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah penonton, kecuali

jaringan monitor dan sistem proyeksi video diperbanyak.

e. Jumlah grafis pada garis untuk video terbatas, yakni separuh dari

jumlah huruf grafis untuk film atau gambar diam.

Lain hal dengan kelemahan media video menurut Sanaky (2009: 106)

adalah sebagai berikut:

a. Pengadaannya memerlukan biaya yang mahal.

b. Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di

segala tempat.

c. Sifat komunikasi searah, sehingga tidak dapat memberi peluang untuk

terjadinya umpan balik.

d. Mudah tergoda untuk menayangkan video yang bersifat hiburan,

sehingga suasana belajar akan terganggu.

e. video harus sudah tersedia ditempat penggunaan.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

20

Dapat disimpulkan bahwa video pembelajaran mempunyai kelemahan

diantaranya apabila dalam suatu kelas tidak dilengkapi peralatan yang mendukung

seperti LCD, proyektor, spiker tidak akan berjalan lancar. Tidak semua orang

dapat memproduksi video pembelajaran, dikarenakan membutuhkan biaya yang

tinggi. Serta akan menimbulkan tindakan memutarkan video diluar materi

pelajaran.

2.4.4 Kriteria Pemilihan Video Pembelajaran yang Baik

Dalam pemilihan video pembelajaran harus dapat memilih video yang baik

dan berkualitas, tidak asal memilih video pembelajaran. Pemilihan video

pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Menurut Smaldino (2011: 430), video mempunyai rubrik seleksi, yaitu:

Tabel 2.1

Rubrik Seleksi Video Pembelajaran

Area

Penilaian Kualitas Tinggi Kualitas Sedang Kualitas Rendah

Selaras

dengan

standar, hasil,

dan tujuan

Standar/hasil/tujuan

tercapai dan

penggunaan video

meningkatkan

belajar siswa.

Standar/hasil/tujuan

sebagian tercapai

dan penggunaan

video mungkin

meningkatkan

belajar siswa.

Standar/hasil/tujuan

tidak tercapai dan

penggunaan video

sepertinya tidak

mungkin

meningkatkan

belajar siswa.

Informasi

akurat dan

terbaru

Informasi adalah

benar dan tidak

berisi material yang

telah usang

Informasi adalah

benar, tetapi berisi

sebagian material

yang telah usang.

Informasi tidak

benar dan berisi

material yang telah

usang.

Bahasa yang

sesuai usia

Bahasa yang

digunakan sesuai

dengan usia dan

kosa kata bisa

dipahami.

Bahasa yang

digunakan hampir

semua umur dan

beberapa kosakata

di atas/di bawah

usia siswa.

Bahasa yang

digunakan tidak

sesuai umur dan

kosakata jelas tidak

sesuai dengan usia

siswa.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

21

Tingkat

ketertarikan

dan

keterlibatan

Topik yang

disajikan membuat

siswa tertarik dan

aktif terlibat dalam

belajar.

Topik yang

disajikan memikat

siswa dan di hampr

seluruh waktu dan

melibatkan

sebagian besar

siswa dalam

belajar.

Topik yang

disajikan tidak

menarik para siswa

dan tidak

melibatkan mereka

dalam belajar.

Kualitas

teknis

Materi mewakili

teknologi media

terbaik yang ada.

Materi mewakili

media yang

berkualitas baik,

meskipun terdapat

masalah

menggunakannya.

Materi mewakili

media yang tidak

dipersiapkan

dengan baik dan

berkualitas sangat

buruk.

Mudah

digunakan

(pengguna

mungkin

adalah siswa

atau guru)

Materi mengikuti

pola mudah

digunakan tanpa

membingungkan

pengguna.

Material mengikuti

pola mudah

digunakan di

sebagian besar

waktu, dengan

sedikit hal yang

membingungkan

pengguna.

Material tidak

mengikuti pola dan

pengguna merasa

kebingungan.

Bebas bias Tidak ada bukti

berupa bias atau

iklan yang

meragukan.

Terdapat sedikit

bukti bias atau

iklan.

Terdapat banyak

bukti bias atau

iklan.

Panduan dan

arahan

pengguna

Panduan pengguna

merupakan sumber

daya terbaik untuk

digunakan dalam

sebuah mata

pelajaran. Arahan

membantu guru

dan/atau siswa

menggunakan

materi.

Panduan pengguna

merupakan sumber

daya bagus untuk

digunakan dalam

sebuah mata

pelajaran. Arahan

mungkin

membantu guru

dan/siswa

menggunakan

materi.

Panduan pengguna

merupakan sumber

daya yang jelek

untuk digunakan

dalam sebuah mata

pelajaran. Arahan

tidak membantu

guru dan/ atau

siswa

menggunakan

materi.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

22

Melaju

dengan sesuai

Materi video

disajikan

sedemikian rupa

sehingga sebagian

besar siswa dapat

paham dan

memproses

informasi.

Materi video

disajikan

sedemikian rupa

sehingga beberapa

siswa dapat mulai

memahami dan

memproses

informasi.

Sebagian besar

siswa tidak bisa

menggunakan

materi untuk

membuat produk

asli yang mewakili

belajar.

Melaju

dengan sesuai

Materi video

disajikan

sedemikian rupa

sehingga sebagian

besar siswa dapat

paham dan

memproses

informasi.

Materi video

disajikan

sedemikian rupa

sehingga beberapa

siswa mulai

memahami dan

memproses

informasi.

Sebagian besar

siswa tidak bisa

menggunakan

materi untuk

membuat produk

asli yang mewakili

belajar.

2.4.5 Langkah Langkah Penggunaan Video Pembelajaran

Sebelum memulai pelajaran di kelas menggunakan video pembelajaran

guru haruslah mengetahui langkah-langkah pembelajaran menggunakan video

pembelajaran. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Persiapan

Sebelum memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya

melakukan hal-hal sebagai berikut:

Menyusun jadwal pemanfaatan disesuaikan dengan topik dan program belajar

yang sudah dibuat.

Memeriksa kelengkapan peralatan termasuk menyesuaikan dengan tegangan

lisrik yang tersedia di sekolah.

Mempelajari materi yang berhubungan dengan video yang akan ditayangkan.

Mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang perlu atau

tidak pertu disajikan dalam kegiatan pembelajaran.

Memeriksa kesesuaian isi program video dengan judul yang tertera.

Meminta siswa agar mempersiapkan buku, alat tulis, dan peralatan lain yang

diperlukan.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

23

Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat dan mendengar

dengan baik.

b. Pelaksanaan

Selama memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya

melakukan hal-hal sebagai berikut:

Sebelum menghidupkan/memulai program video pembelajaran mengajak siswa

agar memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan baik.

Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan.

Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan dimanfaatkan.

Memberikan prasarat/persepsi pengetahuan/pelajaran sebelumnya.

Mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan/petunjuk teknis

dan bahan penyerta.

Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program. Selama

program diputar, guru tidak perlu maju ke depan menunjuk gambar di layar

atau mondar-mandir berkeliling kela, tetapi guru menjaga agar suasana kelas

tetap tertib, mengusahakan agar volume suara (narasi) jelas terdengar oleh

seluruh siswa yang ada di ruangan, mengatur kekontrasan dan kecerahan

gambar pada monitor, sehingga gambar terlihat jelas oleh siswa.

Memberi penguatan/penegasan/pengayaan terhadap tayangan program.

Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan.

Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan evaluasi kepada

siswa.

c. Tindak Lanjut

Setelah pemutaran video selesai, harus ada yang dilaksanakan,

diantaranya:

Memberi pertanyaan/umpan balik.

Bagi mata pelajaran yang memerlukan praktikum, guru kemudian mengajak

siswa untuk mengadakan praktek di laboratorium.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

24

Bagi mata pelajaran yang memerlukan tambahan referensi yang lebih lengkap,

guru mengajak siswa untuk belajar di perpustakaan.

Menginformasikan tentang pentingnya memperhatikan/mendengarkan program

video pembelajaran untuk pemanfaatan program video pembelajaran

berikutnya.

Mengajak siswa untuk memperkaya materi melalui sumber belajar lain yang

relevan dengan materi yang dipelaiari.

Tabel 2.2

Tahapan pembelajaran

Model Make A Match Berbantuan Video Pembelajaran

Tahapan Aktivitas

Apresepsi 1. Guru mengucapkan salam

2. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa.

3. Guru mengabsen siswa.

4. Guru bertanya mengenai pelajaran minggu lalu.

5. Guru melakukan apersepsi

6. Guru menyampaikan tujuan yang hendak di capai.

Inti 7. Guru menyiapkan video untuk ditayangkan.

8. Guru menjelaskan mengenai materi yang pada video

tersebut.

9. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang

materi yang belum jelas.

10. Guru membagi satu kelas menjadi 2 kelompok, kelompok

A dan kelompok B. Dengan cara mengambil gulungan

kertas. Bagi yang mendapatkan gulungan kertas yang

warnanya sama menjadi satu kelompok. Kemudian kedua

kelompok diminta untuk saling berhadap-hadapan.

11. Guru membagikan sebuah amplop yang berisi pertanyaan

di kelompok A, dan berisi jawaban di kelompok B.

12. Guru memberikan waktu 5 menit kepada siswa untuk

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

25

berfikir dan mencari pasangannya masing-masing dengan

cara diskusi dengan teman-temannya yang cocok dengan

kartu yang dipegang.

13. Guru memberi peringatan jika waktu sudah habis. Siswa

yang belum menemukan pasangannya harus berkumpul

tersendiri.

14. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan

lain dan siswa yang tidak mendapatkan pasangan

memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah

pasangan itu cocok atau tidak.

15. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan

kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang

memberikan presentasi.

16. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya

sampai semua pasangan melakukan presentasi.

17. Guru memberikan reward kepada siswa yang menemukan

pasangannya dengan tepat.

18. Guru mengkocok kartu lagi agar tiap siswa mendapat kartu

yang berbeda dari sebelumnya. Demikian selanjutnya.

Penutup

19. Guru bertanya kepada siswa tentang hal hal yang belum

diketahui siswa.

20. Guru menguji ingatan dan pemahaman siswa melalui tanya

jawab.

21. Guru dan siswa membuat kesimpulan mengenai pelajaran

hari ini.

22. Guru memberikan soal evaluasi.

23. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucap

salam.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

26

2.5 Hasil Belajar

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap

siswa mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, karena hasil belajar

yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar

yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar

tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

Menurut Nana Sudjana (2005: 22) mengatakan “perubahan tingkah laku

seseorang yang disebabkan oleh pengalaman belajar”. Serta Ahmad Susanto

(2013: 5) menambahkan “hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada

diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

sebagai hasil yang didapatkan selama kegiatan belajar”. Lain halnya menurut

Dimyati dan Mudjiono (2002: 36) “hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan

dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang

diberikan guru”.

Berdasarkan uraian pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses

pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap

selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

2.6 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian oleh Sry Wulandari tahun 2009 dalam penelitiannya “Pengaruh

Model Make A Match Pada Mata Pelajaran IPA Sub Pokok Bahasan Struktur dan

Bagian-Bagian Telinga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar siswa Kelas IV SDN

Kesepuhan 05 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora”. Dalam penelitiannya

penerapan model Make A Match dapat meningkatkan keaktifan serta semangat

siswa pada mata pelajaran IPA sub pokok bahasan struktur dan bagian-bagian

telinga siswa Kelas IV SDN Kesepuhan 05 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora.

Rata-rata hasil belajar pada pelaksanaan siklus 1 sebesar 70 dengan KKM yang

ditentukan yaitu 65, dan pada pelaksanaan siklus 2 mengalami peningkatan yang

sangat signifikan yaitu dengan rata-rata 85 dengan ketuntasan sebesar 95%.

Dengan demikian siswa kels IV SDN Kesepuhan 05 Kecamatan Jepon Kabupaten

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

27

Blora mengalami peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA kelas

IV semester 2.

Penelitian yang dilakukan oleh Arum Dwi Haryanti dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Berbantuan Audio Visual Untuk

Meningatkan Kualitas Pembelajaran IPS pada siswa kelas kelas III SDN Ngijo 01

Kota Semarang yang dalam penelitiannya menggunakan model pembelajaran ini

terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat

dengan lebih jelas pada keterampilan guru siklus I mendapatkan skor 18 dan 20

dengan riteria baik, siklus II mendapat skor 25 dan 28 dengan kriteria sangat baik.

Aktivitas siswa siklus I mendapatkan rata-rata 15,3 dan 18,2 dan siklus II

mendapat rata-rata 20,1 dan 22,2 dengan kategori baik. Hasil belajar siswa pada

siklus I mencapai presentase ketuntasan klasikal 50% dan 64%, kemudian

meningkat pada siklus II yaitu presentase ketuntasan klasikal mencapai 75% dan

85%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa model Make A

Match berbantuan audio visual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas

siswa, dan hasil belajar siswa kelas II SDN Ngijo 01.

Penelitian juga dilakukan oleh Ria Yuni Astuti dengan judul Upaya

Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Make A Match Siswa Kelas 5 SD Negeri I Colo Kecamatan Dawe Kabupaten

Kudus Semester genap Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat

meningkatkan hasil belajar IPA. Hal ini dengan ditunjukkan dengan peningkatan

nilai siswa dari kondisi awal,siklus I, dan siklus II. Pada saat kondisi awal terdapat

5 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 41,7% dan yang belum tuntas

terdapat 7 siswa atau sebesar 58,3%. Pada siklus I terdapat 9 siswa yang tuntas

dalam KKM atau sebesar 75%, dan yang belum tuntas sebesar 25%. Sedangkan

pada siklus II terdapat 12 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 100%, dan

yang belum tuntas terdapat 0 siswa atau sebesar 0%. Dari analisis data tersebut

dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe Make A Match dapat

meningkatkan hasil belajar IPA kelas 5.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

28

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan untuk melengkapi penelitian-

penelitian yang sudah ada sehingga dapat menambah khasanah pengembangan

pengetahuan mengenai penelitian IPA untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

melalui metode pembelajaran Make A Match. Penelitian ini diharapkan dapat

menjadi alternatif untuk meningkatkan hasil belajar IPA dan mengubah perilaku

siswa kelas 5 SD Negeri 3 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

2.7 Kerangka Pikir

Metode ceramah sering dipandang sudah biasa bahkan cenderung

membuat siswa merasa bosan dan tidak tertarik dalam mengikuti proses

pembelajaran, hal ini menjadikan siswa menjadi pasif. Oleh karena itu perlu

adanya penggunaan metode pembelajaran yang dapat menjadikan siswa menjadi

lebih aktif dan menyenangkan. Peneliti mencoba mengangkat masalah tentang

penggunaan metode pembelajaran Make A Match berbantuan video pembelajaran

untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas.

Tabel 2.3

Kerangka Pikir

Guru hanya menggunakan metode

ceramah sehingga siswa bosan dalam

mengikuti proses pembelajaran maka

hasil belajar rendah.

Kondisi Awal

Ceramah

Guru menggunakan medel pembelajaran

Make A Match Berbantuan Video

Pembelajaran sehingga siswa tertarik dan

aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran.

Tindakan

Setelah guru menggunakan model

pembelajaran Make A Match Berbantuan

Video Pembelajaran dalam proses

pembelajaran, hasil belajar siswa

meningkat dari kondisi awal yang hanya

menggunakan metode ceramah.

Kondisi

akhir

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10865/2/T1_292012065_BA… · ... dan penggunaannya secara umum terbatas ... dan biologi. Tujuan

29

2.8 Hipotesis tindakan

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini

adalah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri 3 Depok Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan.