bab ii kajian teori 2.1 2.1.1 think talk write...

16
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) 2.1.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelejaran, dan pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992: 4) bahwa “Each model guides us as we design instruction to help students achive various objectives”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan. Joyce dan Weil (1992: 1) menyatakan bahwa: “Models of teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them how learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Kardi, S dan Nur, 2000b: 8). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992: 4) bahwa “Each model us as we design instruction to help students achive various objective”. Maksud dari kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita merancangkan pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Upload: lykhanh

Post on 06-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

2.1.1.1 Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan

pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamya tujuan-tujuan

pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelejaran,

dan pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce

(1992: 4) bahwa “Each model guides us as we design instruction to help students

achive various objectives”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap model

mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik

mencapai tujuan.

Joyce dan Weil (1992: 1) menyatakan bahwa: “Models of teaching are

really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills,

value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching

them how learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan model belajar

dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau

memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide

diri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan

digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan

pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Kardi, S dan Nur,

2000b: 8). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992: 4) bahwa “Each model us

as we design instruction to help students achive various objective”. Maksud dari

kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita merancangkan

pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan

pembelajaran tercapai.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

7

Dalam penelitian ini, yang dimaksud model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran

adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam

melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi

oleh sifat dan materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam

pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.

Sebagaimana pendapat Joice, dkk (1992: 2), model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola

mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk

menentukan material/perangkat pemebelajaran termasuk di dalamnnya buku-

buku, film-film, tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum

(sebagai kurusus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain

pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan.

Arends (1997), menyatakan bahwa “the term teaching model refers to a

particular approach to instruction that includes its goals, syntax, eniroment, and

management system”. Istilah model mengarah pada suatu pendekatan

pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem

pengolaan.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur dalam sistematik dan mengorganisaikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

untuk mencapai tujuan belajar tertentu berfungsi sebagai pedoman bagi perncang

pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.

2.1.1.2 Hakikat Think Talk Write

Untuk merealisasikan pembelajaran IPS yang melibatkan siswa secara aktif,

dewasa ini telah dikembangkan berbagi strategi pemebelajaran IPS yang

melibatkan penggunaan alat bantu seperti multimedia ataupun tidak. Salah

satunya adalah model pembelajaran Think Talk Write.

Think Talk Write adalah salah satu model dalam pembelajaran kooperatif

yang diperkenalkan oleh Hunker & Launghlin. Pembelajaran ini dimulai berpikir

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

8

melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi. Hasil

bacaanya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat

laporan hasil presentasi. Menurut Huinker & Laughlin (1996: 81) „’thinking and

talking are important steps in the process of bringing meaning into students’s

writing’’, yaitu berpikir dan berbicara/berdiskusi merupakan langkah penting

dalam proses membawa pemahaman ke dalam tulisan siswa.

Menurut Porter (1992:179) bahwa Think Talk Write (TTW) adalah

pembelajaran dimana siswa diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

memulai belajar dengan memahami pemasalahan terlebih dahulu, kemudian

terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan

bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya.

Sedangkan menurut Adriani (2008), Think Talk Write (TTW) merupakan

strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa

tersebut dengan lancar.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi Think-Talk-Write

(TTW) adalah strategi pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan

kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa yang dilaksanakan melalui tiga

tahap yaitu berpikir (think), berdiskusi/berbicara (talk) dan menulis (write).

Model pembelajaran TTW melibatkan 3 tahap penting yang harus

dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran IPS, yaitu:

1. Think (Berfikir)

Proses berfikir merupakan proses yang dimulai dari penemuan informasi (dari

luar atau diri sendiri), pengolahan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali

informasi dari ingatan siswa (Marpaung, dalam Budiarto dan Hartono, 2002 :

481). Dengan demikian dapat dikatakan, pada prinsipnya proses berfikir meliputi

tiga langkah pokok yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat dan

penarikan kesimpulan.

Makna dan proses berfikir dapat ditinjau dari dua sisi pandangan yang

berbeda yakni panndangan filsafat dan psikologi. Para ahli filsafat memandang

bahwa otak manusia (mind) sebagai tempat muncul serta tumbuh alasan-alasan

dan nalar. Bidang filsafat memberikan penekanan lebih besar pada studi tentang

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

9

berfikir kritis (critical thinking) melalui analisis terhadap argumen serta aplikasi

logika. Sementara ahli psikologi lebih memfokuskan pengajiannya mengenai

berfikir pada aspek mekanismenya (mechanism of mind). Lebih khusus lagi, ahli

psikologi kognitif cenderung memberi penekanan pada berfikir kreatif yaitu

bagaimana ide-ide yang merupakan proses berfikir dihasilkan oleh otak manusia

(Suryadi, 2005: 17).

Menurut Marzano, dkk, (dalam Marzuki, 2006) bahwa berfikir yang

dilakukan manusia meliputi empat dimensi yaitu : (1) Metakognisi, merupakan

kesadaran seseorang tentang proses berfikirnya pada saat melakukan tugas

tertentu dan kemudian menggunakan kesadaran tersebut untuk mengontrol apa

yang dilakukan. (2) Berfikir kritis dan kreatif, merupakan dua komponen yang

sangat mendasar. Berfikir kritis merupakan prosess penggunaan kemampuan

berfikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat,

mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini serta

dilakukan. Sedangkan berfikir kreatif merupakan kemampuan bersifat spontan,

terjadi karena adanya arahan yang bersifat internal dan keberadaannya tidak dapat

diprediksi. (3) Proses berfikir, memiliki delapan komponen utama yaitu

pembentukan konsep, pembentukan prinsip, pemahaman, pemecahan masalah,

pengambilan keputusan, penelitian, penyusunan dan berwacana secara oral. (4)

Kemampuan berfikir utama, juga memiliki delapan komponen yaitu :

memfokuskan, kemampuan mendapatkan informasi, kemampuan mengingat,

kemampuan, menganalisa, mengorganisasikan, menganalisa, menghasilkan,

mengintegrasi, serta mengevaluasi.

Pada tahap Think siswa membaca teks berupa permasalahan-permasalahan.

Dalam tahap ini siswa secara individual memikirkan kemungkinan jawaban

(strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada

bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasannya sendiri.

Menurut Weiderhold (dalam Ansari, 2003) membuat catatan berarti

menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu

belajar rutin membuat catatan setelah membaca, akan merangsang aktivitas

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

10

berfikir sebelum, selama dan sesudah membaca sehingga dapat mempertinggi

pengetahuan dan dapat kemampuan berfikir dan menulis.

Aktivitas berfikir (Think) dapat dilihat dari proses membaca suatu

permasalahan, kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Menurut Narode

(dalam Ansari, 2003) dalam model ini teks bacaan seringkali disertai panduan

yang bertujuan untuk mempermudah diskusi dan pengembangan pemahaman

konsep kimia siswa.

2. Talk (berbicara)

Pada tahap talk peserta didik diberi kesempatan untuk merefleksikan,

menyusun, dan menguji ide-ide kegiatan diskusi dalam kelompok. Hunker dan

laughlin (1996:81) “Classroom opportunities for talk enable students to (1)

connect the language they know from their own personal experiences and

backgrounds with the language of mathematics, (2) analyzes and synthesizes

social ideas, (3) fosters collaboration and helps to build a learning community in

the classroom”. Artinya, peserta didik yang diberikan kesempatan untuk

berdiskusi dapat: (1) mengkoneksikan bahasa yang mereka tahu dari pengalaman

dan latar belakang mereka sendiri dengan bahasa ilmu pengetahuan sosial, (2)

menganalisis dan mensintesis ide-ide, (3) memelihara kolaborasi dan membantu

membangun komunitas pembelajaran di kelas.

Selain itu, Huinker dan Laughlin (1996: 88) juga meyebutkan

bahwa Talking encourages the exploration of words and the testing of ideas.

Talking promotes understanding. When students are given numerous

opportunities to talk, the meaning that is constructed finds its way into students’

writing, and the writing further contributes to the construction of

meaning. Artinya, berdiskusi dapat meningkatkan eksplorasi kata dan menguji

ide. Berdiskusi juga dapat meningkatkan pemahaman. Ketika peserta didik

diberikan kesempatan yang banyak untuk berdiskusi, pemahaman akan terbangun

dalam tulisan peserta didik, dan selanjutnya menulis dapat memberikan kontribusi

dalam membangun pemahaman. Intinya, pada tahap ini peserta didik dapat

mendiskusikan pengetahuan mereka dan menguji ide-ide baru mereka, sehingga

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

11

mereka mengetahui apa yang sebenarnya mereka tahu dan apa yang sebenarnya

mereka butuhkan untuk dipelajari.

Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008:86) mengutarakan talk penting

dalam pembelajaran karena sebagai cara utama untuk berkomunikasi dalam

pembelajaran, pembentukan ide (forming ideas) melalui proses talking, untuk

meningkatkan dan menilai kualitas berpikir karena talking dapat membantu

mengetahui tingkat pemahaman peserta didik.

Pada tahap talk memungkinkan peserta didik untuk terampil berbicara. Pada

tahap ini peserta didik akan berlatih melakukan komunikasi IPS dengan anggota

kelompoknya secara lisan. Masalah yang akan didiskusikan merupakan masalah

yang telah peserta didik pikirkan sebelumnya pada tahap think. Pada umumnya

peserta didik menurut Huinker dan Laughlin (1996:82) talking dapat berlangsung

secara alamiah tetapi tidak menulis. Proses talking dipelajari peserta didik melalui

kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosial.

Dengan berdiskusi dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam kelas.

Berkomunikasi dalam diskusi menciptakan lingkungan belajar yang memacu

peserta didik berkomunikasi antar peserta didik dapat meningkatkan pemahaman

peserta didik karena ketika peserta didik berdiskusi, peserta didik mengkonstruksi

berbagai ide untuk dikemukakan.

3. Write (menulis)

Masingila dan Wisniowska (1996:95) menyebutkan bahwa writing can help

students make their tacit knowledge and thoughts more explicit so that they can

look at, and reflect on, their knowledge and thoughts. Artinya, menulis dapat

membantu peserta didik untuk mengekspresikan pengetahuan dan gagasan yang

tersimpan agar lebih terlihat dan merefleksikan pengetahuan dan gagasan mereka.

Writing in social studies are the social sciences helps realize one of the

major goals in teaching, namely, that students understand the material being

studied (Shield dan Swinson, 1996:35). Artinya, menulis dalam ilmu pengetahuan

sosial dapat merealisasikan tujuan utama dalam pembelajaran, yaitu pemahaman

peserta didik tentang materi yang telah diajarkan. Selain itu melalui kegiatan

menulis dalam pembelajaran IPS, peserta didik diharapkan dapat memahami

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

12

bahwa IPS dibangun melalui suatu proses berpikir yang dinamis, dan diharapkan

pula dapat memahami bahwa IPS merupakan bahasa atau alat untuk

mengungkapkan ide.

Masingila dan Wisniowska (1996:95) juga menyebutkan bahwa for teacher,

writing can elicit (a) direct communication from all members of a class, (b)

information about student’s errors, misconception, thought habits, and beliefs, (c)

various students’ conceptions of the same idea, and (d) tangible evidence of

students’ achievement. Artinya, manfaat tulisan peserta didik untuk guru adalah

(1) komunikasi langsung secara tertulis dari seluruh anggota kelas, (2) informasi

tentang kesalahan-kesalahan, miskonsepsi, kebiasaan berpikir, dan keyakinan dari

para peserta didik, (3) variansi konsep peserta didik dari ide yang sama, dan (4)

bukti yang nyata dari pencapaian atau prestasi peserta didik.

Aktivitas menulis peserta didik pada tahap ini meliputi: menulis solusi

terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan,

mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah (baik

penyelesaiannya, ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar

mudah dibaca dan ditindaklanjuti), mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin

tidak ada perkerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan, dan meyakini bahwa

pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya

(Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, 2008:88).

Pada tahap ini peserta didik akan belajar untuk melakukan komunikasi

pembelajaran IPS secara tertulis. Berdasarkan hasil diskusi, peserta didik dimita

untuk menuliskan penyelesaian dan kesimpulan dari masalah yang telah

diberikan. Apa yang peserta didik tuliskan pada tahap ini mungkin berbeda

dengan apa yang peserta didik tuliskan pada catatan individual (tahap think). Hal

ini terjadi karena setelah peserta didik berdiskusi ia akan memperoleh ide baru

untuk menyelesaikan masalah yang telah diberikan.

Kesimpulannya Think Talk Write adalah pembelajaraan dimana siswa

diberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar dengan memahami

permasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

13

kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang

diperolehnya.

2.1.1.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Think Talk Write

Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan harapan diatas,

dirancang pembelajaran yang mengikuti langkah-langkah berikut :

Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW (think talk write)

menurut Helmaheri (2004: 21-22) adalah sebagai berikut :

1. Pendahuluan

a. Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

b. Guru mengingatkan kembali teknik pembelajaran dengan strategi TTW ,

tugas-tugas, dan aktivitas siswa.

c. Guru melakukan apersepsi.

d. Guru memberikan motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

e. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4

siswa.

2. Kegiatan Inti Pembelajaran

a. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa kepada siswa yang memuat

masalah.

b. Siswa membaca soal LKS, memahami masalah secara individual,

menuangkan ide-idenya mengenai kemungkinan jawaban dan atau langkah

penyelesaian atas permasalahan yang diberikan (think).

c. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi degan teman satu kelompok

mendiskusikan langkah penyelesaiannya (saling bertukar ide/sharing) agar

diperoleh kesepakatan-kesepakatan kelompok (talk).

d. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan pembelajaran IPS yang

diperolehnya setelah diskusi kemudian menuliskan semua jawaban atas

permasalahan yang diberikan secara lengkap, jelas dan mudah dibaca

(write).

e. Selama diskusi berlangsung guru dan observer bersifat sebagai mediator dan

membantu seperlunya jika sekiranya diperlukan.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

14

f. Satu kelompok ditunjuk untuk melakukan presentasi di dalam kegiatan

pembelajaran kemudian melakukan tanya jawab terhadap kelompok yang

lain.

3. Penutup

Guru bersama siswa membuat refleksi dan kesimpulan dari materi yang telah

dipelajari. .

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi yang diharapkan pada

strategi Think-Talk-Write adalah siswa dalam kelompoknya berfikir (think) baik

dalam mempelajari materi maupun memecahkan masalah yang dihadapi,

berbicara/saling berdiskusi, bertukar pendapat (talk), dan menuliskan hasil diskusi

baik berupa rangkuman materi ataupun hasil pemecahan masalah (write) agar

kompetensi yang diharapkan tercapai.

Diharapkan melalui strategi Think Talk Write ini siswa mampu berpikir

secara mandiri dan mengasah kepekaan dan keterampilannya berpikir dan

memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat meningkatkan kemandirian

dalam belajarnya.

2.1.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Think Talk Write

Adapun kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajaran Think Talk

Write ada pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Model Pembelajaran Think Talk Write

Kelebihan Kelemahan

1. Siswa menjadi lebih kritis

2. Semua siswa lebih aktif

dalam proses pembelajaran.

3. Siswa lebih paham terhadap

materi yang dipelajari

1. Siswa akan cukup merasa

terbebani dengan tugas

yang banyak

2. Waktu untuk satu materi

cukup banyak

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

15

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar

berupa : (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara

spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan

masalah. (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan

konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengategorisasi, kemampuan analtis-sintesis, fakta konsep, dan mengembangkan

prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan

melakukan aktvitas kognitif bersifat khas. (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan

menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini

meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. (4)

Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasamani. (5)

Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasakan penilaian

terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan

eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai

sebagai satandar perilaku.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, efektif

psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),

comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application

(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), syinthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation

(menilai). Domain efektif adalah receiving (sikap menerima), responding

(memeberikan respons), valving (nilai), organization (organisasi), characterization

(karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountized.

Psikomotor juga mencangkup keterampilan produktif, tekni, fisik, sosial,

manjerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil belajar meliputi

kecakapan, informasi, penegertian dan sikap.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

16

Dengan memperhatikan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu

aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil belajar yang dikategorisasikan oleh

pakar pendidik sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau

terpisah, melainkan komprehensif.

2.1.3 Pengertian IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli

IPS atau social studies. Di sekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal

dengan social studies. Jadi, istilah IPS merupakan terjemahan social studies.

Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang

masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari

berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi,

ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial

yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk memperoleh

gambaran yang lebih luas tentang IPS, maka penting untuk dikemukakan beberapa

pengertian social studies dan IPS menurut para ahli : (1) Edgar B Wesley

menyatakan bahwa “social studies are the social sciences simplified for

paedagogieal purposes in school. The social studies consist of geografy history,

economic, sociology, civics and various combination of these subjects”. IPS

adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan di sekolah. Penelitian

sosial terdiri dari sejarah geografy, ekonomi, sosiologi, kewarganegaraan dan

berbagai kombinasi mata pelajaran tersebut. (2) John Jarolimek mengemukakan

bahwa “The social studies as a part of elementary school curriculum draw

subject-matter content from the social science, history, sociology, political

science, social psychology, philosophy, antropology, and economic. The social

studies have been defined as “ those portion of the social science… selected for

instructional purposes”. IPS sebagai bagian dari kurikulum sekolah dasar

menggambar konten subyek dari ilmu sosial, sejarah, sosiologi, ilmu politik,

psikologi sosial, filsafat, antropology, dan ekonomi. Penelitian sosial telah

didefinisikan sebagai "orang-orang bagian dari ilmu sosial ... dipilih untuk tujuan

instruksional"

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

17

Demikian beberapa pengertian yang dikembangkan di Amerika Serikat oleh

beberapa tokoh pendidikan terkenal. Pengembangan IPS di Indonesia banyak

mengambil ide-ide dasar dari pendapat-pendapat yang dikembangkan di Amerika

Serikat tersebut. Tujuan, materi, dan penanganannya dikembangkan sendiri sesuai

dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan

pada realitas, gejala, dan problem sosial yang menjadi kajian IPS yang tidak sama

dengan negara-negara lain. Setiap negara memiliki perkembangan dan model

pengembangan social studies yang berbeda. Berikut pengertian IPS yang

dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di Indonesia. (1) Moeljono

Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu

pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai

cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah,

geokrafi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk

tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah

dipelajari. (2) Nu‟man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran

ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan

SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: (a) menurunkan tingkat kesukaran

ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang

sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan, (b)

mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan

kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna. (3) S.

Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fungsi atau

paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian

kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat

yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi,

antropologi, dan psikologi social. (4) Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa

IPS merupakan bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan

membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human

relationship hingga benarbenar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya.

Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial

yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

18

Dengan demikian pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada

pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek

teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji

gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan

dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS

dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah

atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara

lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian

siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan

dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia. Dengan bertolak dari

uraian di depan, kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan

lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan

masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh

dari siswa dan siswi. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh

memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian berikut ini menunjukkan hasil penelitian yang

berhubungan dengan variabel yang akan diteliti :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yuniar Prasasti FKIP UNIVERSITAS

SEBELAS MARET (2010) yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN

STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DISERTAI MODUL

HASIL PENELITIAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X

SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012”

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan strategi pembelajaran Think

Talk Write disertai modul hasil penelitian terhadap hasil belajar siswa kelas

X SMA Negeri 2 Sukoharjo dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi

pembelajaran Think Talk Write disertai modul hasil penelitian memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar ranah psikomotor siswa kelas

X SMA Negeri 2 Sukoharjo.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Toni Mistyardi, Mumun Nurmilawati (2012)

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Program Studi Pendidikan

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

19

Biologi, Universitas Nusantara PGRI Kediri dalam jurnal yang berjudul

“Pengaruh Pembelajaran Inovatif Model TTW (Think Talk Write) Pada

Bahasan Protista Terhadap Hasil Belajar Kelas X Semester Ganjil di SMA

Negeri 6 Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012” menyatakan bahwa hasil belajar

pembelajaran Inovatif Model TTW (Think Talk Write) berpengaruh sangat

signifikan terhadap hasil belajar peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Kediri

tahun pelajaran 2011-2012 dan Pembelajaran Inovatif Model TTW (Think

Talk Write) ternyata dapat dijadikan alternatif model pembelajaran dan

penerapan model pembelajaran Inovatif Model TTW (Think Talk Write)

sangat baik, sehingga memberikan hasil belajar yang baik pula bagi prestasi

belajar peserta didik.

3. Berdasarkan skripsi Fadhly, Hasan R.F.S (2010) dengan judul “Pengaruh

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think Talk Write (TTW) Terhadap

Hasil Belajar IPS Geografi pada Kompetensi Dasar Hidrosfer Siswa Kelas

VII MTs Surya Buana Malang”. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil

belajar IPS Geografi pada Kompetensi Dasar Hidrosfer siswa menggunakan

Model Pembelajaran Think Talk Write lebih baik daripada siswa tidak

menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write. Dengan demikian dapat

dikemukakan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Think Talk Write

berpengaruh pada hasil Belajar IPS Geografi siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan KTSP yang mempunyai ciri utama bahwa pembelajaran

berpusat pada siswa, maka siswa merupakan unsur utama dalam pembelajaran dan

harus berperan aktif dalam meningkatkan keterampilan berfikir, salah satunya

adalah keterampilan berfikir kreatif. Banyak faktor penunjang proses belajar

mengajar ini salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran.

Secara garis besar, Think-Talk-Write (TTW) merupakan model pembelajaran

yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar-mengajar melalui

tiga tahapan, untuk dapat memperjelas dibawah ini adalah Think, merupakan

proses berfikir yang dimulai dari penemuan informasi baik dari luar maupun dari

diri siswa sendiri, pengolahan, penyimpanan dan pemanggilan kembali

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

20

informasidari ingatan siswa. Talk, yaitu berkomunikasi dengan kata-kata yang

mereka pahami. Write, menuliskan dan mengktruksi ide setelah berdiskusi dan

berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.

Adapun gambar skema 2.2 di bawah ini untuk memperjelas pemahaman

tentang proses model pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Gambar 2.2 Skema Kerangka Berfikir

Model Pembelajaran Think Talk Write

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, maka hepotesis

penelitian yaitu hasil belajar (tingkat ketuntasan) kelas V mata pelajaran IPS

dengan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) diharapkan lebih baik

daripada tanpa menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW).

Pengujian Hipotesis ini antara lain :

GURU

Situasi masalah THINK

Membaca teks dan

membuat catatan

secara individual

TALK

Interaksi dalam grup untuk

membahas kelompok

WRITE

Konstruksi hasil dari think

dan talk secara individual

Menulis

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 Think Talk Write (TTW)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8395/2/T1_292010701_BAB II.pdf · digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran

21

Yaitu “rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen sama dengan

rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol artinya tidak ada pengaruh

penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap hasil belajar

IPS siswa kelas V SDN I Gondel Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora

Tahun Pelajaran 2013/2014.

Yaitu “rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen ada perbedaan

dari rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol artinya adanya pengaruh

penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan model konvesional

terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol.