bab ii kajian teoretik a. deskripsi konseptualrepository.ump.ac.id/7539/3/githa farida bab...

65
BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual Deskripsi konseptual merupakan bagian dari laporan penelitian yang berisi berbagai konsep teori yang relevan dengan tema penelitian. Isi dari deskripsi konseptual merupakan kajian berbagai teori yang relevan dengan varibel penelitian baik variabel bebas maupun varibel terikat. Pada penelitian ini deskripsi konseptual meliputi hakikat menganalisis butir kebahasaan, hakikat menganalisis teks eksposisi, dan hakikat metode Problem Based Learning. Berikut diuraikan masing-masing deskripsi konseptual dalam penelitian ini. 1. Hakikat Metode Problem Based Learning 1.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari (Amir, 2009). 12 Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

Upload: others

Post on 25-Aug-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

12

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Konseptual

Deskripsi konseptual merupakan bagian dari laporan penelitian yang

berisi berbagai konsep teori yang relevan dengan tema penelitian. Isi dari

deskripsi konseptual merupakan kajian berbagai teori yang relevan dengan

varibel penelitian baik variabel bebas maupun varibel terikat. Pada penelitian

ini deskripsi konseptual meliputi hakikat menganalisis butir kebahasaan,

hakikat menganalisis teks eksposisi, dan hakikat metode Problem Based

Learning. Berikut diuraikan masing-masing deskripsi konseptual dalam

penelitian ini.

1. Hakikat Metode Problem Based Learning

1.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses

pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang

menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, membuat mereka

mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar

sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses

pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk

memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti

diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari (Amir, 2009).

12

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

13

Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning (PBL)

merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar

dan belajar”, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi

masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa

keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi

pelajaran. Problem Based Learning (PBL) mempersiapkan siswa untuk

berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan

sumber pembelajaran yang sesuai.

Problem Based Learning (PBL) mempunyai perbedaan penting

dengan pembelajaran penemuan. Pada pembelajaran penemuan

didasarkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan disiplin ilmu dan

penyelidikan siswa berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas

dalam ruang lingkup kelas, sedangkan Problem Based Learning (PBL)

dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna dimana

siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih dan melakukan

penyelidikan apapun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh itu

diperlukan untuk memecahkan masalah.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang

efektif untuk pengajaran proses berpikir tingka tinggi, pembelajaran ini

membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam

benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia

sosial dan sekitarnya. Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa

dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

14

keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, dengan pemberian

masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran

melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga

sewaktu-waktu dapat digunakan lagi.

Jadi Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis

masalah adalah suatu strategi pembelajaran yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk

belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan

masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang

esensial dari materi pelajaran.

Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model

pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah

melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus

memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Kamdi, 2007: 77).

PBL atau pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat

diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi

pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

15

kerjasama dan interaksi dalam kelompok, di samping pengalaman

belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti

membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan,

mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan,

mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan

tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan

pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan

PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka

pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam

kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

1.2 Ciri-ciri Problem Based Learning (PBL)

Menurut Arends berbagai pengembangan pengajaran Problem

Based Learning (PBL) telah memberikan model pengajaran itu

memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.2.1 Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan

pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya

secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.

1.2.2 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin

berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-

ilmu sosial), masalah-masalah yang diselidiki telah dipilih benar-

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

16

benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah

itu dari banyak mata pelajaran.

1.2.3 Penyelidikan autentik

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa

melakukann penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian

nyata terhadap masalah nyata.

1.2.4 Menghasilkan produk dan memamerkannya

Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk

menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata. Produk

tersebut bisa berupa laporan, model fisik, video maupun program

komputer. Dalam pembelajaran kalor, produk yang dihasilkan

adalah berupa laporan.

1.2.5 Kolaborasi dan kerja sama

Pembelajaran bersdasarkan masalah dicirikan oleh siswa

yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering

secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan

kegiatan disekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya

secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.

Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata secara autentik,

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

17

menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya

berbagai macam solusi untuk situasi itu.

2) Berfokus pada keterkaitan antara disiplin ilmu

Masalah yang akan diselidiki dalam PBL telah dipilih

benar-benar nyata agar nantinya siswa dalam memecahkan dapat

dipandang dari beberapa disiplin ilmu walaupun nantinya

pembelajaran tersebut berpusat pada pelajaran tertentu.

3) Penyelidikan autentik

Pada strategi PBL siswa mencari sendiripemecahan

masalah mulai dari mendefinisikan masalah, membuat hipotesis,

mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan

eksperimen (jika diperlukan), membuat referensi serta kesimpulan.

4) Menghasilkan karya dan memamerkannya

Hasil karya dalam penerapan PBL dapat berupa laporan,

model fisik, video maupun program komputer. Hasil karya ini

merupakan bentuk karya nyata dan peragaan dari penyelesaian

masalah yang telah mereka temukan.

5) Dikerjakan secara bersama-sama antara siswa dalam kelompok

kecil

Siswa bekerja sama dengan kelompok yang telah

ditentukan guru untuk bersama-sama memecahkan permasalahan

yang dihadapi sehingga akan lebih memungkinkan siswa dalam

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

18

mengembangkan ketrampilan berfikirnya sangat ditekankan dalam

strategi PBL.

Model pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk

mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh

Suyatno (2009 : 58) bahwa: ”Model pembelajaran berdasarkan

masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran

dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang

untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman

telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk

pengetahuan dan pengalaman baru”.

Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68)

menyatakan bahwa: ”Model pembelajaran berdasarkan masalah

merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan

permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun

pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan

keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan

kemandirian dan percaya diri”.

Model pembelajaran berdasarkan masalah juga mengacu pada

model pembelajaran yang lain seperti yang diungkapkan oleh

diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68) : ”Model pembelajaran

berdasarkan masalah) mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

19

Based Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience

Based Education), Belajar Autentik (Autentic Learning), Pembelajaran

Bermakna (Anchored Instruction)”.

Berbagai pengembang menyatakan bahwa ciri utama model

pembelajaran berdasarkan masalah ini dalam Trianto (2007 : 68)

adalah:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah.

Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan

siswa serta dapat diselidiki oleh siswa kepada masalah yang

autentik ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau

mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya

permasalahan atau pertanyaan.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.

Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin

berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu

sosial) masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam

pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagi mata pelajaran

yang lain.

3) Penyelidikan autentik.

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa

melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

20

nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini

bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.

4) Menghasilkan produk atau karya.

Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk

menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan

yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah

yang mereka temukan. Produk itu dapat juga berupa laporan,

model fisik, video maupun program komputer

5) Kolaborasi.

Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa

yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara

berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama untuk

terlibat dan saling bertukar pendapat dalam melakukan

penyelidikan sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang

disajikan.

1.3 Langkah-Langkah Problem Based Learning

Pada Model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima

tahap utama yang dimulai dengan memperkenalkan siswa tehadap

masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja

siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (dalam

Nurhadi, 2004:111)

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

21

Tabel 1.1 Sintaks Model pembelajaran berdasarkan masalah

Fase Indikator Aktifitas / Kegiatan Guru

1 Orientasi siswa kepada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistikyang diperlukan,

pengajuan masalah, memotivasi siswa

terlibat dalam aktivitas pemecahan

masalah yang dipilihnya.

2 Mengorganisasikan

siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefenisikan

dan mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

3 Membimbing

penyelidikan individual

maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen, untuk

mendapat penjelasan pemecahan

masalah.

4 Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan, video,

model dan membantu mereka untuk

berbagai tugas dengan kelompoknya.

5 Menganalisa dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dalam proses-

proses yang mereka gunakan.

Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar

(outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu: (1)

inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah, (2) belajar

model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan (3)

ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning). Pebelajar

yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan

ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana

mereka akan melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi,

klasifikasi, dan reasoning. Karakteristik lingkungan belajar model

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

22

pembelajaran PBL adalah: keterbukaan, keterlibatan peserta didik

secara aktif, dan atmosfir kebebasan intelektual.

Pembelajaran Berbasis Masalah cukup tepat untuk

merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan fisika (Tobin, 1986; AAAS,

1993). Sekarang ini, pendidik banyak menerapkan pendekatan

pembelajaran berbasis masalah dalam pendidikan fisika (Lazear, 1991;

Treagust & Peterson, 1998; Gallagher et al., 1999; Slavin, 1999;

Greenwald, 2000; Yuzhi, 2003; Şenocak, 2005; Wilson, 2005; Kilic,

2006). Fakta bahwa pendidikan fisika didasarkan pada

keduanya, praktek dan interpretasi, yakni sangat berhubungan

dengan kehidupan nyata, dan pembelajaran berbasis masalah

memfasilitasi hubungan keduanya. Dalam PBL, fokus pembelajaran

ada pada masalah yang dipilih sehingga pebelajar tidak saja

mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi

juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Pembelajar

tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang

menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar

yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah

dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.

PBL dimulai dengan suatu masalah yang memicu

ketidaksetimbangan kognitif pada diri pebelajar. Keadaan ini dapat

mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-macam

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

23

pertanyaan disekitar masalah.. Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut

telah muncul dalam diri pebelajar maka motivasi intrinsik mereka

untuk belajar akan tumbuh.

Pada kondisi tersebut diperlukan peran guru sebagai fasilitator

untuk mengarahkan pebelajar tentang pengetahuan apa yang

diperlukan untuk memecahkan masalah, apa yang harus dilakukan,

atau bagaimana melakukannya dan seterusnya. Penerapan PBL dalam

pembelajaran dapat mendorong pebelajar mempunyai inisiatif untuk

belajar secara mandiri.

Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari

dimana berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung

pada bagaimana dia membelajarkan dirinya. Lebih lanjut. PBL juga

bertujuan untuk membantu pebelajar belajar secara mandiri.

Pembelajaran PBL dapat diterapkan bila didukung lingkungan belajar

yang konstruktivistik.

Arends (2004) mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu

dilakukan untuk mengimplementasikan PBL. Fase-fase tersebut

merujuk pada tahap-tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran dengan PBL sebagaimana disajikan pada Tabel 3.

Model pembelajaran PBL secara skematik dapat dideskripsikan

pada Gambar 3. Model pembelajaran PBL mempunyai nama lain

sebagai: Project-Based Teaching; Authentic Learning dan Anchored

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

24

Instruction (Arends, 2001: 348). Landasan teoretik model

pembelajaran CL adalah: teori Dewey tentang kelas berorientasi

masalah; konstruktivisme Piaget dan Vygotsky; serta belajar

penemuan menurut Bruner. Efek pembelajaran model PBL adalah

pencapaian kompetensi berupa keterampilan inkuiri dan pemecahan

masalah, perilaku berperan orang dewasa, dan keterampilan belajar

mandiri (independen).

Gambar 1.1 Model Pembelajaran PBL

Fase 1: Mengorientasikan siswa/mahasiswa pada masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran

dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL,

tahapan ini sangat penting dimana guru/dosen harus menjelaskan

dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh pebelajar dan juga oleh

dosen. Disamping proses yang akan berlangsung, sangat penting juga

dijelaskan bagaimana guru/dosen akan mengevaluasi proses

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

25

pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar

siswa dapat terlibat dalam pembelajaran yang akan dilakukan.

Fase 2: Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar

Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan

masalah, pembelajaran PBL juga mendorong siswa/mahasiswa belajar

berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan

kerjasama antar anggota. Guru/dosen dapat memulai kegiatan

pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana

masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah

yang berbeda.

Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran

kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus

heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang

efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru/dosen sangat

penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok

untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.

Setelah pebelajar diorientasikan pada suatu masalah dan telah

membentuk kelompok belajar, selanjutnya guru/dosen dan pebelajar

menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas

penyelidikan, dan jadwal.

Tantangan utama bagi guru/dosen pada tahap ini adalah

mengupayakan agar semua pebelajar aktif terlibat dalam sejumlah

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

26

kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat

menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Fase 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

Inti dari PBL adalah penyelidikan. Mungkin saja setiap situasi

permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun

pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni

pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan

memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi

merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru/dosen

harus mendorong pebelajar untuk mengumpulkan data dan

melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka

betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan.

Tujuannya adalah agar pebelajar mengumpulkan cukup

informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-

masalah dalam buku-buku. Guru/dosen membantu pebelajar untuk

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber,

dan guru/dosen seharusnya mengajukan pertanyaan pada pebelajar

untuk berifikir tentang massalah dan ragam informasi yang dibutuhkan

untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Setelah pebelajar mengumpulkan cukup data dan memberikan

permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

27

mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis,

penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini,

guru/dosen mendorong pebelajar untuk menyampikan semua ide-

idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru/dosen juga harus

mengajukan pertanyaan yang membuat mahasiswa berfikir tentang

kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas

informasi yang dikumpulkan.

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan hasil karya dan

memamerkannya. Hendaknya hasil karya lebih dari sekedar laporan

tertulis, melainkan dapat berupa suatu videotape (yang menunjukkan

situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan

secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program

komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan hasil karya

sangat dipengaruhi tingkat berfikir pebelajar. Selanjutnya adalah

memamerkan hasil karya pebelajar dan guru/dosen berperan sebagai

organisator pameran.

Fase 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini

dimaksudkan untuk membantu pebelajar menganalisis dan

mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan

dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru/dosen

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

28

meminta pebelajar untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang

telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.

Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang

jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka yakin dalam pemecahan

tertentu? Mengapa mereka dapat menerima penjelasan lebih siap

dibanding yang lain? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan?

Mengapa mereka mengadopsi pemecahan akhir dari mereka? Apakah

mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika penyelidikan

berlangsung? Apa penyebab perubahan itu? Apakah mereka akan

melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang?

Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila

pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Pemelajar pun

harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk

kelompok-kelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan

proses yang dikenal dengan proses tujuh langkah:

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan

konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat

dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara

memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada

dalam masalah.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

29

2) Merumuskan masalah

Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan

hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu.

3) Menganalisis masalah

Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah

dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas

informasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga

informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah

gagasan) dilakukan dalam tahap ini.

4) Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis

Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu

sama lain kemudian dikelompokkan; mana yang paling menunjang,

mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya

memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang

membentuknya.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran

Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena

kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan

mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan

dengan analisis masalah yang dibuat

6) Mencari informasi tambahan dari sumber lain

Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak

dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

30

mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan

kemana hendak dicarinya.

7) Mensistesis

Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru

dan membuat laporan.

1.4 Keunggulan dan Kelemahan Problem Based Learning

1) Keunggulan Model Problem Based Learning (PBL)

Keunggulan PBL memiliki ragam namun, pada intinya PBL

membentuk agar peserta didik mengembangkan kemampuan

berfikir dan memecahkan masalah. Keunggulan PBL menurut

Thobroni dan Arif (2011, hlm.349) yaitu:

a) mengembangkan peserta didik berfikir kritis;

b) peserta didik aktif dalam pembelajaran;

c) belajar menganalisis suatu masalah; dan

d) mendidik percaya pada diri sendiri.

Kemendikbud dalam Abidin (2013, hlm. 160) memaparkan

beberapa keunggulan PBL yaitu:

Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta

didik yang belajar memecahkan masalah akan menerapkan

pengetahuan yang dimiliki atau berusaha mengetahui pengetahuan

yang diperlukan. Dalam situasi PBL peserta didik

mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan

dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. PBL dapat

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

31

meningkatkan kemampuan berfikir kritis, motivasi internal untuk

belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam

bekerja kelompok.

Sanjaya (2008, hlm.220-221) mendeskripsikan bahwa

keunggulan dari PBL sebagai berikut:

a) PBL merupakan teknik yang bagus untuk lebih memahami

pelajaran;

b) PBL dapat menantang kemampuan peserta didik serta

memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi

peserta didik;

c) Meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik;

d) Membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan

mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata;

e) Membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan barunya

dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukannya;

f) Memperlihatkan kepada peserta didik setiap mata pelajaran pada

dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus

dimengerti oleh peserta didik;

g) Menyenangkan dan disukai peserta didik;

h) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis

dan menyesuaikan mereka dengan perkembangan pengetahuan

yang baru; dan

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

32

i) Memberikan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang dimilikinya dalam dunia nyata.

PBL memiliki keunggulan yang banyak dalam

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Berdasarkan

ungkapan sebelumnya mengenai keunggulan-keunggunalan PBL

dapat ditarik kesimpulannya bahwa :

a) PBL membangun pemikiran kontruktif;

b) Memiliki karakteristik kontekstual dengan kehidupan nyata

peserta didik;

c) Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran;

d) Materi pelajaran dapat terliputi dengan baik, dan

e) Membekali peserta didik mampu memecahkan masalah dalam

kehidupan nyata.

2) Kelemahan Problem Based Learning

Dibalik keunggulan tentunya akan ada kelemahan. PBL

selain memiliki keunggulan yang banyak, namun satu sisi PBL

memiliki kelemahan. Menurut Sanjaya (2008, hlm.221)

mengungkapkan kelemahan PBL yaitu sebagai berikut:

a) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak

memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk

dipecahkan, maka mereka enggan untuk mencoba;

b) Keberhasilan PBL memerlukan waktu untuk persiapan; dan

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

33

c) Tahap pemahaman mengapa mereka berusaha untuk

memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka

tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Sedangkan menurut Thobroni dan Arif (2011 : 350)

mengungkakan bahwa kelemahan PBL yaitu:

a) memerlukan waktu yang banyak;

b) tidak bisa digunakan dikelas-kelas rendah; dan

c) tidak semua peserta didik terampil bertanya.

Berdasarkan ungkapan dari Sanjaya, Thobroni dan Arif

dapat disimpulkan bahwa PBL memiliki kelemahan terutama

dalam masalah waktu yang lama dalam hal persiapan, perlunya

motivasi kuat dari peserta didik untuk mempelajari masalah yang

ada dalam materi pembelajaran, dan tidak semua materi dalam

pelajaran geografi dapat menggunakan model ini.

1.5 Tahapan dalam menerapan Problem Based Learning

Berikut ini beberapa tips yang dapat diperhatikan dan

dilakukan guru dalam implementasi model PBL (model problem based

learning), antara lain:

1) Pusat Pembelajaran adalah Pada Siswa (Student Centered)

Guru harus selalu ingat posisinya. Guru adalah fasilitator

yang bertugas mensupport kegiatan pemecahan masalah yang

dilakukan siswa. Guru bukanlah pemberi solusi dari permasalahan

tersebut. Jadi, apapun yang dilakukan di kelas oleh guru, semata-

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

34

mata adalah untuk tujuan membantu pembelajaran atau proses

belajar siswa. Ketika pusat pembelajaran di kelas adalah siswa,

maka akan terlihat bahwa segala aktivitas belajar jelas-jelas

nampak pada siswa.

2) Arahkan Pertanyaan-Pertanyaan

Pada saat proses pembelajaran di kelas di mana guru

menerapkan model problem based learning, maka guru harus

mengarahkan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan, bukan

penjelasan. Pertanyaan-pertanyaan dari guru, ataupun pertanyaan-

pertanyaan dari siswa akan mengarahkan kegiatan pembelajaran

siswa untuk menemukan informasi baru. Pertanyaan-pertanyaan

siswa tidak dijawab oleh guru, tetapi akan diarahkan sedemikian

rupa sehingga siswa berusaha mencari tahu tentang jawaban

pertanyaan itu, yang akan bernilai penting apabila jawaban-

jawaban atas pertanyaan itu nantinya akan membantu mereka

menemukan solusi untuk masalah yang disajikan. Melalui

pertanyaan-pertanyaan inilah siswa akan dimotivasi untuk

mempelajari pengetahuan baru.

3) Fasilitasi Siswa Melakukan Penyelidikan untuk Menyelesaikan

Masalah

Ketika siswa atau kelompok siswa dihadapkan pada suatu

masalah, mereka akan membutuhkan penyelidikan untuk

menyelesaikannya. Penyelidikan ini dimaksudkan untuk

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

35

mengumpulkan informasi yang mereka perlukan. Pada saat inilah

mereka sebenarnya sedang membangun pengetahuannya. Mereka

dapat menelusuri beragam bahan bacaan yang telah disediakan

melalui fasilitasi guru. Mereka dapat melakukan percobaan-

percobaan dan merancangnya sendiri sesuai dengan tujuan mereka.

Guru harus memfasilitasi keberlangsungan kegiatan penting dalam

model problem based learning ini.

4) Berikan Otonomi pada Siswa

Ketika kelompok siswa atau siswa telah mampu berinisiatif

untuk melakukan penyelidikan, mempelajari sesuatu yang mereka

rasa akan dibutuhkan untuk penyelesaian masalah, maka guru

harus memberikan otonomi kepada siswa. Guru memberikan

kebebasan cara-cara apa yang akan siswa tempuh untuk

memecahkan masalah, tetapi tentu tetap dengan pengarahan agar

penyelesaian masalah yang dilakukan akan lebih efektif.

Memberikan otonomi kepada siswa diharapkan akan

menumbuhkan motivasi intrinsik di dalam diri mereka untuk

belajar berdasarkan kebutuhan mereka. Ini akan membentuk siswa

menjadi pmebelajar yang mandiri.

5) Masalah Berasal dari Dunia Nyata

Ketika guru menghadirkan masalah untuk dipecahkan oleh

siswa dalam model PBL, maka masalah itu haruslah datang dari

real worls situation alias dari dunia nyata.ini penting agar apa-apa

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

36

yang akan dipelajari siswa dalam model pembelajaran problem

based learning ini bermanfaat bagi kehidupan mereka baik saat ini

maupun nanti ketika mereka terjun ke masyarakat. Prinsip belajar

dalam model problem based learning tidak hanya ditujukan untuk

menjawab soal-soal tes semata, tetapi yang jauh lebih penting

mereka belajar menghadapi dunia nyata dengan melatihkan

keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam pemecahan

masalah (problem solving).

2. Hakikat Menulis

2.1 Konsep Menulis

Sebelum menulis, seorang penulis harus memahami konsep

dasar menulis dengan baik. Konsep dasar menulis terkait definisi

menulis, tujuan menulis, ragam tulisan, tahapan menulis, dan problem

menulis harus dikuasai. Selanjutnya, penulis dapat menuangkan

gagasan dan perasaaannya melalui tulisan.

Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan

belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika).

Aktivitas otak kanan untuk keterampilan menulis meliputi

perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali,

penelitian dan tanda baca, sedangkan aktivitas otak kiri yaitu

semangat, spontanitas, emosi, warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru,

dan kegembiraan. Aktivitas dalam penulisan otak kiri dan otak kanan

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

37

harus bekerjasama, berikut gambar pemanfaatan kedua belahan otak

kiri dan otak kanan dalam menulis (DePorter, 2000:179).

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang aktif,

produktif, kompleks, dan terpadu yang berupa pengungkapan dan yang

diwujudkan secara tertulis. Menulis juga merupakan keterampilan

yang menuntut penulis untuk menguasai berbagai unsur di luar

kebahasaan itu sendiri yang akan menjadi isi dalam suatu tulisan

(Nurgiyantoro, 2001:271).

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang definisi

menulis, carilah referensi lain baik dari media cetak maupun

elektronik! Dengan referensi lain, Anda diharapkan dapat semakin

memahami definisi menulis dari berbagai sudut pandang.

2.2 Manfaat Menulis

Menulis memang memiliki kelebihan khusus. Widodo &

Chasanah (1993) menyatakan bahwa permasalahan yang rumit dapat

dipaparkan secara jelas dan sistematis melalui tulisan. Angka, tabel,

grafik, dan skema dapat dipaparkan dengan mudah melalui tulisan.

Tulisan juga lebih mudah digandakan melalui bantuan teknologi

produksi. Karya-karya tulis memiliki daya bukti yang lebih kuat.

Selain itu, tulisan memiliki sifat permanen karena dapat disimpan dan

lebih mudah diteliti karena dapat diamati secara perlahan dan

berulang-ulang.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

38

Percy (dalam Nuruddin, 2011:20-27) menyatakan enam

manfaat menulis, yaitu (a) sarana untuk mengungkapkan diri, (b)

sarana untuk pemahaman, (c) membantu mengembangkan kepuasan

pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri, (d) meningkatkan kesadaran

dan penyerapan terhadap lingkungan, (e) keterlibatan secara

bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah, dan (f)

mengembangkan suatu pemahaman tentang sesuatu dan kemampuan

menggunakan bahasa.

Komaidi (2011, 9-10) memberikan enam manfaat menulis.

Keenam manfaat tersebut adalah (a) menimbulkan rasa ingin tahu dan

melatih kepekaan dalam melihat realitas kehidupan, (b) mendorong

kita untuk mencari referensi lain, misalnya buku, majalah, koran,

jurnal, dan sejenisnya, (c) terlatih untuk menyusun pemikiran dan

argumen secara runtut, sistematis, dan logis, (d) mengurangi tingkat

ketegangan dan stres, (e) mendapatkan kepuasan batin terlebih jika

tulisan bermanfaat bagi orang lain melalui media massa, dan (e)

mendapatkan popularitas di kalangan publik.

Lebih lanjut, dijelaskan Nuruddin (2011:11) bahwa menulis

dapat membuat perasaan dan kesehatan yang lebih baik. Mengacu pada

pendapat Dr. Pennebaker bahwa menulis tentang pikiran dan perasaan

terdalam tentang trauma yang dialami menghasilkan suasana hati yang

lebih baik, pandangan positif, dan kesehatan yang lebih baik.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

39

Sementara itu, mengacu pada pendapat Fatimah Merisi bahwa menulis

dapat mengencangkan kulit di wajah dan membuat awet muda.

2.3 Tujuan Menulis

Setiap penulis memiliki tujuan dalam menuangkan

pikiran/gagasan dan perasaannya melalui bahasa tulis, baik untuk diri

sendiri dan orang lain. Contoh tujuan menulis untuk diri sendiri antara

lain agar tidak lupa, agar rapi, untuk menyusun rencana, dan untuk

menata gagasan/pikiran. Bentuk tulisan tersebut dapat dituangkan

dalam buku harian, catatan perkuliahan, catatan rapat, catatan khusus,

dan sebagainya.

Contoh tujuan menulis untuk orang lain antara lain untuk

menyampaikan pesan, berita, informasi kepada pembaca, untuk

memengaruhi pandangan pembaca, sebagai dokumen autentik, dan

sebagainya. Umumnya, terdapat dua kondisi penulis terkait tujuan

menulis. Ada penulis yang dengan sangat sadar terhadap dampak

positif dan negatif terhadap apa yang ditulis.

Namun, ada juga penulis yang tidak menyadarinya kedua

dampak tersebut. Seorang penulis profesional memiliki kesadaran

tinggi terhadap tujuan kegiatan penulis. Seorang penulis amatir

terkadang hanya sekadar menuangkan gagasannya ke dalam wujud

tulisan hanya untuk kepuasan dan tidak menyadari dampak pisitif dan

negatif dari apa yang sudah ditulisnya.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

40

2.4 Proses Menulis

Menulis merupakan kegiatan yang membutuhkan proses untuk

menghasilkan tulisan. Dalam proses tersebut, menulis terdiri atas

tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilalui hingga menghasilkan

tulisan. Berikut ini pendapat para ahli tentang proses menulis.

2.4.1 Graves 1975 (dalam Tompkins, 1994:8) menggambarkan

proses menulis dalam tahapan (a) pra-menulis, (b) saat menulis,

dan (c) pasca menulis.

2.4.2 Tompkins (1994:7) menguraikan tahap-tahap proses menulis

terdiri atas (a) pramenulis, (b) pengonsepan, (c) revisi, (d)

penyuntingan, dan (e) pemajangan.

2.4.3 DePorter (2000:195) mengemukakan proses menulis terdiri (a)

persiapan, (b) draf kasar, (c) berbagi, (d) memperbaiki, (e)

penyuntingan, (f) penulisan kembali, dan (g) evaluasi.

Dapat pula ditambahkan, bahwa kegiatan menulis terdiri atas

tahapan-tahapan yang sangat bergantung pada jenis tulisan. Secara

umum, tahapan menulis terdiri atas (a) perencanaan, (b) pembuatan

draf kasar, dan (c) penyuntingan. Secara khusus, tahapan menulis

sangat bergantung pada apa yang ditulis, misal tahapan menulis opini

terdiri atas (a) penggalian ide, (b) pendaftaran ide, (c) pengurutan ide,

(d) penyusunan draf tulisan, (e) perbaikan tulisan, (f) pengkajian

tulisan kembali, (g) pengulangan proses butir (e) dan (f) jika

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

41

diperlukan, dan (h) publikasi tulisan. Tahapan dalam proses kegiatan

menulis ini dijelaskan lanjut pada bagian berikutnya.

2.5 Ciri Kemampuan Menulis

Sebagai salah satu keterampilan/ kemahiran berbahasa selain

membaca, menyimak, dan berbicara, menulis harus dikuasai oleh

pengguna bahasa. Kapan seseorang dapat dikatakan terampil/mahir

dalam menulis? Mosley (dalam Widodo & Chasanah, 1993)

menyatakan seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan tulis

tampak empat ciri berikut ini.

2.5.1 Dapat mengungkapkan informasi sarana bahasa melalui bentuk

karangan sebagai proses kognisi (reproduksi,

organisasi/reorganisasi, cipta/kreasi).

2.5.2 Dapat mengungkapkan informasi bahasa melalui bentuk

karangan yang mengandung maksud/tujuan (latihan,

emosional, informasi/referensial, persuasi, hiburan, dsb.).

2.5.3 Dapat mengunggapkan informasi dengan menggunakan bahasa

dalam bentuk karangan sesuai pembaca atau untuk diri sendiri

2.5.4 Dapat mengungkapkan informasi dengan menggunakan bahasa

dalam bentuk karangan berupa wacana: dokumentatif,

konstatif (naratif, deskriptif, keterangan), dan eksploratif

(interpretatif, eksposisi, argumentasi).

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

42

2.6 Teori Menulis

Teori menulis yang berkembang saat ini adalah menulis model

proses. Dengan model ini menulis dilakukan dengan tahapan-tahapan:

2.6.1 Pra menulis (prewriting): siswa memilih topik, siswa

mengumpulkan dan menyesuaikan ide-ide, siswa

mengidentifikasi pembacanya, siswa mengidentifikasi tujuan

menulis, siswa memilih bentuk yang sesuai berdasarkan

pembaca dan tujuan menulis.

2.6.2 Pengedrafan (drafting): siswa menulis draf kasar, siswa siswa

menulis pokok-pokok yang menarik pembaca, siswa lebih

menekankan isi dari pada mekanik. Dengan aktivitas pengarang

merangkaikan gagasan dalam sebuah tulisan tanpa

memperhatikan kerapihan atau mekanik.

2.6.3 Merevisi (revising): siswa membagi tulisannya kepada

kelompok, siswa mendiskusikan tulisannya kepada temannya,

siswa membuat perbaikan sesuai komentar teman dan gurunya,

siswa membuat perubahan substantif dan bukan sekadar

perubahan minor antara draf pertama dan kedua. Setelah

mendapat saran-saran dari orang lain, pengarang dapat

membuat beberapa perubahan dan perubahan itu dapat

melibatkan orang lain.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

43

2.6.4 Mengedit (editing): siswa mebaca ulang tulisannya, siswa

membantu baca ulang tulisan temannya, siswa mengidentifikasi

kesalahan mekanisme dan membetulkannya.

2.6.5 Mempublikasikan (publishing): siswa mempublikasikan

tulisannya dalam bentuk yang sesuai, siswa membagi tulisanya

yang sudah selesai kepada teman sekelasnya.

2.7 Jenis Tulisan

Ragam tulisan dapat didasarkan pada isi tulisan, isi tulisan

mempengaruhi jenis informasi, pengorganisasian dan tata sajian

tulisan. Berdasarkan ragam tersebut tata tulisan dibedakan menjadi

empat : deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi (Syafi‟ie,1990: 151).

Sedangkan menurut Keraf (1989: 6) ragam tulisan didasarkan pada

tujuan umum, berdasarkan hal tersebut menulis dapat dibedakan

menjadi lima: Deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, persuasi.

2.7.1 Deskripsi (Pemerian)

Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang

berarti menggambarkan atau memerikan sesuatu hal. Dari segi

istilah, deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan

sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca

dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium dan merasakan)

apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisannya.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

44

2.7.2 Eksposisi (Paparan)

Eksposisi berasal dari kata exposition yang berarti

membuka. Dapat pula diartikan sebagai tulisan yang bertujuan

untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan

sesuatu.

2.7.3 Argumentasi (Bahasan)

Yang dimaksud dengan tulisan argumentasi adalah

karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan

pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan ini

ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat

atau menolak sesuatu pendapat, pendirian, gagasan.

2.7.4 Narasi (Kisahan)

Narasi atau naratif adalah tulisan berbentuk karangan yang

menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan

terjadinya (kronologis). Dengan maksud memberi makna kepada

sebuah atau rentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik

hikmah dari cerita itu.

2.7.5 Persuasi (Ajakan)

Tulisan yang bermaksud mempengaruhi orang lain dalam

persuasi, selain logika perasaan juga memegang peranan

penting.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

45

3. Hakikat Teks Eksposisi

3.1 Pengertian Teks Eksposisi

Teks eksposisi merupakan karangan yang berisi pemaparan

tentang suatu konsep, ide, gagasan, dengan tujuan menguraikan,

mengupas, menerangkan sesuatu yang akan menambah pengetahuan

atau wawasan terhadap pembaca.

Teks eksposisi merupakan salah satu jenis teks yang dipelajari

siswa berdasarkan kurikulum 2013. Eksposisi (exposition: bahasa

Inggris) berasal dari bahasa Latin yang berarti membuka atau memulai.

Keraf (1983: 3) mengemukakan “Eksposisi atau pemaparan

adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk

menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat

memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca

uraian tersebut.”Senada dengan pendapat Keraf sebelumnya, Keraf

(1999: 7) mengemukakan bahwa eksposisi adalah suatu bentuk wacana

yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas

pandangan atau pengetahuan pembaca.

Kosasih (2012: 17) menyatakan, “Eksposisi adalah paragraf

yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi.” Lebih jauh

lagi menurut Jauhari (2013: 58) menjelaskan, “Eksposisi berarti

sebuah karangan yang bertujuan memberitahukan, menerangkan,

mengupas, dan menguraikan sesuatu.”

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

46

Nursisto (2000: 41) menjelaskan, “Eksposisi (paparan) adalah

karangan yang menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang

dapat memperluas wawasan atau pengetahuan pembaca.”

Senada dengan yang diungkapkan Nursisto dalam Wiyanto

(2014: 66) menjelaskan bahwa paragraf eksposisi bertujuan

memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan

dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar

pembaca menerima atau mengikutinya. Paragraf eksposisi biasa

digunakan untuk menyajikan pengetahuan atau ilmu, definisi,

pengertian, langkah-langkah suatu kegiatan, metode, cara, dan proses

terjadinya sesuatu.

Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas, penulis

menyimpulkan bahwa eksposisi merupakan teks yang berbentuk

paragraf-paragraf hasil pemikiran seseorang yang disajikan kedalam

bentuk tulis. Tujuan eksposisi untuk memberi tahu, mengupas,

menguraikan, atau menerangkan sesuatu bahkan mengajarkan sehingga

memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang yang

membacanya, namun tidak mempengaruhi atau mengajak pembaca

untuk mengikutinya.

3.2 Ciri-ciri Teks Eksposisi

Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik

dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi

pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik,

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

47

gambar atau statistik. Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang

langkah/ cara/ proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan

proses.

Keraf (1999: 20) menjelaskan ciri-ciri eksposisi sebagai berikut.

1) Eksposisi berusaha untuk menjelaskan atau menerangkan suatu

pokok permasalahan, tanpa usaha memengaruhi pembaca.

2) Dalam eksposisi penulis menyerahkan keputusan kepada

pembaca, untuk menerima atau tidak menerima apa yang

dikatakan oleh penulis.

3) Dalam eksposisi penulis tidak bermaksud mengundang reaksi, ia

sama sekali tidak bermaksud memengaruhi sikap dan pendapat

pembaca.

4) Cara penyajian dalam eksposisi lebih condong ke gaya informatif.

Gaya ini hanya berusaha (menguraikan objek atau informasi

sejelas-jelasnya).

5) Gaya yang digunakan dalam penyajian eksposisi adalah bahasa

berita tanpa rasa subjektif dan emosional.

6) Dalam eksposisi fakta-fakta dipakai hanya sebagai alat

konkretisasi (perwujudan) yaitu membuat rumusan, kaidah, atau

simpulan yang dikemukakan menjadi lebih konkret.

Berdasarkan paparan dari pendapat di atas penulis

menyimpulkan bahwa eksposisi berusaha untuk memaparkan tanpa

mepengaruhi dan mengajak pembaca. Penulis menyerahkan

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

48

keputusannya kepada pembaca untuk menerima atau tidak menerima

isi dan maksud dari teks eksposisi yang dibuatnya. Eksposisi bersifat

memberikan informasi kepada pembaca yang didalamnya berupa berita

atau fakta-fakta yang diungkapkan hanya sebagai konkretisasi.

3.3 Metode-metode Teks Eksposisi

Metode atau cara-cara yang bisa digunakan untuk

menyampaikan informasi melalui eksposisi menurut Keraf (1982: 7)

adalah sebagai berikut.

1) Metode Identifikasi

Metode Identifikasi merupakan suatu metode untuk

menggarap sebuah eksposisi sebagai jawaban atas pertanyaan: Apa

dan Siapa.

2) Metode Perbandingan

Metode perbandingan adalah suatu cara untuk

menunjukkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan

antara dua objek atau lebih dengan mempergunakan dasar-dasar

tertentu.

3) Metode Ilustrasi atau Eksemplikasi

Metode ilistrasi atau eksemplikasi adalah metode untuk

menagadakan gambaran atau penjelasan yang khusus dan konkret

atas suatu prinsip umum atau suatu gagasan umum.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

49

4) Metode Klasifikasi

Metode klasifikasi merupakan metode yang menempatkan

barang-barang dalam suatu system kelas, sehingga dapat dilihat

hubungannya ke samping. Ke atas, ke bawah.

5) Metode Definisi

Metode definisi merupakan suatu upaya untuk

menagadakan atau menggarap sebuah eksposisi.

6) Metode Analisis

Metode analisis merupakan suatu cara untuk membagi-bagi

suatu subjek ke dalam komponen-komponennya.

3.4 Struktur Teks Ekposisi

Menurut Keraf (1999: 8) menyatakan bahwa eksposisi tetap

mengandung tiga bagian utama, yaitu sebuah Pendahuluan, Tubuh

Eksposisi, dan Kesimpulan.

1) Pendahuluan

Bagian pendahuluan menyajikan latar belakang, alasan

memilih topik itu, pentingnnya topik, luas lingkup, batasan

pengertian topik, permasalahan dan tujuan penulisan, kerangka

acuan yang digunakan. Tentu saja untuk tulisan popular,

pendahuluan tidak perlu menyajikan semua unsur yang

dikemukakan di atas. Penulis boleh memilih beberapa dari semua

segi yang dikemukakan itu, sebagai dasar untuk mengembangkan

tulusan itu dalam isi eksposisi.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

50

2) Tubuh Eksposisi

Agar uraian mengenai tubuh atau isi eksposisi ini disajikan

dengan teratur, penulis harus mengembangkan sebuah organisasi

atau kerangka karangan terlebih dahulu. Berdasarkan organisasi

tadi, penulis kemudian menyajikan uraiannya mengenai tiap bagian

secara terperinci, sehingga konsep atau gagasan-gagasan yang

ingin diinformasikan pada para pembaca tampak jelas. Eksposisi

dapat menggunakan bermacam-mavam metode, yaitu dengan

mengadakan analisa mengenai topik garapan (analisa umum,

analisa bagian, analisa fungsi, analisa proses, analisa kausal),

menyodorkan sebuah klasifikasi, member batasan mengenai objek

tadi, mengadakan perbandingan, menyajikan ilustrasi mengenai

pokok bahasan, sehingga gagasan atau informasi yang akan

disampaikan jelas bagi pembaca.

Dalam ruang lingkup metode-metode yang disajikan itu,

penulis mengajukan fakta-fakta untuk mengkonkretkan informasi

yang disampaikan itu. kaitan antara fakta dengan fakta harus dijalin

sedemikian rupa sehingga kelihatan logis dan masuk akal.

Pendapat dan gagasan-gagasan yang disampaikan biasannya dijalin

dalm alinea-alinea yang padu dan kompak.

3) Kesimpulan

Penulis akhirnya menyajiakan kesimpulannya mengenai

apa yang disajikan dalam isi eksposisi. Sesuai dengan sifat

eksposisi, apa yang disimpulkan tidak mengarah pada usaha

mempengaruhi para pembaca. Kesimpulan yang diberikan hanya

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

51

bersifat semacam pendapat atau kesimpulan yang dapat diterima

atau ditolak pemabaca. Yang penting penulis sudah menyajikan

sejumlah informasi mengenai topik tadi, untuk memperluas

pandangan pembaca.

Setelah membaca buku siswa yang disiapkan pemerintah guna

implementasi kurikulum 2013, penulis berpendapat bahwa antara

istilah struktur teks eksposisi yang dikemukakan Keraf dengan istilah

yang terdapat di dalam buku siswa pada dasarnya mengandung makna

dan maksud yang sama. Selain itu, materi-materi yang tertulis di dalam

buku siswa ternyata berlandasakan dari teori-teori yang sudah ada

sebelumnya, seperti teori yang dikemukakan Keraf mengenai teknik

menulis eksposisi yang memiliki kesamaan makna dengan struktur

teks eksposisi yang tertulis dalam buku siswa.

Berdasarkan paparan di atas penulis menarik garis kesamaan

bahwa pada dasarnya struktur teks eksposisi ada tiga, namun ada

sedikit perbedaan dari segi istilah.

1) Pernyataan pendapat/ tesis (pendahuluan) merupakan pendapat

yang berasal dari hasil pemikiran penulis,

2) Argumentasi/ alasan (Tubuh Eksposisi) untuk memperkuat atau

menyanggah pendapat (biasanya berasal dari pendapat-pendapat

ahli yang melakukan riset atau penelitian), dan

3) Penegasan ulang pendapat (kesimpulan) merupakan kesimpulan.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

52

3.5 Ciri Kebahasaan dalam Teks Eksposisi

Didalam buku paket siswa yang disiapkan pemerintah guna

implementasi Kurikulum 2013 (2013: 96-97) dijelaskan bahwa “Ciri

kebahasaan yang digunakan didalam teks eksposisi ada 4, yaitu

pronomina, leksikal, konjungsi, dan argumentasi satu sisi.” Keempat

ciri kebahasaan teks eksposisi tersebut akan dijelaskan penulis sebagai

berikut.

3.6 Pronomina dalam Teks Eksposisi

Alwi, dkk. (2003: 249) menyatakan, “Pronomina adalah kata

yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain .” Contohnya nomina

Dokter dapat diacu dengan pronomina dia atau ia .

Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni 1)

pronomina persona 2) pronomina penunjuk, dan 3) pronomina penanya

(Alwi, dkk., 2003: 249).

1) Pronomina Persona

Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk

mengacu pada orang. Berikut adalah pronomina persona yang

disajikan dalam bagan.

Tabel 2.5

Pronomina. Alwi, Hasan, dkk. (2003: 249)

Persona

Makna

Tunggal Jamak

Netral Eksklusif Inklusif

Pertama saya, aku, daku, -ku,

ku- Kami Kita

Kedua

Engkau, kamu,

Anda, dikau, kau-, -

mu

Kalian, kamu,

sekalian, Anda

sekalian

Ketiga Ia, dia, beliau, -nya

Mereka

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

53

Tertulis di dalam buku siswa yang pemerintah siapkan guna

implementasi kurikulum 2013 (2013: 96) bahwa teks eksposisi

dapat dikatakan sebagai teks ilmiah. Hal tersebut mengandung arti

bahwa dalam teks eksposisi, penulis harus berhati-hati

menggunakan pronomina atau kata ganti seperti saya dan kita.

Kedua kata tersebut tidak dapat digunakan disembarang tempat

tetapi hanya dapat digunakan pada struktur pernyataan pendapat

dan penegasan ulang pendapat, sebab kedua struktur teks ini berisi

pendapat pribadi penulis.

2) Pronomina Penunjuk

Alwi, dkk. (2003: 260) menjelaskan, “Pronomina penunjuk

dalam bahasa Indonesia ada 3 macam, yaitu (a) pronomina

penunjuk umum, (b) pronomina penunjuk tempat, dan (c)

pronomina penunjuk ihwal. Untuk lebih jelasnya ketiga

pronominal penunjuk dijabarkan pada tabel 2.6.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

54

Tabel 2.6

Alwi, Hasan, dkk. dalam Maya Gustina Sucipto, dkk (2013: 97)

Jenis Pronomina Penunjuk

Pronomina Penunjuk Umum

Pronomina

Penunjuk

Tempat

Pronomina Penunjuk

Ihwal

Ini :

Menagacu pada acuan yang

dekat dengan pembicara, ke

masa yang akan datang, atau ke

informasi yang akan

disampaikan.

Itu :

Mengacu pada acuan yang agak

jauh dari pembicara atau penulis,

ke masa lampau, atau ke

informasi yang jauh dari

pembicaraan penulis.

Anu :

Mengacu ke acuan yang tidak

dapat disebutkan karena lupa

atau karena tergesa gesa ingin

disebutkan.

Sini :

untuk penunjuk

tempat yang

dekat.

Situ :

untuk penunjuk

tempat yang

agak jauh.

Sana :

untuk penunjuk

tempat yang

jauh.

Begini :

digunakan untuk

menunjuk sesuatu yang

dekat.

Begitu :

digunakan untuk

menunjuk sesuatu yang

jauh.

Demikian :

mencakup keduanya,

dekat dan jauh. Dekat dan

jauh yang dimaksud ini

berdasarkan aspek

psikologis.

3) Pronomina Penanya

Alwi, dkk. (2003: 265) menyatakan, “Pronomina penanaya

adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan. Dari

segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai (a) orang, (b)

barang, atau (c) pilihan.“ Berikut dijelaskan pula kata yang

termasuk kata tanya beserta dengan fungsinya.

(a) Pronomina siapa dipakai jika yang ditanyakan orang atau

nama orang.

(b) Pronomina apa bila yang ditanyakan barang.

(c) Pronomina mana bila yang ditanyakan suatu pilihan tentang

orang atau barang.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

55

Disamping itu, menurut Alwi, dkk. (2003: 265) ada kata

penanya lain, yang meskipun bukan pronomina. Berikut

penjelasannya.

(1) Pronomina mengapa, kenapa untuk menanyakan sebab.

(2) Pronomina kapan, bila (mana) untuk menanyakan waktu.

(3) Pronomina di mana, ke mana, dari mana untuk menanyakan

tempat.

(4) Pronomina bagaimana untuk menanayakan cara.

(5) Pronomina berapa untuk menanayakan jumlah atau urutan.

3.7 Leksikal dalam Teks Eksposisi

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/ KBBI (2008: 805)

disebutkan “Leksikal berkaitan dengan kata.” Pernyataan tersebut

mengandung arti bahwa setiap yang berkaitan dengan kata, yaitu kata

nomina, kata verba, kata adjektiva, dan kata adverbia disebut dengan

leksikal.

Tertulis di dalam buku siswa yang disiapkan pemerintah guna

implementasi kurikulum 2013 (2013: 97) bahwa ada 4 kata leksikal

yang digunakan di dalam teks eksposisi, yaitu nomina, verba,

adjektiva, dan adverbia. Berikut penulis jelaskan leksikal di dalam teks

eksposisi.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

56

1) Nomina (kata benda)

Alwi, dkk (2003: 213) menyatakan bahwa nomina yang

sering juga disebut kata benda, dapat dilihat dari tiga segi. Untuk

lebih jelasnya penulis jabarkan nomina (kata benda) sebagai

berikut.

(a) Segi Semantis, kita dapat mengatakan bahwa nomina adalah

kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep

atau pengertian. Contohnya guru, kucing, meja, dan

kebangsaan.

(b) Segi Sintaksis

(1) Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung

menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap.

Contohnya kata pekerjaan dalam kalimat Ayah

mencarikan saya pekerjaan adalah nomina.

(2) Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata

pengingkarnya ialah bukan. Contohnya untuk

mengingkarkan Ayah saya guru harus dipakai kata bukan:

Ayah saya bukan guru.

(3) Nomina umumnya bisa diikuti kata adjektiva, baik secara

langsung maupun diantarai oleh kata yang. Contohnya

Buku baru menjadi buku yang baru.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

57

(c) Segi Bentuknya

Alwi, dkk (2003: 217) menyatakan, “Dilihat dari segi

bentuk morfologisnya, nomina terdiri atas 2 macam, yakni (1)

nomina yang berbentuk kata dasar dan (2) nomina turunan.

Penurunan nomina ini dilakukan dengan (a) afiksasi, (b)

perulangan, atau (c) pemajemukan.” Berikut akan penulis jelaskan

nomina dilihat dari segi bentuknya.

(1) Nomina dasar

Nomina dasar adalah nomina yang terdiri atas satu

morfem. Contoh nomina dasar adalah gambar, malam,

tongkat, Farida, adik, batang.

(2) Nomina turunan

(a) Afiksasi dalam Penurunan Nomina diantaranya (ke-), (pel-

,per-, dan pe-), (peng-: pem-, pen-, peny-, peng-, penge-,

dan pe-), (-an), (peng-an), (per-an), dan (ke-an).

(1) ke-

Nomina yang diturunkan dengan penambahkan

prefiks (awalan) ke- tidak banyak dalam bahasa kita.

Contoh ketua, kehendak, kekasih, dan kerangka.

(2) pel-, per-, dan pe.

Nomina yang diturunkan dengan pel- hanya

terbatas pada satu kata dasar, yakni ajar yang

menurunkan nomina pelajar.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

58

Nomina yang diturunkan dengan per- itu

banyak karena nomina dengan per- berkaiatan erat

dengan verba yang berafiks ber- nomina per- tidak lagi

mempertahankan /r/-nya sehingga nomina tadi muncul

hanya dengan pe- saja. Yang masih mempertahankan

bentuk per- sangat terbatas. Contoh petapa, persegi,

pejuang, petanda, percaya.

(3) peng- : pem-, pen-, peny-, peng-, penge-, dan pe-.

Pada umumnya sumber untuk penurunan nomina

ini adalah verba atau adjektiva. Contoh pembeli,

pengawas, pengirim.

(4) –an

Nomina dengan sufiks –an umumnya diturunkan

dari sumber verba walaupun kata dasarnya kelas kata

lain. Contoh anjuran, kiriman, asinan, kiloan,belokan,

awalan, akhiran, mingguan, harian, durian, rambutan.

(5) peng-an

Nomina dengan peng-an umumnya diturunkan

dari verba dengan meng- yang berstatus transitif.

Contoh pemberontak –perbuatan memberontak,

pengakuan- hasil perbuatan mengakui, pendirian-

pendapat yang dinyatakan/ perbuatan mendirikan.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

59

(6) per-an

Nomina dengan per-an juga diturunkan dari

verba, tetapi umumnya dari verba taktransitif dan

berawalan ber-. Contoh perjanjian-berjanji,

pergerakan-bergerak. Ada per-an yang berkaitan

dengan verba meng- atau memper- yang berstatus

transitif. Contoh perlawanan-melawan, pertahanan-

mempertahankan.

(7) ke-an

Nomina ke-an dapat diturunkan dari sumber

verba, adjektiva, atau nomina. Makna nomina ini

bergantung pada sumber yang dipakai. Bila sumbernya

verba, maknanya adalah „hal atau keadaan yang

berhubungan dengan yang dinyatakan verba.‟ Contoh

kepergian-hal yang berhubungan dengan pergi,

keberangkatan-hal yang berhubungan dengan

berangkat. Sama halnya ke-an dengan verba, ke-an

dengan adjektiva juga bermakna „hal yang

berhubungan dengan yang dinyatakan adjektiva.‟

Contoh kekosongan-keadaan kosong, kekecewaan-

keadaan kecewa.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

60

(8) Perulangan

Alwi, dkk (2003: 238) menyatakan,

“Perulangan atau reduplikasi adalah proses penurunan

kata dengan perulangan, baik secara utuh maupun

sebagaian.” Berikut beberapa perulangan menurut

Alwi, dkk (2003: 238).

(1) Perulangan utuh, contohnya rumah-rumah, buku-

buku, burung-burung.

(2) Perulangan salin suara, contohnya warna-warni,

corat-coret, sayur-mayur.

(3) Perulangan sebagian, contohnya jaksa-jaksa

tinggi, surat-surat kabar, rumah-rumah sakit.

(4) Perulangan yang disertai pengafiksan, contohnya

bangun-bangunan, main-mainan, padi-padian.

(d) Pemajemukan

Alwi, dkk (2003: 238) menjelaskan, “Nomina

majemuk dapat dibagi berdasarkan (1) bentuk morfologis dan

(2) hubungan komponennya. Berdasarkan bentuk

morfologisnya nomina majemuk terdiri atas (a) nomina

majewmuk dasar dan (b) nomina majemuk berafiks.” Berikut

penjelasannya.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

61

(1) Nomina majemuk dasar

Nomina majemuk dasar adalah nomina majemuk

yang komponennya terdiri dari kata dasar. Contoh suami

istri, abak cucu, ganti rugi, doa restu.

(2) Nomina majemuk berafiks

Nomina majemuk berafiks adalah nomina majemuk

yang salah satu atau kedua komponennya mempunyai afiks.

Contoh sekolah menengah, orang terpelajar, penyakit

menular.

2) Verba (kata kerja)

(a) Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti

predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai

fungsi lain. (1) Pencuri itu lari dan (2) Mereka sedang belajar

di kamar.

(b) Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses,

atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.

(c) Verba, khususnya bermakna keadaan, tidak dapat diberi

prefiks ter- yang berarti „paling‟. Verba seperti mati atau suka,

misalnya, tidak dapat diubah menjadi *termati atau *tersuka.

(d) Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata

yang menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti

*agak belajar, *sangat pergi, dan *bekerja sekali meskipun

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

62

ada bentuk seperti sangat berbahaya, agak mengecewakan,

dan mengharapkan sekali.

3) Adjektiva (kata sifat)

Alwi, dkk. (2003: 171) menjelaskan “Adjektiva adalah kata

yang memberi keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang

dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.”. Contoh kecil, berat,

merah, bundar, dan gaib. Contoh anak kecil, beban berat, meja

bundar, dan alam gaib.

“Adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan

adverbia kalimat. Fungsi predikatif dan adverbia itu dapat mengacu

ke suatu keadaan.” (Alwi, dkk., 2003: 171) Contoh agaknya dia

sudah mabuk, bajunya basah kena hujan, ia berhasil dengan baik.

Alwi, dkk. (2003: 171) menyatakan, “Adjektiva juga

dicirikan oleh kemungkinannya menyatakan tingkat kualitas dan

tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan

tingkat kualitas ditegaskan dengan pemakaian kata seperti sangat

dan agak di samping adjektiva. Contoh anak itu sangat kuat, agak

jauh juga rumahnya. Tingkat bandingan dinyatakan antara lain oleh

pemakaian kata lebih dan paling di muka adjektiva. Contoh saya

lebih senang di sini daripada di sana.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

63

4) Adverbia (keterangan kalimat)

Alwi, dkk. (2003: 197) mengungkapkan, “Dalam tataran

frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva atau

adverbia lain.” Contoh Ia sangat mencintai istrinya, Ia selalu sedih

mendengar lagu itu.

Alwi, dkk. (2003: 197) menyatakan, “Dalam tataran klausa,

adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis.”

Contoh Guru saja tidak dapat menjawab pertanyaan itu, ia

merokok hampir lima bungkus sehari.

Alwi, dkk. (2003: 197) mengungkapkan, “Selain adverbia

pada tataran frasa dan klausa, ada pula adverbia yang menerangkan

seluruh kalimat.” Jenis adverbia ini tidak terikat oleh unsur kalimat

tertentu sehingga tempat atau posisinya dalam kalimat pun dapat

berpindah pindah. Perpindahan posisi adverbia tampaknya dalam

contohnya ini tidak mengubah makna kalimat secara keseluruhan.

(a) Tampaknya dia tidak menyetujui usul itu.

(b) Dia sesungguhnya tidak menyetujui usul itu.

(c) Dia tidak menyetujui usul itu tampaknya.

3.8 Konjungsi dalam Teks Eksposisi

Konjungsi merupakan kata penghubung. Konjungsi bisa

digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan

frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan paragraf

dengan paragraf.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

64

Alwi, dkk. (2003: 296) mengungkapkan, “Konjungsi atau

konjungtor yang juga dinamakan kata sambung, adalah kata tugas

yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan

kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Perhatikan contoh

kalimat berikut.” Berikut contohnya.

1) Toni dan Ali sedang belajar bahasa Indonesia di kamar.

2) Tim ahli Indonesia dan utusan IMF berunding lebih dari

seminggu.

3) Mahasiswa ingin berdialog, tetapi ide itu dianggap tidak praktis.

“Dalam hubungannya dengan kata dan frasa, bentuk-bentuk itu

bertindak sebagai preposisi, dalam hubungannnya dengan klausa,

bentuk-bentuk itu bertindak sebagai konjungsi.” (Alwi, dkk., 2003:

296).

1) Dia tidak kuliah karena masalah keuangan.

2) Dia sudah tinggal disini sejak bulan Agustus.

3) Kami boleh menemui dia setelah pukul 14.00

Preposisi Preposisi dan Konjungsi Konjungsi

Di

ke

dari

pada

Karena

sesudah

sejak

sebelum

Meskipun

Kalau

Walaupun

Sedangkan

Tabel 2.7

Alwi, Hasan, dkk. (2013: 297)

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

65

Menurut Alwi, dkk. (2003: 297) menyatakan bahwa dilihat

dari prilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi 4

kelompok, yaitu konjungsi koordinatif, korelatif, subordinatif, dan

antarkalimat. Berikut penjelasan keempat konjungsi menurut menurut

Alwi, dkk. (2003: 297-302).

1) Konjungsi koordinatif

Konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang

sama pentingnnya, atau memiliki status yang sama seperti

dinyatakan di atas dinamakan konjungsi koordinatif.

dan penanda hubungan penambahan

serta penanda hubungan pendampingan

atau penanda hubungan pemilihan

tetapi penanda hubungan perlawanan

melainkan penanda hubungan perlawanan

padahal penanda hubungan pertentangan

sedangkan penanda hubungan pertentangan

2) Konjungsi korelatif

Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan

dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang

sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan

oleh salah satu kata, frasa atau klausa yang dihubungkan.

baik … maupun …

tidak hanya …, tetapi juga …

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

66

bukan hanya …, melainkan juga …

demikian … sehingga …

3) Konjungsi subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang

menghubungkan dua klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak

memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu

merupakan anak kalimat.

(a) Konjungsi Subordinatif Waktu

a. Sejak, semenjak, sedari

b. Sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi,

selama, serta, sambil, demi

c. setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai

d. hingga, sampai

(b) Konjungsi Subordinatif Syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan),

bila, manakala

(c) Konjungsi Subordinatif Pengandaian: andaikan, seandainya,

umpamanya, sekiranya

(d) Konjungsi Subordinatif Tujuan: agar, supaya, biar

(e) Konjungsi Subordinatif Konsesif: biarpun, meski(pun),

walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun)

(f) Konjungsi Subordinatif Pembandingan: seakan-akan, seolah-

olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat,

daripada, alih-alih

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

67

(g) Konjungsi Subordinatif Sebab: sebab, kareana, oleh sebab,

oleh karena

(h) Konjungsi Subordinatif Hasil: sehingga, samapai (-sampai),

maka(nya)

(i) Konjungsi Subordinatif Alat: dengan, tanpa

(j) Konjungsi Subordinatif Cara: dengan, tanpa

(k) Konjungsi Subordinatif Komplementasi: bahwa

(l) Konjungsi Subordinatif Atribut: yang

(m) Konjungsi Subordinatif Perbandingan: sama … dengan, lebih

… dari(pada)

4) Konjungsi antarkalimat

Berbeda dengan konjungsi di atas, konjungsi antar kalimat

menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain.

(a) biarpun demikian/begitu

(b) sekalipun demikian/begitu

(c) walaupun demikian/begitu

(d) meskipun demikian/begitu

(e) sungguhpun demikian/begitu

(f) kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya

(g) tambahan pula, lagi pula, selain itu

(h) sebaliknya

(i) sesungguhnya, bahwasannya,

(j) malah(an), bahkan

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

68

(k) (akan) tetapi, namun

(l) kecuali itu

(m) dengan demikian

(n) oleh karena itu, oleh sebab itu

(o) sebelum itu

Penulis menyimpulkan bahwa yang dinamakan dengan

konjungsi adalah kata yang digunakan untuk menghubungkan kata

dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat

dengan kalimat, dan paragraf dengan paragraf.

3.9 Argumentasi Satu Sisi

Di dalam buku siswa yang disiapkan pemerintah guna

implementasi Kurikulum 2013 (2013: 97) dinyatakan bahwa di

dalam teks eksposisi penulis mengambil salah satu sisi, baik itu

persetujuan maupun ketidaksetujuan. Perlu diketahui bahwasannya

terdapat teks eksposisi yang mengandung dua argumentasi. Teks

eksposisi yang mengandung dua argumentasi disebut teks eksposisi

dualisme argumentasi.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

Widiadnyana dkk.(e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan

Ganesha Program Studi IPA, Volume 4 Tahun 2014) yang berjudul

“Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Pemahaman Konsep

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

69

IPA dan Sikap Ilmiah Siswa SMP.” Penelitian yang dilakukan oleh

Widiadnyana dkk merupakan penelitian yang relevan dengan penulis karena

pada penelitian tersebut menggunakan model Problem Based Learning

sebagai variable bebas atau yang memberikan pengaruh terhadap varibael

terikat. Hanya saja dalam penelitian Widiadnyana dkk. dilaksanakan pada

siswa SMP pada mata pelajaran IPA sementara yang peneliti lakukan adalah

pada siswa SMK pada pelajaran menganalisis teks cerpen serta pengaruhnya

terhadap sikap tanggung jawab siswa.

Hasil penelitian Widiadnyana dkk. menunjukkan terdapat perbedaan

pemahaman konsep IPA dan sikap ilmiah antara siswa yang belajar

menggunakan model Problem Based Learning dengan siswa yang belajar

menggunakan model pengajaran langsung. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut penliti berasumsi bahwa metoe Problem Based Learning dapat

berpengaruh juga pada sikap tanggung jawab dan kemampuan menganalisis

teks cerpen karena pada penelitian tersebut sudah terlihat pengaruhnya pada

pemahaman dan juga sikap hanya objek kajian yang berbeda.

Penelitian Putrayasa dkk. (Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan

Ganesha Jurusan PGSD, Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) yang berjudul Pengaruh

Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Minat Belajar Terhadap

Hasil Belajar IPA Siswa. Penelitian yang dilakukan Putrayasa memiliki

relevansi dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu sama-sama

mengujicobakan model Problem Based Learningdalam pembelajaran. Hanya

dalam penelitian Putrayasa pengujicobaan model Problem Based Learning

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

70

diiringi dengan pengaruh minat belajar siswa pada pembelajaran IPA.

Sementara peneliti akan mengujicobakan metode Problem Based Learning

terhadap sikap tanggung jawab dan kemampuan menganalisis cerpen.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian Putrayasa dkk.diperoleh

perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model Problem Based Learning dan kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.Terdapat

juga interaksi antara model pembelajaran dan minat terhadap hasil belajar

IPA siswa.Berdasarkan minat juga terdapat perbedaan hasil belajar yang

mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Learningdengan

pembelajaran siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa model Problem Based

Learningberpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hal ini menguatkan

bahwa model pembelajaran Problem Based Learningyang akan peneliti

terapkan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian Nirmawan yang berupa jurnal (ISSN 2086 – 1397 Volume

V Nomor 2. Juli – Desember 2014) yang berjudul ”Perbedaan Kemampuan

Menganalisis Cerpen dengan Metode Discovery Dan Metode Kooperatif”.

Penelitian yang dilakukan Nirmawan merupakan penelitian deskriptif yang

mengungkapkan perbedaan antara pembelajaran menganalisis cerpen yang

menggunakan metode Problem Based Learningdengan metode kooperatif.

Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan mengubah cara pembelajaran

yang hanya bersifat teroretis atau memberikan pemahaman teori berupa

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

71

hafalan kepada siswa kea rah pembelajaran siswa aktif. Hal ini sejalan dengan

cara pandang penulis bahwa pembelajaran cerpen bukan semata untuk

menhapal teori akan tetapi menghayati, mengapresiasi sebuah karya sehingga

memperoleh nilai positif dari pembelajaran tersebut.

Penelitian Pratiwiberupa artikel penelitian (2014) yang berjudul

“Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning dengan Pendekatan

Saintifik TerhadapKeterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.” Penelitian

yang dilakukan Pratiwi memiliki relevansi bahwa dalam penelitian Pratiwi

mengujicobakan model Problem Based Learning sebagai variabel bebas

dipadukan pendekatan saintifik sebagai variabel antara terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa.

Hasil datamenunjukkan terdapat perbedaan keterampilan berpikir

kritis pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit antara siswa yang

diajarkan menggunakan model Problem Based Learning dengan pendekatan

saintifik dan yang diajar menggunakan model cooperative learning dengan

pendekatan saintifik. Berdasarkan hasil penelitian Pratiwi tersebut diketahui

bahwa metode Problem Based Learningberpengaruh terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa dalam pembelajaran kimia. Kemampuan berpikir kritis

juga menjadi bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia khususnya

pembelajaran cerpen karena sesuai dengan paradigma pendidikan abad 21 ini.

Hal ini juga menjadi fokus peneliti dalam melaksanakan penelitian dengan

penggunaan metode Problem Based Learning.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

72

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas metode

Problem Based Learning telah berhasil memberikan hasil pembelajaran yang

baik. Hanya penerapan metode tersebut sebagain besar dilakukan dalam

penelitian mata pelajaran matematika dan IPA.Hasil penelitian teserbut

peneliti jadikan acuan dalam melaksanakan penelitian menganalisi teks

cerpen baik dari segi aspek hasil belajar maupun sikap tanggung jawab

siswa.Hal ini juga yang menjadi pembeda dengan penelitian sebelumnya

bahwa penelitian yang peneliti lakukan mengarah terhadap hasil belajar

menganalisis cerpen sekaligus sikap tanggung jawab siswa, dengan metode

penelitian eksperimen.

C. Kerangka Pikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah penting.Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar

variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan

(Sugiyono, 2012: 60). Variabel penelitian ini adalah metode Problem Based

Learning, ciri kebahasaan dan teks eksposisi.

Orientasi pembelajaran sastra khususnya pembelajaran cerpen

bukanlah sebatas kepada menghafal teori atau sejarah sastra tersebut. Akan

tetapi pembelajaran cerpen seharusnya melibatkan siswa untuk

mengapresisasi sehingga siswa memperoleh nilai positif dari pembelajaran

tersebut.Pembelajaran yang hanya berorientasi terhadap hafalan pun

memberikan dampak negatif jangka panjang bahwa sikap siswa kurang

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

73

dibekali untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Pembelajar yang

demikian sudah semestinya ditinggalkan karena tuntutan pendidikan dewasa

ini bukan hanya sebatas kepada kemampuan segi kognitif saja akan tetapi

sudah harus memperhatikan aspek lain seperti sikap, keterampilan yang

menjadi potensi siswa yang harus dikembangkan.

Pembelajaran dewasa ini juga tidak hanya semata ditujukan untuk

aspek kognitif saja akan tetapi terhadap sikap. Pendidikan karakter yang

didengungkan akhir-akhir ini mengisyaratkan bahwa sikap merupakan salah

satu kompetensi yang harus ditingkatkan siswa. Salah satu sikap yang harus

dibangun dari siswa adalah sikap tanggung jawab yang merupakan suatu sifat

yang ada dalam diri seseorang.Sifat tersebut apabila muncul akan melahirkan

sikap berani, penuh kesadaran menjalankan segala sesuatu yang menjadi

tugasnya dan siap menerima sanksi apabila terjadi ketidaksesuaian dalam

melaksanakan tugas tersebut. Visualisasi diri dalam sikap tanggung jawab

akan tercermin ketika siswa melaksanakan sebuah kegiatan yang dalam hal

ini adalah pembelajaran. Pemunculan sikap tanggung jawab tersebut dapat

ditumbuhkan atau dipengaruhi oleh sebuah metode pembelajaran yang

mampu mendorong siswa bertanggung jawab.

Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran

yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap

metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan

untuk memecahkan masalah (Kamdi, 2007: 77). PBL atau pembelajaran

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

74

berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang

cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif

untuk pengajaran proses berpikir tingka tinggi, pembelajaran ini membantu

siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan

menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih menyusun sendiri

pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.

Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk

makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam

ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan lagi.

Jadi Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah

adalah suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir

kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Kerangka pikir metode Problem Based Learningdapat digambarkan

dengan bagan sebagai berikut.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

75

Bagan 2.3

Kerangka Pikir Pembelajaran dengan Metode Problem Based Learning

Dalam Problem Based Learning, seorang pengajar harus

mengidentifikasi bahan yang akan diteliti dari rumusan masalah yang ada.

Hal ini bertujuan agar si penulis paham mengenai apa yang mesti di kaji.

Selanjutnya, dari hasil identifikasi tersebut penulis menyusun rancangan

penyelesaian masalah agar apa yang penulis rancang sesuai dengan rumusan

masalah yang tertera. Rancangan penyelesaian masalah ini dilaksanakan

dengan cara mengumpulkan informasi-informasi terkait dengan penyelesaian

yang di iinginkan.

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018

76

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Model pembelajaran Problem Based Learning mempengaruhi terhadap

kemampuan siswa dalam menganalisis Butir Kebahasaan?

2. Model pembelajaran Problem Based Learning mempengaruhi terhadap

kemampuan siswa dalam menganalisis Teks Eksposisi?

3. Model pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan siswa

menganalisis nutir kebahasaan dan teks eksposisi?

Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018