bab ii kajian referensi kab siak
DESCRIPTION
teori mrngenai transportasi daratTRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
BAB 2 KAJIAN REFERENSI
2.1Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Siak Tahun 2010-2030
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Siak Tahun 2010-2030
merupakan salah satu referensi yang akan dijadikan acuan dalam
penyusunan Kajian Ekonomi dan Teknis Pengembangan Angkutan Umum di
Kabupaten Siak. Aspek-aspek yang akan dijadikan referensi berdasarkan
RTRW Kabupaten Siak adalah rencana struktur ruang dan pola ruang yang
terkait dengan pengembangan angkutan umum di kabupaten Siak.
2.1.1 Rencana Struktur Ruang
2.1.1.1 Rencana Distribusi Penduduk
Pada tahun 2008 penduduk Kabupaten Siak sebesar 315.685 jiwa. Dari hasil
proyeksi didapat jumlah penduduk Kabupaten Siak pada akhir tahun
perencanaan (2030) mencapai 540.924 jiwa. Perkiraan penduduk ini didapat
dengan menggunakan regresi linier untuk tahun 2010 – 2015 dan untuk
tahun 2016 – 2030 menggunakan bunga berganda. Asumsi pada tahun
2015 terjadi peningkatan penduduk karena pada tahun tersebut Tanjung
Buton diharapkan telah selesai dibangun dan mulai dioperasikan.
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-1
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Tabel 2.1 Proyeksi Penduduk Kabupaten Siak Tahun 2010-2030
N
o Kecamatan 2008 2010 2015 2020 2025 2030
1 Minas 18.779 20.315 21.009 22.691 24.508 26.470
2 Kandis 46.572 49.921 56.044 75.000100.36
8
134.31
5
3 Siak 15.810 15.462 16.548 21.881 28.933 38.259
4 Mempura 12.094 13.053 13.429 14.436 15.518 16.681
5 Sungai Apit 24.460 24.225 25.489 28.054 30.877 33.985
6 Sabak Auh 9.416 9.503 9.801 10.084 10.374 10.673
7Sungai
Mandau4.925 4.906 5.253 6.396 7.787 9.481
8Kerinci
Kanan19.241 19.163 19.832 21.893 24.168 26.680
9Lubuk
Dalam15.451 14.835 15.356 17.763 20.548 23.769
1
0Tualang 85.372 99.551
107.15
6
119.66
7
133.63
8
149.24
1
1
1Koto Gasib 16.628 16.450 16.848 17.963 19.153 20.421
1
2Dayun 24.269 24.041 25.010 28.032 31.420 35.217
1
3Bunga Raya 16.064 16.330 17.571 21.521 26.360 32.287
1
4Pusako 6.604 6.898 7.361 8.566 9.963 11.590
Kabupaten Siak315.68
5
334.65
2
356.70
7
409.81
4
470.82
7
540.92
4
Sumber: Hasil Analisis, 2009 dalam Penyusunan (Review) RTRW kabupaten Siak Tahun 2010-2030
Dilihat dari hasil analisis yang dilakukan dan fungsi perkotaan yang berlaku
di Kabupaten Siak, ciri kekotaan suatu daerah dilihat dari kepadatan
penduduk berdasarkan NUDS dan juga memperhatikan fungsi kecamatan
tersebut.
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-2
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Berdasarkan NUDS, ciri kekotaan suatu daerah dilihat dari kepadatan
penduduk. Klasifikasi kepadatan penduduk tersebut adalah sebagai berikut:
Penduduk perkotaan lebih dari 25 jiwa/Ha
Penduduk semi kota 10-25 jiwa/Ha
Penduduk pedesaan kurang dari 10 jiwa/Ha
Bila dilihat ciri kekotaan menurut NUDS, untuk Kabupaten Siak tidak dapat
diaplikasikan dengan menggunakan standar tersebut, karena pada
kenyataannya kepadatan penduduk yang ada sekarang melebihi dari
standar tersebut. Untuk itu dibuatlah standar kepadatan penduduk dengan
ciri perkotaan dengan melihat kepada arahan fungsi yang telah ditetapkan.
Klasifikasi kepadatan penduduk tersebut adalah sebagai berikut:
Penduduk perkotaan lebih dari 50 jiwa/Ha
Penduduk semi kota 25-50 jiwa/Ha
Penduduk pedesaan kurang dari 25 jiwa/Ha
Rencana distribusi penduduk sampai akhir tahun perencanaan (2030) akan
diselaraskan dengan arahan fungsi yang diemban oleh masing-masing
kecamatan yang terdapat di Kabupaten Siak.
− Rencana pengembangan penduduk perkotaan (kepadatan tinggi),
diarahkan di Kecamatan Sungai Apit, Siak dan Tualang.
− Rencana pengembangan penduduk semi perkotaan (kepadatan sedang),
diarahkan di Kecamatan Kandis, Dayun, Mempura, Minas, dan Kerinci
Kanan.
− Rencana pengembangan penduduk perdesaan (kepadatan rendah),
diarahkan di Kecamatan Sungai Mandau, Lubuk Dalam, Koto Gasib,
Pusako, Sabak Auh dan Bunga Raya.
Arahan kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2Arahan Kepadatan dan Daya Tampung Penduduk Kabupaten Siak
Tahun 2030
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-3
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
No Kecamatan
Kepadatan Penduduk Eksisting (jiwa/Ha)
Arahan kepadatan penduduk (jiwa/ha)
Rencana Luas
Kawasan Permukima
n (ha)
Arahan Daya
Tampung Penduduk
1 Minas 48 48 5.038,13 241.830
2 Sungai Mandau
28 25 1.962,18 49.055
3 Kandis 47 47 4.568,66 214.727
4 Siak 31 50 4.903,74 245.187
5 Kerinci Kanan 47 47 7.574,51 356.002
6 Tualang 69 70 4.803,78 336.265
7 Dayun 21 35 7.062,96 247.204
8 Lubuk Dalam 28 25 6.064,29 151.607
9 Koto Gasib 16 25 6.006,42 150.161
10 Mempura 10 35 4.214,13 147.495
11 Sungai Apit 42 60 5.434,85 326.091
12 Bunga Raya 15 25 2.638,83 65.971
13 Sabak Auh 22 25 2.222,55 55.564
14 Pusako 13 20 562,13 11.243Sumber: Hasil Analisis, 2009 dalam Penyusunan (Review) RTRW kabupaten Siak Tahun 2010-2030
2.1.1.2 Rencana Sistem Perkotaan
Rencana pengembangan sistem pusat perkotaan direncanakan secara
bertahap hingga akhir kurun waktu perencanaan RTRW Kabupaten Siak
(2010-2029) disinergikan dengan rencana program pengembangan sektoral
baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten.
Dalam lingkup wilayah yang lebih luas, sistem pusat perkotaan diarahkan
untuk berperan sebagai pintu-pintu keluar (outlet) dalam proses distribusi
dan pemasaran hasil-hasil produksi (komoditas) wilayah Kabupaten Siak
dengan mendayagunakan potensi dan peluang yang dimiliki oleh masing-
masing pusat-pusat perkotaan yang ada di wilayah Kabupaten Siak.
Dengan mempertimbangkan dinamika tingkat perkembangan yang terjadi
saat ini, kecenderungan perkembangan masa mendatang, potensi yang
dimiliki, serta peluang yang dapat dimanfaatkan baik berupa dukungan
arahan kebijakan pembangunan ataupun dampak positif pembangunan di
wilayah sekitar yang dapat menjadi peluang pengembangan wilayah
Kabupaten Siak, maka di wilayah Kabupaten Siak terdapat 3(tiga) pusat
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-4
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
perkotaan yang memiliki ekspektasi yang sangat besar untuk mengemban
fungsi dan peran sebagai pusat koleksi dan distribusi sekaligus menjadi
pintu-pintu keluar (outlet) dalam sistem tata niaga. Ketiga pusat perkotaan
tersebut, yaitu :
Tanjung Buton. Rencana penetapan Tanjung Buton sebagai pintu keluar
(outlet) dalam sistem distribusi pola aliran barang dengan lingkup
nasional dan internasional sejalan dengan rencana pengembangan
Kawasan Industri Buton (KIB) dan pelabuhan Tanjung Buton. Dalam
konteks kerjasama ekonomi regional SIJORI; segitiga kawasan
pertumbuhan sub regional Indonesia-Malaysia-Singapura (IMS-GT), maka
peluang Tanjung Buton cukup besar untuk menjadi alternatif
persinggahan kapal-kapal niaga atau menangkap peluang relokasi
industri di kawasan ini;
Minas. Perkembangan Minas tidak terlepas dari adanya kegiatan
pertambangan minyak dan gas bumi di wilayah ini, sehingga memiliki
tingkat perkembangan wilayah khususnya perkotaan yang cukup
signifikan. Perkembangan Minas kedepan memiliki ekspektasi yang
cukup besar dengan adanya 3(tiga) prasarana transportasi yang
melintasi wilayah ini, baik yang sudah ada saat ini maupun yang
direncanakan untuk dibangun, yaitu jaringan jalan arteri primer (jalan
nasional) yang merupakan Jalan Lintas Timur Sumatera (Jalintim);
rencana pembangunan jalan bebas hambatan (tol) Pekanbaru – Dumai;
dan rencana peningkatan jaringan rel kereta api. Posisi strategis Minas
yang berada pada jalur perlintasan dua PKN, yaitu PKN Pekanbaru dan
PKN Dumai ini menjadi satu peluang strategis bagi perkembangan Minas
mendatang;
Lubuk Dalam – Kerinci Kanan. Posisi strategis yang dimiliki, yaitu berada
pada jalur utama (poros tengah) yang menjadi jalur penghubung wilayah-
wilayah di bagian selatan dengan wilayah di bagian utara melalui
Simpang Buatan. Posisi aglomerasi kota Lubuk Dalam-Kerinci Kanan
yang berada di wilayah perbatasan dengan wilayah Kabupaten Pelalawan
serta relatif dekat dengan PKN Pekanbaru, maka aglomerasi kota Lubuk
Dalam-Kerinci Kanan kedepan perlu diberikan peran dan fungsi yang
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-5
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
lebih besar, yaitu sebagai pintu keluar (outlet) dalam sistem distribusi
pola aliran barang khususnya dengan wilayah di bagian selatan.
Didasarkan arahan penetapan peran dan fungsi pusat-pusat kota, hingga
akhir tahun perencanaan RTRW Kabupaten Siak, pusat-pusat perkotaan di
wilayah Kabupaten Siak, yaitu :
Terdapat 1 (satu) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu Kota Siak Sri
Indrapura yang meliputi Kecamatan Siak dan Kecamatan Mempura;
Terdapat 1(satu) Pusat Kegiatan Nasional yang dipromosikan (PKNp)
dengan pertimbangan prediksi perkembangan pada masa mendatang
terkait dengan fungsi dan peran yang diembannya yaitu sebagai pusat
koleksi dan distribusi skala nasional dan internasional, serta sebagai
implikasi dari pengembangan kawasan industri di kawasan ini, maka
Tanjung Buton yang didalam RTRW Provinsi Riau ditetapkan sebagai
Pusat Kegiatan Lokal (PKL), perlu diberikan peran yang lebih besar,
sehingga perlu diusulkan (dipromosikan) untuk ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Nasional;
Terdapat 1(satu) Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu Kota Perawang
sebagaimana telah ditetapkan didalam RTRW Provinsi Riau;
Terdapat 3(tiga) Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp), yaitu
Minas, Koto Gasib dan aglomerasi Lubuk Dalam – Kerinci Kanan.
Pertimbangan promosi ketiga kota tersebut dilandaskan pada dinamika
yang terjadi saat ini, potensi yang dimiliki maupun rencana program
pembangunan yang berdampak positif terhadap pengembangan wilayah
yang bersangkutan;
Minas. Dengan potensi sumberdaya alam (minyak bumi) yang telah
dieksplorasi, maka eksternalitas positif terhadap wilayah yang
bersangkutan adalah tingkat perkembangan dan pembangunan
wilayah yang lebih cepat dibanding wilayah lainnya. Selain itu,
dengan adanya rencana pembangunan jalan bebas hambatan (tol)
Pekanbaru – Dumai yang melintasi Minas, akan berdampak positif
terhadap perkembangan pembangunan di wilayah ini;
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-6
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Koto Gasib. Dengan adanya rencana pembangunan bandar udara di
wilayah ini; sekalipun bandara tersebut diarahkan untuk mendukung
peran dan fungsi Siak Sri Indrapura sebagai Pusat Kegiatan Wilayah,
namun dampak dari lokasi bandara yang berada di wilayah Koto
Gasib, secara otomatis akan memberikan pengaruh terhadap
perkembangan fisik yang akan terjadi di wilayah sekitar bandara
sebagai dampak ikutan, seperti kegiatan komersial, jasa perhotelan
serta jasa lainnya.
Aglomerasi Lubuk Dalam-Kerinci Kanan. Jarak antarpusat kota kedua
kecamatan yang relatif dekat serta berada pada jalur utama
pergerakan lintas wilayah kabupaten, memberikan pengaruh positif
terhadap perkembangan kedua wilayah ini. Kecenderungan pola
perkembangan linier (ribbon development) sepanjang koridor jalan
provinsi ini secara bertahap kedua pusat kegiatan perkotaan ini akan
membentuk aglomerasi perkotaan Lubuk Dalam-Kerinci Kanan
menjadi satu pusat perkotaan yang lebih besar.
Terdapat 7 (tujuh) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang memiliki tingkat
pelayanan skala kecamatan, yaitu Sungai Apit, Dayun, Kandis, Sabak
Auh, Bunga Raya, Sungai Mandau, dan Pusako. Terkait dengan Kota
Sungai Apit, dengan adanya pengembangan kawasan industri dan
pelabuhan nasional bahkan diproyeksikan menjadi pelabuhan
internasional di Tanjung Buton, menjadikan Tanjung Buton masa yang
akan datang akan menjadi pusat pertumbuhan baru di Kecamatan
Sungai Apit. Adapun Kota Sungai Apit yang ada saat ini diarahkan untuk
berfungsi sebagai pusat pendukung fungsi dan peran PKNp Tanjung
Buton.
Tabel 2.3Rencana Arahan Fungsi Sistem Pusat Perkotaan
No
Klasifikasi Fungsi
Kota Arahan Fungsi
1 PKW Siak Sri Indrapura
Pelayanan jasa perkotaan skala regional Pelayanan pemerintahan Kabupaten
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-7
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
No
Klasifikasi Fungsi
Kota Arahan Fungsi
(Siak-Mempura)
Pelayanan jasa perhubungan transportasi udara (bandara tersier)
Pelayanan jasa perhubungan transportasi sungai Pelayanan jasa perhubungan transportasi darat
(antar kota dalam provinsi-AKDP) Pengembangan pariwisata budaya Pengembangan perumahan skala besar Pelayanan fasilitas umum dan sosial skala regional
2 PKNp Tanjung Buton
Pengembangan Kawasan Industri berbasis agro Pusat Koleksi dan Distribusi di bagian Timur (Outlet
Timur) skala nasional dan internasional Pelayanan perhubungan laut (pelabuhan barang dan
penumpang) skala nasional dan internasional Pelayanan jasa perhubungan transportasi darat
(antar kota dalam provinsi-AKDP) Pelayanan komersial dan jasa skala regional Pelayanan fasilitas umum dan sosial skala regional Pengembangan perumahan skala besar Pelayanan pemerintahan skala kecamatan
3
PKL Perawang Pengembangan Kawasan Industri berbasis kehutanan dan perkebunan
Pelayanan jasa perhubungan transportasi sungai dan penyeberangan (barang & penumpang) skala nasional
Pelayanan jasa perhubungan transportasi darat (antar kota dalam provinsi-AKDP)
Pelayanan jasa & komersial dengan skala pelayanan beberapa kecamatan
Pelayanan fasilitas umum dan sosial yang mampu melayani beberapa kecamatan
Pengembangan perumahan terstruktur Pelayanan pemerintahan skala kecamatan
4
PKLp
Minas
Pengembangan kawasan pertambangan minyak bumi
Perlindungan dan pelestarian Kawasan Lindung Nasional (THR Sultan Syarif Kasim)
Pusat Koleksi dan Distribusi di bagian Barat (Outlet Barat) skala regional
Pelayanan jasa dan komersial mencakup lebih dari beberapa kecamatan
Pelayanan fasilitas umum dan sosial mencakup beberapa kecamatan
Pelayanan jasa perhubungan transportasi darat (angkutan dalam kota dan perdesaan)
Pelayanan pemerintahan skala kecamatan5 Lubuk Dalam-
Kerinci Kanan Pengembangan kawasan perkebunan Pusat Koleksi dan Distribusi di bagian
Tengah/Selatan (Outlet Tengah/Selatan) skala Regional
Pelayanan jasa dan komersial mencakup beberapa kecamatan
Pelayanan fasilitas umum dan sosial mencakup beberapa kecamatan
Pelayanan jasa perhubungan transportasi darat
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-8
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
No
Klasifikasi Fungsi
Kota Arahan Fungsi
(angkutan dalam kota dan perdesaan) Pelayanan pemerintahan skala kecamatan
6 Koto Gasib
Pengembangan kegiatan industri berbasis kehutanan Pelayanan jasa perhubungan transportasi udara
(bandara tersier) Pelayanan jasa dan komersial mencakup beberapa
kecamatan Pelayanan fasilitas umum dan sosial mencakup
beberapa kecamatan Pelayanan jasa perhubungan transportasi darat
(angkutan dalam kota dan perdesaan) Pelayanan jasa pelabuhan khusus Pelayanan pemerintahan skala kecamatan
7
PPK
Dayun
Pengembangan kawasan perkebunan Pengembangan kawasan hutan produksi Perlindungan dan pelestarian kawasan lindung
(Taman Nasional Zamrud/SM Danau Pulau Besar/Danau Pulau Bawah)
Pelayanan jasa dan komersial mencakup beberapa kecamatan
Pelayanan fasilitas umum dan sosial mencakup beberapa kecamatan
Pelayanan jasa perhubungan transportasi darat (angkutan kota dan perdesaan)
Pelayanan pemerintahan skala kecamatan
8 Sungai Apit
Pengembangan kawasan perkebunan Pengembangan kawasan hutan produksi Pengembangan budidaya walet Pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam Perlindungan dan pelestarian kawasan lindung
nasional (SM. Tasik Belat) Pelayanan jasa dan komersial mencakup beberapa
kecamatan mendukung fungsi pengembangan Tanjung Buton
Pelayanan fasilitas umum dan sosial mendukung fungsi pengembangan Tanjung Buton
Pelayanan perhubungan transportasi darat (terminal antar kota dalam provinsi)
Pelayanan pemerintahan tingkat kecamatan
9 Kandis
Pengembangan kawasan perkebunan Pengembangan eksplorasi gas bumi Pelayanan jasa dan komersial skala kecamatan Pelayanan fasilitas umum dan sosial skala
kecamatan Pelayanan pemerintahan tingkat kecamatan
10 Sabak Auh
Pengembangan kawasan perkebunan Pelayanan jasa dan komersial skala kecamatan Pelayanan fasilitas umum dan sosial skala
kecamatan Pelayanan perhubungan transportasi penyeberangan Pelayanan pemerintahan tingkat kecamatan
11 Bunga Raya Pengembangan kawasan pertanian lahan basah Perlindungan dan pelestarian daerah tangkapan air
(catchment area)
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-9
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
No
Klasifikasi Fungsi
Kota Arahan Fungsi
Pelayanan jasa dan komersial skala kecamatan Pelayanan fasilitas umum dan sosial skala
kecamatan Pelayanan pemerintahan tingkat kecamatan
12 Sungai Mandau
Perlindungan dan pelestarian kawasan lindung nasional dan kawasan strategis kabupaten dari perspektif lingkungan hidup (Cagar Biosfer Giam Siak Kecil)
Perlindungan kawasan lindung gambut Pengembangan kawasan hutan produksi Pelayanan jasa dan komersial skala kecamatan Pelayanan fasilitas umum dan sosial skala
kecamatan Pelayanan pemerintahan tingkat kecamatan
13 Pusako
Pengembangan kawasan perkebunan Pengembangan kawasan hutan produksi Pelayanan jasa dan komersial skala kecamatan Pelayanan fasilitas umum dan sosial skala
kecamatan Pelayanan pemerintahan tingkat kecamatan
Sumber : Analisis dan Rencana Tim RTRW Kabupaten Siak, 2009Keterangan :
PKW : Pusat Kegiatan WilayahPKNp : Pusat Kegiatan Nasional promosiPKL : Pusat Kegiatan LokalPKLp : Pusat Kegiatan Lokal promosiPPK : Pusat Pelayanan Kawasan
2.1.1.3 Rencana Pusat Pertumbuhan
Didalam sistem wilayah kabupaten, yang dimaksud pusat permukiman
adalah kawasan perkotaan yang merupakan pusat-pusat kegiatan sosial
ekonomi masyarakat, baik pada kawasan perkotaan maupun pada kawasan
perdesaan. Keserasian, keselarasan dan keseimbangan yang perlu
diwujudkan didalam penataan ruang wilayah kabupaten mencakup
keserasian antara struktur ruang dan pola ruang; keselarasan antara
kehidupan manusia dengan lingkungannya; keseimbangan pertumbuhan
dan perkembangan antardaerah serta antara kawasan perkotaan dan
perdesaan. Keterkaitan penataan ruang kawasan perkotaan dengan
kawasan perdesaan ini secara tegas disebutkan didalam Pasal 26 ayat (1)
butir b Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Perencanaan dan pembangunan kawasan perkotaan dan perdesaan, sudah
selayaknya dilaksanakan secara seimbang, terpadu dan berkesinambungan.
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-10
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Hal ini terkait dengan keterbatasan infrastruktur pelayanan publik; relatif
jauhnya jangkauan dari pelayanan perkotaan; serta rendahnya tingkat
aksesibilitas masyarakat terhadap pusat-pusat pelayanan, serta belum
adanya program pembangunan yang terencana dan terpadu, merupakan
persoalan klasik dan mendasar pada kawasan perdesaan secara umum.
Kegiatan yang menjadi ciri kawasan perdesaan meliputi tempat
permukiman perdesaan, kegiatan pertanian, kegiatan terkait pengelolaan
tumbuhan alami, kegiatan pengelolaan sumber daya alam, kegiatan
pemerintahan, kegiatan pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi secara
umum belum didukung oleh program pengembangan infrastruktur yang
mendukung iklim yang kondusif bagi pengembangan potensi kawasan
perdesaan.
Pembangunan prasarana perdesaan secara lengkap dan merata di wilayah
Kabupaten Siak yang terdiri atas 113 desa yang tersebar di 14 kecamatan,
tentunya sulit dilaksanakan dalam kerangka jangka pendek karena
membutuhkan investasi yang sangat besar, sehingga perlu dilakukan
dengan pertimbangan skala prioritas.
Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan pembangunan
sistem kewilayahan (cluster system), yaitu melalui penentuan desa-desa
tertentu yang diharapkan akan dapat melayani desa-desa lain disekitarnya
yang berada dalam wilayah pelayanannya (hinterland), atau dengan kata
lain menjadi Desa Pusat Pertumbuhan (DPP). Pola pendekatan Desa Pusat
Pertumbuhan ini diharapkan mampu mendorong laju percepatan
pembangunan dan pertumbuhan perekonomian perdesaan yang berbasis
pengembangan sektor agobisnis, agrowisata, agroindustri di wilayah
Kabupaten Siak sesuai dengan visi pembangunan jangka panjang
Kabupaten Siak. Melalui pola pengembangan Desa Pusat Pertumbuhan
(DPP) ini, rentang jarak dan akses terhadap pusat pelayanan fasilitas publik
(fasilitas umum dan fasilitas sosial), khususnya koleksi dan distribusi
produksi dari kawasan perdesaan dapat diperpendek.
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-11
Pusat Kota KecamatanDesa Pusat PertumbuhanDesa
Pusat Kota KecamatanDesa
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Dengan kondisi seperti
ilustrasi disamping yang
menggambarkan kondisi
interaksi saat ini, dimana
lokasi desa-desa yang
tersebar,jarak antarpusat
desa yang relatif berjauhan
serta jarak ke pusat
pelayanan skala kecamatan
juga relatif jauh dan kurang
ditunjang oleh sarana
pelayanan dan aksesibilitas,
maka sulit untuk
mengembangkan potensi
yang dimiliki oleh kawasan
perdesaan, yang akhirnya
kawasan perdesaan tetap
kurang berkembang bahkan
beberapa desa cenderung
terisolir.
Dengan pola
pengembangan Desa Pusat
Pertumbuhan (DPP), maka
DPP difungsikan sebagai pusat pelayanan koleksi dan distribusi hasil-hasil
produksi selain berperan dalam hal pelayanan fasilitas umum dan sosial
pada skala pelayanan lokal (desa). Pengembangan infrastruktur yang
diprioritaskan antara lain peningkatan aksesibilitas dari Desa Induk (desa
yang menjadi pusat pertumbuhan) ke pusat kota kecamatan serta akses
dari desa-desa yang menjadi hinterland ke desa induk (DPP).
Kriteria-kriteria dalam penentuan suatu desa menjadi desa pusat
pertumbuhan, antara lain :
Merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan yang mempunyai
potensi andalan untuk cepat tumbuh dan berkembang;
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-12
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Merupakan kawasan prioritas dan kawasan strategis pada skala lokal;
Memiliki lokasi yang strategis, baik terhadap pusat kota kecamatan,
maupun terhadap desa-desa yang akan menjadi hinterland-nya;
Dukungan dari masyarakat yang bersifat terbuka, partisipatif serta
dapat menerima pembaharuan yang bersifat konstruktif untuk
kemajuan dan perkembangan desanya;
Dukungan aspek perhubungan/transportasi dan aksesibilitas yang
cukup baik atau potensial untuk dibangun
Dengan kriteria-kriteria di atas, ditentukan desa-desa yang memiliki
karakteristik tersebut di wilayah Kabupaten Siak, yaitu :
Tabel 2.4Desa Pusat Pertumbuhan di Wilayah Kabupaten Siak
No Kecamatan DPP Desa Hinterland Potensi Kawasan
1 Siak Kampung Rempak
Langkai Tumang Merempan Hulu Buantan Besar
Obyek wisata Kaw. waterfront
city
2 Mempura Sungai Mempura
Kampung Tengah
Merempan Hilir Benteng Hilir
Obyek wisata
3 Dayun Sialang Sakti
Sawit Permai Merangkai Teluk Merbau Banjar Seminai
Perkebunan sawit Tanaman
hortikultura Industri rumah
tangga Industri meubel
4 Bunga Raya Tuah Indrapura Jati Baru Kemuning Muda Buantan Lestari
Tanaman pangan padi
Tanaman hortikultura
Industri rumah tangga
Perikanan dan peternakan
5 Pusako Benayah Dosan Pebedaran Dusun Pusako
Perkebunan sawit
6 Sungai Mandau
Sei Selodang Muara Bengkal Lubuk Jering Muara Kelantan
Tanaman pangan padi
Perikanan air tawar7 Sungai Apit Tanjung Kuras Teluk Batil
Sungai Kayu Ara Tanaman
hortikultura
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-13
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
No Kecamatan DPP Desa Hinterland Potensi Kawasan
Sungai Apit Industri rumah
tangga Perikanan laut
8 Sabak Auh Rempak Laksamana Belading Bandar Sungai
Perkebunan sawit Tanaman pangan
padi Industri rumah
tangga Perikanan laut &
darat
9 Minas Rantau Bertuah Minas Barat Minas Timur Minas Jaya
Perkebunan sawit
10 Kandis Belutu Kandis Sam Sam Simpang Belutu
Perkebunan sawit
11 Tualang
Pinang Sebatang Timur
Pinang Sebatang Barat
Maredan Pinang Sebatang
Perkebunan sawit Perikanan dan
peternakan Penangkaran walet
12 Koto Gasib Buantan II
Kuala Gasib Teluk Rimba Sengkemang Rantau Panjang
Perkebunan sawit dan karet
Perdagangan
13 Kerinci Kanan Buana Bakti
Kerinci Kanan Bukit Harapan
SP3 Maredan Barat
Perkebunan sawit Peternakan lele Peternakan lobster
air tawar
14 Lubuk Dalam Sialang Baru Sialang Palas Empang Baru Lubuk Dalam
Perkebunan sawit
Sumber : Identifikasi dan Masterplan Desa Pusat Pertumbuhan Kabupaten Siak 2009
Dengan ditentukannya desa-desa yang menjadi Desa Pusat Pertumbuhan,
akan menjadi langkah awal dalam perencanaan yang terintegrasi antara
pengembangan kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan dengan
berbasis pada pengembangan sektor agrobisnis, agroindustri, agrowisata
yang menjadi pilar pokok pembangunan wilayah Kabupaten Siak melalui
pendekatan konsep agropolitan.
Kawasan agropolitan merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian
dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman
dan sistem agrobisnis.
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-14
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Kawasan agropolitan merupakan embrio kawasan perkotaan yang
berorientasi pada pengembangan kegiatan pertanian, kegiatan penunjang
pertanian, dan kegiatan pengolahan produk pertanian. Pengembangan
kawasan agropolitan merupakan pendekatan dalam pengembangan
kawasan perdesaan.
Pengembangan kawasan agropolitan dimaksudkan untuk meningkatkan
efisiensi pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan pertanian,
baik yang dibutuhkan sebelum proses produksi, dalam proses produksi,
maupun setelah proses produksi. Upaya tersebut dilakukan melalui
pengaturan lokasi permukiman penduduk, lokasi kegiatan produksi, lokasi
pusat pelayanan, dan peletakan jaringan
prasarana.
2.1.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
2.1.2.1 Transportasi darat, Sungai dan Penyeberangan
A. Transportasi Darat
1. Jalan
Sistem pembagian/penetapan fungsi dan peranan masing-masing
ruas jalan di Kabupaten Siak belum mencerminkan suatu kondisi yang
kompak. Khususnya pada jalan-jalan di sekitar pusat kota
memberikan kesan kecenderungan perkembangan yang tidak teratur
di masa datang. Dalam kaitannya dengan penetapan PP Nomor 34
Tahun 2006 tentang pengklasifikasian jalan, maka secara
keseluruhan sistem jaringan jalan Kabupaten Siak akan mengalami
redefinisi fungsi sesuai dengan ketentuan PP tersebut.
Berdasarkan Permen PU No.16 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan RTRW Kabupaten, jalan yang diatur didalamnya adalah
jalan dengan klasifikasi primer. Dengan demikian sistem jaringan
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-15
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
jalan hanya terdiri atas jalan arteri primer, jalan kolektor primer, dan
jalan lokal primer. Klasifikasi jalan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Jalan arteri primer menghubungkan antarpusat kegiatan nasional
atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
wilayah.
b) Jalan kolektor primer menghubungkan antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lokal.
c) Jalan lokal primer menghubungkan pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal,
atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta
antarpusat kegiatan lingkungan.
Klasifikasi Fungsi Jaringan Jalan di Kabupaten Siak adalah sebagai
berikut:
- Arteri Primer (AP) yaitu :
o ruas Duri – Kandis – Minas – Pekanbaru
o ruas Pekanbaru – Kerinci Kanan - Pelalawan
o ruas Pekanbaru – Simpang Meredan – Simpang Buatan –
Simpang Siak – Simpang Pusako – Simpang Mengkapan –
Tanjung Buton (jalan freeway)
- Kolektor Primer yaitu:
o ruas jalan penghubung antara Kecamatan Kandis dengan
Kecamatan Bunga Raya melalui Sungai Mandau
o ruas jalan penghubung antara Kecamatan Minas dengan
Kecamatan Mempura melalui Kecamatan Tualang, Koto Gasib
dan Siak
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-16
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
o ruas jalan penghubung antara Kecamatan Minas dengan
Sungai Apit melalui Kecamatan Tualang, Koto Gasib, Dayun,
Mempura, Pusako
o ruas jalan penghubung Kecamatan Kerinci Kanan dengan Koto
Gasib melalui Kecamatan Lubuk Dalam
- Lokal Primer yaitu:
o ruas jalan penghubung antara Kecamatan Sungai Mandau
dengan Kecamatan Tualang
o ruas jalan penghubung antara Kecamatan Sungai Mandau
dengan Kecamatan Siak
o ruas jalan Sei Apit – Tanjung Buton – Teluk Lanus
2. Rencana Pembangunan Jalan Baru
Pengembangan jalan baru dirinci sebagai berikut:
Rencana pengembangan jalan tol yang sesuai dengan RTRWN dan
RTRWP Riau adalah Pembangunan Jalan Tol Pekanbaru - Dumai.
Jalan Freeway
Trase jalan freeway : Pekanbaru – Simpang Perawang – Simpang
Buatan – Simpang Siak – Simpang Pusako – Simpang Mengkapan.
Jalan freeway dibangun untuk mendukung kegiatan Kawasan
Industri Buton, Pelabuhan Buton dan rencana pembangunan
bandara di Koto Gasib.
Jalan Kolektor:
- Jalan penghubung antara Kecamatan Kandis dengan
Kecamatan Sungai Mandau
- Jalan penghubung antara Kecamatan Minas dengan
Kecamatan Mempura melalui Kecamatan Koto Gasib dan Siak
- Jalan Penghubung antara Kecamatan Sungai Mandau menuju
Kecamatan Bunga Raya
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-17
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Jalan Lokal:
- Jalan penghubung antara Kecamatan Tualang menuju Sungai
Mandau
- Jalan penghubung Sungai Mandau – Siak
- Jalan Penghubung Tanjung Buton - Teluk Lanus
3. Terminal
Ketentuan Mengenai Terminal Angkutan
Terminal wilayah terdiri dari terminal penumpang dan terminal
barang. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
41/1995 tentang klasifikasi terminal. Terminal angkutan Penumpang
berdasarkan fungsi pelayanannya dibagi menjadi:
Terminal Penumpang Tipe A, adalah terminal yang berfungsi
melayani kendaraan umum untuk angkutan lintas batas negara
(bagi wilayah yang memiliki batas darat dengan negara tetangga),
angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), angkutan Antar Kota
Dalam Propinsi (AKDP), angkutan dalam perkotaan dan angkutan
pedesaan. Berdasarkan tingkat pelayanan yang dinyatakan dengan
jumlah arus minimum kendaraan persatu-satuan waktu, terminal
ini biasanya menampung 50-100 kendaraan/jam.
Terminal Penumpang Tipe B, adalah terminal yang berfungsi
melayani kendaraan umum untuk angkutan antar perkotaan dalam
propinsi, angkutan dalam perkotaan dan angkutan perdesaan.
Terminal ini menampung 25-50 kendaraan/jam.
Terminal Penumpang Tipe C, adalah terminal yang berfungsi
melayani kendaraan umum untuk angkutan perdesaan. Terminal
ini biasanya manampung kurang dari 25 kendaraan/jam.
Terminal barang menurut fungsi pelayanan, penyebaran atau
distribusinya dibedakan atas :
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-18
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Terminal Utama, berfungsi melayani penyebaran antar Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) bagi wilayah yang memiliki PKN di
dalamnya, dari Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) ke Pusat Kegiatan
Nasional (PKN), antar Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), serta
angkutan barang perpindahan antar moda di simpul-simpul utama
kegiatan transportasi terutama pelabuhan laut dan
penyeberangan.
Terminal Pengumpan, berfungsi melayani penyebaran dari Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) Perkotaan ke Pusat Kegiatan Wilayah (PKW),
dan antar Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Terminal Lokal, berfungsi melayani penyebaran dari Sub Pusat
Kegiatan Lokal Pedesaan (Sub PKL) ke Pusat Kegiatan Lokal (PKL),
antar Sub Pusat Kegiatan Lokal (Sub PKL, serta ke kawasan-
kawasan produksi di dalam wilayah kabupaten/kota).
Persyaratan Lokasi Terminal
Penentuan lokasi terminal secara umum harus memperhatikan:
Rencana kebutuhan lokasi simpul atau merupakan; bagian dari
rencana umum jaringan transportasi jalan;
Rencana umum tata ruang;
Kepadatan lalu-lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal;
Keterpaduan moda transportasi baik intra mapun antar moda;
Kondisi topografi lokasi terminal; dan
Kelastarian lingkungan.
Untuk membangun sebuah terminal dibutuhkan syarat-syarat yang
mendukung. Berikut akan dijelaskan persyaratan lokasi terminal
berdasarkan tipenya.
Persyaratan Lokasi Terminal Tipe A
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-19
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Terletak di Ibukota propinsi, kota atau kabupaten dalam jaringan
trayek antar kota antar propinsi dan/atau lintas negara;
Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya
Kelas IIIA;
Jarak antara dua terminal penumpang tipe A sekurang-kurangnya
30 Km (Pulau Sumatera). Luas lahan yang tersedia sekurang-
kurangnya 5 Ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera dan 3
Ha di pulau lainnya.
Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari
terminal, sekurang-kurangnya berjarak 100 meter di Pulau Jawa
dan 50 meter di pulau lainnya.
Persyaratan Lokasi Terminal Tipe B
Terletak di Ibukota kota atau kabupaten dalam jaringan trayek
antar kota dalam propinsi
Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-
kurangnya Kelas IIIB
Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau terminal tipe A
sekurang-kurangnya 15 Km di Pulau Jawa dan 30 Km di pulau
lainnya.
Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 3 Ha untuk terminal
di Pulau Jawa dan Sumatera dan 2 Ha di pulau lainnya.
Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari
terminal, sekurang-kurangnya berjarak 50 meter di Pulau Jawa dan
30 meter di pulau lainnya.
Persyaratan Lokasi Terminal Tipe C
Terletak di wilayah kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan
perdesaan.
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-20
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi
Kelas IIIA.
Luas lahan yang tersedia sesuai dengan permintaan angkutan.
Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari
terminal, sesuai kebutuhan kelancaran lalu-lintas terminal.
Rencana Pengembangan Terminal:
Terminal Tipe A:
Perawang, Kecamatan Tualang,
Terminal Tipe B:
Kota Siak Sri Indrapura Kecamatan Siak
KITB Kecamatan Sungai Apit
Terminal Tipe C:
Kecamatan Kandis,
Kecamatan Minas,
Kecamatan Sungai Mandau,
Kecamatan Kerinci Kanan,
Kecamatan Lubuk Dalam,
Kecamatan Koto Gasib,
Kecamatan Dayun,
Kecamatan Mempura,
Kecamatan Sungai Apit,
Kecamatan Pusako,
Kecamatan Bunga Raya, dan
Kecamatan Sabak Auh.
4. Sistem Jaringan Kereta Api
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-21
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Kondisi eksisting sistem transportasi Kabupaten Siak memang belum
memanfaatkan jaringan kereta api sebagai salah satu moda
transportasi. Namun demikian substansi RTRWP dan Rencana
Metropolitan Pekanbaru menyebutkan bahwa dalam rentang waktu
yang akan datang terdapat rencana pembangunan jaringan kereta
api yang melewati wilayah Kabupaten Siak. Dalam penjelasannya
disebutkan bahwa jaringan kereta api yang melewati Kabupaten Siak
merupakan jaringan kereta api yang akan menjangkau sampai
dengan kawasan Negara ASEAN lainnya (Trans Sumatra Railway
System). Rencana sistem jaringan kereta api perkotaan meliputi:
Pengembangan stasiun pembantu di Kecamatan Minas.
B. Transportasi Sungai dan Penyeberangan
Pelabuhan sebagai elemen transportasi sungai memainkan peranan yang
penting dalam menunjang visi dan misi Kabupaten Siak dalam mendorong
ekonomi daerah, mengingat perdagangan internasional dan nasional lebih
banyak dilakukan melalui transportasi sungai. Adapun peran pelabuhan
yang diharapkan ada:
Melayani kebutuhan perdagangan internasional (ekspor/impor);
Membantu kelancaran perputaran roda perdagangan regional (antar
pulau);
Menampung pangsa pasar lalu lintas internasional yang semakin
meningkat;
mendorong perekonomian daerah yang masih belum berkembang.
Berdasarkan Master Plan Kawasan Industri Tanjung Buton, pengembangan
Pelabuhan Buton akan membawa manfaat secara ekonomi yang juga dapat
dirasakan secara tidak langsung oleh masyarakat, disamping keuntungan
lain yang akan diperoleh dengan dibukanya Pelabuhan Buton yaitu:
Keuntungan yang diperkirakan secara kuantitatif akan diperoleh dari
intensifikasi pemanfaatan jalan untuk lalu lintas angkutan bahan baku
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-22
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
dan hasil produksi industri akan lebih cepat sehingga lebih ekonomis
dibanding sungai;
Keuntungan yang diperkirakan secara kualitatif akan diperoleh dari
penghindaran dampak negatif terhadap lingkungan, yaitu:
Berkurangnya pencemaran air sungai;
Berkurangnya kecelakaan kapal;
Berkurangnya kerusakan tepi sungai karena erosi.
Sementara itu pengembangan dermaga-dermaga yang terdapat di
sepanjang Sungai Siak lebih ditujukan untuk peningkatan aksesibilitas
transportasi lokal penduduk. Upaya yang diperlukan adalah peningkatan
konstruksi dan penambahan fasilitas-fasilitas untuk dermaga-dermaga yang
sudah ada.
Saat ini pelabuhan penyeberangan yang terdapat di Kabupaten Siak
terletak di Kecamatan Perawang dan Koto Gasib. Pelabuhan ini berfungsi
sebagai pelabuhan khusus milik PT.RAPP dan PT Indah Kiat.
Pelabuhan Lokal terletak di Perawang dan Buatan.
Pelabuhan regional terletak di Kecamatan Siak.
2.1.2.2 Transportasi Udara
Dalam konstelasi pengembangan bandar udara sebagai simpul transportasi
udara akan direncanakan pembangunan bandara baru di Koto Gasib.
Bandara ini merupakan bandara dengan fungsi Internasional.
Untuk mendukung fungsi bandara menjadi bandara internasional, maka
diperlukan kelengkapan sarana dan prasarana pendukung.
Selain itu perlu adanya perencanaan terhadap detail Kawasan Keselamatan
Operasional Penerbangan, yang akan lebih baik jika sejak awal
diakomodasikan pula di dalam substansi RTRW Kabupaten Siak. Hal ini
dimaksudkan agar perkembangan di sekitar kawasan dapat dikendalikan
dengan lebih tegas mengingat substansi di dalam RTRW akan memiliki
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-23
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
kekuatan hukum yang harus ditaati oleh setiap stakeholder Kabupaten Siak.
Ketentuan detail dari KKOP memiliki fungsi yang tergantung atas detail
masterplan pengembangan bandara, namun pada umumnya zona-zona
yang akan ada pada KKOP dan berpengaruh terhadap (menjadi limitasi)
guna lahan di sekitar bandara dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Permukaan Pendaratan dan Lepas Landas , adalah permukaan dibawah
lintasan pesawat udara setelah lepas landas atau akan mendarat, yaitu
sejauh 15 km, dan ujung landasan dengan kemiringan 2%;
2. Permukaan Transisi, adalah bidang miring sejajar poros landasan
sampai 315 m dari sisi landasan, dengan kemiringan 14,3%, sampai
memotong permukaan horizontal dalam.
3. Permukaan Horizontal Dalam , adalah bidang datar diatas dan di sekitar
bandara dengan radius 4 km dari ujung landasan/permukaan utama
dengan ketinggian + 51 m di atas ketinggian ambang landasan.
Ketinggian ambang landasan yang ditetapkan adalah ambang landasan
29.
4. Permukaan Kerucut , adalah bidang miring antara jarak 4 km sampai 6
km dari ujung landasan/permukaan utama, dengan kemiringan 5%,
yang menghubungkan tepi luar permukaan horizontal dalam dengan
tepi dalam permukaan horizontal luar.
2.1.2.3 Transportasi Laut
Untuk mendukung kegiatan di Kawasan Industri Buton dibutuhkan
pelabuhan barang dan penumpang. Didalam RTRWP Riau, Tanjung Buton
diarahkan menjadi pelabuhan nasional hingga tahun 2015, dan jangka
panjang akan ditingkatkan menjadi Pelabuhan Internasional (perwujudan
tahun 2020) yang melayani angkutan penumpang dan barang. Selain itu,
Tanjung Buton diarahkan pula menjadi pelabuhan khusus industri sejalan
dengan rencana pengembangan Kawasan Industri Buton.
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-24
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Gambar 2.1
Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan
Sumber : Departemen Perhubungan
2.1.3 Rencana Pola Ruang
2.1.3.1 Rencana Kawasan Lindung
Rencana pola pemanfaatan ruang kawasan lindung bertujuan untuk
mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya
dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah
guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan.
Rencana penetapan kawasan lindung merupakan bagian dasar dari proses
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-25
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
penataan ruang wilayah Kabupaten Siak. Berdasarkan UU No. 26 Tahun
2007, yang dimaksud dengan kawasan lindung adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber daya alam dan sumberdaya buatan.
A. Kawasan Lindung yang Memberikan Perlindungan Terhadap
Kawasan Bawahannya
1. Kawasan Lindung Gambut
Kawasan gambut yang termasuk dalam kawasan lindung adalah rawa
gambut dalam, yang biasanya merupakan kubah gambut, yang memiliki
kedalaman lebih dari atau sama dengan 3 meter. Untuk mendukung fungsi
kubah gambut sebagai penyimpan air (reservoir), disarankan minimal 30%
dari total luas kawasan dijadikan kawasan lindung.
Beberapa kriteria yang dipertimbangkan pada kasus kawasan budidaya
yang berada pada kawasan gambut adalah jika pemanfaatan lahannya
berupa hutan, perkebunan, pertanian, atau pertambangan. Penentuan
arahan lokasi kawasan budidaya di kawasan gambut ini didasarkan pada
status kegiatan budidaya yang sudah berlangsung saat ini dan karakteristik
fisik (kedalaman, tingkat kematangan, muka air tanah dan lainnya), dan
sifat kimia (kesuburan).
Untuk kawasan hutan, dengan pertimbangan bahwa HTI tersebut sudah
berjalan dengan baik, maka sesuai arahan rancangan Peraturan Presiden
tentang pengelolaan gambut, kawasan budidaya tersebut tetap
dipertahankan sebagai kawasan budidaya kehutanan meskipun berada
pada kawasan gambut dalam.
Sama halnya untuk budidaya perkebunan kelapa sawit yang sudah ditanam
dan sudah berproduksi, maka kawasan tersebut dipertahankan sebagai
areal budidaya perkebunan meskipun berada pada kawasan gambut dalam.
Namun, untuk areal budidaya kehutanan atau perkebunan yang masih
memiliki tutupan lahan berupa hutan alam (primer atau sekunder) dan
berada pada kawasan gambut dalam > 3 meter, agar dipertahankan dan
dialokasikan sebagai kawasan perlindungan/konservasi.
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-26
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan pada tahun 2009 antara BPPT
bekerja sama dengan Bappeda Kabupaten Siak, diperoleh bahwa total luas
kawasan gambut di Kabupaten Siak adalah sebesar 461,527 Ha. Kawasan
gambut seluas itu, tidak semuanya dijadikan kawasan lindung. Kawasan
gambut yang direkomendasikan untuk dikonservasi adalah sebesar 136.597
Ha; yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kawasan gambut yang
direkomendasikan menjadi kawasan lindung dan kawasan gambut dalam
yang terdapat di kawasan budidaya yang direkomendasikan untuk
dipertahankan fungsi ekologisnya. Kawasan gambut yang direkomendasikan
menjadi kawasan lindung adalah seluas 101.730 Ha. Sedangkan, kawasan
gambut dalam yang terdapat di kawasan budidaya yang direkomendasikan
untuk dipertahankan fungsi ekologisnya adalah seluas 34.867 Ha. Rincian
usulan areal perlindungan di kawasan kubah gambut di Kabupaten Siak
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5
Usulan Areal Perlindungan di Kawasan Kubah Gambut di Kabupaten Siak
NoKawasan Gambut
Luas Total Area (Ha)
30% luas (Ha)
Luas Area Dikonservasi (Ha)
Keterangan Status Saat Ini
1 Buatan 6.725 2.018 2.011 Areal merupakan perkebunan sawit
2 Tasik Betung*)
33.597 10.079 14.785 SM Giam Siak Kecil
3 Kandis 58.211 17.463 17.462 Areal merupakan perkebunan dan hutan alam sekunder
4 Merempan 14.094 4.228 4.228 Areal merupakan perkebunan
5 Bunga Raya**)
70.992 21.298 21.292 SM Giam Siak Kecil 13.324 Ha dan Usulan Baru 7.968 Ha
6 Sungai Mandau
37.223 11.167 11.166 Areal merupakan areal hutan tanaman
7 Zamrud***) 218.946 65.684 65.653 SM Danau Pulau Besar dan Danau Bawah 28.237 Ha dan Usulan Baru 37.416 Ha
Sumber: Kajian Pengelolaan Lahan Gambut kerja sama Bappeda Kab.Siak & BPPT, 2009Keterangan:Untuk memudahkan kajian, BPPT membagi lahan gambut menjadi 9 kawasan. Kawasan gambut Kerinci Kanan dan Teluk Lanus tidak dibahas karena luasnya relatif kecil. Pemberian nama semata-mata karena disesuaikan dengan nama lokasi yang terdekat dengan kawasan tersebut.*) = SM Giam Siak Kecil**) = termasuk kawasan SM Giam Siak Kecil**) = termasuk kawasan SM Danau P.Besar dan Danau Bawah
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-27
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Areal yang direkomendasikan untuk dijadikan kawasan lindung adalah:
a) Kawasan kubah gambut Tasik Betung sebagai kawasan suaka
margasatwa sesuai status saat ini;
b) Kawasan kubah Bunga Raya yang mana sebagian areal konservasi
tersebut sudah merupakan kawasan suaka margasatwa, ditambah
dengan areal yang diusulkan; dan
c) Kawasan kubah Zamrud yang mana sebagian areal konservasi tersebut
sudah merupakan Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar dan Danau
Bawah, ditambah areal yang diusulkan.
Sedangkan, areal lainnya yaitu kawasan kubah gambut Buatan, Kandis,
Merempan dan Sungai Mandau. Status peruntukkannya sesuai dengan
kondisi saat ini, tetapi dari aspek pengelolaannya harus menerapkan
kegiatan perlindungan kawasan kubah gambut.
Dengan mengadaptasikan hasil kajian BPPT tersebut dengan data-data
lainnya yang dimiliki, diperoleh bahwa rencana kawasan lindung gambut di
Kabupaten Siak adalah sebesar 56.600 Ha atau 6,62% dari luas Kabupaten
Siak. Persebaran kawasan lindung gambut terdapat di Kecamatan Sungai
Mandau, Kecamatan Dayun, Kecamatan Mempura, dan Kecamatan Sungai
Apit.
2. Resapan Air
Berdasarkan Keppres No. 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung,
kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi
untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi
(akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap kawasan
resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan
air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air
tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya
maupun kawasan yang bersangkutan. Kriteria kawasan resapan air adalah
kawasan yang memiliki curah hujan yang tinggi, struktur tanah yang mudah
meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air
hujan secara besar-besaran.
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-28
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Menurut Pedoman Pengelolaan Kawasan Resapan Air, Departemen
Pekerjaan Umum, kawasan resapan air di Kabupaten Siak merupakan
tipologi kawasan resapan air di daerah dataran dengan karakteristik sebagai
berikut:
- Curah hujan yang tinggi, > 2000 mm/tahun;
- Struktur tanah yang mendorong penyerapan air hujan secara besar-
besaran, diantaranya yang mempunyai sifat fisik tanah permeabilitas
tinggi;
- Mempunyai bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan
secara besar-besaran;
- Mempunyai kelerengan kurang dari 5%;
- Permeabilitas tanah > 27,7 mm/jam;
Persebaran kawasan resapan air di Kabupaten Siak terdapat di Kecamatan
Bungaraya, dengan luas sebesar 2.428 Ha atau sekitar 0,28% dari luas
Kabupaten Siak.
B. Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam
Berdasarkan PP No. 26/2008, kawasan suaka alam, pelestarian alam terdiri
dari suaka alam/suaka alam laut, suaka margasatwa/suaka margasatwa
laut, cagar alam/cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman
wisata alam, taman nasional/taman nasional laut, dan taman hutan raya.
1. Kawasan Suaka Margasatwa
Suaka margasatwa adalah kawasan yang merupakan tempat hidup dan
perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya
konservasi; memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;
merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu; dan
memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.
Ada tiga kawasan suaka margasatwa yang terdapat di Kabupaten Siak, yaitu
SM Giam Siak Kecil (pada saat penyusunan rencana, telah diusulkan
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-29
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
menjadi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil) yang terdapat di Kecamatan Sungai
Mandau; SM Zamrud (pada saat penyusunan rencana, telah diusulkan
menjadi Taman Nasional Zamrud) yang terdapat di Kecamatan Dayun, Kec.
Mempura, dan Kec. Sungai Apit dengan; dan SM Tasik Belat yang terletak di
Kecamatan Sungai Apit. Total luas Kawasan Suaka Margasatawa ini adalah
sekitar 66.443 hektar atau sekitar 7,77% dari total luas Kabupaten Siak.
2. Kawasan Taman Hutan Raya
Taman Hutan Raya adalah kawasan yang terutama dimanfaatkan untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa alami atau buatan, jenis asli dan
atau bukan asli pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikkan,
kebudayaan, pariwisata dan rekreasi. Kabupaten Siak memiliki satu taman
hutan raya yang bernama Sultan Syarif Hasyim yang terdapat di Kecamatan
Minas dengan luas 1.568 ha (0,18%).
3. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang
merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberi
perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan. Perlindungan
terhadap kawasan pantai berhutan bakau dilakukan untuk melestarikan
hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat
berkembangnya berbagai biota laut di samping sebagai pelindung pantai
dari pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya di belakangnya.
Kawasan pantai berhutan bakau terletak di Kecamatan Sungai Apit dengan
luas 555 ha atau 0,06% dari luas Kabupaten Siak.
C. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat terdiri dari sempadan pantai, sungai, dan
danau. Sempadan pantai adalah kawasan di sepanjang pantai yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-30
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
pantai. Kriteria sempadan pantai yaitu daratan sepanjang tepian yang
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100
meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat. Kawasan sempadan
pantai ini terdapt di Kecamatan Sungai Apit yang merupakan satu-satunya
kecamatan pesisir di Kabupaten Siak. Total luas sempadan pantai adalah
1.188 hektar atau sekitar 0,14% dari luas Kabupaten Siak.
Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai termasuk
sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kriteria
sempadan sungai adalah :
- Sekurang-kurangnya 100 meter kiri-kanan sungai besar dan 50 meter di
kiri kanan sungai yang berada di luar permukiman
- Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.
Kabupaten Siak merupakan kabupaten yang cukup banyak dilewati sungai
besar dan kecil. Total kawasan sempadan sungai di Kabupaten Siak adalah
18.884 hektar atau sekitar 2,21% dari luas Kabupaten Siak.
Sempadan danau/waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling danau/waduk
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi
fisik danau/waduk, yaitu antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke
arah darat. Di Kabupaten Siak seluruh danau berada dalam kawasan suaka
margasatwa yang merupakan kawasan lindung, sehingga kawasan lindung
sempadan danau ini secara otomatis masuk kawasan lindung
suakamargasatwa yang ada di Kabupaten Siak.
Selain sempadan pantai dan sungai direkomendasikan juga kawasan
peruntukan untuk penyangga atau buffer kawasan konservasi. Kawasan ini
juga direkomendasikan sebagai kawasan lindung agar fungsi penyangga
yang diberikan menjadi optimal. Kawasan ini terutama merupakan kawasan
penyangga SM Giam Siak Kecil yang umumnya merupakan lahan Gambut.
Total luas kawasan buffer ini adalah 3.784 hektar atau sekitar 0.44% dari
luas Kabupaten Siak.
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-31
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
2.1.3.2 Rencana Kawasan Budidaya
Rencana pola ruang kawasan budidaya bertujuan untuk mewujudkan
kesesuaian pengembangan kegiatan perekonomian dengan daya dukung
lingkungan, mengarah pada tercapainya kesejahteraan masyarakat dan
mencapai peran yang diarahkan dalam lingkup lokal, regional dan nasional.
Pola ruang kawasan budidaya menggambarkan rencana pemanfaatan ruang
untuk kegiatan budidaya di Kabupaten Siak sampai tahun 2030.
Berdasarkan Undang-undang nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, disebutkan bahwa Kawasan Budidaya adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi
dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan. Klasifikasi fungsi penggunaan lahan di kawasan budidaya terbagi
menjadi beberapa hirarki, seperti yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional. Pemanfaatan lahan pada hirarki kedua (Hirarki pertama adalah
kawasan lindung dan kawasan budidaya) terdiri dari kawasan hutan,
kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan peruntukan industri,
kawasan pariwisata dan kawasan permukiman. Selanjutnya, masing-masing
kawasan tersebut terbagi lagi ke dalam hirarki yang lebih rendah sebagai
kegiatan yang dapat dikembangkan di tiap kawasan yang ada. Untuk
penyusunan (review) RTRW Kabupaten Siak tahun 2010-2030, kawasan
budidaya di Kabupaten Siak dibedakan menjadi tujuh kawasan, yaitu hutan
produksi (hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi
yang dapat dikonversi), perkebunan, pertanian lahan basah, industri,
pertambangan, perikanan air payau (tambak), dan permukiman.
A. Kawasan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi terbagi menjadi tiga, yaitu hutan produksi tetap,
hutan produksi terbatas, dan hutan produksi yang dapat dikonversi.
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-32
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Kawasan hutan produksi tetap adalah hutan yang diperuntukkan bagi
kegiatan eksploitasi yang dilakukan dengan tebang pilih atau tebang habis
dan tanam. Kawasan hutan produksi terbatas adalah hutan yang
diperuntukkan bagi kegiatan eksploitasi yang hanya dapat dilakukan
dengan tebang pilih dan tanam. Sedangkan, kawasan hutan produksi yang
dapat dikonversi adalah kawasan yang apabila dikonversi mampu
mempertahankan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Kriteria dan pertimbangan yang digunakan untuk menentukan kawasan
budidaya hutan ini antara lain :
- Keberadaan kawasan hutan produksi dan hutan rakyat saat ini
- Kesesuaian lahan/daya dukung lingkungan
- Produktivitas hutan produksi saat ini dan kebijakan pengembangan
produksi
Dari hasil analisis kesesuaian lahan, diperoleh luasan lahan potensial untuk
hutan produksi di Kabupaten Siak, yaitu sebesar 331.374 Ha (38,73%). Dari
keseluruhan kawasan yang dinyatakan sesuai/dapat dikembangkan sebagai
kawasan hutan produksi tersebut, yang digolongkan menjadi hutan produksi
tetap adalah sebesar 129.507 Ha (15,14%). Sementara, yang dikategorikan
menjadi hutan produksi terbatas/hutan tanaman industri adalah sebesar
180.931 Ha (21.15%). Sedangkan, yang dikategorikan menjadi hutan
produksi yang dapat dikonversi adalah sebesar 20.937,0 Ha (2,45%).
Kawasan hutan produksi ini banyak tersebar di beberapa kecamatan di
Kabupaten Siak, antara lain di Kecamatan Sungai Apit, Mempura, Dayun,
Minas, Kandis dan Koto Gasib. Namun luasan terbesar kawasan hutan
produksi terkonsentrasi di Kecamatan Sungai Apit, yang juga berdekatan
dengan pusat kegiatan agroindustri Tanjung Buton.
Terkait dengan perkembangan sektor ekonomi yang akan diarahkan untuk
mendukung agroindustri dan agrobisnis, maka pemanfaatan kawasan
budidaya sebagai kawasan hutan memiliki peran yang sangat penting.
B. Kawasan Perkebunan
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-33
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Kawasan perkebunan di Kabupaten Siak didominasi oleh komoditas kelapa
sawit dan karet; tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Siak (bisa
dilihat pada peta rencana pola ruang), dengan total luas perkebunan besar
sebesar 229.879 Ha atau 26,87% dari luas wilayah Kabupaten Siak.
C. Kawasan Pertanian Lahan Basah
Kawasan pertanian adalah kawasan yang fungsi utamanya berupa
pengembangan tanaman pertanian padi sawah. Berdasarkan hasil
pengamatan dan analisis, potensi pertanian lahan basah di Kabupaten Siak
adalah sebesar 8.075 Ha (0,94%). Pusat-pusat pengembangan budidaya
pertanian lahan basah diarahkan di Kecamatan Bunga Raya.
D. Kawasan Pertambangan
1. Kawasan Pertambangan Minyak
Penentuan kawasan pertambangan dilakukan berdasarkan kriteria dalam
Keputusan Menteri Pertambangan sebagai berikut, berdasarkan PP No.26
Tahun 2008 tentang RTRWN:
- kawasan yang mengandung bahan tambang yang dapat dieksploitasi,
serta kegiatan penambangannya tidak mengganggu kelestarian fungsi
lingkungan hidup;
- kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pertambangan secara
ruang akan memberikan manfaat dalam:
1. Meningkatkan produksi pertambangan;
2. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub
sektor serta kegiatan ek onomi sekitarnya;
3. Tidak mengganggu fungsi lindung;
4. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya
alam;
5. Meningkatkan pendapatan masyarakat:
6. Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-34
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
7. Meningkatkan kesempatan kerja;
8. Meningkatkan ekspor;
9. Meningkatkan perkembangan masyarakat.
Kawasan pertambangan minyak di Kabupaten Siak terpusat di Kecamatan
Kandis, Minas dan Sabak Auh, dengan total luas kawasan sebesar19.377 Ha
(2,26%). Dengan adanya kebijakan pemusatan kegiatan industri di Tanjung
Buton, maka dalam perkembangan selanjutnya perusahaan industri di
wilayah Kandis dan Minas akan diarahkan ke kawasan industri Buton
tersebut, terutama untuk kegiatan industri hilir. Berbeda dengan
perusahaan industri lainnya, perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan memiliki keterkaitan dengan lokasi bahan tambang,
sehingga sampai akhir tahun perencanaan atau hingga akhir masa konsesi
kuasa pertambangan mendatang kegiatan ini masih akan berkembang di
tiga kecamatan tersebut.
2. Kawasan Pertambangan Gambut
Di Kabupaten Siak terdapat kawasan pertambangan gambut yang
dimanfaatkan sebagai untuk pengganti kayu bakar sebagai bahan bakar.
Kawasan ini dialokasikan seluas 2.123 hektar atau sekitar 0.25% dari luas
Kabupaten Siak. Area penambangan ini diarahkan di Kecamatan Sungai
Mandau.
E. Kawasan Industri
Guna lahan industri di Kabupaten Siak terbagi menjadi dua, yaitu kawasan
industri dan peruntukan industri. Kawasan industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan
Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri (berdasarkan
Keputusan Presiden No. 41 Tahun 1996 tanggal 4 Juni 1996 dan Surat
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 50/MPP/Kep/2/1997
tanggal 20 Pebruari 1997). Sedangkan peruntukan industri adalah lahan
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-35
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
yang diperuntukkan untuk kegiatan industri dalam skala kecil (lebih kecil
dari kawasan industri)
Kriteria penetapan kawasan industri antara lain sebagai berikut:
- luas kawasan minimal 20 ha
- Ketinggian < 1000 m dpl
- Kemiringan lahan < 8 %
- Tersedia sumber air baku yang cukup
- Adanya sistem pembuangan air limbah
- Tidak menimbulkan dampak sosial yang berat
- Tidak berlokasi di sekitar guna lahan permukiman
- kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan industri secara ruang
dapat memberikan manfaat dalam:
1. Meningkatkan produksi hasil industri dan meningkatkan peluang
investasi yang ada di daerah sekitarnya;
2. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub
sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat;
4. Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
5. Meningkatkan peluang ekspor;
6. Meningkatkan perkembangan masyarakat.
Sedangkan kriteria penetapan lahan peruntukan industri hanya berbeda
dalam hal luasan, yaitu kurang dari 20 ha.
Berdasarkan hasil analisis, kawasan industri yang direkomendasikan di
Kabupaten Siak adalah Kawasan Industri Tanjung Buton (KITB). Luas KITB
yang direncanakan dengan luas mencapai 6.500 ha atau 0,8% dari luas
Kabupaten Siak. Terkait dengan adanya kebijakan pengembangan kawasan
industri Buton di Kabupaten Siak (dengan lahan seluas 6.500 ha), maka
pada tahun 2030 mendatang diarahkan telah tercipta orientasi
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-36
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
pengembangan kawasan industri di wilayah tersebut, dengan prioritas
pengembangan awal seluas 1.500 ha.
Kawasan industri lain yang direkomendasika adalah kawasan industri di
daerah Perawang, Kecamatan Tualang. Kawasan industri ini merupakan
daerah yang sudah berkembang sebagai kawasan industri terutama industri
pengolahan kayu. Luas peruntukan kawasan industri di Perawang adalah
sebesar 1.975 ha (0,23).
F. Kawasan Perikanan
Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi perikanan,
pertambakan/kolam dan perikanan darat lainnya. Kawasan perikanan yang
diarahkan di Kabupaten Siak ini adalah berupa kawasan perikanan air payau
atau pertambakan di wilayah pesisir Kabupaten Siak yaitu di Kecamatan
Sungai Apit. Peruntukan kawasan perikanan di Kabupaten Siak ini dengan
luas luas sebesar 11.530 Ha (1,35%).
G. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman adalah kawasan di luar kawasan lindung yang
diperlukan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan yang berada
di daerah perkotaan atau perdesaan. Kawasan permukiman terdiri dari
permukiman perkotaan dan perdesaan yang terkonsentrasi di lokasi-lokasi
khusus dan strategis terhadap fasilitas pelayanan yang tersedia.
Pertimbangan terhadap penetapan kawasan permukiman antara lain:
- memperhitungkan kecenderungan perkembangan pembangunan
permukiman baru, akibat pertumbuhan penduduk;
- memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk dan
fasilitas/prasarana yang dibutuhkan.
Dari hasil analisis dan perencanaan, kawasan permukiman di Kabupaten
Siak adalah sebesar 86.134 Ha (9,95%).
Sebaran peruntukan ruang Kabupaten Siak 2030 dapat dilihat pada Tabel
2.6 dan Gambar 2.2 berikut.
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-37
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Tabel 2.6
Rencana Pola Ruang Kabupaten Siak Tahun 2010-2030
No Rencana Peruntukan Luas (ha) Proporsi
A. Kawasan LindungA.1 Kawasan Lindung yang Memberikan Perlindungan Kawasan di Bawahnya
1 Kawasan Lindung Gambut 56.600 6,62%
2 Resapan Air 2.428 0,28%
A.2 Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam
3 Kawasan Suaka Margasatwa 66.443 7,77%
4 Tahura Sultan Syarif 1.568 0,18%
5 Kawasan Pantai Berhutan Bakau 555 0,06%
A.3 Kawasan Perlindungan Setempat
6 Sempadan Pantai 1.188 0,14%
7 Sempadan Sungai 18.884 2,21%
8 Buffer Area Konservasi 3.784 0,44%
Jumlah Kawasan Lindung 151.450 17,70%
B. Kawasan Budidaya
9 Hutan Produksi Terbatas 180.931 21,15%
10 Hutan Produksi Tetap 129.507 15,14%
11 Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi 20.937 2,45%
12 Perkebunan 229.879 26,87%
13 Arahan Pertanian Lahan Basah 8.075 0,94%
14 Perikanan Air Payau ( Tambak ) 11.530 1,35%
15 Industri 8.457 0,99%
16 Kawasan Pertambangan Minyak 19.377 2,26%
17 Tambang Gambut 2.123 0,25%
18 Permukiman 85.134 9,95%
19 Calon Alternatif Lokasi Bandara 8.210 0,96%
Jumlah Kawasan Budidaya 704.159 82,30%
20 Total Luas Kabupaten Siak 855.609 100,00%Sumber : RTRW Kabupaten Siak Tahun 2010-2030
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-38
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-39
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK 2012
Gambar 2.2
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-1
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
2.2 Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Siak
2.2.1 Konsep Pengembangan Sistem Transportasi
Tujuan pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Siak antara lain:
a) Memfasilitasi perkembangan wilayah timur dengan adanya Kawasan
Industri Buton;
b) Menghubungkan masing-masing wilayah sehingga dapat memacu
tumbuhnya pusat-pusat kegiatan wilayah baru;
c) Membuka wilayah yang terpencil; dan
d) Memperlancar distribusi barang dan jasa dari pusat-pusat produksi ke
pasar.
Sasaran pengembangan sistem transportasi Kabupaten Siak adalah:
a) Mengembangkan jaringan jalan lokal, kolektor dan jalan arteri.
b) Meningkatkan fasilitas transportasi sungai yang menjamin keterpaduan
dengan moda angkutan darat.
c) Membangun Pelabuhan Laut Tanjung Buton sebagai pelabuhan laut
internasional yang dapat menopang pembangunan Kawasan Industri
Buton dan sebagai outlet wilayah Kabupaten Siak.
d) Meningkatkan pelyanan transportasi dalam skala regional dengan
wilayah-wilayah kabupaten di sekitarnya.
2.2.2 Arah Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
2.2.2.1 Transportasi Darat
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-37
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Untuk itu guna lebih meningkatkan pertumbuhan di semua daerah di
wilayah Kabupaten Siak, maka perlu pengembangan prasarana transportasi
dengan cara memprioritaskan pada :
a) Pemantapan jaringan jalan nasional dan propinsi yang telah ada dan
mempertimbangkan kemungkinan pengembangan akibat beberapa titik
terputus sungai Siak.
b) Pembangunan/peningkatan Jalan yang menghubungkan daerah industri
dan dan pertambangan, pariwisata, pertanian dan perkebunan terutama
untuk mencapai keseimbangan spasial dan meningkatkan aksesibilitas
wilayah dan mobilitas masyarakat.
c) Pembangunan Jalan akses yang membuka daerah terisolir dan menjadi
alternatif lintasan terpendek yang menghubungkan antar desa atau
wilayah di Kabupaten Siak
Berdasarkan langkah-langkah di atas maka usulan rencana pembangunan
jalan baru secara fungsional dalam kurun waktu 10 tahun mendatang dapat
dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.7 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Berdasarkan Hierarkinya
Di Kabupaten Siak
No HIRARKI DAN FUNGSI DAMIJA (m)
RUAS JALAN
I. Jalan Highway 80 – 100 Pekanbaru - Tanjung Buton Pekanbaru – Minas – Kandis
- Duri - DumaiII. Jalan Arteri Primer
Peningkatan Ruas Jalan Minas-Perawang- Buton
Peningkatan Ruas Jalan Simpang Lago - Simpang Buatan - Tanjung Buton
50 – 60
50 – 60
Jalan Perawang Jalan Siak Sri Indrapura -
Tanjung Buton Jalan Simpang lago -
Simpang BuatanIII. Jalan Arteri Sekunder
Peningkatan Ruas Jalan Perawang - Siak
Peningkatan Ruas Jalan Buatan – Pangkalan Kerinci
Peningkatan Ruas Jalan Siak – Sungai Apit
30 – 4030 – 40
30 – 40
Jalan Buatan - Pangkalan Kerinci
Jalan Siak - Sungai Apit
IV. Jalan Kolektor Primer
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-38
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
No HIRARKI DAN FUNGSI DAMIJA (m)
RUAS JALAN
Peningkatan 14 ruas jalan (multiyears)
Pembangunan 2 Jembatan (multiyears)
20 – 30 Jalan Mengkapan - Sungai Rawa
Jalan Jembatan Siak - Dayun I
Jalan Dayun I – Dayun II Jalan Dayun II – Dayun III Jalan Dayun III – Dayun IV Jalan Akses Jembatan Siak Jalan Siak Raya –
Merempan Hulu Jalan Merempan Hulu –
Buatan II Jalan Tumang – Muara
Kelantan I Jalan Muara Kelantan I –
Muara Kelantan II Jalan Simpang Kualian –
Bunga Raya Jalan Bunga Raya – Bandar
Sungai Jalan Simpang Meredan –
Jembatan Perawang Jalan Jembatan Perawang –
Jl Raya Perawang Km 11 Jembatan Sungai Rawa Jembatan Sungai Sengketo Koridor Sabak Auh – Bunga
Raya – Benteng Hulu – Muara Kelantan - Perawang
V Jalan Kolektor Sekunder Peningkatan jalan-jalan di kota
Siak Sri Indrapura15-20
Seluruh ruas jalan di Kota Siak Sri Indapura
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Siak dan Laporan Akhir-Penyusunan
Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Siak Tahun 2006-2016
Pembangunan highway yang melintasi Kabupaten Siak dimaksudkan untuk
mempercepat akses pergerakan eksternal dari Kota Pekanbaru menuju
Tanjung Buton dan sebaliknya dalam rangka pengangkutan barang/orang,
hal ini terkait dengan dijadikannya Tanjung Buton sebagai kawasan Industri.
Selain itu, pembangunan highway ini juga dimaksudkan memperlancar
angkutan barang/orang dan kegiatan lainnya dari Pekanbaru ke Dumai
maupun sebaliknya, sehingga dengan dibangunnya highway ini diharapkan
akan meningkatkan akses.
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-39
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Selain pengembangan jaringan jalan, juga dilakukan pembangunan
jembatan yang berfungsi untuk meningkatkan aksesibilitas antar dua
wilayah yang dipisahkan oleh sungai yaitu:
a) Jembatan Sungai Siak di Kota Perawang, Siak Sri Indrapura dan Teluk
Masjid;
b) Jembatan Sungai Mandau dalam rangka membuka isolasi wilayah
Kecamatan Sungai Mandau (termasuk dalam pengembangan ruas Jalan
Perawang - Siak).
c) Jembatan Sungai Rawa
d) Jembatan Sungai Sengketo
Rencana pengembangan jaringan jalan internal di wilayah Kabupaten Siak
meliputi pengembangan jalan baru, peningkatan kondisi jalan, peningkatan
fungsi jalan, dan perbaikan kondisi jalan.
Pengembangan jalan baru baru di wilayah Kabupaten Siak dilakukan untuk
mengatasi beberapa permasalahan transportasi dan meningkatkan
aksesibilitas antar wilayah (kelurahan) yang memiliki kegiatan/aktivitas
yang semakin meningkat.
Peningkatan Fungsi Jalan yang terdapat di Kabupaten Siak bertujuan untuk
meningkatkan aksesibilitas kota-kota: Siak Sri Indrapura, Perawang
dan Tanjung Buton. Ketiga kota ini merupakan pusat-pusat
pertumbuhan, maka diperlukan adanya peningkatan fungsi jalan pada ruas
jalan yang menghubungkan ketiga kota tersebut agar terdapat interaksi
yang semakin meningkat sehingga dapat lebih memacu perkembangan
wilayah.
Peningkatan Kondisi Jalan di Kabupaten Siak merupakan perbaikan kondisi
dari jalan batu/tanah menjadi jalan aspal. Adanya peningkatan kondisi jalan
ini akan meningkatkan aksesibilitas pada dua wilayah yang dihubungkan
oleh ruas jalan tersebut. Peningkatan kondisi jalan ini berada di:
Peningkatan Ruas Jalan Minas – Perawang – Buton.
a) Peningkatan Ruas Jalan Buatan – Pangkalan Kerinci
b) Peningkatan Ruas Jalan menuju Kota Siak
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-40
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
c) Peningkatan Ruas Jalan menuju Kota Sungai Apit
d) Peningkatan 14 Ruas Jalan (Multiyears)
Kategori Penanganan
Program Penanganan Pembangunan Jaringan Jalan, disusun dalam beberapa
kategori penanganan sebagai berikut :
a. Pembangunan jalan baru
Progaram ini meliputi pwmbangunan jalan baru dari kondisi sebelum ada
jalan sampai dengan menjadi jalan dalam arti struktural dan fungsional.
Pelaksanaan program ini berupa pembangunan jalan baru dengan jenis
konstruksi penetrasi macadam, lebar 6,0 meter
b. Peningkatan jalan
Program ini meliputi peningkatan struktural dan fungsional dari suatu ruas
jalan. Peningkatan struktural meliputi penambahan tebal perkerasan
dengan bhan perkerasa sesuai standar yang ada dapat meningkatkan
kualitas pelayanan jalan. Program peningkatan jalan berupa pneingkatan
jenis konstruksi dari penetrasi macadam menjadi AC dan peningkatan lebar
dari kurang dari 6,0 meter menjadi lebar 6,0 meter.
c. Pemeliharaan/rehabilitasi jalan
Program ini meliputi kegiatan pemeliharaan berkala/rehabilitasi perbaikan
struktural dan pemeliharaan rutin tiap tahun. Perawatan berkala berupa
overlay dan untuk perawatan rutin berupa penambalan retak-retak dan
lubang serta pembersihan dan pemadatan bahu jalan
Untuk merencanakan pembangunanan jaringan jalan yang
berkesinambungan maka program penanganan jaringan di Kabupaten Siak
dibagi dalam 2 periode, yaitu jangka pendek tahun 2006 – 2011 dan jangka
menengah tahun 2011 – 2016. Rencana/usulan penanganan jaringan jalan
tersebut secara garis besar berisi program pembangunan jalan baru,
peningkatan jalan dan pemeliharaan/rehabilitasi jalan, secara lengkap
disajikan pada tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.8
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-41
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Tabel Usulan Program Penanganan Jaringan Jalan Kabupaten Siak
No Nama RuasPanjan
g(Km)
Periode (2006 – 2011)
Periode (2011– 2016)
Konstruksi
Lebar (m)
Konstruksi Lebar (m)
1 Duri – Sebanga 14,97 Macadam 6,00 AC 6,00
2 Sebanga – Balai Pungut 13,71 Macadam 6,00 AC 6,00
3 Sebanga – Bagan Mence 29,93 Macadam 6,00 AC 6,00
4 Balai Pungut – Kandis 7,46 Macadam 6,00 AC 6,00
5 Kandis – Belutu 6,63 Macadam 6,00 AC 6,00
6 Belutu – Simp.Petapahan
8,66 Macadam 6,00 AC 6,00
7 Belutu – Garut 23,61 AC 6,00 Perawatan Rutin
6,00
8 Simp.Petapahan – Simp.Rantau Bertuah
17,34 Macadam 6,00 AC 6,00
9 Simp.Petapahan – Sikijang
24,11 Macadam 6,00 AC 6,00
10 Simp.Rantau Bertuah – Simp.140
28,91 AC 6,00 Perawatan Rutin
6,00
11 Simp.Rantau Bertuah – Minas
23,31 Macadam 6,00 AC 6,00
12 Garut - Simp.140 14,72 AC 6,00 Peraatan Rutin 6,00
13 Simp.140 – Bagan Mence
30,73 AC 6,00 Peraatan Rutin 6,00
14 Simp.140 – Mandi Angin 4,66 AC 6,00 Peraatan Rutin 6,00
15 Simp Betung – Betung 4,59 AC 6,00 Peraatan Rutin 6,00
16 Simp Betung – Bencah Umbai
4,54 AC 6,00 Peraatan Rutin 6,00
17 Bencah Umbai – Sinp 162
12,88 Macadam 6,00 AC 6,00
18 Bencah Umbai – Sinp 165
4,90 AC 6,00 Peraatan Rutin 6,00
19 Sinp 162 - Olak 828, Macadam 6,00 AC 6,00
20 Simp. 162-Tumang 16,93 Macadam 6,00 AC 6,00
21 Olak – Simp 187 11,82 Macadam 6,00 Macadam 6,00
22 Simp 165 – Muara Bungkai
15,90 AC 6,00 Perawatan Rutin
6,00
23 Simp 165 – Muara Kelantan
24,94 AC 6,00 Perawatan Rutin
6,00
24 Muara Bungkai - Mandi Angin
10,40 AC 6,00 Perawatan Rutin
6,00
25 Mandi Angin – Simp 180 21,70 AC 6,00 Perawatan Rutin
6,00
26 Simp 180 - Muara Kelantan
16,83 AC 6,00 Perawatan Rutin
6,00
27 Simp 180 – Perawang 11,91 AC 6,00 Perawatan Rutin
6,00
28 Muara Kelantan – Teluk Lancang
14,37 Macadam 6,00 AC 6,00
29 Muara Kelantan – Simp 22,23 Macadam 6,00 AC 6,00
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-42
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
No Nama RuasPanjan
g(Km)
Periode (2006 – 2011)
Periode (2011– 2016)
Konstruksi
Lebar (m)
Konstruksi Lebar (m)
18730 Simp 187 – Buatan 10,10 Macadam 6,00 AC 6,00
31 Simp 187 – Simp Merempan
14,94 Macadam 6,00 AC 6,00
32 Perawang - Kualaasin 9,63 Macadam 6,00 AC 6,00
33 Perawang - Minas 29,06 Macadam 6,00 AC 6,00
34 Perawang – Simp 222 24,09 Macadam 6,00 AC 6,00
35 Perawang – Simp Buatan 25,82 AC 6,00 Perawatan Rutin
6,00
36 Kualaasin – Teluk Rimba 14,57 Macadam 6,00 AC 6,00
37 Teluk Rimba – Buatan 11,91 Macadam 6,00 AC 6,00
38 Minas – Pekanbaru 28,91 AC 6,00 Perawatan Rutin
6,00
39 Pekanbaru – Simp 205 3,96 Macadam 6,00 AC 6,00
40 Simp 205 – Simpang Tiga
8,24 Macadam 6,00 AC 6,00
41 Simp 205 – Simp 222 19,49 Macadam 6,00 AC 6,00
42 Lubuk Dalam - Simp 222 17,53 Macadam 6,00 AC 6,00
43 Lubuk Dalam - Simp.Lubuk Dalam
9,52 Macadam 6,00 AC 6,00
44 Sikijang - Simpangtiga 91,51 Macadam 6,00 AC 6,00
45 Simpangtiga - Desabaru 20,32 Macadam 6,00 AC 6,00
46 Desabaru - Simp.225 41,95 Macadam 6,00 AC 6,00
47 Simp.225 - Kedrinci Kanan
10,79 Macadam 6,00 AC 6,00
48 Simp.225 - Kerinci (Arah Jambi)
3,73 Macadam 6,00 AC 6,00
49 Smp.225 - Pelalawan 33,86 Macadam 6,00 AC 6,00
50 Simp.Buatan - Simp.232 20,74 AC 6,00 Perawatan Rutin
6,00
51 Simp Buatan - Buatan 10,79 Macadam 6,00 AC 6,00
52 Simp.Buatan - Simp.Lubuk Dalam
14,54 Macadam 6,00 AC 6,00
53 Simp. Buatan - Dayun 30,36 AC 6,00 Perawatan Rutin
6,00
54 Simp. 232 - Rantau Panjang
16,60 Macadam 6,00 AC 6,00
55 Smp.232 - Dayun 9,62 AC 6,00 Perawatan Rutin
6,00
56 Buatan - Singkemang 7,32 Macadam 6,00 AC 6,00
57 Singkemang - Rantaupanjang
11,01 Macadam 6,00 AC 6,00
58 Rantaupanjang - Mempura
8,58 Macadam 6,00 AC 6,00
59 SimpLubuk Dalam - Kerinci Kanan
11,44 Macadam 6,00 AC 6,00
60 Pelalawan - Dayun 35,62 Macadam 6,00 AC 6,00
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-43
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Sumber: Laporan Akhir-Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Siak Tahun 2006-2016
Catatan : Untuk ruas jalan tertentu perlu dikaji penggunaan rigid pavement
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-44
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
2.2.2.2 Transportasi Sungai dan Laut
Pengembangan pelabuhan yang ada di Kabupaten Siak sangat berkaitan
dengan rencana pengembangan Pelabuhan Samudera di Tanjung Buton.
Kawasan ini terletak 112 kilometer Internasional Marine Line dan
merupakan salah satu kawasan yang paling dekat dengan kawasan paling
sibuk di Singapura, yakni Selat Philips. Rencana ini memiliki konsekuensi
bahwa industri yang ada di sepanjang Sungai Siak diharapkan dapat
ditempatkan di Kawasan Industri Buton yang memang terintegrasi dengan
Pelabuhan Tanjung Buton. Pengembangan Pelabuhan Tanjung Buton ini
diharapkan dapat mengembangkan kegiatan lalu lintas barang dari luar
Kabupaten Siak dengan kapasitas yang lebih besar. Pengembangan
pelabuhan yang lebih kecil lainnya diharapkan dapat mendukung
pengembangan pelabuhan Buton. Pengaktifan pelabuhan Perawang tetap
dilakukan mengingat masih banyaknya industri yang berada di sekitarnya,
sedangkan untuk pelabuhan penumpang, yang selama ini sudah berfungsi
seperti Pelabuhan Siak dan Sungai Apit masih tetap difungsikan bahkan
apabila lalu lintas penumpang melalui Sungai Siak maka perlu adanya
peningkatan pelabuhan penumpang.
2.2.2.3 Transportasi Udara
Pemerintah Kabupaten Siak belum memiliki rencana berkaitan dengan
pengadaan bandar udara karena lokasinya yang memang tidak jauh dari
Kota Pekanbaru. Namun ada rencana dari pihak Propinsi Riau dalam
rangka pemindahan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II. Pemkab Siak
mulai menyiapkan area didaerah Koto Gasib sebagai daerah
pengembangan transportasi udara.
Dengan posisi ini akan sangat mendukung aktivitas masyarakat maupun
kalangan bisnis untuk memanfaatkan fasilitas bandara. Selain itu, bila
relokasi bandara ini ditempatkan di salah satu titik yang dipersiapkan
Pemerintah Kabupaten Siak, juga akan berdampak pada perkembangan
kawasan di sekitarnya
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-45
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Mengingat banyaknya usaha – usaha dalam skala besar di wilayah Siak
maupun Riau serta tingginya pendapatan masyarakat dan trend – trend
perjalanan yang meningkat akibat dari otonomi daerah, moda udara bisa
memiliki peluang untuk dikembangkan, disini mungkin kuantitas tidak
harus besar artinya tidak diperlukan pesawat besar, namun cukup
tersedianya jaringan penerbangan yang yang menghubungkan simpul –
simpul ekonomi yang penting di wilayah Siak atau Riau.
2.2.3 Arah Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi
2.2.3.1 Jaringan Pelayanan Transportasi Darat
Secara hirarkhi model pelayanan transportasi darat dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok seperti tabel di bawah ini.
Tabel 2.9 Jaringan Pelayanan Angkutan Darat
No Jenis Rute
1 AKAP Jalur lintas timur Sumatera
2 AKDP Tanjung Buton - Mengkapan – Sungai Apit -
Bengkalis
Tanjung Buton – Mengkapan - Siak – Perawang –
Pekanbaru
Siak – Kerinci – Pelalawan
Siak – Rengat
Perawang – Kandis – Duri - Dumai
3 Angkutan Pedesaan Siak – Perawang
Perawang – Kerinci
Sungai Apit – Kerinci
Kerinci – Perawang – Siak – Sungai Apit
Minas – Perawang – Siak – Bunga Raya – Sungai
Apit – Sabak Auh – Sungai Mandau
Mempura – Dayun – Lubuk Dalam – Perawang/Siak
Kerinci – Perawang – Siak
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-46
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
No Jenis Rute
Perawang – Siak – Koto Gasib – Bunga Raya –
Sungai Mandau.
Sumber: Laporan Akhir-Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Siak Tahun 2006-2016
2.2.3.2 Jaringan Pelayanan Transportasi Air (Sungai/Laut)
Dengan dibangunnya tiga jembatan di Sungai Siak, kemungkinan besar
akan terjadi perpindahan penggunaan moda dari moda transportasi
Sungai ke moda transportasi darat. Hal ini akan terjadi kemungkinan
hanya untuk angkutan orang. Sedangkan untuk angkutan barang moda
sungai masih menjadi andalan karena kebanyakan industri berada di
sepanjang sungai Siak.
Tabel 2.10
Jalur Trayek Transportasi Sungai
No Asal Tujuan Via/Lewat1
2
3
4
5
6
Pekanbaru
Pekanbaru
Siak
Siak
Perawang
Tanjung Buton
Siak
Muara Kelantan
Sei Apit
Muara Kelantan
Siak
Pekanbaru
Perawang
Teluk Lancang
(bisa ke Bengkalis)
Teluk Lancang
Teluk Lancang
Perawang
Sumber: Laporan Akhir-Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Siak Tahun 2006-
2016
2.2.3.3 Jaringan Pelayanan Udara
Pemda Kabupaten Siak belum mempunyai rencana untuk membangun
bandara sendiri, karena secara geografis Kabupten Siak dekat dengan
Pekanbaru. Tetapi untuk mengantisipasi rencana relokasi Bandara Syarif
Kasim di Pekanbaru telah disiapkan titik area yaitu di Koto Gasib sebagai
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-47
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
area pengembangan transportasi udara. Lokasi ini dinilai sangat aksesibel
karena mudah dijangkau dari daerah sekitarnya.
2.2.4 Simpul-simpul Pada Jaringan Transportasi
2.2.4.1 Transportasi Jalan Raya/Darat
Untuk transportasi darat/jalan raya, dibutuhkan adanya sejumlah terminal,
lokasi penempatan maupun kapasitasnya pelayanan angkutan yang
disediakan disajikan pada tabel 2.11.
Tabel 2.11 Rencana Lokasi TerminalLokasi Ukuran
Kandis SedangPerawang BesarSiak Sedang/besarSungai Apit SedangButon (Mengkapan) Sedang/besar
Sumber: Laporan Akhir-Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Siak Tahun 2006-
2016
Selain penyediaan fasilitas berupa terminal, untuk keperluan pergantian
moda ataupun untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, di tempat-
tempat tertentu dari pada jaringan transportasi darat juga perlu dibangun
shelter. Shelter – shelter ini dibuat di tempat-tempat pemberhentian
angkutan umum/bus yang merupakan daerah-daerah konsentrasi kegiatan
masyarakat ataupun tempat tinggal penduduk. Kapasitas shelter cukup
untuk menampung 1 – 2 bus dan apabila dimungkinkan shelter ini dibuat
berpasangan pada masing – masing sisi jalan pada tiap lokasi. Di daerah
perkotaan yang merupakan konsentrasi pemukiman, jarak antar shelter
dapat diperpendek yaitu antara 0,5 km – 1 km sedangkan di luar kota
yang jumlah penduduknya relative tidak terkonsentrasi, jarak antar shelter
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-48
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
dapat lebih jauh yaitu antara 3 km – 5 km atau disesuaikan dengan
konsentrasi penduduk yang ada disepanjang jalur jalan. Lokasi
penempatan fasilitas transfer dapat dilihat pada tabel 2.12.
Tabel 2.12 Fasilitas Transfer diperlukan pada :
Lokasi UkuranSimpang MinasSimpang BuatanSimpang SiakTeluk MasjidSimpang ke MengkapanSimpang Sungai TengahLubuk Dalam
3 – 6 bus3 – 6 bus2 – 4 bus2 – 4 bus2 – 4 bus2 – 4 bus2 – 4 bus
Sumber: Laporan Akhir-Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Siak Tahun 2006-
2016
Untuk memberikan informasi yang lebih jelas kepada para pengguna jasa
transportsi, maka disetiap terminal ataupun fasilitas transfer/shelter perlu
dilengkapi dengan papan informasi perjalanan, bahkan lebih dari itu
apabila dimungkinkan penyediaan fasilitas telekomunikasi (misal telepon
umum) akan memberikan pelayanan yang lebih baik, sehingga orang
merasakan nyaman menggunakan angkutan umum.
2.2.4.2 Transportasi Air/Sungai
Sebagai bentuk simpul-simpul jaringan transportasi pada jalur transportasi
air/sungai ialah dermaga dengan berbagai ukuran ataupun fasilitasnya.
Jaringan transportasi air/sungai di Kabupaten Siak, dengan melihat
keadaan yang ada maka dibutuhkan adanya sejumlah dermaga. Dermaga
yang dibutuhkan tersebar di sejumlah lokasi, dan disajikan pada tabel
2.13.
Tabel 2.13 Rencana Lokasi Dermaga SungaiLokasi Ukuran Keterangan
PerawangTeluk LancangBuatanSiakBunga RayaTeluk MasjidSungai Apit
Sedang/besarSedang
KecilSedang/besar
KecilKecil
Sedang
4 – 6 kapal3 – 5 kapal2 – 3 kapal4 – 6 kapal2 – 3 kapal2 – 3 kapal3 – 5 kapal
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-49
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
Sumber: Laporan Akhir-Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Siak Tahun 2006-
2016
Agar dapat melayani penumpang dengan baik, maka dermaga-dermaga
ini sebaiknya dilengkapi dengan bangunan terminal untuk pemrosesan
penumpang dengan luas sekitar 1m2/penumpang. Tempat-tempat lain di
luar tabel 5.4 yang berpotensi untuk tempat henti ataupun berganti moda
cukup dilengkapi dengan dermaga kecil dengan ukuran 1 – 2 kapal dan
bangunan shelter antara 10 – 20 m2 lengkap dengan informasi perjalanan
kapal serta informasi perjalanan bus/transportasi darat.
2.2.4.3 Fasilitas Intermoda
Pada beberapa lokasi, utamanya di Siak dan Perawang diperlukan adanya
fasilitas penting sebagai bagian dari fasilitas transportasi yakni dermaga
dan terminal angkutan umum/bus. Untuk memberikan kemudahan
pelayanan bagi penumpang, maka baik terminal angkutan penumpang
maupun dermaga yang melayani baik penumpang keduanya perlu
direncanakan secara terpadu, sehingga perpindahan antar moda yang
dalam istilah transportasi disebut interchange dapat dilakukan dengan
mudah. Jika dimungkinkan, kedua fasilitas tersebut secara fisik disatukan
lokasinya, atau setidaknya berdekatan, dan dihubungkan dengan fasilitas
penghubung yang memadai bagi penumpang yang akan berganti moda.
Diusulkan fasilitas intermoda berlokasi di Mengkapan, Siak, dan di
Perawang
2.2.5 Penetapan Outlet Wilayah
Sebagai pintu masuk/keluar Kabupaten Siak ditetapkan dua titik outlet
yaitu: Pelabuhan Tanjung Buton dan terminal intermoda di Perawang.
Pelabuhan Tanjung Buton dapat mengakomodasi pergerakan melalui jalur
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-50
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK
2012
laut dalam skala nasional, regional, dan internasional. Sedangkan untuk
outlet di Perawang mengakomodasi pergerakan melalui jalur darat dan
sungai dalam skala lokal dan nasional.
Untuk lebih jelasnya rencanan pengembangan transportasi di Kabupaten
Siak berdasarkan Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Siak Tahun 2006-
2016, dapat dilihat pada Gambar 2.3
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-51
KAJIAN EKONOMIS DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIAK 2012
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-52
2.3 Rencana Induk Jaringan Trayek di Kabupaten Siak
Dalam melakukan penataan jaringan trayek, lintasan trayek utama
diusahakan melayani jalan utama yang memiliki permintaan angkutan dan
pola perjalanan penumpang jarak jauh.
Tahapan yang dapat dilakukan dalam penataan jaringan trayek di
Kabupaten Siak adalah sebagai berikut :
a. Mengecek panjang trayek serta jalan-jalan atau lintasan yang dilalui
tiap trayek menurut hasil kenyataan di lapangan;
b. Membuat gambaran mengenai jaringan trayek ke dalam sebuah peta
tematik yang sefanjutnya dilakukan penggabungan peta jaringan
trayek yang satu dengan yang lainnya;
c. Menentukan titik-titik simpul, tempat dimana penumpang naik dan
turun dari kendaraan;
Jaringan trayek Kabupaten Siak yang ditetapkan haruslah mampu
mengakomodir pergerakan penumpang dari asal ke tujuan, selain itu juga
harus mampu menjangkau wilayah-wilayah yang mempunyai potensi
kantong-kantong penumpang. Jaringan trayek angkutan umum juga
mempunyai hirarki yang ditetapkan berdasarkan jenis pelayanannya serta
fungsi dan kelas jalan yang dilalui. Dalam penentuan jenis pelayanan
angkutan umum, dapat digunakan ketentuan dari Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat tentang penataan jaringan trayek angkutan umum di
perkotaan.
Pada kondisi saat ini, jaringan trayek Kabupaten Siak sudah belum
mencakup hampir semua wilayah yang ada di Kabupaten Siak.
Kenyataannya di lapangan dan hasil survey tidak sesuai dengan izin yang
diterbitkan.
Tahapan yang dapat dilakukan dalam mengusulkan Pola Jaringan Trayek
baru di Kabupaten Siak adalah sebagai berikut :
a. Pola asal-tujuan penumpang angkutan umum;
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-51
Jumlah penumpang per-hari dapat didistribusikan dengan menggunakan
trayek yang melayani membentuk suatu pola asal - tujuan penumpang
angkutan umum.
b. Pola tata guna lahan umum
Wilayah perkotaan merupakan wilayah yang menjadi simpul penggerak
ekonomi bagi daerah sekitarnya. Dalam konteks transportasi, simpul
perkotaan ini baik secara nasional, wilayah/regional dan/atau lokasi
akan menentukan jaringan prasarana dan jaringan pelayanan
transportasi yang akan dibentuk.
Penentuan hirarki pusat-pusat kegiatan akan sangat tergantung pada
hubungan spasial antar-wilayah dan/atau intra-wilayah tersebut,
demikian juga dalam melakukan pengembangan prasarana
infrastruktur/transportasi, baik yang telah terbangun dan rencana
pengembangan kedepan.
c. Pola penyebaran penduduk
Tabel 2.14
Banyaknya Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Siak
NoNama
Kecamatan
Luas Wilayah (KM2)
Laki – laki
Perempuan
Jumlah (Lk+Pr
)
Kepadatan (Jiwa /
KM2)KK
1 Siak 894,17 11.187 10.335 21.522 24,07 5.3052 Sungai Apit 1.346,3
314.437 13.448 27.885 20,71 6.975
3 Minas 346,35 12.676 11.267 23.943 69,13 5.5524 Tualang 343,6 53.954 49.809 102.763 299,13 24.82
45 Sungai
Mandau1705 2.823 2.663 5.486 3,22 1.374
6 Dayun 232,24 15.172 13.501 28.673 123,46 7.1757 Kerinci Kanan 128,66 12.344 10.971 23.315 181,21 5.9958 Bunga Raya 151 11.848 10.564 22.412 148,42 5.1409 Koto Gasib 704,7 9.441 8.806 18.247 25,89 4.546
10 Kandis 1.493,65
33.957 31.300 65.257 43,69 15.377
11 Lubuk dalam 155,09 9.285 8.497 17.782 114,66 4.36712 Sabak Auh 73,38 5.875 5.448 11.323 154,31 2.72513 Mempura 437,45 7.282 6.704 13.986 31,97 3.55814 Pusako 544,47 3.113 2.799 5.912 10,86 1.596
JUMLAH 8.556,0 203.394 185.112 388.50 45,41 94.50
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-52
NoNama
Kecamatan
Luas Wilayah (KM2)
Laki – laki
Perempuan
Jumlah (Lk+Pr
)
Kepadatan (Jiwa /
KM2)KK
9 6 9Sumber: Rencana Induk Jaringan Trayek Kabupaten Siak
Dari pola asal-tujuan penumpang, pola tata guna lahan umum dan pola
penyebaran penduduk selanjutnya ditetapkan poia jaringan trayek.
Langkah awal yang harus diambil dalam penetapan poda jaringan trayek
baru yaitu menetapkan simpul transportasi.
2.3.1 Evaluasi Usulan Rute Angkutan Umum
Melihat kondisi pelayanan angkutan umum yang ada saat ini di Kabupaten
Siak sangat memprihatinkan yaitu banyak rute angkutan umum yang tidak
beroperasi lagi karena permintaan penumpang yang berkurang. Oleh sebab
itu, berdasarkan wawancara kepada masyarakat, kondisi jalan dan
ketersediaan kantung penumpang akan diusulkan beberapa rencana trayek
Utama (melewati jalur utama), Trayek Cabang (sebagai feeder dari trayek
utama) dan Trayek Ranting yang melayani kebutuhan angkutan bagi warga
yang ada di dalam lingkup satu kecamatan saja.
a. Trayek Utama
Dalam menentukan trayek utama berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 35
Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan
Kendaraan Umum disebutkan bahwa trayek utama memiliki ciri-ciri :
1) Mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jam
perjalanan pada kartu pengawasan kendaraan yang dioperasikan;
2) Meiayani angkutan antar kawasan utama, antara kawasan utama dan
pendukung dengan ciri-ciri melakukan perjalanan ulang-alik secara
tetap;
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-53
3) Rute Perawang - Dayun - Siak.
Rute ini juga melalui jalan arteri yang menghubungkan Kecamatan
Tualang dengan Kecamatan Dayun dan Ibukota Kabupaten di
Kecamatan Siak. Panjang lintasan trayek yang diusulkan sepanjang
376,7 km. Jumlah perjalanan dari Kecamatan Tualang ke Dayun
diperkirakan sebanyak 19.808 perjalanan orang per hari dan
perjalanan dari Dayun menuju ke Tualang sebanyak 13.552
perjalanan orang per hari. Sedangkan perjalanan dari Tualang Ke Siak
diperkirakan sebanyak 9.587 perjalanan orang per hari dan perjalanan
dari Siak ke Tualang sebanyak 11.339 perjalanan orang per hari.
b. Trayek Cabang
Trayek Cabang yang diusulkan dimaksudkan untuk menyanggah atau
sebagai leeder bagi rute pelayanan angkutan umum pada Trayek Utama
sehingga penumpang yang tidak berada pada jalur utama dapat
didistribusikan ke jalur utama untuk menggunakan fasilitas pelayanan
angkutan umum pada Trayek Utama. Selain itu, trayek cabang juga
ditujukan untuk saling mendukung pelayanan dengan trayek cabang yang
lain.
Sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Menteri Nomor 35 Tahun 2003
tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan
Umum, trayek cabang yang diusulkan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Berfungsi sebagai trayek penunjang terhadap trayek utama;
2) Mempunyai jadwal tetap sebagaimana tercantum dalam jam
perjalanan pada kartu pengawasan kendaraan yang dioperasikan;
3) Melayani angkutan pada kawasan pendukung dan antara kawasan
pendukung dan pemukiman;
4) Pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada
tempat-tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang
telah ditetapkan untuk angkutan kota.
Dalam kajian ini diusulkan sebanyak 6 (enam) rute pelayanan untuk
Jaringan Trayek Cabang, yaitu :
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-54
1) Siak - Bunga Raya (Melewati Kec. Siak dan Bunga Raya)
Usulan trayek ini ditujukan untuk lebih memaksimalkan kembali
trayek Siak - Bunga Raya yang sudah ada. Dengan strategi
manajemen permintaan yang baik serta perbaikan kondisi sarana dan
prasarana angkutan umum yang baik diharapkan trayek ini dapat
lebih memaksimalkan operasional nya kembali.
Panjang lintasan trayek ini sepanjang 24,1 Km dengan perkiraan
perjalanan orang dari Siak ke Bunga Raya sebanyak 15.120
perjalanan per hari dan perjalanan dari Bunga Raya ke Siak sebanyak
19.365 perjalanan per hari.
2) Siak - Sungai Mandau - Perawang (MeSewati Kec. Siak, Sungai Mandau
dan Tualang)
Trayek ini adalah trayek yang cukup panjang dengan panjang lintasan
sepanjang 77,6 Km. Sepanjang jalur ini masih merupakan lahan
kosong sehingga potensi penumpang yang diharapkan masih sedikit.
Namun hal ini tidak bisa dijadikan sebagai halangan untuk merintis
trayek ini. Mengingat perkembangan Kabupaten Siak yang semakin
pesat. Kondisi jalan yang buruk juga perlu diperhatikan agar nantinya
operasional trayek ini dapat lebih dimaksimalkan.
Berdasarkan data matrik asal tujuan, diketahui bahwa jumlah
perjalanan orang dari Kecamatan Siak menuju Kecamatan Sungai
Mandau sebanyak 9.547 perjalanan per hari dan perjalanan dari
Kecamatan Sungai Mandau ke Siak sebanyak 9.905 perjalanan per
hari. Sedangkan perjalanan dari Sungai Mandau ke Perawang
sebanyak 3.406 perjalanan per hari dan perjaianan dari Perawang ke
Sungai Mandau sebanyak 3.768 perjalanan per hari.
3) Kerinci Kanan - Lubuk Dalam - Koto Gasib (Melewati Kecamatan
Kerinci Kanan, Lubuk Dalam dan Kato Gasib)
Panjang lintasan trayek yang diusulkan ini sepanjang 24,8 Km. Untuk
tahap persiapan pelaksanaan usulan trayek ini, perlu diperhatikan
kondisi sarana dan prasarana pendukung seperti jafan dan
perlengkapannya. Dari hasil pengamatan di lapangan, kondisi ruas
jalan pada rute ini cukup memprihatinkan dimana permukaan jalan
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-55
yang buruk sehingga dikhawatirkan dapat menghambat kelangsungan
operasional angkutan.
Potensi penumpang apabila dilihat dari matrik asal tujuan perjalanan
diketahui bahwa perjalanan dari Kerinci Kanan dan Lubuk Dalam ke
Koto Gasib sebanyak 9.356 perjaianan per hari dan dari Koto Gasib Ke
Kerinci Kanan dan Lubuk Dalam sebanyak 8.240 perjalanan per hari.
4) Sei Apit - Sabak Auh - Bunga Raya (Melewati Kecamatan Sei Apit,
Sabak Auh dan Bunga Raya)
Trayek ini akan lebih maksimal apabila pengoperasian jembatan baru
yang menghubungkan Kecamatan Sabak Auh dan Sei Apit telah
berjalan. Rute ini merupakan rute yang cukup potensial, mengingat
sefama ini masyarakat yang ingin mefakukan perjalanan ke
Kecamatan Sabak Auh, Bunga Raya dan Bengkalis harus melalui
penyeberangan sungai agar lebih mempersingkat jarak tempuh. Rute
ini diharapkan dapat menjadi angkutan yang baik bagi masyarakat
untuk melakukan kegiatan seharihari.
5) Pusako - Mempura - Dayun - KM 11 (Melewati Kecamatan Pusako,
Mempura, Dayun dan Koto Gasib.)
Panjang lintasan trayek pada rute ini adalah sepanjang 70,2 km.
Potensi penumpang apabila dilihat dari data matrik asal tujuan dari
arah Pusako menuju ke KM 11 di Koto Gasib sebanyak 14.905
perjalanan orang per hari sedangkan dari arah sebaliknya sebanyak
7.078 perjalanan per hari.
6) Sei Apit- Pelabuhan Buton (Kecamatan Sei Apit)
Rute ini diusulkan untuk mendukung rencana pengembangan
Pelabuhan Buton sebagai pelabuhan internasional sehingga
diharapkan rute ini dapat memadukan transportasi darat dan perairan
yang efektif dan efisien. Panjang lintasan yang direncanakan
sepanjang 45,85 km.
7) Pelabuhan Buton - Mempura - Dayun - KM 11 di Koto Gasib (Melewati
Kecamatan Sei Apit, Mempura, Dayun dan Kota Gasib)
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-56
Maksud yang sama juga ditujukan untuk perencanaan rute angkutan
ini, yaitu untuk mendukung rencana pengembangan Pelabuhan Buton
sebagai pelabuhan internasional sehingga diharapkan rute ini dapat
memadukan transportasi darat dan perairan yang efektif dan efisien.
Panjang lintasan trayek yang diusulkan sepanjang 72,5 km.
c. Trayek Ranting
Dalam Keputusan Menteri Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, trayek ranting harus
memiliki ciri-ciri :
1) Tidak mempunyai jadwal tetap;
2) Pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada tempat-
tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang telah
ditetapkan untuk angkutan;
3) Melayani angkutan dalam kawasan pemukiman.
Dalam hal ini, trayek ranting bertujuan untuk melayani kebutuhan angkutan
umum dalam lingkup satu kecamatan saja. Trayek ranting yang diusulkan
dalam kajian ini hanya pada 4 (empat) kecamatan yaitu :
1) Trayek Ranting pada Kecamatan Siak
a) CBD - Perumaha Pemda
b) CBD-Kwalian
c) CBD - Pelabuhan LLASDP
d) CBD - Balai Kayang
e) Kwalian-KompIek Perkantoran
f) Kwalian - Pelabuhan LLASDP
g) Perumahan Pemda - Komplek Perkantoran
2) Trayek Ranting pada Kecamatan Tualang
a) Terminal- PelabuhanFerryPerawang
b) Terminal - Bunut
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-57
c) Terminal- Surya Dumai
3) Trayek Ranting pada Kecamatan Minas
a) Minas- Pasar Bunut (Kandis)
b) Minas- Muara Fajar(Perbatasan)
4) Trayek Ranting pada Kecamatan Sei Apit
a) CBD - Ds. Bunsur
b) CBD - SMAN 3 Siak
c) CBD -Teluk Mesjid
2.3.2 Evaluasi Usulan Sub-sub Terminal Angkutan Umum
Sub-terminal angkutan umum juga memegang peranan penting seperti
terminal utama, dalam sistem transportasi menjadi asal - tujuan perjalanan
disamping juga menjadi tempat transfer atau penggantian moda angkutan.
Dimana fungsi subterminal angkutan umum ini meliputi sebagai berikut :
Bagi penumpang adalah menjadi tempat menunggu dan tempat
perpindahan moda.
- Bagi pemerintah merupakan bagian dari manajemen lalu lintas dan
angkutan umum sehingga dapat terselenggara dengan baik, selain itu
menjadi sumber pendapatan daerah melalu retribusi serta sebagai
pengendali operasional angkutan umum.
- Bagi operator sebagai pengaturan operasi angkutan umum, tempat
istirahat awak kendaraan.
Mengingat fungsinya yang sangat vital, maka sub-terminal angkutan umum
harus direncanakan dengan baik mulai dari lokasi, struktur dan desain,
kebutuhan luas sampai dengan operasionalnya.
Faktor yang dipengaruhi dalam menentukan lokasi sub-terminal adalah :
- Aksesibilitas, yaitu tingkat pencapaian kemudahan yang dapat
dinyatakan dengan jarak, waktu atau biaya angkutan;
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-58
- Struktur wilayah, yaitu pelayanan terminal terhadap elemen-elemen
wilayah yang mempunyai fungsi primer dan sekunder sehingga tercapai
efisiensi dan efektifitas dari terminal;
- Lalu lintas, penentuan lokasi sub-terminal diusahakan tidak
menimbulkan dampak lalu lintas;
- Biaya, penentuan lokasi sub-terminal perlu memperhatikan biaya
yang dikeluarkan oleh pemakai jasa, ini bertujuan untuk dapat
menyelenggarakan angkutan umum yang cepat, aman dan murah.
Usulan rekomendasi berkaitan dengan penyediaan sub-terminal angkutan
umum di Kabupaten Siak dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.15
Usulan Lokasi Sub-terminal
No Lokasi Usulan Rekomendasi
Trayek Baru Yang Melalui
1 Perawang, KecamatanTualang
sebagai Terminal Utama di Kabupaten Siak.
a. Terminal Perawang- Kandisb. Terminal Perawang -Minasc. Terminal Perawang - Dayun - Siakd. Terminal Perawang - Bunute. Terminal Perawang- Pelabuhan Ferry Perawangf. Terminal Perawang-Surya Dumai
2 CBD Kota Siak Srilndrapura KecamatanSiak
Sebagai Sub TerminalRanting
a. CBD - Kwalianb. CBD-Perumahan Pemdac. CBD-Pelabuhan LLASDPd. CBD-Balai Kayang
3 Kwalian, KecamatanSiak
Sebagai Sub TerminalUtama, Cabang danRanting
a. Terminal Perawang - Dayun - Siakb. Siak-Bunga Rayac. Siak-Sungai Mandau Perawangd. Kwalian-Komplek Perkantorane. Pelabuhan LLASDP
4 Kecamatan SungaiApit
Sebagai Sub TerminalCabang dan Ranting
a. Sei Apit-Sabak Auh – Bunga Rayab. Sei Apit-Teluk Mesjid-Pusakoc. Sei Apit- Ds. Bunsurd. Sei Apit - SMAN 3e. Sei Apit-Teluk Mesjid
5 Kecamatan Kandis Sebagai Sub TerminalUtama dan Ranting
a. Terminal Perawang - Kandisb. Minas - Pasar Bunut
6 Kecamatan Minas Sebagai Sub TerminalUtama dan Ranting .
a. Terminal Perawang - Minasb. Minas- Pasar Bunutc. Minas -Muara Fajar (Perbatasan)
7 Kecamatan Kerinci Kanan
Sebagai Sub TerminalCabang
Kerinci Kanan - Lubuk Dalam – Koto Gasib
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-59
No Lokasi Usulan Rekomendasi
Trayek Baru Yang Melalui
8 Kecamatan Lubuk Dalam
Sebagai Sub TerminalCabang
Kerinci Kanan - Lubuk Dalam – Koto Gasib
9 Kecamatan Koto Gasib
Sebagai Sub TerminalUtama dan Cabang
a. Terminal Perawang - Dayun - Siakb. Kerinci Kanan - Lubuk Dalam - Koto Gasibc. Pusako - Mempura - Dayun - KM 11
10 Kecamatan Bunga Raya
Sebagai Sub TerminalCabang
a. Sei Apit - Sabak Auh – Bunga Rayab. Siak-Bunga Raya
11 Kecamatan Dayun Sebagai Sub TerminalUtama dan Cabang
a. Terminal Perawang - Dayun - Siakb. Pusako - Mempura - Dayun - KM 14
12 Kecamatan Sabak Auh
Sebagai Sub TerminalCabang
Sei Apit - Sabak Auh - Bunga Raya
13 Kecamatan Pusako Sebagai Sub TerminalCabang
a. Pusako -Teluk Mesjid - Sei Apitb. Pusako - Mempura - Dayun - KM 14
14 Kecamatan Sungai Mandau
Sebagai Sub TerminalCabang
Siak - Sungai Mandau - Perawang
Sumber : RTRW Kabupaten Siak 2011 - 2031
| BAB 2 KAJIAN REFERENSI 2-60