bab ii kajian pustaka ti penelitian terdahulu
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ningtyas (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Penyusunan Laporan
Keuangan UMKM Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan
Menengah (SAK-EMKM): Studi Kasus Di UMKM Bintang Malam Pekalongan.”
Menunjukkan hasil bahwa entitas belum menerapkan laporan keuangan yang sesuai
berdasarkan SAK EMKM. Hal itu dapat dilihat dari laporan keungan yang di buatkan
oleh peneliti untuk menyesuaikannnya dengan standar yang berlaku.
Amani (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan SAK-EMKM
Sebagai Dasar Penyusunan Laporan Keuangan UMKM: Studi Kasus di UD Dua Putri
Solehah Probolinggo.” Menunjukkan hasil bahwa laporan keuangan UD Dua Putri
Solehah belum disusun sesuai SAK EMKM. Hal itu dapat dilihat dari laporan keuangan
yang masih sederhana dan belum sesuai standar akuntansi yang berlaku.
Barus et al (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi SAK EMKM
(Entitas Mikro Kecil dan Menengah) pada UMKM Borneo Food Truck Samarinda
Community.” Menunjukkan hasil bahwa dari 33 UMKM yang tergabung dalam
komunitas tersebut, 10 di antaranya sudah melakukan pencatatan akuntansi baik secara
manual maupun menggunakan software akuntansi. Akan tetapi pencatatnnya pun
7
masih sederhana yang belum terlalu berfokus pada laporan keuangan yang sesuai
dengan SAK EMKM.
Hetika dan Mahmudah (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM)
Dalam Menyusun Laporan Keuangan.” Menunjukkan hasil bahwa pada umumnya
pelaku UMKM hanya menggunakan pembukuan atau catatan sederhana untuk
mencatat keuangan usaha.
Prajanto dan Septiana (2018) dalam penelitiannnya yang berjudul “Implememntasi
Penerapan SAK EMKM serta Dampaknya pada Kualitas Pelaporan Keuangan UMKM:
Studi Kasus pada UMKM Se-Kota Semarang.” Menunjukkan hasil bahwa Prospek
impelementasi SAK EMKM terhadap kualitas pelaporan keuangan saat ini masih
sangat minim karena pengusaha masih rendah dalam memahami pembukuan sesuai
dengan SAK EMKM.
Tatik (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi SAK EMKM
(Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah) pada Laporan
Keuangan UMKM: Studi kasus pada UMKM XYZ Yogyakarta” menunjukkan hasil
bahwa entitas sudah menerapkan SAK EMKM dalam penyusunan laporan
keuangannya. Namun karena keterbatasan waktu penelitian mengakibatkan laporan
keuangan yang disajikan tidak menyajikan informasi selama dua periode sebagaimana
yang diharuskan dalam SAK EMKM.
8
Hasil dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa hampir semua UMKM
belum membuat laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku.
Hal itu dapat dikarenakan kurangnya pemahaman entitas itu sendiri terhadap standar
akuntansi keuangan. Selain itu dapat juga dikarenakan oleh kurangnya waktu dari
entitas itu sendiri untuk membuat laporan keuangan yang sesuai dengan standar
akuntansi keuangan. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian penulis terdapat
pada objek penelitian yang dilakukan di Kota Batu. Selain lokasi objek itu sendiri,
perbedaan juga terdapat pada jumlah objek yang penulis ingin bandingkan dalam hal
penerapan SAK EMKM.
B. Tinjauan Pustaka
1. UMKM
Menurut SAK EMKM (2016), entitas mikro, kecil, dan menengah adalah entitas
tanpa akuntabilitas public yang signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), yang
memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur
dalam perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setidak-tidaknya selama 2
tahun berturut-turut.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan
menengah, menjelaskan definisi dan kriteria masing-masing jenis usaha tersebut.
Dalam Undang-Undang tersebut yang dimaksud dengan:
9
a. Usaha Mikro ialah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, dengan kriteria:
1) memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha)
paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
b. Usaha Kecil ialah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil, dengan kriteria:
1) memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha)
lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah ialah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar,
dengan kriteria:
10
1) memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha)
lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).
2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)
Menurut SAK EMKM (2016), SAK EMKM ini dimaksudkan untuk digunakan
oleh entitas mikro, kecil, dan menengah yang mana SAK EMKM ini dapat digunakan
oleh entitas yang tidak memenuhi definisi dan kriteria dalam Undang-undang No. 20
Tahun 2008 tentang UMKM, kecuali jika otoritas mengizinkan entitas tersebut untuk
menyusun laporan keuangan berdaarkan SAK EMKM.
Penyusunan SAK EMKM dilatar belakangi untuk mendorong dan memfasilitasi
kebutuhan pelaporan keuangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Banyak
riset yang mengemukakan bahwa sebagian UMKM masih belum dapat menerapkan
Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dengan cermat,
karena pelaku UMKM beranggapan bahwa SAK ETAP dianggap masih terlalu
kompleks dan tidak sesuai dengan kebutuhan pelaporan UMKM.
3. Definisi Laporan keuangan SAK EMKM
Laporan keuangan yang disajikan menurut SAK EMKM memiliki tujuan yang
sama dengan laporan keuangan pada umumnya dan juga tujuan laporan keuangan
menurut SAK EMKM yaitu menyediakan informasi posisi keuangan dan kinerja
11
keuangan suatu entitas yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh
siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta lpaoran keuangan khusus untuk
memenuhi kebutuhan informasi tersebut (Prajanto dan Septriana, 2018).
Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No. 1 (2015:2) menyebutkan bahwa
laporan keuangan mrupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan
arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul
dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi
keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan
harga.
4. Pengakuan dalam SAK EMKM
Menurut SAK EMKM (2016) pengakuan merupakan pembentukan suatu pos
dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu
unsur.
a. Aset
Aset diakui dalam laporan posisi keuangan ketika manfaat ekonomiknya di
masa depan dapat dipastikan akan mengalir ke dalam entitas dan aset tersebut
dapat diukur dengan andal. Sebagai contoh, bangunan yang dibangun sendiri oleh
entitas dapat diakui apabila bangunan tersebut sudah memiliki manfaat yang dapat
dirasakan.
12
b. Liabilitas
Liabitas diakui dalam laporan posisi keuangan jika pengeluaran sumber daya
yang mengandung manfaat ekonomik dipastikan akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban entitas dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur
secara andal. Sebagai contoh, apabila entitas memperoleh suatu aset dengan tidak
melakukan pembayaran secara langsung dan entitas telah memberikan indikasi
kepada pihak lain bahwa entitas akan menerima tanggung jawab tertentu maka hal
tesebut dapat diakui sebagai liabilitas.
c. Penghasilan
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomik di
masa depan yang berkaitan dengan kenaikan aset atau penurunan liabilitas telah
terjadi dan dapat diukur secara andal. Sebagai contoh, penghasilan yang timbul
dalam aktivitas entitas yang normal. Misalnya pengahasilan yang diperoleh dari
penjualan, imbalan, bunga, dividen, royalty, dan sewa.
d. Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomik di
masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan liabilitas telah
terjadi dan dapat diukur secara andal. Sebagai contoh, apabila entitas mengalami
kerugian maupun penurunan manfaat ekonomik seperi beban pokok penjualan,
upah dan penyusutan maka beban dapat diakui.
13
Entitas juga menyusun laporan keuangan dengan menggunakan dasar akrual.
Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan
beban ketika memnuhi definisi dan kriteria untuk masing-masing pos-pos tersebut.
5. Pengukuran dalam SAK EMKM
Menurut SAK EMKM (2016) pengukuran adalah proses penetapan jumlah untuk
mengakui aset, liabilitas, penghasilan, dan beban di dalam laporan keuangan. SAK
EMKM (2016) juga mengungkapkan bahwa dasar pengukuran yang digunakan adalah
biaya historis yang mana merupakan sebesar jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan untuk memperoleh asset tersebut saat perolehan, sebesar jumlah kas atau
setara kas yang diterima atau jumlah kas yang diperkirakan akan dibayarkan untuk
memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal
a. Aset
Sebagai contoh, apabila entitas membeli aset berupa tanah pada tanggal 1
Januari 20X9 seharga Rp100.000.000 maka aset berupa tanah tersebut diukur
seharga perolehannya yaitu Rp100.000.000.
Tanah Rp100.000.000
Kas/Hutang Rp100.000.000
b. Liabilitas
Sebagai contoh, apabila entitas A pada tanggal 1 Januari 20X9 meminjam uang
dari entitas B sebesar Rp10.000.000 untuk masa pinjaman satu tahun kedepan
dengan suku bunga 12% per tahun yang dibayarkan setiap tanggal 1 bulan
14
berikutnya. Maka liabilitas dapat diukur seharga perolehannya yaitu Rp10.000.000
dan Rp100.000
Kas Rp10.000.000
Hutang pinjaman Rp10.000.000
Beban Bunga Rp.100.000
Bunga yang masih harus di bayar Rp100.000
c. Penghasilan
Sebagai contoh, apabila entitas A pada tanggal 1 Januari 20X9 meminjamkan
uang kepada entitas B sebesar Rp10.000.000 untuk masa pinjaman satu tahun
kedepan dengan suku bunga 12% per tahun yang dibayarkan setiap tanggal 1 bulan
berikutnya. Maka penghasilan bunga dapat diukur sebesar Rp100.000 per
bulannya.
Kas/Piutang Bunga Rp100.000
Pendapatan Bunga Rp100.000
d. Beban
Sebagai contoh, apabila entitas pada tanggal 1 Februari 20X9 membayarkan
gaji pegawai secara tunai maka bebaban diukur sejumlah pengeluarannya.
Beban Gaji Rp5.000.000
Kas Rp5.000.000
15
6. Penyajian dalam SAK EMKM
Menurut SAK EMKM (2016), penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas
pengaruh trasaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria
pengakuan asset, liabilitas, penghasilan, dan beban. Penyajian wajar laporan keuangan
menurut SAK EMKM mensyaratkan entitas untuk menyajikan informasi untuk
mencapai tujuan:
a. Relevan
Informasi dapat digunakan oleh pengguna untuk proses pengambilan
keputusan. Artinya informasi yang dimaksud relevan adalah informasi yang dapat
mempengaruhi keputusan pengguna dalam mengoreksi atau mengevaluasi
peristiwa-peristiwa ekonomi yang berada di dalam entitas.
b. Representasi tepat
Informasi dalam laporan keuangan merepresentasikan secara tepat apa yang
akan direpresentasikan dan bebas dari kesalahan material dan bias. Informasi yang
dikatakan material apabila nilai atau kelalaian mencatat atau kesalahan
mencantumkan dalam informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pengguna atas laporan keuangan.
c. Keterbandingan
Informasi dalam laporan keuangan entitas dapat dibandingkan antar periode
untuk mengidentifikasi kecendrungan posisi dan kinerja keuangan. Informasi
dalam laporan keuangan entitas juga dapat dibandingkan antar entitas untuk
mengevaluasi posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat
16
membandingkan laporan keuangan antar entitas maupun antar tahun sebelumnya
untuk mengoreksi atau mengevaluasi kinerja dari suatu entitas.
d. Keterpahaman
Informasi yang disajikan dapat dengan mudah dipahami oleh pengguna. Pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai serta kemauan untuk
mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar.
Menurut SAK EMKM (2016), komponen laporan keuangan SAK EMKM terdiri
dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan catatan atas laporan keuangan.
a. Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan adalah laporan keuangan yang mencerminkan kondisi
keuangan suatu entitas pada tanggal tertentu. Laporan posisi keuangan menyajikan
akun-akun riil yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas pada akhir periode pelaporan.
Laporan posisi keuangan entitas dapat mencakup pos-pos berikut:
1) Kas dan setara kas
2) Piutang
3) Persediaan
4) Asset tetap
5) Utang usaha
6) Utang bank
7) Ekuitas
17
Tabel 2.1 Laporan Posisi Keuangan menurut SAK EMKM
NAMA ENTITAS
LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 DESEMBER 20X9
Catatan 20X9 20X8
ASET
Kas dan setara kas
Kas
Giro
Deposito
Jumlah kas dan setara kas
Piutang usaha
Persediaan
Beban dibayar di muka
Aset tetap
Akumulasi penyusutan
JUMLAH ASET
3
4
5
6
7
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
(xx)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
(xx)
Xxx
LIABILITAS
Utang usaha
Utang bank
JUMLAH LIABILITAS
8
xxx
xxx
xxx
xxx
EKUITAS
Modal
Saldo laba (defisit)
JUMLAH EKUITAS
JUMLAH LIABILITAS & EKUITAS
9
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Sumber: SAK EMKM, 2016
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang mencerminkan kinerja
keungan entitas untuk satu periode atau kemampuan entitas dalam memperoleh
laba. Laporan laba rugi entitas dapat mencakup pos-pos sebagai berikut:
18
1) Pendapatan
2) Beban keuangan
3) Beban pajak
Tabel 2.2 Laporan Laba Rugi menurut SAK EMKM
NAMA ENTITAS
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X9
Catatan 20X9 20X8
PENDAPATAN
Pendapatan usaha
Pendapatan lain-lain
JUMLAH PENDAPATAN
10
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
BEBAN
Beban usaha
Beban lain-lain
JUMLAH BEBAN
11
xxx
xxx
(xx)
xxx
xxx
(xx)
LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK xxx xxx
Beban pajak penghasilan 12 (xx) (xx)
LABA (RUGI) SETELAH PAJAK xxx xxx
Sumber: SAK EMKM, 2016
c. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan memuat:
1) Suatu pernyatan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK
EMKM
2) Ikhtisar kebijakan akuntansi
19
3) Informasi tambahan dan rincian pos tertentu yang menjelaskan transaksi penting
dan material sehingga bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan
keuangan.
Tabel 2.3 Catatan atas Laporan Keuangan menurut SAK EMKM
NAMA ENTITAS
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
31 DESEMBER 20X9
1. UMUM
Entitas didirikan di Jakarta berdasarkan akta Nomor xx tanggal 1
Januari 20X7 yang dibuat oleh Notaris, S.H., notaris di Jakarta dan
mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
No. xx 2016 tanggal 31 Januari 2016. Entitas bergerak dalam bidang
usaha manufaktur. Entitas memenuhi kriteria sebagai entitas mikro,
kecil, dan menengah sesuai UU Nomor 20 Tahun 2008. Entitas
berdomisili di Jalan xxx, Jakarta Utara.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING
a. Pernyataan Kepatuhan
Laporan keuangan disusun menggunakan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah.
b. Dasar Penyusunan
Dasar penyususnan laporan keuangan adalah biaya historis dan
menggunakan asumsi dasar akrual. Mata uang penyajian yang
digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah Rupiah.
c. Piutang Usaha
Piutang usaha disajikan sebesar jumlah tagihan.
d. Persediaan
Biaya persediaan bahan baku meliputi biaya pembelian dan biaya
angkut pebelian. Biaya konversi meliputi biaya tenaga kerja
langsung dan overhead. Overhead tetap dialokasikan ke biaya
konversi berdasarkan kapasitas produksi normal. Overhead variabel
dialokasikan pada unit produksi berdasarkan penggunaan aktual
fasilitas produksi. Entitas menggunakan rumus biaya persediaan
rata-rata.
e. Aset Tetap
Aset tatap dicatat sebesar biaya perolehannya jika aset tersebut
dimiliki secara hukum oleh entitas. Aset tetap disusutkan
menggunakan metode garis lurus tanpa nilai residu.
20
f. Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pengakuan penjualan diakui ketika tagihan diterbitkan atau
pengiriman dilakukan kepada pelanggan. Beban diakui saat terjadi.
g. Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan mengikuti ketentuan perpajakan yang berlaku di
Indonesia.
20X9 20X8
3. KAS
Kas kecil Jakarta – Rupiah
4. GIRO
PT. Bank xxx – Rupiah
5. DEPOSITO
PT. Bank xxx – Rupiah
Suku bunga – Rupiah
6. PIUTANG USAHA
Toko A
Toko B
Jumlah
7. BEBAN DIBAYAR DI MUKA
Sewa
Asuransi
Lisensi dan Perizinan
Jumlah
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
8. UTANG BANK
Pada tanggal 4 Maret 20X9, entitas memperoleh pinjaman Kredit
Modal Kerja (KMK) dari PT. Bank ABC dengan maksimum kredit
Rp.xxx, suku bunga efektif 11% per tahun dengan jatuh tempo berakhir
tanggal 19 April 20X9. Pinjaman dijamin dengan persediaan dan
sebidang tanah milik entitas.
9. SALDO LABA
Saldo laba merupakan akumulasi selisih penghasilan dan beban setelah
dikurangkan dengan distribusi kepada pemilik.
20X9 20X8
10. PENDAPATAN PENJUALAN
Penjualan
Retur penjualan
Jumlah
11. BEBAN LAIN-LAIN
Bunga pinjaman
Lain-lain
Jumlah
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
21
12. BEBAN PAJAK PENGHASILAN
Pajak penghasilan
xxx xxx
Sumber: SAK EMKM, 2016
SAK EMKM (2016) juga mengaruskan entitas mengidentifikasi secara jelas setiap
laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Selain itu, entitas menunjukkan
informasi berikut dengan jelas dan diulangi bilamana perlu untuk pemahaman
informasi yang disajikan:
a. Nama entitas yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan
b. Tanggal akhir periode pelaporan dan periode laporan keuangan
c. Rupiah sebagai mata uang penyajian
d. Pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.