bab ii ii. kajian pustaka 2.1. penelitian terdahulu

17
6 BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang majelis ta’lim banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh: Nurelisa Syamsul Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dengan judul “Eksistensi Majelis Taklim Annisa dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama pada Ibu Rumah Tangga. 1 Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui efek diadakannya Majelis Ta’lim Annisa terhadap kesadaran para ibu rumah tangga di kota Ulidang. Selain itu juga untuk mengetahui kompenen pendukung dan penghambat majelis ta’lim tersebut untuk fokus kepada para ibu rumah tangga dalam penggunaan metodologi mental Bermacam-macam informasi menggunakan strategi untuk observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat beberapa kegiatan dalam Majelis Ta’lim Annisa dalam rangka memperkuat kewaspadaan para ibu rumah tangga, antara lain membaca Al-Qur’an bergiliran/tadarrus, sholat berjamaah, serta adanya persaingan ketat. Faktor pendukung 1 Nurelisa Syamsul,”Ekseistensi Majelis Taklim Anni’sa dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama pada Ibu Rumah Tangga di Desa Ulidang Kecamatan Tammerodo’ Sendana Kecamatan MajeneSkripsi” Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, Makassar, 2016.

Upload: others

Post on 15-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

6

BAB II

II. Kajian Pustaka

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang majelis ta’lim banyak dilakukan. Beberapa

penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh: Nurelisa Syamsul Jurusan Bimbingan

dan Penyuluhan Islam dengan judul “Eksistensi Majelis Taklim

Annisa dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama pada Ibu Rumah

Tangga.1 Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui efek

diadakannya Majelis Ta’lim Annisa terhadap kesadaran para ibu

rumah tangga di kota Ulidang. Selain itu juga untuk mengetahui

kompenen pendukung dan penghambat majelis ta’lim tersebut untuk

fokus kepada para ibu rumah tangga dalam penggunaan metodologi

mental Bermacam-macam informasi menggunakan strategi untuk

observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini

disimpulkan bahwa terdapat beberapa kegiatan dalam Majelis Ta’lim

Annisa dalam rangka memperkuat kewaspadaan para ibu rumah

tangga, antara lain membaca Al-Qur’an bergiliran/tadarrus, sholat

berjamaah, serta adanya persaingan ketat. Faktor pendukung

1 Nurelisa Syamsul,”Ekseistensi Majelis Taklim Anni’sa dalam Meningkatkan Kesadaran

Beragama pada Ibu Rumah Tangga di Desa Ulidang Kecamatan Tammerodo’ Sendana Kecamatan

Majene” ”Skripsi” Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, Makassar, 2016.

Page 2: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

7

keberadaan majelis ta’lim ini adalah seratus persen penduduk di

Ulidang beragama Islam.

2. Penelitian oleh Salmia Divisi Pembinaan dan Pengembangan Islam

dengan judul "Bagian Dewan Ni'matullah Ta'lim Dalam Memberi

Arahan dan Pembinaan Islami untuk mengalahkan perilaku

kemerosotan remaja di Kota Tamangapa, Lokal Manggala, Kota

Makassar". Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku

menyimpang para remaja di Tamangapa Makassar serta faktor yang

mempengaruhi hal tersebut. Selain itu penelitian ini juga bertujuan

mengetahui upaya Temu Ta’lim Ni’matullah dalam memberikan

arahan serta bimbingan kepada para remaja di Tamangapa dengan

pendekatan berupa arahan dan metodologi mental. Bermacam-macam

informasi menggunakan strategi untuk persepsi, pertemuan, dan

dokumentasi. Konsekuensi dari penyelidikan ini adalah jenis perilaku

aneh yang secara teratur dilakukan oleh orang-orang muda melalui

merokok, mengambil dan pertempuran sekolah menengah. Kenakalan

remaja di Tamangapa terjadi karena beberapa faktor, antara lain

keluarga, lingkungan, kontak sosial, dan media. Berbagai upaya

dilakukan oleh Maje;is Ta’lim Ni’matullah untuk mengatasi

kenakalan remaja di Tamangapa, antara lain membimbing para remaja

dengan materi keislaman, mengajarkan tata cara ibadah, dan

mengajarkan administrasi sosial.

2.2. TINJAUAN PUSTAKA

Page 3: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

8

1. Tinjauan Tentang Peran Majelis Ta’lim

a. Pengertian peran

Membahas peran, tentu tidak bisa dipisahkan dari status

(kedudukan), meskipun keduanya luar biasa, mereka terpaut erat

satu sama lain, namun hubungannya sangat diartikulasikan.

Seperti yang tertulis dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia), peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang

dimainkan seseorang dalam suatu peristiwa.2

Sedangkan menurut

Grass Mascan dan A.w. Mc. Eachern sebagaimana dikutip oleh

David Berry, peran adalah harapan yang tumpuannya dibebankan

kepada seseorang yang memiliki suatu kedudukan sosial tertentu.

Harapan tersebut merupakan konsekuensi dari adanya norma-

norma sosial. Karena itulah, adanya peran merupakan akibat dari

adanya norma sosial dalam masyarakat.3

Pengertian tersebut menunjukkan makna dari peran, yakni

suatu langkah yang dilakukan oleh seorang individu atau suatu

2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka 2016), hlm. 1173 3 Suyono & Hariyanto, Implementasi Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2015), 106.

Page 4: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

9

kelompok dalam kapasitasnya ketika menghadapi suatu peristiwa.

Peran juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas individu yang

mendukung keberlangsungan suatu kelompok tempat ia berada

yang disebabkan kedudukannya dalam kelompok tersebut.

Teori peran merupakan perpaduan berbagai macam teori

dari berbagai disiplin ilmu.4 Biddle dan Thomas

mengklasifikasikan istilah peran menjadi empat macam, yaitu:

a) Tiap-tiap individu yang ambil bagian dalam suatu interaksi.

b) Perilaku yang muncul dalam sebuah interaksi

c) Kedudukan masing-masing individu yang berperilaku

d) Kaitan antara orang dan perilaku5

b. Pengertian Majelis Ta’lim

Majelis ta'lim berasal dari dua kata, yaitu majelis dan

ta'līm. Dalam bahasa Arab kata majelis adalah tempat dan ta’lim

berarti mengajar.

Majelis Taklim is a non-formal educational institution that

acts as a place for education, training, and teaching and learning

4 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Social (Cet, 19; Jakarta: PT, Raja

Grafindo Persada 2017), hlm. 214 5 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Social. hlm. 215

Page 5: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

10

activities to learn, explore, and understand Islamic religious

knowledge.6

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa majelis

dalah tempat untuk pembelajaran atau pendidikan agama Islam.7

Sedangkan kata ta’lim merupakan bahasa Arab yang memiliki

makna pengajaran.8 Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

istilah majelis diartikan sebagai pertemuan atau perkumpulan orang

banyak atau bangunan tempat orang berkumpul.9

Majelis taklim sebagai salah satu bentuk organisasi

dakwah tersebut juga sering disebut sebagai pusat pembelajaran

Islam (Islamic learning institution). Sebagai pusat pembelajaran

Islam, majelis taklim diakui telah menyumbangkan peran yang

amat besar dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan umat dan

bangsa, khususnya dalam pengajaran agama dan penguatan moral

bangsa. 10

Majelis ta'lim juga merupakan diskusi bagi perkumpulan

dakwah yang telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Hanya

saja istilah penamaannya tidak sama dengan istilah saat ini. Pada

masa Nabi Muhammad, muncul berbagai macam perkumpulan

yang mengkaji Islam dengan sengaja tanpa angsuran dengan

6 Baryanto Baryanto, Peranan Majelis Taklim Mardhotillah Dalam Internalisasi Nilai-

Nilai Keislaman, Vol 5, No 1 (2020).

Available online at http://dx.doi.org/10.29240/jf.v5i1.1502, tgl 16-06-2021, 22:02 WIB 7 Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad

SAW: The Super Leader Super Manager, Cet. III, Jilid. 3, (Jakarta: Tazkia Publishing, 2012), hlm.

145. 8 Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership..., hlm. 135.

9Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Pustaka, 2016), hlm. 615. 10

Nur Setiawati, Majlis Ta’lim dan Tantangan Pengembangan Dakwah Vol 13, No 1

(2012). Available online at https://doi.org/10.24252/jdt.v13i1.296, tgl 16-06-2021, 21:47 WIB

Page 6: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

11

halaqah (pertemuan ceramah), zawiyah (pemahaman tasawuf), al-

kuttab (menunjukkan Al-Qur'an, fiqh dan tauhid).

Saat ini majelis ta’lim sudah sangat dikenal di berbagai

penjuru kota di Indonesia. Hal ini disebabkan fungsi majelis ta’lim

yang semakin beragam, selain sebagai pusat dakwah agama Islam.

Kehadiran lembaga dakwah ini sebagai wujud kegiatan

dalam bentuk pembinaan, pendidikan dan pengarahan ini telah

memberian harapan baru bagi upaya kecerdasan dan pencerahan

masyarakat, khususnya dalam bidang beragama dan sosial. Salah

satu lembaga dakwah atau lembaga pendidikan yang ada di sekitar

masyarakat adalah majelis taklim.11

Karena itulah, perkumpulan ta'lim dapat dipersepsikan

sebagai organisasi dakwah yang menyelenggarakan persekolahan

yang ketat yang digambarkan dengan waktu belajar yang tidak

formal, waktu belajar yang tidak menentu, anggotanya disebut

arisan, dan secara eksplisit ditujukan untuk memajukan Islam.12

c. Fungsi Majelis Ta’lim

Sebagai lembaga dakwah sekaligus wadah pembinaan

umat majelis ta’lim mempunyai beberapa fungsi di antaranya:

a) Sarana penyampaian pesan keagamaan kepada umat Islam.

b) Sarana sekaligus wadah untuk bertukar pikiran dan

pengalaman bagi umat Islam dalam masalah keagamaan.

11

Munawaroh, Peran Majelis Taklim dalam Meningkatkan Pemahaman Keagamaan

Masyarakat, Jurnal Penelitian, Volume 14, Nomor 2, Agustus 2020.

https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/jurnalPenelitian, (tgl 16-06-2021, 22:35WIB.) 12

Suyono & Hariyanto, Implementasi Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2015), 106.

Page 7: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

12

c) Wadah untuk membina ukhuwah Islamiyyah.

d) Pusat informasi serta kajian keagamaan dan kerja sama di

kalangan umat.

Majlis Taklim memiliki tiga peran utama, yaitu sebagai

Lembaga Pendidikan Umat, LembagaPeningkatan Ekonomi Umat,

dan Lembaga Kesehatan Mental Umat. Dengan ketigaperan ini,

majlis taklim diharapkan mampu menjaga umat Islam dari

pengaruh-pengaruh negatif yang sedang melanda masyarakat dunia

sekarang.13

Jika ditinjau dari beberapa pemahaman di atas, maka

sangat mungkin untuk menangkal segala pengaruh negatif terhadap

para remaja di masyarakat jika majelis ta’lim dapat dimanfaatkan

sebaik-baiknya. Di sinilah kehadiran majelis ta'lim sebagai

landasan pendidikan nonformal yang penting, terlepas dari

pendidikan formal. Jika majelis ta'lim berjalan dengan baik, mereka

akan menghadapi kehidupan sehari-hari yang sarat dengan

keharmonisan.

Nurul Huda mengatakan beberapa fungsi dari majelis

ta’lim di antaranya ialah:

a) Ibadah menjadi lebih semangat

b) Mendapat inspirasi, motivasi, dan stimulasi sehingga potensi

jama’ah menjadi lebih produktif

13

Saepul Anwar, Aktualisasi Peran Majlis Taklim dalam Meningkatkan Kualitas Ummat,

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 1 – 2012.

http://jurnal.upi.edu/file/3_Majlis_Taklim.pdf, (tgl 16-06-2021, 13:37 WIB.)

Page 8: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

13

c) Mendapatkan ketenangan hati dengan menyelaraskan kegiatan

sehari-hari dengan ibadah.14

Majelis Taklim sebagai lembaga pendidikan non formal

yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat dengan cara-

cara tertentu harus mampu menanamkan pada jiwa umat Islam

akidah keimanan dan takwa, moral berani maju dan berani karena

benar serta dasar-dasar kejiwaan sempurna lainya melalui proses

pendidikan.15

d. Peranan Majelis Ta’lim

Tugas majelis taklim di kancah publik sebagaimana

diungkapkan Arifin adalah memperkuat tegaknya eksistensi

manusia di lapangan pemikiran mendalam Islam yang ketat untuk

mengupayakan kepuasan pribadi dalam kehidupan vital, eksternal

dan internal, umum dan ukhrawi secara bersamaan, sesuai pelajaran

Islam, khususnya keyakinan dan pengabdian yang mendasari

kehidupan di planet ini. dunia dan setiap bidang tindakannya

Dalam kegiatan pembinaan keagamaan, maka majelis ta’lim

memiliki berbagai aktivitas sebagaimana dijelaskan oleh

Hasbullah. Menurutnya aktivitas majelis ta’lim dan pembinaan

keagamaan meliputi:

1. Mengadakan pengajian rutin baik untuk dewasa remaja maupun

anak-anak;

2. Mengadakan peringatan hari besar Islam;

3. Menyelenggarakan pengajian Al-Qur’an baik untuk remaja

maupun anak-anak (TPA);

4. Mengadakan bakti sosial keagamaan dengan dana yang

dihimpun dari jama’ah;

14

Helmawati, Pendidikan Nasional & Optimalisasi Majlis Ta’lim, (Jakarta: Rineka Cipta,

2013), hlm: 54 15

Zaini Dahlan, Peran Dan Kedudukan Majelis Taklim Di Indonesia, Vol. II. No. 2Juli –

Desember 2019.

file:///C:/Users/THEFLA~1/AppData/Local/Temp/40-Article%20Text-124-1-10-20200307.pdf,

(tgl 16-06-2021, 23:24 WIB.)

Page 9: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

14

5. Memupuk ikatan persaudaraan (ukhuwah) islamiyah dalam

lingkungan jama’ah majelis ta’lim ataupun antar majelis ta’lim;

6. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya yang

terkait.16

e. Metode Pendidikan Majelis Ta’lim

Ada berbagai macam teknik yang digunakan majelis ta’lim

dalam kapasitasnya sebagai wadah dakwah kepada umat Islam,

seperti ceramah, tanya jawab, dan percakapan. Selain itu, beberapa

strategi juga diterapkan dalam pembelajaran di majelis ta’lim,

seperti halaqah, teknik ceramah, dan campuran.

f. Tujuan Majelis Taklim

Mengenai motivasi di balik kumpul taklim, detailnya bisa saja

berubah. Menurut pandangan para ahli ketat, para penggagas

majelis taklim dengan berbagai perkumpulan, kondisi dan

perkumpulan tidak pernah membentuk tujuannya. Mencermati

renungan dan pertemuan Tuty Alawiyah, beliau merinci bahwa

tujuan majelis taklim sejauh kapasitasnya adalah sebagai berikut:

a) Sebagai tempat belajar, alasan diadakannya majelis

taklim adalah untuk membangun informasi dan keilmuan yang

kokoh yang akan mendukung pengalaman pembelajaran.

b) Sebagai kontak sosial, tujuannya adalah persaudaraan

c) Memperkuat kepedulian sosial.

16

Muhamad Arif Mustofa, Majelis Ta’lim sebagai Alternatif Pusat Pendidikan Islam,

Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol.1,No. 01,2016.

https://core.ac.uk/download/pdf/230670381.pdf, (tgl 16-06-2021, 13:55 WIB.)

Page 10: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

15

Mencermati penilaian di atas, diketahui bahwa fungsi majelis

ta’lim di kancah publik adalah sebagai tempat belajar, berencana

mencari informasi, mempererat tali silaturrahim, menggarap bantuan

pemerintah daerah setempat, dan memiliki pilihan untuk

menyesuaikan pandangan daerah setempat dalam kehidupan mereka

dan itulah tujuan dan alasan utama diadakannya taklim. .

Tidak hanya itu, penilaian M. Arifin dalam pemilihan ajaran Islam,

beliau mengemukakan pandangannya tentang motivasi di balik

majelis taklim, yaitu untuk memperkuat tegaknya eksistensi manusia

Indonesia, khususnya di bidang Islam yang mendalam, khususnya

keyakinan dan ketaqwaan yang melandasi kehidupan bersama di

segala bidang. Dari penilaian ini sangat terlihat bahwa kebersamaan

taklim ditengah-tengah masyarakat sangat berarti dalam kehidupan

individu.

2. Pemahaman Keagamaan

a. Hakikat Pemahaman

Pemahaman merupakan penyerapan makna dari sesuatu

yang dipelajari. Disebutkan dalam KBBI, bahwa pemahaman

berarti mengerti dengan tepat. Secara istilah, pemahaman diartikan

sebagai sebuah penggambaran kesimpulan terhadap suatu hal yang

dimengerti.

Page 11: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

16

Sadiman mengungkapkan bahwa pemahaman adalah

kapasitas individu untuk menguraikan, menguraikan, menafsirkan

atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri yang spesifik

tentang informasi yang diperolehnya. Suharsimi mengungkapkan

apresiasi adalah cara seseorang menjaga, mengenali, mengukur,

menjelaskan, memberi model, perubahan, dan ukuran.

Pemahaman juga dicirikan sebagai metode untuk

memanfaatkan realitas. Seseorang disebut memahami jika dia

mampu mengerti bagaimana cara menggunakan suatu realitas

untuk tujuan yang berbeda. Pemahaman tiap orang akan selalu

berkembang melalui pengalaman, sehingga ia akan mampu

melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat serta menghindari

hal-hal yang membahayakan bagi dirinya.

Pemahaman mengenai agama Islam sangatlah penting.

Untuk memahami suatu perintah, akal tidak mungkin dipisahkan

dari informasi yang didapatkan. Artinya akal dan informasi akan

selalu berasosiasi.

Pemahaman tentang Islam sangat penting, ketika

memahami perintah yang ketat, akal tidak dapat dipisahkan dari

asosiasi dengan informasi yang telah dicapai. Sejujurnya,

pemahaman agama akan dilengkapi dengan perspektif akal secara

sempurna. Pada dasarnya, otak manusia diciptakan beriringan

Page 12: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

17

dengan akal yang benar, namun bagaimanapun juga dapat

dipengaruhi sama sekali oleh kebenaran keberadaan manusia dan

kondisi yang melingkupinya, hal ini akan mempengaruhi

kesepakatan umum, termasuk pemahaman Islam.

3. Pengertian Pemahaman keagamaan

Jiwa beragama atau kesadaran sangat penting bagi sebagian

besar orang yang mendorong mereka untuk secara konsisten bertindak

baik. Selain itu, mengingat fakta bahwa agama mencakup setiap

elemen dari tubuh dan jiwa manusia, perhatian yang ketat

menggabungkan sudut pandang intelektual, emosional, konatif, dan

motorik. Kapasitas emosional dan konatif muncul dalam pengalaman

Tuhan, sentimen ketat dan kerinduan untuk Tuhan. Kapasitas

intelektual ditemukan dalam keyakinan dan imannya kepada Tuhan.

Sementara kerja mesin muncul dalam perilaku yang ketat. Dalam

keberadaan manusia, kapasitas-kapasitas ini saling terkait dan

menyusun pengaturan total perhatian yang ketat sebagai bagian dari

karakter seseorang.

Niat yang ketat adalah proses berpikir mental yang memiliki

premis karakteristik dalam gagasan penciptaan manusia. Dalam lubuk

hatinya, manusia merasakan proses berpikir yang mendorongnya

untuk mencari dan merenung demi mengenal siapa Penciptanya yang

Page 13: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

18

juga merupakan Pencipta alam semesta, mencintai-Nya,

mengidentifikasi diri dengan-Nya, dan mencari suaka di dalam-Nya

sambil meminta pertolongan. kapan pun bencana dan kegagalan

menimpanya. . Dalam jaminan dan pemeliharaan-Nya, orang merasa

tenang dan damai.

Jelas, kami menemukan hal-hal seperti itu dalam perilaku

manusia dalam setiap periode yang tercatat dan dalam tatanan sosial

yang berbeda. Bagaimanapun, kemajuan manusia dalam tatanan sosial

yang berbeda dalam berbagai periode otentik sehubungan dengan

gagasan tentang Tuhan dan cara orang mencintai-Nya berubah sesuai

dengan tingkat pemikiran dan pergantian peristiwa sosial. Meskipun

demikian, perbedaan dalam asal usul manusia tentang gagasan tentang

Tuhan atau pelaksanaan pemujaan kepada-Nya hanya terbatas pada

kontras dalam metode mengkomunikasikan proses pemikiran intrinsik

yang ketat yang ada di lubuk hati manusia yang paling dalam. Al-

Qur’an menjelaskan di dalam beberapa ayatnya, bahwa beragama

merupakan fitrah manusia.Sebagaimana firman Allah Q.S. Ar Ruum

30 yang artimya:

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada

agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan

manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.

Page 14: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

19

(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui”. (Q.S. Ar Ruum 30).17

Allah menjelaskan dalam ayat tersebut, bahwa sudah menjadi

fitrah manusia sebagai makhluk yang ingin mengenal Penciptanya.

Manusia akan mengambil kesimpulan tentang keberadaan Tuhannya

melalui seluruh makhluk yang berada di alam semesta.

Allah SWT juga berfirman:

أنفسهم ألست ءادم من ظهورهم ذري ت هم وأشهدهم على بنى وإذ أخذ ربك مني وم ٱلقي مة أن ت قولوا شهدنا ب لى قالوا بربكم فلين ذاغ ه إناكناعن

Artinya: dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan

keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil

kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku

ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami

menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat

kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah

orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Q.S. Al

A’raf 172)18

Dijelaskan dalam ayat tersebut bahwa sebelum Allah

menciptakan manusia di dunia, Allah meminta kesaksian dari para

manusia dengan firman-Nya, “Bukankah Aku ini Rabb kalian?”. Para

17

Departement Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya,(Bandung: CV Darus Sunnah,

2015) 102. 18

Departement Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya,(Bandung: CV Darus Sunnah,

2015), 125

Page 15: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

20

manusia pun menjawab, “Benar (Engkau adalah Rabb kami), kami

menjadi saksi”. Berdasarkan hal itulah Allah akan mengambil

kesaksian dari para manusia bahwa Dia adalah Tuhan mereka. Atas

dasar itu pula, manusia tidak akan bisa mengelak di hari kiamat kelak

kita dimintai pertanggungjawaban atas kesaksian mereka sebelum

diciptakan di muka bumi. Inilah dasar bahwa sejatinya fitrah manusia

itu butuh untuk mengenal Tuhannya.

Pengakuan atas ketuhanan dan keesaan Allah pada diri

manusia perlahan menghilang ketika ruh manusia telah Bersatu

dengan jasadnya. Berbagai kesibukan dunia, tuntutan hidup, dan usaha

kemakmuran yang dilakukan manusia telah melalaikan mereka dan

menjadi penghalang fitrah yang sudah dimiliki sejak awal tersebut.

Dalam kaitannya dengan hal-hal tersebut di atas, manusia

perlu sesuatu yang dapat mengembalikan fitrahnya tersebut, serta

membangkitkan alam bawah sadarnya agar kembali mengenal siapa

Tuhannya yang telah menciptakan dirinya dan seluruh makhluk di

alam semesta.

4. Pengertian Masyarakat

a. Hakikat Masyarakat

Kata masyarakat berakar dari kata syaraka yang berasal dari

bahasa Arab, yang berarti bersekutu atau bersama-sama. Sementara

itu, di dalam KBBI disebutkan bahwa masyarakat berarti berbagai

Page 16: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

21

individu dalam arti luas dan dibatasi oleh budaya yang mereka

anggap sama-sama diajarkan.

Menurut Abdul Syani dalam bukunya yang berjudul

Humanisme Perkumpulan dan Masalah Sosial, masyarakat berasal

dari kata musyarak dalam bahasa Arab, yang memiliki makna

bersama. Selanjutnya kata tersebut diserap ke dalam bahasa

Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki makna berkumpul,

hidup masing-masing dengan saling berhubungan dan bersama-

sama berdampak terhadap kelompok.

Makna lain tentang masyarakat juga dijelaskan oleh Auguste

Comte. Ia menegaskan bahwa masyarakat adalah kumpulan

individu dengan faktor-faktor nyata baru yang tercipta

sebagaimana ditunjukkan oleh contoh-contoh formatifnya sendiri.

Masyarakat dapat membingkai suatu karakter yang menarik bagi

orang, sehingga perkumpulan orang biasanya diidentikkan dengan

kumpulan besar atau kecil dan saling mempengaruhi.

b. Ciri-ciri Masyarakat

Ciri-ciri masyarakat sebagaimana dipaparkan oleh

Soerjono Soekarto antara lain:

a) Sekelompok manusia yang hidup bersama, yang secara teoretis

terdiri dari minimal dua orang.

b) Sekelompok manusia yang hidup bercampur satu sama lian

untuk waktu yang lama.

Page 17: BAB II II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu

22

c) Saling bercakap, merasa, dan mengerti, serta mampu

menyampaikan keinginan dan perasaan-perasaan mereka

kepada orang lain.

d) Saling menyadari bahwa para individu dalam masyarakat

tersebut merupakan satu kesatuan.

e) Memiliki sistem untuk dapat hidup bersama, yang mana sistem

tersebut akan menimbulkan kebudayaan dalam suatu

masyarakat.

f) Setiap individu dalam masyarakat akan selalu dituntut untuk

dapat hidup bersama meskipun pada dasarnya hal tersebut

tidak secara otomatis dapat terjadi.

g) Demi mencapai masyarakat yang berbudaya, di dalam

masyarakat akan diadakan pendidikan. Hal itu bertujuan agar

tidak ada penyimpangan yang terjadi dalam kehidupan

bermasyarakat dan pelanaggaran norma-norma masyarakat.