bab ii kajian pustaka - umprepository.ump.ac.id/6153/3/budi prasetyo_bab ii.pdf · 2017. 12....
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan
jenjang pendidikan.
Menurut pengertian psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:” Belajar
ialah suatu proses untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkunngannya”.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks, sejalan dengan itu
menurut Robert M. Gagne (Sagala 2010:17) belajar merupakan
kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas,
timbulnya kapabilitas disebabkan: (1) stimulasi yang berasal dari
lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.
Belajar terjadi bila ada hasilnya yang dapat diperlihatkan, anak-anak
8
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
demikian juga orang dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang
pernah didengar atau dipelajarinya.
Gagne (Sagala 2010:17) belajar adalah perubahan yang terjadi
dalam dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara
terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting
yakni komponen eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam acara
belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan
proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan
informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap,
dan siasat kognitif. Kondisi belajar ini berinteraksi dengan kondisi
eksternal belajar, dari interaksi tersebut tampaklah hasil belajar.
Menurut Gagne (Sagala 2010:13) mengemukakan belajar
adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah
perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Henry E. Garret
berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam
jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang
membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi
terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian Lester D. Crow
mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-
kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. Belajar dikatakan berhasil
manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah
dipelajarinya, maka belajar seperti ini disebut “rote learning”.
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
Kemudian jika telah dipelajari itu mampu disampaikan dan
diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka disebut “overlearning”.
Witting (Muhibbin Syah, 2010:89) mendefinisikan belajar
sebagai: any relatively permanent change in a organism’s behavioral
repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah
perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman.
Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern,
dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam
definisi yakni. Pertama, belajar adalah The process of acquiring
knowlegde, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini
biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif
yang oleh sebagian ahli dipandang kurang represesntatif karena tidak
mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif.
Kedua, belajar adalah A relatifely permanent change in respons
potentialy which accurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu
perubahan kemampuan beraksi yang relatif langgeng sebagai hasil
praktek yang diperkuat.
Biggs (Muhibbin Syah, 2010:90) dalam pendahuluan Teaching
for Learning mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu:
rumusan kuantitatif: rumusan institusional: rumusan kualitatif. Dalam
rumusan-rumusan ini, kata-kata seperti perubahan dan tingkah laku
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini sudah
menjadi kebenaran umum yang diketahui semua orang yang terlibat
dalam proses pendidikan.
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti
kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan
fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari
sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional (tinjau kelembagaan), belajar dipandang
sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa
atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang
menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai proses
mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar akan sbaik
pula mutu perolehan yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu)
ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta
cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam
pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan
yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan
nanti dihadapi siswa.
Dari beberapa pendapat beberapa ahli tentang pengertian
belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha
menuju perubahan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor manusia untuk dapat meningkatkan
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
taraf hidunya sebagai masyarakat maupun sebagai mahluk Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Faktor-faktor yang mempengeruhi belajar
Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
kondisional yang ada, menurut Hamalik (2005 : 32-33) faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar
melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti
melihat, mendengar, merasakan, berfikir kegiatan motoris dan
sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan
untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan dan minat. Apa
yang telah dipelajari perlu digunakan secara kontinu di bawah
kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil belajar menjadi
lebih mantap.
2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling,
dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai
kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah
dipahami.
3) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa
merasa berhasil dan mendapatkan kepuasaannya. Belajar
hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal
dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan
mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan
menimbulkan frustasi.
5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua
pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara
berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan
pengalaman.
6) Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-
pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam
proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk
menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian
baru.
7) Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat
melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor
kesiapan ini erat hubungannya dengan masalah kematangan, minat,
kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.
8) Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong
siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini
timbul apabila murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan
kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari
dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian, minat tanpa
adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
9) Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat
berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan
menyebabkan perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan
belajar yang sempurna. Karena itu faktor fisiologis sangat
menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar.
10)Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam
kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami
pelajaran dan lebih mudah mengingat-ngingatnya. Anak yang
cerdas akan lebih mudah berfikir kreatif dan lebih cepat mengambil
keputusan. Hal ini berbeda dengan siswa yang kurang cerdas, para
siswa yang lamban.
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa;
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni, kondisi lingkungan
di sekitar siswa;
3. Faktor pendekatan belajar (approah to learning),yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
pelajaran. (Muhibbin Syah, 2010:129)
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
c. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2009:22).
Sedangkan Mulyasa (2008:212) mengemukakan bahwa hasil belajar
merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang
menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku
yang bersangkutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil dari prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan
setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar
tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah:
1) Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan
pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan
evaluasi.
2) Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi,
dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri
dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap,
organisasi dan pembentukan pola hidup.
3) Psikomotor yaitu kemampuan yang mengutamakan
keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian
pola gerakan, dan kreatifitas.
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
Benjamin Bloom (1956) dalam bukunya Mulyasa (2008:212)
membagi tujuan pendidikan menjadi tiga kawasan (domain), yaitu:
1) Domain Kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal
lingkungan yang terdiri dari enam macam kemampuan yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis, dan
penilaian.
2) Domain afektif mencakup kemampuan emosional dalam
mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima aspek,
yaitu: kesabaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian
nilai, dan karakterisasi diri.
3) Domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan, terdiri dari:
gerakan reflek, gerakan dasar, kemampuan perceptual,
kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih dan komunikasi
nondiskursif.
Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri
sendiri, tetapi selau berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam
kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya
dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya.
Tujuan langsung pendidikan adalah perubahan kualitas kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor. Peningkatan ini tidak sekedar
menignkatan belaka, tetapi peningkatan yang hasilnya dapat dipergunakan
menigkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, pekerja, professional, warga
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
masyarakat, warga Negara, dan sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Dari penjelasan di atas dapat di tegaskan bahwa belajar adalah perubahan
kualitas kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor untuk meningkatkan
taraf hidupnya sebagai pribadi, sebagai masyarakat, maupun sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri
siswa atau lingungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama
kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapainya. Seperti
dikemukakan oleh Clark (Sudjana, 2010:39) bahwa hasil belajar siswa
dicapai di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%
dipengaruhi oleh lingkungan.
Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga adda
faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan
wajar, sebab hakekat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku
individu yang diniati dan didasarinya. Siswa harus merasakan, adanya
suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi, siswa harus berusaha
mengarahkan segala daya dan upaya untuk dapat mencapianya.
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
Sungguhpun demikian, hasil yang dapat diraih masih juga
bergantung dari. Artinya, ada faktor-faktor yang berada di luar dirinya
yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.
Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi
hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran, yang dimaksud
dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya
proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Hasil
belajar pada hakekatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab
itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa
dan kualitas pengajaran. Pendapat ini sejalan dengan teori belajar di
sekolah (Theory of school learning) dari Bloom (Sudjana, 2010:40)
yang mengatakan ada tiga variabel utama dalam teori belajar di
sekolah, yakni karakteristik indivdual, kualitas pengajaran, dan hasil
belajar siswa. Sedangkan Caroll berpendapat bahawa hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni (a) bakat pelajar, (b)
waktu yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa
untuk menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan (e)
kemampuan individu. Empat faktor yang disebut di atas (a b c e)
berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor (d) adalah faktor di
luar individu (lingkungan).
Kemampuan faktor di atas (kemampuan siswa dan kualitas
pengajaran) mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
belajar siswa. Artinya semakin tini kemampuan siswa dan kualitas
pengajaran, maikin tinggi pula hasil belajar siswa.
2. Hakekat Membaca
a. Pengertian Membaca
Pada hakekatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu
membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai
proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca
sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan
pada saat membaca
Membaca adalah proses yang sangat kompleks. Membaca efektif
melibatkan semua poses menta yang lebih tinggi. Selain itu, membaca juga
melibatkan ingatan, pikiran, daya khayal, pengaturan, penerapan, dan
pemecahan masalah seperti:
1) Kemampuan memahami kata yang terpakai dan kemampuan
mamahami istilah yang memiliki arti khusus.
2) Kemampuan mamahami pola kalimat dan bentuk kata.
3) Kemampuan menafsirkan dengan tepat lambang atau tanda dalam
bentuk tulis.
4) Kemampuan memahami gagasan yang mendukung gagasan pokok
yang diungkapkan penulis.
5) Kemampuan menarik kesimpulan yang tpat, betul, dan nalar tentang
apa yang dibaca.(Sri Hastuti 1985:6)
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena melibatkan
beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental.
Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah
(a) aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol
tertulis, (b) aspek perceptual, yaitu kemampuan untuk
menginterprestasikan apa yang dilihat sebagai symbol, (c) aspek schemata,
yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur
pengetahuan yang telah ada, (d) aspek berpikir, yaitu kemampuan
membuat inferensi dan evaluasi dari materi dipelajari, dan (e) aspek
afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang
berpengaruh terhadap kegiatan membaca. Interaksi antara kelima aspek
tersebut secara harmonis akan menghasilkan pemahaman membaca yang
baik, yakni terciptanya komunikasi yang baik antara pembaca dan penulis
Menurut Tampubolon (1987: 5-6) Membaca adalah satu dari empat
kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen
dari komunikasi tulisan. Dalam komunikasi tulisan, sebagaimana telah
dikatakan, lambing-lambang tulisan atau huruf-huruf. Dalam hal ini huruf-
huruf menurut alfabert Latin.
Bahasa tulisan mengandung ide-ide atau pikiran-pikiran , maka
dalam memahami bahasa tulisan dengan membaca, proses-proses kognitif
(penalaran) lah yang terutama bekerja. Oleh sebab itu, dapat pula
dikatakan bahwa membaca adalah suatu cara untuk membina daya nalar
menurut Tampubolon.
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
Dalam GBPP 1994 dijelaskan membaca adalah kegiatan yang
“aktif”. Agar siswa dapat membaca secara “aktif”. Mereka perlu dilatih
untuk dapat ‘mengkomunikasikan” dua hal berikut: (a) apa yang sudah
mereka ketahui (apa yang ada di pikiran mereka) dengan (b) isi atau cerita
yang sedang mereka telusuri melalui kegiatan membaca teks.
b. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan istilah yang digunakan untuk
mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang perlu dipahami dan
menerapkan informasi yang ada dalam bahan-bahan tertulis.
Thorndike dalam Novi Resmini dkk :45 membaca merupakan
proses berfikir dan upaya untuk meningkatkan pemahaman harus
berpusat pada keterampilan berfikir itu.
Beery dalam Novi Resmini dkk :46 keterampilan itu ada tetapi
tidak dapat digunakan secara terpisah. Seorang pembaca tidaklah
membaca hanya untuk memperoleh gagasan utama atau gagasan rincian
tetapi menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara bersama-sama,
berpindah dari satu keterampilan ke keterampilan yang lain agar ia dapat
memperoleh pemahaman.
Goodman dalam buku Novi Resmini dkk :46 mendeskripsikan
membaca sebagai proses psikolinguistik, yakni pikiran dan bahasa saling
berhubungan tetapi keduanya tidaklah sama. Pembaca mengalami siklus
berfikir reflektif dalam menanggapi kata-kata yang tercetak, pembaca
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
berinteraksi dengan masukan yang berupa tulisan dan pembaca berupaya
untuk merekonstruksi pesan yang disampaikan oleh penulis.
Keberhasilan pemahaman bergantung kepada seberapa jauh pesan yang
dikonstruksi pembaca itu cocok dengan dengan pesan yang dimaksudkan
penulis. Smith dalam buku Novi Resmini dkk :46 menyatakan bahwa
membaca merupakan kegiatan visual dan nonvisual. Kegiatan visual
berasal dari apa-apa yang dilihatnya, yakni halaman yang tercetak.
Kegiatan nonvisual dari apa yang dipikirkan otaknya. Informasi
nonvisual adalah apa yang telah diketahui pembaca tentang membaca,
bahasa dan dunia pada umumnya. Selanjutnya terjadi tukar menukar
antara visual dan nonvisual. Semakin banyak yang diketahui otak,
semakin sedikit informasi visual yang diisyaratkan untuk
mengidentifikasi huruf, kata atau makna dan sebaliknya.
Pemahaman dipandang sebagai proses total akan menjadi lebih
mudah untuk diajarkan jika dapat dibagi menjadi unit-unit atau
subketerampilan tertentu. Untuk dapat memperoleh pemahaman setotal
mungkin subketerampilan di bawah ini perlu dipahami.
1. Memahami makna kata
2. Identifikasi rincian
3. Identifikasi gagasan utama
4. Identifikasi urutan
5. Identifikasi sebab akibat
6. Membuat inferensi
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
7. Membuat generelasi simpulan
8. Identifikasi nada dan suasana (mood)
9. Identifikasi tema
10.Identifikasi perwatakan
11.Identifikasi fakta, fiksi, dan opini
12.Identtikasi Propaganda.
c. Tujuan Pembelajaran Membaca
Tujuan pembelajaran kurikulum 1994 disesuaikan dengan bobot
kelas atau tingkat kelasnya. Di bawah ini dituliskan tujuan pembelajaran
masing-masing kelas yaitu kelas 3, 4, 5, dan 6.
Kelas Tujuan Pengajaran membaca Pemahaman
3 1. Siswa mampu membaca bacaan dengan lancar dan
dapat menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri,
2. Siswa mampu membaca puisi dengan inonasi yang
tepat.
3. Siswa mampu megungkapkan perasaan, dan
mengatakan pendapat mengenai bermacam-macam
sifat, kebiasaan dan watak pelaku dalam bacaan atau
cerita yang didengar.
4 1. Siswa mampu membaca bacaan dengan lancar dan
memahami isinya serta dapat mencari arti kata-kata
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
sukar dengan menggunakan kamus atau sumber-
sumber yang lain.
5 1. Siswa mampu membaca teks bacaan dan
menyimpulkan isinya dengan kata-kata sendiri.
2. Siswa mampu membaca teks bacaan secara tepat dan
dapat mencatata gagasan-gagasan utama.
3. Siswa mampu menyerap isi cerita, puisi, dan drama
serta dapat memberi tanggapan.
6 1. Siswa mampu membaca teks bacaan serta dapat
mengutarakan pendapat dan tanggapan mengenai
isinya.
2. Siswa mampu membaca sekilas suatu teks bacaan dan
menemukan garis besar isinya.
3. Siswa mampu memahami cerita, puisi, drama dan
dapat menceritakan kembali, memberikan kesan dan
tanggapan.
d. Tujuan Membaca
Tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yang di bacanya.
Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam
membaca.
Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses
yang bergulir, terus-menerus, dan berkelanjutan. Membaca pemahaman
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
sebagai sebuah proses mempercayai bahwa upaya memahami bacaan
sudah terjadi ketika kita belum membaca apa pun. Kemudian, pemahaman
itu menapaki tahapan yang berbeda dan terus berubah saat baris demi
baris, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf dari bacaan mulai kita
baca. Selanjutnya, pemahaman bacaan itu akan mencapai tahapan yang
lainnya ketika kita sampai pada bagiuan terakhir bacaaan itu, yakni ketika
menutup buku (Santoso Puji, 2000: 6.4).
Pembelajaran membaca harus mempuyai tujuan yang jelas. Tujuan
yang dimaksud meliputi:
1) Menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan;
2) Membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada siswa
menikmati bacaan;
3) Menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan;
4) Menggali simpanan pengetahuan atau skemata siswa tentang suatu
topic;
5) Menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa;
6) Mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan
dengan lisan maupun tertulis;
7) Melakukan penguatan atau penolakan terhadap ramalan-ramalan yang
dibuat oleh siswa sebelum melakukan perbuatan membaca;
8) Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi
untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam dalam sebuah bacaan;
9) Mempelajari struktur bacaan;
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
10) Menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru atau
sengaja diberikan oleh penulis bacaan (Santoso Puji, 2000: 6.5)
Secara garis besar kegiatan membaca mempunyai dua maksud
utama, yaitu:
A. Tujuan behavioral, yang disebut juga tujuan tertutup, ataupun tujuan
instruksional
B. Tujuan ekspresif atau tujuan terbuka.Tarigan (1993: 2)
Tujuan behavioral ini biasanya diarahkan pada kegiatan-kegiatan
membaca:
a. Memahami makna kata (word attack)
b. Keterampilan-keterampilan studi (study skills)
c. Pemahaman (comprehension)
Tujuan ekspresif terkandung dalam kegiatan-kegiatan:
a. Membaca pengarahan diri (self-directed reading)
b. Membaca penafsiran, membaca interpretatif (interpretative reading)
c. Membaca kreatif (creative reading). Tarigan (1993: 3)
3. a. Teknik Bacaan rumpang (Cloze Procerdure)
Bacaan rumpang (clozze procedure) adalah strategi yang
menggunakan sebuah cerita atau teks dengan menghilangkan beberapa
kalimat dalam teks tersebut. Strategi cloze procedure dapat digunakan
untuk mengajarkan membaca. Guru dapat menyiapkan bacaan sebelumnya
di rumah. Dari teks yang lengkap itu, kalimat pertama dan terkhir
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
dibiarkan tetap utuh. Hanya kalimat ke-2 dan seterusnyalah yang boleh
dihilangkan secara otomatis, misalnya berjarak interval interval 8-10 kata
atau setiap kata ke-8 dihilangkan. Semakin dekat jarak kata yang
dihilangkan, semakin sulit siswa menerka isi bacaan. Dengan strategi-
strategi tersebut di atas guru membutuhkan alat peraga. Salah satu
diantaranya yaitu alat peraga kartu kata. Dengan demikian peranan guru
sangat besar dalam menunjang keberhasilan pengajaran Membaca
pemahaman. (Santoso Puji, 2000: 6.11)
Klos berasal dari kata “CLOZURE” yaitu suatu istilah dari ilmu
jiwa Gestalt. Hal ini seperti yang dikemukakan Wilson Taylor yang
dikutip oleh Kamidjan, bahwa: Konsep teknik klos ini menjelaskan
tentang kecenderungan orang untuk menyempurnakan suatu pola yang
tidak lengkap menjadi suatu kesatuan yang utuh.(Kamidjan, 1996:66).
Berdasarkan pendapat di atas, dalam teknik klos pembaca diminta
untuk memahami wacana yang tidak lengkap, karena bagian tertentu telah
dihilangkan akan tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna.
Bagian - bagian kata yang dihilangkan itu biasanya disebut kata ke –
an. Kata ke – an itu diganti dengan tanda garis mendatar atau tanda titik-
titik, karena kata ke – an bisa berupa kata benda, kata kerja, kata
penghubung, dan kata lain yang dianggap penting. Tugas pembaca ialah
mengisi bagian-bagian yang kosong itu sama dengan wacana aslinya.
b. Manfaat Teknik Cloze Procedure
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
Metode Klos menurut Heilman, Hittleman, dan Bartmuth (dalam
Sujana,1987:144). menyatakan bahwa, teknik klos ini bukan sekedar
bermanfaat untuk mengukur tingkat keterbacaan wacana, melainkan juga
mengukur tingkat keterpahaman pembacanya. Melalui teknik ini kita akan
mengetahui perkembangan konsep, pemahaman, pemahaman, dan
pengetahuan linguistik siswa. Hal ini sangat berguna untuk menentukan
tingkat instruksional yang tepat murid-muridnya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan beberapa
manfaat dari metode klos ini yaitu dapat mengetahui tingkat keterbacaan
sebuah wacana, tingkat keterbacaan siswa, dan latar belakang pengalaman
yang berupa minat, dan kemampuan bahasa siswa.
c. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Cloze
Menurut Kamidjan (1996:72) suatu alat ukur tentu memiliki
keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya sebagai berikut : adanya pola
interaksi antara pembaca dan penulis, menilai keterbacaan sekaligus
keterampilan membaca, teknik klos merupakan alat tes yang bersifat
fleksibel dan singkat, tes klos dapat menjangkau jumlah pembaca yang
banyak, teknik klos dapat juga dipakai sebagai alat untuk mengajar di
kelas, tes ini juga bisa dipakai untuk latihan membaca pemahaman, dan
melatih siswa (pembaca) bersikap kritis terhadap wacana. Sedangkan
kelemahannya yaitu : validitas keunggulan pemahaman kurang, pembaca
belum tentu mengatasi pemahaman wacana tersebut, dan adanya kelipatan
pengisian yang konsistensi.
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
4. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media
adalah perantara atau mengantar pesan dari pengirim kepada penerima.
Garlach & Ely (Azhar Arsyad, 2007: 3) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku
teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Acapkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan
istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh
Hamlik (Azhar Arsyad, 2007: 4) dimana ia melihat bahwa hubungan
komunikasi akan berjalan dengan lancar dengan hasil yang maksimal
apabila menggunakan alat bantu ayng disebut media komunikasi.
Sementara itu Gagne & Briggs (Azhar Arsyad, 2007: 4) secara implisit
mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi, materi pengajaran, yang terdiri dari
antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film,
slide (gambar berbingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.
Dengan kata lain, media adalah komponen sumber-sumber belajar atau
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa
yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah
sarana atau wahana yang ada di lingkungan siswa yang digunakan dalam
pengajaran untuk memerangsang siswa untuk belajar.
5. Fungsi Media
Levie & Lents (Azhar Arsyad, 2007: 16-17) mengemukakqan empat
fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:
a) Fungsi Atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau
menyertai teks materi pelajaran.
b) Fungsi Afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar
atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa,
misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
c) Fungsi Kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian
yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapain tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d) Fungsi Kompesantoris media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan
dengan verbal.
6. Kartu Kata
Media kartu kata pada teknik bacaan rumpang digunakan untuk
memancing membaca pemahaman siswa, dengan media kartu ini maka
siswa akan dapat menerka isi dari bacaan yang berupa kalimat yang
dirumpangkan. Kartu kata ini berupa kartu-kartu yang berisi kalimat-
kalimat dari perumpangan kalimat dalam bacaan.
B. Hasil Penelitian Yang Relevansi
Supikati. 2010. Penggunaan Media Kartu Kalimat Rumpang untuk
Meningkatkan Keterampilan Menceritakan Kembali Isi Bacaan secara tertulis
pada Siswa Kelas II SSDN Warungdowo I Pohjentrek Pasuruan. Fakultas
Ilmu Pendidikan. Program S-1 PGSD PJJ Universitas Negeri Malang.
Hasil yang diperoleh dari penelitian mengalami peningkatan untuk
keaktifan kerja kelompok dari siklus 1 ke siklus 2 adalah 6, 96%, untuk
penilaian kinerja kelompok dari siklus 1 ke siklus 2 adalah 13, 26%, untuk
penilaian tes secara individu siklus I ke siklus 2 adalah 22,01% dengan
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
ketuntasan belajar pada siklus 1 sebesar 88% termasuk kategori baik dan pada
siklus 2 sebesar 96% termasuk kategori amat baik.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran membaca di SD yang diselenggarakan dalam rangka
mengembangkan kemampuan membaca yang harus mutlak dimiliki oleh
setiap warga negara agar dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Melalui pembelajaran membaca di SD, para siswa diharapkan memperoleh
dasar-dasar kemampuan membaca di samping kemampuan menulis dan
berhitung serta kemampuan esensial lainnya. Dengan dasar kemampuan itu,
siswa dapat menyerap berbagai ilmu yang sebagian besar disampaikan melalui
tulisan. Pembelajaran membaca yang diterima siswa SD terkadang bersifat
kontektual atau hanya sebatas siswa disuruh untuk membaca sebuah bacaan
kemudian diminta untuk mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah ada
di bawah bacaan. Hal ini tentunya sangat kurang baik untuk para siswa karena
dengan pebelajaran tersebut siswa akan merasa bosan dengan pembelajaran
yang seperti disebutkan di atas.
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
kondisi awal hasil belajar dan kemampuan
membaca pemahaman
rendah
Tindakan
dalam pembelajaran
guru menggunakan
teknik bacaan rumpang
dengan media kartu kata
Siklus II Siklus I
dalam pembelajaran guru dalam pembelajaran guru
menggunakan teknik menggunakan teknik
bacaan rumpang dengan bacaan rumpang dengan
media kartu kata media kartu kata
Hasil belajar dan kemampuan
membaca pemahaman meningkat
Gambar kerangka berpikir
Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat terlihat bahwa pada
kondisi awal hasil belajar siswa rendah, masih banyak siswa yang belum
tuntas KKM yang ditargetan sekolah, hanya beberapa siswa yang tuntas
KKM. Oleh karena itu harus ada tindakan yang dilakukan untuk mengatasi hal
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
tersebut agar hasil belajar dan kemampuan membaca pemahaman siswa dapat
meningkat yakni dengan pembelajaran dengan penerapan teknik bacaan
rumpang (cloze procedure) dengan penggunaan media kartu kata.
Pembelajaran tersebut dilaksanakan dua siklus dengan tiap siklusnya
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Dari pembelajaran membaca
pemahaman dengan penerapan teknik bacaan rumpang menggunakan media
kartu kata akan meningkatkan hasil belajar dan kemampuan membaca
pemahaman siswa.
Melihat kondisi awal di atas maka perlu adanya inovasi dalam
pembelajaran membaca pemahaman. Dengan penerapan teknik bacaan
rumpang dengan menggunakan media kartu kata maka para siswa akan
berusaha untuk dapat menemukan kalimat yang dihilangkan denagn
mencarinya melalui media kartu kata yang telah disediakan sehingga para
siswa akan merasa senang dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
membaca pemahaman.
Dengan melihat karakteristik penerapan teknik bacaan rumpang
dengan penggunaan media kartu kata, maka dilakukan tindakan dengan
menerapkan teknik bacaan rumpang dengan penggunaan media kartu kata
dengan harapan akan dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan
membaca pemahaman pada siswa serta akan dapat memberikan pengalaman
baru untuk guru dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat diduga dengan
penerapan teknik bacaan rumpang dengan menggunakan media kartu kata
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012
akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa
Indonesia tentang kemampuan membaca pemahaman.
D. Hipotesis Tindakan
Dari kerangka berfikir di atas, maka diajukan hipotesis tindakan
sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia tentang membaca
pemahaman ranah kognitif dapat ditingkatkan melalui penerapan teknik
bacaan rumpang dengan menggunakan media kartu kata.
2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia tentang membaca
pemahaman ranah afektif dapat ditingkatkan melalui penerapan teknik
bacaan rumpang dengan menggunakan media kartu kata.
3. Hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia tentang membaca
pemahaman ranah psikomotorik dapat ditingkatkan melalui penerapan
teknik bacaan rumpang dengan menggunakan media kartu kata.
Peningkatan Kemampuan Membaca..., Budi Prasetyo, FKIP UMP, 2012