bab ii kajian pustaka, konsep, landasan teori dan … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya...

23
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kemitraan Bidan dengan Dukun 2.1.1.1 Pengertian Kemitraan bidan dengan dukun adalah bentuk kerjasama antara bidan dan dukun, di mana kerjasama ini harus saling menguntungkan kedua belah pihak dan atas dasar transparansi, kesamaan serta rasa saling percaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Peran bidan dalam dalam bermitra adalah menolong kelahiran serta mengalihfungsikan dukun yang pada awalnya menolong persalinan menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan bayi (Depkes, 2008). Hasil penelitian Rukmini dan Ristrini (2006) di Provinsi Jawa Timur dan Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa sebagian besar dukun bayi mempunyai hubungan kerjasama dengan bidan di desanya dan hanya terdapat 20% dukun bayi yang tidak membangun hubungan kerjasama dengan para bidan. Kerjasama ini tidak mencakup semua hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Di Kabupaten Tuban misalnya, kerjasama ini dibangun hanya khusus untuk pertolongan persalinan. Penelitian lain di Kabupaten Bangkalan, Banjar dan Tanah Laut menunjukkan bahwa antara dukun dengan bidan tidak terjalin kerjasama yang baik karena masih banyak masyarakat yang menggunakan jasa dukun untuk menolong persalinan. Penelitian

Upload: lecong

Post on 17-Aug-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL

PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kemitraan Bidan dengan Dukun

2.1.1.1 Pengertian

Kemitraan bidan dengan dukun adalah bentuk kerjasama antara bidan dan

dukun, di mana kerjasama ini harus saling menguntungkan kedua belah pihak dan

atas dasar transparansi, kesamaan serta rasa saling percaya untuk meningkatkan

derajat kesehatan ibu dan bayi. Peran bidan dalam dalam bermitra adalah menolong

kelahiran serta mengalihfungsikan dukun yang pada awalnya menolong persalinan

menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan bayi (Depkes, 2008).

Hasil penelitian Rukmini dan Ristrini (2006) di Provinsi Jawa Timur dan

Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa sebagian besar dukun bayi mempunyai

hubungan kerjasama dengan bidan di desanya dan hanya terdapat 20% dukun bayi

yang tidak membangun hubungan kerjasama dengan para bidan. Kerjasama ini tidak

mencakup semua hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Di Kabupaten

Tuban misalnya, kerjasama ini dibangun hanya khusus untuk pertolongan persalinan.

Penelitian lain di Kabupaten Bangkalan, Banjar dan Tanah Laut menunjukkan bahwa

antara dukun dengan bidan tidak terjalin kerjasama yang baik karena masih banyak

masyarakat yang menggunakan jasa dukun untuk menolong persalinan. Penelitian

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

10

lain yang dilakukan oleh Budiyono dkk (2011) di Kabupaten Demak menunjukkan

bahwa ada kerjasama yang baik antara bidan dengan dukun, walaupun masih ada

dukun yang belum mau bekerjasama dengan para bidan dalam menolong persalinan.

Penelitian Rosmadewi dan Metti (2012) di Puskesmas Tanjung Sari Kabupaten

Lampung Selatan menunjukkan bahwa kemitraan antara bidan dan dukun sudah

terjalin dengan baik. Indikatornya, dukun sudah menyadari bahwa yang mempunyai

kewenangan dalam menolong persalinan adalah tenaga kesehatan. Idealnya,

kemitraan bidan dengan dukun merupakan bentuk kerjasama yang harus saling

menguntungkan dengan menerapkan prinsip keterbukaan, kesetaraan dan

kepercayaan.

Bentuk kerjasama antara bidan dengan dukun dilakukan sejak kehamilan,

persalinan, dan masa nifas di mana antara bidan dan dukun sudah ditetapkan

pembagian peran masing-masing dalam bermitra. Di Provinsi Jawa Timur dan

Kalimantan Selatan, bentuk kerjasama antara bidan desa dan dukun bayi terjadi

sejak pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, rujukan persalinan yang

mengalami komplikasi, merawat ibu pasca melahirkan dan merawat bayi baru lahir.

Kerjasama terjadi bila ibu melahirkan meminta bantuan kepada dukun dan bidan

secara bersamaan atau bila dukun bayi tidak mampu melakukan pertolongan sendiri

(Ristrini & Rukmini, 2006). Di Puskesmas Mranggen I Kabupaten Demak bentuk

kerjasama belum ditetapkan secara pasti karena belum tertuang dalam sebuah

kesepakatan tertulis.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka pada hakikatnya kemitraan antara

bidan dengan dukun dibangun untuk membantu persalinan. Untuk itu sebagai sebuah

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

11

bentuk kerjasama yang bertujuan untuk membantu persalinan, maka kemitraan

antara dukun dan bidan harus diorganisasi dengan baik sehingga antara kedua belah

pihak mengetahui selanjutnya menyadari peran masing-masing dalam membantu

persalinan. Prinsipnya adalah kepentingan ibu bersalin menjadi perhatian utama

dalam kemitraan yang dibangun.

2.1.1.2 Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dan Dukun

Ruang lingkup kegiatan kemitraan mencakup masukan, proses dan luaran

program.

1. Input

Meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional, penyiapan sarana

kegiatan bidan dan saran dukun, serta metode /mekanisme pelaksanaan kegiatan.

2. Proses

Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan kegiatan

dukun.Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan kegiatan dukun

mencakup aspek non teknis kesehatan. Tugas dukun ditekankan pada alih peran

dukun dalam menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan merawat ibu

nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan dengan dukun.

3. Output

Kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target upaya kesehatan ibu dan

anak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait,

meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang bermitra, meningkatkan rujukan

oleh dukun, meningkatnya cakupan pertolongan persalinan serta meningkatnya

deteksi risti / komplikasi oleh masyarakat.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

12

2.1.1.3 Prinsip Kemitraan Bidan dan Dukun

Kemitraan hanya dapat dibentuk bila ada lebih dari satu orang atau satu

organisasi yang akan bekerjasama, dalam hal ini adalah bidan dan dukun bayi. Untuk

mencapai suatu kemitraan ada beberapa prinsip yang digunakan:

1. Kesetaraan

Kesetaraan yang dimaksud adalah saling menghargai pengetahuan,

pengalaman,keberadaan dan keahlian mitranya. Jadi harus dimulai dari menerima

mitra apa adanya setara dengan dirinya.

2. Keterbukaan

Keterbukaan yang dimaksud adalah kemauan bersama untuk menjelaskan

perasaan dan keinginannya serta membicarakan persoalan masing-masing yang

masih harus diuji kebenarananya. Antara bidan dan dukun bayi harus dibuat

suasana yang tidak membuat satunya merasa lebih rendah, lebih pintar dan lebih

mampu.

3. Saling Menguntungkan

Kemitraan yang dimaksud adalah tidak ada yang kehilangan atau kerugian yang

diterima pada salah satu pihak, tetapi terjadi sinergi dari para pihak. Dengan

demikian harus dicari hal apa yang dapat disinergikan dan menyebabkan

keuntungan lebih besar untuk para pihak yang bermitra.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

13

2.1.1.4 Landasan Kemitraan Bidan dan Dukun

Dalam suatu kerjasama yang berprinsip kemitraan ada beberapa landasan

yang harus dipenuhi para pihak yang bermitra atau biasa disebut tujuh saling, yaitu:

1. Saling Memahami Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Bidan memiliki tugas dan fungsi utama dalam membantu persalinan ibu hamil.

Dukun bayi tidak melakukan tugas dan fungsi dalam membantu persalinan ibu

secara langsung. Tugas dan fungsi dukun bayi adalah mendorong agar proses

rujukan ibu bayi hanya kepada bidan atau tenaga kesehatan terlatih.

2. Saling Memahami Kemampuan Masing-masing

Bidan memiliki kemampuan teknis dan tugas utama dalam membantu persalinan

ibu sedangkan dukun bayi memiliki pengaruh dan dipercaya masyarakat. Masing-

masing kemampuan tersebut saling sinergi dan perlu dioptimalkan dalam

mendukung persalinan yang aman dan selamat bagi ibu.

3. Saling Menghubungi

Optimalisasi kemitraan antara bidan dan dukun bayi perlu terus ditingkatkan

dengan upaya saling menghubungi di antara masing-masing.

4. Saling Mendekati

Bidan lebih banyak berada di unit pelayanan (Puskesmas, Pustu, atau Poskesdes),

sedangkan dukun bayi sering dikunjungi atau mengunjungi ibu hamil. Untuk itu

perlu kiranya para pihak tersebut saling mendekati, seperti: mendorong dukun

bayi juga aktif datang ke posyandu, pustu, poskesdes ataupun Puskesmas.

Demikian pula dengan bidan desa untuk lebih aktif mengunjungi dukun bayi.

5. Saling Bersedia Membantu dan Dibantu

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

14

Pada umumnya bidan yang ditugaskan di desa masih relatif muda, terutama di

daerah terpencil dan kurang banyak pengalaman dan kepercayaan dari masyarakat

dibandingkan dukun bayi. Pada sisi lain, dukun bayi dengan pengalaman yang

cukup banyak dan disegani oleh masyarakat tidak memiliki keterampilan medis.

Karenanya dukun bayi tidak bisa mendeteksi persoalan komplikasi kehamilan ibu

serta penanganannya secara medis. Hal tersebut perlu saling disadari dengan cara

sifat bersedia membantu dan dibantu.

6. Saling Mendorong dan Mendukung

Bidan perlu terus mendorong dan mendukung dukun bayi untuk tetap dihargai

oleh masyarakat. Demikian pula sebaliknya, dukun bayi perlu mendukung proses

persiapan dan pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan.

7. Saling Menghargai

Saling menghargai antara bidan dan dukun bayi sangat penting. Dukun bayi telah

ada di masyarakat jauh sebelum keberadaan bidan ataupun perkembangan ilmu

kebidanan. Dukun bayi perlu menghargai perkembangan ilmu dan teknologi

kebidanan yang dimiliki dan ditugaskan oleh pemerintah.

2.1.1.5 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kemitraan Bidan dan Dukun

Pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan bidan dan dukun bayi bukan saja

pihak di desa/kelurahan, namun juga pihak-pihak terkait di tingkat kabupaten/kota

dan kecamatan. Berikut para pihak tersebut serta perannya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

15

1. Tingkat Kabupaten

a. Dinas Kesehatan sebagai koordinator dalam program kemitraan bidan dan

dukun bayi.

b. Dalam program ini juga dilibatkan peran multi pihak seperti SKPD yang terkait

urusan kesehatan (Dinas Kesehatan, RSUD, Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana, Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Masyarakat

Desa), Tim Penggerak PKK tingkat Kabupaten, organisasi profesi kesehatan,

akademisi, perguruan tinggi, LSM yang bergerak di bidang kesehatan, serta

yang tak kalah penting adalah melibatkan DPRD (khususnya Komisi yang

membidangi kesehatan).

c. Dinas Kesehatan akan membentuk tim yang terdiri dari berbagai pihak tersebut

di atas. Tim tersebut akan bertugas memberikan pembinaan, pengawasan dan

evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan program ini.

2. Tingkat Kecamatan

Pada skala kecamatan akan didampingi oleh camat, kepala puskesmas, PKK

tingkat kecamatan, dan kelompok kerja operasional (Pokjanal) desa siaga tingkat

kecamatan. Kerjasama tersebut untuk mendampingi, mengawasi dan evaluasi

program kemitraan bidan dan dukun bayi secara berkala di tingkat kecamatan.

3. Tingkat Desa/Kelurahan

Pada skala desa/kelurahan, maka kepala desa/lurah bersama dengan kelompok

PKK, pengurus desa siaga, tokoh agama dan tokoh masyarakat akan

mendampingi, memberikan pembinaan dan melakukan evaluasi proses kemitraan

secara berkala di tingkat desa/kelurahan bersama dengan bidan dan dukun bayi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

16

2.1.1.6 Peran Bidan dan Dukun dalam Pelaksanaan Kemitraan

Peran bidan dan dukun dalam pelaksanakan program kemitraan dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1

Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Kehamilan

Bidan Dukun

1. Melakukan pemeriksaan ibu hamil

(keadaan umum, menentukan taksiran

partus, menentukan keadaan janin

dalam kandungan, pemeriksaan

laboratorium yang diperlukan)

2. Melakukan tindakan pada ibu hamil

(pemberian imunisasi TT, pemberian

tablet Fe, pemberian pengobatan atau

tindakan apabila ada komplikasi)

3. Melakukan penyuluhan dan konseling

4. Melakukan kunjungan rumah

5. Melakukan rujukan apabila

diperlukan

6. Melakukan pencatatan

7. Membuat laporan

1. Memberikan motivasi ibu hamil

untuk periksa ke bidan

2. Mengantar ibu hamil yang tidak

mau periksa ke bidan

3. Membantu bidan pada masa

pemeriksaan ibu hamil

4. Melakukan penyuluhan pada ibu

hamil dan keluarga

5. Memotivasi ibu hamil dan

keluarga tentang KB

6. Melakukan ritual yang

berhubungan dengan adat dan

keagamaan

7. Melakukan motivasi pada saat

rujukan diperlukan

8. Melaporkan ke bidan apabila ada

ibu hamil baru

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

17

Tabel 2.2

Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Persalinan

Bidan Dukun

1. Mempersiapkan sarana prasarana

persalinan aman dan alat resusitasi

bayi baru lahir

2. Memantau kemajuan persalinan

sesuai dengan partograf

3. Melakukan asuhan persalinan

4. Melaksanakan inisiasi menyusu

dini dan pemberian ASI segera dari

1 jam

5. Injeksi vit K1 dan salep mata

antibiotik pada bayi baru lahir

6. Melakukan perawatan bayi baru

lahir

7. Melakukan tindakan PPGDON

apabila mengalami komplikasi

8. Melakukan rujukan bila diperlukan

9. Melakukan pancatatan persalinan

10. Membuat laporan

1. Mengantar calon ibu bersalin ke

bidan

2. Mengingatkan keluarga menyiapkan

alat transportasi untuk pergi ke bidan

atau memanggil bidan

3. Mempersiapkan sarana prasarana

persalinan aman seperti air bersih

dan kain bersih

4. Mendampingi ibu saat bersalin

5. Membantu bidan pada saat proses

persalinan

6. Melakukan ritual (jika ada atau perlu)

7. Membantu bidan dalam merawat bayi

baru lahir

8. Membantu bidan dalam inisiasi

menyusu dini kurang dari 1 jam

9. Memotivasi rujukan bila diperlukan

9. Membantu bidan membersihkan ibu,

tempat dan alat setelah persalinan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

18

Tabel 2.3

Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Nifas

Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara bidan dengan dukun

perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka. Meskipun

mekanisme sangat beragam tergantung keadaan, tetapi ada beberapa hal penting yang

harus disepakati (dituangkan secara tertulis dalam nota kesepakatan antara bidan –

dukun) yaitu mekanisme rujukan informasi ibu hamil, mekanisme rujukan kasus

persalinan, mekanisme pembagian biaya persalinan dan jadwal pertemuan rutin

bidan dengan dukun.

Bidan Dukun

1. Melakukan kunjungan neonatal dan

sekaligus pelayanan nifas

2. Melakukan penyuluhan dan

konseling pada ibu dan keluarga

(tanda-tanda bahaya dan penyakit

ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit,

kebersihan pribadi dan lingkungan,

kesehatan dan gizi, ASI Eksklusif,

parawatan tali pusat, KB setelah

melahirkan)

3. Melakukan rujukan apabila

diperlukan

4. Melakukan pencatatan

5. Membuat laporan

1. Melakukan kunjungan rumah dan

memberikan penyuluhan tentang

(tanda-tanda bahaya dan penyakit

ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit,

kebersihan pribadi dan

lingkungan, kesehatan dan gizi,

perawatan tali pusat dan

perawatan payudara)

2. Memotivasi ibu dan keluarga

untuk ber-KB setelah melahirkan

3. Melakukan ritual agama (jika ada

atau perlu)

4. Memotivasi rujukan bila

diperlukan

5. Melaporkan ke bidan apabila ada

calon akseptor KB

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

19

2.1.1.7 Langkah-langkah Kemitraan Bidan dan Dukun

1. Pendataan kesehatan ibu dan anak

Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan

kesehatan ibu dan bayi, serta potensi untuk penanganan masalah melalui

kemitraan dukun dan bidan.

2. Identifikasi potensi yang mendukung kemitraan

Dalam membangun kemitraan, perlu dilakukan identifikasi terhadap potensi yang

mendukung kemitraan. Potensi tersebut diantaranya adalah jumlah dan sebaran

dukun, kebiasaan atau budaya local masyarakat yang mendukung kemitraan,

dukungan pemerintah desa/kelurahan dalam peningkatan pelayanan kesehatan

masyarakat serta sumber pendanaan untuk mendukung kemitraan. Potensi ini

dapat menjadi dasar dalam membangun kemitraan.

3. Membangun dukungan para pihak

Dari langkah ini diharapkan muncul komitmen pemerintah untuk hadir pada

pertemuan pembentukan kesepakatan antara bidan dan dukun bayi, komitmen

untuk mendukung melalui program dan anggaran daerah, serta komitmen untuk

mendorong pembentukan regulasi yang menjamin keberlangsungan kemitraan

tersebut.

4. Pembentukan regulasi daerah

Meski telah dibangun kesepakatan dan kesepahaman antara peran dan tugas bidan

dan dukun bayi dalam kemitraan serta telah didukung komitmen informal atas

nama pemerintah daerah, hal tersebut juga perlu didukung dengan dengan

pembentukan regulasi daerah Peran para pihak dan konsekuensi pembiayaan perlu

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

20

dituangkan dalam regulasi daerah agar dapat dijamin oleh program dan angggaran

pemerintah daerah. Proses pembentukan regulasi daerah dapat berupa peraturan

kepala daerah ataupun peraturan daerah. Regulasi ini selain dapat memberikan

jaminan ketersediaan dana dalam mendukung kemitraan juga mendorong

pemenuhan ketersediaan dan distribusi bidan yang lebih merata di desa-desa

terpencil sebagai syarat terbentuknya kemitraan.

5. Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi

Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi merupakan langkah untuk

optimalisasi pelaksanaan peran dan tugas masing-masing.

6. Pemantauan dan penilaian

Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan diperlukan adanya langkah pemantuan

dan evaluasi yang dilakukan sercara terus menerus (bekesinambungan). Kegiatan

memantau dan menilai untuk melihat apakah semua kegiatan telah dilaksanakan

sesuai rencana yang ditetapkan.

7. Mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung

Dalam pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun bayi dibutuhkan sarana dan

prasarana pendukung yang juga merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan

kemitraan tersebut. Beberapa prasarana dasar yang perlu ada dalam pemberian

pelayanan oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah: Puskesmas, Pustu, Poskesdes,

Polindes, Rumah Tunggu Kelahiran, Posyandu, yang dilengkapi listrik dan air

bersih.

Sedangkan sarana yang dibutuhkan dalam menunjang kemitraan, diantaranya:

mobiler: tempat tidur lengkap, lemari, meja, kursi, kain tirai; alat kesehatan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

21

(alkes): Bidan kit, dopler, sungkup/amubag, tabung oksigen, tiang infus,

incubator, timbangan bayi, balita dan timbangan ibu hamil, alat pengukur panjang

badan bayi; buku pegangan bidan, dukun bayi dan alat tulis; baju seragam dukun

bayi (dimaksudkan untuk memberi rasa bangga dan sebagai pengakuan atas status

dan peranan mereka di masyarakat), peralatan P3K (Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan); media penyuluhan: lembar balik penyuluhan, film tentang KIA,

brosur, poster, dan lain-lain.

8. Administrasi dan pelaporan

Secara administratif, dukun bayi juga menyusun laporan kegiatan yang dicatat

dalam buku laporan dukun bayi. Buku laporan tersebut disesuaikan dengan

kebijakan puskesmas dan kemudahan pembuatan oleh dukun bayi. Pembuatan

laporan dapat dilakukan bersama-sama antara kader posyandu dan dukun bayi

sehingga kader dapat membantu dukun bayi yang mengalami kesulitan dalam

pembuatan laporan.

9. Pembiayaan

Sumber pembiayaan kemitraan dukun dan bidan berasal dari APBD (melalui

dinas kesehatan dan puskesmas), dana BOK (Bantuan Operasional Khusus)

puskesmas, dana jaminan persalinan (jampersal), sumber dana dari pihak ketiga,

ataupun dana dari swadaya masyarakat desa. Dana-dana tersebut dipergunakan untuk

membiayai: pendataan kesehatan ibu dan anak; pertemuan-pertemuan koordinasi di

tingkat kabupaten/kota; pelatihan-pelatihan bagi bidan dan dukun bayi, pemberian

transport bagi dukun bayi setiap kali mengantarkan ibu hamil untuk memeriksakan

kehamilan di fasilitas kesehatan, insentif untuk dukun bayi untuk setiap persalinan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

22

yang dirujuk ke bidan; pelatihan-pelatihan berkala bagi bidan, dukun bayi,

penyediaan sarana dan prasarana pendukung kemitraan; penyusunan regulasi daerah

tentang kemitraan bidan, dukun bayi pembiayaan lain sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan keuangan daerah.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemitraan Dukun dengan Bidan

Bedasarkan sejumlah penelitian, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kemitraan bidan dengan dukun mencakup persepsi, pengetahuan, budaya, sikap,

pengalaman, dukungan khususnya dari stakeholder.

Penelitian Salham dkk (2008) di Sulawesi Tengah menunjukkan adanya

saling pesimis antara bidan dengan dukun terhadap peran masing-masing dalam

bermitra. Para bidan berpandangan bahwa aktifitas dukun bayi sebaiknya harus

dibatasi. Sudah saatnya para dukun tidak diberi peluang untuk menolong persalinan.

Sementara itu, para dukun kurang dapat menerima keberadaan para bidan sebab

dianggap dapat mengurangi “rizki” mereka atau bahkan mengabaikan keberadaan

mereka. Para dukun merasa bahwa posisi mereka akan tergeser dengan kehadiran

bidan desa, sementara profesi ini merupakan salah satu sumber penghasilan utama

mereka. Keadaan ini berujung pada buruknya komunikasi antara bidan dengan para

dukun. Sementara itu penelitian Sudirman dan Sakung (2006) di Kabupaten

Donggala menunjukkan bahwa para bidan menilai para dukun bayi sudah tidak

cocok lagi dalam memberi pertolongan persalinan dan sebaiknya sudah harus

dibatasi bahkan dihentikan dari aktivitas menolong persalinan. Alasannya, para

dukun bayi yang tidak terlatih umumnya masih menggunakan praktik-praktik

tradisional yang bisa membahayakan keselamatan ibu dan anak. Oleh karena itu

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

23

bidan berpandangan bahwa sebaiknya dukun bekerjasama dengan bidan dalam

merawat ibu hamil, menolong persalinan dan merawat bayi sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Anggorodi (2009) menunjukkan bahwa

dukun yang tidak bermitra mengganggap istilah kemitraan sebagai bentuk kerja

yang tidak mutlak atau bergantung pada kebutuhan. Artinya bagi dukun jika suatu

kasus persalinan masih bisa ditangani sendiri maka mereka tidak harus meminta

bantuan tenaga kesehatan.

Kemitraan bidan dan dukun merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling

menguntungkan atas dasar prinsip keterbukaan dan kepercayaan. Di Indonesia,

program kemitraan ini telah dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan dalam upaya

percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi. Hasil penelitian Budiyono dkk

(2011) menunjukkan bahwa para stakeholder (camat, kepala desa, tokoh masyarakat)

sangat setuju dan mendukung adanya kemitraan antara bidan dan dukun. Bentuk

dukungan yang diberikan antara lain berupa memberikan sosialisasi dan pengarahan

melalui musyawarah dan melakukan mediasi antara dukun dengan bidan.

Sejumlah penelitian memperlihatkan antusiasme para bidan dalam

mendukung adanya kemitraan dengan para dukun dalam hal membantu persalinan.

Para bidan mengungkapkan bahwa kerjasama ini dapat membantu meringankan

pekerjaan mereka dalam mengjangkau ibu hamil karena dukun umumnya sudah

sangat dekat dengan masyarakat. Para dukun lebih dahulu mengetahui jika ada

masyarakat yang hamil. Selain itu, dalam proses persalinan, dukun dapat membantu

memberikan dukungan kepada ibu bersalin untuk mengejan dan memijat sehingga

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

24

sangat membantu pekerjaan bidan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kedekatan para dukun dengan ibu hamil dan keahlian tertentu yang dimiliki para

dukun dapat memungkinkan terjalinnya kemitraan antara para dukun dengan bidan

(Anggorodi, 2009).

Berbeda pandangan dengan bidan yang mau bermitra dengan para dukun,

bidan yang tidak mau bermitra dengan dukun mengungkapkan rasa kekecewaan

karena masyarakat cenderung lebih mengandalkan dukun bila ada persalinan,

ketimbang mereka sebagai para petugas kesehatan profesional (Anggorodi, 2009).

Ketidakpercayaan dari masyarakat akan kompetensi para bidan disebabkan karena

pada umumnya bidan PTT (Pegawai Tidak Tetap) masih berusia muda, kurang

berpengalaman, kurang menguasai adat dan tradisi masyarakat, serta bahasa

komunitas di wilayah kerjanya (Salham dkk, 2008).

Pada pelaksanaan kemitraan ini ditemukan beberapa hambatan atau kendala

diantaranya adalah pertama, belum ada pembagian tugas yang jelas dan konkret

tentang kemitraan antara bidan dengan dukun bayi. Selama ini, para dukun hanya

diberi bimbingan dalam bentuk mengajarkan cara-cara persalinan higines sekalipun

pengetahun dan keterampilan dari bidan belum tentu mampu diadopsi oleh dukun

bayi, seperti menyuntik, memberi obat dan vitamin penambah darah atau mendeteksi

resiko penyakit yang dapat membahayakan bayi dan ibunya. Kedua, pada umumnya

Bidan PTT masih berusia muda, kurang berpengalaman, kurang menguasai adat dan

tradisi masyarakat, serta bahasa komunitas di wilayah kerjanya. Ketiga, masih ada

daerah-daerah yang belum tersentuh kehadiran bidan dan fasilitas pelayanan

kesehatan seperti polindes dan posyandu. Keempat, lokasi fasilitas pelayanan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

25

kesehatan kurang strategis sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat, keterlambatan

pasokan obat ke polindes dan masih banyak masyarakat yang mengandalkan

kemampuan dukun dalam memberi pertolongan persalinan (Salham dkk, 2008;

Sudirman & Sakung , 2006 ).

Penelitian-penelitian di atas masih bersifat dangkal dan belum semua aspek

kemitraan diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian kualitatif untuk

menggali lagi secara lebih mendalam mengenai kemitraan dukun dengan bidan

dalam pertolongan persalinan dan hambatan dalam pelaksanaan kemitraan pada

budaya Manggarai.

2.2 Konsep Penelitian

2.2.1 Konsep Kemitraan

Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak yang memiliki

kepentingan yang sama, di mana sebelum melaksanakan tugas masing-masing,

terlebih dahulu disepakati mengenai komitmen dan apa yang mejadi keinginan atau

cita-cita serta harapan dari masing-masing pihak untuk mencapai tujuan bersama

(Notoatmodjo, 2010).

Kemitraan bidan dan dukun adalah bentuk kerjasama bidan dengan dukun

yang saling menguntungkan dengan prinsip kesetaraan, keterbukaan, dan

kepercayaan dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir. Pada kemitraan

ini, kegiatan bidan mencakup aspek medis, sedangkan kegiatan dukun mencakup

aspek non medis. Aspek medis adalah proses pengelolaan dan pelayanan program

kesehatan ibu dan anak mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

penilaian. Aspek non medis adalah menggerakkan keterlibatan individu, keluarga

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

26

dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta memberdayakan ibu

hamil dan keluarganya.

Kemitraan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah bentuk kerjasama

antara dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan, di mana dukun

mengantarkan calon ibu bersalin ke bidan dan ikut mendampingi ibu saat proses

persalinan.

2.2.2 Konsep Dukun

Dukun umumnya perempuan yang lebih tua, dan sangat dihormati di tengah

masyarakat karena pengetahuan dan pengalaman mereka dalam hal membantun

persalinan. Dukun adalah anggota masyarakat yang memiliki keterampilan menolong

persalinan secara tradisional yang diwariskan secara turun temurun atau melalui

pelatihan (Depkes, 2008).

Peran mereka mencakup pembantu kelahiran, memandikan, memijit-mijit,

membantu dalam urusan rumah tangga dan persiapan perawatan setelah melahirkan.

Pada konteks penelitian ini, dukun adalah seorang yang memiliki pengetahuan dan

pengalaman menolong persalinan baik melalui pelatihan maupun ilmu turun-temurun

yang berdomisili di kecamatan Borong. Adapun dukun yang diteliti adalah dukun

yang menjalin kemitraan dengan bidan dan dukun yang tidak bermitra dengan bidan.

2.2.3 Konsep Bidan

Bidan berarti “bersama wanita” atau dalam bahasa Prancis berarti “wanita

bijaksana”. Secara tradisional bidan adalah wanita desa yang belajar dengan cara

mengikuti proses persalinan keluarga atau tetangganya. Keterampilan dan

pengetahuannya diturunkan dari generasi ke generasi. Bidan adalah individu yang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

27

sudah menempuh pendidikan di bidang kebidanan dan telah diakui di negara tempat

tinggalnya serta telah mendapatkan izin untuk melakukan praktik kebidanan (Myles,

2011).

Bidan adalah seseorang yang sudah menjalani program pendidikan

kebidanan, yang diakui di negaranya, berhasil menjalankan program studi di bidang

kebidanan, dan memenuhi kualifikasi yang diperlukan untuk dapat terdaftar atau

mendapat izin resmi untuk melakukan praktik kebidanan (Myles, 2011). Bidan yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mereka yang telah menjalani program

pendidikan kebidanan dan ditempatkan di desa yang ada di kecamatan Borong.

2.3 Landasan Teori

Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antar individu-individu, kelompok-

kelompok, atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu

(Notoatmodjo,2012). Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen

dan harapan masing-masing, peninjauan kembali terhadap kesepakatan yang telah

dibuat, dan saling berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan yang diperoleh.

Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi maka setiap pihak yang

terlibat di dalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerja sama dan melepaskan

kepentingan masing-masing kemudian membangun kepentingan bersama. Oleh

sebab itu, dalam membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada kesamaan

perhatian, saling mempercayai dan menghormati, tujuan yang jelas dan terukur serta

kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain

(Notoatmodjo, 2012).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

28

Dalam rangka mengupayakan sebuah kemitraan yang sinergis, berikut ini

akan dipaparkan sejumlah elemen penting yang bisa mendukung berlangsungnya

proses kemitraan yang baik. Elemen-elemen tersebut antara lain sumber daya,

karakter pihak yang bermitra (patner), relasi antara patner, karakteristik kemitraan,

dan lingkungan sekitar (De Waal dkk, 2013; Eisler & Montouri, 2001; Lasker dkk,

2001, Shiveley, 2010).

Pertama, sumber daya. Sumber daya merupakan hal mendasar dan utama

dalam membangun sebuah kemitraan. Sumber daya ini meliputi dukungan finansial

(uang/dana), organisasi, informasi, agen pemerintah, stakeholder, perlengkapan dan

sarana prasarana seperti komputer, obat, makanan, buku-buku dan sebagainya.

Sumber daya yang dibutuhkan untuk menunjang kemitraan dukun dan bidan adalah

dana sebagai sumber pembiayaan program dan sarana prasarana seperti sarana

transportasi untuk merujuk ibu hamil, fasilitas kesehatan seperti puskesmas, pustu,

polindes yang dilengkapi dengan listrik dan air bersih, mobiler (tempat tidur lengkap,

lemari, meja, kursi, kain tirai), alat kesehatan seperti bidan kit, dopler, sungkup,

tabung oksigen, tiang infus, timbangan bayi, alat pengukur panjang badan bayi, buku

pegangan dukun, peralatan P3K dan media penyuluhan. (Kemendagri, 2014).

Kedua, karakteristik partner. Partner merupakan sumber daya utama dalam

membangun sebuah kemitraan. Karakteristik partner mencakup keterampilan dan

keahlian dari pihak yang bermitra serta persepsi mengenai keuntungan dan kerugian

dari kemitraan yang diikutinya. Umumnya, para partner yang sangat aktif di dalam

sebuah kemitraan, terdorong oleh rasa bahwa mereka akan memperoleh banyak

manfaat dari kemitraan yang dibangun. Sementara mereka yang kurang terlibat aktif,

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

29

umumnya didorong oleh rasa bahwa kemitraan yang dibangun tidak sesuai dengan

kebutuhan mereka atau kemitraan yang dibangun mempunyai banyak kekurangan.

Ketiga, relasi antara partner. Relasi antara partner meliputi kepercayaan,

konflik, dan penghargaan. Kepercayaan merupakan prasyarat bagi terciptanya sebuah

kerjasama yang baik. Organisasi atau individu yang terlibat dalam kemitraan harus

menaruk kepercayaan kepada partnernya bahwa mereka akan sungguh

bertanggungjawab dengan tugas dan perannya masing-masing. Selain kepercayaan,

penghargaan juga merupakan bagian yang penting dalam kemitraan. Kemitraan akan

terjalin dengan baik apabila terdapat rasa saling apresiasi atau menghargai antara

partner. Konflik dan pembagian wewenang juga menjadi hal yang penting dalam

bermitra. Konflik bisa saja memperkuat sebuah kemitraan jika perbedaan pendapat

bisa meransang pendekatan yang baru dalam sebuah kemitraan. Tetapi apabila

sebuah konflik tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan masalah antara

partner. Perbedaan wewenang antara partner juga menjadi potensi konflik ketika ada

pembatasan mengenai siapa yang terlibat, pendapat siapa yang dianggap benar dan

siapa yang paling berpengaruh dalam mengambil sebuah keputusan. Pada kemitraan

bidan dan dukun, landasan kemitraan yang harus dipenuhi adalah saling menghargai

kedudukan, tugas dan fungsi, saling memahami kemampuan masing-masing, saling

menghubungi, saling bersedia membantu, saling mendukung dan saling menghargai

(Kemendagri, 2014).

Keempat, karakteristik kemitraan. Kepemimpinan, manajemen pembagian

tugas, komunikasi yang efektif, komitmen, koordinasi dan efisiensi merupakan

karakteristik kemitraan yang sangat mempengaruhi terbentuknya sebuah kemitraan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

30

yang sinergis. Pertama, kepemimpinan. Pemimpin harus memiliki kemampuan dalam

membangun relasi untuk memperkuat kepercayaan, keterbukaan antara partner,

menciptakan kondisi yang dapat menjembatani perbedaan pendapat dan mampu

mengolah konflik antara partner. Kedua, komunikasi. Komunikasi merupakan hal

yang paling penting dalam menjalin kemitraan. Tanpa komunikasi yang memadai,

kolaborasi yang efektif tidak akan mungkin terjadi. Kualitas komunikasi memberikan

kontribusi bagi keberhasilan kemitraan. Ketiga, manajemen pembagian tugas

merupakan prosedur penentuan siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan

pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing pihak yang bermitra. Keempat

efisiensi. Efisiensi dalam hal ini adalah peran dan tanggung jawab partner sesuai

dengan kepentingan dan keahlian mereka masing-masing serta dapat memanfaatkan

secara efektif kemampuan finansial, sumber daya dan waktu yang ada.

Kelima, lingkungan eksternal. Kemitraan juga sangat dipengaruhi oleh

lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal ini mencakup dukungan kebijakan dari

pemerintah, dan karakteristik dari masyarakat setempat.

Berdasarkan ulasan di atas maka dapat dikatakan bahwa sebuah kemitraan

membutuhkan banyak elemen sebagai daya dukung, sehingga bisa berjalan efektif

dalam mengupayakan kepentingan konstituen. Elemen-elemen tersebut antara lain

adalah sumber daya, karakter pihak yang bermitra, relasi antara partner, karakteristik

kemitraan dan lingkungan sekitar. Hal ini juga didukung oleh sejumlah penelitian

yang menemukan sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap kemitraan bidan

dengan dukun antara lain persepsi, budaya, ketersediaan sarana dan prasarana,

komunikasi dan dukungan khususnya dari stakeholder.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … 2 tesis.pdfanak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang

31

2.4 Model Penelitian

Gambar 2.1 Model Penelitian

Sumber Daya

Dana

Sarana dan prasarana

Karakteristik Partner

Keterampilan

Motivasi

Relasi Antar Partner

Konflik

Kepercayaan

Penghargaan Kemitraan dukun dengan bidan

dalam pertolongan persalinan

Karakteristik Kemitraan

Peran

Komunikasi

Pengambilan Keputusan

Koordinasi

Komitmen

Lingkungan Eksternal

Karakteristik masyarakat

Dukungan TOMA,TOGA

Hambatan dalam Kemitraan