beberapa tanda tanda tukang sihir dan dukun
TRANSCRIPT
Beberapa Tanda-tanda
Tukang Sihir dan Dukun
Disusun oleh: Kepala Urusan Amr bil Ma'ruf aa Nahyi 'anil Munkar (divisi urusan
penegakkan kebaikan dan pencegahan kemungkaran) Di Kota Riyadh, Pusat Kantor Al Faruq
Al Faishaliyah, Kerajaan Arab Saudi.
Alih Bahasa: Islamic Cultural Center (ICC) Dammam, Divisi Indonesia
Sambutan Disampaikan oleh Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin rahimahullah
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang, Wa ba'du, Saya telah
menelaah lembaran ini yang berisi peringatan agar menjauhi para dukun dan tukang sihir,
tanda-tanda dukun, hukum orang yang menanyainya, dan yang semisalnya; dan sungguh
telah benarlah orang yang mengambil gambar dan menyusunnya; maka dengan menyebarkan
lembaran ini ada manfaat yang besar. Dan Allah-lah pemberi taufik.
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, semoga shalawat dan salam tercurah kepada
semulia-mulia nabi dan rasul, nabi kita Muhammad, kepada keluarga, sahabat-sahabat, dan
para pengikutnya.
Sambutan Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah Ar-Rajihi -hafizhahullah-
Amma ba'du, saya telah menelaah Lembaran Penyuluhan yang berjudul: (DIANTARA
TANDA-TANDA TUKANG SIHIR DAN DUKUN) yang diterbitkan oleh markas Al Faruq
dan Al Faishaliyyah, saya lihat merupakan lembaran yang bermanfaat bagi seorang muslim,
menjelaskan tentang tanda-tanda tukang sihir dan dukun, agar menjauhi mereka. Dengan ini
akan melindungi akidah seorang muslim, karena tukang sihir yang berhubungan dengan setan
telah kafir kepada Allah 'azza wa jalla. Dan wajib bagi seorang muslim untuk berhati-hati
dari para tukang sihir, dukun, ahli nujum, dan tukang ramal, dan melindungi diri dengan
wirid-wirid yang syar'i yang berasal dari kitabullah dan sunnah nabi-Nya shallallahu alaihi
wasallam, dan mengobati dengan ruqyah yang sesuai syariat.
Oleh karena itu, penyebaran lembaran ini di kalangan kaum muslimin sangat bermanfaat, dan
merupakan salah satu bentuk tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
Saya mohon kepada Allah agar semua diberi keikhlasan dalam beramal, benar dalam
berucap, serta teguh dan istiqamah dalam agama. Sesungguhnya Allah-lah penolong dalam
hal ini dan Maha Kuasa untuk mengabulkannya.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad, juga kepada keluarga
dan para sahabatnya.
عليه وسلم قال من أتى كاهنا افا فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على عن أبي هريرة والحسن عن النبي صلى للا أو عر
عليه وسلم. مسند أحمد )رقم الحديث: د صلى للا (9171محم
Dari shahabat Bin Malik Anas radhiyallahu 'anhu berkata:
”Siapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun kemudian membenarkan apa yang
diucapkannya, maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam." (Hadis Riwayat Imam yang Empat [Abu Daud,
Tirmizi, Nasa'i, dan Ibnu Majah] dan Al Hakim).
Bertanya kepada orang yang sakit tentang namanya dan nama ibunya.
Meminta hewan untuk disembelih dengan cara tertentu tanpa menyebut nama Allah,
dan kadang melumurkan darahnya pada tempat yang sakit pada diri orang yang sakit;
atau menyuruhnya untuk melemparkan sembelihan tersebut ke tempat yang sudah tak
berpenghuni lagi, atau ke sebuah batu atau pohon-pohon tertentu.
Membaca jampe-jampe, rajah-rajah, dan komat-kamit dengan ucapan yang tidak
dapat dipahami.
Meminta sesuatu yang aneh yang bertujuan agar tidak bisa dipenuhi seperti sebelas
ekor tikus yang ditangkap pada saat orang tidur siang; atau tikus yang yatim atau kera
buta. Jika orang yang sakit tersebut tidak dapat memenuhinya, dia meminta uang yang
banyak dan mengesankan kepada orang sakit tersebut bahwa uang ini adalah nilai
persembahan untuk raja jin yang diminta mendatangkan permintaan tersebut.
Kadang-kadang tukang sihir atau dukun itu menebak nama orang yang datang
kepadanya, atau nama ibunya, atau negeri asalnya, atau permasalahan yang membuat
dia datang. Hal ini termasuk bantuan setan kepadanya.
Meminta sisa-sisa sesuatu seperti baju, atau pakaian dalam, atau sisir, atau kuku-kuku,
atau rambut, maupun gambar.
Memberikan kepada orang yang sakit itu selembar kain berbentuk segi tiga atau segi
empat yang dibungkus di dalam kulit, atau dalam potongan logam, yang berisi
permintaan tolong yang bersifat syirik, angka-angka serta huruf-huruf yang besar
maupun kecil kemudian diperintahkan untuk dikalungkan di leher atau di lengan atau
meletakannya di bawah bantal.
Memberikan kepada orang yang datang kepadanya – baik orang yang sakit atau yang
lainnya – air yang didalamnya terdapat lembaran-lembaran yang bertuliskan rajah-
rajah dan permintaan tolong kepada setan; dan memerintahkannya untuk mandi
dengan air tersebut di tempat yang sudah tak berpenghuni atau di kuburan yang sudah
tak dikunjungi manusia.
Menyuruh untuk mengenakan pakaian yang dipenuhi oleh rajah-rajah dan simbol-
simbol pada hari-hari tertentu.
Termasuk tanda-tanda tukang sihir adalah menghinakan dan merendahkan Al-
Qur'anul Karim dengan benda-benda najis, baik berupa menuliskan ayat-ayat dengan
najis atau melumurinya dengan benda-benda najis seperti darah haid, sebagai
persembahan yang diberikan oleh tukang sihir agar dilayani setan-setan.
Memberikan kepada orang yang sakit lembaran-lembaran kertas yang di dalamnya
terdapat dedaunan kering atau benda-benda untuk dibakar dan asapnya dikenakan ke
badan.
Memerintahkan membawa kulit serigala atau gigi-giginya atau mengikat ikatan-ikatan
hitam di mobilnya.
Memberikan sesuatu yang aneh seperti telor yang ditulisi rajah-rajah; atau gembok
yang dibungkus dengan kulit atau rajah-rajahan.
Di antara tanda-tanda dukun adalah membaca telapak tangan atau cangkir.
Di antara tanda-tanda dukun adalah melemparkan kerang ke secarik kain atau kulit
binatang buas, atau melemparkan dengan biji kapulaga atau biji kurma.
Menuliskan rajah-rajah atau simbol-simbol atau huruf-huruf yang terpisah [tidak
bersambung] atau angka-angka atau segi empat maupun lingkaran-lingkaran.
Memberikan kepada orang yang sakit sesuatu untuk dipendam di bumi.
Menuliskan untuk orang sakit huruf-huruf yang terpisah-pisah pada bejana atau piring
porselen atau sepotong kayu menggunakan alat tertentu dengan benda yang bisa
dilarutkan atau za'faran; dan memerintahkan kepada orang yang datang kepadanya
untuk melarutkannya dan meminumkannya kepada orang yang dimaksudkan.
Kadang dukun memberikan cincin yang diukiri rajahan.
Di antara tanda-tanda dukun adalah menuangkan cairan timah.
Di antara tanda-tanda dukun adalah menggariskan sesuatu di atas pasir.
\
Dukun, Tukang Ramal, dan Zodiak
At Tauhid edisi VI/22
Diriwayatkan dari sebagian istri Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, beliau
bersabda,“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal dan meminta untuk mengabarkan
sesuatu, kemudian ia membenarkan perkataannya maka tidak diterima shalatnya 40 hari”[1]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu beliau berkata, Rasulullah shallallaahu alaihi wa
sallam bersabda,“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun kemudian
membenarkan perkataannya, maka ia telah kufur dengan Al Qur‟an yang telah diturunkan
kepada Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam”[2]
Syaikh Muhammad Al Yamani Al Wushobiy mendefinisikan tukang ramal (‘arraaf), yaitu
seseorang yang memberitahukan letak barang yang hilang atau dicuri dan selainnya yang
tersembunyi keberadaannya bagi manusia. Maka sebagian manusia mendatangi tukang ramal
tersebut dan ia memberitahukan tentang sihir, barang yang hilang, barang yang dicuri,
maupun identitas pencuri atau penyihir, atau informasi sejenis yang tidak diketahui. Berbeda
dengan dukun (kaahin, populer dengan sebutan “paranormal” dalam bahasa Indonesia -pen)
yaitu seseorang yang memberitahukan kepada manusia perkara ghaib, yang belum pernah
terjadi, seperti Mahdi Amin[3],
kalangan dukun dan sejenisnya, begitu pula orang yang memberitahukan perkara batin dalam
diri manusia (biasanya dengan memberitahukan sifat-sifat rahasia, karakter, atau watak orang
tersebut yang hanya diketahui dirinya pribadi –pen).[4]
Sedangkan zodiak ialah diagram yang digunakan oleh ahli astrologi untuk menggambarkan
posisi planet dan bintang. Diagram tersebut dibagi menjadi 12 bagian, masing-masingnya
memiliki nama dan simbol. Zodiak digunakan untuk memperkirakan pengaruh kedudukan
planet terhadap nasib atau kehidupan seseorang.”[5]
Inilah beberapa pembahasan yang diambil dari berbagai penjelasan para ulama, yang insya
Allah akan kami ketengahkan ke hadapan pembaca. Semoga Allah mudahkan.
Hukum Mendatangi Tukang Ramal Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu ta‟ala berkata,“Zhahir hadits (yang
kami sebutkan di atas –pen) ialah barangsiapa yang bertanya kepada tukang ramal, maka
shalatnya tidak akan diterima 40 hari, akan tetapi hukum ini tidaklah berlaku mutlak. Adapun
hukum bertanya kepada tukang ramal dan sejenisnya terbagi menjadi beberapa jenis:
Jenis Pertama: hanya sekedar bertanya saja, maka ini adalah haram berdasarkan sabda Nabi
shallallaahu alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal,… dst. (yang
telah disebutkan di atas –pen). Maka ditetapkannya hukuman bagi orang yang bertanya
kepada tukang ramal menunjukkan keharamannya, karena tidaklah hukuman atas suatu
perbuatan itu disebutkan kecuali menunjukkan atas keharamannya.
Jenis Kedua: bertanya kepada tukang ramal kemudian membenarkan dan mempercayai
perkataannya, maka hal ini adalah bentuk kekufuran, karena membenarkan perkara ghaib
berarti mendustakan Al Qur‟an di mana Allah Ta‟ala berfirman (yang artinya),“Katakanlah:
“Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah”
(QS. An Naml : 65).
Jenis Ketiga: bertanya kepada tukang ramal dengan maksud untuk mengujinya, apakah ia
jujur atau pendusta, bukan dengan maksud untuk mengambil perkataannya. Maka hal ini
tidaklah mengapa, dan tidak termasuk dalam hadits di atas. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam
pernah bertanya kepada Ibnu Shayyad[6], “Apa yang aku sembunyikan darimu?” Ibnu
Shayyad menjawab, “Asap”, maka Nabi menjawab, “Tetaplah di tempatmu. Engkau tidak
akan melampaui apa yang telah Allah takdirkan padamu.”[7]
Jenis Keempat: bertanya dengan maksud untuk menampakkan kelemahan dan kedustaan
tukang ramal tersebut, kemudian mengujinya dalam rangka menjelaskan kedustaan dan
kelemahannya. Maka hal ini dianjurkan, bahkan hukumnya terkadang menjadi wajib.
Karena menjelaskan batilnya perkataan dukun tidak diragukan lagi merupakan suatu hal yang
dianjurkan, bahkan bisa menjadi wajib.
Maka larangan bertanya kepada tukang ramal tidaklah berlaku mutlak, akan tetapi dirinci
sesuai dalil-dalil syar‟i yang telah disebutkan.”[8]
Bagaimana Cara Tukang Ramal Mengetahui Hal-Hal Ghaib? Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhahullahu ta‟ala menjelaskan,“Dukun tidaklah
mengetahui perkara ghaib kecuali menggunakan jin, yaitu dengan cara beribadah kepada jin
tersebut dengan ibadah yang mengandung kesyirikan. Kemudian jin menggunakan
kesempatan untuk memalingkan manusia dari ibadah kepada Allah, dan hal tersebut
dilakukan agar jin mau mengabarkan hal-hal ghaib.
Adapun jin dapat mengetahui perkara ghaib, yang terkadang benar, dengan cara mencuri
rahasia langit. Yaitu jin saling menumpuk satu sama lain hingga mendengar wahyu Allah
Jalla wa „Ala dari langit. Maka dilemparilah jin dengan panah api sebelum jin tersebut
memperoleh rahasia langit dengan sembunyi-sembunyi, akan tetapi terkadang panah api
tersebut dilemparkan setelah jin memperoleh rahasia langit. Maka jin kemudian membawa
rahasia tersebut kepada dukun, akan tetapi diubah dengan kedustaan, atau ditambah dengan
100 kedustaan. Dukun kemudian mengagungkan jin karenanya, dan pengagungan tersebut
ialah bentuk ibadah manusia atas jin.
Adapun sebelum diutusnya Nabi „alaihish shalatu wa sallam banyak rahasia langit yang
beredar, akan tetapi pasca pengutusan Nabi alahish shalatu wa sallam langit dijaga dengan
lebih ketat, karena Al Qur‟an dan wahyu telah turun, maka rahasia langit dijaga agar tidak
ada yang menyerupai wahyu dan nubuwwah. Hingga wafatnya Nabi alaihish shalatu wa
sallam rahasia langit kembali beredar akan tetapi hanya sedikit dibandingkan sebelum
diutusnya Nabi. Maka dapat disimpulkan bahwa kondisi rahasia langit terbagi menjadi tiga :
Sebelum pengutusan Nabi alaihish shalatu wa sallam: rahasia langit banyak beredar
Setelah pengutusan Nabi alaihish shalatu wa sallam: jin tidak mendapat rahasia langit
kecuali sangat jarang terjadi, itu pun bukan merupakan wahyu dari Allah Jalla wa
„Alla
Setelah wafatnya Nabi alaihish shalatu wa sallam: rahasia langit kembali beredar,
akan tetapi tidak sebanyak sebelumnya, karena langit dijaga ketat dengan panah api.
Allah Jalla wa „Ala menjelaskan hal tersebut dalam banyak ayat Al Qur‟an, mengenai
bintang-bintang dan panah api yang dilemparkan kepada jin, sebagaimana firman
Allah (yang artinya), “Kecuali syaithan yang mencuri-curi (berita) yang dapat
didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.” (QS. Al Hijr
: 18)[9]
Hanya Allah yang Mengetahui Perkara Ghaib Ahmad bin Abdul Halim Al Harroni rahimahullah membagi perkara ghaib menjadi dua jenis,
yaitu:
Pertama, ghaib muthlaq, yang tidak diketahui oleh seluruh makhluq. Allah Ta‟ala
berfirman (yang artinya),“Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang
ghaib itu” (QS. Al Jin : 26)
Kedua, ghaib muqayyad yang tidak diketahui kecuali oleh sebagian makhluk dari kalangan
malaikat, jin, manusia dan yang menyaksikannya. Maka hal ini menjadi ghaib bagi sebagian
makhluk, namun tidak ghaib bagi yang menyaksikannya. [10]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa‟diy rahimahullahu ta‟ala menjelaskan,“Sesungguhnya
hanya Allah Ta‟ala saja yang mengetahui perkara ghaib, maka barangsiapa yang mengaku
mengetahui perkara ghaib maka ia telah menjadi sekutu (tandingan) bagi Allah, baik berupa
perdukunan, ramalan, dan sejenisnya. Atau barangsiapa yang membenarkan perkataan
tersebut maka ia telah menjadikan sekutu bagi Allah dalam kekhususan-Nya, dan ia telah
mendustakan Allah dan Rasul-Nya.[11]
Hukum Mempercayai Zodiak Zodiak atau sering diistilahkan dengan astrologi (ilmu ta‟tsir), merupakan bagian dari ilmu
nujum. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu ta‟ala kembali
menjelaskan berkaitan dengan ilmu ta‟tsir ini, “Ilmu ta‟tsir (astrologi) terbagi menjadi tiga,
yaitu:
Pertama, keyakinan bahwa bintang-bintang memiliki pengaruh atas seseorang, dalam arti
bahwa bintang-bintang tersebut mampu menciptakan kejadian dan musibah. Maka hal
tersebut merupakan kesyirikan akbar, karena barangsiapa yang menyerukan bahwa selain
Allah ada pencipta lain, maka ia melakukan syirik akbar. Hal tersebut juga menjadikan
pencipta (yaitu Allah Ta‟ala) tunduk pada salah satu makhluq-Nya (yaitu bintang-bintang).
Kedua, keyakinan bahwa bintang-bintang menjadi sebab bagi sesuatu yang belum terjadi,
dan hal tersebut ditunjukkan melalui pergerakannya, peralihannya, atau pergantian tertentu
dari bintang. Misalnya perkataan „Karena bintang ini bergerak seperti ini, maka itu artinya
orang ini hidupnya akan sial‟, atau „Karena orang ini lahir saat bintang berada dalam posisi
ini, maka ia akan menjadi orang yang bahagia‟. Maka hal semacam ini termasuk menjadikan
ilmu perbintangan sebagai sarana untuk meramal perkara ghaib, dan perbuatan ini termasuk
kekufuran yang dapat mengeluarkan seseorang dari agama. Allah Ta‟ala berfirman (yang
artinya), “Katakanlah: „Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara
yang ghaib, kecuali Allah‟” (QS. An Naml : 65)
Ketiga, keyakinan bahwa bintang-bintang menjadi sebab terjadinya kebaikan atau
keburukan. Yaitu dengan menyandarkan segala sesuatu yang terjadi sebagai akibat
pergerakan bintang, dan hal tersebut dilakukan hanya jika sesuatu tersebut telah terjadi. Maka
perbuatan semacam ini tergolong syirik ashghar.[12]
Semoga Allah memberi taufik. [Yhouga AM]
_____________
[1] HR. Muslim [2230] tanpa lafadz “..kemudian ia membenarkan perkataannya..” Syaikh
Shalih Al Fauzan hafizhahullahu ta‟ala menjelaskan makna “tidak diterima shalatnya”
dengan “tidak diberi pahala shalatnya”. Sehingga shalat tetap wajib bagi orang tersebut.
Wallahu a‟lam. (lihat Al Mulakhash fi Syarh Kitab At Tauhid hal. 213 cet. Darul Ashimah)
[2] HR. Al Hakam [I/8] dishahihkan dan disepakati oleh Adz Dzahabi dan Al Albani dalam
Al Irwa‟ [2006]
[3] Nama seorang dukun dari Iran
[4] Al Qoulul Mufid fi Adillati At Tauhid hal. 142, cet. Dar Ibn Hazm
[5] Zodiac, Google Dictionary, http://google.com/dictionary
[6] Ibnu Shayyad, namanya Shaafi, sebagian pendapat mengatakan namanya Abdullah bin
Shayyad, atau Shaa‟id. Ia adalah seorang Yahudi penduduk Madinah, sebagian pendapat
mengatakan ia bahkan seorang Anshar. Ia masih kecil saat kedatangan Nabi shallallaahu
alaihi wa sallam ke Madinah, sebagian pendapat mengatakan ia kemudian masuk Islam.
Dikatakan bahwa Ibnu Shayyad ialah Dajjal, ia terkadang mampu meramal, sebagian orang
kemudian membenarkannya dan sebagian yang lain mendustakannya. Maka beritanya segera
tersebar, dan orang-orang menyangka ia adalah Dajjal. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam
kemudian menemui Ibnu Shayyad untuk mengklarifikasi kebenaran hal tersebut (lihat HR.
Bukhari 1355) Ibnu Shayyad tetap hidup setelah Nabi shallallaahu alaihi wa sallam wafat,
namun keberadaannya tidak diketahui setelah itu. Para ulama, semisal Ibnu Hajar dalam
Fathul Bari 13/328, menjalaskan bahwa Ibnu Shayyad ialah salah satu diantara Dajjal, akan
tetapi bukanlah Dajjal akbar. Wallahu a‟lam. (Man Huwa Ibnu Shayyad?, Syaikh Muhammad
Shalih Munajjid, www.islam-qa.com)
[7] HR. Bukhari [1355] dan Muslim [2931]
[8] Al Qoulul Mufid Syarh Kitab At Tauhid, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin,
I/332, cet. Darul Aqidah
[9] At Tamhid fi Syarh Kitab At Tauhid hal. 318-319. Syaikh Shalih bin Abdul „Azis Alu
Syaikh, cet. Darut Tauhid
[10] Majmu‟ Fatawa, Ahmad bin Abdul Halim Al Harroni, 16/110
[11] Al Qoulus Sadiid fi Maqashid At Tauhid hal. 80, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As
Sa‟diy, cet. Darul Aqidah
[12] Al Qoulul Mufid, II/3
http://buletin.muslim.or.id/aqidah/dukun-tukang-ramal-dan-zodiak
___________________
Sensasi Dukun dan Perdukunan
Sebenarnya dukun dan perdukunan bukanlah sesuatu yang baru atau asing dalam sejarah
kehidupan manusia. Keberadaannya sudah sangat lama, bahkan sebelum datangnya Islam dan
diutusnya Nabi kita Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:
“Apakah kamu tidak memerhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka
percaya kepada jibt dan thaghut, serta mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik
Makkah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.” (An-Nisa‟:
51)
Ath-Thabari rahimahullahu menyebutkan dalam Tafsirnya (2/7726), dengan sanadnya sendiri
dari Sa‟id bin Jubair, bahwa –berkenaan dengan ayat ini– ia mengatakan, yang dinamakan
jibt dalam bahasa Habasyah adalah sahir (tukang sihir) sedangkan yang dimaksud dengan
thaghut adalah kahin (dukun).
Kala itu, perdukunan benar-benar mendapat tempat di hati banyak orang. Karena mereka
meyakini, para dukun mempunyai pengetahuan tentang ilmu ghaib. Orang-orang pun
berduyun-duyun mendatanginya, mengadukan segala permasalahan yang dihadapinya untuk
kemudian menjalankan petuah-petuahnya.
Al-Imam Muslim rahimahullahu di dalam kitab Shahihnya, bab Tahrimul Kahanah wa
Ityanul Kahin, meriwayatkan dari Mu‟awiyah bin Al-Hakam As-Sulami radhiyallahu „anhu,
bahwa ia menceritakan: Aku sampaikan kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam
beberapa hal yang pernah kami lakukan di masa jahiliah, yaitu bahwa kami biasa mendatangi
para dukun. Beliau kemudian bersabda:
: . : : .
“Jangan sekali-kali kalian mendatangi dukun-dukun itu.” Aku ceritakan lagi kepada beliau,
“Kami biasa ber-tathayyur.” Beliau bersabda: “Itu hanyalah sesuatu yang dirasakan oleh
seseorang di dalam dirinya. Maka, janganlah sampai hal itu menghalangi kalian.”
Yang diistilahkan dukun itu sendiri adalah orang-orang yang mengabarkan hal-hal yang akan
terjadi di kemudian hari, melalui bantuan setan yang mencuri-curi dengan berita dari langit.
Maka, dukun adalah orang-orang yang mengaku dirinya mengetahui ilmu ghaib, sesuatu yang
tidak tersingkap dalam pengetahuan banyak manusia.
Padahal, di dalam Al-Qur‟an disebutkan dengan jelas dan pasti, bahwa hanya Allah
Subhanahu wa Ta‟ala yang mengetahui yang ghaib, adapun selain-Nya tidak. Allah
Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:
Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang
ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (An-
Naml: 65)
“(Dia adalah Rabb) Yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorang pun tentang yang ghaib itu.” (Al-Jin: 26)
“Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan
tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu
berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka
bagimu pahala yang besar.” (Ali „Imran: 179)
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai
daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis
dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Al-An‟am: 59)
Maka katakanlah: “Sesungguhnya yang ghaib itu kepunyaan Allah, sebab itu tunggu (sajalah)
olehmu, sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang-orang yang menunggu.” (Yunus:
20)
Al-Qadhi Iyadh rahimahullahu berkata: “Perdukunan yang dikenal di dunia Arab terbagi
menjadi tiga jenis:
Pertama: Seseorang mempunyai teman dari kalangan jin, yang memberi tahu kepadanya dari
usaha mencuri-curi dengar berita langit. Jenis ini sudah lenyap[1] sejak Allah Subhanahu wa
Ta‟ala mengutus Nabi kita Shallallahu „alaihi wa sallam.
Kedua: Setan mengabarkan kepadanya sesuatu yang terjadi di tempat-tempat lain yang tidak
bisa diketahuinya secara langsung, baik dekat maupun jauh. Yang demikian tidaklah mustahil
keberadaannya.
Ketiga: Ahli nujum. Untuk jenis ini, Allah Subhanahu wa Ta‟ala menciptakan kekuatan
tertentu pada diri sebagian manusia. Akan tetapi, kebohongan di dalamnya biasanya lebih
dominan. Di antara jenis ilmu seperti itu, adalah ilmu ramal, pelakunya disebut peramal atau
paranormal. Biasanya orangnya mengambil petunjuk dari premis-premis dan sebab-sebab
tertentu untuk mengetahui persoalan-persoalan tertentu, serta didukung dengan perdukunan,
perbintangan, atau sebab-sebab lain.
Jenis-jenis seperti inilah yang disebut dengan perdukunan. Semuanya itu, dianggap dusta oleh
syariat. Syariat juga melarang mendatangi dan membenarkan perkataan mereka.” (Syarh
Shahih Muslim, 7/333)
Menjamurnya Dukun Atau Paranormal
Kemajuan peradaban manusia, seringkali diukur dengan kemajuan teknologi dan semakin
lepasnya masyarakat dari praktik-praktik berbau tahayul. Namun begitu, di zaman sekarang
ini praktik perdukunan justru marak bak cendawan di musim penghujan.
Penting diketahui, sebenarnya praktik perdukunan bukanlah khas masyarakat tribal
(kesukuan) dan tradisional yang melambangkan keterbelakangan. Bangsa maju dan modern
di Eropa dan Amerika yang mengagungkan rasionalitas juga punya sejarah perdukunan,
berwujud santet (witchcraft).
Di Indonesia, praktik perdukunan memiliki akar kuat dalam sejarah bangsa, bahkan dukun
dan politik merupakan gejala sosial yang lazim. Kontestasi politik untuk merebut kekuasaan
pada zaman kerajaan di Indonesia pramodern selalu ditopang kekuatan magis.
Semuanya ini memberikan gambaran yang nyata, bahwa perdukunan memang sudah dikenal
lama oleh masyarakat kita. Dan ilmu ini pun turun-menurun saling diwarisi oleh anak-anak
bangsa, hingga saat ini para dukun masih mendapatkan tempat bukan saja di sisi masyarakat
tradisional, tetapi juga di tengah lingkungan modern.
Walhasil kini mereka yang pergi ke dukun kemudian percaya pada kekuatan magis dan
menjalankan praktik perdukunan tak mengenal status sosial: kelas bawah, menengah bahkan
atas. Sensasi para dukun itu mampu melampaui semua tingkat pendidikan. Banyak di antara
mereka yang datang ke dukun merupakan representasi orang-orang terpelajar yang berpikiran
rasional.
Sebenarnya, dukun atau paranormal tidak ada bedanya, karena itu Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullahu mengemukakan, bahwa paranormal adalah nama lain dari dukun
dan ahli nujum (Fathul Majid, hal. 338).Maka, dukun atau paranormal adalah dua nama yang
saling terkait, kadang salah satunya menjadi penanda bagi yang lainnya.
Belakangan, di tanah air kita, fenomena perdukunan dan ramalan semakin menggeliat seiring
dengan suasana yang kondusif bagi para pelakunya untuk tampil berani tanpa ada beban.
Berapa banyak iklan-iklan yang menawarkan jasa meramal cukup via SMS, yang dalam
istilah mereka bermakna Supranatural Messages Service. Atau juga, praktik pengobatan
alternatif yang sudah menjadi suguhan iklan harian di koran-koran dan tabloid.
Berapa banyak sekarang ini penderita penyakit yang tidak terdeteksi penyakitnya sekalipun
telah memanfaatkan kemajuan teknologi kedokteran. Usut punya usut, salah satu
penyebabnya adalah karena penyakit tersebut merupakan penyakit “pesanan” yang dikirim
oleh para dukun dengan menggunakan kekuatan ghaib bernama setan.
Waspadai Iklan Sang Dukun!
Seorang lelaki paruh baya berpenampilan lusuh dengan rambut terurai tak rapi, muncul dan
berkata,
"Anda ingin tahu keberuntungan Anda di masa depan?"
"Ketik Reg(spasi)Weton kirim ke 9999."
Ilustrasi di atas adalah contoh iklan yang memanfaatkan teknologi HP yang beredar di TV
akhir-akhir ini. Iklan-iklan yang mengedepankan mistis dan ghaib, bermaterikan kesyirikan,
muncul bagai jamur di musim hujan. Ada yang bermodel tanggal lahir seperti disebut di atas,
ada yang menggunakan primbon, ada ramalan bintang dan lain sebagainya. Pelakunya pun
bermacam-macam; ada Ki Joko Bodo, Mbah Roso dan masih banyak lagi. Dalam pandangan
syariat Islam pelaku semua itu dinamakan dukun atau peramal.
Para dukun dan peramal ini dengan terang-terangan mendakwahkan dirinya mengetahui
perkara gaib, dan menyeru manusia untuk berbondong-bondong melakukan kesyirikan.
Sebagian orang mungkin sudah bisa menebak, bahwa itu adalah sebuah bentuk perdukunan
yang dikemas rapi. Namun, ada sebagian orang yang tidak mengerti dan terjerumus ke dalam
lembah kesyirikan ini. Na´udzubillah min dzalik.
Bahaya Mendatangi Dukun dan Peramal Al-Imam Bukhari dan Muslim rahimahumallah dalam kitab Shahih keduanya, meriwayatkan
hadits dari „Aisyah radhiyallahu „anha, bahwa ia berkata: Saya tanyakan kepada Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, sesungguhnya para dukun itu mengatakan
sesuatu kepada kami, dan ternyata apa yang dikatakannya itu benar terjadi.” Beliau kemudian
bersabda:
“Kata yang benar itu disambar oleh jin dan kemudian dibisikkan ke telinga pengikutnya. Tapi
setiap satu kata yang benar itu dicampur dengan seratus kebohongan.” (HR. Al-Bukhari no.
5762, Muslim no. 2228)
Dalam riwayat lainnya, yang dikemukakan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu, disebutkan
bahwa „Aisyah radhiyallahu „anha menceritakan: “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah
tentang kebenaran para dukun.” Beliau menjawab: “Tidak ada apa-apanya.” Mereka lantas
berkata: “Mereka itu (dukun) terkadang mengatakan sesuatu yang kemudian benar-benar
terjadi.” Beliau Shallallahu „alaihi wa sallam menjawab:
“Kalimat itu berasal dari kalangan jin yang disambar oleh salah seorang jin, lalu ia bisikkan
ke dalam telinga pengikutnya seperti suara ayam betina, lalu mereka mencampurnya dengan
lebih dari seratus kebohongan.”
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam juga bersabda:
“Barangsiapa mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu membenarkan perkataannya, berarti
itu telah kufur kepada apa yang telah diturunkan kepada Muhammad Shallallahu „alaihi wa
sallam.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya no. 9541)
Ibnu Atsir rahimahullahu menjelaskan,“Yang dimaksud dengan tukang ramal adalah ahli
nujum atau orang pandai yang mengaku mengetahui ilmu ghaib, padahal hanya Allah
Subhanahu wa Ta‟ala yang mengetahui persoalan ghaib. Tukang ramal itu masuk dalam
kategori dukun.”
Dalam kitab Shahihnya, Al-Imam Muslim rahimahullahu mengutip hadits dari Nafi‟, dari
Shafiyyah, dari beberapa istri Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam, dari Nabi Shallallahu „alaihi
wa sallam beliau bersabda:
“Siapa yang mendatangi arraf (tukang ramal) lalu menanyakan sesuatu kepadanya, maka
shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam.”
Al-Imam Nawawi rahimahullahu menjelaskan,“Yang dimaksud dengan tidak diterima
shalatnya adalah bahwa shalat yang dilakukannya itu tidak diberi pahala, sekalipun shalat
yang dilakukannya itu sudah tentu tetap bisa menggugurkan kewajibannya sehingga tidak
perlu diulang kembali. Para ulama sepakat bahwa hal itu tidak berarti menuntut orang yang
mendatangi tukang ramal untuk mengulangi shalatnya selama empat puluh hari. Wallahu
a„lam.” (Syarh Shahih Muslim, 7/336)
Bertolak dari dalil-dalil di atas, setidaknya ada dua bahaya yang mengancam orang-orang
yang mendatangi dan menanyakan sesuatu kepada dukun atau paranormal:
Pertama, kekafiran,jika meyakini kebenaran dukun dan meyakini tukang ramal itu sebagai
orang yang mengetahui hal ghaib.
Kedua, mendekati kekufuran,jika membenarkan berita yang disampaikannya dari hal yang
ghaib. Dengan alasan, dukun dan paranormal menyampaikan hal yang ghaib dari informasi
jin yang mencuri-curi dengar berita langit.
Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala lah kita memohon perlindungan. Semoga Allah
Subhanahu wa Ta‟ala tidak memperbanyak jumlah para pelayan-pelayan setan (dukun), serta
membongkar kejahatan mereka.
Wallahul musta‟an.
______
[1] Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang berpendapat
sudah lenyap, tidak ada lagi. Ada juga yang berpendapat masih terjadi. Di antara yang
menguatkan pendapat kedua dari ulama masa kini adalah Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan
Asy-Syaikh Shalih Alu Syaikh. (ed)
Sumber; http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=828