semnas ls umum

197
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 1 PERANAN LESSON STUDY DALAM PROSES TRANSFORMASI BUDAYA BELAJAR GURU BASE BANGIL KABUPATEN PASURUAN Agus Daheri Prayitno SMP Negeri 1 Rembang-Pasuruan SMP Negeri 2 Rembang Abstrak: Peran guru sebagai pendidik dalam berbagai perkembangan jaman selalu tetap penting. Kenyataan ini menuntut guru harus menjadi sosok yang memiliki budaya belajar sepanjang hayat, karena situasi dan kondisi lingkungan siswa yang mereka hadapi mengalami perubahan, jika hal tersebut tidak dilakukan maka secara profesioanal guru akan mengalami penurunan kualitas, daya kreativitas dan pembelajarannya tidak menyenangkan peserta didik. Bagaimana agar guru tetap bisa menjaga profesionalatasnya, daya kreativitas dan pembelajarannya disenangi peserta didik, maka guru harus terus menerus mengembangkan budaya belajarnya, agar kompetensinya terus meningkat. Dalam mengembangkan budaya belajar tersebut, guru tidak mungkin melakukan sendiri, ia membutuhkan guru lainnya baik teman guru satu mata pelajaran, serumpun bahkan berbeda mata pelajaran yang satu sekolah sekolah atau lain sekolah. Lesson Study merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan guru dalam mengembangkan budaya belajarnya, karena Lesson Study tidak dapat dilakukan secara individu, harus dilaksanakan secara bersama-sama bisa dengan sesama guru dalam mata belajaran berbasis MGMP atau sesama guru antar mata pelajaran dalam satu sekolah dalam bentuk Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) bisa dilaksanakan Tiga rangkaian kegiatan Lesson Study yang berupa PLAN-DO-SEE. Pada setiap bagian dalam rang- kain PLAN-DO-SEE tersebut guru mengalami proses pembelajaran, interaksi dan sinergi.Jika diikuti dengan sungguh-sungguh maka guru yang mengikuti Lesson Study akan mengalami transformasi bu- daya belajar, baik secara individu maupun secara berkelompok. Home Base Bangil merupakan salah satu tempat pengembangan Lesson Study di Kabupaten Pasuruan. Pada awalnya dilaksanakan berbasis MGMP dan dalam perkembangannya hingga saat ini telah banyak masing-masing sekolah yang terus melaksanakan dan mengembangkan LSBS. Manfaat Lesson Study antara lain membantu guru dalam melaksanakan tugasnya, terutama dalam kaitannya dengan pengem- bangan profesionalisme guru yang bermuara pada penyelenggraaan PBM di kelas. Dengan demikian Lesson Study merupakan program pengembangan dan peningkatan kualitas profesi guru yang berksi- nambungan. Kata kunci: guru, budaya belajar, lesson study Lahirnya UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan upaya pemerintah meningkatkan kualita s pendidikan di tanah air. Hal yang terpenting dari Undang-undang tersebut menegaskan bahwa guru merupakan suatu profesi, untuk itu seorang guru dituntut harus profesional.

Upload: mochammad-haikal

Post on 30-Jun-2015

1.019 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 1

PERANAN LESSON STUDY DALAM PROSES TRANSFORMASI BUDAYA BELAJAR GURU BASE BANGIL

KABUPATEN PASURUAN

Agus Daheri Prayitno

SMP Negeri 1 Rembang-Pasuruan SMP Negeri 2 Rembang

Abstrak: Peran guru sebagai pendidik dalam berbagai perkembangan jaman selalu tetap penting. Kenyataan ini menuntut guru harus menjadi sosok yang memiliki budaya belajar sepanjang hayat, karena situasi dan kondisi lingkungan siswa yang mereka hadapi mengalami perubahan, jika hal tersebut tidak dilakukan maka secara profesioanal guru akan mengalami penurunan kualitas, daya kreativitas dan pembelajarannya tidak menyenangkan peserta didik.

Bagaimana agar guru tetap bisa menjaga profesionalatasnya, daya kreativitas dan pembelajarannya disenangi peserta didik, maka guru harus terus menerus mengembangkan budaya belajarnya, agar kompetensinya terus meningkat. Dalam mengembangkan budaya belajar tersebut, guru tidak mungkin melakukan sendiri, ia membutuhkan guru lainnya baik teman guru satu mata pelajaran, serumpun bahkan berbeda mata pelajaran yang satu sekolah sekolah atau lain sekolah.

Lesson Study merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan guru dalam mengembangkan budaya belajarnya, karena Lesson Study tidak dapat dilakukan secara individu, harus dilaksanakan secara bersama-sama bisa dengan sesama guru dalam mata belajaran berbasis MGMP atau sesama guru antar mata pelajaran dalam satu sekolah dalam bentuk Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) bisa dilaksanakan

Tiga rangkaian kegiatan Lesson Study yang berupa PLAN-DO-SEE. Pada setiap bagian dalam rang-kain PLAN-DO-SEE tersebut guru mengalami proses pembelajaran, interaksi dan sinergi.Jika diikuti dengan sungguh-sungguh maka guru yang mengikuti Lesson Study akan mengalami transformasi bu-daya belajar, baik secara individu maupun secara berkelompok.

Home Base Bangil merupakan salah satu tempat pengembangan Lesson Study di Kabupaten Pasuruan. Pada awalnya dilaksanakan berbasis MGMP dan dalam perkembangannya hingga saat ini telah banyak masing-masing sekolah yang terus melaksanakan dan mengembangkan LSBS. Manfaat Lesson Study antara lain membantu guru dalam melaksanakan tugasnya, terutama dalam kaitannya dengan pengem-bangan profesionalisme guru yang bermuara pada penyelenggraaan PBM di kelas. Dengan demikian Lesson Study merupakan program pengembangan dan peningkatan kualitas profesi guru yang berksi-nambungan.

Kata kunci: guru, budaya belajar, lesson study

Lahirnya UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air. Hal

yang terpenting dari Undang-undang tersebut menegaskan bahwa guru merupakan suatu profesi, untuk itu seorang guru dituntut harus profesional.

Page 2: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 2

Sorang guru yang profesional harus memiliki komptensi paedagogik, profesi, kepribadian dan social. Karena situasi dan kondisi yang dihadapi oleh guru senantiasa mengalami perubahan, maka gurupu dituntutut tanggap dengan perubahan-perubahan itu sehingga dalam keempat aspek komptensinya selalu mengalami proses up date alias tidak “jadul”.

Dalam kondisi bagaimanapun, baik dalam era perkembangan IPTEK, era perkembangan info.-masi dan komunikasi berbasis IT dan bahkan dalam era globalisasi seperti sekarang ini eksistensi dan peranan guru masih dan akan tetap penting dalam dunia pendidikan. Kenyataan ini menuntut guru harus menjadi sosok yang memiliki budaya belajar sepanjang hayat, karena situasi dan kondisi lingkungan siswa yang mereka hadapi mengalami perubahan, jika hal tersebut tidak dilakukan maka secara profesioanal guru akan mengalami penurunan kualitas, daya kreativitas dan pembelajarannya tidak menyenangkan peserta didik.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas profesi gru, anatar lain melalui pelatihan, seminar, lokakarya bahkan ada yang melalui pendidikan formal dengan pem-berian beasiswa pada guru utnuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Namun Sangat disayangkan karena program pelatihan tersebut hanya berdampak terhadap peningkatan pengetahuan para guru semata, karena kurangnya implementasi dalam pelaksanaan tugas, begitu kembali ke kelas pasca pelatiahan semua kembali sebagaimaan biasa, soalah-olah tidak pernah terjadi apa-apa terhadap guru tersebut, sehingga dalam pembelajaran sehari-hari masing sering kita temukan beberapa hal yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Bagaimana agar guru tetap bisa menjaga profesionalatasnya, daya kreativitas dan pembela-jarannya disenangi peserta didik, maka guru harus terus menerus mengembangkan budaya relajarnya, agar komptensinya terus meningkat. Dalam me-ngembangkan budaya belajar tersebut, guru tidak mungkin melakukan sendiri, ia membutuhkan guru lainnya baik teman guru satu mata pelajaran, serumpun bahkan berbeda mata pelajaran yang satu sekolah sekolah atau lain sekolah.

Lesson Study merupakan wahana yang murah dan berksinambungan yang bisa dimanfaatkan oleh guru dalam mengembangkan budaya belajarnya. Lesson Study dalam pelaksanaannya tidak bisa bisa

dilakukan secara individu, harus dilaksanakan secara bersama-sama bisa dengan sesama guru dalam mata belajaran berbasis MGMP atau sesama guru antar mata pelajaran dalam satu sekolah dalam bentuk Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) bisa dilaksanakan

Home Base Bangil merupakan salah satu tempat pengembangan Lesson Study di Kabupaten Pasuruan. Pada awalnya dilaksanakan berbasis MGMP dan dalam perkembangannya hingga saat ini telah banyak masing-masing sekolah yang terus melaksanakan dan mengembangkan Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS).

TUJUAN PEMBAHASAN

Untuk memparkan kondisi pembelajaran di Bangil sebelum dan sesudah pelaksanaan Lesson Study

Untuk memaparkan bagaimana perananan Lesson Study dalam mengubah paradigma guru terhadap pembelajaran

Untuk memaparkan bagaimana Lesson Study mampu mentransformasikan budaya belajar di kalangan guru di Bangil

BATASAN MASALAH

Lesson Study ialah model pengkajian pem-belajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prisnsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membanguan komunitas belajar.

Transfromasi adalah proses perubahan dari guru konvensional menjadi guru yang terus melakukan proses belajar untuk meningkatkan kompetensinya.

Budaya Belajar Guru ialah sebuah perubahan perilaku dari guru yang tidak mau belajar menjadi guru yang mau belajar sepanjang hayat.

Base Bangil merupakan salah satu tempat pelaksanaan program LS di Kabupaten Pasuruan

HOME BASE BANGIL, PROSES TRANSFORMASI BUDAYA BELAJAR GURU

Bangil Sebelum Penerapan Lesson Study, Guru Merasa Paling Pandai

Sebagian besar peserta MGMP IPA Lesson Study home base Bangil, sebelum bergabung da-lam Lesson Study, merasa bahwa sebagai guru, maka dirinya sudah dapat mengajar dengan baik,

Page 3: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 3

karena selalu melakukan persiapan dengan mem-baca materi, sehingga saat pembelajaran semua materi sudah dijelaskan dengan gamblang. Sebagian besar sudah melakukan membuat RPP, melakukan proses pembelajaran sesuai dengan RPP, dan melakukan evaluasi dan semua itu dirasa sudah cukup memenuhi kebutuhan sebagai seorang guru.

Dalam praktek pembelajaran sehari-hari masih sering ditemukan dalam melaksanakan tu-gasnya guru melakukan beberapa kesalahan dan sebagian beranggapan bahwa kesalahan itu sebagai sebuah kewajaran. Diantaranya, yang sering terjadi dalam penyelengaraan proses pembelajaran, guru tidak membuat persiapan tertulis lebih dahulu dalam bentuk Rencana Program Pembelajaran (RPP), sebagian beranggapan dirinya menjadi guru sudah lama, semua materi pasti sudah hafal di luar kepala, sehingga tidak perlu menyusun persiapan pembelajaran secara tertulis. Kalaupun terpaksa harus menyusun RPP secara tertulis, itupun dila-kukan hanya semata-mata untuk memenuhi tuntut-an administrasi, atau karena akan ada pengawasan dari pihak yang berwenang.

Kedua, ialah mengabaikan berbagai fenomena yang muncul di kelas selama proses pembelajaran, tidak peduli apakah peserta didik benar-benar belajar pada saat itu, konsentrasinya pada materi pembelajaran atau sedang melamun, pandangannya kosong atau tidak bukan hal-hal yang patut diper-hatikan dan dicermati dan dicari latar belakang permasalahannya sehingga bisa segera diambil langkah-langkah yang strategis guna membantu peserta didik. Semua diabaikan dan mengambil langkah-langkah penanganan setelah peserta didik berperilaku negatif.

Ketiga, ialah mengabaikan keberagaman da-lam diri peserta didik. Mereka seolah sosok pribadi yang seragam, begitu diberi penjelasan materi, diuraikan humus-rumus dan hukum maka semua beres selanjutnya adalah kerjakan soal-soal latihan di LKS dan kumpulkan pada akhir jam belajarl. Semau dianggap, sudah mengerti uraian guru pasti bisa mengerjakan soal. Jika ada yang menyimpang tidak mampu mengerjakan soal, maka dituduh saat guru menerangkan kurang memperhatikan. Jarang ada reward dan umpan balik, bahkan peserta didik mungkin tidak pernah tahu mana pekerjaan yang benar dan salah.

Keempat.Guru merasa paling pandai. Perasaan itu muncul karena semua peserta didik usianya relatif sangat muda, belum banyak pe-

ngalaman, ibarat gelas kosong, maka perlu terus diisi. Sedang dirinya lebih berpengalaman, lebih dahulu mengetahui, sehingga layaklah merasa lebih pandai

Home Base Bangil pada Awal Rintisan Lesson Study

Pada awal-awal peristisan Lesson Study di home Bangil, program dikenakan terhadap guru Matematika dan IPA, yang diikuti oleh guru yang berasal dari SMP/MTs negeri dan swasta. Hal yang menarik pada awal program ini berjalan ialah, se-bagian besar peserta merasakan adanya perbedaan dengan program MGMP yang berlangsung sebe-lumnya. Umumnya dalam forum-forum MGMP, guru bertemu, membahas materi bersama, berdis-kusi tentang materi-metari essensial, kemudian me-nyusun secara bersama perangkat pembelajaran, saat itu, dalam menyusun perangkat pembelajaran hanya termotivasi untuk memenuhi tuntutan ad-ministrasi dan ada hasil fisik yang bisa dalaporkan ke sekolah, sama sekali tidak terpikirkan bagaima-na pelaksanaannya di sekolah masing-masing. Apakah perangkat yang telah disusun benar-benar dapat dilaksanakan dengan baik atau tidak, itu bu-kan hal yang penting. Di dalam Lesson Study se-mua hal yang terjadi selama ini benar-benar terko-reksi.

Pertama Melakukan PLAN

Pada awalnya memang sangat sulit membuat suatu perencanaan pembelajaran secara bersama-sama. Hal tersebut terjadi karena beberapa hal diantaranya; Meskipun sudah lama menjadi guru ternyata

pemahaman masing-masing guru waktu itu terhadap RPP masih sangat minim,

Bukanlah hal yang mudah memadukan berbagai aspirasi dan keinginan dari masing-masing guru karena perbedaan pengalaman dna cara pandang terhadap sesuatu proses pembelajaran,

Minimnya modal metodologi pembelajaran yang dimiliki oleh sebagain besar guru pada waktu itu,

Minimnya pengalaman dalam melakukan pengamatan terhadap peserta selama proses pembelajaran,

Karena sudah lama meninggalkan bangku kuliah, bisa terjadi dalam hal keilmuan juga mengalami penurunan, sehingga juga

Page 4: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 4

berpengaruh dalam penyusunan sebuah rencana pembelajaran

Semua merasakan bahwa hanya membuat sebuah RPP demikian beratnya proses dilalui. Saat itu semua peserta dituntut berfikir secara proyektif, jika perencanaan dirancang sedemi-kian rupa, maka akan seperti apakah pelaksana-an di kelas, bagaimana reaksi peserta didik, hal apakah yang akan terjadi pada mereka?

Awal-awal Menjadi Observer

Observer disebut juga pengamat, tugasnya adalah mengamati proses pembelajaran berlang-sung. Dalam melakukan pengamatan biasanya observer dibekali beberapa kelangkapan, yaitu (1) RPP, (2) Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD), (3) denah tempat duduk kelompok beserta daftar nama kelompok, dan (4) lembar observasi. Selama proses mengamati, guru harus berlatih mengamati bagaimana aktivitas peserta didik selama pembela-jaran berlangsung dan harus menghindari terlalu banyak mengamati guru model. Pada awal-awal melakukan observasi dalam sebuah open class, sebagian besar peserta kurang berhasil menangkap berbagai fenomena yang terjadi dalam kelas, teruta-ma yang berkaitan dengan peserta didik. Semua seolah-oleh biasa-biasa saja dan tidak ada yang istimewa dan tidak ada yang perlu direkam serta tidak ada yang perlu dilaporkan. Catatan-catatan yang dilaporkan justru lebih banyak mengarah kepada bagaimana guru model melakukan proses pembelajaran. Padahal dalam LS, hal terpenting yang harus dihindari ialah terlalu banyak menyoroti guru model dan disinilah letak perbedaan LS dengan mikro teaching.

Awal-awal Melakukan Diskusi Refleksi

Setelah melakukan observasi dan merekam semua hal yang berhasil diamati, tibalah saatnya melakukan proses diskusi refleksi terhadap proses pembelajaran yang baru berlangsung. Karena be-lum begitu terampil menangkap berbagai fenomena yang ada dalam sebuah proses pembelajaran, maka catatan yang berhasil dihimpun lebih banyak me-nyoal bagaimana guru model melakukan proses pembelajaran, kelemahan-kelemahannya, kesalah-an konsep yang dilakukan, dan sebagainya. Akhir-nya forum refleksi tidak ubahnya ajang pengadilan terhadap guru model-peristiwa ini sempat menjadi-kan beberapa guru trauma untuk tampil lagi sebagai guru model. Hal yang seharusnya terjadi dalam

forum refleksi ialah menyampaikan hasil ”pemo-tretan” terhadap peserta didik. Mengapa peserta di-dik A tidak berhasil bekerjasama dalam kelompok-nya, mengapa peserta didik B tidak konsentrasi dalam pembelajaran, mengapa peserta didik C tidak berhasil mencapai tujuan pembelajaran dan lain sebagaimnya. Dari permasalahan-permasalah-an yang mengemuka itulah maka dilakukan penin-jauan bahkan revisi secara menyeluruh terhadap segala kelengkapan dalam sebuah pembelajaran, bisa bentuk RPP-nya, media yang digunakan, LKPD yang diterapkan atau bahkan instrumen evaluasinya.

Begitulah kurang lebih gambaran singkat awal-awal pelaksanaan LS di home base Bangil. Seiring dengan perjalanan waktu, secara bertahap, semua mengalami proses perubahan, terutama di kalangan peserta yang secara konsisten tetap bergiat dalam LS hingga hari ini.

HOME BASE BANGIL SAAT INI

Kemajuan-kemajuan yang Telah Dicapai

Kini sebagian besar peserta LS di home basi bangil, terutama kelompok mata pelajaran IPA telah mencapai beberapa kemajuan dalam mengikuti LS, meskipun program pendampingan dosen UM mulai mengalami pengurangan namun berkat peranan para senior dan fasilitator maka, kegiatan LS tetap eksis hingga hari ini dan para peserta mengalami kemajuan yang berarti.

Dalam Hal Melakukan PLAN

Sebagian besar para peserta dapat mengikuti dan melakukannya dengan mudah, hal tersebut terjadi karena mereka memiliki modal yang cukup baik dari segi pengalaman dan pengeahuan. Kemajuan itu terlihat dari kian cepatnya proses penunjukan guru model, penyusunan RPP, penentuan media pembelajaran, peralatan dan bahan pendukung serta perangkat dan instrumen evaluasi. Fakta tersebut sangat berbeda jika dibandingkan dengan pada awal-awal mereka berlesson study.

Selanjutnya mereka menjadi sangat kritis dalam berbagai forum diskusi, baik pada forum membuat perencanaan pembelajaran (plan). Selalu diawali dengan menelaah karakterisatik materi, mulai dari kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran, pemilihan media strategi dan model

Page 5: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 5

pembelajaran yang tepat serta perancangan instrumen penilain hingga LKPD.

Pada tahap apakah apersepsi yang dilakukan-nya sudah benar-benar membuka skemata peserta didik dan berpautan dengan materi serta mampu menggugah motivasi mereka untuk belajar? Adakah peserta didik benar-benar dapat belajar dan terjadi perubahan tingkah laku? Adakah media dan strategi pembelajaran yang digunakan cukup me-madai dalam menghantarkan peserta didik menca-pai tujuan pembelajaran?

Semua hal tersebut mengemuka dalam setiap forum diskusi plan dan refleksi

Tidak Campur Tangan Saat Melakukan Observasi

Para peserta juga mengalami kemajuan yang sangat berarti, kini mereka kian trampil dalam melakukan ”pemotretan”, bahkan sangat tajam dan mendetail dan pembidikan sangat terfokus kepada fenomena yang terjadi pada diri peserta didik, sedang terhadap guru model meskipun terpaksa dilakukan prosentasenya sangat kecil.

Dalam hal menempatkan diri sebagai observer, sudah dilakukan secara tepat, mereka benar-benar sudah mengambil jarak terhadap peserta didik, dalam arti tidak campur tangan dalam proses pembelajaran, meskipun ia melihat ada peserta didik yang ada di dekatnya sedang melakukan suatu kesalahan atau sedang mengalami kesulitan dang sangat memerlukan bantuan. Keadaan itu justru bisa ia jadikan sebagai sebuah temuan yang patut diangkat dalam forum duskusi saat refleksi.

Tidak Lagi Menyerang Guru Model Saat Diskusi Refleksi

Saat menyampaikan hasil observasi dalam diskusi refleksi, para peserta rata-rata sudah mampu mengangkat berbagai fenomena menarik yang dijumpai selama pembelajaran. Dalam penyampaian penemuannya tidak sekedar di-sampaikan secara fulgar apa adanya, akan tetapi disertai juga landasan teori, latar belakang dan argumen-argumen lain yang diangkat dari pengalaman selama berlesson study. Kemajuan ini dicapai bersamaan dengan kian trampilnya peserta menghindari membidik guru model bila dijumpai adanya ketidak beresan dalam PBM. Kalaupun terpaksa harus ”menyentil” guru model, maka sentilan itu dilakukan dengan bahasa yang lebih

bijak, jauh dari kesan menggurui dan menjatuhkan. Selain itu setiap temuan yang diangkat dalam forum diskusi refleksi senantiasa disertai memberi-kan solusi, sehingga guru model menjadi sangat terbantu.

Dari beberapa pengalaman mengikuti ke-giatan Do (0pen class) yang dilanjutkan kegiatan refleksi, sebagain besar guru model pada saat per-tama menyampaikan kesannya setelah melakukan open class sebelum memperoleh respon dari peserta yang lain selalu mengungkapkan kejujuran-nya, bahwa pembelajarannya sangat banyak memi-liki kekurangan.

Pasang Surutnya Semangat

Pada tahun-tahun berikutnya setelah berjalan sekian waktu, lebih-lebih pada saat program dosen pendamping mulai berkurang, demikian pula dari aspek dukungan dana juga mulai mengalami penurunan, pelaksanaan Lesson Study menghadapi ”terpaan badai”. Sebagian peserta mulai mengalami pasang surut semangat. Sebagian guru ada yang mengalami kejenuhan dan meresa tidak memper-oleh apa-apa dari Lesson Study, sehingga undur diri. Bahkan ada sebagian kepala sekolah yang menarik gurunya dari peserta lesson study dengan beberapa alasan dan pertimbangan bahkan sempat mengeluarkan opini yang terkesan ”nggembosi”, bahwa waktu guru terlalu banyak tersita dalam kegiatan LS sehingga terpaksa meninggalkan seko-lah alias tidak mengajar. Lesson Study hasilnya tidak bisa dirasakan seketika dan tidak serta merta dapat mendongkrak nilai hasil ujian nasional peserta didik. Selain itu hasil lesson study juga tidak bisa langsung berkontribusi terhadap prestasi sekolah secara umum, yang bisa dibanggakan dan layak sebagai catatan prestasi sekolah.

Patah Tumbuh Hilang Berganti

Apapun kenyatannya, masa sulit itu agaknya memang harus dijalani. Namun ada secercah harapan baru. Pada awal tahun pembelajaran 2010/2011 semangat itu bergelora kembali, mereka yang pataah semangatnya, tumbuh kembali, yang hilang diganti dengan yang baru bahkan memiliki motivasi yang lebih kuat. Kondisi ini diperkuat dengan kian seringnya tenaga fasilitator mendapat program pelatihan, yang kemudian hasilnya disebarluaskan kepada seluruh peserta.

Page 6: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 6

Terbentuknya dan Terlaksananya LSBS di Home Base Bangil

Setelah berjalan dalam kurun waktu empat tahun lebih, maka Lesson Study kian menampak-kan hasilnya dalam proses peningkatan prgesi pendidik. Pelaksanaaannya yang semula berbasis MGMP, dimana hanya melibatkankan kalangan guru IPA dan Matematika kini diperluas kepada guru non MIPA dalam bentuk kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah LSBS). Para penggagas LSBS umumnya adalah mereka yang telah telah lama menekuni Lesson Study berbasis MGMP hingga memiliki motivasi yang kuat guna mengajak kolega satu sekolah mengembangkan profesinya melalui Lesson Study. Dari lima SMP Negeri dan satu MTs Negeri di Home Base Bangil, empat diantaranya yaitu SMP Negeri 1 Bangil, SMP Negeri 2 Bangil, SMP Negeri 3 Bangil dan SMP Negeri 1 Rembang telah berhasil melaksanakan LSBS, adapun SMP Negeri 2 Rembang sedang dalam proses perintisan dan persiapan, untuk itu pada bulan Mei 2010 telah dilakukan pelaksanaan Work Shop Lesson Study bagi seluruh guru di SMP Negeri 2 Rembang, sebagai bentuk kegiatan pengenalan Lesson Study dan pemberian bekal awal dalam pelaksanaan LSBS. Sedangkan untuk Mts Negeri 1 Bangil sedang dalam tahap perjuangan untuk pelaksanaan LSBS di sekolah tersebut. Adapun beberapa SMP dan MTs Swasta yang masih tetap aktif dalam forum Lesson study berbasis MGMP IPA yang dilaksanakan setiap hari Sabtu adalah SMP A Yani Bangil, SMP Yadika Bangil, SMP 1 Muhammadi-yah Bangil, SMP Al Qoidi Bangil, SMP Darut Tauhid Bangil, SMP Roudhotul Ulum Bangil, Mts Ma’arif Bangil, Mts Wachid Hasyim Bangil, dan MTs Darul Ulum Rembang.

Peranan Kepala Sekolah

Ada faktor pendukung yang cukup berpenga-ruh, dalam terselenggaranya Lesson Study berbasis MGMP di home Base Bangil, yaitu dukungan dan peranan kepala sekolah dalam menetapkan kebijakan dengan mengirimkan guru mereka untuk tetap mengikuti kegiatan tersebut. Setidaknya para kepala sekolah menyadari bahwa keikutsertaan guru mereka dalam kegiatan tersebut telah membe-rikan kontribusi positip, baik terhadap guru peserta dan terhadap sekolah secara umum. Ada beberapa indikator yang bisa dilihat dari hasil keikutsertaan

guru IPA dalam Lesson Study di home base Bangil, yaitu: 1. Terjadinya peningkatan penguasaan penyusun-

an rencana pembelajaran (RPP) 2. Terjadinya peningkatan penguasaan materi dan

bahan pembelajaran. 3. Terjadinya peningkatan penguasaan metodolo-

gi dan strategi pembelajaran. 4. Terjadinya peningkatan kepedulian terhadap

peserta didik 5. Terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran 6. Terjadinya peningkatan prestasi hasil belajar

peserta didik. Pada sisi yang lain kepala sekolah juga sangat

terbantu dengan keikutsertaan guru mereka dalam Lesson Study, karena sangat memudahkan dalam pelaksanaan supervisi di sekolah. Guru-guru yang sudah sangat terampil dalam berlesson study, tidak pernah gentar menghadapi supervisi kepala seko-lah, karena mereka sudah sering melakukan dan mengikuti open class, bahkan mereka sangat gem-bira sebab bisa menunjukkan hasil yang mereka peroleh selama mengikuti lesson study.

Terbentuknya Komunitas dan Budaya Belajar

Home base Bangil pada akhirnya merupakan sebuah potret komunitas belajar. Di dalam komuni-tas itu guru-guru peserta lesson study secara berke-sinambungan mengembangkan budaya belajar, karena diantara mereka terjadi saling interaksi, si-nergi, mengasah diri dalam rangka meningkatkan kompetensi dan profesioanalime. Pada akhirnya mereka menyadari bahwa tantangan profesi sebagai guru dari waktu ke waktu kian besar dan menuntut perubahan besar pada diri mereka. Perubahan besar dan mendasar itu terutama pada perubahan pola pikir, bahwa gurupun harus terus menerus belajar sepanjang hayat. Karena mereka merupakan ujung tombak dalam pembentukan pola pikir para gene-rasi penerus. Belajar sepanjang hayat tidak bisa dilakukan sendiri, harus bersama-sama, sehingga ada proses pertukaran, saling memberi dan mene-rima dan hal tersebut sangat dimungkinkan terjadi dalam lesson study. Di dalam lesson study tidak ada senioritas, yang ada hanyalah kebersamaan untuk mencapai kemajuan. Semua peserta dalam lesson study terus menerus melakukan proses pembelajaran, tidak ada kecangguan, karena proses belajar bukan dilihat sebagai sebuah perintah, tetapi menjadi sebuah kebutuhan dan didasari sebuah keyakinan dengan cara itulah kompetensi dan pro-fesionalismenya terus terasah. Sehingga pada

Page 7: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 7

akhirnya belajar menjadi sebuah trend budaya di kalangan guru.

Komunitas belajar itu pada akhirnya benar-benar terbentuk, tidak hanya terjadi antara guru dengan guru saja akan tetapi juga terjadi antara guru dengan peserta didik. Guru-guru dan para peserta didik merupakan komponen penting dalam sebuah komunitas belajar, dimana antara guru dan peserta didik juga terjadi interaksi saling membela-jarkan.

KESIMPULAN

Di dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga peranan dan fungsi guru masih sangat penting dan relevan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu guru senantiasa dituntut untuk selalu mengasah dirinya agar bisa menyesuaikan dan memposisikan dirinya dirinya secara tepat dalam segala warna perubahan. Untuk itu pemerintah selalu melakukan program peningkatan kemampuan kompetensi guru agar kualitas profesionalisme mereka tetap terjaga dan mengalami peningkatan, namun seringkali program pelatihan itu hanya berdampak pada pe-

ningkatan pengetahuan guru semata sedikti sekali berpengaruh terhadap keinerja mereka di lapangan, karena tidak adanya imlementasi dalam pelak-sanaan tugas.

Untuk itu diperlukan model pelatihan dalam bentuk lain yang tidak hanya berdampak terhadap peningkatan pengetahuan guru tetapi berdampak juga terhadap kinerja mereka, tentunya pelatihan itu harus dilakukan secara berkesinambungan, dan biaya yang murah. Lesson Study memenuhi harap-an itu semua. Lesson Study ialah suatu model pem-binaan profesi pendidik melalui pengkajian pembe-lajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlan-daskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual lear-ning untuk membangun komunitas belajar.

Home base Bangil sebagai salah satu tempat pelaksanaan lesson study bagi guru MIPA berbasis MGMP merupakan salah satu bentuk komunitas belajar, dimana para guru secara bersama melaku-kan pengkajian pembelajaran secara berkesinam-bungan sehingga menjadi insan-insan yang memili-ki pola pikir belajar sepanjang hayat dan mengem-bangkan budaya belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Bush, Tony, Coleman, M, 2006, Leadeship and Strate-gic Management in Education, Jogjakarta, IR-CisoD.

Daheri, A, Sigit, D, 2009, “Pelaksanaan Lesson Study, di Mata Guru MIPA SMPN/S dan MTsN/S Pe-serta MGMP MIPA Berbasis Lesson Study di Home Base Bangil Kabupaten Pasuruan”. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Lesson Study, UM Malang tanggal 17 Oktober 2009.

Hendaya, Sumar, dkk, 2007, LESSON STUDY, Band-ung, FPMIPA UPI dan JIKA

Mulyasa, E, 2005, Menjadi Guru Profesional, Mencip-takan pembelajaran yang kreatif dan menye-nangkan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya

Syafi’i, Muzamil, 2006, Memacu Pendidikan sebagai Investasi Masa Depan, Malang, Pustaka Kayu Tangan.

Page 8: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 8

MENUJU SEKOLAH UNGGULAN YANG INOVATIF

Bettin Juniaria Herina Sutrisnowati

Abstrak: Sekolah unggul sangat dibutuhkan dalam perkembangan budaya, terutama sekolah unggul di jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Hal ini disebabkan oleh pandangan bahwa jenjang SD merupakan fondasi atas jenjang persekolahan lebih lanjut (di atasnya), misal jenjang Sekolah Menengah dan perguruan tinggi. Untuk itu, perlombaan untuk menciptakan sekolah unggul di jenjang SD hendaknya menjadi ajang yang kompetitif untuk selalu diupayakan. Jika hal yang demikian ini disambut baik oleh para pengambil kebijakan, maka hal yang perlu diperhatikan secara mendasar adalah pemilahan, pemilihan dan penetapan tenaga-tenaga yang potensial dan profesional untuk mengelolanya. Pelaksanaan pendidikan untuk mewujudkan sekolah unggul dilaksanakan oleh para teknorat pendidikan utamanya para guru, kepala sekolah. Untuk itu, peningkatan kualitas dan profesionalisme para guru dan kepala sekolah perlu ditingkatkan. Hal ini akan mempengaruhi profesionalitas dalam mengelola kelas, mengelola kurikulum, mengelola proses pembelajaran dan penilaian, mengelola peralatan dan media pembelajaran, serta meningkatkan kedisiplinan para guru dan kepala sekolah. Selain itu, masih perlu dipikirkan peningkatan tingkat kesejahteraan para guru, kepala sekolah, serta tenaga kependidikan lainnya. Pembinaan, pembelajaran dan peningkatan profesionalitas para guru, kepala sekolah kiranya dapat dilaksanakan melalui pemberdayaan KKG dan KKKS.

Kata kunci: sekolah unggulan, inovatif

Salah satu persoalan klasik yang menimpa dunia pendidikan adalah masih dirasakan oleh se-mua pihak bahwa mutu pendidikan kita masih ter-golong rendah. Di jajaran regional Asia Tenggara saja Indonesia berada di bawah Singapura, Malay-sia, Piliphina, dan Brunei Darussalam. Indonesia sedikit lebih baik dari Laos, Vietnam, dan Kam-bodia (data: BPS Pusat). Kemerosotan mutu pendi-dikan ini terutama dirasakan pada jenjang pendi-dikan dasar dan menengah. Untuk mengatasi hal ini berbagai upaya telah diupayakan untuk mening-katkan mutu pendidikan nasional kita. Upaya terse-but diantaranya: semakin diperbanyak melaksana-kan pelatihan dan pemantapan kerja guru, pening-katan sumber daya manusia tenaga pendidik dan kependidikan, pemberdayaan perpustakaan dengan mempertajam pemanfaatan dan fungsi serta mem-perbanyak pengadaan buku-buku, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, dan juga diada-kan pembinaan peningkatan manajemen sekolah

yang terkenal dengan sebutan Manajemen Pening-katan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) .

Bertolak dari fenomena dan realitas sebagai-mana dipaparkan di atas, berbagai pihak telah ber-tanya, “Apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita ini?” Mulyasa (2002) menyatakan ada tiga faktor yang menjadi sebab mutu pendi-dikan kita tidak mengalami peningkatan secara signifikan dan merata. Pertama; adalah kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggu-nakan pendekatan input-output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Kedua; penyeleng-garaan pendidikan nasional dilakukan secara sen-tralistik. Ekses dari sistem ini adalah sekolah seba-gai penyelenggara pendidikan pada tataran satuan pendidikan yang terdepan sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan keputusan birokrasi pusat. Dampak dari hal ini adalah titik sinambungnya antara kebu-tuhan sekolah dengan yang diputuskan oleh biro-krasi tersebut (sistem Top Down). Dalam jangka panjang sistem ini akan mengebiri kreativitas,

Page 9: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 9

kemandirian, daya aksplorasi dan akselerasi, dan insisiatif sekolah untuk mengembangkan dan me-majukan serta meningkatkan mutu pendidikan nasional kita. Ketiga; adalah peran seta masyarakat (dewan sekolah), khususnya orang tua siswa dalam ikut serta berpartisipasi dalam penyelenggaran pen-didikan masih relatif tergolong minim. Kalau toh ada partisipasi dari masyarakat sebagai kultur dan budaya serta lingkungan pendidikan barulah sebatas pada pendanaan saja.

Berdasarkan ketiga faktor diatas, saya selaku manajer di lembaga ini mengajak kepada semua pihak untuk menjalin kerjasama yang potensial antara sekolah – masyarakat – dan pemerintah (dalam konsideran Undang-undang Nomor 22 tahun 1999), yaitu salah satu tujuannya adalah memberdayakan peran serta masyarakat termasuk dalam peningkatan sumber dana dan penyelengga-raan pendidikan.

Dari uraian dan paparan di atas tentu saja perlu dilakukan berbagai upaya perbaikan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan. Artinya, upaya membedah manajemen pendidikan secara optimal segera dilakukan. Pembedahan manajemen pendidikan ini hendaknya diarahkan pada orientasi pendidikan berbasis daerah yang bertumpu pada kekuatan dan keunggulan lokal. Reorientasi mana-jemen pendidikan yang mengarah pada keunggulan lokal ini bisa berbentuk pengakuan tentang “otonomi sekolah” dalam pengertian yang umum.

Berbicara sekolah unggulan tentu tidak bisa terlepas dari peran dan keberadaan lembaga se-kolah dasar. Artinya jenjang lembaga pendidikan yang terbawah ini harus memperoleh perhatian semua pihak, karena jenjang sekolah dasar ini merupakan pondasi awal pendidikan di negeri kita ini. Maksudmya lembaga sekolah dasar harus berani melakukan perubahan-perubahan yang esen-sial menuju kearah perkembangan yang lebih berdaya. Untuk itu, penyelenggaraan pendidikan pada jenjang satuan pendidikan dasar ini haruslah dilaksanakan secara efektif dan optimal menuju sekolah dasar unggul dan mandiri. Kendala yang mendasar untuk menuju sekolah unggulan yang mandiri adalah adanya berbagai problem. Problem tersebut antara lain keseimbangan antara kuantitas-kualitas relevansi. Lembaga sekolah yang menge-depankan kuantitas, maka kualitas dan relevansi out put tentu kurang terjaga dengan baik.

Dalam makalah ini yang menjadi permasa-lahan pokok adalah: “Bagaimana langkah-

langkah menata manajemen menuju sekolah unggulan?”

TUJUAN

Tujuan mengangkat masalah dengan judul Menuju Sekolah Unggulan yang Inovatif secara umum ingin mengatasi berbagai problema tersebut, yaitu (1) mengatasi problematika kuantitas, (2) mengatasi problematika kualitas, (3) mengatasi prablematika relevansi, dan (4) menjelaskan proses perubahan yang efektif dan strategis yang sesuai dalam menyongsong pasar bebas yang penuh persaingan secara ketat.

Secara khusus tujuan yang hendak dicapai adalah meletakkan kerangka dasar berpikir dan landasan pelaksanaan sekolah dasar unggulan yang inovatif yang diidam-idamkan oleh masyarakat. Selain itu penyusunan makalah ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai pedoman dan arahan bagi Kepala Sekolah, Dewan Sekolah, dan tenaga pendidik dan kependidikan dalam menyelenggara-kan pendidikan di lembaga sekolah dasar, khusus-nya di Sekolah Dasar. Tujuan khusus ini secara rin-ci dipetakan sebagai berikut : 1. Peningkatan kualitas hasil pendidikan dan pe-

ngajaran 2. Pencapaian target kurikulum yang optimal 3. Peningkatan daya serap dan menetapkan stra-

tegi PBM 4. Pemantapan mekanisme tata kinerja 5. Pendayagunaan sarana dan prasarana 6. Pendayagunaan seluruh potensi sekolah (ter-

masuk masyarakat lingkungan) 7. Penciptaan lingkungan sekolah sebagai wiyata

mandala yang handal.

LINGKUP PEMBAHASAN

Ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini meliputi: (1) konsep sekolah dasar unggulan, (2) kondisi objektif,(3) permasalahan dan hambatan yang timbul, dan (4) berbagai cara mengatasi sebagai alternative jalan keluar yang elegan.

KONSEPSI SEKOLAH UNGGULAN DAN INOVATIF

Konsep Dasar Sekolah Unggulan

Sekolah unggulan diartikan sebagai lembaga pendidikan (baca:sekolah) yang menerima input

Page 10: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 10

sebagaimana sekolah yang bukan unggulan, namun out putnya di atas rata-rata standar kelulusan yang memproses input biasa (siswa kebanyakan ) namun outputnya unggul dalam bidang olahraga, unggul dalam bidang IPTEK dan IMTAQ, unggul dalam bidang pengembangan usaha). Dengan kata lain sekolah unggulan adalah sekolah yang menerima input siswa biasa kemudian dikelola dengan proses yang unggul hasilnya merupakan out put yang unggul.

Untuk mencapai out put yang unggul proses yang dilaksanakan harus unggul (baca: inovatif). Oleh karena itu dalam proses pembelajaran diperlukan sumber daya guru yang unggul. Keung-gulan ini tidak hanya diukur dari level dan tingkat pendidikan saja, namun bisa dilihat dari sikap, semangat, dan kemauan guru dalam menyongsong perkembangan dan perubahan. Artinya guru terus mau belajar sepanjang hayat, melalui pendidikan jalur formal, informal, maupun jalur non formal. Dalam hal ini guru mau mengasah, mengasuh, dan saling memberi menerima sesama sejawat, berkolaborasi sesama ahli, dan sebagainya.

Selain itu, sekolah unggulan juga sangat didukung oleh sarana, prasarana, fasilitas yang me-madai, terutama fasilitas pembelajaran. Penciptaan sekolah unggulan mengandung konsekuensi penataan, pemberdayaan semua aspek pendidikan. Aspek yang perlu diberdayakan lebih akurat antara lain: (1) pemberdayaan manajemen sarana, per-alatan, inventaris, (2) pemberdayaan manajemen personalia, (3) peberdayaan manajemen proses pembelajaran, (4) pemberdayaan manajemen keuangan dan anggaran, serta (5) penataan lingkungan baik dalam ruangan kelas maupun lingkungan luar ruangan kelas. Pendek kata untuk menuju sekolah ungggulan semua potensi yang ada harus diberdayakan seoptimal mungkin. Tentunya dengan menganalisis faktor hambatan dan kekuatan yang ada.

Dengan berlandaskan pada konsepsi dan konsep sekolah unggulan, di kota-kota besar metro-polis bermunculan sekolah-sekolah seperti Ciputra, Al Azar, Tarakanita, dan sebaginya. Jika kita amati sekolah-sekolah memang memenuhi persyaratan untuk berlevel sekolah unggulan. Hal itu tentunya didukung oleh peralatan yang memadai, penataan manajemen yang memadai pula. Sekolah-sekolah unggulan seperti itu banyak diminati oleh masyara-kat. Sekolah-sekolah unggulan tersebut memiliki out put yang unggul pula, yaitu insan manusia yang “Tri Shakti Wiratama“, manusia yang Tanggap,

Tanggon, Terampil dan Trengginas. Manusia yang Tri Shakti Wiratama adalah manusia yang memili-ki daya ketanggapan dan kepekaan yang andal terhadap perkembangan dan perubahan, memiliki daya kekuatan dan ketabahan, bersemangat dalam meraih cita-cita dan memiliki skill dan kemampuan yang memadai untuk menguasai IPTEK yang berlandaskan pada IMTAQ.

Ciri Khas Sekolah Unggulan

Ciri khas sekolah unggulan adalah melak-sanakan proses pembelajaran dengan unggul. Artinya proses pembelajaran dikemas secara inovatif, kreatif, enjoy, dan menyenangkan bagi siswa maupun bagi guru. Dengan kata lain sekolah unggulan hendaknya menyiapkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang unggul dalam merancang, menyusun strategi, teknik, dan langkah-langkah dalam penyelenggaraan pendidikan. Proses pembelajaran dikembangkan secara bertanggung jawab, berdisiplin, berbudaya, berakhlak mulia, dan secara profesional. Adapun sasaran keunggulan yang dicapai dan tampak oleh masyarakat adalah: 1. Unggul dalam merekam data, informasi kema-

juan belajar baik secara formal maupun non formal. Teknik penyebaran dan pengumpulan informasi dilaksanakan secara terpadu, integrative, partisipatif semua masyarakat lingkungannya.

2. Pelayanan pendidikan kepada masyarakat da-pat dilaksankan secara mudah, cepat, menye-nangkan, akurat.

3. Pencapaian hasil belajar siwa tidak diban-dingkan dengan hasil prestasi di kelompok maupun standar normal, namun dibandingkan dengan kemampuan awal sebagai input, dan hasil prestasi belajar tidak untuk menghakimi.

4. Pelayanan informasi mudah diakses oleh se-mua pihak guna mengetahui perkembangan peserta didik secara dini.

5. Para siswa mampu mengeksplorasi dan memo-tivasi diri untuk menanggapi berbagai perma-salahan dan mampu menemukan jalan ke-luarnya sebagai alternative solusinya. Untuk mewujudkan berbagai keunggulan di

atas, guru dituntut melakukan penilaian (secara kuantitatif maupun secara kualitatif) secara terus menerus dan secara berkelanjutan. Guru harus memandang bahwa penilaian merupakan bagian integral dengan kegiatan belajar mengajar. Penilai-an yang dilakukan oleh guru dapat dilaksanakan

Page 11: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 11

dengan sasaran penilaian proses (dengan penilaian rubrik) dan penilaian hasil prestasi dengan mengadakan tes, kuis menyelesaikan tugas, dan sebagainya. Dengan demikian guru selalu dituntut untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) secara terus-menerus. Tentunya untuk menuju sekolah unggulan tidak hanya peran guru saja yang harus diperbaiki dan diupayakan meningkat. Ada beberapa hal lain yang harus memperoleh perhatian dan penggaraapan secara optimal.

Hal lain yang harus memperoleh penggarapan yang memadai adalah membangun kesadaran dan sikap semua pihak untuk mau dan mampu mengelola empat pilar manajemen berwawasan keunggulan. Keempat pilar yang perlu diberdayakan adalah (1) pengembangan program yang berorientasi pada mutu, (2) pemberdayaan manajemen SDM yang berorientasi pada kemandirian, (3) pemberdayaan manajemen peran serta dan partisipasi yang berorientasi pada komitmen, dan (4) pemberdayaan manajemen keuangan dan anggaran yang berorientasai pada akuntabilitas dan tranparansi.

Satu hal lagi yang harus memperoleh peng-garapan secara memadai untuk menuju sekolah unggulan adalah pemberdayaan manajemen peran serta dan partisipasi masyarakat dalam mengelola pendidikan. Sebagaimana amanat Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1999 pada salah satu konsiderannya berbunyi, “hal-hal yang mendasar pada undang-undang ini adalah mendorong untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan daya kreativitas serta meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Daerah kabupaten dan kota berkedudukan sebagai daerah otonom mempunyai kewenangan dan kekuasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan inspirasi masyarakatnya. Masyarakat harus berperan aktif dalam semua sendi kehidupan termasuk di dalamnya di bidang pendidikan dan kesehatan.

Bertolak dari kenyataan sebagaimana dipapar-kan di atas, maka peran serta masyarakat untuk mempercepat reformasi di bidang pendidikan antara lain dapat berupa:

Melakukan kerja sama dengan pihak sekolah dalam merencanakan, menyusun rencana strategis sekolah (Rentraskol) dalam rangka upaya meningkatkan mutu.

Bagi masyarakat kelompok cendekia dan ahli dapat melakukan kerja sama dan sumbang saran

melalui pemantapan kerja guru, pelatihan guru, dan pelatihan manajemen pendidikan.

Bagi masyarakat kelompok pengusaha dapat membantu sekolah dengan jalan menjadi fasilitator atau perantara kerja sama sekolah dengan dunia usaha.

Melakukan kerjasama dalam bantuan pen-danaan, bantuan tenaga dan pikiran, bantuan loya-litas membangun opini masyarakat lingkungan terhadap pencitraan dunia pendidikan (sekolah) kearah yang positif dan unggul.

Melakukan kerja sama dalam tukar informasi dalam rangka pembinaan dan pengarahan para siswa guna terbentuknya kepribadian yang andal.

Dalam praktik pelaksanaannya kerja sama dan bantuan masyarakat dapat dilakukan melalui perorangan, kelompok, organisasi (dewan sekolah), organisasi alumni, maupun melalui kelompok-kelompok profesionalisme. Pada dasarnya untuk menuju sekolah unggulan, partisipasi, peran serta masyarakat dengan segala potensi yang ada masih sangat diperlukan.

Strategi Pembelajaran Sekolah Unggulan

Sebelumnya telah disinggung bahwa sekolah unggulan sangat bertumpu pada proses pengelolaannya, termasuk pengelolaan pembe-lajaran. Strategi pembelajaran sekolah unggulan selalu bertumpu pada wawasan para gurunya dalam menyongsong dan menyikapi perkembangan dan perubahan IPTEK. Artinya, strategi pembelajaran sekolah unggulan hendaknya bertumpu pada berbagai model dan variasi strategi, teknik dan langkah-langkah pembelajaran. Perancangan strategi pembelajaran hendaknya diselaraskan dengan paradigma baru pendidikan kita. Paradigma baru pendidikan kita mengadopsi konsepsi Freire (1986) yakni pendidikan berdasarkan paradigma kritis. Konsepsi Freire tentang pendidikan adalah memanusiawikan kembali manusia. Freire membagi kesadaran manusia (para siswa) dalam belajar ke dalam tiga kelompok.

Kelompok pertama adalah kesadaran magis, kelompok ini tidak mampu menghubungkan antara konsep pendidikan dengan kenyataan yang terjadi di dunia nyata (baca: yang terjadi dalam masyarakjat). Peserta didik hanya menerima sesuatu yang dogmatis tentang kebenaran yang diberikan oleh pendidik tanpa ada mekanisme pemahaman makna dalam kehidupan bermasyarakat. Kelompok kedua, adalah kesadaran naïf, pendidikan dalam konteks ini tidak

Page 12: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 12

mempertanyakan sistem dan struktur peltihan. Sistem dan struktur yang selama ini ada dianggap paling baik dan paling benar. Peserta didik dipaksa harus bisa diadaptasi dengan sistem dan struktur yang telah ada. Dalam hal ini peserta didik (siswa) dijadikan objek pendidikan, tidak dimanusiawikan. Kesadaran ketiga, adalah kesadaran kritis. Kelompok ini memandang bahwa peserta didik (siswa) sebagai subjek pendidikan, sebagai manusia yang dimanusiakan. Artinya, siswa diajak merancang strategi dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Siswa juga diajak menentukan materi ajar, sistem penilaian proses, dan akhirnya siswa menemukan persoalan serta menemukan jalan pemecahan persoalan tersebut secara kesadaran diri.

Berangkat dari konsepsi Freire di atas kiranya perancangan strategi, teknik, dan langkah-langkah pembelajaran hendaknya selalu dikonfirmasikan bersama para siswa sebagai subjek pendidikan (sekarang dikenal dengan pendekatan PAIKEM). Out put pendidikan semacam ini menghasilkan manusia yang mampu dan bisa mengintegrasikan antara IQ, EQ, SQ, dan kecerdasan lainnya. Dengan demikian strategi dan teknik serta langkah- langkah pembelajaran harus mencerminkan : 1. Siswa belajar guru menjadi fasilitator/tutor. 2. Siswa banyak tahu tentang apa-apa atas bim-

bingan guru. 3. Siswa harus berpikir dan guru memberikan

keleluasaan siswa berpikir. 4. Siswa berbicara dan melakukan guru meng-

awasi dan mengarahkan. 5. Siswa memilih dan menentukan pilihannya

guru menurutinya 6. Siswa bertindak atas pikirannnya guru mem-

bayangkan tindakan siswa selanjutnya. 7. Siswa memilih apa yang harus dibahas dalam

proses pembelajaran guru menyesuaikan. 8. Siswa sebagai subjek dalam proses pembela-

jaran guru hanya memberikan berbagai pan-dangan yang berkaitan dengan kehendak siswa. Untuk menciptakan proses pembelajaran

sebagaimana diuraikan di atas, terdapat enam kiat guru dalam langkah-langkah pembelajaran. Ke-enam kiat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ciptakan kondisi yang benar

Orkestrakan lingkungan Ciptakan suasana positif bagi siswa dan

guru

Kukuhkan dan fokuskan pembelajaran (pendekatan tematik)

Tentukan hasil dan sasaran dengan AM-BAK ( apa manfaatnya bagiku )

Visualisasikan tujuan pembelajaran Anggaplah kesalahan sebagai umpan balik. Pasanglah poster atau hasil karya siswa di

sekeliling dinding kelas. 2. Presentasikan dengan benar

Opinikan potret proses pembelajaran yang akan dilaksanakan secara utuh.

Gunakan semua gaya (teknik/strategi) pembelajaran dengan kreatif dan arif.

Petakan pikiran dan kecerdasan siswa anda.

3. Pikirkan Berpikirlah kreatif dan arif Berpikirlah kritis – konseptual – analitik –

reflektif . Lakukan pemecahan masalah secara

kreatif dan arif. 4. Ekspresikan

Gunakan dan praktikan dalam permainan semua proses pembelajaran.

Bermainlah peran dalam proses pembela-jaran

Diskusikan bersama siswa semua langkah-langkah pembelajaran.

5. Praktikkan Lakukan proses pembelajaran di luar kelas

dengan berbagai permainan. Banyak-banyaklah siswa melakukan

sendiri sesuatu yang dipelajarinya. Ubahlah perilaku siswa seperti perilaku

guru. 6. Tinjau, evaluasi, dan rayakan.

Biasakan siswa menyadari terhadap apa yang telah dilakukan.

Ajaklah para siswa mengevaluasi hasil kerjanya.

Lakukan evaluasi secara berkelanjutan.

KONDISI OBYEKTIF SEKOLAH

Lingkungan Fisik

Penataan lingkungan sekolah sangat menen-tukan terhadap berlangsungnya pembelajaran. Lingkungan sekolah yang bersih, nyaman, dan teduh akan membuat para siswa, para guru, dan semua fungsionaris sekolah merasa betah berlama

Page 13: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 13

– lama di sekolah. Mereka akan merasa nyaman belajar dan melakukan kegiatan di sekolah. Untuk itu penataan ruang kelas idealnya diubah – ubah setiap hari (bisa berbentuk lingkaran, bentuk U, bentuk L, atau bisa saling berhadapan). Penataan lingkungan dalam ruangan maupun luar ruangan (taman, tempat rekreasi, tempat bermain, tempat olahraga dan gelar seni, ruang baca di luar perpus-takaan) hendaknya ditata dan disediakan sedemiki-an rupa agar siswa merasa senang belajar berlama-lama. Usahakan dibangun tempat duduk di sudut-sudut lokasi yang teduh untuk berkerumun para siswa santai, berdiskusi, kalau mungkin untuk ruang baca di luar ruang perpustakaan sekolah.

Lingkungan fisik yang lain yang tidak boleh diabaikan adalah penataan dan penyediaan ruang toilet, kamar mandi (kamar kecil) dan WC harus tetap bersih, segar baunya, nyaman, dan tetap terjaga rapi. Diupayakan setiap hari kamar mandi dan WC dibersihkan dengan busa penyegar. Pada dasarnya lingkungan sekolah baik luar maupun dalam harus tetap dijaga kebersihannya, kerapian-nya, dan kenyamanannya.

Pemberdayaan Lingkungan

Lingkungan sekolah baik di dalam ruangan, di luar ruangan, halaman, dan lingkungan sekitar sekolah dapat diberdayakan untuk tempat dan sumber belajar. Taman, misalnya dapat dimanfaatkan sebagai tempat, sumber, dan media pembelajaran. Ruangan kelas sebagai tempat utama untuk kegiatan pembelajaran hendaknya ditata dan diatur sedemikian rupa sehingga tidak membosankan. Letak meja dan bangku bisa ditata melingkar, bentuk U, bentuk L, saling berhadap-hadapan, dan sebagainya. Selain itu, di dalam ruang kelas hendaknya diupayakan ada globe, peta, gambar-gambar yang dapat digunakan sebagai sumber dan media yang ampuh dalam proses pembelajaran, ada grafiks, bagan, dan sejenisnya, dan yang tidak kalah pentingnya diupayakan ada beberapa tulisan yang berisi motto, petuah, pepatah, dan sebagainya yang ditempel atau digantung di dalam ruang kelas. Lebih baik lagi di dinding ruang kelas baik luar maupun bagian dalam ditempel atau digantung hasil karya para siswa, baik hasil tugas mandiri maupun yang berupa hasil tugas portofolio.

Manfaat dari tulisan tersebut adalah bisa dijadikan sumber dan media pembelajaran yang efektif. Para siswa akan merasa senang karena ada penghargaan atas hasil kerja dan hasil karyanya.

Hal ini akan dapat meningkatkan motivasi, semangat para siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Lingkungan sekolah yang lain yang harus mendapatkan perhatian adalah dibangunnya pa-tung-patung di sudut halaman sekolah, perkebunan sekitar gedung sekolah, kantor pos, kantor desa/ke-lurahan, kantor instansi pemerintahan atau swasta, kelompok kesenian lokal dan daerah, kebudayaan masyarakat sekitar lingkungan sekolah (misal: upa-cara adat, pakaian adat setempat, dan sebagainya). Hal ini penting diperhatikan dan diberdayakan, karena dapat dimanfaatkan sebagai sumber dan media pembelajaran yang positif dan efektif.

Keuntungan Memberdayakan Lingkungan

Pada paparan di atas telah saya singgung bahwa memberdayakan lingkungan sekolah sangat perlu mendapat perhatian serius. Hal ini kiranya wajar, karena lingkungan sekolah yang dapat dike-lola dengan baik dan benar akan dapat memberikan kontribusi efektif bagi keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Ini merupakan salah satu ciri sekolah unggul, yaitu unggul dalam proses. Upaya memberdayakan lingkungan sekolah akan memberikan kontribusi dan keuntungan, antara lain: 1. Lingkungan merupakan sumber belajar secara

nyata (realistik). Artinya para siswa mem-pelajari sesuatu dengan kenyataan yang ada, sesuai dengan keberadaan yang sesungguhnya. Belajar dengan memanfaatkan lingkungan akan menghasilkan daya pemahaman dan daya keterbatasan siswa menjadi lebih mantap, tidak terjadi verbalisme (tahu tetapi tidak mengerti). Selain itu, siswa belajar sesuai dengan kehendaknya, sesuai dengan kebutuhannya, menarik, enjoy dan menyenangkan, serta mudah diperoleh (tidak perlu pengadaan khusus)

2. Siswa akan lebih banyak belajar dengan memanfaatkan lingkungan daripada membaca buku-buku. Belajar dengan memanfaatkan lingkungan berarti para siswa belajar untuk menemukan kebermaknaan proses dan hasil belajar. Artinya, para siswa lebih memiliki sesuatu yang dipelajarinya, karena mereka menggali, memperoleh, masalah dan mereka sendiri yang menemukan cara pemecahannya. Ini yang disebut belajar dengan menerapkan strategi inquiri. Misalnya, siswa akan mempelajari perkembangan tumbuhan, bunga,

Page 14: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 14

dan sebagainya maka siswa akan melihat sendiri, mencatat, mengolah informasi sendiri dan akhirnya membuat simpulan sendiri.

3. Siswa akan memiliki daya apresiasi yang tinggi terhadap lingkungan. Hal ini dapat membina kepribadian siswa untuk menum-buhkan rasa menghargai terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian pada gilirannya nanti para siswa akan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap fungsi, kegunaan dan pelestarian lingkungan.

4. Siswa akan memiliki pengalaman baru dalam melaksanakan proses pembelajaran.Mereka akan terbiasa melakukan pengamatan, pen-catatan, diskusi antar teman, memilih, meng-aklasifikasikan, menggali informasi dan me-ngolahnya, menganalisa informasi. Pendek kata belajar dengan memanfaatkan lingkungan akan mendidik dan melatih siswa membiasa-kan diri meneliti. Dalam kurun waktu tertentu proses pembelajaran dengan memanfaatkan alam dan lingkungan sekolah akan melahirkan para peneliti pemula.

5. Siswa akan terbiasa melakukan penelitian, evaluasi, analisis terhadap lingkungan, dan pada gilirannya nanti mereka akan mampu mempertimbangkan dengan matang hal–hal yang positif yang akan mereka gunakan dalam menata pergaulan di masyarakatnya. Siswa yang benar-benar memiliki pemahaman dan kepribadian menghargai lingkungan akan me-miliki kesadaran yang tinggi untuk memilih dan memilah nilai-nilai kehidupan yang baik dan positif dalam pergaulan di dalam masyarakat. Dengan kata lain mereka tidak akan terjerumus ke dalam pergaulan yang melanggar hukum.

Pengembangan Model Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup

Pendidikan kecakapan hidup dikembangkan dengan memperhatikan beberapa hal berikut: 1. Pembentukan kepribadian peserta didik secara

utuh baik keimanan, ketaqwaan, dan akhlaq mulia.

2. Mengakomodasikan semua mata pelajaran untuk dapat menunjang peningkatan iman, dan taqwa serta akhlak mulia, secara meningkatkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama dengan mempertimbangkan norma-norma agama yang berlaku

3. Mengembangkan keragaman potensi, minat dan bakat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan-nya.

4. Sesuai tuntutan dunia kerja dan kebutuhan kehidupan manusia di era global kini.

5. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

6. Kecakapan personal, sosial, akademi dan vo-kasional.

PERMASALAHAN, HAMBATAN DAN SOLUSINYA

Beberapa Hambatan

Dalam membangun bidang pendidikan untuk menuju sekolah unggul, terdapat beberapa hambat-an yang perlu mendapatkan perhatian. Hambatan tersebut hamper terjadi di berbagai bidang, antara lain: 1. Bidang Pengajaran ( Kurikulum )

Kurangnya daya paham terhadap kandungan isi dan amanat kurikulum (KBK, KTSP) oleh para guru, para teknisi pendidikan. Hal ini menyebabkan aplikasi kurikulum di lapangan (di tingkat pembe-lajaran di kelas) kurang optimal. Indikator perihal ini antara lain, kurang mampunya para guru, teknisi pendidikan dalam menjabarkan isi silabus (untuk kurikulum KBK) maupun isi matrik BSNP (untuk kurikulum KTSP) dalam program pengembangan dan penyesuaian.

Dengan sifat fleksibelitas, kesesuaian pe-ngembangan yang menjadi amanat KBK dan KTSP memberikan keleluasaan dan kebebasan guru untuk merencanakan, menyusun perangkat kurikulum, justru menyulitkan bagi guru yang eng-gan berkreatif dan berinovatif untuk menentukan dan menetapkan strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber pembelajaran (baca: guru menjadi lebih kebingungan)

Tidak ditetapkannya metode dalam kurikulum membuat guru kesulitan menentukan dan memilih metode yang tepat untuk melaksanakan proses pembelajaran.

Dengan ditetapkannya target pencapaian pada akhir semester sangat membatasi kreativitas dan inovasi guru dalam melakukan eksperimen dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Page 15: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 15

Belum ditetapkannnya standarisasi proses dan standarisasi penilaian menambah kesulitan para guru untuk melaksanakan proses pembelajaran.

Belum ditetapkannya rambu-rambu pelaksa-naan pembelajaran Kertakes dan Mulok membuat proses pembelajarannya belum bisa optimal.

2. Bidang Ketenagaan

Minimnya wawasan dan kemampuan guru serta tenaga kependidikan lainnya akan mengham-bat upaya peningkatan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan yang ada

Belum tumbuhnya kesadaran guru dan tenaga kependidikan lain terhadap pemanfaatan waktu akan menghambat kelancaran pelaksanaan tugas-tugas pokoknya.

Belum tumbuhnya kesadaran diri guru dan tenaga kependidikan lainnya tentang tugas pokok (tupoksi) masing-masing akan menghambat ap-likasi dan pelaksanaannya.

Masih terdapat beberapa guru dan tenaga ke-pendidikan lainnya belum atau masih kurang memiliki kompetensi yang memadai untuk melak-sanakan tugas-tugas pendidikan.

Masih banyaknya beban tugas-tugas tam-bahan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya sehingga menghambat pelaksanaan tugas-tugas pokok yang harus dilaksanakan.

Belum adanya jaminan karir dan prestasi guru dan tenaga kependidikan lainnya secara esensial sehingga menimbulkan keengganan dan rasa malas untuk meningkatkan profesionalismenya.

3. Bidang Sarana dan Prasarana

Kurang tersedianya sarana pokok yang me-madai (ruang kelas, ruang kantor, gudang, ruang UKS beserta peralatannya, ruang perpustakaan dan buku-buku bacaan/referensi, kamar mandi dan WC, alat peraga dan alat-alat olahraga, seni, alat praktik)

Kurang tersedianya secara memadai sarana penunjang (tempat bermain, tempat olahraga dan seni, tempat ibadah, tempat rekreasi/ taman, ke-bun).

Kurang tersedianya secara memadai peralatan untuk kegiatan ekstrakulikuler.

Kurang tersedianya secara memadai peralatan dan tempat penyimpanan sarana dan prasarana yang ada.

Kurang terpenuhinya peralatan untuk men-ciptakan 6 K.

4. Bidang Kesiswaan

Adanya jumlah siswa yang over kuantitas dalam kelas sehingga menghambat kelancaran, dan ketidakoptimalan pelaksanaan pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran.

Belum meratanya animo masyarakat dalam menetapkan dan memilih sekolah yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Masyarakat masih terobsesi memilih sekolah favorit dan tidak favorit.

Banyaknya siswa bermutasi dengan tidak mengindahkan ketentuan yang berlaku.

5. Bidang Anggaran (keuangan)

Kurang tertibnya pembukuan anggaran dan pembukuan belanja menyebabkan sulitnya pengen-dalian (control) dan pengawasan (baca: keuangan partisipasi masyarakat, keuangan sekolah/BOS, ke-uangan buku, dan sumber lain yang diperbolehkan)

Kurangnya pengawasan penggunaan anggar-an dan belanja baik oleh Dewan sekolah, pejabat terkait, personel sekolah.

Belum atau kurangnya impas antara penye-diaan jumlah anggaran dengan jumlah belanja yang diperlukan.

6. Bidang Humas

Belum terjalinnya hubungan timbal balik antara masyarakat/Dewan sekolah pihak sekolah dan pihak pengambil kebijakan dan keputusan.

Belum terbedayakan dengan optimal pe-manfaatan potensi dan kekuatan masyarakat seba-gai kekuatan pendukung pendidikan.

Belum atau kurangnya kesadaran masyarakat (keluarga) dalam ikut serta dan partisipasi untuk mendidik putra-putrinya, khususnya di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

Belum muncul niatan pihak sekolah untuk mengadakan kerja sama antara pihak sekolah den-gan dunia usaha.

7. Bidang Supervisi

Belum terencananya kegiatan supervise seca-ra rutin dan terus menerus secara berkesinambung-an.

Supervisor dalam melakukan supervises ma-sih berkutat pada bidang administrasi, belum men-yentuh pembinaan SDM untuk mengacu pada ter-wujudnya profesionalisme yang andal.

Kurangnya perancangan mekanisme dan instrument supervisi yang memadai dan efektif.

8. Bidang Kegiatan Ekstrakulikuler

Page 16: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 16

Belum terbiasanya sekolah menyusun kegiat-an ekstrakulikuler secara terprogram, sistematik, dan teruji.

Kurangnya penyediaan waktu untuk pelak-sanaan program ekstrakulikuler di bawah kendali dan pangawasan sekolah.

Kegiatan yang bersifat ekstrakulier masih di-laksanakan secara temporer (biasanya kalau akan ada perlombaan dan pertandingan).

Solusi yang ditawarkan

Dengan berbagai hambatan yang diprediksi menjadi ganjalan untuk membangun sekolah me-nuju sekolah yang unggul, kiranya perlu dipikirkan cara mengatasinya. Solusi yang ditawarkan dalam hal ini adalah sebagai berikut: 1. Bidang Pengajaran (kurikulum)

Segera digelar secara merata sosialisasi ten-tang KBK dan KTSP di seluruh wilayah dan selu-ruh instansi/lembaga secara berjangka dan teren-cana, terprogram dan continue.

Setiap semester diadakan diklat dan workshop bagi para guru dalam rangka upaya meningkatkan wawasan, kemampuan, dan profesionalisme.

Ditekankan pada semua guru untuk membuat silabus dan KTSP sesuai dengan bidang tugas pokoknya masing-masing (pengembangan dan penyesuaian)

Disediakan anggaran melalui APBD dan APBN sebagai beasiswa untuk para guru yang melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,

Diadakan pertemuan pada awal tahun pem-belajaran untuk menyusun standar proses secara lo-cal/regional, menyusun KTSP termasuk Kertakes dan Mulok.

2. Bidang Ketenagaan

Dalam rapat dinas hendaknya diarahkan pada pembinaan para guru dan tenaga kependidikan lainnya, dan bukan informasi serta bersifat instruk-tif belaka.

Diberikan peluang seluas-luasnya bagi para guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk meneruskan stuidi, baik yang bersifat kedinasan maupun bersifat perorangan.

Setiap satu bulan sekali diadakan mikro teach-ing antar guru antar sekolah dalam satu gugus kerja atau gugus wilayah.

Setiap akhir pembelajaran satu kompetensi dasar (KD) ditekankan guru mengadakan penelitian

tindakan kelas (PTK) untuk menemukan strategi dan metode yang paling sesuai untuk pembelajaran ke depan.

Setiap tri bulan diadakan loka karya, work-shop, pelatihan bagi guru khusus tentang strategi dan metode pembelajaran, dan sistem evaluasinya.

3. Bidang Sarana dan Prasarana

Penyediaan dan pengadaan alat-alat peraga dan media pembelajaran, alat-alat olahraga,seni, ibadah, dan kegiatan ekstrakulikuler dilaksanakan setiap awal semester.

Diupayakan dibangun gedung untuk pe-nyimpanan peralatan walaupun sederhana pada setiap sekolah.

Diupayakan penataan lingkungan secara optimal agar tercipta suasana aman, nyaman dan tenang.

Pengadaan buku-buku bacaan, buku-buku pelajaran, dan buku-buku referensi lain yang memadai.

Disediakan tempat-tempat yang indah, teduh, dan strategis untuk ruang baca di alam terbuka.

Penyediaan dan pengadaan peralatan dan kelengkapan laboratorium MIPA

Diciptakannya ruang kelas sebagai ruang bahasa, ruang baca, dan ruang belajar.

Penyediaan dan penataan tempat bermain, tempat berekreasi, tempat duduk-duduk siswa, tempat olahraga, dan tempat berlatih kesenian.

4. Bidang Kesiswaan

Ditetapkan satu kelasnya maksimal berisi 30-35 orang siuswa

Ditetapkannya sistem rayonisasi berdasarkan wilayah kedaerahan.

Permutasian dalam satu wilayah tidak di-jinkan.

5. Bidang Anggaran (keuangan )

Anggaran dan keuangan sekolah dan dari sumber lain dibukukan secara transparan, akunta-beliti dan mudah dikontrol oleh pengawas yang di-tunjuk.

Diadakan penambahan pendanaan dari APBD/APBN sehingga ada perimbangan antara persediaan dana dengan jumlah kebutuhan.

Diperluasnya penggalian sumber dana dari partisipasi masyarakat, perusahaan, donator, dan diadakan sistem bapak angkat/bapak asuh.

6. Bidang Humas

Page 17: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 17

Diperluasnya jaringan kerjasama dan partisi-pasi masyarakat untuk mendukung kegiatan seko-lah.

Dibangun kerjasama untuk memberdayakan potensi masyarakat berdasarkan kompetensinya, masing-masing guna mendukung program sekolah.

Dijalin kerja sama dengan perusahan yang bersifat tidak mengikat.

7. Bidang Supervisi

Diadakan secara rutin dan berkala pengawas-an pelaksanaan pendidikan di persekolahan oleh pejabat yang berwenang.

Diperluasnya petugas supervisor yang mema-dahi dengan tingkat keahliannya.

Sasaran supervisi menyangkut administrasi, SDM, Teknis edukasi dengan segala perangkatnya.

Ditetapkannya secara baku instrumen super-visi.

8. Bidang Kegiatan Ekstrakulikuler

Perlu adanya kegiatan ekstrakulikuler yang terprogram, terstruktur dan koordinatif dengan baik.

Perlu adanya pengaturan waktu (terjadwal). Perlu bekerja sama dengan tenaga ahli di

bidangnya masing-masing.

PENUTUP

Untuk menuju sekolah unggul diperlukan kerja keras. Hal itu difokuskan pada (1) pem-berdayaan Sumber Daya Manusia (SDM), (2) pemberdayaan Sumber Daya Lingkungan (SDL), (3) pengadaan peralatan, sarana dan prasarana yang memadai, (4) optimalisasi pemberdayaan per-pustakaan sekolah, (5) pemberdayaan pengelolaan KBM, dan (6) pemberdayaan Sumber Pendanaan.

Selain itu, kemauan, semangat dan kreativitas para guru, sangat diperlukan dalam menuju sekolah unggul. Bahkan kemauan dan semangat para guru untuk mengubah diri menuju profesionalisme merupakan faktor terpenting dalam menuju sekolah unggul. Para guru yang terus-menerus memperkaya wawasan, pengetahuan, dan mau belajar menguasai teknologi yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah modal paling fundamental dalam menuju sekolah ungggul. Para guru yang selalu peduli dengan profesinya yaitu dalam proses pembelajaran (mendidik, mengajar, melatih) merupakan factor terdepan untuk menuju sekolah unggul.

Sekolah unggul bukan karena mengelola input para siswa yang sudah unggul (intelegency cerdas dan genius), tetapi mengelola para siswa yang tingkat intelegency normal (biasa-biasa/normal) setelah mengalami proses pembelajaran maka out putnya menjadi unggul dalam segala bidang. Jadi faktor yang sangat menentukan untuk menuju sekolah unggul adalah ketrampilan para guru dalam mengelola manajemen pembelajaran (SDM guru memadai) dan bukan karena inputnya unggul. Peralatannya modern (baca: unggul), sarana dan prasarananya terlengkap. Walaupun tidak bisa dinafikkan bahwa hal tersebut sangat mendukung dan sangat diperlukan untuk menuju sekolah unggul. Peralatan, sarana dan prasarana yang tersedia dengan memadai dan ditopang oleh SDM para guru dalam mengelola pembelajaran memadai, maka terciuptanya sekolah unggul akan mudah diwujudkan. Tentunya hal ini didukung oleh kebijakan yang mendukung dan relevan dengan visi dan misi sekolah unggul, yaitu: imtaq dan Iptek, tanggap, tanggon, terampil dan trengginas.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pendidikan Kota 1996/1997. Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah. Malang: Bidang Dikmenum

Depdiknas. 2001. Pengelolaan Sekolah yang Efektif. Surabaya: Sub bagian Pembinaan tenaga edukasi dinas P dan K provinsi Jawa timur

Depdiknas. 2001. Kurikulum Sekolah Dasar 1994. Jakarta: Puskur Dirjend Dikdasmen.

Indra Fachrudi, Soekarto. 1998. Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah yang Baik. Jakarta: Erlangga

Mulayasa, E. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Soebroto, J.B. 1995. Kedaulatan Rakyat Gerakan Meningkatkan Mutu Pendidikan Surabaya: Bina Ilmu

Syri L. Zulkarnaen.1995. Guru berwawasan lingkungan. Surabaya: Bina Ilmu.

Page 18: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 17

OPTIMALISASI PENERAPAN METODE-METODE BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI MELALUI

LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH DI SMA LABORATORIUM UM

Dewi Setiawati

SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang

Abstrak: Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial.Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia di dalam masyarakat. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi maka diperlukan pemilihan metode-metode belajar yang tepat dan bervariasi.Pemilihan metode belajar yang digunakan sebaiknya memberikan pengalaman belajar yang memuat Life Skill. Life Skill yang dikembangkan untuk bidang studi Sosiologi di tingkat SMA adalah General Life Skill dan Akademic Life Skill. Optimalisasi metode-metode belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran sosiologi melalui kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah di SMA Laboratorium UM memberi banyak manfaat, antara lain meningkatkan motivasi belajar dan kebutuhan-kebutuhan untuk berprestasi, meningkatkan rasa ingin tahu siswa yang berasal dari dalam diri siswa, meningkatkan kecakapan berfikir untuk menggali informasi dan mengolah informasi, mengambil keputusan dan memecahkan masalah, mengembangkan kecakapan social seperti kecakapan berkomunikasi lisan dan tertulis, dan kecakapan bekerjasama. Penggunaan metode belajar yang bervariasi dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran sosiologi, hal ini disebabkan siswa lebih dihadapkan pada usaha untuk mempelajari dan memahami suatu pengertian pada konsep,bukan dihadapkan pada konsep-konsep kering yang harus dihafalkan.

Kata kunci: sosiologi, motivasi belajar, metode belajar, lesson study

Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial. Misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, gejala keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya, Sosiologi juga mengkaji hubungan dan pengaruh timbal balik an-tara gejala sosial dan gejala non sosial misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya yang telah dikemukakan oleh Pitirim Sorokin dalam Soerjono Soekanto (2003:19).

Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia di dalam masyarakat.

Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi maka diperlukan pe-milihan metode-metode belajar yang tepat dan ber-variasi. Pemilihan metode belajar yang digunakan sebaiknya memberikan pengalaman belajar yang memuat kecakapan hidup life skill yang dapat dimi-liki oleh siswa. Kecakapan hidup merupakan keca-

Page 19: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 18

kapan yang dimiliki oleh seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara pro-aktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.

Life skill yang dikembangkan untuk bidang studi Sosiologi di tingkat SMA adalah general life skill dan academic life skill (Kecakapan akademik). General life skill dibagi menjadi dua yaitu personal skill (kecakapan personal) dan sosial skill (ke-cakapan sosial), Kecakapan personal itu sendiri ter-diri dari self awareness skill (kecakapan mengenal diri) dan thinking skill (kecakapan berpikir). Keca-kapan-kecakapan hidup tersebut dapat dirinci yaitu Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran seba-gai makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri dan kesadaran akan potensi diri, Kecakapan berpi-kir meliputi kecakapan menggali informasi, meng-olah informasi, mengambil keputusan dan kecakap-an memecahkan masalah;Kecakapan sosial melipu-ti kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tertulis dan kecakapan bekerjasama dan Kecakapan akade-mik meliputi kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis dan kecakapan melaksanakan penelitian (Depdik-bud , 2004:5)

General life skill dan academic life skill dapat dikembangkan dengan mengembangkan berbagai variasi metode-metode belajar yang dapat menum-buhkan motivasi belajar pada siswa melalui ke-giatan Lesson Study Berbasis Sekolah.

Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembe-lajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community (Tim Penulis JICA-IMSTEP, 2006). Lesson study telah memberikan pengalaman-peng-alaman yang membangun bagi guru. Terutama da-lam bagaimana merencanakan proses pembelajaran yang menarik dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru dan siswa, dimana perencanaan dan implementasi pem-belajaran yang dibuat adalah dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Lesson Study adalah suatu proses pembelajaran yang yang sangat berharga tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi guru seperti terdapat pepatah mengatakan bersakit-sakit dahulu lalu bersenang-senang kemudian, bagi saya pepatah ini menunjukkan proses persiapan sampai dengan pelaksanaan lesson study memerlukan waktu, tenaga dan mental guru yang

benar-benar siap untuk mencapai proses dan hasil belajar yang ingin dicapai

Lesson Study mulai dipelajari dan dicontoh oleh para pakar pendidikan di Indonesia sejak tahun 2005 bekerjasama dengan pihak IMSTEP-JICA Jepang. Lesson Study muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah rendahnya kualitas atau mutu pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia pada umumnya masih bersifat bagaimana guru mengajar dari pada siswa atau peserta didik belajar, sehingga suasana pembelajaran di kelas terkesan berpusat pada guru (teacher center) bukan berpusat pada siswa (student center).

Pelaksanaan Lesson Study ada dua tipe yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan

Sejak tahun 2004 sampai dengan sekarang SMA LAB UM telah melaksanakan Lesson Study berbasis sekolah (LSBS), hal ini tentunya telah memberi dampak positif bagi siswa dan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Melalui kegiatan LSBS guru dapat mengembangkan metode-metode pembelajaran dengan lebih bervariasi. Kegiatan LSBS di SMA LAB UM juga dilaksanakan oleh guru bidang studi IPS termasuk juga guru pengajar mata pelajaran Sosiologi. Penggunaan metode belajar yang bervariasi dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran sosiologi menjadi lebih baik dan mampu membuat siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar karena sedikit demi sedikit siswa akan merasa terlepas dari pemikiran yang beranggapan bahwa pelajaran ilmu sosial adalah pelajaran yang berkaitan erat dengan kegiatan menghafal dan mendengarkan ceramah guru tanpa memahami penjelasan yang telah disampaikan oleh guru.

OPTIMALISASI METODE-METODE BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI MELALUI LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH

Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya Sosiologi merupakan bagian integral dari pendidikan umum,

Page 20: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 19

bila pendidikan umum selalu diarahkan kepada penyediaan tenaga terdidik yang dapat mengikuti dan melibatkan diri dalam proses pembangunan, maka IPS khususnya Sosiologi juga tidak boleh ketinggalan akan hal itu. Ilmu Sosiologi memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.Tetapi sampai saat ini disinyalir motivasi siswa untuk belajar sosiologi belum memuaskan bahkan rendah walaupun saat ini sosiologi adalah mata pelajaran ciri khas untuk jurusan IPS dan sudah merupakan salah satu mata pelajaran yang di UAN-kan. Kenyataan ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain guru kurang memotivasi siswa untuk memahami isi dari materi dan manfaat mempelajari sosiologi.

Guru Sosiologi sering kali hanya mengguna-kan metode ceramah sehingga pelajaran sosiologi hanya dianggap sebagai pelajaran yang membosankan dan hanya berisi konsep-konsep kering yang harus dihafalkan. Hal ini sejalan dengan pendapat kaum Gestalis yang menyesalkan penggunaan metode menghafal disekolah dan mereka menghendaki agar siswa belajar dengan pengertian, bukan hafalan akademis (Irwanto, 1991:122). Untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar maka perlu ditingkatkan motivasi pada siswa untuk belajar dan motivasi pada guru untuk meningkatkan profesionalitasnya melalui kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah

Motivasi belajar pada siswa hendaklah dianggap sebagai sesuatu yang terkait dengan kebutuhan berprestasi, kebutuhan sosial, memperoleh rangsangan, kebiasaan dan perasaan ingin tahu yang berasal dari dalam diri siswa. Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai energi dalam diri seseorang yang mendorong dan menimbulkan gerak untuk melakukan aktifitas belajar.Dari pengertian itu motivasi merupakan faktor yang sangat menentukan secara langsung belajar seseorang yang akan membawa dampak terhadap hasil belajar siswa. Dengan kata lain semakin tinggi motivasi belajar yang dimiliki siswa maka makin besar pula aktifitas yang akan dilakukan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Di dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 19 Tahun 2007 Tanggal 23 Mei 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah dijelaskan bahwa setiap guru bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran

yang diampunya agar peserta didik mampu; (1) meningkatkan rasa ingin tahunya, (2) mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan, (3) memahami perkembangan ilmu pengetahuan dengan kemampuan mencari sumber informasi, (4) mengolah informasi menjadi pengetahuan, (5) menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah, (6) mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain, dan (7) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi yang wajar. Untuk mencapai mutu pendidikan sesuai dengan standar pengelolaan pendidikan tersebut maka para guru di SMA LAB UM berusaha meningkatkan mutu kegiatan pembelajaran dengan cara merujuk perkembangan metode-metode pembelajaran yang mutahir dengan menggunakan metoda pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah.

Melalui kegiatan Lesson Study Berbasis Seko-lah maka terciptalah suasana belajar yang positif diantaranya guru dapat berbagi dengan sesama teman sejawat untuk saling berbagi pengetahuan tentang variasi model-model pembelajaran dengan berbagai kelemahan dan kelebihannya melalui pengamatan (sebagai observer) ataupun melakukan pembelajaran kolaborasi dengan tujuan meningkatkan kemampuan mengajar dan belajar mengelola kelas melalui kegiatan sebagai observer maupun sebagai guru model dalam pelaksanaan Lesson Study Berbasis Sekolah. Hal ini senada dengan pendapat Lewis (2002) yang menyatakan bahwa lesson study memiliki peran yang cukup besar dalam melakukan perubahan secara sistematik dan tidak hanya memberi sumbangan terhadap pengetahuan keprofesionalan guru, tetapi juga terhadap peningkatan sistem pendidikan yang lebih luas.

Kegiatan Lesson Study yang telah dilaksana-kan oleh guru-guru sosiologi di lingkungan SMA LAB UM telah memberikan dampak yang cukup signifikan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dengan mencapai hasil belajar yang cukup memuaskan. Kegiatan Lesson Study sedikit demi sedikit mampu memberikan pengalaman belajar yang memuat kecakapan hidup life skill yang diharapkan tercapai melalui materi-materi dalam pelajaran sosiologi di tingkat SMA yaitu General life skill dan Akademic life skill.Model belajar yang digunakan oleh guru Sosiologi di SMA LAB UM antara lain model

Page 21: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 20

STAD, JIGSAW, CIRC, LEMPAR BERSAMBUNG, dll. Optimalisasi metode-metode belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran sosiologi melalui kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah di SMA Laboratorium UM memberi banyak manfaat bagi semua pihak, baik bagi guru maupun peserta didik. Beberapa manfaat yang didapat sebagai berikut.

Dampak positif LSBS pada guru

Guru dapat mengetahui dan mengembangkan metode-metode pembelajaran secara bervariasi

Tercipta suasana belajar dengan teman sejawat, baik melalui kegiatan sebagai observer maupun kegiatan kolaborasi.

Guru bisa mengembangkan suatu scenario pembelajaran dari hasil pengamatan yang telah dilakukan

Guru bisa menambah pengetahuan tentang bagaimana memotivasi siswa dari hasil pengamatan

Guru bisa menambah pengetahuan tentang bagaimana menguasai kelas dengan menejemen yang baik dari hasil pengamatan.

Dampak positif LSBS bagi siswa

Meningkatkan motivasi belajar dan kebutuhan-kebutuhan untuk berprestasi

Meningkatkan rasa ingin tahu siswa yang berasal dari dalam diri siswa

Meningkatkan kecakapan berfikir untuk meng-gali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan dan memecahkan masalah.

Mengembangkan kecakapan social seperti kecakapan berkomunikasi lisan dan tertulis, dan kecakapan bekerjasama.

PENUTUP

Optimalisasi metode belajar dengan meng-gunakan model-model pembelajaran yang berva-riasi dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar Sosiologi. Penggunaan metode-metode belajar yang bervariasi melalui pelaksanaan Lesson Sudy Berbasis Sekolah sedikit demi sedikit dapat mengembangkan Life Skill siswa, dimana untuk bidang studi Sosiologi Life Skill yang berusaha dikembangkan adalah General Life Skill dan Akademic Life Skill.

Lesson Study Berbasis Sekolah sedikit demi sedikit mampu memberikan pengalaman-penga-laman belajar yang positif kepada siswa dan guru dengan berbagai macam kelebihan dan kekurang-annya. Kegiatan LSBS pada dasarnya telah membe-rikan dampak positif pada guru dan siswa antara lain; Guru dapat mengetahui dan mengembangkan metode-metode pembelajaran secara bervariasi, Tercipta suasana belajar dengan teman sejawat, baik melalui kegiatan sebagai observer maupun kegiatan kolaborasi, Guru bisa mengembangkan suatu skenario pembelajaran dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, Guru bisa menambah penge-tahuan tentang bagaimana memotivasi siswa dari hasil pengamatan, Guru bisa menambah pengeta-huan tentang bagaimana menguasai kelas dengan menejemen yang baik dari hasil pengamatan. Dam-pak LSBS bagi siswa antara lain: Meningkatkan motivasi belajar dan kebutuhan-kebutuhan untuk berprestasi, Meningkatkan rasa ingin tahu siswa yang berasal dari dalam diri siswa, Meningkatkan kecakapan berfikir untuk menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan dan memecahkan masalah, Mengembangkan kecakap-an social seperti kecakapan berkomunikasi lisan dan tertulis, dan kecakapan bekerjasama.

Lesson Study adalah suatu proses pembela-jaran yang yang sangat berharga tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi guru seperti terdapat pepatah mengatakan bersakit-sakit dahulu lalu berse-nang-senang kemudian, bagi saya pepatah ini menunjukkan bahwa proses persiapan sampai de-ngan pelaksanaan lesson study memerlukan waktu, tenaga dan mental guru yang benar-benar siap untuk mencapai proses dan hasil belajar yang ingin dicapai.

Page 22: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 1

DAFTAR RUJUKAN

Soekanto Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada

Irwanto. 1991, Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta; Gramedia Pustaka.

Depdikbud.2003. Pedoman khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Sosiologi.

Chotimah, Husnul. 2007. Terciptanya masyarakat belajar di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang Melalui Kegiatan Lesson Study. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Exchange Experience dengan Tema Lesson Study sebagai Model Pengembangan Kemampuan Guru dalam

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran MIPA dan Non MIPA tanggal 26 November 2007 di FMIPA-UM.

Lewis, Catherine C. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, Inc.

Tim Lesson Study. 2007. Rambu-rambu Pelaksanaan Lesson Study. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 19 Tahun 2007 Tanggal 23 Mei 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

PENGARUH LESSON STUDY TERHADAP KETERAMPILAN DALAM MELAKSANAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN

YANG MENARIK PADA PENDIDIKAN ANTI KORUPSI (INTEGRASI PKN)

Gianto

SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang

Abstrak: Pembelajaran yang kurang menarik membuat siswa cenderung pasif pada mata pelajaran PKn, siswa merasa kurang tertarik karena pembelajaran terlalu banyak ceramah, materinya itu-itu saja seperti pancasila, UUD 1945, GBHN dan lain-lain, dari SD sampai SMA sama saja. Pendidikan anti korupsi yang terintegrasi dalam bidang studi Pkn adalah suatu materi yang sangat strategis untuk menjadikan siswa menjadi warga negara yang baik dan mempunyai wawasan pemahaman dan sikap anti korupsi. Siswa sering melihat contoh-contoh baik di media massa maupun elektronik tentang tindakan korupsi, ini yang membuat pembelajaran anti korupsi mengalami kesenjangan yang tinggi antara realitas dan idealitas. Idealnya disamping mereka sangat tertarik dengan pembelajaran anti korupsi yang dinyatakan dengan terlibat aktif, dalam proses pembelajaran, siswa merasa senang dengan pendidikan itu serta mempunyai sikap anti korupsi. Lesson study dapat meningkatkan kesiapan guru dalam membuka diri untuk selalu membuat atau mencoba model-model pembelajaran yang inovatif. Kepercayaan pada diri seorang guru harus disertai dengan kemampuan profesionalitas dalam pembelajaranya, sehingga dapat mengorganisasikan semua potensi yang ada pada diri siswa dan dapat memanagemen kelas menjadi kelas yang kondusif serta kreatif yang penuh dengan keaktifan siswa dalam belajar. Melalui kegiatan Lesson study keterampilan dalam melaksanakan strategi pembelajaran yang menarik pada bidang pendidikan anti korupsi yang terintegrasi pada pelajaran PKn dapat meningkat.

Kata kunci: Lesson study, strategi, pembelajaran PKn

Page 23: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 22

Perubahan sistem pendidikan di Indonesia merupakan implikasi dari perubahan paradigma pendidikan yaitu pendidikan yang bersifat behavio-ristik menjadi pendidikan yang bersifat konstrukti-fistik. Dalam hal ini telah terjadi perubahan suasana dalam proses belajar mengajar, yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru mengalami peru-bahan menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Paradigma tersebut disikapi oleh pemerintah dengan adanya perubahan kurikulum yang bertuju-an untuk menghasilkan lulusan yang memiliki pe-ngetahuan, keterampilan, dan kemampuan meme-cahkan masalah dengan menggunakan prinsip dan proses sains. Kurikulum 2006 menuntut guru agar lebih kreatif dalam menetapkan indikator pembela-jaran sesuai dengan kondisi peserta didik dan sara-na prasarana yang disediakan oleh sekolah. Guru merasa lebih ’leluasa’ dalam menentukan tujuan hasil belajar akan tetapi tetap mengacu pada standart kompetensi dan kompetensi dasar yang te-lah ditetapkan oleh pemerintah seperti yang tertu-ang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 ten-tang sistem pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3, menegaskan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah” .... Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan ber-taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Agar tujuan pendidikan nasio-nal tersebut dapat diwujudkan secara komprehen-sif, pemerintah telah melakukan berbagai strategi. Dalam standart isi ditegaskan bahwa PKn termasuk cakupan kelompok mata pelajaran kewarganegara-an dan kepribadian, dimaksudkan untuk peningkat-an kesadaran dan wawasan peserta didik akan sta-tus, hak dan kewajibanya dalam kehidupan berma-syarakat berbangsa dan bernegara, serta peningkat-an kualitas dirinya sebagai manusia. Selain itu perlu ditanamkan kesadaran wawasan kebangsaan, jiwa patriotisme dan bela negara, penghargaan ter-hadap Hak asasi manusia, kemajuan bangsa, peles-tarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demo-krasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolosi dan nepotisme.

Mengingatkan semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan pendidikan, maka guru perlu melakukan pendekatan/strategi

dalam proses pembelajaran dengan menerapkan/ mengimplementasikan macam-macam model pem-belajaran yang efektif yang bersifat kontruktivis. Dengan demikian pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang tidak sekedar menghasilkan penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga me-ngembangkan ketrampilan belajar pada diri siswa yang mempelajarinya. Untuk itu yang seharusnya diterapkan adalah paradigma pembelajaran yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menjadi pelaku utama di dalam kegiatan belajar. Guru sebagai fasilitator dan bertugas mem-bantu agar proses belajar siswa dapat berlangsung produktif, efektif dan efisien. Agar proses belajar siswa dapat berlangsung produktif, efektif dan efisien perlu dikembangkan model-model pembela-jaran inovatif yang akan merangsang dan akan mengaktifkan semua perangkat belajar siswa, yaitu semua sensori eksternal dan struktur kognitif yang telah dimiliki. Sensori eksternal berfungsi sebagai penerima informasi baru yang harus dipelajari, sementara struktur kognitif adalah perangkat bela-jar non fisik yang akan memproses informasi yang diterima agar menjadi bermakna. Selanjutnya, makna yang dikembangkan dari informasi yang diperoleh lewat perangkat sensorik akan memper-kaya struktur kognitif dan meningkatkan kapasitas belajar siswa. Pembelajaran yang kurang menarik membuat siswa cenderung pasif, siswa merasa kurang tertarik karena pembelajaranya monoton, terlalu banyak ceramah, materinya itu itu saja ya UUD 1945, GBHN, dll dari SD sampai SMA sama saja. Pendidikan anti korupsi yang terintegrasi da-lam bidang study PKn adalah suatu materi yang sangat strategis untuk menjadikan siswa menjadi warga negara yang baik dan anti terhadap tindakan korupsi yang sudah mengakar di bumi Indonesia. Dengan pembelajaran anti korupsi diharapkan sis-wa mempunyai wawasan pemahaman dan sikap anti korupsi. Siswa sering melihat contoh-contoh yang tidak baik tentang korupsi, baik di media ce-tak maupun elektronik. Ini yang membuat pembe-lajaran anti korupsi mengalami kesenjangan yang tinggi anatar realitas dan idealitas.

Masalah yang timbul di dalam proses pembelajaran tidak boleh dibiarkan karena tidak akan terselesaikan dengan sendirinya, justru sema-kin lama akan semakin menjadi kompleks dan se-makin luas dimensinya. Beberapa model pembela-jaran inovatif yang dikembangkan dapat dicobakan sebagai perlakuan dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan ini guru berupaya menyele-

Page 24: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 23

saikan masalah yang dihadapi dengan cara yang lebih dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan tidak sekedar melalui ”trial and error”. Pe-ngembangan model-model pembelajaran inovatif oleh guru dapat dilakukan adopsi-adaptasi model-model yang ditawarkan dan sudah pernah diguna-kan oleh guru-guru lain dengan menyesuaikan kon-teks untuk memperoleh hasil yang optimal.

RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut di atas terdapat beberapa permasalahan yaitu : 1. Bagaimanakah guru harus mengasah kepro-

fesionalanya? 2. Bagaimana pengetahuan berkembang melalui

lesson study (metode Simulasi)? 3. Apakah manfaat mengikuti lesson study?

TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka Tujuan dari penulisan makalah ini adalah 1. Untuk mendeskripsikan model-model pem-

belajaran dengan (metode simulasi), dalam mengasah profesionalitas guru.

2. Untuk mengetahui perkembangan pengetahuan guru malaui kegiatan lesson study

3. Untuk mengetahui manfaat lesson study!

BAGAIMANAKAH GURU HARUS MENGASAH KEPROFESIONALANNYA

Kegiatan lesson study merupakan alternatif untuk mengasah kemapuan profesional seorang guru. Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip kolegalitas dan mutual learning. Lesson study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu Plan, (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (me-refleksi) yang berkelanjutan. Jadi LS merupakan cara peningkatan mutu pendidikan yang tidak per-nah berakhir (Continous improvement). Dengan te-rus meningkatkan model pembelajaran, maka guru akan mengalami peningkatan dalam pembaharuan dan perkembangan, baik dari strategi pembelajaran maupun profesionalitasnya. Realisasi dari hal tersebut yaitu guru selalu termotivasi untuk me-nampilkan model pembelajaran yang inovatif da-lam setiap pembelajaranya sehari-hari. Apabila pa-da awalnya guru merasa risih dan nervous untuk di-

lihat teman sejawat saat mengajar dikelas, namun setelah melaksanakan lesson study guru makin percaya diri dan membuka diri untuk open class.

PENGETAHUAN BERKEMBANG MELALUI LESSON STUDY

Interaksi yang terjadi dalam suatu kegiatan lesson study, baik sebagai guru model maupun se-bagai observer secara kontruktif menunjang per-kembangan pengetahuan pada diri seorang guru. Dengan melakukan interaksi dalam berbagai tahap-an kegiatan memungkinkan terjadinya sharing pe-ngetahuan. Dengan demikian, dapat meningkatkan pengetahuan baik bahan ajar maupun implementasi dari model yang sedang digunakan melalui kegiat-an observer. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Observer dapat melakukan kegiatanya secara men-dalam tentang respon dan perilaku siswa saat mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir. Latar belakang observer yang beragam akan meng-hasilkan variasi pengamatan. Guru mendapat ba-nyak masukan secara menyeluruh, mulai dari im-plementasi model pembelajaran, bagaimana mem-bentuk kelompok yang heterogen, bagaimana mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, serta bagaimana menangani siswa yang belum berperan maksimal dalam proses pembelajaran. Beragamnya hasil pengamatan dan temuan masing-masing ob-server dapat digunakan sebagai masukan dan re-nungan yang sangat menarik bagi masing-masing guru yang terlibat kegiatan tersebut. Hal inilah yang memungkinkan terjadinya pertukaran penge-tahuan secara maksimal sehingga masing-masing pihak pada akhirnya mampu memperoleh pengeta-huan dari pembelajaran yang telah dilakukan secara maksimal.

MANFAAT MENGIKUTI LESSON STUDY

Beberapa manfaat lesson study bagi guru ada-lah: Pertama, guru semakin percaya diri, hal itu ter-jadi karena semakin banyak observer berarti akan semakin banyak masukan yang di dapat. Dampak-nya, akan semakin senpurna rencana pembelajaran tersebut. Kedua, mendewasakan profesi guru, ada-nya saran dan kritik dari teman sejawat akan sema-kin memperkaya wawasan dan ilmu yang dimiliki. Ketiga, tidak canggung saat diamati, semakin se-ring bergabung pada kegiatan lesson study maka guru tersebut akan semakin banyak ilmu, Keem-pat, tumbuhnya rasa kesejawatan yang tinggi di

Page 25: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 24

antara guru. Semakin sering mengikuti kegiatan lesson study, semakin mendorong guru untuk sela-lu belajar dan diskusi bersama dalam mewujudkan cita-cita menjadi guru yang profesional, Kelima, memperkaya wawasan model pembelajaran ino-vatif.

KESIMPULAN

Dari beberapa masalah yang timbul selama pembelajaran pendidikan anti korupsi dalam ke-giatan lesson study adalah kesiapan guru dalam membuka diri untuk selalu membuat atau mencoba model pembelajaran yang inovatif. Untuk mening-

katkan profesionalitas seorang guru mau tidak mau harus mengembangkan potensi yang ada pada diri-nya agar mampu mengikuti perkembangan zaman yang semakin Global, dan penuh nilai-nilai demo-krasi yang mengharuskan untuk selalu menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun/kons-truktif. Kepercayaan pada diri seorang guru harus disertai dengan kemampuan profesionalitas dalam pembelajaranya, sehingga dapat mengorganisasi-kan semua potensi yang ada pada diri siswa dan dapat memanajemen kelas menjadi kelas yang kon-dusif serta kreatif yang penuh dengan keaktifan siswa dalam belajar.

TANTANGAN DAN PELUANG MELAKSANAKAN LESSON STUDY

Herawati Susilo

Jurusan Biologi FMIPA dan PPS Universitas Negeri Malang; Koordinator LEDIPSTI Program; Pemulis Buku Lesson Study Berbasis Sekolah: Guru Konservatif menuju Guru Inovatif.

HP: 08123271741 and email address: [email protected]

Abstrak: Melaksanakan Lesson Study (LS) di LPTK merupakan salah satu upaya yang dapat dilaksanakan dosen untuk meningkatkan keprofesionalan diri dan mahasiswa calon guru. Hal ini tidak mudah dilaksanakan, tetapi bukanlah hal yang mustahil. Makalah ini bermaksud mengupas tantangan dan peluang dalam melaksanakan Lesson Study di LPTK. Makalah ditulis berdasarkan penelitian tindakan dan penelitian deskriptif yang dilaksanakan dalam tahun 2008-2010 baik di Universitas Negeri Malang (UM) maupun di LPTK lain yang penulis dampingi setelah mendapat Hibah LS Ditnaga sejak tahun 2009 dan 2010.Tantangan yang dihadapi dosen adalah bagaimana menyajikan pembelajaran yang menghadirkan SI bu PAIKEM (Sajian Instuksional berupa Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), karena ada kecenderungan guru akan membelajarkan siswanya sesuai dengan bagaimana mereka dibelajarkan. Tantangan terberat dosen adalah bagaimana berkomitmen melaksanakannya (dapat ketemu bersama melaksanakan setiap tahapan LS) dalam rangka memberikan hak kepada mahasiswa untuk belajar sebaik-baiknya mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pelaksanaan LS di LPTK harus didukung oleh upaya cermat menjadwalkan kegiatan LS pada awal semester agar dapat diatur waktu di mana para dosen dapat ketemu bersama untuk berLS. Peluang melaksanakan LS bergantung kreativitas dosen dalam berupaya melaksanakannya. Salah satu bentuk kreativitas dosen adalah berupa upaya melaksanakan LS dalam perkuliahan untuk materi yang dianggap sulit dibelajarkan kepada mahasiswa. Penulis berupaya mempraktikkan LS saja atau menggabungkan LS dengan PTK dalam melatih mahasiswa melakukan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) ataupun melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah maupun di UM. Peluang yang dapat diraih oleh dosen yang melaksanakan LS di LPTK adalah peluang

Page 26: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 25

mengembangkan bahan ajar, menemukan strategi pembelajaran baru, melakukan penelitian, dan menulis karya ilmiah berdasarkan hasil LS yang dilaksanakannya.

Kata kunci: Lesson Study, Tantangan, Peluang, LPTK

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh Pe-merintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang dianggap penting untuk meningkatkan keprofesionalan guru dan dosen adalah penyebarluasan Lesson Study (LS). LS telah mulai dilaksanakan di tingkat Pendidikan Dasar terutama tingkat SMP mulai tahun 2006 di tiga kabupaten yaitu Pasuruan dengan LPTK pendam-ping Universitas Negeri Malang (UM), Bantul de-ngan LPTK pendamping Universitas Negeri Yog-yakarta (UNY), dan Sumedang dengan LPTK pen-damping Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Keberhasilan pelaksanaan LS di tingkat Pendidikan Dasar dirasakan perlu juga disebarluaskan ke ting-kat perguruan tinggi, yaitu ke LPTK-LPTK yang menyiapkan para calon guru agar calon guru yang dihasilkan juga mengetahui apa itu LS, bagaimana melaksanakannya, dan apa manfaatnya apabila me-laksanakannya.

Selain itu LS juga disebarluaskan ke LPTK karena ditengarai bahwa perkuliahan di LPTK juga menunjukkan masih adanya kekurangan dalam proses pembelajaran, yaitu antara lain seperti yang disebutkan dalam Buku I LEDIPSTI (2009:2) sebagai berikut.

Proses perkuliahan yang dilakukan kebanyak-an dosen hanya terbatas pada memberikan pe-ngetahuan hafalan, dan kurang menekankan pada aspek kognitif yang tinggi, seperti ketajaman daya analisis dan evaluasi, berkembangnya kreativitas, kemandirian belajar, dan berkembangnya aspek-aspek afektif. Mahasiswa pasif dan pengetahuan yang diperoleh seringkali tidak berguna dalam hidup dan pekerjaannya.

Materi perkuliahan kurang berorientasi pada bidang ilmunya, hasil penelitian lapangan, dan kebutuhan jangka panjang. Dosen menggunakan pola pembelajaran yang cenderung sama dari tahun ke tahun. Perubahan kurikulum tidak memberikan dampak pada perubahan materi ajar, metode, dan strategi pembelajaran.

Kompetensi/tujuan perkuliahan kebanyakan masih terbatas pada ranah kognitif dan psikomotor tingkat rendah.

Lebih lanjut dikemukakan pula dalam buku tersebut bahwa perkuliahan yang tidak inovatif pa-da LPTK akan berakibat kurang baik terhadap penyiapan generasi mendatang. Guru yang dihasil-kan LPTK tersebut tidak inovatif dan kreatif. Gaya mengajar guru tersebut akan cenderung meniru dosennya, kalau dosennya banyak menerapkan metode ceramah dalam perkuliahan maka guru yang dihasilkan akan menggunakan metode cera-mah pula dalam mengajar siswanya. Dengan demi-kian akan banyak guru yang tidak dapat beradaptasi dengan perkembangan jaman dan tidak kreatif da-lam membelajarkan siswanya. Sementara perkem-bangan teknologi yang begitu cepat terutama tek-nologi informasi dan dunia maya yang terdapat di dalamnya dapat menggoda siswa untuk tidak belajar. Apabila guru tersebut tidak dapat beradap-tasi dengan perkembangan teknologi maka metode/ strategi pembelajaran yang monoton tidak mampu bersaing dengan godaan dunia maya dan tidak mampu menarik perhatian siswa untuk belajar serta tidak menantang siswa untuk berpikir. Pengaruh negatif dunia maya melalui face book telah me-nyebabkan banyak siswa menjadi korban kriminali-tas.

Dalam buku I tersebut dituliskan bahwa bebe-rapa penyebab rendahnya mutu perkuliahan di per-guruan tinggi, antara lain sebagai berikut.

Pada umumnya para dosen bekerja sendirian dalam mempersiapkan dan melaksanakan perku-liahan. Apabila dosen tersebut inovatif dalam mem-belajarkan mahasiswa maka kreativitasnya tidak berimbas terhadap dosen lain karena tidak ada sharing di antara dosen tentang proses belajar mengajar. Ketika dosen yang kreatif meninggal maka kreativitasnya hilang pula.

Pada umumnya dosen memiliki ego yang tinggi, merasa super, tidak mudah menerima masukan untuk perbaikan perkuliahan, padahal tidak ada perkuliahan yang sempurna, selalu ada celah untuk perbaikan.

Mindset dosen tersebut perlu diperbaiki agar

dosen dapat berkolaborasi dan mau sharing dengan dosen lain serta terbuka untuk perbaikan perkuliah-an. Pendekatan Lesson Study merupakan alternatif

Page 27: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 26

perbaikan mindset dosen dalam memperbaiki proses perkuliahan. Itulah sebabnya mulai tahun 2008 Direktorat Tenaga Ditjen Dikti membentuk Tim Kerja yang mempersiapkan Program Perluas-an Lesson Study untuk Penguatan LPTK (Lesson Study Dissemination Program for Strengthening Teacher Education in Indonesia – LEDIPSTI). Penulis diminta menjadi koordinator program ini. Melalui program ini ditawarkan Hibah LS kepada LPTK yang berminat mengajukan proposal. LPTK yang terseleksi untuk memperoleh hibah akan me-nerima hibah selama 3 tahun. Ada 3 batch seleksi proposal yaitu tahun 2008 untuk Hibah mulai 2009-2011, tahun 2009 untuk Hibah mulai 2010-2012, dan 2010 untuk Hibah mulai 2011-2013.

Penulis beranggapan bahwa ada tantangan yang berat dalam penyebarluasan LS di LPTK. Secara ringkas, tantangan yang ada berupa bagai-mana menghadirkan SI bu PAIKEM (Sajian Ins-truksional berupa Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dalam kelas. Secara lebih lengkap, tantangan itu tersaji dalam Buku I, yang dinyatakan dalam bentuk Tujuan Pe-nyebarluasan LS ke LPTK, yaitu sebagai berikut (Buku I, 2009:9). Tantangan bagi dosen adalah bagaimana menanggapi tawaran mempelajari LS dan berupaya melaksanakan LS itu sedemikian ru-pa dengan komitmen yang tinggi sehingga tujuan yang tertulis berikut ini dapat tercapai sesuai yang diharapkan pemerintah (dalam hal ini Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti yang memberikan Hibah LS bagi dosen di LPTK). 1. Meningkatkan pemahaman dosen LPTK me-

ngenai konsep, prinsip, dan praktik Lesson Study.

2. Meningkatkan keterampilan dosen dalam me-laksanakan Lesson Study agar keprofesionalan-nya meningkat.

3. Meningkatkan kolegialitas antardosen dalam membelajarkan mahasiswa melalui tukar peng-alaman dalam kegiatan Lesson Study.

4. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas perkuliahan oleh dosen (iklim keterbukaan, tanggungjawab, kerja terencana dan terevalu-asi).

5. Membangun komunitas belajar antardosen, an-tarmahasiswa, dan antara mahasiswa dengan dosen di LPTK.

6. Meningkatkan kemampuan belajar mahasiswa di LPTK terutama dalam aspek proses kognitif tingkat tinggi dan aspek afektif.

7. Meningkatkan upaya pemenuhan hak belajar setiap mahasiswa.

8. Menemukan model pembelajaran inovatif ala Indonesia untuk mahasiswa di LPTK.

9. Meningkatkan kualitas Program Latihan Pro-fesi (PLP) atau Program/Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) mahasiswa melalui penerapan Lesson Study.

10. Mendiseminasikan hasil-hasil kegiatan Lesson Study ke Jurusan/Program Studi Non-MIPA agar dapat diimplementasikannya.

11. Mengimplementasikan kegiatan Lesson Study di sekolah. Istilah “tantangan” menurut KBBI (1989) ber-

arti “hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah”, dapat juga berarti “rangsangan (untuk bekerja lebih giat, dsb). Penulis memilih istilah “tantangan” untuk penyebarluasan LS ke LPTK karena LS ini merupakan sesuatu yang relatif “baru” dalam sistem pendidikan di Indonesia, dan bukan berasal dari budaya kita. Penulis menghubungkan kata “tantangan” ini dengan kata “peluang” yang artinya “kesempatan” karena penulis beranggapan tantang-an melaksanakan LS di LPTK itu juga dapat diu-bah menjadi peluang untuk berkreasi, untuk me-manfaatkan “sarana” LS ini dalam rangka mening-katkan keprofesionalan dosen dan mahasiswa calon guru yang dibinanya.

Tujuan yang dituliskan di atas dapat dibaca sebagai suatu tantangan oleh dosen-dosen di LPTK sasaran, yaitu dalam arti bagaimana dapat menca-pai tujuan tersebut. Sekaligus hal ini berarti kesem-patan untuk berkreasi mencari cara mencapai tu-juan.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian adalah Penelitian Tindakan yaitu Penulis melaksanakan kegiatan pendamping-an ke LPTK yang memperoleh Hibah LS dari DIKTI sejak tahun 2009 maupun sejak tahun 2010. Penulis mengunjungi LPTK yang bersangkutan dan mengambil data selama pendampingan dengan merekam kejadian yang ada di lapangan. Kegiatan pendampingan untuk setiap LPTK yang mendapat hibah LS dilaksanakan selama 4 kali dalam setahun yaitu berupa pendampingan pertama untuk menso-sialisasikan apa, mengapa, dan bagaimana LS di LPTK, kedua untuk melaksanakan Do dan See semester genap, ketiga untuk Seminar hasil LS

Page 28: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 27

semester genap dan Monev Internal, ke empat untuk melaksanakan Do dan See semester gasal. Penulisan dilengkapi dengan pengalaman dalam Penelitian Tindakan yang penulis laksanakan di kampus UM dalam kapasitas peneliti sebagai dosen yang kebetulan dipercaya sebagai koordinator Pro-gram Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan untuk Guru IPA SMP tahun 2008 dan 2009, maupun sebagai Koordinator Program IPA Terpadu S2 RSBI untuk Guru SMP di Jawa Timur tahun 2009/2010.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada tahun 2009 ada empat LPTK yang di-damping oleh dosen-dosen UM yaitu Universitas Negeri Manado (Unima), Universitas Negeri Sura-baya (Unesa), Universitas Nusa Cendana (Undana), dan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Pendampingan pada tahun 2010 dilaksanakan terhadap 4 LPTK lain yaitu Universitas Negeri Ma-kassar (UNM), Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Universitas Tadulako (Untad), dan Univer-sitas Negeri Mataram (Unram).

Berdasarkan pengamatan dan diskusi selama pendampingan di LPTK yang telah disebutkan di-peroleh data dan dipikirkan pembahasan mengenai bagaimana LPTK menjawab tantangan pelaksana-an LS maupun memanfaatkan peluang melaksana-kan LS sebagai berikut.

Sosialisasi LS oleh pendamping perlu dilak-sanakan sebelum pembuatan jadwal kuliah semes-ter genap. Hal ini dimaksudkan agar dapat direnca-nakan Kelompok Bidang Keahlian (KBK) mana yang akan melaksanakan LS, berapa mata kuliah dan mata kuliah apa saja yang akan diLSkan dalam KBK tersebut, siapa saja kelompok dosen yang akan melaksanakan LS untuk mata kuliah tersebut. Sekalian juga dijadwalkan kapan LS akan dilaksa-nakan, apa materi dalam mata kuliah tersebut yang dikaji melalui LS, siapa dosen model dan siapa observernya untuk setiap LS dan kapan dilaksana-kan Plan, Do, dan See untuk 4 kali LS dalam satu semester. Hal ini dimaksudkan untuk mengupaya-kan agar semua dosen yang terlibat dalam kelom-pok LS dapat hadir dalam semua kegiatan LS yang dijadwalkan, karena tantangan utama terlaksananya LS di LPTK adalah menghadirkan semua dosen pada waktu yang sama untuk melaksanakan semua tahapan LS.

Upaya mendatangkan SI bu PAIKEM (Sajian Instruksional berupa Pembelajaran Aktif, Inovatif,

Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dalam kelas umumnya telah dicoba laksanakan di LPTK yang didampingi. Pembelajaran yang dilakukan umum-nya berupa pembelajaran kooperatif dengan tipe kooperatif yang bervariasi. Pembelajaran yang ti-dak menggunakan strategi kooperatif juga dilaksa-nakan, misalnya di kelas besar dengan mengguna-kan pengaturan tempat duduk huruf U, dengan menggunakan kombinasi sajian power point, penje-lasan dosen dan penugasan menulis di papan tulis. Perlu dipahami bahwa bagaimanapun kerasnya upaya dosen untuk menghadirkan SI bu PAIKEM ini, tetap tidak mudah menyenangkan semua ma-hasiswa karena adanya perbedaan sikap, minat, ke-mampuan, dan karakter mahasiswa, sekaligus kare-na adanya perbedaan sikap, minat, kemampuan, dan karakter dosen.

Dosen yang menjadi dosen model pada pelaksanaan LS bervariasi, ada LPTK yang dosen modelnya adalah dosen senior yang mau memberi-kan contoh kepada para dosen yang lebih yunior dibandingkan dirinya, tapi ada juga LPTK yang memberikan kesempatan kepada dosen yunior untuk menjadi dosen model.

Untuk setiap mata kuliah yang diLSkan, ada yang dosen modelnya hanya satu orang untuk 4 kali pertemuan, ada juga yang dosen modelnya 2, 3 atau bahkan 4 orang, artinya setiap kali pertemuan ganti dosen model.

Mata kuliah yang diLSkan bervariasi, ada yang mata kuliah materi bidang studi, ada yang mata kuliah PBM.

Materi kuliah yang diLSkan sedapat mungkin dipilih yang relatif lebih sulit membelajarkannya ke mahasiswa. Dengan mengkaji pembelajaran mela-lui LS, diharapkan dapat dipikirkan bersama bagai-mana cara terbaik membelajarkan materi sulit ter-sebut.

Pada umumnya dosen sudah berupaya mem-buat RPP sebelum pembelajaran dan membahas RPPnya pada saat Plan dan merevisi RPP tersebut sebelum Do. Dosen Model juga menyiapkan pe-rangkat pembelajaran lainnya berupa media pem-belajaran dan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), selain itu kelompok dosen juga menyiapkan lembar pengamatan untuk mengamati kegiatan mahasiswa dalam belajar.

Tidak semua kelompok dosen di LPTK dapat melaksanakan kegiatan LS sebanyak 4 kali dalam satu semester untuk setiap mata kuliah yang di-LSkan, ada yang melakukannya sebanyak 3 kali sa-ja, terutama pada semester genap yang merupakan

Page 29: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 28

semester pertama pengimplementasian LS. Umum-nya keadaan ini dapat diperbaiki untuk pelaksana-an pada semester gasal.

Tidak semua dosen yang sudah terdaftar seba-gai anggota kelompok pelaksana LS dapat hadir pada semua kegiatan LS yaitu Plan, Do, See. Kare-na berbagai kesibukan, ada dosen yang terpaksa tidak dapat mengikuti salah satu kegiatan. Ada ke-lompok dosen di LPTK tertentu yang sebagai gan-tinya, mengajak mahasiswa semester 7 atau 8 untuk ikut berLS di kelas-kelas yang lebih awal agar dapat memperoleh lebih banyak observer, sekaligus membelajarkan mahasiswa berLS.

Ada LPTK tertentu yang menggunakan LS sebagai salah satu sarana untuk memperoleh ide dan sumbangan pikiran dosen sekelompok LS me-ngenai bagaimana mengintegrasikan hal tertentu yang menjadi minat kelompok dosen tersebut ke dalam materi mata kuliah. Contohnya adalah di Undiksha, ada keinginan mengintegrasikan nilai-nilai budaya yang terpelihara dalam bentuk kebijakan lokal ke dalam materi kuliah.

Belum semua dosen memahami hakikat LS dalam arti apa filosofi awal yang mendasarinya, mengapa melakukannya, dan bagaimana melaksa-nakannya kalau didasari dengan filosofi awal tersebut. Pada umumnya LPTK masih banyak risau mengenai bagaimana melaksanakannya sesuai de-ngan petunjuk dalam Buku I LEDIPSTI. Tantang-annya adalah bagaimana menemukan alasan yang dapat disepakati bersama untuk seluruh LPTK di Indonesia sehingga bisa menjadi alasan perlunya melaksanakan LS di LPTK di Indonesia.

Sudah ada dosen yang menyadari bahwa LS adalah “tulang punggung” perbaikan pelaksanaan perkuliahan di LPTK, karena itu dosen mengguna-kan LS untuk mengupayakan perbaikan-perbaikan dalam hal perencanaan perkuliahan, pemilihan me-dia, pengembangan materi perkuliahan, maupun asesmen.

Tantangan lainnya adalah bagaimana meya-kinkan dosen pelaksana LS bahwa akan banyak manfaat yang mungkin dapat diperoleh apabila mereka melaksanakan LS misalnya menjadikan LS sebagai peluang menulis dan mengembangkan ba-han ajar, melakukan penelitian (misalnya dengan menggabungkan PTK dengan LS), menciptakan strategi pembelajaran baru, dan menulis karya ilmiah.

Pada tahun 2008 dan 2009 penulis menjadi

koordinator Program Sertifikasi Guru dalam Jabat-

an Melalui Jalur Pendidikan. Angkatan 1 program ini (2008) diikuti oleh 26 mahasiswa, angkatan kedua (2009) diikuti oleh 34 orang mahasiswa yang merupakan guru-guru IPA SMP di Indonesia bagian Timur. Pada tahun 2009/2010 penulis men-jadi koordinator Program S2 RSBI IPA Terpadu mahasiswanya mendapat beasiswa dari Dinas Pen-didikan Provinsi Jawa Timur. Program ini diikuti oleh 32 orang guru IPA. Selain itu penulis juga menjadi dosen pembimbing PPL Mahasiswa S2 RSBI bagi guru Biologi SMA yang juga mendapat beasiswa dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Program ini diikuti oleh 6 orang guru. Pada tahun 2008/2009 dan 2009/201010 penulis juga menjadi dosen pembina PPL bagi mahasiswa S2 Pendidikan Biologi. Jumlah mahasiswa peserta PPL pada tahun 2009/2010 sebanyak 29 orang, se-mentara pada tahun 2010/2011 sebanyak 24 orang. Pengalaman melaksanakan LS di Universitas Ne-geri Malang (UM) baik sebagai tantangan maupun dalam menjadikannya peluang membelajarkan diri sendiri dan membelajarkan mahasiswa pada semua program di atas diuraikan sebagai berikut.

Melalui Program Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) bagi Mahasiswa peserta Program Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Jalur Pen-didikan penulis melatih guru melaksanakan Pene-litian Tindakan Kelas (PTK) yang sekaligus diga-bungkan dengan Lesson Study sehingga diketemu-kan cara bagaimana menggabungkan keduanya se-demikian sehingga kekurangan yang ada pada PTK dapat diatasi dengan kelebihan pada LS sementara kekurangan LS dapat diatasi dengan kelebihan pada PTK. Makalah yang menguraikan mengenai kegiatan ini dipresentasikan di Penang, Malaysia (Susilo, 2009a).

Melalui Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa S2 RSBI Biologi, penulis melatih guru melaksanakan PTK yang sekaligus digabung de-ngan Lesson Study. Keenam mahasiswa peserta PPL dijadikan 2 kelompok yang terdiri dari 3 mahasiswa per kelompok. Mahasiswa melaksanakan PPL di sekolahnya masing-masing. Pada saat menjadi guru model, mahasiswa diobservasi oleh kedua orang temannya sekelompok. Pada kesempatan ini guru model juga berupaya membelajarkan guru lain yang ada di sekolahnya untuk mengenal LS dan mengalami sendiri kegiatan Do dan See, dengan menjadi observer. Penulis mentargetkan mahasiswa paling sedikit menjadi guru model sebanyak 5 kali. Hal ini berarti bahwa masing-masing mereka paling sedikit

Page 30: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 29

melakukan LS sebanyak 15 kali selama PPL karena selain menjadi guru model sebanyak 5 kali, mereka wajib menjadi observer saat teman sekelompoknya menjadi guru model, sehingga ada 10 kali observasi, masing-masing 5 untuk setiap teman sekelompok. PPL ini menjadi PPL yang ”mahal” karena keenam mahasiswa berasal dari enam kota yang berbeda di Jawa Timur.

Melalui Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa S2 RSBI IPA Terpadu, penulis melatih guru melaksanakan PTK yang sekaligus digabung dengan Lesson Study. Ketiga puluh dua mahasiswa dibagi menjadi sekian kelompok mahasiswa yang masing-masing kelompoknya terdiri dari 3 atau 4 mahasiswa yang berasal dari kota yang sama atau kota yang berdekatan. Mahasiswa melakukan PPL di sekolahnya masing-masing, sekaligus melakukan PTK untuk penelitian tesisnya. PTK dilakukan dengan basis LS. PTK dibimbin oleh 2 orang dosen pembimbing. LS dilakukan minimal 5 kali menjadi guru model pada saat melaksanakan PTK, sekaligus minimal 10 kali menjadi observer di kelas teman sekelompoknya. Laporan PTK berupa tesis yang akan diujikan pada akhir semester keempat program, sementara laporan LS berupa portofolio PPL yang dikembangkan pada akhir semester ketiga program. Pengalaman melaksanakan PTK berbasis LS dilaporkan dalam kelas PPL yang berupa pertemua empat jam seminggu di kampus.

Melalui Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa S2 penulis melatih mahasiswa melaksanakan LS di sekolah (SMP atau SMA) atau di kampus (Jurusan Biologi UM), bergantung minat dan latar belakang pekerjaan mahasiswa. Umumnya mahasiswa yang latar belakan pekerjaannya dosen memilih PPL di kampus, sementara mahasiswa yang latar belakang pekerjaannya guru memilih PPL di sekolah. PPL dilaksanakan secara berkelompok dengan anggota kelompok saling bergantian menjadi guru model dan observer. PPL di kampus dilaksanakan di kelas yang dibina oleh kedua dosen pembina PPL yaitu penulis sendiri dan Bapak Pudyo Susanto. PPL di kelas penulis tahun 2009/2010 dilaksanakan di kelas Biologi Umum (1 orang), Teaching Biology in English (1 orang), dan Metode Penelitian (1 orang). Jadi ketiga orang mahasiswa tsb saling bergantian menjadi dosen model dan observer. Pada tahun lalu penulis tidak ikut menjadi observer dalam LS yang mereka lakukan. Penulis juga tidak ikut melaksanakan kegiatan refleksi diri yang

mereka lakukan. Pada tahun 2010/2011 ini ada lebih banyak mahasiswa yang melaksanakan PPL di kelas penulis, yaitu 4 orang di kelas Metode Penelitian, 4 orang di kelas Teaching Biology in English, dan 2 orang di kelas Biologi Umum. Ide menarik yang muncul pada tahun ini adalah bahwa ada kelompok yang terdiri dari 4 mahasiswa yang menjadi kelompok LS, namun 2 orang mahasiswa tersebut misalnya melakukan PPL di kelas yang penulis bina, sementara 2 orang lainnya melakukan LS di kelas yang dibina Pak Pudyo, karena mereka sama-sama ingin mengalami bagaimana LS di kelas yang penulis bina, dan di kelas yang dibina Pak Pudyo. Mulai awal PPL semester ini, penulis mengupayakan untuk selalu mengikuti kegiatan refleksi yang dilakukan oleh mahasiswa yang berLS di kelas yang penulis bina. Hasil yang penulis dapatkan dari pengalaman ikut berdiskusi dalam kegiatan refleksi tersebut antara lain: bahwa refleksi dapat dilaksanakan dalam waktu 35 menit-satu jam bergantung jumlah observer dan pelak-sanaan pembelajarannya, selalu ada hal-hal yang dapat dibicarakan untuk diperbaiki pada pembelajaran berikutnya, dan selalu ada hal menarik yang dapat dipelajari dari guru model, dan selalu ada pengalaman berharga yang dapat dipetik dari suatu proses pembelajaran. Selain itu mahasiswa merasa beruntung boleh mempraktik-kan PPL berbasis LS yang diskusinya penulis ikuti. Ada kecenderungan mahasiswa tertentu bahkan mengikuti perkuliahan di kelas lain yang penulis bina di mana mereka tidak berPPL yaitu di kelas Metpen RSBI yang perkuliahannya disajikan dalam bahasa Inggris untuk melatih diri mendengarkan perkuliahan dalam bahasa Inggris maupun untuk mendalami materi yang akan mereka sajikan dalam kelas PPL.

Berdasarkan catatan dan hasil pengamatan

penulis yang telah dikemukakan di atas, penulis menyitir Lewis (2004) yang dalam membahas mengenai masa depan LS di Amerika Serikat dan membandingkan pelaksanaan LS di AS dengan LS yang asal mulanya dilaksanakan di Jepang, menya-takan bahwa setelah pelaksanaan LS di AS selama empat tahun (2000-2004) masih banyak tantangan yang harus mereka hadapi sebelum kemanfaatan LS dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dapat mereka rasakan. Juga masih perlu dilaksana-kan penelitian lanjutan sebelum dapat disimpulkan apa saja keadaan yang mendukung suksesnya pe-laksanaan LS di AS.

Page 31: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 30

Tantangan yang dihadapi dalam melaksana-kan LS di LPTK di Indonesia juga masih menung-gu hasil penelitian-penelitian tindakan berikutnya oleh para dosen pelaksana LS yang mau mencari sehingga dapat menemukan “LS ala Indonesia” karena sadar bahwa LS tidak dapat begitu saja “dipinjam” dari orang Jepang yang memiliki sistem pendidikan yang sangat berbeda dengan sistem pendidikan di Indonesia. LS yang asal usulnya dari Jepang ini perlu diadaptasikan agar sesuai dengan sistem pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Do-sen pelaksana LS perlu memahami secara menda-lam mengenai apa itu LS, mengapa LS sangat ber-manfaat bagi guru-guru di Jepang, dan bagaimana mengadaptasikan LS yang biasa dilakukan di tingkat sekolah untuk dapat juga dilaksanakan di tingkat LPTK.

Peluang untuk melaksanakan LS di LPTK terbuka luas bagi semua dosen yang berkehendak baik mau melayani dengan pelayanan terbaik bagi mahasiswa yang dipercayakan kepadanya untuk dididik dan dibina.

PENUTUP

Hambatan dan Kesulitan Melaksanakan Lesson Study di LPTK

Penulis menyitir kembali hambatan dan kesu-litan yang pernah penulis kemukakan pada work-shop LS di FMIPA (Susilo, 2009b). Pada saat itu penulis menyebutkan bahwa ada dua hambatan budaya dalam pelaksanaan LS yang berasal dari budaya Jepang tersebut.

Hambatan budaya pertama yang penulis kemukakan adalah kecenderungan dosen yang kurang memiliki komitmen dan kesungguhan hati untuk melakukan yang terbaik (”do the best”, tetapi lebih cenderung memilih sikap sedang-sedang, cukupan atau mediocre). Memang hidup adalah pilihan dan masing-masing kita bebas untuk me-milih bagaimana kita akan bersikap. Penulis sangat berharap bahwa setelah mengenal dan melaksan-akan LS, dosen mengalami sendiri “nikmatnya” berupaya melakukan yang terbaik, dan kemudian memilih selalu berupaya melakukan yang terbaik dalam melayani mahasiswanya.

Hambatan budaya kedua adalah dosen kita kurang memiliki sikap ”mau belajar sepanjang ha-yat” (dan lebih tertarik melakukan sesuatu bila ”ada biaya”nya). Sepertinya hambatan ini juga dihadapi oleh dosen di seluruh dunia yang ingin melakukan

Lesson Study. Fernandez dan Chokshi (2002) menguraikan bahwa dosen di Amerika Serikat juga memiliki kecenderungan melakukan Lesson Study sebagai sesuatu yang “incidental” dan bukannya “purposeful”. Agar dapat mencapai hasil optimal yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran, Lesson Study hendaknya dilakukan dengan tujuan mendasar “mempelajari bagaimana mahasiswa belajar” dan “bagaimana dapat membantu mahasis-wa belajar lebih baik”. Para pelaku Lesson Study di Amerika Serikat yang melaporkan bahwa mereka “belajar banyak” setelah melakukan Lesson Study selama beberapa waktu dianggapnya hanyalah secara kebetulan dan sambil lalu saja memperoleh pengetahuan tersebut. Jadi keinginan untuk sekedar melakukan Lesson Study saja tidak cukup, kalau dosen tidak mendasarinya dengan keinginan untuk “belajar sepanjang hayat”, berusaha melakukan yang terbaik untuk membelajarkan mahasiswa de-mi kemaslahatan mahasiswa, dan hanya mau mela-kukannya “apabila ada biaya”nya. Keinginan Ditnaga Dikti untuk segera menyebarluaskan Les-son Study ini ke seluruh LPTK di Indonesia tidak-lah cukup apabila direspons dengan cara melaksa-nakan Lesson Study hanya agar sudah ber”Lesson Study” dan hanya sekedar melakukannya agar tidak ketinggalan jaman tanpa membawa “ruh” yang menghidupinya, yaitu “keinginan untuk belajar sepanjang hayat membantu membelajarkan mahasiswa”.

Kesulitan yang mungkin dihadapi dosen Indonesia adalah “sulit menerima kritikan yang diberikan oleh orang lain”. Penulis berharap bahwa melalui LS dosen akan terbiasa menerima kritikan yang diberikan tidak secara langsung, dalam arti tidak langsung dikatakan bagaimana tadi dosen model mengajar, tetapi melalui pengamatan oleh observer mengenai bagaimana mahasiswa yang dibelajarkannya itu belajar.

Penulis mengemukakan hambatan dan kesu-litan ini bukannya untuk menakut-nakuti para dosen yang berkeinginan untuk mencoba melak-sanakannya. Dengan mengetahui dan menyadari adanya hambatan-hambatan dan kesulitan dalam melaksanakan Lesson Study ini diharapkan para dosen dapat mengantisipasinya dan melakukan upaya-upaya nyata untuk mengurangi hambatan dan mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaannya.

Akhirnya, penulis mengajak para dosen untuk mencoba melaksanakan LS ini di LPTKnya masing-masing demi kemaslahatan mahasiswa ma-

Page 32: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 31

sing-masing dan anak-anak bangsa yang dipercaya-kan untuk mereka didik kelak, dengan menghadapi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang untuk menjadi makin profesional karena makin mengenali bagaimana cara terbaik membelajarkan siswa, makin berkembang bahan ajarnya, makin

banyak penelitian terkait pembelajaran yang dapat ditimbanya, dan makin banyak tulisan mengenai pelaksanaan LS yang dapat disajikannya di forum-forum ilmiah. Semoga.

DAFTAR RUJUKAN

Fernandez, Clea dan Chokshi, Sonal. 2002. Reflections on Implementing Lesson Study in the United States: “Incidental” versus “Purposeful” Learn-ing.

Lewis, C. 2002. Does Lesson Study Have a Future in the United States? Nagoya Journal of Education and Human Develpment, January 2002, No. 1, pp. 1-23

Susilo, H. 2009a. Combining Lesson Study (LS) And Classroom Action Research (CAR) for Teacher

Professional Development. Makalah disajikan dalam 3rd International Conference on Science and Mathematics Education di Penang, Malaysia, 10-12 November 2009.

Susilo, H. 2009b. Lesson Study Sebagai Pilihan Sarana Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Penyia-pan Calon Guru MIPA di LPTK. Makalah disaji-kan dalam Workshop Lesson Study bagi Dosen FMIPA UM tanggal 19-20 Februari 2009 di FMIPA UM Malang.

LESSON STUDY HARUSLAH DILAKSANAKAN SECARA KONTINYU

Heri Prianto

SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang

Abstrak: Seperti diketahui bersama bahwa Lesson Study bukan merupakan model ataupun metode pembelajaran. Lesson Study merupakan salah satu cara membelajarkan siswa dengan sebenar-benarnya belajar. Selama ini sebagian besar guru di Kota Malang bahkan di Indonesia masih menggunakan metode yang konvensional dalam menyampaikan materi pelajaran kepada para peserta didik yaitu ceramah. Dengan menggunakan metode ceramah tersebut, tidak dipungkiri bahwa menjadi salah satu penyebab peserta didik tidak termotivasi untuk belajar dikarenakan peserta didik merasa bosan karena cara penyampaian materi pelajaran dilakukan secara monoton.

Berdasarkan hal di atas dalam makalah ini akan dipaparkan pengalaman tentang kegiatan Lesson Study yang pernah diikuti. Lesson Study di Kota Malang telah dikenal kurang lebih 5 tahun yang lalu, tepatnya semenjak bertugas sebagai pengajar bidang studi matematika di SMA Lab. UM. Lesson Study merupakan salah satu cara pembelajaran yang diperoleh dari studi banding ke Jepang oleh pakar-pakar pendidikan di Indonesia pada saat itu, yang kemudian bekerjasama dengan tiga Universitas di Indonesia yaitu UNJ Jakarta, UNY Yogyakrta dan UM Malang. Dengan kerjasama ini diharapkan Lesson Study menjadi gebrakan baru dan sumber inspirasi bagi para pendidik dalam berinovasi dan berkreasi dalam rangka cara penyampaian pembelajaran sehingga menyebabkan peserta didik termotivasi dan semangat dalam belajar secara mandiri.

Sejak saat itu sampai sekarang ini peran sebagai guru model dalam berbagai kegiatan sosialisasi Lesson Study telah dialami. Namun, dari sekian kali menjadi guru model tersebut belum bisa diperoleh hasil, dalam hal ini yang berkaitan dengan inovasi dan kreasi cara pembelajaran di kelas. Hal ini disebabkan

Page 33: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 33

kegiatan yang diikuti (dalam hal ini menjadi guru model), masih menganggap hanya sekedar melaksanakan tugas saja. Jadi setelah rangkaian kegiatan Lesson Study selesai dilakukan maka kegiatan pun juga ikut selesai.

Berdasarkan pengalaman tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan Lesson Study jangan hanya dilakukan satu kali dua kali, satu bulan dua bulan, tetapi Lesson Study sebaiknya dilakukan secara kontinyu dan terus menerus sampai bisa dinikmati dan didalami betapa indahnya kegiatan pembelajaran itu jika dilakukan dengan keadaan senang dan gembira baik pendidik maupun peserta didiknya. Maju terus pendidikan Indonesia dengan benih-benih Lesson Study.

Kata kunci: Lesson Study, kontinyu.

Permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pen-didikan di setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Me-nurut Sudarwan (2004:24) rendahnya mutu pen-didikan disebabkan oleh rendahnya mutu pembela-jaran, yang salah satunya adalah mutu proses belajar-mengajar. Rendahnya mutu pendidikan member dampak rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia. Survey TIMSS (The Trends in International Mathematics and Science Study) pada tahun 2003 menunjukkan bahwa siswa-siswi SMP kelas 2 Indonesia hanya bias menyelesaikan soal-soal yang sifatnya hafalan, sedangkan soal-soal yang membutuhkan penalaran tidak bias mengerjakan.

PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 19 TAHUN 2005

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standart Nasional Pendidikan merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pasal 19 dari peraturan pemerintah ini berbunyi sebagai berikut:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesera didik untuk berpartipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam pembelajaran pendidik memberikan keteladanan

Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk

terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Peraturan pemerintah tersebut mengindikasikan bahwa sekarang pemerintah menaruh perhatian terhadap poses pembelajaran. Usaha baik dari pemerintah ini harus ditindaklanjuti sehingga mutu pendidikan menjadi kenyataan yang akan berdampak terhadap pembangunan Indonesia di masa mendatang.

LESSON STUDY

Lesson Study merupakan oleh-oleh studi ban-ding para pakar pendidikan Indonesia ke Jepang dalam rangka mengimplementasikan Peraturan Pemerintah RI nomor 19 Tahun 2005. Lesson Study dianggap cocok untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Bentuk kerjasama antara pemerintah Jepang dan Indonesia adalah dengan adanya kerjasama IMSTEP-JICA dengan tiga Universitas yang menghasilkan sumber daya bidang pendidikan di Indonesia, yaitu Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Universitas Negeri Malang (UM). Tiga Universitas ini kemudian menjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah dasar dan menengah disekitarnya untuk mengembangkan Lesson Study. Termasuk SMA Laboratorium UM pada saat itu. Lesson Study sudah berkembang di Jepang sejak awal tahun 1990an. Melalui kegiatan tersebut guru-guru di Jepang mengkaji pembelajaran melalui perencanaan dan observasi bersama yang bertujuan untuk memotivasi siswa-siswanya aktif belajar mandiri.

Lesson Study adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru/sekelompok guru yang beker-jasama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama, guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainnya) merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari

Page 34: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 34

pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian diobservasi oleh teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan pembelajaran yang baru saja dilakukan. Refleksi bersama merupakan diskusi oleh para pengamat dan guru pengajar untuk menyempurnakan proses pembelajaran dimana titik berat pembahasan adalah pada bagaimana siswa belajar, kapan siswa belajar, kapan siswa mulai bosan belajar, kapan siswa mendapatkan pengetahuannya, kapan siswa mampu menjelaskan kepada temannya dan kapan siswa mampu mengajarkan kepada teman-teman-nya di kelas. Pelaksanaan diskusi pada saat refleksi yang mengkritik penampilan guru sejauh mungkin dihindari, dikarenakan hal tersebut tidak mem-punyai manfaat bagi kesinambungan kegiatan Lesson Study.

PENGALAMAN MENGIKUTI KEGIATAN LESSON STUDY

Lesson Study mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 2005an. Termasuk SMA Laboratorium UM yang merupakan sekolah binaan Universitas Negeri Malang dalam rangka menciptakan kegiatan pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan untuk kemajuan mutu pendidikan di Indonesia. Sejak saat itu seluruh civitas akademika SMA Laboratorium UM sangat akrap sekali dengan Lesson Study. Berkat Lesson Study pula SMA Laboratorium UM menjadi tujuan sekolah-sekolah di Indonesia untuk mengetahui/melihat secara langsung kegiatan Lesson Study. Bahkan karena terlalu banyak yang ingin melakukan studi banding ke SMA Laboratorium UM, dan dikhawatirkan dapat mengganggu proses belajar-mengajar, karena peserta didik merasa tidak enjoy dalam belajar oleh terlalu seringnya doibservasi maka pihak sekolah membuat terobosan dengan mengadakan safari Lesson Study ke sekolah-sekolah khususnya sekolah di Jawa Timur. Dengan safari Lesson Study, maka pihak SMA Laboratorium UM yang harus datang ke sekolah tersebut untuk mensosialisasikan Lesson Study. Adapun sekolah-sekolah yang pernah dikunjungi oleh team Lesson Study SMA Laboratorium UM antara lain, MAN Turen, MAN 2 Boyolangu Tulunganggung, SMAN 1 Ponorogo, SMAN 1 Gresik, SMAN Bondowoso, SMAN Pamekasan dan salah satu sekolah di

daerah Kalimantan Timur. Disamping study banding dari sekolah-sekolah tersebut, SMA Laboratorium UM juga sering mengadakan open class yang dihadiri oleh guru, mahasiswa, dosen, dan pakar pendidikan dari dalam maupun luar negeri. Dengan adanya study banding dan open class tersebut tentunya guru-guru SMA Laboratorium UM sering sekali bertindak sebagai guru model Lesson Study. Namun demikian, dari hasil wawancara dan diskusi dengan teman-teman guru, peran menjadi guru model yang dilakukan, masih belum begitu banyak terlihat hasilnya dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Bapak/Ibu guru sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah para guru model masih merasa menjadi guru model dalam kegiatan Lesson Study hanyalah sekedar melaksanakan tugas saja. Setelah kegiatan Lesson Study berakhir berarti selesai juga tugasnya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, supaya kegiatan Lesson Study bisa mengilhami dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartipasi aktif maka haruslah dilakukan secara kontinyu. Dalam hal ini sebaiknya kegiatan Lesson study harus ditangani oleh team khusus agar kegiatannya bisa terjadwal dengan baik sehingga Bapak/Ibu guru ti-dak merasa lagi hanya serasa sekedar melaksana-kan tugas, dikarenakan Lesson Study dilaksanakan secara rutin. Sehingga Lesson Study menjadi rutinitas kegiatan pembelajaran di kelas. Jadi dengan pelaksanaan Lesson Study secara kontinyu diharapkan proses pembelajaran yang dilakukan pendidik tidak lagi bersifat teacher center tetapi pembelajaran dilakukan dengan cara kontruktivis-tik yang melatih peserta didik untuk belajar secara mandiri yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi untuk aktif dalam pem-belajaran. Dengan Lesson study yang kontinyu diharapkan juga siswa terbiasa menemukan, menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat menghargai pendapat orang lain. Sehingga dengan Lesson study diharapkan mutu pembelajaran dapat diperbaiki yang menyebabkan mutu pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Mutu pendidikan yang baik diharapkan dapat menghasilkan mutu sumber daya manusia yang jauh lebih baik, sehingga sumber daya manusia Indonesia bisa bersaing dengan dunia Internasional di berbagai bidang.

Page 35: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 35

Dari uraian pengalaman kegiatan Lesson Stu-dy di atas, untuk melaksanakan kegiatan Lesson Study secara kontinyu, tentunya sekolah harus melakukan langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain: 1. Membentuk Team pengembang Pembelajaran

Team ini beranggotakan guru-guru yang sudah mendapatkan pelatihan tentang Lesson Study dan guru koordinator mata pelajaran yang memiliki kemampuan mengajar yang baik. Tugas utama team ini adalah mengembangkan kualitas pembelajaran di sekolah. Rincian tu-gasnya antara lain:

2. Merancang kegiatan workshop untuk guru-guru dengan materi pendekatan pembelajaran konstruktivisme, penelitian tindakan kelas, ku-rikulum berbasis kontruktivistik, penyusunan instrument asesmen, teknik memotivasi siswa.

3. Mempersiapkan tata aturan pelaksanaan Les-son Study baik bagi guru maupun pengamat saat perencanaan (plant), pelaksanaan (do) maupun saat refleksi (See).

4. Mempersiapkan format pengamatan 5. Membuat jadwal pelaksanaan Lesson Study

dan mengumumkannya, yang berisi tanggal pelaksanaan, guru yang akan tampil dan guru pengamat

6. Membuat laporan pelaksanaan Lesson Study 7. Merancang anggaran Lesson Study dalam

RAPBS, sehingga kegiatan Lesson Study dapat dilaksanakan secara optimal dengan dukungan RAPBS.

8. Melakukan kontrol di dalam pelaksanaan den-gan mengikuti langsung kegiatan Lesson Study, dan menyelenggarakan rapat dinas den-gan membahas laporan team pengembang ten-tang pelaksanaan Lesson Study yang sudah di-laksanakan.

PENUTUP

Dengan mengikuti kegiatan Lesson Study guru sudah mulai membuka diri untuk memulai perbaikan secara mendasar dalam peningkatan kualitas pembelajaran, yang intinya adalah membe-lajarkan siswa. Dengan adanya kegiatan Lesson Study suasana belajar menjadi lebih bergairah dan menyenangkan, baik bagi siswa, guru, maupun pengelola sekolah, inilah dasar yang diharapkan untuk mendorong terciptanya sekolah sebagai ko-munitas belajar (learning community). Kegiatan Lesson Study juga merupakan ajang diskusi ten-tang bagaimana meningkatkan cara belajar siswa diantara para guru dan bukan ajang untuk men-gadili cara mengajar guru, akan mendorong tum-buhnya rasa percara diri pada guru dan menguat-kannya rasa kesejawatan diantara guru, dengan ke-sadaran mencari metode yang terbaik bagaimana membelajarkan peserta didik. Dengan pelaksanaan Lesson Study secara kontinyu diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan mutu pendidikan di Indonesia, karena guru selalu berinovasi, berkreasi, dan berdiskusi dengan teman sejawat dalam rangka mencari model pembelajaran yang sesuai untuk membelajarkan peserta didik su-paya peserta didik bisa belajar dengan senang dan semangat yang inovatif, kreatif secara mandiri. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, baik guru maupun peserta didiknya akan membawa dampak yang positif bagi guru maupun peserta didiknya. Kegiatan pembelajaran yang menye-nangkan, terbuka, dan interaktif akan menghasil-kana mutu sumber daya manusia yang handal dapat bersaing diberbagai bidang. Kegiatan ini kalau di-lakukan secara terus menerus tidak menutup ke-mungkinan pendidikan di Indonesia bisa disejajar-kan dengan pendidikan di negara-negara maju di dunia dan menjadikan sumber daya manusia Indo-nesia akan diperhitungkan di dunia Internasional

DAFTAR RUJUKAN

Joharmawan, R. 2008. Lesson Study Sebagai Model Pengembangan Profesi Guru. Makalah disam-paikan pada Workshop Lesson Study Guru Se-Jawa Timur di SMA Labortorium UM. 24 Mei 2008.

Joharmawan, R. 2010. Reformasi Sekolah Melalui Kegiatan Lesson Study. Makalah disampaikan pada Workshop awal tahun pembelajaran 2010/2011 di SMA Laboratorium UM. 15 Juli 2010

Page 36: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 36

IMPLEMENTASI LESSON STUDY TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

DAN MUTU PENDIDIKAN

Hisyam

Abstrak: Lesson Study (LS) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru.LS menyediakan suatu proses untuk berkolaborasi dan merancang pembelajaran dan mengevaluasi kesuksesan strategi-strategi mengajar yang telah diterapkan sebagai upaya meningkatkan proses dan perolehan belajar siswa.guru bekerja sama untuk merencanakan, mengajar, dan mengamati suatu pembelajaran yang dikembangkannya secara kooperatif. Seorang guru mengimplementasikan pembelajaran dalam kelas, yang lain mengamati, dan mencatat pertanyaan dan pemahaman siswa. Penggunaan proses LS dengan program-program pengembangan yang profesional tersebut merupakan wahana untuk mengembalikan guru kepada budaya mengajar yang proporsional. Dengan demikian maka Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial. Penerapan Lesson Study adalah salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

Kata kunci: Lesson Study, profesionalisme guru, mutu pendidikan

Isu tentang pendidikan di Indonesia masih hangat untuk diperdebatkan, terutama yang menyangkut kualitasnya. Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah tingkat kompetisi

dan relevansinya (Parawansa, 2001; Siskandar, 2003; Suyanto, 2001). Laporan United Nation Development Program (UNDP) tahun 2005 mengungkapkan bahwa kualitas pendidikan di

Page 37: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 37

Indonesia menempati posisi ke-110 dari 117 negara. Laporan UNDP tersebut mengindikasi-kan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia relatif rendah.

Sadar akan hasil-hasil pendidikan yang belum memadai, maka banyak upaya telah dila-kukan oleh pemerintah Indonesia untuk melaku-kan perbaikan. Upaya-upaya tersebut, adalah me-lakukan perubahan atau revisi kurikulum secara berkesinambungan, program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Penataran Kerja Guru (PKG), program kemitraan antara sekolah de-ngan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidik-an, proyek peningkatan kualifikasi guru dan do-sen, dan masih banyak program lain dilakukan untuk perbaikan hasil-hasil pendidikan tersebut.

Upaya-upaya tersebut telah dilakukan secara intensif, tetapi pengemasan pendidikan sering tidak sejalan dengan hakikat belajar dan pembelajaran. Dengan kata lain, reformasi pendi-dikan yang dilakukan di Indonesia masih belum seutuhnya memperhatikan konsepsi belajar dan pembelajaran.

Reformasi pendidikan seyogyanya dimulai dari bagaimana siswa dan guru belajar dan bagai-mana guru mengajar, bukan semata-mata pada hasil belajar (Brook & Brook, 1993). Podhorsky & Moore (2006) menyatakan, bahwa reformasi pendidikan hendaknya dimaknai sebagai upaya penciptaan program-program yang berfokus pada perbaikan praktik mengajar dan belajar, bukan semata-mata berfokus pada perancangan kelas dengan teacher proof curriculum.

Dengan demikian, praktikpraktik pembela-jaran benar-benar ditujukan untuk mengatasi kegagalan siswa belajar. Praktik-praktik pembe-lajaran hanya dapat diubah melalui pengujian terhadap cara-cara guru belajar dan mengajar serta menganalisis dampaknya terhadap per-olehan belajar siswa. Agar hal ini terjadi, sekolah perlu menciptakan suatu proses yang mampu memfasilitasi para guru untuk melakukan kajian terhadap materi pembelajaran dan strategi-stra-tegi mengajar secara sistematis, sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan perolehan belajar.

Guru seyogyanya mulai meninggalkan cara-cara rutinitas dalam pembelajaran, tetapi lebih menciptakan program-program pengembangan yang profesional. Upaya tersebut merupakan implikasi dari reformasi pendidikan dengan tujuan agar mampu mencapai peningkatan per-

olehan belajar siswa secara memadai. Program-program pengembangan profesi guru tersebut membutuhkan fasilitas yang dapat memberi pe-luang kepada mereka learning how to learn dan to learn about teaching. Fasilitas yang dimaksud, misalnya lesson study.

Lesson Study (LS) atau Kaji Pembelajaran adalah suatu pendekatan peningkatan pembela-jaran yang awal mulanya berasal dari Jepang. Di Indonesia, LS telah diterapkan di tiga daerah (Malang, Yogyakarta, dan Bandung) sejak tahun 2006 melalui skema Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science (SISTTEMS) (Susilo, 2007 ). Di Bali, isu tentang LS baru terdengar pada awal tahun 2007.

Program-program tersebut dianggap pen-ting, karena secara teoretis, LS menyediakan suatu cara bagi guru untuk dapat memperbaiki pembelajaran secara sistematis (Podhorsky & Moore, 2006). LS menyediakan suatu proses untuk berkolaborasi dan merancang lesson (pembelajaran) dan mengevaluasi kesuksesan strategi-strategi mengajar yang telah diterapkan sebagai upaya meningkatkan proses dan perolehan belajar siswa (Lewis, 2002; Lewis, et al., 2006; Yuliati, et al., 2006).

Dalam proses-proses LS tersebut, guru bekerja sama untuk merencanakan, mengajar, dan mengamati suatu pembelajaran yang dikem-bangkannya secara kooperatif. Sementara itu, seorang guru mengimplementasikan pembelajar-an dalam kelas, yang lain mengamati, dan men-catat pertanyaan dan pemahaman siswa. Penggu-naan proses LS dengan program-program pe-ngembangan yang profesional tersebut merupa-kan wahana untuk mengembalikan guru kepada budaya mengajar yang proporsional (Lewis & Tsuchida, 1998)

Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembela-jaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru.

Selama pendidikan masih ada, maka selama itu pula masalah-masalah tentang pendidikan akan selalu muncul dan orang pun tak akan henti-hentinya untuk terus membicarakan dan memperdebatkan tentang keberadaannya, mulai dari hal-hal yang bersifat fundamental-filsafiah sampai dengan hal–hal yang sifatnya teknis-operasional. Sebagian besar pembicaraan tentang pendidikan terutama tertuju pada bagaimana upaya untuk menemukan cara yang terbaik guna

Page 38: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 38

mencapai pendidikan yang bermutu dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang handal, baik dalam bidang akademis, sosio-personal, maupun vokasional.

Salah satu masalah atau topik pendidikan yang belakangan ini menarik untuk diperbin-cangkan yaitu tentang Lesson Study, yang mun-cul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif. Seperti dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komu-nikasi oral. Praktik pembelajaran konvensional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana siswa belajar (student-centered), dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak mem-berikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajar-an konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah, terutama di kalangan guru yang tergolong pada kelompok laggard (penolak perubahan/inovasi). Dalam hal ini, Lesson Study tampaknya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran di Indonesia menuju ke arah yang jauh lebih efektif.

Dalam tulisan ini, akan dipaparkan secara ringkas tentang apa itu Lesson Study dan bagaimana tahapan-tahapan dalam Lesson Study, dengan harapan dapat memberikan pemahaman sekaligus dapat mengilhami kepada para guru (calon guru) dan pihak lain yang terkait untuk dapat mengembangkan Lesson Study lebih lanjut guna kepentingan peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Alasan Yuridis 1. Undang-Undang No 14 Th 2005 Tentang Guru

Dan Dosen a. Pasal 20: Dalam melaksanakan tugas profe-

sionalnya, guru berkewajiban: merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembe-lajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; Mening-katkan kualifikasi akademik dan mengem-bangkan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan Iptek dan seni.

b. Pasal 32: Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier; Pembinaan dan pengem-bangan profesi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompe-tensi sosial dan kompetensi profesional.

c. Pasal 34: Pemerintah dan pemerintah derah wajib membina dan mengembangkan kuali-fikasi akademik dan kompetensi guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat

2. PP No 19 Th 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan a. Pasal 19 : Proses pembelajaran pada satuan

pendidikan diselenggarakan secara inter-aktif, inspiratif, menyenangkan, menan-tang, memotivasi peserta didik untuk ber-partisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan keman-dirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik ; Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Tujuan utama Lesson Study yaitu untuk 1) Meningkatkan pengetahuan tentang materi

ajar 2) Meningkatkan pengetahuan tentang pem-

belajaran 3) Meningkatkan kemampuan mengobservasi

aktivitas belajar 4) Meningkatkan hubungan kolegalitas 5) Meningkatkan hubungan antara pelaksanaan

pembelajaran sehari-hari dengan tujuan jangka panjang yang harus dicapai

6) Meningkatkan motivasi belajar, baik guru maupun siswa untuk selalu berkembang

7) Meningkatkan kualitas rencana pembela-jaran

8) Memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar

9) Memperoleh hasil-hasil tertentu yang ber-manfaat bagi para guru lainnya dalam me-laksanakan pembelajaran

10) Meningkatkan pembelajaran secara sistema-tis melalui inkuiri kolaboratif

Page 39: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 39

11) Membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba penge-tahuan dari guru lainnya.

Manfaat Lesson Study

Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan ke-sempatan kepada para guru untuk dapat: 1) Memikirkan secara lebih teliti lagi tentang

tujuan, materi tertentu yang akan dibelajar-kan kepada siswa,

2) Memikirkan secara mendalam tentang tu-juan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta ke-gandrungan siswa terhadap ilmu pengeta-huan,

3) Mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui bela-jar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study),

4) Belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah penge-tahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa,

5) Mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran,

6) Membangun kemampuan melalui pembela-jaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membela-jarkan siswa,

7) Mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan di-hadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.

8) Mendokumentasikan kemajuan kerjanya, 9) Memperoleh umpan balik dari

anggota/komunitas lainnya, dan 10) Mempublikasikan dan mendiseminasikan

hasil akhir dari Lesson Study. Hakikat Lesson Study

Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo. Adalah

Makoto Yoshida, orang yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi.

Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data.

Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial. Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Sementara itu, Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa: “lesson study is a simple idea. If you want to im-prove instruction, what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative goal setting, careful

Page 40: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 40

data collection on student learning, and proto-cols that enable productive discussion of difficult issues”.

Dalam tulisannya yang lain, Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terha-dap beberapa sekolah di Jepang, yaitu: 1. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Les-

son study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka pan-jang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampu-an akademik siswa, pengembangan kemam-puan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kera-jinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.

2. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pela-jaran yang dianggap penting dan menjadi ti-tik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.

3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang di-lakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, par-tisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam se-buah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.

4. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan meru-pakan jantungnya Lesson Study. Untuk me-nilai kegiatan pengembangan dan pembela-jaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang

diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.

Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007) mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.

Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari Columbia University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur guru dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagai decision maker di sekolah. Dengan keterlibatan-nya dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang pen-ting dan tepat bagi peningkatan mutu pembela-jaran di sekolahnya, khususnya pada mata pe-lajaran yang dikaji melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula mengundang pihak lain yang dianggap kompeten dan memiliki kepedulian terhadap pembelajaran siswa, seperti pengawas sekolah atau ahli dari perguruan tinggi.

Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu: (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Se-dangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari Uni-

Page 41: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 41

versity of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu: 1) Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6

orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.

2) Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajar-kan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.

3) Plan the Research Lesson: guru-guru men-desain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.

4) Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembela-jaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.

5) Analyze Evidence of Learning: tim mendis-kusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa.

6) Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan taha-pan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada.

Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study, sebagai berikut: 1. Tahapan Perencanaan (Plan)

Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pem-belajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pem-belajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran.

Selanjutnya, secara bersama-sama pula di-carikan solusi untuk memecahkan segala per-masalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi

bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran. 2. Tahapan Pelaksanaan (Do)

Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya: a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan RPP yang telah disusun bersama. b. Siswa diupayakan dapat menjalani proses

pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.

c. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.

d. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.

e. Pengamat harus dapat belajar dari pembe-lajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.

f. Pengamat dapat melakukan perekaman me-lalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.

g. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencan-

Page 42: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 42

tumkan nama siswa yang bersangkutan, ter-jadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.

3. Tahapan Refleksi (Check)

Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari pe-nyampaian kesan-kesan guru yang telah mem-praktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukan-nya, misalnya mengenai kesulitan dan perma-salahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.

Selanjutnya, semua pengamat menyampai-kan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya.

Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi. 4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)

Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial.

Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentu-nya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer

untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.

Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepen-tingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan.

Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Lesson Study merupakan salah satu model

pembinaan profesi pendidik melalui peng-kajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

2) Tujuan Lesson Study adalah: (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) meningkat-kan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.

3) Ciri-ciri dari Lesson Study yaitu adanya: (a) tujuan bersama untuk jangka panjang; (b) materi pelajaran yang penting; (c) studi tentang siswa secara cermat; dan (d) observasi pembelajaran secara langsung

4) Lesson study memberikan banyak manfaat bagi para guru, antara lain: (a) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (b) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (c) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasi-kan hasil akhir dari Lesson Study

Page 43: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 43

5) Penyelenggaraan Lesson Study dapat dilaku-kan dalam dua tipe: (a) Lesson Study berbasis sekolah; dan (a) Lesson Study berbasis MGMP.

6) Lesson Study dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, meliputi : (a)

tahapan perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); (c) refleksi (check); dan (d) tindak lanjut (act).

DAFTAR RUJUKAN

Bill Cerbin & Bryan Kopp. A Brief Introduction to College Lesson Study. Lesson Study

Brooks, J. G., & Brooks, M. G. 1993. In search of under-standing: The case for Constructivist classrooms. Virginia: Association for Supervision and Cur-riculum Development.

Catherine Lewis (2004) Does Lesson Study Have a Future in the United States?.

Online: http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm Lesson Study Research Group online:http://www.tc.edu/lessonstudy /whatislesson study. html

Fernandez, C. & Yoshida, M. 2004. Lesson Study: A Janese Approach to Improveing Mathematics Teaching and Learning. London: Lawlence Erl-baum Associated, Inc.

Fernandez, C., Yoshida, M., Chokshi, S., & Cannon, J. 2001. An Overview of Lesson Study, ppt. online [email protected], www.tc.edu/lessonstudy.

Hill, S,. & Hill, T. 1993. The collaborative classroom: A guide to co-operative learning

Lewis, C. 2002. Lesson study: A handbook of teacher-led instructional change.

Lewis, C., Perry, R., Hurd, J., & O’Connel, M. P. 2006. Teacher collaboration: Lesson study comes of age in North America. Tersedia pada http://www. Lessonre-search.net/LS_06Kappan.pdf. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2007. Malvem Rood Austra-lia: Eleanor Curtain Publishing. Philadelphia: Re-search for Better Schools.

Podhorsky, C. & Moore, V. 2006. Issues in curriculum: Improving instructional practice through lesson study. Tersedia pada http://www.lessonstudy.net. Diakses pada tangal 15 Agustus 2007.

Project. online: http ://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm

Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat

Susilo, H. 2006. Apa dan Mengapa Lesson Study Perlu Dilakukan untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru dan Dosen MIPA. Makalah. Disajikan dalam Seminar Peningkatan Profesionalisme Guru dan Dosen MIPA melalui Lesson Study, di Singaraja, 25 November 2006.

Sutopo & Ibrahim. 2006. Pengalaman IMSTEP dalam Implementasi Lesson Study. Makalah. Disajikan dalam Pelatihan kemitraan LPTK-Sekolah dalam rangka

peningkatan mutu Pendidikan MIPA, di Hotel Yogyakarta, 27-29 Juli 2006.

Wikipedia.2007. Lesson Study. Online: http: // en.wikipedia.org /wiki/ Lesson_ study

Wang-Iverson, P. 2002. Why Lesson Study. http://www.rbs.org/lesson_study/

confenrence/2002/paper/wang.shtml. Yoshida, M. 2002. Developing Effective Use of the

Blackboard through Lesson Study. http://www.rbs.org/lesson_study/confenrence/2002/paper/Yoshida_blacboard.shtml.

Page 44: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 44

SOSIALISASI DAN IMPLEMENTASI LESSON STUDY BER-BASIS SEKOLAH DI SD-SMP NEGERI SATU ATAP (SATAP)

MERJOSARI MALANG

Husnul Chotimah

SMPN SATAP Merjosari Malang, E-mail: [email protected]

Abstrak: Salah satu upaya penuntasan wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah adalah dengan model satuan pendidikan SD-SMP Satu Atap (SATAP). Penulis sebagai guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah di SD-SMP Negeri Satu Atap Merjosari, memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan mutu pendidikan di dua lembaga pendidikan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mensosialisasikan dan mengimplementasikan Lesson Study berbasis sekolah. Kegiatan Lesson Study di SD-SMPN Satu Atap Merjosari semula dikoordinir oleh kepala sekolah selanjutnya dikoordinir oleh koordinator urusan humas. Tugas koordinator urusan humas adalah membuat jadwal open class, menentukan guru model dan pengamat, serta mengarsipkan dan melaporkan kegiatan Lesson Study. Hasil signifikan yang nampak dari kegiatan Lesson Study berbasis sekolah adalah tidak ada lagi kesenjangan antara guru yang mengajar di SD dan di SMP, guru termotivasi untuk terus belajar, dan guru belajar menerima kekurangan dan kelebihan guru lain serta terhindar dari penyakit ”megalomania”, sehingga kegiatan Lesson Study berbasis sekolah perlu diikuti oleh sekolah lain khususnya sekolah SATAP.

Kata kunci: Sosialisasi, implementasi, Lesson Study, SATAP

Salah satu masalah pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah banyaknya siswa tamatan SMP yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Para lulusan SMP yang tidak dapat melanjutkan pendidikan secara

kronologis masih berusia remaja. Diprediksi, mere-ka akan memasuki dunia kerja dan/atau termasuk kelompok usia non produktif alias pengangguran. Penyebab utama mereka adalah belum memiliki bekal kompetensi untuk memasuki dunia kerja.

Page 45: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 45

Sementara itu sejak 1 Januari 2003 mulai diberla-kukan AFTA (Asean Free Trade Area) tenaga ker-ja asing akan segera masuk Indonesia, sehingga ji-ka kita tidak siap maka akan tertinggal dan menjadi objek dari negara lain di negara sendiri (Suhardi, 2010).

Salah satu kebijakan pemerintah di bidang pendidikan adalah peningkatan pemerataan kesem-patan memperoleh pelayanan pendidikan bagi se-tiap warga negara, khususnya pendidikan dasar. Untuk memenuhi dan melaksanakan kebijakan tersebut sejak tahun 1994 telah diberlakukan wajib belajar 9 tahun yang mencakup program 6 tahun di SD/MI dan 3 tahun di SMP/MTs.

Dalam rangka penuntasan wajib belajar terse-but salah satu model satuan pendidikan yang diper-untukkan bagi masyarakat yang bermukim pada daerah yang sulit terjangkau ataupun kendala lain-nya adalah SD-SMP SATU ATAP (SATAP). SD-SMP SATAP adalah bentuk sekolah alternatif se-lain SMP terbuka.

SD-SMP Negeri Satu Atap Merjosari Malang, adalah penyatuan 2 lembaga yaitu SDN Merjosari 4 Malang dan SMPN Satu Atap Merjosari. Lokasi dua lembaga tersebut berjarak sekitar 500 meter. SMP Negeri Satu Atap Merjosari merupakan satu-satunya sekolah menengah pertama yang berada di wilayah kelurahan Merjosari Kecamatan Lowok-waru. Sekolah tersebut mulai menerima siswa baru pada tahun ajaran 2009/2010. Pada tahun pelajaran 2010/2011 telah memiliki 207 peserta didik dengan 6 rombongan belajar.

Secara geografis SMP Negeri Satu Atap Mer-josari berada di wilayah perbatasan Kabupaten Ma-lang dan Kota Malang tepatnya di Perumahan Villa Bukit Tidar kelurahan Merjosari Kecamatan Lo-wokwaru Kota Malang. Dengan batas wilayah se-belah barat yaitu dibatasi oleh Desa Tegalweru Ke-camatan Dau, batas sebelah Selatan adalah Peru-mahan Graha Dewata Desa Landungsari, sebelah utara adalah Perumahan Puncak Tidar kecamatan Sukun, sebelah Selatan Timur Perumahan Joyo-grand Kecamatan Merjosari. Jarak SMP Negeri Satu Atap Merjosari ke Kota Malang sebagai pusat pemerintahan berjarak 15 km.

Upaya pemerintah untuk melaksanakan wajib belajar 9 tahun nampaknya perlu juga diikuti de-ngan upaya peningkatan mutu pendidikan khusus-nya di sekolah SATAP. Salah satu yang telah dan akan terus dikembangkan adalah kegiatan lesson study berbasis sekolah. Lesson study adalah suatu bentuk pendekatan peningkatan kualitas pembela-

jaran dan pengembangan keprofesionalan guru. Lesson study terdiri dari tiga tahap kegiatan yaitu: plan, do-see dan refleksi (Susilo, 2009). Lesson study berbasis sekolah menurut Ibrohim (2008) adalah lesson study yang dilakukan di suatu seko-lah dengan kegiatan utama berupa open lesson atau open class oleh setiap guru secara bergiliran pada hari tertentu. Pada saat ada seorang guru ”mem-buka kelas”, guru lain bertindak sebagai pengamat. Setelah kegiatan tersebut, semua guru, baik guru model atau pengamat melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan dan diikuti.

SOSIALISASI DAN IMPLEMENTASI LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH DI SD-SMPN SATAP MERJOSARI

SMPN Satu Atap (SATAP) Merjosari Malang mulai menerima siswa baru pada tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 118 orang dan rombongan belajar (rombel) tiga kelas. Pada saat itu, dua kelas menempati ruang kelas SMP dan satu kelas menempati ruang kelas SD. Guru pengajar di SD-SMPN SATAP Merjosari berjumlah 18 orang. Di SD terdapat 7 orang guru, enam guru sebagai guru kelas yang di antaranya juga mengajar olah raga dan pendidikan Agama Kristen, satu guru mengajar pendidikan Agama Islam. Sedangkan di SMP terdapat 11 orang guru, delapan guru ber-status pegawai negeri sipil (PNS) dan tiga guru tidak tetap (GTT). Minimnya jumlah guru pada saat itu maka guru SD ada yang diperbantukan un-tuk mengajar di SMP khususnya mata pelajaran olah raga, seni budaya dan keterampilan, dan pen-didikan agama kristen. Sedangkan guru SMP juga mengampu mata pelajaran yang tidak sesuai kom-petensinya. Misalnya, guru lulusan sarjana biologi mengajar IPA (biologi, fisika dan kimia) dan TIK serta matematika. Keadaan tersebut berlangsung selama satu tahun pelajaran. Pada tahun pelajaran 2010/2011 jumlah siswa mencapai 207 dengan enam rombel yang semuanya menempati ruang kelas di SMP. Guru SD tidak lagi diperbantukan di SMP seiring dengan datangnya guru baru (CPNS), sehingga jumlah guru di SMP sebanyak 17 orang namun sampai tulisan ini selesai dibuat, masih terdapat guru yang harus mengajar tidak sesuai kompetensinya yaitu guru biologi mengajar IPA dan guru Fisika mengajar Matematika.

Berdasarkan kondisi tersebut, Penulis sebagai guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai

Page 46: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 46

kepala sekolah di SD-SMPN SATAP Merjosari (SK WALI KOTA MALANG, Tanggal 24 Febru-ari 2010) merasa perlu melakukan upaya pening-katan mutu pendidikan/ pembelajaran sesuai de-ngan pengalaman yang pernah penulis lakukan di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang yaitu melalui kegiatan lesson study berbasis seko-lah.

Sebelum mendapat tugas tambahan tersebut, penulis telah memperkenalkan lesson study kepada beberapa guru SMPN SATAP Merjosari (tanggal 14 Agustus 2009) dengan cara penulis menjadi guru model dan guru lain menjadi pengamat. Hasil kegiatan tersebut telah penulis publikasikan pada Seminar Nasional Sains 2010 di Program Pasca Sarjana UNESA tanggal 16 Januari 2010.

Kegiatan selanjutnya yang penulis lakukan setelah mendapatkan tugas tambahan sebagai ke-pala sekolah, adalah mensosialisasikan lesson study melalui kegiatan workshop yang diselenggarakan di sekolah (Maret 2010). Kegiatan sosialisasi di-ikuti oleh guru SD-SMPN SATAP, mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang sedang melaksanakan praktik pengalaman lapangan (PPL), dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ma-lang (UMM) yang akan melaksanakan penelitian tentang lesson study di SMPN SATAP Merjosari.

Pada kegiatan sosialisasi, penulis mempresen-tasikan tentang apa, bagaimana dan mengapa lesson study. Penulis juga menampilkan doku-mentasi kegiatan lesson study yang telah penulis lakukan baik sebagai ketua tim pengembang aka-demis di SMA Laboratorium UM maupun sebagai ketua MGMP biologi SMA Kota Malang. Bukti-bukti fisik tersebut penulis harapkan dapat ”meng-gugah” minat guru SD-SMPN SATAP Merjosari untuk melaksanakan lesson study berbasis sekolah.

Selanjutnya, penulis menyusun jadwal kegiat-an open class bagi guru SD, guru SMP, dan maha-siswa PPL dari UM. Tabel 1 adalah kegiatan lesson study berbasis sekolah (tahap do/open class) yang telah dilaksanakan di SD-SMPN SATAP Merjosari pada tahun pelajaran 2009/2010. Pada saat itu tahap plan yang berupa penyusunan perangkat pembelajaran disusun oleh guru model sendiri dan dikonsultasikan kepada penulis.

Kegiatan lesson study berbasis sekolah di SD-SMPN SATAP Merjosari juga melibatkan pakar pendidikan dari Universitas Negeri Malang (UM) sebagai konsultan, yaitu Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc, Ph.D. Kegiatan lesson study yang melibat-kan beliau, guru SD-SMPN SATAP Merjosari,

mahasiswa UM, mahasiswa UMM dan dihadiri oleh ketua komite sekolah dan seorang pengawas SMPN SATAP, oleh penulis dipublikasikan mela-lui program pendidikan kota Malang yaitu SEAMOLEC MULTISTUDIO (MALANG e-EDU), dan didokumentasikan pula pada CD yang dapat menjadi sumber belajar bagi guru lain.

Dari beberapa kegiatan lesson study yang telah diimplementasikan, khususnya dari kegiatan refleksi penulis dapat belajar tentang guru SD dan guru SMP. Guru SD adalah guru yang tahu banyak tentang sedikit, sedangkan guru SMP adalah guru yang tahu sedikit tentang yang banyak. Guru SD adalah guru kelas. Guru yang mengajarkan seluruh mata pelajaran di kelas yang menjadi tanggungjawabnya kecuali mata pelajaran olah raga dan pendidikan agama. Mereka me-ngetahui banyak mata pelajaran tetapi hanya sedikit yang mereka ketahui dan mereka ajarkan. Materi yang mereka berikan kurang mendalam, bahkan cenderung salah konsep. Guru SD adalah guru yang memiliki dedikasi dan tanggungjawab yang tinggi, tanpa mengenal lelah dan bosan karena setiap hari selama setahun mereka bertemu dengan peserta didik yang sama. Guru SD mengenal lebih mendalam karakter peserta didik yang menjadi tanggungjawab di kelasnya.

Dalam kegiatan implementasi lesson study, karakter guru SD sebagai guru kelas yang menjadi ”raja” di kelasnya sangat menonjol. Semua kegiat-an pembelajaran ”hanya” berdasarkan instruksi guru. Guru yang menentukan kapan peserta didik harus mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan tugas. Bahkan, guru melarang peserta didik men-catat disela-sela guru mengajar. Guru SD cende-rung teacher centered.

Guru SMP adalah guru bidang studi, mereka hanya mengetahui mata pelajaran yang diampunya sesuai kompetensi yang dimiliki. Mereka tahu ba-nyak tentang materi yang harus mereka belajarkan bersama peserta didik. Mereka sudah mengetahui materi lebih mendalam walaupun juga masih di-temukan salah konsep. Guru SMP adalah guru yang mengajar di kelas secara paralel atau jenjang kelas berbeda dengan mata pelajaran yang sama. Semakin banyak jumlah peserta didik semakin sulit guru mengenalnya. Apalagi diminta mengenal karakter peserta didik, menghafal nama saja juga menjadi salah satu kesulitan guru.

Dalam implementasi kegiatan lesson study, karakter guru SMP sebagai guru bidang studi yang tahu sedikit juga menonjol. Guru sulit menginte-

Page 47: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 47

grasikan mata pelajaran yang diampunya dengan mata pelajaran lain. Semua kegiatan pembelajaran hanya difokuskan pada materi yang dikuasai. Guru kurang melayani peserta didik yang mencoba mengkaitkan materi yang sedang dipelajarinya dengan bidang studi lain.

Dari beberapa kali kegiatan lesson study yang telah dilaksanakan di SD-SMPN SATAP Merjo-sari, penulis menemukan bahwa, baik guru SD maupun guru SMP masih sulit menerapkan empat dari tujuh elemen pendekatan kontekstual, di antaranya: (1) guru masih belum memberi banyak kesempatan peserta didik untuk bertanya (question-ing), (2) guru masih kesulitan menerapkan penilai-an autentik saat proses pembelajaran (authentic assessment), (3) guru belum melatih peserta didik untuk menjadi model bagi temannya (modelling), dan (4) guru belum melatih peserta didik untuk melakukan refleksi (reflection) terhadap pembela-jaran yang telah dilakukan. Sedangkan, tiga elemen pendekatan kontekstual yang sudah dilakukan oleh guru yaitu: (1) membentuk masyarakat belajar (learning community) dengan meminta peserta di-dik belajar kelompok, (2) melatih peserta didik untuk menyusun konsep pembelajaran sendiri (constructivism), dan menemukan konsep (inquiry) yang akan dipelajarinya.

Berdasarkan temuan tersebut, penulis me-minta kepada guru untuk terus belajar agar dapat mengimplementasikan tujuh elemen pendekatan kontekstual, walaupun tidak harus muncul dalam satu pertemuan pembelajaran. Dengan demikian, guru akan terbuka wawasannya untuk berupaya memperbaiki pembelajaran yang telah mereka lakukan.

Hasil signifikan yang nampak dari kegiatan lesson study yang telah dilaksanakan di SD-SMPN SATAP Merjosari, yaitu: guru SD dan guru SMP saling belajar kelebihan dan kekurangan masing-masing. Guru SD tidak lagi merasa minder terha-dap guru SMP. Mereka menyadari bahwa mereka memiliki tugas yang sama dalam mencerdaskan anak bangsa, mereka menyadari bahwa mengajar bukan hanya sekedar gugur tugas. Guru SMP be-lajar bagaimana lebih ”dekat” dengan peserta didik. Guru SD belajar bagaimana mendalami materi pelajaran. Mereka saling belajar dengan sejajar, lesson study mengikis tirai ”kesenjangan” antara

guru SD yang bertugas di jenjang pendidikan dasar dan guru SMP yang bertugas di jenjang pendidik-an menengah. Mereka terhindar dari penyakit me-galomania. Sebuah penyakit dimana guru lebih me-nyukai mencari dan membicarakan kekurangan guru lain, dan membicarakan kelebihan dirinya (Susilo dkk., 2010).

PENUTUP

Pendidikan adalah tanggung jawab sekolah, masyarakat dan pemerintah. Tanpa kerjasama dari ketiga komponen tersebut, pendidikan tidak akan berjalan dengan baik. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, masyarakat dalam hal ini komite sekolah perlu memiliki kontribusi yang positif dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka penulis memasukkan program lesson study berbasis seko-lah sebagai salah satu program yang perlu didu-kung oleh komite sekolah. Sehingga pada tahun pelajaran 2010/2011 program lesson study yang dilaksanakan di SD-SMP SATAP mendapatkan bantuan dana dari komite sekolah selain dana dari pemerintah berupa bantuan operasional sekolah (BOS), yang mana semua pendanaan tersebut telah dituangkan dalam RAPBS SD-SMPN SATAP Merjosari.

Selanjutnya, penulis merekomendasikan ke-pada koordinator urusan humas untuk mengkoor-dinir kegiatan lesson study berbasis sekolah di SD-SMPN SATAP Merjosari. Hal tersebut penulis la-kukan karena koordinator humas harus mampu menjembatani antara guru yang bertugas di SD dengan guru yang bertugas di SMP, terutama da-lam menyusun jadwal open class dan yang ber-tugas sebagai pengamat.

Pada tahun pelajaran 2010/2011 lesson study berbasis sekolah di SD-SMPN SATAP Merjosari dilaksanakan secara terprogram seminggu sekali. Tabel 2 adalah kegiatan lesson study berbasis sekolah yang telah dilaksanakan di SD-SMPN SATAP Merjosari sampai penulisan makalah ini selesai disusun. Penulis berharap, kegiatan lesson study yang telah diimplementasikan di SD-SMPN SATAP Merjosari dapat diikuti oleh sekolah lain khususnya sekolah SATAP yang pada tahun 2010 ini berjumlah 200 sekolah di Jawa Timur.

DAFTAR RUJUKAN

Page 48: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 1

Ibrohim, 2008. Lesson Study untuk Meningkatkan Efektifitas Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bagi Mahasiswa Calon Guru. Makalah disajikan dalam Semlok Peningkatan Kemampuan Mengajar di UPT PPL UM, Tanggal 4 Juli.

Suhardi, Didik. 2010. Panduan Subsidi Keterampilan SD-SMP Satu Atap. Makalah disampaikan pada Workshop Keterampilan SD-SMP Satu Atap di Hotel Sahid Jogjakarta Tanggal 2-6 Agustus.

Susilo, Herawati, dkk. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah. Malang: Bayu Media

Susilo, Herawati, dkk. 2010. Lesson Study Berbasis MGMP. Malang: Surya Pena

Gemilang

Page 49: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 48

Tabel 1. Lesson Study Berbasis Sekolah di SD-SMPN SATAP Merjosari Tahun Pelajaran 2009/2010

Page 50: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 49

Page 51: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 50

PERBANDINGAN PROGRAM PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI LESSON STUDY DI LIMA NEGARA ASIA

(KAMBOJA, LAOS, MYANMAR, MONGOLIA, DAN INDONESIA) DAN PERMASALAHANNYA

Ibrohim

Jurusan Biologi FMIPA UM,

Sekretariat Koordinator Lokal Kerjasama Teknis JICA FMIPA UM

Abstrak: Telah dilakukan kegiatan “Training and Dialogue Programs” dengan tema “Improvement of Quality of Education through Lesson study in Asia” di JICA Hiroshima Interantional Centre, mulai Tanggal 25 Agustus – 26 Sepetember 2010. Kegiatan diikuti oleh sepuluh orang perwakilan Negara-negara Asia yang mendapat bantuan teknis dalam bidang pendidikan dari JICA. Kegiatan inti pada program tersebut adalah masing-masing perwakilan menyampaikan job report tentang kondisi pembe-lajaran dan implementasi lesson study di masing-masing negaranya, dilanjutkan analisis kurikulum matematika dan sains SD dan SMP serta analisis contoh lesson plan. Pada kegiatan dialog juga dila-kukan analisis video pembelajaran di masing-masing negara oleh peserta dan dosen narasumber. Pe-serta training dan dialog juga diajak mengikuti kegiatan open class di 4 sekolah dasar di Hiroshima Pre-fecture juga Tsukuba Elementary School - Tokyo. Kuliah reviu pemantapan lesson study dan pembela-jaran diberikan oleh narasumber utama Prof. Takuya Baba dan Prof. Hiroki Fujii. Pada akhir program masing perwakilan menyampaikan final report, yang didalamnya memuat peningkatan kompetensi pe-serta dan rencana impelemntasi di negara masing-masing. Dari kegiatan tersebut di ketahui bahwa masing-masing peserta telah mengimplementasi lesson study, namun waktunya bervariasi. Negara yang paling awal adalah Indonesia (Tahun 2004/2005), kemudian Mongolia (2006-2009), Myanmar (2008-2012), Kamboja (2008-2012), Myanmar (Tahun 2009) dan Laos (2010). Pada prinsipnya permasalahan pembelajaran di kelas yang dihadapi oleh masing-masing negara tersbut hampir sama, yakni jumlah murid yang besar, sarana kurang, dan pembelajaran cenderung teacher-centered. Dalam implementasi lesson study tahapan yang dilakukan kurang lebih sama, yakni plan, do, dan see, hanya pada beberapa negara ada beberapa tahap tamabahan (perluasan) serta sasarannya programnya berbeda, ada yang dimulai dari teacher trainer (Kamboja), Dosen di Teacher College (Mongolia dan Myanmar), baru ke-mudian ke guru di sekolah. Dari kegiatan dialog diketahui bahwa pengalaman pengembangan lesson study Indonesia lebih awal dan lebih banyak dibanding dengan negara-negara peserta lainnya. Demikian juga dukungan pemerintah dalam pengembangan dan diseminasi lesson study paling besar terjadi di Indonesia.

Kata kunci: lesson study, lesson study di Asia

Pihak JICA (Japan International Cooperation Agency) menyelenggarakan “Training and Dia-logue Programs” dengan tema “Improvement of Quality of Education through Lesson study in Asia” dalam Japan Fical Year 2010, dengan Nomor Kode Program adalah J1004031/ID.1084090. Rentangan

waktu pelatihan adalah Juli 2010 sampai Maret 2011. Pelaksanaan pelatihan dibagi menjadi tiga fase, yakni Prelimanry Phase in Home Country (Juli – Agustus 2010), Core Phase in Japan (25 Agustus – 26 September 2010); dan Finalization Phase in Home Country (September 2010 – Maret

Page 52: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 51

2011). Rencananya pelatihan dan dialog ini akan dilakukan untuk tiga angkatan.

Tujuan dari program adalah rencana aksi untuk mempertukarkan dan implementasi lesson study untuk meningkatkan kualitas guru is shared and launched. Target dari program ini adalah seko-lah dasar, institusi pendidikan calon guru, pusat pe-latihan guru, dan kantor administrasi pendidikan. Negara tagetnya adalah Kamboja, Indonesia, Laos, Mongolia, dan Myanmar, dengan jumlah peserta untuk setiap angkatan 10 orang. Dalam kesempatan pertama Tahun 2010 ini Indonesia mendapat jatah mengirimkan 3 orang. Setelah melalui seleksi oleh pihak JICA Kementrian Pendidikan Nasional dan berkonsultasi dengan pihak Program PELITA JICA dan PMPTK, maka tiga orang peserta tersebut adalah: Wiharno (Kepala SMPN Jetis 1 Bantul – DIY), Ade Sunawan (LPMP Jawa Barat) dan Ibrohim (Universitas Negeri Malang).

Kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan sela-ma masa inti (core phase) di Jepang adalah sebagai berikut. 1. Masa orientasi tempat, sarana dan fasilitas

pelatihan dan dialog, termasuk pengenalan ekonomi, politik dan kebudayaan Jepang.

2. Presentasi Job Report dari masing-masing ne-gara.

3. Analisis kurikulum pendidikan matematika dan sains dari masing-masing negara

4. Presentasi contoh lesson plan dari masing-masing negara

5. Analisis video pembelajaran matematika dan sains dari bebeerapa negara (Indonesia, Kamboja, dan Myanmar)

6. Penayangan video diskusi tentang pendidikan dasar di Jepang.

7. Mengikuti kegiatan open class di beberapa se-kolah dasar (Primary Schools)

8. Reviu hasil kegiatan kunjungan sekolah dalam rangak mengikui lesson study

9. Reviu pemahaman peserta tentang lesson study dan pembelajaran oleh Prof Takuya Baba dan Prof. Hiroki Fujii.

10. Presentasi final report dari masing-masing ne-gara, termasuk di dalamnya rencana imple-mentasi di negara masing-masing untuk fase finalisasi. Selain itu, untuk melengkapi wawasan, para

peserta juga diajak untuk mengunjungi Museum Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi Jepang (MEXT), serta me-

ngunjungi Panasonic Centre Tokto, yang di da-lamnya ada RiSuPia Panasonic Digital Network Museum. RiSuPia Panasonic Digital Network Mu-seum adalah semacam pusat pameran pendidikan sains dan teknologi yang dirancang serba digital.

Makalah ini akan memaparkan tentang uraian perbandingan permasalah pembelajaran matemati-ka dan sains di sekolah dan implementasi lesson study di masing-masing negara, dengan harapan dapat memperoleh manfaat untuk saling mening-katkan kualitas pembelajaran melalui kegiatan lesson study.

PERMASALAH PEMBELAJARAN DAN IMPLEMENTASI LESSON STUDY DI MASING-MASING NEGARA

KAMBOJA

Kerajaan Kamboja merupakan negara asia de-ngan jumlah penduduk hampir mencapai 13,5 juta jiwa, dan sebagian besar penduduk berpencaharian sebagai petani (960,4%). Dana pendidikan nasional mencapai 17% (2009), dengan jumlah sekolah SD lebih dari 6.565 sekolah, dengan jumlah murid SD lebih dari 2.262.000 dengan jumlah guru SD lebih dari 45.500 orang. Jumlah SMP (Junior Seconadry Education) mencapai 1.122 sekolah, murid lebih dari 605.700 siswa, guru lebih dari 23.500 orang, jumlah SMA (Upper Secondary Education) mecapai 349 sekolah, jumlah murid lebih dari 292.400 siswa, dan guru lebih dari 81.350 orang (UNICEF & SIDA, 2009). Sistem penjenjangan pendidikan hampir seperti Indonesia, yakni 9 tahun pendidikan dasar; 6 tahun SD, 3 tahun SMP, dan 3 tahun SMA. Ujian nasional pada akhir SMP dan SMA.

Masalah Pembelajaran di Kelas

Masalah-masalah dalam pembelajaran/kelas yang dihadapi saat ini antara lain; 1) hanya bebe-rapa guru yang menerapkan belajar dalam kelompk dengan metode “student-centered”; 2) umumnya murid cenderung menghafal pelajaran dan tidak memahami isinya secara baik; 3) kemampuan/ kompetensi guru terbatas (kurang); 4) tidak ada laboratorium di sekolah, hanya ada laboratorium di RTTC namun tidak tersedia peralatan yang cukup.

Implementasi Program Lesson study

Kamboja merupakan salah satu negara yang juga mendapatkan bantuan dari pihak JICA dalam

Page 53: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 52

pengembangan pendidikan. Salah satu bantuan ter-sebut dilakukan mulai pertengahan era Tahun 90-an melalui program STEPSAM (Science Teacher Education Project) dan ISMEC, dan penempatan tenaga sukarelawan pada Pusat Pelatihan Guru di tingkat provinsi dan regional (PTTCs/RTTCs), dengan perhatian utama pada pendidikan matemati-ka dan sains. Pada Tahun 2008, JICA meluncurkan Program STEPSAM 2 untuk implementasi selama 4 tahun (2008-2012). Tujuan program ini adalah meningkatkan kulaitas PRESET (Pre-Service Training) untuk pendidikan sains, dan menghasil-kan model terbaik praktik INSET (In-Service Training) untuk pendidikan SMP bidang sains. Dalam program dijalankan 4 kegiatan utama, yak-ni: 1) Baseline and follow up survey (2008-2011); 2) Pelatihan untuk Direktur dan Pelatih pada TTC; 3) Implementasi lesson study pada TTCs beserta monitoringnya (mulai akhir 2009); Perintisan mo-del terbaik INSET pada daerah terpilih. Pendekatan yang digunakan dalam STEPSAM 2 adalah lesson study (LS) dengan masukan-masukan teknis untuk memformulasikan dan mengembangkan pedagogi-cal content knowledge (PKC) pada guru-guru sains. Tiga tahapan lesson study yang mereka terapkan adalah Plan – Do – Check.

Veasna (2010) dalam laporan tugasnya menu-liskan lesson study is a professional development process that teacher engage in to systematically examine and improve their practice through col-laborative work involving: lesson planning, lesson implementation and observation, and reflective discussion on the lesson (MoEYS and JICA, 2008). PKC is the knowledge of the how to teach a subject in a given context, which requires the fusion of a wide range of knowledge such as the subject matter one teaches, the level and ways of learners’ under-standing, general pedagogy, and so forth. Konsep PKC lahir tahun 1986.

Kondisi implementasi lesson study saat ini adalah sebagai berikut. 1) Implementasi di sekolah melalui pertemuan teknis satu bulan sekali; 2) kurangnya keterampilan mengobservasi pelajaran karena pelatihan dan instruktur senior yang masih kurang; 3) kurangnya pengalaman dalam lesson study, karena umumnya direktur dan pelatih di TTCs baru mendapat pelatihan lesson study dua kali; 4) belum adanya kondisi yang memadai, karena tidak ada ruang laboratorium untuk eksperimen, bahan dan peralatan tidak cukup, ter-batasnya kemampuan pelatih, dan kurangnya waktu untuk membuat teaching aid untuk eksperi-

men; dan 5) dibutuhkan waktu lama untuk menyu-sun lesson plan dengan pendekatan “inquiry based-lesson”, karena sulit membuat pertanyaan kunci, dan terbatasnya kapasitas pelatih.

LAOS (LAO PEOPLES’ DEMOCRATIC REPUBLIC/LAO PDR)

Laos merupakan negara di Asia yang berte-tangga dengan Thailand dan Vietnam, dengan jumlah penduduk lebih dari 6.205.000 orang (Worldbank, 2008). Jumlah ini barangkali masih lebih banyak penduduk Jawa Timur.

Permasalahan dalam Pembelajaran di Kelas

Menurut laporan Bouakhay dan Sitichak (2010) permasalahan yang umum dalam pembe-lajaran di kelas-kelas di Laos, khusunya bidang matematika dan sains antara lain: 1) guru belum menggunakan media pengajaran dan bahan ajar yang konkrit secara efektif; 2) umumnya guru be-lum mampu secara cukup (memadai) dalam meng-organisasi belajar kelompok; 3) sebagian guru tam-paknya tidak memahami bagiamana memajukan/ meningkatkan pemahamanan siswa; 4) penggunaan alokasi waktu untuk setiap tahap mengajar belum tepat; 5) guru menggunakan instrument asesmen yang terbatas; 6) tes bulanan digunakan untuk me-laporkan hasil belajar dari pada untuk perencanaan pengajaran berikutnya; 7) guru sering tidak menye-diakan bantuan yang tepat untuk siswa yang memi-liki kemampuan rendah; 8) sebagian guru menga-lami miskonsepsi tentang konsep-konsep kunci da-lam pembelajaran; dan 9) kadang-kadang guru ti-dak dapat mencapai tujuan pengajaran

Implementasi Lesson study di Laos

Implementasi Lesson study di Laos dengan bantuan JICA telah dimulai pada Bulan Maret 2010 melalui Program “Improvement Teaching Scince and Mathematics of Education” atau ITSME. Program ini akan dilaksanakan selama 3 tahun. Sasaran dari Program ITSME adalah Pendidikan Dasar (Primary Education). Jadi Program lesson study di Laos baru dimulai tahun ini. Tidak banyak informasi yang dapat diungkap dari laporan dari Laos.

MYANMAR

Myanmar (Birma) merupakan Negara Asia yang tergolong Negara sedang berkembang, de-

Page 54: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 53

ngan jumlah penduduk hanya sekitar 42,7 juta jiwa. Sistem penjanjang pendidikan hampir sama dengan di Indonesia.

Masalah Pembelajaran Matematika dan Sains di Kelas

Situasi kelas di Pendidikan Guru di Myanmar umumnya sangat padat, umumnya peserta didik perempuan. Sementara di sekolah dasar satu kelas bisa mencapai 70-80 orang, namun di daerah terpencil bisa hanya 15-20 siswa. Rasio guru-murid secara nasional mencapai 1 dibanding 40 siswa.

Kebanyakan guru mengajar dengan pendekat-an teacher centered (TCA), ketika guru mencoba pendekatan learner centered pada umumnya secara otomatis tidak disadari mereka kembali atau cende-rung teacher centered lagi. Kebanyakan guru tidak memahami secara jelas bagaimana metode meng-ajar diaplikasi pada pendekatan LCA. Guru belum dapat memfasilitasi siswa untuk berpartisipasi da-lam aktivitas belajar.

Implemetasi Lesson study di Myanmar

Lesson study di Pendidikan Calon Guru (Education College)

Lesson study telah diterapkan pada institusi pendidikan guru sejak Tahun 2009. Tujuannya un-tuk meningkatkan keterampilan mendisain pembe-lajaran, keterampilan mengajar dengan LCA, dan keterampilan belajar pada mahasiswa. Program di-laksanakan pada Education College (EC) dari sa-saran SCCA 2 (Strengthening Childe-Centered Approach). JICA expert memberikan workshop atau pelatihan pada dosen counterpart di 3 EC pada Februari Tahun 2009. Kemudian para dosen ini bersama tenaga ahli JICA member workshop ke-pada para dosen tentang metodologi subjek dan academic subject. Hasil dari workshop ini dipakai untuk memperbaiki bahan workshop yang kemu-dian diberikan pada workshop untuk 17 EC sisa-nya. Sehingga sejak September Tahun 2009 selu-ruh EC di Myanmar (20 EC) telah mengimplemen-tasikan lesson study.

Setiap EC harus melakukan lesson study 3 kali dalam satu semester. Prosedur lesson study di EC adalah sebagai berikut. 1) Persiapan pengajar-an; 2) Diskusi Awal; 3) Pelaksanaan Demonstrasi Pembelajaran dan Observasi; 4) Refleksi; dan 5) Penulisan Laporan untuk Proyek.

Lesson study di Pendidikan/Sekolah Dasar (Basic Education Primary Schools)

Lesson study pertama kali diterapkan di seko-lah dasar di Myanmar sejak Tahun 2009 dengan tujuan meningkatkan keterampilan mendisain pem-belajaran, keterampilan mengajar dengan LCA, dan keterampilan belajar siswa. Para master trainer (dari 20 EC) melatih para kelompok pelatih (ketua kelompok guru dan kepala sekolah) di daerah sa-saran. Mereka nanti melatih guru di sekolah. Di sekolah dasar lesson study dilaksanakan pada perte-muan kelompok guru sekali dalam dua bulan. Prosedur lesson study di dalam kelompok guru ada-lah sebagai berikut. 1) Diskusi Awal; 2) Pelaksana-an Demonstrasi Pembelajaran dan Observasi; 3) Refleksi; dan 4) Penulisan Laporan untuk Proyek. Dalam tahap lesson study di kelompok ini tidak dilakukan penyusunan persiapan mengajar, karena mereka tinggal menggunakan lesson plan yang ada dalam teacher guide. Mereka tinggal mempersiap-kan bahan-bahan pengajaran yang digunakan yang akan didiskusikan dalam diskusi awal. Pada prinsip tahapan lesson study di Myanmar sama dengan di Indonesia, yakni persiapan mengajar (plan), meng-ajar dan observasi (do), dan refleksi tentang pembe-lajaran (see).

Dengan melakukan lesson study tiga kali da-lam satu semester, guru-guru mulai mampu merea-lisasikan bagaimana mengawali pelajaran, memilih metode mengajar yang tepat, membuat pertanyaan yang memancing siswa berpikir, bagaimana me-nyusun aktivitas belajar siswa dan mengakses pen-capaian/prestasi siswa pada akhir pelajaran. Secara umum mereka dapat mengimplementasikan LCA dalam kelas dan mengaplikasikan pengalaman pembelajaran dan menerima masukan-masukan. Para guru menjadi lebih tertarik pada pengajaran, menjadi guru yang lebih bermutu melalui kritik kekurangannya, dan mereka lebih mampu menyu-sun lesson plan yang lengkap. Para guru di sekolah dasar dapat mengikuti atau menggunakan lesson plan yang ada dalam teacher guide.

Masalah dalam Implementasi Lesson study

Beberapa masalah yang ditemukan dalam implementasi lesson study antar lain:

Kebanyakan guru belum cukup mampu me-mahamai dan memiliki keterampilan dalam me-nyusun research theme dan mengimplementasikan-nya. Mereka menjadi terbiasa untuk menggunakan

Page 55: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 54

teknik LCA/CCA yang dapat meningkatkan keterampilan belajar siswa.

Guru-guru yang menjadi fasilitator dalam sesi refleksi belum dapat mengakomdasi pendapat yang berbeda dari para peserta (observer). Hal ini karena keterampilan fasilitator masih masih lemah. Observer belum mampu melihat poin-poin yang harus didiskusikan dalam releksi berdasarkan hasil observasi.

Guru-guru masih sungkan (reluctant) untuk menyampaikan saran tentang kelemehan yang lainnya. Hal ini karena beberapa guru-guru malu untuk berbicara di depan yang lain takut mereka marah.

MONGOLIA

Mongolia adalah kecil yang terletak di tengah dataran Benua Asia, berbatas dengan China dan Rusia. Jumlah penduduk Mongolia kurang lebih 2.700.000 orang.

Situasi dan Permasalahan dalam Pembelajaran di Kelas

Dalam pembelajaran di kelas metode menga-jar yang digunakan lebih cenderung akademis yang mentransfer pengetahuan secara langsung kepada siswa. Walaupun guru mencoba untuk melaksanakan metode baru dimana siswa mengkonstruksi pengetahuannya, namun rasanya tidak mungkin kalau hanya dengan sekali pelatihan. Demikian juga para pelatih dan pengawas belum memiliki pengalaman yang cukup untuk melakukan lesson study dan diskusi.

Kelas-kelas di Mongolia (khususnya pendi-dikan dasar) umumnya berisi 35-50 siswa. Oleh karena rasanya tidak mungkin jika pembelajaran dilakukan belajar berpasangan siswa berhadapan dengan siswa dan sulit melibatkan semuanya. Isi materi pelajaran terlalu banyak dan berat. Akibatnya waktunya tidak cukup untuk latihan dan ekperimen yang efektif. Juga belum tersedia alat-alat teknis dan bahan-bahan untuk pembelajaran.

Implementasi Lesson study

Menurut Saingbileg dan Delger (2010) sebe-lum ada lesson study, para guru umumnya men-transfer pengetahuan dari satu ke yang lainnya. Guru-guru memang memiliki kemampuan untuk menyampaikan pengetahuan tersebut. Untuk hal seperti itu guru memang cukup baik. Pada kegiatan lesson study yang tradisional hanya bertujuan pada

fokus evaluasi guru dan umumnya teacher-centered.

Saat ini banyak peneliti di Mongolia yang mengacu pada teori konstruktivistik sebagai pandangan/paradigma baru. Menurut pandangan ini konsep/pengetahuan tidak dapat ditransfer secara mudah tetapi harus dibangun sendiri oleh siswa secara individual. Oleh karena itu metode mengajar yang digunakan guru harus berubah. Lesson study di Mongolia sekarang tidak berfokus pada meng-evaluasi guru tetapi pada bagaimana menerapkan metode mengajar mendukung pada kegiatan belajar siswa? mengapa siswa melakukan kesalahan?, juga mempertimbangkan pikiran-pikiran awal siswa.

Selama Tahun 2006-2009 Ministry of Educa-tion, Culture, and Science (MECS) and JICA bekerjasama mengimplementasikan proyek “Teaching Methods towards Improvement of Child Development” dengan tujuan untuk mengintroduksi dan mengimplementasikan metodologi untuk motivasi belajar siswa yang lebih baik. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengorgani-sasian lesson study berdasarkan prinsip didaktik modern. Metodologi baru (modern), aktivitas dan pengalaman guru-guru Jepang, tidak dapat atau tidak mungkin untuk diaplikasikan secara langsung pada sektor pendidikan di Mongolia. Hal ini karena terdapat perbedaan tingkat perkembangan antara Jepang dan Mongolioa dalam hal kebiasaan atau budaya penduduknya, lingkungan sekolah dan fasilitas, keterampilan dan pengetahuan guru, dan situasi dan kondisi kerja. Diperlukan usaha keras untuk memahami sifat-sifat khusus metodologi Jepang yang akan mendukung pengajaran dan pembelajaran.

Para pengembang (dosen dan pelatih guru) melakukan kegiatan lesson study dengan open lesson tradisional, dan tidak dapat melakukan lesson study berdasarkan metode didactik modern secara konstan. Hal ini karena sistem pengelolaan lesson study dengan metode baru tidak dijalankan. Berkaitan dengan teori psikologi, yang mennyarankan bahwa pengetahuan ditransfer dari satu ke yang lain, maka hal yang paling penting adalah “bagaimana guru harus mengajar muridnya? Bagaimana isi pelajaran disampaikan kepada murid?” dan perlu diketahui metode pengajaran di Mongolia masih tradisional. Oleh karena itu pengajaran masih bersifat teacher-centered. Kon-disi seperti ini masih tetap berlangsung.

Pada tingkat administrasi sekolah tidak cukup mengatasi masalah ini. Karena pemahaman para

Page 56: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 55

administratur sekolah kurang, dan hanya berpikir bahwa guru harus melakukannya. Pekerjaan sebagai guru tidak lebih (menguntungkan). Karena alasan-alasan sebagai berikut. Adaministrasi sekolah tidak mendukung guru, dan mereka tidak terlibat dan mengimplementasikannya; metode evaluasi pengajaran guru, pengetahuan dan keterampilannya tidak berubah; Seluruh guru masih menggunakan metode mengajar lama, di sisi lain cara berpikir dan perilaku mereka juga tidak berubah; metode evaluasi pengetahuan dan ke-terampilan murid juga tidak berubah.

Jumlah guru ahli (spesialis) pada tingkat nasional tidak cukup tersedia untuk mengajarkan lesson study. Hal ini karena ahli-ahli pendidikan di MECS yang bekerja untuk proyek “Teaching Methods towards Improvement of Child Development” tidak cukup keras menangani proyek ini dan pemahaman antar mereka sendiri juga berbeda-beda; Kurikulum universitas tentang pedagogis juga tidak sejalan; demikian juga isi dan metode dari pelatihan (INSET) juga tidak sejalan.

Proyek “Teaching Methods towards Im-provement of Child Development” memang telah dilakukan selama 3 tahun yang lalu. Proyek ini ber-fokus pada teaching methods dan lesson study. Proyek ini telah berhasil atau memuaskan. Kini tanggung jawab untuk menjaga implementasi, menyebarluaskan di seluruh daerah dan pengem-bangan lesson study tergantung pada pimpinan de-partemen/dinas pendidikan di daerah serta para ahlinya (trainer). Demikian juga mestinya Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Sains telah memper-baharui salah bagian dari definsi tugas guru, yang artinya lesson study merupakan indicator penting dari tugas mereka, seperti telah dimulai di Provinsi Dornod.

Pada fase kedua, mulai Tahun 2010, Program “Teaching Methods towards Improvement of Child Development” berubah namanya menjadi “Institu-tional Strengthening and Further Improvement and Advocasy os Child-Centered Teaching Methods”. Tujuan utama dari program ini adalah untuk mengembangkan metode baru dalam lesson study yang sesuai dengan karakter khusus Mongolia dan melestarikan menejemen implementasi.

INDONESIA

Indonesia merupakan Negara Asia Tenggara dengan penduduk yang paling besar, yakni hampir mencapai 240 juta jiwa. Dengan penduduk yang besar tentu saja juga memiliki penduduk usia

sekolah yang besar. Untuk pelayanan pendidikan tersebut jumlah guru di Indonesia sudah mencapai 3 juta orang.

Situasi dan Permasalah Pembelajaran Matematika dan Sains di Kelas

Permasalahan pembelajaran matematika dan sains di Indonesia, sebetulnya tidak jauh dari yang dialami oleh negara-negara tetangga di Asia tersebut. Hanya barangkali di Indonesia sudah lebih banyak kemajuan karena banyaknya program dari pemerintah pusat, daerah, lembaga pelatihan guru, maupun perguruan tinggi yang mengitroduksikan berbagai program, pendekatan, atau metode baru yang lebih inovatif, termasuk dalam kaitannya dengan bantuan teknis kerjasama luar negeri, seperti JICA. Menurut Sunawan, Ibrohim, dan Wiharno (2010) secara umum masih banyak ditemui permasalah-permasalahan antara sebagai berikut.

Sebenarnya guru sudah mulai memahami arti pentingnya perubahan pandangan dari teacher-centered ke student-centered, namun masih banyak guru yang mengalami kesulitan dalam praktiknya di dalam kelas, akibat masih banyak guru yang tetap teacher-centered.

Sudah banyak guru yang mencoba menerap-kan berbagai metode atau model-model pembela-jaran yang lebih sesuai untuk pendekatan konstruktivistik dan student-centered, namun umumnya masih terfokus pada penerapan sintaks dari model tersebut, dan belum mampu mengoptimalkan efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran.

Dalam pembelajaran guru masih lebih banyak bertanya kepada siswa, dengan pertanyaan-perta-nyaan what, when, where, dan masih kurang pada pertanyaan why dan how. Fenomena ini mem-pengaruhi kemampuan siswa berpikir.

Guru masih kurang dalam memberikan per-hatian pada pengetahuan awal dan kemampuan berpikir siswa.

Sebagian konsep-konsep sains dan matemati-ka masih disampaikan secara abstrak, kurang terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari (kontektual), akibatnya motivasi belajar siswa cen-derung rendah.

Secara umum kompetensi professional (penguasaan bahan ajar) dan kompetensi pedagogis (kemampuan mengajar) masih terbatas.

Guru belum terbiasa menulis jurnal belajar atau mengajarnya sebagai alat untuk refleksi diri

Page 57: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 56

tentang proses belajar pada siswa dan kemampuan guru membelajarkan siswanya.

Guru merasa terlalu banyak beban mengajar dan tugas lain, sehingga hanya memiliki sedikit waktu membuat persiapan mengajar, memilih metode yang tepat, memperhatikan perbedaan antar siswa, dan memeriksa pekerjaan siswa.

Banyak guru belum mampu menganalisis kurikulum secara tepat dan menemukan konsep-konsep esensial yang harus ditemukan dan dikuasai siswa.

Guru masih banyak yang kesulitan membuat motivasi yang tepat dan sesuai dengan konsep yang dipelajari.

Analisis tentang situasi dan permasalahan pembelajaran di Indonesia oleh tim perwakilan Indonesia dalam kegiatan Dialog Lesson study Asia didasarkan pada pengalaman-pengalaman masing-masing anggota sebagai guru dan kepala sekolah, sebagai widyaiswara di LPMP, dan sebagai dosen sekali gus pendamping kegiatan lesson study dalam program kerjasama JICA. Tentu saja analisis ini sifat masih umum dan di dasarkan pada pengamatan di daerah-daerah terbatas binaan JICA.

Implementasi Lesson study di Indonesia

Seperti diketahui Lesson study pertama kali dikenal pada dosen dan guru pada alkhir Tahun 2004 atau awal 2005 melalui Program IMSTEP (Indonesian Mathematics and Science Teaching Education Project; 2003-2005) fase tindak lanjut (follow up). Kemudian dilanjutkan sebagai kegiatan utama dalam program SISTTEMS (Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science Education at Junior Secondary Level; 2006 -2008), dan saat ini didiseminasikan melalui PELITA (Program for Enhancing Quality of Junior Secondary Enducation; 2009-2012).

Awalnya lesson study dikembangkan untuk memperbaiki kegiatan sejenis, yakni Piloting Pem-belajaran MIPA, yang juga dilakukan oleh program IMSTEP sejak Tahun 2001. Tujuan dari kegiatan lesson study adalah meningkatkan kualitas pembe-lajaran MIPA melalui peningkatan kompetensi guru dalam mepersiapkan dan melasanakan pem-belajaran secara kolaboratif pada tingkat MGMP (teacher cluster) Matematika dan IPA di Kota Ma-lang, Bandung dan Yogyakarta.

Dalam perkembangannya, sejak Tahun 2007 dikenalkan konsep lesson studi berbasis sekolah (Entire School Lesson study) atau LSBS. Sesung-

guhnya kedua cara yang disebutkan di atas hanya suatu cara atau strategi mengimplementasikan les-son study secara perlahan-lahan melalui berbagi in-stitusi atau oragnisasi. Pada intinya lesson study adalah kegiatan di dalam kelas/pembelajaran. Arti-nya, apa yang dipersiapkan guru secara kolaboratif dalam perencanaan pembelajaran diorientasikan pada pelaksanaan pembelajaran yang efektif di da-lam kelas riil, bukan dalam peer teaching atau se-kedar demonstrasi.

Saat ini lesson study di Indonesia telah me-masuki fase-fase perkembangan lanjut yang kedua atau ketiga, yakni lesson study disebarluaskan me-lalui berbagai program pelatihan. Sebutlah ada Program BERMUTU di PMPTK (Better Education through Management and Universal Teacher Up-grading), Program LEDIPSTI (Lesson study Dis-semination Program for Strengthening Teacher Education in Indonesia) yang digagas oleh Dire-torat Ketenagaan DIKTI (2008-2014), Program TEQIP (Teacher Quality Quality Improvement Program) kerjasama Universitas Negeri Malang dengan PT. PERTAMINA, dan ada Program Pe-ningkatan Profesionalisme Pendidik dan Tenaga Kependidikan kerjasama UPI, UM, UNESA de-ngan Sampoerna Foundation - Teacher Institute (SFTI). Seharusnya, yang terpenting setelah di-diseminasikan atau dilatihkan konsep dan keteram-pilannya dilanjutkan dengan penerapan secara rutin dan terus-menerus di sekolah, sampai para guru menjadi berkompeten, professional, dan pembela-jaran di sekolah berlangsung efektif.

PEMBAHASAN DAN DISKUSI

Permasalahan Pembelajaran di Kelas

Berdasarkan uraian tentang permasalahan pembelajaran yang dilaporkan oleh masing-masing perwakilan negara tersebut diketahui bahwa pada dasarnya masalah yang muncul hampir sama, yakni: 1) umumnya guru masih bersifat teacher-centered dalam melaksanakan pengajaran, walapun sudah mulai ada upaya untuk berubah ke student-centered; 2) masalah jumlah siswa dalam satu kelas yang besar dan kurangnya fasilitas laboratorium untuk mendukung pembelajaran; dan 3) kompetensi guru rata-rata masih rendah/kurang dalam penguasaan metode pengajaran, pemanfaatan media dan sumber belajar yang kontekstual.

Page 58: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 57

Temuan-temuan yang dilaporkan oleh para perwakilan negara-negara Asia tersebut cukup beralasan dan dapat dipercaya mengingat perwakilan tersebut berasal dari unsur guru, kepala sekolah, instruktur dari pusat pelatihan guru dan juga dosen perguruan tinggi.

Terkait dengan pengajaran yang masih cen-derung teacher-centered walaupun sudah ada pelatihan dan upaya-upaya lain untuk mendorong digunakannya pendekatan student-centered, dapat dipahami karena umumnya para guru tersebut adalah hasil pendidikan di lembaga pendidikan guru di masa lalu yang juga masih menggunakan sistem pengajaran yang juga teacher-centered. Di dalam pikiran para guru umumnya pengajaran di sekolah adalah suatu proses untuk menyampaikan pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada siswa. Hal ini juga sejalan dengan sistem evaluasi yang juga masih menuntut siswa dapat menjawab pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang konsep pengetahuan yang telah mereka pelajari. Mereka lupa bahwa aspek keterampilan berpikir dan bertindak serta tumbuhnya sikap positif/baik lebih penting. Pengetahuan yang mereka miliki seharusnya menjadi dasar untuk bersikap dan bertindak, dan bukan sekedar untuk menjawab soal saat ujian. Pemahaman yang kurang tepat dan tuntutan evaluasi akhir yang seperti inilah yang mengarahkan guru untuk kembali ke paradigma teacher-centerede tersebut.

Terkait dengan jumlah siswa yang terlalu besar dan kurangnya fasilitas laboratorium meru-pakan faktor yang lebih terkait dengan aspek ekonomi atau kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan. Aspek ini sulit untuk diatasi guru, tetapi pemerintah dan masyarakatlah yang harus mengubah kebijakan dan pandangannya. Namun demikian perlu dicatat, dalam kasus di Indonesia, banyak sekolah yang sesungguhnya memiliki cukup media dan peralatan laboratorium tetapi tidak dimanfaatkan secara optimal oleh guru dalam pembelajaran karena alasan-alasan klasik, yakni merepotkan, tidak menguasai, menyebabkan target kurikulum tidak tercapai, dan tidak ada tuntutan dalam evaluasi akhir atau UN (Ujian Nasional). Jika hal ini dikaitkan dengan standar kompetensi, dapatkah semua kompetensi dalam pembelajaran sains dicapai oleh siswa jika tidak didukung dengan penggunaan media atau peralatan laboratorium yang memadai?

Terkait dengan kompetensi guru dalam pe-nguasaan metode dan media pembelajaran yang masih kurang dapat dikemukan beberapa alasan sebagai berikut. Sebagaimana uraian sebelumnya, dengan perubahan perkembagan zaman, yakni abad teknologi informasi dan globalisasi, maka aliran informasi begitu cepat sehingga tidak sesuai lagi menjadikan guru sebagi satu-satunya sumber informasi. Oleh karena itu pembelajaran yang cocok untuk era saat ini adalah mengikuti paradigma student-centered dan konstruktivisme. Siswa lah yang belajar untuk menemukan dan membangun konsepnya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar, dan kemudian memanfaatkannya sesuai minat, bakat, kebutuhannya. Guru beralih fungsi menjadi fasilitator dan pembimbing dalam kegiatan belajar siswa.

Dengan paradigma dan aliran filososfis yang berbeda, maka melahirkan pendekatan dan metode pembelajaran yang berbeda pula. Menghadapi munculnya berbagai pendekatan dan metode baru ini banyak kalangan guru di negara-negara Asia tersebut yang belum mampu mengakomodasinya. Masih diperlukan waktu agar para guru menyadari perubahan ini dan segera belajar secara mandiri melalui berbagai media komunikasi dan informasi baru yang sangat mudah, yakni internet. Namun juga perlu dicatat, bahwa dukungan fasilitas Information Technologi (IT) ini juga belum ter-sedia secara memadai di negara-negara tersebut.

Terkait dengan masih rendahnya kompetensi guru Darling-Hammond & McLaughlin (1999) berpendapat bahwa salah satu akar permasalahan-nya adalah pendekatan pembinaan guru yang kurang mendukung terciptanya proses belajar guru yang efektif dan bermakna. Selain itu Knapp et al (2003) berpendapat bahwa proses belajar guru selama ini juga kurang mengembangkan kapasitas kepemimpinan guru. Seperti diketahui jumlah pro-gram pelatihan guru di Indonesia sangat banyak dan menelan biaya yang besar, namun demikian dampaknya terhadap peningkatan kompetensi guru dan kualitas pembelajaran masih belum dirasakan secara signifikan.

Implementasi Lesson study dan Permasalahannya

Sebagaimana uraian di atas, implementasi lesson study di Negara-negara Asia peserta dialog umumnnya baru dimulai 1-3 tahun yang lalu, kecu-ali di Indonesia sudah hampir 5 tahun. Oleh karena

Page 59: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 58

itu pengalaman mereka dalam praktik lesson study masih di bawah Indonesia. Mekanisme pengembangannya pun berbeda-beda. Ada yang dimulai dari Teacher College atau perguruan tinggi baru kemudian ke sekolah (Myanmar), dari teacher training centre (di Kamboja), dari sekolah dengan melibatkan perguruan tinggi (Laos dan Mongolia). Sementara di Indonesia pengembangan lesson study dimulai dari sekolah dan perguruan tinggi secara bersamaan. Artinya pada masa pengembangan lesson study di MGMP para dosen menjadi pendamping sekaligus belajar melaksana-kan tahapan lesson study (Kasus di Malang, Bandung, dan Yogyakarta, 2004-2006).

Berdasarkan informasi laporan tulis dan lisan dari para perwakilan dalam dialog dapat ditangkap bahwa tidak semua unsur pendidikan memberikan dukungan yang cukup terhadap pengembangan dan implementasi lesson study. Tantangan dan hambatan yang dialami antara lain: 1) umumnya para administratur di sekolah dan dinas pendidikan kurang mendukung karena pemahaman yang ku-rang tentang program tersebut (Mongolia); 2) kurangnya dukungan laboratorium dalam pembelajaran sains (Kamboja); dan 3) kemampuan guru yang masih rendah dalam menyusun research

theme, dan unsur budaya malu dalam menyampaikan komentar (Myanmar dan Mongolia).

Hal lain yang mengemuka dalam diskusi adalah masalah kekhawatiran akan ketidak-berlan-jutan dan penyebarluasan kegiatan lesson study. Menurut perwakilan beberapa negara hal tersebut sangat bergantung pada departemen/dinas pendidikan dan para trainer atau tenaga ahlinya. Tentu saja unsur guru yang berkepentingan untuk meningkatkan kompetesinya juga menjadi kunci penting dalam implementasi lesson study.

PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lesson study telah banyak diterapkan sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran di Negara-negara Asia, khususnya Negara yang mendapatkan bantuan teknis dari JICA. Strategi pengembangan dan implementasi-nya berbeda-beda, ada yang dimulai dari perguruan tinggi, lembaga pelatihan, atau dari sekolah, dan ada juga yang secara bersamaan antara sekolah dan perguruan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Ade Sunawan, Wiharno, Ibrohim. 2010. Job Report of Indonesia on Training and Dialogue Lesson study Asia Program JFY 2010 in JICA Hi-roshima International Centre - Japan (Bahan Pre-sentasi).

Bouakhay, Souphaone & Sithichack, Douangsamone, 2010. Report on Teaching Mathematics of Lao PDR on Training and Dialogue Lesson study Asia Program JFY 2010 in JICA Hiroshima In-ternational Centre - Japan (Bahan Presentasi).

Darling-Hammond, L. & McLaghlin, M. 1999. Investing in Teaching as Learning Profession: Policy Prob-lems and Prospect. In Linda Darling-Hammond & Gary Sykes (Eds): Teaching as Learning Pro-fession. Handbook of Policy and Practice. San Francisco Jossey-Bass.

JICA. 2010. General Ingormation of Training and Dia-logue Programs on Improvement of Quality of Education through Lesson study in Asia JFY 2010.

Knapp, M., Copland, M., Ford., B., Markholt, A., McLaughlin, M., Milliken, M., & Talbert, J. (2003). Leading for learning: Sourcebook. Con-cepts and Examples. Center for the Study of Teaching and Policy. University of Washington

MoEYS and JICA, 2008. Science Teacher Education Project (STEPSAM 2).

Nant Malar Than & Hlaing Thet Htar, 2010. Job Report of Myanmar on Training and Dialogue Lesson study Asia Program JFY 2010 in JICA Hi-roshima International Centre - Japan (Bahan Pre-sentasi).

Shagdarsuren, Saingbileg & Tsogzolmaa, Delger. 2010. Job Report of Mongolia on Training and Dia-logue Lesson study Asia Program JFY 2010 in JICA Hiroshima International Centre - Japan (Bahan Presentasi).

UNICEF & SIDA, 2009. 2005-09 Education Indicators; Ministry of Education, Youth & Sports, Kingdon of Cambodia.

Veasna, Thean, 2010. Job Report of Cambodia on Train-ing and Dialogue Lesson study Asia Program JFY 2010 in JICA Hiroshima International Cen-tre - Japan (Bahan Presentasi).

Page 60: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 59

PERANAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN LIFE SKILLS SISWA

Indarijanti

SMP N egeri 2 Winongan

Abstrak: Proses pembelajaran di dalam kelas, pada dasarnya dimaksudkan untuk membantu siswa bertahan hidup atau bahkan mewarnai kehidupan. Karena itu pembelajaran di sekolah tidak hanya sekedar mengenal, mengingat atau memahami ilmu pengetahuan. Mereka harus mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya untuk bekal mereka dalam mengenali dan mengatasi masalah kehidupan atau bahkan dalam menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Kecakapan untuk bisa bertahan hidup atau bahkan mewarnai kehidupan ini dikenal dengan istilah Life Skills atau Kecakapan Hidup. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kecakapan hidup siswa dengan mengikuti kegiatan Lesson Study (Studi Pembelajaran). Berdasarkan hasil angket yang diisi para guru peserta MGMP Lesson Study mata pelajaran IPA Home Base Gondangwetan Kabupaten Pasuruan sebanyak 17 orang dapat disimpulkan bahwa Lesson Study dapat meningkatkan kecakapan personal, kecakapan sosial dan kecakapan akademik siswa melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa yang diharapkan dapat membentuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi (kritis dan analitis ) dan kreatif yang ke depan diharapkan menjadi manusia-manusia berhasil dalam kehidupannya. Adapun beberapa upaya yang dilakukan guru untuk mengembangkan kecakapan hidup teresebut adalah dengan membiasakan siswa untuk kerja kelompok dalam memecahkan masalah, berdiskusi, melakukan presentasi, menemukan konsep melalui eksperimen, pemberian poin pada aktivitas siswa saat pembelajaran di kelas. membiasakan siswa untuk disiplin dan guru memberi contoh dalam bentuk perilaku positif yang dapat memotivasi siswa untuk mengembangkan kecakapan personal, kecakapan sosial dan kecakapan akademik.

Kata kunci: lesson study, life skills siswa

Sekolah merupakan lembaga pendidikan for-mal yang bertugas dan bertanggung jawab dalam mengembangkan potensi siswa secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan. Untuk mengembangkan potensi tersebut dapat dilakukan melalui proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku demi ter-capainya tujuan pendidikan yang diharapkan.

Pembelajaran di dalam kelas, pada dasarnya dimaksudkan untuk membantu siswa bertahan hi-dup atau bahkan mewarnai kehidupan. Karena itu pembelajaran di sekolah tidak hanya sekedar me-ngenal, mengingat atau memahami ilmu pengeta-huan. Mereka harus mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya untuk bekal mere-ka dalam mengenali dan mengatasi masalah kehi-dupan atau bahkan dalam menciptakan sesuatu

yang bermanfaat bagi kehidupan. Kecakapan untuk bisa bertahan hidup atau bahkan mewarnai kehi-dupan ini dikenal dengan istilah Life Skills atau Kecakapan Hidup. Kecakapan hidup dimasukkan dalam pendidikan dasar dan menengah, baik formal maupun non formal sebagaimana ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan pasal 13. (Sumber: Modul Pelatihan Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2, DBE 3)

Tujuan pendidikan kecakapan hidup menurut Depdiknas adalah memberdayakan anak muda (re-maja) untuk mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang diperlukan untuk bertahan hidup dalam semua lingkungan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada dalam rangka mening-katkan kualitas hidup mereka. (Sumber: Modul

Page 61: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 60

Pelatihan Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2, DBE 3)

Menurut PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19: proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselengga-rakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk ber-partisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cu-kup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian se-suai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik (Hendayana dkk, 2007). Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut diharapkan guru dapat meningkatkan proses dan kualitas belajar siswa. Untuk menciptakan proses pembelajaran bermutu yang diharapkan dalam peraturan tersebut, diperlukan guru yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pembelajaran bermutu (guru yang berkualitas). Proses pembela-jaran di kelas hendaknya berpihak pada siswa, yang memperhatikan karakteristik siswa (student center). Dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa diharapkan dapat membentuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi (kritis dan ana-litis) dan kreatif yang ke depan diharapkan menjadi manusia-manusia berhasil dalam kehidupannya (Syamsuri dan Ibrohim, 2008).

Sejauh ini mutu pendidikan di Indonesia lebih banyak diukur dari hasil bukan dari proses, meski-pun landasan yuridis formal Kurikulum (KTSP) menekankan pentingnya proses, bukan hanya hasil. Kurikulum mementingkan evaluasi berbasis kelas tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Jika dalam pembelajaran di sekolah lebih ditekankan pada hasil akhir dan bukan proses, akibatnya hasil bela-jar siswa tidak membekas.

Jadi selama ini sistem pendidikan dan pem-belajaran di sekolah telah salah orientasi. Tidak he-ran kalau mutu pendidikan di Indonesia masih ren-dah. Jumlah lulusan banyak, jumlah pengangguran juga terus bertambah. Sarjana Pertanian banyak tetapi mengapa Indonesia masih mengimpior beras? Sarjana Hukum banyak tetapi mengapa belum dapat meningkatkan kesadaran hukum pada masyarakat? Pertanyaan serupa juga dapat diaju-kan kepada sarjana lain yang lebih mengutamakan bekerja dibalik meja, tidak mau menganalisis permasalahan masyarakat tetapi justru larut sebagai masalah itu sendiri (Syamsuri dan Ibrohim, 2008).

Berdasarkan uraian di atas terkesan bahwa saat ini pendidikan telah berhasil meluluskan siswa/ mahasiswa namun gagal membentuk mereka seba-gai insan kreatif. Untuk itu secara perlahan sistem

pendidikan harus mencoba membuat anak-anak didik kreatif sejak dini melalui proses pembelajaran di kelas dalam suasana saling membelajarkan untuk maju bersama-sama (Syamsuri dan Ibrohim, 2008). Oleh sebab itu guru perlu menerapkan tehnik-tehnik mengajar yang dapat melatih ketrampilan berpikir kritis dan kreatif siswa agar dapat memberi bekal pada siswa untuk belajar memecahkan per-masalahan kehidupannya kelak dan dapat mengem-bangkan kecakapan hidup (life skills) siswa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan ke-mampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang dapat melatih ketrampilan berpikir kritis dan kreatif siswa dan dapat mengembangkan kecakap-an hidup (life skills) siswa.adalah dengan mengikuti kegiatan Lesson Study (Studi Pembelajaran).

Pelaksanaan MGMP Lesson Study (Study Pembelajaran) untuk bidang studi IPA di Kabupa-ten Pasuruan telah memasuki semester sembilan. Melalui Study Pembelajaran tersebut guru-guru bi-dang studi matematika dan IPA dapat menerapkan berbagai pendekatan, model dan metode pembela-jaran yang berorientasi pada siswa aktif, kreatif, dan saling membelajarkan (collaborative learning). Ketrampilan yang diperoleh saat mengikuti MGMP Lesson Study (Study Pembelajaran ) dapat dicoba dan dikaji di kelas nyata yaitu di kelasnya sendiri. Guru tidak hanya menonton melainkan dilatih mencatat data, menganalisis dan dan mencari jalan keluar sesuai dengan situasi dan kondisi nyata di sekolah masing-masing. Dengan demikian telah banyak kemajuan dan dampak Lesson Study (Studi Pembelajaran) terhadap kompetensi dan kualitas proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut di atas penulis ingin mengungkapkan apakah Les-son Study (Studi Pembelajaran) dapat meningkat-kan kecakapan hidup (life skills ) siswa di Home Base Gondangwetan Kabupaten Pasuruan.

KAJIAN PUSTAKA

Kecakapan Hidup ( Life Skills )

Kecakapan hidup adalah kecakapan yang me-mungkinkan orang dapat secara positif dan adaptif menguasai situasi dan tuntutan hidup sehari-hari, seperti berpikir kreatuf dan kritis, mengambil kepu-tusan yang tepat, memecahkan masalah dan ber-sikap tanggung jawab (Sumber: Depdiknas). Di In-donesia pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa anak muda perlu 1) learn to know, 2) learn to do, 3) learn to live, dan 4) learn

Page 62: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 61

to be. Oleh karena itu kecakapan hidup terbagi atas 4 kategori yaitu: 1. Kecakapan hidup akademik (know) 2. Kecakapam hidup personal (do) 3. Kecakapam hidup sosial (be) 4. Kecakapan hidup vokasional (live with others)

Dalam sistem pendidikan di Indonesia keca-

kapan hidup tersebut mencakup kompetensi seperti yang tertera di bawah ini:

Kecakapan Personal

Kecakapan Akademik

Kecakapan Sosial

Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Berakhlak mulia Percaya kepada

diri sendiri Kecakapan be-

lajar mandiri Berpikir ra-

sional Menghargai diri

sendiri Mencerminkan

harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan

Optimalisasi po-tensi diri

Menguasai pen-getahuan

Menggunakan kecakapan ilmiah

Bersikap ilmiah Berpikir ilmiah Berpikir strate-

gis Kecakapan be-

lajar sepanjang hayat

Kecakapan ber-komunikasi

Berpikir kritis, kreatif dan mandiri

Mengambil keputusan

Memecahkan masalah

Kecakapan me-neliti dan mengeksplorasi

Kemampuan menggunakan teknologi

Bekerja dalam kelompok

Menunjukkan tanggung jawab sosial

Bertanggung jawab

Mengendalikan emosi

Berinteraksi dengan masyarakat

Berpartisipai dalam budaya lokal dan global

Mengembang-kan potensi fisik

Bersikap sportif Disiplin Kerja sama Hidup sehat

(Sumber: Modul Pelatihan Pengajaran Profesional Dan Pembelajaran Bermakna 1, DBE 3)

Adapun manfaat dari masing-masing keca-kapan hidup tersebut adalah sebagai berikut.

Kecakapan Personal

Kecakapan personal sangat penting untuk membantu membangun harga diri yang tinggi, akhlak mulia, dan penghargaan serta kasih sayang kepada orang lain dalam masyarakat. Mereka yang kecakapan personalnya tidak berkembang ternyata tidak menghargai perasaan orang lain, merendahkan orang yang kurang beruntung, menderita pelecehan fisik atau kata-kata dan kehilangan kesempatan karena rendahnya harga diri, menunjukkan perilaku yang tidak bermoral, tidak sopan atau melanggar hukum Negara.

Kecakapan Akademik

Kecakapan akademik membantu anak untuk menjadi siswa yang efektif dan untuk mengembangkan kecakapan yang diperlukan untuk sukses dalam pendidikan yang lebih tinggi dan lingkungan profesional seperti kecakapan meneliti, memecahkan masalah dan teknologi. Kecakapan akademik berguna untuk membantu anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, untuk mengambil keputusan yang tepat, untuk menerapkan kecakapan meneliti dan untuk menyerap pengatahuan baru dengan cepat. Orang yang kurang memiliki kecakapan akademik mengalami drop out sekolah, yang ternyata berkaitan dengan perilaku kriminal, kehamilan sebelum nikah, pengangguran dan kemiskinan (Sumber: Modul Pelatihan Pengajaran Profesional Dan Pembelajaran Bermakna 2, DBE 3).

Kecakapan Sosial

Kecakapan sosial yang dimiliki seorang anak bermanfaat dalam hal : 1. Ketahanan dalam menghadapi krisis pada masa

yang akan datang dan peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress

2. Kemampuan untuk jalan keluar yang aman dan tepat untuk mengatasi sikap agresi dan frustasi

3. Bertanggung jawab terhadap keselamatan sekolah, keberhasilan akademik dan perilaku positif Siswa yang kurang memiliki kecakapan sosial

akan: 1. Menghadapi kesulitan dalam hubungan

interpersonal dengan orang tua, guru dan teman sebaya

2. Mengalami penolakan yang tinggi dari teman sebaya

3. Penolakan oleh teman sebaya ada kaitannya dengan kekerasan di sekolah

4. Menunjukkan tanda-tanda depresi, agresi dan kecemasan

5. Memiliki prestasi akademik yang rendah 6. Sering terlibat dengan tindakan kriminal sesu-

dah menjadi orang dewasa (Sumber: Modul Pelatihan Pengajaran Profesional Dan pembe-lajaran Bermakna 2, DBE 3) Keberhasilan pengembangan kecakapan

hidup ini tergantung pada sejauh mana anak dapat melihat orang-orang yang memberi contoh tentang sifat-sifat tersebut dan lingkungan yang nyaman yang diberikan kepada anak untuk berlatih meng-

Page 63: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 62

gunakan kecakapan ini seperti di keluarga atau di kelas. Siswa yang memiliki kecakapan hidup memberi manfaat bagi individu, masyarakat dan pemerintah daerah. Manfaat tersebut adalah: 1. Bagi individu:

Memiliki kecakapan, pengetahuan dan pe-mahaman untuk bekerja di perusahaan atau menjadi wirausahawan

Memiliki kemampuan untuk secara suk-ses mendukung diri mereka sendiri dan keluarga mereka

Memiliki kesempatan untuk mengem-bangkan kecakapan mereka lebih lanjut.

2. Bagi masyarakat:

Mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru dalam masyrakat

Mengurang kemiskinan Mengurangi kesenjangan social

3. Bagi pemerintah daerah: Mampu meningkatkan kualitas sumber

daya manusia Dapat menumbuhkan ekonomi daerah dan

potensi pemasukan pajak Mengurangi urbanisasi (Sumber: Modul

Pelatihan Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2, DBE 3)

PERANAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN LIFE SKILLS (KECAKAPAN HIDUP) SISWA

Salah satu prinsip yang perlu diperhatikan gu-ru dalam mengembangkan komunitas belajar di ke-las adalah guru hendaknya berupaya agar siswa belajar secara aktif dan kreatf serta berani mengko-munikasikan pendapatnya. Proses pembelajaran hendaknya mendorong siswa melakukan kegiatan fisik dan mental serta berlatih mengembangkan ke-terampilan berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah yang dimaksud adalah berlatih menemukan masalah, menyusun hipotesis, dugaan atau opini dari masa-lah yang muncul, melakukan pengujian-pengujian, menyajikan data hasil pengujian (percobaan dalam bentuk tabel grafik atau narasi deskriptif dan akhirnya berlatih menarik kesimpulan. Ini artinya siswa dilatih untuk memecahkan permasalahan secara aktif dan kreatif (Syamsuri dan Ibrohim, 2008). Melalui proses pembelajaran tersebut diha-rapkan dapat meningkatkan Life Skills atau Keca-kapan Hidup siswa. Untuk itu guru-guru perlu me-

ningkatkan kompetensinya melalui kegiatan Lesson Study (Studi Pembelajaran) berbasis MGMP yang dilakukan di masing-masing Home Base di Kabupaten Pasuruan setiap dua minggu sekali. Hal ini sesuai dengan pendapat Lewis (2002) dalam Syamsuri dkk. (2008) tentang manfaat Lesson Study (Studi Pembelajaran) sebagai berikut:

Meningkatkan keprofesionalan guru, sebab dengan Studi Pembelajaran guru melakukan: peng-kajian kurikulum, merumuskan tujuan pembelajar-an, menentukan metode pembelajaran yang sesuai dan menentukan media. Selain itu guru melakukan penelitian/pengkajian terhadap proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran serta meng-analisis dan melakukan refleksi.

Meningkatkan mutu pembelajaran di kelas karena: guru mengembangkan Studi Pembelajaran berdasarkan “sharing” dan berkolaborasi dengan guru lain, melakukan penelitian dengan mengkaji pembelajaran, berdasarkan pada kelas nyata dan memfokuskan pada belajar siswa.

Menurut Susilo (2005) Lesson Study mentar-

getkan pencapaian berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar yang disebut kebiasaan berpikir dan bersikap. Kebiasaan berpi-kir dan bersikap yang dikembangkan selama berta-hun-tahun di Jepang berupa ketekunan, kerjasama, tanggung jawab, dan kemauan untuk bekerja keras. Agar dapat mengembangkan hal terebut guru perlu bekerja sama sebagai suatu tim untuk memberikan lingkungan belajar yang koheren dan konsisten.

Mengapa guru-guru perlu mengembangkan life skills (kecakapan hidup) siswa? Berdasarkan uraian di atas life skills (kecakapan hidup) sangat berperanan dalam memberi bekal pada siswa untuk mengenal dan mengatasi masalah kehidupan. Sis-wa yang memiliki kecakapan hidup yang baik diha-rapkan menjadi pribadi yang mandiri, ulet dan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupan-nya.

Kecakapan hidup dapat diperoleh melalui be-lajar. Salah satu bentuk mengembangkan kecakap-an hidup di sekolah adalah melalui pembelajaran kontekstual pada berbagai mata pelajaran di seko-lah. Melalui pembelajaran kontesktual diharapkan kecakapan akademik, kecakapan personal dan kecakapan sosial siswa dapat berkembang. Guru dapat menciptakan lingkungan belajar bagi siswa dengan menerapkan model-model pembelajaran yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain secara

Page 64: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 63

aktif Guru dapat menerapkan kegiatan pembelajar-an kooperatif yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan, membangun, dan berlatih meng-gunakan kecakapan personal dan sosial berulang-ulang. Hal tersebut dapat dilakukan oleh guru dengan mengikuti kegiatan MGMP Lesson Study yang nantinya merupakan bekal bagi guru untuk diterapkan di kelasnya masing-masing.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dimana data yang diperoleh kemudian diinterpretasikan tanpa adanya pengujian hipotesa.

Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan metode angket yang diisi oleh para guru peserta MGMP Lesson Study mata pelajaran IPA Home Base Gondang-wetan Kabupaten Pasuruan sebanyak 17 orang

Tempat dan Subjek Penelitian

Untuk mengetahui peranan Lesson Study dalam meningkatkan life skills (kecakapan hidup) siswa disebarkan angket pada para guru peserta MGMP Lesson Study mata pelajaran IPA Home Base Gondangwetan Kabupaten Pasuruan.

Subjek penelitian adalah para guru peserta MGMP Lesson Study mata pelajaran IPA Home Base Gondangwetan Kabupaten Pasuruan.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa hasil angket yang yang diisi oleh para guru peserta MGMP Lesson Study mata pelajaran IPA Home Base Gondang-wetan Kabupaten Pasuruan sebanyak 17 orang.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil angket yang telah diisi para guru peserta MGMP Lesson Study mata pelajaran IPA Home Base Gondangwetan diperoleh data bahwa kegiatan Lesson Study dapat menngkatkan kecakapan personal, kecakapan akademik dan kecakapan sosial siswa.

Adapun kecakapan personal yang bisa di-kembangkan saat pembelajaran di kelas melalui kegiatan Lesson Study adalah sebagai berikut:

No. Kecakapan Personal Hasil angket 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Berakhlak mulia Percaya diri Kecakapan belajar mandiri Berpikir rasional Menghargai diri sendiri Optimalisasi potensi diri

35,3 % 64,7 % 35,3 % 47,1 % 23,5 % 58,8 %

Kecakapan sosial yang bisa dikembangkan

saat pembelajaran di kelas melalui kegiatan Lesson Study adalah sebagai berikut:

No. Kecakapan Sosial Hasil angket

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Bekerja dalam kelompok Menunjukkan tanggung jawab sosial Bertanggung jawab Mengendalikan emosi Berinteraksi dengan masyarakat Bersikap sportif Disiplin Kerja sama Hidup sehat

76,5 % 29,4 % 41,2 % 41,2 % 23,5 % 41,2 % 29,4 % 52,9 % 11,8 %

Kecakapan akademik yang bisa dikembang-

kan saat pembelajaran di kelas melalui kegiatan Lesson Study adalah sebagai berikut:

No. Kecakapan akademik Hasil

angket 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Menguasai pengetahuan Bersikap ilmiah Berpikir kritis, kreatif dan mandiri Mengambil keputusan Memecahkan masalah Kecakapan berkomunikasi Kemampuan menggunakan teknologi

47,1 % 64,7 % 76,5 % 35,5 % 47,1 % 47,1 % 23,5 %

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bah-

wa kegiatan MGMP Lesson Study dapat mening-katkan kecakapan personal, kecakapan sosial dan kecakapan akademik siswa. Percaya diri merupa-kan kecakapan personal yang menduduki prosen-tase tertinggi yaitu 64,7%, sedangkan bekerja dalam kelompok merupakan kecakapan sosial yang meduduki prosentase tertinggi yaitu 76,5% dan berpikir kritis, kreatif dan mandiri merupakan keca-kapan akademik yang menduduki prosentase tertinggi yaitu 76,5%.

Adapun upaya yang dilakukan guru untuk mengembangkan kecakapan personal, kecakapan sosial dan kecakapan akademik siswa adalah seba-gai berikut : 1. Membiasakan siswa untuk kerja kelompok

dalam memecahkan masalah saat pembelajaran di kelas.

Page 65: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 64

2. Membiasakan siswa untuk mengungkapkan pendapatnya melalui kegiatan diskusi

3. Melatih siswa untuk mengungkapkan hasil kerja kelompok melalui kegiatan presentasi.

4. Membiasakan siswa untuk menemukan sesuatu konsep melalui kegiatan eksperimen.

5. Menggunakan sistem poin, dimana semua akti-vitas siswa saat pembelajaran diberi poin.

6. Membiasakan siswa bersikap disiplin saat me-ngikuti pelajaran maupun pada saat mengum-pulkan laporan kegiatan.

7. Memberi contoh dalam bentuk perilaku sehari-hari agar siswa terbiasa bersikap disiplin, sportif dan dapat bekerja sama dengan teman satu kelompok.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil angket yang telah diisi oleh para guru peserta MGMP Lesson Study mata pela-

jaran IPA Home Base Gondangwetan dapat disim-pulkan bahwa:

Kegiatan MGMP Lesson Study dapat mening-katkan kecakapan personal, kecakapan sosial dan kecakapan akademik siswa.

Lesson Study (Studi Pembelajaran) mening-katkan wawasan guru tentang metode pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kecakapan per-sonal, kecakapan sosial dan kecakapan akademik siswa.

Para guru hendaknya mengimplementasikan berbagai metode pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kecakapan personal, kecakapan so-sial dan kecakapan akademik siswa.

Para guru hendaknya memberi contoh dalam bentuk perilaku sehari-hari yang dapat memotivasi siswa untuk terbiasa bersikap disiplin, sportif dan bertanggung jawab sehingga dapat meningkatkan kecakapan personal, kecakapan sosial dan kecaka-pan akademik siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Hendayana, S., D. Suryadi, M.A. Karim, Sukirman, Ariswan, Sutopo, Asep Sutiman, Santoso, Harun Imansyah, Paidi, Ibrohim, Siti Sriyati, Anna Permanasari, Hikmat, Nurjanah, Ridwan Joharmawan. 2007. Lesson Study: Strategi Untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik ( Pengalaman IMSTEP – JICA). Bandung : UPI Press.

Syamsuri, Istamar & Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran): Model Pembinaan Pendidik secara Kolaboratif dan Berkelanjutan; dipetik dari Program SISTTEMS – JICA di Kabupaten Pasuruan – Jawa Timur 2006-2008). FMIPA Universitas negeri Malang.

Susilo, Herawati. 2005. Lesson Study: Apa dan Mengapa. Makalah disampaikan pada Seminar dan Workshop Lesson Study dalam Rangka Persiapan Workshop Kolaborasi FMIPA-MGMPMIPA SMP dan SMA Kota Malang. Universitas Negeri Malang 21 Juni 2005.

Tim DBE 3. 2007. Modul Pelatihan Pengajaran Profe-sional dan Pembelajaran Bermakna 1. DBE 3

Tim DBE 3. 2009. Modul Pelatihan Pengajaran Profe-sional dan Pembelajaran Bermakna 2. DBE 3

Page 66: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 65

PENERAPAN LESSON STUDY DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DEVISION) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS VII B SMPN 2 WONOREJO

Izatul Laela

SMPN 2 Wonorejo, desa Wonosari, Email: [email protected]

Abstrak: Secara umum proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Wonorejo Kabupaten Pasuruan belum berlangsung secara baik, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang motivasinya rendah sehingga hasil belajarnya juga rendah. Untuk memperbaiki pembelajarannya maka guru mengikuti Lesson Study (LS) berbasis MGMP di Home Base Kejayan. Pada kegiatan LS guru secara kolaborasi merencakan RPP dan merancang model pembelajaranyang akan diterapkan secara bersama. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII B di SMP Negeri 2 Wonorejo Kabupaten Pasuruan. Subyek penelitian siswa kelas VII B berjumlah 36 siswa. Hasil penelitian menunjukkan motivasi siswa meningkat sebesar 7,68% sedangkan hasil belajarnya meningkat sebesar 10,7. Ketuntasan belajar meningkat dari 55,6% menjadi 96,5%.

Kata kunci: Lesson Study, pembelajaran kooperatif STAD, motivasi, hasil belajar

Masalah yang terjadi di SMP Negeri 2 Wono-rejo Kabupaten Pasuruan adalah proses belajar mengajar yang belum berlangsung secara baik, diantaranya adalah pada umumnya para guru masih menggunakan metode konvensional dengan porsi yang masih terlalu banyak. Hal ini mengakibatkan pengalaman belajar mengajar siswa sangat terbatas karena umumnya siswa belajar secara individual tanpa ada interaksi atau berdiskusi dengan teman-nya. Dampak berikutnya adalah rendahnya motiva-si dan hasil belajar siswa. Berbekal pengalaman mengikuti kegiatan Lesson Study dan melihat kondisi proses belajar mengajar yang belum baik tersebut, guru mencoba menerapkan hasil-hasil selama mengikuti kegiatan Lesson Study berbasis MGMP dari Home Base Kejayan melalui pembela-jaran kooperatif model STAD (Student Teams Achievement Devision).

Pembelajaran kooperatif model STAD menjadi pilihan untuk mengatasi masalah yang terjadi di kelas VII B, SMP Negeri 2 Wonorejo. STAD memiliki banyak kelebihan yaitu dapat

meningkatkan motivasi belajar dan dapat memper-baiki interaksi antara siswa yang mengalami kesu-litan belajar dengan siswa yang tidak mengalami kesulitan belajar. Dalam pembelajaran kooperatif ini, siswa bertanggung jawab atas keberhasilan be-lajar dalam kelompok. Menurut Johnson dalam Lie (2002) menunjukkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif akan menghasilkan siswa dengan presta-si belajar yang lebih tinggi, hubungan yang positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripa-da pembelajaran yang sifatnya individual menjadi-kan suasana belajar penuh persaingan dan memi-sah-misahkan siswa.

Model pembelajaran STAD dipandang sebagai model pembelajaran yang sederhana dapat diterapkan diberbagai tingkatan. Model pebelajaran STAD siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri dari 4 atau 5 anggota kelompok. Setiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kela-min, ras, etnik maupun kemampuannya (Nurhadi, 2003).

Page 67: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 66

Deskripsi mengenai langkah-langkah metode STAD terdiri dari: 1) penyajian kelas, (2) belajar kelompok, (3) tes atau kuis, (4) skor peningkatan individu, dan (5) penghargaan kelompok. Guru menyajikan materi di depan kelas secara klasikal yang difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang akan dibahas saja. Selanjutnya siswa diminta belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Setelah belajar kelompok selesai diadakan tes atau kuis dengan tujuan untuk mengetahui atau mengukur kemam-puan belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Skor peningkatan individu dapat dilaku-kan untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yang dapat dicapai jika siswa bekerja keras dan memperlihatkan hasil yang baik dibandingkan de-ngan hasil sebelumnya. Penghargaan kelompok ini diberikan dalam bentuk hadiah berupa tepuk ta-ngan atau pujian sebagai penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Hal ini akan memotivasi siswa atau kelompok lain yang belum memperoleh predikat terbaik untuk be-lajar lebih giat dan meningkatkan kerjasama dalam kelompoknya. Guru juga mendeteksi kesalahan konsep pada siswa dari hasil tes yang diberikan.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualita-tif ini dilakukan dengan alasan bahwa dalam me-mecahkan masalah memanfaatkan suatu tindakan nyata kepada subyek penelitian dengan menguta-makan makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif model STAD.

Jenis penelitian ini adalah menggabungkan antara Lesson Study dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian merupakan suatu upaya mem-perbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dalam membelajarkan siswa. Tahapan Lesson Study adalah Plan, Do, See yang akan digabungkan dengan PTK. Prosedur pelaksanaan PTK terdiri dari 4 tahap dari tiap siklus. Keempat tahap tersebut meliputi perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observa-tion) dan refleksi (reflection). Perencanaan tin-dakan dilaksanakan saat plan, pelaksanaan tindakan dan observasi dilaksanakan pada saat do dan refleksi dilaksanakan pada saat see (refleksi dilakukan setiap akhir pembelajaran).

Subyek penelitian adalah siswa kelas VII B semester genap tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 36 siswa. Pemilihan subyek penelitian ini didasarkan pada kenyataan siswa kelas VII B mempunyai motivasi belajar yang rendah sehingga hasil belajarnya juga rendah. Di samping itu guru belum pernah melaksanakan pembelajaran koope-ratif model STAD di kelas ini sebelumnya. Jika pembelajaran kooperatif model STAD ini dikenalkan pada siswa kelas VII maka diharapkan guru dan siswa menjadi terbiasa dengan pembelajaran kooperatif model STAD.

Data penelitian berupa motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VII B. Data motivasi diperoleh dari observasi motivasi yang dilaksanakan pada saat pembelajaran dan angket motivasi yang dibagikan pada siswa pada akhir siklus. Hasil belajar didapatkan melaui tes tulis di akhir siklus. Kriteria tuntas belajar jika siswa memiliki nilai minimal 60 (berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal atau KKM mata pelajaran IPA kelas VII SMPN 2 Wonorejo Kabupaten Pasuruan tahun pelajaran 2009/2010). Sedangkan kelas dikatakan tuntas belajar bila 75% siswanya tuntas belajar (sesuai kesepakatan ketuntasan belajar kelas di SMPN 2 WonorejoKabupaten Pasuruan). Hasil belajar siswa dikatakan baik jika siswa telah menunjukkan adanya peningkatan hasil proses belajar dari siklus I ke siklus II. Selain itu juga ada catatan lapangan selama proses pembelajaran berlangsung.

Teknik analisis data hasil catatan lapangan selama proses pembelajaran adalah secara des-kriptif. Tekniuk analisis terdiri dari tiga kegiatan yaitu: (1) mereduksi data, (2) penyajian data berupa narasi, dan (3) penarikan kesimpulan. Ketekunan pengamatan dilakukan dengan pengamatan yang teliti, rinci dan terus menerus selama proses pembelajaran berlangsung. Pengecekan teman sejawat dilakukan dalam bentuk diskusi mengenai proses dan hasil penelitian dengan harapan untuk memperoleh masukan baik dari segi metodologi maupun pelaksanaan tindakan (pada saat refleksi di akhir pembelajaran).

HASIL

Siklus I

Pada siklus I dilaksanakan beberapa tahapan tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam siklus I terdiri dari perencanaan tindakan (plan), pelak-

Page 68: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 67

sanaan tindakan dan observasi (do), refleksi (see). Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah guru bersama teman sejawat yang tergabung dalam kelompok musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) Biologi di Home Base Kejayan Kabupa-ten Pasuruan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kegiatan siswa, dan soal tes, membentuk kelompok belajar yang heterogen dari segi kemampuan dan jenis kelamin, menyiapkan alat-alat mengajar yang digunakan untuk pembelajaran sesuai dengan RPP dan LKS yang sudah dibuat. Pembagian tugas dilakukan antara guru sekaligus sebagai peneliti dan observer (teman sejawat). Pelaksanaan tindakan pada siklus I terba-gi menjadi 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 3 Nopember 2009. Pertemuan pertama berlangsung selama 2 kali 40 menit. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Nopember 2009 dengan alokasi waktu yang sama dengan pertemuan pertama yaitu 2 kali 40 menit. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa, 17 Nopember 2009 dengan alokasi waktu yang sama yaitu 2 kali 40 menit. Pada pertemuan yang ketiga inilah diadakan tes akhir siklus I. Tes dilakukan dengan membagi siswa menjadi dua tahap, hal ini dilakukan karena tempat duduk yang agak rapat sehingga mengurangi kemungkinan siswa untuk menyontek jawaban milik temannya.

Observasi terhadap motivasi siswa dila-kukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observer ada 2 orang rekan guru IPA, observer juga membuat catatan lapangan terhadap kejadian atau hal lain yang tidak tercantum pada lembar observasi. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif secara ke-seluruhan telah berlangsung dengan baik. Hasil observasi terhadap motivasi pada siklus I adalah sebagai sebesar 73,55 Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa siswa masih memerlukan waktu untuk beradaptasi, terutama dalam hal belajar kelompok, siswa kesulitan dalam hal bertanya dan tidak memiliki keberanian untuk berbagi pendapat dengan teman-temannya di depan kelas.

Hasil rata-rata persentase keberhasilan tindak-an terhadap motivasi belajar siswa selama tiga kali pertemuan pada siklus I menunjukkan hasil yang baik (69,73%). Sedangkan dari hasil tes yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa dari 36 siswa terdapat 20 siswa yang tuntas belajar (55,56%). Rata-rata kelas juga masih tergolong kurang yaitu 59,86.

Melalui beberapa temuan pada siklus I maka guru sebagai peneliti dan mendapat masukan dari observer akan memperbaiki kekurangan-kekurang-an yang ditemukan pada siklus I, yaitu melalui penyusunan rencana tindakan pada siklus II.

Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi (dari 3 kali pertemuan), maka rencana tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut: guru dengan teman sejawat melakukan plan yaitu membuat rencana pelaksana-an pembelajaran dan lembar kegiatan siswa untuk materi Klasifikasi Filum Arthropoda. Kemudian menyiapkan instrument observasi motivasi siswa dan angket motivasi belajar siswa dan soal tes siklus.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II terbagi menjadi 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama di-laksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 Nopember 2009. Pertemuan pertama berlangsung selama 2X40 menit. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 24 Nopember 2009 dengan alokasi waktu 2X40 menit. Pertemuan ketiga yang merupakan pertemuan terakhir siklus II diadakan tes akhir yaitu pada hari Selasa tanggal 1 Desember 2009. Hasil observasi motivasi pada siklus II adalah 79,2

Pembelajaran kooperatif model STAD pada siklus II dapat dikatakan berjalan cukup baik. Siswa sudah mulai terbiasa bekerjasama dalam kelompok. Di samping itu, siswa sudah mulai berani bertanya pada guru bila menemui kesulitan, demikian juga berani berpendapat dalam kelom-poknya.

Hasil tes yang telah dilakukan pada siklus II ini menunjukkan bahwa hanya terdapat 1 siswa yang belum tuntas belajar (97,2%) dengan rata-rata kelas 66,25.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisa data tentang motivasi belajar siswa yang telah dilakukan selama 2 siklus pembelajaran, diperoleh hasil bahwa pem-belajaran kooperatif model STAD (Student Team Achievement and Devision) mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.

Dari keenam komponen motivasi belajar yang diamati, aspek usaha yang dideskripsikan siswa belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha me-nyelesaikan semua tugasnya serta bertanya jika ada yang kurang mengerti mengalami kenaikan jumlah

Page 69: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 68

siswa yang muncul pada deskriptor. Motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,68% .

Hasil belajar pada penelitian ini menunjukkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif model STAD dalam dua siklus pembelajaran dapat me-ningkatkan hasil belajar siswa, yaitu mengalami kenaikan sesebar 10,7%. Perbandingan hasil be-lajar dan motivasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar pada Siklus I dan II

No Faktor Yang Diamati

Siklus I Siklus II Peningkatan (%)

1 Motivasi Bela-jar

73,55 79,2 7,68

2 Hasi Belajar: a. Rata-rata

Kelas b.Ketuntasan

Belajar

59,86

55,56 (20

siswa)

66,25

97,2 (35

siswa)

10,7 74,9

Dari Tabel 1 dapat dikemukakan terlihat ada-

nya peningkatan motivasi belajar sebesar 7,68% yaitu dari 73,55 menjadi 79,2. Jika dikaitkan de-ngan aspek yang diamati dapat dikatakan bahwa siswa belajar dengan sungguh-sungguh dan ber-usaha menyelesaikan semua tugasnya serta ber-tanya jika ada yang kurang dimengerti mengalami kenaikan jumlah siswa. Demikian halnya dengan kondisi motivasi yang diterapkan yang meliputi perhatian (attention), keterkaitan (relevance), ke-percayaan diri (convidence) dan kepuasan (satis-faction) mengalami peningkatan pada siklus II. Peningkatan motivasi berupa perhatian disebabkan karena STAD menuntut siswa bertanggung jawab secara individual dalam kelompok, sehingga ketika STAD diterapkan perhatian siswa menjadi lebih meningkat. Dalam belajar di dalam kelompok siswa berinteraksi untuk mengaitkan satu maslah dengan masalah yang lain, hal ini eningkatkan keterkaitan (relevancy). Siswa menjadi lebih perca-ya diri ketika presentasi di depan kelas karena siswa telah mendiskusikan permasalahan yang di-kemukakan guru dalam kelompoknya. Siswa juga merasa puas karena dapat belajar lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

Nilai rata-rata kelas hasil tertulis pada siklus I sebesar 59,86 dan siklus II sebesar 66,25 berarti terjadi peningkatan sebesar 10,7%. Sedangkan siswa yang dinyatakan tuntas belajar pada siklus I

sebesar 55,56% (20 siswa) dan siklus II sebesar 97,2% (35 siswa), berarti terjadi peningkatan sebesar 74,9%. Ini berarti bahwa pembelajaran kooperatif model STAD yang dilakukan dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar Biologi siswa kelas VII B SMPN 2 Wonorejo Kabupaten Pasuruan. Proses pembelajaran dengan standar kompetensi Memahami Keanekaragaman Makhluk Hidup ini menerapkan metode kooperatif model STAD, dimana metode ini dipandang seba-gai model yang paling sederhana dan paling lang-sung dari pembelajaran kooperatif. Dengan cara kooperatif, maka keberhasilan kelompok dapat di-tingkatkan sebab permasalahan dan pemecahan masalah dipikirkan bersama (Slavin dalam Ibro-him, 2000). Pembelajaran kooperatif dapat me-ningkatkan motivasi belajar intrinsic. Hal ini penting sekali untuk menunjang keberhasilan siswa dalam belajar. Johnson & Johnson dalam Ibrohim, (2000) menyatakan bahwa siswa yang belajar melalui pembelajaran kooperatif akan memiliki pengalaman sains yang lebih baik. Menurut Slavin dalam Ibrohim, 2000 belajar kooperatif yang menggunakan pembelajaran kelompok dan akunta-bilitas individu akan meningkatkan pencapaian belajar siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penerapan Lesson Study dengan mengguna-kan RPP pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi siswa kelas VII B SMPN 2 Wonorejo Kabupaten Pasuruan.

Dari keseluruhan proses dan hasil penelitian yang diperoleh, terdapat saran bagi yang berminat untuk melakukan penelitian serupa atau yang ingin melanjutkan untuk mengembangkan penelitian ini. Saran-sarannya adalah sebagai berikut:

Hendaknya mengukur seluruh hasil belajar siswa yang meliputi 3 ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor untuk mendukung validitas data.

Guru perlu menerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD sebagai salah satu metode alternative dalam kegiatan pembelajaran.

Page 70: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 69

DAFTAR RUJUKAN

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. BSNP-Standar Isi. Jakarta; Badan Standar Nasional Pendidikan

Chotimah dan Dwitasari. 2007. Model-model Pembelajaran untuk PTK. Yayasan Pendidikan Universitas Negeri Malang. SMA Lab. UM

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. University Press.

Lie, A. 2000. Cooperative Learning. Jakarta. Grasindo Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan

Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Setyaningsih, dkk. 2009. Peningkatan Motivasi dan Ha-sil Belajar Sains Biologi di SMPN 2 Sukorejo Kabupaten Pasuruan melalui Pembelajaran

Kooperatif Model TPS dan Jigsaw. Prosiding Seminar Nasional UM.

Soeharto, dkk. 2003. Teknologi Pembelajaran. Sura-baya: Penerbit Surabaya Intellectual Club.

Susanto, Pudyo. 1992. Strategi Pembelajaran Biologi di Sekolah Menengah. Malang: FPMIPA Univer-sitas Negeri Malang.

Slavin, R.E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media.

Team Peneliti Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Class Room Action Research). Jakarta. Depdikbud.

Page 71: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 70

PEMAHAMAN MAHASISWA PRAKTIKAN DI SMA LABORATORIUM UM TENTANG LESSON STUDY

Jumiati

SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang

Abstrak: Salah satu cara meningkatkan profesionalisme guru dengan melaksanakan lesson study. Lesson study bisa terlaksana dengan baik jika memahami konsep secara benar, dipraktekkan secara berulang-ulang dan berkesinambungan. Mahasiswa praktikan sebagai calon guru/calon dosen perlu memahami secara benar konsep lesson study, agar bisa melaksanakan lesson study secara efektif. Peran kampus/perguruan tinggi, pihak manajemen sekolah dan guru pamong sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa praktikan tentang lesson study. Perguruan tinggi sebagai pencetak tenaga guru perlu membuat program secara efektif agar para calon guru bisa memahami dan melaksanakan lesson study dengan benar. Pihak manajemen sekolah perlu mensosialisasikan dan memberikan pemantapan tentang lesson study dan membuatkan jadwal pelaksanaannya. Guru pamong juga perlu memberikan kontribusi yang cukup dalam supervisi klinis tentang lesson study pada mahasiswa bimbingannya. Dengan adanya kerjasama yang baik dari semua pihak diharapkan mahasiswa praktikan benar-benar, mendapatkan pengalaman yang berharga selama praktik, sehingga jika sudah lulus menjadi guru yang profesional.

Kata kunci: Lesson Study, Mahasiswa Praktikan

Untuk mendukung program pemerintah da-lam meningkatkan kualitas pendidikan, maka setiap lembaga pendidikan sebaiknya memiliki kepekaan dan kepedulian untuk meningkatkan kualitas tena-ga pendidiknya. Pendidik yang berkualitas merupakan salah satu indikasi menghasilkan peserta didik yang berkualitas.

Lesson study hadir dan telah diperkenalkan cukup lama pada guru-guru di wilayah Jawa Ti-mur, dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar menjadi guru profesional. Seiring dengan berjalannya waktu ada sekolah yang telah mengenal lesson study dan secara konsisten mengembangkan disekolahnya, namun ada juga yang berjalan setengah-setengah dalam pelaksanaannya, maksudnya pada awalnya dilaksanakan, lama kelamaan menghilang begitu saja. Lesson study berbasis sekolah akan terlaksana dengan baik jika mendapat dukungan dari semua pihak, mulai dari pimpinan sekolah, semua guru dan komponen sekolah. Sekolah yang menerapkan lesson study secara konsisten tentu akan mengkondisikan semua guru untuk menerapkan

lesson study dalam pembelajarannya. Demikian juga halnya jika kedatangan guru baru ataupun mahasiswa praktikan.

Visi SMA Laboratorium UM “Unggul dalam Prestasi, Iman dan Sosial”, sedangkan misinya: (1) menghasilkan lulusan yang cerdas, terampil, dan berjiwa sosial; (2) menciptakan masyarakat belajar (learning society) di sekolah; (3) menciptakan masyarakat sekolah yang mandiri, disiplin, bertanggungjawab, dan santun; (4) menciptakan iklim kerja yang kondusif, budaya dan etos kerja yang kuat dan kepemimpinan yang tangguh. Berkaitan dengan visi yang kedua yakni menciptakan masyarakat belajar (learning society) SMA Laboratorium UM senantiasa memberikan kesempatan kepada siapapun yang ingin belajar, baik dari para praktisi pendidikan yang berasal dari sekolah lain maupun mahasiswa yang ingin belajar mempraktekkan kompetensinya dalam program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL).

SMA Laboratorium UM sama dengan beberapa sekolah lain, dalam rangka meningkatkan kualitas para calon guru memberikan kesempatan

Page 72: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 71

kepada para mahasiswa program pendidikan untuk melaksanakan PPL di sekolahnya. Untuk itu perguruan tinggi sebagai pencetak tenaga guru juga harus senantiasa membekali mahasiswa dengan hal-hal baru yang menjadi budaya pembelajaran masing-masing sekolah, sehingga pada saat mahasiswa diterjunkan ke sekolah, mereka telah siap dengan bekal yang diperoleh dari kampusnya.

PEMBEKALAN PPL 1 TENTANG LESSON STUDY

Sesuai dengan salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia. Berkaitan dengan tujuan tersebut sekolah senantiasa meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya, baik guru maupun mahasiswa praktikan dalam kegiatan lesson study. Hal ini sesuai dengan tujuan PPL yang terdapat dalam Buku Petunjuk Pelaksanaan Program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL 1). Tujuan PPL adalah memberikan pengalaman praktis di lapangan melalui kegiatan magang, agar: (a) mahasiswa kompeten dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan bidang keahliannya, dan (b) mahasiswa siap menjadi tenaga profesional dalam bidang keahliannya. Dalam rangka mendukung tujuan tersebut tentu mahasiswa lebih memiliki rasa percaya diri dan semakin mantap memasuki sekolah dimana dia akan mempraktikkan kemampuannya jika memiliki bekal yang cukup.

Lesson Study sudah cukup lama dikenal dan dilaksankan di beberapa sekolah di wilayah Jawa timur. Tim Lesson Study (2007) menjelaskan pengalaman di Indonesia menunjukkan bahwa lesson study memberikan manfaat bagi guru, yakni: (a) mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya) dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan perbaikannya, (b) membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajannya, (c) memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan kurikulum, (d) membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar peserta didik, (e) meningkatkan kolaborasi antar sesama guru dalam pembelajaran, (f) meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada gilirannya berakibat pada peningkatan mutu lulusan, (g) memungkinkan guru memiliki

banyak kesempatan untuk membuat bermakna ide-ide pendidikan dalam praktik pembelajarannya sehingga dapat mengubah perspektif tentang pembelajaran, dan belajar praktik pembelajaran dari perspektif peserta didik, (h) mempermudah guru berkolaborasi kepada pakar dalam hal pembelajaran atau kesulitan materi pelajaran, (i) memperbaiki praktik pembelajaran di kelas, dan (j) meningkatkan keterampilan menulis karya tulis ilmiah atau buku ajar.

Mengingat begitu banyak manfaat yang bisa diperoleh guru dengan melaksanakan lesson study maka akan sangat baik bagi para mahasiswa praktikan sebelum terjun di sekolah telah memahami apa, mengapa dan bagaimana melaksanakan lesson study. Mulai tahun ajaran 2009/2010 UPT Praktik Pengalaman Lapangan (UPT PPL) Universitas Negeri Malang telah membuat program dan merealisasikan, mahasiswa praktikan dibekali dengan pengetahuan apa, mengapa dan bagaimana lesson study. Materi disampaikan pada saat pembekalan PPL1 di kampus. Dengan bekal pengetahuan yang dimiliki diharapkan mahasiswa mampu mempraktikkan di sekolah.

Pada makalah ini penulis ingin memaparkan bagaimanakah pemahaman mahasiswa praktikan di SMA laboratorium UM tentang lesson study. Apakah dengan bekal pengetahuan yang telah dimiliki mahasiswa memiliki pemahaman yang benar tentang lesson study. Untuk mengetahui gambaran pemahaman mahasiswa tentang lesson study, penulis menyebarkan instrumen kepada mahasiswa praktikan. Disamping itu dalam makalah ini penulis juga menguraikan tentang apa peran perguruan tinggi dan sekolah dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa yang siap praktik ke sekolah-sekolah tentang lesson study.

PEMAHAMAN MAHASISWA PRAKTIKAN TENTANG LESSON STUDY

Mahasiswa praktikan di SMA Laboratorium UM wajib melaksanakan lesson study, jadwal pelaksanaan telah diatur oleh ketua tim pengembang akademik dan evaluasi (Tim Akadasi). Dalam penyusunan jadwal, ditentukan siapa yang akan menjadi guru model dan siapa yang menjadi observer. Namun pada saat makalah ini disusun pelaksanaan lesson study untuk mahasiswa praktikan belum terlaksana. Hal ini disebabkan mulai mahasiswa praktikan masuk di sekolah yaitu bulan Agustus 2010 sampai dengan

Page 73: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 72

bulan September 2010, banyak waktu pembelajaran yang tidak efektif, yakni peringatan HUT RI, liburan awal bulan Ramadhan, hingga libur Hari Raya Idul Fitri 1431 H dan pelaksanaan Ujian Tengan Semester (UTS) Semester I tahun ajaran 2010/2011.

Jumlah mahasiswa praktikan di SMA Laboratorium UM semester gasal tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 23 orang, dengan rincian Jurusan Pendidikan Akuntansi 6 orang, Pendidikan Ekonomi 4 orang, Teknik Elektro 3 orang, Pendidikan Bahasa Jerman 4 orang, Pendidikan Bahasa Inggris 1 orang, dan Bimbingan Konseling 5 orang. Sesuai dengan jadual pelaksanaan lesson study untuk mahasiswa PPL dimulai pada minggu kedua bulan Oktober 2010.

Mahasiswa praktikan tentu diharapkan bisa melaksanakan lesson study dengan baik, untuk itu mahasiswa praktikan harus memahami dengan baik langkah-langkahnya, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Lewis (2002) menyatakan bahwa lesson study akan terlaksana secara efektif jika mengetahui langkah-langkah pelaksanaannya.

Untuk mengetahui pemahaman mahasiswa praktikan tentang lesson study penulis telah memberikan angket kepada mahasiswa praktikan di SMA Laboratorium UM. Dari jumlah angket 23, yang terkumpul 21 (91%) diperoleh gambaran bahwa meskipun baru 1 kali diberi pembekalan tentang lesson study ternyata rata-rata mahasiswa praktikan cukup memahami lesson study dan rata-rata baru mengenal lesson study pada saat pembekalan di kampus. Dari hasil angket yang terkumpul dapat menggambarkan tentang pemahaman mahasiswa praktikan yakni: sebanyak 4% mahasiswa praktikan kurang paham, 73% cukup paham dan 23% paham. Kekurang pahaman mahasiswa praktikan rata-rata pada tugas sebagai observer dalam pelaksanaan lesson study. Sedang-kan langkah-langkah pelaksanaan lesson study rata-rata telah memahaminya.

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMAHAMKAN MAHASISWA PRAKTIKAN TENTANG LESSON STUDY

Kampus atau perguruan tinggi merupakan salah satu tempat yang strategis untuk menimba ilmu. Di tempat inilah berbagai informasi tentang pendidikan bisa didapatkan. Banyak tenaga profesional yang siap memberikan informasi yang dianggap sulit. Untuk itu agar mahasiswa siap di-terjunkan di sekolah-sekolah, pengenalan maupun peningkatan pemahaman lesson study bisa lebih disiapkan secara mantap baik secara konsep maupun secara praktis.

Perguruan tinggi sebagai pencetak tenaga guru yang profesional bisa ambil peran banyak untuk peningkatan wawasan lesson study, diantaranya dengan cara: (a) dalam proses perkuliahaan semester akhir lesson study tidak hanya diperkenalkan tetapi mulai dicoba untuk dipraktekkan dalam proses perkuliahan; atau (b) pembekalan lesson study tidak hanya dilakukan dalam satu kali pertemuan dalam bentuk informasi pada saat PPL1, tetapi bisa dilakukan beberapa kali, dan sekaligus dengan praktiknya; atau (c) perguruan tingi bekerjasama dengan sekolah yang berbasis lesson study, memberikan fasilitas kepada para mahasiswa untuk melakukan pengamatan ke sekolah-sekolah yang melaksanakan lesson study secara open class, atau (d) lesson study dimasukkan dalam satu mata kuliah khusus, dengan pembobotan SKS tertentu yang wajib ditempuh unuk semua program pendidikan.

Cara mengembangkan keprofesionalan guru yang efektif dapat dilakukan melalui lesson study. Lewis (2002) mengadaptasi tulisan Darling Hammond (1999) menjelaskan ciri-ciri pelaksana-annya lesson study dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ciri-ciri Pelaksanaan Lesson Study

No Ciri Keterangan 1 Melalui pengalaman

(eksperimen) Melibatkan guru dalam tugas konkrit mengajar, melakukan asesmen, dan melakukan pengamatan terhadap peserta didik.

2 Fokus pengembangan berasal dari guru

Pertanyaan dan keingintahuan guru menjadi dasar pengembangan profesi.

3 Orang yang terlibat Melibatkan pakar dari dalam dan luar sekolah. 4 Kolaborasi Memungkinkan guru berbagi pengetahuan dan pengalaman. 5 Berpusat pada realitas Mengembangkan apa yang nyata dibelajarkan, bagaimana membela-

jarkannya. 6 Berkelanjutan Pelaksanaannya berkesinambungan, tidak hanya satu kali (one shot).

Page 74: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 73

7 Berdasarkan bukti Merespon terhadap bukti mengenai proses dan hasil belajar peserta didik serta perkembangan dalam kegiatan pembelajaran.

8 Tidak berdiri sendiri Dikaitkan dengan aspek-aspek lain perubahan yang terjadi di sekolah.

Lesson study mampu meningkatkan pola pikir

guru, guru menjadi lebih kritis, lebih terbuka, lebih inovatif, dan memiliki semangat belajar untuk lebih baik. Hal ini sesuai dengan salah satu isi standar kompetensi PPL 1, bahwa mahasiswa memiliki kemauan untuk mengembangkan sikap kritis terha-dap berbagai inovasi pendidikan yang berubah dan berkembang, berani mencoba, dan mau melakukan inovasi di bidang penyusunan perangkat, praktik mengajar, bimbingan studi kasus kesulitan belajar bidang studi, dan manajemen pendidikan sekolah.

PERAN SEKOLAH DALAM MENINGKATAN PEMAHAMAN MAHASISWA PRAKTIKAN TENTANG LESSON STUDY

Pada tahap awal mahasiswa praktikan masuk sekolah di tempat praktik, diawali dengan acara serah terima dari dosen pembimbing diserahkan ke pihak manajemen sekolah (kepala sekolah), dilanjutkan dengan acara perkenalan dengan guru pamong dan komponen sekolah yang terkait. Pada tahap inilah sekolah yang telah menerapkan Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) memberikan gambaran awal tentang kondisi sekolah.

Untuk lebih memantapkan pemahaman maha-siswa praktikan tentang lesson study pihak manajemen sekolah memberikan tambahan wawasan, dengan tujuan saat mahasiswa praktikan masuk di sekolah sudah bernuansa lesson study. Mahasiswa praktikan merupakan salah satu kekuatan sekolah, maka harus diberdayakan seoptimal mungkin. Mulyasa (2010) mengungkapkan dalam mengembangkan visinya kepala sekolah harus mampu mendayagunakan kekuatan-kekuatan yang relevan bagi kegiatan internal sekolah. Kekuatan-kekuatan tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni: (1) kekuatan yang berhubungan dengan apa yang sedang berlangsung di sekolah, dan (2) kekuatan yang berhubungan dengan klien pendidikan, yaitu latar belakang sosial, aspirasi keuangan, sumber-sumber masyarakat, dan karakteristik lingkungan.

PERAN GURU PAMONG DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN LESSON STUDY

Hakekat guru adalah: (a) orang yang memiliki minat, tidak pernah lelah dan bosan mencari atau menambah ilmu dan menyampaikannya pada orang lain kapan saja, (b) orang yang berbakat, mempu-nyai kelebihan dan hasilnya sesuai dengan harapan, (c) orang yang tanggungjawab, mampu merubah pengetahuan, sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didiknya lebih baik, (d) orang yang mempunyai panggilan jiwa, mau berkorban demi kemajuan anak didiknya lebih baik, dan (e) orang yang mempunyai idealisme, mau mendengarkan keluh kesah anak didiknya dan mampu memberikan solusinya (Thoifuri, 2007). Untuk itu guru pamong sudah selayaknya ambil peran yang cukup banyak dalam memberikan bimbingan kepada mahasiswa praktikan dalam meningkatkan kemampuan mengajar.

Susanto (2004) mengungkapkan bahwa stra-tegi pelatihan dan pembimbingan latihan mengajar dalam perkuliahan PPL dapat diterapkan dengan tiga cara, yaitu pemodelan, kerja praktik, dan supervisi klinis. Menurut Trilaksiani (2010) Supervisi klinis adalah suatu strategi pelatihan mengajar yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berkonsultasi dengan pembimbing mengenai: (a) komponen mengajar yang ingin dilatihkan atau ingin dimantapkan penguasaannya, (b) merefleksi kelebihan dan kekurangan dari tampilan mengajarnya, dan (3) memperbaiki kekurangan dan memantapkan keterampilan yang sudah dikuasai. Jika sekolah telah menerapkan lesson study maka 3 strategi pelatihan dan pembimbingan latihan mengajar bisa terlaksana dengan baik.

Susilo dkk. (2009) mengungkapkan lesson study akan mudah dilaksanakan bila guru memiliki lima sikap berikut ini: (1) semangat mengkritik diri sendiri, (2) keterbukaan terhadap masukan yang diberikan oleh orang lain, (3) guru pelaksana lesson study mengedepankan sikap mau mengakui kesalahan, (4) bersikap terbuka terhadap ide orang lain, tidak berusaha mencari hasil pemikiran sendiri yang “asli” atau “murni” yang terpenting adalah hasil pemikiran itu dapat menggalakkan peserta didik untuk belajar, (5) guru mau memberi masukan secara jujur dan penuh respek. Guru pamong harus senantiasa memberikan motivasi, bimbingan atau petunjuk kepada mahasiswa bimbingannya tentang sikap-sikap yang harus

Page 75: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 74

dimiliki agar mampu melaksanakan lesson study dengan baik.

DAMPAK NEGATIF KURANGNYA PEMAHAMAN LESSON STUDY

Pemahaman yang kurang tepat pada suatu konsep akan menimbulkan berbagai hambatan dalam pelaksanaannya. Demikian halnya dengan kebenaran memahami konsep lesson study. Mahasiswa praktikan ataupun siapa saja yang kurang memahami dengan baik konsep lesson study memiliki dampak negatif.

Dampak negatif kurangnya pemahaman lesson study, pertama guru/calon guru, dosen/calon dosen akan mengalami kesulitan dalam menerapkan lesson study. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Susilo (2005) menyatakan bahwa hambatan terbesar pelaksanaan lesson study adalah kurangnya pemahaman dan komitmen guru mengenai apa, mengapa dan bagaimana, melaksanakannya serta adanya miskonsepsi mengenainya. Untuk itu guru/calon guru, dosen/calon dosen hendaknya mendalami dengan baik tentang lesson study, baik melalui tulisan, seminar, pelatihan atau pengamatan.

Dampak kedua, kurangnya motivasi untuk mengetahui lebih banyak tentang lesson study dan terlibaat didalamnya. Susilo (2005) mengungkapkan hambatan lesson study adalah komitmen guru dan dosen untuk mau mempelajari dan melakukan lesson study itu. Selanjutnya dijelaskan perlu kolaborasi lebih dari dua orang guru atau dosen untuk dapat mulai melakukan hal ini dan perlu waktu khusus setiap minggu yang disediakan untuk melakukan lesson study.

Dampak ketiga, miskonsepsi mengenai lesson study menurut Lewis (2002) adalah bahwa lesson study itu (1) adalah hanya berupa kegiatan merancang pembelajaran, (2) berarti merancang pembelajaran mulai awal. (3) berarti menulis langkah-langkah pembelajaran yang kaku, (4) berarti menulis rancangan pembelajaran yang “sempurna” untuk disebarluaskan ke guru yang lain, (5) “research lesson” adalah suatu pembelajaran oleh para ahli, dan (6) lesson study adalah suatu penelitian dasar. Untuk itu pemahaman konsep yang salah menimbulkan paradigma tentang lesson study yang salah pula.

PENUTUP

Agar bisa melaksanakan lesson study dengan baik, mahasiswa praktikan harus memahami apa, mengapa dan bagaimana lesson study secara benar. Lesson study bukan sekedar pengetahuan yang hanya dipahami tetapi harus ada tindak lanjut untuk dilaksanakan. Dalam rangka meningkatkan pemahaman lesson study bagi para mahasiswa praktikan tentu diperlukan kerjasama dari beberapa pihak yang terkait, baik bari pihak kampus/perguruan tinggi, pihak manajemen sekolah maupun guru pamong. Mengingat Lesson study bukan model pembelajaran tetapi model pelatihan guru/calon guru secara berkelanjuran. Falsafah lesson study adalah guru belajar agar mengajar lebih baik dan akhirnya kualitas pendidikan akan meningkat, sehingga secara tidak langsung telah membantu program pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN

Lewis, C.C. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher Led Instructional Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools. Inc.

Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Praktis. Bandung: Rosdakarya.

Susanto. 2004. Pemodelan Kerja Praktik dan Supervisi Klinis sebagai Pola Pembimbingan Efektif dalam Pelatihan Praktik Keterampilan Mengajar. Maka-lah disajikan Workshop Guru Pamong Mengenai Pembimbingan dan Penilaian PPL, September 2004.

Susilo, H. dkk. 2009. Lesson Study Berbasis sekolah: Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif. Ma-lang: Bayumedia

Susilo, H. 2005. Lesson Study: Apa dan Mengapa. Makalah disajikan Seminar dalam Workshop Lesson Study dalam rangka persiapan Workshop Kolaborasi FMIPA-MGMP MIPA SMP dan

SMA Kota Malang di FMIPA Universitas Negeri Malang, tanggal 21 Juni 2005.

Thoifuri. 2007. Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Ra-SAIL Media Group

Tim Lesson Study. 2007. Rambu-rambu Pelaksanaan Lesson Study. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Trilaksiani. 2010. Buku Petunjuk Teknis Praktik Pengalaman Lapangan Bidang Studi Pendidikan Akuntansi. Universitas Negeri Malang UPT Program Pengalaman Lapangan 2009/2010.

UPT Program PPL. 2010. Buku Petunjuk Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Keguruan Universitas Negeri Malang. Universitas Negeri Malang: UPT Program Pengalaman Lapangan 2009/2010.

Page 76: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 75

PENGEMBANGAN PROFESI GURU MELALUI LESSON STUDY DI SDN RAMPAL CELAKET I KOTA MALANG

Kartini

SDN Rampal Celaket I Malang

Abstrak: Pembelajaran di Sekolah Dasar memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk watak dan karakter peserta didik, karena pendidikan di tingkatan Sekolah Dasar berlangsung paling lama bila dibandingkan dengan pendidikan di tingkat menengah. Sementara itu guru sekolah dasar memiliki kesempatan yang sangat terbatas untuk mengembangkan profesionalismenya, karena guru Sekolah Dasar pada umumnya adalah guru kelas atau guru semi bidang studi yang memiliki jam mengajar yang sangat padat.Untuk mengatasi hal tersebut perlu kegiatan yang bisa mengakomodasi kebutuhan guru sekolah dasar, tanpa menyita banyak waktu (meninggalkan peserta didik). Lesson study, merupakan kegiatan yang dapat dilaksanakan di tingkatan sekolah manapun termasuk di Sekolah Dasar. Dengan kegiatan ini diharapkan guru dapat membuka wawasan tentang pembelajaran,tidak merasa paling pintar dan senior serta yang terpenting mau untuk diamati dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Lesson study merupakan barang baru untuk Sekolah Dasar khususnya di SDN Rampal Celaket I Malang, sehingga dalam pelaksanaannya Kepala Sekolah harus memberikan contoh, arahan, dan penjelasan yang sangat rinci agar pelaksanaannya tidak menimbulkan masalah. Lesson study di SDN Rampal Celaket I Malang, dilaksanakan mulai dari kelas I sampai kelas 6 secara bergiliran mulai Tahun Pelajaran 2009/2010. Pengamat Lesson study terdiri Kelapa Sekolah,guru bidang studi (Agama, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK), Olah Raga), atau guru kelas kelas yang pada saat pelaksanaannya Lesson study siswanya sedang olah raga. Berdasarkan angket yang dibagikan oleh Kepala Sekolah kepada guru di dapatkan kesimpulan sebagai berikut:Seratus presen (100%) guru setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan bahwa: (1) Lesson study mampu memotivasi untuk melakukan perubahan dalam proses pembelajaran; (2) Lesson study mampu mengubah guru dalam membelajarkan peserta didik; (3) Lesson study mampu meningkatkan profesionalisme guru; (4)Lesson study mampu menjalin komunikasi yang baik antar guru; (5) pengamat Lesson study selalu mendapatkan pengalaman yang berharga, dengan alasan mereka dapat memperbaiki proses pembelajaran yang akan dilaksanakan setelah mengamati guru lain mengajar. Hasil angket dari siswa menunjukkan rata-rata siswa SDN Rampal Celaket I Malang menginginkan Lesson study dapat dilaksanakan 1-2 kali dalam satu minggu, dengan alasan kegiatan ini dapat meningkatkan kebersamaan antar peserta didik dan memotivasi belajar.

Kata kunci: Lesson Study, Peningkatan profesi guru, motivasi belajar siswa, SDN Rampal Celaket I Malang

Pembelajaran di Sekolah Dasar memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk watak dan karakter peserta didik, karena pendidik-an di tingkatan Sekolah Dasar berlangsung paling lama bila dibandingkan dengan pendidikan di ting-kat menengah. Sementara itu guru sekolah dasar memiliki kesempatan yang sangat terbatas untuk mengembangkan profesionalismenya, karena guru

Sekolah Dasar pada umumnya adalah guru kelas atau guru semi bidang studi yang memiliki jam mengajar yang sangat padat. Untuk mengatasi hal tersebut perlu kegiatan yang bisa mengakomodasi kebutuhan guru sekolah dasar, tanpa menyita ba-nyak waktu (meninggalkan peserta didik).

Lesson study, merupakan kegiatan yang dapat dilaksanakan di tingkatan sekolah manapun terma-

Page 77: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 76

suk di Sekolah Dasar. Dengan kegiatan ini diharap-kan guru dapat membuka wawasan tentang pembe-lajaran,tidak merasa paling pintar dan senior serta yang terpenting mau untuk diamati dalam melaksa-nakan proses belajar mengajar. Lesson study meru-pakan barang baru untuk Sekolah Dasar khususnya di SDN Rampal Celaket I Malang, sehingga dalam pelaksanaannya Kepala Sekolah harus memberikan contoh, arahan, dan penjelasan yang sangat rinci agar pelaksanaannya tidak menimbulkan masalah.

Lesson study di SDN Rampal Celaket I Malang, dilaksanakan mulai dari kelas I sampai kelas 6 secara bergiliran mulai Tahun Pelajaran 2009/2010. Pengamat Lesson study terdiri Kelapa Sekolah,guru bidang studi (Agama, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK), Olah Raga), atau guru kelas kelas yang pada saat pelaksanaan-nya Lesson study siswanya sedang olah raga.

Berdasarkan angket yang dibagikan oleh Ke-pala Sekolah kepada guru di dapatkan kesimpulan bahwa seratus presen (100%) guru setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan bahwa: 1. Lesson study mampu memotivati untuk mela-

kukan perubahan dalam proses pembelajaran 2. Lesson study mampu mengubah guru dalam

membelajarkan peserta didik 3. Lesson study mampu meningkatkan profe-

sionalisme guru 4. Lesson study mampu menjalin komunikasi

yang baik antar guru 5. Pengamat Lesson study selalu mendapatkan

pengalaman yang berharga, dengan alasan mereka dapat memperbaiki proses pembelajar-an yang akan dilaksanakan setelah mengamati guru lain mengajar Berdasarkan angket siswa didapatkan kesim-

pulan sebagai berikut: Rata-rata siswa SDN Ram-pal Celaket I Malang menginginkan Lesson study dapat dilaksanakan 1-2 kali dalam satu minggu, dengan alasan kegiatan ini dapat meningkatkan kebersamaan antar peserta didik dan memotivasi belajar.

SDN Rapal Celaket I Malang, adalah salah satu sekolah Dasar di Tengah Kota Malang, yang terletak di jalan Tretes Selatan 26 Malang. Sekolah ini memiliki 13 rombongan belajar dengan jumlah siswa 485 orang dengan rincian sebagai berikut: Kelas 1 sampai dengan 5 masing-masing 2 kelas dan kelas 6 terdiri dari 3 kelas. Jumlah pengajar se-banyak 26 orang dan mayoritas sudah sarjana se-

hingga secara keilmuan serta pengalaman sudah tidak perlu diragukan lagi.

Sarana dan prasarana yang ada di sekolah sudah relatif lengkap antara lain Laboratorium Komputer, Laboratorium Bahasa, serta Perpustaka-an yang cukup memadai, karena sekolah ini meru-pakan gabungan dari 3 sekolah yang di regroup SDN Rampal Celaket I, II, dan III. Untuk mening-katkan profesionalisme guru, lesson study dilak-sanakan sejak Tahun Pelajaran 2009/2010 sampai dengan sekarang. Paparan berikut akan mengurai-kan pelaksanaan Lesson Study Berbasis Sekolah yang dilaksanakan di SDN Rampal Celaket I, Malang. Namun sebelumnya akan diuraikan ten-tang struktur organisasi yang ada di SDN Rampal Celaket I Malang.

STRUKTUR ORGANISASI DI SDN RAMPAL CELAKET I MALANG

SDN Rampal Celaket I Malang berada di wi-layah kecamatan Klojen, sehingga secara otomatis semua kegiatan berada di bawah bimbingan Unit Pelaksana Teknis Pendidikan Dasar (UPT) keca-matan Klojen. Di Kecamatan Klojen sendiri terdiri dari 7 gugus, SDN Rampal Celaket I merupakan Sekolah Inti yang berada di wilayah gugus 7.

Secara orgasisasi di Sekolah Dasar tidak ada wakil Kepala Sekolah seperti Struktur Kedinasan yang ada di SMP maupun SMA. Namun untuk me-mudahkan koordinasi dalam tugas sejak Tahun Pe-lajaran 2009/2010 di SDN Rampal Celaket I Ma-lang dibentuk koordinator-koordinator sebagai berikut: 1. Koordinator Kurikulum : Supriyadi, S.Pd 2. Koordinator Kesiswaan: Iwan Roelyanto, S.Pd 3. Koordinator Sarana Prasarana: Drs. Sutarjo 4. Koordinator Humas dan Pembina Dewan

Anak: Sugianto, Ama. Pd

MENGENAL LESSON STUDY

Lesson Study merupakan “Barang baru” bagi guru Sekolah Dasar khususnya di SDN Rampal Celaket I Malang. Untuk memperkenalkan kegiat-an tersebut kepada para guru sekolah mengadakan workshop tentang Apa, Mengapa, dan bagaimana Lesson Study pada tanggal 27 Nopember 2010. Kegiatan ini dilanjutkan dengan pembelajaran de-ngan guru model Dra. Kartini, M.Pd. Kegiatan Pembelajaran dilaksanakan di kelas VIB dengan materi IPA, pada konsep Perubahan Benda. Kegiat-

Page 78: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 77

an ini ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari para guru maupun siswa. Hal ini terlihat dari jawaban siswa terhadap angket yang dibagikan, di mana 100% menjawab pembelajaran hari itu sangat menarik, dan siswa tidak merasa terganggu walau-pun pembelajaran saat itu diamati oleh semua guru yang ada si sekolah. Siswa tetap enjoy memberi-kan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dibe-rikan guru model. Bahkan jawaban-jawaban angket siswa tidak beda dengan jawaban yang diberikan oleh siswa SMA Laboratorium Malang yang sudah mengenal Lesson Study lebih lama. Hal inilah yang memotivasi penulis untuk mengembangkan kegiat-an Lesson Study di SDN Rampal Celaket I Malang. Foto-foto kegiatan Terlampir secara lengkap dapat di lihat di Lampiran 1.

IMPLEMENTASI STUDY DI SDN RAMPAL CE-LAKET I MALANG

Setelah semua guru mengenal Lesson Study beserta manfaatnya, akhirnya disepakati bahwa su-pervisi Kepala Sekolah dilaksanakan dalam bentuk Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS). Alham-dulillah kegiatan LSBS mendapat sambutan yang luar biasa dari semua guru.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana mengatur guru model, pengamat dan moderator dalam kegiatan Lesson Study di Sekolah Dasar? Hal ini mengingat guru Sekolah dasar adalah guru kelas dan guru semi bidang study. Untuk mengatasi hal tersebut maka pelaksanaan Lesson Study Ber-basis Sekolah (LSBS) di SDN Rampal Celaket I Malang di atur sebagai berikut:

Guru model dam moderator diatur secara ber-gantian, sehingga dalam pelaksanaannya semua guru mendapat giliran.

Pengamat terdiri dari guru yang pada saat Lesson Study siswa sedang mengikuti pembelajaran olahraga, agama, Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK) atau Bahasa Inggris. Contoh jadwal kegiat-an secara lengkap dapat di lihat di Lampiran 2.

HASIL REFLEKSI KEGIATAN LESSON STUDY DI SDN RAMPAL CELAKET I MALANG

Secara umum semua guru di SDN Rampal Celaket I Malang sangat mendukung terhadap ke-giatan Lesson Study. Kesimpulan hasil refleksi da-pat dikelompokkan menjadi 2:

Untuk guru yang sudah senior pada umumnya menyambut baik kegiatan ini, dan pada umumnya

mereka merasa enjoy walaupun diamati teman seprofesi, tidak merasa terganggu saat mengajar. Bahkan Ibu Retno Mustiningsih, S.Pd, salah satu guru senior yang mengajar di kelas I SDN Rampal Celaket I Malang menyatakan beliau sangat senang dengan adanya kegiatan Lesson Study berbasis Sekolah ini karena sebenarnya hal seperti inilah yang beliau impikan sejak lama (mengajar diamati teman seprofesi dan juga Kepala Sekolah sehingga bisa tahu dimana kekurangannya, untuk bisa memperbaikki lagi pada pengajaran berikutnya.

Untuk guru yang masih baru, pada umumnya merasa merasa nerves, bahkan kadang sampai lupa menggunakan media yang sudah disiapkan berhari-hari. Ini yang dialami oleh Ibu Dian Purana Sari, S.Pd. Pada saat refleksi beberapa pengamat me-nyampaikan bahwa, alangkah baiknya pembelajaran tadi seandainya menggunakan media gambar yang sesuai tema yang di bahas. Nah ternyata beliau sudah mempersiapkan, tapi karena nerves lupa menggunakannya. Inilah salah salah manfaat Lesson Study, dengan sering diamati oleh teman lain, akan membuat kita semakin percaya diri dan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi semakin menarik

Siswa kelas 1 sampai 6, mereka menyatakan tidak terganggu dengan adanya pengamat. Bahkan merasa merasa bangga pada saat pembelajaran di amamati oleh Bapak/Ibu guru dari kelas lain (ke-giatan seperti ini baru merekan rasanya/temui saat ini)

HASIL ANGKET GURU TERHADAP PELAKSANAAN LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH DI SDN RAMPAL CELAKET I MALANG

Berdasarkan angket yang dibagikan kepada seluruh guru didapatkan kesimpulan bahwa seratus presen (100%) guru setuju terhadap pertanyaan yang menyatakan bahwa: 1. Lesson study mampu memotivati untuk mela-

kukan perubahan dalam proses pembelajaran 2. Lesson study mampu mengubah guru dalam

membelajarkan peserta didik 3. Lesson study mampu meningkatkan profe-

sionalisme guru 4. Lesson study mampu menjalin komunikasi

yang baik antar guru 5. Pengamat Lesson study selalu mendapatkan

pengalaman yang berharga, dengan alasan mereka dapat memperbaiki proses pembelajar-

Page 79: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 78

an yang akan dilaksanakan setelah mengamati guru lain mengajar

HASIL ANGKET GURU TERHADAP PELAK-SANAAN LESSON STUDY DI SDN RAMPAL CE-LAKET I MALANG

Berdasarkan angket yang dibagikan kepada siswa di dapatkan kesimpulan sebagai berikut: Semua siswa SDN Rampal Celaket I Malang menginginkan Lesson study dapat dilaksanakan 1-2 kali dalam satu minggu, dengan alasan kegiatan ini dapat meningkatkan kebersamaan antar peserta didik dan memotivasi belajar.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dengan mengikuti kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS), adalah guru mampu dan mau: 1. Membuka diri untuk memulai perbaikan secara

mendasar dalam peningkatan kualitas pembelajaran, yang intinya adalah bagaimana membelajarkan siswa sehingga harapannya siswa bisa belajar sebagaimana belajar. Dengan membuka diri untuk menerima saran dari teman secara langsung mengakibatkan terjadinya keberanian untuk melakukan perubahan dalam mengelola proses belajar mengajar sehingga akan meningkatkan kualitas guru.

2. Menjalin kerjasama dengan dunia luar (Baca teman sejawat) karena kegiatan ini akan mendorong rasa percaya diri dan saling percaya di antara guru yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejawatan profesi guru,

dengan kesadaran bersama untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

3. Merubah sikap secara kolektif dalam satu satu-an pendidikan (hasil yang berbeda dengan mo-del pelatihan guru yang biasa dilakukan) sehingga mampu menjaga kesinambungan pro-ses peningkatan kualitas guru yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

4. Menciptakan suasana belajar yang lebih bergairah dan menyenangkan, dan terjadi interaksi yang sangat positif bagi siswa-siswa, siswa-guru, guru-guru maupun guru dengan maupun pengelola sekolah. Hal inilah yang di-harapkan menjadi pendorong terciptanya sekolah bagi komunitas belajar (learning community).

5. Berani mengakui kesalahan sendiri, mem-berikan saran yang konstruktif dengan penuh penghormatan adalah dasar yang kuat untuk meningkatkan kesejawatan (collegality) yang semakin kuat. Hal inilah yang khirnya dapat menghilangkan rasa senioritas diantara sesama guru.

6. Mengakui bahwa dalam diri masing-masing masih terdapat kekurangan, sehingga memun-culkan tekat untuk selalu belajar dan belajar (keinginan belajar sepanjang hayat).

Page 80: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 79

Lampiran 1.

Page 81: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 80

Kegiatan plan, do, see and refleksi pada Lesson Study di SDN Rampal Celaket I Malang.

Page 82: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 81

Lampiran 2

JADWAL SUPERVISI/ LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH (LSBS) Semester I SDN Rampal Celaket I Malang

Tahun Pelajaran 2010/2011

No Hari/Tgl Jam Ke Bidang Studi Kelas Pengajar Pengamat

1. Senin, 16 Agustus 2010 2-3 Mat IIA Iwan R 1. Lilik Indrawati 3. Ninis W.

2. Retno M

2. Rabu, 18 Agustus 2010 2-3 B Ind IA Retno M 1. Kartini 3. Rahayu A.

2. Sugianto

3. Kamis, 19 Agustus 2010 2-3 Mat IIIB Rahayu A

1. M.B Krisandari 3. Mislan 2. Nanik Y

4. Sabtu, 21 Agustus 2010 2-3 PKn IIB Dian P 1. Kartini 3. Ninis W.

2. Mislan 4. Supriyadi

5. Senin, 23 Agustus 2010 2-3 IPS VA Purwati 1. Lilik I 3. Ninis W.

2. Retno M

6. Selasa, 24 Agustus 2010 1-2 Mat VIA Ninis W 1. Iwan R 3. Supriyadi

2. Dian P

7. Rabu, 25 Agustus 2010 1-2 Mat IB Lilik I 1. Kartini 3. Rahayu A.

2. Sugianto

8. Kamis, 26 Agustus 2010 1-2 Agama IIIA Si Pujiarti 1. M.B Krisandari 3. Mislan 2. Nanik Y 4. Sugianto

9. Jumat, 27 Agustus 2010 2-3 B Ind VIC Mislan 1. Kartini 3. Iim F 2. Purwati

10. Sabtu, 28 Agiustus 2010 1-2 SBK VB BY

Kartika S 3. Kartini 3. Ninis W. 1. Mislan 4. Supriyadi

11. Senin, 20 September 2010 2-3 Mat IIIB Sugianto 1. Lilik I 3. Ninis W.

2. Retno M

12. Selasa, 21 September 2010 2-3 B Ind IVB MB

Krisandari 1. Iwan R 3. Supriyadi 2. Dian P

13. Rabu, 22 September 2010 2-3 Mat VIB Supriyadi 1. Kartini 3. Rahayu A. 2. Sugianto

14. Kamis, 23 September 2010 1-2

B. Ing VIB Eko

1. M.B Krisandari 4. Sugianto 2. Nanik Y 5. Supriyadi 3. Mislan

15. Selasa, 28 September 2010 1-2

B Ind VB Iim F 1. Iwan R 2. Dian P 3. Supriyadi

16. Rabu, 29 september 2010 1-2

Mat IVA Nanik Y 1. Kartini 2. Sugianto 3. Rahayu A

Malang, 4 Agustus 2010

Kepala Sekolah,

Dra. Kartini, M.Pd NIP 19630919 198902 2 002

Catatan. A. Ibu/Bapak Guru yang namanya tercantum dalam jadwal mohon segera mempersiapkan segala kebutuhan

untuk proses pembelajaran yang meliputi: 1. Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) 2. Assesmen Penilaian 3. Work Sheet yang dipergunakan (Bila diperlukan)

B. Kepada Ibu/bapak Pengamat mohon bisa meluangkan waktu, agar kegiatan Supervisi dalam bentuk Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) dapat berjalan lancar

C. Atas perhatian disampaikan terimakasih

Page 83: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 82

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PENULISAN KARYA ILMIAH MELALUI “RESEARCH LESSON”

DALAM LESSON STUDY

Lia Yuliati

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Salah satu aspek kompetensi guru yang cukup penting adalah kemampuan mengembangkan diri secara berkelanjutan dalam kompetensi kepribadian. Pengembangan diri ini dapat dilakukan dengan pengembangan kemampuan diri dalam mengkomunikasikan gagasan dan pengalamannya dalam forum ilmiah, baik dalam lisan maupun tertulis. Kemampuan mengkomunikasikan gagasan dan pengalaman dalam bentuk tertulis dituangkan dalam penulisan karya ilmiah. Kemampuan menulis karya ilmiah berkembang melalui lesson study yang dikolaborasi dengan penelitian tindakan kelas. Tema penelitian ditentukan dalam research lesson yang juga merupakan permasalahan penelitian. Hasil lesson study yang dikolaborasi dengan PTK memberi peluang bagi guru dan pendidik lainnya untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah.

Kata kunci: lesson study, menulis karya ilmiah, penelitian tindakan kelas, research lesson.

Pemerintah Indonesia, melalui Departemen Pendidikan Nasional, telah merumuskan standar kompetensi guru yang diarahkan pada peningkatan kualitas guru dan pola pembinaan guru yang terstruktur dan sistematis. Standar kompetensi guru tersebut diartikan sebagai suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Pusat Kurikulum, 2002; Siskandar, 2003). Kompetensi bersifat personal dan kompleks serta merupakan kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tersebut (Depdiknas, 2003).

Kompetensi guru yang ditetapkan Kepmendiknas tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:

Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c)pengembangan kurikulum/ silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks

Page 84: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 83

global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

Kompetensi sosial yaitu merupakan kemam-puan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang: (a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f) berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara berkelanjutan.

Salah satu aspek kompetensi yang cukup pen-ting adalah kemampuan mengembangkan diri secara berkelanjutan dalam kompetensi kepribadian. Pengembangan diri ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu diantaranya adalah pengembangan kemampuan diri dalam mengkomunikasikan gagasan dan pengalamannya dalam forum ilmiah, baik dalam lisan maupun tertulis. Kemampuan mengkomunikasikan gagasan dan pengalaman dalam bentuk tertulis dituangkan dalam penulisan karya ilmiah.

Berbagai kendala dialami ketika seseorang hendak menuangkan gagasan dan pengalamannya dalam bentuk tertulis. Pada guru, kendala guru menulis karya ilmiah tersebut berdampak pada ba-nyaknya guru yang tertahan pangkat/golongannya pada level IV/a. Berdasarkan data Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK) Desember 2009, ada 569,611 orang guru yang bergolongan IV-A dan hanya 13.773 orang guru bergolongan Ivb. Sementara itu, guru yang bergolongan III-D sebanyak 311.283 orang dan dalam waktu dekat akan naik pangkat ke golongan IV-A. Banyaknya guru bertahan di golongan tertentu (4a) karena untuk naik ke 4b guru diwajibkan membuat karya ilmiah berupa laporan hasil penelitian.

Indikator lain yang menunjukkan kesulitan guru dalam menulis karya ilmiah adalah jumlah penerbitan buku yang ditulis oleh guru relatif masih kurang dibandingkan dengan jumlah guru ada sekitar 2,7 juta orang. Kurangnya jumlah penerbitan tersebut bagaimanapun sedikit-banyaknya berkorelasi dengan kemampuan

menulis guru. Selain itu, belum tumbuh budaya menulis di sekolah. Hal ini dapat terlihat dari proses pembelajaran yang jarang mampu merangsang murid agar tergerak untuk menulis. Atau paling tidak guru mau mengintegrasikan kegiatan menulis dengan mata-mata pelajaran. Kegiatan atau tugas tulis menulis lebih banyak dibebankan pada guru Bahasa Indonesia.

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi kesulitan menulis karya ilmiah. Salah satunya melalui research lesson dalam lesson study. Research lesson adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang ditulis berdasarkan hasil kolaborasi dengan guru lain, pelaksanaan pembelajaran oleh guru model yang diamati guru lain, pembahasan pembelajaran dalam sesi refleksi, perbaikan RPP, pelaksanaan pembelajaran kembali, dan pelaporan. Makalah ini akan membahas upaya pengembangan kemampuan menulis karya ilmiah melalui kegiatan lesson study dengan fokus pembahasan pada research lesson.

KEMAMPUAN PENULISAN KARYA ILMIAH

Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasikan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan (Firman, 2004). Jenis-jenis karangan ilmiah diantaranya adalah laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, artikel jurnal, yang semuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut menjadi acuan atau referensi bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Suatu karya ilmiah akan diakui keberadaan-nya jika dipublikasikan dalan forum ilmiah atau media publikasi tertulis seperti jurnal atau majalah ilmiah. Sistematika penulisan karya ilmiah bersifat fleksibel dan beragam, dalam arti bergantung pada permintaan penerbit atau penyelenggaran forum ilmiah. Secara umum, karya ilmiah mencakup jawaban dari pertanyaan-pertanyan berikut: Apa yang menjadi masalah?; kerangka acuan teoritik apa yang digunakan untuk memecahkan masalah?; bagaimana cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut?; apa yang

Page 85: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 84

ditemukan?; dan makna apa yang dapat diambil dari temuan tersebut?

Seorang penulis atau seorang peneliti yang hendak membuat tulisan, agar mampu melakukan kegiatan menulis dengan baik, diperlukan bekal yang memadai. Marahimin (2001) menyebut seorang penulis harus mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan petunjuk umum yang harus dikuasai, sebelum penulis itu memilih bentuk tulisan yang akan diselesaikannya. Agar kegiatan menulis ini lancar, tanpa kendala yang berarti, maka seorang penulis harus memiliki bekal, yaitu 1) keinginan untuk membaca karena mrmbaca adalah sarana utama menuju keterampilan menulis; 2) memiliki latar belakang informasi dari materi yang akan ditulis; 3) memiliki gambaran seorang yang sempurna ibarat bulatnya bola (Well-rounded Man); 4) memiliki kepekaan bahasa dan kepekaan terhadap subtansi atau materi. Kepekaan terhadap bahasa ialah peka terhadap hal-hal yang menyangkut bentuk tulisan, paragraph, kalimat, arti kata, arti kiasan, bunyi kata, diksi dan lain-lain, sedangkan kepekaan subtansi atau materi menyangkut isi tulisan; dan 5) menghindari tiga perasaan, yaitu rasa cepat puas, sikap ingin menang sendiri dan cepat putus asa.

“RESEARCH LESSON” DALAM LESSON STUDY

Lesson study merupakan salah satu strategi pengembangan profesional pendidik/guru. Kelom-pok pendidik mengembangkan pembelajaran se-cara bersama-sama dan menentukan salah satu guru untuk melaksanakan pembelajaran tersebut, se-dangkan guru lainnya mengamati belajar peserta pendidik selama pembelajaran berlangsung. Pada akhir kegiatan, pendidik tersebut berkumpul dan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang dilakukan, merevisi dan menyusun pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil diskusi (Richardson, 2004).

Kegiatan lesson study merupakan suatu stra-tegi pembinaan profesi pendidik secara terencana dan berkelanjutan melalui prinsip-prinsip kolegali-tas, mutual learning, dan learning community. Les-son study merupakan siklus kegiatan kelompok pendidik yang bekerja bersama dalam menentukan tujuan pembelajaran, melakukan “research les-sons,” dan secara berkolaborasi mengamati, men-diskusikan dan memperbaiki pembelajaran tersebut (Lewis, 2002). Gambar 1 menunjukkan siklus dalam lesson study.

Research lesson adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang ditulis berdasarkan hasil kolaborasi dengan guru lain, pelaksanaan pembela-jaran oleh guru model yang diamati guru lain, pem-bahasan pembelajaran dalam sesi refleksi, perbai-kan RPP, pelaksanaan pembelajaran kembali, dan pelaporan.

Research lesson merupakan rencana peneli-tian dapat dibangun dalam format tiga kolom. Ko-lom pertama berisi langkah-langkah rinci tentang pelajaran disertai dengan kegiatan belajar (dengan perkiraan waktu yang dialokasikan untuk setiap kegiatan), pertanyaan-pertanyaan guru, dan respon siswa yang diantisipasi. Kolom kedua menjelaskan kegiatan dukungan guru selama pelajaran. Kolom ketiga memberikan penilaian selama pembelajaran. Untuk memudahkan pencatatan oleh pengamat, denah tempat duduk siswa disatukan dengan ren-cana pembelajaran.

Pada saat melaksanakan lesson study, tim les-son study memilih tema penelitian sesuai tujuan pembelajaran yang disusun pada RPP. Tim kemu-dian menentukan fokus penelitian tentang upaya mencapai tujuan tersebut dan upaya-upaya yang akan dilakukan. Pertanyaan krusial yang dapat dia-jukan pada tahap ini adalah: What do we want stu-dents to know and be able to do when this lesson is concluded?

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS KARYA ILMIAH MELALUI LESSON STUDY

Upaya pengembangan kemampuan menulis karya ilmiah dalam lesson study dilakukan dapat difokus pada 2 hal yaitu penulisan pengalaman melaksanakan lesson study dan penulisan laporan penelitian melalui Penelitian Tindakan Kelas yang dikolaborasi dengan lesson study. Penulisan pengalaman melaksanakan lesson study dilakukan dengan pembimbingan antar sejawat antar guru atau dengan pembimbingan dari tim pendam-pingan. Proses pembimbingan dilakukan secara bertahap pada seluruh aspek kemampuan menulis karya ilmiah.

Penulisan karya ilmiah melalui pelaporan penelitian dapat dilakukan dengan kolaborasi PTK dan Lesson study. PTK dan lesson study merupa-kan kegiatan yang dapat digunakan untuk mengem-bangkan profesionalisme guru. Ada beberapa persamaan antara PTK dan lesson study, yaitu 1) PTK dan LS dilakukan dengan menggunakan

Page 86: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 85

siklus, terencana dan berulang; 2) PTK dan LS dilaksanakan guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Kolaborasi PTK dan lesson study dilakukan

dengan menyesuaikan kegiatan dan waktu yang akan dilakukan. Permasalahan pada PTK dapat dijadikan research lesson dalam lesson study.

Gambar 1. Skema Siklus dalam Lesson Study

Tabel 1. Penjadwalan PTK Berbasis Lesson Study

Lesson Study I PTK (Siklus 1) Kegiatan PTK berbasis Lesson Study Plan Perencanaan I Mengidentikasi masalah awal

Menyusun perangkat pembelajaran (RPP, LKS,lembar obser-vasi, alat tes ) untuk beberapa pertemuan (disesuaikan dengan kebutuhan dan materi ajar)

Do-See-refleksi Pelaksanaan Pembelajaran pertemuan 1 Do-See-refleksi

Tindakan I, Observasi I Pelaksanaan Pembelajaran pertemuan 2

Evaluasi I Postes siklus 1 Refleksi 1 Temuan siklus 1

Lesson Study II PTK (Siklus 2) Kegiatan PTK berbasis Lesson Study Plan Perencanaan II Mengidentikasi masalah berdasarkan temuan siklus 1

Menyusun perangkat pembelajaran (RPP, LKS,lembar observasi, alat tes ) untuk beberapa pertemuan (disesuaikan dengan kebutuhan dan materi ajar)

2. Research Lesson Salah satu pendidik melaksanakan pembelajaran berdasarkan desain

yang telah disusun, sedangkan pen-didik lain mengamati dan mengum-pulkan data tentang belajar, berpikir, perilaku peserta pendidik dan lain-

nya.

3. Diskusi

Menganalisis data yang dikumpulkan pada saat research lesson secara

bersama-sama

4. Konsolidasi belajar Menulis laporan yang mencakup perencanaan pembelajaran, data

peserta pendidik hasil pengamatan, dan melakukan

refleksi terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

Jika diperlukan pendidik memperbaiki dan mengulang

kembali pembelajaran.

1. Identifikasi dan Perencanaan Tujuan

Mengidentifikasi tujuan belajar peserta pendidik dan

Merencanakan desain pembelajaran, yang meliputi

“research lesson”yang diamati secara berkolaborasi

Page 87: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 86

Do-See-refleksi Pelaksanaan Pembelajaran pertemuan 3 Do-See-refleksi

Tindakan II, observasi II dan Pelaksanaan Pembelajaran pertemuan 4

Evaluasi II Postes siklus 2 Refleksi I1 Temuan siklus 2

Perencanaan PTK dilakukan pada tahap plan pada lesson study. Pada saat plan lesson study di-rancang perangkat pembelajaran (RPP, LKS, lembar observasi dan soal tes) untuk siklus PTK. Pada saat Do-See lesson study dilakukan pelaksanaan tindakan dan observasi PTK. Contoh penjadwalan PTK berbasis lesson study dapat dilihat pada tabel 1.

Kolaborasi PTK dan lesson study memberi peluang pada guru atau pendidikan lainnya untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah. Pada guru, melalui karya ilmiah hasil kola-borasi PTK dan lesson study diharapkan akan mengurangi kesulitan guru dalan naik pangkat sehingga profesionalisme akan terus menerus ber-kembanga secara berkelanjutan.

KESIMPULAN

Lesson study merupakan wahana pengembangan perofesionalisme guru, khususnya kemampuan menulis karya ilmiah. Dalam upaya meningkatkan kemampuan meneliti, lesson study dapat dikolaborasi dengan penelitian tindakan kelas. Tema penelitian dapat ditentukan dalam research lesson yang juga merupakan permasalahan penelitian. Hasil lesson study yang dikolaborasi dengan PTK memberi peluang bagi guru dan pendidik lainnya untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah.

DAFTAR RUJUKAN

Lewis, C.C. 2002. Lesson study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philedel-phia, PA: Research for Better School, Inc.

Rahayu, S. 2006. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan Lesson study. Makalah. Disajikan dan Workshop Lesson study yang diselenggarakan oleh FMIPA Universitas Negeri Malang, 6 April 2006.

Richardson, J. 2004. Lesson study: Teacher learn how to improve instruction. National Staff Devel-opment Council (NSDC) (tersedia http://www.nsdc.org).

Susilo, H., Chotimah, H., Joharmawan, R., Jumiati, sari, Y.D. & Sunarjo. 2009. Lesson Study Ber-basis Sekolah. Malang; Bayumedia Publishing.

Page 88: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 87

PENDUKUNG DAN KENDALA DALAM MENYELENGGARAKAN LESSON STUDY

DI KABUPATEN FLORES TIMUR

Lilis Ika Herpianti Sutikno

SMP Negeri 2 Nekamese, Kab. Kupang, Nusa Tenggara Timur

Abstrak: Perlu kita tahu peranan dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik dalam hal meningkatkan mutu pendidikan dirasa semakin berat. Oleh karena itu Pemerintah berupaya untuk menyiapkan pro-gram – program yang dapat meningkatkan kompetensi dan daya saing dari para tenaga pendidik yang ada di setiap daerah, termasuk di Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur.

Kabupaten Flores Timur terletak pada 8º04’ LS - 8º40’ LS dan 122º38’ BT - 123º57’ BT, beriklim tro-pis dengan musim kemarau yang panjang rata-rata (8-9) bulan dan musim hujan yang relatif singkat rata-rata (2-3). Dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara: Laut Flores, Sebelah Selatan: Laut Sawu, Sebelah Timur: Kabupaten Lembata, Sebelah Barat: Kabupaten Sikka dengan luas wilayah: 5.983.38 km2. Luas Kabupaten Flores Timur terdiri dari: Luas daratan: 1.812.85 km (31%) dan Luas lautan: 4.170.53 km2 (69%), secara umum untuk luas daratan terdiri dari: Flores Timur daratan: 1.066.87 km2 (58.85%), Pulau Solor: 226.34 km2 (12,48%), Pulau Adonara: 519.64 km2 (28,67%). Kabupaten Flores Timur memiliki 18 kecamatan, 17 kelurahan dan 209 desa serta memiliki 10 jenis persekolahan yang terdiri dari SD/MI 285 Sekolah, dengan jumlah guru semuanya 2669 yang berijazah S1 hanya 111 guru. SMP/MTs 64 Sekolah, dengan jumlah guru semuanya 963 yang berijazah S1 hanya 33 guru. SMA/MA 19 Sekolah, dengan jumlah guru semuanya 414 yang berijasah S1 jumlah 218 guru, dan berijasah S2 15 guru, dan SMK 7 Sekolah, dengan jumlah guru semuanya 150 guru yang berijasah S1 jumlahnya 120 guru. Dengan gambaran singkat diatas menunjukkan bahwa di kabupaten Flores Timur Guru profesional sangat kurang hal ini membuat pendidikan di kabupaten Flores Timur kurang mendapatkan perhatian dari Departemen Pendidikan di Jakarta, ironis sekali di salah satu sekolah bahkan dijumpai dalam rombongan kelas 9 belum fasih berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, bagaimana bisa meningkatkan mutu pendidikan jika hal ini terjadi di sekolah menengah pertama?, se-mentara soal ujian nasional semuanya menggunakan bahasa Indonesia menurut ejaan yang disempur-nakan.

Dari data diatas, LPMP NTT peduli terhadap peningkatan sumber daya dan kompetensi dari guru dalam pembelajaran di kelas melalui kegiatan bimtek Lesson Study, kami berharap di kabupaten Flores Timur akan mengalami peningkatan kompetensi guru dalam mendidik dan mengajar menggunakan les-son study yang maknanya adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembela-jaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip kolegalitas dan mutual learning. Den-gan lesson study bukan saja dapat meningkatkan kompetensi guru melainkan juga dapat mendongkrak mutu kelulusan di kabupaten Flores Timur, serta sejalan dengan tuntutan Guru yang profesional dalam mengembangkan pembelajaran di kelas, karena itu akses program perlu samapi ke desa kecil dan ter-pencil sekalipun, walau harus menempuh kedaerah tersebut dengan menggunakan perahu kecil yang

Page 89: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 88

membelah lautan dua kali dari Kota Larantuka (ibu kota kabupaten) menuju ke desa tersebut. Dengan adanya program Bimtek Lesson Study, maka para guru mampu dan dapat melaksanakan lesson study sesuai spesifikasi bidang yang diampu.

Mengingat pentingnya melaksanakan Lesson Study untuk guru maka diperlukan adanya sosialisasi kegiatan ini sampai ke Flores Timur tempat dimana Gubernur NTT (Drs. Frans Leburaya) dilahirkan. Target bimbingan kami ambil contoh di SMP Negeri 1 Larantuka, yang terletak di jantung kota Laran-tuka Jalan Basoeki Rahmat Kelurahan Pukentobi Wangibao Larantuka, dan MTs Negeri Lamakera, Jalan raya Lamakera, Desa Watobuku, Solor Timur, dimana kedua sekolah tersebut sama sekali belum pernah mendengar istilah lesson study yang terdiri dari tiga komponen yaitu Plan (perencanaan), Do (pelaksanaan), See (refleksi). SMP Negeri 1 Larantuka memiliki 267 siswa, 45 guru, dan berpendidikan S1 berjumlah 18 guru, yang telah tersertifikasi 5 guru. Sedangkan MTs Negeri Lamakera memiliki 74 siswa, 9 guru, dan berpendidikan S1 berjumlah 8 guru, yang telah tersertifikasi 1 orang.

Konsep pembelajaran yang diterapkan di kedua sekolah tersebut adalah konsep pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Dimana guru mengajar didepan kelas sambil berceramah / bercerita dan murid mendengarkan dengan seksama. Kedua sekolah yang kami kunjungi semua menggunakan metode pembelajaran seperti diatas. Hal ini membuat siswa tidak aktif dalam belajar, siswa menjadi pasif dan mendengarkan saja. Dari pihak guru tidak diketahui siswa mana yang aktif dan siswa mana yang pasif, pembelajaran seperti ini hanya satu arah dan berpusat pada guru saja. Pembelajaran seperti ini mematikan kreativitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, hal ini membuat prestasi belajar anak turun.

Dengan pembelajaran menggunakan Lesson Study hal seperti diatas dapat diminimalisir, dan membuat siswa menjadi aktif dan kreatif dalam mengikuti pelajaran di kelas. Dengan Lesson Study menumbuhkan keberanian anak untuk menyampaikan pendapat dimuka kelas. Bagi guru menumbuhkan kreatifitas juga lebih inovatif dalam menyampaikan materi di kelas.

Adapun beberapa manfaat Lesson Study bagi guru adalah: (1) Guru semakin percaya diri, hal itu terjadi karena semakin banyak observer berarti akan semakin banyak masukan yang di dapat. Dampaknya, akan semakin sempurna rencana pembelajaran tersebut. (2) Mendewasakan profesi guru, adanya saran dan kritik dari teman sejawat akan semakin memperkaya wawasan dan ilmu yang dimiliki. (3) Tidak canggung saat diamati, semakin sering bergabung pada kegiatan Lesson Study maka guru tersebut akan semakin banyak ilmu. (4) Tumbuhnya rasa kesejawatan yang tinggi diantara guru. Semakin sering mengikuti kegiatan lesson study, semakin mendorong guru untuk selalu belajar dan diskusi bersama dalam mewujudkan cita-cita menjadi guru yang profesional. (5) Memperkaya wawasan model pembelajaran inovatif.

Lesson Study bermanfaat sangat besar bagi peningkatan mutu pendidikan di Nusa Tenggara Timur khususnya Kabupaten Flores Timur maka dengan semangat juang Raden Ajeng Kartini saya mengembangkan Lesson Study ini sampai ke Kabupaten Flores Timur, semoga bermanfaat untuk peningkatan Etos kerja di bidang pendidikan, juga mutu pendidikan di Indonesia secara keseluruhan.

Kabupaten Flores Timur terletak pada 8º04’ LS - 8º40’ LS dan 122º38’ BT - 123º57’ BT, beriklim tropis dengan musim kemarau yang panjang rata-rata (8-9) bulan dan musim hujan yang relatif singkat rata-rata (2-3) bulan.

Batas Kabupaten Flores Timur adalah sebagai berikut, Sebelah Utara: Laut Flores, Sebelah Selatan: Laut Sawu, Sebelah Timur: Kabupaten Lembata, dan Sebelah Barat: Kabupaten Sikka.

Luas Wilayah Kabupaten Flores Timur keseluruhan adalah 5.983.38 km2, yang terdiri dari:

Luas daratan: 1.812.85 km (31%), Luas lautan: 4.170.53 km2 (69%). Secara umum untuk luas daratan terdiri dari: Flores Timur daratan: 1.066.87 km2 (58.85%), Pulau Solor: 226.34 km2 (12,48%), Pulau Adonara : 519.64 km2 (28,67%).

Wilayah Administrasi Pemerintahan terdiri dari: 18 Kecamatan, 17 Kelurahan, dan 209 Desa.

Kabupaten Flores Timur terdapat 10 jenis persekolahan yaitu: 1. TK / RA (Data tidak di ketahui)

Page 90: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 89

2. SD / MI / SDLB yang terdiri dari SD/MI 285 Sekolah, dengan jumlah guru semuanya 2669 (rata-rata satu sekolah mendapat 9 Guru) sedang yang berijazah S1 hanya 111 guru.

3. SMP/MTs 64 Sekolah, dengan jumlah guru semuanya 963 yang berijazah S1 hanya 33 guru.

4. SMA/MA 19 Sekolah, dengan jumlah guru semuanya 414 yang berijasah S1 jumlah 218 guru, dan berijasah S2 15 guru.

5. SMK 7 Sekolah, dengan jumlah guru semuanya 150 guru yang berijasah S1 jumlahnya 120 guru. Dengan gambaran singkat diatas

menunjukkan bahwa di kabupaten Flores Timur Guru profesional sangat kurang hal ini membuat pendidikan di Kabupaten Flores Timur kurang mendapatkan perhatian dari Departemen Pendidikan di Jakarta, ironis sekali di salah satu sekolah bahkan dijumpai dalam rombongan kelas 9 belum fasih berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, bagaimana bisa meningkatkan mutu pendidikan jika hal ini terjadi di sekolah menengah pertama?, sementara soal ujian nasional semuanya menggunakan bahasa Indonesia menurut ejaan yang disempurnakan.

SASARAN

Kami memilih 2 sekolah, SMP Negeri di Kota Larantuka (Ibukota FloresTimur), dan satu Madrasah Negeri di Desa terpencil, jarak kedua sekolah ini dipisahkan oleh dua lautan (Dari Larantuka menuju Tobilota menumpang perahu dengan kendaraan sepeda motor dimuat dalam perahu agar memudahkan saya dalam perjalan darat dari Waewerang Timur menuju Waewerang Barat berjarak kurang lebih 35 Km, dan saya menempuh perjalanan tersebut dengan ojek yang saya tumpangi dari Kota Larantuka), sesampainya di Waewerang barat kami masih menunggu perahu kecil yang membawa saya sampai ke Desa Watobuku Lamakera Solor Timur perjalanan yang sungguh sangat melelahkan sekaligus menyenangkan.

Perjalanan menuju MTs Negeri Lamakera dimulai dengan menumpang perahu dari Larantuka menuju ke Tobilota, di dalam perahu kami berdesak-desakkan dengan ikan hasil tangkapan nelayan yang akan di olah menjadi ikan kering. Agar tidak mabuk laut saya pindah di dek perahu yang atasnya memuat sepeda motor penumpang di bawah.

Kendaraan kami diturunkan dari perahu, dan siap meng-antar saya lewat jalan darat dengan kendaraan ojek saya menuju Waewerang Barat, yang berjarak kurang lebih 35 Km, dengan jalan sempit, licin serta di guyur oleh hujan rintik-rintik di sepanjang perjalan.

Page 91: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 90

Perjalanan darat saya berakhir di Waewerang, dan saat-nya saya naik perahu lagi menuju Ke Desa seberang (Desa Watobuku Lamakera). Seperti inilah perjalan saya dari Waewerang menuju Desa Watobuku, Lamakera, Solor Timur. Perjalanan me-nuju Desa Watobuku hanya dapat ditempuh dengan pe-rahu kecil saja, dan harus menunggu hingga 2 jam lama-nya, karena tidak pengalaman naik perahu kecil, saya terjatuh saat hendak naik perahu (sungguh pengalaman yang luar biasa indah dan tidak akan pernah terlupakan!).

Sekolah yang saya kunjungi tersebut adalah ;

1. SMP Negeri 1 Larantuka Jalan Basoeki Rahmat Kelurahan Pukentobi

Wangibao Larantuka - Flores Timur. 2. MTs Negeri Lamakera Jalan Raya Lamakera, Desa Watobuku, Solor

Timur.

Alasan saya memilih SMPN 1 Larantukan karena Kepala SMPN 1 Larantuka adalah ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), sehingga Kegiatan Lesson Study nantinya dapat disampaikan kepada rekan-rekan kepala sekolah di Kabupaten Flores Timur. 1. Keadaan di SMP Negeri 1 Larantuka

Potensi di lingkungan sekolah yang mendukung program kegiatan belajar mengajar adalah: Lingkungan yang tenang, Sarana air yang memadai, Lingkungan/halaman dan tanaman sekolah yang indah, bersih dan hijau, Berada di pusat Kota Larantuka (Ibukota Flores Timur).

Suasana asri di lingkungan sekolah SMPN 1 Larantuka, Flores Timur Foto dari kiri ke kanan; Pak Fransiskus Ndolu, Dra. Lilis I.H.Sutikno, SH, Drs. Arnoldus A. Langoday (Kepala Sekolah), dan Bapak Wilibrodus Konstantinus Wungbelen, S.Pd (Ka Ur Kurikulum).

Keadaan Guru / Tenaga Pendidik

Status Kepegawaian No Ijazah tertinggi Jumlah Guru Tetap Jumlah Guru Tidak Tetap

1 S3 / S2 - - 2 S1 / D4 16 2 3 D3 12 1 4 Sarjana Muda - - 5 D2 3 - 6 D1 / PGSLP 11 - 7 SLTA - - Jumlah 42 3

Page 92: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 91

Keadaan Siswa (3 Tahun terakhir)

No Keadaan Siswa Tahun Pelajaran

Kelas VII (Orang)

Kelas VIII (Orang)

Kelas IX (Orang)

Jumlah seluruh siswa

2007-2008 226 219 190 635 2008-2009 267 235 184 686

1

Jumlah siswa

2009-2010 267 284 174 689 2007-2008 6 6 6 18 2008-2009 6 6 6 18

2

Jumlah rombongan

belajar 2009-2010 6 7 6 19

Profil Tamatan (3 Tahun terakhir)

Rata-rata NEM No Tahun Pelajaran

% Kelulusan BINDO BING MAT IPA

Siswa yang melanjutkan

ke SLTA (%) 1 2007 / 2008 44,21 7,02 4,22 4,38 5,04 99,45 2 2008 / 2009 75,18 7,48 5,66 4,66 5,74 99,68 3 2009 / 2010 97,70 7,32 5,84 4,76 5,85 99,80

Kondisi Orang Tua Siswa

Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Jumlah (%) 1 Pegawai Negeri Sipil 201 = 29,17% 2 TNI / POLRI 46 = 5,45% 3 Karyawan Swasta 113 = 13,38% 4 Petani 374 = 39,57% 5 Pedagang / Swasta 82 = 9,71% 6 Nelayan 69 = 8,17 7 Lain – lain -

Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (%) 1 SD 48 2 SLTP 22 3 Perguruan Tinggi 4

2. Keadaan MTs Negeri Lamakera

Potensi di lingkungan sekolah yang mendu-kung program kegiatan belajar mengajar adalah: Lingkungan yang tenang, Sarana air yang mema-

dai, Lingkungan/halaman sekolah yang bersih, Ber-ada di pesisir pantai Desa Watobuku, Lamakera Pulau Solor Timur.

Keadaan Guru / Tenaga Pendidik

Status Kepegawaian No Ijazah tertinggi Jumlah Guru Tetap Jumlah Guru Tidak Tetap

1 S3 / S2 - - 2 S1 / D4 6 - 3 D3 - 1 4 Sarjana Muda - - 5 D2 - - 6 D1 / PGSLP 1 - 7 SLTA - - Jumlah 7 1

Page 93: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 92

Keadaan Siswa (3 Tahun terakhir)

No Keadaan Siswa Tahun Pelajaran

Kelas VII (Orang)

Kelas VIII (Orang)

Kelas IX (Orang)

Jumlah seluruh siswa

2007-2008 28 24 24 76 2008-2009 24 29 20 73

1

Jumlah siswa

2009-2010 24 20 30 74 2007-2008 1 1 1 3 2008-2009 1 1 1 3

2

Jumlah rombongan belajar

2009-2010 1 1 1 3

Profil Tamatan (3 Tahun terakhir)

No Tahun Pelajaran % Kelulusan 1 2007 / 2008 40,00 2 2008 / 2009 43,33 3 2009 / 2010 90,00

PERMASALAHAN

Kedua sekolah yang saya kunjungi belum pernah sama sekali mendengar kata Lesson Study/ istilah Lesson Study, hal ini sungguh membuat saya bekerja ektra keras untuk memperkenalkan model pembelajaran dari Negara Jepang yang merupakan sebuah gerakan pendidikan yang dilakukan para guru dimaksudkan untuk mengimplementasikan ”pengajaran berpusat pada siswa”

Sekolah-sekolah di Kabupaten Flores Timur masih menggunakan pembelajaran individual, di-mana siswa duduk sendiri-sendiri dan guru berdiri di depan kelas sambil bercerita (ceramah berva-riasi), seperti gambar di bawah ini suasana pembelajaran di MTs Negeri Lamakera, Desa Watobuku, Solor Timur.

Untuk merubah pola pembelajaran ber Lesson Study memerlukan komitmen dari stake holder yang ada. Di MTs Negeri Lamakera masih 90% dijumpai siswa tidak fasih menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi rekan-rekan guru yang tidak berasal dari daerah/Desa tersebut, dalam menyam-paikan materi pelajaran di kelas, karena mau me-rubah kearah yang lebih baik saya menempuh jalan untuk bersilahturahmi kepada Kepala Desa setempat untuk membantu pihak sekolah menghimbau masyarakat agar tidak menggunakan bahasa daerah di lingkungan sekolah, sebab jika hal ini dibiarkan berkelanjutan (disekolah mengguna-kan bahasa daerah maka siswa kita juga yang merugi). Alhamdulillah Kepala Desa bersedia untuk bekerjasama dengan pihak sekolah dalam

menanggani masalah bahasa daerah di lingkungan sekolah.

TUJUAN

Adapun tujuan dari kegiatan Bimtek Lesson Study yang saya laksanakan di Kabupaten Flores Timur adalah untuk:

Meningkatkan kemapuan Guru dalam proses belajar mengajar;

Menyampaikan informasi yang bersifat formal tentang pentingnya Lesson Study dalam kegiatan pembelajaran di kelas untuk semua mata pelajaran;

Sebagai Quality Assurance agar Program Bimtek lesson study dapat dilaksanakan sesuai sa-sarannya, dan dapat dikembangkan dalam wadah Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), serta melalui Mu-syawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) tingkat Kabupaten Flores Timur.

Meningkatkan mutu pendidikan dengan mendongkrak angka kelulusan

Page 94: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 93

Suasana pembelajaran di dalam kelas masih mengguna-kan pembelajaran individual, dimana siswa duduk sendiri-sendiri dan guru berdiri di depan kelas sambil bercerita (ceramah bervariasi). Gambar di ambil di MTs Negeri Lamakera, Solor Timur.

HASIL YANG DIHARAPKAN

Dalam kegiatan Bimtek di Kabupaten Flores Timur khususnya di SMPN 1 Larantuka dan MTs Negeri Desa Watobuku Lamakera Solor Timur ini diharapkan stake holder yang ada memiliki kemampuan: 1. Mengajar dengan menerapkan Lesson Study

secara benar pada setiap matapelajaran yang ada, seperti yang telah di lakukan oleh Pak Fans Ndolu di SMPN 1 Larantuka, dan Pak Ismail di MTs Negeri Lamakera;

2. Meningkatnya kemampuan guru dalam pelak-sanaan lesson study;

3. Adanya informasi yang bersifat formal tentang pentingnya peranan guru masing-masing da-lam kegiatan lesson study;

4. Terlaksananya Quality Assurance Program LESSON STUDY sesuai sasaran di masing-masing sekolah, dan dalam wadah Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS).

Kegiatan Lesson Study di SMP Negeri 1 Larantuka

Pak Frans menjadi Guru Model pada kegiatan Do (Pelaksana-an) sedang membimbing siswa dalam diskusi kelompok Pak Frans pada saat Kegiatan See (Refleksi), disamping kiri notulis, dan kanannya moderator.

Kegiatan Lesson Study di MTs Negeri Lamakera

Pak Ismail dalam kegiata Do (Pelaksanaan) Pak Ismail saat Kegiatan See (Refleksi)

KESIMPULAN

Secara garis besar lesson study dapat mem-bantu guru dalam menyampaikan materi secara

Page 95: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 94

berkolaborasi, dan manfaat lainnya adalah siswa menjadi aktif dan kreatif dalam menerima pelajar-an.

Para guru mata pelajaran dapat meningkatkan kemampuan/kompetensinya terutama dalam proses belajar mengajar secara lebih berkualitas disamping itu dapat dibangun kolaborasi yang lebih efektif da-lam rangka penguatan kapasitas dan profesionalis-me guru. Hal ini sangat berdampak positif untuk le-bih menggairahkan suasana pembelajaran karena guru memiliki perencanaan yang lebih konprehen-sif dan ideal.

Lesson Study juga sangat membuka wawas-an, menggugah kreatifitas dan investasi guru dalam tugas-tugas keprofesionalan demi peningkatan mutu pelaksanaan pembelajaran. Keseriusan dan ketertiban guru model, observer dan semua guru peserta dalam kegiatan refleksi sungguh sangat membanggakan karena Lesson Study dapat meng-gugah tanggung jawab moral terhadap keberhasilan belajar siswa secara kolaboratif

Dalam pelaksanaan Lesson Study yang terjadi pada SMP Negeri 1 Larantuka dapat di ketahui juga bahwa ada kesulitan yang dihadapi oleh Guru mata pelajaran jika Lesson Study akan diterapkan oleh semua guru disetiap kelas. Kesulitannya ada-lah jumlah siswa yang terlalu banyak akan menyu-litkan efektivitas pembelajaran; kesulitan lain ada-lah: kontinyuitas kesetiaan guru untuk menyiapkan bahan ajar yang lebih kreatif bagi siswa yang kola-boratif, menyenangkan serta keterlibatan siswa se-cara maksimal belum cukup diandalkan. Di sam-ping itu guru juga belum terbiasa dengan model pembelajaran Lesson Study.

Secara keseluruhan Pendukung Lesson Study di Kabupaten Flores Timur, yaitu: Kepala Sekolah sangat ”welcome” menerima pembaharuan dalam pembelajaran Lesson Study di sekolah masing-masing, dan bersedia membimbing Guru serta

menularkan kepada kepala sekolah lainnya di sekolah terdekatnya.

Guru sangat antusias menerima positif Lesson Study dalam setiap pembelajaran.

Guru meskipun banyak yang belum tersertifi-kasi tetapi mau belajar, hal ini menumbuhkan rasa ingin berubah ke arah yang lebih baik.

Adapun Kendala Lesson Study di Kabupaten Flores Timur, yaitu: Secara keseluruhan stake holder pendidikan di Kabupaten Flores Timur belum pernah mendengar istilah Lesson Study.

Semua sekolah menggunakan pembelajaran individual (pembelajaran berpusat pada Guru sebagai satu-satunya sumber).

Dijumpai siswa tidak fasih berbahasa Indone-sia dengan baik dan benar.

Jarak satu sekolah dengan sekolah lainnya berjauhan dan di pisahkan oleh lautan serta alat transportasi sangat terbatas.

Alat pendukung seperti listrik tidak menyala pada pagi hari, dimana aktivitas sekolah sedang berlangsung.

Di SMP Negeri 1 jumlah siswa yang melebihi 25 dalam satu kelas menyulitkan Guru untuk ber Lesson Study (idealnya dalan ber Lesson Study jumlah siswa/siswi dalam kelas tidak boleh lebih dari 25 siswa/siswi saja).

Dengan kegiatan Bimtek lesson Study di ka-bupaten Flores Timur diharapkan stake holder yang ada dapat menerapkan Lesson Study dalam setiap pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Argawinata, A.Z. Bagaimana melaksanakan Lesson Study. Widyaiswara LPMP Jabar.

Syamsuri, I. dan Ibrohim. Lesson Study. Indonesia (2005). Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Do-sen

Indonesia (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pen-didikan Nasional

JICA FPMIPA UPI. 2006. Lesson Study Suatu strategi untuk meningkatkan keprofesionalan pendidik. UPI Press

Nonaka. 2005. Knowledge Creation Makalah Presenta-si pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Universitas Indonesia.

Saito, E., Harun I., Kuboki, I. and Tachibana, H. 2006. Indonesian Lesson Study in Practice: Case Study of Indonesian Mathematics and Sciene Teacher Education Project. Journal of In-Service Education. 32 (2):174, 184

Page 96: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 95

GURU DAN SISWA: “LESSON STUDY ADALAH MESIN ATM”

Moch. Khabib Shaleh

SMA LAboratorium Universitas Negeri Malang

Abstrak:

Kata kunci: lesson study, kooperatif, konstrutikvistik, ATM.

Secara jujur kami mengakui bahwa pembela-jaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP belum berlangsung seperti yang diharapkan oleh guru maupun siswa yang bersangkutan. Hal ini lebih nyata kami rasakan saat mengajar teori kebahasaan. Guru cenderung menggunakan teknik pembelajar-an yang bercorak teoretis dan hafalan sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung kaku, monoton, dan membosankan. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia belum mampu melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional, kognitif, emosional, dan afektif kalau mereka dihadapkan pada pemahaman kompetensi menulis artikel, membuat wacana, esai, analisis kesalahan berbaha-sa, bahkan dalam kajian kesusastraan pun mereka seolah-olah tidak tertarik untuk mempelajarinya.

Penggunaan metode diskusi kelompok pun belum mampu melibatkan setiap siswa ke dalam kegiatan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Hanya siswa tertentu yang terlibat dalam proses diskusi secara dialogis dan interaktif. Akibatnya, Bahasa dan Sastra Indonesia belum mampu menjadi mata pelajaran yang disena-ngi dan dirindukan oleh siswa. Imbas lebih jauh dari kondisi pembelajaran semacam itu adalah kegagalan siswa dalam mengembangkan pengeta-huan, keterampilan berbahasa, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra.

Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut muncullah inovasi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan model kooperatif ATM (amati, tiru, dan modifikasi). Inovasi ini lahir karena terinspirasi tahapan lesson study (do, see, reflektion) dan dipandang mampu membangkitkan

kreativitas siswa dalam belajar Bahasa dan Sastra Indonesia.

Tujuan yang ingin dicapai dengan model kooperatif ATM, (1) seluruh siswa mampu terlibat secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok; dan (2) siswa dengan mudah mengemukakan pendapat dan memberikan tanggapan terhadap pendapat teman sekelasnya.

Berdasarkan rekapitulasi hasil penilaian proses dapat diketahui bahwa aspek kedisplinan, minat, kerja sama, keaktifan, dan tanggung jawab siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya siswa yang masuk kelas tepat waktu (97,5%), banyaknya siswa yang bertanya selama kegiatan pembelajaran berlang-sung (90%), banyaknya siswa yang terlibat dalam diskusi kelompok (97,5%), banyaknya siswa yang aktif dalam memecahkan masalah (97,5%), dan banyaknya siswa yang mampu menyampaikan hasil diskusi secara individual (100%). Berdasar-kan hasil penilaian proses dapat disimpulkan bahwa model kooperatif-ATM cukup efektif untuk mengembangkan sikap (afektif) siswa dalam aspek kedisplinan, minat, kerja sama, keaktifan, dan tanggung jawab.

Berdasarkan rekapitulasi hasil penilaian proses dapat diketahui bahwa siswa yang sudah mampu menjelaskankan maksud karya modifikasi yang dibuatnya ketika mempresentasikan dan bertanya jawab dengan audiens sekitar 15 siswa (50%). Akan tetapi, pada aspek kelancaran berbicara, kejelasan vokal, ketepatan intonasi, ketepatan pilihan kata, struktur kalimat, ketepatan

Page 97: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 96

mengungkapkan tokoh-tokoh cerita, kemampuan menjelaskan karakteristik tokoh, kemampuan menjelaskan latar cerita, dan kemampuan menulis kembali cerpen yang dibaca dengan memodifikasi kata/istilah/kosakata sesuai dengan pesan yang diinginkan, menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Siswa yang mampu menduplikasi karya yang dibaca 30 siswa (100%), siswa yang sudah lancar berbicara sebanyak 27 siswa (90%), siswa yang sudah mampu melakukan intonasi dengan tepat sebanyak 24 siswa (80%), siswa yang mampu memilih kata dengan tepat sebanyak 24 siswa (80%), siswa yang sudah mampu menyusun struktur kalimat dengan tepat sebanyak 24 siswa (80%), siswa yang sudah mampu mengungkapkan tokoh-tokoh cerita sebanyak 24 siswa (80%), siswa yang mampu menjelaskan karakteristik tokoh cerita sebanyak 27 siswa (90%), siswa yang mampu menjelaskan latar cerita sebanyak 27 siswa (90%), siswa yang mampu menulis kembali cerita yang dibaca dengan memodifikasi tokoh dan kata yang bermuatan pesan sebanyak 30 siswa (100%).

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model kooperatif-ATM sebagai inovasi metode diskusi kelompok cukup efektif untuk me-ngembangkan kemampuan siswa dalam membuat karya fiksi maupun nonfiksi pada aspek kelancaran berbicara, kejelasan vokal, ketepatan intonasi, ketepatan pilihan kata, struktur kalimat, ketepatan mengungkapkan tokoh-tokoh cerita, kemampuan menjelaskan karakteristik tokoh, kemampuan menjelaskan latar cerita, dan kemampuan menulis kembali cerpen yang dibaca. Akan tetapi, metode tersebut kurang efektif apabila dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan presentasi hasil modifikasi kepada teman sekelas/audien.

Setelah melaksanakan model kooperatif-ATM kebermanfaatan yang diperoleh antara lain: (1) praktis dan mudah dilaksanakan oleh setiap guru Bahasa Indonesia di SMP karena alat bantunya mudah diperoleh dan mudah diterapkan dalam ke-giatan pembelajaran. (2) Cukup efektif untuk me-numbuhkembangkan kedisplinan, minat, kerja sama, keaktifan, dan tanggung jawab siswa karena metode diskusi kelompok model kepala bernomor menekankan kemampuan siswa secara individual meskipun dilaksanakan secara berkelompok. (3) Cukup efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membuat karya fiksi maupun noonfiksi. Aspek kelancaran berbicara, kejelasan vokal, ketepatan intonasi, ketepatan pilihan kata, struktur kalimat, ketepatan mengungkapkan tokoh-

tokoh cerita, kemampuan menjelaskan karakteristik tokoh, kemampuan menjelaskan latar cerita, dan kemampuan menulis kembali cerpen yang didengar, dapat diterapkan dengan baik oleh siswa ketika menyusun karya fiksi maupun nonfiksi.(4) Cukup efektif untuk menumbuhkan budaya kompetetif di kalangan siswa karena secara kejiwaan siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk tampil sebaik-baiknya secara individual dan memiliki keterlibatan emosional untuk menjaga solidaritas kelompok ketika menyampaikan hasil diskusi. (5) Kegiatan pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa sehingga dapat menemukan jawaban sendiri (inkuiri) terhadap permasalahan yang didiskusikan. Guru hanya sebatas menjadi fasilitator yang membantu siswa dalam menumbuhkembangkan potensi dirinya. (6) Kooperatif ATM ini akan dapat menjadi mesin ATM sesungguhnya bagi siswa dan guru untuk membuat karya-karya lain.

Secara jujur kami mengakui bahwa pembela-jaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP belum berlangsung seperti yang diharapkan oleh guru maupun siswa yang bersangkutan. Hal ini lebih nyata kami rasakan saat mengajar teori kebahasaan. Guru cenderung menggunakan teknik pembelajaran yang bercorak teoretis dan hafalan sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung kaku, monoton, dan membosankan. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia belum mampu melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional, kognitif, emosional, dan afektif kalau mereka dihadapkan pada pemahaman kompetensi menulis artikel, membuat wacana, esai, analisis kesalahan berbahasa, bahkan dalam kajian kesusastraan pun mereka seolah-olah tidak tertarik untuk mempelajarinya.

Penggunaan metode diskusi kelompok pun belum mampu melibatkan setiap siswa ke dalam kegiatan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Hanya siswa tertentu yang terlibat dalam proses diskusi secara dialogis dan interaktif. Akibatnya, Bahasa dan Sastra Indonesia belum mampu menjadi mata pelajaran yang disenangi dan dirindukan oleh siswa. Imbas lebih jauh dari kondisi pembelajaran semacam itu adalah kegagalan siswa dalam mengembangkan pengeta-huan, keterampilan berbahasa, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis mengusulkan sebuah inovasi pembelajaran dengan menggunakan

Page 98: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 97

metode Kontruktivisme dengan model pembelajaran ATM.

Media pembelajaran dengan pendekatan ATM ini sangat mudah didapatkan dan dipilih oleh guru dan siswa. Media tersebut dapat berwujud karya-karya lagu (pop, rock, dangdut, campursari, remik, rohani), cerpen, novel, dan karya ilmiah yang disenangi atau menarik minat siswa. Selanjutnya, media tersebut ditranskripsikan/diperbanyak untuk dikaji bersama-sama oleh siswa.

METODE DAN PENDEKATAN YANG SUDAH ADA SAMPAI SAAT INI

Saat ini metode pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang sudah ada dan banyak dilaksanakan di SMA adalah diskusi kelompok. Dengan menggunakan metode ini, para siswa diharapkan dapat saling belajar bekerja sama dan saling berkomunikasi secara lisan sehingga mampu memecahkan masalah yang didiskusikan. Berdasar-kan pengalaman empirik di lapangan, penggunaan metode diskusi kelompok memiliki keunggulan ter-sendiri dibandingkan dengan metode ceramah. Melalui metode ini, kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru. Siswalah yang lebih aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan guru hanya memosisikan diri sebagai fasilitator pembelajaran.

Menurut Zaini dkk. (2004) keunggulan lain yang dimiliki metode diskusi kelompok, di antaranya: (1) membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir; (2) membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain; (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip; (4) membantu siswa menyadari akan suatu problem dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah; (5) menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya; dan (6) mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik .

Diskusi kelompok yang sudah menjadi pilihan terbanyak guru dalam menyampaikan pembelajaran ini berpayung pada metode pembelajaran kontruktivistik model kooperatif yang telah ada. Metode ini memberikan sistematika pembelajaran yang manusiawi bagi siswa. Artinya,

dalam prosesnya PBM yang menggunakan metode konstruktivistik-kooperatif ini siswa dapat menemukan pengalaman belajarnya secara maksimal di bawah bimbingan guru mulai dari menemukan masalah, menentukan jalan keluar, dan menghasilkan karya berkualitas hasil pembelajarannya. 1. Metode konstruktivistik model kooperatif yang

telah ada sudah banyak diterapkan oleh guru. Model yang dimaksud diantaranya:

2. Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang menggunakan langkah pembela-jaran di kelas dengan menempatkan siswa ke dalam tim campuran berdasarkan prestasi, jenis kelamin, dan suku.

3. Team-Assisted Individualization (TAI) yang lebih menekankan pengajaran individual meskipun tetap menggunakan pola kooperatif.

4. Cooperative Integrated Reading and Composi-tion (CIRC) yang digunakan untuk pembela-jaran membaca dan menulis tingkat tinggi.

5. Jigsaw yang mengelompokkan siswa ke dalam tim beranggotakan enam orang yang memela-jari materi akademik yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa subbab.

6. Learning together (belajar bersama) yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelom-pok beranggotakan empat atau lima siswa het-erogen untuk menangani tugas tertentu.

7. Group Investigation (penelitian kelompok) berupa pembelajaran kooperatif yang berciri-kan penemuan. Dalam pelaksanaan di kelas, model

pembelajaran di atas dapat dengan mudah diterapkan pada mata pelajaran MIPA (menurut penulis). Hal ini lebih terasa saat guru menjadi pengamat lesson study yang dilaksanakan oleh guru MIPA, serangkaian kegiatan pembelajaran dapat dilihat dengan baik dan berhasil guna mulai proses sampai dengan evaluasinya. Namun, untuk pelajaran non-MIPA guru perlu memilih dan memililah dalam penerapan dalam pembelajaran.

Saat guru non-MIPA (penulis sebagai guru Bahasa dan Sastra Indonesia) tertarik untuk mengujicobakan. Hasilnya, (1) belum semua siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok; dan (2) siswa masih mengalami kesulitan mengemukakan pendapat dan memberikan tanggapan terhadap pendapat teman sekelasnya. Untuk itu, kami tertantang untuk berinovasi mengembangkan model kooperatif dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Page 99: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 98

Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut muncullah inovasi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan model kooperatif ATM (amati, tiru, dan modifikasi). Inovasi ini lahir karena terinspirasi tahapan lesson study dan dipandang mampu membangkitkan kreativitas siswa dalam belajar Bahasa dan Sastra Indonesia.

MODEL KOOPERATIF-ATM

Model kooperatif-ATM sebagai inovasi pembelajaran yang mengadopsi tahapan Lesson Study ini dalam praktiknya menggunakan media dan sistematika tertentu.

Media

Media Amati (See)

Media amati (pengamatan) yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif-ATM ini antara lain: kliping; majalah, bulletin, koran (media massa dan internet); cerpen, novel, puisi (karya sastra); artikel ilmiah dan popular; baik asli maupun fotokopi.

Media Tiru (Do)

Media tiru (menirukan) yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif-ATM ini antara lain: lembar media amat dan contoh media tiru; tugas diskusi kelompok; lembar penilaian sikap (afektif).

Media Modifikasi (Refleksi)

Media modifikasi yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif-ATM ini antara lain: rubrik penilaian; dan daftar nilai.

Sistematika Pelaksanaan Model Kooperatif-ATM

Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan da-lam pelaksanaan model ini adalah sebagai berikut.

Persiapan

Ada lima hal yang dilakukan dalam tahap persiapan, antara lain sebagai berikut. 1. Pengembangan Silabus (dikembangkan

berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kurikulum Berbasis Kompetensi).

2. Pemilihan Materi Ajar (disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan perkembangan jiwa siswa yang diintegrasikan dengan penanaman nilai budi pekerti).

3. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP): RPP dijadikan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar bisa berlangsung runtut dan sistematis.

4. Menggandakan media amat, tiru, dan modifikasi sejumlah siswa.

5. Membuat nomor dada siswa tiap kelompok dan denah kelompok. Penyusunan Instrumen Penilaian: lembar

tugas diskusi kelompok; lembar penilaian sikap (afektif); rubrik penilaian; dan daftar nilai.

Pelaksanaan Kegiatan

Langkah-langkah penggunaan model kooperatif-ATM Bahasa dan Sastra Indonesia dapat dideskripsikan berikut ini: 1. Siswa berkelompok sesuai dengan nomor

depannya masing-masing. Siswa bernomor 1 berkelompok dengan siswa nomor depan 1, dan seterusnya, hingga terbentuk menjadi delapan kelompok.

2. Siswa membaca media amat dan lembar tugas 3. Siswa berdiskusi dengan teman sekelompok Setiap siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok

untuk mengerjakan tugas sebagai berikut: 1) menentukan jumlah larik/bait/bagian-bagian kar-

ya ilmiah yang dibaca 2) menentukan kata yang bermakna sama (sino-

nim untuk meniru karya) atau menggantinya dengan objek yang mempunyai kemiripan ben-tuk/makna/fungsi/keadaan.

3) menentukan pesan baru/pengalaman baru/pe-nelitian baru dengan karya yang dibaca dengan menentukan kata inti yang ingin diganti.

4) mengubah karya yang telah dibaca dengan kreasi siswa (berdasarkan kata/istilah yang te-lah dipilihnya)

5) memodifikasi karya (menulis kembali) yang te-lah dibaca dengan tujuan/pesan lain yang di-inginkan. Guru menunjuk siswa bernomor tertentu pada

setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.

Anggota kelompok memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain dengan mem-berikan alasan yang logis. Anggota kelompok yang ditunjuk untuk menyampaikan hasil diskusi kelom-

Page 100: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 99

pok atau anggota kelompok yang lain diperbo-lehkan untuk menanggapi balik terhadap tanggapan kelompok lain.

Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi dan memberikan penilaian terhadap kelom-pok yang jawabannya paling bagus. Guru meminta siswa yang menjadi anggota kelompok terbaik un-tuk maju ke depan kelas. Semua anggota kelompok yang lain berdiri dan memberikan aplaus meriah kepada anggota kelompok terbaik.

Berdasarkan pengalaman siswa pada diskusi kelompok, siswa diminta untuk mendengarkan pembacaan karya yang telah dimodifikasi ke-mudian berpasangan dengan teman sebangku untuk mengerjakan tugas sebagai berikut: 1. menjelaskan makna karya modifikasinya; 2. menjelaskan bagian karya yang dijadikan se-

bagai sumber modifikasinya; 3. menunjukkan perubahan kosakata/kata/istilah

terkait dengan pesan yang ingin disampaikan; 4. mampu menulis kembali cerpen dengan meng-

andaikan diri sebagai tokoh peneliti/penyair. Guru menyimpulkan hasil diskusi.

Evaluasi Proses Pembelajaran

Ada dua jenis penilaian yang digunakan, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan selama kegiatan diskusi kelom-pok berlangsung untuk menilai sikap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil dilakukan berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika memaparkan hasil diskusi kelompok.

Dalam penilaian proses digunakan lembar penilaian sikap (afektif) yang terdiri dari aspek: (1) kedisiplinan; (2) minat; (3) kerjasama; (4) keaktifan; dan (5) tanggung jawab.

Dalam penilaian hasil digunakan rubrik peni-laian untuk mengetahui kompetensi siswa dalam membuat karya baru (fiksi maupun nonfiksi. Ada beberapa aspek yang dinilai, yaitu (1) kelancaran menyampaikan pendapat/tanggapan; (2) kejelasan vokal; (3) ketepatan intonasi; (4) ketepatan pilihan kata (diksi); (5) struktur kalimat (tuturan); (6) kontak mata dengan pendengar; (7) ketepatan mengungkapkan data maupun cerita disertai data tekstual; (8) kemampuan menjelaskan karakteristik bagian-bagian karya yang dimaksud dengan data yang mendukung; (9) kemampuan menjelaskan kata/istilah/kosakata yang dimodifikasi; (10) kemampuan menulis kembali karya dengan mengandaikan diri sebagai penyair/peneliti.

HASIL PELAKSANAAN MODEL KOOPERATIF ATM

Berdasarkan rekapitulasi hasil penilaian pro-ses dapat diketahui bahwa aspek kedisplinan, mi-nat, kerjasama, keaktifan, dan tanggung jawab sis-wa selama kegiatan pembelajaran berlangsung me-nunjukkan hasil yang cukup signifikan. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya siswa yang masuk kelas tepat waktu (97,5%), banyaknya siswa yang bertanya selama kegiatan pembelajaran berlangsung (90%), banyaknya siswa yang terlibat dalam diskusi kelompok (97,5%), banyaknya siswa yang aktif dalam memecahkan masalah (97,5%), dan banyaknya siswa yang mampu menyampaikan hasil diskusi secara individual (100%). Berdasar-kan hasil penilaian proses dapat disimpulkan bah-wa model kooperatif-ATM cukup efektif untuk mengembangkan sikap (afektif) siswa dalam aspek kedisplinan, minat, kerjasama, keaktifan, dan tang-gung jawab.

Berdasarkan rekapitulasi hasil penilaian proses dapat diketahui bahwa siswa yang sudah mampu menjelaskankan maksud karya modifikasi yang dibuatnya ketika mempresentasikan dan bertanya jawab dengan audiens sekitar 15 siswa (50%). Akan tetapi, pada aspek kelancaran berbicara, kejelasan vokal, ketepatan intonasi, ketepatan pilihan kata, struktur kalimat, ketepatan mengungkapkan tokoh-tokoh cerita, kemampuan menjelaskan karakteristik tokoh, kemampuan menjelaskan latar cerita, dan kemampuan menulis kembali cerpen yang dibaca dengan memodifikasi kata/istilah/kosakata sesuai dengan pesan yang diinginkan, menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Siswa yang mampu menduplikasi karya yang dibaca 30 siswa (100%), siswa yang sudah lancar berbicara sebanyak 27 siswa (90%), siswa yang sudah mampu melakukan intonasi dengan tepat sebanyak 24 siswa (80%), siswa yang mampu memilih kata dengan tepat sebanyak 24 siswa (80%), siswa yang sudah mampu menyusun struktur kalimat dengan tepat sebanyak 24 siswa (80%), siswa yang sudah mampu mengungkapkan tokoh-tokoh cerita sebanyak 24 siswa (80%), siswa yang mampu menjelaskan karakteristik tokoh cerita sebanyak 27 siswa (90%), siswa yang mampu menjelaskan latar cerita sebanyak 27 siswa (90%), siswa yang mampu menulis kembali cerita yang dibaca dengan memodifikasi tokoh dan kata yang bermuatan pesan sebanyak 30 siswa (100%).

Page 101: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 100

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model kooperatif-ATM sebagai inovasi metode diskusi kelompok cukup efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membuat karya fiksi maupun nonfiksi pada aspek kelancaran berbicara, kejelasan vokal, ketepatan intonasi, ketepatan pilihan kata, struktur kalimat, ketepatan mengungkapkan tokoh-tokoh cerita, ke-mampuan menjelaskan karakteristik tokoh, kemampuan menjelaskan latar cerita, dan kemampuan menulis kembali cerpen yang dibaca. Akan tetapi, metode tersebut kurang efektif apabila dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan presentasi hasil modifikasi kepada teman sekelas/ audien.

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melaksanakan model kooperatif-ATM kebermanfaatan yang diperoleh antara lain:

Praktis dan mudah dilaksanakan oleh setiap guru Bahasa Indonesia di SMP karena alat Bantu-nya mudah diperoleh dan mudah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.

Cukup efektif untuk menumbuhkembangkan kedisplinan, minat, kerjasama, keaktifan, dan tanggung jawab siswa karena metode diskusi ke-lompok model kepala bernomor menekankan kemampuan siswa secara individual meskipun dilaksanakan secara berkelompok.

Cukup efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membuat karya fiksi

maupun nonfiksi. Aspek kelancaran berbicara, kejelasan vokal, ketepatan intonasi, ketepatan pilihan kata, struktur kalimat, ketepatan mengungkapkan tokoh-tokoh cerita, kemampuan menjelaskan karakteristik tokoh, kemampuan menjelaskan latar cerita, dan kemampuan menulis kembali cerpen yang didengar, dapat diterapkan dengan baik oleh siswa ketika menyusun karya fiksi maupun nonfiksi.

Cukup efektif untuk menumbuhkan budaya kompetetif di kalangan siswa karena secara kejiwaan siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk tampil sebaik-baiknya secara individual dan memiliki keterlibatan emosional untuk menjaga solidaritas kelompok ketika menyampaikan hasil diskusi.

Kegiatan pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa sehingga dapat menemukan jawaban sendiri (inkuiri) terhadap permasalahan yang didis-kusikan. Guru hanya sebatas menjadi fasilitator yang membantu siswa dalam menumbuhkembangkan potensi dirinya.

Kooperatif ATM ini akan dapat menjadi mesin ATM sesungguhnya bagi siswa dan guru untuk membuat karya-karya lain.

Page 102: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 101

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SEJARAH LEWAT LESSON STUDY DALAM RANGKA PENINGKATAN

KUALITAS BELAJAR SISWA SMA LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Made Ari Sambodo

SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang

Abstrak: Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan seni tersendiri yang harus dimilki seorang guru, jika guru kurang mampu berperan dalam pengembangan pembelajaran maka akan berakibat kurangnya minat siswa untuk belajar, padahal sekolah dan guru merupakan merupakan satu komponen sistem yang terkait serta menjadi bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan. Daya minat rendah, dan kejenuhan siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Lab UM mendorong guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya. Penerapan lesson study bagi pembelajaran sejarah dengan kooperatif dan kolaborasi memberikan kesempatan luas pada guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berbagai cara dilakukan supaya pembelajaran menjadi inovatif dan menyenangkan. Hasil pengembangan pembelajaran sejarah lewat penerapan Lesson study ternyata mampu meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah di SMA Lab UM.

Kata kunci: lesson study, peningkatan kualitas belajar, pengembangan pembelajaran sejarah

Bukan menjadi rahasia umum bahwa pelajar-an sejarah adalah mata pelajaran yang membosan-kan, menjenuhkan dan kadarluwasa. Kita sebagai pendidik tentunya tidak dapat sepenuhnya menya-lahkan siswa. Sebagian besar substansi pembelajar-an sejarah adalah penyuguhan fakta, data dan inter-pretasi masa lampau (Kartodirdjo, 1992) Persoalan yang menarik adalah mengapa dalam proses belajar mengajar sejarah siswa menjadi bosan, mengapa siswa selalu jenuh, atau mungkin beranggapan apa yang terjadi pada masa lampau tidak mungkin untuk dihadirkan kembali. Sebagian siswa meng-anggap mata pelajaran sejarah sebagai kelas dua setelah ilmu alam, karena siswa berasumsi bahwa untuk apa kita mempelajari masa lampau yang telah usang, apa gunanya kita belajar sejarah, masa lampau yang sudah lewat tidak perlu diteliti atau dipelajari.

Tujuan utama proses belajar mengajar adalah bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa (baik ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa, menurut Sciefelbein & Simon (1981) dalam Jumadi, tiga aspek yang menentukan adalah (a) sumber belajar, (b) proses belajar di sekolah, dan (c) kecakapan guru. Faktor lain yang menenu-kan keberhasilan dalam belajar adalah (1) indivi-dual siswa; berkaitan dengan jenis kelamin, umur, sikap terhadap sekolah, (2) lingkungan sekolah; berkaitan dengan lokasi sekolah, tekanan sosial, tekanan kelompok, jumlah waktu mengerjakan pekerjaan rumah, dan (3) latar belakang siswa yang meliputi status sosial ekonomi, keluarga, tingkat integensi siswa. Karakteristik siswa, keluarga, se-kolah dan guru menentukan tujuan akhir pembela-jaran di sekolah. Aspek-aspek tersebut bermuara pada manusia sebagai makhluk yang berfikir, berperasaan dan berbuat (Natawijaya, 1978).

Polemik permasalahan pembelajaran sejarah yang kompleks itu muncul sudah lama, apabila kita kaji lebih mendalam, revisi kurikulum (GBPP) tahun 1975, 1984, 1994, dan suplemen 1999 masih behavioristik (teacher centered) walaupun kita telah mengenal sistem CBSA (cara belajar siswa

Page 103: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 102

aktif), Perubahan paradigma Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 (Competence Based Curriculum) dan terakhir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) berimplikasi pada proses pem-belajaran, bahwa strategi belajar mengajar akan menentukan terjadinya proses belajar mengajar yang selanjutnya akan menentukan hasil belajar. Proses pembelajaran bukan lagi terpusat pada guru tetapi bagaimana memaksimalkan peran siswa da-lam proses belajar (student centered).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan kesempatan kepada guru bagaimana supaya siswa lebih giat memacu dirinya lebih kreatif dan inovatif sesuai dengan kompetensi yang diharapkan guna meningkatkan hasil belajar. Lesson Study adalah sarana yang tetap bagi per-baikan mutu pembelajaran

Kontribusi lesson study untuk peningkatan kualitas proses belajar mengajar di SMA LAB berkembang tidak hanya pada ilmu-ilmu alam teta-pi ilmu-ilmu sosial terutama mata pelajaran sejarah, mengembangkan pembelajaran yang efektif, efisien, menarik dan tepat berdampak pada peserta didik yang semakin siap untuk mengolah pengeta-huan dan keterampilan hidup yang diperlukan di lingkungan sosialnya.

LESSON STUDY DAN PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA LABORATORIUM

Proses belajar mengajar sejarah yang berkem-bang selama ini adalah transfer ilmu yang berorien-tasi pada teacher centered dengan konsep 4W+1H (why, where, when, who dan how). Ini merupakan salah satu faktor penyebab kurang minatnya siswa terhadap pelajaran sejarah terutama siswa di SMA LAB UM, selain itu juga kurang kreatifnya guru dalam membangun model, teknik serta strategi pembelajaran.

Berangkat dari permasalahan di atas, mulai tahun 2005 rumpun IPS yang terdiri atas sejarah, sosiologi, antropologi melakukan revolusi pembe-lajaran secara total terutama: 1. Merencanakan perbaikan teknik, strategi dan

model, tujuannnya adalah merubah paradigma pembelajaran yang konvensional menjadi kooperatif.

2. Mengadakan pertemuan rutin satu minggu sekali setiap hari sabtu di SMA LAB secara interen rumpun IPS serta lintas rumpun untuk sharing berkaitan dengan pelaksanaan lesson

study terutama dengan rumpun IPA yang telah memiliki pengalaman.

3. Melakukan pemetaan kompetensi dasar KBK 2004 dan KTSP 2006 mata pelajaran sejarah kelas X, XI dan XII, untuk mendapatkan deskripsi lengkap substansi yang paling dominan tingkat kesulitannya.

4. Konsultasi perencanaan lesson study dengan tim pengembang SMA LAB. Pelaksanaan lesson study di SMA LAB

berlangsung sejak tahun pelajaran 2004/2005 sam-pai sekarang. Lesson study ini dilakukan oleh semua guru mata pelajaran. Kegiatan lesson study meliputi 3 (tiga) hal yaitu: perencanaan (planning), implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection).

Beberapa fakta sebagai hasil implementasi lesson study di SMA LAB pada pembelajaran seja-rah disajikan dalam tabel 1.

PERBAIKAN PEMBELAJARAN SEJARAH

Dalam rangka peningkatan profesional guru SMA LAB UM serta memaksimalkan pembela-jaran ilmu sosial khususnya sejarah, pelaksanaan lesson study ternyata terbukti telah memberikan kontribusi yang luar biasa terutama: (1) pada kegiatan perencanaan pembelajaran sehingga pemahaman materi mudah tercapai; (2) dapat merancang lenbih matang alat ukur hasil belajar yang sesuai, baik pada aspek ulangan, soal-soal, sampai dengan analisisnya; (3) pada perbaikan-perbaikan materi, sumber belajar (kajian dan sumber pustaka) dan proses belajar mengajar; (4) pada payung kognitif (daya serap pengetahuan), afektif (kesadaran belajar, dan hubungan personal); (5) pada kerjasama antar/lintas rumpun mata pelajaran, antar guru yang sinergi dan berkesinambungan; (6) membangun kesadaran siswa pentingnya kerjasama/kooperatif dalam proses pembelajaran; (7) penggalian kesadaran bahwa sejarah bukanlah imajinasi tetapi hasil dari kreasi bangunan fakta yang disusun berdasarkan alur peristiwa, dikembangkan dalam berbagai bentuk narasi, dan (8) pada peningkatan proses dan hasil belajar di kelas.

Page 104: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 103

Tabel 1. Kondisi Siswa, Guru dan Sumber Belajar

Aspek Kondisi sebelum Lesson study

Kondisi setelah Lesson study

Siswa

Motivasi belajar kurang, kurang minat, jenuh serta memandang sejarah tidak penting

Selalu pasif dalam proses belajar mengajar

Kemampuan mendeskripsikan dan menganalisis data sejarah rendah

Kurang mampu dalam merumuskan kesimpulan

Kemampuan

bertanya dan merangkai argumen rendah

Kurang bekerja sama dalam kelompok

Motivasi belajar meningkat, siswa tertarik dengan fakta-fakta sejarah

Siswa berkolabo-ratif aktif dalam pembelajaran

Mampu meng-organisasi secara kronologis fakta sejarah

Mampu kreatif dalam membuat kesimpulan walaupun belum baik

Aktif dalam diskusi dan cukup berani berdebat

Aktif dalam pembelajaran kelompok

Guru

Teacher Centered dalam pembelajaran

Chalk and talk, merupakan metode idola dalam kegiatan pembelajaran

Tidak terbiasa bekerjasama dengan guru lain

Dominasi guru mulai berkurang

Kegiatan dan

sumber belajar terpusat pada siswa

Dapat berkolabo-

rasi dengan guru se rumpun maupun antar rumpun

Sumber Belajar

Teaching material kurang mendapat-kan perhatian

Kurang memanfa-atkan alat dan sumber belajar

Mempersiapkan teaching material

Menggunakana alat

dan media yang sesuai

PENUTUP

Sentralistik pembelajaran yang bersumber pada guru sudah waktunya untuk ditinggalkan karena ternyata tidak mampu untuk memaksimal-kan pembelajaran khususnya mata pelajaran sejarah. Lesson study adalah salah satu bentuk kolaborasi dalam pembelajaran menghadirkan makna dalam pengembangan profesionalisme guru. Tindak lanjut perbaikan pembelajaran sejarah di SMA LAB dengan lesson study sangat berdampak positif pada perbaikan kualitas pembelajaran. Pengaruh nyata sangat terasa bagi guru dan siswa. Inovatif, pengembangan terpadu pada proses pembelajaran, berkarya dalam membangun keber-samaan adalah modal bagi tercapainya tujuan pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Gottchalk,L. 1985. Understanding History:A Primary of Historical Method (diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto). Jakarta : UI Press

Jumadi (tanpa tahun) Evaluasi Hasil kegiatan Piloting JICA-IMSTEP semester II 2004/2005 untuk bidang studi Fisika pada kelas XI IPA. Makalah disajikan pada seminar Exchange Experience of IMSTEP di MIPA UM 5-6 September 2005

Kartodirdjo. S, 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : Gramedia Natawijaya. 1978. Psikologi Pendidikan. Jakarta:

Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis. Depdikbud

Susilo, H. 2007. Metodologi Pengembangan Inovasi Pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Pelatihan PTK guru Biologi SMA/MA Negeri/Swasta Tingkat Jawa Timut di Batu 10-11 November 2007.

Page 105: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 104

IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA MGMP SMA DI KABUPATEN BONDOWOSO

Mohammad Ikhsan

Guru SMA Negeri 1 Prajekan-Bondowoso; Ketua MGMP Biologi SMA Kab. Bondowoso; dan Wakil Ketua MGMP Biologi SMA Propinsi Jawa Timur

Abstrak: Salah satu kegiatan terkini yang menawarkan peningkatan kualitas pendidikan dengan cara meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dengan kegiatan Lesson Study yakni suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Sebagai suatu program pelaksanaan lesson study di Kabupaten Bodowoso terdapat faktor penghambat dan pendukung. Pendukung (1) intern MGMP itu sendiri yakni: (a) antusiasme tinggi dari anggota untuk belajar tentang Lesson study melalui pelatihan-pelatihan atau seminar-seminar yang diselenggarakan untuk maksud tersebut. (b) Anggota yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman tersebut mau menindak lanjuti dengan sosialisasi pada anggota yang lain melalui forum resmi MGMP. (2) kedua (berasal dari faktor ekstern (a) MGMP mendapat bantuan dana Block Grant melalui LPMP. (b) Dari hasil sosialisasi tersebut dilanjutkan dengan praktik pelaksanaan Lesson study berbasis MGMP. Kendala (1) menentukan Guru Model adalah kendala utama yang masih menghambat kelancaran pelaksanaan Lesson Study di Bondowoso. (2) Kendala kedua, diawal-awal merintis pelaksanaan lesson study yang melibatkan Matapelajaran lain masih ada Kepala Sekolah yang tidak mengijinkan Gurunya untuk mengikuti kegiatan Lesson Study dengan alasan pendanaan yang besar jika harus mengirimkan sejumlah guru mata pelajaran sekaligus

Kata kunci: Lesson study, implementasi, pendukung, kendala

Berbagai upaya dalam rangka untuk mening-katkan mutu pendidikan di Indonesia telah dilakukan oleh Pemerintah. Melalui Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 telah ditetapkan suatu Standar Nasional Pendidikan yang diharapkan dapat menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Untuk mewujudkan hal tersebut ada 8 standar pendidikan yang akan digarap, antara lain yaitu Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidik-an, Standar Pengelolaan, Standar Penilaian, Standar Sarana Prasarana, dan Standar Pembiayaan. Kedelapan SNP itu harus diupayakan terwujud melalui langkah-langkah yang terencana dan terus menerus oleh setiap komponen pendidikan

terutama Satuan Pendidikan sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan.

Sedangkan pelaksanaan pendidikan di Satuan Pendidikan banyak bergantung pada kwalitas tena-ga pendidik dan tenaga kependidikannya. Terutama tingkat kompetensi tenaga pendidik amat mewarnai keberhasilan di satuan pendidikan tersebut. Berdasarkan Permen no 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru disebutkan bahwa kompetensi standar yang harus dimiliki oleh seorang pendidik meliputi 4 kompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional.

Salah satu kompetensi pedagogi yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik adalah mampu menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampunya. Implementasinya adalah kemampuan

Page 106: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 105

pendidik dalam penguasaan kelas sehingga dapat membuat peserta didik belajar dengan optimal. Kemampuan ini harus terus-menerus ditingkatkan oleh seorang pendidik melalui berbagai aktifitas yang dapat dilakukan, baik itu pelatihan-pelatihan, workshop-workshop, pertemuan MGMP, dll. Salah satu kegiatan terkini yang menawarkan peningkat-an kualitas pendidikan dengan cara meningkatkan kompetensi tenaga pendidik adalah Lesson Study.

Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembe-lajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (http://edu-articles.com). Dengan demiki-an, Lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi melalui kegiatan Lesson Study pendidik dapat menerapkan berbagai metoda/strate-gi/model/media pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi pendidik. Lesson study dapat dilakukan oleh sejumlah pendidik dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), implementasi pem-belajaran dan observasi (do-see) serta refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

Menurut Koji Sato (2009) Lesson study ada dua yaitu Lesson study berbasis sekolah dan Lesson study berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Lesson study berbasis sekolah adalah Lesson study yang diterapkan oleh sekolah, yang melibatkan semua guru tanpa melihat jenis mata pelajaran yang diampunya. Sedangkan Lesson study berbasis MGMP adalah Lesson study yang dilaksanakan oleh masing-masing MGMP, dengan begitu pesertanya adalah hanya salah satu jenis mata pelajaran yang melaksanakan lesson study. Ke depan mungkin bisalebih dikembangkan lagi sesuai kebutuhan. Bahkan di Kabupaten Bondowo-so salah satu SMP telah mengembangkan jenis Lesson Study yang berbasis rumpun mata pelajaran.

SOSIALISASI LESSON STUDY BERBASIS MGMP

Lesson Study sudah mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 2003-2005 di 3 Universitas yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Univer-sitas Negeri Malang (UM). Sejak itu kemudian

disebarkan dibeberapa kabupaten/kota melalui MGMP maupun workshop-workshop dan pelatih-an-pelatihan (Susilo, 2009).

Sementara informasi tentang Lesson Study sudah sampai di Kabupaten Bondowoso sejak tahun 2006, terutama yang dialami MGMP Biologi SMA Bondowoso. Melalui kegiatan Desiminasi Lesson Study yang diselenggarakan oleh MGMP Biologi SMA Jawa Timur dan Workshop Lesson Study yang diselenggarakan oleh SMA Lab UM bekerjasama dengan MGMP Biologi SMA Kota Malang konsep Lesson study mulai masuk di Bon-dowoso (Susilo, 2010). Beberapa guru termasuk guru Biologi SMA juga pernah mendapat sosialisasi tentang lesson study yang diselipkan dalam kegiatan workshop-workshop yang diseleng-garakan oleh Diknas Jawa Timur.

Bermula dari informasi ini kemudian ditindak lanjuti dengan sosialisasi pada anggota MGMP Biologi yang lain melalui pertemuan rutin, yang dilanjutkan dengan beberapa kali praktik pelaksa-naan Lesson study berbasis MGMP. Kegiatan ini mendapat apresiasi yang cukup bagus dari anggota MGMP Biologi termasuk dari anggota MGMP non Biologi di Kabupaten Bondowoso. Dengan berbe-kal motivasi tersebut dan keinginan segera menye-barkan kegiatan Lesson Study di Kabupaten Bondowoso, pengurus dan anggota MGMP Biologi sepakat untuk melaksanakan kegiatan workshop sosialisasi Lesson Study untuk mata pelajaran MIPA (Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi). Berkat dukungan semua pihak, baik dari Diknas, Pengawas, MKKS, Kepala sekolah, dan seluruh peserta workshop kegiatan ini sukses besar.

PELAKSANAAN LESSON STUDY BERBASIS MGMP

Pelaksanaan Lesson Study berbasis MGMP di Kabupaten Bondowoso dirintis pertama kali oleh MGMP Biologi SMA. Pada periode tahun 2006 dan 2007 MGMP Biologi memulai kegiatan Les-son Study mata pelajaran Biologi 3 kali yang dise-lenggarakan di SMA Negeri 2 Bondowoso (Guru model: Mohammad Ikhsan, S.Pd.), SMA Negeri 1 Tapen-Bondowoso (Guru Model : Sari Purwanti, S.Pd.) dan di SMA Negeri 3 Bondowoso (Guru Model: Hj. Ambasiatus Sofie, S.Pd.). Pada tahun 2007 ini juga MGMP Biologi menyelenggarakan lesson study mata pelajaran MIPA di SMA Negeri 2 Bondowoso, dengan guru model Drs. Makhrus Syamsul Hadi (Matematika), Danu, S.Pd. (Kimia),

Page 107: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 106

Drs. Sapra’i (Fisika) dan Wiwik Haryati, S.Pd. (Biologi). Selanjutnya pada tahun 2008 melaksana-kan lesson study di SMAN 1 Prajekan (guru mo-del: Sari Purwanti, S.Pd.) dengan dana Blockgrand MGMP. Pada tahun 2009 juga melaksanakan Leson study di SMAN 1 Sukosari dengan guru model Afifah, S.Si. Jadi dapat dikatakan bahwa pada MGMP Biologi lesson study sudah merupakan kegiatan rutin tahunan yang sudah terprogramkan.

Sementara pelaksanaan Lesson study pada MGMP SMA yang lain kondisinya bermacam-ma-cam. Ada yang melaksanakan Lesson study ber-basis MGMP setelah memperoleh Dana hibah Blok Grand MGMP, ada yang sudah melaksanakan se-cara mandiri dan terprogram walaupun tidak dapat dana Block grand, dan ada yang belum melaksa-nakan kegiatan Lesson Study sama sekali. Data perolehan Dana Block grand dan pelaksanaan Lesson study pada MGMP di kabupaten Bondowo-so sampai periode 2009/2010 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Data Perolehan Dana Block Grand dan Pelaksanaan Lesson Study MGMP SMA Di Kabupaten Bondowoso Sampai Tahun Pelajaran 2009/2010

No Mata Pelajaran

Block Grand

Sosiali-sasi Teoritis

Praktik Implemen-tasi Lanjutan

1 Pendidikan Agama

- - - -

2 Bahasa Indonesia

- V V -

3 Bahasa Inggris

- - - -

4 Matematika - V V - 5 Fisika - V V - 6 Kimia - V V - 7 Biologi V V V V 8 Sejarah - - - - 9 Geografi - - - - 10 Ekonomi - V V V 11 Sosiologi - - - - 12 Pkn V V V V 13 Penjasorkes V V - - 14 Pendidikan

Seni - - - -

15 TIK - - - - Dari tabel di atas dapat kita amati bahwa

MGMP Biologi dan PKn dalam pelaksanaan Les-son study dapat bantuan dari dana Blockgrand MGMP dan selanjutnya bisa mengimplementasi-kan kegiatan ini dalam program kegiatan MGMP

secara rutin. Sedangkan MGMP Penjasorkes sete-lah kegiatan Lesson study blockgrand sampai saat ini belum bisa mengimplementasikan dalam pro-gramnya.

MGMP MIPA (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi) yang sudah melaksanakan sosialisasi dan praktik Lesson study, namun hanya MGMP Biologi yang melakukan implementasi lanjutan dan masuk dalam program kegiatan secara rutin.

MGMP yang secara mandiri telah melakukan sosialisasi dan praktik Lesson Study adalah Bahasa Indonesia dan Ekonomi. Namun diantara dua MGMP ini yang menindak lanjuti dengan kegiatan LS secara teratur adalah MGMP Ekonomi. Semen-tara MGMP lain sampai saat ini belum ada laporan tentang sosialisasi dan praktik Lesson study ber-basis MGMP.

Pola sosialisasi dan pelaksanaan Lesson study yang diteruskan dengan program implementasi Lesson study yang terprogram di Bondowoso bisa dikelompokkan sebagai berikut:

Pola pertama (berasal dari faktor intern MGMP itu sendiri), tahap-tahap terbentuknya seba-gai berikut: Diantara para anggotanya ada yang memiliki

antusiasme tinggi untuk belajar tentang Lesson study melalui pelatihan-pelatihan atau seminar-seminar yang diselenggarakan untuk maksud tersebut.

Anggota yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman tersebut mau menindak lanjuti dengan sosialisasi pada anggota yang lain melalui forum resmi MGMP.

Pengurus dengan didukung anggota yang lain kemudian menindak lanjuti hasil sosialisasi ini dengan mencoba menerapkan Lesson study di MGMP nya.

Jika tahap ini berhasil, maka akan diteruskan dengan penyusunan program dan pelaksanaan Lesson study secara teratur. Pola seperti ini di Bondowoso terjadi pada

MGMP Biologi dan Ekonomi Pola kedua (berasal dari faktor ekstern),

tahap-tahap terbentuknya sebagai berikut: MGMP mendapat bantuan dana Block Grant

melalui LPMP. Salah satu kegiatannya dalam bentuk kegiatan sosialisasi Lesson study.

Dari hasil sosialisasi tersebut dilanjutkan dengan praktik pelaksanaan Lesson study berbasis MGMP.

Page 108: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 107

Jika tahap ini berhasil, maka akan diteruskan dengan penyusunan program dan pelaksanaan Lesson study secara teratur. Pola seperti ini di Bondowoso terjadi pada

MGMP PKn

HAMBATAN DAN DUKUNGAN PELAKSANAAN LESSON STUDY BERBASIS MGMP

Setelah sosialisasi Lesson Study sebagai hasil kegiatan di SMAN 9 Malang, pada forum pertemu-an rutin MGMP Biologi Kabupaten Bondowoso ada kesepakatan untuk melaksanakan Lesson Study untuk Biologi. Sempat terjadi perdebatan saat penentuan siapa yang menjadi Guru Model. Usulan pertama dari anggota senior menghendaki yang tampil sebagai guru model yang muda-muda karena masih memiliki semangat dan kreatifitas yang tinggi. Sementara usulan dari yang yunior menghendaki guru model dari yang senior karena lebih berpengalaman. Akhirnya, forum sepakat menghendaki Penulis (Ketua MGMP Biologi) yang tampil sebagai guru modelnya. Ternyata un-tuk tahap-tahap berikutnya kendala untuk menentu-kan Guru Model adalah kendala utama yang masih menghambat kelancaran pelaksanaan Lesson Study di Bondowoso. Sampai akhirnya untuk menentukan Guru Model disepakati dengan cara diundi terlebih dahulu. Siapapun yang keluar namanya berdasarkan undian, dialah yang harus menjadi Guru Model berikutnya.

Kendala kedua, diawal-awal merintis pelak-sanaan lesson study yang melibatkan Matapela-jaran lain masih ada Kepala Sekolah yang tidak mengijinkan Gurunya untuk mengikuti kegiatan Lesson Study dengan alasan pendanaan yang besar jika harus mengirimkan sejumlah guru mata pelajaran sekaligus. Sampai akhirnya Ketua MKKS saat itu meyakinkan perlunya guru-guru itu mengikuti kegiatan Lesson Study untuk mening-katkan profesionalismenya. Bahkan ditekankan agar Kepala Sekolah juga hadir untuk mengetahui kegiatan Lesson Study tersebut seperti apa. Dukungan inilah yang membuat sukses Workshop Lesson study MIPA saat itu.

Permasalahan serupa muncul, ketika desakan dari guru-guru matapelajaran non MIPA juga menghendaki diadakannya Lesson Study seperti yang diadakan oleh mata pelajaran Biologi dan MIPA. Selain masalah pendanaan yang meng-hambat, waktu pelaksanaan, dan masalah besarnya jumlah guru yang harus dikirim, juga terjadi tarik

ulur antara MKKS dan MGMP Kabupaten (bukan MGMP Biologi) sebagai penyelenggara. Akhirnya kegiatan ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan, hingga tulisan ini dibuat kegiatan itu belum terlaksana.

Di Bondowoso, sebagaimana kebanyakan di-tempat lain masih banyak guru yang belum mengerti pentingnya Lesson Study dan tidak tahu apa itu Lesson Study. Sehingga masih banyak guru yang berkeyakinan Lesson Study perlu diketahui walau tidak harus dipraktikkan. Penulis sendiri pernah diundang MGMP mata pelajaran tertentu yang saat itu mendapat bantuan Dana untuk sosialisasi masalah Lesson study, penulis hanya diminta untuk sekedar menyampaikan teorinya dengan waktu yang amat terbatas sekali. Ketika pe-nulis bertanya kapan akan dilaksanakan praktiknya, panitia menjawab nanti jika ada waktu pertemuan kembali akan dilaksanakan sendiri. Penulis bertanya dalam hati, Bagaimana mereka melak-sanakan sendiri sementara yang mereka terima hanya kulitnya saja? Jadi, nampaknya disini masalah mental sebagian Guru sendiri untuk meningkatkan profesionalismenya masih kurang. Sepertinya kegiatan dilaksanakan hanya untuk formalitas saja. Yang penting dilaksanakan, bukan yang penting isi pelaksanaannya.

Sedangkan dukungan terutama berasal dari pengurus MGMP yang memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi terhadap kemajuan organisa-si. Beberapa kali pelaksanaan Lesson Study di MGMP Biologi Kabupaten Bondowoso dimulai dari dorongan para pengurus. Begitu juga saat pe-nentuan guru model ditawarkan pada akhirnya para pengurus yang memulai memberi contoh untuk tampil.

Sejak pertama kali kegiatan Lesson Study di-perkenalkan di MGMP Biologi Kabupaten Bondowoso, semakin banyak anggota yang dulu pasif kembali aktif mengikuti pertemuan dan kegiatan yang dilaksanakan pengurus. Ketertarikan ini dirasakan juga oleh MGMP mata pelajaran yang lain. Tak jarang penulis mendengar kata pujian secara langsung atau tidak langsung dari guru mata pelajaran lain untuk aktifitas yang dilakukan MGMP Biologi. Bahkan ada beberapa orang guru mata pelajaran lain yang tidak malu-malu ikut ‘nimbrung’ saat Lesson Study digelar. Dukungan ini yang membuat pengurus semakin percaya diri, sehingga berani memprogramkan kegiatan Lesson Study untuk mata pelajaran Matematika dan IPA.

Page 109: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 108

Adanya dukungan dari stake holder (Diknas, Pengawas, MKKS, Kepala Sekolah). Wujud dari dukungan ini di Kabupaten Bondowoso antara lain terjadi saat dilaksanakan Workshop Lesson Study untuk MIPA tahun 2008. Kehadiran dan apresiasi

positif dari Kepala Dinas, Pengawas, Ketua MKKS dan seluruh Kepala sekolah yang hadir saat itu memberikan motivasi yang sangat berarti bagi perkembangan MGMP di Bondowoso.

DAFTAR PUSTAKA

http://edu-articles.com/menuju-guru-yang-profesional-melaui-lesson-study/. Diakses: Selasa, 23 September 2008.

Mendiknas, 2007, Peraturan Menteri no. 16 tahun 2007 tentang Standar Nasional Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Jakarta, Depdiknas.

Pemerintah RI, 2005, Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta.

Sato, Koji, 2009, Laporan Implementasi Lesson Study di Indonesia di bawah Program Sistems dan Pelita: Kemajuan dan Permasalahan yang diadakan pada 17 Oktober 2009, http:// fmipa.um.ac.id/

Susilo, Herawati, dkk, 2009, Lesson Study Berbasis Sekolah, Guru Konservatif

menuju Guru Inovatif, Malang, Bayumedia Publishing. Susilo, Herawati, dkk, 2010, Lesson Study Berbasis

MGMP, Malang, Bayumedia Publishing.

Page 110: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 109

OPTIMALISASI PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER MELALUI KEGIATAN PENDAMPINGAN LESSON STUDY

DI SEKOLAH MITRA

Muhardjito

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Peran guru sangat penting dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter peserta didik menjadi calon generasi penerus bangsa yang bermartabat dan berbudaya. Terkait dengan peningkatan keprofesionalan guru sebagai ujung tombak pendidikan berbasis karakter, guru perlu diber-dayakan agar dapat mengimplementasikan pendidikan berbasis karakter dalam kelas pembelajaran. Lesson study merupakan salah satu corak pendekatan peningkatan keprofesionalan guru. Kegiatan lesson study di sekolah mitra/kabupaten Pasuruan melibatkan dosen Universitas Negeri Malang sebagai pendamping guru. Berdasarkan fakta yang penulis temukan selama masa pendampingan, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat guru di sekolah mitra masih sedikit yang mengimplemen-tasikan pendidikan berbasis karakter dalam kelas pembelajaran mereka. Berdasarkan temuan tersebut, dosen pendamping diharapkan dapat mengoptimalkan pendidikan berbasis karakter dalam kegiatan lesson study di sekolah mitra dengan memberi contoh RPP pendidikan berbasis karakter.

Kata kunci: Lesson study, RPP, pendidikan berbasis karakter

Negara kita memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembang-nya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Secara filosofis “Bapak” Pendidikan Nasional-Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), dan pikiran (intellect) anak. Bagian-bagian tersebut tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-

anak. Hakikat, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional tersebut menyiratkan bahwa melalui pendidikan hendak diwujudkan peserta didik yang secara utuh memiliki berbagai kecerdasan, baik kecerdasan spiritual, emosional, sosial, intelektual maupun kecerdasan kinestetika. Pendidikan nasional mempunyai misi mulia (mission sacre) terhadap individu peserta didik.

Sejauh ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk melaksanakan misi mulia terhadap peserta didik di antaranya dengan memberi perhatian lebih terhadap guru sebagai ’agent’ utama pelaksana misi mulia tersebut. Per-hatian yang diberikan antara lain berupa turunnya Undang-undang Nomor 15 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Permendiknas RI No. 18 tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan. Harapan pemerintah guru terus mengembangkan keprofesionalannya agar mampu menghasilkan anak bangsa yang cerdas, bermartabat, dan berdiri sejajar dengan bangsa lain.

Universitas Negeri Malang (UM) sebagai salah satu lembaga perguruan tinggi negeri yang menghasilkan calon guru, terus berupaya melaku-

Page 111: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 110

kan ”pembenahan” terhadap calon guru maupun guru yang telah memiliki kelas pembelajaran di suatu lembaga pendidikan. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah lesson study (LS), baik lesson study berbasis sekolah maupun lesson study berbasis MGMP.

Tahun 2006-2008, telah terjalin kerjasama antara Bupati Pasuruan, Rektor UM, dan JICA dalam pengembangan LS di Kabupaten Pasuruan. Selanjutnya mulai tahun pelajaran 2008/2009 ke-giatan LS di Kabupaten/Kota Pasuruan disponsori oleh Sampoerna Foundation. Tugas UM, dalam hal ini para dosen FMIPA yang telah ditunjuk oleh Dekan FMIPA melakukan pendampingan dalam pengembangan LS di Kabupaten/Kota Pasuruan.

PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER

Menurut Ali Ibrahim Akbar (dalam Kemente-rian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, 2010), bahwa praktik pendidikan di Indonesia cenderung lebih berorentasi pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan teknis) yang lebih bersifat mengembangkan intelligence quotient (IQ), namun kurang mengembangkan kemampuan soft skill yang tertuang dalam emotional quotient (EQ), dan spiritual quotient (SQ). Pembelajaran di berbagai sekolah bahkan perguruan tinggi lebih menekankan pada perolehan nilai hasil ulangan maupun nilai hasil ujian. Banyak guru yang memiliki persepsi bahwa peserta didik yang memiliki kompetensi baik adalah peserta didik yang memiliki nilai hasil ulangan/ujian tinggi.

Seiring perkembangan jaman, pendidikan yang hanya berbasiskan hard skill yaitu menghasilkan lulusan yang hanya memiliki prestasi dalam akademis, harus mulai dibenahi. Sekarang pembelajaran juga harus berbasis pada pengembangan soft skill (interaksi sosial) sebab ini sangat penting dalam pembentukan karakter anak bangsa sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Pendidikan soft skill bertumpu kepada pembinaan mentalitas agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan realitas kehidupan. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill) saja, tetapi juga oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill).

Sebenarnya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) berbasis kompetensi jelas

dituntut muatan soft skill. Namun penerapannya tidaklah mudah sebab banyak tenaga pendidik tidak memahami apa itu soft skill dan bagaimana penerapannya. Soft skill merupakan bagian keterampilan seseorang yang lebih bersifat pada kehalusan atau sensitivitas perasaan terhadap lingkungan di sekitar. Mengingat soft skill lebih mengarah kepada keterampilan psikologis maka dampak yang diakibatkan lebih tidak kasat mata namun tetap bisa dirasakan. Akibat yang bisa dirasakan antara lain adalah perilaku sopan, di-siplin, keteguhan hati, kemampuan kerjasama, dan membantu orang lain. Keabstrakan kondisi tersebut mengakibatkan soft skill tidak mampu dievaluasi secara tekstual karena indikator-indikator soft skill lebih mengarah kepada proses eksistensi seseorang dalam kehidupannya. Pengembangan soft skill yang dimiliki oleh setiap orang tidak sama sehingga mengakibatkan tingkatan soft skill yang dimiliki masing-masing individu juga berbeda.

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (http://www.intasberita.com/Lifestyle/Pendidikan/-konsep-pendidikan-karakter, 2010). Karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.

Nilai-nilai Karakter dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan. Berikut adalah daftar nilai-nilai utama yang dimaksud dan deskripsi secara ringkas.

Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan

1. Religius Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang

yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agama.

Page 112: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 111

Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri 2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya men-jadikan diri sebagai orang yang selalu dapat diper-caya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain 3. Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksa-nakan tugas dan kewajiban sebagaimana yang se-harusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, ma-syarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), ne-gara dan Tuhan YME. 4. Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat meng-ganggu kesehatan. Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. 6. Percaya diri

Sikap yakin kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan hara-pan. 7. Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pen-gadaan produk baru, memasarkannya, serta menga-tur permodalan operasinya. 8. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara ken-yataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah di-miliki. 9. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergan-tung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 10. Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya un-tuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajari, dilihat, dan didengar. 11. Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghar-gaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

1. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan

apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain. 2. Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. 3. Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati ke-berhasilan orang lain. 4. Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilaku terhadap semua orang. 5. Demokratis

Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban diri dan orang lain.

Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

1. Peduli sosial dan lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitar, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memper-baiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 2. Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompok. 3. Nasionalis

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghar-gaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 4. Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, si-fat, adat, budaya, suku, dan agama.

Pengembangan atau pembentukan karakter

diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholders-nya untuk menjadi pija-

Page 113: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 112

kan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan ka-pasitas dan komitmennya untuk melakukan berba-gai hal yang terbaik dan melakukan segalanya den-gan benar dan memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya.

Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara.

Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran lainnya, yang program utamanya cenderung pada pengenalan nilai-nilai secara kognitif, dan mendalam sampai ke penghayatan nilai secara afektif. Pengembangan karakter seharusnya membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Untuk sampai ke praksis, ada satu peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi dalam diri anak, yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat (tekad) untuk mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut Conatio, dan langkah untuk membimbing anak membulatkan tekad ini disebut langkah konatif. Pendidikan karakter mestinya mengikuti langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memaha-mi dan menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantoro menterjemahkannya dengan kata-kata cipta, rasa, karsa.

PENDAMPINGAN LESSON STUDY

Lesson study adalah suatu bentuk utama peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru Jepang. Dalam melaksanakan

lesson study, guru-guru secara kolaboratif 1) mempelajari kurikulum, merumuskan tujuan pembelajaran dan tujuan pengembangan peserta didik (pengembangan kecakapan hidupnya), 2) merancang pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut, 3) melaksanakan dan mengamati suatu research lesson (“pembelajaran yang dikaji”) kemudian 4) melakukan refleksi untuk mendiskusikan pembelajaran yang dikaji dan menyempurnaannya, serta merencanakan pembelajaran berikutnya. Lewis, Perry, dan Murata (2006) menggambarkan Daur Kaji Pembelajaran (Lesson Study Cycle) seperti Gambar 1.

Berkenaan dengan kegiatan lesson study, mulai tahun pelajaran 2009/2010 penulis telah melakukan 23 kali pendampingan LS baik di tingkat SMP maupun di tingkat SMA.

Di SMP yang dilakukan oleh penulis sebagai pendamping adalah plan, do, dan see. Saat plan yang dilakukan guru secara individu membuat RPP dan tidak ditelaah oleh anggota LS yang lain. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip LS yang menekankan bahwa pada kegiatan plan seharusnya semua anggota LS terlibat secara penuh, baik plan, do, dan see. Hal yang menarik pada saat kegiatan do, para siswa sudah tidak merasa terganggu dengan kehadiran para observer. Kelebihan para guru juga demikian. Artinya, para guru sudah tidak lagi ragu dalam melaksanakan pembelajaran sebagai guru model walaupun di dalam kelas pembelajaran terdapat observer.

Dari hal-hal yang ditemui dalam pendamping-an LS, penulis melihat ada beberapa yang sudah dan belum dilakukan guru yang berkaitan dengan pendidikan berbasis karakter.

MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER PADA KEGIATAN PENDAMPINGAN LS

LS merupakan salah satu sarana untuk mengimplementasikan pendidikan berbasis karak-ter karena bukan pelatihan tetapi langsung praktik. Penulis menawarkan pendidikan berbasis karakter melalui salah satu contoh RPP berikut.

1. MEMPELAJARI KURIKULUM DAN MERUMUSKAN TUJUAN Mengidentifikasi tujuan jangka panjang pendidikan peserta didik dan tujuan pengembangan diri (karakteristik yang diinginkan). Mempelajari Kurikulum dan Standar, mengidentifikasi topik yang diminati

Page 114: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 113

Gambar 1. Daur Kaji Pembelajaran, diadaptasi dari Lewis, Perry, dan Murata (2006:4)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Z Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/Semester : X/2 Alokasi Waktu : 5 jam pelajaran STANDAR KOMPETENSI 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi KOMPETENSI DASAR 4.2 Menganalisis cara perpindahan kalor A. Indikator Kognitif: a. Produk Menjelaskan konsep perpindahan kalor secara konduksi Menyebutkan 3 contoh benda yang bersifat konduktor panas Menyebutkan 3 contoh benda yang bersifat isolator panas Menunjukkan 3 contoh penerapan perpindahan kalor secara konduksi Menjelaskan konsep perpindahan kalor secara konveksi Menganalisis contoh penerapan perpindahan kalor secara konveksi Menjelaskan konsep perpindahan kalor secara radiasi Menjelaskan manfaat radiasi dalam kehidupan sehari-hari

2. MERANCANG PEMBELAJARAN Memilih atau merevisi Research Lesson Merancang pembelajaran meliputi: 5. Tujuan jangka panjang. 6. Perkiraan mengenai apa yang dipikirkan peserta

didik 7. Rancangan mengenai bagaimana mengumpul-

kan data 8. Model dan strategi pembelajaran 9. Rasional mengapa memilih pendekatan itu

3. MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN Salah seorang guru melaksanakan pembelajaran

sesuai rancangan/skenario yang telah dibuat. Guru lainnya mengamati dan mengumpulkan data

mengenai kegiatan peserta didik (berpikir, be-lajar, berpartisipasi, berperilaku)

4. MELAKUKAN REFLEKSI Diskusi formal Mengenai Pembelajaran di mana pengamat: 1. Berbagi data mengenai pembelajaran yang dikaji. 2. Menggunakan data untuk menjelaskan bagaimana peserta

didik belajar, mempertanyakan bukti bahwa tujuan jangka panjang pendidikan dan pengembangan diri peserta didik telah diupayakan pencapaiannya dan isu-isu PBM lainnya

3. Mendokumentasikan hasil pengamatan, menggabungkan dan melancarkan pembelajaran berikutnya

4. Menyusun pertanyaan baru menuju daur kaji pembelajaran berikutnya.

Page 115: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 114

Menghitung laju perpindahan kalor secara konduksi, konduksi, dan radiasi b. Proses Melakukan percobaan untuk menunjukkan peristiwa konduksi, konveksi dan radiasi Psikomotorik Merangkai alat percobaan konduksi, konveksi dan radiasi Afektif: Karakter: Berpikir kreatif, kritis, dan logis; bekerja teliti, jujur, dan berperilaku santun Keterampilan sosial: bekerjasama, menyampaikan pendapat, menjadi pendengar yang baik, dan menanggapi pendapat orang lain. B. Tujuan Pembelajaran Kognitif Produk: Setelah melakukan praktikum peristiwa konduksi, siswa dapat menjelaskan konsep perpindahan kalor secara konduksi Setelah memanaskan benda yang bersifat konduktor dan isolator panas, siswa dapat menyebutkan 3 contoh benda yang bersifat konduktor panas Setelah memanaskan benda yang bersifat konduktor dan isolator panas, siswa dapat menyebutkan 3 contoh benda yang bersifat isolator panas Setelah melakukan diskusi, siswa dapat menunjukkan 3 contoh penerapan perpindahan kalor secara konduksi Setelah mengamati demosntarsi tentang peristiwa konveksi udara, siswa dapat menjelaskan konsep perpindahan kalor secara konveksi Setelah diberi permasalahan tentang proses terjadinya angin, siswa dapat menganalisis contoh penerapan perpindahan kalor secara konveksi Setelah melakukan diskusi, siswa dapat menjelaskan konsep perpindahan kalor secara radiasi Setelah melakukan diskusi , siswa dapat menjelaskan manfaat radiasi dalam kehidupan sehari-hari Setelah berlatih secara mandiri siswa dapat menghitung laju perpindahan kalor secara konduksi, konduksi, dan radiasi b. Proses Disediakan alat dan bahan, siswa dapat melakukan percobaan untuk menunjukkan peristiwa konduksi, konveksi dan radiasi sesuai kriteria kinerja. Psikomotorik Disediakan alat dan bahan, siswa dapat melakukan merangkai alat percobaan konduksi, konveksi dan radiasi sesuai dengan kriteria penilaian Afektif: Terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter berpikir kreatif, kritis, dan logis; bekerja teliti, jujur, dan berperilaku santun Bekerjasama dalam kegiatan praktik dan aktif menyampaikan pendapat, menjadi pendengar yang baik, dan menanggapi pendapat orang lain dalam diskusi C. Materi Pembelajaran Perpindahan kalor : Konduksi Konveksi Radiasi D. Metode Pembelajaran : - Diskusi-Tanya Jawab - Eksperimen Model Pembelajaran : 1. Pembelajaran berbasis masalah 2. Pembelajaran kooperatif-TPS E. Sumber Belajar

Page 116: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 115

Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika I (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas Handayani, Sri, & Ari Damari. 2009. Fisika untuk SMA/MA kelas X. (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas LKS F. Alat/Bahan Bejana Pembakar Spiritus Air Panas dan Gelas Mentega Batang logam besi, tembaga, kuningan, alumunium, kaca, kayu, plastik G. Kegiatan Belajar Mengajar

Pertemuan I (2 x 45 menit) Penilaian No Aktivitas Pembelajaran 1 2 3

A Orientasi siswa kepada masalah (15 menit)

1 Guru mengajukan pertanyaan materi yang dibahas pada pertemuan sebelumnya.

2 Guru mengajukan permasalahan dengan meminta siswa mengaduk air panas dengan sendok dan sumpit. Guru mengajukan pertanyaan: apa kamu rasakan? Mengapa demikian?

Kemudian guru mengajukan pertanyaan: Mengapakah badan kita terasa panas saat terkena cahaya matahari padahal jarak matahari dan bumi jauh dan ada ru-ang hampa antara bumi? Kemudian guru mengajak siswa menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan percobaan.

3 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 1-4 yang akan dicapai 4 Guru menjelaskan prosedur kegiatan yang akan dilakukan siswa

B Mengorganisasi siswa untuk belajar (10 menit)

5 Guru membagi siswa dalam kelompok kerja dengan anggota 3-5 orang per kelompok

6 Setiap kelompok menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk percobaan sesuai lembar kerja yang dibagikan pada setiap anggota kelompok

7 Siswa melakukan percobaan dengan panduan LKS dan bimbingan guru

C Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok (25 menit)

8 Guru mengarahkan kegiatan siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang hasil percobaan pada setiap kelompok secara bergiliran.

9 Guru memeriksa data hasil percobaan siswa dan mendorong siswa berdiskusi secara berkelompok untuk menganalisis data tersebut dengan menjawab pertan-yaan-pertanyaan yang ada pada LKS.

D Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (20 menit)

10 Siswa membuat laporan (prosedur, skema percobaan, data, hasil analisis data, kesimpulan) dalam lembar pajangan yang disediakan

11 Laporan dipajang di dinding kelas, kemudian setiap kelompok mencermati hasil karya kelompok lain dan membandingkannya dengan hasil karya kelompoknya

12 Guru membimbing diskusi kelas dengan meminta 2 siswa untuk mempresenta-sikan hasil karyanya. Siswa lain diminta memperhatikan presentasi temannya dan memberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dengan santun

E Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (20 menit)

13 Guru mengajak siswa untuk merefleksi kegiatan percobaannya dan memband-ingkan hasilnya dengan kajian konsep yang digunakan

14 Guru memberikan penguatan konsep dengan meluruskan kesalahan konsep yang

Page 117: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 116

dimiliki siswa

15 Guru mengajukan kembali permasalahan di awal pembelajaran dan menjawab permasalahan tersebut dengan konsep yang dibahas

16 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau menyampaikan usulan agar kegiatan pembelajaran lebih baik.

17 Siswa diberi tugas untuk mengamati proses merebus air di rumah masing-masing. Hasil pengamatan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan II (2 x 45 menit)

Penilaian No Aktivitas Pembelajaran 1 2 3 4

A Pendahuluan(10 menit)

1 Guru mengecek apakah siswa telah melaksanakan tugas yang diberi-kan pada pertemuan sebelumnya

2 Guru (dibantu siswa) mendemonstrasikan konveksi udara dan menanyakan bagaimana proses kerjanya sehingga asap bisa bergerak ke dalam kotak? (Fase-1)

Guru (dibantu siswa) mendemonstrasikan proses radiasi dengan meminta siswa

3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 5-9 yang akan dicapai. (Fase-1)

B Kegiatan Inti (60 menit)

1 Guru memberikan LKS 02 kepada setiap siswa. (Fase-2)

2 Guru menjelaskan aturan pembelajaran kooperatif TPS (Think-Pair-Share). (Fase-2)

3 Setiap siswa diminta menemukan jawaban LKS 02 dengan membaca buku siswa halaman 1-3, kira-kira selama 10 menit. (Fase-3 dan 4)

4 Kemudian setiap 2 siswa (sebangku) diminta mendiskusikan jawaban mereka hingga ditemukan jawaban yang mereka anggap paling benar, dalam waktu 5 menit. (Fase-3 dan 4)

5 Secara acak beberapa pasangan siswa diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS 02, hingga terjawab semuanya. Pasangan yang lain boleh bertanya atau menanggapi. (Fase-3 dan 4)

6 Guru memberikan penilaian terhadap jawaban atau tanggapan setiap anggota kelompok. (Fase-5)

7 Guru memberikan penguatan pada konsep-konsep yang sudah benar, dan meluruskan pendapat atau jawaban-jawaban siswa yang belum benar. (Fase-5)

9 Guru membimbing sambil melakukan penilaian kinerja (Fase-4 dan 6)

C Penutup (10 menit)

1 Guru memberikan penghargaan pada kelompok siswa yang kiner-janya paling baik (Fase-6)

2 Guru memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya atau menyam-paikan usulan agar kegiatan pembelajaran lebih baik.

Pertemuan III (1 x 45 menit) Ulangan materi perpindahan kalor dengan menggunakan instrumen penilaian produk H. Penilaian Teknik : Penilaian Produk

Page 118: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 117

Penilaian Kinerja Lembar Observasi Lembar Observasi Perilaku Berkarakter Nama: ___________________________ Kelas: ___________ Tanggal: __________ Petunjuk: Untuk setiap perilaku berkarakter berikut ini, beri penilaian dengan skala sebagai berikut: A = sangat baik B = baik dan C = cukup baik D =kurang baik sehingga perlu penanganan khusus Format Pengamatan Perilaku Berkarakter

No Karakter yang diamati A B C D 1 Jujur

2 Bekerja teliti

3 Berpikir kreatif

4 Berpikir kritis dan logis

5 Berperilaku santun

Malang, 2010 Pengamat ( )

DAFTAR RUJUKAN

Akhmad Sudrajat. 2010. Konsep Pendidikan Karakter. Kemendiknas. http://www.lintasberita.com/Lifestyle/Pendidikan/konsep-pendidikan-karakter diakses tanggal 27 September 2010

Johnson, DavidW. & Johnson, Roger T. 2002. Meaning-ful Assessment. A Manageable and Cooperative Process. Boston: Allyn & Bacon

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indo-nesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah.

Permendiknas RI No. 18 tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan. Kementerian Pendidikan Na-

sional. Direktorat Jenderal Manajemen Pendi-dikan Dasar dan Menengah Direktorat pembi-naan Sekolah Menengah Pertama

Nur, M. 2008. Pembelajaran Kooperatif, cetakan kedua. Surabaya: PSMS UNESA.

Page 119: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 118

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PEMBELAJARAN

Mudjihartono

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Pada awal-awal dilaksanakan kegiatan Lesson Study, kualitas RP yang dihasilkan oleh para guru IPA SMP dan MTs di kabupaten Pasuruan masih banyak yang kurang berkualitas. Hal ini tergambar dari langkah-langkah pembelajaran yang termuat dalam RP masih berpusat pada guru (teacher centered), belum nampak pemanfaatan media pembelajaran yang tersedia, belum ada penyelenggaraan kegiatan diskusi, dan belum ada penggunaan metode eksperimen, yang kesemuanya itu dapat digunakan untuk peningkatkan daya nalar, kreativitas, dan keterampilan siswa. Selain itu kesalahan teknis ada yang fatal, karena dapat mengakibatkan salah konsep. Hal ini bisa muncul karena langkah-langkah percobaan yang kurang operasional. Untuk menghasilkan RP & LKS yang berkualitas memerlukan perbaikan secara bertahap. Setelah mereka mengikuti kegiatan Lesson Study selama beberapa tahun ini, telah tampak peningkatan kualitas RP yang mereka hasilkan.

Kata kunci: kemampuan guru, implementasi lesson study, RPP

Kegiatan Lesson Study bagi guru-guru SMP dan MTs di Kabupaten Pasuruan yang berbasis MGMP (Musyawarah Guru Matapelajaran) IPA, telah berlangsung sejak tahun 1996. Dalam kurun waktu tersebut tak terasa telah banyak peningkatan kemampuan dan keterampilan para guru yang mengikuti kegiatan Lesson Study ini dalam bidang pembelajaran, sebagai modal untuk meningkatkan keprofessionalan mereka, seperti banyak dikemu-kakan para dosen pendamping dari UM, maupun dari para tenaga ekspert JICA, yang ditulis dalam bebagai makalah seminar maupun dalam buletin yang diterbitan JICA.

Dalam tulisan ini pemaparan dan pembahasan peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam bidang pembelajaran, akan dfokuskan dalam hal peningkatan kualitas pennyusunan Rencana Pembelajaran (RP) oleh guru, karena dari RP yang berkualitaslah nantinya diharapkan akan dihasilkan hasil pembelajaran yang berkualitas juga.

Pada awal-awal dilaksanakan kegiatan Lesson Study, kualitas RP yang dihasilkan oleh para guru IPA SMP dan MTs di kabupaten Pasuruan masih banyak yang kurang berkualitas. Hal ini tergambar dari langkah-langkah pembelajaran yang termuat dalam RP masih berpusat pada guru (teacher cen-tered), belum nampak pemanfaatan media pembe-lajaran yang tersedia, belum ada penyelenggaraan kegiatan diskusi, dan belum ada penggunaan me-

tode eksperimen, yang kesemuanya itu dapat digu-nakan untuk peningkatkan daya nalar, kreativitas, dan keterampilan siswa. Setelah mereka mengikuti kegiatan Lesson Study selama beberapa tahun ini, telah tampak peningkatan kualitas RP yang mereka hasilkan. Peningkatan kualitas dalam penyususnan RP ini, tercermin dari susunan RP yang mereka ha-silkan, sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yang ditandai dengan adanya kegiatan pembelajaran yang telah berpusat pada siswa (Student Centered), banyak memanfaatkan media pembelajaran, banyak rencana kegiatan diskusi ke-lompok, dan banyak kegiatan eksperimen yang akan dilaksanakan.

PAPARAN HASIL OBSERVASI DAN KEGIATAN PENYUSUNAN RP & LKS

Selama kegiatan pendampingan LS berlang-sung penulis telah melaksanakan tugas pendam-pingan selama 2,5 tahun, dengan melakukan pen-dampingan di 5 wilayah kegiatan/kecamatan, yaitu: (1) Bangil, (2) Gondang Wetan, (3) Tutur, (4) Nguling, dan (5) Pandaan. Dalam kurun waktu tersebut, penulis telah banyak mengamati dan me-lakukan pembimbingan dalam pembuatan RP, yang penuh suka-duka dan memerlukan kesabaran dan semangat pengabdian yang tinggi, karena pelaksanaan kegiatannya dilakukan pada hari libur

Page 120: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 119

dan tempat-tempat yang dikunjunginya kadang-kadang cukup jauh dan jalannya turun naik jurang yang dalam di daerah perbukitan, apalagi kalau musim hujan situasinya cukup mengerikan.

Pada awalnya memang sulit untuk meng-arahkan para guru dalam pembuatan RP yang kegiatannya bersifat student centered, hal ini dise-babkan karena kebiasaan para guru sebelum- nya yang masih bersifat teacher centered. Keengganan para guru pada awal kegiatan Lesson Study untuk menggunakan kegiatan pembelajaran yang bersifat student centered, antara lain karena mereka ku-rang/tidak menguasai beberapa metode dan model pembelajaran yang mendukung proses pembela-jaran yang bersifat student centered, misalnya mereka belum begitu menguasai metode diskusi, metode eksperimen, metode simulasi, metode ker-ja lapangan, metode turnamen, dll. Selain itu mere-ka juga banyak yang belum kenal/menguasai bebe-rapa model pembelajaran yang selaras dengan pem-belajaran yang bersifat student centered, seperti model pembelajaran STAD, Problem Posing, INQUIRY, TPS, JIG SAW, dll.

Seiring dengan jalannya waktu dari bulan kebulan, dari tahun ke tahun, dengan penuh kesa-baran dan keuletan para dosen pendamping dari UM dan kadangkala juga dari tenaga expert Lesson Study JICA, mereka para guru yang mengikuti kegiatan program Lesson Study dibimbing dan dilatih menyusun RP yang menggunakan berbagai metode dan model-model pembelajaran yang selaras dan mendukung proses pembelajaran yang bersifat Student Centered. Akhirnya seiring dengan jalannya waktu yang cukup panjang yang hampir 3 tahun, maka para guru yang mengikuti program kegiatan Lesson Study di Kabupaten Pasuruan tersebut sekarang telah dapat membuat RP yang relatif berkualitas dan bersifat Student Centered. Contoh RP yang dimaksud, dapat dilihat di lam-piran dari naskah ini.

Beberapa contoh RP & LKS yang terlampir dalam naskah ini adalah RP & LKS yang pembuat-annya telah melalui beberapa kali penyempurnaan. Pertamakali konsep naskah RP & LKS dibuat oleh guru model, kemudian diperbaikki dalam diskusi dengan teman-teman guru lain yang bidang studi-nya sama, dan selanjutnya kerja laboratorium diuji-coba dulu oleh guru model beserta teman-teman-nya tadi dibawah bimbingan dosen pendamping, jika dalam tahap ini masih ada kekurangan, khususnya pada LKS, maka akan disempurnakan. Kemudian setelah digunakan dalam proses pembe-

lajaran RP & LKS tersebut disempurnakan lagi dalam kegiatan refleksi. Jadi RP & LKS tersebut selain telah bersifat stdent centered juga telah mengalami penyempurnaan melalui ujicoba lang-sung pada para siswa.

Bagi para guru yang di sekolahnya mempu-nyai media pembelajaran/peralatan sebagaimana tercantum dalam daftar peralatan yang ada dalam RP & LKS terlampir, dapat langsung mengguna-kan RP & LKS yang tersebut. Namun demikian sebelum digunakan, sebaiknya para guru yang akan menggunakan RP & LKS tersebut terlebih dulu mencobanya, karena ada perbedaan karakter alat yang digunakan menimbulkan perbedaan perbedan hasil, sehingga pada saat digunakan oleh para siswa, kekurangan-kekurangannya sudah dapat di-antisipasi terlebih dulu.

PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI DALAM PEMBUATAN RP & LKS

Sebagaimana dipaparkan di depan bahwa untuk menghasilkan RP & LKS yang berkualitas memerlukan perbaikan secara bertahap. Dan pada setiap tahap perbaikan diperlukan diskusi/tukar pikiran, perenungan, kajian literature dan serang-kaian uji-coba. Uji coba LKS yang dibuat oleh guru model perlu dilakukan oleh guru model dkk. sebelum digunakan dalam proses pembelajaran siswa, bahkan setelah penggunaan dalam proses pembelajaran RP & LKS tersebut masih terbuka untuk dilakukan perbaikan seperlunya. Hal ini disebabkan karena sering kali suatu konsep yang disusun di atas meja, pada saat digunakan banyak dijumpai kekurangan secara teknis, sehingga dapat menghambat jalannya percobaan atau bahkan bisa menghasilkan salah data dan pada akhirnya bisa menghasilkan salah konsep. Selain itu ujicoba oleh guru juga berguna untuk mengukur alokasi waktu yang memadai untuk setiap jenis percobaan yang dilaksanakan, sehingga nantinya efisiensi waktu dapat dikendalikan.

Contoh Kesalahan/Kekurangan Secara Teknis dalam Ujicoba oleh Guru Model

Kesalahan/kekurangan secara teknis yang sering muncul dalam ujicoba oleh guru model, misalnya pada percobaan pengukuran kalor jenis zat, yaitu untuk massa air yang dipanaskan, semula dirancang dalam LKS sebesar 10 ml, 20 ml, dan 30 ml untuk kenaikan suhu setinggi 10oC. Setelah diujicoba oleh guru model dkk, ternyata dengan

Page 121: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 120

menggunakan massa air sebesar itu terlalu besar, karena membutuhkan waktu pemanasan yang terlalu lama (40 menit), pada hal alokasi waktu keseluruhan pertemuan saat itu hanya 90 menit, sehingga kemungkinan tidak cukup waktunya. Setelah didiskusikan antara guru model dkk. maka, massa air yang dipanaskan dikurangi menjadi 5 ml, 10 ml, dan 15 ml saja. Ternyata untuk massa sebesar ini waktu yang diperlukan untuk pemanas-an sampai 10oC, hanya membutuhkan waktu 20 menit, dan waktu ini cukup ideal, tidak terlalu menyita waktu, sehingga untuk kegiatan yang lain masih cukup waktunya.

Selain itu kesalahan teknis ada yang fatal, karena dapat mengakibatkan salah konsep. Hal ini bisa muncul karena langkah-langkah percobaan yang kurang operasional. Contoh untuk kesalahan teknis dimaksud adalah, pada saat mengukur titik didih air pada tempat tertentu atau pada ketinggian tertentu. Dalam rancangan LKS, yang bertujuan untuk mengetahui titik didih air di tempat sekolah mereka, perintah dalam rancangan LKS menyata-kan, “Rebuslah air sampai mendidih kemudian ukurlah suhu air mendidih tersebut dengan menggantungkan thermometer di permukaan air” ( termometer tidak boleh menyentuh dasar bejana yang sedang dipanaskan dengan api bunsen). Ternyata hasil ujicoba oleh guru model dkk. untuk perintah tersebut memperoleh hasil percobaan yang perbedaannya cukup mencolok pada 3 kelompok, yaitu 93oC, 95oC, dan 97oC. Dalam hal ini diguna-kan tiga thermometer yang berbeda untuk setiap percobaan yang dilakukan oleh 3 kelompok guru yang mengikuti LS.

Memang guru model dkk menganggap bahwa perbedaan titik didih air di tempat terse- but secara mencolok diakibatkan oleh adanya 3 thermometer yang berbeda tersebut. Akan tetapi setelah ditun-jukkan oleh dosen pendamping bahwa kalau ketiga thermometer tersebut dimasukkan bersamaan dalam air panas dalam bejana yang sama, ternyata ketiga thermometer tersebut menunjukan angka yang sama pula. Ini berarti perbedaan titik didih air secara secara mencolok tersebut bukan karena perbedaan thermometer yang digunakan.

Hasil pengamatan oleh dosen pendamping terhadap 3 kelompok guru yang melaku- kan ujicoba LKS tersebut menunjukkan bahwa volume reservoar air raksa yang tercelup dalam air men-didih tidak sama, ada yang tercelup sedikit, ada yang tercelup separo, dan ada yang tercelup selu-ruhnya. Dari fakta ini diduga oleh dosen pendam-

ping sebagai penyebab terjadinya perbedaan yang mencolok tentang titik didih air di tempat tersebut. Untuk menguji dugaan/hipothesis ini maka peng-ukuran titik didih air dianjurkan untuk dilakukan sekali lagi dengan memasukkan seluruh reservoar air raksa yang ada pada ujung thermometer kedalam air mendidih. Hasilnya ternyata ketiga suhu air mendidih yang diukur dengan 3 ther-mometer yang berbeda tadi sama yaitu 97oC. Jadi untuk mengukur suhu titik didih air teknisnya, seluruh reservoar thermometer harus tercelup dalam air mendidih yang diukur. Jika tidak seluruh-nya tercelup dalam air akan menghasilkan titik didih yang berbeda-beda, yang akhirnya akan men-dapatkan kesimpulan yang salah, yaitu titik didih air berbeda-beda tergantung pada thermometer pengukurnya. Dengan demikian langkah-langkah kegiatan siswa dalam rancangan LKS yang dibuat guru model dkk tadi, harus didirevisi dulu sebelum digunakan siswa dalam percobaannya di kelas, agar tidak menghasilkan salah konsep.

Dari contoh-contoh kesalahan teknis dalam percobaan-percobaan di atas, dapat kita peroleh kesimpulan bahwa betapa pentingnya tahap uji-coba LKS oleh guru, sebelum LKS digunakan oleh siswa, sehingga dapat diantisipasi terlebih dahulu oleh guru jika ada kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam rancangan LKS tersebut.

Kekurangan/Kelemahan Rancangan RP & LKS yang Ditemukan setelah Refleksi

Setelah para guru peserta program Lesson Study melakukan kegiatan refleksi, diketahui beberapa kekurangan/kelemahan rancangan RP & LKS, antara lain dsebabkan oleh hal-hal sebagai berikut, (1) rancangan kegiatan pada LKS kurang sinkron atau kurang mendukung terhadap pengua-saan kompetensi yang diharapkan, (2) rancangan kegiatan pada LKS, seringkali bahasanya kurang komunikatif atau kurang dipahami maksudnya oleh siswa, hal ini terlihat dari seringnya siswa mena-nyakan maksud perintah kerja dalam LKS tersebut pada gurunya karna dalam kelompok terjadi per-bedaan penafsiran terhadap perintah tersebut.

KESIMPULAN

Dari uraian di depan diperoleh kesimpulan, bahwa setelah melalui pembimbingan/pendam-pingan yang intensip dan penuh kesabaran oleh dosen pendamping dalam jangka waktu yang lama untuk pembuatan Rencana Pembelajaran (RP) dan

Page 122: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 121

Lembar Kerja Siswa (LKS), maka telah dapat di-hasilkan RP & LKS yang berkualitas, yaitu RP & LKS yang memungkinkan siswa mampu memiliki

kompetensi dasar yang diharapkan, tidak salah konsep, dan waktu yang digunakan menjadi lebih efisien.

Page 123: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 122

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIC (VCT) UNTUK MENINGKATKAN

MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN TERHADAP

KONSTITUSI, PENGALAMAN OPEN CLASS LESSON STUDY DI SMP NEGERI 2 GEMPOL

Ninik Masruroh

SMP Negeri 2 Gempol

Abstrak: Pembelajaran PKn dengan metode pembelajaran Value Clarification Technic (VCT) telah dilaksanakan pada saat open class lesson study di SMP Negeri 2 Gempol Pasuruan dengan materi Pe-nyimpangan-Penyimpangan terhadap Konstitusi. Tiga tahapan lesson study telah dilaksanakan mulai dari Plan, Do, dan See. Hasil Refleksi menunjukkan bahwa metode pembelajaran VCT dapat mening-katkan motivasi belajar peserta didik. Hal ini diketahui dari analisa hasil observasi (instrumen non tes) selama proses pembelajaran yang berupa pedoman observasi/ pengamatan yang telah dibuat guru untuk mengamati tindakan atau aktivitas peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Catatan obser-vasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas, partisipasi, dan kooperatif peserta didik. Analisa hasil observasi “dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif melalui metode Value Clarification Technic (VCT) menunjukkan adanya peningkatan aktivitas, partisipasi, dan kooperatif pe-serta didik yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik”. Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk menerapkan metode VCT untuk materi yang lain.

Kata kunci: metode VCT, lesson study, non tes

Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005, Bab I, Pasal 1, dinyatakan bahwa: guru adalah pen-didik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pen-didikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pen-didikan dasar, dan pendidikan menengah. Pemerin-tah Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kompetensi guru yang meli-puti kompetensi paedagogik, kompetensi kepriba-dian, kompetensi sosial, dan kompetensi profe-sional.

Lesson Study sebagai salah satu model alter-natif pembinaan kompetensi guru untuk mening-katkan kemampuan profesionalnya. Melalui lesson Study dikembangkan pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik belajar secara aktif, ino-vatif, kreatif, dan menyenangkan. Lesson study bu-kan merupakan metode atau strategi pembelajaran,

tetapi merupakan kegiatan yang menerapkan ber-bagai metode dan strategi pembelajaran yang se-suai dengan situasi, kondisi, kemampuan komuni-tas pembelajaran serta berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.

Lesson Study dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksikan) yang secara bersiklus dan berkelanjutan pertama dilakukan oleh guru-guru MIPA mampu mengembangkan pembelajaran pe-serta didik. Berdasarkan latar belakang tersebut maka di SMP Negeri 2 Gempol dirasa penting mengadakan program diseminasi lesson study un-tuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMP Ne-geri 2 Gempol Pasuruan melalui peningkatan kom-petensi guru dengan LSBS (Lesson Study Berbasis Sekolah) dengan sasaran semua guru baik MIPA maupun NON MIPA.

Page 124: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 123

Pada era globalisasi ini kita tahu bahwa per-kembangan dunia semakin pesat dan jaman semakin maju. Hal ini memberikan dampak yang sangat besar terhadap perkembangan anak usia se-kolah, baik yang positif maupun yang negatif. Pen-didikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah mem-punyai peran yang sangat penting dalam mem-bentuk jiwa peserta didik, seiring dengan per-kembangan jaman saat ini, khususnya dalam membentuk Kecerdasan Moral peserta didik.

Prinsip-prinsip pembelajaran PKn, Mata Pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan antara lain dapat berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganeegaraan dan peserta didik berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, warga negara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Juknis PKn, 2006:2).

Pembelajaran PKn di sekolah membutuhkan berbagai metode yang cocok dan tepat dengan perkembangan jiwa anak didik dan perkembangan jaman, sehingga pembelajaran PKn diharapkan dapat memberikan berbagai bekal sikap dan ting-kah laku kepada anak untuk dapat dengan mudah direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai kemungkinan dapat dikemukakan sebagai penyebab rendahnya motivasi peserta didik belajar di sekolah antara lain: Rendahnya tingkat kecer-dasan peserta didik, rendahnya kemampuan peserta didik dalam menumbuhkan ide gagasan, peserta didik kurang berani menyampaikan pendapat di muka umum, kurangnya media pembelajaran, tidak tepatnya metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, dan lain-lain.

Hal tersebut biasanya dikarenakan adanya tuntutan untuk menyelesaikan target kurikulum yang harus terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

Di sini peranan guru dalam pembelajaran PKn bukan hanya bertanggung jawab dalam mem-perkenalkan konsep-konsep, mendemons-trasikan keterampilan melalui contoh masalah dan menilai pekerjaan peserta didiknya secara tertulis, tetapi guru juga dituntut mampu berperan sebagai fasilitator (pengarah) dan promotor (penggerak) bagi peserta didik. Guru harus menyadari peranan-

nya akan semakin meluas, lebih banyak waktu akan digunakan guru untuk bekerja secara langsung dengan individu peserta didik dan kelompok-kelompok.

Bertolak dari itu fungsi guru adalah mempermudah pesrta didik untuk belajar, memberikan kondisi yang konduktif yang mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna secara signifikan bagi diri peserta didik. Sehingga salah satu tujuan pendidikan nasional akan tercapai, yaitu mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Berdasarkan pemikiran dan kenyataan di atas, upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan PKn yang komprehensip adalah dengan menerapkan motode pembelajaran yang mampu memberikan motivasi atau gairah belajar peserta didik. Melalui Value Clarification Technic (VCT) dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi belajar PKn bagi peserta didik sehingga kompetensi dasar yang diharapkan dapat tercapai secara optimal sesuai harapan kurikulum.

Menurut Muhibbin Syah (2005:203) Ada em-pat macam metode mengajar yang dipandang representatif dan dominan dalam arti digunakan secara luas sejak dahulu hingga sekarang pada tiap jenjang pendidikan formal. Tiga dari empat metode tersebut bersifat khas dan mandiri, sedangkan yang lain merupakan kombinasi antara satu metode dengan metode lainnya. Metode campuran ini disebut Metode Plus bersifat terbuka artinya setiap guru yang profesional dan kreatif dapat memo-difikasi atau merekayasa campuran metode tersebut sesuai dengan kebutuhan dengan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip psikologis-didaktis yang telah diakui keabsahannya dalam dunia pendidikan, diantaranya adalah metode VCT (Value Clarification Technic) yaitu metode pena-naman nilai kepada peserta didik.

Keunggulan Metode Value Clarification Technic (VCT) adalah: 1. Mendorong peserta didik berfikir kritis 2. Mendorong peserta didik untuk mengekspersi-

kan pendapatnya secara bebas 3. Mendorong peserta didik untuk menyumbang-

kan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama

4. Mengambil satu alternatif atau beberapa alter-natif jawaban untuk menentukan sikap terha-dap suatu masalah Dengan metode ini diharapkan meningkatkan

motovasi dan inisiatif peserta didik dalam bentuk

Page 125: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 124

keberanian menyampaikan pendapat, ide, gagasan, pertanyaan, sanggahan, kerja individu secara ter-struktur, kerja kelompok serta tanggung jawab ter-hadap diri dan kelompoknya meningkat. Dengan kata lain kualitas dan keberanian peserta didik dalam Kegiatan Belajar Mengajar meningkat.

METODE

Adapun tahapan lesson study: 1. Plan

Kegiatan Plan (merencanakan) dilaksanakan seminggu sebelum open class oleh guru model dengan guru serumpun yaitu guru PKn kelas VII (Rachman Rudito, S.Pd) dengan bimbingan dan petunjuk dari Kepala sekolah (Tri setyo Astutik, S.Pd., M.Pd.). Pada tahap ini dilakukan Pemilihan Topik pembelajaran, mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, penetapan indikator dan tujuan pembelajaran, penetapan metode, strategi, dan media pembelajarn, penyusunan skenario pembelajaran dan penulisan RPP. Pada Tahap Plan disepakati materi dengan topik Penyimpangan-penyimpangan terhadap Konstitusi. Standar kompetensi “Memahami berbagai konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia” dengan kompetensi dasar “Menganalisis penyimpangan-penyimpangan terhadap konstitusi yang berlaku di Indonesia”. Dari skenario pembelajaran yang kami buat harapan kami, kami dapat menanamkan nilai/life skill khususnya personal skill (aktivitas peserta didik) dan social skill (keterampilan kooperatif) sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar. Dan harapan terakhir kami adanya peningkatan prestasi belajar pula.

Masukan saat Plan, kelompok belajar dibuat secara heterogen baik jenis kelamin maupun tingkat kecerdasan, dengan posisi duduk heterogen pula (laki-laki, perempuan, laki-laki, perempuan) 3 hari sebelum Do. 2. Do

Tahapan Do (Melaksanakan) sesuai dengan jadwal LSBS, yaitu 17 Oktober 2008, Pembelajaran PKn menggunakan kelas model VIII A, Open class dihadiri oleh guru-guru SMP Negeri 2 Gempol dan observer tamu yaitu kepala sekolah SD Negeri Karangjati 3 (Sri Wahyuningsih, S.Pd).

Pada pelaksanaan (Do). Dimulai dari tahap pendahuluan, guru mengkoordinasikan kelas dan peserta didik untuk siap belajar, mengajak berdoa dan memuji kebersihan kelas, menyampaikan tema, menjelaskan tujuan belajar, dan menyampaikan

pertanyaan kunci “Apa akibat adari penyimpangan terhadap UUD 1945?” selanjutnya mengaitkan materi dengan pengetahuan yang dimiliki peserta didik melalui tanya jawab, contoh: Kapan berlakunya UUD 1945?, Berapa lama Bapak Suharto menjadi presiden?

Tahap Kegiatan Inti dimulai dengan tugas kajian pustaka secara berkelompok. Peserta didik diminta membaca teks secara berulang-ulang dengan waktu yang telah ditentukan. Pengenalan materi dipertegas oleh guru model dalam kelompok dengan cara tutor sebaya, bagi peserta didik yang mampu dimasing-masing kekompok diharapkan dapat membimbing teman-temannya, dan bagi peserta didik yang kurang memahami tugasnya diharapkan untuk tidak malu bertanya ataupun meminta bimbingan teman. Dilanjutkan dengan kegiatan diskusi. Dalam kegiatan diskusi ini agar lebih menarik dan memotivasi peserta didik untuk mengembangkan nilai/life skillnya baik personal skills maupun social skills, Lembar kerja Peserta Didik menggunakan potongan-potongan kartu yang harus dikelompokkan. Peserta didik aktif mendis-kusikan potongan-potongan kertas untuk dikelompokkkan pada tabel penyimpangan-penyimpangan terhadap UUD 1945 periode 1945-1949, periode 1959-1965, 1966-1999. Pada tahap ini tampak adanya peningkatan baik aktivitas personal maupun kerja sama antar peserta didik. Tahap ini peran guru sangat penting yaitu membimbing dan mendorong peserta didik untuk senantisa melakukan kerja sama. Seluruh aktivitas peserta didik dicatat dalam lembar observasi.

Tahap ini diakhiri dengan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Disini sekaligus guru menanam-kan penguasaan konsep yang benar pada peserta didik.

Tahap kegiatan Penutup, guru dan peserta didik merefleksikan hasil pembelajaran hari ini dan penanaman nilai yaitu pentingnya kerja sama, merenungkan pertanyaan kunci dengan memberi pertanyaan secara lisan. Untuk menanamkan nilai cinta tanah air, guru memberi tugas rumah membuat essay deskripsi tentang pemerintahan Orde Lama. 3. See

Kegiatan See (Merefleksi) dilaksanakan lang-sung setelah open class. Kegiatan refleksi dimulai oleh moderator dengan memberi kesempatan kepada guru model untuk menyampaikan pengalaman mengajarnya, alasan pemilihan metode dan alasan pembuatan kelompok, sebelum para

Page 126: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 125

observer menyampaikan hasil observasinya. Guru model menjelaskan alasan pembagian kelompok dan posisi tempat duduk peserta didik, karena alasan agar terjadi aktivitas sosial yang tinggi antar peserta didik sehingga berkembang baik personal skills maupun social skills, juga memungkinkan adanya tutor sebaya dalam proses pembelajaran, Dengan demikian akan tercipta motivasi belajar yang tinggi. Guru model berharap mendapat masukan-masukan dari para observer sehingga dapat dijadikan sebagai acuan perbaikan untuk pembelajaran dengan materi yang sama di kelas lain.

Selanjutnya penyampaian hasil observasi dari semua observer. Moderator mengingatkan kepada observer bahwa obyek observasi adalah peserta didik dan aktivitasnya selama proses pembelajaran. Kegiatan refleksi bukan kegiatan menghakimi guru. Kegiatan refleksi diharapkan adanya temuan masalah, penyebabnya, dan pemberian solusi, sehingga dapat diketahui pelajaran berharga yang dapat dipetik dari pembelajaran tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Observasi

Hasil observasi yang dilakukan oleh para observer pada lembar pengamatan kegiatan Lesson Study sebagai berikut: 1. Interaksi siswa dengan siswa

Interaksi peserta didik dengan peserta didik pada umumnya cukup baik, salah satu indikatornya adalah proses diskusi yang dilakukan peserta didik. Peserta didik cenderung aktif berdiskusi dengan motivasi dari guru dan tutor sebaya. Dari fakta yang disampaikan observer, peserta didik yang ku-rang aktif dalam interaksi siswa dengan siswa dise-babkan adanya ketidakpercayaan diri pada peserta didik tersebut. Solusinya frekuensi pendekatan guru ditingkatkan mungkin dengan memberi re-ward/pujian dan ditingkatkan tutor sebaya. 2. Interaksi siswa dengan guru

Dari hasil observer dapat disimpulkan interak-si peserta didik dengan guru sangat baik. Aktivitas guru melalui tanya jawab, mampu menumbuhkan keberanian peserta didik untuk menjawab. Sedang-kan pendekatan guru saat kegiatan diskusi mampu menumbuhkan keberanian peserta didik untuk ber-tanya dan menumbuhkan kerja sama antar peserta didik 3. Interaksi siswa dengan media

LKS sebagai salah satu media yang diguna-kan pada pembelajaran ini mampu memotivasi sis-wa untuk menyelesaikan tugas. Dengan media po-tongan kertas yang berisi kkalimat yang harus dike-lompokkan sesuai dengan penyimpangan-penyim-pangan konstitusi pada tahun 1945-1949, 1959-1965, 1966-1998, hampir semua peserta didik ter-libat aktif dengan media tersebut. Sedangkan peng-gunaan power point untuk pembelajaran ini mampu meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik.

Siswa diam (berfikir, melamun, pasif, dll) atau beraktivitas lain (memainkan pensil, arloji, penggaris, dll)

Dari pengamatan observer ada seorang siswa di kelompok 6 diam pasif sepertinya kurang se-mangat mengikuti pelajaran hanya menengok ke kiri ke kanan. Solusinya mungkin saat pembagian kelompok diratakan diberi siswa yang mampu se-hingga bisa menjadi tutor sebaya. Juga ditemukan seorang siswa di kelompok 9 yang saat diterangkan mendengar sambil memainkan tangan di bawah meja. Menurut observer dalam kesehariannya dia memang kurang, untuk itu solusinya adalah guru lebih meningkatkan komunikasinya, sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri.

Pelajaran berharga yang bisa dipetik pada pembelajaran

Pelajaran berharga dari pembelajaran ini antara lain: a. Pembelajaran ini melatih keberanian anak dan

kelompok saling bertanggung jawab pada pekerjaannya

b. Pembelajaran dengan metode diskusi, penu-gasan, dan penanaman nilai meningkatkan mo-tivasi belajar dan mempermudah memahami materi pembelajaran

Hasil Non Tes

Pada tabel 1 ditunjukkan hasil pengamatan se-lama proses pembelajaran dengan metode VCT menunjukkan adanya peningkatan aktivitas, partisi-pasi, dan kooperatif peserta didik.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama proses pembelajaran di atas, kelompok yang secara umum seluruh peserta aktif, kooperatif dan mampu menyelesaikan tugas. Kelompok yang paling aktif pada pelaksanaan pembelajaran ini adalah kelompok 9. Hal ini didukung oleh hasil kerja kelompok yang benar semua dan tercepat se-lesainya. Keaktifan dan motivasi peserta didik se-

Page 127: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 126

lama pembelajaran berdampak secara langsung pa-da hasil belajar siswa yang mana ditunjukkan de-

ngan perolehan rata-rata hasil belajar sebesar 82,23.

Tabel 1. Hasil Observasi

KELOMPOK ASPEK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JML KETERANGAN

Peserta Didik Aktif 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 42 2 tidak aktif, perlu bimbingan dan motifasi

Peserta Didik Koop-eratif 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 43 1 tidak aktif, perlu bimbingan

dan motifasi Peserta Didik Menye-lesaikan Tugas 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 44

Manfaat lesson study

Dengan adanya LSBS di SMP Negeri 2 Gempol membawa dampak dan manfaat yang luar biasa baik bagi guru maupun peserta didik. 1. Bagi Guru

Mengubah paradigma pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered

Menjadikan guru lebih percaya diri, lebih disiplin dalam menjalankan profesinya, dan termotivasi untuk menambah ilmu, kreatif, dan inovatif

Menjadikan guru lebih terbuka, tidak malu mengakui kekurangan dan kesalahan sendiri, dan berlapang dada menerima sa-ran

2. Bagi Peserta didik Dapat meningkatkan motivasi belajar,

aktivitas belajar, juga life skills peserta didik

Memungkinkan terjadinya situasi saling belajar dan interaksi tiga arah, yaitu siswa

dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan media

Untuk meningkatkan keberanian peserta didik dalam mengembangkan keterampilan, mengungkapkan pendapat, ide, pertanyaan, dan saran

Dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik di sekolah

KESIMPULAN

Pengembangan lesson study berbasis sekolah (LSBS) sebagai salah satu model alternatif pembinaan kompetensi guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, membawa dampak positif bagi proses pembelajaran. Kegiatan ini tidak hanya memotivasi guru semata, melainkan juga memotivasi peserta didik. Pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan khususnya mata pelajaran PKn, pasti mampu meningkatkan pula pemahaman materi dan penanaman nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupannya kelak.

DAFTAR RUJUKAN

Aqib, Z. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia

Coles, R. 2003. Menumbuhkan Kecerdasan Moral pada Anak. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Dirjen Dikdasmen, Direkturat Pendidikan Menengah Umum. 2006. Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Pkn. Jakarta

Sudjana, N. 1987. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah Makalah-Skripsi-Tesis-Disertasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Syah, M. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Winkel, W.S. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasinda

Tabrani, R.A. dkk. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Karya

Page 128: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 127

LESSON STUDY MEMBEDAH CAKRAWALA MENUJU PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK

DI SMP NEGERI 2 PURWODADI

Nuzulul Kusindiyarli

Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Purwodadi Kabupaten Pasuruan

Abstrak: Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Pelaksanaan Lesson Study di SMP Negeri 2 Purwodadi membawa dampak positif bagi guru, siswa, dan sekolah. Guru mampu menyadari bahwa pelaksanaan pembelajaran tidak hanya dimonopoli oleh guru saja. Pembelajaran harus bisa memberi dampak perubahan positif terhadap kemajuan prestasi siswa. Pada awal kegiatan Lesson Study, guru-guru merasa berat, canggung, grogi, dan takut. Namun ketika semua guru sudah merasakan dampak positif terhadap kemampuan profesionalnya, maka Lesson Study merupakan salah satu jawaban untuk membedah cakrawala menuju pembelajaran konstruktivis. Hal ini bisa meningkatkan kualitas pembelajaran yang akhirnya tujuan pembelajaran pun bisa tercapai.

Kata kunci: Lesson Study, pembelajaran konstruktivistik

KONDISI OBJEKTIF PEMBELAJARAN

Dalam sebuah pelaksanaan pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru, selama ini masih belum banyak diketahui oleh siapapun terutama oleh orang luar; misalnya oleh kepala sekolah, pengawas, guru lain, bahkan orang tua siswa apalagi oleh komite sekolah dan tokoh masyarakat sampai pejabat di luar pendidikan. Hal seperti ini mengakibatkan guru kurang tertantang dan bertanggung jawab terhadap proses maupun hasil pembelajaran yang dilaksanakan di kelas-kelas.

Para guru masih terlalu percaya diri terhadap kemampuannya sehingga hampir menganggap bah-wa pembelajaran yang dilaksanakan pasti berhasil dengan baik. Begitu yakinnya maka guru membayangkan hasil yang diharapkan tentu saja harus sesuai dengan harapan sang guru. Namun Kenyataannya sangat berbeda, mulai dari aktivitas, kreativitas, keberanian siswa dalam mengikuti pembelajaran, sering membuat jengkel para guru. Tidak jarang guru tersulut emosinya gara-gara siswa hanya diam saja ketika diberi tugas maupun ketika diberi pertanyaan. Siswa tidak berani menjawab, siswa ragu-ragu, siswa sangat pasif

bahkan ketakutan. Kalau mereka berani menjawab, lebih cenderung bersama-sama teman yang lain seperti menyanyikan lagu secara koor. Akhirnya ketika guru harus melaksanakan tes ternyata hasil yang didapat ternyata jauh dari harapan.

Problem guru yang seperti ini perlu mendapat jalan keluar yang bijak sehingga guru bisa ber-kembang kemampuannya dan siswa bisa lebih dihargai sebagai makhluk unik yang perlu motivasi, pengarahan dan bimibingan dari guru yang dikemas dalam pembelajaran yang konstruktivistik. Kegiatan semacam ini semata-mata untuk menghargai keberadaan siswanya. Solusi yang bisa dilaksanakan oleh guru untuk mengatasi hal-hal tersebut adalah dengan melakukan Lesson Study, sehingga guru dapat melakukan review terhadap kinerjanya yang selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki kinerjanya menuju guru yang professional.

PENGERTIAN LESSON STUDY

Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran

Page 129: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 128

secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Dengan de-mikian, Lesson Study tersebut bukanlah suatu metoda atau strategi pembelajaran tetapi suatu kegiatan pembelajaran secara menyeluruh yang bisa saja menggunakan metoda dan strtegi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisik dan permasalahan yang dihadapi guru. Lesson Study dapat dilakukan oleh sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (Planning), Implementasi (Do) pembelajaran dan observasi serta refleksi (See) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diimplementasikan ke dalam program sekolah yang disebut dengan Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS). Hal ini penting dilaksanakan karena per-kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat serta perkembangan pengetahuan siswa sendiri ini perlu diimbangi dengan kemampuan guru yang memadai sebagai agen pembelajaran.

Program kegiatan LSBS di SMP Negeri 2 Purwodadi ini setiap guru matapelajaran apapun akan mempunyai kesempatan untuk menjadi guru model sesuai dengan jadwal yang sudah disusun. S-tiap semester minimal terdapat 16 guru. Hal ini dimungkinkan karena setiap satu bulan terdapat empat guru. Dalam satu semester hanya diambil 4 bulan. LSBS dilaksanakan pada setiap hari Sabtu yang diikuti oleh semua guru. Satu guru menjadi guru model dan guru yang lain menjadi observer.

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK

Pembelajaran Konstruktivistik merupakan model pembelajaran yang mengutamakan siswa se-cara aktif membangun pembelajaran mereka sen-diri secara mandiri dan mampu memindahkan informasi untuk menguasai materi yang kompleks. Mengacu pada pemikiran yang menyatakan bahwa pada proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam proses belajar dan sosialisasinya yang berkesinambungan yang bero-rientasi pada model pembelajaran kooperatif. (Aronson, 1978)

Pengertian konstruktivis yang sepertidi atas jelas bisa diwujudkan dengan mempraktikkan pem-belajaran yang dikemas dalam kegiatan Lesson

Study karena memang di dalam Lesson Study ter-sebut pilar-pilar konstruktivis bisa dilaksanakan dan dikembangkan dari semua lini. Guru membuat persiapan maksimal, siswa dihargai keberadaannya. Dan yang menarik dari kegiatan LS yang dilaksanakan pada saat Open Class adalah terdapatnya tenaga observer yang bisa mengamati dan memberi masukan serta gambaran proses pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan ini bisa dilihat pada saat melaksanakan refleksi.

Kenyataan yang terjadi di SMP Negeri 2 Pur-wodadi setelah melaksanakan LSBS ternyata memang bisa memberikan harapan bagi para guru untuk terus mengembangkan LS sebagai upaya membedah cakrawala guru menuju pembelajaran konstruktivistik.

Hal ini bisa dibuktikan dari hasil beberapa re-fleksi yang dilihat pada lembar observer maupun diskusi ketika refleksi yang dilaksanakan bersama dengan observer serta guru model serta didampingi oleh dosen pembimbing dapat diberikan gambaran bahwa: 1. Guru bisa secara terbuka berani menanyakan

kepada kolega yang lain berkaitan dengan rencana pembelajarannya.

2. Guru berani tampil melaksanakan pembelajar-an di hadapan banyak orang.

3. Guru bisa lebih siap dengan segala perangkat mengajarnya.

4. Guru berusaha tampil sebaik mungkin. 5. Guru terus berusaha melaksanakan pembela-

jaran di kelas sesuai dengan persiapan yang dibuat.

6. Siswa mau bekerjasama sesama siswa, ber-tanya kepada sesama teman maupun guru. Se-dangkan siswa yang lain mau memberikan tanggapan.

7. KBM dilaksanakan dengan penuh keceriaan, gembira, antusias. Hal ini akibat dari pengaruh guru yang mampu menghidupkan suasana di kelasnya dengan persiapan yang matang. Kenyataan ini dapat memberi gambaran yang

nyata bahwa dengan Lesson Study mampu men-gubah proses pembelajaran menjadi lebih hidup, aktif, dan kreatif, menarik. Proses ini terjadi karena guru mau mempersiapkan pembelajarannya dengan sangat maksimal walaupun ini masih dalam taraf open class.

Walaupun demikian paling tidak guru di-harapkan bisa menyadari bahwa melaksanakan pembelajaran tersebut memang perlu persiapan dan

Page 130: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 129

ini akan sangat mudah dan tidak berat apabila terus berlatih lewat Lesson Study. Kalau kebiasaan ini bisa dibangun terus dan diikuti dengan pembinaan-pembinaan yang signifikan terutama kepada guru yang memang layak harus mendapat rewart ya ha-rus diberi penghargaan demikian untuk guru yang kinerjanya kurang bagus ya harus mendapatkan sangsi. Kegiatan ini harus secara terus menerus di-koordinasikan dengan semua jajaran terkait, maka bukan tidak mungkin ini akan bisa menjadikan ke-biasaan semua guru untuk mau dan mampu melak-sanakan pembelajarannya dengan sempurna.

PENUTUP

Guru memang harus terbuka dalam setiap langkah kinerjanya terutama ketika melakukan per-siapan, melaksanakan, dan mengevaluasi pem-belajarannya. Hal ini sangat penting agar bisa men-ciptakan pembelajaran yang konstruktiv sehingga mampu mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

Lesson Study merupakan salah satu solusi yang sudah terbukti pernah dan sedang dilaksa-nakan di SMP Negeri 2 Purwodadi Pasuruan bisa menjawab permasalahan tersebut dengan baik.

Terbukti guru dan siswa mampu secara kreatif dan kolaboratif melaksanakan pembelajaran di kelas.

Perlu juga dipahami dan diingat bahwa ber-dasar pengalaman yang selama ini terjadi adalah sudah banyak guru yang telah mengikuti kegiatan pelatiahan yang intinya adalah untuk meningkatkan kemampuannya, namun setelah mengikuti kegiatan tersebut masih belum juga berhasil membawa pe-rubahan. Hal seperti ini memang menjadi kendala. Semuanya dipulangkan kepada masing-masing in-dividu guru, maukah melaksanakannya atau hanya sebatas memperoleh pengetahuan dan ketrampilan saja. Sekali lagi faktor utama keberhasilannya ada-lah terletak kemauan untuk melaksanakan hasil pe-latihan tersebut. Sebaik apapun hasil dari mengikuti pelatihan tetapi kalau guru yang bersangkutan tidak ada semangat tinggi dan mau melaksanakannya maka semuanya tidak aka ada manfaatnya.

Mudah-mudahan dengan upaya yang secara sadar dan bersama-sama untuk meningkatkan kua-litas pendidikan di Indonesia melalui Lesson Study bisa tercapai sehingga generasi mendatang benar-benar merupakan generasi yang cerdas berkualitas baik moril maupun spiritual serta percaya diri. Terima kasih.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim, 2003. Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta: Depdiknas

Saito, E, Imansyah, H. dan Ibrohim. 2005 Penerapan Studi Pembelajaran di Indonesia: Studi Kasus

dari IMSTEP. Jurnal Pendidikan “Mimbar Pendidikan”. No.3 Th. XXIV:24

Page 131: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 130

LESSON STUDY MENINGKATKAN RESPONS PESERTA DIDIK KELAS VIII-A DI SMP NEGERI 2

PURWOSARI PASURUAN

Saifuddin Adnan

SMP Negeri 2 Purwosari Pasuruan

Abstrak: Sebuah pembelajaran akan berjalan dengan baik jika berlangsung interaksi yang intens antara peserta didik, sumber belajar dan lingkungan yang telah direkayasa sedemikian rupa oleh Guru dan sekolah. Dari konsep pembelajaran seperti inilah maka lahir pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dimana peserta didik memiliki pengalaman langsung dalam interaksinya dengan sumber dan media belajar agar terbentuk pembelajaran yang bermakna. Bagaimana upaya menemukan cara yang terbaik guna mencapai pendidikan yang bermutu dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang handal, sudah sejak lama praktik pembelajaran cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral. Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinam-bungan, dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip.Total Quality Management, Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society). Teori lain yang dikemukakan oleh Thorndike dalam belajar berkaitan Stimulus dan Respons peserta didik, yaitu: 1) Hukum kesiapan (Law of readiness), 2) Hukum latihan (Law of Exercise), dan 3) Hukum akibat (Law of Effect). (file:///I:/stimulus dan respons Pembelajaran Guru.htm). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respons peserta didik terhadap penerapan Lesson Study di SMP Negeri 2 Purwosari. Penelitian ini menggunakan angket untuk mengetahui respons peserta didik. Dari data angket yang diberikan pada peserta didik, menunjukkan bahwa peserta didik memiliki kemauan, merasa terterik dan tidak membosankan mengikuti proses pembelajaran dengan penerapan Lesson Study khususnya pada pelajaran IPA dengan rata-rata respons peserta didik terletak pada senang belajar dengan menggunakan Lesson Study mencapai rata-rata 4,33. Saran yang dapat dikemukakan adalah: Dengan adanya Lesson Study diharapkan guru-guru lebih bisa mengembangkan potensi dirinya, didalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Bagi kepala sekolah diharapkan dapat memberi keleluasaan pada guru untuk mengembangkan potensi dirinya terutama untuk mengikutsertakan guru dalam kegiatan MGMP, seminar, workshop dan kegiatan lainnya yang bersifat menunjang kreativitas guru. Dan bagi peserta didik dapat lebih meningkat kemauan belajar dengan penerapan lesson study karena guru lebih kreatif dan inovatif didalam menyajikan proses belajar mengajar.

Kata kunci: Respons, Lesson Study

Suatu rencana pembelajaran tidak selalu rumit dan bertele-tele, pembelajaran sederhana sudah lebih dari cukup, karena pembelajaran selalu cukup dan penuh dengan perkembangan-perkembangan tak terduga. Cara efektif membuat pembelajaran atraktif dengan menggunakan hal-hal konkrit ini terbatas pada benda-benda nyata, tetapi juga kegiat-an atau tindakan yang konkrit juga dapat menarik perhatian peserta didik. Contohnya menghitung komponen ekosistem dalam suatu kuadran. Dengan

cara peserta didik diajak ke lapangan sekolah untuk mengamati secara langsung. Lesson Study bertujuan poses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.

Page 132: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 131

Lesson Study dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan 8 keprofesionalan guru, yakni: 1) Memikirkan dengan cermat mengenai tujuan dari pembelajaran, materi pokok, dan bidangstudi, 2) Mengkaji dan mengembangkan pembelajaran terbaik yang dapat dikembangkan, 3) Memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan, 4) Memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai berkaitan dengan peserta didik, 5) Merancang pembelajaran secara kolaboratif, 6) Mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku peserta didik, 7) Mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat/penuh daya, dan 8) Melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata peserta didik dan kolega. kologi peserta didik". file:///H:/berita.php.htm

Sejumlah unsur yang menjadi ciri perubahan tingkah laku seorang guru, menuju Lesson studi: 1) Tingkah laku dimotivasi: seseorang mau berbuat sesuatu karena adanya tujuan yang hendak dicapai. (seseorang guru harus memahami secara holistic hal ikhwal “lesson studi”, apa dan mengapa lesson studi) Perubahan tingkah laku dimulai dari dalam organisme yang bermotivasi, dan keadaan ini mun-cul berkat kebutuhan pada organisme (seseorang guru harus memahami, apa manfaat lesson studi). 2) Tingkah laku yang bermotivasi adalah tingkah laku yang sedang terarah pada tujuan: Motivasi mengandung dua aspek yakni adaanya keadaan tegang (tension) atau ketakpuasan dalam diri seseo-rang dan kesadaran bahwa tujuan tercapainya tu-juan akan mengurangi ketegangan tersebut. Ini ber-arti pencapai tujuan adalah pengurangan ketegan-gan dan pemuasan kebutuhan. 3) Tujuan yang disa-dari oleh seorang-orang akan mempengaruhi ting-kah laku di dalam upaya mencapai tujuan tersebut: Konsekuensinya ialah tingkah laku bersifat selektif dan regulative. Seorang-orang memilih perbuatan/ tindakan yang hanya mengacu ke arah pencapaian tujuan yang dapat memuaskan kebutuhannya. Lingkungan menyediakan kesempatan untuk ber-tingkah laku tertentu, dan/atau membatasi tingkah laku seorang-orang tertentu: Lingkungan sebagai situasi stimulus dalam satu sisi dapat memuaskan kebutuhan dan dalam sisi lain dapat membatasi pemuasan kebutuhan dengan cara tertentu. 4) Tingkah laku dapat dipengaruhi oleh proses-proses dalam organisme: Persepsi, pengalaman dan kon-sepsi yang dimiliki seorang-orang untuk mempen-garuhi tingkah laku terhadap aspek-aspek tertentu dilingkungannya, misalnya sikap terhadap orang/

individu lain. 5) Tingkah laku ditentukan oleh ka-pasitas dalam diri organisme manusia: Kapasitas itu berupa intelegensi dan abilitas sesuai dengan tingkat perkembangannya. Seorang-orang mampu melakukan sesuatu perbuatan sesuai dengan tingkat kapasitasnya sendiri. 6) Tingkah laku yang dilan-dasi Ambisi Sehat: Tingkah laku seorang-orang yang dilandasi dengan ambisi yang sehat kerapkali menghasilan produk terbaik, pada pada akhirnya membuahkan rasa percaya diri. (file:///I:/ubah-perilaku-menuju-ranah-lesson-study.html)

Lesson study menjadi penting karena kegiatan itu bermanfaat meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran, meningkatkan keterampilan merencanakan pembelajaran, men-ingkatkan keterampilan menerapkan metode dan pelaksanaan pembelajaran secara umum, mening-katkan kemampuan guru dalam melakukan penga-matan terhadap peserta didik yang sedang melak-sanakan belajar, meningkatkan kemampuan kerja sama dengan teman sejawat serta dengan memper-luas jaringan kerja, memperbaiki kinerja melalui pelaksanaan tugas sehari-hari dan membuka isolasi kelas sehingga peningkatan kemampuan diperoleh dengan tidak mengurangi hak peserta didik untuk mendapat pelayanan belajar (pembaharu guru, 2008).

Lesson Study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas belajar dan mengajar karena; (a) Lesson Study dilakukan dan didasarkan pada hasil ‘sharing‘ pengetahuan pro-fessional yang berlandaskan pada praktek dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru; (b) Les-son Study menekankan pada kualitas belajar pe-serta didik; (c) Tujuan pembelajaran dijadikan fo-kus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas; (d) Lesson Study mampu menjadi lan-dasan bagi pengembangan pembelajaran karena berdasarkan pengalaman real di kelas; (e) Lesson Study akan menempatkan para guru sebagai pe-neliti pembelajaran (Lewis, 2002) diakses tgl 24 sep 2010.

Respons adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi terhadap rang-sang yang diterima oleh panca indera. Respons bi-asanya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan.

Teori Behaviorisme menggunakan istilah re-spons yang dipasangkan dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Respons adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan re-

Page 133: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 132

spons dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan. (file:///H:/Respons.htm)

Thorndike, mengemukakan teori Stimulus dan Respons dalam belajar, respons peserta didik perlu dimunculkan dengan pemberian stimulus-stimulus yang tepat, selanjutnya dapat dikemu-kakan hukum belajar. Hukum belajar yang dikenal dengan nama Law of effect, dalam hukum ini dika-takan bahwa seorang peserta didik akan meningkat keberhasilannya dalam belajar jika respons peserta didik terhadap suatu stimulus memperoleh rein-forcement atau penguatan yang berupa pujian atas keberhasilannya. Pemberian penguatan ini menim-bulkan rasa senang bagi siwa, sehingga ada ke-cenderungan ia akan berusaha lebih keras dalam belajar untuk dapat memperoleh reinforcement lagi. (file:///H:/stimulus dan respons Pembela-jaranGuru.htm)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jenis Stimulus berdasarkan Teori Skinner’s Operant Conditioning antara lain (1) Modifikasi Tingkah Laku Guru, (2) Positive Reinforcement, (3) Nega-tive Reinforcement, (4) Hukuman, (5) Primary Re-inforcement, (6) Secondary or Learned Reinforce-ment. Dan berdasarkan jenis-jenis stimulus tersebut dapat disebutkan beberapa bentuk stimulus yang diberikan guru dalam pembelajaran diantaranya (1) penggunaan variasi metode dan strategi dalam be-lajar melalui media, tehnik bermain, materi dan buku penunjang, (2) pemberian nilai, (3) pemberian hukuman, (4) pemberian hadiah, dan (5) pemberian pujian atau penghargaan. Adapun Respon yang di-tampilkan siswa dalam kelas antara lain (1) Respon Perseptual, (2) Respon Emosional, dan (3) Respon Behavior ( file:///I:/436.htm).

PEMBAHASAN

Lesson Study MGMP di SMPN 2 Purwosari di mulai September 2006 sampai sekarang (2010-2011), Dalam perjalanannya Lesson Study dilak-sanakan di SMPN 2 Purwosari Pasuruan dilakukan melalui berbagai tahap:

A. Plan (membuat RPP) B. Do (melaksanakan Open Lesson) C. See (mengamati Open Lesson) D. Refleksi (memberi komentar) Dalam penelitian ini hasil analisis mengenai

respons peserta didik terhadap pelajaran dengan penerapan lesson study di SMPN 2 Purwosari un-

tuk masing-masing pertanyaan, skor rerata adalah sebagai berikut. 1. Peserta didik memiliki kemauan yang tinggi

untuk belajar adalah 4,30 2. Peserta didik sangat tertarik dan senang belajar

biologi adalah 4,35 3. Peserta didik lebih cepat memahami materi

biologi adalah 4,23 4. Peserta didik termotivasi untuk berprestasi

adalah 3,93 5. Peserta didik lebih mudah mengingat materi

pelajaran adalah 4,38 6. Peserta didik lebih bersemangat untuk belajar

biologi adalah 4,30 7. Peserta didik terbantu untuk berfikir kritis

adalah 3,63 8. Peserta didik lebih meningkat kreatifitasnya

adalah 4,20 9. Peserta didik lebih merasa dihargai dalam

mengeluarkan pendapat adalah 4,08 10. Peserta didik memiliki keberanian untuk

mengeluarkan pendapat adalah 4,25 Skor rata-rata untuk respons peserta didik ter-

hadap penerapan lesson study di SMPN 2 PUR-WOSARI sebesar 4,16 atau berada pada skala si-kap sangat setuju atau sangat berminat.

Secara lengkap hasil angket responss peserta didik dapat dilihat pada gambar berikut:

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat

bahwa rata-rata respons peserta didik tertinggi ter-letak pada kemauan peserta didik belajar dengan menggunakan lesson study. Melalui penelitian ini dapat dijelaskan secara umum bahwa penerapan lesson study dapat meningkatkan perhatian, rele-vansi, keyakinan, dan kepuasan hal ini dapat me-lalui penerapan lesson study peserta didik lebih ce-pat memahami materi termotivasi untuk mening-katkan kreatifitas, terbantu berfikir kritis, memiliki keberanian untuk mengeluarkan pendapat, merasa lebih dihargai dalam mengeluarkan pendapat. Rata-

Page 134: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 133

rata skor yang paling rendah adalah nomor 7 dan 8 mencapai skor 3,91 hal ini karena selama ini guru masih kurang melatih peserta didik untuk berfikir kritis dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Corebima (2002) menyatakan bahwa melalui pendekatan kontekstual, peran guru dapat men-gubah pembelajaran dari “teacher centered” men-jadi “student centered”, di mana pembelajaran akan menjadi semakin bermakna, sehingga para peserta didik dapat berhasil dalam proses pembelajaran.

MANFAAT LESSON STUDY

a. Peserta didik

1. Kemampuan (diskusi, bertanya, menjawab) meningkat Alur informasi terjadi multi arah, dari guru ke

peserta didik, dari peserta didik ke guru, dan dari peserta didik ke peserta didik. Dominasi guru su-dah banyak berkurang. Peserta didik lebih banyak mengeksplore gagasan dalam ruang diskusi yang berhasil diciptakan oleh guru. Banyak muncul tutor sebaya dalam kelas mereka, dan mereka merasa senang dengan pembelajaran yang disajikan oleh guru.

2. Kreatifitas tumbuh

Kenyataan ini dapat diamati dari berbagai Open Class yang semakin lama semakin menarik untuk disimak. Guru juga semakin kreatif dalam menyajikan pembelajaran. Pada dasarnya Lesson Study memberikan kontribusi positif bagi pertum-buhan kreatifitas baik murid, guru, maupun kepala sekolah.

Ketrampilan berdiskusi meningkat, terbiasa dengan perbedaan pendapat dan presentasi

Dalam beberapa Open Class tampak bahwa mereka semakin dewasa dalam berdiskusi. Mereka sudah biasa dengan perbedaan pendapat dan saling menghargai dalam perbedaan tersebut. Perubahan perilaku peserta didik tersebut merupakan dampak dari program Lesson Study.

b. Bagi Kepala Sekolah

1. Terbantu dalam supervisi kelas Sebelum program Lesson Study, guru merasa

kurang siap jika ada supervise kelas oleh kepala sekolah. Hal ini membuat kepala sekolah agak ragu atau sungkan jika masuk ke dalam kelas untuk mengamati pembelajaran. Kini, para guru sudah terbiasa dengan membuka kelas. Mereka sudah

merasa terbiasa jika kepala sekolah masuk ke dalam kelasnya. Hal ini membuat kepala sekolah tidak ragu lagi untuk masuk ke dalam kelas untuk mengamati pembelajaran. 2. Lebih mengenal karakter dan kompetensi

professional guru Saat membuka kelas, kepala sekolah akan

mengamati pembelajaran mulai dari awal sampai dengan akhir dan dilanjutkan dengan diskusi refleksi. Hal ini dapat mebuat kepala sekolah lebih dekat dan lebih dalam melihat kreatifitas, ketekunan, usaha-usaha keras seorang guru dalam menjalankan tugasnya. 3. Lebih dekat dengan guru

Saat diskusi refleksi akan terjadi pembicaraan antara guru dan guru, antara guru dan kepala sekolah. Saat itu fokus utama pembicaraan adalah peserta didik dengan segala aktifitasnya. Dalam forum tersebut tentunya etika saling memuji dan mendukung antar anggota diskusi dijunjung tinggi. Kebiasaan refleksi tersebut akan berdampak kedekatan antara guru dan guru, antara guru dan kepala sekolah semakin baik. 4. Meningkatkan kemampuan menegerial guru

Dengan seringnya diadakan diskusi refleksi tentunya sering adanya forum yang membicarakan tentang pembelajaran di dalam kelas. Hal ini memudahkan kepala sekolah dalam mengatur guru yang berkaitan dengan pembelajaran. 5. Memberi contoh langsung dengan membuka

kelas Beberapa kepala kepala sekolah telah

membuka kelas (jadi guru model) dalam kegiatan Lesson Study. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi bagi guru lainnya. 6. Komunikasi dengan bawahan tentang proses

pembelajaran meningkat Jarang sekali ada diskusi antara guru dan

kepala sekolah tentang pembelajaran yang langsung terakses ke kelas secara langsung. Dengan adanya kegiatan Lesson Study, semua hal tersebut dapat dihadirkan antar guru maupun antara guru dan kepala sekolah. 7. Lebih mengenal peserta didik

Dengan seringnya kepala sekolah mengikuti kegiatan Lesson Study, maka sering pula dia

Page 135: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 134

mengamati bagaimana peserta didik belajar. Hal ini akan berdampak kepala sekolah akan lebih mengenal karakter peserta didik. Berbagai macam cara belajar peserta didik yang unik sering disoroti dalam kegiatan diskusi refleksi. Kegiatan semacam ini akan membuat guru dan kepala sekolah lebih bijak dalam menangani masalah peserta didik.

SARAN

Saran yang dapat dikemukakan adalah: Dengan adanya Lesson Study diharapkan guru-guru lebih bisa mengembangkan potensi dirinya, didalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Bagi kepala sekolah diharapkan dapat memberi keleluasaan pada guru untuk mengembangkan potensi dirinya terutama untuk mengikutsertakan guru dalam kegiatan MGMP, seminar, workshop dan kegiatan lainnya yang bersifat menunjang kreativitas guru. Dan bagi peserta didik dapat lebih meningkat kemauan belajar dengan penerapan lesson study karena guru lebih kreatif dan inovatif didalam menyajikan proses belajar mengajar.

GLOSARIUM

Lesson Study Model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar

Open Class Seorang guru model melakukan pembelajaran di kelas dan guru yang lain bertindak sebagai pengamat untuk melihat efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang.

Plan Tahap perencanaan, yang bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa

Do Tahap pelaksanaan pembelajaran, untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan bersama dalam perencanaan.

See Tahap refleksi, diskusi antara guru dan pengamat yang dipandu oleh salah seorang yang disepakati utnuk membahas pembelajaran yang telah dilakukan.

DAFTAR RUJUKAN

file:///D:/Program Pengembangan LessonStudy Di Kabupaten Pasuruan dan Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan_Fakultas MIPAUM. htm diakses 26 September 2010

file:///D:/ManfaatLessonStudiLessonStudiBagGuruPembaharu.htm diakses 26 September 2010

file:///D:/berita.php.htm diakses 26 September 2010 file:///D:/lesson-study-manfaat-dan-aplikasinya.html

diakses 26 September 2010 file:///I:/macam-macam respon siswa dalam

pembelajaran.htm diakses 27 September 2010

file:///I:/stimulus dan respon _Pembelajaran Guru.htm diakses 27 September 2010

file:///I:/Respon.htm siakses 27 September 2010 file:///I:/436.htm diakses 27 September 2010 Setriarini, Y. 2007. Peningkatan motivasi dan hasil

pembelajaran biologi peserta didik kelas viii a SMPN I Sukorejo melelui pembelajaran kooperatif model Team Games Tournamen (TGT), pasuruan, perpustakaan SMPN I Sukpreja

Page 136: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 135

MENUMBUHKAN SIKAP PROFESIONALISME GURU MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY

Siswanto

Abstrak: Lesson study merupakan suatu metode untuk meningkatkan profesional guru. Profesionalitas yang salah satunya adalah sikap (attitude) yang ditunjukkan kepada diri sendiri maupun kepada orang lain khususnya peserta didik. Sikap yang positif akan menumbuhkan minat, motivasi, kesungguhan dalam belajar bagi peserta didik selama mengikuti proses belajar mengajar.

Karakteristik unik yang lain dari lesson study adalah bahwa lesson study menjaga agar peserta didik selalu menjadi detak jantung kegiatan pengembangan profesi guru. Lesson study memberi kesempatan pada guru untuk dengan cermat meneliti proses belajar serta pemahaman peserta didik dengan cara mengamati dan mendiskusikan praktik pembelajaran di kelas.

Memang Lesson Study banyak menekankan pada pembelajaran di kelas namun dampak kegiatan ini bisa pada aspek yang lain misal: peningkatan sarana pembelajaran, inovasi sekolah, perubahan visi dan misi sekolah, sikap dan motivasi guru dan pimpinan sekolah, serta muncul aktivitas ektra kurikuler dan lain-lain.

Lesson study berbasis sekolah yang dilakukan secara rutin akan muncul inovasi pada sekolah sehingga dapat digunakan sebagai upaya memperbaiki citra publik sekolah, kegiatan bisa berlangsung dengan baik perlu adanya komitmen kepala sekolah dan kemauan guru untuk memperbaiki diri.

Sikap yang harus ditumbuhkan dalam kegiatan belajar mengajar melalui lesson study diantaranya adalah sikap penerimaan, sikap penerimaan ini berarti guru harus bisa menerima setiap keunikan peserta didik, sebab setiap individu memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain.

Sikap yang kedua adalah sikap empati, guru yang memiliki rasa empati dalam memberikan pembelajaran maupun bimbingan kepada peserta didik, akan menghargai dan terbuka kepada siapa saja yang menjadi peserta didik, tidak membeda-bedakan dan tidak memilih siapa yang menjadi prioritas dalam proses pembelajaran.

Sikap pemahaman merupakan sikap yang ketiga. Pemahaman diri dan orang lain akan meumbuhkan kepuasan dalam bekerja (meaningful work), hubungan sosial (social relationship) atau berkomunikasi dengan orang lain secara akrab, menunjukkan kerja sama, memiliki pertimbangan sosial dan pengarahan diri

Authenticity juga bermakna bahwa guru terbuka terhadap perubahan, memperluas diri terhadap wawasan dan pengetahuan yang baru melalui penelitian dan pengkajian ilmu-ilmu baru untuk digunakan sebagai pengembangan dalam pembelajaran.

Kata kunci: Sikap Profesionalisme Guru, Lesson Study

Page 137: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 136

Manusia pada hakikatnya berusaha untuk menjadi manusia yang sempurna dan mengingin-kan semua hal secara sempurna. Kesempurnaan itu dapat diperoleh melalui usaha yang dilakukan secara sungguh-sungguh. Kesempurnaan itu dapat diusahan melalui interaksi dengan orang lain kare-na manusia merupakan makhluk sosial, kesempur-naan itu juga diusahakan dari diri sendiri sebab manusia merupakan makhluk yang belajar, juga manusia merupakan makhluk yang mampu dan potensial. Manusia yang sempurna bisa dikatakan manusia yang profesional, guru sebagai individu juga akan berusaha untuk menuju kesempurnaan atau profesionalisme.

Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk yang belajar, dalam setiap tingkah lakunya melibatkan orang lain dengan ditandai adanya interaksi dengan orang lain, interaksi itu ditandai dengan melakukan komunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Setiap manusia akan memberi-kan tanggapan dan reaksi yang berbeda-beda pada setiap hubungan dengan orang lain. Sehingga da-lam memberikan tanggapan harus memiliki sikap yang sesuai dan dapat menumbuhkan perkem-bangan bagi orang lain.

Lesson study merupakan suatu metode untuk meningkatkan profesional guru. Profesionalitas yang salah satunya adalah sikap (attitude) sebagai seorang guru. Guru sebagai tenaga pendidik tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik namun juga sebagai guru pembimbing (Teacher Guidance). Sebagai Guru sikap yang harus dikembangkan, melalui kegiatan lesson study ini sebagai landasan untuk meningkatkan profesionalisme sebagai pendidik. Guru tidak hanya mengajar, mentranfer ilmu yang dimiliki, namun juga memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam memahami pelajaran.

Guru yang memiliki sikap yang tepat dalam proses belajar mengajar akan memberikan rasa nyaman, motivasi belajar, minat belajar yang tinggi tentunya yang diharapkan adalah prestasi yang tinggi bagi para peserta didik.

MENGENAL LESSON STUDY

Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Pelaksanaan pengkajian pembelajaran melalui kegiatan lesson

study dilakukan dalam siklus-siklus kegiatan yang tiap siklusnya terdiri dari 3 tahapan (Plan, Do, See).

Tahap pertama, Plan, membuat perencanaan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik secara kolaboratif. Tahap kedua, DO, menerapkan rencana pembelajaran di kelas oleh seorang guru sementara guru lain mengamati aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Tahapan ketiga, SEE, diskusi pasca pembelajaran untuk merefleksikan efektifitas pembelajaran yang dilaksanakan langsung setelah pembelajaran selesai.

Hasil refleksi merupakan masukan untuk perencanaan pada siklus berikutnya agar pembelajaran lebih baik dari siklus sebelumnya. Setiap tahapan pengkajian pembelajaran harus dilaksanakan secara kolaboratif dan tidak pernah berakhir melakukan perbaikan pembelajaran.

Pengetahuan materi ajar maupun keterampilan guru membelajarkan peserta didik dibangun dalam komunitas belajar melalui sharing pendapat di antara anggota komunitas dengan lebih menekankan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning. Dosen bisa saja berada dalam komunitas belajar diantara guru-guru, akan tetapi dosen tidak perlu merasa superior dan tidak perlu menceramahi guru-guru.

Lesson study memberi kesempatan nyata ke-pada para guru menyaksikan pembelajaran (teaching) dan pembelajaran atau proses belajar peserta didik (learning) di ruang kelas. Lesson study membimbing guru untuk memfokuskan diskusi-diskusi mereka pada perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan, dan refleksi pada praktik pembelajaran di kelas.

Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya Jugyokenkyu, adalah proses pengembangan profesi inti yang dipraktikkan guru-guru di Jepang agar secara berkelanjutan mereka dapat memperbaiki mutu pengalaman belajar peserta didik dalam proses pembelajaran. Praktik ini mempunyai sejarah panjang, dan secara signifikan telah mem-bantu perbaikan dalam pembelajaran (teaching) dan pemelajaran/proses belajar (learning) peserta didik dalam kelas, juga dalam pengembangan kurikulum. Banyak guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Jepang menyatakan bahwa lesson study merupakan salah satu pendekatan pengembangan profesi penting yang telah membantu mereka tumbuh berkembang sebagai profesional sepanjang karer mereka.

Guru-guru Jepang menyelenggarakan lesson study dalam berbagai bentuk dan cara. Lesson stu-

Page 138: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 137

dy dilaksanakan sebagai bagian dari pengembang-an profesi berbasis sekolah yang dikenal dengan nama Konaikenshu dan diselenggarakan menurut kelompok sekolah atau kelompok mata pelajaran. Lesson study juga dapat dilaksanakan antar sekolah. Di Jepang kegiatan lesson study dilaksanakan menurut wilayah (seperti, kecamatan, kabupaten, dsb.), kelompok guru (misalnya, kelompok guru mata pelajaran di sekolah dan kelompok). Lesson study juga menjadi bagian dari pendidikan guru di tahun pertama mereka bertugas, serta sebagai bagian dari kegiatan asosiasi maupun institusi pendidikan

Karakteristik unik yang lain dari lesson study adalah bahwa lesson study menjaga agar peserta didik selalu menjadi detak jantung kegiatan pengembangan profesi guru. Lesson study memberi kesempatan pada guru untuk dengan cermat meneliti proses belajar serta pemahaman peserta didik dengan cara mengamati dan mendiskusikan praktik pembelajaran di kelas. Kesempatan ini juga memperkuat peran guru sebagai peneliti di dalam kelas. Guru membuat hipotesis (misalnya, jika kami mengajar dengan cara tertentu, anak-anak akan belajar) dan mengujinya di dalam kelas bersama peserta didiknya. Kemudian guru mengumpulkan data ketika melakukan pengamatan terhadap peserta didik selama berlangsungnya pelajaran dan menentukan apakah hipotesis itu terbukti atau tidak di kelas.

Selain itu, lesson study merupakan bentuk penelitian yang memungkinkan guru-guru mengambil peran sentral sebagai peneliti praktik kelas mereka sendiri dan menjadi pemikir dan peneliti yang otonom tentang pembelajaran (teaching) dan pemelajaran atau proses belajar peserta didik (learning) di ruang kelas sepanjang hidupnya.

SIKAP GURU YANG DIKEMBANGKAN DALAM KEGIATAN LS

Pergaulan antar manusia akan merasakan per-bedan reaksi orang lain, ada sebagian pribadi yang penuh pengertian dan selalu mendorong untuk selalu tumbuh, sedangkan yang lain sebagai suatu yang selalu menghambat perkembangan. Sebagai guru harus memiliki sikap yang harus dapat menumbuhkan perkembangan pada diri sendiri maupun pada orang lain, yaitu: 1. Penerimaan

Penerimaan sebagai sikap dasar guru men-gacu kesediaan guru memiliki penghargaan tanpa mengunakan standart ukuran ataupun persyaratan tertentu terhadap individu (peserta didik) sebagai manusia atau pribadi secara utuh. Guru yang memi-liki sikap penerimaan, menerima keunikan diri dan pribadi peserta didik apa adanya. Sikap penerimaan akan menumbuhkan kepedulian (respek), kepe-dulian menunjukkan secara tidak langsung bahwa guru menghargai martabat dan nilai peserta didik sebagai manusia, yang diartikan sebagai menerima kenyataan bahwa setiap peserta didik mempunyai hak untuk memilih sendiri, memiliki kebebasan, kemauan, dan kemampuan untuk membuat kepu-tusannya sendiri, juga sikap penerimaan ini menun-jukkan bahwa guru memahami setiap peserta didik memiliki kekuatan dan kemampuan yang sudah menjadi sifatnya dan dapat menyatakan sifatnya ini dalam hidupnya.

Manusia diciptakan oleh Tuhan berbeda-beda dengan antara yang satu dengan yang lainnya, per-bedaan ini terletak pada potensi dan kemampuan yang dimiliki. Manusia memiliki potensi untuk mengelola dirinya, termasuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya sehingga ia menjadi in-dividu yang otonom dan mandiri, terlepas dari ketergantungan terhadap manusia lain.

Dengan kegiatan lesson study, guru akan le-bih bisa menunjukkan sikap menerima dari setiap peserta didik secara apa adanya, sebab manusia di-ciptakan oleh Tuhan secara unik, maksudnya antara manusia yang satu dengan yang lainnya tidak ada yang sama. Sikap penerimaan juga akan membuat guru lebih terbuka, dan mau menerima pendapat orang lain, iklas, dapat bekerja sama dengan pihak lain yaitu memiliki kemauan untuk bersikap ter-buka, tidak mempertahankan pendapatnya sendiri, mampu menerima kritikan dari orang lain, hati-hati dalam memberikan keputusan. 2. Empati

Manusia adalah makhluk sosial sehinga seba-gian besar dari kehidupannya melibatkan interaksi dengan orang lain. Cara seseorang dalam melaku-kan hubungan dengan orang lain melalui komu-nikasi baik verbal maupun non verbal. Dari kegiat-an komunikasi, seseorang akan memberikan respon atas apa yang diterima dari orang lain. Respon yang tepat akan memberikan penguatan atas tindakan yang dilakukan terlebih bagi peserta didik yang membutuhkan bimbingan dalam melakukan bela-jar.

Page 139: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 138

Pada dasarnya manusia cenderung akan men-gambil stimulus yang menyenangkan dan menghindarkan stimulus yang tidak menyenang-kan. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya. Pengalaman yang paling besar datang-nya dari orang yang memberikan pembelajaran atau ilmu di sekolah. Pengalaman yang menye-nangkan di sekolah akan terbawa terus sampai dia dewasa, khususnya pengalaman yang datangnya dari para guru yang mengajar dikelas. Pengalaman yang menyenangkan akan sering diulang-ulang dan dilakukan secara terus-menerus, namun pengala-man yang tidak menyenangkan akan berusaha di-hindari bagaimanapun caranya.

Sikap empati merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan secara tepat apa yang dirasakan dan dialami oleh orang lain. Dalam arti guru memiliki nilai yang dianut, agama yang di-anut, keyakinan, norma, maupun aturan yang diya-kini. Peserta didik juga memiliki nilai yang diyakini, sebagai guru yang memiliki rasa empati dalam memberikan pembelajaran maupun bim-bingan kepada peserta didik, akan menghargai dan terbuka kepada siapa saja yang menjadi peserta didik, tidak membeda-bedakan dan tidak memilih siapa yang menjadi prioritas dalam proses pembelajaran.

Peserta didik yang ada di dalam kelas memili-ki kemampuan dan pengalaman dalam belajar yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Guru yang memiliki sikap empati akan bisa menempatkan diri sebagai guru yang mampu melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

Prinsip lesson study yang lebih mengedepan-kan pengoptimalan kemampuan peserta didik da-lam memecahkan masalah dalam belajar, ini me-nunjukkan bahwa guru telah menerapkan sikap yang empati, ditunjukkan dengan guru lebih menghargai kemampuan peserta didik, mempercayai dan menganggap orang lain khususnya peserta didik berguna. Sehingga harapan dari kegiatan lesson study agar guru lebih memiliki itikad baik sebagai dasar dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan orang lain lebih-lebih dengan keadaan peserta didik yang bermacam-macam.

Semangat lesson studi sebagai pengembangan sikap empati yang ditunjukkan dengan sifat yang luwes dalam proses belajar mengajar akan lebih menciptakan suasana yang menyenangkan, dapat

bergaul dengan semua orang, dapat berhubung-an/berinteraksi dengan orang lain, mudah menye-suaikan diri dengan berbagai situasi, beker-ja/memberikan pembelajaran dengan penuh inisiatif, dan mudah menyesuaikan dengan perubahan. 3. Pemahaman

Merupakan sikap guru untuk menyelami as-pek dari diri sendiri dan aspek yang dimiliki oleh peserta didik, baik aspek kognitif, afektif dan psi-komotorik. Dalam memahami peserta didik dapat di peroleh dari hasil observasi, catatan khusus, hasil tes, hasil wawancara dan sebagainya. Sehingga guru yang memiliki pemahaman kepada peserta didik, akan memiliki itikad baik dan tulus untuk menyesuaikan diri dengan orang lain, dimanapun berada, kapan pun dan bagaimana keadaaannya.

Pemahaman diri dan orang lain akan menum-buhkan kepuasan dalam bekerja (meaningful work), hubungan sosial (social relationship) atau berkomunikasi dengan orang lain secara akrab, menunjukkan kerja sama, memiliki pertimbangan sosial dan pengarahan diri. Dengan menyaksikan praktik pembelajaran yang sebenarnya di ruang ke-las, guru-guru dapat mengembangkan pemahaman atau gambaran yang sama tentang apa yang dimak-sud dengan pembelajaran efektif, yang pada gilirannya dapat membantu peserta didik mema-hami apa yang sedang mereka pelajari.

Setiap individu (peserta didik) memiliki moti-vasi dalam melakukan segala tindakan yang dila-kukan. Karena motivasi itu manusia akan berusaha untuk memenuhinya. Motivasi merupakan pen-dorong atau pembangkit bagi terjadinya suatu ting-kahlaku, terutama dalam melakukan belajar. Se-hingga bisa disebut sebagai tingkah laku yang ber-motivasi. Tingkah laku yang bermotivasi itu sendiri dapat dirumuskan sebagai tingkah laku yang dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan. Dalam rumusan tersebut, kita lihat beberapa unsur pada tingkah laku yang membentuk lingkaran motivasi (motivational cycle), seperti digambarkan sebagai berikut:

Page 140: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 139

Gambar 1. Lingkaran Motivasi

Motivasi pada dasarnya bukan hanya suatu dorongan fisik, tetapi juga orientasi kognitif yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan. Guru diha-rapkan bisa menumbuhkan motivasi dalam meme-nuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan. guru yang memahami diri dan peserta didik dalam pemenu-han kebutuhan akan belajar akan berusaha men-dorong untuk terciptanya usaha belajar yang mak-simal dalam memenuhi kebutuhan berprestasi bagi peserta didik. 4. Kesejatian (authenticity)

Kesejatian pada dasarkan menunjukkan pada keselarasan (harmoni) yang mesti ada dalam pikir-an dan perasaan guru dengan apa yang terungkap melalui perbuatan ataupun ucapan verbalnya. Kesejatian ini menyatakan ekspresi yang khusus mengenai perasaan dan pengalaman orang lain. Seorang guru yang memiliki kesejatian tinggi selalu memelihara hubungan yang khusus dan selalu mencari jawaban mengenai apa, mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana dari sesuatu yang dihadapi. Guru yang memiliki kekinian selalu memelihara keserasian dalam hubungan dengan orang lain dan mencegah orang lain melarikan diri dari masalah yang dihadapinya.

Sikap kesejatian menunjukkan dalam hidup tidak menunjukkan kepura-puraan, tetapi berusaha untuk menjadi apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan. Sikap kesejatian yang ditunjukkan dalam lesson study akan selalu berusaha untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tulus, jujur, lebih-lebih pada saat proses belajar mengajar. Semangat lesson study yaitu mencari dan menemu-

kan kelemahan dan kelebihan diri dalam proses belajar mengajar sebagai acuan pengembangan diri untuk selalu mencari dan menemukan metode dan wawasan/pengetahuan yang baru sebagai dasar memberikan pembelajaran bagi kesuksesan peserta didik.

Ciri lain dari lesson study adalah bahwa ia merupakan pengembangan profesi yang dimotori guru. Melalui lesson study, guru dapat secara aktif terlibat dalam proses perubahan pembelajaran dan pengembangan kurikulum.

Selain itu, kolaborasi dapat membantu mengurangi isolasi di antara sesama guru dan me-ngembangkan pemahaman bersama tentang bagai-mana secara sistematik dan konsisten memperbaiki proses pembelajaran dan proses belajar di sekolah secara keseluruhan.

Authenticity juga bermakna bahwa guru terbuka terhadap perubahan, memperluas diri terhadap wawasan dan pengetahuan yang baru melalui penelitian dan pengkajian ilmu-ilmu baru untuk digunakan sebagai pengembangan dalam pembelajaran. Sehingga kreatifitas guru akan muncul dan berkembang demi kelancaran dan terwujudnya tujuan dalam belajar baik bagi peserta didik maupun bagi guru itu sendiri.

Kreatifitas memang memiliki resiko yang ha-rus dihadapi, namun guru yang profesional bersedia mengambil resiko-resiko mencurahkan perhatian pada hal-hal yang baru, media-media pembe-lajaran, metode-metode pembelajaran yang baru sebagai sarana untuk meningkatkan profesional-isme guru.

Hakikat lesson study sebagai sarana dalam mengkaji dan mempelajari seberapa efektifkah me-tode, media maupun strategi pembelajaran yang dilakukan sebagai dasar untuk mengembangkan diri dari segi kemampuan akademik maupun non akademik.

DAFTAR RUJUKAN

Dewi, M.P. 2010. Lesson Study di SMA Laboratorium UM: Laporan. Malang: SMA Laboratorium UM

Lutfi, A. 2009. Mendongkrak Citra Melalui Lesson Study Berbasis Sekolah. (Online):

www.google.com/opini/achmad. diakses tanggal 1 September 2010 pukul 12.34 WIB

Siswanto. 2006. Sikap Dasar Konselor dan Ciri Pribadi Klien Kultur Jawa. Skipsi. Tidak diterbitkan. Ma-lang: UM

Page 141: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 139

Page 142: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 140

MAWARIST, PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN DENGAN LESSON STUDY DI KELAS XII BAHASA

SMA LABORATORIUM UM

Solikha

SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang

Abstrak: Mawarist atau dalam istilah lain dikenal dengan faroid adaalah salah satu bagian ilmu fiqih yang harus diajarkan kepada siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Materi ini ada di dalam setiap kurikulum pendidikan Nasional hanya penempatannya saja pada catur wulan atau semester yang berbeda.

Materi mawarist ini adalah materi yang selama ini dianggap materi yang paling sulit menurut siswa maupun gurunya dan bahkan di Pondok pesantren yang merupakan pusat pendidikan islam ternyata materi mawarist baru diberikan di tingkat akhir atau kadang di tingkat takhassus. Rosulullah SAW bersabda yang artinya :” Pelajarilah ilmu faroid (ilmu mawarist), karena sesungguhnya ilmu faroid adalah setengah dari ilmu atau suatu macam dari ilmu yang cepat dilupakan oreang dan yang akan dicabut pertama kali dari umatku: (HR Ibnu Majah). Para Kyai atau ustadz di Pesantren sangat berhati-hati dalam mengajarkan materi ini dan hanya diberikan kepada santri yang sudah senior saja agar tidak terjadi peamahaman yang salah. Demikian pula materi ini hanya diberikan kepada siswa kelas tiga pada kurikulum lama atau pada kelas XII pada kurikulum 2006. Pemberlakukan kurikulum 2006 atau kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berdasarkan kompetensi, mengharuskan siswa menguasai standar kompetensi yang telah ditentukan, implikasinya guru dituntut lebih banyak agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru tidak lagi hanya sebagai tukang cearamah, sebagai satu-satunya sumber belajar atau sekedar transfer ilmu. Guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, tidak ada ketegangana atau ketakutan apalagi kebosanan, tetapi tujuan belajar harus tercapai sesuai dengan SK –KD yang ada.

Kelas XII Bahasa pada umumnya adalah siswa yang tidak dapat dimasukkan ke jurusan IPA maupun IPS, sangat jarang siswa masuk jurusan bahasa karena betul-betul ingin masuk ke jurusan bahasa. Dan pengalaman di SMA Laboratorium UM Malang siswa yang masuk bahasa adalah siswa yang tidak tuntas salah satu atau dua mata pelajaran ciri khas IPA atau IPS, sementara mawarist adalah materi pelajaran yang berujung pada perhitungan dan siswa tidak akan dapat menghitung jika suayart dan rukunnya tidak dipahami, masih ditambah sebagian siswa belum lancar membaca al Qur`an, maka terjadilah proses belajar mengajar yang membosankan.

Dengan Lesson study dan pendekatan Cooperative learning ternyata materi yang sealama ini dianggap sulit sekali, dapat di sampaikan dengan lebih mudah. Dan oleh karenanya para guru khususnya guru PAI harus membuka diri untuk perubahan yang begitu cepat dalam semua aspek pendidikan.

Kata kunci: Mawarist, menyenangkan, lesson study, XII BAHASA

Peningkatan sumber daya manusia (SDM) dalam dunia pendidikan tidak lepas dari peran dan tugas guru sebagai ujung tombak kecerdasan suatu

bangsa. Dalam upaya peningkatan SDM, maka upaya terus menerus dilakukan baik oleh Depdiknas maupun masyarakat pemerhati

Page 143: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 141

pendidikan melalui seminar, workshop, dan yang semacamnya agar kualitas guru meningkat seiring dengan tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap mutu pendidikan pada umumnya. Guru Agama, khususnya guru PAI di hadapkan pada suatu kenyataan bahwa sebagian pendapat masyarakat mengatakan: ” guru agama hanya pinter ceramah, mendongeng, khutbah dan hanya sebagian kecil saja yang sudah dapat membelajarkan bagaimana siswa belajar. Hal ini dikarenakan guru enggan mempersiapkan diri untuk menjadi fasilitator yang baik bagi siswa. Salah satu cara agar siswa belajar bagaimana seharusnya belajar itu adalah dengan pendekatan peningkatan pembelajaran melalui lesson study. Kegiatan lesson study ini telah dikembangkan di SMA Laboratorium UM Malang sejak tahun 2005 yang dikoordinir oleh Tim pengembang Akademik.

Guru PAI sebagai salah satu pilar untuk men-sukseskan tujuan pendidikan Nasional hendaknya mulai membuka diri mealakukan sharing kepada teman serumpun atau teman lain rumpun. Hal ini penting agar cap atau stempel bahwa guru agama adalah orang atau tukang ceramah dan pidato hilang, karena tugas guru tidak hanya sebatas transfer ilmu saja tetapi lebih dari itu, dan perekembangan teknologi informatika yang luar biasa menyebabkan guru bukanlah satu-satunya sumber belajar.

Lesson Study yang diperkenalkan melalui program IMSTEP JICA yaitu program kerjasama teknis antara Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional dengan pemerin-tah Jepang dengan lembaga bantuan luar negerinya (JICA) dalam upaya meningkatkan mutu pen-didikan matematika dan sains (MIPA) dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dari tahun 1998 sqmpqi 2005. Pada tahap berikutnya SMA Laboratorium UM Malang kemudian menerapkan hasil piloting ini untuk semua mata pelajaran yang ada termasuk di dalamnya PAI.

MAWARIST DENGAN PEMBELAJARAN CO-OPERATIVE LEARNING MELALUI LESSON STUDY

Mawarist adalah materi dari mata pelajaran Pemdidikan Agama Islam yang seringkali menjadi materi yang paling sulit untuk dipelajari karena dis-ini ada ilmu matematika yang mengiringinya dan terkadang siswa kesulitan ketika memasuki soal penghitungan waris. Ilmu Mawarist adalah ilmu

tentang seluk beluk cara pengaturan harta pening-galan (tirkah/harta waris) mulai dari hak yang beri-kaitan dengan si mayit maupun hak dan kewajiban keluarga yang masih hidup, dasar hukumnya dalam Al Qur`an maupun al Hadist dan pendapat para sa-habat, hingga cara menghitung dan sampai pada bagaimana bila saat pembagian waris ada keluarga yang tidak mendapat tetapi hadir disitu atau ada orang lain yang juga ada di situ? bagaimana sua-sana psikologis dan sosioligis mereka, sampai hik-mah yang dapat diambil dengan pengaturan harta waris. Rosulullah SAW bersabda, yang artinya “ Pelajarilah ilmu faroid karena ilmu faroid itu seten-gah dari seluruh ilmu atau ilmu yang mudah dilu-pakan orang dan ilmu yang akan dicabut per-tamakali dari umatku “ (HR Ibnu Majah). Dalam hadist lain beliau bersabda: yang artinya: ”pelajari-lah ilmu faroid dan ajarkanlah kepada manusia, karena aku adalah seorang yang akan menemui ajalnya dan ilmu ini juga suatu saat akan dicabut dari umatku yang kemudian akan memunculkan fitnah sehingga berselisih antara dua orang dalam hukum faroid akan tetapi keduanya tidak menda-patkan seorangpun yang dapat menyelesaikan ma-salah tersebut: (HR Al Hakim) (Baharun, 2007). Berdasarkan dua hadist di atas maka para ulama khususnya para ulama atau Kyai yang mempunyai pesantren sangat berhati-hati dalam mengajarkan ilmu ini, mereka hanya mengajarkan ilmu ini kepada santri yang sudah senior atau sudah tingkat akhir atau takhassus, pun demikian di sekolah umum materi ini dari satu kurikulum ke kurikulum berikutnya tidak pindah tempat selalu ada di kelas akhir jenjang sekolah menengah atas di kelas tiga atau dua belas.

Pemberian materi ini di sekolah (SMA/ SMK) sangat dibatasi oleh waktu yang terbatas dengan caskupan materi yang banyak dan penghitungan yang cukup rumit, akibatnya siswa akan men-galami kebingungan dan kebosanan, belum di-tambah lagi dengan ketidakmampuan siswa mem-baca Al Qur`an. Inilah kendala yang ada yang se-lama ini dialami oleh sebagian guru agama islam di tingkat sekolah menengah atas, dan masalah akan bertambah jika guru agama tidak pintar mate-matika. Maka terjadilah pembelajaran yang me-bosankan, pembelajaran yang membingungkan yang pada akhirnya tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. Dalam menghadapi hal yang seperti ini maka perlu dilakukan perubahan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan profesion-alitas guru serta motivasi belajar para siswa. Guru

Page 144: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 142

harus kreatif dalam membelajarkan bagaimana siswa belajar dengan baik.

Perkembangan strategi pembelajaran di ber-bagai belahan dunia, termasuk Indonesia, “memak-sa” para guru mengikuti mealakukan perubahan termasuk guru PAI di sekolah. Diantara banyak strategi belajar mengajar yang dilakukan salah satunya adalah cooperative learning.

COOPERATIVE LEARNING (PEMBELAJARAN KOOPERATIVE)

Cooperative learning (Pembelajaran coopera-tive) merujuk pada berbagai macam metode penga-jaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok–kelompok kecil untuk saling membantu satu sama alainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Pem-belajaran kooperative bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi metode ini hanya digunakan untuk tujuan atau tugas tertentu saja. Tetapi hasil-hasil penelitian yang dilakukan para ahli menunnjukkan bahwa pembelajaraan koopera-tive ternyata dapat meningkatkan pencapaian pres-tasi para siswa, juga akibat lainnya yang positif seperti terbangunnya hubungan antar personal dalam kelompok atau dengan kelompok lain, ker-jasama saling membantu antar teman. Dan inilah inti dari pembelajaran kooperative (Slavin, 2009). Metode–metode yang dipakai dalam pembelajaran kooperative bermacam-macam seperti STAD, TGT, JIGSAW, CIRC, TAI Kelima metode ini melibatkan penghargaan tim, tanggungjawab indi-vidual, dan kesempatan sukses yang sama dengan cara yang berbeda. Metode pembelajaran koopera-tive yang lain sweperti Group investigaton, learn-ing together, complex instruction, structure dy-namic methods yang merupakan pengembangan dari cooperative learning. Tipologi cooperative learning adalah: a) tujuan kelompok, b) tanggung jawab individual, c) kesempatan sukses yang sama, d) kompetisi tim, e) spesialisasi tugas, dan f) adap-tasi terhadap kebutuhan kelompok.

LESSON STUDY

Lesson study pertama kali diperkenalkan oleh para teanaga ahli Japan International Cooperation Agency (JICA) dalam rangkaian kegiatan follow up program dari Indonesian mathematics and sci-ence teaching education project (IMSTEP) pada akhir tahun 2004 .

Lesson Study adalah suatu metode pembela-jaran yang dikembangkan di Jepang. Di negara asalnya lesson study disebut Jugyokenkyuu. Jugyo, wich means lesson, and kenkyu, wich means study or research (Yoshida, 1999 dalam Lewis, 2002). Is-tilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.

Pola pikir yang dipakai untuk mengembang-kan lesson study adalah mengembangkan profe-sionalitas seorang guru dengan mendorong guru agar melaksanakan sebuah proses pembelajaran yang efektif, proses kolaboratif dimana kelompok guru mengidentifikasi suatu masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran yang me-liputi kegiatan mencari buku, artikel tentang topik yang akan dibelajarkan, kemudian membelajarkan peserta didik sesuai dengan skenario, salah seorang guru melaksanakan pembelajaran dan yang lain mengamati, mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaraan, mengevaluasi dan membagikan ha-silnya kepada guru lain (mendesiminasikan).

Lewis (200:1) mendefinisikan lesson study sebagai berikut: As We will see, lesson study is a cycle in which teachers work together to consider their long term goals for student, bring those goals to life in actual ”research lesson ” and collabora-tively observer, discuss, and refine the lessons.

Fernandez dan Yoshida (2004:7-9) menge-mukakan ada 6 langkah dalam proses melaksana-kan lesson study yaitu : (1) Collaboratively plan-ning the study lesson, (2) seeing the study lesson in action, (3) discussing the study lesson, (4) Revising the lesson (optional), (5) teaching the new version of the lesson, (6) sharing reflections abaut the new version of te lesson dari pengertian diatas maka pe-laksanaan lesson study ada empat aspek yang perlu dicermati, yakni aspek perencanaan (planning), aspek pelaksanaan (doing), aspek observasi, dan aspek refleksi.

Proses menyeluruh dari Lesson study digam-barkan sebagai berikut: a. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelom-

pok. Kerjasama ini meliputi: 1). Perencanaan. 2) Praktek mengajar. 3). Observasi. 4). Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.

b. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.

Page 145: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 143

c. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.

d. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.

e. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

f. Hasil pada (5) selanjutnya diimplemen-tasikan pada kelas/pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2). (www, http/dik.inovatif.co.id. Diakses tgl 23 januari 2008). Salah satu masalah yang terjadi pada

pembelajaran PAI adalah model pembelajaran yang dikembangkan. Dengan masalah ini tampaknya lesson study cukup menjanjikan untuk dapat dijadikan solusi. Model pembelajaran yang akan dikembangkan untuk PAI adalah hasil pikiran bersama seluruh guru PAI yang ada. Hasil perencanaannya kemudian dilaksanakan seorang Guru, sementara Guru yang lain mengamati jalannya pembelajaran. Temuan atau hasil pengamatan kemudian dijadikan bahan refleksi bersama, dan hasil refleksi dipergunakan untuk menyempurnakan pembelajaran berikut. Dengan cara seperti ini pembelajaran PAI diharapkan akan mengurangi dominasi guru dalam berceramah.

Kerjasama dalam perencanaan, dalam hal ini menysun satu RPP bersama antara guru bukan pekerjaan yang mudah. Pada tahap pelaksanaan seorang guru harus dengan sadar, iklas, bersedia untuk melaksanakan pembelajaran berdasarkan rancangan bersama tersebut. Guru lain kemudian menyiapkan perangkat untuk melakukan observasi ketika temannya melaksanakan pembelajaran. Setelah selesai bersama-sama Guru yang melaksanakan pembelajaran dan Guru yang mengamati duduk bersma untu melakukan refleksi terhadap semua aspek yang berkiatan dengan proses pembelajaran. Hasil refleksi ini dipergunakan kembali utuk menyempurnakan RPP yang sudah dilaksanakan, dan RPP yang baru yang sduah di revisi disiapkan kembali utnuk menyempurnakan proses pembelajaran.

ADA APA DENGAN MAWARIST ?

Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa materi mawarist ketika disajikan dengan metode pembelajaran yang konvensional sering mengalami kendala, seperti pengalaman penulis ketika meng-ajarkan materi ini di kelas (sekolah menengah) dan bahkan di perguruan tinggi mengalami “kegagalan” yang terbukti ketika dilakukan evaluasi siswa yang mendapatkan nilai 75 atau lebih hanya sekitar 40 %. Setelah mencoba dengan lesson study dengan cooperative learning model STAD ternyata ada peningkatan pada pemahaman siswa terhadap materi waris, terutama pada bagian menghitung waris.

Pada pertemuan pertama guru merencanakan pembelajaran dengan lesson study artinya ada guru lain yang menjadi pengamat selama PBM berlangsung, kemudian ada umpan balik dari siswa maupun pengamat, dan refleksi dari para observer.

Sebelum kegiatan berlangsung guru menge-lompokkan siswa dalam beberapa kelompok ma-sing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa berdasarkan tempat duduknya denagan cara siswa menghitung 1,2,3,4 dari deretan paling depan membuat satu kelompok dst sampai siswa habis, kepada masing-masing siswa diberikan materi da-sar hukum tentang waris dalam Qs. An–nisa ayat 7 -12, 176, dan Qs. Al Baqoroh 180 Dalil yang cukup panjang untuk siswa membaca dan memahaminya dan sehingga memerlukan waktu minimal satu kali pertemuan. Para siswa diminta mengidentifikasi kandungan ayat tersebut secara berkelompok, masing-masing anak mendapat tugas satu atau dua ayat untuk dipahami dan menjelaskan isinya. Dalam diskusi kelompok ternyata muncul kreatifitas siswa dalam menjelaskan apa yang menjedi tugasnya, seperti ada yang membuat tabel. Ada yang membuat pohon keluarga dengan bagian masing-masingnya, ada yang membuat peta konsep dan sebagainya. Setelah PBM selesai dan dilanjutkan dengan refleksi. Hasil dari refleksi ini kemudian dijadikan dasar untuk memperbaiki RPP yang akan ditampilkan pada pertemuan berikutnya.

Pada pertemuan kedua ini melanjutkan materi yang samma tetapi dengan RPP yang sudah diperbaiki dan para observer masih mengikuti jalannya PBM. Kali ini melakukan diskusi kelas, masing-masing kelompok yang sudah melakukan diskusi dan merangkum hasil diskusi kelompoknya kemudian mempresentasikan di depan kelas dalam diskusi panel. Masing-masing kelompok mendapat

Page 146: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 144

kesempatan yang sama untuk menyampaikan paparan hasil diskusi kelompoknya. Antusias para siswa dalam diskusi kelas ternyala luar biasa. Hal yang demikian tidak akan muncul ketika pembelajaran dilakukan dengan ceramah saja. Guru hanya meanambah atau mempertegas materi yang belum jelas atau menyempurnakan jawaban dari masing-masing kelompok yang belum sempurna.

Pada pertemuan ketiga para siswa diberi lembar kegiatan siswa dan mereka dapat mengerjakan soal-soal yang berisi teori dan praktek menghitung mawarist ternyata hasilnya cukup memuaskan lebih dari 75 % siswa dapat menjawab dengan benar.

KESIMPULAN

Dari pengalaman lesson study yang ada baik sebagasi observer atau guru model banyak manfaat yang dapat diambil dalam rangka meningkatkan profrsionalitas, kualitas guru maupun peningkatan motivasi belajar siswa termasuk pemahaman terhadap materi yang ada. Guru dilatih untuk berani dilihat guru lain dalam satu rumpun maupun beda rumpun dalam jumlah yang tidak dibatasi, demikian pula siswa juga dilatih belajar dengan se alami mungkin meskipun di lihat dan diamati oleh banyak orang yang mungkin mereka kenal atau tidak. Guru juga dilatih untuk berbesar hati jika ada

saran dan kritik dari pengamat maupun kesan dan pesan siswa yang mungkinb menyinggung perasaan. Hanya saja untuk kegiatan lesson study diperlukan persiapan yang panjang dan mungkin memerlukan biaya lebih dibanding ketika hanya dengan ceramah dan tanpa pengamat.

Pada waktu lampau kita mengenal Tim Teaching, yang bentuk kegiatannya hampir sama dengan lesson study. Akan tetapi Tim Teaching tidak melangkah sampai pada tahap observasi dan hasilnya kemudian dijadikan bahan refleksi untuk menyempurnaan pembelajaran berikutnya.

Semoga dengan lesson study kita lebih bijak ketika mendapat masukan, kritikan orang lain walau yang memberi masukan jauh lebih muda, kita akan tetap belajar dan belajar terus hingga akhir hayat (life long education, uthlubul ilma minal mahdi ilal lahdi).

Pada akhir makalah ini akan penulis sampai-kan tips melaksanakan lesson study berbasis sekolah antara lain: (1) memilih koordinator rumpun bidang studi dan memintanya untuk tampil pertama mengajar, (2) siap menghadapi situasi ”kacau” dan gugup pada awal kegiatan lesson study, (3) bekerjasama dengan sejawat dan praktisi lain, (4) siap melaksana kan lesson study terus menerus, dan (5) siap mendengar pendapat pihak lain.

DAFTAR RUJUKAN

Baharun, S.H. 2007. Bagaimanakah anda membagikan harta warisan dengan benar ?. Bangil Pasuruan: Yayasan Pondok Pesantren Darullughoh Wadda`wa.

Departemen Agama RI. 1998. Al Qur`an dan terjemahnya dengan transliterasi. Semarang: PT. Karya Thoha Putra.

Fathurrohman, P. 2007. Strategi Belajar Mengajar melaui penanaman konsep umum dan konsep islam. Bandung: PT Refika Aditama.

Marzuki, M. 1980. Pokok-pokok ilmu mawarist. Sema-rang: Penerbit Mujahidin.

Slavin, R.E. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Syamsuri, I. 2008. Lessson Study. Malang: FMIPA UM.

Page 147: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 145

PENERAPAN THINK PAIR SHARE DENGAN KARTU KATA KUNCI DALAM PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL ENGLISH FOR TOURISM UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPENDAPAT SISWA DENGAN BER-LESSON STUDY

Sri Hariyati

Program Studi Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Kegiatan pembelajaran materi Muatan Lokal English for Tourism membutuhkan kreatifitas dan seni, agar materi yang banyak menekankan pada praktek berbicara ini tidak membuat peserta didik merasa bahwa materi muatan lokal ini sulit untuk di pahami dan dipraktekkan. Model pembelajaran English for Tourism yang penulis lakukan selama ini seringkali secara berselang seling menerapkan model konvensional atau “ceramah”, diskusi kelompok dan bermain peran. Pengamatan penulis tentang model pembelajaran yang telah dilakukan tersebut, kualitas interaksi kelas masih relatif kurang optimal, distribusi kemampuan pada peserta didik kurang merata, yaitu cenderung memusat pada kelompok atas, peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran, sementara itu kegiatan pembelajaran English for Tourism membutuhkan banyak kemampuan untuk praktek speaking dalam mempromosikan tempat pariwisata. Permasalahan yang penulis temui adalah peserta didik mengalami kesulitan mengajukan ide atau pendapat karena tidak dapat menemukan kosa kata untuk membuat kalimat promosi, sehingga mereka seringkali menghafal kalimat yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran materi Muatan Lokal, English for Tourism maka penulis merasa perlu mengupayakan metode pembelajaran yang lebih menarik, dengan melakukan kegiatan Lesson Study. Penulis memilih Lesson Study dengan metode Think Pair Share dengan media Kartu Kata Kunci dan ini telah penulis ujicobakan di kelas X. Dari pelaksanaan yang sudah berlangsung, peserta didik mulai merubah kegiatan menghafal kata-kata saat mendiskripsikan tempat wisata menjadi kegiatan berpikir cepat dalam membuat kalimat berbahasa Inggris dengan bantuan kartu-kartu kata kunci. Pada tahap Think, peserta didik mengerjakan tugas secara mandiri dan penulis memberi konsep kalimat promosi berbahasa Indonesia untuk disampaikan dalam Bahasa Inggris dengan bantuan kartu kata kunci. Kesulitan yang dialami pada tahap Think ini akan dibantu penyelesaiannya dengan meminta peserta didik melakukan tahap berikutnya yaitu Pair, penulis meminta peserta didik mendiskusikan ide kalimat yang muncul berdasarkan kata kunci dengan teman sebangku. Jawaban dari mereka ini memiliki beberapa kemungkinan, diantaranya masing-masing peserta didik dapat memecahkan masalah, salah satu saja yang bisa memecahkan masalah atau dua-duanya tidak dapat menjawab masalah. Apapun kemungkinan yang muncul, hasil diskusi tersebut dapat dimantapkan dengan melanjutkan kegiatan pada tahap Share. Pada tahap ini dua peserta didik sebangku ini bergabung dengan dua peserta didik sebangku yang lain, mereka berbagi hasil ide kalimat berdasarkan kata kunci dan saling menyepakati jawaban. Kemudian penulis meminta mereka mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas serta memberikan rewards pada peserta didik dan kelompok yang mampu menjawab dengan benar. Lesson Study dengan metode Think Pair Share dengan kartu kata kunci yang penulis terapkan pada pembelajaran Muatan Lokal, English for Tourism ini, dapat membantu peserta didik mengurangi kebiasaan menghafal saat mengemukakan pendapat dalam Bahasa Inggris. Kartu-kartu kata kunci yang ditampilkan dapat melatih siswa berpikir spontan tentang kalimat yang akan diungkapkan dan tahapan Think Pair Share memotivasi peserta didik untuk mampu bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain dalam memecahkan masalah.

Kata kunci: Think Pair Share, Kartu Kata Kunci, English for Tourism, Lesson Study

Page 148: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 146

English for Tourism adalah bahasa Inggris yang digunakan dalam konteks kepariwisataan dan pariwisata selalu membutuhkan kegiatan promosi. Pembelajaran Muatan Lokal English for Tourism membutuhkan kreatifitas dan seni, agar materi yang banyak menekankan pada praktek berbicara ini tidak membuat peserta didik merasa bahwa materi muatan lokal ini sulit untuk dipahami dan dipraktekkan.

Materi pelajaran English for Tourism dapat berupa teks-teks yang ada di brosur wisata, ma-jalah atau koran wisata, sehingga isi percakapan yang tampil seringkali menggunakan model pendiskripsian tentang suatu tempat pariwisata. Kalimat-kalimat yang terucap saat mendeskripsi-kan suatu tempat wisata membutuhkan ketrampilan berbicara spontan, dan hal ini tidak mudah dilakukan oleh peserta didik. Peserta didik lebih suka menghafal kalimat-kalimat terlebih dahulu sebelum tampil di depan kelas, hal ini mem-pengaruhi penampilan mereka, misalnya mata sering melihat ke atas seperti layaknya orang menghafal, padahal dalam kondisi normal, saat berbicara biasanya kita akan menatap lawan bicara. Dampak lain dari menghafal kalimat saat percakapan adalah, bila ada kalimat yang lupa, ekspresi lucu akan muncul, sehingga suasana kelas menjadi riuh karena suasana lucu tersebut.

Sementara itu, model pembelajaran English for Tourism yang penulis lakukan selama ini seringkali secara berselang seling menerapkan model konvensional atau “ceramah”, diskusi kelompok dan bermain peran. Pengamatan penulis tentang pembelajaran yang telah penulis lakukan tersebut memiliki beberapa kekurangan, antara lain, kualitas interaksi kelas masih relatif kurang optimal, distribusi kemampuan pada peserta didik kurang merata, yaitu cenderung memusat pada kelompok atas dan peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran, maka dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran materi Muat-an Lokal, English for Tourism untuk Kelas X, penulis merasa perlu mengupayakan kegiatan Lesson Study dengan metode pembelajaran yang menarik, sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk mampu menuntaskan materi dengan baik.

Pemilihan metode pembelajaran yang berkua-litas merupakan tanggung jawab seorang guru, sementara itu pembelajaran English for Tourism banyak menekankan pada usaha memahami dunia kepariwisataan (kognitif), melakukan kegiatan promosi (psikomotorik), dan bersikap aktif dalam

mengerjakan tugas-tugas tentang kepariwisataan (afektif), dengan materi ajar seperti ini maka penulis mencoba ber-Lesson Study dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (Berpikir Berpasang Berbagi) dengan kartu kata kunci. Model pembelajaran ini diharapkan dapat membuat peserta didik mengembangkan ketrampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan pengertian dari model pembelajaran Think Pair Share itu sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Lie (1981) bahwa Think Pair Share adalah pembelajaran yang memberi peserta didik kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.

Ketrampilan lain yang ingin penulis kem-bangkan adalah memotivasi peserta didik untuk berani berpendapat. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing peserta didik melakukan diskusi, sehingga tercipta suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian, model pembe-lajaran Think Pair Share, dapat diharapkan mampu memotivasi peserta didik dapat memecahkan ma-salah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mem-presentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Penggunaan kartu-kartu kata kunci juga diharapkan mampu melatih peserta didik untuk aktif menemukan ide kalimat dan berpendapat, sehingga kombinasi Think Pair Share dengan kartu kata kunci dapat menjadi sarana pembelajaran yang membuat peserta didik mampu berpikir mandiri, bekerja sama dan berani mengemukakan pendapat.

MELATIH KEBERANIAN BERPENDAPAT PESERTA DIDIK

Tidak mudah membuat peserta didik ter-motivasi untuk aktif berpendapat, oleh karena itu penulis berupaya dalam Lesson Study dengan model pembelajaran Think Pair Share dengan kartu kata kunci ini dapat membantu peserta didik untuk aktif berpendapat. Media kartu-kartu kata kunci ini penulis tampilkan dalam pembelajaran English for Tourism, dengan asumsi bahwa kartu ini dapat membantu peserta didik menemukan ide

Page 149: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 147

kalimat tanpa harus menghafal. Untuk pelatihan kemampuan berpendapat tersebut, peneliti meng-kombinasikan penggunaan kartu-kartu kata kunci dengan metode pembelajaran Think Pair Share.

Sementara itu, model pembelajaran Think Pair Share dengan kata kunci ini adalah model yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

Tahap-1: Think, guru mengajukan pertanyaan/issue

yang berhubungan dengan materi sambil guru membagikan kartu kata kunci. Peserta didik me-mikirkan secara mandiri beberapa saat.

Tahap-2: Pair, guru meminta peserta didik berpasangan

untuk mendiskusikan apa yang dipikirkan. Tahap-3: Share, guru meminta kepada peserta didik

yang berpasangan bergabung dengan pasangan lain dan sharing atau berbagi dalam kelompok mendis-kusikan ide kalimat dan kemudian mempresentasi-kan di depan kelas tanpa menghafal tapi cukup de-ngan bantuan kartu kata kunci saja.

Penulis berupaya membuat peserta didik ber-

ani berpendapat dan berlatih mengembangkan ide secara mandiri dan kelompok dengan bantuan kartu-kartu kata kunci dan pelatihannya dengan langkah-langkah yang ada di tahapan Think Pair Share. Penulis melakukan “terapi” ini beberapa kali, pada pertemuan pertama, peserta didik mung-kin agak lama menemukan ide kalimat tapi setelah kartu-kartu kata kunci semakin banyak ditam-pilkan, maka peserta didik dapat lebih cepat dalam menemukan ide kalimat, sehingga pada saat tahap Share peserta didik dapat melakukan presentasi promosi tempat wisata dengan lebih lancar. Reward yang diberikan pada peserta didik, membuat mereka semakin terpacu untuk aktif berpendapat.

MANFAAT YANG DI PEROLEH DARI LESSON STUDY DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DENGAN KARTU KATA KUNCI DALAM MEMBANTU LANGKAH BERPIKIR PESERTA DIDIK UNTUK LEBIH LANCAR BERBICARA ENGLISH FOR TOURISM

Materi yang disajikan pada peserta didik adalah membuat konsep kalimat promosi dalam bahasa Inggris. Konsep percakapan dalam bahasa Indonesia diberikan secara tertulis di dalam lembar kerja peserta didik, peserta didik harus menyampai-kan konsep tersebut dalam bahasa Inggris dengan bantuan kata-kata kunci yang berupa kosa kata dalam bahasa Inggris. Tujuan dari latihan ini adalah untuk melatih peserta didik agar mampu mempro-mosikan suatu tempat wisata dalam bahasa Inggris tanpa menghafal tapi cukup dengan memahami konsep makna yang ingin disampaikan dengan bantuan kata-kata kunci dalam bahasa Inggris.

Lesson Study dengan model pembelajaran think pair share dan media kartu kata kunci dapat diikuti peserta didik dengan baik dan manfaat dari strategi pembelajaran ini dapat diperoleh peserta didik dengan optimal. Hal ini bisa dilihat dari indi-kator yang dicapai peserta didik, yaitu: tahap think, peserta didik mampu berpikir

mandiri menggunakan pengetahuan awal, tahap ini dilakukan peserta didik tanpa diberi penguatan terlebih dahulu dari guru.

tahap pair, peserta didik mampu membanding-kan dan mendiskusikan konsep yang telah dibuat pada tahap think dengan pasangannya, tahap ini dilakukan peserta didik dengan lancar karena peneliti memperbolehkan mereka melihat lembar kerja hasil pada tahap think dan diantara waktu kegiatan pair guru memberi penguatan pemahaman materi.

tahap share, peserta didik membentuk kelompok, kemudian membandingkan dan mendiskusikan hasil kerja pada tahap pair. Tahap ini dilakukan peserta didik dengan lancar dan cepat karena guru juga memberi penguatan pemahaman. Kemudian hasil dis-kusi dipresentasikan didepan kelas, adanya proses bertahap think pair share, membuat konsep kalimat promosi dalam Bahasa Inggris yang telah didiskusikan terserap dengan baik, sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan presentasi dengan lancar tanpa perlu menghafal.

Page 150: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 148

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2001. Prosedur Penelitian. Suatu Pendeka-tan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta

Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Class-room Action Research). Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Di-rektorat Pendidikan Menengah Umum.

Deklarasi Bali. 2000. Pengembangan Pariwisata Daerah. (On Line) (http://www.opensubscriber.com/message/[email protected]/5349138.html, diakses tanggal 27 Januari 2009, jam 23.05 WIB)

Ischaq, M. F. 1997. Action Research. Malang: Depdi-knas

Kasbollah, Kasihani. 1988. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud

Kemmis,S & Mc. Taggart, R. 1988. The Action Re-search Planner. Victoria: Deakin University Press

Lyman, Frank. 1981. Think Pair Share. (On Line) http://www.wcer.wisc.edu/archive/CL1/CL/doingcl/thinkps.htm, diakses tanggal 27 Januari 2009, jam 22.32 WIB)

Muhajirin, Imam. 2008. The Great Teacher. (On Line) (http://smacepiring.forums-free.com/workshop-the-great-teacher-t68.html, diakses tanggal 27 Januari 2009, jam 22.11 WIB)

Naisbitt, John. 1994. Global Paradox. (On Line) (http://www.naisbitt.com/bibliography/global-paradox.html, diakses tanggal 27 Januari 2009, jam 23.18 WIB)

Susilo, Herawati. 2003. Konsep dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi Guru dan Dosen MIPA. Makalah Seminar Ex-change Experience dan Workshop Pembelajaran MIPA Konstektual Menyongsong Implementasi KBK di Malang tanggal 9 – 12 Juli 2003. Tim Pelatih Proyek GSM. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tim PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek PGSM, Dikti.

Smith’s, Valene L. 1995. Tourism. Dalam Robert W. McIntosh, Charles R.

Goldner, J.R. Brent Ritchie, John Wiley and sons. Inc. Yudhoyono, Susilo Bambang. 2009. Pariwisata. (On

Line) (http://istana.ri.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=8864&Itemid=707, diakses tanggal 27 Januari 2009, jam 22.50 WIB)

Page 151: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 149

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU NON MIPA DI SEKOLAH YANG MENERAPKAN LSBS

Sri Rahayu Lestari

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, E-mail: [email protected]

Abstrak: Kegiatan Lesson Study (LS) di SMPN 1 Bangil telah dilaksanakan pada berbagai mata pelajaran. Salah satu pelajaran yang saat ini giat melakasanakan LS adalah mata pelajaran sejarah. Sebelum ada LS pelajaran sejarah biasanya diajar oleh guru dengan panduan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat sendiri oleh guru. Penerapan LS menyebabkan guru berinteraksi dengan guru lain yang sebidang studi atau serumpun untuk membicarakan RPP. Guru meminta rekan sejawat untuk mengoreksi RPP yang telah dipersiapan untuk mengajar dan mengubahnya apabila ada masukan dari teman sejawat yang dianggap penting dan membawa manfaat dalam pembelajaran di kelas. Penerapan pembelajaran dengan RPP yang telah mendapat masukan dari rekan sejawat mengakibatkan guru lebih percaya diri di depan kelas, guru juga menggunakan banyak variasi model pembelajaran. Salah satu kegiatan pembelajaran sejarah yang diikuti penulis saat menghadiri LSBS adalah dengan bermain peran. Permainan peran yang dilakukan oleh siswa mengakibatkan aktivitas siswa tinggi, kemampuan mengingat materi yang dipelajari juga lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan jawaban yang diberikan oleh siswa ketika guru bertanya dan meminta siswa menyimpulkan materi yang dipelajari di akhir pembelajaran. Peningkatan aktivitas siswa tersebut disebabkan peningkatan keterampilan guru dalam mengajar. Peningkatan keterampilan guru yang dimaksud adalah peningkatan dalam mengelola materi pembelajaran, peningkatan dalam mengelola kelas dan peningkatan keterampilan menerapkan pembelajaran dengan berbagai model.

Kata kunci: LSBS, mata pelajaran non MIPA, sejarah

Kegiatan Lesson Study (LS) telah dilakukan di sekolah menengah pertama Kabupaten Pasuruan sejak tahun 2005. Selama lima tahun dilaksanakan telah banyak kemajuan yang dialami oleh guru maupun pembelajarannya. Lesson Study selama 4 tahun dikhususkan pada pelaksanaan pembelajaran matematika dan IPA. Pada beberapa sekolah di Kabupaten Pasuruan sejak tahun kedua telah mene-rapkan Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS). LSBS bertujuan untuk mengenalkan Lesson Study pada guru seluruh mata pelajaran di sekolah, sehingga tidak hanya guru MIPA saja yang me-ngenal Lesson Study. Pada awal pelaksanaan LSBS hanya ada dua sekolah yang melaksanakannya, di tahun berikutnya terjadi peningkatan jumlah seko-lah yang menerapkan LSBS. Kepala sekolah seba-gai manager dengan kesadaran sendiri mulai mene-rapkan LSBS. Dari hasil diskusi penulis dengan

kepala sekolah rata-rata mereka menyatakan guru yang telah mengikuti LS berbasis MGMP meng-alami peningkatan kemampuan mengajar. Dari hasil supervisi di dalam kelas guru peserta LS lebih baik dalam mengelola kelas, mereka menggunakan berbagai variasi mengajar, dapat menimbulkan an-tusiasme bagi peserta didik dan guru tersebut lebih percaya diri di depan kelas. Hasil supervisi tersebut memberikan ide dan semangat bagi beberapa ke-pala sekolah untuk menerapkan LSBS secara man-diri. Pada awal penerapan LSBS secara mandiri ini, pihak sekolah mengadakan workshop tentang LS dengan nara sumber dari Universitas Negeri Ma-lang dan guru-guru peserta LS berbasis MGMP yang ada di sekolah tersebut. Pada awal pelaksa-naan open class guru merasa terpaksa untuk mem-buka kelasnya, mereka merasa tidak nyaman dilihat teman/kolega guru. Namun dengan perencanaan

Page 152: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 150

pembelajaran yang dilakukan bersama-sama guru makin lama makin merasa nyaman, mereka merasa pembelajaran yang dilakukan adalah milik bersa-ma.

SMPN 1 Beji adalah salah satu sekolah yang menerapkan LSBS sejak tahun 2009, antusiame guru di SMPN 1 Beji dalam melaksanakan LSBS sangat besar, hal ini tampak pada pengeplotan ja-dual yang dilakukan oleh koordinator LSBS. Da-lam satu semester ada 12 guru yang akan membuka kelas dari berbagai mata pelajaran. Guru dengan senang membuka kelas untuk dilihat teman/kolega guru lain. Hasil diskusi penulis dengan guru yang telah membuka kelas menyatakan bahwa dengan pembelajaran yang diamati oleh oleh orang lain, guru akan mendapat banyak saran untuk perbaikan pembelajaran yang berikutnya. Guru juga merasa perencanaan pembelajaran yang dilakukan bersama teman semata pelajaran atau serumpun membuat mereka merasa percaya diri di depan kelas. Salah satu matapelajaran yang diikuti penulis ketika LSBS di SMPN 1 Beji berlangsung adalah pela-jaran sejarah. Gambaran pelaksanaan pembelajaran dapat digambarkan seperti uraian berikutnya.

PELAKSANAAN LSBS DI SMPN 1 BEJI PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

Penulis mengikuti LSBS pada mata pelajaran sejarah pada hari Sabtu tanggal 2 Mei 2010. Topik yang dibahas adalah memahami usaha persiapan kemerdekaan Indonesia. Kompetensi Dasar pada mata pelajaran tersebut adalah Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia, Menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indo-nesia

Pada saat plan penulis tidak mengikuti ke-giatannya, namun guru menyatakan plan dikerja-kan bersama-sama dengan guru serumpun untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada topik yang akan dijadikan bahan untuk membuka kelas.

Kegiatan pembelajaran pada saat pembelajar-an dapat digambarkan sebagai berikut. Kegiatan pendahuluan, diawali dengan memberikan apersep-si meminta siswa menempelkan gambar di papan tulis. Selanjutnya guru menanyakan pada peserta didik apakah yang mereka ketahui dari gambar tersebut. Peserta didik menjawab kegiatan yang di-lakukan oleh pelaku pada gambar yang ditempel di papan tulis. Selanjutnya guru meminta siswa me-

rangkaikan cerita pada gambar tersebut mulai awal sampai akhir. Salah satu peserta didik mengacung-kan tangan dan menceritakan rangkaian kejadian yang ada pada gambar. Selanjutnya guru meminta siswa bermain peran sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Pada saat bermain peran siswa tampak antusias, dapat menggambarkan dengan baik mate-ri yang saat itu dipelajari. Setelah selesai bermain peran, guru meminta siswa duduk kembali dalam kelompok. Selanjutnya siswa diminta untuk men-diskusikan lembar kerja (LK) yang telah dibagikan guru. Pada saat mendiskusikan LK, 90% siswa bekerja dalam kelompok dan tidak berbicara di luar materi pembelajaran. Setelah selesai mendisku-sikan LK, siswa menempelkan hasil diskusi di tempat yang telah disediakan. Kegiatan berikutnya siswa mempresentasikan hasil diskusi dan ditang-gapi oleh teman dari kelompok lain. Pada kegiatan presentasi kelas, siswa dapat menguraikan dan menjelaskan hasil diskusi yang mereka tempelkan di papan. Beberapa siswa belum dapat menyampai-kan pendapat ketika presentasi di depan. Guru melakukan pembimbingan ketika siswa mengalami kesulitan dalam presentasi atau dalam menjawab pertanyaan. Pada akhir pembelajaran siswa diminta guru untuk membuat kesimpulan. Pada saat pembe-lajaran semua observer (guru yang mengikuti pembelajaran) mengikuti tata tertib dan tidak mengganggu pembelajaran. Observer mencatat ke-jadian yang terjadi pada saat pembelajaran berlang-sung.

Kegiatan setelah pembelajaran selesai diikuti dengan refleksi. Refleksi dihadiri oleh 10 guru dari rumpun yang sama. Hasil refleksi dapat digambar-kan sebagai berikut. Guru merasa senang mendapat kesempatan untuk membuka kelas dan dihadiri oleh guru lain. Guru menyatakan belum dapat sepe-nuhnya mengajar dengan baik, namun kompetensi pembelajaran telah dicapai. Guru mengharapkan masukan dan kritik dari rekan sejawat apabila ada ketidaksempurnaan dalam pembelajaran. Observer menyatakan guru telah dapat membelajarkan siswa dengan baik, siswa tekun dalam mengerjakan LK dan berdiskusi dalam kelompok. Siswa dapat mem-presentasikan hasil diskusi dan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan temannya saat diskusi. Siswa yang bisanya ramai dalam pembelajaran hari tersebut menjadi aktif, hal ini kemungkinan guru menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dengan biasanya. Pembelajaran berharga yang diperoleh observer antara lain merencanakan pem-belajaran bersama teman semata pelajaran sangat

Page 153: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 151

membantu guru ketika tampil di depan kelas, de-ngan metode yang bermacam-macam saat pembe-lajaran menyebabkan siswa menjadi aktif, dengan menerapkan LS di pembelajaran akan meningkat-kan keterampilan guru dalam mengajar.

PEMBAHASAN

Kegiatan LS pada pelajaran sejarah yang telah dilakukan oleh guru memberikan banyak pelajaran berharga bagi teman sesame guru, karena LS meru-pakan suatu kegiatan yang dapat mendorong ter-bentuknya sebuah komunitas belajar (learning so-ciety). LS menyebabkan individu secara konsisten dan sistematis memperbaiki diri. Melalui pengkaji-an pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjut-an berlandaskan prinsip kolegalitas dan mutual learning akan membangun komunitas belajar.

Dalam LS guru akan berkolaborasi dengan teman sejawat akan mempunyai tujuan jangka panjang, misalnya tentang pengembangan kemam-puan akademik siswa, pengembangan pembelajar-an yang menyenangkan, mengembangkan kerajin-an siswa dalam belajar (Lewis, 2007). LS juga memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting sehingga guru bersama te-man sejawat berusaha menyelesaiakan masalah ini Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang di-laksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas se-kolah. Observasi langsung boleh dikatakan meru-pakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan me-lakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau re-

kaman bisa saja digunakan hanya sebatas peleng-kap, dan bukan sebagai pengganti. Dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP meru-pakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi. Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran individual, maupun manajerial. Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.

Keterlibatan kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, akan menyebabkan kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berhar-ga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kepala sekolah memegang peranan penting dalam mewujudkan learning society di sekolah, sehingga keterlibatan kepala sekolah dalam LS sangat pen-ting. Komitmen kepala sekolah dalam melaksana-kan LSBS juga sangat diperlukan sehingga guru juga bersemangat dalam melaksanakan kegiatan LS. Bila LSBS dilaksanakan secara terus menerus dan konsisten maka akan tercipta guru yang profesional.

KESIMPULAN

Lesson Study (LS) merupakan sarana untuk meningkatkan profesionlisme guru. Pelaksanaan LSBS pada sekolah secara terus menerus akan da-pat meningkatkan keterampilan guru dalam pelak-sanaan pembelajarannya. LSBS dapat perlu komit-men dari kepala sekolah dan seluruh komponen yang ada di sekolah tersebut.

Page 154: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 152

DAFTAR RUJUKAN

Anonimous, 2003. IMSTEP JICA Report. Ditjen DIKTI – Depdiknas.

Anonimous, 2008. Laporan Survei Akhir Program SISTTEMS. Ditjen PMPTK, JICA dan IDCJ.

Hendayana, S. 2007. Lesson Study: Suatu Strategi Untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA), UPI Press: Bandung.

Joharmawan, R. 2006. Pengalaman Pelaksanaan Lesson Study di SMA Laboratorium UM, makalah dalam sosialisasi Lesson Study kepada Dosen FMIPA, Universitas Negeri Malang: Malang

Karim, M. 2006. Apa, Mengapa dan bagaimana lesson Study. makalah dalam sosialisasi Lessoon Study kepada Dosen FMIPA, Universitas Negeri Malang: Malang

Page 155: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 153

LESSON STUDY; MENUJU PENDIDIKAN KARAKTER

Sugeng Mardiyanto

SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang

Abstrak: Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 4 tahun pengalaman saya menjadi guru GTT (guru Tidak Tetap) disekolah negeri bisa dikatakan masih sangat muda, namun semua pengalaman saya tersebut tidak membuat saya puas dan merasa menjadi seorang guru yang seutuhnya, sampai akhirnya saya diterima di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang tertanggal 17 Juni 2009 saya merasa baru menemukan arti seorang guru yang sebenarnya, lewat diselenggarakannya Lesson Study disekolah tersebut. Awalnya saya merasa amat asing dan terbebani, karena disekolah sebelumnya saya hanya membuat perangkat dan mengajar sesuai dengan perangkat tersebut, tidak ada prinsip collegial dan collaborative bahkan refleksi dengan guru lain, penasihat dan para pakar setelah mengajar. Namun setelah saya terpilih sebagai guru model dan melaksanakan Lesson Study, baru saya menemukan karakter yang sesungguhnya dari seorang pendidik dan pengajar. Karakter itulah yang menurut pandangan saya seharusnya dilakukan disemua sekolah baik negeri maupun swasta, saya bergumam dalam hati, seandainya semua sekolah terutama yang negeri menerapkan prinsip Lesson Study saya yakin semua Standar Kompetensi bahkan Pembelajaran Proses dapat terlaksana dengan baik, bahkan UAN (Ujian Akhir Nasional) bukan lagi hal yang menakutkan bagi semua pihak. Seringkali Pembelajaran hanya mencari aspek kognitif intelektualitas ansich dan melupakan bahkan membuang aspek afektif yang membentuk karakter, sehinggga seringkali kita jumpai makna pendidikan dewasa ini menjadi hambar akan makna dan kosong akan isi, melulu hanya berbicara nilai terbaik matematika dan melupakan pengejawantahan makna sifat terpuji dan berbudi pekerti yang luhur. Penulis yakin lewat Lesson Study Pendidikan Nasional, para guru dan murid akan menjadi lebih berkarakter, untuk membuktikan keyakinan penulis, saya akan paparkan lebih lanjut dalam artikel saya yang sederhana ini. Jalan terpenting untuk mempertinggi mutu sekolah-sekolah itu ialah mempertinggi mutu pendidiknya (Mr. Muhammad Yamin)

Kata kunci: Lesson study, Pendidikan, Pengajar, Komponen Pendidikan, Karakter.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tanggal 23 Novem-ber 2007 menyebutkan bahwa makna belajar

adalah perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengo-lahan atas pengalaman yang diperolehnya dan praktik yang dilakukannya.

Melihat dari dua acuan yang digunakan dalam sektor pendidikan tersebut kami melihat tidak ada yang salah secara teoritis pada peraturan pemerintah tersebut namun seringkali tidak aplikatif ketika diterapkan dalam pembelajaran. Bahkan kami juga sering melihat kata kompetensi hanya digunakan untuk mengukur aspek intelektualitas pebelajar; dengan bukti lampiran PerMendiknas No. 41 Tahun 2007 memaknai

Page 156: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 154

kompetensi sebagai 1) Seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas tugas dibidang tertentu, 2) Keseluruhan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dinyatakan dengan ciri yang dapat diukur. Penulis melihat adanya ambiguitas kata kompetensi yang dimaknai dengan kata cerdas dan melaksanakan tugas pekerjaan tertentu. Dengan demikian siswa yang beriman, bertaqwa dan beramal sholih belum dianggap memenuhi kompetensi sebelum bahasa inggrisnya 7,5 atau matematikanya 7. itulah kiranya yang menjadikan pendidikan dinegara ini tidak pernah menemukan capaian yang pasti semua hanya semu dan kamuflase rhetoris semata.

Dari satu Menteri ke Menteri lainnya, dari satu Peraturan ke peraturan lainnya dan dari satu PerMen ke PerMen bahkan dari satu kurikulum ke kurikulum lainnya, bahkan dari satu nama DepDikBud menjadi nama DepDikNas lainnya selalu menyisakan kontroversi utamanya bagi guru yang berjibaku dilapangan, belum selesai satu kurikulum diaplikasikan muncul kurikulum baru yang berseberangan.

Namun memang sudah hal yang biasa tidak ada yang tidak berubah, semua harus berubah namun dengan catatan, perubahan selalu membawa pada perbaikan bukan penghancuran.

Dewasa ini pemerintah meluncurkan sistem baru untuk menjadikan pendidikan menjadi lebih terintegrasi dengan budaya bangsa yang beragama, bermoral, dan berbudi pekerti yang luhur yaitu pendidikan karakter atau character building di sekolah-sekolah diseluruh nusantara.

TINJAUAN TEORI DAN FILOSOFIS

Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar atau usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang atau sekelompok orang agar orang lain dapat memperoleh pengalaman yang bermakna, usaha ini merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan peserta didik (Sisdiknas, PerMendiknas No 41 Tahun 2007).

Karakter

Secara harfiah karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi

(Hornby dan Panwell, 1972). Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian (Kamisa, 1997). Dalam Dorland’s Pocket Medical Dictionary (1968) dinyatakan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu. Di dalam kamus psikologi dinyatkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau morl, misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat relative tetap (Dali Gulo, 1982).

Dan dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlah atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain (M. Furqon, 2009).

Lesson Study

Lesson Study diperkenalkan di Indonesia melalui kegiatan piloting yang dilaksanakan dalam proyek follow-up IMSTEP-JICA di tiga perguruan tinggi yaitu UPI, UNY, dan UM. Di UM sendiri lessson study diperkenalkan di Malang secara formal oleh JICA expert Eisoke Saito, Ph.D. pada bulan januari 2004, selanjutnya diikuti kegiatan pengimplementasian lesson study di SMA labotarium Universitas Negeri Malang (I Made Sulandra, 2006). Lesson Study merupakan hal yang baru bagi sebagian sebagian besar guru. Lesson Study diadopsi dari Jepang dan diuji cobakan di beberapa sekolah sebagai pilot project, diantaranya Bandung (dibawah UPI), di Yogyakarta (dibawah UNY), dan di Malang (dibawah UM).

Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya Jugyokenkyu, adalah proses pengembangan profesi inti yang dipraktikkan guru-guru di Jepang agar secara berkelanjutan mereka dapat memperbaiki mutu pengalaman belajar siswa dalam proses pembelajaran. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida. Praktik ini mempunyai sejarah panjang, dan secara signifikan telah membantu perbaikan dalam pembelajaran (teaching) dan pemelajaran/proses belajar (learning) siswa dalam kelas, juga dalam pengembangan kurikulum. Banyak guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Jepang menyatakan bahwa lesson study merupakan salah satu pendekatan pengembangan profesi penting yang telah membantu mereka tumbuh berkembang

Page 157: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 155

sebagai profesional sepanjang karer mereka (Yoshida, 1999)

Lesson Study yang dalam bahasa Jepang disebut Jugyokenkyu adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama/guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainya), merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian di observasi oleh teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. Refleksi bersama merupakan diskusi oleh para pengamat dan guru pengajar untuk menyempurnakan proses pembelajaran dimana titik berat pembahasan pada bagaimana siswa belajar, kapan siswa belajar, kapan siswa mulai bosan mendapatkan pengetahuan dan kapan siswa mampu menjelaskan kepada temannya dan kapan siswa mampu mengajarkan kepada seluruh kelas (Joharmawan, 2006).

Dr. Ibrohim, dosen Fakultas MIPA dari Universitas Negeri Malang, telah mencoba merumuskan definisi operasional lesson study, sebagai berikut. ”Lesson study adalah proses kegiatan pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun learning community” (www.suparlan.com).

LESSON STUDY SEBUAH METODE PENGAJARAN KARAKTER

Prof. Dr. M.J. Rice, profesor ilmu-ilmu sosial di Universitas Georgia, Amerika Serikat memandang bahwa lesson study bukanlah metode pembelajaran, ia mengelompokkan metode mengajar hanya dalam 4 (empat) klasifikasi, yang keempat kelompok itu berada dalam satu kontinum yang terkait satu dengan yang lainnya, yaitu: (1) ekspositori, (2) pengumpulan data, (3) pengolahan data, dan (4) proyek (www.suparlan.com) , Dr. Ibrohim, dosen Fakultas MIPA dari Universitas Negeri Malang memandang Lesson Study hanya sebuah kegiatan pengkajian pembelajaran (www.suparlan.com), kedua pendahulu tersebut sepakat menempatkan kata metode sebagai sebuah altar sakral yang tidak boleh ada ijtihad dan

pembaharuan, sekarang mari kita lihat apa definisi dan pembentuk altar sakral bernama metode itu:

Metode pengajaran dari kata “Metho” yang berarti melalui atau melewati, sehingga metode pengajaran berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu dalam hal ini tujuan pengajaran (BambangPrawiro, 1991).

Semakin majunya ilmu tentang mengajar (Metodologi Pengajaran), maka ada kriteria jenis metode modern dan metode tradisional. Kriteria yang dipergunakan pada umumnya adalah keaktifan siswa, metode dan dasar psikologis dari metode-metode itu.

Menurut W. Gulo (2002) bahwa metode pengajaran adalah berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar mengajar (W. Gulo, 2002)

Secara umum metode-metode itu dapat digolongkan ke dalam 2 jenis (Prawiro, 1991):

1. Metode interaksi secara individual. 2. Metode interaksi secara kelompok. Melihat dari definisi yang diberikan W Gullo

penulis sepakat pada kalimat “bahwa metode pengajaran adalah berbagai metode yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar mengajar” penulis berpendapat itu artinya tidak ada pembatasan dan kata final untuk satu Metode saja sedang yang lainya bukan metode dan melihat definisi yang diajukan para pendahulu memang perlu untuk sebatas memperluas wacana namun bukan kalam Illahi yang harus diikuti dan berdosa jika mengingkarinya. Apakah pada lesson study tidak ada interaksi individual dan kelompok?, justru dalam lesson study keduanya hadir berdampingan bukan terpisah-pisah, apakan pada lesson study tidak ada ekpositori?. Pengumpulan data dan pengolahan data? Justru sebelum melakukan lesson study kedua hal itu harus dilakukan sebelumnya dan dikaitkan dengan temuan setelah lesson study, justru pada metode lain ada kekurangan yang itu ditutupi pada lesson study yaitu refleksi. Pada bagian ini guru model tidak hanya melihat kebenaran berdasarkan paradigmanya namun ia juga mendapatkan pencerahan dari beragam sumber yang akan menjadikan metode pengajarannya semakin paripurna.

LANGKAH-LANGKAH LESSON STUDY

Page 158: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 156

Robinson (2006) mengusulkan ada delapan tahap berdasarkan pada banyaknya kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan lesson study, yakni:

1. Pemilihan topik lesson study 2. Melakukan revisi silabus untuk

mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran. Selanjutnya bekerja dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran.

3. Setiap tim yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara kelompok lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik.

4. Guru yang ditunjuk oleh kelompok menggunakan masukan-masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran.

5. Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana pembelajarannya di depan semua anggota kelompok lesson study untuk mendapatkan balikan.

6. Guru yang ditunjuk tersebut memperbaiki kembali secara lebih detail rencana pembelajaran dan mengirimkan pada semua guru anggota kelompok, agar mereka tahu bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan di kelas.

7. Para guru dapat mempelajari kembali tentang rencana pembelajaran tersebut dan mempertimbangkannya dari berbagai aspek pengalaman pembelajaran yang mereka miliki, khususnya difokuskan pada hal-hal yang penting seperti: hal-hal yang akan dilakukan guru, pemahaman siswa, proses pemecahan oleh murid, dan kemungkinan yang akan terjadi dalam implementasi pembelajarannya.

8. Guru yang ditunjuk tersebut melaksanakan rencana pembelajaran di kelas, sementara guru yang lain bersama dosen/pakar mengamati sesuai dengan tugas masing-masing untuk memberi masukan pada guru. Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer, dan akhirnya komentar dari dosen atau pakar luar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika mereka mengulang di kelas masing-masing atau untuk topik yang berbeda Krisnawan (2010).

Berdasarkan langkah-langkah yang ada dalam tahap pelaksanaan lesson study diatas penulis yakin bahwa esensi dan tujuan pendidikan akan tercapai bukan hanya aspek kognitif intelektualitasnya saja

namun afektif pembentukan karakter juga dapat terimplementasi bukan hanya bagi pebelajar namun juga bagi para pengajar.

UNSUR PEMBENTUKAN KARAKTER DALAM LESSON STUDY

Melihat aplikasi pada praktek lesson study penulis menemukan terjadinya proses pembentukan karakter, dapat dilihat dari beberapa bukti:

Lesson study dapat diterapkan pada semua bidang studi dan jenjang pendidikan. Dari aspek ini kita melihat bahwa lesson study memecah polarisasi yang selama ini terjadi yang membedakan antara ilmu sains dengan ilmu sosial, antara pengajar kelas dasar dan kelas lanjut, dari sini kita belajar untuk menumbuhkan toleransi dan saling menghargai antara satu sama lain.

Lesson study dapat diterapkan pada sekolah yang berbeda mulai dari desa hingga kota mulai dari negeri hingga swasta, mulai dari sekolah terfavorit hingga sekolah biasa, dari sini kita dapat belajar untuk bersilaturahmi dan menjalin hubungan collegial antar guru hingga dapat menghapuskan dikotomi dan dominasi serta patronisasi sepihak.

Lesson study dapat menjadi jembatan penghubung antar strata keilmuan, dari pelaksanaan lesson study kita dapat belajar bahwa tidak ada kata paling pintar dan sebaliknya, tidak ada kata sempurna selama proses belajar, semua saling memberi dan menerima tanpa tendensi serta melatih kedewasaan berfikir dan berpendapat.

Lesson study dapat menjadi media melatih kejujuran, kejujuran para guru untuk membuat perangkat pembelajarannya sendiri, jujur untuk menilai diri sendiri apakah dirinya telah menjadi guru yang baik atau belum, jujur untuk berkata bahwa selama ini ia masih belum sempurna.

Lesson study mengajarkan kepada kita kelegaan hati dan keikhlasan hati untuk menerima setiap otokritik yang muncul dan disampaikan pada saat refleksi.

Lesson study juga mengajarkan bahwa kita harus memiliki sifat tanpa pamrih dalam memberikan ilmu dengan cara terbaik, sehingga pebelajar dapat meraih capaian yang maksimal.

Lesson study adalah cermin pengabdian tanpa batas bagi setiap guru dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik, pengajar, dan Pembina.

Page 159: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 157

Lesson study menunjang kesuksesan pembelajaran berbasis proses yang akan menjadikan pendidikan wadah bagi pebelajar untuk memperoleh pengalaman yang bermakna bagi kehidupannya.

PENUTUP

Lesson study memang sebuah terobosan baru dalam dunia pendidikan yang diawali oleh Makoto Yoshida seorang peneliti yang menuliskan lesson study sebagai disertasi doktoralnya di Universitas Lewis and Clark College, seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pendidikan dan pembelajaran menjadikan lesson study banyak diadaptasi dan diadopsi oleh sekolah-sekolah ditanah air, gelombang lesson study semakin besar dan tidak dipungkiri menjadi salah satu metode yang paling jitu dalam mencapai standar kompetensi pendidikan.

Dibalik euphoria tersebut, ternyata lesson study menyimpan segudang manfaat, bahkan salah satunya selaras dengan program yang baru dicanangkan oleh pemerintah yaitu pendidikan karakter, ditengah carut marutnya bangsa dengan setumpuk problema dilematisnya diyakini karena hilangnya karakter kebangsaan yang diamanatkan dalam pembukaan undang-undang dasar 45 yaitu negara yang berbudaya dan berbudi pekerti yang luhur, alasan itulah yang menjadikan pendidikan karakter menjadi rasional.

Dengan lesson study pendidikan karakter dapat diawali dari pendidik sebagai komponen terbentuknya pendidikan yang berkualitas, dengan menjadikan para pendidik lebih memiliki karakter secara langsung maupun tidak akan berdampak pada pada pembentukan karakter pada peserta didik, insya Allah. Amin

DAFTAR RUJUKAN

Hidayatullah, M.F. 2009. Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta:Yuma Pustaka.

http://edu-articles.com/category/lesson-study Joharmawan, R. 2006. dikutip didalam artikel dalam

situs pribadi. www.suparlan.com , Prawiro, B. 1991. Strategi Belajar Mengajar.

Surakarta:UNS press Krisnawan, S.R. 2010. Penerapan Metode Lesson Study

dalam Pembentukan Pendidikan yang Berkarakter karya ilmiah. Surakarta

Suparlan. 2008. Lesson Study Dan Peningkatan Kompetensi Guru, artikel dalam situs pribadi. www.suparlan.com

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

Yoshida, M. 1999. Lesson Study: A Case Study of a Japanese Approach to Improving Instruction Through School-Based Teacher Development. Disertasi Doktoral yang tidak diterbitkan, The University of Chicago.

Page 160: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 158

IMPLEMENTASI KEGIATAN LESSON STUDY DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Sunu Prihantono

SD Negeri Merjosari 4 Malang

Abstrak: Lesson Study merupakan hal baru dalam metodologi kegiatan pem-belajaran di Indonesia. Sejak diperkenalkan dan diujicobakan di tiga Perguruan Tinggi di Indonesia pada tahun 2004 dan kemudian dicobaterapkan secara meluas melalui lembaga- lembaga pendidikan di bawahnya, ternyata Lesson Study masih terasa asing bagi sebagian besar guru Sekolah Dasar terutama di daerah pinggiran dan pelosok. Didalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab IV pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat memiliki sebuah pendekatan, metode, dan teknik-teknik tertentu yang dapat menciptakan kondisi kelas pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Sehingga pada akhirnya akan diperoleh kondisi kelas yang termotivasi, aktivitas yang tinggi serta hasil belajar yang memuaskan. Hal yang paling mendasar dipahami oleh penulis tentang lesson study adalah plan-do- see reflection. Ketiga hal tersebut memiliki makna dan pengem-bangan yang sangat luas dan fleksibel dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang akan, se-dang dan telah dilaksanakan guru- siswa dan tim kolaboratornya. Dalam keterbatasan ini penulis men-coba untuk menjembatani permasalahan pembelajaran yang terjadi di Sekolah Dasar dengan membahas sebuah model pembelajaran yang bertitik tolak dari pendekatan Lesson Study. Didasari pemikiran bahwa dengan Lesson study guru akan lebih jujur menilai kekurangan dan kelebihan, serta membiasa-kan diri menerima kritik dan saran dari para kolaboratornya, penulis yakin akan adanya keberhasilan dalam mendidik dan meningkatkan prestasi siswa di tingkat SD.

Kata kunci: lesson study, pembelajaran, sekolah dasar

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekno-logi global yang sangat pesat saat ini membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan manu-sia dalam bersosialisasi, berpikir dan berperilaku. Pengetahuan dan hasil teknologi berkembang tidak lagi dalam hitungan bulan atau tahun namun ham-pir setiap detik lahir pengetahuan dan hasil teknologi terbaru dan tercanggih. Hal tersebut membawa dampak terutama pada pola berpikir dan berperilaku manusia untuk lebih cepat dan praktis dalam mengambil keputusan dan tindakan. Pola berpikir dan berperilaku semacam itu tentunya ti-dak dapat dikatakan dengan pola pikir dan perilaku yang serba instan, namun sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan dalam masyarakat modern yang semakin kompleks.

Salah satu dampak dari semakin cepatnya perkembangan pengetahuan dan hasil teknologi adalah, berkembangnya berbagai macam bentuk metode, pendekatan, desain dan teknologi di dunia pendidikan. Negara kitapun akhirnya terseret dalam arus dan deraan perkembangan tersebut. Diantara sekian banyak metode, pendekatan, desain dan teknologi pendidikan yang menyerbu dunia pen-didikan kita adalah Lesson Study (LS) yang konon berasal dari negeri matahari terbit. Setelah sempat diujicobakan di tiga perguruan tinggi nasional di Jawa Barat, Yogyakarta dan Malang pada tahun 2004, akhirnya LS dicobaterapkan pada lembaga-lembaga pendidikan di bawahnya (SLTA, SLTP dan SD).

Page 161: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 159

Pada kenyataannya gaung implementasi LS pada tingkatan lembaga-lembaga itu digambarkan seperti corong suara terbalik. Gema sangat kuat pada level paling tinggi secara simultan mengeru-cut tebalik sampai di tingkat paling rendah. Pada tataran Perguruan Tinggi terasa sangat dipenuhi oleh hingar-bingar luar biasa perkembangan teknologi pendidikan, namun pada tataran pendidi-kan dasar hampir-hampir tak tersentuh olehnya. Penulis yang berada di pinggiran barat kota Malang ternyata tak tersentuh oleh gaung tersebut. Padahal sudah beberapa kali mengikuti pelatihan MBS dan PAKEM. Namun LS tak pernah digaungkan di sana.

Penulis merasa beruntung dengan berdirinya SD-SMP Negeri Satu Atap (SD-SMPN Satap) Merjosari pada tahun 2009 yang mulai efektif menerima murid baru pada tahun pelajaran 2009- 2010. Awal mula berdirinya SD-SMPN Satap Mer-josari dilatar bekakangi oleh besarnya angka drop out dan perkawinan usia di bawah umur masyara-kat di sekitar SDN Merjosari 4. Dengan berdirinya SD-SMP Satu Atap ini diharapkan masyarakat di sekitar SD Merjosari 4 akan memiliki kesadaran menuntaskan pendidikan tingkat dasar 9 tahun. Keberadaan SD-SMPN Satap Merjosari di sisi lain telah membaurkan guru Kelas di tingkat SD den-gan para guru Mata Pelajaran di tingkat SMP.

KEGIATAN IMPLEMENTASI LESSON STUDY DI SDN MERJOSARI 4

Setelah mengalami tiga kali pergantian ke-pemimpinan dalam kurun waktu satu tahun, pendekatan LS mulai diperkenalkan oleh Kepala Sekolah terakhir yaitu Dra. Husnul Chotimah, M.Pd. Pengenalan LS terjadi sekitar bulan Mei 2010. Pada awal pengenalan itu mungkin terjadi sedikit misunderstanding diantara guru SD yang baru mengenal LS dan guru-guru SMP yang sudah mengenalnya terlebih dahulu. Berbekal rasa ingin tahu yang agak lambat menyikapinya, penulis sedikit demi sedikit mencoba mencaritahu apa sebenarnya LS itu. Lewat tayangan video amatir, buku-buku dan internet, penulis akhirnya sedikit lebih mengenal apa dan bagaimana LS tersebut.

Pada benak kita terkadang pernah terbesit pemikiran, betapa para ilmuwan di bidang pendidikan terdahulu memiliki pemikiran luar biasa dalam teori- teori pendidikan. Kapankah kita dapat

memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan pendidikan seperti mereka? Dengan adanya LS ini adakah terbuka peluang bagi para guru untuk menjadi ilmuwan-ilmuwan baru pada level tertentu?

Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya jugyou kenkyuu, adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang. Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses-proses kolaborasi antar para guru. Lewis (2002) mendeskripsikan proses-proses tersebut sebagai langkah-langkah kolaborasi dengan guru-guru untuk merencanakan (plan), mengamati (observe), dan melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lessons). Lebih lanjut, dia menyatakan, bahwa Lesson study adalah suatu proses yang kompleks, didukung oleh penataan tujuan secara kolaboratif, percermatan dalam pengumpulan data tentang belajar siswa, dan kesepakatan yang memberi peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit. LS pada hakikatnya merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang memiliki implikasi praktis dalam pendidikan (Santyasa Wayan, 2009). Skema siklus LS dapat kita dapat kita lihat pada Gambar 1.

Berdasarkan Gambar 1 ternyata kegiatan implementasi dari LS membuat seorang guru dan tim kolaboratornya untuk selalu aktif dalam kegiatan keilmuwanan (baca: kegiatan ilmiah). Penulis melihat adanya peluang yang besar dalam implementasi LS di SD untuk lebih dekat dengan lembaga pendidikan tinggi dan menjalin kerjasama yang erat dengannya. Melalui kolaborasi antara guru dan dosen yang telah mengembangkan LS maka terbukalah peluang itu. Terbukti dengan pelaksanaan implementasi LS di SD- SMPN Satap Merjosari pada saat melaksanakan LS dalam rangka mengisi acara dalam TV Edukasi Kota Malang sekitar bulan Mei 2010. Tim kolaborator yang bergabung di dalamnya diantaranya adalah Prof. Dra. Herawaty Susilo, M.Sc. Ph.D. salah seorang Guru Besar dari Universitas Negeri Malang (UM).

Page 162: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 160

Penulis sendiri tidak mengalami secara lang-sung dalam kegiatan implementasi tersebut, namun mengikuti pemutaran videonya. Kesan- kesan yang datang dari teman- teman guru SD yang mengikuti LS-pun beragam. Beberapa yang tergabung sebagai tim kolaborator menilai bahwa LS sama dengan pembelajaran PAKEM yang telah dimodifikasi me-lalui perencanaan dalam pembuatan indikator-indikator pengamatan terhadap pelaksanaan pem-belajaran. Sedangkan beberapa orang yang mem-perhatikan lewat tayangan video merasa bingung karena dalam tayangan tersebut tidak disertai den-gan monolog yang cukup untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan telah dilaksanakan. Dalam hal ini penulis berada pada posisi kedua yaitu hanya menyaksikan tayangan video.

Selanjutnya pada saat kegiatan LS tersebut di-laksanakan sesuai jadwal di SDN Merjosari 4, yaitu sekitar bulan Juni 2010. LS dilaksanakan di kelas I (satu), kelas IV (empat) dan di kelas V (lima). Kesan dari pelaksanaan di SD ini menurut penulis telah terjadi semacam motivasi dari adanya pujian dan kritik terhadap tiga guru model yang melaksanakannya. Seorang guru yang mendapat hasil reflesksi baik lebih banyak dari seorang yang

lain telah menyebabkan yang lain “sedikit terbakar,” dalam artian terbakar semangatnya untuk memperbaiki kinerja dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelasnya agar tidak tertinggal oleh rekan guru yang lain. Secara tidak langsung perbaikan kinerja dalam merecanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelasnya membawa perubahan pada tingkah laku pembelajaran siswa menjadi lebih baik pula. Penulis belum mendapatkan kesempatan melaksanakkan LS baik sebagai guru model maupun observer karena pada saat itu sedang mempersiapkan kelas VI (enam) untuk menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Namun demikian penulis dapat mencatat bahwa kegiatan LS di SD terdapat beberapa kendala antara lain:

Guru SD adalah guru kelas, jumlah guru guru terbatas. Sulit mendapatkan observer kecuali Kepa-la Sekolah. (Catatan: di SD-SMPN Satap Merjosari, guru SMP menjadi observer di SD, dan guru SD menjadi observer di SMP)

Kegiatan refleksi yang baik dilaksanakan setelah kegiatan do, see, namun di SD jika hal itu dilakukan akan membuat kelas pembelajaran

Page 163: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 161

kosong, karena ditinggalkan oleh guru kelas untuk melaksanakan refleksi.

Dari beberapa kendala tersebut penulis berharap jumlah guru SD lebih banyak dari jumlah kelas, minimal ada guru Pendidikan Agama dan Guru Olah raga. Karena di SD Merjosari 4 guru Olah raga juga mendapat tugas sebagai Guru Kelas.

Kegiatan do, see atau open class sebaiknya dilaksanakan pada jam- jam terakhir sehingga kegiatan refleksi dilaksanakan setelah kegiatan sekolah berakhir. Hal itu untuk menghindari terjadinya kelas yang ditinggalkan oleh guru kelasnya untuk mengikuti kegiatan refleksi.

PENUTUP

Mencermati pelaksanaan LS di tingkat sekolah dasar khususnya yang telah dilaksanakan

di SDN Merjosari 4, penulis mengambil beberapa hikmah, antara lain bahwa implementasi kegiatan LS:

Membuka peluang masuknya berbagai inovasi dan kreativitas kegiatan belajar mengajar di SD.

Membuka peluang lebih besar bagi SD untuk bekerjasama dengan Lembaga Pendidikan Tinggi yang telah mengembangkan Lesson Study terutama dengan para pakar dan ilmuwan yang ada di Perguruan Tinggi.

Dapat dijadikan sebuah rangkaian kegiatan ilmiah dan penulisan karya ilmiah yang selama ini jarang dilakukan oleh guru di tingkat SD.

Adalah peluang seorang guru untuk menjadi ilmuwan dan berperan serta dalam dunia ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan dan teknologi pendidikan.

DAFTAR RUJUKAN

Santyasa Wayan, 2010. Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran. Makalah Disajikan dalam ”Seminar Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran bagi Guru- Guru TK, Sekolah

Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Nusa Penida, Tanggal 24 Januari 2009.

Page 164: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 162

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI LESSON STUDY

Susriyati Mahanal

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Pengembangan professional guru dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti workshop, seminar, konferensi, kursus atau pelatihan. Lesson study adalah model potensial untuk meningatkan professional guru. Guru yang professional adalah guru mampu menyelesaikan permasalahan tugas-tugas keguruan. Guru yang profesional dituntut mempunyai kemampuan menyusun program pengajaran dan mengimplementasikan program pembelajaran tersebut dengan berbagai strategi pembelajaran yang inovatif. Landasan teoritis lesson study adalah konstruktivisme sosial yaitu pengetahuan dibangun melalui interaksi sosial dan pengalaman individu. Melalui lesson study guru melakukan pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kesejawatan dan mutual learning untuk membangun learning community. Kegiatan lesson study yang dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan memberikan manfaat yang banyak bagi para guru dan siswa. Salah satu manfaatnya adalah peningkatan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran.

Kata kunci: peningkatan kemampuan guru, perangkat pembelajaran, lesson study

Pengembangan profesional guru di Indone-sia, sering disebut in-service training atau staf development, telah dilakukan untuk tujuan yang berbeda dengan berbagai bentuk. In-service training mempunyai beberapa tujuan antara lain, yaitu (1) untuk sertifikasi guru, (2) untuk me-ningkatkan kualitas para guru, (3) mempersiap-kan guru untuk peran baru, dan (4) dissemination kurikulum. Program pengembangan profesional guru pada umumnya dalam bentuk workshop, seminar, konferensi, dan kursus atau pelatihan. Upaya pengembangan professional guru yang demikian telah dikritik oleh banyak peneliti karena diselenggarakan dengan waktu yang singkat dan tidak berkesinambungan, tidak koheren, dan tidak kontekstual. Kritik yang sama dilakukan oleh para pendidik karena tidak me-miliki kontinyuitas dan tidak mempunyai ke-mampuan untuk menghasilkan perubahan yang efektif dalam praktek keguruan dan belajar siswa. Pada akhirnya pengembangan profes-sional guru yang demikian cenderung tidak menghasilkan perbaikan atau tidak menyebabkan perubahan yang signifikan dalam praktek ketika

para guru kembali ke kelas. Lesson study (LS) merupakan sebuah alternatif bentuk pengem-bangan profesional guru. Lesson study dikem-bangkan di Jepang selanjutnya diadopsi oleh berbagai Negara termasuk Indonesia.

Sejak tahun 2006 Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science Education at Junior Secondary Level (SISTTEMS) merupakan program kerjasama antara JICA dengan UPI, UNY, dan UM dengan program baru lesson study yang bertujuan mem-bantu guru di Indonesia untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan membantu para siswa agar dapat belajar dengan baik. Program ini dilaksanakan di tiga Kabupaten yang dipilih dari 3 Propinsi. Di Jawa Timur program ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan. Landasan Teoritis Lesson Study

Munculnya pendekatan pembelajaran ber-basis konstruktivisme merupakan alternatif upaya pengembangan profesi guru. Pembelajaran berbasis kontruktivis dimaknai peserta didik

Page 165: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 163

mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri ketika terlibat dalam kegiatan dan sosial.

Borko dan Putman (1995) dalam Rock. & Wils (2005) berpendapat bahwa pembelajaran berbasis kontruktivisme berlaku bagi siswa dan orang dewasa termasuk guru. Selanjutnya dike-mukakan prinsip-prinsip pembelajaran kontrukti-visme (‘student centered’) dapat digunakan untuk merancang peningkatan proesionalisme guru.

Vygotsky seorang tokoh konstruktivisme sosial menegaskan bahwa prinsip konstruktivis-me sosial adalah pengetahuan dibangun melalui interaksi sosial dan pengalaman individu. Jadi, construvctivism sosial menekankan bahwa pengetahuan dibentuk sebagai respons terhadap interaksi sosial melalui negosiasi sosial, wacana, refleksi, dan penjelasan. Prinsip ini mendukung gagasan bahwa guru harus dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang memerlukan berinteraksi secara lisan dan mengharuskan mereka sering berkomunikasi baik dengan pemula dan ahli dalam bidang studi mereka. Selama proses lesson study, kolaborasi profesional terjadi sebagai guru dari berbagai tingkat pengalaman kerja sama dalam kelompok-kelompok untuk belajar melalui pelaksanaan pembelajaran dan penelitian pem-belajaran.

Villegas-Reimers (2003) dalam Ono dan Ferreira (2010) menunjukkan bahwa perspektif baru pengembangan profesional guru sebagai berikut: berdasarkan konstruktivisme; sebagai proses jangka panjang; sebagai suatu proses yang terjadi dalam

konteks tertentu; terkait erat dengan reformasi sekolah; dipahami sebagai sebuah proses kolaboratif;

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut bahwa teori konstruktivisme sosial menyediakan kerangka kerja yang mendukung penggunaan proses lesson study sebagai model potensial untuk meningkatkan profesional guru. Guru yang professional adalah guru yang yaitu mempunyai kemampuan yang berhubungan dengan penye-lesaian tugas-tugas keguruan. Tingkat kepro-fesionalan guru dapat dilihat dari kompetensiya. Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi keguruan antara lain sebagai berikut.

Kemampuan menguasai landasan pendidik-an termasuk tujuan pendidikan yang harus dicapai.

Kemampuan pemahaman psikologi pendidik-an.

Kemampuan penguasaan materi pelajaran (bidang studi).

Kemampuan menyusun program pembelajar-an.

Kemampuan mengimplementasikan berbagai strategi/metode pembelajaran

Kemampuan merancang dan memanfaatkan media dan sumber belajar.

Kemampuan melaksanakan evaluasi pembe-lajaran.

Peningkatan kemampuan guru menyusun perangkat pembelajaran IPA melalui Lesson Study

Lesson Study yaitu suatu model in-servis training profesi guru melalui pengkajian pem-belajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kesejawatan dan mutual learning untuk membangun learning community. Secara umum, pelaksanaan lesson study di Indonesia meliputi kegiatan sebagai berikut. 1) Plan: guru yang tergabung dalam MGMP mengidentifikasi masalah kemudian me-ngembangkan perangkat pembelajaran (jika perlu narasumber memberikan konsultasi atau komentar). 2) Do: mengimplementasikan pe-rangkat pembelajaran yang sudah disusun dalam real teaching oleh salah satu anggota MGMP (guru model), mengamati proses pembelajaran oleh observer (anggota MGMP, guru bidang studi lain, Kepala Sekolah, dan nara sumber; focus pengamatan pada aktivitas siswa belajar. 3) See: guru model dan observer berdiskusi untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap pe-rangkat pembelajaran dan pelaksanaan pembe-lajaran serta dampaknya bagi belajar siswa. Berdasarkan pengamatan dan refleksi, guru yang tergabung dalam MGMP Lesson Study melaku-kan perbaikan-perbaikan baik terhadap perang-kat pembelajaran maupun implementasinya. Melalui kegiatan Lesson Study yang dilaksanan secara terus menerus dan berkesinambungan tampaknya secara efektif bisa membangun budaya sekolah pada aspek berikut. 1) Melalui diskusi pada sesi refleksi, guru menjadi terbiasa untuk menerima masukan dan rekomendasi dari orang lain, mengungkapkan kelemahan dan

Page 166: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 164

kekuatan pelajaran mereka, berbagi ide untuk mengembangkan praktek mengajar kelas yang lebih baik, dan menunjukkan hal-hal penting atau titik-titik penting dari kegiatan kelas yang di-amati. 2) Walaupun banyak pengamat yang datang datang di dalam ruang kelas sementara pelaksanaan pelajaran, kegiatan tersebut berjalan dengan baik seperti jika pengamat tidak ada. 3) Sebagai dampak dari pelaksanaan pelajaran, siswa cenderung berperan aktif dalam pembe-lajaran seperti membahas permasalahan dalam kelompok kecil (diskusi kelompok) dan diskusi kelas, bertanya dan menjawab pertanyaan, mengajukan argumentasi, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

Sejak tahun 2006 Kabupaten Pasuruan dipilh sebagai tempat untuk pengembangan profesi guru IPA dan Matematika melalui lesson study yang bekerjasama antara tim expert Jica dengan Dirjen PMPTK melalui perguruan tinggi terdekat yaitu Universitas Negeri Malang (UM). Konsekwensinya, semua komponen yang terlibat dalam pengembangan profesi guru secara terjadwal dan berkesinambungan melakukan pendampingan Lesson Study terhadap guru-guru MIPA SMP/MTs di Kab. Pasuruan.

Selama 4 tahun berjalan dengan LS ternyata banyak guru MIPA yang merasakan manfaatnya, dan selalu ingin meningkatkan pembelajaran di kelasnya. Secara teoritis LS menyediakan suatu cara bagi guru untuk dapat meningkatkan kompetensi pedagogik yang ditunjukkan oleh kemampuan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran kemudian mengimplementasikan-nya dalam proses belajar mengajar di kelas.

Pelaksaanaan lesson study di Pasusruan mengikuti siklus Plan-Do-See. Penyusunan pe-rangkat pembelajaran adalah wujud dari persiap-an yang dilakukan oleh guru sebelum mengajar. Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan di-gunakan dalam proses pembelajaran. Penyusun-an Perangkat pembelajaran pada tahap plan yang akan diimplementasikan pada waktu tahap do. Perangkat pembelajaran yang disusun selama plan meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan instrument untuk mengevaluasi siswa. Tahap see, guru model dan observer yang terlibat dalam lesson study melakukan refleksi, berdiskusi memberi tanggapan dan masukan untuk perbaikan plan dan implementasinya (do).

Lesson study merupakan suatu model pelatihan atau pengembangan kemampuan guru yang berbasis kebutuhan riil guru dan dilakukan di sekolah secara terus menerus. Jika prinsip dari Lesson study ini diterapkan secara konsisten maka akan memberikan manfaat yang banyak bagi para guru dan siswa. Salah satu manfaatnya adalah peningkatan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran.

Selama 4 tahun terlibat pada kegiatan LS di Pasuruan baik LS tingkat SMP/MTs maupun SMA penulis telah mendampingi para guru di beberapa home base yaitu Kejayan, Beji, Pandaan, Gondang Wetan, Bangil, Pasuruan Kota, dan Purwosari. Penulis menengarai terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran IPA/Biologi. Indikator peningkatan kemampuan para guru dalam menyusun perangkat pembelajaran yaitu bila perangkat pembelajaran yang disusun sudah sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) atau standar untuk sertifikasi guru. Berikut dijabarkan peningkatan kemampuan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran IPA. 1. Peningkatan Kemampuan Menyusun RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berisi petunjuk dan skenario pembelajaran atau merupakan panduan dalam mengelola kegiatan pembelajaran. RPP merupakan jabaran lebih rinci dari silabus yang memuat sekurang-ku-rangnya 5 komponen pokok yaitu tujuan pembe-lajaran, materi pembelajaran, metode, media dan sumber pembelajaran, dan komponen evaluasi (PP. No. 19 Tahun 2005 bab IV Pasal 20). Menurut Mahanal (2009) RPP memuat komponen-komponen: identititas mata pelajaran, alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator kompetensi dan atau tujuan pembelajaran, materi pelajaran, alat dan bahan, pendekatan/srategi pembelajaran, skenario pem-belajaran, sumber belajar dan penilaian.

Beberapa kekurangan RPP yang disusun guru pada awal mengikuti kegiatan LS yaitu antara lain: Rumusan indikator kompetensi atau tujuan

pembelajaran menggunakan kata kerja yang tidak terukur misalnya ‘memahami’ atau menggunakan kata kerja yang menunjukkan tingkat kognitif rendah misalnya ‘menyebut-kan’

Page 167: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 165

Rumusan indikator kompetensi hanya untuk hanya aspek kognitif.

Perumusan tujuan pembelajaran tidak memenuhi ABC (Audience, Behavior, dan Condition)

Materi ajar hanya ditulis judul dari materi pokok pada umumnya disalin dari judul yang tertera pada buku paket dari penerbit tertentu, jadi tidak mengacu pada tujuan yang diru-muskan.

Metode pembelajaran yang tertera pada RPP pada umumnya tertulis strategi direct instruction;

Skenario pembelajaran: rincian scenario pembelajaran tidak sesuai dengan sintaks strategi pembelajaran yang tertera pada RPP. Contohnya: strategi pembelajaran yang ditulis adalah kooperatif Jigsaw tetapi rincian skenario pembelajarannya meliputi eksplora-si, ekspansi, eksplanasi, dan evaluasi. Padahal sintaks tersebut milik strategi siklus belajar. Akibatnya guru bingung mengimple-mentasikan dalam pembelajaran.

Secara bertahap kemampuan guru dalam menyusun RPP mengalami peningkatan, yaitu sebagai berikut: Rumusan indikator kompetensi atau tujuan

pembelajaran sudah menggunakan kata kerja yang terukur serta menunjukkan tingkat kognitif C3 sd C6.

Pemilihan materi pelajaran mengacu pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Materi pelajaran sudah diuraikan secara singkat yaitu tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip esensial yang harus dipelajari siswa sesuai dengan indikator kompetensi/ tujuan pemelajaran.

Strategi pembelajaran yang tertulis pada RPP sudah menggunakan staregi berbasis kontruktivisme seperti kooperatif STAD, TPS, Jigsaw dll. Jadi tidak hanya menulis strategi pembelajaran direct instruction atau ceramah dan tanya jawab.

Rincian skenario pembelajaran sudah sesuai dengan sintaks strategi pembelajaran yang tertulis pada RPP. Pada scenario pembela-jaran juga ditulis kegiatan yang harus dila-kukan siswa dan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu menguasai indicator kompetensi yang diharapkan.

2. Peningkatan Kemampuan Menyusun Lembar Kerja Siswa

LKS merupakan panduan bagi siswa untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk mencapai keberhasilan proses belajarnya. Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan penyusunan LKS oleh guru-guru dibeberapa Home Base di Kabupaten Pasuruan pada awal kegiatan LS antara lain sebagai berikut. 1) LKS yang disusun tidak sesuai dengan sintaks strategi pembelajaran. 2) Bentuk LKS ‘seragam’ apapun strategi pembelajarannya yaitu dengan sistema-tika yang menyajikan judul kegiatan, tujuan, prosedur kerja, serta pertanyaan-pertanyaan ter-kait dengan judul kegiatan. 3) LKS yang disusun oleh guru pada umumnya hanya meminta siswa untuk mengisi titik-titik atau tidak menyajikan pertanyaan yang menantang untuk berpikir dan berkreatifitas. 4) Sering kali guru hanya me-mindah LKS yang sudah jadi dari penerbit ter-tentu tanpa dimodifikasi., 5) Perintah/petunjuk pada LKS tidak jelas sehingga mmbingugkan siswa.

Melalui LS kemampuan para guru dalam menyusun LKS mengalami peningkatan yang signifikan, yang bisa dilihat dari bentuk LKS yang tidak lagi “seragam” dalam arti sudah di-sesuaikan dengan sintaks strategi pembelajaran. Guru tidak lagi sekedar menyalin LKS yang sudah jadi dari penerbit tertentu. Selain itu LKS yang disusun memuat langkah-langkah pembe-lajaran sesuai dengan sintaks strategi pembe-lajaran, berisi pertanyaan-pertanyaan yang me-nantang berpikir, berimajinasi, bekreatifitas, pe-mahaman konsep, serta pertanyaan arahan pena-rikan kesimpulan. Melalui LS, LKS yang di-susun oleh guru sudah memenuhi criteria yang dianjurkan oleh BSNP (2006) yaitu menyajikan judul kegiatan, menginformasikan indicator kompetensi, sumber belajar yang akan dipakai, alat dan bahan yang diperlukan, prosedur kegiat-an pengamatan atau penyelidikan yang mendo-rong keingintahuan siswa dan berbagai sikap ilmiah, pertanyaan yang menantang berpikir, pertanyaan yang mengarah kepada pemahaaman konsep, dan pertanyaan arahan penarikan kesimpulan. Pelaksanaan pembelajaran semakin dipahami oleh siswa apabila LKS memuat langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan sintaks strategi pembelajaran.

Page 168: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 166

3. Peningkatan Kemampuan Guru Menyusun Evaluasi

Evaluasi di gunakan untuk mengukur hasil belajar dan mengumpulkan informasi proses be-lajar siswa. Penyusunan instrumen hasil belajar mengacu pada indicator kompetensi atau tujuan pembelajaran.

Beberapa permasalahan terkait penyusunan instrumen evaluasi oleh guru pada awal kegiatan LS sebagai berikut. 1) Pada umumnya instrumen yang disusun berupa tes (soal) yang memerlukan jawaban pendek. 2) Digunakan untuk mengukur penguasaan konsep atau ranah kognitif saja. 3). Tidak mengukur ranah afektif atau psikomotor. 4) Soal yang disusun hanya untuk mengukur aspek kognitif rendah. 5). Soal yang disusun tidak mengukur indicator kompetensi atau tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Kemampuan guru dalam menyusun alat evaluasi setelah mengikuti LS mengalami pe-ningkatan seiring dengan kemampuan merumus-kan indicator kompetensi. Peningkatan kemam-puan guru dalam menyusun alat evaluasi ditun-jukkan antara lain sebagai berikut. 1) Alat eva-luasi yang disusun tidak hanya mengasses ranah kognitif tetapi juga mengasses ranah afektif. 2)

Alat evaluasi yang disusun sudah mengacu pada indicator kompetensi atau tujuan pembelajaran ranah 3) Soal yang dibuat sudah mengukur kognitif tinggi. PENUTUP

Lesson Study merupakan model yang potensial untuk meningkatkan keprofesionalan guru utamanya terkait dengan penyusunan perangkat pembelajaran. Peningkatan kemampu-an ini disebabkan pada Lesson Study, guru harus diaktifkan untuk melakukan refeksi pe-ngalaman mereka, untuk mengevaluasi pema-haman mereka, dan untuk menjelaskan pema-haman mereka kepada orang lain. Melalui kegiatan Lesson Study, guru berpeluang untuk merenung, menganalisis, membuat langkah-langkah tindakan, mengevaluasi, dan berbagi pemahaman dengan guru lain. Dengan demikian melalui kegiatan Lesson Study dapat mening-katkan professional guru, karena melalui Lesson Study guru akan: 1) belajar, melakukan (berbuat), dan merefleksi, 2) berkolaborasi dengan guru lain, 3) melihat dari dekat peker-jaan siswa, 4) dan berbagi pengalaman.

DAFTAR RUJUKAN

BSNP. 2006. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Depdiknas.

Dirjen Dikti Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Buku 3. Pedoman Penyusunan Portofolio. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Ono, Y. and Ferreira, J. 2010. A case study of continu-ing teacher professional development through lesson study in South Africa. South African Jour-nal of Education. Copyright © 2010 EASA Vol 30:59-74. P. 59-76.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Stan-dar Nasional Pendidikan.

Rock. T.C. & Wils, C. 2005. Improving Teaching through Lesson Study. Teacher Education Quar-terly, Winter 2005. P. 77-92.

Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sisttems Newsletter. 2008. Tahapan-tahapan dalam Lesson Study. Februari 2008 (N0.9)

Sum, L. C. 2003. Lesson study: Enhancing teacher’s language proficiency through collaborative proc-esses. ELTC ETeMS conference 2003: managing curricular change 2 – 4 december 2003. (Online). (http://www.eltcm.org/eltc/Download/paperbank%20 PDFs/ Pay-ing%20LIP%20Service.pdf). diakses tgl. 4 Ok-tober 2010.

Supriatna. A. Tanpa tahun. Issues of education for sus-tainable development (ESD) In teacher education curriculum in indonesia: progress and chalanges. (Online) (http://www. unescobkk.org/fileadmin/user_upload/esd/documents/workshops/esdnet07/reports/Indonesia_-_Universitas_Pendidikan_Indonesia.pdf.) diak-ses 4 Oktober 2010.

Page 169: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 167

LESSON STUDY BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DAN MIND MAPPING UNTUK

PENINGKATAN DAYA SERAP SISWA

Taufik Hidayat

Abstrak: Lesson study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Tujuan utama lesson study yaitu untuk: (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam me-laksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Manfaat yang yang dapat diambil lesson study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumen-tasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari lesson study. Lesson study dapat dila-kukan melalui dua tipe yaitu berbasis sekolah dan berbasis mgmp. Lesson study dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan yang terdiri dari: (1) perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); refleksi (check); dan tindak lanjut (act).

Pembelajaran dengan problem posing ini menekankan pada pembentukan atau perumusan soal oleh siswa secara berkelompok. Setiap selesai pemberian materi guru memberikan contoh tentang cara pem-buatan soal dan memberikan informasi tentang materi pembelajaran dan bagaimana menerapkannya dalam problem posing secara berkelompok.

Penulis memilih kegiatan Lesson Study tersebut dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang berbasis model pembelajaran problem posing dan mind mapping untuk meningkatkan daya serap siswa dalam mata pelajaran TIK.

Problem Posing, adalah jenis model pembelajaran yang mengharuskan kepada peserta didik untuk mengajukan soal beserta penyelesaiannya. Dalam Mind Mapping, guru membentuk kelompok-kelompok kecil siswa. Tiap kelompok diminta untuk mengajukan sebuah soal menantang terkait den-gan materi yang sedang dibahas. Setelah dikerjakan, perwakilan kelompok diminta untuk memaparkan secara serentak hasil dari tugas guru. Sesuai dengan sintaks Lesson Study, maka kegiatan ini dilak-sanakan secara Team Teaching melalui tahapan Plan, Do, dan See. Jadi, kegiatan ini harus dirancang dahulu, dilaksanakan, dan kemudian direfleksi. Harapan hasil dari kegiatan ini adalah: (1) aktivitas be-lajar siswa dapat meningkat, dan (2) hasil belajarnya juga meningkat.

Oleh karena itu, maka disarankan agar kegiatan Lesson Study dapat dilaksanakan dalam bentuk pembe-lajaran yang berbasis model pembelajaran problem posing dan mind mapping, yang diharapkan dapat meningkatkan daya serap siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.

Kata kunci: Problem Posing, Mind Mapping, Lesson Study

Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru, salah satunya adalah kesulitan siswa dalam belajar. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain ke-

sulitan dalam pemahaman konsep, pemecahan ma-salah (problem solving), penalaran (reasoning), penerjemahan soal, komunikasi, dan lain-lain. Oleh

Page 170: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 168

karena itu upaya untuk meningkatkan mutu pen-didikan di Indonesia telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak yang peduli kepada dunia pendidi-kan.

Kurikulum yang sedang dikembangkan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. KTSP adalah kurikulum op-erasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum ini merupakan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004. Keberhasilan pembelajaran berdasarkan kompetensi yang ditetapkan sejak awal kegiatan pembelajaran. Dengan demikian semua pihak yang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (guru dan siswa) telah mengetahui arah pembelajaran. Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran diperlukan langkah-langkah agar tujuan yang ditetapkan tercapai. Hal-hal yang harus dilakukan adalah menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok.

Agar proses pembelajaran berhasil, guru diharapkan mampu menerapkan metode yang tepat dan sesuai dengan pengajaran bidang studi, guru diharapkan menanamkan prinsip-prinsip yang ada. Dalam hal ini sebelum siswa menyelesaikan sebuah soal, siswa harus memahami soal tersebut secara menyeluruh. Ia harus tahu apa yang diketahui, apa yang dicari, teorema yang harus digunakan dan cara penyelesaiannya.

Mengingat begitu pentingnya strategi dalam penyelesaian sebuah masalah, maka untuk menyelesaikan sebuah soal yang pada kenyataannya siswa masih kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal tersebut, sangat diperlukan langkah-langkah untuk mempermudah pemahamannya. Salah satu strategi yang efektif dalam menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan tentunya dengan melibatkan siswa dalam kegiatan diskusi di kelas. Pembelajaran dengan suasana belajar aktif dan memberikan strategi dalam penyelesaian soal, salah satunya dapat diterapkan dengan model pembelajaran Problem Posing.

TINJAUAN TEORI

Problem posing mulai dikembangkan pada tahun 1997 oleh Lynn D. English dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika (Suyitno Amin, 2004). Kemudian model ini dikembangkan pada mata pelajaran yang

lain. Model pembelajaran problem posing mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2000.

Problem Posing mempunyai beberapa arti, problem posing adalah perumusan masalah yang berkaitan dengan syarat-syarat soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan (Suharta, 2000).

Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar (berlatih soal) secara mandiri (Suyitno Amin, 2004). Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang masalah yang ada dengan perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai.

Dalam pembelajaran khususnya TIK (Tekno-logi Informasi), sebenarnya pengajuan masalah (problem posing) menempati posisi yang strategis. Dalam hal ini siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian masalah. Hal tersebut akan tercapai jika siswa memperkaya khazanah pengetahuannya tidak hanya dari guru melainkan perlu belajar mandiri.

Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan memetakan pikiran-pikiran kita, secara menarik, mudah dan berdaya guna.

Dengan menggunakan metode ini siswa dapat membuat beberapa kesimpulan-kesimpulan atau bahkan ide-ide baru yang bisa diterapkan untuk mengembangkan diri.

LESSON STUDY BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

Betapapun tepat dan baik bahan ajaran bidang studi yang ditetapkan belum menjamin akan tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Berbagai kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran, yang salah satunya adalah kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan menjadi kendala dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Dalam proses belajar mengajar perlu lebih menekankan keterlibatan secara optimal para peserta didik secara sadar. Salah satunya yaitu dengan penerapan model pembelajaran problem posing.

Problem posing adalah suatu model pembelajaran. Pengertian problem posing adalah perumusan ulang soal agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Jadi problem posing adalah suatu model pembelajaran yang memberikan peluang kepada siswa untuk menyusun/ membuat soal

Page 171: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 169

sendiri berdasarkan situasi yang diadakan dan diselesaikan oleh siswanya sendiri. Pembelajaran problem posing dapat dilakukan secara kooperatif atau dalam kerja kelompok.

Pada prakteknya, terutama pada saat penulis mencoba menerapkan hal ini pada bidang studi yang melibatkan beberapa ketrampilan dan menuntut penyelesaian masalah akan lebih tepat jika dikerjakan secara kelompok kerjasama dibanding secara kompetisi dan individu. Kelompok kerjasama antara teman sebaya menjadikan proses pembelajaran benar-benar dinikmati oleh siswa, karena interaksi kelompok dapat menimbulkan kebutuhan saling memiliki. Interaksi-interaksi sosial dalam kelompok secara otomatis akan meningkatkan status sosial siswa dalam kelas. Siswa di dalam kelompok akan berusaha keras untuk mendorong teman-teman sekelasnya supaya berhasil dalam pembelajaran.

Pada pembelajaran problem posing ini aktivitas siswa selama pembelajaran meningkat, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran terus mengalami peningkatan, sehingga dapat

dikatakan pembelajaran problem posing efektif untuk kemampuan dalam menyelesaikan beberapa permasalahan yang umum maupun khusus.

Dalam proses pembelajaran problem posing ini penulis menemukan beberapa hal, tugas yang diberikan kepada siswa adalah membuat soal yang sejenis dengan soal yang diberikan oleh guru. Sebagian siswa kebingungan dan merasa pembe-lajaran ini sulit. Namun, siswa yang mengalami kesulitan tidak segan-segan dalam bertanya kepada guru. Hasil ini menunjukkan bahwa persentase siswa yang menyatakan bahwa soal itu rumit sebelum mengikuti pembelajaran ini sebesar 33,33%, persentase siswa yang menyatakan bahwa soal itu rumit setelah mengikuti pembelajaran ini berkurang menjadi 23,81%. Hal ini bisa terjadi karena kemampuan setiap siswa dalam memahami materi berbeda setiap individunya, jadi diperlukan beberapa cara dalam menyampaikan materi agar dapat dengan mudah di rekam oleh siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sukestiyarno. 2001. Problem Posing: Strategi Menumbuhkan Kreatifitas Siswa Belajar

Matematika. Makalah Seminar Nasional UNNES, 27 Agustus 2001 (tidak diterbitkan).

Suharta. 2002. Pengembangan Strategi Problem Posing Dalam Pembelajaran Kalkulus Untuk Memperbaiki Kesalahan Konsepsi. Jakarta.

Page 172: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 170

MENINGKATKAN PROFESIONALISME PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI PELAKSANAAN

LSBS TAHUN KE-2 TAHUN PELAJARAN 2009-2010 DI SMPN 2 GEMPOL PASURUAN

Tri Setyo Astutik Yayuk Sudarwati

SMPN 2 Gempol

Abstrak: LSBS di SMPN 2 Gempol pada tahun pelajaran 2009-2010 yang lalu merupakan pelaksanaan tahun ke-2. Semua komponen sekolah saling bekerjasama komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah melalui kegiatan LSBS. Open class dan Refleksi dilakukan tiap hari Sabtu sesuai jadwal yang sudah direncanakan awal tahun pelajaran. Sedangkan Plan diselesaikan oleh guru sendiri atau bersama guru serumpun mapel sebelum hari Sabtu. Manfaat LS dapat dirasakan sendiri oleh guru dan siswa. Semua guru saling kerjasama meningkatkan kemampuan dalam menggunakan metode, media dan inofasi-inofasi yang lain dalam pembelajaran. Siswa berperan aktif dalam proses belajar . LSBS terbukti membentuk masyarakat belajar.

Kata kunci: pelaksanaan LSBS, profesionalisme pendidik, kualitas pembelajaran

Pengalaman pelaksanaan LSBS tahun pertama selama tahun pelajaran 2008 - 2009 membantu guru-guru SMP Negeri 2 Gempol sebagai upaya peningkatan pengetahuan, wawasan dan keterampilan dalam mempersiapkan pembelajaran, pengembangan silabus, pengembangan LKS, pengembangan kegiatan laboratorium dan melatih ketrampilan pembelajaran di kelas. Kegiatan pendampingan guru secara berkesinambungan di sekolah dirasa sangat membantu guru dalam meningkatkan rasa percaya diri, membantu penyelesaian masalah yang dihadapi guru, serta memberi dorongan untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pembelajaran. Melalui Lesson Study, guru dalam satu kelompok mata pelajaran dapat saling belajar tentang metode pembelajaran dalam tahap perencanaan pembelajaran, tahap pelaksanaan di kelas dan diskusi tentang metode tersebut setelah mengamati bersama salah seorang guru mempraktikkan rancangan pembelajaran yang telah dirancang bersama di dalam kelas sesungguhnya. Serta dapat memahami bagaimana siswa belajar.

Kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah merupakan sarana tepat untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah yang dapat meningkatkan mutu sekolah dan mencetak guru yang profesion-nal.

Pelaksanaan LSBS di SMPN 2 Gempol dalam tahun pelajaran 2009 – 2010 yang lalu merupakan kegiatan rutin tahun ke-2. Terdapat perubahan jadwal pelaksanaan LSBS pada tahun ke-2. Pada tahun ke-1 di laksananakan hari Jumat pukul 08.20 sampai selesai, pada tahun ke-2 diubah hari Sabtu jam 10.00 WIB hingga selesai. Hal ini membawa dampak yang cukup berarti bagi tercapainya tujuan LSBS di SMPN 2 Gempol sebab dapat mengevaluasi bersama semua Observasi Open class tiap hari Sabtu secara leluasa tanpa dibatasi waktu solat Jumat.

TUJUAN LSBS

Menciptakan pembelajaran yang kolaboratif dan kooperatif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan guru yang serumpun

Page 173: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 171

atau yang tidak secara berkelanjutan, sehingga membentuk komunitas belajar secara konsisten.

Untuk melakukan reformasi sekolah secara berkesinambungan baik individu, kelompok ataupun system.

Ingin menciptakan Proses pembelajaran yang berkualitas di SMPN 2 Gempol yaitu pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inofatif, Kreatif, Efisien dan Menyenangkan)

Untuk meningkatkan profesionalisme Guru dalam hal memahami strategi belajar, memahami kondisi Siswa, dan menciptakan kreatifitas Guru dalam memilih metode dan media pembelajaran.

Sasaran Kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah di SMP Negeri 2 Gempol adalah semua warga sekolah SMP Negeri 2 Gempol terdiri dari Kepala Sekolah, 36 guru dan 11 Staf Tata Usaha. Diharapkan dengan adanya Kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah di SMP Negeri 2 Gempol ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

PELAKSANAAN PROGRAM LSBS

Persiapan

Untuk merancang Kegiatan Lesson Study di sekolah pada tahun ke-2 ini, maka dilakukan beberapa hal: 1. Menyusun Team Pengembang Lesson Study:

Team ini beranggotakan semua guru yang su-dah terbentuk pada tahun pertama sesuai SK pem-bagian tugas. Dalam team terdapat 2 orang fasilita-tor JICA Pelita sebagai aset sekaligus panitia LS di SMPN 2 Gempol. Tugas utama Team ini adalah mengembangkan kualitas pembelajaran di sekolah melalui pelaksanaan LS. Rincian tugasnya adalah : Mempersiapkan tata aturan pelaksanaan Les-

son Study baik bagi guru maupun bagi penga-mat saat perencanaan, pengamatan maupun saat refleksi.

Mempersiapkan format pengamatan baru sesuai perkembangan.

Membuat jadwal pelaksanaan kegiatan Lesson Study dan mengumumkannya yang berisi tanggal pelaksanaan, guru yang akan tampil dan guru pengamat.

Membuat laporan pelaksanaan kegiatan Lesson Study.

Selalu memperhatikan informasi pengetahuan terbaru mengenai LS dari pelatihan-pelatihan

untuk diterapkan dalam pengembangan LS di sekolah

Merancang anggaran kegiatan Lesson Study dalam RAPBS dan SSN, sehingga kegiatan Lesson Study dapat dilaksanakan secara optimal dengan dukungan dana RAPBS dan dari SSN . Anggaran kegiatan Lesson Study berupa Anggaran untuk: transport team pengembang, Biaya Pelaksanaan Workshop ( transport nara sumber, transport peserta workshop, Konsumsi dan ATK ), biaya pembelajaran rutin, dikeluarkan dari RAPBS. Konsumsi untuk pelaksanaan Lesson Study di-bantu dari anggaran SSN. Di dalam pelaksanaan Lesson Study

diharapkan: Semua guru selain guru pengajar menjadi

guru pengamat yang terdiri dari guru yang mengajar mata pelajaran yang sama maupun berbeda dengan mata pelajaran yang diajarkan saat Lesson Study.

Kegiatan Plan dilaksanakan disela–sela KBM atau di hari MGMP mata Pelajaran yang akan melakukan Open Class

Catatan:

Pelaksanaan Jadwal LSBS

Rencana LSBS di SMPN 2 Gempol tahun ke-2 disusun pada awal tahun pelajaran 2009-2010. Berdasarkan hasil evaluasi bersama pelaksanaan LSBS dilakukan pada hari Sabtu, bukan hari Jumat seperti pada tahun ke-1, sebab pada hari jumat refleksi tidak dapat dilakukan secara optimal karena terbatas harus berakhir pukul 11.30 WIB menjelang sholat Jumat.

Beberapa keuntungan yang kami peroleh setelah rutin melaksanakan Lesson Study pada hari Sabtu khususnya bagi guru: 2. Pelaksanaan refleksi lebih leluasa, semua guru

mendapat kesempatan belajar menyampaikan hasil pengamatan dengan cara yang lebih bijak.

3. Semua guru dapat saling belajar dari pengalaman mengamati dan diskusi refleksi

4. Semua guru menyadari pentingnya inovasi pembelajaran, serta pemakaian media dan alat peraga dalam pembelajaran

5. Mau memakai ide orang lain (tidak hanya pemikirannya sendiri) dan mau memberi ma-sukan yang jujur dan benar serta respek terha-dap tanggapan guru yang lain.

Page 174: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 172

6. Menyadari pentingnya bekerja secara kolabo-ratif (bekerja bersama-sama ), untuk merenca-nakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pem-belajaran yang dilakukan Ada waktu untuk menyampaikan pengeta-

huan baru dari pelatihan fasilitator JICA kepada

guru-guru pada saat refleksi sehingga tidak keting-galan informasi dari nara sumber baik dari UM atau dari Expert JICA

Tabel 1. Jadwal Kegiatan LSBS tahun Pelajaran 2009-2010

Hari / Tanggal Mata pelajaran Guru Pengajar Kegiatan Kelas Jam Pelajaran Sabtu 8-8-2009 B. Inggris Sudarso, S.Pd Do – See 9 5 – 6

Sabtu 15-8-2009 Matematika Dwi Prasetyo,S.Pd Do – See 8 5 – 6

Sabtu 22-8-2009 Geografi Drs. M. Ali Do – See 7 5 – 6

Sabtu 29-8-2009 Bhs. Inggris Nurul H., S.Pd Do – See 8 5 – 6

Sabtu 3-10-2009 Bhs. Indonesia Tutut M.,S.Pd Do – See 9 5 – 6

Sabtu 10-10-2009 PKn Ninik M.,S.Pd Do – See 9 5 – 6

Sabtu 17-10-2009 Agama Drs. Kh. Mutohirin Do – See 8 5 – 6

Sabtu 24-10-2009 Seni Budaya Rahman R.,S.Pd Do – See 7 5 – 6

Sabtu 31-10-2009 TIK Oong AS.,S.Kom Do – See 8 5 – 6

Sabtu 7-11-2009 Penjas Agus BW.,S.Pd Do – See 8 5 – 6

Sabtu 14-11-2009 BK Retno A.,S.Pd Do – See 7 5 – 6

Sabtu 21-11-2009 Matematika H Kusnul A.,S.Pd Do - See 7 5 – 6

Sabtu 5-12-2009 Fisika Yayuk S.,S.Pd Do – See 9 5 – 6

Sabtu 12-12-2009 Sejarah Rini Y.,S.Pd Do – See 7 5 – 6

Sabtu 9-01-2010 Biologi Lilis S.,S.Pd Do – See 9 5 – 6

Sabtu 16-01-2010 Bhs. Daerah Dra.Woro Dwi L Do – See 8 5 – 6

Sabtu 23-01-2010 Ekonomi Iguh Fitra Z.,S.Pd Do – See 7 5 – 6

Sabtu 30-01-2010 Agama Muyasaroh,S.Pdi Do – See 8 5 – 6

Sabtu 6-02-2010 KTK Titik Sutarti,S.Pd Do – See 9 5 – 6

Sabtu 13-02-2010 Fisika Korie Suzana,S.Pd Do – See 7 5 – 6

Sabtu 20-02-2010 B. Indonesia Drs.Rumus A Do – See 9 5 – 6

Sabtu 27-02-2010 Geografi Bagong SE,S.Pd Do – See 8 5 – 6

Sabtu 6-03-2010 Biologi Masniyah,S.Pd Do – See 8 5 – 6

Page 175: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 173

Sabtu 13-03-2010 Ekonomi Suliyah,S.Pd Do – See 7 5 – 6

Sabtu 20-03-2010 Bhs. Inggris Cahyo P,S.Pd Do – See 8 5 – 6

Sabtu 27-03-2010 Bhs. Indonesia Supriyati,S.Pd Do – See 7 5 – 6

Sabtu 3-04-2010 B. Inggris Nurul K,S.Pd Do – See 7 5 – 6

Sabtu 10-04-2010 B T Q M.Mahendra

H.,S.Pdi Do – See 8 5 – 6

Sabtu 17-04-2010 Matematika Rustamaji,S.Pd Do – See 9 5 – 6

Sabtu 24-04-2010 Bahasa Daerah Winarno, S.Pd Do – See 7 5 – 6

Sabtu 1-05-2010 Matematika Nur Rosidah,S.Pd Do – See 8 5 – 6

Sabtu 8-05-2010

Tabel 2. Data Guru SMP Negeri 2 Gempol berdasarkan Rumpun Mata Pelajaran

No Rumpun Mata Pelajaran Mata Pelajaran Banyaknya Jumlah 1 Agama - 2 2 2 PPKn - 2 2 3 Bahasa Indonesia - 3 3 4 Bahasa Inggris - 4 4

Fisika 2 5 IPA Biologi 2 4

Geografi 2 Ekonomi 1 6 IPS Sejarah 2

5

7 Matematika - 5 5 8 Penjas - 1 1 9 KTK Ketrampilan 2 2 10 TIK Komputer 1 1 11 Bahasa Daerah Bahasa Jawa 1 1 12 BTQ - 1 1 13. Seni Budaya - 1 1 14. BK - 1 1 Jumlah 33

MASYARAKAT BELAJAR

Kegiatan LSBS di SMPN 2 Gempol selalu mendapat dukungan dari berbagai pihak yang me-rupakan anggota masyarakat sekolah antara lain:

Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan, dalam hal memberikan semangat dan memantau perkembangan pelaksanaan LSBS. Sesuai Ketentuan Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan bahwa semua sekolah yang berstatus SSN harus sudah melaksanakan LSBS

Narasumber UM, pada semester 1 tahun pelajaran 2009-2010 narasumber hampir selalu hadir tiap satu bulan sekali mendampingi saat open

class LSBS. Karena keterbatasan dana pada semester II intensitas pendampingan berkurang. Hal ini tidak mengurangi semangat guru-guru SMPN 2 Gempol untuk tetap melaksanakan LS.

Komite Sekolah Kepala Sekolah, selalu mendampingi

pelaksanaan LS tiap hari Sabtu, mendorong semangat, turut merefleksi, memberi masukan dan menindaklanjuti supervisi pembelajaran riil di kelas. Peran kepala sekolah sangat besar dalam keberhasilan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah melalui LS.

Seluruh Guru berperan penting. Berjalan atau tidak LSBS tergantung pada kemauan guru-guru

Page 176: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 174

untuk saling belajar. Melalui pembiasaan LS secara otomatis guru-guru di SMPN 2 Gempol suka berdiskusi mengenai metode, media, model pembelajaran dan lain-lain. Tidak lagi ada kata malu bertanya tentang pengetahuan baru, dan tidak ada juga ada yang bersikap menonjol. Tercipta suasana kerjasama yang nyaman antar guru untuk meningkatkan pengetahuan sesuai keperluan masing-masing

Staf TU, turut membantu persiapan dan pelaksanaan LS rutin.

Siswa, sebagai subyek pendidikan di kelas mulai menunjukan hasil pelaksanaan LS. Aktifitas siswa dalam pembelajaran meningkat, kemampuan menjawab, diskusi dan menganalisa soal meningkat, tidak takut bertanya, tidak takut mengemukakan pendapat, terbiasa diamati saat belajar dan tidak terganggu kehadiran pengamat, terbiasa bersikap apabila ada tamu dari luar sekolah mengingat intensitas kunjungan di SMPN 2 Gempol cukup banyak. Pendukung tersebut diatas merupakan unsur masyarakat yang turut belajar dalam LSBS sebab semua unsur terlibat saling mendukung pelaksanaan LSBS untuk mencapai tujuan seperti tertera diatas diantaranya untuk melakukan reformasi sekolah baik secara indifidu, kelompok ataupun sistem, ke arah yang lebih berkualitas tentunya.

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Pembelajaran di kelas terjadi melibatkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan media untuk memperoleh pengalaman belajar yang bermanfaat bagi siswa maupun bagi guru sendiri.

Dengan adanya Lesson Study Berbasis Sekolah di SMP Negeri 2 Gempol ada manfaat yang dapat dirasakan oleh beberapa pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

Bagi guru: Terjadinya perubahan pola pengajaran guru

dari pengajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang lebih menarik dan terintegrasi dengan baik.

Meningkatnya motivasi guru untuk senantiasa memperbaiki diri dalam menyajikan pembelajaran menggunakan metode, model pembelajaran, media yang sesuai dan inovatif

Meningkatnya pengetahuan guru tentang materi pengajaran dan strategi pengajaran.

Mau memakai ide orang lain (tidak hanya pemikirannya sendiri) dan mau memberi masukan yang jujur dan benar serta respek terhadap tanggapan guru yang lain.

Menyadari pentingnya bekerja secara kolaboratif (bekerja bersama-sama), untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.

Bagi siswa: Semangat belajar siswa dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar di kelas meningkat Kualitas aktifitas belajar siswa didalam kelas

meningkat Terjadi saling belajar antar siswa sehingga

siswa mendapat kesempatan maju bersama. Mampu mengurangi kesenjangan hubungan

antara siswa yang pandai dengan yang kurang pandai.

Melatih siswa untuk berani mengemukakan ide-ide yang dimilikinya.

Secara kuantitatif nilai Ujian Nasional meningkat

PROFESIONALISME PENDIDIK

Jumlah OC (Open Class) semua guru makin bertambah banyak bersamaan dengan pelaksanaan LSBS rutin tiap hari Sabtu. Plan, pembuatan RPP pasti sudah disiapkan oleh guru sendiri atau bersama guru serumpun. Semua guru wajib mengikuti observasi dan refleksi sehingga dapat menyerap pengalaman megarahkan pembelajaran yang lebih baik dari open class yang diamati. Hal ini memberi dampak positif, selain manfaat yang yang sudah dijabarkan diatas. Guru menjadi terbiasa dan lebih siap diamati sewaktu-waktu oleh Kepala Sekolah, maupun oleh tamu dari luar sekolah bila ada kunjungan mendadak. Tiap guru telah membekali diri dengan metode pembelajaran melalui LSBS. Inovasi pembelajaran secara tidak terencana lebih sering menjadi bahan perbincangan dalam rumpun mata pelajaran untuk mempermudah pemahaman siswa dalam belajar.

Aktifitas LSBS di SMPN 2 Gempol menarik perhatian masyarakat di sekitar sekolah. Sekolah Dasar di wilayah kecamatan Gempol pada hari Sabtu bila ingin melihat sekaligus belajar Lesson Study sering datang mengamati Open Class dan Refleksi. Bapak Ibu Dosen UM sering

Page 177: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 175

mendampingi sekaligus memantau perkembangan LS di SMPN 2 Gempol. Dinas Pendidikan Kabupaten juga memonitor pelaksanaan LSBS baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Kemajuan kualitas guru dalam memfasilitasi pembelajaran setelah pelaksanaan LSBS menarik minat berbagai sekolah dan instansi yang terkait dunia pendidikan untuk berkunjung melihat Lesson Study di SMPN 2 Gempol. Kunjungan tersebut antara lain :

TOT Nasional I, Guru Model Ninik Masruroh (PKn), materi: Bela Negara, 15 Juli 2009

TOT 21 Oktober 2009. Guru model: H Khusnul Aini, S.Pd (Matematika). Kunjungan MGMP Jasmine Sampang Madura, TOT Jatim

Kunjungan manitoring LS Prof Koji Sato. Guru model: Yayuk Sudarwati, S.Pd (Fisika) Materi: Pesawat Sederhana, Tuas, tanggal 19 Oktober 2009

Kunjungan Monitoring LS Prof, Izzumi Nisitani 2 hari berturut- turut. Guru Model: Yayuk Sudarwati, S.Pd (Fisika), Materi: Rangkaian Listrik Seri-Paralel

Monitoring LS Prof Masaki Sato. Guru model Dwi Prasetyo, S.Pd (MAT) MATERI: Persamaan Kuadrat

Kunjungan Monitoring LS Prof. Izzumi Nisitani tg 2 sampai tg 6 Januari 2010. Guru Model Yayuk S, S.Pd (Fisika). Materi: Getaran, open class tg 2 dan tg 5 Januari. Guru Model Dwi Prasetyo, S.Pd (Mat). Materi: keliling lingkaran, open class tg 4 dan tg 6 Januari 2010.

Kunjungan Guru-Guru MGMP Tumpang Malang 5 dan 6 Januari 2010 melihat dan belajar Lesson Study

Monitoring LS olah Prof Yoko Takimoto, guru model Korie Suzana, S.Pd (Fisika) materi: Lensa Plan Paralel, 16 April 2010

Monitoring Prof Murase, Guru Model Lilis Suryani, S.Pd (Bio) Materi: Pencemaran air, tanggal 17 dan 19 Mei 2010

10. TOT untuk Guru dan Dosen Wilayah Indonesia Timur, Guru Model: Lilis Suryani, S.Pd (Bio) materi: Ekskresi, 28 Juli 2010

Refleksi dari nara sumber, Dosen Um dan Expert JICA, selama Monitoring sangat bermanfaat dalam memperbaiki kualitas guru-guru SMPN 2 Gempol dalam melakukan observasi , menyampaikan saran dalam refleksi, dan cara menjadi moderator.

Kemampuan mengopservasi tingkah laku siswa dalam kelompok belajar makin meluas dan

lebih jeli, lembar observasi sudah berubah 4 kali lebih meluas seiring kemampuan observer yang lebih baik

Cara menyampaikan kritik dan saran sudah lebih bijaksana berdasarkan fakta siswa belajar, diawali menyampaikan kelebihan-kelebihan guru model baru memberikan saran untuk perbaikan tanpa memperbesar kekekurangan untuk menjatuhkan guru model

Cara Moderator mengarahkan diskusi mengalami perbaikan. Awal Refleksi diskusi mengupas perkelompok. Kedua, mengupas perkelompok juga tapi masalah yang sama tidak boleh disampaikan. Ketiga, moderator mengarahkan diskusi refleksi pertahap pembelajaran (pendahuluan, kegiatan inti, penutup). Terbaru, moderator mengarahkan menyelesaikan tiap masalah siswa dalam belajar.

Hasil yang lain dari berbagai masukan dalam pendampingan dan kunjungan monitoring tersebut diantaranya adalah:

Kemampuan menulis karya-karya ilmiah guru-guru SMPN 2 Gempol bertambah baik. Dalam Seminar Nasional II LS di UM tahun 2009 lalu, 7 guru menulis makalah, 4 yang lain sebagai peserta. Seminar Nasional Tahun ini ada 10 guru menulis makalah. 8 guru ikut seminar sebagai peserta.

Beberapa guru SMPN 2 Gempol yang sudah diamati oleh Expert JICA selama kunjungan tersebut baik berperan sebagai guru model, sebagai observer yang baik dan sebagai moderator, terpilih sebagai nara sumber (Resears Person) Nasional. Tugas nara sumber antara lain adalah memberi masukan kepada sekolah-sekolah yang ingin belajar Lesson Study di Jawa Timur dan lebih luas di wilayah Indonesia Timur.

Tugas yang sudah dijalankan antara lain adalah mengikuti program kegiatan Technical Exchange ke Minahasa Utara yang diselenggarakan oleh JICA Pelita pada tanggal 24 sampai 29 Agustus 2010 lalu. Nara sumber terdiri dari 10 fasilitator, 3 Kepala Sekolah, 3 dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan.

Peserta dari SMPN 2 Gempol yaitu: Tri Setyo Astutik, S.Pd. M.Pd (Kepala Sekolah); Dwi Prasetyo, S.Pd (Matematika); Yayuk Sudarwati, S.Pd (Fisika); Lilis Suryani, S.Pd (Biologi)

KESIMPULAN

Page 178: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 176

Berdasarkan program kegiatan lesson study berbasis sekolah yang kami susun ini dan dengan pengertian bahwa tidaklah mudah untuk dapat menghasilkan mutu pendidikan yang dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia seperti yang diharapkan pada tujuan Pendidikan Nasional kecuali adanya program yang terarah, komitmen, kejujuran, kerja keras dan keiklasan serta kerjasama yang baik dari berbagai komponen pendukung sekolah.

Dalam rangka menuju tercapaiannya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah, kami memandang bahwa Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) adalah cara yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Namun LSBS di SMPN 2 Gempol masih perlu dilanjutkan terus untuk

mencapai harapan yang lebih baik. Lesson study bukanlah proses instan, namun harus terus dilakukan secara berkesinambungan

SARAN

Bagi sekolah yang belum melaksanakan Lesson Study, jangan ragu-ragu untuk belajar dan memulai melaksanakannya, sebab sebenarnya Lesson Study merupakan kebutuhan semua guru untuk meningkatkan kompetensi diri sekaligus sebagai cara yang efektif meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

Page 179: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 177

RANCANG BANGUN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN

ORKESTRASI PEMBELAJARAN SAINS DALAM PROGRAM LESSON STUDY

H. Winarto

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini banyak bergantung pada peran komputer sebagai alat bantu dalam mengatasi dan menyelesaikan berbagai masalah, baik yang menyangkut aspek manajemen maupun aspek operasional di dalam proses pem-belajaran. Melibatkan komputer berserta berbagai produknya sebagai alat bantu dalam menyelesaikan masalah, merupakan salah satu prosedur yang tepat dan menjadi jaminan keberhasilannya. Salah satu tahap kegiatan Lesson Study adalah Tahap Perencanaan (Plan), merupa-kan tahap membuat rencana proses pembelajaran yang akan diamati. Inti dari tahap ini ada-lah menyusun RPP dan LKS secara bersama-sama, kemudian menyiapkan media pembela-jaran serta berbagai bahan ajar sesuai tuntutan skenario pembelajaran.Keterbatasan fasilitas laboratorium menjadi kendala utama dalam pembelajaran sains, sehingga diperlukan inova-si dan terobosan baru dalam rancang bangun media pembelajaran tiruan berupa animasi berbantuan komputer. Keberadaan peralatan canggih sejenis komputer dalam sebuah proses pembelajaran selain dapat menjelaskan masalah secara lebih detil diharapkan pula dapat menambah support mental siswa dalam belajar. Sehingga dapat meningkatkan orkestrasi pembelajaran secara keseluruhan. Program aplikasi praktis SWiSHmax memberikan solusi tepat dan cepat dalam upa-ya membuat animasi sains. Berbagai fasilitas dan teknik praktis dapat dioperasikan secara terpadu untuk membuat animasi yang dapat menggambarkan rangkaian peristiwa/ proses alam secara detil sehingga mudah dicermati dan dipahami. Teknik rancang bangun Media Berbantuan Komputer meliputi Desain Operasi Program dan Storyboard menjadi salah satu dokumen penting dalam bahasan ini, karena dapat menggambarkan isi program secara keseluruhan dan menjadi pelengkap manakala produk ini dijadikan bahan portofolio. Sejumlah tips dan trik pembuatan animasi sains dengan program aplikasi SWiSH-max meliputi: animasi gerak dengan opsi khusus efek, pemanfaatan sistem layer dalam efek simulasi, sistem sprite dalam animasi kompleks, animasi gerak relatif dalam kasus relativitas, tampilan efek tiga dimensi (3D), dan perspektif kecondongan (skewness).

Kata kunci: SWiSHmax, orkestrasi, animasi

Memasuki era globalisasi dan era komuni-kasi saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin pesat. Fenomena tersebut mengakibatkan adanya dinamika dan persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satunya dalam bidang pendidikan.

Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang melibatkan berbagai unsur: pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyampaian ide dan ma-

teri pembelajaran, serta siswa sebagai penerima informasi. Ketercapaian program pendidikan da-lam meningkatkan sumber daya manusia (SDM) sangat bergantung ketiga unsur di atas.

Fokus utama yang sedang giat dilakukan saat ini, dalam rangka meningkatkan mutu pendi-dikan kita adalah meningkatkan ketrampilan guru untuk menjadi guru professional, melalui proses sertifikasi guru beserta rangkaian kegiat-annya. Bahkan pemerintah Indonesia telah beker-ja sama dengan Japan International Cooperation

Page 180: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 178

Agency (JICA) dalam meningkatkan mutu pendi-dikan matematika dan sains (MIPA) dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Program kerja sama ini menekankan pada kegiatan studi pem-belajaran (lesson study) yang mana merupakan sebuah gerakan pendidikan yang dilakukan para guru, dimaksudkan untuk mengimplementasikan “pengajaran berpusat pada siswa”.

Studi pembelajaran merupakan salah satu bentuk penerapan konsep komunitas belajar (learning community). Komunitas belajar adalah sekelompok orang yang menukarkan nilai atau kepercayaan dan saling belajar dari yang lain untuk meningkatkan pengetahuannya. Jadi ko-munitas belajar dalam konteks pendidikan adalah sekelompok guru, siswa, atau pimpinan sekolah yang melakukan aktivitas`saling belajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendi-dikan di sekolah (Istamar S. & Ibrohim, 2008). Tiga tahap studi pembelajaran, yakni: (1) Perencanaan (Plan), (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Melihat kemba-li/Refleksi (See). Ketiga ta-hapan tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan guru secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas menga-jar.

Pada tahap perencanaan (plan), tim guru secara bersama-sama mengkaji kurikulum (KTSP), menyusun RPP dengan menentukan ma-teri pembelajaran yang akan disajikan, menyusun indikator dan pengalaman belajar siswa, menen-tukan metode pembelajaran yang efektif, menyu-sun skenario pembelajaran, menetapkan media pembelajaran yang tepat, menyusun LKS (jika diperlukan), dan menyusun evaluasi. Bila perlu dilakukan simulasi untuk mengantisipasi terjadi-nya hal-hal yang tidak diinginkan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Terutama sekali bila menggunakan media/peralatan laboratorium.

Pada tahap pelaksanaan (do) salah seorang anggota tim menjadi guru model untuk melaksa-nakan kegiatan pembelajaran dikelas. Sedangkan guru lainnya menjadi pengamat yang meng-observasi pembelajaran yang dilakukan guru model. Pada proses pembelajaran, guru model hendaknya berorientasi pada prinsip bahwa siswa harus aktif, kreatif, saling membelajarkan dan setiap siswa berhak untuk belajar. Skenario pem-belajaran yang telah disusun bersama menjadi panduan utama, walaupun kemungkinan ber-ubah/berkembang sesuai dengan situasi dan kon-disi di lapangan sulit dihindarkan. Untuk itu guru

model dituntut memiliki kepekaan dan kreativi-tas untuk mengatasi masalah agar konsentrasi siswa dalam belajar tidak terganggu. Para peng-amat bertugas mengobservasi siswa belajar, me-liputi: interaksi antar siswa baik dalam kelompok maupun dengan kelompok lain, interaksi siswa dengan guru sepanjang proses pembelajaran, interaksi siswa dengan media pembela-jaran dan sumber belajar maupun lingkungan sekitar, ba-gaimana gerak tubuh siswa yang mencerminkan aktif belajar, dan hal-hal lain yang berkaitan de-ngan aktivitas siswa dalam belajar.

Pada tahap refleksi (see), tim guru segera melakukan diskusi mengemukakan hasil penga-matan dan temuannya selama proses pembelajar-an. Dari refleksi ini diharapkan kesimpulan ten-tang kondisi belajar siswa serta kendala-kendala dalam proses pembelajarannya. Jika terdapat ke-lebihan-kelebihan selama proses pembelajaran, maka kelebihan tersebut dapat dijadikan pegang-an dan contoh pada proses pembelajaran berikut-nya. Jika terdapat kekurangan, maka dapat dicari jalan keluarnya secara bersama-sama, tanpa menyalahkan guru model maupun siswa.

Mencermati proses studi pembelajaran (lesson study) di atas, agar proses pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa berjalan efektif diperlukan media pembelajaran yang tepat untuk menjembatani pesan verbal guru untuk dapat di-laksanakan secara riel oleh siswa. Dengan kema-juan teknologi yang pesat pada masa sekarang ini, orang mulai mengalihkan perhatian pada media yang melibatkan banyak indra, tidak ha-nya pendengaran dan penglihatan saja, namun dapat melibatkan seluruh indra manusia sehingga terwujud kinerja aktif untuk memahami, meng-hayati, dan menyelesaikan masalah yang ada dalam materi pembelajaran.

Keberadaan komputer sebagai alat bantu dalam kehidupan manusia sangat dirasakan man-faatnya. Hampir dalam seluruh sendi kehidupan, terasa kurang sempurna manakala tidak melibat-kan komputer sebagai alat bantu untuk menyele-saikannya.

Demikian pula halnya dalam dunia pen-didikan, peranan komputer menjadi salah satu ja-minan ketercapaian tujuan pembelajaran. Pembe-lajaran sains misalnya, memerlukan komputer se-bagai alat bantu untuk memperjelas peristiwa maupun konsep yang tidak kasat mata, cende-rung empiris dan matematis. Untuk itu diperlu-kan program aplikasi komputer yang praktis dan

Page 181: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 179

mudah untuk merancang bangun media pembela-jaran yang dapat meng-gambarkan detil berbagai peristiwa alam, bahkan dapat membuat miniatur alam raya yang luas ini ke dalam layar komputer.

B. MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN

KOMPUTER Perkembangan kurikulum nasional hingga

saat ini cukup menggembirakan. Hal itu ditandai dengan dicapainya kesepakatan tentang standar kompetensi yang merupakan target kecakapan hidup (life skill) yang hendak dicapai dalam setiap proses pembelajaran.

Kurikulum 2004 Bidang Studi Sains mem-berikan penekanan pada pentingnya penguasaan proses sains di samping pemahaman konsep sains dan penerapannya (DEPDIKNAS, 2003).

Salah satu cara untuk memenuhi tuntutan di atas adalah dengan menghadirkan media pembe-lajaran yang memadai di dalam kelas sehingga tercipta proses pembelajaran yang kondusif, aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenang-kan (PAIKEM).

Alat-alat laboratorium mutlak diperlukan sebagai media dalam pembelajaran sains, namun terkadang tidak dapat mengungkap kondisi yang lebih detil dari suatu peristiwa alam. Sebagai contoh; pada peristiwa konduksi kalor, alat-alat laboratorium hanya dapat menunjukkan dan me-ngukur gejala fisis yang diakibatkan oleh peristi-wa konduksi tersebut. Sementara proses sesung-guhnya tentang getaran-getaran molekul yang merambat dan mengakibatkan peristiwa konduk-si tersebut tidak dapat ditunjukkan. Untuk itu di-butuhkan program komputer yang dapat meng-gambarkan proses di atas secara animatif bahkan dengan gerak lambat (slow motion) agar mudah dicermati dan dipahami.

Dalam sistem Pembelajaran Berbantuan Komputer, pemanfaatan komputer sebagai tool (alat bantu) dan tutor (pengajar). Sebagai tool, komputer dapat merekam/menyimpan data untuk selanjutnya diapresiasikan sesuai dengan pro-gram yang telah dirancang. Hasilnya dapat diin-formasikan dalam bentuk informasi kata, angka, maupun grafis. Sebagai tutor untuk suatu subyek, komputer harus diprogram. Siswa belajar dengan bantuan komputer atau bahkan diajar oleh kom-puter dengan mengekskusi program yang telah dirancang sebelumnya.

C. PROGRAM APLIKASI PRAKTIS SWISHMAX

Komputer bukan merupakan barang baru dalam masyarakat kita, bahkan sudah jauh merambah ke dalam seluk kehidupan. Namun secara jujur diakui hingga saat ini keberadaan kita sebagian besar masih sebatas sebagai peng-guna (operator) belum banyak yang menca-pai tahap rancang bangun (programmer). Hal ini di-sebabkan oleh masih sulitnya memahami bahasa dan prosedur pemrograman yang tersedia dalam berbagai perangkat lunak (software) yang ada.

Untuk keperluan animasi dan rancang bangun media pembelajaran berbantuan kompu-ter tersedia sebuah program aplikasi praktis ber-nama SWiSHmax. Program aplikasi ini berbasis Windows, resolusinya sangat tinggi, sehingga dapat menggambarkan obyek-obyek animasi de-ngan sempurna dan menggerakkannya secara akurat/detil. Aplikasi ini dilengkapi dengan efek dan skrip yang memadai sehingga dapat mening-katkan kreasi dalam membuat media interaktif.

Program aplikasi SWiSHmax merupakan aplikasi alternatif dan program bantu Macro-media Flash dalam merancang bangun animasi dua dimensi yang praktis dan mudah. Apabila dengan Macromedia Flash dibutuhkan waktu dan langkah panjang untuk sebuah animasi kom-pleks, dengan SWiSHmax hal itu dapat dilaku-kan secara cepat dan ringkas.

Hal lain yang menonjol dalam SWiSHmax adalah produk akhir program dapat dieksport dalam berbagai bentuk file aplikasi yaitu: File .swf, dapat diekskusi SAFlashPlayer,

Macromedia Flash, dan Power Point. File .HTML, dapat ditampilkan dalam jendela

browser dalam sistem Internet. File .EXE, dapat diekskusi langsung oleh

sistem komputer tanpa player khusus. File .AVI, dapat diekskusi oleh VideoPlayer

maupun program lainnya. File .AVI berupa file video dan dapat digabung dengan file video produk kamera digital.

Secara garis besar berbagai hal praktis dan

mudah dari program aplikasi SWiSHmax dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Dukungan Perangkat Keras (Hardware) dan

Perangkat Lunak (Software)

Page 182: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 180

Untuk mengoperasikan aplikasi ini diperlu-kan set Personal Komputer (PC) dengan spesifi-kasi pendukung minimal: Sistem Operasi Windows

95/98/ME/NT4/2000/XP. Prosesor Pentium 2. Internal Memori 64 MB. Resolusi monitor 800 x 600, dengan warna

tampilan 256. Hard Disk 20 GB. Software Aplikasi SWiSHmax. 2. Jendela Kerja SWiSHmax

Jendela kerja SWiSHmax dirancang secara terbuka sehingga setiap langkah yang diwakili tool dapat dioperasikan dengan tepat dan cepat tanpa harus mencari dalam kapsul menu. Bentuk jendela kerja SWiSHmax adalah sebagai berikut:

Bagian penting dari jendela kerja ini adalah Baris Menu (Title Bar) terletak di bagian paling atas, menampilkan informasi nama movie (file) yang sedang diedit. Komponen di bawah baris judul adalah Baris Menu (Menu Bar), berisikan perintah-perintah atau opsi pengeditan movie. Sebagai contoh, menu File New untuk mem-buat movie baru. Selanjutnya adalah Baris Tool (Tool Bar), berisi tool-tool yang dapat digunakan sebagai alternatif perintah dalam baris menu. Se-bagai contoh, tool New merupakan alternatif penggunaan pe-rintah File New. Untuk me-mudahkan penggunaan, baris tool dibagi dalam beberapa ma-cam yaitu: Standart Tool, Insert Tool, Control Tool, Grouping Tool, dan Export Tool.

Bagian penting lainnya adalah Kotak Tool (Tool Box), terdiri dari tiga kolom, yaitu:

Kolom Tool yang berisi tool-tool untuk menggambar dan mengedit obyek-obyek movie.

Kolom Options yang berisi opsi untuk menga-tur tool yang terseleksi, antara lain opsi skala, pengaturan ulang ukuran obyek, rotasi, kecon-dongan, perspektif, dan kepepatan.

Kolom View yang berisi opsi untuk mengatur presentase tampilan area kerja.

Terdapat berbagai macam papan panel yang

dapat digunakan untuk mengatur opsi di dalam membuat movie, antara lain: panel Layout, un-tuk mengatur dan mengedit obyek di dalam movie, panel Timeline untuk mengontrol waktu obyek ditampilkan dan animasi di dalam scene yang sedang diedit, panel Shape untuk mengatur properti obyek, panel Script untuk melihat atau mengedit skrip event atau action yang diterapkan pada scene atau obyek, panel Transform untuk mengatur opsi transformasi obyek, panel Tint untuk mengatur transformasi warna obyek, panel Content untuk menampilkan isi (obyek) di dalam movie, panel Align untuk mengatur per-ataan posisi obyek, panel Guides untuk menga-tur opsi garis bantu (grid, guide, dan ruler), panel Export untuk mengatur opsi pengeksporan movie, dan panel Debug untuk mengetahui jalannya skrip.

3. Menggambar Obyek Shape

Unsur utama dalam animasi adalah gambar yang dapat mencerminkan kondisi obyek yang sebenarnya. SWiSHmax menyediakan tool-tool untuk menggambar berbagai obyek shape, seperti garis, lingkaran, kurva, dan lainnya. Komponen-komponen shape ini selanjutnya dapat dirangkai untuk membangun obyek kerja yang diinginkan. Bahkan SWiSHmax mendukung penggunaan grafik vector di dalam movie. Sebagai catatan, grafik vector adalah obyek yang akan tetap ter-lihat tajam meskipun ukuran maupun tampilan-nya diatur ulang.

SWiSHmax juga menyediakan koleksi berbagai bentuk obyek shape yang unik yang dapat disisipkan ke dalam area kerja, obyek ini tersimpan di dalam tool AutoShape.

Agar perspektif obyek lebih tampak seperti obyek tiga dimensi, tersedia pengaturan property line dan fill objek shape. Dimaksudkan untuk mengatur warna gradasi dan transparansi area fill

Page 183: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 181

sehingga dapat ditampilkan sebuah obyek ber-efek tiga dimensi dari gambar dua dimensi. 4. Menyisipkan Obyek Movie

Untuk mendukung tampilan movie, dapat disisipkan obyek-obyek seperti teks, image bitmap, grafik vector, video dan yang lainnya. Obyek yang disisipkan selanjutnya dapat diedit dalam berbagai transformasi seperti transformasi skala, transformasi resize, transformasi rotasi, transformasi kecondongan, dan transformasi distorsi. Bila diperlukan dapat dilakukan pengaturan sumbu transformasi terlebih dahulu. 5. Menggunakan Efek

SWiSHmax menyediakan 230 efek animasi yang dapat diterapkan pada obyek movie, serta dapat dimodifikasi opsi animasinya. Selain itu dapat juga dimungkinkan untuk membuat efek sendiri. Dengan adanya efek pada obyek dapat mengontrol posisi dan gerakan obyek sehinnga tercipta animasi peristiwa alam yang sesuai dengan skenario movie.

6. Menggunakan Sprite

Sprite adalah obyek yang mempunyai timeline sendiri. Di dalam sprite bisa terdapat lebih dari satu obyek dan setiap obyek dapat dianimasi. Oleh karena itu sprite bisa di sebut movie di dalam movie.

Sebagaimana movie, sprite juga bisa disisipi berbagai tipe objek seperti grafik, image, dan teks. Bahkan untuk membangun animasi kom-pleks dapat disisipkan sprite ke dalam sprite.

7. Mengatur Navigasi dan Interaksi Movie

dengan Skrip Fasilitas ini memungkinkan membangun program animasi bersifat interaktif, karena dapat mengatur interaksi didalam movie atau interaksi dengan movie lainnya. Dengan skrip, sebuah obyek dapat difungsikan sebagai tombol kendali untuk mengontrol jalan movie seca-ra keseluruh-an. Melalui skrip dapat pula disisipkan file sound sekaligus mengatur opsinya. Sejumlah fasilitas di atas merupakan jaminan bahwa program aplikasi SWiSHmax merupakan pilihan tepat dalam rancang bangun media pembelajaran berbantuan komputer. D. RANCANG BANGUN MEDIA

PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER

Secara umum ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang bangun media pembelajaran, yaitu: karakteristik sasaran, tujuan yang diharapkan, pengembangan materi, pe-ngembangan alat evaluasi, dan uji coba produk. Langkah awal pengembangan media adalah membuat rancangan terpadu sesuai dengan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan. Sadiman (2002:98) menggambarkan langkah-langkah tersebut dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Model Pengembangan Media

Pembelajaran

Pengembangan media harus mengacu pada naskah program yang telah dirancang secara terpadu. Untuk itu diperlukan data sesuai dengan rancangan yang ada seperti gambar obyek, musik pengiring, narasi, gambar latar belakang, dan teks keterangan. Selanjutnya data tersebut di-integrasikan menggunakan program aplikasi SWiSHmax sesuai dengan skenario yang telah disusun sebelumnya.

Landasan utama dalam pembuatan media pembelajaran adalah mengacu pada upaya maksimalisasi pemanfaatan seluruh alat indera siswa. Guru berupaya untuk menampilkan rang-sangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai alat indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan (Latuheru, 1988).

Dari landasan di atas, agar produk media pembelajaran komunikatif dan mencapai sasaran, diperlukan ketrampilan tambahan (Skill dan Brainware) dalam pembuatannya di samping du-kungan perangkat keras (Hardware) yang mema-dai. Ketrampilan tersebut meliputi: imaginasi; membuat jalan cerita dan konsep animasi, kreati-vitas; menuangkan imajinasi ke dalam stage, sketsa/perspektif; membuat obyek animasi sesuai

Page 184: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 182

aturan perspektif ruang, sense of music; mengu-asai ilustrasi musik/bunyi untuk menghidupkan proyek ani-masi.

Sebagai produk yang dirancang secara matang dan sistematis, media pembelajaran ber-bantuan komputer dilengkapi dengan deskripsi langkah pembuatan media dan menjadi doku-men pendamping produk yaitu: 1) Desain opera-sional program dan 2) Storyboard rancang ba-ngun program. Kedua dokumen ini merupakan kelengkapan minimal bagi sebuah produk media berbantuan komputer yang dapat memberikan informasi singkat tentang isi dan tujuan program, di samping agar produk dapat dipergunakan untuk keperluan lebih luas, seperti sebagai ber-kas fortofolio dan sebagainya (Hand-out MMTC, 2002). Dalam bahasan ini akan dibahas produk media berbantuan komputer bidang fisika dengan pokok bahasan Gerak Lurus.

1. Desain Operasional Program

Rancang bangun media ini dikembangkan berdasarkan standar pendidikan yang telah dis-usun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan dengan Permen Diknas, seperti Standar Isi dan Standar Kompetensi (Permen Diknas No. 22 dan 23), Standar Proses dan Standar Penilaian (Permen Diknas No. 41). Struktur manajemen program media ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Desain Operasional Program

2. Storyboard Storyboard berisi detil dari program secara

keseluruhan. Pada umumnya di dalam produksi multimedia storyboard menjadi panduan utama bagi tim kerja dalam menyelesaikan produknya. Storyboard berisi: No./Nama Scene, Visual dan Isi Scene, Efek Animasi dan Ilustrasi, Text/Nara-si, dan Durasi. Berikut ditunjukkan potongan storyboard program ini (selengkapnya dapat dili-hat pada Lampiran 1).

Gambar 3. Cuplikan Storyboard Program

E. HASIL RANCANG BANGUN MEDIA PEM-

BELAJARAN POKOK BAHASAN GERAK LURUS

Deskripsi hasil pembuatan media ini dipa-parkan secara berurutan sesuai dengan hirarkinya pada desain operasional program, diawali dari tampilan Menu Utama hingga Latihan Soal.

Page 185: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 183

Gambar 4. Scene Menu Utama Gambar 5. Scene Animasi GLB

Gambar 6. Grafik v vs t dan S vs t pada GLB Gambar 7. Analisa Grafik GLB

Gambar 8. Animasi GLBB dipercepat Gambar 9. Grafik v vs t dan S vs t pada GLBB dipercepat

Page 186: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 184

Gambar 10. Analisis Grafik GLBB dipercepat Gambar 10. Analisis Grafik GLBB dipercepat

( vo = 0) (vo > 0)

Gambar 11. Animasi GLBB diperlambat Gambar 12. Grafik v vs t dan S vs t GLBB

diperlambat

Gambar 13. Garafik a vs t Gambar 14. Analisis Grafik v vs t

Page 187: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 185

Gambar 15. Analisis Grafik v vs t Gambar 16. Latihan Soal

E. KESIMPULAN DAN SARAN Dari serangkaian kegiatan rancang bangun

media pembelajaran menggunakan program aplikasi SWiSHmax ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Diperlukan desain operasional program dan

storyboard yang jelas dan detil sesuai dengan skenario animasi yang diinginkan. Hal ini dimaksudkan juga sebagai doku-men panduan bagi tim kerja (team work) manakala harus mengerjakan proyek yang cukup besar dan tidak bisa diselesaikan secara individu.

2. Program aplikasi SWiSHmax sangat praktis untuk membuat media pembelajaran berbantu-an komputer karena dilengkapi berbagai fasi-litas yang sangat mudah dalam pengoperasian-nya.

3. Animasi kompleks (berantai) dapat dibangun dengan mudah mempergunakan system sprite (movie di dalam movie).

4. Resolusi grafis yang dihasilkan sangat bagus karena berbasis Windows.

Saran-saran dapat disampaikan untuk pengembangan media pembelajaran ini: 1. Mengingat penting dan strategisnya kebera-

daan media pembelejaran berbantuan kompu-ter untuk meningkatkan orkestrasi pembelajar-an, perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan secara bertahap dan berkesinambungan bagi guru dan dosen agar dapat merancang bangun media sejenis secara mandiri.

2. Diperlukan dukungan teknis dari semua pihak terkait agar guru/dosen mendapat akses yang mudah dan cepat untuk merancang bangun media ini.

F. DAFTAR PUSTAKA

Istamar S.dan Ibrohim. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang: FMIPA UM

Latuheru, John. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: DEPDIKBUD Dirjen Dikti.

Sadiman, Arief, S, dkk. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syarif, Arry Maulana. 2005. Animasi Flash dengan SWiSHmax. Yogyakarta: Andi

--------------------. 2003. Pengembangan Silabus berbasis Kompetensi Berorientasi Kecakapan Hidup. Jakarta: DEPDIKNAS.

---------------------. 2002.Hand Out Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran berbasis

Multimedia. Yogykarta: MMTC.

St=vot -1/2 at2

Page 188: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 186

TEKNIK PENDOKUMENTASIAN LESSON STUDY MELALUI FOTO DAN VIDEO

Yoyok Adisetio Laksono

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Dokumentasi merupakan kegiatan perekaman informasi secara permanen. Dokumentasi merupakan salah satu kegiatan penting dalam lesson study karena dokumentasi bisa menjadi bukti otentik saat refleksi. Cara mendokumentasi ada banyak cara diantaranya adalah melalui foto dan video. Agar diperoleh hasil yang baik maka diperlukan kemampuan dalam melakukan persiapan peralatan, memahami lesson plan, teknik pengambilan gambar, dan teknik sunting video. Pendokumentasian dalam lesson study merupakan kegiatan yang melibatkan kemampuan teknis mengoperasikan peralatan dengan kemampuan estetika yang dianut dalam dunia fotografi dan perfilman.

Kata kunci: dokumentasi, lesson study, foto, video

Lesson study merupakan kegiatan kolabora-tif yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesionalan guru yang memiliki tiga pilar kegiatan yang saling terkait, yaitu (a) plan, (b) do, dan (c) see. Setiap kegiatan lesson study merupakan kegiatan yang sangat berharga sehingga dokumentasi kegiatannya sangat berguna bagi guru atau pihak lain yang tidak mengikuti lesson study tersebut secara langsung.

Dokumentasi adalah kegiatan perekaman informasi dalam bentuk permanen. Perekaman dapat dilakukan diantaranya melalui teks, foto, atau pita video. Dalam makalah ini pembahasan lebih dititikberatkan kepada dokumentasi foto dan pita video karena dokumentasi teks yang berupa RPP, data pengamatan siswa, dan kesim-pulan sudah dibahas dalam materi lesson study.

Dari tiga kegiatan lesson study maka doku-mentasi yang penting untuk dilakukan adalah ke-giatan do dan see. Hal ini terjadi karena do meru-pakan aksi nyata dari plan sedangkan see meru-pakan pemaparan data selama pengamatan. Di dalam do dokumentasi yang utama adalah kela-kuan dan aktivitas siswa selama proses pembela-jaran. Sementara untuk see dokumentasi terfokus kepada apa yang dirasakan guru dan pendapat para peserta.

Dokumentasi melalui kaset video menjadi penting karena merupakan fakta kelakuan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Doku-mentasi video merupakan pelengkap dari data pengamat yang sedikit banyak bersifat subyektif. 1. Persiapan

Langkah awal dalam proses dokumentasi adalah mengetahui dan memahami apa yang akan terjadi dalam do. Dengan memahami hal tersebut maka kehilangan kejadian penting dapat dihindari atau dikurangi. Pemahaman dilakukan dengan mempelajari hasil dari plan berupa RPP.

Petunjuk berikut ini dapat digunakan untuk mempelajari hasil dari plan. 1. Apakah indikator dan tujuan pembelajaran?

Pengetahuan tentang indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sangat mem-bantu didalam mengambil gambar kegiatan yang harus direkam. Hal ini wajar karena tujuan pembelajaran biasanya diturunkan dari indikator yang dapat diukur sehingga hasil dokumentasi dapat dipakai sebagai fakta-fakta pendukung ketercapaian pembelajaran.

2. Model dan metode pembelajaran apa yang digunakan? Sebagai kendaraan pencapaian tujuan pembe-lajaran maka model dan metode pembelajaran

Page 189: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 187

sangat menentukan dinamika dikelas. Model pembelajaran memiliki kerangka kerja atau sintaks yang jelas dan terukur sehingga memudahkan proses pendokumentasian. Dari hal ini bisa ditentukan kapan melakukan shoot terhadap guru atau siswa.

3. Bagaimana urutan kegiatan pembelajaran? Urutan pembelajaran tercantum dalam kegiatan pembelajaran yang biasanya terdiri dari 3 (tiga) kegiatan, yaitu (1) pendahuluan, (2) kegiatan inti, dan (3) penutup. Terkait de-ngan langkah 2 di atas maka model dan meto-de pembelajaran nampak di kegiatan nomor (2) yaitu kegiatan inti. Dari kegiatan inti, pada RPP yang baik, biasanya sudah tercantum be-rapa lama suatu kegiatan dilaksanakan, se-hingga dokumentasi bisa diperkirakan dengan benar.

4. Siapa siswa atau kelompok yang harus men-dapat perhatian khusus? (Siswa kurang, rata-rata, dan terpandai) Salah satu pertanyaan hasil pembelajaran yang ingin dijawab melalui LS adalah apakah siswa telah belajar terutama siswa yang termasuk kategori kurang. Dengan mendokumentasikan siswa yang kurang maka fakta-fakta apakah pembelajaran yang dilakukan oleh guru berha-sil dapat ditunjukkan saat refleksi. Jika me-mungkinkan bisa saja seluruh dokumentasi ha-nya merekam siswa-siswa yang kurang mam-pu. Hal ini akan menjadi kajian menarik untuk melihat bagaimana tingkah laku siswa tersebut menanggapi perintah atau tugas yang diberi-kan oleh guru atau interaksi dengan teman-temannya. Hanya yang harus diperhatikan bahwa proses perekaman diusahakan sedemi-kian rupa sehingga siswa yang kurang mampu tidak terganggu jia direkam terus menerus.

5. Bagaimana denah tempat duduk siswa? Denah tempat duduk sangat membantu petu-gas dokumentasi untuk merekam siswa yang harus mendapat perhatian khusus.

Setelah memahami apa yang akan terjadi

selama do maka dokumentasi akan dapat dilaksanakan dengan baik terutama peristiwa apa saja yang harus direkam dan juga menyangkut hal-hal teknis seperti pengaturan kamera untuk perekaman yang lama (Long Play mode), atau daya tahan batery.

Petunjuk berikut ini dapat digunakan untuk persiapan teknis.

1. Apakah batery sudah penuh? Jika batery belum penuh maka harus dicharge sampai penuh. Batery merupakan sumberdaya video dan berguna terutama saat harus me-ngambil gambar berkeliling ke seluruh kelas.

2. Apakah ada batery cadangan dan sudah diisi penuh? Batery cadangan sangat berguna saat lama waktu pengambilan gambar melebihi kemam-puan batery utama.

3. Apakah mode perekaman diatur sesuai dengan waktu kegiatan? Kamera video modern memiliki fasilitas untuk merekam dalam mode lama LP (long play) atau SP (short play). LP mampu merekam 90 menit dan SP merekam selama 60 menit. Jika mutu gambar bukan merupakan hal yang uta-ma maka mode LP disarankan digunakan un-tuk shooting dalam waktu yang lama. Jika mu-tu gambar merupakan prioritas maka gunakan mode SP yang berakibat memendeknya waktu perekaman.

4. Apakah jumlah kaset kosong yang tersedia se-suai dengan waktu yang ada dan sudah di-coba? Panduan ini terkait dengan panduan nomor 3 dimana waktu perekaman dibagi dengan lama waktu mode perekaman akan menentukan jumlah kaset yang digunakan. Sebagai contoh jika waktu perekaman adalah 130 menit maka untuk mode LP diperoleh 130/90 ~ 2 kaset. Untuk mode SP diperoleh 130/60 ~ 3 kaset.

5. Apakah perekaman kamera dan suara berfungsi dengan baik? Setiap kaset yang akan digunakan untuk merekam sebaiknya dicoba untuk merekam selama 20 detik dan diputar ulang untuk meli-hat hasil perekamannya. Jika gambar video ha-sil putar ulang bergaris-garis hitam maka itu pertanda bahwa head perekam sudah kotor dan harus dibersihkan dengan kaset pember-sih. Jika tidak ada suara yang terdengar maka periksalah apakah mic luar sudah dihidupkan.

6. Apakah fungsi-fungsi kamera berfungsi dengan baik? Periksalah semua fasilitas yang nantinya akan dipergunakan dan aturlah agar kamera sudah diatur sesuai kebutuhan pada langkah 3. Perik-salah zoom, autofokus, volume suara perekam, tombol rekam dan seterusnya. Sebaiknya ja-ngan berasumsi bahwa karena kemarin kamera ini bekerja dengan baik maka pasti kali ini

Page 190: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 188

juga bekerja dengan baik, karena hal itu belum tentu terjadi karena kamera adalah peralatan elektronika yang bisa rusak.

7. Apakah kabel rol AC tersedia? Kabel rol diperlukan untuk mendukung alter-natif pencatudayaan jika di lokasi shooting tersedia jaringan listrik. Sebaiknya saat shooting menggunakan daya listrik jika me-mungkinkan bila dibandingkan menggunakan batery sepenuhnya.

8. Apakah tripod atau singlepod tersedia? Tripod atau singlepod selain berguna untuk menghasilkan gambar yang stabil juga meng-hemat tenaga bagi kamerawan.

Sebaiknya langkah persiapan dilakukan

maksimal sehari sebelum do dilaksanakan. Hal ini penting karena jika ada permasalahan terha-dap kamera atau piranti lain, seperti kaset, batery, dan lain-lain bisa dicari penggantinya.

2. Kejadian yang Direkam

Dalam proses do terjadi banyak peristiwa yang spontan. Jika dianalogikan dengan program televisi maka pembuatan dokumentasi lesson study bisa disamakan dengan program reality show. Namun dengan berbekal plan yang sudah dipahami maka antisipasi peristiwa spontan bisa dilakukan. Sebagai contoh jika guru memberikan pertanyaan yang merangsang siswa untuk menja-wab maka kamera bisa disiapkan untuk meng-arah ke siswa yang berkemungkinan besar men-jawab, yaitu siswa terpandai, atau jika diinginkan untuk mengetahui reaksi siswa yang kurang maka kamera bisa diarahkan ke siswa tersebut.

Panduan berikut ini bisa digunakan untuk merekam proses do. 1. Siswa adalah aktor utama sehingga apapun

yang dilakukan di kelas harus direkam. Guru adalah aktor pembantu yang tidak harus direkam. Adapun pengamat adalah figuran.

2. Peraturan bagi pengamat berlaku untuk petu-gas dokumentasi, yaitu dilarang mengganggu proses pembelajaran. Terkait dengan proses pembuatan film dimana saat shooting biasa-nya memakai lampu studio maka lampu demikian dilarang karena siswa akan silau dan terganggu. Pencahayaan sebaiknya meng-gunakan cahaya alami atau lampu kelas.

3. Letakkan kamera di pinggir depan sedemikian sehingga tidak mengganggu pandangan siswa dan kamera masih bisa merekam kegiatan

guru. Kamera biasanya diletakkan di dekat pintu masuk.

4. Rekam saat guru membuka pembelajaran ke-mudian perlahan alihkan kamera ke siswa dengan bingkai seluruh ruang.

5. Mulai bersiap mengarahkan kamera ke siswa yang kemungkinan besar menjawab saat guru memberi pertanyaan.

6. Saat berdiskusi atau praktikum rekamlah sekelompok siswa dalam satu bingkai.

7. Jika diinginkan untuk lebih mengetahui se-cara detil apa yang dilakukan oleh siswa maka zoomlah kamera sedemikian sehingga nampak satu atau dua siswa dengan mata ma-sih terlihat. Kamera bisa didekatkan ke kelompok yang akan direkam.

8. Jika ada guru menjelaskan kepada suatu kelompok maka rekamlah sedemikian se-hingga guru dan sekelompok siswa nampak dalam satu bingkai dengan wajah siswa yang bertanya menghadap kamera.

9. Rekamlah kegiatan diskusi atau praktikum untuk tiga kategori siswa yaitu pandai, rata-rata, dan kurang.

10. Selalu awas dengan kejadian spontan dengan memandang sekeliling meski saat itu sedang merekam satu kegiatan. Disini tripod dan kamera yang memiliki LCD di sayap sangat berguna.

11. Jangan merekam tepat di antara siswa dan papan tulis. Carilah posisi sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pandangan siswa ke papan tulis.

Panduan di atas adalah panduan yang tidak

harus ditepati kecuali panduan nomor 1 dan 2 yang sifatnya wajib, sehingga jika diperlukan melakukan sesuatu diluar panduan ini dan tidak melanggar panduan nomor 1 dan 2 maka hal itu diperbolehkan. Petugas dokumentasi boleh berkeliling ke seluruh kelas merekam siswa terutama saat diskusi kelompok atau praktikum. 3. Videografi dan Fotografi

Didalam rangka dokumentasi lesson study dengan kamera video atau kamera foto maka beberapa prinsip videografi dan fotografi (yang untuk selanjutnya disebut videografi) perlu diketahui agar hasilnya baik. Prinsip-prinsip ini dapat dilacak keberadaannya dengan melihat hasil karya para profesional melalui film dan foto. Prinsip utama dari videografi adalah sama,

Page 191: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 189

yaitu media penyampai pesan. Videografi setara dengan cerpen dan novel yang juga media penyampai pesan, hanya saja yang membedakan adalah medianya, yaitu melalui media audio visual. Oleh karena itu prinsip penyampaian pesan yang baik dan benar harus dipegang.

Ada tiga hal yang terkait dengan pembuatan video yaitu skenario, shooting, dan editing. Skenario sudah dibuat lewat plan sehingga tugas dokumentasi tinggal shooting dan editing. Untuk shooting secara profesional memang seharusnya menggunakan kamera yang baik namun karena biasanya kamera demikian sangat mahal maka shooting dengan handycampun bisa terlihat profesional dengan mengadopsi ciri-ciri shooting yang baik. Shooting

Shooting merupakan kegiatan penting da-lam produksi film atau video. Sebagian besar biaya dan usaha pembuatan film adalah pada peristiwa shooting. Jika dianalogikan dengan pembuatan film kartun atau komik maka shooting adalah proses menggambar atau dalam bahasa rekayasa adalah implementasi. Jika mempelajari teknik shooting maka mau tidak mau harus pula mempelajari tentang teknik pencahayaan (lighting). Namun, seperti yang sudah dijelaskan di atas, lampu studio sangat terang dan panas yang mengakibatkan siswa terganggu sehingga penggunaan lampu dilarang selama proses dokumentasi lesson study.

Petunjuk berikut ini dapat digunakan untuk melakukan shooting yang baik yang dipakai oleh para profesional yang bisa ditiru dengan handycam. 1. Shooting adalah membuat pesan. Ambil gam-

bar sedemikian sehingga pesan tersampaikan. Sebagai contoh pesan yang akan disampaikan adalah guru memberi petunjuk kepada seke-lompok siswa. Dalam shooting pesan seperti ini maka harus ada guru, sekelompok siswa, dan suasana di kelas dalam satu bingkai. Jika tidak memungkinkan, misalnya guru berbicara di depan kelas, maka shootlah guru kemudian alihkan kamera, baik secara kontinyu atau cut-to-cut, ke siswa. Biasanya fokus utama direkam terakhir dan lebih lama karena gambar terakhir adalah hal yang paling diingat oleh manusia.

2. Ambil sebanyak-banyaknya. Lebih baik kele-bihan video daripada kekurangan sebab lesson study tidak bisa diulang lagi.

3. Biarkan obyek yang bergerak. Saat shooting usahakan kamera diam dan tidak goyang. Tripod atau singlepod sangat berguna. Jika obyek yang menjadi fokus berpindah maka ikutilah perpindahannya hanya jika obyek tersebut berpindah sedemikian sehingga obyeknya tidak utuh. Kemampuan antisipasi gerakan dengan mengetahui apa yang dilakukannya sangat penting.

4. Ikuti aturan tiga (rule of thirds). Aturan ini me-netapkan obyek-obyek dalam bingkai ditem-patkan dalam garis-garis khayal datar dan te-gak yang membagi bingkai dalam 9 daerah yang sama. Untuk manusia maka mata dari obyek diletakkan pada garis datar atas. Untuk sekelompok orang maka salah satu atau semuanya bisa diletakkan digaris datar atau te-gak. Harap diperhatikan bahwa hukum tiga ini janganlah diikuti secara ketat. Jika memung-kinkan untuk mengikuti hukum tiga maka lakukanlah jika tidak maka kompromikanlah.

5. Komposisi estetik. Pastikan obyek terekam penuh, tidak terpotong, tidak tertutup, atau terganggu oleh obyek lain. Beberapa prinsip komposisi yang bisa diterapkan adalah: obyek berjumlah ganjil lebih menarik daripada genap, obyek-obyek tertata berkaitan dalam satu makna atau pesan tertentu.

6. Bingkai 10%. Apa yang diamati dalam kamera video akan berbeda luasnya saat ditampilkan di televisi. Hampir 10% daerah pinggir video akan lenyap saat diputar di televisi. Untuk itu saat merekam obyek usahakan lebihkan kira-kira 10% lebih jauh agar obyek tidak hilang. Pada beberapa software editing biasanya di-tunjukkan daerah aman (safe area) untuk letak teks.

7. White balancing. Lakukan penyesuaian warna dengan mengaktifkan white balance secara manual dari kamera. Dengan tindakan ini maka warna akan nampak natural dan tetap.

8. Matikan Auto Exposure. Auto exposure meru-pakan fasilitas bukaan kamera yang akan mengecilkan atau membesarkan diafragma (mata kucing) kamera sehingga gambar ter-lihat jelas meski di tempat gelap. Namun fasilitas ini akan mengganggu saat mengambil obyek yang berlatar belakang terang, misalnya obyek di depan jendela atau pintu terbuka,

Page 192: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 190

dimana obyek akan menjadi gelap. Sebagai acuan nilai bukaan biasanya adalah di tengah ruangan. Dengan matinya auto exposure maka kejelasan gambar obyek akan terjaga.

9. Jangan terlalu sering Zoom. Sebelum merekam lakukan zoom ke bingkai yang tepat baru merekam. Jika harus melakukan zoom maka lakukanlah dengan kecepatan yang sedang. Tripod sangat berguna dalam proses zoom karena mencegah gambar goyang.

Beberapa aturan di atas merupakan salah

satu panduan yang dipegang oleh videografer profesional, yaitu mematikan segala hal yang berbau otomatis dari kamera. Fasilitas lain yang tidak digunakan dalam kamera adalah autofocus, namun karena obyek dalam lesson study sangat spontan dan cepat maka biarkanlah aotufocus tetap berjalan. Editing

Salah satu prinsip editing adalah menjaga logika dan emosi penonton dalam satu kesatuan topik video. Media audio visual harus mampu membawa penonton pada emosi dan logika yang tepat. Sebagai contoh untuk adegan yang meng-gambarkan semangat maka musik yg cepat harus dipasang. Juga jika ada narasi atau teks di video yang mengatakan tentang pegunungan maka visualisasi pegunungan harus muncul jika tidak misalnya yang muncul adalah sawah maka kesatuan logika tidak tepat dan logika penonton pasti terusik. Disinilah peran besar editor yang harus mampu menjaga agar video tampak me-narik dengan menjaga emosi dan logika. Hal utama yang ditangani oleh editor adalah harmoni antara gambar, suara, musik, dan waktu (timing).

Panduan berikut ini digunakan untuk meng-edit video. 1. Jangan terlalu lama menyampaikan satu pesan.

Penonton akan bosan jika untuk menampilkan siswa berdiskusi ditampilkan selama 10 menit. Potonglah jika siswa nampak sudah berdiskusi dan lanjutkan dengan kelompok lain.

2. Tiga detik. Untuk adegan monoton, seperti siswa mendengarkan guru, tampilkan saja selama 3 detik. Biasanya aturan ini digunakan untuk gambar yang bernarasi. Nilai ini adalah nilai yang lentur, bisa lebih setengah sampai satu detik.

3. Tuntaskan zoom. Jika ada adegan direkam dengan zoom maka tunggulah sampai zoom

selesai, setelah itu zoom dihentikan, dan tunggu tiga detik baru dipotong.

4. Tuntaskan suara. Jika suara merupakan hal yang penting maka potonglah suara pada bagian dimana kalimat lengkap diucapkan.

5. Tuntaskan peristiwa. Jika ada adegan menarik maka tuntaskan adegan tersebut meskipun adegan berlangsung agak lama.

6. Jangan memberi transisi aneh-aneh. Para profesional biasanya hanya melakukan transisi cut-to-cut (tanpa transisi) atau fade in (gelap ke nampak) dan fade out (nampak ke gelap) untuk pergantian antar peristiwa.

7. Jangan menganimasi teks berlebihan. Para profesional biasanya juga menggunakan cut-to-cut atau fade in dan fade out terhadap teks. Kalaupun melakukan animasi biasanya animasi yang sederhana. Ingat teks gunanya adalah untuk dibaca. Untuk menggambarkan suatu kegiatan dengan teks ada dua macam cara yang ditempuh. Pertama memberi judul dahulu dengan latar belakang hitam selama waktu yang cukup untuk membaca baru kemudian adegan yang dimaksud ditampilkan. Kedua dengan memberi teks yang muncul di bawah tanpa animasi.

8. Hindari teks dengan font dekoratif. Teks dengan font dekoratif relatif sulit dibaca. Sebaiknya gunakan teks yang cenderung mudah dibaca seperti keluarga font arial. Kerugian lain dari font dekoratif adalah hilangnya detil teks dan tentu saja semakin menyulitkan membaca saat dijadikan VCD.

9. Musik instrumentalia. Sebaiknya musik tidak dipasang saat tampilan lesson study. Pasanglah musik disisipkan saat muncul teks judul dan akhir video. Pilih musik instrumentalia.

Diantara panduan edit video yang telah diba-

has tidak berlaku untuk video yang ditampilkan se-cara penuh. Panduan tersebut sebagian cocok untuk pemotongan video 1 jam menjadi misalnya 10 menit.

Demikianlah telah disampaikan teknik-teknik dokumentasi dalam lesson study yang mengambil sebagian panduan pembuatan video secara profe-sional. Panduan yang telah diberikan tidak harus semuanya dipatuhi secara ketat. Panduan bisa diikuti dengan sedikit perubahan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat lesson study.

Page 193: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 191

PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS GURU SMPN 1 SUKOREJO MELALUI LESSON STUDY

BERBASIS SEKOLAH (LSBS)

Yus Setriarini

SMP Negeri 1 Sukorejo Kabupaten Pasuruan

Abstrak: Lesson study telah memberikan banyak manfaat bagi guru utamanya dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Lesson Study yang didesain dengan baik akan melatih guru dalam melakukan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi dalam proses pembelajaran. Implementasi Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) di SMPN 1 Sukorejo Pasuruan mampu memberdayakan keterampilan berpikir kritis guru. Tujuan penulisan ini adalah memberikan gambaran secara deskriptif tentang keterampilan berpikir kritis guru-guru SMP Negeri 1 Sukorejo Pasuruan setelah mengimplementasikan LSBS. Penulisan ini menggunakan pendekatan deskriptif. Instrumen yang digunakan yaitu: 1) inventori keterampilan berpikir kritis, 2) RPP dan 3) ) lembar observasi. Data yang diperoleh dideskripsikan dan dianalisis secara statistik deskriptif. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa: guru-guru SMPN 1 Sukorejo Pasuruan telah mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis mengenai lesson study dengan baik pada saat dilaksanakan LSBS. Dari hasil lembar inventori diketahui bahwa: implementasi LSBS lebih mampu memberdayakan keterampilan berpikir kritis pada aspek mengingat dan mengaplikasikan yaitu sebesar 73,00, kemudian diikuti oleh aspek kemampuan mengevaluasi sebesar 72,00, aspek mensintesis 68,00 dan aspek memahami dan menganalisis sebesar 62,00. Rerata keterampilan berpikir kritis guru-guru SMPN 1 Sukorejo sebesar 68,00 dengan kriteria baik.

Kata kunci: keterampilan berpikir kritis, LSBS

Tuntutan keluaran (outcomes) pembelajaran yang mandiri pada abad pengetahuan atau abad 21 dewasa ini berbeda dengan abad pertanian dan abad industri. Ada tujuh keterampilan yang diperlu-kan untuk dapat menjadi pribadi yang mandiri pada abad pengetahuan, antara lain yaitu keterampilan berpikir dan berbuat secara kritis, termasuk di dalamnya mampu memecahkan masalah, melaku-kan penyelidikan, melakukan analisis dan mengelo-la proyek. Apabila memiliki keterampilan berpikir kritis, maka akan dapat melakukan analisis, sintesis dan evaluasi serta dapat menerapkan informasi yang diperolehnya untuk situasi yang berbeda (kontekstual) (Dwiyogo, 2008).

Pentingnya melakukan pembelajaran berpikir kritis di dalam kelas dilakukan pertama kali oleh Amerika. Didorong oleh fakta bahwa di Amerika Serikat, sebagian besar penduduknya (97%) telah “melek” sains (IPA), namun pada kenyataannya,

Amerika justru tidak dapat menghasilkan sarjana MIPA yang memuaskan, sebaliknya produksi sar-jana MIPA Amerika justru berada di bawah negara industrialis lainnya. Karenanya dikembangkan pro-gram pembelajaran berpikir kritis yang diterapkan mulai dari sekolah menengah hingga ke perguruan tinggi, yang disebut program Formal Critical Thinking Program (Schafersman, 1991).

Ahli lain juga mengemukakan bahwa ke-terampilan berpikir kritis dan kreatif (critical and creatif thinking skill) merupakan salah satu tuntutan abad 21 yang ditandai dengan kompetisi global. Ini berarti bahwa pendidikan nasional diharapkan mampu menghasilkan manusia Indonesia yang cerdas untuk mengembangkan potensi dan karakter peserta didik, sehingga memiliki kemampuan un-tuk memecahkan masalah hidup yang dihadapi ser-ta dapat membentuk manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif (Sanjaya, 2006).

Page 194: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 192

Schafersman (1991) menganggap pembela-jaran yang berpusat pada pengajaran fakta semata adalah pengajaran yang sia-sia dengan alasan fakta dan konsep yang dipelajari dalam suatu bidang ilmu akan berkembang setiap harinya, sehingga apa yang harus disampaikan pada peserta didik juga akan bertambah dengan sendirinya. Cara yang lebih efektif dalam pemberian pembelajaran adalah dengan mengajarkan pada peserta didik bagaimana berpikir, yakni bagaimana menggunakan fakta dan konsep yang diketahuinya untuk membangun satu ide baru.

Moore (2005) menambahkan bahwasanya perilaku seseorang yang memilki kemampuan ber-pikir kritis adalah memiliki keterbukaan pemikiran dan kemauan untuk mencari pemecahan berbeda. Sedangkan menurut Schafersman (1991) seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan dapat menanyakan pertanyaan, mengumpulkan informasi yang relevan, mengklasifikasikan infor-masi dengan efisien dan kreatif, dapat beralasan dengan logis dan dapat sampai pada kesimpulan yang dapat dipercaya mengenai dunia.

Salah satu aspek yang dapat dijadikan tolak ukur kemajuan suatu negara yaitu kemajuan di bidang pendidikan. Pendidikan mempunyai peran-an strategis dan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mengembangkan dan me-ningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan merupakan ujung tombak dalam men-capai pembangunan yang adil, makmur dan sejah-tera. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya dan melakukan terobosan baru di bidang pendidikan, agar keterbelakangan bangsa Indonesia khususnya di bidang pendidikan tidak semakin terpuruk.

Seiring dengan perkembangan IPTEK, penge-tahuan guru harus selalu disegarkan. Kegiatan seminar atau forum diskusi ilmiah merupakan media untuk penyegaran guru baik materi subyek maupun pedagogi. Sayangnya, tidak sedikit kepala sekolah yang tidak mengijinkan guru untuk berpartisipasi dalam kegiatan seminar atau forum diskusi dalam kegiatan MGMP misalnya. Seharus-nya kepala sekolah mendorong bahkan memfasili-tasi guru agar bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan ilmiah.

Profesionalisme guru perlu terus ditingkatkan, salah satunya melalui kegiatan Lesson Study. Dalam upaya peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) khususnya guru tersebut, Kabupaten Pasuruan bekerjasama dengan FMIPA-UM dalam proyek Sisttem-JICA mulai tahun 2006 mengkoor-

dinir kegiatan pengembangan pendidikan, ke arah kualitas pendidikan yang lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional melalui kegiatan Lesson study. Lesson Study muncul sebagai salah satu al-ternatif guna mengatasi masalah rendahnya kualitas atau mutu pendidikan di Indonesia. Lewis (2002) dalam Prasetyo (2008) menyatakan bahwa Lesson Study memiliki peran yang cukup besar dalam melakukan perubahan secara sistematik dan tidak hanya memberi sumbangan terhadap pengetahuan keprofesionalan guru, tetapi juga terhadap pening-katan sistem pendidikan yang lebih luas.

LSBS DI SMPN 1 SUKOREJO

Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabu-paten Pasuruan bagi sekolah yang berstandar nasi-onal (SSN) untuk melaksanakan Lesson study berbasis sekolah. SMP Negeri1 Sukorejo adalah salah satu sekolah yang berstandar nasional jadi wajib mendukung program tersebut dengan melak-sanakan kegiatan Lesson Study Berbasis SMPN 1 Sukorejo. Lesson Study Berbasis Sekolah telah dilaksanakan di SMPN 1 Sukorejo mulai tahun ajaran 2008/2009 hingga sekarang (2010/ 2011). Dalam program ini guru-guru SMPN 1 Sukorejo telah mendapatkan pengarahan, panduan, pelatihan dan juga pendampingan dari Kepala Bidang Pendidikan tentang kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan dan Fasilitator JICA dalam kegiatan Workshop Lesson Study Berbasis Sekolah di SMPN 1 Sukorejo. Atas komitmennya dalam melaksanakan LSBS, maka SMPN 1 Sukorejo menjadi ‘wadah atau tempat belajar’ bagi pihak luar (guru, mahasiswa, pengawas, dosen baik dari pulau Jawa sendiri maupun dari Luar pulau jawa NTT/Minahasa) dalam melakukan penulisan yang terkait dengan pelaksanaan Lesson Study. Dari ta-hun ke tahun implementasi Lesson Study di SMPN 1 Sukorejo mengalami perkembangan. Hal ini memberikan dampak positif bagi guru-guru dan memberikan kontribusi yang besar terhadap pe-ningkatan pembelajaran khususnya di SMPN 1 Sukorejo (Hasil angket, 2009).

Lesson Study yang didesain dengan baik akan menjadikan guru yang profesional dan inovatif. Dalam meningkatkan mutu pendidikan, pada tahun 2005 pemerintah dan DPR RI telah mensahkan Undang-undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang tersebut menun-tut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru agar guru menjadi profesional.

Page 195: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 193

Guru yang menyatakan dirinya profesional harus terus menerus meningkatkan layanan profesinya untuk meningkatkan kemaslahatan anak didiknya. Guru yang profesional selalu melakukan perbaik-an-perbaikan, yakni dalam hal: perencanaan, pelak-sanaan, dan evaluasi dalam proses pembelajaran. Kegiatan Lesson Study diharapkan mampu melatih guru untuk melakukan perencanaan pembelajaran dengan baik, melakukan pemantauan terhadap pembelajarannya dengan baik, mampu melakukan evaluasi/penilaian terhadap proses pembelajaran-nya serta memiliki kemampuan berpikir kritis se-hingga mampu memecahkan segala kendala yang terjadi di sekitarnya.

Sudrajat (2008) menyatakan bahwa proses berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep dalam diri seseorang. Proses berpikir tidak dapat berkembang dengan sendirinya, melainkan harus selalu dilatih. Ini pula yang menjadi alasan pen-tingnya membelajarkan berpikir pada seseorang (guru dan peserta didik) di sekolah, karena proses berpikir harus dilatih. Kemampuan berpikir tidak berkembang dengan sendirinya sejalan dengan pertambahan usia seseorang. Kemampuan berpikir ini akan berkembang dengan baik apabila memang sengaja dikembangkan. Kegiatan pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik untuk mengembangkan kemampuan berpikir meru-pakan faktor yang sangat penting. Penggunaan pendekatan, strategi, motode, serta teknik pembe-lajaran yang tepat dan memang disengaja untuk menumbuhkan kemampuan berpikir seseorang merupakan tindakan yang dapat melatih kemam-puan berpikir.

Untuk melihat apakah seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dari berbagai indikator. Popham (1995) menyebutkan bahwa terdapat 6 (enam) tingkat berpikir yaitu mengingat (knowledge), memahami (comprehen-sion), mengaplikasikan (aplication), menganalisis (analysis), menerapkan (synthesis), dan mengeva-luasi (evaluation). Seseorang dikatakan berpikir mengingat bila dapat menyebutkan definisi konsep tanpa memahami maknanya. Jika konsep tersebut ditanyakan kepada seseorang dan orang tersebut dapat menjelaskan dengan kalimat sendiri, berarti orang tersebut termasuk dapat berpikir memahami. Bila seseorang dapat mengaplikasikan konsep yang sudah dipahami, berarti sudah berpikir aplikasi. Bila seseorang sudah dapat menguraikan hal-hal yang terkait dengan konsep yang dipahami secara rinci, berarti orang tersebut sudah berpikir analisis,

dan lebih lanjut, jika seseorang mampu mengga-bungkan atau menghubungkan hal-hal yang berada di dalam lingkup konsep sehingga membentuk suatu kesimpulan tertentu, berarti seseorang terse-but telah berpikir sintesis. Selanjutnya, jika seseo-rang telah dapat memutuskan atau menyimpulkan suatu gejala sesuai dengan kriteria evaluative, berarti seseorang sudah berpikir pada tingkat evaluasi.

Implementasi Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) di SMPN 1 Sukorejo merupakan salah satu upaya/strategi yang diyakini mampu member-dayakan keterampilan berpikir kritis guru, khusus-nya guru-guru SMPN 1 Sukorejo. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam penulisan ini, penulis menggunakan lembar inventori keteram-pilan berpikir kritis berupa pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbuka seputar Implementasi Lesson Study dan pelaksanaanya di sekolah. Ada-pun tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mem-berikan gambaran secara deskriptif tentang kete-rampilan berpikir kritis guru-guru SMPN 1 Sukorejo setelah menerapkan Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS).

Dalam upaya memperoleh data yang akurat serta refleksi terhadap keterampilan berpikir kritis pada kegiatan lesson study berbasis sekolah yang dijadikan salah satu program unggulan Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan, penulis menye-barkan lembar inventori keterampilan berpikir kritis kepada seluruh guru-guru SMPN 1 Sukorejo baik yang PNS maupun yang non PNS yang terlibat kegiatan Lesson Study berbasis sekolah.

Instrumen yang digunakan pada penulisan ini yaitu: 1) inventori keterampilan berpikir kritis, 2) RPP, dan 3) lembar observasi LSBS. Kemudian data yang diperoleh dideskripsikan dan dianalisis secara statistik deskriptif, pengelompokan kategori nilai yang diperoleh dilakukan dengan mengguna-kan skala 5 dengan 5 kriteria diadaptasi dari peni-laian acuan patokan Universitas Negeri Malang (UM) Tahun 2006. Hasil lembar inventori keteram-pilan berpikir kritis selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Dari hasil lembar inventori dapat dijabarkan sebagai berikut: diketahui bahwa implementasi LSBS lebih mampu memberdayakan keterampilan berpikir kritis pada aspek mengingat dan meng-aplikasikan yaitu sebesar 73,00, kemudian diikuti oleh aspek kemampuan menevaluasi sebesar 72,00, aspek mensintesis 68,00 dan aspek memahami dan menganalisis sebesar 62,00. Rerata keterampilan

Page 196: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 194

berpikir kritis guru-guru SMPN 1 Sukorejo sebesar 68,00 dengan kriteria baik. Keterampilan berpikir kritis guru SMPN 1 Sukorejo selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 1. Hasil Inventori Keterampilan Berpikir Kritis

No Indikator Persentase Kategori 1 Mengingat 73.00 Baik 2 Memahami 62.00 Sedang 3 Mengaplikasikan 73.00 Baik 4 Menganalisis 62.00 Sedang 5 Mensintesis 68.00 Baik 6 Mengevaluasi 72.00 Baik

Gambar 1. Hasil Inventori keterampilan Berpikir Kritis

Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa implementasi LSBS di SMPN 1 Sukorejo yang bertujuan memberdayakan keterampilan berpikir kritis pada semua indikator masih menunjukkan pada indikator kemampuan guru dalam hal meng-ingat dan mengaplikasikan yaitu sebesar 73.00.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis terhadap Rencana Pelaksanaan Pem-belajaran (RPP) yang dibuat oleh guru-guru SMPN 1 Sukorejo diketahui bahwa guru-guru SMPN 1 Sukorejo telah mampu melakukan perencanaan pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya: perencanaan alokasi

waktu sesuai dengan implementasi di kelas, penen-tuan media/sumber belajar, dan penentuan/pemilih-an strategi atau metode pembelajaran sehingga dapat membangkitkan motivasi peserta didik dalam belajar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pembahasan mengenai Lesson Study untuk memberdayakan keterampilan berpikir kritis di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Berpikir kritis pada prinsipnya adalah kemampuan untuk menilai dan mengevaluasi suatu argumen atau pernyataan yang diberikan dengan cara menganalisis bukti-bukti yang mendukung pernyataan tersebut, dan mengesampingkan asumsi atau opini yang tidak didukung oleh bukti yang kuat.

Berpikir kritis penting untuk dikembangkan tidak hanya untuk peserta didik tapi guru juga sehingga memiliki karakter berpikir saintifik yang cocok dengan tuntutan pengembangan berpikir kritis dan menuju perubahan sosial masyarakat yang sangat penting.

Cara yang dilakukan untuk dapat mengem-bangkan berpikir kritis untuk guru yaitu Salah. satunya.dengan.Mengikuti Kegiatan Lesson.Study (LSBS).

Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) di SMPN 1 Sukorejo harus senantiasa terus dilaksa-nakan dan ditingkatkan, yaitu dengan melibatkan para pakar pendidikan (dosen) sehingga guru-guru lebih termotivasi dan mendapatkan pengetahuan atau ide-ide baru terkait dengan penyusunan ren-cana pelajaran. Dengan adanya keterlibatan dari para pakar pendidikan, maka memudahkan guru dalam membuat perencanaan, melakukan peman-tauan/monitoring terhadap pembelajaran, serta me-lakukan penilaian proses pembelajaran. Hal ini nantinya akan lebih mampu memberdayakan ke-mampuan berpikir kritis guru-guru SMPN 1 Suko-rejo pada khususnya.

DAFTAR RUJUKAN

Dwiyogo, W.D. 2008. Pembelajaran Visioner. Bekasi: media Visioner

Moore, K.D. 2005. Effective Instructional Strategies From Theory to Practice. SAGE Publication: Thousand Oaks. p: 325

Popham, W. James. Classroom Assesment. What Teachers Need to Know. Boston: Allyn and Bacon.

Sanjaya,.W. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses pendidikan. Jakarta: kencana Prenada media.

Page 197: semnas LS Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK

DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 195

Schafersman, S.D. 1991. An Introduction To Critical Thinking. http://www.proquest-umi.com/pqdweb/critical_thinking, diakses tanggal 29 November 2008

Schafers-mean,.S.D..1999..An.Introduction.to.Critical.Thinking..

http://www.freeinquiry.com/critical.thinking.html. Diakses tanggal 28 November 2008.

Sudrajat, A. 2008. Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran. Artikel Diter-bitkan Februari 22, 2008. Kurikulum dan Pem-belajaran. Diakses 2 Desember 2008.