bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan …thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2012-1-00302-mn...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, dan HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Definisi Internet
Menurut Turban (2004, p3) internet adalah jaringan computer terbesar di dunia
yang sebenarnya adalah sebuah jaringan dari jaringan. Merupakan kumpulan lebih dari
200.000 jaringan computer individu yang di miliki oleh pemerintah, universitas,
lembaga masyarakat, perusahaan. Jaringan yang terhubung saling tukar menukar
informasi melalui protocol-protokol dan aturan baku. Jadi dapat disimpulkan internet
adalah jaringan media komunikasi yang menghubungkan semua computer yang ada di
dunia dan terjadi hubungan dua arah.
Menurut Ebert dan Griffin (2009,P185) Internet adalah sebuah sistem raksasa
pada komputer yang saling berhubungan, lebih dari 100 juta komputer di lebih 100
negara yang kita ketahui sekarang. Menurut Haag Et Al (2005,P106) Internet adalah
jaringan. komputer yang sangat luas yang menghubungkan jutaan orang diseluruh dunia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa internet adalah suatu jaringan komputer dimana dapat
memudahkan penggunanya dalam berinteraksi secara online tanpa harus memperhatikan
perbedaan ruang dan waktu.
2.1.1.1 Istilah Internet
1. Pengertian www :
Menurut Laudon dan Traver (2003, p109), www (world wide web), merupakan
layanan internet yang paling popular, menyediakan akses ke seluruh halaman web
yang ada.
2. Pengertian Search Engine :
8
Menurut Laudon dan Traver (2003, p155), Search Engine mengidentifikasi halaman
web yang muncul untuk mencocokkan kata kunci, juga memanggil query, diketik
oleh user dan menyediakan sebuah daftar yang paling mendekati.
3. Pengertian Shopping Cart :
Menurut Laudon dan Traver (2003, p198), Shopping cart mengijinkan pembeli
untuk menentukan di dalamnya barang yang ingin dibeli, me-review apa yang
menentukan di dalamnya barang yang ingin dibeli, me-review apa yang mereka telah
pilih, meng-edit pilihan mereka dan membuat pembelian dengan menekan tombol
beli.
Sebuah jaringan(network), yang dapat menghubungkan berbagai macam individu
dan organisasi menjadi satu.Sebuah perantara ( medium), menawarkan suatu saluran
komunikasi baru. Sebuah pasar (market), menawarkan suatu pasar terbuka yang global
dan cepat dengan banyak konsumen yang potensial.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan Internet :
1. Intranet : Menurut Turban (2004, p5), intranet adalah jaringan internal
perusahaan atau pemerintahan yang menggunakan peralatan internet seperti web
browser dan internet protocols.
2. Ekstranet : Menurut Turban (2004, p5) ekstranet adalah jaringan yang
menggunakan internet untuk menghubungkan partner.
2.1.2 Pengertian E-Business
Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p214), e-business merupakan penggunaan
dari internet dan jaringan lain serta teknologi informasi untuk mendukung e-commerce,
komunikasi perusahaan dan proses bisnis web, dimana keduanya berada dalam jaringan
perusahaan dan dengan pelanggan dan rekan bisnis, E-business meliputi e-commerce,
yang mana melibatkan pembelian dan penjualan dan marketing, serta servis produk,
servis dan informasi pada internet dan jaringan.
9
Menurut Laudon dan Traver (2008,P4). E-business adalah digital yang
memungkinkan untuk transaksi dan proses dalam perusahaan melibatkan sistam
informasi dibawah kontrol yang kuat. Menurut Turban, et. al(2003,p5) E-business
merupakan suatu definisi yang lebih luas dari e-commerce, tidak hanya sekedar menjual-
membeli, tetapi juga melayani dan berkolaborasi dengan patner bisnis lainnya, dan
membawakan transaksi secara elektonik dalam sebuah perusahaan.
Menurut Chaffey (2008,P14). E-business menrupakan semua elektronik
menengahi pertukaran informasi, baik dalam suatu organisasi dan stakehader external
mendukung berbagai proses bisnis. Jadi dapat disimpulkan bahwa E-Business adalah
suatu media elektronik yang melibatkan sistem informasi dimana mendukung adanya
pertukaran informasi dalam suatu proses bisnis.
2.1.3 E-MARKETING
2.1.3.1 Pengertian E-MARKETING
Menurut Amstrong dan Kotler(2004,P74) E-marketing menggambarkan usaha -
usaha perusahaan untuk menginformasikan, berkomunikasi, mempromosikan dan
memasarkan produk dan jasanya melalui internet. Menurut Mohammed et al. (2003, p4)
e-Marketing adalah proses dari membangun dan memelihara hubungan dengan
pelanggan melalui aktifitas online yang memfasilitasi pertukaran ide, produk dan
layanan yang memenuhi tujuan kedua belah pihak.
Menurut Strauss dan Trost (2009,P6). E-marketing adalah penggunaan teknologi
informasi dalam proses pembuatan, komunikasi dan penyaluran nilai kepada pelanggan
dan untuk mengatur relasi pelanggan dalam cara yang akan menguntungkan perusahaan
serta pihak – pihak yang berkepentingan. Jadi, dapat di simpulkan bahwa e-Marketing
adalah proses pemasaran secara online dalam mempromosikan dan memasarkan barang
dan jasa yang bertujuan untuk mempertahankan hubungan dengan pelanggan serta
memberikan kepuasan terhadap pelanggan.
10
Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Pemasaran Tradisional dan Pemasaran Lewat
Internet
Traditional Internet
Mass
Marketing
Direct
Marketing Interactive Marketing
Saluran Distribusi
Penyiaran dan
media cetak
(konsumsi pasif)
Jasa kartu pos
menggunakan
daftar alamat
(pelanggan pasif)
Internet (pelanggan
aktif dan menjadi
katalisator untuk apa
yang terlihat di layar)
Strategi Pasar ( dan
contoh produk)
Volume tinggi
(makanan, bir
autos, personal
dan produk-
produk rumah
tangga)
Targetnya barang
(credit cards,
travek, autos,
subscriptions)
Targetnya audience
(jasa dan semua tipe
informasi produk)
Teknologi yang
mungkin
Storyboards dan
desktop
publishing
Databases dan
alat-alat statistic
Information servers,
client browsers,
bulleting boards, dan
agen-agen software
Pengarang bahan
pemasaran (authors
of marketing
material)
Agen-agen Agen-agen dan
perusahaan
Perusahaan dan
pelanggan
Hasil yang
diharapkan untuk
kesuksesan
Volume
penjualan Loncatan
penjualan data
Tanggal untuk analisis,
hubungan dengan
pelanggan, ide produk
11
pengimplementasian untuk analisis baru, volume
penjualan.
Sumber: Kalakota dan Whinston (2002)
2.1.3.2 Marketing mix dalam e-Marketing
Ada tujuh hal yang harus di perhatikan dalam e-marketing, yaitu:
1. Promosi (Promotion)
Alat-alat promosi seperti iklan, sales promotion, dan direct marketing telah
diperluas oleh perkembangan teknologi, yang menawarkan potensi untuk dapat
berkomunikasi dengan pelanggan yang lebih banyak. Telephone marketing, e-
mail, mobile telephone, tv digital dan internet merupakan teknologi yang
menambah alat-alat promosi tradisional yang ada.
2. Harga (Price)
Sudah dipercaya sejak awal bahwa internet dapat menguntungkan perusahaan
karena dapat mengurangi biaya yang berhubungan dengan distribusi. Namun,
karena pelanggan dapat mengecek, membandingkan, dan menegosiasikan harga
dalam jangka waktu pendek melalui internet, masalah pemberian harga dalam
pemasaran elektronik menjadi masalah penting bagi e-marketer.
3. Produk (Product)
Tidak ada produk yang tidak sesuai untuk transaksi melalui internet. Internet
memberikan kesempatan untuk menawarkan produk yang dapat
dikustomisasikan sesuai dengan keinginan pelanggan.
4. Proses (Process)
Proses dimana pelanggan menerima pelayanan dari suatu perusahaan telah
dibahas sejak dulu. Internet membuat sistem pengiriman pelayanan oleh
perusahaan menjadi lebih fleksibel.
5. Bukti Fisik (Physical Evidence)
12
Dalam pemasaran, Physical evidence meyakinkan kembali pelanggan untuk
dating dan memberikan bukti kualitas dari produk tidak dapat dilihat dan
disentuh dalam dunia virtual. Oleh karena itu, dalam lingkungan virtual, bagian
pemasaran dapat menghadirkan bukti virtual atau virtual evidence, seperti
gambar produk atau logo merek.
6. Orang (People)
Dalam pemasaran, kepuasan pelanggan atau customer satisfaction menjadi
perhatian utama. Kepuasan pelanggan sering dihubungkan dengan hubungan
personal pelanggan dengan orang-orang yang menyediakan pelayanan sehingga
mereka percaya dengan kemampuan orang tersebut. Dalam pemasaran online,
tidak ada interaksi personal antara pelanggan dan orang yang menyediakan
pelayanan atau antar pelanggan. Oleh karena itu, kepercayaan harus di bangun
melalui communication message dan merek.
7. Tempat (Place)
Internet memberikan kemungkinan atau kesempatan untuk memasuki pasar yang
baru, yang tidak bias dimasuki sebelumnya oleh perusahaan melalui pemasaran
tradisional.
2.1.3.3 Indikator Penerapan e-Marketing
Menurut J. Supranto (2006, p.244), Dimensi yang digunakan dalam mengukur
penerapan e-marketing sebagai berikut :
1. Informasi, terdiri dari :
a. Memberikan kemudahan kepada pelanggan dalam memperoleh
informasi.
b. Informasi yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pelanggan
c. Informasi yang dapat diperoleh dalam waktu singkat
d. Program-program yang ditawarkan memenuhi kebutuhan konsumen.
e. Informasi yang tersedia sangat up to date.
f. Informasi yang jelas kepada pelanggan.
13
g. Bentuk promosi yang menarik minat pelanggan.
h. Tersampainya program pemasaran secara baik.
2. Keberadaan Pelayanan terdiri dari:
a. Memfasilitasi pelayanan jasa yang ditawarkan perusahaan.
b. Fungsi navigasi yang berjalan dengan baik.
c. Fasilitas yang sesuai kebutuhan pelanggan.
d. Website perusahaan dapat di akses dalam 24 jam 7 hari.
e. Teknologi jaringan yang mengkoordinasikan kegiatan pemasaran.
f. Fungsi navigasi yang tersedia pada web sesuai kebutuhan pelanggan.
g. Memberikan kemudahan dalam memelihara hubungan dengan pelanggan
h. Dapat membangun hubungan pelanggan.
i. Memberikan kemudahan dalam melakukan komunikasi dengan
perusahaan.
j. Kebutuhan kedua belah pihak yaitu perusahaan maupun pelanggan lebih
dapat terpenuhi.
k. Pelanggan dapat dengan mudah melakukan aktivitas secara online kepada
perusahaan.
3. Ketanggapan Pelayanan
a. Fasilitas e-marketing yang disediakan cepat beraksi ketika dibutuhkan
pelanggan.
b. Pelayanan e-marketing yang diberikan dapat menghemat waktu
c. Waktu tunggu antara tindakan yang saya ambil dengan respon web sangat
baik
d. Saran maupun kritik lebih cepat tersampaikan.
4. Proses
a. Proses penyampaian informasi lebih baik
b. Kegiatan promosi berjalan dengan efektif
c. Proses kegiatan pemasaran secara keseluruhan menjadi begitu mudah
5. Kegunaan
a. Mampu memikat perhatian pelanggan.
b. Memberikan komitmen dan loyalitas pelanggan kepada perusahaan
14
c. Memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi
d. Membantu aktivitas pemasaran untuk memperoleh informasi secara
efektif.
2.1.4 Kepuasan Pelanggan
2.1.4.1 Pengertian Kepuasan
Menurut j. Supranto (2006, p233), kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Harapan
pelanggan dapat di bentuk dari pengalaman masa lalu, komentar dari kerabatnya serta
janji dan informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama,
kurang sensitive terhadap harga dan memberikan komentar yang baik terhadap
perusahaan. Sedangkan menurut oliver melalui buku kotler (2003, p69), kepuasan di
gambarkan sebagai suatu evaluasi terhadap surprise yang melekat pada pengakuisisian
produk dan pengalaman mengkonsumsi. Jadi kesimpulannya, tingkat kepuasan
merupakan perbedaan dari hasil kinerja dengan harapan atau keinginan, apabila hasil
kinerja dibawah harapan maka pelanggan akan kecewa. Jika hasil kinerja di sesuai
dengan harapan maka pelanggan akan puas. Sedangkan jika hasil kinerja melebihi
harapan, maka pelanggan akan sangat puas.
2.1.4.2 Pengertian Pelanggan
Kotler (2003, p103) berpendapat, bahwa pelanggan adalah orang yang paling
penting dalam perusahaan, pelanggan tidak tergantung kepada perusahaan tetapi
perusahaan tergantung pada pelanggan. Pelanggan bukan menerima pekerjaan tetapi
pelanggan memberikan pekerjaan. Pelanggan bukan seseorang untuk menilai atau
menghitung tetapi pelanggan adalah untuk memberikan kepuasan untuk pelanggan dan
untuk perusahaan itu sendiri. Pelanggan adalah orang yang paling penting bagi setiap
perusahaan.
2.1.4.3 Pengertian Kepuasan Pelanggan
Konsep kepuasan masih bersifat abstrak. Pencapaian kepuasan dapat merup
akan proses yang sederhana maupun kompleks dan rumit. Peranan setiap individu dalam
15
pemberian service sangat penting dan berpengaruh terhadap kepuasan yang dibentuk
(Arief, 2007, p.166). Konsep kepuasan pelanggan menurut beberapa ahli :
a. Menurut (Kotler, 2000) kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan antara kinerja yang dia rasakan atau alami terhdap
harapannya.
b. Menurut Richard F. Gerson (Arief, 2005, p167) kepuasan pelanggan adalah jika
harapannya telah terpenuhi atau terlampaui.
c. Menurut Hoffman dan Beteson (Arief, 2005, p167) kepuasan atau
ketidakpuasan adalah perbandingan dari ekspektasi konsumen kepada persepsi
mengenai interaksi jasa (service encounter) yang sebenarnya.
d. Menurut Irawan (2003, p2) kepuasan pelanggan adalah hasil akumulasi dari
konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk dan jasa. Oleh karena itu,
setiap transaksi atau pengalaman baru akan memberikan pengaruh terhadap
kepuasan pelanggan.
e. Wikkie (Tjiptono, 2007, p349) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai
tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu
produk atau jasa.
f. Munurut Wahyuddin dan Muryati (2001, p191) Ada dua pihak yang
terlibat dalam proses jasa atau pelayanan, yaitu penyedia layanan (pelayan) dan
pelanggan (yang dilayani). Dalam pelayanan yang disebut pelanggan
(customer) adalah masyarakat yang mendapat manfaat dari aktivitas yang
dilakukan oleh organisasi atau petugas dari organisasi pemberi layanan tersebut.
Kepuasan pelanggan terjadi setelah mengkonsumsi produk atau jasa yang dibelin
ya. Pelanggan umumnya mengevaluasi pengalaman penggunaan suatu produk untuk
memutuskan apakah mereka akan menggunakan kembali produk atau jasa tersebut.
Satisfaction (kepuasan) berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik,
memadai) dan “factio” (artinya melakukan atau membuat). Secara sederhana, kepuasan
dapat diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan sesuatu’ atau ‘membuat sesuatu memadai’
(Tjiptono, 2005,p.349).
16
Menurut Kotler (2005,p70) kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau
kecewa seseorang terhadap suatu produk setelah ia membandingkan hasil/prestasi
produk yang dipikirkan terhadap kinerja atau hasil produk yang di harapkan.
Jika kinerja memenuhi harapan, maka itu artinya pelanggan puas.
Tetapi jika kinerja melebihi harapan pelanggan, maka hal ini berarti pelanggan puas atau
amat puas.
Menurut Simora (2003,p18) kepuasan pelanggan adalah hasil
pengalaman terhadap produk. Ini adalah sebuah perasaan pelanggan setelah
membandingkan antara harapan (prepurchase expectation) dengan kinerja actual
(actual performance). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan
merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan,
maka pelanggan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan harapan, maka pelanggan puas.
Definisi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Kepuasan Pelanggan = f (harapan,kinerja)
Dalam rangka mengembangkan suatu mekanisme pemberian layanan yang
memuaskan bagi pelanggan, maka perusahaan perlu mengetahui hal-hal berikut :
1. Mengetahui apa yang pelanggan pikirkan tentang perusahaan, pelayanan yang
diberikan perusahaan dan pesaing.
2. Mengukur dan meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Mempergunakan kelebihan perusahaan dalam pemilihan pasar.
4. Memanfaatkan kelemahan perusahaan dalam peluang pengembangan,
sebelum pesaing memulainya.
5. Membangun wahana komunikasi internal sehingga setiap personil mengetahui
apa yang mereka kerjakan.
6. Menunjukan komitmen perusahaan terhadap kualitas dan pelanggan
2.1.4.4 Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (2002, p45), terdapat 4 (empat) metode untuk melacak dan
mengukur kepuasan konsumen, yatiu:
1. Sistem keluhan dan saran
17
Sebuah perusahaan yang berfokus pada pelanggan mempermudah pelanggannya
untuk memberikan saran dan keluhan.
2. Survey kepuasan pelanggan
Peusahaan secara responsive memperoleh ukuran kepuasan konsumen secara
langsung dengan melakukan survery berkala. Mereka mengirimkan daftar
pertanyaan atau menghubungi pelanggan mereka sebagai sampel acak dan
menanyakan apakah mereka sangat puas, puas, biasa saja, kurang puas atau
sangat tidak puas terhadap aspek kinerja perusahaan.
3. Belanja siluman
Peusahaan dapat membayar orang-orang untuk bertindak sebagai pembeli
potensial guna melaporkan hasil temuan mereka tentang kekuatan dan kelemahan
yang mereka alami ketika membeli produk perusahaan dan pesaing.
4. Analisis pelanggan yang hilang
Peusahaan-perusahaan harus menghubungi para pelanggan yang berhenti atau
berganti membeli atau berganti pemasok untuk mempelajari alasannya.
2.1.4.5 Konsep Kesenjangan Kepuasan Pelanggan
Mengukur kualitas jasa merupakan hal yang sulit dilakukan dibandingkan
dengan mengukur kualitas produk dikarenakan karakteristik penggunaan jasa yang lebih
melibatkan pengalaman (Tjiptono, 2004, p147). Kepuasan pelanggan terhadap suatu jasa
di tentukan oleh tingkat kepentingan sebelum menggunakan jasa. (Rangkuti, 2002,p40)
Kesenjangan merupakan ketidaksesuaian antara pelayanan yang di persepsikan
(perceived service) dan pelayanan yang diharapkan (expected service).
18
Gambar 2.1 Konsep Kesenjangan
Sumber : Rangkuti (2002, p40)
2.1.4.6 Indikator Kepuasan Pelanggan
Menurut Hannah and karp dalam Musanto Trisno (2004), menyatakan bahwa
untuk menciptakan kepuasan pelanggan, suatu perusahaan harus dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen secara umum dibagi menjadi tiga kategori sebagai
berikut:
1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan produk
o Kualitas produk, yaitu merupakan mutu dari semua komponen-
komponen yang membentuk produk, sehingga produk tersebut
mempunyai nilai tambah.
o Hubungan antara nilai sampai pada harga, merupakan hubungan antara
harga dan nilai produk yang ditentukan oleh perbedaan antara nilai
yang diterima oleh pelanggan dengan harga yang dibayar oleh pelanggan
terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh badan usaha.
o Bentuk produk atau jasa, merupakan komponen-komponen fisik dari suatu
produk atau jasa yang menghasilkan suatu manfaat.
o Keandalan, merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk
menghasilkan produk yang sesuia sengan apa yang dijanjikan oleh
perusahaan.
19
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan
o Jaminan, merupakan suatu jaminan yang ditawarkan perusahaan untuk harga
pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produk atau jasa yang rusak
setelah pembelian.
o Respon dari cara pemecahan masalah, merupakan sikap dari
karyawan dalam menaggapi keluhan serta masalah yang dihadapi pelanggan.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pembelian
o Pengalaman karyawan, merupakan semua hubungan antara pelanggan
dengan karyawan khususnya dalam komunikasi yang berhubungan dengan
pembelian.
o Kemudahan dan kenyamanaan, yaaitu segala kemudahan dan kenya
manan yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk atau jasa
yang dihasilkannya.
2.1.5 Keputusan Pembelian
2.1.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian
Menurut Setiyadi (2003, p415) Keputusan pembelian adalah proses
pengintergrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau
lebih perilaku alternative dan memilih salah satu di antaranya. Hasil dari proses
pengintegrasian ini adalah suatu pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan
berperilaku.
Menurut Peter dan Olson dalam Lin LY, Shih HY dan Lin SW (2012), keputusan
pembelian mengacu pada target atau orientasi dari suatu keputusan konsumen dan
konsumen selalu membutuhkan pilihan berdasarkan perbedaan keputusan berdasarkan
upaya penyelesaian masalah. Menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547), keputusan
pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian,
artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif
pilihan.
20
Jadi dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah suatu keputusan yang
dilakukan oleh konsumen / masyarakat terhadap suatu produk / jasa.
2.1.5.2 Tingkat Pengambilan Keputusan Konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p487) membedakan tiga tingkatan
pengambilan keputusan konsumen yatu:
1. Pemecahan masalah yang luas
Pada tingkat ini, konsumen membutuhkan berbagai informasi untuk menetapkan
serangkaian criteria guna menilai merek-merek tertentu dan banyak informasi
yang sesuai mengenai setiap merek yang akan dipertimbangkan. Pemecahan
masalah yang luas biasanya dilakukan pada pembelian barang tahan lama dan
barang-barang mewah.
2. Pemecahan Masalah yang terbatas
Konsumen telah menetapkan kriteria dasar untuk menilai kategori produk dan
berbagai merek dalam kategori tersebut. Namun, konsumen belum memiliki
preferensi tentang merek tertentu. Mereka membutuhkan informasi tambahan
untuk melihat perbedaan diantara berbagai merek
3. Perilaku sebagai respon yang rutin
Konsumen sudah mempunyai beberapa pengalaman mengenai kategori produk
dan serangkaian kriteria yang ditetapkan dengan baik untuk menilai berbagai
merek yang sedang mereka pertimbangkan. Konsumen mungkin mencari
informasi tambahan, tetapi hanya untuk meninjau kembali apa yang sudah
mereka ketahui.
2.1.5.3 Model Sederhana Pengambilan Keputusan Konsumen
Menurut Schiffman dan kanuk (2007, p491-507) menggambarkan model
sederhana dalam pengambilan keputusan konsumen menjadi tiga komponen utama,
yaitu:
a. Input
Komponen input terdiri dari berbagai pengaruh luar yang berlaku sebagai sumber
informasi mengenai produk tertentu dan mempengaruhi nilai-nilai, sikap dan
perilaku yang berkaitan dengan produk. Yang paling utama dalam komponen
21
input ini adalah berbagai kegiatan bauran pemasaran dan pengaruh social
budaya.
• Input Pemasaran
Kegiatan pemasaran perusahaan yang merupakan usaha langsung untuk
mencapai, memberikan informasi, dan membujuk konsumen untuk membeli
dan menggunakan produknya.
• Input Sosial budaya
Terdiri dari berbagai macam pengaruh nonkomersial seperti pengaruh
dari keluarga, sumber informasi nonkomersial, kelas social, budaya dan sub
budaya.
b. Proses
Komponen proses berhubungan dengan cara konsumen mengambil keputusan.
Untuk memahami proses ini, maka harus dipertimbangkan pengaruh berbagai
konsep psikologis yang merupakan pengaruh dari dalam diri. Pengaruh-pengaruh
tersebut adalah motivasi persepsi, pembelajaran, kepribadian, dan sikap. Proses
pengambilan keputusan konsumen terdiri dari tiga tahap, yaitu:
• Pengenalan kebutuhan
Pengenalan kebutuhan terjadi ketika konsumen dihadapkan dengan suatu
masalah. Di kalangan konsumen, tampaknya ada dua gaya pengenalan
kebutuhan yang berbeda. Pertama, merupakan tipe keadaan yang sebenarnya,
yang merasa bahwa mereka mempunyai masalah ketika sebuah produk tidak
dapat berfungsi secara memuaskan. Kedua, tipe keadaan yang diinginkan,
dimana bagi konsumen keinginan terhadap sesuatu yang baru dapat
menggerakkan proses keputusan.
• Penelitian sebelum pembelian
Penelitian ini dimulai ketika konsumen merasakan adanya kebutuhan
yang dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Ingatan
pada pengalaman yang lalu dapat memberikan informasi yang memadai
kepada konsumen untuk melakukan pilihan sekarang ini. Jika tidak
mempunyai pengalaman sebelumnya, mungkin konsumen harus melakukan
22
penelitian lebih dalam mengenai keadaan diluar dirinya untuk memperoleh
informasi yang berguna sebagai dasar pemilihan. Banyak keputusan
konsumen yang didasarkan kepada gabungan pengalaman yang lalu (sumber
internal) dan informasi pemasaran dan nonkomersial (sumber eksternal).
Tingkat resiko yang dirasakan juga dapat mempengaruhi tahap proses
pengambilan keputusan.
• Penilaian Alternatif
Ketika menilai berbagai alternative potensial, konsumen cenderung
menggunakan dua tipe informasi, yaitu daftar merek yang akan konsumen
rencanakan untuk dipilih dan kriteria yang akan mereka gunakan untuk
menilai setiap merek.
c. Output
Komponen output menyangkut kegiatan pasca pembelian yang berhubungan erat,
yaitu perilaku pembelian dan penilaian pasca pembelian. Tujuan dari kedua kegiatan itu
adalah untuk meningkatkan kepuasan konsumen terhadap pembeliannya.
• Perilaku pembelian
Konsumen melakukan dua tipe pembelian, yang pertama adalah
pembelian percobaan, yang bersifat sebagai penjajakan konsumen untuk
menilai suatu produk melalui pemakaian langsung. Yang kedua adalah
pembelian ulang, biasanya menandakan bahwa produk memenuhi
persetujuan konsumen dan konsumen bersedia memakainya lagi dalam
jumlah yang lebih besar.
• Penilaian Pasca Pembelian
Unsure terpenting dari evaluasi pasca pembelian adalah pengurangan
ketidakpastian atau keragu-raguan yang dirasakan oleh konsumen terhadap
pilihannya. Tingkat analisis pasca pembelian yang dilakukan para konsumen
tergantung pada pentingnya keputusan produk dan pengalaman yang
diperoleh dalam memakai produk tersebut. Jika kinerja produk sesuai
harapan, maka mungkin konsumen akan membelinya lagi. Sebaliknya, jika
23
tidak sesuai harapan maka konsumen akan mencari berbagai alternative yang
lebih sesuai.
2.1.5.4 Faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen
Menurut Kotler (2002, p183), terdapat beberapa factor yang mempengaruhi
perilaku pembelian konsumen, yaitu:
a. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh paling luas dan mendalam terhadap
perilaku konsumen. Terdiri dari budaya, sub budaya, dan kelas social. Budaya
yang merupakan karakter paling penting dari suatu social yang membedakan dari
kelompok budaya lain menjadi penentu dan keinginan dan perilaku yang paling
mendasar. Masing-masing budaya terdiri dari sub budaya yang memberikan
lebih banyak cirri-ciri dan sosialisasi. Sub budaya adalah suatu kelompok
homogennya atas sejumlah orang yang terbagi menjadi beberapa bagian dari
keseluruhan suatu budaya. Masyarakat dalam suatu budaya dan sub budaya
sesungguhnya terbagi dalam strata atau kelas social. Kelas social merupakan
sekelompok orang yang sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan
diantara mereka sendiri.
b. Faktor Sosial
Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat dari orang sekitar dan
lingkungannya tentang produk apa yang harus dibeli. Karena itulah lingkungan
social memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumen. Factor social terdiri
dari tiga bagian yaitu: Kelompok acuan, keluarga, dan peran. Kelompok acuan
adalah semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap
sikap/perilaku seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok,
maka konsumen dapat membuat keputusan konsumsi. Keluarga sebagai
organisasi pembelian konsumen yang paling penting juga berpengaruh secara
langsung terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang sehari-hari.
Sedangkan peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang.
Suatu produk atau merek dapat menggambarkan peran dan status pemakainya.
24
c. Faktor Pribadi
Mulai dari bayi hingga dewasa dan menjadi tua, manusia selalu
membutuhkan barang dan jasa. Pilihan barang yang dibeli secara otomatis
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan gaya hidup yang bersangkutan. Gaya
hidup adalah cara hidup seseorang yang terlihat melalui aktivitas sehari-hari,
minat dan pendapat seseorang. Karena sangat berguna dalam menganalisis
perilaku konsumen sehingga banyak perusahaan menggunakan konsep yang
berhubungan dengan kepribadian seseorang.
d. Faktor Psikologis
Sikap pembelian psikologis dipengaruhi oleh empat factor psikologis yaitu:
motivasi, persepsi, pembelajaran dan kepercayaan. Motivasi merupakan
kebutuhan yang mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Melalui motivasi proses pengamatan dan
pembelajaran seseorang memperoleh kepercayaan terhadap suatu produk yang
secara otomatis mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Para konsumen
mengembangkan beberapa keyakinan mengenai ciri-ciri dari suatu produk dan
selanjutnya akan membentuk suatu sikap konsumen terhadap produk tersebut.
2.1.5.5 Proses pengambilan keputusan membeli
Menurut Kotler and Keller (2008, p234-p235), terdapat lima tahap proses
pengambilan keputusan membeli :
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal dan eksternal.
Dengan pemasar mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, mereka
dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen.
Motivasi konsumen perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial memberikan
pertimbangan yang serius.
25
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya kedalam dua level
rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan
perhatian. Pada level ini orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi
produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif mencari informasi
untuk mempelajari produk tertentu. Yang menjadi perhatian pemasar adalah
sumber-sumber informasi yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif
tiap sumber terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber digolongkan
menjadi empat. Yaitu:
- Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan
- Sumber komersial: iklan, kemasan, pajangan took
- Sumber public : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen
- Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk
Jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi itu berbeda-beda,
tergantung pada kategori produk dan karakteristik pembeli. Secara umum,
konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang produk tertentu dari
sumber komersial yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar. Namun,
informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi atau sumber informasi
melakukan fungsi berbeda dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Informasi
komersial biasanya menjalankan fungsi pemberi informasi, dan sumber pribadi
menjalankan fungsi legitimasi atau evaluasi.
3. Evaluasi Alternatif
Beberapa konsep dasar akan membantu dalam memahami proses evaluasi
konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua,
konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen
memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut yang diminati
oleh pembeli berbeda-beda bergantung jenis produknya. Pasar produk tertentu
sering dapat disegementasikan berdasarkan atribut yang menonjol bagi kelompok
konsumen yang berbeda-beda.
26
• Keyakinan dan sikap
Melalui berindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap.
Keduanya kemudian mempengaruhi perilaku pembelian mereka.
Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang
tentang gambar sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau merek
mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Sikap (attitude) adalah
evaluasi, perasaan emosi, dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan atau tidak menguntungakan dan bertahan lama pada
seseorang objek atau gagasan tertentu. Sikap sangat sulit dirubah.
Perusahaan sebaiknya menyesuaikan produknya dengan sikap yang telah
ada, bukannya berusaha mengubah sikap orang.
• Model harapan-nilai
Model harapan-nilai atas pembentukan sikap menyatakan bahwa
konsumen mengevaluasi produk atau jasa dengan menggabungkan
keyakinan merek positif dan negative menurut kepentingannya.
4. Keputusan Pembelian
Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen bias mengambil lima
sub-keputusan : merek, dealer, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran. Dalam
pembelian produk sehari-hari, keputusannya lebih kecil dan kebebasannya juga
lebih kecil. Dalam beberapa kasus, konsumen bias mengambil keputusan untuk
tidak secara formal mengevaluasi setiap merek. Dalam kasus lain, faktor-faktor
yang mengintervensi bias mempengaruhi keputusan final.
• Model pilihan konsumen yang non-kompensasi
Pertimbangan atribut positif dan negative tidak perlu disaring.
Mengevaluasi atribut lebih dalam membuat keputusan menjadi lebih
mudah bagi seorang konsumen, tetapi juga meningkatkan kemungkinan
orang untuk melakukan pilihan yang berbeda jika dia lebih leluasa
menghadapi rincian yang lebih besar. Tiga warisan pilihan tersebtu
adalah
27
- Pada pengalaman konjungtif, konsumen menetapkan satu tingkat
minimum yang dapat diterima untuk setiap atribut dan memilih
alternative pertama yang memenuhi standar minimum untuk
semua atribut.
- Pada pengalaman leksikografik, konsumen memilih merek terbaik
berdasarkan atribut yang dirasakan paling penting.
- Pada pengalaman eliminasi berdasarkan aspek, konsumen
membandingkan merek pada sebuah atribut itu secara positif
berhubungan dengan arti pentingnya dan merek dieleminasi jika
tidak memenuhi tingkat minimum yang dapat diterima.
• Faktor-faktor
Faktor-faktor berikut dapat berada diantara niat pembelian dan keputusan
pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap
orang lain mengurangi alternative yang disukai seseorang akan
bergantung pada dua hal:
- Intensitas sikap negative orang lain terhadap alternative yang
disukai konsumen.
- Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.
- Semakin gencar sikap negative orang lain dan semakin dekat
orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin
mengubah niat pembeliannya. Faktor kedua adalah faktor situasi
yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat
pembelian.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah pembelian konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena
memperhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal
yang menyenangkan tentang merek lain dan akan selalu siaga terhadap informasi
yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran harus memasok
keyakinan dan evaluasi yang mengokohkan pilihan konsumen dan membantu dia
merasa nyaman dengan merek. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca
pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.
28
• Kepuasan pasca pembelian
Adalah fungsi dari seberapa sesuainya harapan pembeli produk dengan
kinerja yang di pikirkan pembeli atas produk tersebut jika kinerja produk
lebih rendah daripada harapan, pelanggan akan kecewa, jika ternyata
sesuai harapan, pelanggan akan puas, jika melebihi harapan, pembeli
akan sangat puas.
• Tindakan pasca pembelian
Jika pelanggan puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih
tinggi untuk kembali membeli produk tersebut. Pelanggan yang puas juga
akan menceritakan hal-hal yang baik tentang merek tersebut kepada
orang lain. Pelanggan yang tidak puas mungkin akan membuang atau
mengembalikan produk tersebut. Mereka mungkin mengambil tindakan
public seperti mengajukan keluhan ke perusahaan tersebut, pergi ke
pengacara, atau mengadu ke kelompok-kelompok lain. Tindakan pribadi
dapat berupa memutuskan untuk membeli produk tersebut atau
memperingatkan teman-teman.
• Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian
Para pemasar juga harus memantau cara pembeli memakai dan
membuang produk tertentu. Pendorong utama frekuensi penjualan adalah
tingkat konsumsi produk, semakin cepat pembeli mengkonsumsi produk,
semakin cepat mereka bias kembali ke pasar untuk membelinya lagi.
2.1.5.6 Indikator Keputusan Pembelian
Menurut Hawkins et al dalam Lin LY, Shih HY dan Lin SW (2012),
keputusan pembelian dibagi menjadi 3 indikator yaitu :
1. Product selection yaitu para konsumen / pengguna melakukan evaluasi
pemilihan produk sebelum membeli. Hal ini berarti ada beberapa produk
yang dievaluasi oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian.
2. Brand selection yaitu dimana konsumen atau pengguna melakukan keputusan
pembelian berdasarkan pertimbangan suatu merek.
29
3. Store selection yaitu tempat atau letak yang dapat mempermudah para
konsumen dalam mencari produk (kemudahan dalam mencari suatu produk).
2.1.6 Hubungan antar Variabel Penelitian
Berikut beberapa hasil studi penelitian terdahulu :
1. Dalam journal of Electronic Commerce Research Vol 6. No 2 yang berjudul
WEB-Based Shopping : Consumers Attitudes Towards Online Shopping in New
Zealand (Shergill G.S, 2005) menyatakan bahwa banyak penelitian e-marketing
terhadap consumer satisfaction dalam pembelian secara online. Penelitian ini
menemukan bahwa adanya hubungan antara website terhadap 4 faktor yang
mempengaruhi persepsi pelanggan dalam melakukan pembelian secara online.
2. Dalam journal of Business & Economics Research Vol 8 No 9, (Cho. Y.C
,2010)yang berjudul Assessing Customer Satisfaction and Acceptance on
Perishable Goods in the “Telepresent” Environments, menyatakan bahwa
Kepuasan Pelanggan dan keputusan untuk membelu suatu produk berdasarkan
pengalaman sebelumnya secara online. Dalam penelitian ini menyatakan adanya
pengaruh antara Kepuasan Pelanggan terhadap keputusan pembelian.
3. Dalam jurnal Research Journal of International Studies Issue 20 yang berjudul
The Impact of Word of Mouth (WOM) on the Purchasing Decision of the
Jordanian Consumer (Ahmad M. Zamil ,2011) menyatakan bahwa saat ini era
akan penyebaran suatu informasi pengetahuan baik komunikasi, e-management,
e-marketing dan praktik lainnya sangatlah berubah secara cepat dan bervariasi.
Setiap perusahaan harus aware akan pentingnya WOM dalam marketing strategy
dimana mengakibatkan hubungan yang baik dan meningkatkan kepuasan
pelanggan. e-marketing sangat membantu perusahaan dalam membantu
pelanggan untuk mengetahui mengenai produk yang ditawarkan dalam website /
forum.
4. Dalam jurnal Manajemen Vol 6 no 1 yang berjudul Internet Marketing : Konsep
dan Persoalan Baru Dunia Pemasaran (Bertha Sutejo, 2006) menyatakan dalam
internet marketing / e-marketing proses interaksi yang mudah dan konsekuen
30
dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan memungkinkan mereka
mengunjungi situs mereka kembali.
2.2 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan konsep definisi dan indikator dalam kajian pustaka, maka dapat dibuat
paradigma kerangka penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.2. Paradigma Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis, 2012
2.3 Hipotesis
Menurut Sekaran (2006), hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang
diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam
bentuk pertanyaan yang dapat diuji. Hubungan tersebut dapat diperkirakan berdasarkan
jaringan asosiasi yang dapat ditetapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk
PENERAPAN E-MARKETING
(X) 1. Informasi 2. Keberadaan Pelayanan 3. Ketanggapan
Pelayanan 4. Proses 5. Kegunaan (J. Supranto (2006, p.244)
PT. NUTRACO MESINDOTAMA
KEPUASAN PELANGGAN
(Y) • Faktor
yang berhubungan dengan produk
• Faktor yang berhubungan dengan pelayanan
• Faktor yang berhubungan dengan pembelian (Hannah and karp dalam Musanto Trisno ,2004)
KEPUTUSAN PEMBELIAN
(Z) • Pemilihan produk
oleh konsumen • Pemilihan merek
yang akan digunakan oleh konsumen
• Pemilihan tempat dimana konsumen mudah mendapatkan produk
(Hawskin et al dalam Lin LY, Shih HY dan Lin SW, 2012)
31
studi penelitian. Adapun hipotesis yang peneliti rancang adalah hipotesis yang bersifat
asosiatif, yang menjelaskan bagaimana hubungan dan pengaruh antar variabelnya.
Berikut ialah hipotesis yang peneliti rancang dalam penelitian ini:
Hipotesis-1:
Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Penerapan E-Marketing terhadap
Kepuasan Pelanggan
Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara Penerapan E-Marketing terhadap
Kepuasan Pelanggan
Hipotesis-2:
Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Kepuasan Pelanggan terhadap
Keputusan Pembelian.
Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara Kepuasan Pelanggan terhadap
Keputusan Pembelian.
Hipotesis-3:
Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara E-Marketing terhadap Keputusan
Pembelian.
Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara E-Marketing terhadap Keputusan
Pembelian.
Hipotesis-4:
Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Penerapan E-Marketing dan
Kepuasan Pelanggan secara simultan terhadap Keputusan Pembelian.
Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara Penerapan E-Marketing dan Kepuasan
Pelanggan secara simultan terhadap Keputusan Pembelian.