1. pulpotomi kaping pulpa direct

33
MAKALAH KONSERVASI II PULPOTOMI DAN KAPING PULPA DIRECT DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 KELAS GENAP Agung Triasmo 10/299637/KG/08720 Aulida Arum M 11/311440/KG/08788 Fadhil Muhammad 11/311447/KG/08790 Sari Ambarwati 11/311450/KG/08792 Nisaul Afifah 11/311474/KG/08794 Mira Hidayanti 11/311482/KG/08796 Fitria Avriliyanti 11/311497/KG/08798 Premia Utianty 11/311536/KG/08800 Astriana Wahyu C 11/311611/KG/08804 Atfirani Tri Sukma 11/311644/KG/08806 Henny Anggraeni 11/311669/KG/08808 Gusti Fathoni F 11/311684/KG/8810 Gilang Jati Pamungkas 11/311746/KG/8812 Syelvi Agustin 11/311789/KG/08814

Upload: hirzi-nugraha

Post on 24-Oct-2015

88 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

MAKALAH KONSERVASI II

PULPOTOMI DAN KAPING PULPA DIRECT

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1 KELAS GENAP

Agung Triasmo 10/299637/KG/08720

Aulida Arum M 11/311440/KG/08788

Fadhil Muhammad 11/311447/KG/08790

Sari Ambarwati 11/311450/KG/08792

Nisaul Afifah 11/311474/KG/08794

Mira Hidayanti 11/311482/KG/08796

Fitria Avriliyanti 11/311497/KG/08798

Premia Utianty 11/311536/KG/08800

Astriana Wahyu C 11/311611/KG/08804

Atfirani Tri Sukma 11/311644/KG/08806

Henny Anggraeni 11/311669/KG/08808

Gusti Fathoni F 11/311684/KG/8810

Gilang Jati Pamungkas 11/311746/KG/8812

Syelvi Agustin 11/311789/KG/08814

Kristika Maharani 11/311844/KG/8816

Mika Cendy 11/311871/KG/08818

Ela Novitasari K 11/311938/KG/08820

Nurul Imanda Syafjon 11/311942/KG/08822

Pipit Rezita Aprilliani 11/311985/KG/08824

Athistya Diska Pr11/312001/KG/08826

Rita Kumaladewi D 11/312026/KG/08828

Khalifa Unsa M 11/312057/KG/08830

Priske Pramadima P 11/312057/KG/08832

Brian Arista Marzuq 11/312214/KG/08834

Norma Dias L 11/312225/KG/08836

Drita Maya Hapsari 11/312234/KG/08838

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

Page 2: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

2013

Page 3: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

PEMBAHASAN

PULPOTOMI

I.1 PENGERTIAN PULPOTOMI

Pulpotomi merupakan perawatan yang hanya mengambil jaringan pulpa terinfeksi

pada kamar pulpa, dan mempertahankan jaringan pulpa vital dalam saluran akar. Pada gigi

yang immature, perkembangan akar akan terus berlanjut apabila pulpa dalam saluran akar

dipertahankan tetap sehat. Pulpotomi dapat dilakukan pada gigi dengan pulpa terbuka tidak

lebih dari 72 jam. Berdasarkan penelitian, membuktikan bahwa ukuran pulpa yang terbuka

serta waktu antara terjadinya trauma dengan perawatan dan sempurnanya pembentukan akar

merupakan salah satu hal yang tidak terlalu penting untuk dapat mencapai perawatan

pulpotomi yang optimal..

I.2 INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI

A. Indikasi Pulpotomi

Pulpotomi harus dilakukan hanya pada gigi yang sehat, pulpa hiperemik atau

terinflamasi ringan, seperti gigi permanen anterior pada anak dengan apeks terbuka lebar,

yang mengalami fraktur waktu olahraga atau kecelakaan mobil, atau gigi posterior anak

dengan apeks terbuka lebar, yang mempunyai pembukaan karies kecil yang asimtomatik.

Pada gigi permanen anak-anak yang melibatkan pulpa dengan apeks akarnya belum terbentuk

sempurna (Grossman, 1995).

Alasan utama mengapa terapi pulpa vital yang harus dilakukan pada gigi fraktur

dengan pulpa terbuka adalah untuk mempertahankan kevitalan jaringan pulpa. Ini terutama

penting pada gigi yang belum tumbuh sempurna yang jika pembentukan akarnya dapat terus

berlangsung akan menghasilkan gigi yang lebih kuat dan lebih tahan terhadap fraktur

daripada gigi dengan dinding akar yang menjadi tipis (Walton, 2008).

Indikasi pulpotomi menurut Tarigan (2004) adalah sebagai berikut:

1. Pulpa vital, bebas dari pernanahan atau tanda nekrosis lainnya.

2. Pulpa terbuka karena faktor mekanis selama preparasi kavitas yang kurang hati-hati

atau tidak sengaja.

Page 4: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

3. Pulpa terbuka karena trauma dan sudah lebih dari dua jam, tetapi belum melebihi 24

jam, tanpa terlihat adanya infeksi pada bagian periapeks.

4. Gigi masih dapat diperbaiki dan minimal didukung lebih dari dua pertiga panjang

akar.

5. Tidak ada kehilangan tulang pada bagian interradikal.

6. Pada gigi posterior yang eksterpasi pulpa sulit dilakukan.

7. Apeks akar belum tertutup sempurna.

8. Usia tidak lebih dari 20 tahun.

Menurut Bergenholtz (2010) indikasi pulpotomi diterangkan

berdasarkan gambar disamping. Pada gambar a menunjukan

gambaran pulpotomi parsial yang diindikasikan pada eksposur

traumatik atau terbukanya pulpa akibat karies dan tidak ada tanda

patologi baik secara klinik maupun radiografi.

Sedangkan pada gambar b menunjukan gambaran indikasi pulpotomi

yang diindikasikan pada adanya simptom yang terlihat baik secara

klinik dan atau radiografi yang menunjukan inflamasi pada pulpa

koronal.

Selain itu, juga ada indikasi pulpotomi pada gigi decidui yaitu sebagai berikut:

1. Gigi yang bisa dikembalikan (restorable),

2. Tidak ada riwayat nyeri yang spontan,

3. Tidak ada abses atau sinus dalam hubungan gigi tersebut,

4. Tidak ada resorpsi internal,

5. Tidak ada bukti radiografi dari kehilangan tulang pada bagian interradikular.

B. Kontra Indikasi Pulpotomi

Kontraindikasi pulpotomi menurut Tarigan (2004) adalah sebagai berikut:

1. Sakit jika diperkusi atau dipalpasi.

2. Ada radiolusen pada daerah periapeks atau interadikular.

3. Mobilitas patologik.

4. Terdapat nanah pada pulpa yang terbuka

5. Pada pasien yang kesehatannya kurang baik.

6. Pada pasien berusia diatas 20 tahun.

Page 5: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

Selain kontraindikasi yang disebutkan diatas, Grossman (1995) menambahkan beberapa

kontraindikasi lain dari pulpotomi yaitu,

1. Tindakan yang membutuhkan ekstirpasi pulpa dan obsturasi dikontraindikasikan

karena akar belum matang/imatur, dan foramen masih terbuka lebar, dan ekstraksi

tidak dibenarkan karena mempengaruhi erupsi gigi disebelahnya dan perkembangan

lengkung gigi.

2. Foramen yang terbuka merupakan kontraindikasi untuk terapi saluran akar dan harus

ditangguhkan sampai foramen menjadi matang/dewasa.

3. Pasien yang menderita pulpitis ireversibel.

4. Terdapat daerah radiolusen pada area periapeks atau interradikular yang dapat

disebabkan karena perluasan penyakit pulpa ke dalam jaringan periapikal, dan

penyempitan kamar pulpa atau saluran akar (kalsifikasi).

Selain itu, juga terdapat kontraindikasi pulpotomi pada gigi decidui yang sebagian besar

merupakan kebalikan dari indikasinya yaitu sebagai berikut:

1. Gigi yang sudah tidak bisa dikembalikan (unrestorable),

2. Terdapat rasa nyeri yang spontan,

3. Terdapat abses atau sinus,

4. Terdapat bukti radiografi dari kehilangan tulang pada bagian interradikular dan

resorpsi internal,

5. Sudah dekat waktu erupsi gigi permanan, dan

6. Adanya perdarahan pulpa yang tidak berhenti.

I.3 JENIS-JENIS PULPOTOMI

Pulpotomi terbagi atas pulpotomi parsial dan pulpotomi servikal. Pulpotomi parsial

biasanya dilakukan jika pulpa terbuka disebabkan preparasi kavitas. Disini pulpa dalam

kamar pulpa tidak diganggu, masih dalam keadaan utuh, sedangkan pada pulpotomi servikal,

keseluruhan pulpa pada kavum pulpa sampai orifisium dibuang, kemudian diletakkan

Ca(OH)2 di lantai pulpa, menutupi seluruh orifisium. Biasanya pulpotomi servikal ini

dilakukan terutama bila foramen apikal masih belum sempurna pertumbuhannya (Tarigan,

2004).

Page 6: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

1. Pulpotomi Parsial

Menurut American Association of Endodontists Glossary pulpotomi sebagian

didefinisikan sebagai penghilangan sebagian kecil pulpa koronal vital yang berarti

mempertahankan (preserving) jaringan pulpa koronal dan radikular yang tersisa

untuk melanjutkan perkembangan fisiologis dan pembentukan root end. Pulpotomi

sebagian disebut juga dengan Cvek pulpotomy (Berg, 2013).

Pengambilan daerah tersebut sangat minimal karena jaringan pulpa

mempunyai vaskularisasi yang baik, dan dapat memberikan reaksi pertahanan

terhadap kontaminasi bakteri (Fauziah, 2008). Pulpotomi parsial adalah perawatan

dengan teknik amputasi jaringan pulpa dan dentin 1-2 mm apikal dari lokasi pulpa

terbuka. Perawatan pulpotomi parsial berguna untuk mempertahankan vitalitas

pulpa pada kasus trauma dimana gigi mengalami pulpa terbuka (Cahyono, 2007).

Pulpotomi sebagian diindikasikan untuk traumatic pulp exposure atau pulpa

yang terpapar karena lesi karies yang dalam (Bergenholtz, 2010). Selain itu,

diindikasikan pada pulpa masih vital, jika dilihat gambaran radiografi nya normal,

perdarahan terkontrol dan pada perawatan restorasi kecil sampai moderate (Berg,

2013). Teknik pulpotomi parsial memerlukan pertimbangan dalam pemilihan

kasusnya, kondisi yang perlu dipertimbangkan adalah apakah tingkat penyembuhan

pulpa masih baik atau tidak (Cahyono, 2007).

Kontraindikasi pulpotomi parsial adalah gigi yang pernah mengalami rasa

sakit yang spontan, rasa sakit yang terus menerus, terdapat eksudat dari pulpa

terbuka, dan gambaran radiografis yang menunjukkan adanya kelainan pulpa

(Cahyono, 2007).

Pulpotomi sebagian lebih dipilih dalam perawatan kaping pulpa karena lebih

banyak kemungkinan untuk mengontrol permukaan yang terluka, mencegah

pembekuan darah ekstrapulpa, untuk mendapatkan retensi yang cukup pentupan

luka dan tight seal dan juga mencegah infeksi bakteri. (Koch, 2009)

Gigi dengan pulpa terbuka yang kecil dan suplai darah yang baik memiliki

tingkat kesembuhan jaringan pulpa yang tinggi. Pada perawatan pulpotomi parsial

lama waktu pulpa terbuka bukan merupakan faktor utama dalam menentukan

Page 7: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

kondisi pulpa, karena vaskularisasi pulpa yang baik memiliki mekanisme

pertahanan terhadap kontaminasi bakteri. Mekanisme pertahanan yang dimaksud,

adalah reaksi inflamasi (Cahyono, 2007).

2. Complete pulpotomy/ Servikal Pulpotomi

Complete pulpotomy (juga dikenal sebagai servikal pulpotomi) merupakan

suatu pembuangan jaringan pulpa di koronal dan penempatan wound dressing di

saluran orifice. Prosedur ini akan menyebabkan terjadinya pembentukan dentin pada

gigi permanen yang imatur dan obliterasi saluran akar. Pada perawatan ini, sebaiknya

juga diikuti terapi endodontik yang komplit saat perkembangan akar sudah sempurna

(Fong, 2002). Pulpotomi servikal diindikasikan ketika pulpa diperkirakan mengalami

inflamasi pada pulpa koronal yang dalam. Karena bahan dressing akan diletakkan di

pulpa yang terinflamasi, pulpotomi servikal merupakan kontraindikasi pada gigi

mature (Hargreaves, 2011).

I.4 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN

Beberapa keuntungan prosedur perawatan pulpotomi adalah :

Hanya mengambil jaringan pulpa yang terinfeksi saja pada kamar pulpa dan dapat

mempertahankan pulpa vital yang berada di saluran akar.

Bahan yang digunakan untuk pulpotomi adalah kalsium hidroksida. Kalsium

hidroksida mempunyai peranan dalam merangsang odontoblas, sehingga

membentuk dentin reparative untuk membentuk jembatan yang menutup dan

melindungi dentin.

Pulpotomi dengan bahan kalsium hidroksida juga dapat membentuk selapis tipis

jaringan koagulasi nekrosis karena bahan ini mempunyai derajat iritasi yang

rendah pada pulpa dan dapat merangsang formasi pertahanan jaringan keras.

Bila perawatan pulpotomi gagal dapat dilakukan perawatan pulpektomi.

Memiliki prognosis yang lebih baik daripada pulpa kaping.

Sedangkan kerugian dari perawatan pulpotomi adalah :

Beresiko menyebabkan resorbsi internal pada pulpa setelah perawatan pulpotomi.

Apabila pengaplikasiannya salah maka dapat menyebabkan micro leakage atau

kebocoran mikro, sehingga dapat mengiritasi jaringan pulpa yang masih sehat

dibawahnya.

Page 8: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

Tidak dapat digunakan pada pasien yang mengalami pulpitis irreversible.

I.5 ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan selama perawatan pulpootomi yaitu:

1. Isolasi gigi rubber dam

2. Buang atap pulpa round bur low speed

3. Buang pulpa bagian korona ekskavator atau round bur low speed

4. Kaping dengan kalsium hidroksida atau MTA

5. Base semen ionomer kaca

Bahan yang digunakan untuk perawatan pulpotomi yaitu:

1. Pasta Formocresol

Indikasi

Pulpotomi formokresol diindikasikan untuk perawatan gigi sulung yang pulpanya

terlibat,dengan manifestasi klinis perubahan inflamatori yang terbatas pada pulpa mahkota

atau pembukaan mekanis pada waktu prosedur operatif. Dikontraindikasikan pada gigi sulung

yang luar biasa sensitif terhadap panas dan dingin (sakit spontan terutama pada malam hari);

sensitif terhadap perkusi atau palpasi karena suatu penyakit pulpa; secara klinis atauradiografi

menunjukkan tanda-tanda infeksi apikal atau resorpsi akar; serta perdarahan yang berlebihan

dari radicular stumps setelah amputasi. 

Isi bahan Formocresol:

Formaldehyde soln (37%)

In 60/20 glycerine and water 60%

Cresol 40%

- Keuntungan dari formocresol:

Terjadi devitalisasi dari jaringan yang rusak dan mikroorganisme yang menyerang, tidak

toksik dan kurang iritasi dibandingkan obat-obatan yang digunakan dalam teknik

sebelumnya.

- Kekurangan:

Kekurangan teknik formocresol yaitu terjadi suatu peradangan kronis di bagian yang lebih

dalam dari saluran akar.

2. Ca(OH)2

Page 9: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

Kalsium hidroksida digunakan karena kemampuannya membentuk jembatan dan memelihara

vitalitas sisa pulpa. Kalsium hidroksida, yang diperkenalkan oleh Herman pada tahun 1930,

tersedia dalam powder kering, suatu pasta yang dicampur dengan air, atau suatu pasta yang

dikemas secara komersial. Serbuk kalsium hidroksida dapat digunakan sendiri  atau dengan

suatu bahan radiopak, seperti barium sulfat, agar campuran lebih dapat dilihat pada radiograf.

Indikasi

Diindikasikan pada gigi permanen anak-anak yang melibatkan pulpa dengan apeks akarnya

belum terbentuk sempurna. Foramen yang terbuka merupakan kontraindikasi untuk terapi

saluran akar dan harus ditangguhkan sampai foramen menjadi matang/dewasa. Prosedur

pulpotomi memungkinkan apeksogenesis, maturasi fisiologik akar.

Pulpotomi teknik kalsium hidroksida lebih dianjurkan pada gigi permanen daripada gigi

desidui.

Isi bahan

Kalsium hidroksida dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida (CaO) dengan air. Senyawa

ini juga dapat dihasilkan dalam bentuk endapan melalui pencampuran larutan kalsium

klorida(CaCl2) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH).

Keuntungan

Pada calcium hydroxide diperlukan teknik yang steril dari pertama kali pengerjaan untuk

itutingkat keberhasilan akan meningkat drastis apabila teknik yang steril dilakukan dengan

baik.

3. Feric Sulfate

Indikasi

Ferric Sulfate mempromosikan hemostasis pulpa melalui reaksi kimia dengan darah. Ferric

sulfate telah diusulkan sebagai agen pulpotomi didasari dari kelebihannya dalam mengontrol

perdarahan pulpa dan membentuk “pelindung” gumpalan metal-proteindiatas pulpa vital

radikuler. Sebuah zinc oksida eugenol base kemudian biasanya diaplikasikan di atas jaringan

radikular pulpa.

Isi bahan

Astringedent® 15.5% Ferric Sulfate

1.6 PROSEDUR PERAWATAN PULPOTOMI

Pulpotomi harus dilakukan pada gigi yang masih sehat, pulpa hiperemik atau

terinflamasi ringan, seperti pada gigi anterior anak-anak dengan apeks terbuka lebar yang

Page 10: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

mengalami fraktur, atau gigi posterior anak-anak dengan apeks terbuka lebar, yang memiliki

pembukaan karies kecil yang asimptomatik.

Suatu radiograf diagnostik harus diperiksa untuk menentukan kedekatan ke kamar

pulpa, untuk mengevaluasi bentuk dan ukuran saluran akar, dan untuk memastikan keadaan

jaringan periradikular, gigi harus dicatat vitalitasnya. Gigi diberikan anestesi lokal dengan

metode infiltrasi atau konduksi. Isolator karet dipasang , medan operasi didisinfeksi dengan

antiseptik yang cocok. Pada pengambilan struktur gigi yang karies pembukaan menuju kamar

pulpa dilakukan sepanjang garis lurus menggunakan daerah yang terbuka sebagai titik

permulaan dan mengambil seluruh atap pulpa dengn bur steril. Pendarahan dapat

dikendalikan dengan gulungan kapas steril basah. Bagian koronal pulpa diambil dengan

ekskavator sendok yang besar, tajam, steril atau kuret periodontal

Pada gigi anterior, dimana kamar pulpanya kecil dan tidak jelas dari saluran akar,

perlu digunakan suatu bur untuk mengambil jaringan pulpa pada bagian mahkota. Pada gigi

posterior, pada bagian membulat (seperti bulbus) pulpa yang terkandung dalam kamar pulpa

dibawah orifice saluran akar harus diambil. Pada gigi anterior bagian membulat sampai tetapi

tidak mencapai sepertiga servikal saluran akar harus diambil. Sebanyak mungkin jaringan

harus ditinggalkan di dalam pulpa.

Kamar pulpa selanjutnya diirigasi dengan air steril atau dengan larutan anesstetik

dengan kandungan epinefrin yang dapat mengontrol pendarahan dan enak dipakai. Lalu

kamar pulpa dikeringkan dengan kapas steril. Pendarahan dikontrol dengan gulungan besar

kapas steril dan ditinggalkan selama 2-3 menit.

Kalsium hidroksida dalam bentuk pasta yang dibuat dengan air atau suatu pasta

komersial yang terdiri dari kalsium hidroksida dan methyl cellulose (pulpdent). Kemudian

diaplikasikan pada kamar pulpa yang telah diamputasi. Sejumlah kecil pasta dengan

menggunakan alat semprit (shyring) dibiarkan berkontak dengan pulpa yang sudah di

amputasi lalu di tekan/ dipadatkan pada pulpa dengan gulungan dengan kapas steril.

Kamar pulpa harus terisi kalsium hidroksida paling tidak 1-2mm dan di atasnya

diaplikasikan suatu bahan dasar (base) semen. Dapat seng oksida eugenol atau seng fosfat.

Suatu bahan perantara tidak diperlukan karena keasaaman semen seng fosfat dapat

dinetralkan dengan kalsium hidroksida. Suatu restorasi permanen diletakkan di atas bahan

dasar. Isolator karet kemudian diambil, dan oklusi diperiksa. Kemudian suatu radiograf harus

diperiksa untuk catatan operasi dan untuk mengetahui penutupan apikal, pembentukan

jembatan, resorbsi dalam, degenerasi kalsifik, atau perkembangan penyakit apikal diwaktu

mendatang.

Page 11: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

Perawatan yang tepat untuk kondisi gigi tertentu menurut (Kumar,2012)

Page 12: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

I.7 KONTROL KEBERHASILAN PERAWATAN

Kriteria bagi keberhasilan pulpotomi dangkal:

1. Gigi berfungsi baik dan tidak bergejala

2. Tidak ada bukti periodontitis periradikuler secara radiografis

3. Tidak ada indikasi resorbsi akar

4. Gigi memberikan respon terhadap pengetesan pulpa ( jika mungkin dilakukan)

5. Berlanjutnya perkembangan akar dan pembentukan akar jelas secara radiografi, jika

akar masih belum terbentuk sempurna ketika perawatan dilakukan. Jika pulpa menjadi

nekrosis dan pembentukan terhenti, maka apeksifikasi merupakan tindakan yang

diperlukan.

Kontrol kebersihan dari pulpotomi dilakukan dengan cara menggunakan rubber dam,

menghilangkan seluruh jaringan yang karies sebelum memotong jaringan pulpa, dan

melakukan pembersihan serpihan dentin hingga bersih sebelum melakukan dressing. Serta

irigasi menggunakan saline atau air, lalu dikeringkan dengan perlahan menggunakan cotton

pellet yang steril.

Keberhasilan perawatan pulpotomi dengan kalsium hidroksid tergantung dari

pemilihan kasus yang tepat dan prosedur perawatan yang benar. Berdasarkan hasil penelitian,

diketahui bahwa hasil reaksi jaringan dentin terhadap kalsium hidroksid terjadi pada hari

pertama hingga minggu kesembilan. Ellis dan Davey mennganjurkan untuk mengamati

pembentukan dentin sekunder setelah waktu 6-8 minggu perawatan. Sedangkan pada

penelitian yang dilakukan oleh Lucia Blanco dan Stephen Cohen , formasi awal pembentukan

dari dentin sekunder terbentuk 7 hari setelah perawatan pulpotomi dengan kalsium hidroksid.

KAPING PULPA DIRECT

Pulpa kaping direk berarti menutup pulpa sehat yang terbuka dengan suatu bahan

medikamen, utamanya ialah seperti bahan kalsium hidroksida. Kaping pulpa direk saat ini

mulai jarang diaplikasikan semenjak pulpotomi sebagian mulai diperkenalkan dan

menunjukkan perawatan yang lebih banyak dipilih baik oleh dokter gigi maupun pasien.

(Goran dkk, 2009)

Page 13: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

Perawatan Kaping pulpa direk biasanya dilakukan untuk perforasi pulpa yang terjadi

pada waktu dilakukan preparasi kavitas.

Tujuan pulpa kaping direk adalah memelihara vitalitas pulpa gigi dengan

menempatkan suatu bahan medikamen di atas area cavitas yang terbuka pulpanya dan juga

membentuk lingkungan untuk penyembuhan pulpa gigi yang terbuka. (Jitendar, 2008)

Indikasi Kaping Pulpa direk adalah :

1. Pulpa vital

2. Pulpa terbuka karena faktor mekanis dan dalam keadaan steril. (Tarigan, 2004)

Sedangkan menurut (Kumar, 2012) indikasi pulpa kaping direk adalah :

1. Pulpa yang terbuka kurang dari 1 mm.

2. Perdarahan ringan pada area yang terbuka yang dapat dikontrol dengan cotton pellet.

Kontraindikasi pulpa kaping direk menurut (Ingle&Backland, 1994) :

1. Sakit gigi yang spontan dan sering kambuh di malam hari.

2. Mobilitas gigi yang berlebihan

3. Penebalan jaringan periodontal

4. Terdapat bukti adanya degenerasi pada area jaringan periradikular.

5. Perdarahan yang tidak terkontrol saat pulpa terbuka.

6. Adanya eksudat purulen atau serosa dari pulpa yang terbuka.

Sedangkan kontraindikasi pulpa kaping direk menurut (Jitendar, 2008) adalah :

1. Pulpa yang terbuka areanya sangat luas.

2. Bukti radiografis menunjukkan adanya kondisi patologis pada pulpa.

3. Memiliki riwayat ggi yang sering ngilu secara spontan.

4. Ada perdarahan tak terkontrol dari area yang pulpanya terbuka.

Alat dan Bahan yang digunakan untuk Kaping pulpa direct yaitu :

I. Alat

Page 14: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

a) Exploring Instrument

Kaca Mulut, dapat digunakan untuk pengelihatan tidak langsung.

Explorer, digunakan untuk membantu mendiagnostik pada bagian yang

susah, misalnya pada pit dan fissure.

Ekscavator, untuk mebuang dan membersihkan jaringan karies.

Pinset, digunakan untuk mengambil cotton rol atau benda kecil lainnya.

b) Restoration Instrument

Spatula, digunakan untuk sementasi. Spatula terdapat 2 macam yaitu spatula

besar yang digunakan untuk mencampurkan semen, sedangkan spatula kecil

untuk mencampur liner.

Page 15: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

Plat gelas, untuk mencampur bermacam-macam semen.

Ball aplicatore, untuk menempatkan semen.

Semprotan udara, untuk menghembus sisa-sisa kotoran yang tertinggal

dalam kavitas.

c) Rotary Cutting instrument

Instrumen ini merupakan instrumen yang berotasi pada axis yang berfungsi untuk

memotong permukaan gigi. Instrumen ini terdiri dari :

Handpiece, terdapat 2 macam handpiece yaitu :

1. Contra angle handpiece, digunakan untuk preparasi gigi

posterior dan gigi poserior sebelah palatinal/lingual.

2. Straight handpiece, digunakan untuk preparasi kavitas gigi

anterior sebelah labial dan permukaan bukal gigi premolar satu

dan dua.

Bur dental, bur yang digunakan untuk kapping pulpa direct yaitu :

1. Round Bur (bur bulat), digunakan untuk menghilangkan

jaringan karies dan memperluas preparasi kavitas.

Page 16: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

2. Fissure Bur, digunakan untuk meratakan dan menghilangkan

dinding kavitas setelah dibuka dengan bur bulat.

II. Bahan yang diguanakn untuk Kaping pulpa direct :

1. Kalsium Hidroksida Ca(OH)2

Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus Ca(OH)2. Kalsium

Hidroksida dapat berupa kristal tidak berwarna atau bubur putih. Kalsium hidroksida dapat

dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida dengan air.

Kalsium hidroksida merupakan bahan yang umum digunakan pada perawatan

kaping pulpa, memiliki biokompatibilitas yang baik, pH tinggi, bersifat antibakteri dan

merangsang pembentukan jembatan dentin. Kekurangan kalsium hidroksida adalah tidak

dapat beradhesi baik dengan dentin dan mengalami degradasi sehingga pembentukan

jembatan dentin menjadi celah terjadinya kebocoran dan invasi bakteri ke jaringan pulpa.

2. MTA ( Mineral Trioxide Agregate)

Mineral Trioxide Agregate (MTA) adalah bubuk yang mengandung trisilikat, bismuth

oxide, dikalsium silikat, trikalsium aluminat, tetracalcium aluminate dan dicalsium sulfat

dihidrat. Mta sibuat dengan dehidrasi menjadi koloid dengan PH 12,5, mirip dengan kalsium

hidroxide. Setting timenya 3-4 jam.

Mineral Trioxide Aggregate (MTA) menjadi bahan pilihan untuk keberhasilan

perawatan kaping pulpa. Pada beberapa penelitian menyatakan MTA merupakan bahan yang

biokompatibel, memiliki kemampuan sealing yang baik, menginduksi pembentukan jaringan

keras, tidak larut pada jaringan mulut, dan mengeras pad a keadaan lingkungan yang lembab.

Berbagai penelitian klinis yang meggunakan MTA sebagai bahan kaping pulpa menunjukan

pembentukan jembatan dentin lebih tebal dan cepat dan tingkat peradangan yang lebih

rendah, bila dibandingkan dengan perawatan menggunakan kalsiumhidroksida.

Hasil studi pustaka menunjukan bahwa MTA dapat menjadi bahan pilihan pada

perawatan kaping pulpa. Perawatan MTA menunjukan sedikit peradangan pulpa dan

pembentukan jembatan dentin yang lebih baik. Namun waktu pengerasan MTA yang lama

menjadi bahan pertimbangan.

Page 17: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

3. Semen Seng oxide Eugenol

Semen seng oxide eugenol merupakan semen tipe sedatif yang lembut. Biasanya

disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan, berfungsi sebagai basis insulatif (penghambat).

Semen ini sering dipakai karena bersifat paling sedikit mengiritasi dan memiliki pH

mendekati 7. Eugenol ini memiliki efek paliatif terhadap pulpa dan menimimalkan kebocoran

mikro serta memberikan perlindungan terhadap pulpa.

Prosedur Pulpa Kaping Direct

1) Rontgen foto untuk mengetahui kedalaman karies.

(Tarigan, 2004)

2) Asepsis

Berbagai bahan kimia dan teknik telah digunakan untuk membuang dan

mengahancurkan kontaminan bakteri dari dari permukaan gigi, cengkeram, dan karet

sekelilingnya. Bahan kimia yang dipakai antara lain alkohol, senyawa ammonium kuaterner,

natrium hipoklorit, ioium organic, garam-garam merkuri, dan hydrogen peroksida. Teknik

yang efektif adalah sebagai berikut:

- Plak dibuang dengan karet dan pumis

- Pemasangan isolator karet

3) Pembersihan jaringan karies

Jaringan karies dan debris dihilangkan dengan hati-hati menggunakan ekskavator,

pada fraktur atau perforasi kavitas segera dibersihkan dengan kapas yg dibasahi air steril, air

hangat lebih dianjurkan karena dapat mengurangi kemungkinan timbul rasa nyeri.

Jika ada karies dentin yang besar, eksavasi tidak menghilangkan karies yang terletak

di dekat pulpa. Lesi ini dapat dibersihkan dengan menggunakan bur bulat atau eksavator

genggam. Bila digunakan dengan bur, sebaiknya bur kecepatan rendah untuk mencegah

pembuangan yang berlebihan. Ukuran mata burnya harus besar dan disesuaikan dengan besar

gigi dan besar karies dentin yang tertinggal.

4) Membersihkan permukaan preparasi

Setelah preparasi kavitas, permukaan email dan dentin biasanya ditutupi oleh sisa

selapis tipis debris yang melekat erat. Penyingkiran lapisan tipis ini dapat mengganggu

kemampuan adaptasi terhadap dinding kavitas. Kavitas yang sudah bersih dari jaringan karies

dan debris, disterilkan dengan kapas yang dibasahi akuades steril. Jika masih terdapat

Page 18: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

perdarahan, dihentikan dengan menekan dasar kavitas yg perforasi menggunakan kapas yang

dibasahi akuades steril.

5) Menempatkan sub-base

Sebelum penempatan bahan,

instrumen harus benar-benar bersih

karena sebagian pelapik bahan ini harus

ditempatkan dengan sangat tepat untuk

menghindari noda-noda yang berserakan

di semua tempat. (Baum, 1997)

Kemudian letakkan bahan kaping pulpa

direk (Ca(OH)2 )pada dasar kavitas yang

terbuka (daerah perforasi) menggunakan

ball applicator, karena merupakan

instrumen yang paling efektif. Ujung yang

bulat dicelupkan setengah ke dalam campuran yang diinginkan saat menempatkan pasta di

gigi atas (atau permukaan “atas”). Jika lebih dari setengah alat ini dicelupkan, bahan tersebut

tidak akan tinggal pada ujung alat tadi tetapi akan terus mengalir ke tangkai instrumen.

Bahan pelapik mengeras dengan sangat cepat setelah dicampur, sehingga harus

ditempatkan langsung setelah pencampuran. Temperatur mulut mempercepat reksi

pengerasan ini. Kelembaban yang meningkat juga akan mengurangi waktu pengerasan,

keadaan ini disebabkan karena tidak memakai isolator karet. (Baum, 1997)

6) Melapisi sub-base dengan base

Basis yang digunakan adalah bahan base semen seng fosfat, diletakan diatas Ca(OH)2

dengan ketebalan sekitar 1-2 mm.

Semen seng fosfat terdiri atas bahan bubuk-cair, bubuknya biasanya adalah oksida

seng dan cairannya adalah asam ortho phosporik, garam-garam logam dan air. Semen posphat

yang baru diaduk sangat mengiritasi pulpa dan tanpa perlindungan varnish atau jenis bahan

basis lainnya dapat menyebabkan kerusakan pulpa yang irreversible.

7) Penumpatan sementara

Diatasnya ditumpat dengan tumpatan

sementara yaitu, Cavit Dentorit. Cara

meletakkan ke kavitas adalah sebagian demi

sebagian pada dinding kavitas dengan

instrument plastis (system incremental),

Page 19: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

kelebihan bahan dibuang dan permukaan tumpatan dihaluskan dengan kapas basah. Setelah

penumpatan sebaiknya gigi tidak dipakai untuk mengunyah paling tidak selama 1 jam.

8) Evaluasi hasil

a. Dilakukan setelah 4-8 minggu.

b. Dilakukan pemeriksaan subjektif dan ditanyakan apakah selama perawatan ada

rasa sakit atau tidak. Bila timbul rasa sakit, perawatan kaping pulpa dianggap

gagal, selanjutnya dilakukan perawatan PSA (perawatan saluran akar). Bila tidak

ada keluhan subjektif diteruskan ke pemeriksaan objektif: perkusi, palpasi dan tes

vitalitas.

c. Setelah melakukan perkusi, palpasi dan tes vitalitas lalu tanyakan keluhan

penderita, apabila tidak ada keluhan maka subbase dan base dibuang dan diganti

yang baru setelah itu baru dilakukan penumpatan tetap.

d. Tumpatan sementara dikeluarkan dan dilanjutkan denan restorasi permanen:

amalgam, resin komposit, inlay, onlay

(Tarigan, 2004)

Tanda keberhasilan pulpa kaping direk menurut (Ingle&Backland, 1994) :

1. Vitalitas pulpa gigi dapat dipertahankan

2. Tidak ditemukan sensitivitas atau rasa sakit pada gigi

3. Respon inflamasi pada pulpa sedikit

4. Tidak ditemukan bukti perubahan distrofik pada gambar radiografi.

5. Hanya sedikit perdarahan yg terjadi. Kontrol perdarahan dilakukan dengan menekan

cotton pellet yg telah dibasahi dengan salin atau air steril. Jangan menggunakan

cotton pellet kering, karena perdarahan dapat terjadi lagi pada waktu cotton pellet

Page 20: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

diambil. Bila kontrol perdarahan tidak sempurna bisa menjadi penyebab utama

terjadinya inflamasi pulpa (kegagalan perawatan)

6. Umur pasien, makin muda prognosisnya makin baik

Sedangkan menurut (Roberson, et al, 2002) kontrol keberhasilan Kaping Pulpa Direk adalah:

1. Gigi telah asimtomatik (nyeri tidak spontan, respon normal terhadap pengujian termal,

dan vital) sebelum prosedur operasi.

2. Eksposur yang kecil, diameter kurang dari 0,5 mm.

3. Perdarahan dari daerah eksposur mudah dikontrol.

4. Eksposur  terjadi di tempat yang bersih dan tidak terkontaminasi  (misalnya dengan

penggunaan rubber dam).

5. Eksposur yang relatif atraumatic dan sedikit pengeringan gigi terjadi, dengan tidak ada

bukti aspirasi darah ke dalam dentin (dentin memerah).

(Roberson, et al, 2002)

Tingkat kesuksesan jangka panjang dari kaping pulpa direk dalah 80%. Derajat

perdarahannya menentukan prognosisnya. Ada anjuran untuk mengaplikasikan NaOCl 10%

untuk “pembedahan kimiawi” pada jaringan pulpa yang terbuka (Walton&Mahmoud, 2001).

Kegagalan yang dapat terjadi setelah perawatan Pulpa Kaping direk disebabkan oleh :

1. Pulpa mengalami inflamasi secara kronis. Tidak ada efek penyembuhan pada pulpa

yang terinflamasi dan dalam situasi ini pulpektomi penuh lebih diindikasikan.

2. Terdapat Jendalan darah pada area pulpal. Jendalan yang berada di antara jaringan

pulpa sehat dan semen akan mengganggu proses penyembuhan luka.

3. Kegagalan restorasi. Jika restorasi gagal mengunci bakteri yang akan masuk.

(Jitendar, 2010)

Keuntungan

menstimulasi dentin reparative (Roberson, et al, 2002)

Kerugian

Dapat dengan cepat tergantikan dengan teknik lain saat terapi saluran akar tidak

berhasil (Roberson, et al, 2002).

Page 21: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

Perbedaan pulpa kaping indirek dan direk menurut (Kumar, 2012)

Page 22: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

DAFTAR PUSTAKA

Abyono, R. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta: EGC.

Baum, L. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta. EGC.

Berg, J. H. 2013. Pediatric Dentistry, An Issue of Dental Clinics. USA: Elsevier.

Bergenholt, G., Horsted-Bindselv, P., & Relt, C. 2010. Textbook Of Endodontology, second

edition. UK: Wilet-Blackwell.

Cahyono, Eddy. 2007. Pembentukan Dentin Bridge pada Perawatan Pulpotomi Parsial Gigi

Permanen Insisivus Pasca Trauma Anak Usia 10 Tahun dengan Campuran Kalsium

Hidroksida dan Propylene Glycol. Laporan Kasus Karya Tulis Ilmiah PPDGS-I FKG

UGM.

Cameron, A. C., Widmer, R. P. 2003. Handbook of Pediatric Dentistry. Philadelpia: Mosby.

Craig, R.G. 1985. Restorative Dental Material, ed 7, Mosby Co, St Louis, Toronto, Priceton,.

Ellis, R.G and Davey,K.W. 1970. The Clasification and Treatment of Injuries To The Teeth

of Children, ed.5. Chicago: Year Book med.Pub p.14-7, 91-5.

Fauziah & Hendrarlin. 2008. Perawatan Fraktur Kelas Tiga Ellis Pada Gigi Tetap Insisif

Sentral Atas. Jakarta : Indonesian Journal of Dentistry. 15 (2):169-174.

Fong, Cheng D dan Martin J. Davis. 2002. Partial pulpotomy for immature permanent teeth,

its present and future. Pediatric Dentistry. 24 (1) : 29 -32.

Garg, Nisha dan Amit Garg. 2010. Textbook of Endodontics Ed 2. India: Jaypee Brothers

Medical Publisher (P) Ltd.

Grossman, L. I. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek, Edisi 11. Jakarta : EGC

Hargreaves, K. M. dan Cohen, S. 2011. Cohen`s Pathway of the Pulp. Elsevier. St. Louis,

Missouri.

Jitendar, P. 2008. Review of Endodontic and Operative Dentistry. New Delhi. Jaypee

Brothers Medical Publishing.

Jitendar, P. 2010. Essential of Operative Dentistry. New Delhi. Jaypee Brothers Medical

Publishing.

Koch, G. Dan Poulsen, S. 2009. Pediatric Dentistry: A Clinical Approach. USA: Willwy-

Blackwell.

Kumar, S. 2012. Dental Pulse. Hyderabad. Swapna Medical Publishers.

Maidiyana Hazrina. 2008. Perawatan Fraktur Klas III Ellys Dan Davey Pada Anak Dengan

Pulp Capping Direct. USU e-Repository.

Page 23: 1. Pulpotomi Kaping Pulpa Direct

Mellisa, et al. 2011. Trioxide Aggregate (MTA). Yogyakarta. Majalah Ilmu Kedokteran gigi.

Messing & Stock. 1988. A Colour Atlas of Endodontics. Singapore : Wolfe Medical

Publication.

Roberson, T.M., et al. 2002. Sturdevant’s: Art and Science of Operative Dentistry, 4th ed. St

Louis.Mousby.

Srivastava, V. K. 2011. Modern Pediatric Dentistry, 1st edition. New Delhi: Jaypee.

Tarigan, R. 2004. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Ed. 2. Jakarta: EGC.

Walton, R.E., Torabinejad, M. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia, Ed. 3. Jakarta:

EGC.

Welbury & Duggal. 2005. Paediatric Dentistry 3rd Edition. New York : Oxford University

Press Inc.