bab ii kajian pustaka - imissu single sign on of udayana ... ii.pdf · 3 ikd, antara lain industri...

36
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 2.1.1 Konsep Industri Badan Pusat Statistik memberikan batasan yang dimaksud industri yang biasanya didahului dengan perkataan “perusahaan atau usaha”. Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Menurut Kanwil Departemen Perindustrian Provinsi Bali yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi dalam penggunaanya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (Deperindag Provinsi Bali, 1997). Menurut Direktorat Jendral Industri Kecil, Industri adalah serangkaian kegiatan usaha ekonomi dalam masyarakat yang meliputi pengelolaan. Pengerjaan, pengubahan, perbaikan bahan dan barang, baik organis maupun non organis sehingga barang yang dapat dipergunakan lebih bermanfaat. Ruang lingkup industri meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi maupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat

Upload: phamthu

Post on 02-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Definisi

2.1.1 Konsep Industri

Badan Pusat Statistik memberikan batasan yang dimaksud industri yang

biasanya didahului dengan perkataan “perusahaan atau usaha”. Perusahaan atau

usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan

ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu

bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai administrasi tersendiri mengenai

produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung

jawab atas usaha tersebut. Menurut Kanwil Departemen Perindustrian Provinsi

Bali yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah

bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang

dengan nilai yang lebih tinggi dalam penggunaanya termasuk kegiatan rancang

bangun dan perekayasaan industri (Deperindag Provinsi Bali, 1997). Menurut

Direktorat Jendral Industri Kecil, Industri adalah serangkaian kegiatan usaha

ekonomi dalam masyarakat yang meliputi pengelolaan. Pengerjaan, pengubahan,

perbaikan bahan dan barang, baik organis maupun non organis sehingga barang

yang dapat dipergunakan lebih bermanfaat.

Ruang lingkup industri meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan

meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara

mekanik, kimiawi maupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat

2

sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan

industri, perusahaan pertanian, perusahaan pertambangan atau perusahaan lainnya.

Menurut Arsyad (2010), industri itu mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin

(Leading Sector).

Leading Sector, ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan

industri yang nantinya memacu dan mengangkat sektor-sektor lainnya seperti

sektor pertanian, jasa, dan sektor lainnya. Pertumbuhan sektor industri yang pesat

akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan

baku bagi industri, sektor jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi

tersebut, dan sebagainya, yang pada nantinya akan mendukung lajunya

pertumbuhan industri. Dalam keadaan ini, menyebabkan meluasnya peluang kerja

yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat

(daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan daya beli (permintaan) tersebut

menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh dan sehat.

Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan

dalam mencapai sarana pembangunan jangka panjang yang bertujuan membangun

industri, sehingga Indonesia mampu tumbuh dan berkembang atas kekuatan

sendiri. Menurut Departemen Perindustrian (Arsyad, 2010) industri nasional

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok besar, yaitu sebagai berikut.

1) Industri Dasar yang meliputi Industri Mesin dan Logam Dasar (IMLD) dan

sekelompok Industri Kimia Dasar (IKD) yang termasuk IMLD antara lain;

Industri mesin pertanian elektronika, kereta api, pesawat terbang, kendaraan

bermotor, besi baja, aluminium, tembaga dan sebagainya, yang termasuk

3

IKD, antara lain industri pengolahan kayu dan karet alam, industri batu bara,

dan lain sebagainya. Ditinjau dari misinya, industri dasar mempunyai misi

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur

industri dan bersifat padat modal teknologi tepat guna yang digunakan adalah

teknologi maju, teruji dan tidak padat karya, namun dapat mendorong

terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar dengan tumbuhnya

industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya;

2) Industri kecil yang meliputi pangan (makanan, minuman, tembakau), industri

sandang dan kulit (textil, pakaian jadi serta barang dari kulit), industri kimia

dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan, penerbit, barang-barang

karet, plastik dan lain-lain), industri galian bukan logam, industri logam

(mesin-mesin, listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dari logam dan

sebagainya). Kelompok industri kecil ini mempunyai misi melaksanakan

pemerataan sederhana dan padat karya pengembangan industri kecil ini

diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai

tambah dengan memanfaatkan pasar dalam negeri dan pasar luar negeri

(ekspor);

3) Industri hilir yaitu kelompok aneka industri (AI) meliputi industri yang

mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian

dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai misi meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak

padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan

atau teknologi maju.

4

Pengelompokan industri menurut jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan

menurut BPS Provinsi Bali (2012) adalah sebagai berikut.

1) Golongan industri besar adalah perusahaan atau usaha industri yang

mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih;

2) Golongan industri sedang adalah perusahaan atau usaha industri yang

mempunyai tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang;

3) Golongan industri kecil adalah perusahaan atau usaha industri uang

mempunyai tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang;

4) Golongan industri kerajinan rumah tangga adalah industri yang mempunyai

tenaga kerja 1 orang ampai dengan 4 orang.

Selain pengelompokan kedua industri di atas, industri juga dikelompokkan

menjadi dua yaitu.

1) Industri Subtitusi Impor (ISI)

Salah satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan Indonesia sejak

zaman ORBA adalah Industri Subtitusi Impor (ISI). ISI ini diharapkan bisa

menghasilkan barang-barang baru di dalam negeri yang semula impor, jadi

subtitusi impor ini memang peranan penting dalam mengenalkan barang baru

yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan sendiri. Pelaksanaan

kebijakan ISI ini ada berbagai masalah yang dihadapi oleh Negara sedang

berkembang yang melaksanakannya antara lain kualitas barang yang

dihasilkan di dalam negeri jauh lebih rendah dari pada hasil produk luar

negeri. Kualitas barang yang rendah ini akan sulit diekspor. Masalah lain juga

sering timbul adalah mengenai biaya produksi pada tahap awal. Industrialisasi

5

biasanya dibutuhkan biaya yang sangan besar. Oleh karena itu Negara yang

sedang berkembang biasanya memiliki modal yang terbatas, mereka terpaksa

mendatangkan modal dan tenaga kerja terampil dari luar negeri.

2) Industri Promosi Ekspor (IPE)

Strategi subtitusi impor yang telah ditempuh Indonesia kurang

berhasil membangun stuktur industri yang kokoh dengan saing internasional

yang kuat, maka stategi tersebut bergeser ke strategi promosi ekspor,

terutama untuk komodisi non migas. Hal ini karena pada kenyataan bahwa

penerimaan devisa di migas tidak selamanya dapat diharapkan baik karena

cadangan migas lain yang reletif terbatas maupun karena fluktuasi harga

migas di pasar internasional yang sering tidak menentu.

2.1.2 Industri Kerajinan

Menurut Soeroto (1983), kerajinan adalah suatu usaha produktif di sektor

non pertanian baik berupa mata pencaharian pokok maupun sampingan. Usaha

kerajinan sebagai kegiatan produktif non pertanian tumbuh atas dasar dorongan

naluri manusia untuk memiliki barang dan alat yang diperlukan untuk

mempertahankan hidup. Selanjutnya hasil kerajinan usaha kerajinan menurut S.K

Menteri Perindustrian No. 261/M/SK/1989 Tanggal 20 September 1989 tentang

ketentuan dan tata cara penerbitan surat keterangan mengenai asal barang

kerajinan (Kanwil Departemen Perindustrian, 1989), disebutkan bahwa semua

barang dapat dikatakan sebagai hasil kerajinan apabila cara pengerjaannya.

1) Dibuat sepenuhnya dengan tangan

2) Dikerjakan dengan alat yang dipegang dengan tangan seperti pahat, palu

6

3) Dikerjakan dengan mesin yang dikerjakan dengan pedal, papan putaran,

tembikan yang digerakkan dengan kaki

4) Dikerjakan dengan alat penggerak mesin tetapi cara kerjanya masih dipegang

dengan tangan seperti bor listrik

5) Dikerjakan dengan salah satu atau beberapa kombinasi di proses tersebut di

atas.

Produk kerajinan merupakan hasil atau jenis industri kecil yang dapat

menghasilkan produk yang berguna, praktis dalam kehidupan sehari-hari (alat

rumah tangga), produk yang bernilai seni, atau sekedar barang souvenir. Produk

kerajinan biasanya berdasarkan pada ketrampilan tertentu, dengan corak yang

khasyang menunjukkan pengaruh budaya atau lingkungan produsen atau

pembuatnya (Suharto, 2006). Karya kerajinan dalam industri kerajinan kini

semakin penting perananya dan menduduki tempat yang strategis dalam proses

pembangunan karena mencakup kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam

jumlah besar. Industri kerajinan dipengaruhi oleh beberapa aspek di antaranya

adalah aspek sosial budaya, aspek pendidikan, aspek pemasaran. Peranan dari

masing-masing aspek sangat penting untuk membantu perkembangan industri

kerajinan.

Produk kerajinan bermacam-macam menurut Phuong Le pelaku utama

yang secara langsung atau tidak langsung dalam rantai komoditas global adalah

dalam memproduksi ukiran kayu yaitu sebagai berikut.

7

“This section aims to identify the main actors who are directly or

indirectly engaging in the global commodity chain of woodcarvings from

the production to the consumption. However, with the assumption that

global consumption patterns have influenced whole local production

process, the site of consumption should be analyzed first, then followed by

material supply, production and circulation sites”.

Penduduk pulau Bali terkenal sangat kreatif apapun yang dihasilkan

sebagai kerajinan tangan dapat dijual dan laku. Darah seni yang dimiliki

masyarakat Bali mengalir pada hasil kerajinan tangannya. Kerajinan tangan

terkenal antara lain.

1) Seni ukir kayu dalam berbagai bentuk warna

2) Seni ukir batu pedas dan batu-batuan lainnya

3) Alat-alat perhiasan dari ukiran kayu

4) Hiasan dinding

5) Pernak-pernik dan lain-lain

Perajin dengan memiliki keterampilan tangan dalam menciptakan bentuk-

bentuk kerajinan secara terus menerus menyebabkan sifat tersebut menjadi

mengental dan mentradisi dalam kehidupannya. Sehingga kerajinan yang

diciptakan tidak lepas dari kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Dalam

memproduksi benda-benda kerajinan tidak terlepas dari unsur estetik, keunikan,

memiliki nilai pakai sehingga melahirkan kerajinan yang khas. Dalam

perkembangannya, kerajinan bukan hanya dipandang sebagai benda pakai, tetapi

ada juga sebagai hiasan dan cenderamata. Produk kerajinan seperti ini banyak

ditemui di daerah Bali salah satunya dapat dilihat di Desa Mas. Desa Mas salah

8

satu desa pengerajin yang ada di wilayah Ubud. Saat ini, Mas terkenal dengan

kerajinan ukiran kayu seperti ukiran patung kayu.

Kerajinan ukiran kayu yang dimaksud disini adalah kegiatan kerajinan

kayu yang mengambil tema bentuk-bentuk binatang ataupun bentuk dewa atau

pewayangan dan sejenisnya. Bentuk-bentuk tersebut dibuat ke dalam bentuk tiga

dimensi (patung) dan relief dengan menggunakan bahan dasar kayu. Sesuai

dengan proses pembuatannya kerajinan kayu tersebut lebih banyak menggunakan

tenaga tangan terampil manusia. Walaupun dalam proses pembuatanya ada

menggunakan alat bantuan mesin, namun hal itu sangat terbatas pada tahap

pembelahan kayu menjadi papan dan pembuatan bentuk pola saja. Peranan

ketrampilan tangan dalam kerajinan tersebut lebih dominan. Proses perwujudan

kerajinan kayu merupakan perpaduan antara kemampuan ketrampilan tangan dan

alat-alat mesin. Perpaduan antara kedua hal tersebut dapat melahirkan bentuk

kerajinan tangan sebagai hasil kerajinan potensi daerah.

2.2 Teori-teori yang Digunakan

2.2.1 Produktivitas

2.2.1.1 Pengertian Produktivitas

Istilah produktivitas digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, terutama

ilmu teknik dan ilmu ekonomi. Penekanan pembahasan pada kajian ini adalah

produktivitas dari sudut pandang ilmu ekonomi. Produktivitas merupakan

perbandingan antara besarnya input yang dilibatkan dalam kegiatan produksi

terhadap hasil akhir (output) yang dihitung berdasarkan nilai unit atau rupiah

barang dan jasa yang dihasilkan (Yazid, 2009). Menurut Paul Mali yang dikutip

9

Sedarmayanti (2001), produktivitas secara operasional adalah bagaimana

menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan

memanfaatkan sumber daya secara efisien. Produktivitas juga sering diartikan

sebagai rasio antar keluaran (output) dan masukan (input) dalam waktu tertentu.

Produktivitas kerja adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh perusahaan

dibandingkan dengan tenaga kerja yang dilibatkan untuk mendapatkan suatu hasil

(output) perusahaan (Kurnain, 2006). Lebih lanjut dikatakan bahwa produktivitas

memiliki arti khusus yang sangat penting karena kaitannya dengan pertumbuhan

standar hidup.

Menurut Departemen Tenaga Kerja RI pengertian produktivitas dapat

ditinjau dari berbagai sudut sebagai berikut.

1) Sudut filosofis, produktivitas merupakan suatu sikap mental yang selalu

berubah dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih

baik dari hari kemarin dan esok hari lebih baik dari hari ini;

2) Sudut teknis, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang

dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input);

3) Sudut ukuran tingkat efisiensi dan efektivitas dari setiap sumber yang

digunakan selama produksi berlangsung.

Produktivitas mempunyai dua dimensi, pertama adalah efektivitas yang

mengarah pada pencapaian untuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target

yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Kedua adalah efisiensi yang

berkaitan dengan perbandingan input dengan realisasi penggunaanya atau

bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Sedarmayanti, 2001). Produktivitas

10

yang diciptakan oleh seseorang pada waktu tertentu yang nantinya akan

berpengaruh pula pada jumlah pendapatan yang diperoleh. Semakin banyak

seorang pekerja menghasilkan barang produksi, maka pendapatan yang diperoleh

akan semakin meningkat. Dalam hal ini, produksi adalah sebagai tempat kegiatan

yang menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Produksi

secara lebih luas adalah suatu proses yang menciptakan atau memperbesar nilai

suatu barang, sedangkan menurut Adiningsih (1999), produksi adalah suatu proses

mengubah input menjadi output sehingga nilai barang terus bertambah. Input

terdiri dari barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi, dan output

adalah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu proses produksi.

Dalam teori ekonomi diambil pula asumsi dasar mengenai sifat dan fungsi

produksi yaitu fungsi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap

tunduk pada hukum “The Law of Diminishing Return”. Hukum ini menyatakan,

bahwa apabila suatu macam input ditambah penggunaannya sedangkan input-

input yang lain tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan

tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya akan mengalami penurunan

apabila input tersebut terus ditambah.

Produksi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu.

1) Produksi Total (Total Product), adalah banyaknya produksi yang dihasilkan

dari penggunaan total faktor-faktor produksi

2) Produksi Marginal (Marginal Product), adalah tambahan produksi karena

penambahan penggunaan faktor produksi

11

3) Produksi Rata-rata (Average Product), adalah rata-rata output yang dihasilkan

per unit faktor produksi

2.2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Menurut Sedarmayanti (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi

produktivitas tenaga kerja yaitu.

1) Pendidikan dan pelatihan

Umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai

wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingnya

produktivitas. Pendidikan di sini berarti pendidikan formal maupun non

formal.Sedangkan latihan membentuk dan meningkatkan ketrampilan

seseorang. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas dapat

mendorong para pekerja yang bersangkutan melakukan tindakan yang

produktif.

2) Keterampilan

Karyawan yang semakin terampil lebih mampu bekerja serta menggunakan

fasilitas kerja dengan baik. Pekerja akan menjadi lebih terampil apabila

mempunyai kecakapan dan pengalaman yang cukup.

3) Tingkat penghasilan

Penghasilan yang memadai dapat menimbulkan konsentrasi kerja dan

dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas.

12

4) Lingkungan dan iklim kerja

Lingkungan dan iklim kerja yang baik mendorong karyawan senang bekerja

dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan

lebih baik menuju kearah peningkatan produktivitas.

5) Sarana produksi

Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas.

6) Teknologi

Teknologi yang dipakai dengan tepat dan lebih maju tingkatannya akan

menimbulkan dampak sebagai berikut.

a) Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi

b) Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu

c) Memperkecil terjadinya pemborosan bahan baku

Produktivitas sektor industri menurut Alessandro Roncaglia dalam Sutopo

(2011), yang menyatakan bahwa ada tiga hal yang terkait dengan produktivitas

yaitu perbaikan skill pekerja, mengurangi waktu kerja yang hilang dan

pengembangan teknik kerja pada suatu pekerjaan tertentu. Sementara itu para ahli

ekonomi yang tergabung dalam Centre for the Study of Living Standards (1998) di

Kanada, menyatakan penentu pertumbuhan produktivitas industri terdiri atas

sumberdaya alam, struktur industri, pergeseran antar sektor, tingkat

perkembangan teknologi, kualitas sumberdaya manusia, lingkungan makro

ekonomi dan lingkungan mikro ekonomi.

Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas, penelitian Little (2006), menemukan perbedaan

13

generasi dan perbedaan status perkawinan juga berpengaruh signifikan terhadap

produktivitas. Perryman dan Hayday (2004), juga menemukan dalam penelitinnya

bahwa usia pekerja sebelum 60 tahun produktivitasnya selalu meningkat tapi akan

menurun setelah usia tersebut.

Bukti empiris tentang produktivitas juga dilakukan oleh Semmaila dalam

Dwijatenaya (2013), tentang Analisis Jam Kerja dan Produktivitas Kerja Etnis

Bugis, Toraja, dan Makasar pada Industri Kecil di Kota Makasar dari Sembilan

Varibel demografi dan sosial ekonomi (umur, jenis kelamin, pendidikan,

pengalaman kerja, jumlah tanggungan, pendapatan, lingkungan kerja, status

kesehatan, dan etos kerja), variabel yang berpengaruh signifikan terhadap

produktivitas kerja adalah pengalaman kerja, jumlah tanggungan, status

kesehatan, upah mingguan, pendapatan, lingkungan kerja dan etos kerja.

2.2.1.3 Pengukuran Produktivitas

Salah satu ukuran paling penting dalam kinerja perekonomian adalah

tingkat produktivitas. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003), bahwa ukuran

produktivitas berdasarkan pendekatan rasio output dan input yang penting adalah

produktivitas tenaga kerja, yang menghitung jumlah output perunit tenaga kerja

dan produktivitas faktor total yang mengukur output per unit dari total input

(biasanya modal dan tenaga kerja). Menurut Mankiw (2007), fungsi produksi

Cobb-Douglas menyatakan bahwa produk marginal tenaga kerja proporsional

dengan produktivitas rata-rata tenaga kerja (Y/L). Dikatakan lebih lanjut pekerja

menikmati peningkatan standar hidup yang cepat apabila produktivitas tenaga

kerja tumbuh dengan bagus.

14

Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat

dibedakan dalam tiga jenis, yaitu.

1) Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan

secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini

memuaskan namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang

serta tingkatnya.

2) Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses),

dengan lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian relatif.

3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik

sebagai memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan.

Pengukuran Produktivitas menurut Model Kendric-Creamer (Gasperz,

1998), bahwa ada tiga jenis cara pengukuran produktivitas, yaitu.

1) Produktivitas Total

Pada produktivitas total ini obyek yang diukur adalah sebagai berikut:

Indeks Produktivitas Total = .......(2.1)

Peningkatan produktivitasnya merupakan selisih antara jumlah input dalah

harga periode dasar diukur dengan output dalam harga periode dasar.

2) Produktivitas Total Faktoral

Pada produktivitas Total faktoral objek yang diukur adalah sebagai berikut: Indeks

Produktivitas Faktoral Total = .............................................(2.2)

Peningkatan produktivitasnya adalah sama dengan perbedaan antara

output bersih dengan input faktor total.

15

3) Produktivitas Parsial

Pada produktivitas parsial ini objek yang diukur adalah sebagai berikut:

Produktivitas Parsial Tenaga Kerja = ...............(2.3)

Produktivitas Parsial Material/Bahan Baku = ....... (2.4)

Produktivitas Parsial Modal = .......................(2.5)

Pengukuran produktivitas dapat dinyatakan dalam satuan fisik (berat,

volume, hari, jam, panjang) atau dalam satuan nilai rupiah (nilai produksi, nilai

tambah). Produktivitas parsial sering juga disebut produktivitas faktor tunggal

merupakan rasio dari output terhadap salah satu jenis input. Contohnya

produktivitas tenaga kerja yang diukur berdasarkan rasio output terhadap input

tenaga kerja, produktivitas modal diukur berdasarkan rasio output terhadap input

modal.

Dalam penelitian ini produktivitas diukur dari produktivitas tenaga kerja

yaitu output terhadap input tenaga kerja, produktivitas modal output terhadap

input modal perajin ukiran kayu, dan produktivitas bahan bakuyaitu output dibagi

dengan input bahan baku. Produktivitas dinilai dari indikator tenaga kerja

(labour). Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi manusia dan orang-

orangyang terlibat dalam proses sistem produksi, dianggap sebagai input tenaga

kerja. Input tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai input tetap, misalnya

karyawan tetap yang memiliki gaji tetap setiap bulannya.

Produktivitas dengan indikator kedua yaitu modal, modal kerja misalnya

digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah,

16

membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk

membiayai operasi perusahaan. Menurut Simanjuntak (1998), modal industri

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan seseorang.

Industri yang lebih besar cenderung menggunakan modal yang juga lebih besar.

Modal industri akan sangat berpengaruh pada usaha-usaha ekonomi produktif

yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rumah tangga.

Semakin besar modal perusahaan tempat bekerja maka akan semakin banyak

pekerjaan yang dapat dilakukan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi

pendapatan. Hubungan modal dengan pendapatan dan produktivitas bahwa modal

berpengaruh positif terhadap produktivitas. Produktivitas juga diukur dengan

input bahan baku, agar sistem produksi dapat menghasilkan produk manufaktur,

diperlukan material atau bahan baku.

2.2.2 Kesejahteraan

2.2.2.1 Pengertian Kesejahteraan

Pembangunan dalam suatu daerah ditunjukkan dengan meningkatnya

kesejahteraan masyarakat dalam suatu daerah. Tingkat kesejahteraan dalam suatu

keluarga berbeda-beda tergantung dari wilayah regional maupun geografi serta

nilai-nilai budaya dimana keluarga berada. Setiap orang memiliki keinginan untuk

sejahtera, suatu keadaan yang serba baik, atau suatu kondisi dimana orang-

orangnya dalam keadaan makmur dalam keadaan sehat dan damai. Menurut

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan

pembangunan keluarga sejahtera, bahwa keluarga yang sejahtera itu tidak hanya

tercukupi kebutuhan materiilnya, tetapi juga harus didasarkan pada perkawinan

17

yang sah, tercukupi kebutuhan, spritualnya, memiliki hubungan yang harmonis

antar anggota keluarga, antara keluarga dengan masyarakat sekitarnya, dengan

lingkungan. Menurut Iskandar dkk. (2006), tujuan hidup keluarga sebagaimana

dipaparkan di atas, sangat dipengaruhi oleh karakteristik keluarga dan faktor

eksternal.

Karakteristik keluarga dilihat dari faktor internal adalah jumlah anggota

keluarga, umur, fisiologi, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, kepemilikan aset

dan tabungan. Faktor eksternal yaitu kelembagaan sosial (BRI, BPR) yang dapat

diakses oleh keluarga untuk mendapatkan pinjaman, kebijakan atau program

pemerintah menyangkut pemberian raskin, JPS, dana kompensasi BBM, kredit

finansial, dan lain-lain, dan lingkungan tempat tinggal. Ketiga unsur tersebut akan

mempengaruhi perubahan sumber daya waktu atau uang (Iskandar dkk., 2005).

Setiap keluarga memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, yang diakibatkan oleh

pendidikan, jumlah anggota, usia, dan kondisi fisiologi. Keempat komponen ini

mempengaruhi perubahan pada sumber daya uang.Sebelum menetapkan tujuan,

pengalokasian sumber daya waktu dan uang.

Stiglizt et al. (2011), menyatakan bahwa untuk mendefinisikan

kesejahteraan, rumusan multidimensi harus digunakan. Dimensi-dimensi tersebut

meliputi standar hidup material (pendapatan, konsumsi, dan kekayaan), kesehatan,

pendidikan, aktivitas individu termasuk bekerja, suara politik dan tata

pemerintahan, hubungan dan kekerabatan sosial, lingkungan hidup (kondisi masa

kini dan masa depan), ketidakamanan, baik yang bersifat ekonomi maupun fisik.

18

Semua dimensi ini menunjukkan kualitas hidup masyarakat dan untuk

mengukurnya diperlukan data obyektif dan subyektif.

Menurut Badan Pusat Statistik (2006), merumuskan konsep kesejahteraan

yang didasarkan pada pengeluaran konsumsi rumah tangga, baik pangan maupun

non pangan (pendekatan kemiskinan) dengan Indikator Kependudukan, Kesehatan

dan Gizi, Pendidikan, Pola Konsumsi Rumah Tangga (sebagaian besar

pendapatan digunakan untuk konsumsi non makanan dan tabungan), Perumahan

dan Lingkungan serta Indikator Sosial lainnya, dan Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) (pendekatan kesejahteraan) mengukur tingkat

kesejahteraan keluarga dengan membagi kriteria keluarga ke dalam lima tahapan

yaitu sebagai berikut.

1) Keluarga Pra Sejahtera (Pra-KS)

Keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan

dasarnya (basic needs) sebagai Keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan

pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.

2) Keluarga Sejahtera I (KS I)

Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara

minimal, yaitu sebagai berikut.

a) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota

keluarga

b) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau

lebih

19

c) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,

bekerja/sekolah dan bepergian

d) Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah

e) Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke

sarana/petugas kesehatan

3) Keluarga Sejahtera II (KS II)

Keluarga-keluarga yang di samping telah dapat memenuhi kriteria keluarga

Sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psikologis, yaitu sebagai

berikut.

a) Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur

b) Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur

sebagai lauk pauk

c) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian

baru per tahun

d) Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni

rumah

e) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat

f) Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke

atas mempunyai penghasilan tetap

g) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan

latin

h) Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini

20

i) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur

memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil).

4) Keluarga Sejahtera III (KS III)

Keluarga yang memenuhi syarat KS I sampai KS II serta syarat

pengembangan keluarga, yaitu sebagai berikut.

a) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama

b) Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan

keluarga

c) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu

dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga

d) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya

e) Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan

f) Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah

g) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai

dengan kondisi daerah setempat

5) Keluarga Sejahtera III Plus (KS III-Plus)

Keluarga yang dapat memenuhi kriteria I sampai III dan dapat pula

memenuhi kriteria pengembangan keluarganya, yaitu sebagai berikut.

a) Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan

sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil

b) Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus

perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat

21

Dalam perindustrian, kesejahteraaan karyawan/perajin dalam suatu

perusahaan sangat berarti karena dapat mempertahankan dan memperbaiki kondisi

fisik dan mental karyawan agar produktivitas kerja meningkat. Menurut

Bernandin dan Russel (2012) bahwa kesejahteraan karyawan adalah suatu bentuk

kompensasi tidak langsung yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara

kualitas hidup karyawan, bentuk kesejahteraan yaitu kesehatan dan keamanan

pembayaran pada waktu tidak bekerja dan pelayanan karyawan.

2.2.2.2 Kriteria Ekonomi Kesejahteraan

Ekonomi kesejahteraan merupakan suatu cabang ilmu ekonomi yang

mempelajari keinginan (desirability), efisiensi dan pemilihan berbagai

penggunaan sumberdaya oleh masyarakat. Ekonomi kesejahteraan penting untuk

dipahami karena berhubungan dengan tujuan pemberdayaan ekonomi rakyat yaitu

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Berbagai kriteria dari ekonomi kesejahteraan

berguna dalam mempertimbangkan suatu kebijaksanaan. Kebanyakan analisis

ekonomi berkaitan dengan aspek ekonomi yaitu bagaimana caranya mencapai

kesejahteraan maksimum atau optimum bagi masyarakat yang ada dalam sistem

perekonomian. Definisi kesejahteraan masih merupakan persoalan karena hanya

berkaitan dengan satu orang saja dan bisa diartikan sebagai kesejahteraan

seseorang bukan masyarakat, dan jika jumlah masyarakat bertambah

banyakdefinisi obyektif atas kesejahteraan optimum bagi sekelompok orang

menjadi kabur karena definisi tersebut harus mempertimbangkan perbandingan

22

kepuasan antara satu orang dengan yang lainnya. Kriteria Ekonomi Kesejahteraan

dapat dibagi menjadi dua yaitu.

1) Kriteria Pareto-Optimal/Pareto Efficient

Kesejahteraan ekonomi didasarkan atas pemikiran Pareto di mana

kesejahteraan ekonomi akan meningkat jika seseorang menjadi lebih baik dan tidak

ada seorangpun yang menjadi lebih jelek. Standar analisis yang digunakan oleh

para ekonom dalam menilai efisiensi alokasi sumber/faktor produksi dengan

konsep efisiensi ekonomi. Efisien ada dua yaitu efisiensi teknis adalah istilah

yang mengacu pada perbandingan output fisik dengan input fisik, dan efisiensi

ekonomis mengacu nilai output terhadap input, atau nilai sumberdaya (faktor

produksi) yang dipakai menghasilkan output tersebut. Kebanyakan ahli ekonomi

menggunakan efisiensi Pareto, sebagai tujuan efisiensi.

Konsep ataupun pengertian tentang "menjadi lebih baik" dan "menjadi

lebih jelek" berarti peningkatan atau penurunan kepuasan yang dikaitkan dengan

perubahan di dalam konsumsi barang-barang dan jasa. Pada posisi alokasi

sumber atau faktor produksi optimal tidak dimungkinkan untuk mengadakan

perubahan alokasi faktor produksi sehingga membuat seseorang menjadi lebih

baik tanpa membuat orang lain menjadi jelek. Posisi optimal ini mempunyai arti

bahwa kumpulan barang yang diproduksi mempunyai nilai yang lebih tinggi

daripada alternatif kumpulan barang yang lain yang dapat diproduksi dengan

faktor produksi yang tersedia.

Anggapan-anggapan yang digunakan dalam mengukur efisiensi

penggunaan sumber faktor produksi adalah sebagai berikut.

23

a) Setiap individu bertujuan memaksimumkan kepuasannya dan fungsi utilitin

kepuasannya) independen dalam artian tidak dipengaruhi oleh konsumsi

barang-barang, jasa yang dilakukan oleh individu yang lain dan juga oleh

penyediaan faktor oleh dividu yang lainnya.

b) Semua manfaat (benefits) dan biaya (ongkos) diukur dengan harga pasar.

c) Tidak ada masalah dalam hal keutuhan.

d) Informasi yang lengkap

e) Teknologi tertentu

f) Perekonomian tertutup

g) Full employment

2) Kriteria Cardinal

Menurut kriteria cardinal pendapatan anggota berpengaruh terhadap utility.

Berlaku Law Of Diminishing Marginal Utility, anggota masyarakat yang

berpendapatan tinggi (memiliki uang lebih banyak) akan memperoleh marginal

utility yang lebih kecil dibandingkan dengan anggota masyarakat yang

berpendapatan rendah (memiliki uang lebih sedikit). Jadi untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat harus dilakukan redistribusi pendapatan di antara

anggota masyarakat. Maksimum kesejahteraan masyarakat akan tercapai apabila

distribusi pendapatan merata di antara anggota masyarakat, kriteria ini

mengasumsikan bahwa marginal utility dan uang adalah sama bagi setiap anggota

masyarakat.

24

2.2.2.3 Pengukuran Kesejahteraan

Kesejahteraan memilik dua dimensi, yakni dapat dilihat dari dimensi

materi dan dimensi non materi. Dari sisi materi dapat diukur dengan pendekatan

pendapatan dan konsumsi. Mayer dan Sulliven dalam Dwijatenaya (2013)

mengatakan, bahwa secara konseptual dan ekonomi data konsumsi lebih tepat

digunakan untuk mengukur kesejahteraan dibandingkan dengan data pendapatan,

karena konsumsi merupakan pengukuran yang lebih langsung dari kesejahteraan.

Pendapatan salah satu konsep pokok dalam mengukur ekonomi seseorang atau

rumah tangga yang paling sering digunakan adalah melalui tingkat

pendapatannya.

Pendapatan menunjukkan seluruh uang yang diterima sesorang atau rumah

tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi merupakan salah satu tujuan penting yang harus dicapai dalam suatu

perekonomian yang baik, yaitu perekonomian yang mampu memberikan

kesejahteraan bagi seluruh penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan

(Todaro, 2000). Tujuan pokok pembangunan nasional adalah meningkatkan

pendapatan masyarakat.Pendapatan masyarakat adalah merupakan salah satu

indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran dan kesejahteraan seseorang atau

masyarakat dapat mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat.

Tingkat pendapatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan

perajin. Tingkat kesejahteraan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui

keberhasilan pembangunan di suatu negara dan konsumsi adalah salah satu

25

penunjangnya. Makin besar pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, maka

makin tinggi tahap kesejahteraan keluarga tersebut. Konsumsi rumah tangga

berbeda-beda antara satu dengan lainya dikarenakan pendapatan dan kebutuhan

yang berbeda-beda pula.

Kesejahteraan dari dimensi non materi dapat dilihat dari kesehatandan

pendidikan. Pengukuran dari status kesehatan melalui pertanyaan penyakityang

dilaporkan oleh responden, bagaimana keadaan kesehatan psikologi atau mental,

pengobatan yang dijalani oleh keluarga, aktifivitas fisik (Easterlin, 2001).

Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam kesejahteraan, kesehatan

dipengaruhi faktor makanan, frekuensi ketempat pelayanan kesehatan, tersedianya

sarana peneranganan listrik, air bersih, serta jamban dengan tangki septik,

sebagaimana dikemukakan oleh Badan Pusat Statistik (2006), sebagai berikut.

1) Tingkat kesehatan antara lain dipengaruhi faktor makanan, fasilitas

kesehatan, dan ketersediaan tenaga medis.

2) Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat

untuk ditinggali adalah tersedianya saran penerangaan listrik, air bersih, serta

jamban dengan tangki septik.

Jadi, tinggi rendahnya tingkat kesehatan untuk mensejahterakan keluarga

adalah terpenuhi atau tidak terpenuhinya indikator tersebut. Memiliki tingkat

kesehatan tinggi bila hanya dua faktor yang terpenuhi, dan tingkat kesehatan

rendah bila ketiga faktor tersebut tidak terpenuhi.

26

Menurut Cahyat dkk. dalam Dwijatenaya (2013), berkaitan dengan

pemantauan kesejahteraan dengan mengambil kasus di Kutai Barat, Kalimantan

Timur, mengemukakan bahwa kesejahteraan diukur dengan kriteria sebagai

berikut.

1) Kesejahteraan subyektif

2) Kesejahteraan dasar dibagi menjadi tiga indeks, yaitu kesehatan dan gizi,

kekayaan materi, dan pengetahuan/pendidikan.

3) Lingkungan pendukung terdiri dari lima indeks yaitu lingkungan alam,

lingkungan ekonomi, lingkungan sosial, dan infrastruktur dan pelayanan.

Tingkat kesejahteraan juga dipengaruhi oleh rata-rata pendidikan keluarga

yaitu melalui tingkat pendidikan secara umum dari jenjang pendidikan.

Pendidikan merupakan bentuk investasi dalam bidang sumber daya manusia yang

berperan dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Investasi ini merupakan investasi

jangka panjang karena manfaatnya baru dapat dirasakan setelah sepuluh tahun.

Berdasarkan beberapa kriteria untuk mengukur kesejahteraan, maka dalam

penelitian ini pengukuran kesejahteraan perajin ukiran kayu di Desa Mas Ubud

digunakan indikator kesejahteraan berdasarkan pada tingkat pendapatan, tingkat

pendidikan dan tingkat kesehatan.

2.2.3 Faktor Sosial Demografi

Menurut Perry (Gomes, 2001), bahwa penilaian performasi seorang

pekerja biasanya sangat dipengaruhi oleh faktor ras, suku bangsa, gender, dan

27

usia. Faktor sosial demografi merupakan unsur manusia dalam suatu organisasi

mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena mampu mengambil input dari

lingkungan sekitar serta bagaimana cara mendapatkan input dan mempelajari

keadaan perubahan penduduk atau dengan kata lain segala hal yang berhubungan

dengan komponen-komponen perubahan tersebut seperti kelahiran, kematian, dan

migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk menurut

umur dan jenis kelamin tertentu. Karakteristik demografi memiliki ciri-ciri

meliputi umur/usia, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga,

lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan (Mulayadi, 1998).

Unsur-unsur sumber daya manusia meliputi kemampuan (capabilities),

sikap (attitudes), nilai-nilai (values), kebutuhan-kebutuhan (needs) dan

karakteristik demografi (penduduk). Indikator faktor sosial demografi, yaitu

sebagai berikut.

1) Pendidikan

Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk

mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat, sedangkan latihan membentuk

dan meningkatkan ketrampilan kerja. Dengan demikian semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat produktivitas (Widi Lestari, 2011).

Menurut Mursidi (2009), bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan proses

yang berlanjut dan bukan proses sesaat saja terutama disaat perkembangan

teknologi dan pengetahuan berkembang pesat. Pengertian pendidikan secara

umum adalah pendidikan akan memberikan bekal kepada individu berupa ilmu

28

pengetahuan, keterampilan, budi pekerti yang luhur serta pembinaan kepribadian

yang bisa memfasilitasi adanya teknologi dan lahirnya berbagai ide baru di semua

sektor keahlian dalam bisnis. Untuk itu, pendidikan akan selalu diperlukan oleh

setiap manusia selama hidupnya. Pendidikan itu dapat berlangsung mulai dari

pendidikan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Secara sederhana, ruang

lingkup pendidikan dapat dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut.

a) Pendidikan dalam keluarga (informal), pendidikan dalam keluarga merupakan

pendidikan awal dimana individu diberikan macam-macam ketrampilan,

latihan berbicara, bertingkah laku dan seterusnya sebagai bekal dalam

kehidupan.

b) Pendidikan di Sekolah (formal), pendidikan di sekolah merupakan tempat

kelanjutan pendidikan setelah keluarga. Artinya, pendidikan melalui lembaga

tertentu yang lengkap dengan kurikulum serta jenjang pendidikan yang

ditempuhnya.

c) Pendidikan dalam masyarakat (non formal), yaitu pendidikan yang

diselenggarakan pihak masyarakat atau pihak diluar keluarga dan sekolah.

Pendidikan ini tidak terikat oleh waktu dan jenjang pendidikan, namun

disesuaikan dengan kebutuhan itu sendiri.

2) Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja juga sangat menentukan pendapatan seseorang, karena

pengalaman kerja merupakan kejadian-kejadian riil yang dialami oleh seseorang

yang bekerja. Semakin lama pengalaman kerja atau semakin banyak pengalaman

29

kerja yang dimiliki oleh seseorang maka akan semakin terampil dan semakin

cepat dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga

output yang dihasilkan lebih banyak dan pendapatan yang mereka terima juga

akan bertambah (Sudarmini, 2006). Pengalaman kerja seseorang sangat

mendukung keterampilan dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaannya,

sehingga tingkat kesalahan akan semakin berkurang. Semakin lama pengalaman

kerja atau semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh seseorang maka

semakin terampil dan semakin cepat dalam menyelesaikan tugas yang menjadi

tanggung jawabnya.

Febiyanti (2012), menyebutkan ada beberapa hal yang menentukan

berpengalaman atau tidaknya seorang karyawan, yaitu.

a) Lama waktu/masa kerja

Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang

sehingga dapat memahami tugas-tugas dan telah melaksanakannya dengan

baik.

b) Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau

informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup

kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung

jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik

yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau

pekerjaan.

30

c) Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan

Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek teknik

peralatan dan teknik pekerjaan.

3) Umur

Menurut Arsyad (2010), umur 15-64 tahun termasuk orang-orang dalam

umur kerja, sedangkan golongan anak-anak (< 15 tahun) dan golongan tua (65

tahun ke atas) merupakan beban tanggungan penduduk yang bekerja. Umur

adalah jumlah tahun sejak lahir sampai saat ini.Umur seseorang sangat

berhubungan dengan pendidikan dan pengalaman kerja. Ours dan Stoeldraijer

(2010) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa umur pekerja berpengaruh

terhadap produktivitas. Pekerja yang berusia antara 30 tahun dan 45 tahun

memiliki produktivitas tertinggi. Sementara pekerja berusia muda dan lebih tua

produktivitasnya lebih rendah.

Komposisi penduduk yang sering digunakan untuk analisis perencanaan

pembangunan adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

(Mantra, 2003). Struktur umur penduduk dapat dilihat dalam umur satu tahunan

atau yang disebut juga umur tunggal (single age), dan yang dikelompokkan dalam

lima tahunan, misalnya kelompok umur 0-4, 5-9, 10-14, …, 60-64, 65+. Informasi

tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan

sangat dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan kependudukan.

Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal

manusia.Dalam pembahasan demografi, pengertian umur adalah umur pada saat

31

ulang tahun terakhir. Struktur umur penduduk antara negara satu dengan yang lain

tidak sama.

Suatu negara dikatakan berstruktur umur muda apabila kelompok

penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya lebih dari 40 persen,

sedang besarnya kelompok penduduk usia 65 tahun kurang dari 10 persen. Negara

yang tergolong berstruktur umur muda merupakan negara yang sedang

berkembang seperti Burma dan India. Sebaliknya suatu negara dikatakan

berstruktur umur tua apabila kelompok penduduk yang berumur 15 tahun ke

bawah jumlahnya kurang dari 40 persen dari seluruh penduduk dan persentase

penduduk di atas 65 tahun sekitar 10 persen. Negara yang tergolong berstruktur

umur tua merupakan negara-negara maju seperti Jepang, Jerman dan Amerika

Serikat (Mantra, 2003).

Dilihat dari struktur umur, maka dapat dikatakan bahwa Indonesia

mempunyai penduduk dengan struktur umur muda. Umur 15 sampai 64 tahun

termasuk dalam umur kerja, sedangkan anak-anak di bawah 15 tahun dan

golongan tua (65 tahun ke atas) merupakan beban tanggungan penduduk yang

bekerja. Berdasarkan dua golongan penduduk ini, maka dapat dihitung besarnya

rasio beban tanggungan, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk 0-14 tahun,

ditambah dengan jumlah penduduk golongan tua dibandingkan dengan jumlah

penduduk berumur 15-64 tahun (Arsyad, 2010).

32

4) Jumlah Anggota Keluarga (Rumah Tangga)

Jumlah anggota rumah tangga dapat berpengaruh positif atau negatif

terhadap kesejahteraan rumah tangga. Menurut Hanafie dalam Semmaila (2008),

anggota rumah tangga yang produktif (tenaga kerja) dapat meningkatkan

kesejahteraan rumah tangganya. Sebaliknya anggota rumah tangga yang tidak

produktif tentu akan menjadi beban ekonomi rumah tangga. Hubungan dengan

jumlah anggota keluarga dengan kesejahteraan keluarga melalui alokasi

pengeluaran keluarga, sehingga keluarga yang memiliki tanggungan lebih banyak

berpeluang untuk tidak sejahtera. Menurut Mantra (2003), yang termasuk jumlah

anggota keluarga adalah seluruh jumlah anggota keluarga rumah tangga yang

tinggal dan makan dari satu dapur dengan kelompok penduduk yang sudah

termasuk dalam kelompok tenaga kerja. Kelompok yang dimaksud makan dari

satu dapur adalah bila pengurus kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama

menjadi satu. Jadi, yang termasuk dalam jumlah anggota keluarga adalah mereka

yang belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari karena belum bekerja (dalam

umur non produktif) sehingga membutuhkan bantuan orang lain (dalam hal ini

orang tua).

2.2.4 Hubungan Antar Variabel Faktor Sosial Demografi

Faktor sosial demografi dalam penelitian ini yang terdiri dari variabel

pendidikan, umur pengalaman kerja, dan jumlah anggota keluarga. Hubungan

antara pendidikan dengan produktivitas dan kesejahteraan adalah tingkat

33

pendidikan tinggi yang dimiliki oleh seseorang akan lebih mempermudah untuk

menghasilkan produk yang baik. Jika tingkat pendidikan tinggi maka

produktivitas tenaga kerja juga tinggi dan apabila tingkat pendidikan rendah maka

produkivitas tenaga kerja juga rendah, sehingga hubungan yang terjadi antara

pendidikan dengan produktivitas tenaga kerja adalah positif.

Pengalaman kerja merupakan kejadian-kejadian riil yang dialami oleh

seseorang yang bekerja. Lamanya seseorang bekerja pada pekerjaan yang sama atau

sejenisnya akan mengakibatkan lebih banyak tahu dan terampil dalam melaksanakan

tugas-tugasnya, sehingga produktivitas meningkat (Budhyani dan Sila, 2008). Jadi

disebutkan bahwa adanya korelasi positif antara lamanya kerja seseorang dengan

produktivitasnya karena kemampuan dan keahlian tenaga kerja berkaitan dengan

pengalaman yang diperoleh tenaga kerja tersebut.

Pada umumnya mereka (pekerja) yang memilih jenis pekerjaan yang

diinginkan masih memiliki umur yang relatif muda, umur berperan dalam

pemilihan jenis pekerjaan yang diinginkan. Umur juga menjadi patokan, karena

umur seseorang dapat mencerminkan seberapa besar kemampuan seseorang dalam

mengambil pekerjaan. Sebagian orang menjadikan umur sebagai cerminan dalam

memilih pekerjaan yang diinginkan, semakin tua umur seseorang maka jenis

pekerjaan yang diinginkan adalah pekerjaan yang tidak terlalu menguras tenaga.

Umur menentukan tingkat produktivitas, hubungan antara umur dan produktivitas

adalah negatif, dalam arti bahwa semakin bertambah umur seseorang

produktivitas semakin menurun.

34

Jumlah anggota keluarga juga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas

perajin. Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan

keluarga.Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah

kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit

anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi

keluarga. Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, akan diikuti

oleh banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran rumah

tangga berarti semakin banyak anggota rumahtangga yang pada akhirnya akan

semakin berat beban rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya

sehingga produktivitas berpengaruh positif terhadap jumlah anggota keluarga

(Mantra, 2003). Hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kesejahteraan

adalah melalui alokasi pengeluaran, sehingga keluarga yang memiliki tanggungan

yang lebih banyak berpeluang untuk tidak sejahtera.

2.3 Keaslian Penelitian

Berbagai penelitian telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai

produktivitas dan kesejahteraan.

Ananda (2007), berjudul “Pengaruh Investasi Dan Tingkat Upah Terhadap

Produktivitas Tenaga Kerja Provinsi Bali Tahun 1987-2005”. Penelitian ini

menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil uji F diperoleh F-hitung =

107,831> F tabel 3,63 pada tingkat keyakinan 5 persen. Ini berarti bahwa investasi

total dan tingkat upah secara serempak berpengaruh signifikan terhadap

produktivitas tenaga kerja Provinsi Bali Tahun 1987-2005, sehingga hipotesis

35

yang menyatakan bahwa investasi total dan tingkat upah berpengaruh signifikan

dan secara serempak terhadap produktivitas tenaga kerja Provinsi Bali bisa terima.

Suantari (2008), dengan judul “Pengaruh Jam Kerja, Pengalaman Kerja,

Jumlah Tanggungan Keluarga dan Modal Industri terhadap Pendapatan Pekerja

Migran Perempuan pada Industri Kerajinan Genteng di Desa Pejaten Kecamatan

Kediri Kebupaten Tabanan”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi

linear berganda. Hasil pengujian secara simultan diperoleh simpulan bahwa jam

kerja, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga dan modal industri

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja migran perempuan pada

industri kerajinan genteng di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan.

Pada uji secara parsial jam kerja, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga

dan modal industri berpengaruh nyata dan positif terhadap pendapatan pekerja

migran perempuan pada industri kerajinan genteng di Desa Pejaten Kecamatan

Kediri Kabupaten Tabanan.

Widyathi (2011), judul penelitian“Pengaruh Modal Pinjaman, Jam Kerja,

Dan Lama Usaha Terhadap Tingkat Pendapatan Usaha Mikro, Kecil Dan

Menengah (UMKM) Yang Dikelola Oleh Perempuan Di Kecamatan Mengwi”.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil

pengujian secara simultan diperoleh simpulan bahwa modal pinjaman, jam kerja

dan lama usaha secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pendapatan usaha mikro kecil dan menengah yang dikelola oleh perempuan di

Kecamatan Mengwi. Berdasarkan hasil uji t-test variabel modal pinjaman, jam

kerja dan lama usaha secara parsial berpengaruh nyata dan positif terhadap tingkat

36

pendapatan usaha mikro kecil dan menengah yang dikelola oleh perempuan di

Kecamatan Mengwi.

Andari dkk. (2012), judul penelitian “Pengaruh Sosial Demografi

Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Perempuan Perajin Lontar di Desa Bona

Gianyar”, dengan teknik analisis regresi linear berganda, temuannya adalah

variabel umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan status perkawinan

berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja perempuan pada

industri kerajinan anyaman lontar di Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh,

Kabupaten Gianyar, sedangkan tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan

terhadap produktivitas.

Pada penelitian sekarang terdapat persamaan dan perbedaan terhadap

peneliti-penelitian sebelumnya. Penelitian sekarang dengan penelitian-penelitian

sebelumnya terdapat kesamaan dalam penentuan variabel untuk menguji

produktivitas perajin. Penelitian sekarang adalah penggabungan penelitian-

penelitian sebelumnya, perbedaannya terdapat pada teknik analisis dan lokasi

penelitian. Penelitian sebelumnya menggunakan teknik analisis regresi berganda,

berbeda dengan penelitian sekarang, teknik analisis yang digunakan adalah

analisis persamaan struktural (SEM) dengan alternatif Partial Least Square (PLS,

component based SEM).