analisis struktur, perilaku, kinerja industri … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri,...

83
ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT INDONESIA OLEH RESTI ANDITYA H14070076 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Upload: lemien

Post on 14-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRIPENYAMAKAN KULIT INDONESIA

OLEHRESTI ANDITYA

H14070076

DEPARTEMEN ILMU EKONOMIFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2011

Page 2: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

RINGKASAN

RESTI ANDITYA. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri PenyamakanKulit (dibimbing oleh IDQAN FAHMI).

Kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat dari nilai pendapatannasional negara tersebut yang dipengaruhi oleh sektor-sektor usaha di dalamnya.Industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusibesar terhadap PDB Indonesia. Industri pengolahan terdiri dari dua jenis industri,yaitu industri pengolahan migas dan industri pengolahan non-migas. Industri non-migas memberikan kontribusi cukup besar terhadap pendapatan nasional, yaitusebesar 510.101,7 miliar rupiah. Salah satu industri pengolahan yang ikutberkontribusi dalam pendapatan nasional adalah industri penyamakan kulit.Industri ini mengolah kulit mentah menjadi kulit setengah jadi dan kulit jadi. Kulitmentah merupakan salah satu bahan baku bagi industri-industri yangmemproduksi barang dari dari kulit. Kulit mentah yang digunakan berasal darikulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industripenyamakan kulit telah mengalami perkembangan yang signifikan. Nilai tambahyang diberikan oleh industri ini cukup tinggi sehingga kulit dijadikan sebagaibahan baku bagi industri hilir barang-barang kulit. Tingginya nilai tambah inimembuat nilai ekspor kulit dan barang kulit dari Indonesia juga tinggi, yaitumencapai 2,4 miliar Dollar Amerika pada tahun 1995 dan menjadi penyumbangdevisa terbesar ketiga untuk kategori ekspor non-migas.

Namun pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi. Krisis tersebut membuatindustri penyamakan kulit terpuruk. Hal ini ditandai dengan penurunan jumlahproduksi dan pengurangan tenaga kerja. Pada tahun 1996, jumlah tenaga kerjapada industri penyamakan kulit berjumlah 7358 orang. Saat krisis jumlah tenagakerja menurun menjadi 7102 orang. Penurunan jumlah produksi dan jumlahtenaga kerja membuat banyak pabrik tutup. Penutupan tersebut dan ditambahkurangnya bahan baku membuat kinerja dari industri penyamakan tersebutmenurun. Hal ini berpengaruh terhadap struktur, perilaku, dan kinerja industripenyamakan kulit Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisastruktur, perilaku, dan kinerja industri penyamakan kulit Indonesia sertamenganalisa hubungan struktur dan faktor-faktor lainnya dengan kinerja industripenyamakan kulit.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Structure,Conduct, and Performance (SCP) untuk menganalisis struktur,perilaku, dankinerja industri penyamakan kulit. Sedang untuk menganalisa hubungan strukturdan faktor-faktor lainnya dengan kinerja digunakan metode Ordinary LeastSquare (OLS). Variabel yang digunakan adalah rasio konsentrasi (CR4), efisiensiinternal (XEF), pertumbuhan produksi (GROWTH), jumlah tenaga kerja (TK),produktivitas (PROD), dan volume ekspor (EKS).

Page 3: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

Hasil menunjukkan bahwa rata-rata struktur pasar industri penyamakankulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03 persen sehingga industripenyamakan kulit bersifat oligopoli sedang. Hambatan masuk pasar pada industripenyamakan kulit tinggi yaitu dengan rata-rata 23,97 persen. Perilaku pasar padaindustri penyamakan kulit dilihat dari strategi produk, distribusi, dan strategibisnis. Strategi produk dengan cara menghasilkan produk yang lebih berkualitas.Strategi distribusi dilakukan dengan memasarkan produk ke pasar luar negeri.Sedangkan strategi bisnis dengan melakukan kemitraan dengan perusahaan-perusahaan yang menggunakan kulit sebagai bahan bakunya. Kinerja industripenyamakan kulit dilihat dari tingkat keuntungan (PCM) dan nilai efisiensiinternal (X-Eff). Nilai rata-rata PCM periode 1990-2008 adalah sebesar 31,74persen. Efisiensi internal (X-Eff) industri penyamakan kulit pada tahun 1990-2008memiliki rata-rata sebesar 43,92 persen. Pertumbuhan produksi industripenyamakan kulit pada tahun 1990-2008 memiliki rata-rata sebesar 25,46 persen.Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode OLS diperoleh variabel yangmemiliki pengaruh terhadap peningkatan kinerja (PCM) adalah efisiensi internal(XEF), produktivitas (PROD), dan ekspor (EKS). Sedangkan variabel konsentrasiempat perusahaan terbesar (CR4), pertumbuhan produksi (GROWTH), dan jumlahtenaga kerja (TK) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadappeningkatan kinerja.

Saran yang dapat dirumuskan adalah untuk meningkatkan kinerja perludilakukan peningkatkan efisiensi, produktivitas, dan ekspor. Pelaku industridiharapkan dapat meningkatkan efisiensi dengan memanfaatkan teknologi yangcanggih dan menerapkan produksi bersih. Sedangkan utnuk meningkatkanproduktivitas, diharapkan adanya pelatihan bagi pekerja. Untuk meningkatkanekspor, industri disarankan untuk meningkatkan kualitas dan tidak hanyamemproduksi kulit setengah jadi dan kulit jadi tetapi juga memproduksi barang-barang kulit.

Page 4: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRIPENYAMAKAN KULIT INDONESIA

OLEH

RESTI ANDITYAH14070076

SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMIFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2011

Page 5: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2011

Resti AndityaH14070076

Page 6: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Resti Anditya, lahir pada tanggal 8 Juli 1989 di

Kupang, Nusa Tenggara Timur. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara dari pasangan H. Andi Satria Darwin dan Hj. Harneliza. Riwayat

pendidikan penulis dimulai dari tingkat sekolah dasar SDN Gunung Gede di kota

Bogor. Kemudian melanjutkan pendidikan pada sekolah lanjutan tingkat pertama

di SLTPN 5 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Setelah itu penulis melanjutkan ke

tingkat pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 3 Bogor dan lulus tahun

2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan

tinggi dan diterima sebagai mahasiswa Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu

Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis

aktif dalam kepanitiaan seperti ECONOMIC CONTEST 2009 dan Hipotex-R

2010.

Page 7: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas curahan rahmat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Struktur,

Perilaku, dan Kinerja Industri Penyamakan Kulit Indonesia”. Penulis sadar

bahwa pencapaian ini bukan karya yang luar biasa, namun melalui karya ini

penulis berharap agar dalam proses penyusunan hingga hasil yang dicapai dapat

dijadikan pembelajaran bagi penulis sendiri maupun pembaca. Pada kesempatan

ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Andi Satria Darwin dan Ibunda Hj.

Harneliza serta Fadli Rizkiandi yang telah memberikan kasih sayang,

dukungan, dan doa kepada penulis .

2. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

arahan dan masukan yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc., Agr. sebagai dosen penguji utama dalam sidang

skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam

penyempurnaan skripsi ini.

4. Tanti Novianti, M.Si selaku komisi pendidikan yang memberikan banyak

informasi mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik.

5. Sahabat-sahabat tersayang Wahyu Putri Pamungkas, Ranty Purnamasari,

Dyah Pramita Raharti, Sari Maulidyawati, Putri Nilam Kencana, Hilman

Kurniawan, Winda Aprianti, dan Nurul Hasmy Malallahi yang telah

memberikan dukungan dan doa serta kenangan yang berharga baik suka

maupun duka.

6. Teman-teman satu bimbingan (Ainur Sukmawati, Feri Nur Oktaviani, dan

Rani Meistika) atas kerjasamanya selama ini dalam penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 44 yang telah memberikan doa,

semangat dan dukungan selama penulis menyusun skripsi.

8. Staf Tata Usaha Departemen Ilmu Ekonomi atas kerja sama dalam kelancaran

pelaksanaan seminar dan sidang.

Page 8: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

9. Staf Badan Pusat Statistik, Kementrian Perindustrian, dan Kementrian

Perdagangan atas bantuan selama proses pengambilan data.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini

namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang

membutuhkan.

Bogor, Juli 2011

Resti AndityaH14070076

Page 9: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.………………………………………………………………..

DAFTAR TABEL.…………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR.……………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN.……………………………………………………..

I. PENDAHULUAN ………………………………………………………

1.1 Latar Belakang.……………………………………………………..

1.2 Perumusan Masalah.………………………………………………...

1.3 Tujuan Penelitian.…………………………………………………...

1.4 Manfaat Penelitian.………………………………………………….

1.5 Ruang Lingkup.……………………………………………………..

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN……………

2.1 Konsep Ekonomi Industri...................................................................

2.2 Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja.……………...……………...

2.2.1. Struktur Pasar…………………………...………………......

2.2.2. Perilaku Pasar………...............…………........……………...

2.2.3. Kinerja Pasar………………………………………………...

2.3 Penelitian Terdahulu.……………………………………………….

2.4 Kerangka Pemikiran.………………………………………………..

2.5 Hipotesis Penelitian.………………………………………………...

III. METODE PENELITIAN…..……………………………………………

3.1 Jenis dan Sumber Data.……………………………………………..

3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data.……………………………..

3.2.1. Analisis Struktur Pasar…………………………………........

3.2.2. Rasio Konsentrasi (CR)………………………………….......

3.2.3. Hambatan Masuk Pasar……………………………………...

3.3 Analisis Perilaku Pasar……………………………………………...

3.4 Analisis Kinerja Industri.…………………………………………...

3.5 Hubungan Struktur dan Faktor-Faktor Lainnya dengan Kinerja…...

i

iv

v

vi

1

1

4

5

6

6

7

7

8

9

12

13

14

16

17

19

19

19

20

20

21

21

21

23

Page 10: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

ii

3.6 Definisi Operasional………………………………………………...

3.7 Uji Hipotesis..……………………………………………………….

3.7.1. Uji-F..………………………………………………………

3.7.2. Uji-t………………………………………………………...

3.7.3. Koefisien Determinasi.…………………………………….

3.8 Uji Asumsi.………………………………………………………….

3.8.1. Uji Heteroskedastisitas……….……………………………

3.8.2. Uji Multikolinieritas.………………………………………

3.8.3. Uji Autokolerasi.…………………………………………...

3.8.4. Uji Normalitas.......................................................................

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT……........

4.1 Jenis Kulit untuk Industri Penyamakan Kulit....................................

4.2 Sejarah dan Perkembangan Industri Penyamakan Kulit Indonesia…

4.3 Produksi Kulit Indonesia……………………………………………

4.4 Ekspor Kulit………………………………………………………...

V. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………

5.1. Analisis Struktur Industri Penyamakan Kulit...………………..........

5.1.1 Rasio Konsentrasi.....................................................................

5.1.2. Hambatan Masuk Pasar………………………………………

5.2 Analisis Kinerja Industri Penyamakan Kulit......................................

5.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Industri Penyamakan Kulit……..

5.3.1. Hasil Uji Ekonometrika………………………………………

5.3.2. Hasil Estimasi………………………………………………...

5.4 Analisis Perilaku Industri Penyamakan Kulit……………………….

5.4.1. Strategi Produk.………………………………………………

5.4.2. Strategi Distribusi…………………………………………….

5.4.3. Strategi Bisnis………………………………………………..

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………...

6.1 Kesimpulan …………………………………………………………

6.2 Saran ………………………………………………………………..

24

25

25

26

27

28

28

29

29

30

31

31

32

34

36

38

38

38

40

42

46

46

48

51

52

52

53

54

54

55

Page 11: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

iii

DAFTAR PUSTAKA.………………………………………………………..

LAMPIRAN .....................................................................................................

57

59

Page 12: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

iv

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1.1

1.2

1.3

1.4

2.1

4.1

4.2

4.4

5.1

Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2008…………………..

Persentase Peran Sub-Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDB

Nasional Tahun 2008…………………………………………………..

Negara Tujuan Utama Ekspor Indonesia

(juta dollar)…..........................................................................................

Pertumbuhan Ekspor dan Impor Kulit dan Barang Kulit Indonesia…...

Tipe-Tipe Pasar Berdasarkan Kondisi Utama………….........................

Kulit Jadi untuk Alas Kaki (dalam juta kaki persegi)………….............

Perkembangan Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri

Penyamakan Kulit Indonesia (2000-2008)…………….........................

Ekspor Kulit Indonesia Tahun 1996-2008.…………………………….

Hasil Estimasi Persamaan PCM Industri Penyamakan Kulit Indonesia

(1990-2008)….........................................................................................

1

2

3

4

9

33

34

36

46

Page 13: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

v

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

2.1

2.2

4.1

5.1

5.2

5.3

5.4

5.5

Hubungan Struktur-Perilaku-Kinerja……………………….………….

Kerangka Pemikiran……………………...…………………………….

Nilai Produksi Kulit Tahun 1990-2008………………………….……..

Perkembangan Nilai CR4 Industri Penyamakan Kulit Indonesia (1990-

2008)………………………………………...………………………….

Nilai Minimum Efficiency Scale (MES) Industri Penyamakan Kulit

Indonesia (1990-2008)…………………………………………………

Perkembangan Nilai PCM Industri Penyamakan Kulit Indonesia

(1990-2008)…………………………………………......……………...

Perkembangan Nilai Efisiensi Internal Industri Penyamakan Kulit

Indonesia (1990-2008)………………………………………………....

Perkembangan Nilai Pertumbuhan Produksi Industri Penyamakan

Kulit Indonesia (1990-2008)………………………………...................

9

17

35

40

42

43

44

45

Page 14: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

vi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Rasio Konsentrasi Industri Penyamakan Kulit Indonesia Tahun 1990-

2008……………...................................................................................

Data Hambatan Masuk Pasar Industri Penyamakan Kulit (1990-

2008)......................................................................................................

Tingkat Keuntungan Industri Penyamakan Kulit Indonesia Tahun

1990-2008..............................................................................................

Data X-Efisiensi Industri Penyamakan Kulit Indonesia Tahun1990-

2008.......................................................................................................

Data Pertumbuhan Produksi (Growth) Industri Penyamakan Kulit

Indonesia (1990-2008)...........................................................................

Data Nilai Produktivitas Industri Penyamakan Kulit Indonesia (1990-

2008)......................................................................................................

Data Volume Ekspor Industri Penyamakan Kulit Indonesia Tahun

1990-2008..............................................................................................

Data Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja pada Industri

Penyamakan Kulit (1990-2008)............................................................

Hasil Estimasi dengan Menggunakan Ordinary Least Square

(OLS).....................................................................................................

Hasil Uji Kormogorov Smirnov.............................................................

Uji White................................................................................................

Uji Multikolinearitas.............................................................................

60

61

62

63

64

65

66

67

68

68

69

69

Page 15: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat dari nilai pendapatan

nasional negara tersebut yang dipengaruhi oleh sektor-sektor usaha di dalamnya.

Industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi

besar terhadap PDB Indonesia. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa nilai PDB

Indonesia pada tahun 2008 mencapai 2.082,3 triliun rupiah dan sektor industri

pengolahan memberikan kontribusi sebesar 557.764, miliar rupiah.

Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar Harga Konstan 2000Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2008

Lapangan Usaha PDB (Miliar Rupiah)

Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 284.620,7

Pertambangan dan penggalian 172.442,7

Industri Pengolahan 557.764,4

a. Industri pengolahan migas 47.662,7

b. Industri pengolahan non-migas 510.101,7Listrik, gas, dan air minum 14.993,6Bangunan 130.951,6

Perdagangan, hotel, dan restoran 363.813,5

Transportasi dan komunikasi 165.905,5

Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 198.799,6

Jasa-jasa 193.024,3

Total 2.082.315,9Sumber: BPS (2008)

Industri pengolahan terdiri dari dua jenis industri, yaitu industri

pengolahan migas dan industri pengolahan non-migas. Berdasarkan Tabel 1.2,

industri non-migas memberikan kontribusi cukup besar terhadap pendapatan

nasional, yaitu sebesar 510.101,7 miliar rupiah. Salah satu industri yang

Page 16: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

2

memberikan kontribusi adalah industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki

yaitu sebesar 50.994 miliar rupiah.

Tabel 1.2 Persentase Peran Sub-Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDBNasional Tahun 2008

Industri Pengolahan Non-Migas PDB (miliar rupiah)Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 139,921.9Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 50,994.0Industri Kayu dan Produk Lainnya 20,335.8Industri Produk Kertas dan Percetakan 25,477.2Industri Produk Pupuk, Kimia dan Karet 68,389.6Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam 15,990.7Industri Logam Dasar Besi dan Baja 8,044.7Industri Peralatan, Mesin dan PerlengkapanTransportasi 177,178.3Produk Industri Pengolahan Lainnya 3,769.5Total 510,101.7Sumber: BPS 2008

Salah satu industri pengolahan yang ikut berkontribusi dalam pendapatan

nasional adalah industri penyamakan kulit. Industri ini mengolah kulit mentah

menjadi kulit setengah jadi dan kulit jadi. Kulit mentah merupakan salah satu

bahan baku bagi industri-industri yang memproduksi barang dari dari kulit. Kulit

mentah yang digunakan berasal dari kulit hewan, seperti sapi, kerbau, kambing,

domba, babi, dan lain-lain.

Industri penyamakan kulit telah mengalami perkembangan yang cukup

pesat. Menurut Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI), nilai tambah yang

dihasilkan kulit cukup tinggi yang menjadikannya bahan baku potensial untuk

kepentingan industri hilir barang-barang kulit. Hal ini dibuktikan dengan

pertumbuhan nilai ekspor kulit dan barang kulit dari Indonesia setiap tahunnya.

Sebagai contoh pada tahun 1995, ekspor mencapai 2,4 miliar Dollar Amerika dan

menjadi penyumbang devisa terbesar ketiga untuk kategori ekspor non-migas.

Page 17: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

3

Negara-negara tujuan ekspor kulit dan barang kulit dari Indonesia, antara

lain Amerika Serikat, China, Hongkong, Itali, Jepang, Malaysia, Singapura,

Thailand, Republik Korea, dan India. Negara pengimpor terbesar adalah Amerika

Serikat diikuti oleh China, Hongkong, Itali, dan Jepang. Berdasarkan Tabel 1.3,

Amerika Serikat memberikan share paling besar pada tahun 2008 yaitu sebesar

25,60 persen dan di urutan kedua adalah China yaitu sebesar 12,87 persen.

Hongkong memberikan kontribusi sebesar 11,89 persen di posisi ketiga.

Tabel 1.3 Negara Tujuan Utama Ekspor Kulit dan Barang Kulit IndonesiaTahun 2006-2008 (juta dollar)

Negara 2006 2007 2008%trend

(2006-2008)

%share

(2008)

Total 300,700 362,679 354,837 8.63 100

AmerikaSerikat

79,788 91,898 90,823 6.69 25.6

China 25,547 39,033 45,668 33.7 12.87Hongkong 28,781 33,990 42,191 21.08 11.89Italia 11,055 20,574 23,820 46.79 6.71Jepang 16,303 19,734 18,916 7.72 5.33Malaysia 23,658 28,934 18,273 -12.12 5.15Singapura 18,925 20,234 15,343 -9.96 4.32Thailand 9,334 13,050 11,592 11.44 3.27Rep. Korea 5,541 9,090 10,764 39.38 3.03India 11,740 13,215 10,664 -4.69 3.01Lainnya 70,027 72,837 66,783 -2.34 18.82Sumber: Kementrian Perdagangan (2008)

Nilai ekspor kulit dan barang kulit dari Indonesia terus meningkat dari

tahun 2004 hingga tahun 2007. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.4, pada

periode 2004-2008, nilai ekspor kulit dan produk kulit Indonesia mengalami

peningkatan dengan tren sampai 12,9 persen per tahun. Pada tahun 2008, tercatat

nilai ekspor kulit sebesar 354,83 juta dollar. Pada tahun 2008 mengalami

penurunan dimana sebelumnya nilai ekspor kulit terus meningkat.

Page 18: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

4

Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekspor dan Impor Kulit dan Barang Kulit IndonesiaTahun 2004-2008 (juta dollar)

2004 2005 2006 2007 2008%trend

2004-2008Ekspor 230,684 252,996 300,700 362,679 354,837 12.99Impor 122,635 108,077 123,886 145,007 415,843 31.47NeracaPerdagangan

108,050 144,919 176,814 217,672 -61,006 -

Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)

Namun pertumbuhan industri penyamakan kulit tidak berlangsung lama.

Beberapa tahun terakhir industri penyamakan kulit mengalami penurunan kinerja.

Hal ini ditandai dengan adanya penurunan nilai produksi dan jumlah tenaga kerja

yang terlibat sehingga banyak pabrik-pabrik yang harus gulung tikar. Penurunan

kinerja ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti krisis moneter, kurangnya bahan

baku, dan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak terhadap industri.

1.2 Rumusan Masalah

Industri dikatakan maju apabila memiliki kinerja yang baik. Baik atau

tidaknya kinerja suatu industri dapat dilihat dari tingkat keuntungan industri

tersebut. Industri penyamakan kulit merupakan industri yang menyuplai bahan

baku bagi industri kulit dan barang kulit. Setiap tahunnya jumlah industri

penyamakan kulit mengalami peningkatan.

Pertumbuhan industri penyamakan kulit meningkat cukup pesat sejak

tahun 1970. Hal ini karena industri penyamakan kulit memproduksi kulit yang

digunakan sebagai bahan baku bagi industri kulit dan alas kaki. Nilai tambah yang

dihasilkan oleh kulit cukup besar. Dengan besarnya nilai tambah yang dihasilkan

oleh kulit tersebut membuat kulit banyak diekspor. Peningkatan ini membuat

Page 19: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

5

banyaknya pesaing-pesaing baru yang bergabung dalam industri penyamakan

kulit.

Namun hal tersebur tidak berlangsung lama. Industri penyamakan kulit

mengalami penurunan kinerja pada beberapa tahun terakhir yang disebabkan oleh

beberapa hal, diantaranya krisis ekonomi, kurangnya bahan baku, bahkan

peraturan pemerintah yang tidak berpihak terhadap industri penyamakan kulit. Hal

tersebut mengakibatkan adanya penurunan jumlah produksi, pengurangan tenaga

kerja, serta penurunan volume ekspor kulit. Seperti yang terjadi pada tahun 1996,

jumlah tenaga kerja pada industri penyamakan kulit berjumlah 7358 orang. Saat

krisis jumlah tenaga kerja menurun menjadi 7102 orang. Penurunan jumlah

produksi dan jumlah tenaga kerja membuat banyak pabrik tutup. Hal ini

berpengaruh terhadap struktur, perilaku, dan kinerja industri penyamakan kulit

Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur, perilaku, dan kinerja industri penyamakan kulit

Indonesia?

2. Bagaimana hubungan struktur dan faktor-faktor lainnya dengan kinerja

industri penyamakan kulit Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 20: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

6

1. Menganalisa struktur, perilaku, dan kinerja industri penyamakan kulit

Indonesia.

2. Menganalisa hubungan struktur dan faktor-faktor lainnya dengan kinerja

industri penyamakan kulit.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui struktur, perilaku, dan kinerja dari industri penyamakan kulit

Indonesia.

2. Mengetahui hubungan struktur dan faktor-faktor lainnya dengan kinerja

industri penyamakan kulit.

3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk meneliti lebih lanjut

mengenai industri penyamakan kulit di Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai struktur, perilaku, dan kinerja dari industri

penyamakan kulit di Indonesia serta hubungan antara struktur dengan faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja. Penelitian ini hanya dibatasi pada industri

penyamakan kulit dengan kode ISIC 19112 dan kode HS 41. Periode waktu yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dari 1990 hingga 2008.

Page 21: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Konsep Ekonomi Industri

Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi

yang membantu menjelaskan mengapa pasar perlu diorganisir dan bagaimana

pengorganisasiannya memengaruhi cara kerja pasar industri. Ekonomi industri

menelaah struktur pasar dan perusahaan yang lebih menekankan pada studi

empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku, dan kinerja

pasar (Jaya, 2001). Menurut Dumairy (1996), sektor industri dianggap sebagai

sektor yang dapat memimpin sektor lain dalam perekonomian. Produk industri

memiliki terms of trade yang tinggi dan memiliki nilai tambah yang lebih besa

dibandingkan produk-produk dari sektor lainnya.

Terdapat lima alasan pentingnya ekonomi industri untuk dipelajari, yaitu:

1. Praktek-praktek struktur pasar yang semakin terkonsentrasi dalam kegiatan

bisnis telah dikenal sejak lama.

2. Semakin tinggi konsentrasi industri cenderung mengurangi persaingan antar

perusahaan yang kemudian membawa perilaku yang kurang efisien.

3. Konsentrasi industri yang tinggi membawa konsentrasi kekayaan yang

melemahkan usaha-usaha pemerataan pendapatan, kesempatan kerja, maupun

kesempatan berusaha.

4. Kaitan struktur industri dengan penyelesaian masalah-masalah ekonomi

membawa lebih jauh intervensi pemerintah.

Page 22: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

8

5. Kajian-kajian tentang struktur, perilaku, dan kinerja industri tidak terlepas dari

masalah-masalah apa yang diproduksi, bagaimana, dan untuk siapa suatu

barang dan jasa diproduksi.

2.2 Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja

Dalam teori organisasi industri, terdapat konsep SCP (Structure, Conduct,

and Performance) merupakan teori yang digunakan untuk melihat kondisi struktur

pasar dan persaingan yang terjadi pada pasar. Teori ini menjelaskan bahwa kinerja

suatu industri sangat dipengaruhi oleh struktur pasar. Struktur pasar akan

memengaruhi perilaku dan strategi perusahaan dalam suatu industri dan perilaku

akan memengaruhi kinerja.

Jika struktur memengaruhi kinerja pasar, maka hal ini akan menentukan

posisi pasar setiap perusahaan. Setiap perusahaan memiliki posisi tersendiri dalam

suatu industri. Sebagian memiliki pangsa pasar kecil dan berada dibawah tekanan

persaingan, dan sebagiannya lagi memiliki pangsa pasar yang luas dan

menghadapi persaingan yang relatif kecil. Kinerja seluruh pasar merupakan

kinerja setiap perusahaan secara agregat, sehingga kinerja pasar merupakan fungsi

dari rasio konsentrasi perusahaan di dalam industri. Pendekatan struktur, perilaku,

dan kinerja pasar dapat dilihat pada Gambar 2.1

Structure, mengacu pada struktur pasar yang didefinisikan oleh rasio

konsentrasi pasar. Rasio konsentrasi pasar adalah rasio yang mengukur distribusi

pangsa pasar dalam industri. Conduct, merupakan perilaku perusahaan dalam

industri. Perilaku ini bersifat persaingan (competitive) atau kerjasama (collusive),

Page 23: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

9

seperti misalnya dalam penetapan harga, iklan, produksi dan predation.

Performance atau kinerja adalah ukuran efisiensi sosial yang biasanya

didefinisikan oleh rasio market power (semakin besar kekuatan pasar semakin

rendah efisiensi sosial).

Sumber : Hasibuan (1993)Gambar 2.1. Hubungan Struktur-Perilaku-Kinerja

2.2.1. Struktur Pasar

Struktur pasar dapat menunjukkan lingkungan persaingan antara penjual

dan pembeli melalui proses terbentuknya harga dan jumlah produk yang

ditawarkan dalam pasar (Jaya, 2001). Struktur pasar menjadi ukuran penting

dalam mengamati variasi pelaku dan kinerja industri, karena secara strategis dapat

memengaruhi kondisi persaingan serta tingkat harga barang dan jasa. Dengan

demikian, pengaruh tersebut akhirnya sampai pada kesejahteraan manusia.

Struktur juga menunjukkan atribut pasar yang memengaruhi sifat proses

StrukturJumlah penjual dan pembeli Struktur biayaDiferensiasi produk Integrasi vertikalHambatan Masuk Skala ekonomiDiversifikasi

PerilakuStrategi harga IklanStrategi produk Riset dan inovasiTingkat kerjasama

KinerjaEfisiensi Full employmentPertumbuhan PemerataanKemajuan teknologi

Page 24: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

10

persaingan. Struktur pasar memiliki beberapa elemen-elemen penting, yaitu

pangsa pasar, konsentrasi, dan hambatan masuk pasar.

a. Pangsa Pasar

Pangsa pasar adalah persentase pendapatan perusahaan dari total

pendapatan industri yang dapat diukur dari 0 sampai 100 persen (Jaya, 2001).

Semakin tinggi pangsa pasar, maka semakin tinggi pula kekuatan pasar yang

dimiliki perusahaan tersebut. Peranan pangsa pasar adalah sebagai sumber

keuntungan bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang tinggi

akan menciptakan monopoli yang mengejar keuntungan semaksimal mungkin.

Apabila setiap perusahaan pangsa pasarnya rendah maka akan tercipta persaingan

yang efektif. Tabel 2.1 menjelaskan tipe-tipe pasar yang tercipta berdasarkan

kondisi utamanya.

Tabel 2.1 Tipe-Tipe Pasar Berdasarkan Kondisi UtamaTipe Pasar Kondisi Utama

Monopoli murni Perusahaan menguasai 100 persen pangsa pasar.Perusahaan yang dominan Perusahaan minimal menguasai 50 persen dari

pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat.Oligopoli ketat Penggabungan 4 perusahaan terkemuka yang

memiliki pangsa pasar 60 persen sampai dengan100 persen. Kesempatan diantara mereka untukmenetapkan harga lebih mudah

Oligopoli sedang Penggabungan 4 perusahaan terkemuka yangmemiliki pangsa pasar sebesar 40 persen sampai60 persen.

Oligopoli longgar Penggabungan 4 perusahaan terkemuka yangmemiliki pangsa pasar dibawah 40 persen.

Persaingan monopolistik Banyak pesaing yang efektif dan tidak adasatupun yang memiliki pangsa pasar lebih dari 10persen.

Persaingan murni Terdapat lebih dari 50 pesaing dan tidak adasatupun yang memiliki pangsa pasar yang berarti

Sumber : Jaya (2001)

Page 25: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

11

b. Rasio Konsentrasi

Konsentrasi adalah kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan

oligopolis dimana mereka menyadari adanya saling ketergantungan (Jaya, 2001).

Kombinasi pangsa pasar membentuk suatu tingkatan pemusatan dalam pasar.

Penerimaan (return) rata-rata industri yang terkonsentrasi akan lebih tinggi

daripada penghasilan dari jenis industri yang kurang terkonsentrasi. Terdapat

empat indeks konsentrasi, yaitu:

1. Rasio konsentrasi yang standar memerlukan data mengenai ukuran pasar

secara keseluruhan dan ukuran-ukuran perusahaan yang memimpin pasar.

2. Indeks Hirschman-Herfindahl merupakan penjumlahan kuadrat pangsa pasar

semua perusahaan dalam suatu industri.

3. Indeks Rosenbluth didasarkan pada peringkat setiap perusahaan dan pangsa

pasarnya.

4. Indeks entropi mengukur pangsa pasar semua perusahaan.

Teori ekonomi memperkirakan bahwa kekuatan pasar lebih berlaku di

dalam pasar yang menunjukkan tingkat konsentrasi yang tinggi. Kekuatan pasar

dicerminkan oleh sedikitnya perusahaan yang menguasai pasar atau adanya

perusahaan yang dominan dalam suatu industri.

c. Hambatan Masuk Pasar

Pesaing yang potensial adalah perusahaan-perusahaan di luar pasar yang

mempunyai kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang sebenarnya.

Segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau

kecepatan masuknya pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk. Hambatan-

Page 26: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

12

hambatan ini mencakup seluruh cara dengan menggunakan perangkat tertentu

yang sah seperti paten dan franchise (Jaya, 2001).

Menurut Shepherd (1990) bahwa dengan adanya hambatan masuk akan

menghalangi pesaing yang potensial untuk memasuki pasar dan menjadi pesaing

yang sesungguhnya. Apapun yang mengurangi kemungkinan skala atau kecepatan

dari masuknya perusahaan disebut sebagai hambatan masuk. Hambatan masuk

dibagi menjadi dua jenis, yaitu hambatan eksogen dan hambatan endogen.

Hambatan eksogen merupakan hambatan untuk masuk ke dalam pasar yang

sifatnya berada diluar kontrol dari leading firms dan merupakan suatu penyebab

fundamental yang tidak dapat diubah. Sedangkan hambatan endogen adalah

hambatan untuk masuk yang bersumber dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti

kebijakan harga dari establish firm, penciptaan kelebihan kapasitas, image dari

loyalitas merk suatu produk, strategi penguasaan produk, dan strategi bahan baku.

Faktor lain dari hambatan masuk adalah dengan pengukuran Minimum

Efficiency Scale (MES). Jika MES relatif besar terhadap pasar, perusahaan baru

tidak akan dapat membuka pabrik yang beroperasi secara efisien tanpa

meningkatkan output industri. Perusahaan yang berada di bawah MES tidak akan

dapat bersaing dengan perusahaan yang telah ada di dalam pasar.

2.2.2. Perilaku Pasar

Menurut Hasibuan (1993), perilaku pasar adalah pola tanggapan dan

penyesuaian yang dilakukan suatu perusahaan di dalam pasar untuk mencapai

tujuannya. Biasanya perilaku dilakukan dengan melihat kondisi pasar yang akan

dimasuki atau kondisi pasar ketika mereka berusaha. Suatu industri melakukan

Page 27: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

13

penyesuaian untuk melakukan peranannya di dalam pasar sehingga tercapai

tujuannya. Perilaku ini jelas terlihat pada penentuan harga, promosi, koordinasi

kegiatan dalam pasar dan juga kebijaksanaan produk. Dalam pengertian

koordinasi terjadi sangat luas seperti kolusi.

Pada pasar monopoli, perilaku dalam menetapkan harga dan jumlah

produk bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Monopoli juga

menetapkan tingkat harga bukan melalui mekanisme pasar. Perilaku setiap

perusahaan akan sulit diperkirakan pada kondisi pasar oligopoli. Pada pasar

oligopoli, tindakan yang dilakukan terkait dengan kebijakan yang diambil oleh

pesaing terdekat (Jaya, 2001).

2.2.3. Kinerja Pasar

Kinerja pasar adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan

perilaku pasar (Hasibuan, 1993). Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi

memiliki banyak aspek namun biasanya dipusatkan pada tiga aspek pokok, yaitu

efisiensi, kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam industri (Jaya, 2001).

1. Efisiensi

Efisiensi adalah menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan

menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara kuantitas maupun nilai

ekonomis dan tidak ada nilai sumberdaya yang terbuang. Tingkat efisiensi terbagi

dua, yaitu efisiensi internal (efisiensi-X) dan efisiensi eksternal. Tingkat efisiensi

internal menggambarkan perusahaan yang dikelola dengan baik. Efisiensi internal

diperoleh melalui pengelolaan yang baik dalam perusahaan. Pengukuran

inefisiensi-X secara sederhana didapat dari kelebihan biaya yang tidak diinginkan

Page 28: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

14

dan dinyatakan dalam suatu presentase dari biaya yang terjadi/sesungguhnya

(Jaya, 2001). Efisiensi alokasi menggambarkan alokasi sumberdaya ekonomi

sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam produksi yang dapat

menaikkan nilai output.

2. Kemajuan Teknologi

Melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat membuat

suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang

yang sudah ada. Jika hal ini bekerja dengan baik, produksi-produksi baru

ditawarkan, biaya-biaya menurun, dan harga-harga yang turun akan memperbesar

keuntungan konsumen (Jaya, 2001).

3. Keadilan

Keadilan dalam pendistribusian sangat erat kaitannya dengan efisiensi

dalam pengalokasian. Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu

kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. Kesejahteraan dan pendapatan

berkaitan dengan nilai uang. Sementara kesempatan berkaitan dengan peluang

yang dimiliki setiap orang.

2.3 Penelitian Terdahulu

Winsih (2007) dalam penelitiannya mengenai struktur, prilaku, dan kinerja

industri manufaktur di Indonesia menjelaskan bahwa struktur manufaktur di

Indonesia adalah oligopoli. Penelitian ini menggunakan metode panel data dengan

variabel produktivitas, efisiensi internal, CR4, pertumbuhan nilai produksi, ekspor,

dan impor. Dari seluruh variabel yang digunakan, variabel produktivitas dan

Page 29: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

15

efisiensi internal memberikan pengaruh yang besar dalam peningkatan kinerja.

Sedangkan rasio konsentrasi, ekspor, dan impor tidak signifikan terhadap

peningkatan keuntungan.

Pada penelitian struktur, perilaku, dan kinerja pertambanagan non-migas

di Indonesia oleh Maisarah (2010) menjelaskan bahwa sektor pertambangan non-

migas memiliki struktur oligopoli. Perilaku pasar di sektor pertambangan non-

migas dilihat dari stategi harga dimana perusahaan dalam sektor ini sebagai price

taker. Penelitian ini menggunakan model efek tetap (Fixed Effect Model). Hasil

dari estimasi diperoleh variabel yang berpengaruh besar dalam peningkatan

kinerja adalah efisiensi internal, dan ekspor. Variabel konsentrasi dua perusahaan

terbesar dan produktivitas juga berpengaruh signifikan terhadap peningkatan

keuntungan.

Solehah (2008) meneliti struktur, perilaku, dan kinerja pada industri

telekomunikasi seluler Indonesia. Hasil penenelitiannya menjelaskan bahwa

industri seluler di Indonesia bersifat oligopoli ketat. Perilaku pasar pada penelitian

ini dapat dilihat dari strategi harga, produk, promosi, dan distribusi serta perilaku

kolusi. Kinerja tiga operator seluler terbesar tergolong baik dilihat dari sisi output,

dimana jangkauan dari tiga operator seluler ini begitu luas sehingga pelanggan

dapat menikmati fasilitas komunikasi dengan baik. Penelitian ini menggunakan

analisis panel data. Pada pengukuran kinerja digunakan pendekatan NIM (Net

Income Margin).

Page 30: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

16

Penelitian terdahulu di atas banyak menggunakan analisis data panel maka

pada penelitian ini digunakan analisis OLS (Ordinary Least Square). Indikator

pengukuran kinerja yang digunakan adalah PCM (Price Cost Margin).

2.4 Kerangka Pemikiran

Industri penyamakan kulit merupakan industri yang menghasilkan bahan

baku bagi industri barang kulit. Dalam penelitian mengenai industri penyamakan

kulit ini akan dijelaskan mengenai struktur pasar, perlaku, kinerja, dan hubungan

antara struktur dengan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja. Struktur pasar

dianalisis menggunakan tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), dan

hambatan masuk pasar. Sedangkan untuk menganalisis kinerja dilihat melalui

PCM, efisiensi internal, Growth, ekspor, produktivitas, dan jumlah tenaga kerja.

Penelitian ini juga akan membahas mengenai hubungan antara struktur dan faktor-

faktor lain yang memengaruhi kinerja industri penyamakan kulit. Perilaku industri

dianalisis dengan melihat strategi produk, promosi, distribusi, dan bisnis.

Variabel yang digunakan untuk melihat hubungan struktur dengan kinerja

adalah tingkat keuntungan (PCM), rasio konsentrasi (CR4), pertumbuhan produksi

(GROWTH), efisiensi internal (XEF), produktivitas (PROD), jumlah tenaga kerja

(TK), dan volume ekspor (EKS). Analisis faktor-faktor tersebut menggunakan metode

Ordinary Least Square (OLS). Ilustrasi kerangka pemikiran dapat dilihat pada

Gambar 2.2.

Page 31: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

17

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka pemikiran

yang telah dijelaskan sebelumnya maka hipotesis yang diuji melali penelitian ini

meliputi:

1. Konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) memiliki pengaruh positif

terhadap PCM. Semakin tinggi konsentrasi suatu perusahaan maka semakin

besar tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Sementara tingkat

Strategi produk

Produktivitas

X-eff

Strategi distribusi

TK

Strategi bisnis

Growth

CR4

Ekspor

Struktur PerilakuKinerja PCM

Strategi dalam mengembangkan industripenyamakan kulit Indonesia

CR4

MES

Page 32: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

18

konsentrasi memiliki pengaruh negatif dengan persaingan. Semakin tinggi

tingkat konsentrasi maka tingkat persaingan akan menurun dan sebaliknya.

2. Efisiensi internal (X-eff) memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Semakin

efisien suatu perusahaan maka tingkat keuntungan perusahaan akan

meningkat. Efisien suatu perusahaan untuk memproduksi sebuah produk

dengan sumber daya yang lebih sedikit atau sama karena efisiensi merupakan

pengurangan biaya sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka

panjang lebih murah.

3. Pertumbuhan output (Growth) memiliki pengaruh yang positif terhadap PCM.

Semakin tinggi permintaan pasar dalam pertumbuhan nilai produksi (Growth)

maka tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan juga akan semakin

meningkat karena adanya dorongan perusahaan untuk meningkatkan output.

4. Produktivitas memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Semakin tinggi nilai

output akan meningkatkan nilai produktivitas suatu perusahaan. Produktivitas

yang meningkat menunjukan kinerja yang meningkat pula maka akan menambah

penghasilan dan keuntungan bagi perusahaan.

5. Jumlah tenaga kerja memiliki pengaruh negatif terhadap PCM. Semakin

banyak tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan akan menurunkan

keuntungan bagi perusahaan, ceteris paribus.

6. Volume ekspor memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Semakin tinggi

volume ekspor maka tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan

semakin meningkat.

Page 33: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

didapat dari beberapa sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen

Perdagangan, Departemen Perindustrian, dan instansi terkait lainnya yang

berhubungan dengan penelitian ini. Selain itu, data yang digunakan juga

didapatkan dari penelusuran internet dan literatur terkait. Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan data dari tahun

1990 hingga 2008. Adapun data-data yang diperlukan yaitu nilai input, nilai

output, nilai tambah, tingkat upah pekerja.

3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif

dengan melihat pengaruh variabel-variabel yang saling berhubungan. Metode

kuantitatif dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan SCP (Structure-

Conduct-Performance) dan pendekatan OLS untuk menganalisis hubungan antara

struktur dan kinerja industri penyamakan kulit. Data sekunder diolah

menggunakan program komputer Minitab 14 dan kemudian hasil outputnya akan

diinterpretasikan.

Page 34: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

20

3.2.1. Analisis Struktur Pasar

Setiap perusahaan memiliki pangsa pasar yang berbeda-beda berkisar

antara 0 hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar

menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya.

Si

MSi = x 100% (3.1)Stotal

dimana:

MSi : pangsa pasar perusahaan i (%)

Si : jumlah pelanggan perusahaan i (juta)

Stotal : total jumlah pelanggan seluruh perusahaan (juta)

3.2.2. Rasio Konsentrasi (CR)

Tingkat konsentrasi dapat dihitung melalui Concentration Ratio (CR).

Rasio konsentrasi merupakan persentase dari total output industri atau pendapatan

penjualan. Rasio sejumlah perusahaan mengukur pangsa pasar relatif dari total

output industri yang dipertanggungjawabkan oleh perusahaan-perusahaan itu.

CRm = (3.2)

dimana:

CRm : rasio konsentrasi perusahaan terbesar

MSi : pangsa pasar perusahaan i (%)

Semakin besar angka persentasenya (mendekati 100) berarti semakin besar

konsentrasi industri dari produk tersebut. Jika rasio konsentrasi suatu industri

mencapai 100 persen berarti bentuk pasarnya adalah monopoli.

Page 35: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

21

3.2.3. Hambatan Masuk Pasar

Hambatan masuk pasar dapat dilihat dengan banyaknya pesaing yang

bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan

dan merebut pangsa pasar. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat

hambatan masuk pasar adalah dengan mengukur skala ekonomis yang didekati

melalui output perusahaan. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan output

total industri.

Output perusahaan terbesarMES = x 100% (3.3)

Output total

3.3 Analisis Perilaku Pasar

Perilaku pasar dianalisis secara deskriptif dengan tujuan utnuk

memperoleh informasi mengenai perilaku perusahaan dalam industri itu sendiri.

Perilaku industri penyamakan kulit akan dianalisis dengan melihat strategi

produk, strategi distribusi dan strategi bisnis.

3.4 Analisis Kinerja Industri

Analisis kinerja dilakukan dengan menggunakan analisis Price-Cost

Margin (PCM), efisiensi internal (X-eff), produktivitas dan pertumbuhan output

(Growth). Efisiensi internal menunjukkan kemampuan perusahaan dalam suatu

industri dalam menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Semakin efisien

suatu perusahaan, semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh. Untuk

Page 36: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

22

mengukur tingkat efisiensi internal adalah dengan membagi nilai tambah dengan

input industri tersebut (Jaya, 2001).

Nilai tambahX-eff = x 100% (3.4)

Nilai input

Variabel yang digunakan sebagai indikator kinerja yang lainnya adalah

proksi dari keuntungan Price Cost Margin (PCM). PCM dinyatakan sebagai

indikator kemampuan perusahaan untuk meningkatkan harga di atas biaya

produksi. PCM juga diidentifikasikan sebagai persentase keuntungan dari

kelebihan penerimaan atas biaya langsung. Tingkat PCM yang tinggi dapat

tercipta jika terdapat rasio konsentrasi pasar yang tinggi. PCM diperoleh dengan

membagi selisih antara nilai tambah dikurangi upah terhadap output yang

dihasilkan (Jaya, 2001).

Nilai tambah – Upah totalPCM = x 100% (3.5)

Nilai barang yang dihasilkan

Variabel pertumbuhan output (Growth) diduga dapat mempengaruhi kinerja

industri karena variabel ini dapat menunjukkan permintaan pasar. Untuk

mengukur tingkat pertumbuhan output (Growth) adalah dengan membagi selisih

antara output pada tahun ke-i dan output tahun sebelumnya dengan output tahun

sebelumnya. Sedangkan produktivitas mengindikasikan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan output pada periode waktu tertentu.

Output tahun(t) – Output tahun (t-1)

Growth = x 100% (3.6)Output tahun (t-1)

Page 37: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

23

Nilai outputProduktivitas = x100% (3.7)

Input TK

3.5 Hubungan Struktur dan Faktor-Faktor Lain dengan Kinerja

Hubungan struktur pasar dengan faktor-faktor lainnya yang dapat

mempengaruhi kinerja dilihat menggunakan analisis regresi linier berganda.

Analisis regresi adalah studi dalam menjelaskan dan mengevaluasi hubungan

antara suatu variabel bebas (independent variable) dengan variabel tak bebas

(dependent variable) dengan tujuan untuk mengestimasi nilai variabel tak bebas

yang didasarkan pada nilai variabel bebas yang diketahui (Gujarati, 1999).

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah PCM, CR4, efisiensi internal,

growth, produktivitas, dan jumlah tenaga kerja. Secara sistematis dapat ditulis

sebagai berikut:

PCMt = α0 + α1CR4t + α2GROWTHt + α3XEFt + α4PRODt + α5lnTKt +

α6lnEKSt + Ut (3.7)

dimana:

PCMt : rasio keuntungan perusahaan pada tahun ke t (%)

CR4t : rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar pada tahun ke t (%)

GROWTHt : pertumbuhan output pada tahun ke t (%)

XEFt : efisiensi internal pada tahun ke t (%)

PRODt : produktivitas pada tahun ke t

TKt : jumlah tenaga kerja pada tahun ke t (orang)

EKSt : volume ekspor tahun ke t (kg)

Ut : galat

Page 38: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

24

α0 : intersep

Parameter yang digunakan untuk menganalisis adalah metode Ordinary

Least Square (OLS). Dengan asumsi-asumsi tertentu, metode Ordinary Least

Square (OLS) memiliki beberapa sifat statistik yang menjadikannya menjadi salah

satu metode analisis regresi yang kuat. Beberapa kelebihan metode OLS adalah

sebagai berikut:

1. Hasil estimasi OLS bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).

2. Tata cara pengolahan data dengan metode OLS relatif lebih mudah dibanding

metode ekonometrik yang lain.

3. Mekanisme pengolahan data dengan metode OLS mudah dipahami.

Beberapa sifat penduga yang utama agar metode OLS dapat digunakan adalah

tidak bias, efisien,dan varian minimum.

3.6 Definisi Operasional

Dalam perumusan model analisis struktur dan kinerja industri

penyamakan kulit menggunakan beberapa variabel. Definisi operasional dari

variabel-variabel tarsebut adalah sebagai berikut:

1. PCM digunakan sebagai indikator dari kinerja industri. PCM merupakan rasio

keuntungan industri yang mencerminkan kelebihan atas biaya langsung.

2. CR4 adalah rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar yang memimpin pasar

3. Efisiensi- X adalah efisiensi internal perusahaan-perusahaan dalam industri.

Efisiensi internal mengindikasikan kinerja perusahaan dikelola dengan baik

dan optimal.

Page 39: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

25

4. Growth adalah pertumbuhan nilai produksi yang dihasilkan oleh suatu

industri.

5. Produktivitas merupakan produktivitas yang dihasilkan oleh industri.

Produktivitas dapat dinyatakan sebagai perbandingan nilai output dan nilai

input tenaga kerja dalam hal ini adalah upah TK.

6. Jumlah TK adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri tersebut

baik tenaga kerja produksi maupun tenaga kerja lainnya.

7. Nilai ekspor merupakan nilai dari penjualan barang yang dilakukan oleh suatu

negara ke negara lain.

3.7 Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang

digunakan signifikan atau tidak. Dikatakan signifikan jika suatu nilai dari

parameter regresi secara statistik tidak sama dengan nol. Jika nilai koefisien sama

dengan nol, maka dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan

suatu variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap variabel tak bebasnya.

3.7.1. Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara keluruhan. Pengujian pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen dilakukan melalui pengujian besar perubahan dari

variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan nilai semua variabel

independen. Analisis pengujian tersebut adalah sebagai berikut :

Page 40: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

26

Perumusan Hipotesis

H0 : β1 = β2 = β3 = βk = 0

H1 : Minimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol

Uji statistik yang digunakan :

e2/(k-1)Fhitung =

(1-e2)/(n-k)

Dimana :

e2 = Jumlah kuadrat regresi

(1- e2) = Jumlah kuadrat sisa

n = Jumlah pengamatan

k = Jumah parameter

Fhitung > Ftabel,(k-1)(n-k) maka tolak H0

Jika tolak H0 berarti secara bersama-sama variabel bebas dalam model

berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas pada taraf nyata α persen,

demikian pula sebaliknya.

3.7.2. Uji t

Uji t dilakukan untuk melihat apakah variabel independen berpengaruh

nyata terhadap variabel dependen.

Hipotesis :

H0 : βk = 0

H1 : βk ≠ 0

Page 41: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

27

Uji statistik yang digunakan,

bi

thitung =S(bi)

ttabel = tα (n-k)

dimana,

S(bi) = Standar deviasi parameter untuk bi

bi = Koefisien ke-i yang diduga

n = Jumlah pengamatan

k = Jumlah parameter

thitung > ttabel,(n-k) maka tolak H0

Jika tolak H0 berarti secara variabel bebas dalam model berpengaruh nyata

terhadap variabel tidak bebas pada taraf nyata α persen, demikian pula sebaliknya.

3.7.3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) adalah angka yang mengukur keragaman pada

variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variasi pada model regresi. Nilai

ini berkisar antara nol sampai satu (0<R2<1), jika nilai semakin mendekati satu

menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel

dependen, demikian pula sebaliknya. Rumus dari koefisien determinasi adalah:

(Yi -Ŷ)2

R2 = 1-(Yi -Y)2

R2-adjusted digunakan untuk membandingkan dua model karena R2-

adjusted telah mengalami koreksi terhadap derajat bebas model sehingga dua

model yang berbeda derajat bebasnya dapat dibandingkan secara adil.

Page 42: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

28

(Yi -Ŷ)2/ (n-1)R2-adjusted = 1-

(Yi -Y)2/ (n-k)

Dimana,

R2- adjusted = koefisien determinasi yang telah disesuaikan

k = jumlah variabel bebas

n = jumlah observasi

3.8 Uji Asumsi

Beberapa asumsi dalam membuat persamaan adalah homoskedastisitas,

multikolinieritas, autokorelasi, normalitas.

3.8.1. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan kondisi yang melanggar asumsi dari regresi

linear klasik. Heteroskedastisitas menunjukkan nilai varian dari variabel bebas

yang berbeda, sedangkan asumsi yang dipenuhi linear klasik adalah mempunyai

varian yang sama atau homoskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan

dengan uji White Heteroskedastisity Test (Gujarati, 1995).

H0: δ = 0

H1: δ ≠ 0

Taraf nyata = α

Pengujian ini dilakukan dengan melihat probabilitas obs*R-squarednya.

Pengambilan kesimpulan dapat dilakukan dengan melihat apakah nilai

probabilitas dari obs*R-squared lebih kecil atau lebih besar dibandingkan dengan

Page 43: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

29

taraf nyata α. Jika lebih kecil, maka tolak H0 yang artinya mengalami masalah

heteroskedastisitas.

3.8.2. Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi

yang tinggi antara masing-masing variabel independen dalam model regresi.

Multikolinearitas biasanya terjadi ketika sebagian besar variabel yang digunakan

saling terkait dalam suatu model regresi. Oleh karena itu masalah

multikolinearitas tidak terjadi pada regresi linier sederhana yang hanya melibatkan

satu variabel independen. Tingkat multikolinieritas dilihat melalui besarnya nilai

VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF sangat besar (mendekati sepuluh)

maka terjadi hubungan linier antar variabel (multikolinieritas).

1VIF =

1-Rj2

j = 1,2,...,k

dimana,

VIF = Variance Inflation Factor

Rj2 = Koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-j

Model yang mengalami masalah multikolinearitas umumnya memiliki nilai R2

tinggi tetapi banyak varian Xi yang tidak nyata.

3.8.3. Uji Autokorelasi

Asumsi ini menyatakan bahwa dalam pendugaan regresi tidak terjadi

masalah autokorelasi. Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah hubungan

diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Autokorelasi cenderung

Page 44: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

30

akan mengestimasi standar eror lebih kecil dibandingkan nilai sebenarnya,

sehingga nlai t-statistic akan lebih besar. Akhirnya uji F dan t tidak valid dan

peramalan menjadi tidak efisien. Pengujian ada atau tidaknya autokorelasi dapat

menggunakan metode Durbin Watson (DW).

3.8.4. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan jika jumlah sampel yang digunakan kurang dari 30

(n<30). Uji ini untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal.

Hipotesis pengujiannya sebagai berikut:

H0: α = 0, error term terdistribusi normal

H1: α ≠ 0, error term tidak terdistribusi normal

Wilayah penolakan H0 adalah saat p < α, jika H0 ditolak maka disimpulkan error

term tidak terdistribusi normal.

Page 45: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

4.1 Jenis Kulit untuk Industri Penyamakan Kulit

Kulit merupakan hasil ikutan (by product) dari rumah potong hewan yang

memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Kulit digunakan sebagai bahan baku

bagi beberapa industri, seperti industri penyamakan kulit, industri alas kaki,

garmen, tas, sarung tangan, dan kerajinan dari kulit lainnya. Berdasarkan tingkat

olahan, bahan baku kulit untuk industri dapat digolongkan menjadi lima jenis

kulit, adalah sebagai berikut:

1. Kulit mentah garaman

Kulit mentah garaman adalah kulit hewan segar yang diawetkan dengan

proses perendaman dalam larutan garam yang mengandung 2 persen sodium

karbonat dalam waktu sekurang-kurangnya 28 hari.

2. Kulit asam (wet pickled)

Kulit asam adalah kulit mentah yang diawetkan yang telah lepas bulu dan

epidermisnya. Kulit ini telah diasamkan dengan asam dan garam sebagai penahan

dengan derajat keasaman (pH) 2-3,5 dan berwarna putih.

3. Kulit samak (wet blue)

Kulit samak merupakan kulit asam yang sudah melalui proses penyamakan

krom tetapi belum diolah lebih lanjut dan berwarna biru.

4. Kulit kras (crust)

Kulit kras adalah kulit hewan yang disamak dengan dua macam atau lebik

zat penyamak namun belum diolah menjadi kulit jadi.

Page 46: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

32

5. Kulit jadi (finished leather)

Kulit jadi adalah kulit yang sudah disamak sampai proses penyelesaian

dan siap dipergunakan untuk bahan baku membuat berbagai produk kulit.

4.2 Sejarah dan Perkembangan Industri Penyamakan Kulit Indonesia

Sejak tahun 1970 hingga 2005 industri penyamakan kulit mengalami

pertumbuhan yang cukup pesat dalam penggunaan teknologi untuk merubah kulit

mentah dan wet blue menjadi kulit jadi yang digunakan sebagai bahan baku pada

industri barang-barang kulit. Dapat dilihat dari jumlah pabrik yang berdiri sejak

tahun 1970 yaitu 37 pabrik hingga tahun 1995 sebanyak 70 pabrik. Kulit

memberikan nilai tambah yang cukup tinggi karena kulit menjadi bahan baku bagi

industri hilir barang-barang kulit, seperti alas kaki, tas, jaket, dan lain-lain.

Banyaknya pabrik-pabrik yang muncul mengakibatkan terbentuknya

sentra-sentra industri baru, seperti di Magetan, Garut, dan Madiun. Munculnya

pabrik-pabrik baru juga menyebabkan meningkatnya kapasitas terpasang dari

40.000 ton menjadi 70.000 ton per tahun. Selain pabrik-pabrik baru yang

bermunculan, teknologi yang digunakan oleh industri penyamakan kulit juga

semakin maju. Pewarnaan kulit yang semula dilakukan secara tradisional diganti

dengan mesin pewarnaan yang otomatis, yang bisa membuat warna lebih merata,

dan campuran warna yang lebih stabil sesuai dengan yang trend yang disukai.

Page 47: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

33

Saat terjadi krisis tahun 1997, industri penyamakan mengalami krisis

dengan berkurangnya nilai produksi dan jumlah tenaga kerja sehingga banyak

perusahaan penyamakan harus gulung tikar. Kondisi ini diperparah dengan adanya

ekspor kulit mentah atau wet blue padahal pasokan kulit tersebut masih sangat

dibutuhkan di dalam negeri.

Produksi kulit domestik telah mengalami perubahan yang sangat

signifikan. Seperti pada Tabel 4.4, dari tahun 2004 hingga tahun 2006, produksi

kulit jadi untuk alas kaki meningkat 49 persen dari 45 juta kaki persegi di tahun

2002 menjadi 67 juta di tahun 2004. Akan tetapi, dalam dua tahun terakhir,

tingkat produksi telah menurun sebesar 15 persen dari 67 juta di tahun 2004

menjadi 57 juta kaki persegi di tahun 2006. Penurunan ini menyebabkan

terjadinya defisit karena jumlah yang dikonsumsi lebih besar daripada produksi

kulit itu sendiri. Defisit ini ditangani melalui impor dari negara lain, seperti Cina,

India, dan Itali.

Tabel 4.1. Kulit Jadi untuk Alas Kaki (dalam juta kaki persegi)Tahun Produksi Konsumsi Ekspor Impor2002 60 45 18 332003 64 56 19 272004 68 67 24 252005 66 62 22 232006 69 57 12 24

Sumber: Asosiasi Persepatuan Indonesia (2007)

Tahun 2010, industri penyamakan kulit mengalami kekurangan bahan

baku dan banyak diantaranya berasal dari impor. Kekurangan tersebut

menyebabkan utilisasi industri penyamakan kulit nasional hanya berkisar 50

hingga 60 persen. Kapasitas terpasang industri penyamakan kulit tahun 2010

Page 48: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

34

mencapai 150 juta square feet atau setara dengan lima juta lembar kulit sapi dan

100 juta lembar kulit domba.

Industri penyamakan kulit dikategorikan sebagai industri skala besar dan

menengah. Perusahaan penyamakan kulit selalu mengalami perubahan setiap

tahunnya. Dapat dilihat dari tahun 2000 hingga 2008, jumlah perusahaan

penyamakan kulit berkisar dari 40 hingga 60 perusahaan (Tabel 4.2). Perusahaan-

perusahaan tersebut sebagian tergabung dalam Asosiasi Penyamakan Kulit

Indonesia.

Tabel 4.2. Perkembangan Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja IndustriPenyamakan Kulit Indonesia Tahun 2000-2008

Tahun Jumlah Perusahaan(perusahaan)

Jumlah Tenaga Kerja(Orang)

2000 65 72622001 50 56072002 52 65742003 47 56972004 54 64372005 56 64322006 44 67742007 48 63632008 50 7428

Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)

4.3 Produksi Kulit Indonesia

Kulit di Indonesia di produksi oleh industri penyamakan kulit. Kulit yang

diproduksi oleh industri penyamakan kulit berasal dari kulit hewan ternak, seperti

sapi, kerbau, dan kambing. Salah satu hambatan industri pengolahan adalah

minimnya suplai bahan baku. Begitu pula yang terjadi dengan industri kulit dan

barang kulit. Industri kulit dan barang kulit mengalami kesulitan bahan baku

karena hasil produksi dari industri penyamakan kulit sedikit.

Page 49: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

35

Produksi kulit di Indonesia mengalami fluktuasi selama periode tahun

1990 hingga 2008. Berdasarkan Gambar 4.1, nilai produksi kulit di Indonesia

cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya dari tahun 1990 hingga tahun

2002. Nilai produksi pada tahun 2002 mencapai Rp. 1,903,357,937. Setelah tahun

2002, produksi kulit terus mengalami penurunan hingga tahun 2004. Pada tahun

2005, nilai produksi kulit kembali mengalami peningkatan menjadi

Rp.3,798,504,923. Pada tahun 2006, nilai produksi kembali mengalami penurunan

menjadi Rp. 955,646,093. Tahun 2007 nilai produksi kembali naik menjadi Rp.

1,316,650,832 namun hanya bertahan satu tahun dan kemudian tahun 2008 nilai

produksi turun menjadi Rp. 1,203,544,593. Penurunan nilai produksi yang terjadi

disebabkan karena adanya kelangkaan ternak yang disebabkan adanya wabah

penyakit ternak dan tingginya permintaan ternak untuk dikonsumsi.

Sumber : Badan Pusat StatistikGambar 4.1. Nilai Produksi Kulit Tahun 1990-2008

Page 50: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

36

4.4 Ekspor Kulit

Industri penyamakan kulit menghasilkan kulit yang menjadi bahan baku

bagi industri kulit dan barang kulit. Kulit yang dihasilkan memiliki nilai tambah

dan kualitas yang baik. Nilai tambah yang cukup tinggi dan kualitas kulit mentah

yang baik menarik konsumen luar negeri untuk membeli kulit dari Indonesia. Hal

ini dibuktikan dengan pertumbuhan nilai ekspor kulit dan barang-barang kulit

setiap tahunnya. Beberapa negara tujuan ekspor kulit mentah adalah Cina,

Hongkong, dan Vietnam.

Berdasarkan Tabel 4.4, terlihat bahwa ekspor kulit meningkat setiap tahun

dari tahun 1996 hingga tahun 2000. Pada tahun 1996, volume kulit yang diekspor

sebanyak 1,436,344 kg dan terus meningkat hingga 30,161,059 kg pada tahun

1999. Namun ekspor kulit menurun pada tahun 2000 yaitu sebesar 17,164,263 kg.

Setelah tahun 2000, ekspor kulit mengalami fluktuasi.

Tabel 4.4. Ekspor Kulit Indonesia Tahun 1996-2008Tahun Volume (kg)1996 1,436,3441997 7,730,1051998 8,874,5391999 30,161,0592000 17,164,2632001 8,309,7132002 8,723,6252003 9,403,1422004 13,095,9212005 9,846,5912006 10,463,2792007 9,374,1072008 7,669,017

Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)

Pada tahun 2005 pemerintah menetapkan pajak ekspor masing-masing 15

persen untuk pickled dan 25 persen untuk wet blue. Penetapan pajak ekspor

Page 51: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

37

tersebut mengakibatkan turunnya volume ekspor pada tahun 2005 menjadi

9,846,591. Pada tahun 2006 volume ekspor kembali meningkat menjadi

10,463,279 kg. Tahun 2007 volume kulit menurun menjadi 9,374,107 kg dan

mencapai 7,669,017 kg di tahun 2008 (Tabel 4.4).

Page 52: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Struktur Industri Penyamakan Kulit

Analisis struktur industri penyamakan kulit Indonesia dapat dilihat melalui

rasio konsentrasi dari empat perusahaan terbesar dan besarnya hambatan masuk

pasar pada industri tersebut. Rasio konsentrasi diperoleh dengan mengukur

besarnya pangsa pasar empat perusahaan terbesar dalam industri penyamakan

kulit. Sedangkan hambatan masuk dilihat dari persentase output empat perusahaan

terbesar terhadap total output pada industri penyamakan kulit.

5.1.1. Rasio Konsentrasi

Konsentrasi atau pemusatan merupakan kombinasi pangsa pasar dari

perusahaan-perusahaan “oligopolis” dimana perusahaan-perusahaan tersebut

menyadari adanya saling ketergantungan diantara mereka. Pengukuran rasio

konsentrasi dilakukan pada empat perusahan terbesar (CR4) dalam industri

penyamakan kulit Indonesia. Rasio konsentrasi diperoleh dengan mengukur

besarnya kontribusi output yang dihasilkan oleh empat perusahaan terbesar

terhadap total output yang dihasilkan oleh industri penyamakan kulit. Berdasarkan

Gambar 5.1, rasio konsentrasi pada industri penyamakan kulit Indonesia

mengalami fluktuasi setiap tahunnya selama periode 1990 hingga 2008.

Pada tahun 1990, industri penyamakan kulit memiliki jumlah perusahaan

sebanyak 56 perusahaan dengan rasio sebesar 39,71 persen. Ini berarti struktur

pasar pada tahun 1990 adalah struktur oligopoli longgar. Oligopoli longgar

merupakan penggabungan empat perusahaan terbesar yang memiliki pangsa pasar

Page 53: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

39

di bawah 40 persen. Namun tahun 1991 dan 1992 struktur pasar industri ini

berubah menjadi oligopoli sedang dengan rasio konsentrasi 49,7 persen dan 42,05

persen. Oligopoli sedang merupakan penggabungan empat perusahaan terbesar

yang memiliki pangsa pasar antara 40 hingga 60 persen. Pada tahun 1993 rasio

konsentrasi industri penyamakan kulit sebesar 37,55 persen. Pada tahun 1993,

struktur pasar industri penyamakan kulit adalah oligopoli longgar. Tahun 1994

hingga tahun 1996, rata-rata rasio konsentrasi industri penyamakan kulit

Indonesia sebesar 47,09 persen. Hal ini menunjukkan bahwa struktur pasar

industri penyamakan kulit pada tahun tersebut adalah oligopoli sedang. Industri

penyamakan kulit mengalami struktur pasar oligopoli ketat pada tahun 1997

dengan rasio konsentrasi sebesar 70,34 persen. Oligopoli ketat merupakan

penggabungan empat perusahaan terbesar dengan pangsa pasar berada diantara 60

hingga 100 persen. Struktur pasar industri penyamakan kulit pada tahun 1998

hingga 2001 kembali menjadi oligopoli sedang dengan rata-rata sebesar 49,48

persen.

Pada tahun 2002 dan 2003 struktur pasar industri penyamakan kulit adalah

oligopoli ketat dengan rata-rata sebesar 63,62 persen. Rasio konsentrasi industri

penyamakan kulit pada tahun 2004 adalah 56,92 persen. Hal ini berarti struktur

pasar pada tahun 2004 adalah oligopoli sedang. Tahun 2005 dan 2006 industri

penyamakan kulit memiliki rata-rata rasio konsentrasi sebesar 62,45 persen yang

berarti struktur pasarnya adalah oligopoli ketat. Pada tahun 2007 struktur pasar

industri penyamakan kulit kembali menjadi oligopoli sedang dengan rasio

konsentrasi sebesar 45,82 persen. Sedangkan pada tahun 2008 rasio konsentrasi

Page 54: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

40

industri penyamakan kulit turun menjadi 36,11 persen sehingga struktur pasar

menjadi oligopoli longgar.

Selama periode 1990 hingga 2008 didapatkan rata-rata rasio konsentrasi

industri penyamakan kulit Indonesia yaitu sebesar 51,03 persen. Ini berarti rata-

rata struktur industri penyamakan kulit adalah oligopoli sedang. Dikatakan

oligopoli sedang karena pangsa pasar empat perusahaan terbesar berkisar antara

40 persen hingga 60 persen.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1990-2008 (diolah)Gambar 5.1. Perkembangan Nilai CR4 Industri Penyamakan Kulit Indonesia

(1990-2008)

5.1.2. Hambatan Masuk Pasar

Hambatan masuk pasar merupakan segala sesuatu yang memungkinkan

terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru.

Masuknya perusahaan baru tersebut akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi

perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas yang bertambah, perebutan pasar,

dan perebutan sumberdaya yang terbatas. Kondisi ini menimbulkan ancaman bagi

Page 55: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

41

perusahaan yang sudah ada (Jaya, 2001). Keberadaan perusahaan yang telah ada

sebelumnya juga merupakan salah satu hal yang dapat menjadi hambatan masuk

pasar. Hambatan masuk pasar dapat dilihat melalui nilai MES. Nilai MES

diperoleh dari persentase output perusahaan terbesar terhadap total output pada

industri penyamakan kulit. Menurut Comanor dan Wilson (1967) dalam Winsih

(2007), hambatan masuk yang tinggi pada suatu industri ditandai oleh nilai MES

yang lebih besar dari 10 persen. Tingginya nilai MES dapat menjadi penghalang

bagi perusahaan baru yang akan masuk ke dalam pasar industri penyamakan kulit.

Berdasarkan Gambar 5.2 dari tahun 1990 hingga tahun 1997 rata-rata nilai

MES pada industri penyamakan kulit adalah sebesar 20,89 persen. Hal ini

mengindikasikan bahwa hambatan masuk pasar pada periode 1990 hingga 1997

cukup tinggi. Namun pada tahun 1998 hingga tahun 2000, rata-rata nilai MES

industri penyamakan kulit turun menjadi 13,58 persen. Hal ini dikarenakan

industri penyamakan kulit yang terkena imbas dari krisis ekonomi sehingga

banyak perusahaan-perusahaan yang gulung tikar. Setelah tahun 2000, rata-rata

nilai MES meningkat. Peningkatan ini terjadi hingga tahun 2005. Rata-rata nilai

MES dari tahun 2001 hingga tahun 2005 adalah sebesar 36,88 persen. Tahun

berikutnya yaitu tahun 2006 hingga tahun 2008 rata-rata MES yang dihasilkan

menurun menjadi 21,03 persen. Secara keseluruhan rata-rata nilai MES pada

periode tahun 1990 hingga tahun 2008 adalah 23,97 persen. Nilai ini lebih dari 10

persen sehingga hambatan masuk industri penyamakan kulit dapat dikatakan

cukup tinggi.

Page 56: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

42

Beberapa cara yang dilakukan oleh industri penyamakan kulit untuk

menghambat pesaing baru untuk masuk adalah dengan membuat klaster industri

melalui sentra-sentra industri seperti sentra industri penyamakan kulit yang ada di

Garut dan Yogyakarta. Menurut Marshal dalam Kuncoro (2007), klaster membuat

perusahaan yang ada dapat berspesialisasi lebih baik dan meningkatkan efisiensi

produksi. Klaster dapat memfasilitasi perusahaan untuk meningkatkan inovasi

dalam sebuah industri. Selain melalui pembentukan klaster, keberadaan dari

perusahaan terbesar yang telah ada lebih dulu juga merupakan salah satu hal yang

menjadi halangan bagi perusahaan lain untuk masuk dalam industri.

Sumber: BPS, 1990-2008 (diolah)Gambar 5.2. Nilai Minimum Efficiency Scale (MES) Industri Penyamakan

Kulit Indonesia (1990-2008)

5.2 Analisis Kinerja Industri Penyamakan Kulit

Kinerja adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku

industri dimana hasil bisa diidentikkan dengan besarnya penguasaan pasar yang

berpengaruh terhadap besarnya keuntungan suatu perusahaan di dalam suatu

Page 57: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

43

industri. Analisis kinerja industri alas kaki dapat dilihat dari tingkat keuntungan,

efisiensi internal, dan pertumbuhan produksi dari suatu industri.

Tingkat keuntungan dapat diperoleh dari nilai PCM (Price Cost Margin).

PCM adalah perbandingan selisih nilai tambah dan nilai upah dengan nilai barang

yang dihasilkan dalam industri penyamakan kulit. Pada Gambar 5.3 ditunjukkan

bahwa tingkat keuntungan pada industri penyamakan kulit selama periode tahun

1990 hingga tahun 2008 berfluktuatif dengan nilai yang tidak terlalu besar. Rata-

rata nilai PCM yang didapatkan oleh industri penyamakan kulit dar tahun 1990

hingga 2008 adalah sebesar 31,74 persen. Industri penyamakan kulit mengalami

tingkat keuntungan terbesar pada tahun 2004 dengan tingkat keuntungan sebesar

63,24 persen. Sedangkan tingkat keuntungan terendah sebesar 17,66 persen yaitu

pada tahun 2002. Rendahnya keuntungan pada tahun 2002 diduga karena adanya

penurunan volume ekspor. Selain itu besarnya biaya input yang dikeluarkan juga

membuat rendahnya tingkat keuntungan industri penyamakan kulit.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1990-2008 (diolah)Gambar 5.3. Perkembangan Nilai PCM Industri Penyamakan Kulit

Indonesia (1990-2008)

Page 58: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

44

Selain PCM, untuk mengukur kinerja suatu industri penyamakan kulit

dapat pula dilihat melalui efisiensi internal dari industri tersebut. X-Eff dihitung

dengan cara membagi nilai tambah dengan biaya input yang dikeluarkan. Efisiensi

internal industri penyamakan kulit juga mengalami fluktuasi setiap tahunnya

dengan rata-rata X-Eff sebesar 43,92 persen. X-Eff mengalami peningkatan pada

tahun 1991 yaitu menjadi 62,30 persen. Namun setelah tahun 1991 hingga tahun

2002 efisiensi terus mengalami penurunan. Hal ini karena biaya input yang

dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan nilai tambah yang dihasilkan oleh

industri penyamakan kulit tersebut. Pada tahun 2004 nilai efisiensi meningkat

tajam menjadi 92,75 persen dan kemudian turun kembali pada tahun 2005

menjadi 22,80 persen. Perkembangan efisiensi internal dari industri penyamakan

kulit Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1990-2008 (diolah)Gambar 5.4. Perkembangan Nilai Efisiensi Internal Industri Penyamakan

Kulit Indonesia (1990-2008)

Page 59: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

45

Untuk mengukur kinerja juga dilihat dari pertumbuhan industri

penyamakan kulit itu sendiri. Berdasarkan Gambar 5.5 terlihat bahwa

pertumbuhan industri penyamakan kulit mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

Hal ini dikarenakan nilai produksi yang dihasilkan oleh industri tidak meningkat

setiap tahunnya namun terdapat penurunan dibeberapa tahun. Hal ini diduga

karena sulitnya bahan baku kulit yang digunakan untuk memproduksi kulit

mentah itu sendiri. Bahan baku kulit tersebut berasal dari kulit hewan seperti sapi

dan kerbau. Adanya kelangkaan produksi hewan ternak tersebut akhirnya

berimbas pada produksi kulit. Selain bahan baku, kesulitan modal juga membuat

produksi kulit mengalami fluktuasi. Rata-rata pertumbuhan produksi pada industri

penyamakan kulit selama periode 1990 hingga 2008 adalah sebesar 25,46 persen.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1990-2008 (diolah)Gambar 5.5. Perkembangan Nilai Pertumbuhan Produksi Industri

Penyamakan Kulit Indonesia (1990-2008)

Page 60: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

46

5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Industri Penyamakan KulitIndonesia

Dalam menganalisis hubungan antara struktur pasar terhadap kinerja

industri penyamakan kulit dilakukan dengan menggunakan metode Ordinary

Least Square (OLS). Hasil estimasi model PCM industri penyamakan kulit

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Hasil Estimasi Persamaan PCM Industri Penyamakan KulitIndonesia (1990-2008)Dependen Variabel : PCM

Variabel Koefisien Probabilitas VIFC 0.0834 0.927CR4 -0.3417 0.063 2.1GROWTH -0.02544 0.347 1.6XEF* 0.56809 0,000 1.2TK -0.06770 0.501 1.3PROD* 0.09659 0.039 2.7EKSPOR* 0.026806 0.004 1.1R-Squared 84.8 Durbin-Watson Stat 2.00841Prob (F-Statistic) 0.000 F-statistic 11.20Keterangan : * Signifikan pada taraf nyata 5 persen.

5.3.1. Hasil Uji Ekonometrika

Setelah melakukan uji model maka didapatkan model persamaan terbaik

yang digunakan untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi hubungan struktur

dengan kinerja. Faktor-faktor tersebut adalah rasio konsentrasi (CR4), efisiensi

internal (XEF), pertumbuhan produksi (GROWTH), jumlah tenaga kerja (TK),

produktivitas (PROD), dan ekspor (EKS). Keenam variabel tersebut harus

terbebas dari masalah autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas agar

mendapatkan hasil regresi yang baik. Untuk itu perlu dilakukan pengujian pada

variabel-variabel tersebut.

Page 61: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

47

Uji normalitas dilakukan terhadap model karena data yang digunakan

kurang dari 30. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa p-value yaitu lebih besar dari 0,150. Nilai

tersebut lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 5 persen (α = 0,05). Hal

ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi normal maka model ini layak untuk

digunakan (Lampiran 10).

Uji heteroskedastisitas dilakukan agar kesalahan pengganggu tidak

konstan pada semua variabel independen. Pengujian heteroskedastisitas

menggunakan uji White. Uji White digunakan untuk melihat apakah terdapat

heteroskedastisitas dalam hasil regresi. Nilai p-value dasi hasil uji t dan uji F

menghasilkan nilai lebih besar dari taraf nyata 5 persen (α = 0,05), sehingga

terima H0 yaitu homoskedastisitas (Lampiran 11).

Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan

linear antara beberapa atau semua variabel bebas dari model regresi. Pengujian

multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF. Berdasarkan Tabel 5.1

dapat dilihat bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas karena nilai VIF dari

masing-masing variabel adalah lebih kecil dari 10 (Lampiran 12).

Pengujian autokorelasi dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan

antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi

dapat dilihat dengan menggunakan uji Durbin Watson dalam Tabel 5.1. Hasil

estimasi menunjukkan Durbin-Watson statistic adalah 2.00841 dimana nilai ini

mendekati 2 sehingga model tersebut dikatakan tidak mengalami autokorelasi.

Page 62: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

48

Berdasarkan Tabel 5.1, diperoleh nilai R-Squared sebesar 84.8 persen. Hal

ini menunjukkan bahwa 84.8 persen keragaman PCM pada industri penyamakan

kulit dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya, yaitu CR4, Growth, X-eff,

TK, PROD, dan EKS. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar

model yaitu sebesar 15,2 persen.

Nilai probabilitas (F-statistik) adalah 0,000 dimana nilai tersebut lebih

kecil dari taraf nyata 5 persen (α = 0,05). Artinya paling sedikit ada satu variabel

bebas yang berpengaruh nyata terhadap PCM dan persamaan tersebut telah lulus

uji F (Tabel 5.1). Uji t-statistik digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

dari masing-masing variabel bebas secara individu berpengaruh nyata atau tidak

terhadap variabel tidak bebas. Apabila nilai probabilitas lebijh kecil dari taraf

nyata 5 persen maka dikatakan bahwa variabel bebas tersebut berpengaruh nyata

terhadap PCM pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sedangkan jika nilai

probabilitas lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 5 persen maka

variabel bebas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap PCM. Hasil yang

didapat dari Uji-t tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1 bahwa variabel yang

berpengaruh nyata terhadap PCM hanya XEF, PROD, dan EKS. Sedangkan yang

lainnya tidak berpengaruh nyata.

5.3.2. Hasil Estimasi

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa variabel bebas, XEF, PROD,

dan EKS berpengaruh nyata pada taraf 0,05 (α = 5%) terhadap PCM. Sedangkan

variabel bebas CR4, GROWTH, dan TK tidak memiliki pengaruh yang nyata

Page 63: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

49

terhadap PCM. Nilai koefisien masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel

5.1. Persamaan regresi model PCM yang didapat adalah sebagai berikut:

PCMt = 0.083 + 0.568 XEFt - 0.0254 GROWTHt - 0.342 CR4t - 0.0677 TKt +

0.0966 PRODt + 0.0268 EKSt (5.1)

Dari hasil estimasi pada Tabel 5.1 terlihat bahwa variabel CR4 tidak

signifikan terhadap peningkatan PCM pada taraf nyata 5 persen dengan koefisien

sebesar -0.3417. Hasil estimasi tersebut tidak sesuai dengan hipotesis awal. Hal

ini diduga karena tidak terdiferensiasinya pasar sehingga persaingan menjadi

tinggi. Tidak terdiferensiasinya pasar diakibatkan oleh produk yang dihaslikan

oleh industri penyamakan kulit tidak memilki merek yang dikenal oleh

masyarakat sehingga persaingan di pasar menjadi tinggi. Karena hal tersebut, CR4

tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan keuntungan dan secara

langsung tidak memengaruhi kinerja industri penyamakan kulit.

Berdasarkan hasil estimasi model pada Tabel 5.1, variabel GROWTH tidak

signifikan terhadap peningkatan keuntungan. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis

bahwa growth memiliki hubungan yang positif terhadap peningkatan nilai PCM.

Hal ini diduga karena pertumbuhan nilai yang diproduksi selalu berfluktuatif dan

cenderung kecil sehingga cenderung menurunkan persentase pertumbuhan

produksi industri penyamakan kulit di Indonesia.

Variabel XEF atau efisiensi internal memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap PCM. Koefisien yang dimiliki oleh XEF sebesar 0.568. Nilai ini

menunjukkan bahwa setiap peningkatan efisiensi-X sebesar satu persen maka

akan meningkatkan keuntungan sebesar 0.568 persen, asumsi ceteris paribus. Hal

Page 64: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

50

ini sesuai dengan hipotesis yaitu semakin efisien suatu perusahaan maka akan

memungkinkan suatu perusahaan untuk memproduksi sebuah produk dengan

sumberdaya yang lebih sedikit atau sama. Semakin efisien perusahaan maka

kinerjanya akan semakin baik dan keuntungan yang didapat juga semakin

meningkat.

Variabel TK atau jumlah tenaga kerja tidak signifikan terhadap

peningkatan PCM dengan koefsien sebesar -0.0677. Hal ini tidak sesuai dengan

hipotesis karena semakin banyak tenaga kerja yang dipekerjakan oleh industri

penyamakan kulit maka akan menyebabkan semakin besarnya biaya yang harus

dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja tersebut. Banyaknya biaya

tersebut akan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Variabel PROD atau produktivitas memiliki pengaruh yang nyata terhadap

PCM dengan koefisien yang dimiliki variabel ini yaitu sebesar 0.0966. Hal ini

sesuai dengan hipotesis awal yaitu apabila terjadi peningkatan produktivitas

sebesar satu persen maka keuntungan yang dihasilkan akan meningkat sebesar

0.0966, asumsi ceteris paribus. Semakin besar produktivitas yang dihasilkan

maka keuntungan bagi industri penyamakan kulit akan meningkat.

Variabel EKS signifikan terhadap peningkatan PCM dengan koefisien

sebesar 0.0268. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa peningkatan satu kilogram

ekspor akan meningkatkan 0.0268 persen keuntungan, asumsi ceteris paribus.

Ekspor memiliki pengaruh positif karena industri penyamakan kulit melakukan

ekspor dan mengakibatkan meningkatnya keuntungan pada industri penyamakan

kulit.

Page 65: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

51

5.4 Analisis Perilaku Industri Penyamakan Kulit

Analisis perilaku dapat dilakukan secara deskriptif dengan mengacu pada

struktur pasar yang telah ada. Berdasarkan hasil analisis, struktur pasar pada

industri penyamakan kulit Indonesia bersifat oligopoli sedang namun hasil produk

dari industri penyamakan kulit tidak memiliki merek dagang yang sudah dikenal

oleh masyarakat sehingga pasar yang dihasilkan tidak terdiferensiasi dengan baik.

Tidak terdiferensisasinya pasar pada industri penyamakan kulit membuat

persaingan menjadi tinggi sehingga rasio konsentrasi tidak memengaruhi kinerja

industri.

Industri penyamakan kulit memproduksi kulit yang berasal dari kulit

hewan ternak, seperti sapi, kerbau, domba. Industri penyamakan kulit mengalami

kesulitan dalam mendapatkan bahan baku yang diakibatkan oleh berkurangnya

jumlah ternak sehingga bahan baku untuk membuat kulit setengah jadi dan kulit

jadi didapatkan dari impor. Besarnya biaya impor membuat industri penyamakan

kulit kesulitan dalam memproduksi kulit ditambah dengan adanya penutupan

keran impor oleh pemerintah membuat industri penyamakan kulit lebih sulit untuk

memproduksi kulit. Hal ini yang membuat pertumbuhan produksi industri

penyamakan kulit cenderung kecil dan berfluktuatif sehingga tidak memengaruhi

kinerja industri penyamakan kulit.

Dalam memproduksi outputnya, industri penyamakan kulit menggunakan

tenga kerja dalam proses produksi. Industri penyamakan kulit merupakan industri

yang pada karya dimana memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak dalam

proses produksi. Namun pada industri penyamakan kulit upah yang dikeluarkan

Page 66: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

52

akan mengurangi keuntungan apabila menggunakan tenaga kerja yang banyak.

Oleh karena itu, tenaga kerja yang digunakan hanya tenaga kerja yang dapat

menguasai teknologi yang digunakan dalam proses produksi kulit.

Selain perilaku-perilaku tersebut, perilaku industri penyamakan kulit juga

dapat dilihat melalui strategi-strategi yang digunakan dalam menjalakan

industrinya. Strategi-strategi yang dilakukan adalah strategi produk, strategi

promosi, strategi distribusi, dan stategi bisnis.

5.4.1. Strategi Produk

Strategi yang dilakukan oleh industri penyamakan kulit dalam rangka

meningkatkan keuntungan perusahaan adalah dengan meningkatkan mutu produk

melalui pengembangan kualitas produk. Industri penyamakan kulit memproduksi

kulit setengah jadi dan kulit jadi yang berkualitas menggunakan teknologi khusus

untuk memproduksi kulit. Selain menggunakan teknologi khusus, industri

penyamakan kulit juga menggunakan bahan-bahan kimia yang aman bagi kulit

sehingga tidak mengurangi kualitas kulit yang dihasilkan.

5.4.2. Strategi Distribusi

Distribusi produk merupakan suatu cara yang dilakukan untuk

menyampaikan produk kepada konsumen. Industri penyamakan kulit tidak hanya

memenuhi permintaan kulit dari konsumen domestik. Permintaan juga datang dari

konsumen luar negeri. Industri penyamakan kulit pun melakukan ekspor kulit ke

luar negeri, seperti Hongkong, Cina, Vietnam, dan Thailand. Sedangkan didalam

negeri, industri penyamakan kulit mendistribusikan hasil produksinya ke

Page 67: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

53

produsen-produsen yang menghasilkan barang-barang dari kulit, seperti produsen

alas kaki.

5.4.3. Strategi Bisnis

Strategi bisnis yang dilakukan oleh industri penyamakan kulit yaitu

dengan melakukan kerjasama dengan beberapa pihak. Beberapa perusahaan dalam

industri penyamakan kulit melakukan kerjasama dengan RPH (Rumah Potong

Hewan) dalam menjalakan usahanya. Produsen melakukan kerjasama dengan

peternak dalam penyediaan bahan baku untuk proses produksi kulit. Selain

melakukan kerjasama dengan peternak, perusahaan juga bekerjasama dengan

perusahaan yang menghasilkan barang-barang kulit, seperti pabrik sepatu, tas,

aksesoris, serta barang-barang dari kulit lainnya.

Page 68: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada industri penyamakan kulit Indonesia

dari tahun 1990 hingga 2008 maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Struktur pasar pada industri penyamakan kulit bersifat oligopoli sedang

dengan rata-rata struktur pasar industri penyamakan kulit dari tahun 1990

hingga 2008 sebesar 51,03 persen. Hambatan masuk pasar pada industri

penyamakan kulit tinggi yaitu dengan rata-rata 23,97 persen.

2. Perilaku pasar pada industri penyamakan kulit dilihat dari strategi produk,

strategi distribusi, dan strategi bisnis. Strategi produk dilakukan dengan cara

menghasilkan kulit setengah jadi dan kulit jadi yang lebih berkualitas. Strategi

distribusi dilakukan dengan ekspor kulit ke luar negeri, seperti Hongkong,

Cina, dan Vietnam. Strategi bisnis dilakukan dengan kerjasama dengan

perusahaan-perusahaan yang menggunakan kulit sebagai bahan bakunya dan

juga melakukan kerjasama dengan Rumah Potong Hewan (RPH) untuk

mendapatkan bahan baku bagi industri.

3. Kinerja industri penyamakan kulit dilihat dari tingkat keuntungan (PCM) dan

nilai efisiensi internal (X-Eff). Nilai rata-rata PCM periode 1990-2008 adalah

sebesar 31,74 persen dengan PCM tertinggi terjadi pada tahun 2004 dengan

nilai PCM sebesar 63,24 persen. Efisiensi internal (X-Eff) industri

penyamakan kulit pada tahun 1990-2008 memiliki rata-rata sebesar 43,92.

Page 69: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

55

Rata-rata pertumbuhan produksi pada industri penyamakan kulit adalah

sebesar 25,46 persen.

4. Variabel–variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan dan positif

terhadap peningkatan PCM adalah variabel efisiensi dengan koefisien sebesar

0,568, variabel produktivitas dengan koefisien sebesar 0,0966, dan variabel

ekspor dengan koefisien sebesar 0,0268. Variabel-variabel yang tidak

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan PCM adalah rasio konsentrasi

empat perusahaan terbesar, pertumbuhan produksi, dan jumlah tenaga kerja.

6.2 Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh maka saran yang dapat diberikan untuk

peningkatan kinerja industri penyamakan kulit Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kinerja industri penyamakan kulit dapat dilakukan

melalui peningkatan efisiensi. Upaya meningkatkan efisiensi, dapat dilakukan

dengan meningkatkan produksi dengan memanfaatkan teknologi yang canggih

agar hasil produksi lebih berkualitas. Selain itu, dapat juga dengan

menerapkan produksi bersih dalam proses produksi

2. Untuk meningkatkan kinerja juga dapat melalui peningkatkan produktivitas

yaitu dengan cara menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi para pekerja

mengenai teknologi-teknologi yang digunakan dalam proses produksi.

3. Untuk meningkatkan kinerja industri penyamakan kulit juga dapat dilakukan

dengan peningkatkan ekspor yaitu dengan meningkatkan kualitas produknya

agar ekspor kulit dapat meningkat. Selain itu, industri penyamakan kulit tidak

Page 70: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

56

hanya memproduksi kulit sebagai bahan baku tapi juga memproduksi barang

kulit, seperti alas kaki, tas, dan sarung tangan agar nilai tambah dari produk

tersebut semakin tinggi dan nilai ekspor akan meningkat.

Page 71: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

DAFTAR PUSTAKA

Agribusiness Online. 2001. Industri Kulit Kekurangan Bahan Baku.http://suharjawanasuria.tripod.com/industri_kulit_01.htm. [4April 2011].

Agustina, S. E. 2009. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Pakan TernakIndonesia. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen InstitutPertanian Bogor.

Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia. 2007. Profil Spesifikasi Kulit TersamakIndonesia. http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNADQ564.pdf. [4 April 2011]

Badan Pusat Statistik. 1990-2008. Statistik Industri Besar dan Sedang 1990-2008.Badan Pusat Statistik, Jakarta.

__________________. 2000. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLU) IndustriBesar dan Sedang. Jakarta.

Bina UKM. 2010. Karakteristik Industri Kulit di Indonesia.http://binaukm.com/2010/07/karakteristik-industri-kulit-di-indonesia/htm.[4 April 2011].

Business News. 2011. Industri Penyamakan Kulit Butuh Perhatian Pemerintah.http://www.businessnews.co.id/featured/industri-penyamakan-kulit-butuh-perhatian-pemerintah.php/htm. [3 April 2011].

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah].Erlangga. Jakarta.

Hasibuan, N. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli dan Regulasi.LP3ES. Jakarta.

Jaya, W. K. 2001. Ekonomi Industri. BPFE. Yogyakarta.

Juanda, B. 2003. Metodologi Penelitian. Diktat Kuliah Metodologi Penelitian.Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut PertanianBogor.

Leather Indonesia Blognews. Permintaan Lokal Tingkatkan ProduksiPenyamakanKulit.http://leatherindonesia.wordpress.com/2009/10/06/permintaan-lokal tingkatkan-produksi-penyamakan-kulit/htm. [4 April 2011].

Page 72: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

58

Putra, E, J. 2009. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Pulp danKertas di Indonesia. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor.

Safitri, S. 2006. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Besi Baja diIndonesia. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen InstitutPertanian Bogor.

Solehah, F. 2008. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja IndustriTelekomunikasi Seluler Indonesia. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi danManajemen Institut Pertanian Bogor.

Winsih. 2007. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri ManufakturIndonesia. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen InstitutPertanian Bogor.

Page 73: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

LAMPIRAN

Page 74: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

60

Lampiran 1. Rasio Konsentrasi Industri Penyamakan Kulit Indonesia Tahun1990-2008

Tahun CR4 (%) Struktur Pasar1990 39.71 Oligopoli Longgar1991 49.72 Oligopoli Sedang1992 42.05 Oligopoli Sedang1993 37.55 Oligopoli Longgar1994 41.11 Oligopoli Sedang1995 45.44 Oligopoli Sedang1996 54.74 Oligopoli Sedang1997 70.35 Oligopoli Ketat1998 51.67 Oligopoli Sedang1999 47.13 Oligopoli Sedang2000 43.81 Oligopoli Sedang2001 55.32 Oligopoli Sedang2002 64.62 Oligopoli Ketat2003 62.63 Oligopoli Ketat2004 56.92 Oligopoli Sedang2005 66.12 Oligopoli Ketat2006 58.78 Oligopoli Sedang2007 45.82 Oligopoli Sedang2008 36.12 Oligopoli Longgar

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1990-2008 (diolah)

Page 75: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

61

Lampiran 2. Data Hambatan Masuk Pasar Industri Penyamakan Kulit(1990-2008)

Tahun Output Empat PerusahaanTerbesar (000 Rp)

Output Total(000 Rp)

MES (%)

1990 15,293,800 132,567,196 11.541991 63,350,000 252,340,218 25.11992 41,773,941 250,887,426 16.651993 53,268,950 337,839,871 15.771994 41,919,013 332,558,732 12.61995 72,649,606 379,764,536 19.131996 107,152,132 410,520,225 26.11997 275,198,000 682,806,300 40.31998 94,390,989 591,223,687 15.961999 88,058,882 658,289,578 13.372000 87,399,950 764,580,512 11.432001 378,178,134 1,447,447,733 26.132002 523,179,397 2,174,226,510 24.062003 418,227,842 1,461,798,698 28.612004 800,984,959 1,889,884,873 42.382005 3,795,507,574 6,001,015,421 63.252006 343,288,952 1,006,909,420 34.092007 278,920,111 1,445,174,470 19.32008 138,683,735 1,428,829,409 9.71

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1990-2008 (diolah)

Page 76: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

62

Lampiran 3. Tingkat Keuntungan Industri Penyamakan Kulit IndonesiaTahun 1990-2008

TahunNilai Tambah

(000 Rp)Upah

(000 Rp)Nilai Barang

yang Dihasilkan(000 Rp)

PCM(%)

1990 42,868,138 5,247,859 125,977,659 29.861991 101,864,351 7,736,845 246,744,647 38.151992 84,312,233 9,632,442 248,339,829 30.071993 110,350,560 12,340,255 326,467,177 30.021994 105,685,549 14,420,322 320,244,670 28.491995 122,042,463 17,219,907 366,164,352 28.631996 129,996,097 15,791,126 395,950,200 28.841997 145,747,544 19,681,794 665,930,648 18.931998 262,599,397 19,424,400 548,703,562 44.321999 243,561,290 23,273,229 633,893,337 34.752000 283,740,863 27,176,800 575,997,609 44.542001 402,387,339 33,081,273 1,241,309,734 29.752002 378,033,774 41,844,199 1,903,357,937 17.662003 493,097,293 31,444,608 1,375,175,282 33.572004 909,417,461 45,662,054 1,365,749,456 63.242005 1,112,773,662 40,756,971 3,798,504,923 28.222006 298,936,803 22,561,313 955,646,093 28.922007 347,826,813 81,940,164 1,316,650,832 20.192008 352,516,777 56,117,269 1,203,544,593 24.63

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1990-2008 (diolah)

Page 77: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

63

Lampiran 4. Data X-Efisiensi Industri Penyamakan Kulit IndonesiaTahun1990-2008

Tahun Nilai Tambah(000 Rp)

Input(000 Rp)

X-Eff(%)

1990 42,868,138 89,699,058 47.791991 101,864,351 163,491,545 62.301992 84,312,233 178,393,299 47.261993 110,350,560 227,489,311 48.511994 105,685,549 228,045,790 46.341995 122,042,463 268,686,552 45.421996 129,996,097 280,524,128 46.341997 145,747,544 324,121,057 44.971998 262,599,397 573,621,363 45.781999 243,561,290 686,935,595 35.452000 283,740,863 757,152,325 37.472001 402,387,339 1,045,060,394 38.502002 378,033,774 1,796,192,736 21.052003 493,097,293 968,701,405 50.902004 909,417,461 980,467,412 92.752005 1,112,773,662 4,880,377,580 22.802006 298,936,803 820,328,932 36.442007 347,826,813 1,097,347,657 31.692008 352,516,777 1,081,067,005 32.61

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1990-2008 (diolah)

Page 78: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

64

Lampiran 5. Data Pertumbuhan Produksi (Growth) Industri PenyamakanKulit Indonesia (1990-2008)

TahunNilai Barang yang

Dihasilkan(000 Rp)

Growth(%)

1989 119,533,233 -1990 125,977,659 5.391991 246,744,647 95.861992 248,339,829 0.641993 326,467,177 31.461994 320,244,670 -1.911995 366,164,352 14.341996 395,950,200 8.131997 665,930,648 68.181998 548,703,562 -17.601999 633,893,337 15.532000 575,997,609 -9.132001 1,241,309,734 115.502002 1,903,357,937 53.332003 1,375,175,282 -27.752004 1,365,749,456 -0.682005 3,798,504,923 178.132006 955,646,093 -74.842007 1,316,650,832 37.772008 1,203,544,593 -8.59

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1989-2008 (diolah)

Page 79: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

65

Lampiran 6. Data Nilai Produktivitas Industri Penyamakan Kulit Indonesia(1990-2008)

Tahun Output(000 Rp)

Input TK(000 Rp)

Produktivitas

1990 132,567,196 5,247,859 25.261991 252,340,218 7,736,845 32.611992 250,887,426 9,632,442 26.041993 337,839,871 12,340,255 27.371994 332,558,732 14,420,322 23.061995 379,764,536 17,219,907 22.051996 410,520,225 15,791,126 25.991997 682,806,300 19,681,794 34.691998 591,223,687 19,424,400 30.431999 658,289,578 23,273,229 28.282000 764,580,512 27,176,800 28.132001 1,447,447,733 33,081,273 43.752002 2,174,226,510 41,844,199 51.962003 1,461,798,698 31,444,608 46.482004 1,889,884,873 45,662,054 41.382005 6,001,015,421 40,756,971 147.232006 1,006,909,420 22,561,313 44.622007 1,445,174,470 81,940,164 17.632008 1,428,829,409 56,117,269 25.46

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1990-2008 (diolah)

Page 80: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

66

Lampiran 7. Data Volume Ekspor Industri Penyamakan Kulit IndonesiaTahun 1990-2008

Tahun Volume Ekspor(Kg)

1990 1,626,9331991 1,395,6311992 1,565,1631993 11,547,3981994 1,291,5141995 1,084,9491996 1,436,3441997 7,730,1051998 8,874,5391999 30,161,0592000 17,164,2632001 8,309,7132002 8,723,6252003 9,403,1422004 13,095,9212005 9,846,5912006 10,463,2792007 9,374,1072008 7,669,017

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1990-2008 (diolah)

Page 81: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

67

Lampiran 8. Data Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja pada IndustriPenyamakan Kulit (1990-2008)

Tahun Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja(Orang)

1990 56 59171991 56 48451992 57 66861993 62 90721994 69 74781995 70 75631996 67 73581997 63 71021998 60 67711999 68 75802000 65 72622001 50 56072002 52 65742003 47 56972004 54 64372005 56 64322006 44 67742007 48 63632008 42 7428

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1990-2008

Page 82: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

68

Lampiran 9. Hasil Estimasi dengan Menggunakan Ordinary Least Square(OLS)

Dependen Variabel : PCMVariabel Koefisien Std. Error Probabilitas VIF

C 0.0834 0.8879 0.927CR4 -0.3417 0.1668 0.063 2.1GROWTH -0.02544 0.02597 0.347 1.6XEF 0.56809 0.08344 0.000 1.2TK -0.06770 0.09763 0.501 1.3PROD 0.09659 0.04168 0.039 2.7EKSPOR 0.026806 0.007617 0.004 1.1R-Squared 84.8 Durbin-Watson Stat 2.00841Prob (F-Statistic) 0.000 F-statistic 11.20

Lampiran 10. Hasil Uji Kormogorov-Smirnov

RESI1

Perc

ent

0.100.050.00-0.05-0.10

99

95

90

80

70

6050

40

30

20

10

5

1

Mean

>0.150

5.697197E-17StDev 0.04079N 19KS 0.129P-Value

Normal

Sumber : Diolah, 2011

Page 83: ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI … · kulit hewan, seperti sapi, kerbau, biri-biri, babi, dan lain-lain. Industri ... kulit dari tahun 1990 hingga 2008 sebesar 51,03

69

Lampiran 11. Uji WhiteDependen Variabel : PCM

Variabel Koefisien Std. Error ProbabilitasC -0.7015 0.5288 0.209CR4 0.08879 0.09935 0.389GROWTH -0.00761 0.01547 0.632XEF 0.00536 0.04969 0.916TK 0.08268 0.05814 0.181PROD -0.00569 0.02482 0.823EKSPOR -0.001496 0.004536 0.747Sumber : Diolah, 2011

Lampiran 12. Uji MultikolinesaritasDependen Variabel : PCM

Variabel Koefisien Probabilitas VIFC 0.0834 0.927CR4 -0.3417 0.063 2.1GROWTH -0.02544 0.347 1.6XEF 0.56809 0,000 1.2TK -0.06770 0.501 1.3PROD 0.09659 0.039 2.7EKSPOR 0.026806 0.004 1.1R-Squared 84.8 Durbin-Watson Stat 2.00841Prob (F-Statistic) 0.000 F-statistic 11.20Sumber : Diolah, 2011