bab ii kajian pustaka -...

39
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 2.1.1.1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial selain itu model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Wina Sanjaya dalam Hamdani (2010:30) model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Ibid dalam Hamdani (2010:31) mengemukakan: Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas empat atau enam orang siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri atas campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan cara bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Dalam penelitian ini, dipilih model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Selanjutnya terdapat beberapa pengertian mengenai model pembelajaran kooperatif Think Pair Share yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Alma (2009:91) menyimpulkan Think Pair Share; pertanyaan diajukan untuk seluruh kelas, lalu tiap siswa memikirkan jawabannya, kemudian siswa dibagi berpasangan dan diskusi. Pasangan ini melaporkan hasil diskusinya dan berbagi pemikiran dengan seluruh kelas. Menurut Lie (2005:57) Model pembelajaran kooperatif Think Pair Share merupakan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekannya di Maryland pada tahun 1981. Slavin (2010:257) menyatakan bahwa:

Upload: vuongnga

Post on 24-Aug-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

2.1.1.1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial selain itu model

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar. Menurut Wina Sanjaya dalam Hamdani (2010:30)

model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam

kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Ibid dalam Hamdani (2010:31) mengemukakan:

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam

kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain.

Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas empat atau enam

orang siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud kelompok

heterogen adalah terdiri atas campuran kemampuan siswa, jenis

kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa

menerima perbedaan cara bekerja dengan teman yang berbeda

latar belakangnya.

Dalam penelitian ini, dipilih model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share. Selanjutnya terdapat beberapa pengertian mengenai model pembelajaran

kooperatif Think Pair Share yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan.

Alma (2009:91) menyimpulkan Think Pair Share; pertanyaan diajukan

untuk seluruh kelas, lalu tiap siswa memikirkan jawabannya, kemudian siswa

dibagi berpasangan dan diskusi. Pasangan ini melaporkan hasil diskusinya dan

berbagi pemikiran dengan seluruh kelas.

Menurut Lie (2005:57) Model pembelajaran kooperatif Think Pair Share

merupakan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan

rekannya di Maryland pada tahun 1981.

Slavin (2010:257) menyatakan bahwa:

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

8

Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa

duduk berpasangan dengan timya masing-masing. Guru

memberikan pertanyaan kepada siswa. Siswa diminta untuk

memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu

berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah

kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para

siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan

seluruh kelas.

Menurut Trianto (2011: 132-133), Think Pair Share dapat memberi siswa

banyak waktu untuk berfikir, merespon, dan saling membantu.

Ibrahim dalam Estiti (2007:10) mengemukakan Think Pair Share memiliki

prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir,

menjawab, saling membantu satu sama lain.

International Jurnal of Education Research dalam Brown & Lara (2007)

menyatakan bahwa:

Think Pair Share is a quick cooperation learning activity in

which the instructor ask an open-ended question and then allows

student about a minute to think about it. Next, pair of student

discuss their ideas about the question or problem. Finally, the

instruction soluciti comment or feedback such as a class vote

regarding the question.

Pendapat tersebut mengandung makna bahwa Think Pair Share adalah

aktivitas cooperative learning yang cepat. Guru mengajukan pertanyaan terbuka

untuk seluruh siswa kemudian memberi siswa beberapa menit untuk memikirkan

jawabannya. Setiap pasangan mendiskusikan ide-ide mereka tentang pertanyaan

tersebut. Akhirnya guru mengumpulkan tanggapan dari satu kelas yang

berhubungan dengan pernyataan tersebut.

Menurut Isjoni (2009:-) menyatakan pada tahap Think, terdapat “wait or

think time” yakni waktu berpikir. Maksudnya, siswa diberi waktu terlebih dahulu

untuk memikirkan dan memahami permasalahan yang diberikan. Waktu tersebut

diharapkan dapat digunakan oleh siswa untuk mencari solusi permasalahan yang

diberikan berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Dengan adanya waktu berpikir

ini tentu saja dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam berpikir dan

mengungkapkan pendapatnya. Namun perlu diingat, waktu berpikir ini sebaiknya

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

9

diberikan batasan yang tidak terlalu lama agar siswa dapat lebih cekatan dalam

berpikir dan dapat segera bertukar pikiran dengan sesama siswa lain seperti yang

terdapat pada langkah berikutnya dari model ini.

Setelah siswa memperoleh solusi versi mereka masing-masing dalam

waktu berpikir tersebut, mereka akan dipasangkan dengan siswa lainnya pada

tahap Pair. Di sini, mereka dapat saling bertukar pikiran dan pendapat guna

memperoleh solusi terbaik dari keduanya.

Selanjutnya guru akan kembali membimbing siswa untuk memasuki

diskusi kelas pada tahap Share. Tiap pasangan akan mempresentasikan solusi

yang telah mereka peroleh pada saat berpasangan. Dengan adanya “pasangan”,

siswa tidak akan merasa malu lagi dalam mengungkapkan pendapatnya ketika

jawaban dari solusi permasalahan yang mereka utarakan dirasa belum memenuhi.

Mereka tidak akan takut salah karena mereka merasa dapat berbagi “rasa malu”

yang mungkin timbul. Pada tahap Share ini juga dapat menyadarkan siswa bahwa

seringkali pendapat mereka yang pada awalnya mereka anggap salah, ternyata

tidak salah sama sekali. Dengan kata lain, secara tidak langsung dapat

menumbuhkan keberanian siswa dalam berkomunikasi di depan kelas.

Dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling

membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara

kooperatif. Keunggulan dan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu

memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan

menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para ahli maka dapat

disimpulkan bahwa model kooperatif tipe Think Pair Share adalah model

pembelajaran kooperatif yang bertujuan memberi siswa lebih banyak waktu untuk

berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain serta mempunyai tiga

tahapan penting yaitu berpikir (think), berpasangaan (pair), berbagi (share).

Tahap pertama yaitu think, guru memberi soal pada siswa kemudian siswa diberi

kesempatan berpikir secara mandiri mengenai permasalahan yang diberikan oleh

guru. Tahap kedua yaitu pair, guru membagi siswa dalam kelompok berpasangan.

Setiap kelompok pasangan mendiskusikan dan bertukar pikiran untuk mencapai

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

10

sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Tahapan yang ketiga yaitu share, setiap

kelompok pasangan saling berbagi pendapat mengenai hasil jawaban yang telah

didiskusikan dalam kelompok pasangan dengan seluruh kelas kemudian kelompok

lain dapat memberikan tanggapan dan saran kepada kelompok yang maju.

2.1.1.2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Hamdani (2010:31) mengemukakan ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah

a) Setiap anggota memiliki peran; b) Terjadi hubungan

interaksi langsung diantara siswa; c) Setiap anggota kelompok

bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman

sekelompoknya; d) Guru membantu mengembangkan

keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok; e) Guru

hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nurhadi, dkk dalam Wena

(2009:190) bahwa ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam

pembelajaran koperatif, yaitu (a) saling ketergantungan positif (positive

interdependence); (b) interaksi tatap muka (face to face interaction); (c)

akuntabilitas individual (individual accountability), dan (d) keterampilan untuk

menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja

diajarkan (use of collarative/ social skill).

Agus Suprijono (2009:91) mengemukakan ciri-ciri model Think Pair

Share adalah sebagai berikut:

1) “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan

atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru

memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.

2) “Pairing”, pada tahap ini meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri

kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan

diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkan

melalui intersubjektif dengan pasangannya.

3) Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan

pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam kegiatan

ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

11

pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari

pengetahuan yang dipelajari.

2.1.1.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibrahim dalam Isjoni (2009:39-41)

model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya

tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:

1) Hasil belajar akademik.

Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,

juga memperbaiki prestasi siswa atau tugs-tugas penting lainnya. Beberapa

ahli pendapat bahwa model ini lebih unggul dalam membantu siswa

memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah

menunjukkan, model struktur penghargaan telah dapat meningkatkan nilai

siswa dalam belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan

dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan

hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada

siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama

menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain dari pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari

orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

kemampuannya, dan ketidak kemampuannya. Pembelajaran kooperatif

memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk

bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui

struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama

lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada

siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat

penting untuk dimiliki oleh para siswa sebagai warga masyarakat, bangsa,

dan Negara, karena mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam

mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

12

bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global untuk

memenangkan persaingan tersebut.

Trianto (2011:58) mengemukakan bahwa:

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan

pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam

kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk

berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar

belakangnya.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Slavin dalam Alma (2009:82) bahwa:

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative

learning yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban

individu dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Jika

kelompok memperoleh nilai di atas kriteria yang ditentukan

dalam hal hasil yang dicapai, proses pencapaian hasil dengan

kerjasama yang baik dalam kelompok, akan diberikan

penghargaan.

Model pembelajaran kooperatif membuka peluang bagi upaya mencapai

tujuan meningkatkan keterampilan sosial peserta didik. Seperti yang diungkapkan

Stahl dalam Isjoni (2010:110) “The cooperative behavior and attitudes that

contributed to the success and or failure of there group”. Dalam kelompok

mereka bekerja tidak hanya sebagai kumpulan individual tetapi merupakan

sesuatu tim kerja yang tangguh. Seorang anggota kelompok tergantung kepada

anggota kelompok lainnya. Seorang yang memilili keunggulan tertentu akan

membagi keunggulannya dengan lainnya. Di samping itu, pembelajaran

kooperatif sekaligus dapat melatih sikap dan keterampilan sosial sebagai bekal

kehidupannya di masyarakat.

Sedangkan menurut Slavin (2010:257) dengan Think Pair Share ketika

guru memberikan pertanyaan kepada siswa, siswa dapat memikirkan sebuah

jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk

mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya para siswa dapat

berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas.

Menurut Agus Suprijono (2009:91) model Think Pair Share mempunyai

tujuan:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

13

1) “Thinking” guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan

pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan

kepada mereka memikirkan jawabannya

2) “Pairing” diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban

yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya.

3) “Sharing” diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada

pengonstruksian pengetahuan secara integrative. Peserta didik dapat

menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajari.

2.1.1.4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair

Share

Dalam sebuah model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan

kelemahannya masing-masing, demikian juga dengan pembelajaran Think Pair

Share . Lie (2002:46) mengemukakan kelebihan dari kelompok berpasangan yaitu

1) meningkatkan partisipasi anak, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih

banyak kesempatan untuk mentribusi masing-masing anggota kelompok, 4)

interaksi lebih mudah, 5) lebih mudah dan cepat membentuknya.

Lie (2005:46) mengemukakan kelebihan pembelajaran Think Pair Share

diantaranya sebagai berikut: (1) meningkatkan partisipasi anak, (2) cocok untuk

tugas sederhana, (3) lebih banyak kesempatan untuk mentribusi masing-masing

anggota kelompok, (4) interaksi lebih mudah, (5) lebih mudah dan cepat

membentuknya.

Alma (2009:91) mengemukakan:

Model Think Pair Share merupakan teknik sederhana yang

mempunyai keuntungan dapat mengoptimalkan pertisipasi siswa

mengeluarkan pendapat, dan meningkatkan pengetahuan. Siswa

meningkatkan daya pikir (think) lebih dulu, sebelum masuk ke

dalam kelompok berpasangan (pair), kemudian berbagi dalam

kelompok (share). Setiap siswa saling berbagi ide, pemikiran atau

informasi yang mereka ketahui tentang permasalahan yang

diberikan oleh guru, dan bersama-sama mencari solusinya.

Menurut Isjoni (2010:112) menyatakan bahwa

Model Think Pair Share adalah memberi siswa kesempatan

untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Selain

itu dapat mengoptimalkan partisipasi siswa, yaitu memberi

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

14

kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk

dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Arends dalam Trianto (2011:132)

bahwa: “Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat

variasi suasana pola diskusi kelas”. Think Pair Share dapat memberi siswa lebih

banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.

Selain kelebihan, pembelajaran Think Pair Share juga memiliki beberapa

kelemahan antara lain 1) Model pembelajaran Think Pair Share belum banyak

diterapkan di sekolah; 2) Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru,

waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal; 3)

Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai

dengan taraf berfikir anak; 4) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan

cara mendengarkan seramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah

secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut maka kelebihan dari

pembelajaran Think Pair Share ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan

metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan

hasilnya untuk seluruh kelas, model Think Pair Share ini memberikan kesempatan

kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan

anak didik.

2.1.1.5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Adapun langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share adalah

Langkah 1 : Pendahuluan

Pada tahap ini guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan.

Tahap ini dimulai dengan guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan

pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi

yang akan disampaikan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

15

Langkah 2 : Think

Pada tahap ini siswa dituntut berpikir secara individual.Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang

disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk

menuliskan hasil pemikirannya masing-masing. Siswa membutuhkan penjelasan

bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.

Langkah 3 : Pair

Selanjutnya, setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan

pasangan. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi

kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka

paling benar atau paling meyakinkan. Interaksi selama waktu yang disediakan

dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan

gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Guru memotivasi siswa

untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi

dengan LKS berupa kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara

kelompok.

Langkah 4 : Share

Pada langkah ini, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan

keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling

ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian

pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil kelompoknya.

Langkah 5 : Evaluasi

Langkah akhirnya yaitu menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan

masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan penguatan

terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.

2.1.2. Media Pembelajaran

2.1.2.1. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medius yang secara harfiah

berarti tengah, perantara, atau pengantar. Selain itu, kata media juga berasal dari

bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, dan secara harfiah

berarti perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

16

Arsyad (2011:3) mengatakan media berasal dari bahasa Latin medius yang

secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab media

berasal dari kata wasaail yang berarti pengantar pesan dari pengirim kepada

penerima pesan. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,

materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu

memperoleh pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Dalam pengertian ini

guru, buku teks serta lingkungan sekolah merupakan media belajar.

Heinich dkk dalam Arsyad (2011:4) mengemukakan istilah medium

sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi

Televisi, film, foto, radio rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, dan

sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan

atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud

pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.

Media pembelajaran sering kali diganti dengan istilah alat bantu atau media

komunikasi seperti yang disampaikan oleh Hamalik dalam Arsyad (2011:4)

dimana ia melihat bahwa komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang

maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.

Menurut Iswidayati (2010:2), media berasal dari bahasa latin merupakan

bentuk jamak dari ”medium” yang secara harfiah berarti ”perantara” atau

”pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.

Media diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan, atau informasi kepada siswa serta dapat dimanfaatkan

untuk memperjelas materi atau mencapai tujuan pembelajaran, memperlancar dan

meningkatkan proses dan hasil belajar. Selain itu media pembelajaran dapat

meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak untuk dapat menimbulkan

motivasi belajar, dan membentuk interaksi yang lebih langsung antara siswa dan

guru, siswa dan lingkungannya dan dapat memacu siswa untuk belajar sendiri

sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

Selain pendapat tersebut, Sanjaya dalam Hamdani (2010:244) menyatakan

bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan

pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Media tidak hanya berupa

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

17

alat atau bahan, tetapi juga hal-hal lain yang memungkinkan siswa memperoleh

pengetahuan.

Berdasarkan penjelasan para ahli tentang pengertian media pembelajaran

dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyampaikan pesan atau materi yang mengandung tujuan

instruksional kepada penerima pesan dalam pembelajaran. Media pembelajaran

merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan,

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat

mendorong keberhasilan proses belajar. Peranan media dalam pembelajaran

adalah sebagai teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan

untuk keperluan pengajaran atau sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi

pembelajaran.

2.1.2.2. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan media yang digunakan dalam

pembelajaran. Fungsi utama media adalah menambah pengalaman serta

menanggulangi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. Media

pembelajaran dapat digunakan untuk menggantikan objek-objek riil yang sulit

ditemukan siswa sebagai pengalaman belajar. Materi belajar seperti binatang buas,

organ tubuh manusia, sifat cahaya, planet dan sebagainya yang umumnya sulit

ditemukan secara konkrit, dalam hal ini media pembelajaran dapat digunakan

sebagai sarana untuk menggantikannya, kendati dalam bentuk buku, film, video,

slide, bentuk miniature, film, model atau bentuk gambar-gambar/foto yang

disajikan secara audio, visual, dan audio visual.

Menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2011:19) menyatakan bahwa

“Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu

digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar

jumlahnya, yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyaikan informasi

dan (3) memberi instruksi”.

Berdasarkan penjelasan mengenai fungsi media dalam pembelajaran

tersebut tampak jelas bahwa media pembelajaran mempunyai andil yang besar

terhadap kesuksesan proses belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran, media

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

18

memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (Guru) menuju penerima

(Siswa). Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungannya, fungsi

media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan dan hambatannya yang

mungkin timbul dalam proses pembelajaran.

2.1.2.3. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran

Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan, media

pembelajaran terus mengalami perkembangan, tampil dalam berbagai jenis. Dari

sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan pengelompokkan media,

mengarah kepada taksonomi media pendidikan di sekolah yaitu yang dilakukan

oleh Hamdani (2010:248) media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

media visual, media audio, dan media audio visual.

Media visual adalah media yang hanya bisa dilihat dengan menggunakan

indra penglihatan. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan

dan media yang dapat diproyeksikan. Media yang dapat diproyeksikan bisa

berupa gambar diam atau bergerak. Adapun media yang tidak dapat diproyeksikan

adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar tentang

manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan

atau isi pelajaran, yang akan disampaikan kepada siswa. Media yang

diproyeksikan adalah media yang menggunakan alat proyeksi sehingga gambar

atau tulisan tampak pada layar.

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif

(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

kemampuan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan

program radio adalah bentuk media audio. Penggunaan media audio dalam

pembelajaran pada umumnya untuk menyampaikan materi pelajara tentang

mendengarkan.

Media audio visual merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa

disebut media pandang dengar. Audio visual akan menjadikan penyajian bahan

ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Selain itu, media ini dalam batas-

batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Sebab, penyajian

materi bisa diganti oleh guru, dan guru bisa beralih menjadi fasilator belajar, yaitu

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

19

memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Contoh media audio

visual, diantarnya program video atau televisi, video atau televisi instruksional,

dan program slide suara.

Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang dikaitkan

atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya taksonomi menurut Bretz dalam Sadiman

(2008:20) mengidentifikasi ciri utama media menjadi 3 unsur yaitu: visual, suara

dan Gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis dan simbol yang

merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera

penglihatan. Disamping itu Bretz juga membedakan antara media siar

(telecommunication) dan media rekam (recording) sehingga terdapat 8 klasifikasi

media yaitu: Media audiovisual gerak, media audio visual diam, media visual

gerak, media visual diam, media semi gerak, madia audio, media cetak. Rudy

bretz menekanan pada media yang digunakan dalam mengajar. Sedangkan

menurut Duncan dalam Arief Sadiman (2008:20) Hierarki media

mempertimbangkan aspek aspek antara lain: biaya, kelangkaan, keluesan, cakupan

sasaran, pengadaan, kemudahan. Semakin rumit jenis perangkat media yang

digunakan, semakin mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaannya,

tetapi juga semakin umum penggunaannyadan semakin luas lingkup sasarannya.

Sebaliknya semakin sederhana perangkat media yang digunakan biayanya akan

lebih murah, pengadaannya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus, dan

lingkup sasarannya lebih terbatas. Pada dasarnya, hierarki Duncan disusun

menurut tingkat kerumitan perangkat dan media yang digunakan dan menekankan

pada pemanfaatan media dalam pemanfaatanya dalam pendidikan menurut

kerumitan perangkat media. Berbeda lagi dengan Taksonomi menurut Gagne

dalam Sadiman (2008: 21) yang membuat tujuh macam pengelompokan media

yaitu: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar

diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar.

Sadiman (2008:19) menyatakan “media atau bahan adalah perangkat lunak

(software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan

mempergunakan peralatan”. Media dalam perkembangannya tampil dalam

berbagai jenis dan format masing-masing dengan ciri dan kemampuannya sendiri.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

20

Dari hal tersebutlah muncul pengelompokan atau klasifikasi menurut ciri dan

karakteristiknya.

Menurut Sadiman dalam Sanaky (2009:39) mengemukakan dalam

pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sumber belajar merupakan

komponen dari sistem instruksional, disamping pesan, orang, dan peralatan.

Tetapi yang sering terjadi media masih dikacaukan dengan peralatan. Media atau

bahan adalah perangkat lunak (software) yang berisi pesan atau informasi

pengajaran yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan yang disebut

perangkat keras (hardware), yang merupakan sarana untuk menampilkan pesan

yang terkandung pada media tersebut.

2.1.2.4. Kelebihan dan Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Gerlach dan Ely dalam Hamdani (2010:245-246) ada tiga

kelebihan kemampuan media adalah sebagai berikut: 1) kemampuan fiksatif,

artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek

atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat

disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti

kejadian aslinya; 2) kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan

kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi)

sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta

dapat pula diulang-ulang penyajiannya; 3) kemampuan distributif, artinya media

mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian

secara serempak, misalnya siaran TV atau radio.

Menurut Iswidayati (2010:10-11) media pembelajaran mempunyai

kelebihan dalam beberapa hal di antaranya: a) Media pembelajaran dapat

mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.

Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang

menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan

melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan

tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang

dipelajari, maka obyeknya lah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud

bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

21

dapat disajikan secara audiovisual dan audial; b) Media pembelajaran dapat

melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara

langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang

disebabkan karena : obyek terlalu besar, obyek terlalu kecil, obyek yang bergerak

terlalu lambat, obyek yang bergerak terlalu cepat, obyek yang terlalu kompleks,

obyek yang bunyinya terlalu halus, obyek mengandung berbahaya dan resiko

tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat

disajikan kepada peserta didik; c) Media pembelajaran memungkinkan adanya

interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya; d) Media

menghasilkan keseragaman pengamatan; e) Media dapat menanamkan konsep

dasar yang benar, konkrit dan realistis; f) Media membangkitkan keinginan dan

minat baru; g) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk

belajar; h) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang

konkrit sampai dengan abstrak.

Selain memiliki kelebihan, media pembelajaran juga memiliki manfaat

antara lain: 1) lebih menarik perhatian; 2) menumbuhkan motivasi belajar; 3)

bahan pengajaran lebih terstruktur, logis, dan jelas; 4) metode pembelajaran dapat

bervariasi; 5) pembelajar banyak melakukan kegiatan belajar.

2.1.2.5. Kriteria Pemilihan Media

Sanjaya dalam Hamdani (2010:257) mengungkapkan dalam memilih

media pembelajaran yang tepat, yaitu menggunakan kata ACTION (Access, Cost,

Technology, Interactivity, Organization, Novelty). Access artinya kemudahan

akses menjadi pertimbangan pertama dalam pemilihan media. Apakah media yang

diperlukan itu tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan. Akses juga juga

menyangkut aspek kebijakan, apakah media tersebut diizinkan untuk digunakan.

Cost artinya pertimbangan biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan suatu

media harus seimbang dengan manfaatnya. Technology artinya ketersediaan

teknologinya dan kemudahan dalam penggunaannya. Interactivity artinya mampu

menghadirkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Organization artinya

dukungan organisasi atau lembaga dan cara pengorganisasiannya. Novelty artinya

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

22

aspek kebaruan dari media yang dipilih. Media yang baru biasanya lebih menarik

dan lebih baik.

Selain kriteria-kriteria yang telah diuraikan menurut Hamalik dalam

Sanaky (2009:33) mengemukakan desain media juga harus memenuhi syarat-

syarat tertentu. Alat-alat yang dibuat harus memenuhi syarat sebagai berikut: a)

Rasional, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita; b) Ilmiah, sesuai

dengan perkembangan akal dan mampu dipikirkan oleh kita; c) Ekonomis, sesuai

dengan kemampuan pembiayaan yang ada, hemat, dan efisien; d) Praktis, dapat

digunakan dalam kondisi praktek di sekolah dan bersifat sederhana.

2.1.2.6. Media Power Point

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah microsoft power

point. Program ini adalah salah satu aplikasi dalam paket microsoft office.

Dengan bantuan media power point, seorang guru dapat mempresentasikan

materi ajar kepada siswa bisa lebih mudah dalam mentransformasikan ilmunya

melalui presentasi yang diberikan oleh seorang guru kepada anak didiknya di

kelas. Disamping memudahkan seorang guru menguasai kelas dan membantu

anak-anak didik untuk tetap fokus dengan apa yang diterangkan oleh seorang

guru.

Menurut Hamalik (2008:-) menyatakan bahwa jenis teknologi yang

digunakan dalam pengajaran terdiri dari media audiovisual (film, filmstrip,

televisi, dan kaset video) dan komputer. Media komputer adalah salah satu

media interaktif yang memiliki peran utama untuk memproses informasi secara

cermat, cepat dan hasil yang akurat. Sebagai sebuah media pembelajaran

komputer dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap mata

pelajaran tertentu. Selain itu, komputer sendiri dapat berfungsi sebagai salah

satu sumber informasi, dengan demikian dapat menjadi sumber belajar bagi

seorang siswa beberapa bagian utama dalam pembelajaran yang menggunakan

media komputer. Dalam perkembangannya komputer dewasa ini, memiliki

kemampuan menggabungkan berbagai peralatan antara lain: CD player, video

tape, dan audio tape.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

23

Microsoft Office Power Point adalah suatu jenis program yang

tergabung dalam Microsoft Office Power Point sebagai program aplikasi yang

dirancang khusus untuk menampilkan program multimedia. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Riyana dalam Smaldino (2011:102) bahwa Program Power

Point merupakan salah satu software yang dirancang secara khusus untuk

mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam

pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah karena tidak

membutuhkan bahan baku selain alat untuk menyimpan data (data storage).

Riyana dalam Smaldino (2011:103) mengatakan prosedur

pengembangan media menggunakan Microsoft Office Power Point dilakukan

melalui empat tahap yaitu identifikasi program, mengumpulkan bahan

pendukung, proses pembuatan di Microsoft Office Power Point dan penggunaan

program tersebut yang sebelumnya telah dilakukan review program. Identifikasi

program dimaksudkan untuk melihat kesesuaian antara program yang dibuat

dengan materi, sasaran dan sumber pendukung seperti animasi, gambar, video

dan sebagainya. Mengumpulkan bahan pendukung dapat dilakukan dengan cara

memproduksi sendiri bahan-bahan yang diperlukan dan dapat dilakukan dengan

cara browsing. Setelah bahan terkumpul selanjutnya proses pengerjaan di

Microsoft Office Power Point sampai selesai.

Program Power Point adalah salah satu software yang dirancang khusus

untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah

dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak

membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage).

Power Point dapat digunakan melalui beberapa tipe penggunaan yaitu 1)

Personal Presentation, pada umumya power point digunakan untuk presentasi

dalam classical learning. Pada penyajian ini power point sebagai alat bantu

bagi guru untuk presentasi menyampaikan materi dengan bantuan media power

point. Dalam hal ini kontrol pembelajaran terletak pada guru; 2) Stand Alone,

pada pola penyajian ini power point dirancang khusus untuk pembelajaran

individual yang bersifat interaktif, meskipun kadar interaktifnya tidak terlalu

tinggi namun power point mampu menampilkan feedback yang sudah di

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

24

program; 3) Web Based, pada pola ini power point dapat diformat menjadi file

web (html) sehingga program yang muncul berupa browser yang dapat

menampilkan internet.

Pada umumnya Microsoft Office Power Point digunakan untuk

presentasi dalam classical learning, karena Microsoft Office Power Point

merupakan program aplikasi yang digunakan untuk kepentingan presentasi.

Berdasarkan pola penyajian yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa

Microsoft Office Power Point yang digunakan untuk presentasi dalam classical

learning disebut personal presentation. Microsoft Office Power Point pada pola

penyajian ini digunakan sebagai alat bantu bagi guru untuk menyampaikan

materi dan kontrol pembelajaran terletak pada guru.

Power Point juga merupakan peranti lunak presentasi yang

menyediakan format untuk menampilkan visual berbasis komputer dengan

sebuah proyektor digital. Peranti lunak ini bisa digunakan untuk membuat

program aktif sendiri dengan visual dan suara yang menyertai. Ini bermanfaat

menghemat waktu ketika presenter tidak harus membahas tentang topik. Berkas

audio yang dengan mudah dilampirkan bisa meningkatkan presentasi bergerak

dengan menyediakan selingan musik. Aplikasi ini bisa digunakan di pusat

media atau sebagai sebuah display.

Sanaky (2009:-) menyatakan bahwa Microsoft Power Point adalah

program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di

bawah Microsoft Office program komputer dan tampilan ke layar dengan

menggunakan bantuan LCD projector. Keuntungan terbesar dari program ini

adalah tidak perlunya pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam

Microsoft Office salah satu program komputer. Jadi, pada waktu penginstalan

program Microsoft Office dengan sendirinya program ini akan terinstal. Hal ini

akan mengurangi beban hambatan pengembangan pembelajaran dengan

komputer.

Menurut Kawanua (2010:-) Microsoft Power Point adalah suatu

software yang akan membantu dalam menyusun presentasi yang efektif,

profesional, dan juga mudah. Media power point bisa membantu sebuah

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

25

gagasan menjadi lebih menarik dan jelas tujuannya jika dipresentasikan karena

media power point akan membantu dalam pembuatan slide, outline presentasi,

presentasi elektronika, menampilkan slide yang dinamis, termasuk clipart yang

menarik, yang semuanya itu mudah ditampilkan di layar monitor komputer.

Purnomo (2010:-) menyatakan Power Point adalah alat bantu presentasi,

biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu hal yang dirangkum dan dikemas

dalam slide power point. Sehingga pembaca dapat lebih mudah memahami

penjelasan kita melalui visualisasi yang terangkum di dalam slide. Power Point

merupakan program untuk membantu mempresentasikan dan menampilkan

presentasi dalam bentuk tulisan, gambar, grafik, objek, clipart, movie, suara,

atau video yang dimainkan pada saat presentasi.

Berdasarkan penjelasan beberapa para ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa Power Point merupakan software yang mampu menampilkan program

multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan serta penggunaannya

relatif murah selain itu Power Point juga memiliki kemampuan untuk

menggabungkan berbagai unsur media seperti pengolahan teks, warna, gambar,

grafik serta animasi.

Ada beberapa keuntungan dengan menggunakan media Power Point

yaitu 1) mudah dibuat dan digunakan. Siswa dan guru bisa membuat presentasi

digital dengan sedikit pelatihan mengenai peranti lunak itu sendiri; 2) Catatan

yang diproyeksikan untuk guru dan siswa. selama presentasi mata pelajaran,

catatan yang diproyeksikan membantu mempertahankan guru pada jalurnya.

Catatan tersebut juga mengisyaratkan siswa terhadap poin-poin kunci dari

presentasi guru; 3) mendukung penyertaan multimedia. Teks, visual, animasi,

audio, dan klip video dapat disertakan; 4) mendukung interaktivitas. Presentasi

bisa menyertakan hiperteks dan tombol navigasi untuk lebih mendukung proses

belajar. Presenter bisa dengan mudah menuju slide mana pun dalam presentasi

atau tautan ke salah satu dari berkas multimedia terpadu atau situs internet; 5)

menghasilkan format yang beragam. Selebaran, halaman catatan, dan garis-

garis besar bisa dibuat dengan satu klik mouse.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

26

Sebetulnya, perkembangan office bagi para programmer pembelajaran

berbasis komputer sangat menguntungkan. Hal ini dapat dilihat pada beberapa

versi power point yang semakin maju dengan kelengkapan fitur-fitur yang

semakin lengkap. Pada prinsipnya, beberapa fasilitas power point dapat

digunakan untuk memprogram model pembelajaran interaktif.

Adapun kelebihan Power Point menurut Sanaky (2009:-) yaitu (1)

praktis, dapat digunakan untuk semua ukuran kelas, (2) memberikan

kemungkinan tatap muka dan mengamati respon siswa, (3) memiliki variasi

teknik penyajian yang menarik dan tidak membosankan, (4) dapat menyajikan

berbagai kombinasi clipart, picture, warna, animasi dan suara sehingga

membuat siswa lebih tertarik, (5) dapat digunakan berulang-ulang.

Selain memiliki kelebihan tersebut, power point mempunyai beberapa

kelemahan menurut Sanaky (2009:-) yaitu 1) pengadaannya mahal dan tidak

semua sekolah dapat memiliki; 2) tidak semua materi dapat disajikan dengan

menggunakan power point; 3) membutuhkan keterampilan khusus untuk

menuangkan pesan atau ide-ide yang baik pada desain program komputer

microsoft power point sehingga mudah dicerna oleh penerima pesan; 4)

memerlukan persiapan yang matang, bila menggunakan teknik-teknik penyajian

(animasi) yang kompleks.

Berdasarkan penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan maka dapat

disimpulkan bahwa salah satu kelemahan media power point adalah tidak

semua materi pembelajaran dapat disajikan dengan menggunakan media power

point tetapi disisi lain media power point juga memiliki kelebihan yaitu siswa

menjadi tertarik dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Kenthut dan Rahardi (2008:-) mengemukakan langkah-langkah

untuk mendesain media pembelajaran power point yang tepat agar materi yang

dipresentasikan dapat dipahami oleh siswa secara maksimal adalah sebagai

berikut:

1) Tentukan topik sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

27

2) Siapkan materi yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

Pemilihan materi ini sangat penting karena tidak semua materi dianjurkan

untuk menggunakan power point.

3) Identifikasi bahan-bahan materi tersebut untuk diseleksi mana yang sesuai

dengan karakteristik media presentasi. Ingat tidak semua materi tersebut

cocok untuk dituangkan melalui media presentasi.

4) Tulis materi yang telah dipilih dalam kalimat yang singkat, pointers dan

hanya memuat poin-poin penting saja (key words). Penulisan penjelasan

yang panjang lebar sangat tidak dianjurkan dalam penulisan naskah

presentasi. Pada saat membuat outline ini, pikirkan juga bahan-bahan

pendukung presentasi, misalnya: clip art, picture, sound, background

music, video klip dan lain sebagainya.

5) Tuangkan pesan-pesan yang disajikan dalam berbagai format seperti teks

(kata-kata), gambar, animasi atau audio-visual. Lengkapi outline yang

sudah dibuat dengan keterangan tambahan. Berilah warna pada font. Atur

tata letaknya. Berilah warna pada background.

6) Pastikan bahwa materi yang ditulis telah cukup lengkap, jelas, dan mudah

dipahami oleh sasaran. Menyelesaikan desain, mengulas ulang desain yang

telah dibuat. Jika perlu minta pendapat dan masukan dari orang lain.

Lakukan perbaikan-perbaikan jika diperlukan, hingga Anda yakin

presentasi telah seperti yang diinginkan.

7) Sajikan isi materi secara urut dan sistematis agar mempermudah penyajian

dan pesan mudah dipahami oleh siswa.

Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

media power point terlebih dahulu guru harus menyiapkan materi pembelajaran

yang didesain ke dalam microsoft power point, kemudian menyeleksi materi

pembelajaran yang sesuai yang dapat ditampilkan ke dalam slide microsoft

power point. Mendesain materi dengan menggunakan picture, clipart,

animation, warna dan suara. Setelah selesai proses pembuatan materi ke dalam

slide microsoft power point, seorang guru dapat melaksanakan proses kegiatan

belajar mengajar.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

28

Menurut Daryanto (2010:4) dalam proses belajar mengajar kehadiran

media mempunyai arti yang cukup penting. Dalam kegiatan tersebut

ketidakjelasan bahan-bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan

menghadirkan media sebagai perantara kerumitan bahan yang akan

disampaikan.

Penggunaan media power point dalam pembelajaran memegang peranan

penting sebagai alat bantu untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang

efektif, karena dapat mendorong motivasi dan meningkatkan hasil belajar

siswa. Setiap proses pembelajaran dilandasi dengan adanya beberapa unsur

antara lain tujuan, bahan, metode, media, alat, serta evaluasi. Dalam pencapaian

tujuan, peranan media pembelajaran merupakan bagian terpenting pembelajaran

yang dapat membantu siswa lebih mudah untuk memahami materi. Dalam

proses belajar mengajar media power point dipergunakan dengan tujuan

membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.

2.1.2.7. Media Bagan

Bagan termasuk dalam media grafis. Menurut Sadiman dalam Sanaky

(2009:69) menyatakan media grafis termasuk media visual yang berfungsi

menyalurkan pesan dari sumber pesan ke penerima pesan. Saluran yang

digunakan adalah mengutamakan indera penglihatan (visual). Agar proses

penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien, pesan yang disampaikan

dituangkan ke dalam, simbol komunikasi yang digunakan adalah simbol visual.

Menurut Webster dalam Nana Sudjana (2010:27) mendefinisikan Graphics

sebagai seni atau ilmu menggambar, terutama penggambaran mekanik. Istilah

bagan meliputi berbagai jenis presentasi grafis seperti peta, grafik, lukisan,

diagram, poster dan bahkan kartun. Dalam hubungan ini, bagan didefinisikan

sebagai kombinasi antara media grafis dan gambar foto yang dirancang untuk

memvisualisasikan secara logis dan teratur mengenai fakta pokok atau gagasan.

Menurut Ibid dalam Sanaky (2009:69) mengemukakan secara khusus,

media grafis berfungsi untuk: a) menarik perhatian; b) memperjelas sajian ide; c)

mengilustrasikan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

29

tidak divisualisasikan; d) media grafis, sederhana dan mudah pembuatannya; e)

termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya.

Selanjutnya salah satu media yang digunakan dalam penelitian ini adakah

media bagan. Menurut Sadiman dalam Sanaky (2009:43) menyatakan bagan yaitu

kombinasi garis atau tulisan dengan gambarnya yang dijelmakan secara logis

untuk menerangkan fakta dan ide.

Bagan atau chart termasuk juga dalam jenis media visual. Bentuk

penyajiannya secara dragmatik dengan menggunakan lambang-lambang visual,

untuk mendapatkan ide, objek, lembaga, orang, keluarga ditinjau dari sudut waktu

dan ruang. Pesan yang akan disampaikan biasanya berupa ringkasan visual suatu

proses, perkembangan atau hubungan-hubungan penting. Di dalam bagan

seringkali kita jumpai jenis media grafis yang lain, seperti gambar, diagram,

kartun atau lambang-lambang verbal.

Secara garis besar bagan/chart dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu

bagan yang menyajikan pesannya secara bertahap dan bagan yang menyajikan

pesannya sekaligus. Contoh bagan yang menyajikan pesan secara bertahap antara

lain, bagan balikan (flip chart) dan bagian tertutup (hiden chart).

Bagan tertutup (hiden chart) disebut juga strip chart. Pesan yang akan

disampaikan mula-mula ditampilkan ke dalam satu chart. Misalnya saja pesan

tersebut berupa jenis chart. Setiap jenis kemudian ditutup dengan potongan kertas

yang mudah untuk dilepas. Potongan kertas selain murah juga menarik perhatian.

Pada saat penyajian satu per-satu tutup dibuka.

Flip chart atau bagan balikan menyajikan setiap informasi. Apabila urutan

informasi yang akan disajikan tersebut sulit ditunjukkan dalam selembar chart,

maka bagan balikan dapat dipakai. Bagian-bagian dari pesan tersebut

ditulis/dituangkan dalam lembaran tersendiri, kemudian lembaran-lembaran

tersebut dibundel jadi satu. Penggunaannya tinggal membalik satu persatu sesuai

dengan bagan pesan yang akan disajikan.

Bagan/chart yang menyajikan pesan sekaligus ada beberapa macam,

antara lain:

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

30

Bagan pohon (tree chart) bagan ini menggambarkan arus diagram berasal

dari akar ke batang, menuju ke cabang-cabang dan ranting-ranting. Bagan juga

dapat menggambarkan suatu keadaan pengelompokkan. Biasanya bagan pohon

dipakai untuk menunjukkan sifat, komposisi atau hubungan antar kelas/keturunan.

Silsilah termasuk bagan pohon.

Bagan Arus (flow chart) menggambarkan arus suatu proses atau dapat pula

menelusuri tanggung jawab atau hubungan kerja antar berbagai bagian atau seksi

suatu organisasi. Tanda panah seringkali untuk menggambarkan arah arus

tersebut.

Stream Chart merupakan bagan kebalikan dari bagan pohon. Jika pada

bagan pohon dimulai dari satu hal kemudian memecah menjadi berbagai

hal/bagian, maka dalam stream chart berbagai hal tersebut pada ujung, akhirnya

menyimpul atau menuju ke suatu hal yang sama.

Bagan garis waktu (time line chart) merupakan bagan yang menunjukkan

atau menggambarkan kronologi atau hubungan peristiwa dalam suatu waktu.

Pesan-pesan tersebut disajikan dalam bagan secara kronologis.

Bagan organisasi merupakan suatu bagan yang menggambarkan susunan

dan hirarki suatu organisasi. Bagan semacam ini dihubungkan oleh garis-garis,

dan masing-masing garis mempunyai arti tertentu.

Fungsi bagan yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep

yang sulit apabila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual.

Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu

presentasi selain itu juga menunjukkan hubungan, perbandingan, jumlah relatif,

perkembangan, proses, klasifikasi dan organisasi. Pesan yang akan disampaikan

biasanya berupa ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau hubungan-

hubungan penting. Dalam bagan sering kita jumpai jenis media grafis yang lain,

seperti gambar, diagram, kartun, atau lambang-lambang verbal.

Sebagai media yang baik, bagan memiliki kelebihan, diantaranya: 1) dapat

dimengerti anak; 2) sederhana dan lugas, tidak rumit dan berbelit-belit; 3) diganti

pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap termasa (up to date), juga tidak

kehilangan daya tarik. Selain memiliki kelebihan media bagan juga memiliki

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

31

kelemahan yaitu sering kali siswa bingungdihadapkan pada data yang banyak

sekaligus.

2.1.3. Pembelajaran Think Pair Share Berbantuan Media Power Point

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan pada kelompok eksperimen

adalah pembelajaran Think Pair Share berbantuan media power point. Media

power point dipakai untuk membantu pembelajaran Think Pair Share dalam mata

pelajaran IPA. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share yaitu:

1) Pendahuluan. Guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan;

2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari

permasalahan yang disampaikan guru (Think); 3) Guru mengorganisasikan siswa

untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan

jawaban yang menurut mereka paling benar (Pair); 4) Guru meminta

berpasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka

bicarakan (Share); 5) Evaluasi.

Selanjutnya apabila pembelajaran Think Pair Share digabungkan dengan

media power point dalam pembelajaran materi daur air maka langkah-langkah

pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Pada tahap ini Guru memberikan apersepsi dan memotivasi siswa dengan

menyanyikan lagu yang berjudul Tik tik tik bunyi hujan kemudian mengaitkan

nyanyian tersebut pada topik materi pelajaran yang akan disampaikan, Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran, Guru mempresentasikan materi

pembelajaran dengan berbantuan media Power Point mengenai proses terjadinya

daur air dan jenis-jenis sumber air (Modelling). Guru menyampaikan pertanyaan

yang merupakan permasalahan yaitu siswa diberi pertanyaan mengenai masalah

dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik pelajaran.

b. Tahap Berpikir (Think)

Pada tahap ini Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru kemudian siswa

dibimbing guru dalam mengerjakan soal secara individu, disini siswa

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

32

menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban dari

pertanyaan yang diberikan.

c. Tahap Berpasangan (Pair)

Pada tahap ini Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan

memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut

mereka paling benar dan siswa disediakan waktu berinteraksi untuk menyatukan

jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan dan apabila

suatu masalah khusus yang diidentifikasi (Learning Community).

d. Tahap Berbagi (Share)

Pada tahap ini Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan

keseluruhan kelas sesuai dengan apa yang telah mereka diskusikan sampai

sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan kemudian guru

melibatkan kelompok lain untuk menanggapi hasil dari kelompok yang presentasi.

e. Evaluasi

Pada tahap ini Guru melakukan refleksi dan mengumpulkan hasil diskusi.

(Reflection), Guru membantu siswa dalam membuat rangkuman diskusi dengan

tanya jawab, Guru menutup diskusi, dan diakhiri dengan Guru pemberian soal

post test yang menjadi ukuran hasil belajar dari treatment yang telah dilakukan

guru. Post tes dilakukan untuk melihat bagaimana hasil pembelajaran siswa

dengan penggunaan media power point pada pembelajaran Think Pair Share mata

pelajaran IPA.

2.1.4. Pembelajaran Think Pair Share Berbantuan Media Bagan

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan pada kelompok kontrol

adalah pembelajaran Think Pair Share berbantuan media bagan. Media bagan

dipakai untuk membantu pembelajaran Think Pair Share dalam mata pelajaran

IPA. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share yaitu: 1)

Pendahuluan. Guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan; 2)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari

permasalahan yang disampaikan guru (Think); 3) Guru mengorganisasikan siswa

untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan

jawaban yang menurut mereka paling benar (Pair); 4) Guru meminta

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

33

berpasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka

bicarakan (Share); 5) Evaluasi.

Selanjutnya apabila pembelajaran Think Pair Share digabungkan dengan

media bagan dalam pembelajaran materi daur air maka langkah-langkah

pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Pada tahap ini Guru memberikan apersepsi dan memotivasi siswa dengan

menyanyikan lagu yang berjudul Tik tik tik bunyi hujan kemudian mengaitkan

nyanyian tersebut pada topik materi pelajaran yang akan disampaikan, Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran, Guru mempresentasikan materi

pembelajaran dengan berbantuan media bagan mengenai proses terjadinya daur air

dan jenis-jenis sumber air (Modelling). Guru menyampaikan pertanyaan yang

merupakan permasalahan yaitu siswa diberi pertanyaan mengenai masalah dalam

kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik pelajaran.

b. Tahap Berpikir (Think)

Pada tahap ini Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru kemudian siswa

dibimbing guru dalam mengerjakan soal secara individu, disini siswa

menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban dari

pertanyaan yang diberikan.

c. Tahap Berpasangan (Pair)

Pada tahap ini Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan

memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut

mereka paling benar dan siswa disediakan waktu berinteraksi untuk menyatukan

jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan dan apabila

suatu masalah khusus yang diidentifikasi (Learning Community).

d. Tahap Berbagi (Share)

Pada tahap ini Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan

keseluruhan kelas sesuai dengan apa yang telah mereka diskusikan sampai

sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan kemudian guru

melibatkan kelompok lain untuk menanggapi hasil dari kelompok yang presentasi.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

34

e. Evaluasi

Pada tahap ini Guru melakukan refleksi dan mengumpulkan hasil diskusi.

(Reflection), Guru membantu siswa dalam membuat rangkuman diskusi dengan

tanya jawab, Guru menutup diskusi, dan diakhiri dengan Guru pemberian soal

post test yang menjadi ukuran hasil belajar dari treatment yang telah dilakukan

guru. Post tes dilakukan untuk melihat bagaimana hasil pembelajaran siswa

dengan penggunaan media bagan pada pembelajaran Think Pair Share mata

pelajaran IPA.

2.1.5. Hasil Belajar IPA

2.1.5.1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hermawan dkk (2010:10.20) menyatakan bahwa “hasil belajar

mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari

kegiatan pembelajaran yang dilakukan”. Kemampuan yang diharapkan dikuasai

dari suatu mata pelajaran berbeda dengan mata pelajaran lain. Setiap mata

pelajaran memiliki tugas tersendiri dalam mengembangkan hasil belajar yang

merupakan akibat dari kegiatan pembelajaran.

Oleh karena setiap mata pelajaran menuntut hasil belajar yang berbeda dari

mata pelajaran lain maka banyak para ahli yang mengemukakan jenis-jenis hasil

belajar, seperti Gagne dan Bloom. Gagne dalam Hermawan dkk (2010:10.20)

mengemukakan hasil belajar dalam lima kategori yaitu: (1) Informasi Verbal

(Verbal Information). Informasi verbal adalah kemampuan yang menuntut siswa

untuk memberikan tanggapan khusus terhadap stimulusya yang relatif khusus.

Untuk menguasai kemampuan ini siswa hanya dituntut untuk menyimpan

informasi dalam sistem ingatannya. (2) Kemampuan Intelektual (Intelektual Skill).

Keterampilan intelektual adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk

melakukan kegiatan kognitif yang unik. Unik disini adalah bahwa siswa harus

mampu memecahkan masalah dengan enerapkan informasi yang belum pernah

dipelajari. (3) Strategi kognitif (Cognitif Strategies) yang mengacu pada

kemampuan mengontrol proses internal yang dilakukan oleh individu dalam

memilih dan memodifikasi cara berkonsentrasi, belajar, mengingat dan berfikir.

Siswa yang telah menguasai kemampuan strategi kognitif akan mendapat

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

35

kemudahan dalam berkonsentrasi belajar, mengingat dan berfikir. (4) Sikap

(Attitude) yang mengacu pada kecenderungan untuk membuat pilihan atau

keputusan untuk bertindak dibawah kondisi tertentu. Dikaitkan dengan hasil

belajar, sikap adalah kemampuan siswa dalam menentukan pilihan atau bertindak

sesuai dengan sistem nilai yang diyakini. (5) Keterampilan Motorik yang

mengacu pada kemampuan melakukan gerakan atau tindakan yang terorganisasi

yang direfleksikan melalui kecepatan, ketepatan, kekuatan dan kehalusan.

Menurut Bloom dkk dalam Hermawan (2010:10.23), seorang ahli

pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konsep taksonomi belajar yang

memiliki nama lengkap Benyamin S Bloom (1956) menggolongkan tujuan atau

hasil belajar digolongkan menjadi tiga domain yaitu ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Domain kognitif berkenaan dengan pengembangan kemampuan

orak dan penalaran siswa. Domain afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, tipe

hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku. Sedangkan

hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan

bertindak dari siswa.

Menurut Sudjana (2006:22) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Winanto (2011:162), hasil belajar

merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi

guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang

lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan

mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan

pelajaran. Abdulrahman dalam Winanto (2011:163), hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar mengajar.

Menurut Sudjana (2010:22), “hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”

Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yaitu: (a) Keterampilan dan

kebiasaan; (b) Pengetahuan dan pengertian; (c) Sikap dan cita-cita, yang masing-

masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

36

Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal,

(b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan

motoris. Sudjana (2010:23), dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan

pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil

belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat

tinggi; 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi; 3)

Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, yakni gerakan reflek, keterampilan

gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan

keterampilan komplek, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara

ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah

karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan

pelajaran.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli mengenai hasil belajar, maka

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan bukti dari keberhasilan

seseorang dalam belajar. Hasil belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk angka,

nilai, maupun huruf. Dalam penelitian ini diberi pembatasan hasil belajar hanya

pada aspek kognitif, hasil belajar tersebut dinyatakan dalam bentuk angka atau

nilai.

2.1.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat

digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Menurut Slameto (2010:54), faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar. Faktor intern dikelompokkan menjadi tiga faktor

yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis, faktor kelelahan. Slameto (2010:60),

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

37

faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri individu. Faktor ekstern

dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan

faktor masyarakat.

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Winanto (2011:162), hasil belajar

merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi

guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang

lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan

mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan

pelajaran. Abdulrahman dalam Winanto (2011:163), hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar mengajar.

Menurut Sudjana (2010:22), “hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”

Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yaitu : (a) Keterampilan dan

kebiasaan; (b) Pengetahuan dan pengertian; (c) Sikap dan cita-cita, yang masing-

masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal,

(b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan

motoris.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar siswa di

sekolah itu sulit dipisah-pisahkan satu sama lain karena semua unsur tersebut akan

terintegrasi dalam pembelajaran. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar pada dasarnya terwujud dalam bentuk perubahan pengetahuan

(knowledge), penguasaan perilaku yang ditentukan (kognitif, afektif, psikomotorik)

dan perbaikan kepribadian.

Dari penjelasan yang telah diuraikan oleh para ahli dapat disimpulkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis,

dan faktor kelelahan. Untuk faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, faktor

sekolah, dan faktor masyarakat. Kedua faktor yang telah dijelaskan memberikan

pengaruh yang banyak bagi siswa. Untuk dapat memperoleh hasil belajar yang

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

38

baik siswa harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

agar terwujud kebiasaan belajar yang baik.

2.1.5.3. Pembelajaran IPA di SD

Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui

pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu

dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan

Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-

Nya; 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3)

Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat; 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5) Meningkatkan

kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh bekal

pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan

pendidikan ke SMP/MTs.

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek

berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2) Benda/materi,

sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; 3) Energi dan

perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

39

sederhana; 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi

siswa kelas 5 SD N Bergaskidul 03 dan SD N Bergaskidul 01 disajikan melalui

Tabel 1. berikut ini:

Tabel 1.

SK dan KD Mata Pelajaran IPA Kelas 5 Semester 2

Tahun Pelajaran 2012/2013

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami perubahan yang terjadi di

dalam dan hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam.

7.4. Mendeskripsikan proses daur air

dan kegiatan manusia dapat

mempengaruhinya.

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

Rustaman dkk (2011:1) menyatakan hakikat sains adalah produk, proses

dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat di

dalamnya. Produk sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori

dapat dicapai melalui penggunaan proses sains, yaitu melalui metode-metode

sains atau metode ilmiah. IPA atau sains merupakan suatu proses yang

menghasilkan pengetahuan. Proses tersebut bergantung pada proses observasi

yang cermat terhadap fenomena dan pada teori-teori temuan untuk memaknai

hasil observasi tersebut.

Rustaman dkk (2011:1.2) juga menjelaskan bahwa sains merupakan suatu

kebutuhan yang dicari manusia karena memberikan suatu cara berfikir sebagai

struktur pengetahuan yang utuh. Banyak orang berpendapat bahwa yang penting

agar siswa menguasai sains adalah dengan memberikan produk sains sebanyak-

banyaknya. Hal tersebut tidak tepat, yang benar adalah memberikan orang yang

belajar kesempatan berbuat, berfikir, bertindak seperti ilmuan (scientist). Dengan

demikian membelajarkan sains pada siswa adalah memberi kesempatan dan bekal

untuk memproses sains dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui

cara-cara yang benar dan mengikuti etika yang berlaku.

Belajar sains tidak hanya sekedar mengetahui materi atau konsep sainsnya

saja, tetapi terkait pula dengan bagaimana cara mengumpulkan fakta dan

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

40

menghubungkan fakta-fakta untuk membuat kesimpulan. Menurut Rustaman

(2011:1.27) menyatakan bahwa “belajar sains secara bermakna baru akan dialami

siswa apabila siswa terlibat aktif secara intelektual, manual, dan sosial.

Pengembangan ketrampilan proses sains sangat ideal dikembangkan apabila guru

memahami hakikat belajar sains, yaitu sains sebagai produk dan proses”.

Selanjutnya fungsi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang

dikemukakan oleh Hernawan dkk (2010:8.28) menyatakan “Ilmu Pengetahuan

Alam berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam,

mengembangkan ketrampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi dalam kaitan

dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari”. Mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan alam di Sekolah Dasar mulai diajarkan dari kelas satu dengan lebih

bersifat memberi pengetahuan melalui pengamatan terhadap pelbagai jenis dan

perangai lingkungan alam serta lingkungan buatan. Sejak kelas satu siswa sudah

diajakan IPA untuk menggali dan mengembangkan pengetahuan awal siswa

2.1.5.4. Hasil Belajar IPA

Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang meliputi

IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai produk, proses dan

sikap ilmiah. Dalam segi produk, siswa daharapkan dapat memahami konsep-

konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses,

siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan,

gagasan, pengetahuan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk

memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehahri-hari. Dari

segi ilmiah, siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda

di sekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab,

dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan mengembangkan rasa cinta

terhadap alam sekitar. Dengan demikian hasil belajar yang dikembangkan di SD

adalah hasil belajar yang mencakup penguasaan produk, proses, dan sikap ilmiah.

Dari berbagai definisi yang telah diuraikan oleh beberapa ahli maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah perubahan tingkat perkembangan

mental yang lebih baik dan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

41

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses

belajar mengajar dan akibat dari proses pembelajaran yang diukur dengan

pemberian evaluasi oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar

yang dilakukan oleh siswa dan guru pada pembelajaran IPA. Hasil belajar IPA

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa setelah

diberikan treatment berupa pembelajaran Think Pair Share berbantuan media

power point dan pembelajaran Think Pair Share berbantuan media bagan.

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Mustapa, 2012 dalam penelitiannya

“Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Power Point Terhadap Hasil Belajar

IPA Siswa Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”, menyimpulkan

bahwa hasil belajar yang dilakukan menggunakan alat peraga biasa

(konvensional) dan eksperimen, maka didapatkan hasil nilai rata-rata pre-test

dengan menggunakan alat peraga biasa (konvensional) sebesar 44,66 dan post-test

pada eksperimen sebesar 62,33. Selisih nilai rata-rata pre-test dan post-test

sebesar 17,67. Sedangkan hasil perolehan dengan analisis data yang dilakukan

dengan teknik uji paired samples t-test diketahui bahwa nilai t adalah -10,094

dengan probabilitas signifikan sebesar 0,000. Berdasarkan hasil uji paired

samples t-test dan nilai signifikansi 0,005 > 0,000, maka terdapat perbedaan yang

signifikan pada pembelajaran dengan menggunakan media power point daripada

pembelajaran dengan menggunakan alat peraga biasa (konvensional). Berdasarkan

selisih hasil nilai rata-rata pre-test dan post-test serta hasil analisis dengan teknik

uji paired samples t-test, maka dapat disimpulkan bahwa media power point

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA pokok bahasan

cahaya dan sifat-sifatnya siswa kelas V SDN Gedangan 02 Semester II Tahun

Pelajaran 2011/2012.

Penelitian yang dilakukan oleh Raras Katrina Lebda Hanggana, 2012

dalam penelitiannya “Pengaruh Penggunaan Media Power Point Terhadap

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas V

SD SN Baturasi 6 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak”, menyimpulkan

bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen yaitu 86,06 lebih tinggi

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

42

dibandingkan dengan nilai kelas kontrol yaitu 73,57. Dari hasil uji hipotesis yang

dilakukan diperoleh nilai sig. 0,000 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

penggunaan media power point dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dari

hasil kedua hipotesis antara hasil hipotesis angket motivasi belajar dan hasil

hipotesis hasil belajar IPA pokok bahasan jenis-jenis batuan siswa kelas VA dapat

disimpulkan bahwa penggunaan media power point dapat meningkatkan motivasi

dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas V Sekolah Dasar.

Penelitian yang dilakukan oleh Andy Vernando, 2012 dalam penelitiannya

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) Dengan

Pemberian Reward Terhadap Motivasi Belajar IPA (Studi di Kalangan Siswa

Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bugel 02 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga

Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012)”, menyimpulkan bahwa hasil analisis

pada kelas eksperimen perhitungan menunjukkan bahwa nilai thitung yang

diperoleh sebesar (-4.238) dan t tabel sebesar (2.179). untuk nilai signifikansinya

diperoleh nilai sebesar 0,001. Oleh karena – thitung < t tabel (-4.238 < 2.179) dan

nilai sig (0,001) < 0,05, maka Ho ditolak, artinya bahwa ada perbedaan antara

hasil dari pengukuran awal dan pengukuran akhir. Maka dapat disimpulkan bahwa

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

dengan pemberian reward dalam proses belajar dapat mempengaruhi motivasi

belajar siswa dan juga keaktifan siswa dan kerja sama siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Marida Irawati, 2012 dalam penelitiannya

“Peningkatan Kemandirian Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share Dalam Pembelajaran Matematika Tentang Menghitung Pecahan

Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Undaan Kidul 02 Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2011/1012”, menyimpulkan bahwa

penggunaan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share dapat

meningkatkan kemandirian belajar dalam pembelajaran matematika tentang

menghitung pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Undaan Kidul 02

Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dengan

meningkatnya kemandirian belajar dari sebelum dan sesudah dilaksanakannya

tindakan. Pada saat pratindakan nilai rata-rata kemandirian belajar kelas sebesar

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

43

19,5, pada siklus I meningkat menjadi 28,43, dan pada siklus II meningkat

menjadi 35,21. Sedangkan untuk presentase ketuntasan siswa menurut Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) kemandirian belajar yaitu 30, pada saat pratindakan

siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa yang tuntas atau 21,43 % dari jumlah

keseluruhan 14 siswa. Pada siklus I presentase ketuntasan menunjukkan

peningkatan sebesar 21,43 % yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa atau

21,43 % pada saat pratindakan, meningkat menjadi 6 siswa atau 42,86 % pada

saat siklus I dari jumlah keseluruhan 14 siswa. Pada siklus II presentase

ketuntasan kembali menunjukkan peningkatan sebesar 42,85% yaitu dari siswa

yang tuntas sebanyak 6 siswa atau 42,86 % pada saat siklus I, meningkat menjadi

12 siswa atau 85,71 % pada saat siklus II dari jumlah keseluruhan 14 siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Kristina Monika, 2012 dalam penelitiannya

“Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) Dalam

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SDN 01 Nampu Kecamatan

Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”,

menyimpulkan bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok

eksperimen sebesar 79,88 lebih besar daripada rata-rata skor hasil belajar siswa

pada kelompok kontrol sebesar 56,79. Sedangkan perbedaan rata-rata (mean

diference) sebesar 22,089 (79,88 - 56,79) dan perbedaan berkisar antara 16,562

sampai 27,617. Besarnya nilai t adalah 8,027 dengan tingkat signifikansi sebesar

0,000 karena besarnya thitung 8,027 > dari t tabel 2,009 maka hipotesis antara nilai

posttest kelas kontrol dengan nilai posttest kelas eksperimen yang artinya terdapat

Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair

Share) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SDN 01 Nampu

Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran

2011/2012”

Ada juga persamaan dan perbedaan dari penelitian-penelitian yang telah

dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu sebagai

berikut:

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

44

Tabel 2.

Persamaan dan Perbedaan Penelitian

Komponen Penelitian

Mustapa

(2012)

Raras

Katrina

L.H

(2012)

Andy

Vernando

(2012)

Marida

Irawati

(2012)

Kristina

Monika

(2012)

Peneliti

(2013)

Pembelajaran TPS

Hasil Belajar

Kemandirian Siswa

Media Power Point

Motivasi Siswa

Pemberian Reward

Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat persamaan penelitian ini dengan

penelitian yang lain yaitu sama-sama menggunakan pembelajaran Think Pair

Share dan media power point, sedangkan perbedaannya pada variabel terikatnya

dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar, sedangkan peneliti

lain variabelnya adalah motivasi siswa dan kemandirian siswa.

2.3. Kerangka Pikir

Belajar dan mengajar pada hakikatnya merupakan suatu proses, yaitu

proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa

sehingga dapat mendorong siswa melakukan proses belajar, maka agar

pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan dibutuhkan model atau

strategi mengajar dan media yang tepat sesuai dengan kapasitas anak dan

kompetensi yang ingin dicapai.

Pembelajaran yang menggunakan model dan media yang tepat akan

mengurangi kondisi yang monoton dan pembelajaran ini menarik bagi siswa

karena sistem pembelajarannya lebih inovatif dan interaktif. Salah satu model dan

media yang dapat digunakan oleh guru dalam mata pelajaran IPA adalah dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan media power point.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share dan media power point dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa

dan mengoptimalkan partisipasi siswa mengeluarkan pendapat serta

meningkatkan pengetahuan. Sehingga dalam kegiatan belajar tidak hanya

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3812/3/T1_292009173_BAB II.pdf · kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

45

monoton di dalam kelas saja, tetapi mengajar siswa tentang bagaimana melakukan

sebuah tindakan atau menggunakan prosedur. Dengan demikian pemahaman

terhadap materi pelajaran dapat secara maksimal, sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar IPA.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka pikir tersebut

maka dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini yaitu sebagai berikut adakah

perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran Think Pair

Share berbantuan media power point dengan pembelajaran Think Pair Share

berbantuan media bagan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N

Bergaskidul 03 dan SD N Bergaskidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten

Semarang semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.